• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Senyawa Fenol Anggur Laut (Caulerpa Sp.) Dari Perairan Tual, Maluku Segar Dan Rebus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kandungan Senyawa Fenol Anggur Laut (Caulerpa Sp.) Dari Perairan Tual, Maluku Segar Dan Rebus"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN SENYAWA FENOL ANGGUR LAUT

(

Caulerpa

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KANDUNGAN SENYAWA FENOL ANGGUR LAUT

a

sp.) DARI PERAIRAN TUAL, MALUKU

SEGAR DAN REBUS

DIAH ASIH ASMARA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

KANDUNGAN SENYAWA FENOL ANGGUR LAUT

MALUKU

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Senyawa Fenol Anggur Laut (Caulerpa sp.) dari Perairan Tual, Maluku Segar dan Rebus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Diah Asih Asmara NIM C34110066

(4)
(5)

ABSTRAK

DIAH ASIH ASMARA. Kandungan Senyawa Fenol Anggur Laut (Caulerpa sp.) dari Perairan Tual, Maluku Segar dan Rebus. Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES MARDIONO JACOEB.

Rumput laut Caulerpa sp. banyak ditemukan di perairan Tual, Maluku Tenggara. Caulerpa sp. umumnya dikonsumsi masyarakat pesisir dalam bentuk mentah sebagai salad atau dilakukan perebusan sebelum dikonsumsi. Informasi kandungan gizi dan total senyawa fenol Caulerpa sp. selama perebusan belum dilaporkan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan komponen bioaktif dan kadar total senyawa fenol Caulerpa sp. akibat adanya proses perebusan. Perebusan dilakukan selama 5 menit pada suhu 90 ºC. Proses perebusan menyebabkan hilangnya senyawa flavonoid pada Caulerpa sp. Total senyawa fenol setelah perebusan mengalami penurunan sebesar 11,76 mg GAE/g ekstrak. Total senyawa fenol Caulerpa sp. memiliki hasil yang baik dalam kondisi segar tanpa adanya proses pengolahan.

Kata kunci: Caulerpa sp., fitokimia, perebusan, total senyawa fenol.

ABSTRACT

DIAH ASIH ASMARA. Phenol component of fresh and boiled sea grapes (Caulerpa sp.) from Tual, Maluku. Supervised by NURJANAH dan AGOES MARDIONO JACOEB.

Caulerpa sp. commonly found in Tual, Southeast Maluku waters.

Caulerpa sp. is generally consumed by coastal communities in it is raw form as salads or boiled. Nutrient information and total phenol compounds of

Caulerpa sp. during boiling has not been reported. The aim of this study is to determine bioactive components and the levels of total phenol compounds

Caulerpa sp. as a result of the boiling process. The boiling process is carried out for 5 minutes at 90 ºC. Boiling process causes loss of flavonoids in Caulerpa sp. Total phenol compounds after boiling decreased by 11.76 mg GAE/g extract. Total phenolic of fresh Caulerpa sp. has better results than by boiling process.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(8)
(9)

KANDUNGAN SENYAWA FENOL ANGGUR LAUT

(

Caulerpa

sp.) DARI PERAIRAN TUAL, MALUKU

SEGAR DAN REBUS

DIAH ASIH ASMARA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kandungan Senyawa Fenol Anggur Laut (Caulerpa sp.) dari Perairan Tual, Maluku Segar dan Rebus”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, terutama kepada:

1 Prof Dr Ir Nurjanah MS dan Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb Dipl Biol selaku dosen pembimbing , atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2 Dr Dra Pipih Suptijah MBA selaku dosen penguji atas segala saran, bimbingan, arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis.

3 Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Tekonolgi Hasil Perairan.

4 Dr Ir Iriani Setyaningsih MS selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen Teknologi Hasil Perairan.

5 Seluruh dosen dan staff Departemen Teknologi Hasil Perairan, terimakasih atas bimbingan, arahan, kerja sama, dan ilmu pengetahuan yang diberikan. 6 Kedua orang tua (Ayah Agus Suminto dan Ibu Hamsatin), Kakak (Restu Ayu

Pribadi), Adik (Firman Hidayat), Keponakan (Kyanite Almeera Hasan), dan kerabat dekat yang telah mendukung, mendoakan, memotivasi, dan memfasilitasi penulis dalam menjalankan penelitian.

7 Beasiswa Cendekia LAZ IPB (semester 3 dan 4) dan BIDIK MISI yang telah membantu biaya kuliah dari semester lima hingga akhir.

8 Temen-temen BONSAI (Dihar, Nadia, Hanum) yang telah banyak membantu, memotivasi, dan memberikan semangat kepada penulis.

9 Dulur-dulur Lare Blambangan 48 yang telah menyemangati, membantu, dan memotivasi penulis.

10Keluarga besar mahasiswa THP 48 yang telah membantu, memberikan dukungan, saran, dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membaca dan membutuhkan.

