• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) intensif berbasis Integrated Multi Thropic Aquaculture dengan kepadatan berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknologi budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) intensif berbasis Integrated Multi Thropic Aquaculture dengan kepadatan berbeda"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG GALAH (

Macrobrachium

rosenbergii

) DAN IKAN TAMBAKAN

(Helostoma temmincki)

INTENSIF BERBASIS

INTEGRATED MULTI THROPIC

AQUACULTURE

DENGAN KEPADATAN BERBEDA

TRIATMAJA PRAMUDHITA WISNU KUSUMA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Teknologi Budidaya Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) dan Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) Intensif Berbasis Integrated Multi Thropic Aquaculture dengan Kepadatan Berbeda” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 3 Maret 2015

Triatmaja Pramudhita Wisnu Kusuma

(4)

ABSTRAK

TRIATMAJA PRAMUDHITA WISNU KUSUMA. Teknologi Budidaya Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) dan Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

Intensif Berbasis Integrated Multi Thropic Aquaculture dengan Kepadatan Berbeda. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan LIES SETIJANINGSIH.

IMTA (Integrated Multi Thropic Aquaculture) adalah sistem budidaya yang mengintegrasikan beberapa organisme yang menitikberatkan perbedaan trofik level tiap organismenya. IMTA akan dapat memperbaiki kualitas air dan akan berpengaruh langsung pada sintasan, padat tebar, dan mempercepat laju pertumbuhan. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan acak lengkap dengan perlakuan berupa perbedaan padat penebaran awal antara udang galah dan ikan tambakan yaitu UG20TM50 udang galah 20 ekor/m2 dan ikan tambakan 50 ekor/m2, UG20TM100 udang galah 20 ekor/m2 dan ikan tambakan 100 ekor/m2. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan yang paling baik selama pemeliharaan 60 hari adalah UG20TM50 dengan sintasan udang galah yaitu (75.83±6.29%), laju pertumbuhan harian (3.02±0.16%), hasil produksi (3065.44±79.95g) dan sintasan tambakan (80±1.32%) laju pertumbuhan harian (2.94±0.25%), dan hasil produksi (10723.47±975.21g), dan didukung oleh suhu (28.90–31.67°C), pH (6.50–7.87), DO (4.08–5.7) mg/L, amoniak (0.00010– 0.0413) mg/L.

Kata kunci: ikan tambakan, IMTA, kualitas air, udang galah.

ABSTRACT

TRIATMAJA PRAMUDHITA WISNU KUSUMA. Freshwater Giant Prawn (Macrobrachium rosenbergii) and Tambakan (Helostoma temmincki) Intensive Aquaculture Technology based in Integrated Multi Thropic Aquaculture on Different Density. Supervised by EDDY SUPRIYONO and LIES SETIJANINGSIH.

IMTA (Integrated Multi Thropic Aquaculture) is a aquaculture system that integrates several organisms and focuses on the trophic level differences of each organism. IMTA will be able to improve the quality of the water and of course have a direct impact on survival rate, stocking density and increase the growth rate. The research was using completely randomized design at many treatments in the form of initial stocking density difference between freshwater giant prawns and tambakan that UG20TM50 20 prawns/m2 and 50 tambakan/m2, UG20TM100 20 prawns/ m2 and 100 tambakan/ m2. Each treatment was repeated three times. The best treatment Based on 60 days cultivation was UG20TM50 with the survival rate of freshwater giant prawn (75.83±6.29%), spesific growth rate (3.02±0.16%), total production (3065.44±79.95g) and survival rate of tambakan (80±1.32%) spesific growth rate (2.94±0.25%) and total production (10723.47±975.21g), and supported by a temperature (28.90–31.67°C), pH (6.50– 7.87), DO (4.08–5.7 mg/L), ammonia (0.00010–0.0413) mg/L.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

TRIATMAJA PRAMUDHITA WISNU KUSUMA

TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG GALAH (

Macrobrachium

rosenbergii

) DAN IKAN TAMBAKAN

(Helostoma temmincki)

INTENSIF BERBASIS

INTEGRATED MULTI THROPIC

AQUACULTURE

DENGAN KEPADATAN BERBEDA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 di Kelompok Multi Tani Sejahtera Jalan HMD Curug, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor,Jawa Barat ialah udang galah dan ikan tambakan, dengan judul

“Teknologi Budidaya Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) Dan Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) Intensif Berbasis Integrated Multi Thropic Aquaculture Dengan Kepadatan Berbeda”.

Dalam kesempatan ini, pertama penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc dan Ir. Lies Setijaningsih, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, kepada Dr. Sri Nuryati, S.Pi, M.Si dan Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si, M.Si sebagai dosen penguji tamu dan komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan yang telah banyak memberikan kritik dan saran-sarannya, kepada Bapak Dr Ir Sukenda, M.Sc selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan. Kedua penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Kelompok Multi Tani Sejahtera Jalan HMD Curug, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor,Jawa Barat yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian, kepada seluruh dosen dan staff karyawan/karyawati Departemen Budidaya Perairan yang telah banyak membantu dalam menyusun skripsi ini. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahku R. Rosatomo Pinjono, ibuku Siti Lastyowati, dan kakakku Ika Pramudhita Handayani dan Restu Dwi Astuti Pramudhita yang tiada henti-hentinya memberikan cinta, kasih sayang, dukungan serta doanya yang selalu menyertai dalam tiap langkahku, kepada Bopont Julian Salim partner dalam penelitianku, kepada sahabat-sahabat

BDP’47 lainnya atas kebersamaan, dukungan, dan semangatnya, kepada BEM

KM IPB Kabinet “Berani Beda” dan sahabat IPB lainnya atas canda tawa yang telah diberikan, kepada M. Toha Muchtar dan Ricky Fernaldy yang membantu dan menghiburku saat proses penelitian dan kepada Retno Wulandari atas waktunya untuk selalu hadir dalam tiap kesempatan, perhatian, tenaga, pikiran, serta doanya yang selalu menyertai.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 3 Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan tempat ... 2

Materi uji ... 2

Prosedur penelitian ... 2

Parameter penelitian ... 3

Analisis data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Hasil ... 6

Pembahasan ... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

Kesimpulan ... 23

Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 25

RIWAYAT HIDUP ... 31

DAFTAR TABEL

1 Alat pengukuran kualitas air pada kolam pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan ... 3

2 Kisaran nilai kualitas air budidaya udang galah pada perlakuan padat tebar UG20TM50 dan UG20TM100 ... 6

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Rancangan sistem IMTA yang dilakukan pada penelitian yang terdiri dari udang galah, ikan tambakan dan kangkung air ... 3

