• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA MIE BASAH TERHADAP KEKUATAN REGANGAN (TENSILE), KADAR SERAT KASAR (CRUDE FIBER), DAN DAYA TERIMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA MIE BASAH TERHADAP KEKUATAN REGANGAN (TENSILE), KADAR SERAT KASAR (CRUDE FIBER), DAN DAYA TERIMA."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT

Eucheuma

cottonii

PADA MIE BASAH TERHADAP KEKUATAN

REGANGAN (

TENSILE)

, KADAR SERAT KASAR

(

CRUDE FIBER

), DAN DAYA TERIMA

SKRIPSI

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar S1 Gizi

Disusun oleh:

INDAH KUMALASARI

J 310 060 047

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia adalah

gangguan akibat kurang asupan serat. Keadaan ini juga didukung

karena masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan pola makan

yang salah yaitu kurang mengkonsumsi serat dalam asupan makan

sehari-hari. Serat pangan (dietary fiber) memiliki efek fungsional yang

menguntungkan bagi kesehatan manusia, di antaranya dapat

menurunkan kolesterol darah, memperbaiki fungsi-fungsi pencernaan,

dan mencegah berbagai penyakit degeneratif.

Menurut Penelitian Hunninghake dkk., (1994) dalam Ubaedillah

(2008), pasien yang menderita hiperkolesterolemia setelah diberi serat

sebanyak 20 gram/hari, total kolesterol, LDL, serta rasio LDL-HDL

plasmanya menunjukkan penurunan masing-masing 6% dan 8%. Dietary

fiber seringkali identik dengan produk sayuran yang segar. Manfaat serat

dapat diperoleh juga melalui produk olahan yang mengandung bahan

dasar rumput laut.

Salah satu bahan makanan yang merupakan sumber serat adalah

rumput laut. Komposisi utama rumput laut yang dapat digunakan sebagai

(3)

2

laut sebagian besar terdiri dari serat dan dikenal sebagai dietary fiber

(Anggadiredja, 2006). Menurut Chaidir (2007) dalam Ubaedillah (2008)

kandungan serat rumput laut adalah 9,62% dari 100 gram berat kering.

Selain serat, rumput laut juga mengandung pektin yang membuat mie

lebih kenyal (Astawan dkk., 2004). Dalam produk makanan, rumput laut

seringkali digunakan sebagai alternatif bahan yang menguntungkan dan

dapat meningkatkan nilai gizi. Penelitian Astawan dkk., (2004)

menunjukkan bahwa penambahan 30% rumput laut pada kue putu ayu,

30% pada kue centik manis, 30% pada kue lumpur, dan 40% pada kue

donat masih dapat diterima oleh panelis, baik dari rasa, tekstur, warna,

dan aroma.

Produksi rumput laut cukup melimpah dan meningkat dari tahun ke

tahun. Lokasi pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia seluas

25.700 Ha, tetapi masyarakat Indonesia dalam memanfaatkannya

sebagai bahan pangan sumber serat masih rendah (Wirjatmadi, 2002).

Produksi rumput laut pada tahun 2006 mencapai 940.000 ton dan

meningkat menjadi 1.079.850 ton pada tahun 2007. Pada program

revitalisasi perikanan budidaya, sasaran produksi rumput laut pada tahun

2009 adalah sebesar 1.900.000 ton. Produksi rumput laut yang

melimpah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat

karena rumput laut di Indonesia belum banyak diolah lebih lanjut oleh

petani. Pada umumnya rumput laut hanya dibibitkan atau dikeringkan

(4)

3

lanjut akan memberikan nilai yang lebih baik. Kondisi ini kemungkinan

disebabkan karena pengetahuan petani mengenai pengolahan rumput

laut yang masih minim. Kondisi yang umum terjadi di komunitas petani

rumput laut adalah petani mengeringkan rumput lautnya dengan panas

matahari, kemudian menjualnya ke pengumpul, sehingga

pemanfaatanya belum optimal. Hal tersebut merupakan peluang yang

sangat potensial bagi pengembangan teknologi pangan yang

memanfaatkan rumput laut untuk menghasilkan produk olahan yang

berkualitas cukup tinggi bagi jenis makanan yang banyak digemari oleh

masyarakat luas (Mukhtar, 2007).

Beberapa produk penganekaragaman hasil olahan rumput laut

antara lain mie, permen, makanan bayi dan saus. Mie dikonsumsi dalam

berbagai bentuk, seperti mie goreng, mie bakso, dan sebagainya.

Meningkatnya konsumsi mie sebagai alternatif sumber kalori selain nasi

pada saat tertentu, menyebabkan mie diperhitungkan dalam susunan

menu makanan rumah tangga, restoran, maupun pedagang kaki lima.

Kecenderungan ini menjadi peluang bagi usaha perbaikan gizi

masyarakat melalui perbaikan gizi terutama masyarakat berpenghasilan

rendah yang pola makannya kurang bervariasi. Hal tersebut

kemungkinan disebabkan oleh daya beli masyarakat yang terbatas

(Wirjatmadi, 2002).

