PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA
MELALUI MODEL PEMBELAJARANWORD SQUARE
BERBANTUAN MEDIA GAMBAR
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS II MI HASYIM ASY’ARI MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh:
NUR JAMILAH ROSYADI NIM. D77213087
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Nur Jamilah Rosyadi, D77213087, 2017, Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto
Kata Kunci: Keterampilan Menulis Cerita, Model Pembelajaran Word Square berbantuan Media Gambar
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realita di lapangan yang menjelaskan bahwa kurang optimalnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar, penggunaan serta keterlibatan media yang kurang maksimal, sehingga berdampak kepada keterampilan siswa-siswi dalam menulis, mayoritas siswa melakukan aktivitasnya sendiri saat pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan dari dokumentasi nilai keterampilan menulis cerita siswa kelas II, diperoleh data sebanyak 43% dari jumlah 32 siswa yang nilainya mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan yakni 80%.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan dan peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelajaran Word
Squareberbantuan media gambar pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas II
MI Hasyim Asy’ari Mojokerto? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan dan peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran bahasa
indonesia di Kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode PTK model Kurt Lewin
dengan subjek penelitian 32 siswa dan tempat penelitian di MI Hasyim Asy’ari
Mojokerto. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran yang meliputi 4 tahap; Planning, Acting, Observing, Reflecting . Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi guru dan siswa, product assesment dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik product assesment, dengan memperhatikan 4 kriteria keteramplan menulis cerita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Word
Square berbantuan media gambar dapat dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN MOTTO... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... v
ABSTRAK... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
DAFTAR RUMUS... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 10
E. Tindakan yang Dipilih... 12
F. Lingkup Penelitian... 14
G. Definisi Operasional... 15
H. Sistematika Pembahasan... 17
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis... 19
1. Pengertian Keterampilan Menulis... 19
3. Teknik Menulis... 23
4. Manfaat Menulis... 25
5. Indikator Menulis Cerita... 26
B. Cerita... 27
1. Pengertian Cerita... 27
2. Unsur-Unsur Cerita... 28
C. Model PembelajaranWord Square... 31
1. Pengertian Model Pembelajaran... 31
2. Pengertian Word Square... 32
3. Langkah-Langkah PembelajaranWord Square... 34
4. Kelebihan dan Kekurangan Model PembelajaranWord Square... 35
D. Media Pembelajaran... 36
1. Pengertian Media Pembelajaran... 36
2. Macam-Macam Media Pembelajaran... 38
3. Media Gambar... 40
4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar... 42
E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia... 43
1. Pengertian Bahasa Indonesia... 43
2. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia... 45
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 47
B. Setting Penelitian... 50
C. Subyek Penelitian... 50
D. Variabel yang Diteliti... 51
E. Rencana Tindakan... 52
F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulannya... 60
H. Indikator Kinerja... 67
I. Tim Peneliti Dan Tugasnya... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 69
1. Pra Siklus... 70
2. Siklus I... 73
3. Siklus II... 90
B. Hasil, Pembahasan dan Temuan... 107
1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Mengajar... 107
2. Keterampilan Menulis Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 108
BAB V PENUTUP A. Simpulan... 114
B. Saran... 115
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal di masyarakat untuk saling
berkomunikasi dan mengidentifikasi diri antar individu satu dengan individu
yang lain. Selaras dalam kehidupan nyata, bahwa manusia sebagai makhluk
sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesamanya serta tidak lepas dari
adanya sifat saling bergantung. Tidak sebatas alat komunikasi, bahasa juga
berfungsi sebagai simbol dan wujud konkret dari penuangan gagasan dan
perasaan yang dimiliki oleh individu, baik secara lisan, tulisan, isyarat,
bilangan, lukisan dan mimik muka.
Selain berkedudukan sebagai bahasa pemersatu bangsa, bahasa indonesia
juga dibelajarkan dalam jenjang pendidikan. Mengingat fungsi dan
kebutuhannya bagi masyarakat indonesia yang teramat penting. Mengait
tentang ranah pendidikan yang memiliki kaitan dengan bahasa indonesia
sebagai suatu obyek pelajaran, maka istilah belajar dan pembelajaran
merupakan 2 unsur penting yang tidak dapat dipisahkan.
Belajar adalah tahapan perilaku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan.1 Sementara itu
pembelajaran diungkapkan oleh Aunurrahman, sebagai suatu sistem yang
1
2
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan
mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.2
Bahasa indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
(SD/MI), SMP, SMA, serta jenjang perguruan tinggi yang didalamnya
mengkaji tentang keempat keterampilan berbahasa yakni keterampilan
mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Tidak hanya itu,
pembahasaan tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, paragraf, gaya bahasa,
kosakata, diskusi dan lain sebagainya.
Pendapat Cahyani dalam karya Mubarokah Khasanah menambahkan,
bahwa:
“Selain sebagai mata pelajaran, bahasa indonesia juga berperan sebagai
pengantar dan penunjang keberhasilan dalam mempelajari mata
pelajaran yang lain.”3
Bahasa indonesia diarahkan untuk meningkatkan komunikasi siswa
dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, menumbuhkan
apresiasi dan kecintaan peserta didik terhadap karya sastra indonesia.
Membicarakan tujuan dari adanya bahasa indonesia dalam pembelajaran, dapat
dipaparkan sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
2
Aunurrahman,Belajar dan Pembelajaran(Bandung: Alfabeta, 2009) Cet ke-2 ,34.
3
3
dengan etika yang berlaku. 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa
indonesia. 3) Memahami dan menggunakan bahasa indonesia dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Menggunakan bahasa indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan 6) Menghargai serta mengembangkan sastra indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia.
Pada jenjang pendidikan dasar, bahasa indonesia sudah diajarkan kepada
peserta didik. Dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6, pembelajaran dilaksanakan
sesuai dengan tingkatan dan ketentuan perundang-undangan. Kelas 1 sampai
kelas 3, materi yang diajarkan sudah berbeda, disesuaikan dengan intelegensi,
pola pikir dan perkembangan siswa.
