• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS II MI HASYIM ASY'ARI MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS II MI HASYIM ASY'ARI MOJOKERTO."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA

MELALUI MODEL PEMBELAJARANWORD SQUARE

BERBANTUAN MEDIA GAMBAR

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS II MI HASYIM ASY’ARI MOJOKERTO

SKRIPSI

Oleh:

NUR JAMILAH ROSYADI NIM. D77213087

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nur Jamilah Rosyadi, D77213087, 2017, Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto

Kata Kunci: Keterampilan Menulis Cerita, Model Pembelajaran Word Square berbantuan Media Gambar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realita di lapangan yang menjelaskan bahwa kurang optimalnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar, penggunaan serta keterlibatan media yang kurang maksimal, sehingga berdampak kepada keterampilan siswa-siswi dalam menulis, mayoritas siswa melakukan aktivitasnya sendiri saat pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan dari dokumentasi nilai keterampilan menulis cerita siswa kelas II, diperoleh data sebanyak 43% dari jumlah 32 siswa yang nilainya mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan yakni 80%.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan dan peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelajaran Word

Squareberbantuan media gambar pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas II

MI Hasyim Asy’ari Mojokerto? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penerapan dan peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran bahasa

indonesia di Kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode PTK model Kurt Lewin

dengan subjek penelitian 32 siswa dan tempat penelitian di MI Hasyim Asy’ari

Mojokerto. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran yang meliputi 4 tahap; Planning, Acting, Observing, Reflecting . Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi guru dan siswa, product assesment dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik product assesment, dengan memperhatikan 4 kriteria keteramplan menulis cerita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Word

Square berbantuan media gambar dapat dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN MOTTO... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

DAFTAR RUMUS... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Tindakan yang Dipilih... 12

F. Lingkup Penelitian... 14

G. Definisi Operasional... 15

H. Sistematika Pembahasan... 17

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis... 19

1. Pengertian Keterampilan Menulis... 19

(8)

3. Teknik Menulis... 23

4. Manfaat Menulis... 25

5. Indikator Menulis Cerita... 26

B. Cerita... 27

1. Pengertian Cerita... 27

2. Unsur-Unsur Cerita... 28

C. Model PembelajaranWord Square... 31

1. Pengertian Model Pembelajaran... 31

2. Pengertian Word Square... 32

3. Langkah-Langkah PembelajaranWord Square... 34

4. Kelebihan dan Kekurangan Model PembelajaranWord Square... 35

D. Media Pembelajaran... 36

1. Pengertian Media Pembelajaran... 36

2. Macam-Macam Media Pembelajaran... 38

3. Media Gambar... 40

4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar... 42

E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia... 43

1. Pengertian Bahasa Indonesia... 43

2. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia... 45

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 47

B. Setting Penelitian... 50

C. Subyek Penelitian... 50

D. Variabel yang Diteliti... 51

E. Rencana Tindakan... 52

F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulannya... 60

(9)

H. Indikator Kinerja... 67

I. Tim Peneliti Dan Tugasnya... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 69

1. Pra Siklus... 70

2. Siklus I... 73

3. Siklus II... 90

B. Hasil, Pembahasan dan Temuan... 107

1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Mengajar... 107

2. Keterampilan Menulis Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 108

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 114

B. Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal di masyarakat untuk saling

berkomunikasi dan mengidentifikasi diri antar individu satu dengan individu

yang lain. Selaras dalam kehidupan nyata, bahwa manusia sebagai makhluk

sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesamanya serta tidak lepas dari

adanya sifat saling bergantung. Tidak sebatas alat komunikasi, bahasa juga

berfungsi sebagai simbol dan wujud konkret dari penuangan gagasan dan

perasaan yang dimiliki oleh individu, baik secara lisan, tulisan, isyarat,

bilangan, lukisan dan mimik muka.

Selain berkedudukan sebagai bahasa pemersatu bangsa, bahasa indonesia

juga dibelajarkan dalam jenjang pendidikan. Mengingat fungsi dan

kebutuhannya bagi masyarakat indonesia yang teramat penting. Mengait

tentang ranah pendidikan yang memiliki kaitan dengan bahasa indonesia

sebagai suatu obyek pelajaran, maka istilah belajar dan pembelajaran

merupakan 2 unsur penting yang tidak dapat dipisahkan.

Belajar adalah tahapan perilaku individu yang relatif menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan.1 Sementara itu

pembelajaran diungkapkan oleh Aunurrahman, sebagai suatu sistem yang

1

(11)

2

bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian

peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan

mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.2

Bahasa indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang telah

ditetapkan dalam kurikulum pendidikan pada jenjang pendidikan dasar

(SD/MI), SMP, SMA, serta jenjang perguruan tinggi yang didalamnya

mengkaji tentang keempat keterampilan berbahasa yakni keterampilan

mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Tidak hanya itu,

pembahasaan tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, paragraf, gaya bahasa,

kosakata, diskusi dan lain sebagainya.

Pendapat Cahyani dalam karya Mubarokah Khasanah menambahkan,

bahwa:

“Selain sebagai mata pelajaran, bahasa indonesia juga berperan sebagai

pengantar dan penunjang keberhasilan dalam mempelajari mata

pelajaran yang lain.”3

Bahasa indonesia diarahkan untuk meningkatkan komunikasi siswa

dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, menumbuhkan

apresiasi dan kecintaan peserta didik terhadap karya sastra indonesia.

Membicarakan tujuan dari adanya bahasa indonesia dalam pembelajaran, dapat

dipaparkan sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

2

Aunurrahman,Belajar dan Pembelajaran(Bandung: Alfabeta, 2009) Cet ke-2 ,34.

3

(12)

3

dengan etika yang berlaku. 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa

indonesia. 3) Memahami dan menggunakan bahasa indonesia dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Menggunakan bahasa indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa, dan 6) Menghargai serta mengembangkan sastra indonesia sebagai

khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia.

Pada jenjang pendidikan dasar, bahasa indonesia sudah diajarkan kepada

peserta didik. Dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6, pembelajaran dilaksanakan

sesuai dengan tingkatan dan ketentuan perundang-undangan. Kelas 1 sampai

kelas 3, materi yang diajarkan sudah berbeda, disesuaikan dengan intelegensi,

pola pikir dan perkembangan siswa.

