• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Anatomi Dan Histologi Lidah Musang Luwak (Paradoxurus Hermaphroditus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Anatomi Dan Histologi Lidah Musang Luwak (Paradoxurus Hermaphroditus)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN ANATOMI DAN HISTOLOGI LIDAH MUSANG

LUWAK (Paradoxurus hermaphroditus)

IRENE KOSIM

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul “Gambaran Anatomi dan Histologi Lidah Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)” adalah benar

karya penulis dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Irene Kosim

(4)

ABSTRAK

IRENE KOSIM. Gambaran Anatomi dan Histologi Lidah Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Dibimbing oleh I KETUT MUDITE ADNYANE dan SAVITRI NOVELINA.

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari morfologi makroskopis dan mikroskopis lidah musang luwak. Penelitian ini menggunakan awetan lidah dari 3 ekor musang luwak. Preparat diproses kemudian diwarnai dengan perwarnaan hematoksilin eosin (HE) untuk mendapatkan struktur umum permukaan dorsal lidah beserta papilanya. Lidah terletak pada rongga mulut dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu apex, corpus, dan radix. Hasil penelitian menunjukkan papila pada permukaan dorsal lidah terbagi menjadi dua tipe yaitu papila mekanik dan papila pengecap. Papila mekanik yang ditemukan adalah papila filiformis. Papila filiformis tersebar padat terutama di bagian apex dan corpus lidah. Papila pengecap terdiri atas papila fungiformis dan sirkumvalata. Papila fungiformis berada di antara papila filiformis. Papila sirkumvalata berjumlah 3 dan membentuk formasi v di radix lidah. Papila foliata tidak ditemukan pada lidah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi lidah musang luwak lebih menyerupai karnivora dibandingkan omnivora.

Kata kunci: musang luwak, hematoksilin eosin, papila lingual, lidah

ABSTRACT

IRENE KOSIM. Anatomy and Histological Studies of Asian Palm Civet’s (Paradoxurus hermaphroditus) tongue. Supervised by I KETUT MUDITE ADNYANE and SAVITRI NOVELINA.

The objective of this research was to observe macroscopic and microscopic morphology of the Asian palm civet’s tongue. This study used three preserved Asian palm civets’ tongue. The specimen was processed before it was stained with hematoxylin eosin in order to know the general structures of the dorsal tongue surface and lingual papillae. The tongue, located in cavum oral, was divided into three parts, apex, body, and root. This research showed that there were two types of papillae, mechanical papillae and gustatory papillae. The mechanical papillae, which was found on the tongues was filiform papillae. It covered the surface of the apex and the body of the tongue densely. While the gustatory papillae contained of fungiform and circumvallate. The fungiform papillae spread among the filiform papillae. The folliate papillae was not found on the tongue. There were three circumvallate papillae which formed V formation on the root of the tongue. The final conclusion of the research showed that the tongue morphology of the Asian palm civet looked more similar to carnivore than omnivore.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

GAMBARAN ANATOMI DAN HISTOLOGI LIDAH MUSANG

LUWAK (Paradoxurus hermaphroditus)

IRENE KOSIM

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan berkatNya penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang ditulis berjudul Gambaran Anatomi dan Histologi Lidah Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Penelitian dimulai pada bulan Juni 2014.

Berbagai pihak telah banyak membantu penulis dalam keberlangsungan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Drh I Ketut Mudite Adnyane, MSi, PhD, PAVet sebagai pembimbing utama atas setiap bimbingan, bantuan, kesabaran, dan motivasi yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi.

2. Dr Drh Savitri Novelina, Msi, PAVet sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, bantuan, kesabaran, dan motivasi.

3. Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet dan Drh Adi Winarto, PhD, PAVet, serta seluruh staff laboratorium histologi yaitu Bapak Iwan Rochmana dan Bapak Maman Suparman.

4. Drs Pudji Achmadi, MSi sebagai pembimbing akademik selama penulis menjalankan studi di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

5. Papa dan Mama tercinta, Kosim Konardi dan Lianny Susanti yang telah membesarkan, menjaga, dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang.

6. Adik-adik terkasih Viola Lidia Kosim, Priscilla Meylia Kosim, dan Dave Immanuel Kosim serta nenek tersayang Lanih yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

7. Teman-teman satu penelitian Kak Nirmala, Rifky, Ulfah, Filika, Dhenok, dan Mimi yang telah medampingi, membantu, dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian.