Pada kelas bawah, materi yang diajarkan hanya sebatas pengenalan dari
segi gesture saja, pengenalan perbendaharaan kata, menyalin atau menulis
ulang kata maupun kalimat yang diajarkan dengan teknik dikte dan
pemahaman kata-kata sederhana. Sedangkan pada kelas atas, seiring dengan
pola pikir siswa yang lebih berkembang, dinamis dan kompleks, maka
pemahaman suatu objek sampai dengan perangkaian kalimat menjadi sebuah
4
mendengarkan cerita kritis dan menanggapinya merupakan bidang materi yang
dikaji dan disajikan.4
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari komponen yang
diajarkan dalam mata pelajaran bahasa indonesia. Kendati, bahasa tulis hanya
rekaman visual dalam bentuk simbol grafis, huruf dan tanda baca dari bahasa
lisan serta bersifat sekunder,5 namun demikian bahasa tulis tetap sama
pentingnya dengan bahasa lisan, mengingat berlangsungnya interaksi manusia
sebagai makhluk sosial.
Keterampilan menulis merupakan sebuah kegiatan yang dapat menggali
pikiran dan perasaan mengenai suatu obyek, memilih hal-hal apa saja yang
akan ditulis, serta menuliskannya sehingga pembaca akan mudah memahami
dengan jelas.6Keterampilan menulis dimaksudkan agar seorang siswa dapat
dengan baik, terampil dan cermat dalam menulis sebuah informasi yang
didapatkan dari simbol grafik maupun bunyi.
Kegiatan menulis pada dasarnya bukan hanya untuk melahirkan sebuah
pemikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide,
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis.
Dalam pembelajaran Bahasa indonesia, pengalaman seseorang dapat diarahkan
4
Syamsu Yusuf L.N,Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. Ke-13,179-180.
5
Muhammad Rohmadi, dkk,Belajar Bahasa Indonesia(Surakarta: Cakrawala Media, 2015), 4. 6
Mega Fahrizah,Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V Di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun
5
dan dibentuk menjadi berbagai tulisan yang indah. Seiring bahasa indonesia
memiliki ruang lingkup bahasan yang luas. Diantaranya: Empat keterampilan
berbahasa (keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis), prosa,
tata bahasa dan segala hal yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, semantik,
pragmatik dan semiotik.7Bidang-bidang tersebut masih dibagi lagi kedalam
materi yang paling dasar, salah satunya ialah materi cerita.
Cerita merupakan tulisan berbentuk karangan yang menyajikan
serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),
dengan maksud memberi makna rentetan kejadian , sehingga pembaca dapat
memetik hikmah dari cerita tersebut dan atau sebagai sarana hiburan dan
penambahan pengetahuan.
Salah satu masalah yang dijumpai pada observasi di Madrasah Ibtidaiyah
Hasyim Asy’ari Mojokerto kelas II pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah murid hanya sekedar mendengar, memperhatikan, mencatat kemudian
mengerjakan soal latihan pada lembar kerja siswa yang tersedia, menirukan
dari apa yang guru bacakan. Pada materi menulis dengan pendekatan
kontekstual learning seperti menuliskan cerita dari kegiatan sehari-hari pada
hari minggu, masih dijumpai banyak siswa yang menengok kepada teman
sebangku, tidak mengerti apa yang dituliskan dan kurangnya atau belum
7
6
optimalnya media gambar yang bila difungsikan dapat sebagai stimulus siswa
dalam menulis.
Tidak hanya itu, kegiatan lain yang melibatkan keterampilan menulis
ialah saat siswa diminta menuliskan cerita berdasarkan dari gambar yang telah
dilihat, masih terdapat banyak siswa yang belum bisa merangkai kalimat
menjadi sebuah paragraf, atau kata menjadi sebuah kalimat.
Di sisi lain, Guru lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran sepenuhnya masih diambil alih oleh guru (Teacher Center),
keikut sertaan siswa dalam aktif berpartisipasi selama pembelajaran masih
jarang terlaksana. Mayoritas siswa lebih aktif melakukan aktivitasnya sendiri,
berbicara dengan temannya ketika di kelas dan saat pembelajaran bahasa
indonesia sedang berlangsung.
Akibatnya aktivitas tersebut berakibat terhadap pemahaman hingga
kemampuan menulis siswa yang masih belum maksimal. Dari 37 siswa yang
ada di kelas II, dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis cerita sederhana sebesar 75 dan
yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya berkisar rata-rata 40%.8
Oleh sebab itu, peneliti berusaha memperbaiki proses belajar mengajar
menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar.
Model pembelajaran ini dianggap relevan, menyenangkan dan dapat
8
7
menjadikan siswa mampu berfikir kritis, membuat siswa menggunakan otak
kanan dan kirinya untuk memecahkan permasalahan, membangkitkan
semangat belajar siswa dalam pembelajaran di kelas, serta menjadikan siswa
lebih memahami hingga mampu menulis dengan terampil cerita sederhana dari
sebuah gambar dengan modelword squaredan teknik cerita terbimbing.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.9 Sedangkan Word Square adalah
salah satu bagian dari model pembelajaran yang melibatkan suatu lembar kerja
dimana peserta didik mencari susunan huruf yang masih acak dan tidak
beraturan, kemudian dibentuk menjadi sebuah kata, sekaligus merupakan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Media gambar adalah salah satu media yang sederhana, dan dapat
memudahkan siswa dalam menulis cerita pada mata pelajaran bahasa indonesia.
Melalui media gambar, segala ide atau gagasan yang dimiliki siswa dapat
dituangkan dengan mudah karena pembelajaran yang dilakukan terkesan lebih
bermakna.
9
8
Alasan dipilihnya model pembelajaran Word Square berbantuan media
gambar adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif,
kreatif, mandiri, cermat serta terampil dalam menulis sebuah cerita sederhana
dengan bantuan gambar. Selain itu, model pembelajaran ini juga menanamkan
kepada siswa, bahwasanya menulis cerita atau karangan narasi tidak serumit
yang dibayangkan, adanya media gambar, kisi-kisi paragraf rumpang
menjadikan siswa lebih mudah dalam menulis cerita, terutama oleh anak kelas
II SD/MI. Dengan adanya word square, menjadikan siswa lebih antusias dan
bersemangat dalam mengisi bagian paragraf rumpang sehingga menjadi cerita
yang padu.
Berangkat dari penjelasan di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih
jauh bagaimana penerapan model pembelajaran Word Square berbantuan
media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita mata pelajaran
bahasa indonesia pada kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.
Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan tersebut, tidak cukup
dengan sekedar jawaban yang tidak mempunyai alasan kuat, dalam upaya
untuk mencari jawaban tersebut penulis perlu mengadakan penelitian lapangan
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaranWord Squareberbantuan media
gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model
pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran
bahasa Indonesia di kelas II MI HasyimAsy’ari Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan, adapun tujuan itu
adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Word Squareberbantuan
media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelasII MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model
pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran
10
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara umum adalah:
1. Peserta didik mampu meningkatkan keterampilan menulis cerita
menggunakan model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.
2. Ditemukannya model pembelajaran baru, tepat dan variatif.
3. Mampu meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam membuat
karya ilmiah.
Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan data di lapangan yang
bermanfaat bagi:
1. Bagi Siswa
a. Siswa lebih terampil, jeli dan cermat dalam menulis, terutama menulis
permulaan baik sebuah cerita maupun wacana yang terkait dengan
kebahasaan.
b. Siswa menjadi lebih mudah dalam menerima serta memahami
informasi yang diberikan oleh guru.
c. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
d. Siswa lebih mudah dalam memahami sebuah cerita apabila cerita
11
2. Bagi Guru
a. Sebagai tolak ukur pembelajaran yang sekarang dengan pembelajaran
yang telah dilakukan. Setelah guru mengetahui berbagai permasalahan
yang telah terjadi di kelas, maka guru akan berusaha memecahkan
permasalahan tersebut, sehingga akan tercipta pembelajaran yang
efektif.
b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian
serta secara langsung dapat diterapkan di sekolah terutama saat KBM
berlangsung.
3. Bagi Sekolah
Dapat memberikan kontribusi dan sumbangsi dalam segi mutu
sumber daya manusia terutama tenaga pendidik dan peserta didik.
4. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih banyak dalam bentuk
karya ilmiah yang berupa tulisan serta landasan dalam mengajar di
bidang kebahasaan terutama ranah bahasa indonesia.
b. Dapat dijadikan sebagai pengalaman, masukan, serta refleksi bagi
peneliti sebagai bakal calon pendidik.
c. Menginovasi kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model
12
E. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh
peneliti pada siswa kelas II dalam menulis cerita yaitu, dengan meningkatkan
keterampilan menulis cerita menggunakan model pembelajaran Word Square
berbantuan media gambar. Pada model pembelajaran Word Squarediharapkan
siswa mampu meningkatkan keterampilan menulis serta memudahkan mereka
dalam memahami isi cerita. Maka peneliti mengajak siswa kelas II menulis
cerita dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar,
dimana model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah kegiatan yang
menyenangkan, menarik serta membangkitkan antusias siswa dalam belajar.
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.10Tidak sebatas itu, aplikasi
dari model pembelajaran ini dibantu dengan adanya media gambar.
Menurut Aqib, langkah-langkah model pembelajaran Word Square
adalah :
(1) Guru menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran,
(2) Guru membagikan lembaran soal berupa kotak kata,
10
13
(3) Siswa diminta menyelesaikan soal, kemudian mengarsir huruf dalam kotak
kata sesuai dengan jawabannya secara horizontal maupun vertikal.11
(4) Siswa membacakan hasil pekerjaannya dan guru memberikan poin untuk
setiap jawaban.
Sedangkan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar
memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Guru membagikan lembar kerja, berupa cerita dengan paragraf rumpang
dilengkapi dengan gambar dan kotak kata sebagai jawabannya.
3) Guru melakukan arahan dengan meminta siswa mengaitkan antara gambar
dan cerita dengan paragraf yang masih rumpang. Jawaban dari paragraf
tersebut, dapat diisi dengan jawaban yang tersedia di kotak kata berupa
word square, sesuai dengan gambar.
4) Jawaban di kotak kata tersebut diarsir, kemudian dibubuhkan ke paragraf
yang rumpang.
5) Siswa membacakan hasil pekerjaannya dan guru memberikan poin untuk
setiap jawaban.
11
14
F. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus dengan objek, sehingga hasil
penelitiannya akurat, maka permasalahan di atas akan dibatasi pada hal – hal di bawah ini :
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas II MI Hasyim Asy’ari Ds. Petak Kec.Pacet Kab. Mojokerto Semester ganjil tahun ajaran 2016–2017. 2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II
semester ganjil aspek menulis, materi permainan dengan menggunakan
model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.
3. Materi cerita yang dimuat dalam penelitian ini adalah cerita anak yang
bersifat sederhana.
4. Standar Kompetensi
4) Menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte.
5. Kompetensi Dasar
4.1 Melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat.
6. Indikator Kompetensi
4.1.1 Menulis permulaan cerita sederhana dengan kata yang tepat sesuai
dengan gambar yang tersedia.
4.1.2 Melengkapi cerita menggunakan kata yang sesuai sehingga menjadi
15
G. Definisi Operasional
Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat berjudul:
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Model Pembelajaran Word
SquareBerbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di
Kelas 2 MI Hasyim Asy’ari. Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami masalah yang ada pada judul skripsi ini, maka berikut merupakan
penjelasan secara rinci istilah istilah yang terdapat dalam judul:
1. Peningkatan
Peningkatan adalah aktivitas atau sebuah perlakuan yang dilakukan
dengan sengaja dalam upaya mengubah motorik maupun kognitif
seseorang dari keadaan yang kurang memuaskan menjadi keadaan yang
lebih memuaskan.
2. Keterampilan Menulis
Keterampilan Menulis adalah salah satu bagian dari komponen
berbahasa yang menghasilkan kegiatan penuangan ide, gagasan serta
perasaan melalui simbol grafik, sehingga seseorang tersebut maupun
orang lain mampu membaca dan memahami makna tulisan dengan baik.12
3. Cerita
Cerita merupakan tulisan berbentuk karangan yang menyajikan
serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya
12
16
(kronologis), dengan maksud memberi makna rentetan kejadian ,
sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.
4. Model PembelajaranWord Square
Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran untuk merencanakan
aktivitas belajar mengajar.
Sedangkan Word Square adalah suatu model pembelajaran dengan
menggunakan lembar kerja dimana peserta didik mencari susunan huruf
dan dibentuk menjadi sebuah kata, sekaligus merupakan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan.
5. Media Gambar
Media gambar merupakan salah satu media yang sederhana, dan
dapat memudahkan siswa dalam menulis cerita pada mata pelajaran
bahasa indonesia. Melalui media gambar, segala ide atau gagasan yang
dimiliki siswa dapat dituangkan dengan mudah karena pembelajaran yang
dilakukan terkesan lebih bermakna.
6. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran bahasa indonesia adalah salah satu mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan pada jenjang
17
yang didalamnya mengkaji tentang keempat keterampilan berbahasa
yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis.
Tidak hanya itu, pembahasaan tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat,
paragraf, gaya bahasa, kosakata, diskusi dan lain sebagainya.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan suatu aspek yang digunakan untuk
mempermudah pembaca dalam mengetahui isi penelitian ini. Maka penulis
membuat suatu sistematika pembahasan sebagai berikut :
1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tindakan yang dipilih, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika
pembahasan.
2. Bab kedua merupakan bab yang membahas tentang kajian teori. Dalam
kajian teori akan membahas tentang: Keterampilan menulis, cerita, model
pembelajaran word square, media gambar, mata pelajaran bahasa indonesia.
3. Bab ketiga merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian,
dimana metode penelitian sendiri terjabar oleh beberapa poin diantaranya:
pengertian dan jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,
tehnik dan alat pengumpulan data, tehnik analisa data, dan Rancangan
Penelitian yang meliputi, setting penelitian, subyek penelitian, sumber data.
18
4. Bab keempat membahas tentang laporan hasil penelitian dan pembahasan,
meliputi deskripsi, hasil penelitian per-siklus, dan pembahasan dari setiap
siklus.
5. Bab kelima membahas tentang penutup berisi tentang
kesimpulan-kesimpulan yang merupakan intisari dari semua bahasan yang telah
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis
1. Pengertian Keterampilan Menulis
Secara etimologi, keterampilan berasal dari terampil. Istilah lainnya
adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Sehingga istilah lain dari
keterampilan dapat disebut kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Secara istilah keterampilan ialah kegiatan yang melibatkan urat-urat
syaraf dan otot-otot (neuromuscular) serta hanya terlihat secara kasat mata
atau kegiatan jasmaniah, seperti halnya menulis, olahraga, membaca,
bertanya dan lain-lain. Dalam pendapatnya, Rober mengungkapkan bahwa
keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks, tersusun secara sistematis dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu. Lain dengan pengertian diatas, Rober
menambahkan bahwasanya keterampilan tidak hanya sebatas terlihat dari
segi jasmaniah saja, melainkan adanya pengaruh fungsi mental yang
bersifat kognitif.1
Dalam pembelajaran bahasa, keterampilan dibagi menjadi empat,
yakni: keterampilan mendengarkan (listening skills), keterampilan
berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan
1
20
keterampilan menulis (writing skills). Dari keempat keterampilan berbahasa
tersebut masing-masing memiliki hubungan yang erat dengan cara yang
beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, keterampilan
yang pertama kali didapatkan sesuai dengan teori linguistik serta menurut
tahap perkembangan bahasa orang ialah keterampilan mendengar, disusul
keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.2
Ariadinata dalam Setyawan mengemukakan bahwa menulis adalah
suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide, gagasan atau gambaran yang
ada di dalam pikiran manusia, serta menjadi sebuah karya tulis yang dapat
dibaca dan mudah dimengetiatau dipahami orang lain. MacArthur
menyatakan writing is a powerful tool for getting thing done and a
language skill to convey knowledge and information. Menulis merupakan
keterampilan berbahasa untuk menyampaikan gagasan dan informasi.3
Erlina Syarief dalam Ninies Ainkhein Suyanti menambahkan bahwa
menulis adalah bentuk pengekspresian secara tertulis dari gagasan, ide,
pendapat atau pikiran dan perasaan. Tidak hanya itu, pendapatnya
ditangguhkan dengan tulisan hasil dari keterampilan menulis ialah simbol
grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.4
2
Henry Guntur Tarigan,Pengajaran Kompetensi Bahasa(Bandung: Angkasa, 1998) ,1. 3
Setyawan Pudjiono,Konsep Dasar Menulis, Modul Pendidikan FBS UNY (Yogyakarta: Staff Site UNY, t.t) ,1.
4
21
Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan menyalurkan suatu gagasan,
pikiran, ide atau perasaan dengan bebas dan leluasa pada sebuah tulisan
(simbol grafik) tanpa melalui proses komunikasi langsung dengan cermat,
cekatan dan baik sehingga pembaca mampu memahami dan menerimanya
dengan berhasil.
2. Tujuan Menulis
Dalam melakukan kegiatan menulis, penulis tentu memiliki tujuan
dari tulisan yang akan disampaikannya. Perumusan tujuan penulisan sangat
penting dan harus ditentukan terlebih dahulu, karena hal ini merupakan titik
tolak dalam kegiatan menulis. Tujuan tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut:
a. Assigment Purpose
Tujuan penulisan ini berdasarkan perintah yang harus dilakukan,
tanpa adanya kemauan sendiri.
b. Altruistic Purpose
Penulis hanya bertujuan untuk menyenangkan para pembaca.
Keadaan apapun yang pembaca rasakan saat itu, tentunya dapat membuat
22
c. Persuasive Purpose
Tulisan yang ditujukan untuk meyakinkan para pembaca akan
kebenaran gagasan yang diucapkan.
d. Informational Purpose
Bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan atau
penerangan kepada para pembaca.
e. Self Expressive Purpose
Bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada pembaca.
f. Creative Purpose
Tujuan ini berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi
“keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri dan melibatkan
dirinya dengan keinginan mencapai nilai-nilai artistic.
g. Problem Solving Purpose
Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis
ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat
pikiran-pikiran dan gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima oleh para
pembaca.5
Jika dilihat dari tujuan menulis di atas, kegiatan menulis yang
ditujukan kepada siswa tentu berbeda, tergantung pada sudut pandang
5
23
pembaca yang mengapresiasi tulisan yang di ekspresikan penulisnya.
Adapun tujuan dari menulis cerita sederhana yang dilakukan oleh siswa
kelas 2 ialahAssigment PurposedanInformational Purpose, yang dikatakan
assigment purpose ialah siswa kelas 2 menulis tanpa keinginan sendiri,
karena ada perintah yang harus dilakukan.
Hal ini dibuktikan adanya himbauan dari guru untuk melakukan atau
bertindak dengan menulis. Pengalaman dan imajinasi siswa tidak serta
merta berperan dalam kegiatan menulis ini, mengingat siswa kelas 2 tahapan
berpikirnya masih sederhana sehingga keterampilan menulis cerita
sederhana, sangat sesuai dengan masih digunakannya bimbingan dan
campur tangan seorang guru dan media gambar. Keterampilan menulis
disini, dimaksudkan ialah keterampilan menulis cerita termbimbing.