2 Grafik suhu pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50( ) UG20TM100 dan (---)

kisaran optimum untuk budidaya udang galah ... 7

3 Grafik pH pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 ( ) UG20TM100 dan (---)

kisaran optimum untuk budidaya udang galah ... 7

4 Grafik DO pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 ( ) UG20TM100 untuk budidaya udang galah ... 8

5 Grafik TAN pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50( ) UG20TM100 untuk budidaya udang galah ... 8

6 Grafik Amoniak pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50( ) UG20TM100 untuk

9 Grafik Total P pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50( ) UG20TM100 untuk budidaya udang galah ... 10

10Grafik Total N pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50( ) UG20TM100 untuk budidaya udang galah ... 11

11Grafik Alkalinitas pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50. ( ) UG20TM100 untuk budidaya udang galah ... 11

12Grafik CO2 pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan

pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50( ) UG20TM100 untuk budidaya udang galah ... 12

13Sintasan budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) pada perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 12 14Laju pertumbuhan harian budidaya udang galah (Macrobrachium

rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) pada perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 13 15Hasil Produksi Budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

(11)

16Grafik pertumbuhan budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) pada

perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 14

17Bobot mutlak budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) pada perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 14

18Grafik pertumbuhan budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) pada perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 15

19Panjang mutlak budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) pada perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 15

20Efisiensi pemberian pakan budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) pada perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 16

21Bobot akhir rata - rata budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temmincki) pada perlakuan padat tebar UG20TM50, UG20TM100 ... 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data pertumbuhan udang galah pada sistem IMTA dengan kepadatan yang berbeda ... 25

2 Data pertumbuhan ikan tambakan pada sistem IMTA dengan kepadatan yang berbeda ... 25

3 Hasil statistik pertumbuhan udang galah ... 26

4 Hasil statistik pertumbuhan ikan tambakan ... 27

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) adalah salah satu komoditas air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang harganya mencapai Rp 75.000 per kilogram dan memiliki permintaan yang tinggi, namun jumlah produksi udang galah pada tahun 2011 hanya 617 ton yang sangat menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 1.328 ton, sedangkan pada tahun 2013 jumlah produksi udang galah mencapai 3.387 ton (KKP 2013). Produksi udang galah pada tahun 2013 memang meningkat dibandingkan dengan produksi tahun 2011, namun produksi tersebut masih belum maksimal, hal ini dibuktikan dengan masih sedikitnya jumlah produksi dan sintasan udang galah. Budidaya udang galah di Ciamis merupakan salah satu contohnya karena hanya memiliki sintasan 12.30–35.70 % dengan padat tebar 5 ekor/m2 (Hadie et al 2010). Peningkatan

jumlah produksi udang galah dapat dilakukan dengan sistem budidaya intensif. Budidaya intesif adalah sistem budidaya yang memiliki jumlah padat tebar tinggi dan seluruh kebutuhan nutrisi diperoleh langsung dari pakan buatan yang memiliki kandungan protein tinggi (Allsopp et al 2008). Budidaya intensif memiliki kendala yaitu menurunnya kualitas air akibat limbah budidaya tersebut. Udang galah meretensi protein pakan sekitar 16.3% - 40.87% (Yi et al 2003), dan sisanya dibuang menjadi limbah budidaya dalam bentuk produk ekskresi, residu pakan dan feses (Pillay 2004). Hal ini tentu saja dapat merusak kualitas air dan dapat menggagalkan produksi udang galah. Penanggulangan masalah kualitas air tersebut dapat diatasi dengan teknologi terpadu yang dapat menyeimbangkan limbah budidaya dan dapat digunakan dengan keadaan lingkungan apapun. Sistem budidaya yang dapat digunakan salah satunya adalah sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture).

(14)

2

Amerika Utara. Ikan tambakan juga memiliki harga yang cukup tinggi dipasar parung yaitu mencapai harga Rp 2000/ekor dengan ukuran 12–13 cm. Sistem IMTA yang digunakan adalah pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dalam satu kolam, sedangkan air yang digunakan untuk pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan akan dimanfaatkan oleh kangkung air (Ipomoea aquatica) dan dialirkan kembali ke kolam udang dan tambakan. Pada penelitian ini difokuskan pada pemeliharaan udang galah dengan kepadatan ikan tambakan yang berbeda, diharapkan dengan sistem ini dapat membuat sistem budidaya lebih efisien, serta dapat memperbaiki kualitas air.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perbedaan hasil produksi budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan ikan tambakan (Helostoma temminckii) yang dipelihara dengan sistem IMTA.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2014 di Kelompok Multi Tani Sejahtera Jalan Curug, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Materi Uji

Hewan uji yang digunakan yaitu udang galah dengan bobot awal 1.00± 0.23 gram/ekor dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, ikan tambakan dengan bobot awal 1.45±0.33 gram/ekor dari petani Parung, dan benih kangkung air (Ipomoea aquatica) dari benih komersil.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan perlakuan berupa perbedaan padat penebaran awal udang galah dan ikan tambakan yaitu UG20TM100 udang galah 20 ekor/m2 dan ikan tambakan 100 ekor/m2 , UG20TM50 udang galah 20 ekor/m2

(15)

3

untuk sistem terpadu. Setiap kolam terdapat shelter untuk tempat berlindung udang dan diletakkan di tengah kolam.

Biofilter yang digunakan yaitu kangkung air, setiap rumpun terdiri dari 10 batang dengan berat 70 g dan jarak tanam lebar wadah 15 cm sedangkan jarak tanam panjang 20 cm. Wadah tanaman kangkung air menggunakan bak yang terbuat dari bambu berukuran 400 cm x 45 cm x 30 cm yang dilapisi plastik terpal, dan sebagai media tanam dari kangkung air digunakan batu apung dengan ketinggian substrat 25 cm. Pompa dipasang di setiap kolam untuk mengalirkan air dari kolam udang galah dan ikan tambakan menuju bak kangkung dan dialirkan kembali ke kolam pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan. Debit air pada pengairan adalah 125 ml/detik sehingga dalam waktu 24 jam dapat memutar air kolam sebanyak 10800 L atau kurang lebih 43 % dari volume kolam. Bagan dibawah ini merupakan proses resirkulasi yang dilakukan pada sistem IMTA (Gambar 1).

Gambar 1. Rancangan sistem IMTA yang dilakukan pada penelitian yang terdiri dari Udang galah, ikan tambakan dan Kangkung air.

Parameter Penelitian

Pengukuran kualitas air dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB pada hari ke-0, hari ke-10, hari ke-20, hari ke-30, hari ke-40, hari ke-50, dan hari ke-60. Untuk Total P dan Total N perairan dilakukan pengukuran hanya pada hari ke-0, hari ke-30, dan hari ke-60. Tabel dibawah merupakan parameter kualitas air dan alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air (Tabel 1).

Tabel 1 Alat pengukuran kualitas air pada kolam pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan.