Bogor, September 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODOLOGI PENELITIAN ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Bahan ... 3

Alat ... 3

Prosedur Penelitian ... 3

Pengambilan Sampel ... 3

Preparasi Sampel ... 3

Prosedur Analisis ... 4

Analisis Data ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

Morfologi dan Proksimat Rumput Laut Caulerpa sp. ... 9

Fitokimia dari Ekstrak Rumput Laut Caulerpa sp. ... 11

Kandungan Total Senyawa Fenol Ekstrak Rumput Laut Caulerpa sp. ... 13

KESIMPULAN DAN SARAN ... 14

Kesimpulan ... 14

Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 19

(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian ... 4

2 Caulerpa sp ... 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis statistik t berpasangan ... 21

2 Perhitungan analisis proksimat ... 21

3 Perhitungan rendemen ... 23

(17)

Latar Belakang

Provinsi Maluku secara geografis berbatasan dengan provinsi Maluku Utara, di bagian timur dengan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, dan di bagian selatan dengan Negara Timur Leste dan Australia. Maluku merupakan provinsi kepulauan dengan luas wilayah 712.479,65 km2 yang terdiri dari 93,5% luas perairan dan 6,5% luas daratan. Jumlah pulau di Maluku mencapai 1.340 pulau. Kota Tual merupakan pemekaran dari kabupaten Maluku Tenggara dengan luas wilayah 19.088,29 km2 dengan luas lautan sebesar 98,67% dan luas daratan dimanfaatkan untuk konsumsi. Caulerpa sp. umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai salad dan dikonsumsi sebagai sayuran dengan merebusnya terlebih dahulu. Masyarakat menganggap perebusan dilakukan untuk membunuh bakteri yang kemungkinan terdapat di Caulerpa sp., dan perebusan dilakukan tidak lebih dari lima menit.

Saputra et al. (2011) menyatakan bahwa rumput laut Caulerpa racemosa

dapat menghasilkan biogas. Kandungan karbohidrat tersebut yang mempengaruhi

Caulerpa racemosa dapat menghasilkan biogas. Tinggi rendahnya karbohidrat mempengaruhi tekanan biogas, semakin tinggi kandungan karbohidrat pada

Caulerpa racemosa maka semakin besar tekanan biogas yang diperoleh. Adriani (2015) menyatakan bahwa Caulerpa racemosa mengandung senyawa flavonoid yang menunjukkan aktivitas antibakteri, karena Caulerpa racemosa

menghasilkan fungi endofit yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Senyawa fenol merupakan kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Kelompok senyawa fenol memiliki peran sebagai antioksidan yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan kanker. Senyawa fenol banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Senyawa fenol berperan melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dengan cara mengikat radikal bebas sehingga dapat mencegah proses inflamasi dan peradangan pada sel tubuh (Winarti 2010).

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa dari tumbuhan yang mempunyai cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan antara lain lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa fenol. Senyawa fenol merupakan senyawa aromatik, maka menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum tampak (Harborne 1987). Cho et al. (2010) menyatakan bahwa kandungan total fenol rumput laut Caulerpa lentillifera segar dengan ekstrak metanol sebanyak 6,7 mg GAE/g ekstrak dan pada penelitian Maulida (2007) sebesar 8,95 mg GAE/g ekstrak.

(18)

Perumusan Masalah

Caulerpa sp. dikonsumsi masyarakat pesisir di Tual dan dianggap menyehatkan. Informasi mengenai komponen bioaktif dan kandungan senyawa fenol Caulerpa sp. setelah direbus yang diperoleh dari perairan Tual belum dilaporkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komponen bioaktif secara kualitatif dan kadar total senyawa fenol dari rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus dengan suhu 90 ℃ selama 5 menit.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian sebagai sumber pengetahuan baru bagi masyarakat pesisir tentang kandungan yang terdapat pada Caulerpa sp. Informasi mengenai kandungan total senyawa fenol dari rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus. Referensi bagi peneliti dan mahasiswa yang tertarik dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai rumput laut Caulerpa sp.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu penulisan proposal penelitian, penentuan metode uji, pengambilan sampel, preparasi sampel, analisis proksimat, analisis fitokimia, analisis kadar total senyawa fenol, pengolahan data, dan penulisan laporan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

(19)

Evaporasi dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nawa Agna, Cilendek Timur, Bogor. Analisis kadar total senyawa fenol dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan utama adalah rumput laut Caulerpa sp. Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi yaitu pelarut metanol dan kertas saring. Bahan untuk pengujian proksimat adalah pelarut lemak (n-heksana), selenium, H2SO4 pekat, akuades,

NaOH, H3BO3, HCl. Reagen untuk analisis fitokimia adalah asam sulfat, pereaksi

dragendroff, meyer, wagner, kloroform, anhidra asetat, asam sulfat pekat, magnesium, amil alkohol, alkohol, etanol, FeCl3 5%, HCl 2N. Bahan analisis

kadar total senyawa fenol adalah reagen Folin-Ciocalteau, asam galat, etanol, akuades, dan natrium karbonat.

Alat

Alat yang digunakan untuk preparasi sampel yaitu pisau, talenan, wadah, dan timbangan analitik. Alat yang digunakan untuk pengujian proksimat yaitu cawan porselen, desikator, oven, tanur, tabung soxhlet, tabung kjeldahl, labu takar, dan erlenmeyer. Alat-alat untuk ekstraksi, yaitu orbital shaker (WiseShake), rotary evaporator (Buchi Rot. R-205), dan alat untuk pengujian kadar fenol menggunakan spektrofotometer Ultra Violet-Visible (UV-Vis) (Hitachi U-2800).

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari perairan Tual, Maluku. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali, tanggal 22 Desember 2014, 19 Januari 2015, dan 22 Maret 2015. Bagian sampel yang diambil yaitu seluruhnya. Sampel diambil dalam keadaan segar, kemudian dikemas menggunakan kantong plastik, ditambah air laut kemudian dimasukkan ke toples, dikirim dari Maluku menuju Institut Pertanian Bogor, Bogor menggunakan moda transportasi udara. Sampel segar bertahan selama satu minggu setelah diambil dari perairan. Sesampainya di Bogor, sampel dibiarkan dalam suhu ruang, kemudian dipreparasi.

