• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kadar Vitamin Dan Asam Amino Pada Rumput Laut Caulerpa Sp. Segar Dan Rebus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Kadar Vitamin Dan Asam Amino Pada Rumput Laut Caulerpa Sp. Segar Dan Rebus"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN KADAR VITAMIN DAN ASAM AMINO PADA

RUMPUT LAUT Caulerpa sp. SEGAR DAN REBUS

AFIFATUNISA LUTHFIYAH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Kadar Vitamin dan Asam Amino pada Rumput Laut Caulerpa sp. Segar dan Rebus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Afifatunisa Luthfiyah

(4)
(5)

ABSTRAK

AFIFATUNISA LUTHFIYAH. Perubahan Kadar Vitamin dan Asam Amino pada Rumput Laut Caulerpa sp. Segar dan Rebus. Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES MARDIONO JACOEB.

Masalah gizi di Indonesia berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita serta usia harapan hidup. Rumput laut Caulerpa sp. merupakan salah satu sumber kebutuhan gizi. Jenis rumput laut yang sering digunakan adalah

Caulerpa sp. Proses perebusan merupakan salah satu metode pengolahan yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Urap rumput laut merupakan salah satu makanan olahan yang diolah dengan perebusan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh yang terjadi pada kadar vitamin A, B1, E dan asam amino

Caulerpa sp. setelah direbus pada suhu 90 ºС selama 5 menit. Pengujian yang dilakukan yaitu vitamin dan asam amino dengan HPLC. Proses perebusan mengakibatkan penurunan terhadap kadar vitamin A 64,87%, vitamin B1 sebesar

65,38% dan vitamin E sebesar 4,75%, dan kadar asam amino stabil tidak mengalami penurunan.

Kata kunci: asam amino, Caulerpa sp., vitamin.

ABSTRACT

boiling process. In Indonesia, the boiled seaweed is name as Urap. The purpose of this study was to determine the effect of boiling to vitamins A, B1, E and amino

acids in boiled Caulerpa sp. at a temperature 90 ºС for 5 minutes. The vitamins and amino acids analysis by HPLC. Vitamin A decreased 64.87%, vitamin B1

decreased 65.38% and vitamin E decreased 4.75%, and amino acid immaterial decreased.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(8)
(9)

PERUBAHAN KADAR VITAMIN DAN ASAM AMINO PADA

RUMPUT LAUT Caulerpa sp. SEGAR DAN REBUS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Kadar Vitamin dan Asam Amino pada Rumput Laut

Caulerpa sp. Segar dan Rebus”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, terutama kepada:

1 Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku dosen pembimbing I, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2 Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb Dipl-Biol selaku dosen pembimbing II, atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.

3 Dra Ella Salamah Msi selaku dosen penguji, atas segala arahan yang diberikan kepada penulis.

4 Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 5 Dr Ir Iriani Setyaningsih MS selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen

Teknologi Hasil Perairan.

6 Ibu Ninik dan Ibu Susan yang membantu dalam penyediaan sampel dari perairan Tual, Maluku.

7 Abah Totok Suharto, Umi Iswanti serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya.

8 Teman-teman se tim penelitian Bagja Adhitia Putera, Rudy Chrystiawan, dan Diah Asih Asmara, yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

9 Teman-teman anggota CORO yang telah membantu dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini.

10 Teman-teman anggota laboratorium karakteristik bahan baku hasil perairan Ulfa, Empit, Mely, Idan dan Hanum.

11 Teman-teman THP-FPIK-IPB angkatan 48, 49, dan 50 yang telah membantu dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membaca dan membutuhkan.

Bogor, Juni 2015

(14)
(15)
(16)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi proksimat rumput laut Caulerpa sp. ... 10

2 Kandungan vitamin A, B1, dan E Caulerpa sp. ... 11

3 Kandungan asam amino Caulerpa sp. ... 13

4 Kadar logam berat Caulerpa sp. ... 14

DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir prosedur penelitian ... 4

2 Caulerpa sp. ... 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Contoh perhitungan proksimat Caulerpa sp. ... 21

2 Kromatogram standar vitamin A Caulerpa sp. ... 22

3 Kromatogram vitamin A Caulerpa sp. segar ... 23

4 Kromatogram vitamin A Caulerpa sp. rebus ... 24

5 Kromatogram standar vitamin B1Caulerpa sp. ... 25

6 Kromatogram vitamin B1Caulerpa sp. segar ... 26

7 Kromatogram vitamin B1Caulerpa sp. rebus ... 27

8 Kromatogram standar vitamin E Caulerpa sp. ... 28

9 Kromatogram vitamin E Caulerpa sp. segar ... 29

10 Kromatogram vitamin E Caulerpa sp. rebus ... 30

11 Kromatogram standar asam amino Caulerpa sp. ... 31

12 Kromatogram asam amino Caulerpa sp. segar ... 32

13 Kromatogram asam amino Caulerpa sp. rebus ... 33

14 Dokumentasi penelitian ... 34

15 Kurva standar logam berat ... 35

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya perikanan laut Indonesia diperkirakan mempunyai lebih dari 500 jenis rumput laut yang tersebar dengan luas di perairan seluas 1,1 juta hektar. Potensi komoditas rumput laut merupakan salah satu dari 10 besar komoditas unggulan di Indonesia. Pemerintah menjadikan rumput laut sebagai salah satu dari empat komoditas industrialisasi utama perikanan selain udang, bandeng dan patin pada tahun 2013 (KKP 2013). Produksi rumput laut pada tahun 2010 sebesar 3,9 juta ton dan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta ton (KKP 2015).