Parameter Satuan Peralatan

Suhu oC DO meter

pH - pH meter

Oksigen Terlarut (DO) mg/L DO meter

CO2 mg/L CO2 Titrasi dengan NaOH

Alkalinitas mg/L CaCO3 Titrasi dengan HCL

TAN mg/L Spektofotometer

Amoniak (NH3-N) mg/L Spektrofotometer

Nitrit (NO2-N) mg/L Spektrofotometer

Nitrat (NO3-N) mg/L Spektrofotometer

Total P (PO4-P) mg/L Spektrofotometer

Total N mg/L Labu destilasi

Pengukuran suhu, pH, dan oksigen terlarut dilakukan secara in-situ dengan menggunakan termometer, pH meter, dan DO meter. Pengukuran Total N dilakukan di Laboratorium Nutrisi, dan pengukuran amoniak, nitrit, nitrat, CO2,

alkalinitas, kesadahan, dan Total P dilakukan di laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Kolam Udang Galah dan tambakan Bak

(16)

4

Parameter Biologis Udang Galah dan Ikan Tambakan

Parameter biologis udang galah dihitung untuk mengetahui pertumbuhan udang galah selama 60 hari. Bobot dan panjang udang galah disampling setiap 10 hari sekali mulai dari hari ke-0 menggunakan timbangan digital dan penggaris. Udang galah dan ikan tambakan yang diukur sebanyak 10 ekor untuk tiap sampling. Bobot (W) dan panjang (L) yang telah diukur kemudian dirata-ratakan dari tiap ulangan.

Sintasan

Sintasan dihitung pada akhir pemeliharaan untuk mengetahui presentase udang yang masih hidup. Perhitungan sintasan menggunakan persamaan berikut (Effendi 2004) :

SR = ��

��� %

Keterangan : SR : Sintasan (%)

Nt : Jumlah populasi ikan hari ke-t (ekor)

No : Jumlah populasi ikan hari ke-o (ekor) Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian dihitung untuk mengetahui persentase pertambahan bobot tiap harinya. Persamaan laju pertumbuhan harian (Zonneveld

et al 1991):

LPH = ln W�−ln W�

� � %

Keterangan :

LPH : Laju pertumbuhan harian (%/hari) Wt : Bobot rata-rata akhir (g)

Wo : Bobot rata-rata awal (g) t : waktu yang dibutuhkan (hari) Hasil Produksi

Hasil produksi merupakan biomassa akhir udang galah selama pemeliharaan. Hasil produksi dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi 2004):

� = �

Keterangan :

P : Hasil Produksi (g) W : Bobot rata-rata akhir (g) N : Jumlah populasi akhir (ekor) Bobot Mutlak

Bobot mutlak dihitung untuk mengetahui pertambahan bobot selama masa pemeliharaan. Bobot mutlak dapat dirumuskan sebagai berikut (Zonneveld et al.

(17)

5

Panjang Mutlak

Panjang mutlak dapat dirumuskan sebagai berikut (Zonneveld et al 1991): L = Lt-Lo

Keterangan :

P : Pertumbuhan panjang

Lt : Panjang rata-rata ikan pada hari ke-t Lo : Panjang rata-rata ikan pada hari ke-o Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)

Efisiensi pemberian pakan yaitu persentase jumlah pakan yang dimanfaatkan oleh udang dari total pakan yang diberikan. Perhitungan EPP dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pakan yang dimanfaatkan oleh udang. EPP dapat dihitung dengan rumus berikut (Zonneveld et al 1991):

�� = − � %

Keterangan:

EPP : Efisiensi Pemberian Pakan

F : Jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan (g) Wt : Biomassa pada hari ke-t (g)

Wo : Biomassa pada hari ke-o (g) Identifikasi Plankton

Pengamatan plankton dilakukan untuk mengetahui kelimpahan relatif. Pengambilan sampel plankton dilakukan 30 hari sekali dengan menggunakan

plankton net. Pengambilan sampel air dilakukan pada 4 titik dengan volume air yang disaring 7 L, dan air yang tersaring 25 ml.

Kelimpahan Plankton

Kelimpahan plankton dihitung untuk mengetahui jumlah plankton yang ada dalam suatu perairan. Nilai kelimpahan plankton dihitung dengan rumus berikut (Odum 1971):

� = × � × ×

Keterangan:

N : Jumlah Plankton (sel/L) Vd : Volume air yang disaring (L) Vt : Volume air tersaring (mL)

Vs : Volume air pada Sedgwick-Rafter Cell (mL) Fp : Faktor pengenceran

n : Jumlah jenis plankton (sel)

Analisis Data

(18)

6

terlarut, TAN, amoniak, nitrit, nitrat, Total N, Total P, Alkalintas, Kesadahan, CO2) dan identifikasi plankton dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Kualitas Air Udang Galah dan Ikan Tambakan

Data berikut ini merupakan hasil pengukuran dari parameter kualitas air kolam pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan yang terdapat pada tabel 2. Kisaran suhu pada media pemeliharaan udang galah yaitu 28.90–31.67°C dengan kisaran suhu tertinggi pada perlakuan UG20TM50. Kisaran pH yaitu 6.50–8.20 dengan kisaran pH tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM100. Kisaran DO yaitu 3.83–5.44 mg/L dengan kisaran DO tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM100. Kisaran TAN yaitu 0.015–1.173 mg/L dengan kisaran TAN tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM50. Kisaran amoniak yaitu 0.00010–0.100 mg/L dengan kisaran amoniak tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM100. Kisaran nitrit yaitu 0.019–0.106 mg/L dengan kisaran nitrit tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM100. Kisaran nitrat yaitu 0.018-0.732 mg/L dengan kisaran nitrat tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM100. Kisaran Total P pada air yaitu 0.342-0.989 mg/L dengan kisaran Total P tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM50. Kisaran Total N pada air yaitu 0.064-0.622 mg/L dengan kisaran Total N tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM50. Kisaran Alkalinitas yaitu 24.024-42.709 mg/L CaCO3 dengan kisaran Kesadahan tertinggi terdapat pada kedua perlakuan

tersebut. Kisaran CO2 yaitu 3.329-7.324 mg/L dengan kisaran CO2 tertinggi

terdapat pada kedua perlakuan tersebut (Tabel 2).

Tabel 2 Kisaran nilai kualitas air budidaya udang galah pada perlakuan padat tebar UG20TM50 dan UG20TM100

Parameter Satuan Perlakuan

UG20TM50 UG20TM100

Suhu °C 28.90-31.67 29.20-31.57

pH 6.50-7.87 6.67-8.20

DO mg/L 4.0 -5.07 3.83-5.44

TAN mg/L 0.015-1.173 0.072-0.979

Nitrit mg/L 0.019-0.095 0.021-0.106

Nitrat mg/L 0.023-0.684 0.018-0.732

Amoniak mg/L 0.0001-0.041 0.0004-0.100

Total P (Air) mg/L 0.384-0.989 0.342-0.888

Total N (Air) mg/L 0.064-0.529 0.068-0.622

Alkalinitas mg/L CaCO3 32.032-42.709 26.693-42.709

(19)

7

Dinamika Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan Udang Galah dan Tambakan

Suhu

Suhu pada tiap perlakuan (perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100) terlihat fluktuatif pada awal pemeliharaan sampai hari ke-30 terjadi peningkatan suhu pada kedua perlakuan namun pada hari ke-40 sampai hari ke-60 cenderung terus menurun (Gambar 2).