Pada kelas bawah, materi yang diajarkan hanya sebatas pengenalan dari

segi gesture saja, pengenalan perbendaharaan kata, menyalin atau menulis

ulang kata maupun kalimat yang diajarkan dengan teknik dikte dan

pemahaman kata-kata sederhana. Sedangkan pada kelas atas, seiring dengan

pola pikir siswa yang lebih berkembang, dinamis dan kompleks, maka

pemahaman suatu objek sampai dengan perangkaian kalimat menjadi sebuah

(13)

4

mendengarkan cerita kritis dan menanggapinya merupakan bidang materi yang

dikaji dan disajikan.4

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari komponen yang

diajarkan dalam mata pelajaran bahasa indonesia. Kendati, bahasa tulis hanya

rekaman visual dalam bentuk simbol grafis, huruf dan tanda baca dari bahasa

lisan serta bersifat sekunder,5 namun demikian bahasa tulis tetap sama

pentingnya dengan bahasa lisan, mengingat berlangsungnya interaksi manusia

sebagai makhluk sosial.

Keterampilan menulis merupakan sebuah kegiatan yang dapat menggali

pikiran dan perasaan mengenai suatu obyek, memilih hal-hal apa saja yang

akan ditulis, serta menuliskannya sehingga pembaca akan mudah memahami

dengan jelas.6Keterampilan menulis dimaksudkan agar seorang siswa dapat

dengan baik, terampil dan cermat dalam menulis sebuah informasi yang

didapatkan dari simbol grafik maupun bunyi.

Kegiatan menulis pada dasarnya bukan hanya untuk melahirkan sebuah

pemikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide,

pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis.

Dalam pembelajaran Bahasa indonesia, pengalaman seseorang dapat diarahkan

4

Syamsu Yusuf L.N,Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. Ke-13,179-180.

5

Muhammad Rohmadi, dkk,Belajar Bahasa Indonesia(Surakarta: Cakrawala Media, 2015), 4. 6

Mega Fahrizah,Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V Di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun

(14)

5

dan dibentuk menjadi berbagai tulisan yang indah. Seiring bahasa indonesia

memiliki ruang lingkup bahasan yang luas. Diantaranya: Empat keterampilan

berbahasa (keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis), prosa,

tata bahasa dan segala hal yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, semantik,

pragmatik dan semiotik.7Bidang-bidang tersebut masih dibagi lagi kedalam

materi yang paling dasar, salah satunya ialah materi cerita.

Cerita merupakan tulisan berbentuk karangan yang menyajikan

serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),

dengan maksud memberi makna rentetan kejadian , sehingga pembaca dapat

memetik hikmah dari cerita tersebut dan atau sebagai sarana hiburan dan

penambahan pengetahuan.

Salah satu masalah yang dijumpai pada observasi di Madrasah Ibtidaiyah

Hasyim Asy’ari Mojokerto kelas II pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah murid hanya sekedar mendengar, memperhatikan, mencatat kemudian

mengerjakan soal latihan pada lembar kerja siswa yang tersedia, menirukan

dari apa yang guru bacakan. Pada materi menulis dengan pendekatan

kontekstual learning seperti menuliskan cerita dari kegiatan sehari-hari pada

hari minggu, masih dijumpai banyak siswa yang menengok kepada teman

sebangku, tidak mengerti apa yang dituliskan dan kurangnya atau belum

7

(15)

6

optimalnya media gambar yang bila difungsikan dapat sebagai stimulus siswa

dalam menulis.

Tidak hanya itu, kegiatan lain yang melibatkan keterampilan menulis

ialah saat siswa diminta menuliskan cerita berdasarkan dari gambar yang telah

dilihat, masih terdapat banyak siswa yang belum bisa merangkai kalimat

menjadi sebuah paragraf, atau kata menjadi sebuah kalimat.

Di sisi lain, Guru lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran sepenuhnya masih diambil alih oleh guru (Teacher Center),

keikut sertaan siswa dalam aktif berpartisipasi selama pembelajaran masih

jarang terlaksana. Mayoritas siswa lebih aktif melakukan aktivitasnya sendiri,

berbicara dengan temannya ketika di kelas dan saat pembelajaran bahasa

indonesia sedang berlangsung.

Akibatnya aktivitas tersebut berakibat terhadap pemahaman hingga

kemampuan menulis siswa yang masih belum maksimal. Dari 37 siswa yang

ada di kelas II, dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis cerita sederhana sebesar 75 dan

yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya berkisar rata-rata 40%.8

Oleh sebab itu, peneliti berusaha memperbaiki proses belajar mengajar

menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar.

Model pembelajaran ini dianggap relevan, menyenangkan dan dapat

8

(16)

7

menjadikan siswa mampu berfikir kritis, membuat siswa menggunakan otak

kanan dan kirinya untuk memecahkan permasalahan, membangkitkan

semangat belajar siswa dalam pembelajaran di kelas, serta menjadikan siswa

lebih memahami hingga mampu menulis dengan terampil cerita sederhana dari

sebuah gambar dengan modelword squaredan teknik cerita terbimbing.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar.9 Sedangkan Word Square adalah

salah satu bagian dari model pembelajaran yang melibatkan suatu lembar kerja

dimana peserta didik mencari susunan huruf yang masih acak dan tidak

beraturan, kemudian dibentuk menjadi sebuah kata, sekaligus merupakan

jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Media gambar adalah salah satu media yang sederhana, dan dapat

memudahkan siswa dalam menulis cerita pada mata pelajaran bahasa indonesia.

Melalui media gambar, segala ide atau gagasan yang dimiliki siswa dapat

dituangkan dengan mudah karena pembelajaran yang dilakukan terkesan lebih

bermakna.

9

(17)

8

Alasan dipilihnya model pembelajaran Word Square berbantuan media

gambar adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif,

kreatif, mandiri, cermat serta terampil dalam menulis sebuah cerita sederhana

dengan bantuan gambar. Selain itu, model pembelajaran ini juga menanamkan

kepada siswa, bahwasanya menulis cerita atau karangan narasi tidak serumit

yang dibayangkan, adanya media gambar, kisi-kisi paragraf rumpang

menjadikan siswa lebih mudah dalam menulis cerita, terutama oleh anak kelas

II SD/MI. Dengan adanya word square, menjadikan siswa lebih antusias dan

bersemangat dalam mengisi bagian paragraf rumpang sehingga menjadi cerita

yang padu.

Berangkat dari penjelasan di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih

jauh bagaimana penerapan model pembelajaran Word Square berbantuan

media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita mata pelajaran

bahasa indonesia pada kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.

Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan tersebut, tidak cukup

dengan sekedar jawaban yang tidak mempunyai alasan kuat, dalam upaya

untuk mencari jawaban tersebut penulis perlu mengadakan penelitian lapangan

(18)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaranWord Squareberbantuan media

gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata

pelajaran bahasa Indonesia di kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model

pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran

bahasa Indonesia di kelas II MI HasyimAsy’ari Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan, adapun tujuan itu

adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Word Squareberbantuan

media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata

pelajaran bahasa Indonesia di kelasII MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model

pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran

(19)

10

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara umum adalah:

1. Peserta didik mampu meningkatkan keterampilan menulis cerita

menggunakan model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.