Preparasi Sampel

(20)

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Prosedur Analisis

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis proksimat, ekstraksi senyawa bioaktif, analisis fitokimia, dan analisis total senyawa fenol terhadap sampel Caulerpa sp. segar dan rebus. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat

by difference.

Rumput laut Caulerpa sp.

Analisis proksimat

Sampel segar Perebusan suhu 90℃, 5 menit

Uji kadar air Uji kadar abu Uji kadar lemak Uji kadar protein

Uji karbohidrat by different

Analisis Fitokimia

Data

Ekstraksi Caulerpa sp.

Uji Alkaloid

Uji Steroid dan Triterpenoid Uji Tanin

Uji Flavonoid Uji Saponin Uji Hidroquinon

Analisis Kadar Total Fenol Penimbangan

(21)

Pengeringan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 ℃ selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ℃ selama 5 jam atau hingga beratnya konstan. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang kembali. Persentase kadar air (berat basah) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

kadar air (%) =A − BA x 100%

Keterangan:

A = berat sampel sebelum dikeringkan B = berat sampel setelah dikeringkan

Analisis kadar abu (AOAC 2005)

Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 ℃, kemudian dimasukkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api hingga tidak berasap lagi. Sampel dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 ℃ selama 7 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus berikut:

kadar abu (%) =berat sampel dan cawan setelah di tanur − berat cawan kosongberat sampel awal x 100%

Analisis kadar lemak (AOAC 2005)

(22)

jernih.

Larutan hasil destruksi diencerkan dengan aquades hingga 100 mL dalam labu takar. Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 10 mL NaOH 40%. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam erlenmeyer 50 mL berisi larutan H3BO3 dan 2 tetes indikator (cairan methyl red dan bromo cresol green) yang ada

di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh larutan berwarna hijau kebiruan.

Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan dalam erlenmeyer berubah menjadi merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Kadar protein ditentukan dengan rumus :

%N = ( ) , x 100%

Kadar Protein(%) = %N x faktor konversi

Keterangan:

Faktor pengenceran = 10 Faktor konversi = 6,25

Analisis kadar karbohidrat (by difference)

Tujuan analisis karbohidrat, yaitu untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada suatu bahan. Kadar karbohidrat ditentukan dengan rumus:

Kadar karbohidrat (%) = 100% - (A+B+C+D)

Ekstraksi senyawa bioaktif (Harborne 1987)

Caulerpa sp. segar sebelumnya dihaluskan menggunakan mortar, kemudian ditimbang. Caulerpa sp. yang sudah melalui proses perebusan, ditiriskan, kemudian dihaluskan menggunakan mortar, dan ditimbang. Caulerpa sp. yang sudah halus, ditimbang sebanyak 100 g dan dimasukkan di labu erlenmeyer 500 mL, kemudian ditambah 200 mL metanol. Sampel yang sudah terendam metanol, kemudian dilakukan maserasi menggunakan orbital shaker selama 1x24 jam. Filtrat yang terkumpul kemudian dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 ℃. Ekstraksi dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

(23)

fitokimia dan analisis kadar total senyawa fenol.

Uji fitokimia

Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, dan fenol hidrokuinon. Uji tersebut dilakukan sesuai dengan metode Harborne (1987).

Alkaloid

Sampel sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N. Pengujian menggunakan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah hingga jingga, endapan putih kekuningan dengan pereaksi Meyer dan endapan coklat dengan pereaksi Wagner.

Steroid/triterpenoid

Sampel sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam 2 mL kloroform dalam tabung reaksi yang kering, setelah itu ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Reaksi positif adanya steroid, jika terbentuk warna biru atau hijau dan adanya triterpenoid jika terbentuk warna ungu atau jingga.

Flavonoid

Sampel sebanyak 0,05 g ditambahkan 0,1 mg serbuk magnesium dan 0,4 mL amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama) dan 4 mL alkohol kemudian campuran dikocok. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

Hidrokuinon (pereaksi FeCl3)

Sampel sebanyak 0,05 g diekstrak dengan 20 mL etanol 70%. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambah 2 tetes larutan FeCl3 5%.

Adanya senyawa fenol dalam bahan ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau hijau biru.

Saponin

Sejumlah sampel dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambah air panas. Perubahan yang terjadi adalah terbentuknya busa. Reaksi positif saponin jika ditambahkan 1 tetes HCl 2N, busa akan stabil selama 30 menit.

Tanin

Sampel sebanyak 0,05 g ditambah FeCl3 kemudian campuran

dihomogenkan. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah pada campuran.

Kadar total senyawa fenol (modifikasi Andarwulan 2000)

(24)

Sampel ekstrak rumput laut Caulerpa sp. ditimbang sebanyak 9,5 mg dan dilarutkan dengan 2 mL etanol 96% dalam tabung reaksi berukuran 10 mL. Larutan blanko, larutan standar maupun sampel ditambahkan 5 mL akuades, 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteau 50% (v/v) dan didiamkan selama 5 menit. Tahap selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat 5% (b/v), dihomogenisasi dan diinkubasi pada suhu ruang dan dalam kondisi gelap selama 1 jam. Tabung reaksi sebelum diinkubasi terlebih dahulu dibungkus aluminium foil untuk mengefektifkan inkubasi dalam kondisi gelap. Tahap selanjutnya setelah proses inkubasi, larutan dihomogenasi dan kandungan total senyawa fenol diukur dengan spektrofotometer UV-Vis Hitachi U-2008 pada panjang gelombang 725 nm.