Gambar 2 Grafik suhu pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 ( ) UG20TM100 dan (---)

kisaran optimum untuk budidaya udang galah. pH

Berdasarkan pengukuran terhadap kedua perlakuan (perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100) menunjukkan pola fluktuasi yang terus meningkat. Pada awal penelitian hari ke-0 sampai hari ke-30 nilai pH cenderung fluktuaktif dan masih pada batas pH netral, kemudian mengalami peningkatan terus menerus sampai hari ke-60 (Gambar 3).

Gambar 3 Grafik nilai pH pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50, ( ) UG20TM100dan (---) kisaran optimum untuk budidaya udang galah.

0,00 6,00 12,00 18,00 24,00 30,00 36,00

0 10 20 30 40 50 60

S

UH

U

(

OC)

Hari

Ke-0,00 3,00 6,00 9,00

0 10 20 30 40 50 60

pH

(20)

Ke-8

Oksigen Terlarut

Pada kedua perlakuan (perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100) terlihat dinamika kadar oksigen terlarut memiliki pola yang berbeda yaitu di awal penelitian kadar oksigen terlarut cukup tinggi kemudian berfluktuasi pada hari-hari berikutnya (Gambar 4).

Gambar 4 Grafik kadar oksigen terlarut pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 dan ( ) UG20TM100 dan (---) kisaran optimum untuk budidaya udang galah. TAN

Hasil analisis kadar amoniak menunjukkan bahwa pada perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 terus meningkat sampai sampling ke-2 kemudian mengalami fluktuasi pada sampling seterusnya (Gambar 5).

(21)

9

Amoniak

Hasil analisis kadar amoniak menunjukkan bahwa pada perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 memiliki kadar amoniak yang rendah di awal penelitian kemudian mengalami peningkatan pada akhir penelitian, pada perlakuan UG20TM100 menunjukkan hasil yang lebih tinggi. (Gambar 6).

Gambar 6 Grafik kadar amoniak pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 dan ( ) UG20TM100

Nitrit

Hasil analisis kadar nitrit perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 menunjukkan bahwa pada perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 yang cukup tinggi di awal penelitian kemudian mengalami fluktuasi dan memiliki kadar yang hampir sama antara kedua perlakuan. (Gambar 7).

(22)

10

Nitrat

Hasil analisis kadar nitrit perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 menunjukkan bahwa pada perlakuan UG20TM100 dan UG20TM50 memiliki kadar yang tinggi pada awal pemeliharaan kemudian mengalami penurunan pada hari ke-10 dan naik pada hari berikutnya (Gambar 8).

Gambar 8 Grafik Nitrat pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 dan ( ) UG20TM100

Total P ( Air)

Setiap perlakuan Total P (air) perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 terlihat mengalami penurunan sejalan dengan waktu pemeliharaan (Gambar 9).

Gambar 9 Grafik total P (air) pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 dan ( ) UG20TM100.

Total N ( Air)

Setiap perlakuan Total N (air) perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 terlihat bahwa Total N kedua perlakuan mengalami penurunan dan pada hari ke-60 meningkat dari hari ke-30 (Gambar 10).

(23)

11

Gambar 10 Grafik total N (air) pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 dan ( ) UG20TM100.

Alkalinitas

Pada perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100 terlihat bahwa mengalami penurunan sampai dengan hari ke-10 dan pada hari ke-20 terjadi perbedaan perlakuan UG20TM50 naik dan perlakuan UG20TM100 turun. Sebaliknya pada hari ke-30 UG20TM50 turun dan UG20TM100 naik dan keduanya cenderung meningkat pada hari berikutnya (Gambar 11).

Gambar 11 Grafik Alkalinitas pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 dan ( ) UG20TM100.

CO2

Setiap perlakuan (perlakuan UG20TM50 dan UG20TM100) CO2 terlihat

mengalami fluktuasi sampai dengan hari ke-60, namun meskipun berfluktuasi kedua perlakuan menunjukkan hasil CO2 yang cenderung menurun dari awal

pemeliharaan (Gambar 12).

(24)

12

Gambar 12. Grafik CO2 pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan

pada perlakuan padat tebar ( ) UG20TM50 dan ( ) UG20TM100.

Parameter Biologis

Sintasan

Sintasan udang galah pada perlakuan UG20TM50 (75.83±6.29%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (61.67±2.89%), sintasan ikan tambakan pada perlakuan UG20TM50 (80±1.32%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (66.5±2.64%). Uji statistik menyatakan bahwa pada kedua perlakuan tersebut menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) terhadap sintasan. Huruf a dan b menunjukkan bahwa berbeda nyata (Gambar 13).

Keterangan : Perbedaan huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 13 Sintasan budidaya udang galah (A) dan ikan tambakan (B) pada perlakuan padat tebar UG20TM50 ( ) dan UG20TM100 ( ) .

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian udang galah pada perlakuan UG20TM50 (3.02±0.16%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (2.45±0.16%),

(25)

13

laju pertumbuhan harian ikan tambakan pada perlakuan UG20TM50 (2.94±0.25%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (2.28±0.04%). Uji statistik menyatakan bahwa pada kedua perlakuan tersebut menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) terhadap laju pertumbuhan harian. Huruf a dan b menunjukkan bahwa berbeda nyata (Gambar 14).

Keterangan : Perbedaan huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 14 Laju pertumbuhan Harian budidaya udang galah (A) dan ikan tambakan (B)pada perlakuan padat tebar UG20TM50 ( ) dan UG20TM100 ( )

Hasil Produksi

Hasil produksi udang galah pada perlakuan UG20TM50 (3065.44±79.95 g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (2192.72±328.44 g), hasil produksi ikan tambakan pada perlakuan UG20TM100 (14193.53±1383.80 g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM50 (10723.47±975.21 g). Uji statistik menyatakan bahwa pada kedua perlakuan tersebut menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) terhadap hasil produksi. Huruf a dan b menunjukkan bahwa berbeda nyata (Gambar 15).

Keterangan : Perbedaan huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

(26)

14

Pertumbuhan bobot udang galah dan ikan tambakan yang dipelihara selama 60 hari mengalami perbedaan yang nyata dari hari ke-20 dan seterusnya. Laju pertumbuhan bobot yang tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM50 (Gambar 16).

Gambar 16 Grafik Pertumbuhan bobot udang galah (A) dan ikan tambakan (B) pada perlakuan UG20TM50 ( ) dan UG20TM100 ( )

Bobot mutlak udang galah pada perlakuan UG20TM50 (7.13±1.34g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (6.15±0.85g), bobot mutlak ikan tambakan pada perlakuan UG20TM50 (9.28±1.05g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (7.06±0.81g). Uji statistik menyatakan bahwa udang galah pada kedua perlakuan tersebut menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot mutlak, sedangkan pada ikan tambakan menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05). Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Gambar 17).