Rumput laut banyak ditemukan tumbuh alami di Indonesia (Utomo 2011). Rumput laut bernilai ekonomis dalam bidang industri makanan maupun non makanan (industri, kosmetik, tekstil dan farmasi). Rumput laut sebagai bahan pangan sudah lama dimanfaatkan oleh penduduk pesisir sebagai sayur, lalapan, acar, kue, puding dan manisan (Handayani et al. 2004). Fajar et al. (2014) menyatakan bahwa kandungan penting Caulerpa sp. adalah klorofil, beta karoten, dan caulerpin. Ratana-arporn dan Chirapart (2006) menambahkan rumput laut mempunyai kandungan gizi yaitu vitamin, asam amino, asam lemak, dan mineral.

Masalah gizi di Indonesia semakin kompleks. Kurang gizi dinyatakan sebagai penyebab kematian 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) di Indonesia. WHO (2012) memperkirakan bahwa penduduk Indonesia mengalami 19,6% kekurangan gizi. RAN-PG (2012) menyatakan permasalahan kurang gizi secara perlahan namun pasti akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita serta usia harapan hidup. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya konsumsi zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh penduduk. Gizi mikro meliputi vitamin dan mineral essensial.

Kandungan vitamin rumput laut Caulerpa lentillifera adalah vitamin E, C, B1, B2, dan B3 (Ratana-arporn dan Chirapart 2006). Vitamin memiliki peranan

spesifik dalam tubuh dan dapat memberikan manfaat kesehatan. Kadar senyawa ini apabila tidak mencukupi akan mengakibatkan tubuh terkena penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain (Fitriana 2013). Kelebihan vitamin yang larut lemak dalam tubuh dapat menimbulkan gejala toksisitas, sedangkan kelebihan vitamin yang larut air mampu dikeluarkan melalui urin, sehingga tidak menimbulkan toksik dalam tubuh. Kekurangan vitamin dapat menimbulkan gejala penyakit malnutrisi (Triana 2006). Asupan gizi selain vitamin yaitu protein, mineral dan asam lemak.

Protein merupakan suatu zat yang penting dalam tubuh. Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein yang memiliki fungsi

metabolisme dalam tubuh dan dibagi dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial (Mandila dan Hidajati 2013). Penelitian

(18)

2

jenis alanin, asam glutamat dan lisin mampu meningkatkan rasa pada makanan (Ma’ruf et al. 2013).

Fithriani (2009) menyatakan bahwa secara tradisional jenis Caulerpa racemosa dapat dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran atau lalapan. Perebusan merupakan salah satu pengolahan yang dilakukan. Proses perebusan mampu mengubah kandungan gizi bahan, sehingga perubahan yang terjadi selama proses perebusan perlu diketahui dan diteliti. Perebusan merupakan salah satu cara pengolahan yang banyak dilakukan di Indonesia. Perebusan bahan makanan dapat mempengaruhi beberapa karakteristik dalam bahan, diantaranya karakteristik fisik (Winarso 2003) perubahan vitamin dan mineral (Rahayu dan Pribadi 2012), namun informasi mengenai perubahan vitamin dan asam amino pada rumput laut

Caulerpa sp. segar dan rebus belum dilaporkan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai perubahan kadar vitamin dan asam amino pada rumput laut Caulerpa sp. kondisi segar dan rebus.

Perumusan Masalah

Perbedaan kadar vitamin dan asam amino pada sampel rumput laut

Caulerpa sp.akibat proses perebusan belum dilaporkan di Indonesia. Rumput laut

Caulerpa sp. banyak dimanfaatkan sebagai lalapan atau urap bagi masyarakat pesisir baik secara segar maupun dilakukan perebusan. Informasi perubahan kadar vitamin dan asam amino dapat digunakan oleh masyarakat pesisir dalam

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan infromasi yang berguna tentang perbedaan kadar vitamin dan asam amino pada rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai bulan April 2015. Penelitian dilakukan di beberapa laboratorium. Preparasi bahan baku dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis proksimat, vitamin, asam amino dan logam berat dilakukan di Laboratorium Nawa Agna, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Bogor Barat, Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel rumput laut

Caulerpa sp. yang diambil di pesisir laut Desa Letman, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara dan air mineral merk Aqua. Bahan yang digunakan untuk pengujian adalah akuades, HCl (Emsure) 0,02 N, H2SO4 (Emsure) pekat, NaOH (Centipur),

H3BO3 (Centipur), indikator metilen merah, larutan heksana (Emsure), AgNO3

(Emsure), metanol (Emsure) 95%, KOH 50%, asam asetat, larutan tetrahidrofuran

(Emsure), etanol (Emsure), HNO3 (Emsure), HCl 6 N (Emsure), pikolotiosionat,

trietilamin, gas nitrogen, buffer natrium asetat (Emsure), HClO4 (Emsure), dan

larutan standar.

Alat

Alat yang digunakan untuk preparasi sampel yaitu pisau, talenan, wadah, timbangan analitik, gelas ukur, termometer, kompor listrik dan sudip. Analisis proksimat menggunakan cawan porselen, oven, tanur, desikator, tabung reaksi, erlenmenyer, tabung soxhlet, tabung kjeldahl, buret dan bulb. Analisis vitamin menggunakan tabung erlenmenyer, pipet, penangas air, kondensor, labu takar dan alat high performance liquid chromatography (HPLC) Shimadzu Varian LC-4000. Analisis asam amino memerlukan oven, labu takar, gelas ukur, corong, kertas whatman no.42 pipet dan alat high performance liquid chromatography

(HPLC) Shimadzu Varian LC-4000. Analisis logam berat memerlukan labu ukur, labu takar, corong, pipet, kertas whatman dan alat atomic absorption spectrophotometer (AAS) Buck Scientific 205 series 221.