8. Teman-teman satu kosan Cerelia, Tania, Fleury, Rena, dan Sella yang telah memberikan dukungan dan semangat.

9. Seluruh pihak terkait yang telah membantu kelancaran studi dan penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Musang Luwak 2

Lidah 3

Papila Lidah 3

Papila Filiformis 4

Papila Fungiformis 4

Papila Sirkumvalata 4

Pewarnaan Hematoksilin Eosin 5

METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Bahan 5

Alat 6

Prosedur Analisis Data 6

Metode 6

Makroskopis 6

Mikroskopis 6

HASIL 7

Makroskopis 7

Mikroskopis 9

PEMBAHASAN 10

Papila Filiformis 10

Papila Fungiformis 11

Papila Sirkumvalata 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Ukuran Lidah Musang Luwak 7

DAFTAR GAMBAR

1 Musang Luwak 3

2 Bagian Lidah 7

3 Papila di Permukaan Dorsal Lidah Musang Luwak 8

4 Papila di Permukaan Dorsal Lidah 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi 16

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam jenis fauna. Hewan penting yang berperan dalam industri kopi adalah musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Musang luwak dikenal luas oleh masyarakat karena kemampuannya dalam memilih buah kopi yang berkualitas baik. Biji dari buah kopi yang dimakan tidak mengalami pencernaan sempurna sehingga keluar bersamaan dengan feses (Jotish 2011). Kualitas baik dari biji kopi yang dikeluarkan oleh musang luwak membuat harga biji kopi musang luwak menjadi termahal di dunia (Marcone 2004).

Penelitian yang berhubungan dengan indera pengecap musang luwak belum banyak dilakukan. Eksplorasi mengenai keterlibatan lidah dan papila pengecap dalam pemilihan buah kopi berkualitas juga belum dilakukan. Penelitian mengenai struktur morfologi lidah dan papila lidah telah banyak dilakukan dan dilaporkan. Morfologi papila lidah hewan karnivora seperti rubah arktik (Jackowiak et al. 2009), serigala berpunggung hitam (Emura dan Sugiyama 2014), kucing bakau (Emura et al. 2014), dan ferret (Takemura et al. 2009) sudah (2007) menyatakan bahwa musang luwak umumnya merupakan frugivora/ pemakan buah. Menurut Jotish (2011) musang luwak merupakan karnivora. Raj dan Sharma (2013) menyatakan bahwa musang luwak adalah omnivora. Distribusi dan jenis papila pengecap dapat dijadikan dasar untuk menentukan makanan utama musang luwak.

Perumusan Masalah

Morfologi anatomi dan histologi lidah musang luwak belum pernah dilaporkan. Mekanisme dalam pemilihan makanan dan pencernaan awal belum dapat diuraikan secara detil karena kurangnya data mengenai gambaran anatomi dan histologi lidah musang luwak. Data tersebut diperlukan sebagai dasar untuk menerangkan fungsi lidah dalam hubungannya dengan pemilihan dan pencernaan makanan.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan lidah dan papila lidah musang luwak.

TINJAUAN PUSTAKA

Musang Luwak

Luwak atau musang luwak atau toddy cat, dikenal juga sebagai Asian palm civet (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia kecil seperti kucing yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Taksonomi luwak dalam

Mammal Species of the World Third Edition (Wilson dan Reeder 2005) yaitu Kingdom : Animalia

Spesies : Paradoxurus hermaphroditus, Pallas 1777.

Luwak memiliki panjang badan berkisar antara 42-71 cm dengan panjang ekor berkisar antara 33-66 cm. Berat luwak bervariasi dari 2 sampai 5 kg. Luwak mempunyai ekor panjang berambut tebal. Badannya yang panjang ditutupi dengan rambut yang kasar dan biasanya berwarna keabuan. Luwak mempunyai tanda berwarna hitam di kaki, telinga dan moncong (Duckworth et al 2008). Luwak juga mempunyai tanda berwarna putih atau abu pucat di bawah mata, di dahi, dan di dasar telinga (Jotish 2011).

Makanan luwak bervariasi, mulai dari tikus sampai serangga. Selain itu luwak juga memakan buah seperti beri, mangga, dan pisang sehingga luwak disebut juga sebagai frugivora. Luwak menyukai getah bunga palem yang manis serta buah kopi. Musang luwak umumnya frugivora karena jenis makanan yang lebih banyak dipilih merupakan buah (Su dan Sale 2007). Raj dan Sharma (2013) menyatakan bahwa musang luwak merupakan omnivora jika dilihat dari keberagaman pakannya. Luwak juga memakan vertebrata kecil (Jotish 2011). Musang luwak masuk ke dalam ordo karnivora berdasarkan taksonomi. Luwak merupakan hewan nokturnal yang mahir memanjat dan mengambil makanan berupa buah dari pohon yang tinggi (Su dan Sale 2007).

(13)

3

Lidah

Lidah merupakan organ yang tersusun dari banyak otot yang ditutupi oleh epitel pipih banyak lapis. Lidah juga mempunyai membran mukosa yang dilengkapi sensor yang peka terhadap rasa dan sentuhan. Struktur ini menyebabkan hewan mampu merasakan, mendapatkan, dan menarik makanan menuju ruang mulut dan membantu melumatkan makanan dengan bantuan gigi (Samuelson 2007). Lidah berfungsi untuk menahan, membantu, mencerna, serta menelah makanan (Dellmann dan Brown 1992).