Sedangkan informational purpose dimaksudkan, bahwa menulis
bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca.
3. Teknik Menulis
Kegiatan menulis secara umum dapat dibedakan menjadi empat tahap,
yaitu:
a) Menyalin (Copying)
Kegiatan menyalin tulisan tulisan merupakan kegiatan menulis
24
belajar menulis kalimat. Kegiatan ini dapat berupa kegitan siswa
menyalin langsung sebuah kalimat yang sudah disediakan oleh guru.
b) Menulis Terbimbing (Guided Writing)
Teknik menulis secara terbimbing dapat berupa wacana atau
dialog pendek dengan beberapa kata yang sengaja dihilangkan. Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan cara mendiktekan kalimat, menyajikan suatu
gambar sebagai stimulus mereka dalam mengembangkan ingatan,
kemudian siswa diminta untuk melengkapi kalimat dengan kata-kata
mereka sendiri.
c) Menulis Kalimat (Subsititution Writing)
Kegiatan keterampilan menulis berupa menulis kalimat atau
wacana kembali, tetapi ada beberapa bagian yang diganti dengan hal-hal
yang serupa dengan kehidupan nyata.
d) Menulis Bebas (Free Writing)
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang memerlukan penguasaan
kosakata dan tata bahasa yang cukup. Guru dapat memberikan suatu
model tulisan atau gambaran tentang topik yang mungkin merupakan
objek yang menarik bagi siswa.
Dari beberapa teknik menulis diatas, teknik menulis yang digunakan
dalam penelitian ini, ialah teknik menulis terbimbing, karena disesuaikan
dengan intelegensi dan pola pikir siswa kelas II. Akan tetapi, tidak
25
gambar serta permainan word square untuk mengisi beberapa kata dalam
cerita yang dihilangkan.
4. Manfaat Menulis
Adapun manfaat dari kegiatan menulis adalah sebagai berikut:
a) Lebih mengenali kemampuan dan potensi diri yang ada dalam
masing-masing individu.
b) Mampu mengembangkan berbagai gagasan secara tertulis.
c) Memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai
informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.
d) Dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkan secara tersurat.
e) Dapat meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif.
f) Akan mempermudah memecahkan masalah, yaitu dengan menganilisis
secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret.
g) Tugas menulis mendorong seseorang belajar secara aktif dalam
menemukan serta memecahkan suatu masalah.6
6
26
5. Indikator Menulis Cerita
Keterampilan menulis memiliki banyak ruang lingkup, diantaranya:
menulis puisi, menulis pengumuman, menulis karangan, menulis paragraf
dan seterusnya tergantung dari konteks dan tujuannya. Di atas sudah
dipaparkan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan maupun
kepandaian seseorang dalam mengolah informasi yang didapat dan diterima
sedemikian hingga menjadi sebuah tulisan. Keterampilan menulis
merupakan salah satu dari kegiatan psikomotorik siswa dengan kata
menulis sebagai Kata Kerja Operasionalnya. Tulisan yang dihasilkan dapat
dinilai baik, apabila sesuai dengan aspek dan kriteria yang telah ditentukan.
Menurut Iskandarwassid dan Danang Suhendar dalam menilai tulisan
terdapat beberapa kriteria yang digunakan, antara lain:
a. Kualitas dan ruang lingkup isi
b. Organisasi dan penyajian isi
c. Komposisi
d. Kohesi dan koherensi
e. Gaya dan bentuk bahasa
f. Mekanik
g. Kerapian tulisan
27
i. Respon afektif pengajar terhadap karya tulis.7
Dari sembilan kriteria yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas,
kriteria yang ada pada penelitian ini ialah kohesi dan konherensi dan
kerapian tulisan. Pada penelitian ini, keterampilan menulis yang dimaksud
adalah keterampilan menulis cerita dengan menggunakan teknik bimbingan
word square dan melibatkan media gambar.
Menulis cerita yang seringkali ditafsirkan banyak orang dengan free
writing atau menulis bebas, tentunya akan mengindisikan batasan dan
aspek apa saja yang akan dinilai serta menjadikan kegiatan menulis itu
sesuai harapan dan tujuan yang dicapai. Adapun aspek yang dinilai dalam
hal ini meliputi: Kesesuaian dengan gambar,ketepatan dan kejelian dalam
memilih jawaban, kerapian tulisan.
B. Cerita
1. Pengertian Cerita
Cerita (Narasi) adalah sebuah tulisan yang berusaha menyajikan atau
menyampaikan serangkaian peristiwa menurut urutan terjadinya
(kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan
kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.
Menurut pendapat Gorys Keraf cerita adalah suatu bentuk wacana yang
7
28
berusaha menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa yang telah terjadi
dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca. Sedangkan sasaran utama
karangan narasi adalah tindak-tanduk yang dijalani dan dirangkaikan
menjadi suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.8
2. Unsur-Unsur Cerita
Agar menjadi sebuah cerita utuh, maka didalamnya tidak lepas dari
adanya hal-hal yang membangunnya, adapun hal-hal tersebut dimanakan
dengan unsur. Unsur-unsur yang dimiliki oleh cerita diantaranya:
a. Tema
Tema merupakan dasar pengembangan dari sebuah cerita. Tema
sebuah cerita fiksi merupakan gagasan utama dan makna utama dalam
sebuah cerita.
b. Moral
Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca. Moral atau amanat selalu berkaitan dengan hal yang positif,
bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik..
c. Alur (Plot)
Alur dalam narasi merupakan kerangka dasar yang penting untuk
mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain
dalam kesatuan waktu. Alur dalam narasi bersembunyi dibalik jalannya
8
29
cerita. Alur dan jalan cerita sulit dipisahkan namun harus dibedakan.
Jalan cerita memuat kejadian.
Suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada alasannya. Sesuatu
yang menggerakkan kejadian cerita itulah yang disebut alur. Dalam
narasi terjadi perkembangan alur. Alur sering dikupas menjadi
elemen-elemen berikut: (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik
memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan masalah.
d. Penokohan
Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Dalam narasi tidak ada
pembatasan jumlah tokoh namun perlu dipertimbangkan fungsional
atau tidaknya tokoh tersebut dalam membangun cerita agar peristiwa
atau tindakan yang ditampilkan tidak berlaku pada banyak tokoh
sehingga arahnya terkontrol.
e. Latar (Setting)
Latar adalah tempat atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak
disebutkan secara jelas latar tempat maupun waktunya namun adapula
yang dijelaskan secara pasti.
f. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang dalam karangan narasi menjawab pertanyaan
30
maka detail cerita juga akan berbeda. Kedudukan narator ada 4 macam
sebagai berikut:
1) Narator serba tahu.
Dalam kedudukan ini narator bertindak sebagai penicpta segalanya.
Ia tahu semuanya mulai dari kegiatan jasmaniah sampai rohaniah,
dari tempat yang tampak sampai yang tersembunyi, dari masalah
biasa sampai rahasia. Ia bisa menciptakan apa saja untuk
melengkapi ceritanya. Pengarang juga bisa mengomentari kelakuan
pelakunya.
2) Narator bertindak objektif. Dalam teknik ini, pengarang tidak
memberikan komentar apapun, ia hanya menceritakan apa yang
terjadi kepada pembaca. Oleh karena itu, pembaca bebas
menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.
3) Narator ikut aktif. Teknik ini menempatkan narator sebagai aktor
yang terlibat dalam cerita. Kadang – kadang sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama seperti
aku, sayadankami. Narator hanya bisa melihat dan mendengar apa
yang orang biasa bisa lihat dan dengar. Narator juga tidak bisa
membaca pikiran tokoh lain. Hal–hal yang bersifat psikologis yang bisa diceritakan hanya yang menyangkut dirinya sendiri.
4) Narator sebagai peninjau. Dalam teknik ini, pengarang memilih
31
bersama tokoh ini. Pelaku sudut pandang ini sering disebut orang
ketiga ataudia.
C. Model PembelajaranWord Square
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di suatu
kelas atau pembelajaran. Joyce dan Weil menyatakan bahwa model
pembelajaran ialah pola yang dapat membantu guru dalam membelajarakan
siswanya dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,
serta mengekspresikan ide sendiri. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.9
Amri mengartikan model pembelajaran sebagai suatu design yang
menggambarkan proses rincian da penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa. Sedangkan Ismail dalam Amri
mengemukakan bahwa model memiliki ciri khusus diantaranya: rasional
teoritik yang logis disusun oleh perancangnya, tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
9
32
dapat dilaksanakan secara berhasil serta lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.10
Strategi, metode, teknik, pendekatan, dan model memiliki hubungan
yang saling terkait, karena berpatokan pada penentuan tujuan pembelajaran,
pemilihan strategi, teknik, dan perumusan tujuan yang kemudian
diimplementasikan ke dalam metode yang relevan selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat
menarik perhatian sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pola pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru,
dimana didalamnya melibatkan startegi, teknik, pendekatan dan metode
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan keberhasilan siswa.
2. PengertianWord Square
Sejalan dengan pendapat Kurniasih yang mengatakan bahwa model
pembelajaran word square merupakan model yang berangkat dari
pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi
kepada keaktifan siswa. Model yang memadukan antara kemampuan siswa
10
33
dalam menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban
pada kotak-kotak jawaban .
Model Word Square sedikit lebih mirip dengan mengisi teka-teki
silang, akan tetapi perbedaan yang mendasar adalah model ini sudah
memiliki jawaban, namun disamarkan dengan menambahkan kotak
tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar atau pengecoh.
Istimewanya model pembelajaran ini dapat dipraktekkan untuk semua
mata pelajaran, tinggal bagaimana guru dapat memprogram serta
mengemas sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa
untuk berpikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan untuk
mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.11
Mulyadi dan Risminawati menjelaskan bahwa model pembelajaran
Word square syarat dengan permainan yang menggunakan kertas sebagai
media, keuntungannya adalah meningkatkan kecerdasan anak dalam olah
huruf menjadi kata yang berserak dalam satu bingkai kotak, dimana siswa
diminta untuk menghubungkan huruf dengan cepat, baik secara menurun
aau mendatar.12
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Word Square ialah model pembelajaran yang didalamnya berisi permainan
11
Imas Kurniasih, dkk,Ragam Pengembangan Model Pembelajaran(Jakarta: Kata Pena, 2015) 97.
12
34
acak akata huruf menjadi kata dalam satu bingkai kotak, dimana siswa
diminta untuk menghubungkan huruf dengan cepat dan baik secara
mendatar maupun menurun.
3. Langkah-langkah PembelajaranWord Square
Adapun langkah-langkah pembelajaran Word Square adalah sebagai
berikut:
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
c. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalamkotak sesuai
jawaban.
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.13
Adapun dalam penelitian ini, model pembelajaran Word Square
dikombinasikan dengan media gambar, sehingga langkah-langkah pun
berkembang dan berbeda dari langkah-langkah yang tercantum diatas.
Akan tetapi tidak sampai keluar jauh dari konteks yang sesungguhnya.
Diantaranya ialah:
a. Guru menempelkan media gambar di papan tulis berupa gambar berseri.
b. Guru memberikan Lembar kerja siswa yang berupa sebuah cerita
dengan beberapa kata yang sengaja di hilangkan.
13
35
c. Menyiapkan jawaban pada kotak acak (model word square) yang
berkorelasi dengan beberapa kata yang sengaja di hilangkan.
d. Siswa diminta mengamati gambar sambil mengaitkan gambar tersebut
dengan cerita yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa.
e. Siswa melingkari jawaban pada kotakWord Square sesuai dari gambar
yang telah dilihat dengan jawaban yang tepat.
f. Menuliskan kembali pada kata yang sengaja dihilangkan di sebuah teks
yang tersedia dalam Lembar Kerja Siswa.
g. Guru memberikan poin dan mengevaluasi.
4. Kelebihan Dan Kekurangan Model PembelajaranWord Square
Setiap model, strategi, metode maupun teknik pembelajaran memiliki
kelemahan maupun kelebihan. Dibawah ini merupakan kelebihan dari
model pembelajaran Word Square, diantaranya:
a. Memahami pemahaman siswa terhadap pelajaran,
b. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena
pembelajaran berupa permainan.
c. Melatih untuk berdisiplin.