Prosedur Penelitian

(20)

4

pada wadah yang berpori dan dibiarkan dalam ruang terbuka. Diagram alir prosedur untuk penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Proses Perebusan (Putera 2015)

Caulerpa sp. dibersihkan dari kotoran yang masih menempel, kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot awal sampel. Air sebanyak 800 mL dituang ke dalam gelas piala 1 L kemudian dipanaskan menggunakan kompor listrik. Sampel sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam gelas piala tersebut setelah suhu perebusan mencapai suhu 90°C dan direbus selama 5 menit.

Prosedur Analisis

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis proksimat, vitamin dan asam amino terhadap sampel Caulerpa segar dan Caulerpa rebus. Analisis proksimat adalah suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia yang ada pada suatu bahan. Analisis proksimat meliputi air, lemak, protein, abu, dan karbohidrat. Analisis vitamin meliputi kadar vitamin A ( -karoten); vitamin B1 (tiamin) dan vitamin E (tokoferol), kemudian analisis

(21)

5

Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk di dalamnya analisis kadar air, abu, lemak dan protein.

1) Kadar air (AOAC 2005)

Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit). Cawan tersebut ditimbang hingga beratnya konstan, sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 oC selama 5 jam atau hingga beratnya konstan. Setelah selesai proses kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan selanjutnya ditimbang kembali. Perhitungan kadar air:

00 Keterangan : A = Berat cawan kosong (g)

B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)

C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)

2) Kadar abu (AOAC 2005) didapatkan berat yang konstan. Perhitungan kadar abu:

00

Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong (g) B = Berat cawan dengan sampel (g)

C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)

3) Kadar protein (AOAC 2005)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 mL, lalu ditambah 0,25 g selenium dan 3 mL H2SO4

pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu kjeldahl

ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian didestilasi dengan suhu destilator 100 oC. Destilat ditampung dalam labu erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 50 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcresol

(22)

6

muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Perhitungan kadar protein:

ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan

dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (hexana). Refluks dilakukan selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC, setelah itu labu dimasukan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3). Perhitungan kadar

lemak:

Penghitungan karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100 % dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangannya. Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya.

Perhitungan kadar karbohidrat:

Karbohidrat (%) = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein)

Analisis Vitamin

1) Analisis Vitamin A (AOAC 2005)

Sampel sebanyak 5 g ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, ditambah 3 mL akuades dan ditambah 10 mL metanol 95%. Erlenmeyer lalu digoyangkan untuk memastikan semua bahan tercampur. Tahap berikutnya yaitu ekstraksi dan penyabunan. Larutan 2,5 mL KOH 50% dipipet ke dalam erlenmeyer, kemudian dipanaskan pada suhu 80 °C selama 30 menit, setelah itu erlenmeyer diangkat dari penangas, didinginkan hingga suhu ruang, ditambahkan asam asetat 2,5 mL untuk menetralkan KOH, diaduk rata, dan dibiarkan dingin hingga suhu ruang. Larutan ini lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditera dengan larutan Tetrahidrofuran : etanol (1:1), setelah itu disaring lalu diendapkan. High performance liquid chromatography (HPLC) Varian LC-4000

(23)

7

diaktifkan, dibiarkan stabil selama 30 menit dengan pengaliran fase gerak pada kecepatan 1 mL/menit. Ekstrak yang berisi vitamin A dapat dianalisis menggunakan HPLC. Sistem yang digunakan yaitu; kolom: C18, fase gerak: metanol 95%, panjang gelombang: 272 nm, laju alir: 0,5 mL/menit, volume injeksi: β0 μL, dan detektor: flouresensi.

2) Vitamin B1 (tiamin) (AOAC 2005)

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Buffer phospat sebanyak 20 mL ditambahkan pada tabung reaksi. Tabung dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 30 menit, lalu didinginkan dan diencerkan dengan akuades sampai 50 mL kemudian disaring dengan kertas Whatman 42. Selanjutnya dihomogenisasi selama 5 menit dengan ultrasonic dan didiamkan pada suhu ruang sampai dingin. Metanol sebanyak 25 mL ditambahkan dan ditepatkan sampai volume 50 mL dengan asam asetat 2%. Sampel disentrifuse selama 30 menit pada 4000 rpm. Supernatan dipisahkan untuk disuntikkan ke

High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Sistem yang digunakan yaitu; kolom: C18, fase gerak: methanol 95%, panjang gelombang: 254 nm, laju alir: 0,5 mL/menit, volume injeksi: β0 μL, dan detektor: flouresensi.

3) Vitamin E (tokoferol) (AOAC 2005)

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam tabung dan ditambah 2 mL KOH yang dimasukkan dalam waterbath 80 ºС selama β0 menit, diangkat dan disimpan dalam ruang gelap sampai dingin. Setelah pendinginan sampel ditambah dengan air 10 mL dan eter sampai volume 50 mL dan dicampur hingga homogen. Sampel yang diperoleh disentrifugasi pada 4000 rpm selama 5 menit. Supernatan dipisahkan untuk disuntikkan ke High Performance Liquid Chromatography

(HPLC). Sistem yang digunakan yaitu; kolom: C18, fase gerak: metanol 95%, panjang gelombang: 330 nm, laju alir: 0,5 mL/menit, volume injeksi: β0 μL, dan detektor: flouresensi.

Analisis Asam Amino (AOAC 2005)

Komposisi asam amino ditentukan dengan menggunakan HPLC. Sebelum digunakan, perangkat HPLC dibilas dulu dengan eluen yang akan digunakan selama 2-3 jam. Begitu pula kolom yang akan digunakan dibilas dengan akuades. Analisis asam amino dengan menggunakan HPLC terdiri atas 4 tahap, yaitu: (1) tahap pembuatan hidrolisat protein; (2) tahap pengeringan; (3) tahap derivatisasi; dan (4) tahap injeksi serta analisis asam amino.