Leach (1961) menyatakan bahwa lidah mempunyai dua permukaan yaitu permukaan dorsal dan permukaan ventral. Permukaan dorsal kasar karena ditutupi oleh papila, sedangkan permukaan ventral lebih halus (Leach 1961). Permukaan dorsal lidah dibagi menjadi dua bagian yaitu 2/3 bagian depan yang disebut oral dan 1/3 bagian belakang yang disebut faringeal. Lidah terbagi menjadi apex,

corpus, dan radixlinguae. Bagian apex dan corpus terletak pada 2/3 bagian depan lidah dan radix pada 1/3 bagian belakang lidah. Bagian oral dan faringeal dipisahkan oleh sulkus terminalis berupa celah berbentuk v (Telford dan Bridgman 1995). Lidah hewan terhubung dengan lantai rongga mulut oleh sebuah lipatan mukosa di ventral corpus lidah yang disebut sebagai frenulum (Dyce et al. 2002).

Papila Lidah

Papila yang umumnya memenuhi permukaan lidah ada beragam. Papila lidah ada yang berfungsi untuk prehensi dan mastikasi ada juga yang berfungsi sebagai pengecap rasa. Papila yang digunakan untuk prehensi dan mastikasi merupakan papila yang bersifat mekanik. Papila tersebut memfasilitasi pergerakan makanan padat dan cairan masuk ke ruang mulut dan menuju esofagus. Papila mekanik dapat berupa papila filiformis, konikal, atau lentikular. Papila yang terlibat dalam pengecapan rasa adalah papila fungiformis, sirkumvalata, dan foliata (Samuelson 2007).

(14)

4

Papila Filiformis

Papila filiformis adalah papila yang umumnya berjumlah paling banyak. Papila ini berukuran sempit dan berbentuk seperti filamen. Papila filiformis membantu lidah untuk menangkap dan membawa ingesta makanan menuju ke ruang mulut. Aktivitas ini didukung oleh posisi papila yang mengarah ke faring Papila filiformis bervariasi pada setiap hewan (Samuelson 2007).

Papila filiformis terdistribusi di permukaan dorsal lidah terutama di apex

dan corpus lidah pada karnivora seperti rubah arktik/ Alopex lagopus (Jackowiak

et al. 2009), serigala berpunggung hitam/ Canis mesomelas (Emura dan Sugiyama 2014), kucing bakau/ Prionailurus viverrinus (Emura et al. 2014), dan ferret/

Mustela putorius furo (Takemura et al. 2009). Papila filiformis pada hewan tersebut umumnya memiliki penonjolan tambahan pada setiap papila.

Kadal lidah biru/ Tiliqua scincoides merupakan omnivora yang tidak mempunyai papila filiformis (Abbate et al. 2009). Omnivora yang memiliki papila filiformis misalnya beruang (Pastor et al. 2011), rakun/ Procyon lotor (Miyawaki

et al. 2010), oposum/ Didelphis marsupialis (Mancanares et al. 2012), dan luwak madu/ Mellivora capensis (Mohammed et al. 2014).

Papila Fungiformis

Papila fungiformis merupakan papila yang memiliki badan berbentuk seperti jamur besar yang meluas sampai ke apikal papila filiformis yang mengelilinginya. Putik pengecap umumnya dapat ditemukan pada papila fungiformis terutama di karnivora (Samuelson 2007).

Papila fungiformis pada rubah arktik merupakan papila pengecap berjumlah terbanyak dan pada bagian posterior lidah dapat ditemukan papila fungiformis kembar (Jackowiak et al. 2009). Papila fungiformis serigala berpunggung hitam mempunyai permukaan yang halus dan terdistribusi antara papila filiformis di

apex dan corpus lidah (Emura dan Sugiyama 2014). Kucing bakau (Emura et al.

2014) dan ferret (Takemura et al. 2009) memiliki papila fungiformis yang terdistribusi lebih padat di apex lidah.

Kadal lidah biru (Abbate et al. 2009) merupakan omnivora yang tidak mempunyai papila fungiformis. Beruang memiliki papila fungiformis yang berbentuk bundar atau oval dan tersebar di antara papila filiformis terutama di bagian anterior lidah (Pastor et al. 2011). Rakun mempunyai papila fungiformis berbentuk seperti jamur disertai dengan putik pengecap di epitelnya (Miyawaki et al. 2010). Papila fungiformis luwak madu berbentuk jamur dan terdistribusi di

apex lidah (Mohammed et al. 2014). Papila fungiformis oposum tersebar di apex

dan corpus lidah di antara papila filiformis (Mancanares et al. 2012).

Papila Sirkumvalata

(15)

5 jenis papila lain. Putik pengecap terdapat di sisi lateral tepi papila sirkumvalata (Samuelson 2007; Adnyane etal. 2011).

Papila sirkumvalata rubah arktik berjumlah 4 sampai 7 buah dan terdistribusi simetris membentuk segitiga sama kaki di radix lidah (Jackowiak et al. 2009). Serigala berpunggung hitam mempunyai papila sirkumvalata yang dikelilingi alur dan bantalan, juga terdapat penonjolan yang muncul dari permukaan papila (Emura dan Sugiyama 2014). Papila sirkumvalata kucing bakau berjumlah 4, setiap papila juga dikelilingi alur dan bantalan (Emura et al. 2014). Ferret memiliki 8 sampai 12 papila sirkumvalata yang membentuk formasi v (Takemura et al. 2009).