36
e. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari
jawaban dalam lembar kerja.14
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaranWord Squareadalah:
a. Mematikan kreativitas siswa.
b. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
c. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan
atau potensi yang dimilikinya.
d. Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan.
e. Banyak berpusat pada guru karena siswa hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru dan jawaban dan lembar kerja pun tidak bersifat
analisis.15
D. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar.Kata media berasa dari bahasa Latin, yang merupakan
bentuk jamak dari katamedium, yang berarti sesuatu yang terletak perantara
atau pengantar. Media yang dalam bahasa latinnya medoe adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
14
Luh Putu Sukandeni, dkk,“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur,” JurnalMimbar PGSD Undiksha, Vol: 2, No. 1, 2014, 3.
15
37
Di Amerika sebuah Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
(Association of Education on Communication Technology/AECT)
membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang
untuk menyalurkan pesan atau informasi.Gagne menyatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar.16
Pengertian yang berbeda dikemukakan oleh Asosiasi Pendidikan
Nasional, menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Apa pun batasan yang
diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut, yaitu bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi.17
Soeparno berpendapat bahwa media adalah suatu alat yang dipakai
sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau
informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver).
Berkaitan dengan pengertian tersebut, dalam dunia pengajaran, pada
16
Sukiman,Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2012), 28. 17
38
umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi,
yakni guru, sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa.18Azhar
Arsyad mengemukakan bahwa media adalah komponen sumberbelajaratau
wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar.19
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pendidikan adalah perantara atau pengantar
informasi bahan pelajaran yang dirancang untuk menarik dan
menumbuhkembangkan daya kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa
serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa dalam usaha
meningkatkan hasil belajar semaksimal mungkin.
2. Macam- Macam Media Pembelajaran
Soeparno mengemukakan bahwa klasifikasi media dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga macam kriteria, sebagai berikut.
a. Berdasarkan karakteristiknya Rudy Bretz mengemukakan bahwa media
memiliki lima macam karakteristik utama, yakni: suara, gerak, gambar,
garis, dan tulisan. Beberapa media mempunyai karakteristik tunggal, dan
yang lain mempunyai karakteristik ganda.
1) Media yang mempunyai karakteristik tunggal:
18
Soeparno,Media Pengajaran Bahasa(Yogyakarta: PT Intan Pariwara, 1988) ,1. 19
39
a) Radio, mempunyai karakteristik suara saja.
b) Rekaman, mempunyai karakteristik suara saja.
c) PH, memiliki karakteristik suara saja.
d) Slide, memiliki karakteristik gambar saja.
e) Reading box, memiliki karakteristik tulisan saja.
f) Reading machine, memiliki karakteristik tulisan saja.
2) Media yang memiliki karakteristik ganda:
a) Film bisu, memiliki karakteristik gambar dan gerak.
b) Film suara, memiliki karakteristik gambar, gerak, dan suara.
c) TV dan VTR, memiliki karakteristik suara, gambar, gerak, garis
dan tulisan.
d) OHP, memiliki karakteristik gambar, garis, dan tulisan.
e) Slide suara, memiliki karakteristik gambar dan suara.
g) Bermain peran, sosiodrama, dan psikodrama, memiliki karakteristik
suara dan gerak.
b. Berdasarkan dimensi presentasinya Dari segi dimensi presentasinya,
media dapat dibedakan menurut lamanya presentasi dan menurut sifat
presentasi. Lamanya presentasi dibagi menjadi dua yaitu, presentasi
sekilas dan presentasi tak sekilas. Presentasi sekilas, informasi yang
dikomunikasikan hanya sekilas berlalu saja. Media yang tergolong dalam
kategori ini antara lain, radio, rekaman, film, TV, dan flash card.
40
secara relatif lama. Media yang tergolong dalam kategori ini yaitu, slide,
film strips, OHP, flow chart, kubus struktur, dan bumbung substitusi.
Berdasarkan sifat presentasinya media dapat dibedakan menjadi dua
macam, yakni media dengan presentasi kontinyu dan media dengan
presentasi tankontinyu.
Media yang presentasinya kontinyu tidak boleh diputus-putus atau
diselingi dengan program lain. Yang tergolong jenis ini misalnya radio,
TV, dan film. Media yang presentasinya tankontinyu dapat diputus-putus
atau diselingi dengan program lain. Yang tergolong jenis ini misalnya,
OHP, kubus struktur, bumbung substitusi flow chart, slot board,
epidiascope, dan sebagainya.
c. Berdasarkan pemakainya Berdasarkan jumlah pemakainya, media dapat
dibedakan atas tiga jenis yaitu, media untuk kelas besar, media untuk
kelas kecil, dan media untuk belajar secara individual.20
3. Media Gambar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi atau pengertian
gambar adalah tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil, pena,
maupun alat-alat tulis lainnnya pada sebuah kertas, kanvas, papan tulis dan
lain sebagainya. Jika kita perhatikan terdapat banyak kata pada
pendefinisian tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya definisi atau
20
41
pengertian gambar . Pertama menunjukkan bahwa gambar tidak hanya
terbatas pada tiruan orang, binatang, tumbuhan. Tapi bisa juga tiruan yang
lainnya. Kedua menggambarkan pembuatannya tidak terbatas pada coretan
pensil. Bisa saja dengan pointer menggunakan mouse di program
menggambar di komputer.
Ketiga menunjukan bahwa untuk menggambar tidak hanya terbatas
pada kertas. Bisa saja pada dinding, lembaran kayu, atau bisa juga pada
canvas imaginer di program menggambar di komputer. Usman dalam
bukunya berpendapat bahwa media gambar adalah media reproduksi
bentuk asli dalam dua dimensi. Gambar merupakan alat visual yang efektif
karena dapat divisualisasikan menjadi sesuatu yang akan dijelaskan dengan
lebih konkrit dan realistis.21
Hamzah mengemukakan dalam pendapatnya, bahwa gambar adalah
bentuk representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang
diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara lukisan,
gambar atau foto. Sedangkan, media gambar diartikan sebagai segala
sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi
sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam-macam seperti
lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projektor.22
21
Basyirudin Usman,Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002) ,47. 22
42
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media
gambar adalah segala bentuk alat komunikasi sesuatu yang diwujudkan
secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran
yang diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara
lukisan, gambar atau foto yang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi ke peserta didik.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media gambar dengan jenis
gambar berseri. Media gambar berseri adalah gambar dengan rangkaian
kegiatan atau cerita yang disajikan secara berurutan. Siswa berlatih
mendeskripsikan setiap gambar, hasil deskripsi dari setiap gambar apabila
dirangkai akan menjadi suatu karangan yang utuh. Sehingga pemahaman
siswa mengenai alur dan isi dari sebuah cerita akan lebih mudah dan jelas
bila diadakannya media gambar.