2. Ditemukannya model pembelajaran baru, tepat dan variatif.

3. Mampu meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam membuat

karya ilmiah.

Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini

diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan data di lapangan yang

bermanfaat bagi:

1. Bagi Siswa

a. Siswa lebih terampil, jeli dan cermat dalam menulis, terutama menulis

permulaan baik sebuah cerita maupun wacana yang terkait dengan

kebahasaan.

b. Siswa menjadi lebih mudah dalam menerima serta memahami

informasi yang diberikan oleh guru.

c. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses belajar

mengajar.

d. Siswa lebih mudah dalam memahami sebuah cerita apabila cerita

(20)

11

2. Bagi Guru

a. Sebagai tolak ukur pembelajaran yang sekarang dengan pembelajaran

yang telah dilakukan. Setelah guru mengetahui berbagai permasalahan

yang telah terjadi di kelas, maka guru akan berusaha memecahkan

permasalahan tersebut, sehingga akan tercipta pembelajaran yang

efektif.

b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian

serta secara langsung dapat diterapkan di sekolah terutama saat KBM

berlangsung.

3. Bagi Sekolah

Dapat memberikan kontribusi dan sumbangsi dalam segi mutu

sumber daya manusia terutama tenaga pendidik dan peserta didik.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih banyak dalam bentuk

karya ilmiah yang berupa tulisan serta landasan dalam mengajar di

bidang kebahasaan terutama ranah bahasa indonesia.

b. Dapat dijadikan sebagai pengalaman, masukan, serta refleksi bagi

peneliti sebagai bakal calon pendidik.

c. Menginovasi kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model

(21)

12

E. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh

peneliti pada siswa kelas II dalam menulis cerita yaitu, dengan meningkatkan

keterampilan menulis cerita menggunakan model pembelajaran Word Square

berbantuan media gambar. Pada model pembelajaran Word Squarediharapkan

siswa mampu meningkatkan keterampilan menulis serta memudahkan mereka

dalam memahami isi cerita. Maka peneliti mengajak siswa kelas II menulis

cerita dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar,

dimana model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah kegiatan yang

menyenangkan, menarik serta membangkitkan antusias siswa dalam belajar.

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang

memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam

mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.10Tidak sebatas itu, aplikasi

dari model pembelajaran ini dibantu dengan adanya media gambar.

Menurut Aqib, langkah-langkah model pembelajaran Word Square

adalah :

(1) Guru menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran,

(2) Guru membagikan lembaran soal berupa kotak kata,

10

(22)

13

(3) Siswa diminta menyelesaikan soal, kemudian mengarsir huruf dalam kotak

kata sesuai dengan jawabannya secara horizontal maupun vertikal.11

(4) Siswa membacakan hasil pekerjaannya dan guru memberikan poin untuk

setiap jawaban.

Sedangkan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar

memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru membagikan lembar kerja, berupa cerita dengan paragraf rumpang

dilengkapi dengan gambar dan kotak kata sebagai jawabannya.

3) Guru melakukan arahan dengan meminta siswa mengaitkan antara gambar

dan cerita dengan paragraf yang masih rumpang. Jawaban dari paragraf

tersebut, dapat diisi dengan jawaban yang tersedia di kotak kata berupa

word square, sesuai dengan gambar.

4) Jawaban di kotak kata tersebut diarsir, kemudian dibubuhkan ke paragraf

yang rumpang.

5) Siswa membacakan hasil pekerjaannya dan guru memberikan poin untuk

setiap jawaban.

11

(23)

14

F. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus dengan objek, sehingga hasil

penelitiannya akurat, maka permasalahan di atas akan dibatasi pada hal – hal di bawah ini :

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas II MI Hasyim Asy’ari Ds. Petak Kec.Pacet Kab. Mojokerto Semester ganjil tahun ajaran 2016–2017. 2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II

semester ganjil aspek menulis, materi permainan dengan menggunakan

model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.

3. Materi cerita yang dimuat dalam penelitian ini adalah cerita anak yang

bersifat sederhana.

4. Standar Kompetensi

4) Menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte.

5. Kompetensi Dasar

4.1 Melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat.

6. Indikator Kompetensi

4.1.1 Menulis permulaan cerita sederhana dengan kata yang tepat sesuai

dengan gambar yang tersedia.

4.1.2 Melengkapi cerita menggunakan kata yang sesuai sehingga menjadi

(24)

15

G. Definisi Operasional

Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat berjudul:

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Model Pembelajaran Word

SquareBerbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di

Kelas 2 MI Hasyim Asy’ari. Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami masalah yang ada pada judul skripsi ini, maka berikut merupakan

penjelasan secara rinci istilah istilah yang terdapat dalam judul:

1. Peningkatan

Peningkatan adalah aktivitas atau sebuah perlakuan yang dilakukan

dengan sengaja dalam upaya mengubah motorik maupun kognitif

seseorang dari keadaan yang kurang memuaskan menjadi keadaan yang

lebih memuaskan.

2. Keterampilan Menulis

Keterampilan Menulis adalah salah satu bagian dari komponen

berbahasa yang menghasilkan kegiatan penuangan ide, gagasan serta

perasaan melalui simbol grafik, sehingga seseorang tersebut maupun

orang lain mampu membaca dan memahami makna tulisan dengan baik.12

3. Cerita

Cerita merupakan tulisan berbentuk karangan yang menyajikan

serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya

12

(25)

16

(kronologis), dengan maksud memberi makna rentetan kejadian ,

sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.

4. Model PembelajaranWord Square

Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran untuk merencanakan

aktivitas belajar mengajar.

Sedangkan Word Square adalah suatu model pembelajaran dengan

menggunakan lembar kerja dimana peserta didik mencari susunan huruf

dan dibentuk menjadi sebuah kata, sekaligus merupakan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan.

5. Media Gambar

Media gambar merupakan salah satu media yang sederhana, dan

dapat memudahkan siswa dalam menulis cerita pada mata pelajaran

bahasa indonesia. Melalui media gambar, segala ide atau gagasan yang

dimiliki siswa dapat dituangkan dengan mudah karena pembelajaran yang

dilakukan terkesan lebih bermakna.

6. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa indonesia adalah salah satu mata pelajaran

yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan pada jenjang

(26)

17

yang didalamnya mengkaji tentang keempat keterampilan berbahasa

yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis.

Tidak hanya itu, pembahasaan tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat,

paragraf, gaya bahasa, kosakata, diskusi dan lain sebagainya.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan suatu aspek yang digunakan untuk

mempermudah pembaca dalam mengetahui isi penelitian ini. Maka penulis

membuat suatu sistematika pembahasan sebagai berikut :

1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tindakan yang dipilih, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika

pembahasan.