Kadal lidah biru (Abbate et al. 2009) tidak mempunyai papila sirkumvalata. Beruang memiliki papila sirkumvalata yang beragam jumlahnya tetapi seluruhnya tersusun dalam formasi v (Pastor et al. 2011). Rakun mempunyai papila sirkumvalata berjumlah 8 buah yang membentuk formasi v di posterior lidah (Miyawaki et al. 2010). Papila sirkumvalata luwak madu dikelilingi oleh alur melingkar dan terletak di antara akhir corpus dan torus linguae (Mohammed et al.

2014). Papila sirkumvalata oposum sebanyak 3 buah terletak di radix lidah dan tidak dikelilingi oleh papila lain (Mancanares et al. 2012).

Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Pewarnaan hematoksilin eosin adalah pewarnaan yang paling umum digunakan dalam pembuatan preparat histologi. Pewarnaan ini banyak digunakan karena kemampuannya untuk membedakan berbagai struktur jaringan. Pewarna hematoksilin akan mewarnai inti sel dengan detil intranukelus. Inti sel akan terwarnai biru-hitam. Eosin akan mewarnai sitoplasma sel dan jaringan ikat dengan variasi dan gradasi warna merah muda, jingga, dan merah (Gamble 2008).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2014 sampai dengan Maret 2015 di Laboratorium Riset Histologi, Bagian Anatomi Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

(16)

6

80%, 90%, 95%, dan 100%, xylol, parafin, akuades, air keran, zat pewarna hematoksilin dan eosin, serta perekat entellan®.

Alat

Alat yang dipakai dalam penelitian adalah perlengkapan bedah minor, penggaris, benang, botol, pisau mikrotom, tissue cassette, tissue embedding console, cetakan parafin, blok kayu kecil, mikrotom, gelas objek, gelas penutup,

water bath, hot plate, kertas label, kotak preparat, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, peralatan untuk pewarnaan hematoksilin eosin, dan peralatan fotografi.

Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan makroskopis dan mikroskopis, mencatat hasil pengamatan, mengambil foto, dan melakukan perbandingan dengan data hewan lain.

Metode

Awetan lidah musang luwak dalam larutan fiksasi paraformaldehid 4% diamati secara makroskopis dan mikroskopis.

Makroskopis

Awetan lidah luwak dalam larutan paraformaldehida 4% diambil dan difoto kemudian diukur terlebih dahulu panjang, lebar, dan tebal lidah dengan bantuan benang dan penggaris. Setelah diukur, awetan lidah dipotong 1x1 cm di beberapa bagian, yaitu di tempat ditemukan papila filiformis, fungiformis, dan sirkumvalata. Pengambilan sampel dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan jaringan. Sampel yang diambil berjumlah lima buah, yaitu 2 bagian papila filiformis, 2 bagian papila fungiformis, dan 1 bagian papila sirkumvalata. Sampel yang sudah dipotong kemudian dimasukkan ke dalam tissue cassette dan diberi label lalu disimpam dalam larutan alkohol 70% sebagai stopping point sebelum proses selanjutnya. Bagian yang telah dipotong kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop stereo.

Mikroskopis

(17)

7 lidah serta keberadaan putik pengecap (Kiernan 1990 modifikasi Laboratorium Histologi FKH IPB).

HASIL

Makroskopis

Pengamatan makroskopis pada struktur lidah musang luwak menunjukkan bahwa lidah terletak di bagian kranial dari saluran pencernaan. Lidah berada pada

cavum oral, tepatnya di lantai mulut dalam legokan mandibula. Lidah terbagi dalam 3 bagian yaitu apex, corpus, dan radix (Gambar 2). Rata-rata panjang lidah luwak adalah 6,8±0,30 cm (Tabel 1).

Gambar 2 Bagian Lidah, a = apex, b = corpus, c = radix. Skala = 2 cm.

(18)

8

Papila terdapat pada permukaan lidah. Papila mekanik yang ditemukan adalah papila filiformis. Papila pengecap ada 2 yaitu papila fungiformis dan papila sirkumvalata. Papila filiformis memenuhi permukaan dorsal lidah, terutama di bagian apex dan corpus lidah. Papila fungiformis ditemukan di antara papila filiformis dan tersebar di bagian apex serta corpus lidah. Papila sirkumvalata berjumlah 3 buah membentuk formasi V dan terletak di radix lidah. Papila foliata tidak ditemukan (Gambar 3A).

Papila filiformis merupakan papila dengan jumlah terbanyak di permukaan dorsal lidah. Bagian penonjolan dari papila filiformis condong ke arah kaudal. Papila filiformis tersebar rapat di bagian apex dan corpus lidah. Papila filiformis di tepi lateral lidah tampak lebih kecil dibandingkan papila yang berada di medial dan semakin ke posterior papila filiformis semakin kecil. Setiap papila filiformis mempunyai beberapa penonjolan yang runcing. Ujung papila berbentuk seperti kerucut dengan ujung runcing mengarah ke kaudal (aboral) ditunjang oleh bagian basal yang bulat. Pada penonjolan utama ada beberapa penonjolan aksesorius yang juga berujung runcing (Gambar 3B).

Papila fungiformis merupakan papila pengecap yang terletak di antara papila filiformis. Papila fungiformis berbentuk bundar seperti jamur dan berukuran lebih besar daripada bagian basal papila filiformis. Papila fungiformis tidak memiliki ujung yang runcing seperti pada papila filiformis (Gambar 3C).