Nilai kandungan total senyawa fenol diinterpretasikan berdasarkan miligram ekivalen asam galat per gram ekstrak (mg GAE/g ekstrak). Satuan mg GAE/g ekstrak ditentukan berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari persamaan regresi linier sederhana kurva standar asam galat:

Keterangan:

y = peubah tak bebas untuk absorbansi

x = peubah bebas untuk konsentrasi fenol dalam sampel (100 ppm) a = slope atau kemiringan

b = intersep

Penghitungan kandungan total senyawa fenol dengan rumus:

mg GAE g⁄ ekstrak = (mg x x mL V total)/1000 mLG

Keterangan:

mg/L x = konsentrasi sampel (mg/L) V total = volume total larutan uji (mL)

G = jumlah ekstrak yang ditimbang (g)

1000 mL = faktor konversi terhadap volume total larutan (mL)

Analisis Data

Data total senyawa fenol dianalisis secara deskriptif. Analisis data yang digunakan untuk nilai proksimat adalah uji t berpasangan. Analisis ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari sampel Caulerpa sp. segar dan rebus terhadap nilai proksimat.

Hipotesis analisis ini adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai proksimat Caulerpa sp. segar dan rebus

(25)

Statistik uji t berpasangan adalah:

= ̅

/√

Keterangan:

̅ = rata-rata dari selisih nilai proksimat segar dan rebus

= simpangan baku dari selisih nilai proksimat segar dan rebus n = banyaknya sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi dan Proksimat Rumput Laut Caulerpa sp.

Caulerpa sp. merupakan rumput laut hijau dari famili Caulerpaceae yang habitatnya menempel pada substrat pasir atau bebatuan. Thallus pada

Caulerpa sp. membentuk akar dan ramuli. Ramuli membentuk bulatan-bulatan kecil merapat teratur menutupi percabangan sepanjang ±3-5 cm. Kondisi

Caulerpa sp. yang digunakan dalam keadaan segar, namun beberapa bagian dari ramuli ada yang rusak. Tampubolon et al. (2013) menyatakan Caulerpa lentillifera memiliki thallus dengan cabang bulat yang merambat dan cabang-cabang seperti anggur. Morfologi Caulerpa sp. dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Caulerpa sp.

Rumput laut Caulerpa sp. dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai sayuran untuk dikonsumsi, oleh karena itu perlu diketahui kandungan kimia yang berkaitan dengan kandungan gizi rumput laut Caulerpa sp. Perhitungan nilai proksimat terdapat pada Lampiran 2. Komposisi kimia rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi kimia rumput laut Caulerpa sp.

Komposisi Kimia Caulerpa Basis basah (%) sp. segar Caulerpa Basis basah (%) sp.rebus

Kadar air 77,57±0,19 79,17±0,23

Kadar abu 1,18±0,15 1,02±0,01

Kadar lemak 0,32 ± 0,01 0,37 ± 0,03

Kadar protein 3,84±0,04 3,63±0,06

(26)

proses perebusan disebabkan matrik jaringan pada sayuran cenderung menyerap air sehingga kandungan airnya relatif lebih tinggi daripada sayuran segar. Kumar

et al. (2011) menyatakan bahwa kadar air Caulerpa racemosa yang diperoleh dari perairan India adalah 91,53% dan Ma’ruf et al. (2013) menyatakan bahwa kadar air Caulerpa racemosa dari perairan Jepara sebesar 92,37%.

Kadar air Caulerpa sp. segar yang diperoleh yaitu 77,57±0,19%. Nilai kadar air cukup rendah apabila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan ini diduga karena adanya proses transportasi dengan waktu yang lama, dan kondisi sampel sedikit terbuka, sehingga air dalam sampel mengalami penguapan.

Kadar abu Caulerpa sp. segar adalah 1,18±0,15% dan setelah perebusan menjadi 1,02±0,01%. Hasil analisis uji t (Lampiran 1), tidak terdapat perbedaan terhadap kadar abu Caulerpa sp. segar dan rebus (p>0,05). Proses perebusan dapat mempengaruhi kadar abu dalam bahan, karena mineral yang terkandung pada

Caulerpa sp. larut dalam air perebusan. Proses perebusan dapat mempengaruhi kadar abu suatu bahan, karena pengaruh dari uap air yang keluar pada saat perebusan. Nurjanah et al. (2014a) menyatakan bahwa kadar abu tanaman genjer

mengalami perubahan setelah pengukusan selama 3 dan 5 menit. Mineral yang terkandung dalam tanaman genjer tersebut keluar bersama dengan keluarnya air pada saat pengukusan, oleh karena itu kadar abu tanaman genjer setelah pengukusan mengalami perubahan.

Kadar lemak Caulerpa sp.segar adalah 0,32 ± 0,01% dan setelah perebusan menjadi 0,37±0,02%. Hasil analisis uji t (Lampiran 1), tidak terdapat perbedaan terhadap kadar lemak Caulerpa sp. segar dan rebus (p>0,05). Kadar lemak

Caulerpa sp. rendah, hal ini disebabkan oleh tingginya kadar air pada Caulerpa

sp. sehingga nilai kadar lemak turun. Kumar et al. (2011) menyatakan bahwa kandungan lemak rumput laut Caulerpa racemosa segar dari perairan India adalah 2,64%. McDermid dan Stuercke (2003) menyatakan bahwa kandungan lemak pada Caulerpa lentillifera segar yang diperoleh dari pantai Hawaii relatif tinggi yaitu 7,2%.

Nilai kadar lemak yang dihasilkan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, perbedaan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang berbeda, umumnya musim panen dan habitat biota. Wong dan Cheung (2000) menyatakan bahwa kadar lemak yang terdapat dalam rumput laut tergolong rendah. Rendahnya kadar lemak disebabkan oleh kadar air yang cukup tinggi, sehingga secara proporsional kadar lemak akan menurun.