2. Bab kedua merupakan bab yang membahas tentang kajian teori. Dalam

kajian teori akan membahas tentang: Keterampilan menulis, cerita, model

pembelajaran word square, media gambar, mata pelajaran bahasa indonesia.

3. Bab ketiga merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian,

dimana metode penelitian sendiri terjabar oleh beberapa poin diantaranya:

pengertian dan jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

tehnik dan alat pengumpulan data, tehnik analisa data, dan Rancangan

Penelitian yang meliputi, setting penelitian, subyek penelitian, sumber data.

(27)

18

4. Bab keempat membahas tentang laporan hasil penelitian dan pembahasan,

meliputi deskripsi, hasil penelitian per-siklus, dan pembahasan dari setiap

siklus.

5. Bab kelima membahas tentang penutup berisi tentang

kesimpulan-kesimpulan yang merupakan intisari dari semua bahasan yang telah

(28)

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis

1. Pengertian Keterampilan Menulis

Secara etimologi, keterampilan berasal dari terampil. Istilah lainnya

adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Sehingga istilah lain dari

keterampilan dapat disebut kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk

melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.

Secara istilah keterampilan ialah kegiatan yang melibatkan urat-urat

syaraf dan otot-otot (neuromuscular) serta hanya terlihat secara kasat mata

atau kegiatan jasmaniah, seperti halnya menulis, olahraga, membaca,

bertanya dan lain-lain. Dalam pendapatnya, Rober mengungkapkan bahwa

keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang

kompleks, tersusun secara sistematis dan sesuai dengan keadaan untuk

mencapai hasil tertentu. Lain dengan pengertian diatas, Rober

menambahkan bahwasanya keterampilan tidak hanya sebatas terlihat dari

segi jasmaniah saja, melainkan adanya pengaruh fungsi mental yang

bersifat kognitif.1

Dalam pembelajaran bahasa, keterampilan dibagi menjadi empat,

yakni: keterampilan mendengarkan (listening skills), keterampilan

berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan

1

(29)

20

keterampilan menulis (writing skills). Dari keempat keterampilan berbahasa

tersebut masing-masing memiliki hubungan yang erat dengan cara yang

beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, keterampilan

yang pertama kali didapatkan sesuai dengan teori linguistik serta menurut

tahap perkembangan bahasa orang ialah keterampilan mendengar, disusul

keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.2

Ariadinata dalam Setyawan mengemukakan bahwa menulis adalah

suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide, gagasan atau gambaran yang

ada di dalam pikiran manusia, serta menjadi sebuah karya tulis yang dapat

dibaca dan mudah dimengetiatau dipahami orang lain. MacArthur

menyatakan writing is a powerful tool for getting thing done and a

language skill to convey knowledge and information. Menulis merupakan

keterampilan berbahasa untuk menyampaikan gagasan dan informasi.3

Erlina Syarief dalam Ninies Ainkhein Suyanti menambahkan bahwa

menulis adalah bentuk pengekspresian secara tertulis dari gagasan, ide,

pendapat atau pikiran dan perasaan. Tidak hanya itu, pendapatnya

ditangguhkan dengan tulisan hasil dari keterampilan menulis ialah simbol

grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.4

2

Henry Guntur Tarigan,Pengajaran Kompetensi Bahasa(Bandung: Angkasa, 1998) ,1. 3

Setyawan Pudjiono,Konsep Dasar Menulis, Modul Pendidikan FBS UNY (Yogyakarta: Staff Site UNY, t.t) ,1.

4

(30)

21

Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan menyalurkan suatu gagasan,

pikiran, ide atau perasaan dengan bebas dan leluasa pada sebuah tulisan

(simbol grafik) tanpa melalui proses komunikasi langsung dengan cermat,

cekatan dan baik sehingga pembaca mampu memahami dan menerimanya

dengan berhasil.

2. Tujuan Menulis

Dalam melakukan kegiatan menulis, penulis tentu memiliki tujuan

dari tulisan yang akan disampaikannya. Perumusan tujuan penulisan sangat

penting dan harus ditentukan terlebih dahulu, karena hal ini merupakan titik

tolak dalam kegiatan menulis. Tujuan tersebut dapat dipaparkan sebagai

berikut:

a. Assigment Purpose

Tujuan penulisan ini berdasarkan perintah yang harus dilakukan,

tanpa adanya kemauan sendiri.

b. Altruistic Purpose

Penulis hanya bertujuan untuk menyenangkan para pembaca.

Keadaan apapun yang pembaca rasakan saat itu, tentunya dapat membuat

(31)

22

c. Persuasive Purpose

Tulisan yang ditujukan untuk meyakinkan para pembaca akan

kebenaran gagasan yang diucapkan.

d. Informational Purpose

Bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan atau

penerangan kepada para pembaca.

e. Self Expressive Purpose

Bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang

kepada pembaca.

f. Creative Purpose

Tujuan ini berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi

“keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri dan melibatkan

dirinya dengan keinginan mencapai nilai-nilai artistic.

g. Problem Solving Purpose

Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis

ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat

pikiran-pikiran dan gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima oleh para

pembaca.5

Jika dilihat dari tujuan menulis di atas, kegiatan menulis yang

ditujukan kepada siswa tentu berbeda, tergantung pada sudut pandang

5

(32)

23

pembaca yang mengapresiasi tulisan yang di ekspresikan penulisnya.

Adapun tujuan dari menulis cerita sederhana yang dilakukan oleh siswa

kelas 2 ialahAssigment PurposedanInformational Purpose, yang dikatakan

assigment purpose ialah siswa kelas 2 menulis tanpa keinginan sendiri,

karena ada perintah yang harus dilakukan.

Hal ini dibuktikan adanya himbauan dari guru untuk melakukan atau

bertindak dengan menulis. Pengalaman dan imajinasi siswa tidak serta

merta berperan dalam kegiatan menulis ini, mengingat siswa kelas 2 tahapan

berpikirnya masih sederhana sehingga keterampilan menulis cerita

sederhana, sangat sesuai dengan masih digunakannya bimbingan dan

campur tangan seorang guru dan media gambar. Keterampilan menulis

disini, dimaksudkan ialah keterampilan menulis cerita termbimbing.

Sedangkan informational purpose dimaksudkan, bahwa menulis

bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca.