(1) Tahap pembuatan hidrolisat protein

Hal yang dilakukan pada tahap pembuatan hidrolisat protein adalah sampel ditimbang sebanyak 0,15 g dan dihancurkan. Sampel yang telah hancur dihidrolisis asam menggunakan HCl 6 N sebanyak 10 mL yang kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 100 selama 24 jam. Pemanasan dalam oven dilakukan mempercepat reaksi hidrolisis.

(2) Tahap pengeringan

Hasil saringan diambil sebanyak γ0 μL dan ditambah dengan γ0 μL larutan pengering. Larutan pengering dibuat dari campuran metanol, pikolotiosionat, dan

(24)

8

pengering, dilakukan pengeringan dengan gas nitrogen untuk mempercepat pengeringan dan mencegah oksidasi.

(3) Tahap derivatisasi

Larutan derivatisasi sebanyak γ0 μL ditambahkan pada hasil pengeringan, larutan derivatisasi dibuat dari campuran metanol, natrium asetat, dan triethylamin

dengan perbandingan 3:3:4. Proses derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan cara menambahkan 20 mL buffer natrium asetat 1 M, lalu dibiarkan selama 20 menit. Kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman.

(4) Injeksi ke HPLC

Hasil saringan diambil sebanyak β0 μL untuk diinjeksikan ke dalam HPLC. Perhitungan konsentrasi asam amino yang ada pada bahan, dilakukan pembuatan kromatogram standar dengan menggunakan asam amino yang telah siap pakai yang mengalami proses yang sama dengan sampel. Sistem yang digunakan yaitu; kolom: C18, fase gerak: metanol 95%, panjang gelombang: 450 nm, laju alir: 1 mL/menit, volume injeksi: β0 μL, dan detektor: flouresensi.

Analisis Logam Berat Cd, Pb, dan Hg (BSN 2009)

Analisis dilakukan menggunakan sampel sebanyak 1 g yang dimasukkan ke dalam labu destruksi 100 mL, ditambah 15 mL HNO3 pekat dan 5 mL HClO4,

kemudian didiamkan 24 jam. Sampel kemudian didestruksi hingga jernih, didinginkan, dan ditambah 10-20 mL air akuades, dipanaskan ±10 menit, diangkat, dan dinginkan. Larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL (labu dekstruksi dibilas dengan air bebas ion dan dimasukkan ke dalam labu takar). Larutan ditambah air sampai batas tanda tera, kemudian dikocok dan disaring dengan kertas saring Whatman no.42. Sampel dipreparasi dan dianalisis sesuai dengan pengujian logam berat (Cd, Pb, dan Hg) pada analisis air (APHA 3110 untuk logam Cd, dan Pb; dan metode 3112 untuk Hg). Filtrat dianalisis menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Analisis Data

(25)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumput Laut Caulerpa sp.

Rumput laut yang digunakan mempunyai ciri cabang letaknya berdekatan dan tangkai menyerupai bentuk silindris, dan tangkai ditutupi merata oleh cabang timbul berbentuk bulat kecil (ramuli). Marianingsih et al. (2013) menyatakan bahwa Caulerpa racemosa memiliki talus silindris yang menyerupai setangkai anggur (green vine – like Caulerpa) dan tumbuhnya merambat. Penelitian Tampubolon et al. (2013) menyatakan bahwa jumlah ramuli 17-31 buah, dengan diameter 1,26 mm merupakan ciri dari Caulerpa lentillifera. Caulerpa sp. mempunyai warna memdominasi hijau tua. Habitat tumbuh dengan akar yang menancap pada substrat pasir atau menempel pada batu (Atmadja et al. 1996). Gambar untuk Caulerpa sp. dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Caulerpa sp.

Ratana-arporn dan Chirapart (2006) menyatakan bahwa beberapa jenis rumput laut mempunyai kandungan gizi yang tinggi yaitu vitamin, asam amino, asam lemak, mineral dan senyawa aktif caulerpin. Arlita et al. (2013) menambahkan bahwa Caulerpa sp. yang termasuk kedalam jenis alga hijau diketahui merupakan sumber dari produk senyawa bioaktif yang mempunyai potensi sebagai sumber pigmen alami sebagai antitumor, antiviral, antimikroba dan lainnya. Pemanfaatan bagi masyarakat yaitu dikonsumsi secara lokal dan belum dimanfaatkan secara ekonomi luas. Pemanfaatan bagi masyarakat yaitu dikonsumsi secara lokal dan belum dimanfaatkan secara ekonomi luas. Salah satu cara mengonsumsi adalah dengan perebusan, namun waktu dan suhu yang dilakukan belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu diperlukan pengujian organoleptik untuk menentukan tingkat kesukaan panelis.

(26)

10

memperbaiki setiap parameter uji. Rahayu dan Pribadi (2012) menyatakan pengaruh panas terhadap bahan tidak hanya dipengaruhi oleh suhu dan waktu saja, namun proses pemanasan yang diterapkan tidak berlebihan dan tidak terlalu lama.

Proksimat Rumput Laut Caulerpa sp.

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui sifat dari setiap komponen yang terdapat dalam bahan pangan. Bahan baku yang segar maupun olahan perlu diketahui kandungan komponen pokoknya. Proksimat rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus, hasil ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Proksimat rumput laut Caulerpa sp.segar dan rebus

Komposisi

Caulerpa segar Caulerpa rebus

Basis basah Protein 3,74±0,15 15,03±0,63 3,48±0,15 16,12±0,84 Lemak 0,36±0,03 1,45±0,11 0,39±0,04 1,80±0,16 mengalami peningkatan, hal ini disebabkan bahwa matrik jaringan bahan yang direbus akan lebih menyerap air, sehingga kandungan air akan mengalami peningkatan daripada sampel segar.