Keterangan : Perbedaan huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

Kesamaan huruf a dan a menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05)

(27)

15 seterusnya. Laju pertumbuhan bobot panjang tertinggi yaitu pada perlakuan UG20TM50 (Gambar 18).

Gambar 18 Grafik Pertumbuhan panjang udang galah (A) dan ikan tambakan (B) pada perlakuan UG20TM50 ( ) dan UG20TM100 ( ).

Panjang mutlak udang galah pada perlakuan UG20TM50 (8.34 ± 0.62cm) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (5.64 ± 0.90cm), panjang mutlak ikan tambakan pada perlakuan UG20TM50 (8.23±0.60cm) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (6.38±1.13cm). Uji statistik menyatakan bahwa pada kedua perlakuan tersebut menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) terhadap panjang mutlak. Huruf a dan b menunjukkan kedua hasilnya berbeda nyata (Gambar 19).

Keterangan : Perbedaan huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 19 Panjang mutlak udang galah (A) dan ikan tambakan (B) pada perlakuan padat tebar UG20TM50 ( ), dan UG20TM100 ( ) Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)

Efisiensi Pemberian Pakan pada perlakuan UG20TM50 (69.24±1.35%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (52.05±0.85%). Uji statistik menyatakan bahwa pada kedua perlakuan tersebut menunjukkan berbeda nyata

(28)

16

(P<0.05) terhadap sintasan. Huruf a dan b menunjukkan kedua hasilnya berbeda nyata (Gambar 20).

Keterangan : Perbedaan huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 20 Efisiensi Pemberian Pakan udang galah pada perlakuan padat tebar UG20TM50 ( ), dan UG20TM100 ( )

Bobot Akhir Rata-rata

Bobot akhir rata-rata pada perlakuan UG20TM50 (8.13±1.34g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (7.15±0.85g), bobot akhir rata-rata pada perlakuan UG20TM50 (10.73±1.05g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100 (8.51±0.81g). Uji statistik menyatakan bahwa pada kedua perlakuan tersebut menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot akhir rata-rata, dan pada ikan tambakan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05). Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Gambar 21).

Keterangan : Perbedaan huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

Kesamaan huruf a dan a menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05)

(29)

17

Identifikasi Plankton

Berikut merupakan data kisaran plankton pada kolam pemeliharaan udang galah yang dipelihara dengan sistem IMTA dengan sistem padat tebar tambakan yang berbeda.

Tabel 3. Kisaran plankton pada kolam pemeliharaan udang galah pada sistem IMTA dengan padat tebar berbeda

Waktu kelas Kelimpahan

UG20TM50 UG20TM100

Hari ke-0

Fitoplankton

Bacillariophyceae 227.3 40

Chlorophyceae 928 1647.67

Cyanophyceae 30 52.3

Dinophyceae 0.67 0.67

Euglenophyceae 2.3 2.67

Zooplankton

Rotifera 41.67 41.67

Hari ke-30

Fitoplankton

Bacillariophyceae 16.67 38,3

Chlorophyceae 4315 4922

Cyanophyceae 98.67 342.3

Dinophyceae 6.33 6.33

Euglenophyceae 11 10

Zooplankton

Rotifera 105 105

Hari ke-60

Fitoplankton

Bacillariophyceae 6 10

Chlorophyceae 3490 2622

Cyanophyceae 28008 22343

Dinophyceae 1 3

Euglenophyceae 12 15.3

Zooplankton

Rotifera 252 252

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kelimpahan fitoplankton dan

zooplankton pada hari 30 cenderung naik daripada hari 0,dan pada hari ke-60 kelimpahan fitoplankton menurun dibanding hari ke-30 (Tabel 3).

Pembahasan

(30)

18

menurunkan kualitas air dengan cepat, hal ini disebabkan karena meningkatnya limbah organisme pada wadah budidaya. Limbah budidaya pada padat tebar yang tinggi dapat dikurangi dengan sistem resirkulasi menggunakan biofilter untuk menyerap N dan P, sistem tersebut juga dapat meningkatkan kadar oksigen di air. Sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture). IMTA merupakan salah satu system yang ada dalam budidaya laut maupun budidaya air tawar dengan memanfaatkan limbah organisme tingkat trofik level tinggi oleh organisme tingkat trofik level rendah (seperti kerang, rumput laut, tanaman air, tanaman hias air. Perbedaan trofik level, limbah dari satu organisme dapat menjadi sumber energi bagi organisme lainnya, dengan demikian dapat tercipta keseimbangan ekosistem yang lebih baik (Crooker dan Contreras 2010). Sistem IMTA merupakan suatu sistem budidaya yang terpadu dari beberapa organisme yang terhubung dalam satu sistem pengairan. Sistem IMTA diuji untuk melihat efektifitasnya terhadap pengaruh pada kualitas air dengan pengujian suhu, pH, DO, amoniak (NH3-N), nitrit (NO2-N), nitrat

(NO3-N), Total N, Total P, alkalinitas, kesadahan, CO2.

Suhu adalah parameter fisik yang sangat mempengaruhi suatu organisme pada perairan. Setiap organisme memiliki suhu ideal masing-masing. Grafik suhu dalam penelitian ini menunjukkan bahwa selama pemeliharaan 60 hari menunjukkan bahwa suhu berfluktuasi dan terus meningkat dari hari pertama sampai hari ke-30 dan menurun setelahnya. Fluktuasi suhu dapat disebabkan oleh hujan yang menyebabkan suhu menjadi rendah, dan dapat disebabkan panas matahari yang membuat suhu naik. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air (Effendi 2003). Suhu ideal pada udang galah yaitu 25-32°C (Boyd dan Zimmerman 2000). Pemeliharaan pada percobaan ini termasuk kedalam rentang suhu ideal yaitu 28.90–31.67°C, suhu masih pada suhu yang baik untuk udang galah karena masih berada diatas batas bawah dan dibawah batas atas. Kisaran suhu tersebut juga baik untuk ikan tambakan. Suhu berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen pada udang dan ikan tambakan, jika suhu meningkat maka metabolisme dan respirasi udang galah pun meningkat sehingga meningkatkan tingkat oksigen pada udang (Effendi 2003).

(31)

19

pada hari berikutnya nilai pH tersebut masih dapat ditolelir, hal ini dikarenakan titik lethal asam dan basa untuk organisme budidaya adalah pada pH 4 dan 11 (Boyd 1982).