Menurut Tokoyawa dkk (1989) dalam Munarso (2009) tekstur

(5)

4

mie. Mie yang paling disukai masyarakat Indonesia adalah mie dengan

warna menarik, bentuk khas mie yaitu berupa pilinan panjang yang dapat

mengembang sampai batas tertentu dan lenting serta kalau direbus tidak

banyak padatan yang hilang. Sifat fisik mie yang meliputi tekstur sangat

menentukan penerimaan konsumen (Setianingrum dan Marsono 1999

dalam Andriani 2008)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur mie yang dihasilkan

adalah komposisi mie tersebut yang meliputi kadar air, protein, lemak,

dan pati yang sesuai sehingga mie yang dihasilkan sesuai dengan yang

diinginkan (Koswara, 2005). Tekstur mie basah yang baik salah satunya

adalah dapat dilihat dari kekuatan regangan (tensile) merupakan gaya

tekan maksimal sampai mie basah putus. Chang dan Wu (2008)

melaporkan bahwa tekstur mie yang dihasilkan lebih baik pada mie yang

mengandung rumput laut 4% dan 8% daripada yang tidak mengandung

rumput laut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penambahan

tepung rumput laut secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas dan

tekstur mie yang dihasilkan menjadi lebih baik. Penambahan rumput laut

pada pembuatan mie rumput laut basah diharapkan akan diterima oleh

masyarakat karena mie merupakan makanan yang disukai oleh sebagian

besar masyarakat Indonesia.

Pemanfaatan rumput laut dalam pembuatan mie basah dapat

membantu meningkatkan konsumsi gizi yang lebih bervariasi bagi

(6)

5

serta pemenuhan kebutuhan gizi terutama zat gizi mikro. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

tingkat perbedaan kekuatan regangan mie basah dan kadar serat kasar

antara mie basah dengan penambahan rumput laut yang berbeda, serta

daya terimanya terhadap masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah

yang dikemukakan adalah bagaimana pengaruh perbedaan

penambahan rumput laut Eucheuma cotonii pada mie basah terhadap

Kekuatan regangan (tensile), kadar serat kasar dan daya terima?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh perbedaan penambahan rumput laut

pada mie basah terhadap kekuatan regangan (tensile) mie basah,

kadar serat kasar dan daya terima.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mendeskripsikan kekuatan regangan (tensile) mie basah

rumput laut

b. Untuk mendeskripsikan kadar serat kasar mie basah rumput laut

(7)

6

d. Untuk menganalisis pengaruh penambahan rumput laut terhadap

kekuatan regangan (tensile) mie basah rumput laut

e. Untuk menganalisis pengaruh penambahan rumput laut terhadap

kadar serat kasar mie basah rumput laut

f. Untuk menganalisis pengaruh penambahan rumput laut terhadap

daya terima mie basah rumput laut.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti

a. Dapat memberikan tambahan wawasan/informasi pengetahuan

dan pengalaman bagi peneliti dalam pembuatan mie basah

rumput laut

b. Dapat menganalisis kekuatan regangan dan kadar serat kasar

pada mie basah rumput laut serta menganalisis perbedaan

penambahan rumput laut terhadap kekuatan regangan dan kadar

serat kasar mie basah

c. Dapat mendeskripsikan daya terima mie basah rumput laut

2. Bagi masyarakat

a. Menambah pengetahuan masyarakat tentang penganekaragaman

pangan melalui pemanfaatan rumput laut sebagai bahan

pembuatan mie basah rumput laut

b. Memperluas pemanfaatan rumput laut sehingga dapat lebih

(8)

7

3. Bagi Peneliti Lanjutan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan yang dapat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan Charta dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh

Menurut Rivai (2004 : 455), motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai – nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan

invesrsi pada divisi perlmbmem sed eld pada divGi indusd dsar dan kimia. seda eeka indstli tls tidal mempunyai penearuh yss

Walaupun partisipasi non anggota dalam Koperasi Unit Desa “Setia Budi” tidak terlalu aktif, namun untuk semua unit usaha yang dikembangkan oleh Koperasi Unit Desa “Setia

Efek Ekstrak Daun Singkong (Manihot utilissima) Terhadap Ekspresi COX-2 Pada Monosit yang Dipapar LPS E.coli.. Efek Penggunaan Siwak Pada Gigi

Pasar yang penting ada – ada banyak nelayan dan kelompok dengan kebutuhan kredit – namun sebagian besar memiliki sedikit sejarah keuangan yang dibutuhkan oleh bank untuk menilai

Pestisida yang berbentuk butiran ( granula ) untuk menyebarkan tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa digunakan untuk

Pembuatan TA(Tugas Akhir) maupun Skripsi memang menjadi momok yang sudah tidak asing lagi bagi mereka yang sedang menempuh kuliah di akhir jenjangnya, baik