Kadar protein Caulerpa sp.segar adalah 3,84±0,04% dan setelah perebusan menjadi 3,63±0,06%. Hasil analisis uji t (Lampiran 1), terdapat perbedaan terhadap kadar protein Caulerpa sp. segar dan rebus (p<0,05). Perebusan mempengaruhi kadar protein, hal ini disebabkan protein larut bersama air yang keluar dari bahan. Matanjun et al. (2009) menyatakan bahwa kadar protein

(27)

disebabkan oleh perbedaan spesies, musim, dan kondisi geografis, serta kandungan asam amino didalamnya.

Perbedaan kadar protein setelah perebusan disebabkan adanya kandungan nitrogen pada protein rumput laut yang bersifat volatil, sehingga akan menguap pada proses pemanasan (Febriyanti 2011). Waktu dan suhu perebusan berperan dalam perubahan kandungan gizi bahan pangan, semakin tinggi suhu dan lama

waktu perebusan akan menurunkan kandungan gizi bahan pangan (Widyati 2001). Megayana et al. (2012) menyatakan bahwa kandungan nutrisi

yang ada pada lingkungan memberikan pengaruh terhadap komposisi kimia organisme yang hidup di lingkungan tersebut.

Kadar karbohidrat (by difference) Caulerpa sp. segar adalah 17,08±0,11% dan setelah perebusan 15,65±0,21%. Hasil analisis uji t (Lampiran 1), terdapat perbedaan terhadap kadar karbohidrat Caulerpa sp. segar dan rebus (p<0,05). Perubahan karbohidrat Caulerpa sp. setelah perebusan disebabkan oleh sifat dari karbohidrat tersebut yang dapat larut dalam air. Karbohidrat umumnya memiliki keterkaitan dengan serat dalam suatu bahan. Kumar et al. (2011) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat rumput laut Caulerpa racemosa segar dari perairan India adalah 4,5%. Ma’ruf et al. (2013) menyatakan bahwa tingginya serat dapat disebabkan oleh tingginya polisakarida pada sel rumput laut, yang berfungsi sebagai dietary fiber dan fungsional fiber.

Fitokimia dari Ekstrak Rumput Laut Caulerpa sp.

Rendemen hasil ekstraksi Caulerpa sp.segar sebanyak 8,03% dan rendemen

Caulerpa sp. rebus sebanyak 6,36%. Komponen bioaktif yang terdapat pada

Caulerpa sp. sebagian besar larut dalam pelarut polar. Rendemen merupakan bagian bahan baku yang dapat dimanfaatkan. Banyaknya rendemen mempengaruhi sifat kelarutan komponen bioaktif. Kusumawati et al. (2008) menyatakan bahwa rendemen merupakan persentase bagian bahan baku yang dapat digunakan. Rendemen yang semakin besar menandakan bahwa bahan baku tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk dimanfaatkan dibandingkan bahan baku yang memiliki nilai rendemen yang rendah.

Tumbuhan mengandung banyak senyawa fenol dan senyawa fenol tersebut memiliki sifat yang cenderung larut dalam pelarut polar (Harborne 1987). Rendemen hasil ekstraksi dari rumput laut Caulerpa lentillifera segar yang diperoleh dari Teluk Betung, Lampung menggunakan pelarut metanol sebanyak 3,06% (Maulida 2007). Rendemen yang diperoleh dibandingkan dengan penelitian sebelumnya memiliki perbedaan yang jauh. Perbedaan ini diduga dari metode yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan metode ekstraksi bertingkat dan pada penelitian ini menggunakan ekstraksi tunggal. Perhitungan rendemen ekstrak terdapat pada Lampiran 3.

(28)

Alkaloid

Analisis fitokimia menunjukkan hasil positif terhadap adanya senyawa steroid pada Caulerpa sp. segar dan rebus. Senyawa steroid mudah larut dalam lipid dan memiliki potensi sebagai senyawa antibakteri. Adanya senyawa steroid pada Caulerpa sp. sesuai dengan penelitian Ahdyanti (2009) bahwa pada

Caulerparacemosa segar mengandung senyawa steroid dan triterpenoid.

Rosyidah et al. (2010) menyatakan bahwa senyawa steroid/triterpenoid memiliki aktivitas sebagai senyawa antibakteri. Senyawa steroid/triterpenoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan terhadap sintesis protein karena terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen penyusun sel bakteri. Senyawa steroid/triterpenoid mudah larut dalam lipid, faktor tersebut yang mengakibatkan senyawa steroid/triterpenoid mudah menembus dinding sel bakteri.

Caulerpa sp. segar menunjukkan hasil positif terhadap senyawa flavonoid dan pada Caulerpa sp. rebus tidak terdeteksi adanya senyawa flavonoid. Proses perebusan dapat menghilangkan senyawa flavonoid, tidak terdeteksinya senyawa flavonoid tersebut kemungkinan larut dalam air perebusan atau terjadi proses oksidasi. Hasil penelitian Lusivera (2002) menyatakan bahwa proses perebusan mengakibatkan senyawa flavonoid pada daun binahong menunjukkan hasil negatif dan kadar flavonoid pada daun binahong mengalami penurunan sebesar 78%.