3. Teknik Menulis

Kegiatan menulis secara umum dapat dibedakan menjadi empat tahap,

yaitu:

a) Menyalin (Copying)

Kegiatan menyalin tulisan tulisan merupakan kegiatan menulis

(33)

24

belajar menulis kalimat. Kegiatan ini dapat berupa kegitan siswa

menyalin langsung sebuah kalimat yang sudah disediakan oleh guru.

b) Menulis Terbimbing (Guided Writing)

Teknik menulis secara terbimbing dapat berupa wacana atau

dialog pendek dengan beberapa kata yang sengaja dihilangkan. Kegiatan

ini dapat dilakukan dengan cara mendiktekan kalimat, menyajikan suatu

gambar sebagai stimulus mereka dalam mengembangkan ingatan,

kemudian siswa diminta untuk melengkapi kalimat dengan kata-kata

mereka sendiri.

c) Menulis Kalimat (Subsititution Writing)

Kegiatan keterampilan menulis berupa menulis kalimat atau

wacana kembali, tetapi ada beberapa bagian yang diganti dengan hal-hal

yang serupa dengan kehidupan nyata.

d) Menulis Bebas (Free Writing)

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang memerlukan penguasaan

kosakata dan tata bahasa yang cukup. Guru dapat memberikan suatu

model tulisan atau gambaran tentang topik yang mungkin merupakan

objek yang menarik bagi siswa.

Dari beberapa teknik menulis diatas, teknik menulis yang digunakan

dalam penelitian ini, ialah teknik menulis terbimbing, karena disesuaikan

dengan intelegensi dan pola pikir siswa kelas II. Akan tetapi, tidak

(34)

25

gambar serta permainan word square untuk mengisi beberapa kata dalam

cerita yang dihilangkan.

4. Manfaat Menulis

Adapun manfaat dari kegiatan menulis adalah sebagai berikut:

a) Lebih mengenali kemampuan dan potensi diri yang ada dalam

masing-masing individu.

b) Mampu mengembangkan berbagai gagasan secara tertulis.

c) Memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai

informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

d) Dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta

mengungkapkan secara tersurat.

e) Dapat meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif.

f) Akan mempermudah memecahkan masalah, yaitu dengan menganilisis

secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret.

g) Tugas menulis mendorong seseorang belajar secara aktif dalam

menemukan serta memecahkan suatu masalah.6

6

(35)

26

5. Indikator Menulis Cerita

Keterampilan menulis memiliki banyak ruang lingkup, diantaranya:

menulis puisi, menulis pengumuman, menulis karangan, menulis paragraf

dan seterusnya tergantung dari konteks dan tujuannya. Di atas sudah

dipaparkan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan maupun

kepandaian seseorang dalam mengolah informasi yang didapat dan diterima

sedemikian hingga menjadi sebuah tulisan. Keterampilan menulis

merupakan salah satu dari kegiatan psikomotorik siswa dengan kata

menulis sebagai Kata Kerja Operasionalnya. Tulisan yang dihasilkan dapat

dinilai baik, apabila sesuai dengan aspek dan kriteria yang telah ditentukan.

Menurut Iskandarwassid dan Danang Suhendar dalam menilai tulisan

terdapat beberapa kriteria yang digunakan, antara lain:

a. Kualitas dan ruang lingkup isi

b. Organisasi dan penyajian isi

c. Komposisi

d. Kohesi dan koherensi

e. Gaya dan bentuk bahasa

f. Mekanik

g. Kerapian tulisan

(36)

27

i. Respon afektif pengajar terhadap karya tulis.7

Dari sembilan kriteria yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas,

kriteria yang ada pada penelitian ini ialah kohesi dan konherensi dan

kerapian tulisan. Pada penelitian ini, keterampilan menulis yang dimaksud

adalah keterampilan menulis cerita dengan menggunakan teknik bimbingan

word square dan melibatkan media gambar.

Menulis cerita yang seringkali ditafsirkan banyak orang dengan free

writing atau menulis bebas, tentunya akan mengindisikan batasan dan

aspek apa saja yang akan dinilai serta menjadikan kegiatan menulis itu

sesuai harapan dan tujuan yang dicapai. Adapun aspek yang dinilai dalam

hal ini meliputi: Kesesuaian dengan gambar,ketepatan dan kejelian dalam

memilih jawaban, kerapian tulisan.

B. Cerita

1. Pengertian Cerita

Cerita (Narasi) adalah sebuah tulisan yang berusaha menyajikan atau

menyampaikan serangkaian peristiwa menurut urutan terjadinya

(kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan

kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.

Menurut pendapat Gorys Keraf cerita adalah suatu bentuk wacana yang

7

(37)

28

berusaha menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa yang telah terjadi

dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca. Sedangkan sasaran utama

karangan narasi adalah tindak-tanduk yang dijalani dan dirangkaikan

menjadi suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.8

2. Unsur-Unsur Cerita

Agar menjadi sebuah cerita utuh, maka didalamnya tidak lepas dari

adanya hal-hal yang membangunnya, adapun hal-hal tersebut dimanakan

dengan unsur. Unsur-unsur yang dimiliki oleh cerita diantaranya:

a. Tema

Tema merupakan dasar pengembangan dari sebuah cerita. Tema

sebuah cerita fiksi merupakan gagasan utama dan makna utama dalam

sebuah cerita.

b. Moral

Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca. Moral atau amanat selalu berkaitan dengan hal yang positif,

bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik..

c. Alur (Plot)

Alur dalam narasi merupakan kerangka dasar yang penting untuk

mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain

dalam kesatuan waktu. Alur dalam narasi bersembunyi dibalik jalannya

8

(38)

29

cerita. Alur dan jalan cerita sulit dipisahkan namun harus dibedakan.

Jalan cerita memuat kejadian.

Suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada alasannya. Sesuatu

yang menggerakkan kejadian cerita itulah yang disebut alur. Dalam

narasi terjadi perkembangan alur. Alur sering dikupas menjadi

elemen-elemen berikut: (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik

memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan masalah.

d. Penokohan

Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Dalam narasi tidak ada

pembatasan jumlah tokoh namun perlu dipertimbangkan fungsional

atau tidaknya tokoh tersebut dalam membangun cerita agar peristiwa

atau tindakan yang ditampilkan tidak berlaku pada banyak tokoh

sehingga arahnya terkontrol.

e. Latar (Setting)

Latar adalah tempat atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau

peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak

disebutkan secara jelas latar tempat maupun waktunya namun adapula

yang dijelaskan secara pasti.

f. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang dalam karangan narasi menjawab pertanyaan

(39)

30

maka detail cerita juga akan berbeda. Kedudukan narator ada 4 macam

sebagai berikut:

1) Narator serba tahu.

Dalam kedudukan ini narator bertindak sebagai penicpta segalanya.

Ia tahu semuanya mulai dari kegiatan jasmaniah sampai rohaniah,

dari tempat yang tampak sampai yang tersembunyi, dari masalah

biasa sampai rahasia. Ia bisa menciptakan apa saja untuk

melengkapi ceritanya. Pengarang juga bisa mengomentari kelakuan

pelakunya.