4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar a. Kelebihan media gambar
1) Lebih konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah,
jika dibandingkan dengan bahasa verbal.
2) Dapat mengatasi ruang dan waktu.
3) Dapat mengatasi keterbatasan mata.
4) Memperjelas masalah dalam bidang apa saja, dan dapat digunakan
43
b. Kelemahan media gambar
1) Kelebihan dan penjelasan guru dapat menyebabkan timbulnya
penafsiran yang berbeda sesuai dengan pengetahuan masing-masing
anak terhadap hal yang dijelaskan.
2) Penghayatan tentang materi kurang sempurna, karena media gambar
hanya menampilkan persepsi indera mata yang tidak cukup kuat
untuk menggerakkan seluruh kepribadian manusia, sehingga materi
yang dibahas kurang sempurna.
3) Tidak meratanya penggunaan foto tersebut bagi anak-anak dan
kurang efektif dalam penglihatan. Biasanya anak yangpaling depan
yang lebih sempurna mengamati foto tersebut, sedangkan anak yang
belakang semakin kabur.23
4) Dapat hilang, mudah rusak dan musnah bila tidak dirawat dengan
baik.
5) Menekankan indra penglihat.24
E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat yang digunakan untuk bekerjasama,
23
Basyirudin Usman,Media..., 50-51. 24
44
berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Bahasa juga sebagai ungkapan
dari perasaan dan fikiran seseorang, meskipun masih pada fase intelektual
praoperasional, ternyata sudah bisa juga berpikir logis dan berpikir abstrak,
apabila ada bantuan yang khusus sesuai potensi yang ada padanya.
Dari segi sosiolinguistik, tidak sebatas ungkapan dan fikiran seseorang
saja. Akan tetapi, bahasa memiliki banyak fungsi dilihat dari sudut pandang
penutur, pendengar, topik, kode dan amanat pembicaraan. Diantaranya:
direktif, personal, fatik, referensial, imagiinnatif dan metalingual.25Sebagai
suatu sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau
pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata
kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola itu dilanggar, maka komunikasi
dapat terganggu.
Hal ini sejalan dengan Bahasa Indonesia yang tumbuh dan
berkembang di tengah masyarakat yang heterogen. Indonesia yang Bahasa
serta dari bahasa melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa
perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan Nusantara melainkan
juga hampir di seluruh Asia Tenggara.26Tanggal 28 Oktober 1928, para
pemuda mengikrarkan sumpah pemuda. Melalui ikrar sumpah pemuda
maka resmilah bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.
25
Abdul Chaer,Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) , 29. 26
45
Melalui bahasa seseorang menyampaikan pikiran, pengalaman,
gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, harapan kepada sesama
manusia.Dengan bahasa itu pula orang dapat mewarisi dan mewariskan,
menerima dan menyampaikan segala pengalaman dan pengetahuan lahir
batin.27
2. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan
keterampilan siswa dalam Bahasa Indonesia. Pengetahuan Bahasa
diajarkan untuk menunjukkan siswa terampil berbahasa, yakni terampil
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan berbahasa
hanya bisa dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis,
yakni harus sering belajar, berlatih, dan membiasakan diri, itulah kuncinya.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif
terhadap bahasa, yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Guru bahasa harus memahami benar-benar bahwa
tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa,
dengan kata lain, agar para siswa mempunyai kompetensi bahasa yang baik.
Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik, maka
diharapkan dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan lancar,
27
46
baik secara lisan maupun secara tertulis. Para siswa diharapkan menjadi
penyimak dan pembicara yang baik, menjadi pembaca yang komprehensif
serta penulis yang terampil dalam kehidupan sehari-hari.28
28
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam penyelidikan
suatu masalah untuk mencari bukti dalam penelitian tersebut. Seperti yang
dijelaskan oleh Sumadi Suyabrata, penelitian dilakukan karena ada hasrat ingin
tahu manusia yang berawal dari kekaguman manusia akan alam yang
dihadapinya baik alam besar maupun kecil.1
Dari pengertian tersebut, sudah jelas bahwasanya metode penelitian
senantiasa dibutuhkan di dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan penelitian
sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan,
pembuktian, dan pengembangan. Sedangkan, kegunaannya adalah untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2
1
Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 2. 2
48
Metode penelitian yang digunakan adalahclassroom action research atau
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a)
perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan
d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat tahapan tersebut dipandang sebagai
siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Sik
Gambar 3.1
Siklus PTK Model Kurt Lewin
49
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam bentuk PTK tersebut
membentuk suatu siklus PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin
diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan
berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang
berhasil di siklus pertama. Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua
belum mengatasi masalah, begitu juga silkus-siklus berikutnya. Sebelum
melakukan PTK, peneliti melakukan observasi awal untuk melakukan
identifikasi masalah. Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasi
PTK di rumuskan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut yang sesuai
dengan model Kurt Lewin.3
1. Menyusun perencanaan (Planning). Pada tahap ini, kegiatan yang harus
dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
[2] mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di
kelas; [3] mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis
data mengenai proses dan hasil tindakan.
2. Melaksanakan tindakan (Acting). Pada tahap ini yaitu melaksanakan
tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual,
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
3. Melaksanakan pengamatan (Observing). Pada tahap ini yang harus
dilakukan adalah [1] mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti
3
50
kegiatan pembelajaran; [2] memantau kegiatan diskusi/ kerja sama anta
peserta didik dalam kelompok; [3] mengamati pemahaman setiap peserta
didik terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah dirancang sesuai
tujuan PTK.
4. Melakukan refleksi (Reflecting). Pada tahap ini yang harus dilakukan
adalah [1] mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi hasil observasi; [3]
menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat kelemahan-kelemahan
untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai
tujuan PTK dapat tercapai.
B. Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Hasyim Asy ari Dusun Mojoroto
Desa Petak, Kecamatan Pacet,Kabupaten Mojokerto pada kelas II.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada akhir semester ganjil, yaitu pada tanggal 2
Desember 13 Desember 2016.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Hasyim
Asy ari Mojokerto Tahun Pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah siswa 32 siswa