Adanya gula yang terikat pada flavonoid menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air (Markham 1988). Flavonoid merupakan senyawa yang menunjukkan aktivitas biokimia yaitu antioksidan, antivirus, antibakteri, dan antikanker. Flavonoid merupakan salah satu golongan dari senyawa fenol dengan struktur kimia C6-C3-C6 (Vermerris dan Nicholson 2006). Sabir (2005)

(29)

fenol hidrokuinon. Senyawa fenol banyak ditemukan dalam tumbuhan, senyawa ini larut dalam pelarut polar. Senyawa fenol umumnya berfungsi sebagai antioksidan. Nurjanah et al. (2014b) menyatakan bahwa tumbuhan kangkung air

mengandung senyawa fenol yang larut dalam pelarut polar. Senyawa fenol yang terdeteksi pada kangkung air memiliki aktivitas antioksidan.

Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya senyawa ini berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harbone 1987). Chen dan Blumberg (2007) menyatakan bahwa senyawa fenol dapat mengurangi resiko beberapa penyakit kronis karena bersifat inflamatori, antioksidan, detoksifikasi karsinogenik, dan anti kolesterol.

Caulerpa sp. segar dan rebus menunjukkan hasil positif terhadap senyawa saponin. Saponin umumnya larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut polar. Saponin yang terhidrolisis sempurna akan menghasilkan gula dan satu fraksi non gula. Nurjanah et al. (2014a) menyatakan bahwa pada tumbuhan genjer segar terdeteksi adanya saponin dan gula pereduksi, setelah proses pengukusan kandungan saponin dan gula pereduksi pada genjer tidak mengalami perubahan. Koche et al. (2010) menyatakan bahwa bagian primer dari metabolisme tumbuhan antara lain gula pereduksi, asam amino, protein, dan klorofil.

Komponen bioaktif yang terkandung dalam suatu bahan tersebut memiliki manfaat yang bervariasi. Nurjanah et al. (2009) menunjukkan analisis komponen fitokimia ekstrak tepung lintah laut mengandung senyawa alkaloid, saponin, steroid dan fenol yang diduga berperan dalam menurunkan kolesterol total maupun low density lipoprotein (LDL). Ruiz et al. (2005) menyatakan bahwa saponin berfungsi sebagai senyawa antimikroba, antiinflamatori serta mempunyai toksisitas yang rendah.

Kelompok dari senyawa fenol antara lain asam fenolat, fenol sederhana, flavonoid, antosianin, lignin, dan tanin (Vermerris dan Nicholson 2006). Hasil analisis fitokimia pada Caulerpa sp. segar dan rebus, menunjukkan adanya senyawa fenol. Caulerpa sp. segar dan rebus positif terhadap senyawa flavonoid dan fenol hidrokuinon.

Kandungan Total Senyawa Fenol Ekstrak Rumput Laut Caulerpa sp.

Senyawa fenol merupakan senyawa yang banyak terdapat pada jenis tumbuhan. Senyawa fenol terdiri dari gugus aromatik yang menyerap kuat pada spektrum sinar UV. Reagen yang digunakan untuk mengetahui adanya senyawa fenol dalam suatu bahan yaitu Folin Ciocalteu (Harborne 1987). Analisis total senyawa fenol dilakukan untuk mengetahui jumlah fenol yang terdapat pada

Caulerpa sp. segar dan rebus. Kandungan total senyawa fenol pada Caulerpa sp. segar yaitu 28,56±1,97 mg GAE/g ekstrak dan pada Caulerpa sp. rebus yaitu 16,8±1,53 mg GAE/g ekstrak. Proses perebusan mengakibatkan nilai total senyawa fenol Caulerpa sp. menurun, hal ini diduga kandungan total senyawa fenol Caulerpa sp. teroksidasi atau larut dalam air rebusan. Perhitungan total senyawa fenol terdapat pada Lampiran 4.

(30)

Hasil dari penelitian kadar total senyawa fenol dibandingkan dengan literatur yang ada memiliki perbedaan yang tinggi. Perbedaan ini diduga karena

adanya faktor lingkungan dan perbedaan habitat Caulerpa sp. Reyes dan Luis (2003) menyatakan bahwa cahaya matahari merupakan salah satu

bentuk pemicu stres yang dapat meningkatkan biosintesis kandungan senyawa fenol pada jaringan tumbuhan.

Tinggi rendahnya kandungan total senyawa fenol dipengaruhi faktor cahaya matahari, habitat, waktu pemanenan, keberadaan herbivora, dan kondisi kesehatan tumbuhan (Fithriani 2009). Senyawa fenol dapat teroksidasi dalam larutan alkali atau karena aktivitas enzim polifenol oksidase yang membentuk radikal ortosemiquinon yang bersifat reaktif dan dapat bereaksi dengan senyawa amino (Pratt 1992).

Prior et al. (2005) menyatakan bahwa metode Folin-Ciocalteu memberikan nilai estimasi senyawa fenolik secara keseluruhan dari kandungan total senyawa fenol yang dianalisis. Senyawa fenol merupakan komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan. Jimenez-Escrig et al. (2001) menyatakan bahwa senyawa fenol secara medis diketahui sebagai senyawa antitumor, antialergi, dan antiperadangan.

Senyawa fenol kurkumin dari kunyit dan fenol katekin dari teh bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus (Arnelia 2006). Peran senyawa fenol di bidang perikanan yaitu dapat meningkatkan karakteristik gel surimi lele. Senyawa fenol tersebut diperoleh dari ekstrak daun teh yang dikeringkan (Wijayanti 2012). Andayani et al. (2008) menyatakan bahwa penelitian pada tanaman dilaporkan bahwa banyak tanaman yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek antioksidan terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid dan asam fenolat. Senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang tersubstitusi pada posisi ortho dan para terhadap gugus –OH dan –OR.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kadar air setelah perebusan mengalami peningkatan 1,6%, sedangkan kadar protein dan kadar karbohidrat setelah perebusan nilainya menurun masing-masing 0,21% dan 1,43%. Komponen bioaktif yang terdapat pada Caulerpa sp. rebus yaitu steroid, fenol hidrokuinon, dan saponin. Proses perebusan dengan suhu 90 ℃

(31)

perebusan terjadi penurunan 11,76 mg GAE/g ekstrak.