Papila sirkumvalata terletak di bagian rostral radix lidah. Setiap papila sirkumvalata dikelilingi oleh suatu alur. Permukaan papila sirkumvalata tidak rata seperti papila fungiformis. (Gambar 3D).

(19)

9 Mikroskopis

Gambar 4

(20)

10

Papila filiformis mempunyai bagian basal disertai penonjolan yang runcing dan terkeratinisasi (Gambar 4B). Pada penonjolan papila terdapat penonjolan aksesorius yang berujung runcing (Gambar 4A). Papila fungiformis berbentuk seperti jamur dan memiliki putik pengecap di puncak papila. Permukaan papila rata dan tidak terdapat penonjolan seperti pada papila filiformis (Gambar 4C&4D). Papila sirkumvalata merupakan papila terbesar dibandingkan papila jenis lain. Papila ini dikelilingi oleh suatu alur (Gambar 4E). Beberapa putik pengecap ditemukan pada epitel papila sirkumvalata.

PEMBAHASAN

Lidah terletak di cavum oral, tepatnya di lantai mulut dalam legokan mandibula. Bagian radix menempel pada os hyoideum juga berhubungan dengan epiglotis, faring, dan langit-langit lunak. Bagian apex terletak di anterior lidah dengan ujung menyempit. Bagian corpus terletak setelah bagian apex, ditandai dengan adanya perubahan ketebalan lidah. Bagian radix dimulai dari perubahan ketebalan corpus dan keberadaan sulkus terminalis. Permukaan lidah ditutupi oleh penonjolan-penonjolan kecil yang disebut papila.

Papila pada lidah musang luwak dapat dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu papila mekanik dan papila pengecap. Papila mekanik yang ditemukan adalah papila filiformis. Papila pengecap yang terdapat pada permukaan dorsal lidah musang luwak antara lain papila fungiformis dan papila sirkumvalata.

Papila Filiformis

Papila filiformis terdistribusi padat pada permukaan dorsal di bagian apex

dan corpus lidah musang luwak. Hal serupa ditemukan pada hewan karnivora seperti rubah arktik/ Alopex lagopus (Jackowiak et al. 2009), serigala berpunggung hitam/ Canis mesomelas (Emura dan Sugiyama 2014), kucing bakau/ Prionailurus viverrinus (Emura et al. 2014), dan ferret/ Mustela putorius furo (Takemura et al. 2009) juga omnivora misalnya beruang (Pastor et al. 2011), rakun/ Procyon lotor (Miyawaki et al. 2010), oposum/ Didelphis marsupialis

(Mancanares et al. 2012), dan luwak madu/ Mellivora capensis (Mohammed et al.

2014).

Papila filiformis musang luwak terdiri dari bagian basal yang agak oval diikuti oleh penonjolan utama runcing yang terkeratinisasi. Penonjolan utama menghadap ke kaudal yaitu ke radix lidah. Fungsi penonjolan tersebut adalah untuk mendorong makanan menuju ke faring. Papila filiformis juga dilengkapi beberapa penonjolan kecil yang meruncing yang terlihat mencuat dari tepi lateral setiap papila. Papila filiformis pada bagian tepi lateral lebih kecil daripada papila filiformis di bagian medial lidah. Bentuk papila filiformis di bagian apex

menyerupai bentuk papila filiformis di bagian corpus lidah.

(21)

11 Sugiyama 2014), kucing bakau (Emura et al. 2014), dan ferret (Takemura et al.

2009). Rubah arktik memiliki penonjolan utama yang disertai 10 sampai 12 penonjolan aksesorius di anterior lidah, penonjolan tersebut jumlahnya berkurang semakin ke posterior lidah (Jackowiak et al. 2009). Serigala berpunggung hitam memiliki penonjolan runcing yang berbentuk seperti mahkota (Emura dan Sugiyama 2014). Kucing bakau memiliki papila filiformis dengan beberapa penonjolan tajam di apex. Papila filiformis di anterior corpus lidah berukuran besar dan berbentuk silindris sedangkan di bagian pusat corpus lidah berbentuk kerucut (Emura et al. 2014). Ferret mempunyai papila filiformis berbentuk kerucut dan ukurannya semakin ke posterior lidah semakin besar. Papila filiformis di bagian apex mempunyai 2 hingga 3 pasang penonjolan aksesorius (Takemura et al. 2009).

Hewan omnivora seperti beruang (Pastor et al. 2011), oposum (Mancanares

et al. 2012), rakun (Miyawaki et al. 2010), dan luwak madu (Mohammed et al.