2) Narator bertindak objektif. Dalam teknik ini, pengarang tidak

memberikan komentar apapun, ia hanya menceritakan apa yang

terjadi kepada pembaca. Oleh karena itu, pembaca bebas

menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.

3) Narator ikut aktif. Teknik ini menempatkan narator sebagai aktor

yang terlibat dalam cerita. Kadang – kadang sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama seperti

aku, sayadankami. Narator hanya bisa melihat dan mendengar apa

yang orang biasa bisa lihat dan dengar. Narator juga tidak bisa

membaca pikiran tokoh lain. Hal–hal yang bersifat psikologis yang bisa diceritakan hanya yang menyangkut dirinya sendiri.

4) Narator sebagai peninjau. Dalam teknik ini, pengarang memilih

(40)

31

bersama tokoh ini. Pelaku sudut pandang ini sering disebut orang

ketiga ataudia.

C. Model PembelajaranWord Square

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di suatu

kelas atau pembelajaran. Joyce dan Weil menyatakan bahwa model

pembelajaran ialah pola yang dapat membantu guru dalam membelajarakan

siswanya dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,

serta mengekspresikan ide sendiri. Model pembelajaran mengacu pada

pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya

tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran dan pengelolaan kelas.9

Amri mengartikan model pembelajaran sebagai suatu design yang

menggambarkan proses rincian da penciptaan situasi lingkungan yang

memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau

perkembangan pada diri siswa. Sedangkan Ismail dalam Amri

mengemukakan bahwa model memiliki ciri khusus diantaranya: rasional

teoritik yang logis disusun oleh perancangnya, tujuan pembelajaran yang

akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut

9

(41)

32

dapat dilaksanakan secara berhasil serta lingkungan belajar yang diperlukan

agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.10

Strategi, metode, teknik, pendekatan, dan model memiliki hubungan

yang saling terkait, karena berpatokan pada penentuan tujuan pembelajaran,

pemilihan strategi, teknik, dan perumusan tujuan yang kemudian

diimplementasikan ke dalam metode yang relevan selama proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat

menarik perhatian sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pola pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru,

dimana didalamnya melibatkan startegi, teknik, pendekatan dan metode

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan keberhasilan siswa.

2. PengertianWord Square

Sejalan dengan pendapat Kurniasih yang mengatakan bahwa model

pembelajaran word square merupakan model yang berangkat dari

pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi

kepada keaktifan siswa. Model yang memadukan antara kemampuan siswa

10

(42)

33

dalam menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban

pada kotak-kotak jawaban .

Model Word Square sedikit lebih mirip dengan mengisi teka-teki

silang, akan tetapi perbedaan yang mendasar adalah model ini sudah

memiliki jawaban, namun disamarkan dengan menambahkan kotak

tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar atau pengecoh.

Istimewanya model pembelajaran ini dapat dipraktekkan untuk semua

mata pelajaran, tinggal bagaimana guru dapat memprogram serta

mengemas sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa

untuk berpikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan untuk

mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.11

Mulyadi dan Risminawati menjelaskan bahwa model pembelajaran

Word square syarat dengan permainan yang menggunakan kertas sebagai

media, keuntungannya adalah meningkatkan kecerdasan anak dalam olah

huruf menjadi kata yang berserak dalam satu bingkai kotak, dimana siswa

diminta untuk menghubungkan huruf dengan cepat, baik secara menurun

aau mendatar.12

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Word Square ialah model pembelajaran yang didalamnya berisi permainan

11

Imas Kurniasih, dkk,Ragam Pengembangan Model Pembelajaran(Jakarta: Kata Pena, 2015) 97.

12

(43)

34

acak akata huruf menjadi kata dalam satu bingkai kotak, dimana siswa

diminta untuk menghubungkan huruf dengan cepat dan baik secara

mendatar maupun menurun.

3. Langkah-langkah PembelajaranWord Square

Adapun langkah-langkah pembelajaran Word Square adalah sebagai

berikut:

a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

c. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalamkotak sesuai

jawaban.

d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.13

Adapun dalam penelitian ini, model pembelajaran Word Square

dikombinasikan dengan media gambar, sehingga langkah-langkah pun

berkembang dan berbeda dari langkah-langkah yang tercantum diatas.

Akan tetapi tidak sampai keluar jauh dari konteks yang sesungguhnya.

Diantaranya ialah:

a. Guru menempelkan media gambar di papan tulis berupa gambar berseri.

b. Guru memberikan Lembar kerja siswa yang berupa sebuah cerita

dengan beberapa kata yang sengaja di hilangkan.

13

(44)

35

c. Menyiapkan jawaban pada kotak acak (model word square) yang

berkorelasi dengan beberapa kata yang sengaja di hilangkan.

d. Siswa diminta mengamati gambar sambil mengaitkan gambar tersebut

dengan cerita yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa.

e. Siswa melingkari jawaban pada kotakWord Square sesuai dari gambar

yang telah dilihat dengan jawaban yang tepat.

f. Menuliskan kembali pada kata yang sengaja dihilangkan di sebuah teks

yang tersedia dalam Lembar Kerja Siswa.

g. Guru memberikan poin dan mengevaluasi.

4. Kelebihan Dan Kekurangan Model PembelajaranWord Square

Setiap model, strategi, metode maupun teknik pembelajaran memiliki

kelemahan maupun kelebihan. Dibawah ini merupakan kelebihan dari

model pembelajaran Word Square, diantaranya:

a. Memahami pemahaman siswa terhadap pelajaran,

b. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena

pembelajaran berupa permainan.

c. Melatih untuk berdisiplin.

(45)

36

e. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari

jawaban dalam lembar kerja.14

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaranWord Squareadalah:

a. Mematikan kreativitas siswa.

b. Siswa tinggal menerima bahan mentah.

c. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan

atau potensi yang dimilikinya.

d. Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan.

e. Banyak berpusat pada guru karena siswa hanya menerima apa yang

disampaikan oleh guru dan jawaban dan lembar kerja pun tidak bersifat

analisis.15

D. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses

belajar mengajar.Kata media berasa dari bahasa Latin, yang merupakan

bentuk jamak dari katamedium, yang berarti sesuatu yang terletak perantara

atau pengantar. Media yang dalam bahasa latinnya medoe adalah perantara

atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

14

Luh Putu Sukandeni, dkk,“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur,” JurnalMimbar PGSD Undiksha, Vol: 2, No. 1, 2014, 3.