Saran

Saran pada penelitian ini, perlu dilakukan identifikasi senyawa fenol lebih lengkap dan analisis fitokimia serta total senyawa fenol pada air rebusan

Caulerpa sp.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. 2015. Aktifitas antibakterial fungi endofit Caulerpa racemosa terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan 6(1): 11-15.

Ahdyanti S. 2009. Evaluasi aktivitas antioksidan dengan penentuan bilangan peroksida dan analisis fitokimia anggur laut (Caulerpa racemosa) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Aisyah Y, Radiansyah, Muhaimin. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap aktivitas pada beberapa jenis sayuran. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia 6(2): 1-6.

Andarwulan N. 2000. Phenolic synthesis in selected root cultures, shoot cultures and seeds: phenolic content in differentiated tissue cultures of untransformed and agrobacterium-transformed roots of anise (Pimpinella anisum) [disertation]. Bogor (ID): Post-Graduate Program, Bogor Agricultural University.

Andayani R, Maimunah, Yovita L. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 13(1): 31-37.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Arnelia. 2006. Fitokimia Komponen Ajaib Cegah Kanker [artikel ilmiah].

www.kimia.lipi.go.id [Diakses 6 Juni 2015].

[BKPMD] Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. 2012. Gambaran Umum Kota Tual. Maluku. www.bkpmd-maluku.com [Diakses 1 Juli 2015].

Chen CYO, Blumberg JB. 2007. Phytochemical composition of nuts. Asia Pasific Journal of Clinical Nutrition 17(1): 329-332.

(32)

Pertanian Bogor.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Ed ke-2. Padmawinata K, Soediro I. Penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari:

Phytochemical Methods.

Jimenez-Escrig A, Jimenez-Jimenez I, Pulido R, Saura-Calixto F. 2001. Antioxidant activity of fresh and processed edible seaweeds. Journal of the Science of Food and Agriculture 81: 530-534.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Statistik Perikanan Tangkap Perairan Laut. www.kkp.go.id [Diakses 5 Mei 2015].

Koche D, Shirsat R, Imran S, Bhadange DG. 2010. Phytochemical screening of eight traditionally used ethnomedicinal plants from Akola district (MS) India. International Journal of Pharma and Bio Sciences 1(4): 253-256. Kumar M, Vishal G, Puja K, Reddy CRK, Jha B. 2011. Assessment of nutrient

composition and antioxidant potential of Caulerpaceae seaweeds. Journal of Food Composition and Analysis 24: 270-278.

Kusumawati R, Tazwir, Wawasto A. 2008. Pengaruh rendemen dalam asam klorida terhadap kualitas gelatin tulang kakap merah (Lutjanus sp.). Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 3(1): 63-68.

Lusivera TK. 2002. Mempelajari pengaruh pemanasan terhadap kadar flavonoid [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ma’ruf WF, Ratna I, Eko ND, Eko S, Ulfah A. 2013. Profil rumput laut Caulerpa racemosa dan Gracilaria verrucosa sebagai edible food. Jurnal Saintek Perikanan 9(1): 68-74.

Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung (ID): ITB

Matanjun P, Mohamed S, Mustapha NM, Muhammad K, Cheng HM. 2008. Antioxidant activities and phenolics content of eight species of seaweeds from north Borneo. J. Appl Phycol 20(1): 367-373.

Matanjun P, Mohamed S, Mustapha NM, Muhammad K. 2009. Nutrient content of tropical edible seaweeds, Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera, and

Sargassum polycystum, J. of Appl. Phycol. 21(1): 75–80.

Maulida R. 2007. Aktivitas antioksidan rumput laut Caulerpa lentillifera [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. McDermid KJ, Stuercke B. 2003. Nutritional Composition of Edible Hawaiian

(33)

klorofil rumput laut Sargassum sp. pada umur panen yang berbeda. Journal of Aquaculture and Fish Health 1(1): 120-127.

Nurjanah, Hardjito L, Monintja DR, Bintang M, Agungpriyono DR. 2009. Lintah laut (Discodoris sp.) sebagai antikolesterolemia pada kelinci New Zealand white. Jurnal Kelautan Nasional 2: 31-42.

Nurjanah, Jacoeb AM, Nugraha R, Permatasari M, Sejati TKA. 2014a. Perubahan

komposisi kimia, aktivitas antioksidan, vitamin C dan mineral tanaman genjer (Limnocharis flava) akibat pengukusan. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan 3(3): 185-195.

Nurjanah, Abdullah A, Sudirman S. 2014b. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.). Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan 3(1): 68-75.

Pratt DE. 1992. Natural Antioxidant from Plant Material. Washington DC (US): Am. Chem. Society.

Prior RL, Wu X, Schaich K. 2005. Standardised methods for the determination of antioxidant capacity and phenolic in food and dietary suplements. J. Agric. Food Chemistry 53(10): 4290 – 4302.

Putera BA. 2015. Aktivitas antioksidan rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ratana P, Chirapart A. 2006. Nutritional evaluation of tropical green seaweeds

Caulerpa lentillifera and Ulva reticulate. Kasetsart Journal (Nat. Sci.) 40: 75-83.

Reyes LF, Luis CZ. 2003. Wounding stress increases the phenolic content and antioxidant capacity of purple-flesh potatoes (Solanum tuberosum L.).