2014) mempunyai beberapa tipe papila filiformis. Oposum mempunyai 2 tipe papila filiformis yaitu papila filiformis yang runcing tersebar di permukaan lidah dan papila konikal yang tinggi tersebar di apex dan di corpus lidah (Mancanares et al. 2012). Rakun mempunyai papila filiformis yang terkeratinisasi, terutama paling tebal di daerah anterior. Papila mempunyai penonjolan utama berbentuk kerucut disertai dengan 7 sampai 20 penonjolan aksesorius (Miyawaki et al. 2010). Beruang mempunyai papila filiformis dengan pseudopapila yang berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan kontak makanan (Pastor et al. 2011). Luwak madu mempunyai papila filiformis yang berbentuk seperti benang dan ada beberapa tipe yaitu papila yang tunggal, bercabang 2, bercabang 3, dan yang memiliki ujung runcing (Mohammed et al. 2014). Papila filiformis musang luwak secara morfologi lebih menyerupai hewan karnivora daripada omnivora.

Papila Fungiformis

Papila fungiformis musang luwak tersebar di apex dan corpus lidah. Persebaran papila fungiformis di apex dan corpus lidah juga ditemukan pada hewan karnivora seperti rubah arktik (Jackowiak et al. 2009), serigala berpunggung hitam (Emura dan Sugiyama 2014), kucing bakau (Emura et al.

2014), dan ferret (Takemura et al. 2009); serta omnivora seperti beruang (Pastor

et al. 2011), oposum (Mancanares et al. 2012), rakun (Miyawaki et al. 2010) dan luwak madu (Mohammed et al. 2014). Papila fungiformis pada luwak pada bagian dorsal lidah memiliki permukaan bundar seperti jamur. Papila fungiformis di apex

berukuran lebih kecil dibandingkan papila di corpus lidah. Bentuk dan persebaran papila fungiformis pada hewan lain bervariasi.

(22)

12

berbentuk persegi di daerah apex (Takemura et al. 2009). Papila fungiformis pada karnivora umumnya terdistribusi padat di apex lidah dan pada bagian corpus lidah tersebar di antara papila filiformis.

Putik pengecap ditemukan pada papila fungiformis lidah musang luwak. Putik pengecap merupakan gabungan dari 3 jenis sel yaitu sel basal, sel penunjang, dan sel pengecap. Keberadaan putik pengecap menjadi bukti bahwa musang luwak dapat mengecap rasa. Rubah arktik memiliki putik pengecap berjumlah 5 sampai 7 buah pada setiap papila fungiformisnya (Jackowiak et al. 2009). Putik pengecap pada papila fungiformis ferret terletak pada puncak setiap papila (Takemura et al. 2009). Putik pengecap tidak dilaporkan pada papila fungiformis serigala berpunggung hitam (Emura dan Sugiyama 2014) dan kucing bakau (Emura et al. 2014). Umumnya karnivora memiliki beberapa putik pengecap pada papila fungiformisnya (Dellmann dan Brown 1992). Papila fungiformis musang luwak lebih menyerupai hewan karnivora.

Beberapa spesies beruang mempunyai pori pengecap pada papila fungiformisnya (Pastor et al. 2011). Rakun memiliki beberapa putik pengecap pada epitel papila fungiformis (Miyawaki et al. 2010). Putik pengecap di papila fungiformis tidak dilaporkan pada oposum (Mancanares et al. 2012) dan luwak madu (Mohammed et al. 2014).

Papila Sirkumvalata

Papila sirkumvalata musang luwak terletak pada anterior radix lidah. Papila ini berukuran besar dan memiliki alur samping yang dibalut oleh epitel pipih banyak lapis. Papila sirkumvalata musang luwak berjumlah 3 buah yang membentuk formasi v. Hewan lain yang memiliki papila sirkumvalata dengan jumlah yang sama dengan luwak adalah kelelawar buah mesir (Trzcielinska– Lorych et al. 2009), monyet jepang dan monyet savana (Emura et al. 2002), serta oposum (Mancanares et al. 2012).

Jumlah dan posisi papila sirkumvalata pada setiap hewan bervariasi. Papila sirkumvalata rubah arktik berjumlah 4 sampai 7 buah dan terdistribusi simetris membentuk segitiga sama kaki di radix lidah (Jackowiak et al. 2009). Serigala berpunggung hitam mempunyai papilala sirkumvalata yang dikelilingi alur dan bantalan (Emura dan Sugiyama 2014). Papila sirkumvalata kucing bakau berjumlah 4 (Emura et al. 2014). Ferret memiliki 8 sampai 12 papila sirkumvalata yang membentuk formasi v (Takemura et al. 2009).

(23)

13 (Miyawaki et al. 2010). Papila sirkumvalata luwak madu dikelilingi oleh alur melingkar dan terletak di antara akhir corpus dan torus linguae (Mohammed et al.

2014).

Papila sirkumvalata musang luwak dikelilingi oleh suatu alur. Hal yang serupa ditemukan pada papila sirkumvalata karnivora seperti rubah arktik (Jackowiak et al. 2009), serigala berpunggung hitam (Emura dan Sugiyama 2014), dan kucing bakau (Emura et al. 2014) dan omnivora seperti luwak madu (Mohammed et al. 2014). Beberapa putik pengecap ditemukan pada epitel papila sirkumvalata, terutama di bagian yang berbatasan dengan alur. Putik pengecap merupakan gabungan dari 3 jenis sel yaitu sel basal, sel penunjang, dan sel pengecap. Putik pengecap pada papila sirkumvalata juga ditemukan ada hewan karnivora contohnya ferret (Takemura et al. 2009) dan omnivora contohnya rakun (Miyawaki et al. 2010).