Dissolve Oxygen atau Oksigen terlarut merupakan gas yang terlarut pada perairan dan memiliki peran yang sangat penting untuk kehidupan organisme pada suatu perairan. Grafik Dissolve Oxygen pada penelitian menunjukkan bahwa nilai DO cenderung fluktuatif pada kedua perlakuan, pada awal pemeliharaan perlakuan UG20TM100 menunjukkan nilai DO yang tinggi namun menurun drastis pada hari ke-10 dan naik kembali pada hari ke-20 dan terus turun pada hari berikutnya. Perlakuan UG20TM50 menunjukkan nilai DO pada kisaran 4 mg/L diawal pemeliharaan kemudian naik pada hari ke-20 dan cenderung stabil pada hari berikutnya. Kisaran Optimum kandungan oksigen yang dibutuhkan menurut Boyd and Zimmerman (2000) adalah 3-7 mg/L. Kadar Oksigen pada kolam percobaan masuk pada kisaran optimum pemeliharaan udang galah yaitu pada kisaran 3.83-5.44 mg/L. Kisaran ini juga masih dalam kisaran yang baik untuk ikan tambakan. Nilai DO juga dapat mempengaruhi pertumbuhan karena menurut Boyd (1982) organisme akuatik masih dapat bertahan pada kandungan oksigen terlarut terendah yaitu 1 mg/L namun menyebabkan pertumbuhan yang sangat lambat. Kenaikan DO disebabkan oleh kelimpahan fitoplankton dibandingkan

zooplankton di kolam udang galah dan ikan tambakan sehingga dapat menyuplai DO pada wadah perairan. Jumlah zooplankton sedikit karena pada dasarnya udang galah merupakan hewan nokturnal sehingga pada malam hari naik ke permukaan dan memakan plankton. Penurunan DO terjadi karena banyak hal, salah satu hal yang dapat menurunkan DO adalah konsumsi DO oleh organisme-organisme yang ada pada perairan tersebut.

Amoniak merupakan masalah serius dalam budidaya ikan, khususnya pada sistem resirkulasi, akuarium dan kolam. Amoniak berasal dari pemecahan nitrogen anorganik (urea) dan nitrogen organik (tumbuhan dan hewan yang mati). Amoniak bebas (NH3-N) yang tidak terionisasi (unionized) bersifat sangat toksik

terhadap ikan atau organisme yang terdapat dalam wadah perairan dan dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian (Effendi 2003). Kadar amoniak yang ideal menurut Boyd dan Zimmerman (2000) adalah 0.1-0.3 mg/L. Kadar amoniak pada kolam pemeliharaan termasuk pada kadar ideal untuk ikan tambakan dan udang galah yaitu 0.0004-0.1001 mg/L, kadar amoniak tersebut tidak melebihi batas atas amoniak dan terdapat pada kisaran ideal. Perlakuan UG20TM100 dan UG20TM50 menunjukkan bahwa kedua perlakuan menunjukkan peningkatan kadar amoniak pada hari-hari berikutnya, namun perlakuan UG20TM100 memiliki kadar amoniak tertinggi pada akhir pemeliharaan dan meningkat tajam pada hari ke-50. Peningkatan amoniak kedua perlakuan terjadi karena limbah pada kolam makin menumpuk terus menerus, kadar amoniak pada perlakuan UG20TM100 lebih tinggi karena perlakuan tersebut memiliki jumlah padat tebar yang lebih banyak sehingga jumlah yang limbah yang terdapat pada wadah pun lebih banyak.

Nitrit adalah bentuk peralihan antara amoniak dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) yang memiliki sifat lebih berbahaya daripada ion nitrat. Nitrit (NO2-N) juga beracun terhadap ikan dan

udang karena mampu mengoksidasi (Fe2+) dalam hemoglobin, sehingga

(32)

20

nitrit yang ideal bagi pemeliharaan udang galah adalah pada kisaran 0.1–0.7 mg/L (Boyd dan Zimmerman.2000). Kisaran kadar nitrit selama 60 hari pada perlakuan UG20TM100 dan UG20TM50 adalah 0.019-0.106 mg/L sehingga kisaran nilai nitrit pada pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dalam sistem IMTA masih dalam batas normal. Menurut Pillay (2004) konsentrasi nitrit untuk budidaya sebagian besar jenis ikan diupayakan agar lebih kecil dari 0.1 ppm. Pada grafik (gambar 6) dapat dilihat bahwa perlakuan UG20TM100 lebih besar kadar nitritnya, hal ini diduga bahwa semakin tinggi padat penebaran, maka semakin tinggi limbah dari aktivitas budidaya sehingga amoniak pun meningkat dan berkorelasi dengan meningkatnya nitrit.

Nitrat (NO3-N) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amoniak menjadi nitrit dan nitrat merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob (Effendi 2003). Kadar nitrat pada perairan harus kurang dari 1 mg/L, oleh karena itu kadar nitrat pada kolam pemeliharaan tergolong baik. Pada grafik (Gambar 7) menunjukkan bahwa kedua perlakuan mengalami penurunan kadar nitrat secara signifikan pada hari ke-10 hal ini dikarenakan terdapat proses asimilasi nitrat oleh

fitoplankton dan kangkung air pada kolam, karena unsur N sangat dibutuhkan oleh plankton dan kangkung air yang digunakan sebagai bahan makanan.

Total P menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan (Dugan 1972). Kadar fosfor total pada perairan alami menurut Boyd (1982) jarang melebihi 1 mg/L. Perlakuan UG20TM100 dan UG20TM50 menunjukkan bahwa kedua perlakuan memiliki nilai total P yang tidak melebihi dari 1 mg/L, kisaran total P pada kolam pemeliharaan adalah 0.34-0.99 mg/L. Kedua perlakuan juga memperlihatkan bahwa mengalami penurunan yang signifikan hal ini merupakan indikator bahwa total P termanfaatkan oleh fitoplankton. Unsur P merupakan limiting factor untuk pertumbuhan fitoplankton. Fitoplankton memanfaatkan fosfat sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi fosfat organik (Puspaningsih 2012). Selain itu juga dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman kangkung air sebagai pupuk untuk kesuburan tanaman tersebut.

Total N atau nitrogen total adalah penjumlahan dari nitrogen anorganik yang bersifat larut dan nitrogen organik yang berupa partikulat yang tidak larut dalam air. Nitrogen anorganik terdiri atas ammonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit

(NO2), nitrat (NO3), dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen

organik berupa protein, asam amino dan urea (Puspaningsih 2012). Total nitrogen yang meningkat pada perlakuan UG20TM100 terus meningkat hal ini karena jumlah pakan yang tidak termakan serta tingginya sisa hasil metabolisme ikan yang dikeluarkan ke lingkungan menjadi penyebabnya. Sedangkan nilai total nitrogen pada sampling kedua yang menurun menunjukkan bahwa pakan optimal diserap oleh ikan sehingga hasil buangannya berupa nitrogen jumlahnya sedikit.

(33)

21

perlakuan berkisar 26.693-42.709 mg/L dan relatif stabil. Kadar Alkalinitas tersebut sangat ideal untuk pemeliharaan ikan dan udang galah.

CO2 merupakan gas yang ada pada atmosfer bumi yang berjumlah paling

meningkat karena dekomposisi bahan organik dan respirasi yang dilakukan oleh bakteri.