Kadar air Caulerpa racemosa segar penelitian Santoso et al. (2006) sebesar 88,8±0,5%. Perbedaan hasil kadar air dengan Caulerpa sp. karena kondisi perairan yang berbeda pada tempat pengambilan sampel. Ma’ruf et al. (2013) menyatakan bahwa komposisi kimia tidak hanya dipengaruhi oleh nutrisi perairan, namun suhu perairan dan kedalaman perairan, musim dan letak geografis juga mempengaruhi.

Kadar abu dalam rumput laut Caulerpa sp. segar adalah 1,17±0,10% dan setelah proses perebusan menjadi 0,99±0,13%. Perubahan kadar abu disebabkan oleh keluarnya komponen bahan selama perebusan. Jacoeb et al. (2010) menunjukan bahwa perlakuan pemanasan mampu mengakibatkan penurunan terhadap kadar abu karena komponen dalam bahan akan ikut terbawa keluar.

Santoso et al. (2006) menyatakan kadar abu segar pada rumput laut

Caulerpa racemosa sebesar 2,1±0,2%. Perbedaan kandungan kadar abu ini diduga dari perbedaan lingkungan biota tersebut, sehingga kandungan yang terakumulasi dapat berbeda tergantung pada habitatnya. Kadar abu atau zat anorganik biasanya dikenal sebagai mineral. Ratana dan Chirapart (2006) menyatakan bahwa kadar abu dapat dihubungkan dengan jumlah unsur mineral.

(27)

11

bahan pangan menyebabkan hidrolisis secara sempurna, sehingga protein akan terbawa bersama air dan keluar dari bahan pangan.

Santoso et al. (2006) menyatakan kadar protein Caulerpa racemosa sebesar 1,5±0,2%. Nilai kadar protein berbeda karena dipengaruhi oleh kandungan asam amino setiap bahan berbeda. Ratana-Arporn dan Chirapart (2006) menyatakan protein dibentuk dari beberapa asam amino yang diikat oleh peptida, kandungan protein yang berbeda dalam rumput laut disebabkan oleh kandungan asam amino di dalam rumput laut. Kadar lemak dalam rumput laut Caulerpa sp. segar adalah 0,36±0,03%, menjadi 0,39±0,04% setelah proses perebusan. Hal ini dipengaruhi oleh proses pengolahan yang dilakukan. Jacoeb et al. (2010) menyatakan pengolahan dapat mengubah kandungan gizi makanan yang besarnya tergantung cara dan jenis bahan.

Kadar lemak Caulerpa racemosa penelitian Santoso et al. (2006) sebesar 0,5±0,1%. Kandungan lemak pada suatu bahan makanan dapat rendah maupun tinggi tergantung pada bahannya, lemak dapat dijumpai pada jaringan lamina, palisade, bunga karang dan korteks (Jacoeb et al. 2010).

Kadar karbohidrat (by difference) dalam Caulerpa sp. segar adalah 19,62% dan setelah direbus menjadi 16,75%. Perubahan kadar karbohidrat disebabkan oleh sifatnya yang larut dalam air. Robinson (1995) menyatakan bahwa banyak karbohidrat yang larut dalam air.

Ahmad et al. (2012) menyatakan kadar karbohidrat pada rumput laut

Caulerpa lentillifera sebesar 4,86%. Polisakarida merupakan salah satu penyusun karbohidrat. Ma’ruf et al. (2013) menyatakan bahwa tingginya karbohidrat dapat disebabkan oleh tingginya polisakarida pada sel rumput laut.

Vitamin A, B1 dan E

Vitamin dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (asam askorbat, tiamin, riboflavin,

(28)

12

menunjukkan bahwa peningkatan waktu perebusan mampu menurunkan konsentrasi vitamin A ( -karoten). Fennema (1996) menyatakan faktor lain yang mempengaruhi perubahan kadar -karoten adalah degradasi ikatan protein dengan -karoten dan kandungan -karoten dalam media pengolahan. Hal lain yang dapat mempengaruhi adalah panjang gelombang yang digunakan dalam penelitian kurang sesuai. Pengujian Ribeiro et al. (β015) pada kadar -karoten menggunakan panjang gelombang 550 nm, Jones et al. (2013) 600 nm.

Rumput laut Caulerpa sp. mempunyai kadar vitamin A lebih tinggi dari penelitian Abirami dan Kowsalya (2011) pada Ulva lactuca 2,48 mg/100 g, hal ini karena kedua sampel mempunyai kandungan pigmen karotenoid yang berbeda. Arlita et al. (2013) menambahkan bahwa pigmen karotenoid sebagai salah satu sumber provitamin A, yang memiliki dua kelas utama yaitu xantofil dan karoten. Alga hijau merupakan salah satu penghasil karotenoid. Jenis Ulva lactuca

mengandung komponen 9-cis -karoten (13,12-14.47%), -karoten (11,44-11,47%), dan trans -karoten (6,16-29,70%) (El-Baky et al. 2008);

Caulerpa cupressoides mengandung beberapa pigmen yaitu violaxanthin, neoxanthin, xantofil, diadinoxanthin, -karoten dan -karoten (Arlita et al. 2013)

Kadar vitamin B1 pada rumput laut Caulerpa sp. segar 0,52±0,07 mg/100 g

dan setelah perebusan menjadi 0,18±0,01 mg/100 g. Kandungan tiamin pada sampel kubis segar 0,33 mg/100 g menjadi 0,15 mg/100 g setelah mengalami proses perebusan (Roe et al. 2013). Penurunan terjadi karena saat proses pengolahan menyebabkan vitamin B1 pada rumput laut mengalami kerusakan

karena suhu tinggi. Fennema (1996) menyatakan pemanasan dapat menurunkan kandungan vitamin B1, karena vitamin ini memiliki sifat tidak tahan terhadap

panas dan larut dalam air. Air yang keluar dari bahan selama proses pengolahan dapat membawa vitamin B1 keluar dari bahan.