Keberadaan putik pengecap pada papila sirkumvalata dan fungiformis menandakan bahwa musang luwak dapat mengecap rasa. Kondisi tersebut diduga berkaitan dengan kemampuan musang luwak dalam memilih buah kopi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Lidah musang luwak terdiri atas 3 bagian yaitu apex, corpus, dan radix. Papila yang terdapat pada permukaan dorsal lidah musang luwak adalah papila filiformis, fungiformis, dan sirkumvalata. Papila foliata tidak ditemukan pada lidah musang luwak. Bentuk dan persebaran papila lingual pada musang luwak menyerupai sebagian besar karnivora. Hasil Penelitian menyatakan bahwa musang luwak dapat mengecap rasa. Musang luwak diduga dapat memilih buah kopi karena memiliki kemampuan tersebut.

Saran

Penelitian lebih lanjut mengenai organ penciuman terkait dengan pemilihan pakan musang luwak diperlukan. Penelitian mengenai pakan musang luwak juga diperlukan. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan diet musang luwak yang tepat sehingga musang luwak yang ditangkarkan atau dipelihara dapat terpenuhi kesejahteraan hewannya.

DAFTAR PUSTAKA

(24)

14

Adnyane IKM, Zuki AB, Noordin MM, Agungpriyono S. 2011. Morphological study of the lingual papillae in the barking deer, Muntiacus muntjak.

Anatomia Histologia Embryologia. 40:73–77.

Bygott D. 2009. Paradoxurus hermaphroditus. Gambar [Internet]. [diunduh 2014 Nov 18]. Tersedia pada http://eol.org/pages/328089/overview.

Dellmann HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veternier. Hartono R, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan dari:

Textbook of Veterinary Histology.

Duckworth JW, Widmann P, Custodio C, Gonzalez JC, Jennings A, Veron G. 2008. Paradoxurus hermaphroditus. IUCN 2013. IUCN Red List of Threatened Species [Internet]. [diunduh 2014 Nov 18]. Tersedia pada www.iucnredlist.org.

Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy. Ed ke–3. Philadelphia (US): W.B. Saunders Company.

Emura S, Hayakawa D, Chen H, Shoumura S. 2002. Morphology of the dorsal lingual papillae in the japanese macaque and savanna monkey. Anatomia Histologia Embryologia. 31:313–316.

Emura S, Okumura T, Chen H. 2014. Morphology of the lingual papillae in the fishing cat. Okajimas Folia Anatomica Japonica. 90(4):79–83.

Emura S, Sugiyama K. 2014. Morphology of the lingual papillae of the black–

Jackowiak H, Godynicki S, Skieresz–Szewczyk K, Trzcielinska–Lorych J. 2009. Scanning electron microscopic study of the lingual papaillae in the Arctic fox (Alopex lagopus L., 1758). Anatomia Histologia Embryologia. 38:377– 381.

Jotish PS. 2011. Diet of the common palm civet Paradoxurus hermaphroditus in a rural habitat in Kerala, India, and its possible role in seed dispersal. Small Carnivore Conservation. 45:14–17.

Kiernan JA. 1990. Histological and Histochemical Method. Ed ke–2. England marsupialis). Microscopy Research and Technique. 75:1329–1333.

Marcone MF. 2004. The science behind luwak coffee: An analysis of the world’s rarest and most expensive coffee. Annals of Improbable Research. 1:12–13. Miyawaki Y, Yoshimura K, Shindo J, Kageyama I. 2010. Light and scanning

electron microscopic study on the tongue and lingual papillae of the common raccoon, Procyon lotor. Okajimas Folia Anatomica Japonica.

(25)

15 Mohammed AHS, Haider SK, Salman RA. 2014. Morphological study of the lingual papillae in Mellivora capensis tongue. Journal of US-China Medical Science. 11(1):42–46.

Pastor JF, Barbosa M, De Paz FJ, Garcia M, Ferrero E. 2011. Functional and comparative study of lingual papillae in four species of bear (Ursidae) by scanning electron Microscopy. Microscopy Research and Technique. 74:910–919.

Patou ML, Wilting A, Gaubert P, Jacob A, Cruaud C, Jenning AP. 2010. Evolutionary history of the Paradoxurus palm civets – a new model for Asian biogeography. Journal of Biogeography. 37:2077–2097.

Raj BMV, Sharma P. 2013. Hand-rearing the common palm civet,Paradoxurus hermaphroditus. Rehabber’s Den. 1–4.

Samuelson DA. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Philadelphia (US): Elsevier Science Publishing Co., Inc.

Su S, Sale J. 2007. Niche differentiation between common palm civet

Paradoxurus hermaphroditus and small indian civet Viverricula indica in regenerating degraded forest, Myanmar. Small Carnivore Conservation

36:30–34.

Takemura A, Uemura M, Toda I, Fang G, Hikada M, Suwa F. 2009. Morphological Study of the Lingual Papillae in the Ferret (Mustela putorius furo). Okajimas Folia Anatomica Japonica. 86(1):17–24.

Telford IR, Bridgman CF. 1995. Introduction To Functional Histology. New York (US): Harper Collins College Publishers.