Hasil dari keseluruhan analisa kualitas air, diketahui suhu, pH, DO, amoniak, nitrit, nitrat,total n,total p, kesadahan, alkalinitas dan kesadahan masih dalam kisaran ideal dan layak untuk budidaya udang galah dan ikan tambakan. Hal ini terjadi karena adanya indikasi bahwa sistem IMTA telah berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Limbah pada sistem budidaya ini seperti amoniak, nitrit, nitrat, total n, total p juga masih dalam batas optimal. Indikator keberhasilan IMTA selain kualitas air adalah parameter biologis yang terdiri dari sintasan, laju pertumbuhan harian, hasil produksi, panjang mutlak, bobot mutlak, dan EPP (Lampiran 1 dan 2).

Sintasan yang ada pada udang galah dan tambakan pada kedua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) (Gambar 13). Udang perlakuan UG20TM50 memiliki sintasan 75.83±6.29% sedangkan perlakuan UG20TM100 memiliki sintasan 61.67±2.88%. Tambakan pada pelakuan UG20TM50 memiliki sintasan yang lebih besar dari UG20TM100, sintasan UG20TM50 yaitu 80±2.64% sedangkan UG20TM100 yaitu 66.5±1.32%. Kedua data ini menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05). Data ini menunjukkan bahwa perlakuan UG20TM50 memiliki jumlah sintasan yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan UG20TM100. Perbedaan jumlah sintasan ini terjadi karena jumlah padat tebar ikan tambakan yang berbeda sehingga menyebabkan pada perlakuan UG20TM100 memiliki jumlah amoniak, dan nitrit lebih tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM50. Amoniak dan nitrit dapat sangat beracun pada udang galah selain itu juga hal ini menyebabkan rendahnya sintasan pada udang galah. Pertumbuhan UG20TM50 lebih besar juga karena kadar DO perlakuan tersebut lebih besar dibanding perlakuan UG20TM100, kadar DO juga sangat mempengaruhi pertumbuhan udang galah dan ikan tambakan.

(34)

22

dapat menyebabkan rusaknya jaringan pada insang sehingga udang mudah terserang penyakit, sedangkan kadar nitrit yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya methemoglobinema yang dapat mengurangi kapasitas transfer oxygen (Figueroa et al. 2007). Hasil produksi udang selama 60 hari pemeliharaan udang galah yang paling tinggi juga terdapat pada perlakuan UG20TM50 yaitu 3065.44±328.44 g sedangkan pada perlakuan UG20TM100 memiliki hasil produksi sejumlah 2192.72±79.95 g. Kedua hasil produksi tersebut berbeda nyata (P<0.05). Sedangkan hasil produksi ikan tambakan juga memiliki hasil yang berbeda nyata (P<0.05) namun hasil produksi UG20TM100 lah yang besar yaitu 14193.53±1383.802 g sedangkan UG20TM50 memiliki hasil produksi 10723.43±975.20 g. Hal ini tentu saja terjadi karena perlakuan UG20TM100 memiliki jumlah padat tebar dua kali lipat dibandingkan perlakuan UG20TM50. Laju pertumbuhan bobot dan laju pertumbuhan panjang udang galah dan tambakan memperlihatkan bahwa perlakuan UG20TM50 memiliki jumlah yang paling tinggi dibandingkan perlakuan UG20TM100. Bobot akhir udang galah dan ikan tambakan perlakuan UG20TM50 memiliki hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan UG20TM100 (P<0.05). Bobot akhir UG20TM50 udang galah yaitu 8.13±0.85 g sedangkan perlakuan UG20TM100 memiliki bobot akhir 7.15±1.34 g. Sedangkan pada ikan tambakan UG20TM50 yaitu 10.73±1.06 g sedangkan perlakuan UG20TM100 memiliki bobot akhir 8.51±0.81 g. Menurut Ali (2007) pemeliharaan udang galah dalam sistem resirkulasi tertutup dengan bobot awal 2.32 g dan kepadatan 200 ekor/m2 yang dipelihara selama 75 hari hanya menghasilkan bobot akhir sebesar 7.5 g. Berdasarkan Nagarathinam (2000), udang galah yang dipelihara dengan kepadatan 10 ekor/m2 selama 180 hari hanya menghasikan bobot akhir sebesar 28.38 g dan sintasan sebesar 58.57%. Hasil bobot akhir pada ikan tambakan pun sangat baik, hal ini karena pertumbuhan ikan tambakan yang sangat lambat. Dalam waktu 60 hari kenaikan bobot ikan tambakan mencapai 9 gram.

Efisiensi Pemberian Pakan merupakan parameter biologis yang penting untuk proses budidaya, hal ini karena dalam dunia budidaya pakan merupakan pengeluaran yang paling besar. Efisiensi pakan menunjukkan banyaknya pakan dan efisiensi penggunaan pakan yang digunakan dan termanfaatkan dari jumlah total pakan yang telah diberikan. Efisiensi pakan pada kedua perlakuan ini tergolong baik dan memiliki hasil yang berbeda nyata satu sama lain ( P<0.05 ). Perlakuan UG20TM100 memiliki EPP yaitu 52.06±6.93% sedangkan perlakuan UG20TM50 memiliki jumlah EPP yang lebih besar yaitu 69.23±8.17%. Jumlah EPP pada perlakuan UG20TM100 lebih rendah karena karena padat penebaran ikan tambakan yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air seperti meningkatnya kadar amoniak, hal tersebut menghambat pertumbuhan dan menimbulkan daya kompetitif tinggi terhadap pakan dan menimbulkan stres. Ikan tambakan tidak terdapat EPP karena tambakan merupakan plankton feeder

sehingga tidak memakan pakan buatan. Pengujian kelimpahan fitoplankton terdapat beberapa jenis fitoplankton dan zooplankton. Pada fitoplankton terdiri dari bacillariophyceae, chlorophyceae, cyanophyceae, dinophyceae, euglenophyceae, dan pada zooplankton terdapat rotifera. Berdasarkan (Tabel 3) menunjukkan bahwa jumlah kelimpahan pada bacillariophyceae, chlorophyceae

menunjukkan hasil yang menurun dari hari ke-0 sampai ke-60, bacillariophyceae, chlorophyceae, cyanophyceae, euglenophyceae merupakan jenis-jenis

(35)

23

2003). Hampir semua jenis fitoplankton dan zooplankton menurun dari hari ke-0 sampai ke ke-60, hal ini merupakan indikator bahwa fitoplankton dan zooplankton

termakan oleh ikan tambakan.