Vitamin B1 (tiamin) merupakan salah satu jenis vitamin larut air, didapati

hampir pada semua tanaman dan jaringan tubuh hewan yang lazim digunakan sebagai makanan, tetapi kandungannya biasanya kecil (Triana 2006). Kebutuhan vitamin B1 pada manusia berbeda (Fennema 1996), kandungan vitamin B1

Caulerpa sp. merupakan salah satu alternatif. Ratana-arporn dan Chirapart (2006) menunjukan kandungan vitamin B1 pada rumput laut Caulerpa lentillifera yaitu

0,05 mg/100 g. Sudirman et al. (2014) menyatakan bahwa perbedaan umur panen dan usia tanaman merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan komposisi kimia pada tanaman.

(29)

13

lingkungan, musim, pemeliharaan, tingkat kematangan, waktu panen dan cara pemanenan.

Asam Amino

Histidin merupakan asam amino essensial dengan hasil tertinggi. Histidin mengalami perubahan pada kondisi segar dan rebus 195±16,97 mg/100 g dan 109,5 mg/100 g. Penurunan kadar ini diduga karena lama perebusan sehingga terlarut dalam air. Winarso (2003) menyatakan bahwa faktor lama perebusan dan kadar air yang meningkat mempengaruhi kestabilan suatu asam amino, dan Aisyah et al. (2014) menyatakan penurunan komponen dalam bahan makanan setelah perebusan karena larut di dalam air.

Asam glutamat pada rumput laut Caulerpa sp. segar 365±56,57 mg/100 g. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ratana-arporn dan Chirapart (2006) pada

Caulerpa lentillifera sebesar 1780 mg/100 g dan Handayani et al. (2004) pada

Sargassum crassifolium sebesar 13,77±1,22 mg/100 g. Perbedaan hasil disebabkan oleh faktor lingkungan pertumbuhan. Nurjanah et al. (2015) menyatakan komponen protein dipengaruhi oleh habitat, umur dan reaksi metabolisme. Hasil pengujian kandungan asam amino rumput laut Caulerpa sp. dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan asam amino rumput laut Caulerpa sp.

Asam amino Segar

Histidin 195±16,97 109,5±38,89 1900 1600

Arginin 165±72,83 177,5±36,06 - -

Treonin 76±18,38 95±4,24 3400 900

Valin 104±11,31 44±2,83 3500 1300

Metionin 30,5±9,19 109±5,66 2500** 1700**

Isoleusin 42,5±14,85 75,5±14,85 2800 1300

Leusin 38±12,73 35,5±6,36 6600 1900

Fenilalanin 74±21,21 97±1,41 6300*** 1900***

Lisin 65±35,36 64,5±12,02 5800 1600

Non essensial

Asam aspartat 169±26,87 661,5±71,42 - -

Asam glutamat 365±56,57 805±53,74 - -

Serin 45±2,83 52±9,90 - -

Glisin 37±0,00 34±4,24 - -

Alanin 114,5±9,19 43±12,73 - -

Prolin 55±0,00 12,50±0,71 - -

Tirosin 125±21,21 33±14,14 6300*** 1900***

Sistein 58±18,38 48±11,31 2500** 1700**

*) Fennema (1996)

**) Jumlah metionin dan sistein ***) Jumlah fenilalanin dan tirosin

(30)

14

yang besar dari beberapa jenis asam glutamat, glisin dan alanin. Hal ini menunjukan bahwa Caulerpa sp. mempunyai prospek yang dapat dikembangkan menjadi sumber pangan dan rasa.

Kandungan asam amino berbeda antara tumbuhan dan hewan berdasarkan jumlahnya. Fungsi asam amino pada tumbuhan berbeda setiap jenisnya. Pratama (2010) menyatakan bahwa kadar asam amino pada hewan lebih lengkap dan tinggi dibandingkan dengan komposisi asam amino pada tumbuhan. Kebutuhan tubuh terhadap asam amino esensial erat kaitannya dengan fungsi asam amino itu sendiri. Tubuh tidak dapat menghasilkan asam amino esensial sehingga diperlukan asupan makanan yang baik. Kekurangan asupan kebutuhan harian berpengaruh terhadap gizi di dalam tubuh, sehingga diperlukan asupan asupan makanan lain yang mengandung jenis asam amino berbeda untuk dapat saling melengkapi.

Logam berat

Logam berat jenis Hg, Pb, dan Cd belum diketahui manfaatnya bagi organisme, bahkan sering dianggap mampu menimbulkan penyakit. Pengujian logam beat biasa digunakan sebagai salah satu cara untuk menentukan cemaran logam pada biota. Kadar logam berat pada rumput laut Caulerpa sp.dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kadar logam berat pada rumput laut Caulerpa sp.

Logam berat Caulerpa segar

(31)

15

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Proses perebusan dengan suhu 90 selama 5 menit mengakibatkan penurunan vitamin A sebesar 64,87%, vitamin B1 sebesar 65,38% dan vitamin E

sebesar 4,75%. Perebusan dapat mempertahankan kandungan asam amino. Kadar logam berat yang terdeteksi pada rumput laut adalah plumbum (Pb).

Saran

Penelitian selanjutnya perlu dilakukan perebusan pada suhu kurang dari 90 dan perbedaan waktu selama perebusan. Metode lain diperlukan dalam pengujian vitamin A lainnya yaitu pada panjang gelombang (550-600 nm) dan asam amino, sehingga data yang dihasilkan semakin lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Abirami RG, Kowsalya S. 2011. Nutrient and nutraceutical potentials of seaweed biomass Ulva lactuca dan Kappaphycus alvarezii. Journal of Agricultural Science and Technology 5(1): 109-115.