15

(46)

37

Di Amerika sebuah Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan

(Association of Education on Communication Technology/AECT)

membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang

untuk menyalurkan pesan atau informasi.Gagne menyatakan bahwa media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media adalah

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar.16

Pengertian yang berbeda dikemukakan oleh Asosiasi Pendidikan

Nasional, menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Apa pun batasan yang

diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut, yaitu bahwa media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi.17

Soeparno berpendapat bahwa media adalah suatu alat yang dipakai

sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau

informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver).

Berkaitan dengan pengertian tersebut, dalam dunia pengajaran, pada

16

Sukiman,Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2012), 28. 17

(47)

38

umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi,

yakni guru, sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa.18Azhar

Arsyad mengemukakan bahwa media adalah komponen sumberbelajaratau

wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa

yang dapat merangsang siswa untuk belajar.19

Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa media pendidikan adalah perantara atau pengantar

informasi bahan pelajaran yang dirancang untuk menarik dan

menumbuhkembangkan daya kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa

serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa dalam usaha

meningkatkan hasil belajar semaksimal mungkin.

2. Macam- Macam Media Pembelajaran

Soeparno mengemukakan bahwa klasifikasi media dapat dilakukan

dengan menggunakan tiga macam kriteria, sebagai berikut.

a. Berdasarkan karakteristiknya Rudy Bretz mengemukakan bahwa media

memiliki lima macam karakteristik utama, yakni: suara, gerak, gambar,

garis, dan tulisan. Beberapa media mempunyai karakteristik tunggal, dan

yang lain mempunyai karakteristik ganda.

1) Media yang mempunyai karakteristik tunggal:

18

Soeparno,Media Pengajaran Bahasa(Yogyakarta: PT Intan Pariwara, 1988) ,1. 19

(48)

39

a) Radio, mempunyai karakteristik suara saja.

b) Rekaman, mempunyai karakteristik suara saja.

c) PH, memiliki karakteristik suara saja.

d) Slide, memiliki karakteristik gambar saja.

e) Reading box, memiliki karakteristik tulisan saja.

f) Reading machine, memiliki karakteristik tulisan saja.

2) Media yang memiliki karakteristik ganda:

a) Film bisu, memiliki karakteristik gambar dan gerak.

b) Film suara, memiliki karakteristik gambar, gerak, dan suara.

c) TV dan VTR, memiliki karakteristik suara, gambar, gerak, garis

dan tulisan.

d) OHP, memiliki karakteristik gambar, garis, dan tulisan.

e) Slide suara, memiliki karakteristik gambar dan suara.

g) Bermain peran, sosiodrama, dan psikodrama, memiliki karakteristik

suara dan gerak.

b. Berdasarkan dimensi presentasinya Dari segi dimensi presentasinya,

media dapat dibedakan menurut lamanya presentasi dan menurut sifat

presentasi. Lamanya presentasi dibagi menjadi dua yaitu, presentasi

sekilas dan presentasi tak sekilas. Presentasi sekilas, informasi yang

dikomunikasikan hanya sekilas berlalu saja. Media yang tergolong dalam

kategori ini antara lain, radio, rekaman, film, TV, dan flash card.

(49)

40

secara relatif lama. Media yang tergolong dalam kategori ini yaitu, slide,

film strips, OHP, flow chart, kubus struktur, dan bumbung substitusi.

Berdasarkan sifat presentasinya media dapat dibedakan menjadi dua

macam, yakni media dengan presentasi kontinyu dan media dengan

presentasi tankontinyu.

Media yang presentasinya kontinyu tidak boleh diputus-putus atau

diselingi dengan program lain. Yang tergolong jenis ini misalnya radio,

TV, dan film. Media yang presentasinya tankontinyu dapat diputus-putus

atau diselingi dengan program lain. Yang tergolong jenis ini misalnya,

OHP, kubus struktur, bumbung substitusi flow chart, slot board,

epidiascope, dan sebagainya.

c. Berdasarkan pemakainya Berdasarkan jumlah pemakainya, media dapat

dibedakan atas tiga jenis yaitu, media untuk kelas besar, media untuk

kelas kecil, dan media untuk belajar secara individual.20

3. Media Gambar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi atau pengertian

gambar adalah tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil, pena,

maupun alat-alat tulis lainnnya pada sebuah kertas, kanvas, papan tulis dan

lain sebagainya. Jika kita perhatikan terdapat banyak kata pada

pendefinisian tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya definisi atau

20

(50)

41

pengertian gambar . Pertama menunjukkan bahwa gambar tidak hanya

terbatas pada tiruan orang, binatang, tumbuhan. Tapi bisa juga tiruan yang

lainnya. Kedua menggambarkan pembuatannya tidak terbatas pada coretan

pensil. Bisa saja dengan pointer menggunakan mouse di program

menggambar di komputer.

Ketiga menunjukan bahwa untuk menggambar tidak hanya terbatas

pada kertas. Bisa saja pada dinding, lembaran kayu, atau bisa juga pada

canvas imaginer di program menggambar di komputer. Usman dalam

bukunya berpendapat bahwa media gambar adalah media reproduksi

bentuk asli dalam dua dimensi. Gambar merupakan alat visual yang efektif

karena dapat divisualisasikan menjadi sesuatu yang akan dijelaskan dengan

lebih konkrit dan realistis.21

Hamzah mengemukakan dalam pendapatnya, bahwa gambar adalah

bentuk representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang

diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara lukisan,

gambar atau foto. Sedangkan, media gambar diartikan sebagai segala

sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi

sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam-macam seperti

lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projektor.22

21

Basyirudin Usman,Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002) ,47. 22

(51)

42

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media

gambar adalah segala bentuk alat komunikasi sesuatu yang diwujudkan

secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran

yang diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara

lukisan, gambar atau foto yang dapat digunakan untuk menyampaikan

informasi ke peserta didik.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media gambar dengan jenis

gambar berseri. Media gambar berseri adalah gambar dengan rangkaian

kegiatan atau cerita yang disajikan secara berurutan. Siswa berlatih

mendeskripsikan setiap gambar, hasil deskripsi dari setiap gambar apabila

dirangkai akan menjadi suatu karangan yang utuh. Sehingga pemahaman

siswa mengenai alur dan isi dari sebuah cerita akan lebih mudah dan jelas

bila diadakannya media gambar.

4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar a. Kelebihan media gambar

1) Lebih konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah,

jika dibandingkan dengan bahasa verbal.

2) Dapat mengatasi ruang dan waktu.

3) Dapat mengatasi keterbatasan mata.

4) Memperjelas masalah dalam bidang apa saja, dan dapat digunakan

(52)

43

b. Kelemahan media gambar

1) Kelebihan dan penjelasan guru dapat menyebabkan timbulnya

penafsiran yang berbeda sesuai dengan pengetahuan masing-masing

anak terhadap hal yang dijelaskan.