Journal Agric. Food Chem 51: 5296-5300.

Rosyidah K, Nurmuhaimina, Komari, Astuti. 2010. Aktivitas Antibakteri fraksi saponin dari kulit batang tumbuhan kasturi (Mangifera casturi).

Bioscientiae 7(2): 25-31.

Ruiz C, Falcocchio S, Xoxi E, Villo L, Nicolosi G, Pastor FIJ, Diaz P, Saso L. 2005. Inhibition of Candida rugosa lipase by saponin, flavonoids and alkaloids. J. Biosci Biotechnol Biochem 63: 539-560.

Sabir A. 2005. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp. terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Journal Dent 38(2): 135-141. Saputra A, Wike AEP, Riris A. 2011. Pembuatan biogas dari rumput laut jenis

Caulerpa racemosa dan Sargassum duplicatum sebagai bahan energi alternatif. Maspari Journal 3(1): 30-35.

(34)

karakteristik gel surimi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Winarti S. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

(35)
(36)
(37)

Lampiran 1 Analisis Statistik t berpasangan

Rata-rata Jumlah data Standar Deviasi Galat rata-rata

1 Kadar air segar 77,5745 3 ,19654 ,11347

Kadar air rebus 79,1702 3 ,23175 ,13380

2 Kadar abu segar 1,1757 3 ,14886 ,08595

Kadar abu rebus 1,0201 3 ,01239 ,00715

3 Kadar lemak segar ,3208 3 ,01337 ,00772

Kadar lemak rebus ,3730 3 ,03063 ,01768

4 Kadar protein segar 3,8433 3 ,04509 ,02603

Kadar protein rebus 3,6300 3 ,06245 ,03606

5 Kadar karbohidrat segar 17,0800 3 ,11533 ,06658

Kadar karbohidrat rebus 15,6433 3 ,21548 ,12441

Uji t-berpasangan

T Derajat bebas Sig. (2-arah) Rata-rata Standar Deviasi Galat rata-rata

Selang kepercayaan 95% Batas

bawah Batas atas

1 Kadar air segar dan rebus -1,5956 ,40712 ,23505 -2,60699 -,58432 -6,789 2 ,021

2 Kadar abu segar dan rebus ,15560 ,16120 ,09307 -,24483 ,55603 1,672 2 ,237

3 Kadar lemak segar dan rebus -,05220 ,04346 ,02509 -,16015 ,05575 -2,081 2 ,173

4 Kadar protein segar dan rebus ,21333 ,02082 ,01202 ,16162 ,26504 17,750 2 ,003

5 Kadar karbohidrat segar dan rebus 1,43667 ,30665 ,17704 ,67491 2,19842 8,115 2 ,015

(38)

2 5,004 22,4273 23,5542 27,4141 77,40 C= Bobot cawan dan contoh kering D= Bobot cawan dan contoh basah N= Ulangan C= Bobot cawan dan contoh kering D= Bobot cawan dan contoh basah N= Ulangan

Perhitungan karbohidrat by difference

Kadar karbohidrat = 100% - (air+protein+lemak+abu)

(39)

Protein (%) = ( ) , , x 100%

Caulerpa sp. segar

Ulangan 1 => Protein (%) = ( , ) , , , , x 100% = 3,89%

Ulangan 2 => Protein (%) = ( , ) , , , , x 100% = 3,84%

Ulangan 3 => Protein (%) = ( , ) , , , , x 100% = 3,8%

Caulerpa sp. rebus

Ulangan 1 => Protein (%) = ( , ) , , , , x 100% = 3,7%

Ulangan 2 => Protein (%) = ( , ) , , , , x 100% = 3,61%

Ulangan 3 => Protein (%) = ( , ) , , , , x 100% = 3,58%

Lampiran 3 Perhitungan Rendemen

Caulerpa sp. Segar

Ulangan 1 => Berat ekstrak = berat botol dan ekstrak – berat botol = 124,6416 g – 116,6545 g

= 7,9871 g

% rendemen = x100%

= , x100%

= 7,9871%

Ulangan 2 => Berat ekstrak = berat botol dan ekstrak – berat botol = 124,6836 g – 116,6545 g

= 8,0291 g

% rendemen = x100%

= , x100%

= 8,0291%

Ulangan 3 => Berat ekstrak = berat botol dan ekstrak – berat botol = 124,7184 g – 116,6545 g

(40)

Caulerpa sp. Rebus

Ulangan 1 => Berat ekstrak = berat botol dan ekstrak – berat botol = 122,9527 g – 116,6545 g

= 6,2982 g

% rendemen = x100%

= , x100%

= 6,2982%

Ulangan 2 => Berat ekstrak = berat botol dan ekstrak – berat botol = 122,9834 g – 116,6545 g

= 6,3289 g

% rendemen = x100%

= , x100%

= 6,3289%

Ulangan 3 => Berat ekstrak = berat botol dan ekstrak – berat botol = 123,0961 g – 116,6545 g

= 6,4416 g

% rendemen = x100%

= , x100%

= 6,4416%

Lampiran 4 Perhitungan Total Senyawa Fenol Persamaan regresi standar asam galat

Sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi (y) Persamaan garis

Asam Galat

10 0,109

Y=0,014x - 0,067 R2=0,995

30 0,365

50 0,634

70 0,91

(41)

Volume larutan uji = 10 mL Contoh perhitungan

senyawa fenol rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus Berat

awal (g)

Absorbansi

(42)

Gambar

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Tabel 1 Komposisi kimia rumput laut Caulerpa sp.

Referensi

Dokumen terkait