Agbemafle R, Obodai EA, Adukpo GE, Amprako DN. 2012. Effects of boiling time on the concentrations of vitamin c and beta-carotene in five selected green vegetables comsumed in Ghana. Advances in Applied Science Research 3(5): 2815-2820.53-65.

Ahmad F. 2009. Tingkat pencemaran logam berat dalam air laut dan sedimen di Perairan Pulau Muna, Kabaena, dan Buton Sulewesi Tenggara. Makara Sains 13(2): 117-124.

Ahmad F, Sulaiman MR, Saimon W, Yee CF, Matanjun P. 2012. Proximate compositions and total phenolic contents of selected edible seaweed from Semporna, Sabah, Malaysia. Borneo Science 31: 74-83.

Aisyah Y, Radiansyah, Muhaimin. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap aktivitas pada beberapa jenis sayuran. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 6 (2): 1-6.

Arlita NR, Radjasa OK, Santoso A. 2013. Identifikasi pigmen karotenoid pada bakteri simbion rumput laut Caulerpa cupressoides (Vahl) C. Agardh.

Journal of Marine Research 2(3): 68-77.

(32)

16

Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta (ID): Puslitbang Oseanografi LIPI. hlm 32-35

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Batas maksimum cemaran logam dalam pangan. Jakarta (ID): Departemen Perindustrian RI. SNI 7387:2009.

Begum SA, Faiaz M, Ahmed, Rahman MM. 2009. Effect of cooking temperature and storage period on preservation of water soluble vitamin C content in

Citrus macroptera and Moringa oleifera Lunk. Asian Journal of Food and Agro-Industry 2(3): 255-261.

El-Baky HHA, El Baz FK, El Baroty GS. 2008. Evaluation of marine alga Ulva lactuca L. as a source of natural preservative ingredient. American-Eurasian Journal Agricultural and Environment 3(3): 434-444.

Fajar A, Ibrahim R, Dewi EN. 2014. Stabilitas ekstrak kasar pigmen klorofil, beta karoten, dan caulerpin alga hijau (Caulerpin racemosa) pada suhu peyimpanan yang berbeda. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 3(1): 1-10.

Fennema OR. Food Chemistry: Thirth Edition. New York (USA): Marcel Dekker, Inc. hlm 447-620

Fithriani D. 2009. Potensi antioksidan Caulerpa racemosa di perairan Teluk Hurun Lampung [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fitriana Y. 2013. Hubungan indeks massa tubuh pada usia 40-59 tahun dan asupan MUFA, PUFA dan kolesterol di Pulau Jawa [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul.

Handayani T, Sutarno, Setyawan AD. 2004. Analisis komposisi nutrisi rumput laut Sargassum crassifolium J. Agardh. Biofarmasi 2(2): 45-52.

Holdts SL, Kraan S. 2011. Bioactive compounds in seaweed: functional food application and legislation. Journal Appl Phycol.

Jacoeb AM, Nurjanah, Arifin M, Sulistiono. 2010. Deskripsi histologis dan

perubahan komposisi kimia daun dan tangkai semanggi (Marsilea crenata Presl., Marsileaccea) akibat perebusan. Jurnal

Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 9(2): 81-95.

Jinap S, Hajeb P. 2010. Glutamate. Its applications in food and contribution to health. Appetite 55: 1-10.

Jones AMP, Baker R, Ragone D, Murch SJ. 2013. Identification of pro-vitamin A carotenoid rich cultivars of breadfruit (Artocarpus, Moraceae). Journal of Food Composition and Analysis 31: 51-61.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik Budidaya. http: www. kkp.go.id/. [18 Mei 2015].

(33)

17

Ma’ruf WF, Ibrahim R, Dewi EN, Susanto E, Amalia U. β01γ. Profil rumput laut Caulerpa racemosa dan Gracilaria verrucosa sebagai edible food. Jurnal Saintek Perikanan 9(1): 68-74.

Mandila SP dan Hidajati N. 2013. Identifikasi asam amino pada cacing sutra (Tubifex sp.) yang diekstrak dengan pelarut asam asetat dan asam laktat.

UNESA Journal of Chemistry 2(1): 103-109.

Marianingsih P, Amelia E, Suroto T. 2013. Inventarisasi dan identifikasi makroalga di Perairan Pulau Untung Jawa. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Meliana, Roekistiningsih, Sutjiati E. 2014. Pengaruh proses pengolahan daun singkong (Manihot esculenta Crantz) dengan berbagai perlakuan terhadap kadar -karoten. Indonesian Journal of Human Nutrition 1(1): 23-34.

Nurjanah, Jacoeb AM, Nugraha R, Permatasari M, Sejati TKA. 2014. Perubahan komposisi kimia, aktivitas antioksidan, vitamin C dan mineral tanaman genjer (Limnocharis flava) akibat pengukusan. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan 3(3): 185-195.

Nurjanah N, Jacoeb AM, Hidayat T, Shylina A. 2015. Bioactive compounds and antioxidant activity of Lindur Steam Bark (Bruguiera gymnorrhiza).

International Journal of Plant Science and Ecology 1(5): 182-189.

Putera BA. 2015. Aktivitas antioksidan rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus [skripsi]: Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pratama G. 2010. Pengaruh penggorengan terhadap karakteristik asam amino ikan buntal pisang (Tetraodon lunaris) dari perairan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

[RAD-PG] Rancangan Aksi Daerah Pangan dan Gizi. 2012. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Nusa Tenggara Barat 2011-2015.

Rahayu ES dan Pribadi P. 2012. Kadar vitamin dan mineral dalam buah segar dan manisan basah karika dieng (Carica pubescens Lenne & K.Koch).

Biosantifika 4(2): 89-97.