2) Penghayatan tentang materi kurang sempurna, karena media gambar

hanya menampilkan persepsi indera mata yang tidak cukup kuat

untuk menggerakkan seluruh kepribadian manusia, sehingga materi

yang dibahas kurang sempurna.

3) Tidak meratanya penggunaan foto tersebut bagi anak-anak dan

kurang efektif dalam penglihatan. Biasanya anak yangpaling depan

yang lebih sempurna mengamati foto tersebut, sedangkan anak yang

belakang semakin kabur.23

4) Dapat hilang, mudah rusak dan musnah bila tidak dirawat dengan

baik.

5) Menekankan indra penglihat.24

E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

berkomunikasi oleh masyarakat yang digunakan untuk bekerjasama,

23

Basyirudin Usman,Media..., 50-51. 24

(53)

44

berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Bahasa juga sebagai ungkapan

dari perasaan dan fikiran seseorang, meskipun masih pada fase intelektual

praoperasional, ternyata sudah bisa juga berpikir logis dan berpikir abstrak,

apabila ada bantuan yang khusus sesuai potensi yang ada padanya.

Dari segi sosiolinguistik, tidak sebatas ungkapan dan fikiran seseorang

saja. Akan tetapi, bahasa memiliki banyak fungsi dilihat dari sudut pandang

penutur, pendengar, topik, kode dan amanat pembicaraan. Diantaranya:

direktif, personal, fatik, referensial, imagiinnatif dan metalingual.25Sebagai

suatu sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau

pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata

kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola itu dilanggar, maka komunikasi

dapat terganggu.

Hal ini sejalan dengan Bahasa Indonesia yang tumbuh dan

berkembang di tengah masyarakat yang heterogen. Indonesia yang Bahasa

serta dari bahasa melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa

perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan Nusantara melainkan

juga hampir di seluruh Asia Tenggara.26Tanggal 28 Oktober 1928, para

pemuda mengikrarkan sumpah pemuda. Melalui ikrar sumpah pemuda

maka resmilah bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.

25

Abdul Chaer,Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) , 29. 26

(54)

45

Melalui bahasa seseorang menyampaikan pikiran, pengalaman,

gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, harapan kepada sesama

manusia.Dengan bahasa itu pula orang dapat mewarisi dan mewariskan,

menerima dan menyampaikan segala pengalaman dan pengetahuan lahir

batin.27

2. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan

keterampilan siswa dalam Bahasa Indonesia. Pengetahuan Bahasa

diajarkan untuk menunjukkan siswa terampil berbahasa, yakni terampil

menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan berbahasa

hanya bisa dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis,

yakni harus sering belajar, berlatih, dan membiasakan diri, itulah kuncinya.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif

terhadap bahasa, yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

membaca dan menulis. Guru bahasa harus memahami benar-benar bahwa

tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa,

dengan kata lain, agar para siswa mempunyai kompetensi bahasa yang baik.

Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik, maka

diharapkan dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan lancar,

27

(55)

46

baik secara lisan maupun secara tertulis. Para siswa diharapkan menjadi

penyimak dan pembicara yang baik, menjadi pembaca yang komprehensif

serta penulis yang terampil dalam kehidupan sehari-hari.28

28

(56)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam penyelidikan

suatu masalah untuk mencari bukti dalam penelitian tersebut. Seperti yang

dijelaskan oleh Sumadi Suyabrata, penelitian dilakukan karena ada hasrat ingin

tahu manusia yang berawal dari kekaguman manusia akan alam yang

dihadapinya baik alam besar maupun kecil.1

Dari pengertian tersebut, sudah jelas bahwasanya metode penelitian

senantiasa dibutuhkan di dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan penelitian

sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan,

pembuktian, dan pengembangan. Sedangkan, kegunaannya adalah untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Berdasarkan hal

tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan

dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu

sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2

1

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 2. 2

(57)

48

Metode penelitian yang digunakan adalahclassroom action research atau

penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara

penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a)

perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan

d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat tahapan tersebut dipandang sebagai

siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Sik

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kurt Lewin

(58)

49

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam bentuk PTK tersebut

membentuk suatu siklus PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin

diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan

berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang

berhasil di siklus pertama. Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua

belum mengatasi masalah, begitu juga silkus-siklus berikutnya. Sebelum

melakukan PTK, peneliti melakukan observasi awal untuk melakukan

identifikasi masalah. Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasi

PTK di rumuskan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut yang sesuai

dengan model Kurt Lewin.3

1. Menyusun perencanaan (Planning). Pada tahap ini, kegiatan yang harus

dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

[2] mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di

kelas; [3] mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis

data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (Acting). Pada tahap ini yaitu melaksanakan

tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual,

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Melaksanakan pengamatan (Observing). Pada tahap ini yang harus

dilakukan adalah [1] mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti

3

(59)

50

kegiatan pembelajaran; [2] memantau kegiatan diskusi/ kerja sama anta

peserta didik dalam kelompok; [3] mengamati pemahaman setiap peserta

didik terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah dirancang sesuai

tujuan PTK.

4. Melakukan refleksi (Reflecting). Pada tahap ini yang harus dilakukan

adalah [1] mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi hasil observasi; [3]

menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat kelemahan-kelemahan

untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai

tujuan PTK dapat tercapai.

B. Setting Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Hasyim Asy ari Dusun Mojoroto

Desa Petak, Kecamatan Pacet,Kabupaten Mojokerto pada kelas II.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada akhir semester ganjil, yaitu pada tanggal 2

Desember 13 Desember 2016.

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Hasyim

Asy ari Mojokerto Tahun Pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah siswa 32 siswa

Gambar

gambar sebagai stimulus mereka dalam mengembangkan ingatan,
gambar serta permainan word square untuk mengisi beberapa kata dalam
gambar adalah tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil, pena,
gambar atau foto. Sedangkan, media gambar diartikan sebagai segala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Eksperimen menurut Kerlinger (1986: 315) adalah sebagai suatu penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan isolat aktinomisetes dari sampel tanah asal Ternate yang memproduksi senyawa antimikroba, serta mengetahui hubungan kekerabatan

Dengan adanya suatu sistem kendali yang terdistribusi maka semua proses yang dikendalikan dengan menggunakan sistem kendali terdistribusi akan dapat mendistribusikan kontrol ke

skripsi yang berjudul “ Efektivitas Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) Untuk Pengobatan Pada Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) yang Terinfeksi.. Bakteri Aeromonas

[r]

Dengan demikian, penjelasan tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan penegasan kembali tentang visi dan misi RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun 2014-2019 secara

Analisis ini meninjau dari faktor penolong persalinan, keberadaan bidan di desa, riwayat ANC, klasifikasi daerah, topografi, adanya fasilitas RS, dan regional, agar