Trzcielinska–Lorych J, Jackowiak H, Skieresz–Szewczyk K, Godynicki S. 2009. Morphology and morphometry of lingual papillae in adult and newborn egyptian fruit bats (Rousettus aegyptiacus). Anatomia Histologia Embryologia. 38:370–376.

Wilson DE, Reeder DAM. 2005. Mammal Species of the World. Ed ke–3.

(26)

16

LAMPIRAN

Sebelum memasuki tahpan pewarnaan, sampel harus melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Dehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat 80%, 90%, dan 95% masing-masing selama 24 jam

2. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam alkohol absolut I, II, dan III masing-masing selama 1 jam

3. Proses selanjutnya adalah penjernihan menggunakan xylol. Sampel dimasukkan ke dalam xylol I, II, dan III masing-masing selama 30 menit 4. Sampel kemudian ditanam dalam parafin (embedding). Pertama parafin cair

diinfiltrasi ke dalam jaringan dengan merendam jaringan dalam parafin I, II, dan III masing-masing selama 30 menit

5. Jaringan kemudian ditanam ke dalam parafin menggunakan tissue embedding console

6. Parafin yang telah mengeras kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dipotong

7. Blok parafin kemudian disayat dengan menggunakan mikrotom 8. Blok parafin kemudian disayat dengan ketebalan 5µm

9. Setelah mendapatkan sayatan yang terbaik, sayatan diambil dan diapungkan di akuades dingin lalu dipindahkan ke water bath 37°C untuk menghilangkan kerutan

10.Kemudian sayatan diletakkan di gelas objek, diberi label, dan dibiarkan satu malam sampai tidak tersisa cairan.

(27)

17

Lampiran 2Prosedur Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

1. Deparafinisasi preparat menggunakan larutan xylol III, II, dan I masing-masing selama 2-3 menit

2. Preparat direhidrasi menggunakan larutan alkohol bertingkat mulai dari absolut III,II,I, 95%, 90%, 80%, hingga 70% masing-masing selama 2-3 menit

3. Preparat selanjutnya dimasukkan ke dalam air keran selama 10 menit 4. Preparat direndam dalam akuades selama 5 menit

5. Preparat kemudian ditetesi larutan pewarna hematoksilin selama 3 menit 6. Preparat kemudian dimasukkan ke dalam akuades selama 5 menit

7. Pewarnaan dilanjutkan dengan pewarnaan eosin. Preparat ditetesi larutan pewarna eosin kemudian dibiarkan selama 1 menit

8. Tahap selanjutnya adalah dehidrasi. Preparat dicelupkan masing-masing sebanyak 3 kali ke dalam alkohol bertingkat mulai dari konsentrasi 70%,80%,90%,95%, dan absolut 1. Preparat kemudian dicelupkan ke dalam alkohol absolut II dan III masing-masing selama 1 menit

9. Preparat kemudian dijernihkan dengan larutan xylol I, II, dan III masing-masing selama 1 menit

(28)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandung pada tanggal 5 Maret 1993. Penulis merupakan putri pertama dari 4 bersaudara, dari pasangan Bapak Kosim Konardi dan Ibu Lianny Susanti. Penulis menempuh pendidikan di SMPK 1 BPK Penabur Bandung dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMAK 1 BPK Penabur Bandung dan lulus pada tahun 2011. Penulis lalu melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ujian tertulis.

Gambar

Gambar 1 Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) (Bygott 2009)
Gambar 2 Bagian Lidah, a = apex, b = corpus, c = radix. Skala = 2 cm.
Gambar 3 Papila di Permukaan Dorsal Lidah Musang Luwak. A = Letak beberapa papila, B = papila filiformis, C = papila fungiformis, D = papila sirkumvalata
Gambar 4 Papila di Permukaan Dorsal Lidah. A & B = papila filiformis, a = Gambar 4 bagian basal, b = penonjolan utama, c = lapis keratin

Referensi

Dokumen terkait

atau gangguan pendengaran pada karyawan sehingga perlu adanya pengamatan langsung pada lingkungan fisik. 2) Beberapa faktor lingkungan fisik yang diukur meliputi

Dari beberapa studi kasus pengalaman risiko konstruksi pembangkit listrik konvensional dan identifikasi risiko yang terjadi, maka langkah- langkah yang diperlukan

Kegiatan tersebut adalah Engineering-civil-miscellaneous structure, Procurement-civil- miscellaneous structure, Construction-civil-miscellaneous structure-balance of plant

Dari skema di atas dapat dideskripsikan bahwa yang penulis maksud adalah dari siswa dengan fase / tingkatan kemampuan berpikir reflektif untuk aksi (Reacting)

EFEKTIVITAS PERMAINAN D OBBLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KATA BEND A BAHASA JERMAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kelompok- komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi Banten berturut-turut sebagai berikut: kelompok bahan makanan sebesar -0,0143 persen; kelompok

Observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor satu yaitu tentang gambaran proses pembelajaran. Analisis lembar observasi ini

Journal of Advanced Research in Law and Economics 378 From Table 15 above, the predominant factors that a ect novice voters in using their election rights in the election of Mayor