Ratana-arpon P dan Chirapart A. 2006. Nutritional evaluation of tropical green seaweeds Caulerpa lentillifera dan Ulva reticulata. Kasetsart J. (Nat. Sci.)

40:75-83.

Riberio EMG, Chitchumroonchokchai C, de Carvalho LMJ, de Moura FF, de Carvalho, Failla ML. 2015. Effect of style of home cooking on retention and bioaccessibility of pro-vitamin A carotenoids in biofortified pumpkin (Cucurbita moschata Duch.). Food Research International 1-30.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Kosasih P, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. hlm 223-233.

(34)

18

Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan, Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Perikanan.

Salasa FFA. 2002. Teknologi Pengolahan Ikan dan Rumput Laut. Jakarta (ID): Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan, Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Perikanan. 19-22

Santoso J, Gunji S, Yoshie Y, Suzuki T. 2006. Mineral contents ofIndonesian seaweeds and mineral solubility affected by basic cooking. Food Sci. Technol. 12 (1): 59-66.

Sudirman S, Nurjanah, Jacoeb AM. 2014. Proximate compositions, bioactive compounds and antioxidant activity from large-leafed mangrove (Bruguiera gymnorrhiza) fruit. International Food Research Journal 21(6): 2387-2391.

Tampubolon A, Gerung GS, Wagey B. 2013. Biodiversitas alga makro di lagun Pulau Pasigae, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 2(1): 35-43.

Triana V. 2006. Macam-macam vitamin dan fungsinya dalam tubuh manusia.

Jurnal Kesehatan Masyarakat 1(1): 40-47.

Utomo BSB. 2011. Prospek pengembangan teknologi pengolahan rumput laut di Indonesia. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1(1): 1143-1151.

Winarso D. 2003. Perubahan karakteristik fisik akibat perbedaan umur macam otot, waktu dan temperatur perebusan pada daging ayam kampung.

J.Indon.Trop.Anim.Agric 28(3): 119-132.

Winarti C, Nurdjanah N. 2005. Peluang tanaman rempah dan obat sebagai sumber pangan fungsional. Jurnal Litbang Pertanian 24(2): 47-55.

Walpole RE. 1992. Pengantar Statistik Edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. hlm 35.

(35)

19

(36)
(37)

21

Lampiran 1 Contoh perhitungan proksimat Caulerpa sp.

Perhitungan kadar air

B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)

C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)

Perhitungan kadar abu

Keterangan: A = Berat cawan porselen kosong (g) B = Berat cawan dengan sampel (g)

C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)

Perhitungan kadar protein Keterangan: W1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat labu lemak kosong (g) W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)

Perhitungan kadar karbohidrat

Kadar karbohidrat (%) = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar protein + kadar lemak)

(38)

22

Lampiran 2 Kromatogram standard vitamin A Caulerpa sp.

Contoh perhitungan kadar vitamin A Caulerpa sp. segar

Kadar vitamin A =

=

0

(39)

23

(40)

24

(41)

25

Lampiran 5 Kromatogram standar vitamin B1Caulerpa sp.

Contoh perhitungan kadar vitamin B1Caulerpa sp. segar

Kadar vitamin B1 =

=

0

(42)

26

(43)

27

(44)

28

Lampiran 8 Kromatogram standar vitamin E Caulerpa sp.

Contoh perhitungan kadar vitamin E Caulerpa sp. segar

Kadar vitamin E =

=

(45)

29

(46)

30

(47)

31

Lampiran 11 Kromatogram standar asam amino Caulerpa sp.

Contoh perhitungan methionin Caulerpa sp. segar % asam amino =

00 =

00

(48)

32

(49)

33

(50)

34

Lampiran 14 Dokumentasi penelitian

Gambar 1 Sampel Gambar 2 Preparasi sampel

Gambar 3 Proses pengolahan perebusan sampel Caulerpa sp.

Gambar 4 Tanur Gambar 5 Oven

(51)

35

Lampiran 15 Kurva standar logam berat

(52)

36

Jenis logam Nilai regresi Abs Hasil

(53)

37

Lampiran 16 Perhitungan penurunan kadar vitamin

Vitamin A =

00

=

00

= 64,87%

Vitamin B1 = 00

=

00

= 65,38%

Vitamin E =

00

=

00

(54)

38

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian
Gambar 2 Caulerpa sp.
Tabel 2 Kandungan vitamin A, B1, dan E pada Caulerpa sp.
Tabel 3 Kandungan asam amino rumput laut Caulerpa sp.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh konsentrasi asam perasetat terhadap kadar lignin pulp berbasis ampas rumput laut ... Pengaruh konsentrasi asam perasetat terhadap kadar air pulp berbasis ampas rumput

Untuk mendeskripsikan kadar serat kasar mie basah rumput laut. Untuk mendeskripsikan daya terima mie basah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut cokelat ( Padina sp.) yang dicampur dengan vitamin C dalam pakan terhadap kadar

Sampel rumput laut Eucheuma cottonii pada musim kemarau, logam berat Pb karaginan yang terendah yang dihasilkan yaitu pada lokasi perairan Luwu yaitu 0,41 persen

Kadar serat kasar (crude fiber) dan proksimat dodol rumput laut yang dianalisa dalam penelitian ini hanya pada perlakuan yang memberikan nilai uji organoleptik (rupa,

(2015) melaporkan bahwa gugus fungsi yang berperan sebagai agen pereduksi dalam rumput laut Caulerpa racemosa pada perubahan garam metal (prekursor) adalah protein

Fungsi asam asetat pada perendaman adalah melunakkan dinding sel rumput laut sehingga komponen agar-agar dalam rumput laut lebih banyak yang terekstrak pada konsentrasi

Hasil karbohidrat disimpulkan pada kontrol atau tanpa penambahan ikan dan rumput laut diperoleh hasil yang paling tinggi karena sebagian besar kandungan karbohidratnya