Perlakuan yang lebih baik dari kedua perlakuan adalah perlakuan UG20TM50 hal ini terbukti pada hasil kualitas air yang lebih baik dan pada parameter biologis yang menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Lampiran 3 dan 4). Hasil analisis usaha juga menunjukkan bahwa perlakuan UG20TM50 juga lebih baik dibandingkan perlakuan UG20TM100 (Lampiran 5), selain itu juga data menunjukkan bahwa analisis usaha pada perlakuan penelitian ini lebih baik dibandingkan penelitian terdahulu (Ghifarini 2013) yaitu Rp 277.000,00 selama 72 hari pemeliharaan sedangkan pada penelitian ini yaitu Rp 343.000,00 selama 60 hari pemeliharaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pemeliharaan udang galah dan tambakan pada sistem IMTA selama 60 hari, diketahui bahwa perlakuan dengan kepadatan udang galah 50 ekor dan ikan tambakan 100 ekor yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan sintasan udang galah yaitu (75.83±6.29%), laju pertumbuhan harian (3.02±0.16%), hasil produksi (3065.44±79.95g) dan sintasan tambakan (80±1.32%) laju pertumbuhan harian (2.94±0.25%), dan hasil produksi (10723.47±975.21g). Didukung oleh suhu (28.90–31.67°C), pH (6.50–7.87), DO (4.08–5.7) mg/L, amoniak (0.00010–0.0413) mg/L.

Saran

Perlu dilakukan peninjauan lebih lanjut terhadap sistem IMTA dengan komoditas yang sama, kepadatan yang lebih tinggi dan pemeliharaan udang dengan waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Fauzan. 2007. Growth of Indonesian giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii) in a closed aquaculture system with artificial shelter. Limnotek.

14(1), 29-36.

Allsopp M, Johnston P, Santillo D. 2008. Challenging the Aquaculture Industry on Sustainability: Technical Overview. Washington (US): Greenpeace Research Laboratories Technical.

Boyd C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Amsterdam: Elsevier Scientific.

Boyd C, Zimmerman S. 2000. Grow-out systems – water quality and soil management. Freshwater Prawn Culture: The Farming of Macrobrachium rosenbergii. 14: 221- 238. Oxford (UK): Blackwell Publishing Ltd.

(36)

24

Crooker PC, Contreras JO. 2010. Bioremediation of aquaculture wastes. Current Opinion in Biotechnology. 21:313-317

Dugan, P.R.1972. Biochemical Ecology of Water Pollution. New York-London: Plenum press

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Figueroa J. L. A, Mora G. I, Legaretta I. G, Palafox J. T. F, Bariga Sossa. 2007. Ammonia and nitrite removal rates in a closed recirculating-water system, under three load rates of rainbow trout. Revista Mexicana de Ingenieria Quimica. 6(3): 301-308.

Ghifarini A.F. 2013. Kualitas media budidaya dan produksi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yang dipelihara pada sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) dengan kepadatan berbeda. [skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Hadie L. E., Hadie W., Imron, Khasani I., Listyanto M. 2010. Strategi pengembangan budidaya udang galah GIMACRO. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Handayani T. 2003. Kebiasaan makanan ikan tambakan (Helostoma temminckii)

dan keterkaitannya dengan ketersediaan fitoplankton di danau Sabuah. [tesis] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Data Statistik Perikanan Budidaya. Jakarta.

Nagarathinam N, Kumar J. S. S, Sundararaj V. 2000. Influence of stocking density on growth, production, and survival of Macrobrachium rosenbergii

(de Man) in a monoculture grow-out pond. Indian j. Fish. 47(2): 103-108 Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd ed. Philladelphia (US): Sounders

Company.

Pillay TVR. 2004. Aquaculture and the Environment. Ed ke-2. Oxford (UK): Blackwell Publishing.

Puspaningsih D. 2012. Efisiensi penyisihan limbah N dan P oleh kerang air tawar

(Pilsbryoconcha exilis) sebagai biofilter pada budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan sistem resirkulasi. [tesis] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Yi Y, Lin CK, Diana S. 2003. Hybrid catfish (Clariasmacrocephalusx C. gariepinus) and Nile Tilapia (Oreochromisniloticus) in an integrated pen-cum pond system: growth performance and nutrients budgets. Aquaculture

217: 395-408.

(37)

25

Lampiran 1. Data pertumbuhan udang galah pada sistem IMTA dengan kepadatan yang berbeda.

Perlakuan SR (%) SGR (%) Hasil Produksi (g)

Bobot akhir (g)

Panjang mutlak

(cm)

Bobot mutlak (g)

EPP (%)

UG20TM1 00

61.67 ± 2.88 2.45±0.04 2192.72±79.95 7.15±1.34 5.63±0.90 6.15±1.34 52.06±8.16

UG20TM5 0

75.83±6.29 3.02±0.25 3065.44±328.44 8.13±0.85 8.34±0.62 7.13±0.85 69.23±6.93

Lampiran 2. . Data pertumbuhan Ikan Tambakan pada sistem IMTA dengan kepadatan yang berbeda.

Perlakuan SR (%) SGR (%) Hasil Produksi (g) Bobot akhir

(g)

Panjang mutlak

(cm)

Bobot mutlak

(g) UG20TM1

00

66.5 ± 1.32 2.28 ±0.16 10723.43 ± 1383.802 8.51 ± 0.81 6.37 ±

1.13

7.06 ± 0.81 UG20TM5

0

80 ± 2.64 2.94 ±0.25 14193.53 ± 1383.802 10.73 ± 1.06 8.23 ±

0.62

(38)

26

Lampiran 3. Hasil statistik pertumbuhan udang galah

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

sintasan Equal variances assumed 1.362 .308 -3.545 4 .024 -14.16667 3.99653 -25.26280 -3.07053

Equal variances not assumed -3.545 2.806 .043 -14.16667 3.99653 -27.39656 -.93677

LPH Equal variances assumed 3.731 .126 -3.884 4 .018 -.57557 .14819 -.98701 -.16413

Equal variances not assumed -3.884 2.102 .056 -.57557 .14819 -1.18452 .03338

Produksi Equal variances assumed 2.473 .191 -4.472 4 .011 -872.72167 195.16160 -1414.57713 -330.86621

Equal variances not assumed -4.472 2.236 .038 -872.72167 195.16160 -1632.91634 -112.52699

BM Equal variances assumed .613 .478 -1.070 4 .345 -.98333 .91863 -3.53385 1.56719

Equal variances not assumed -1.070 3.385 .355 -.98333 .91863 -3.72730 1.76063

PM Equal variances assumed 4.468 .102 -6.425 4 .003 -3.62874 .56483 -5.19695 -2.06052

Equal variances not assumed -6.425 2.693 .011 -3.62874 .56483 -5.54788 -1.70959

EPP Equal variances assumed .110 .756 -2.809 4 .048 -16.82667 5.98932 -33.45567 -.19766

(39)

27

Lampiran 4. Hasil statistik pertumbuhan ikan tambakan

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Bobotakhir Equal variances

assumed .613 .478 -1.070 4 .345 -.98333 .91863 -3.53385 1.56719

Equal variances

(40)

28

Sintasan Equal variances assumed 2.400 .196 -7.905 4 .001 -13.50000 1.70783 -18.24168 -8.75832

Equal variances not assumed -7.905 2.941 .005 -13.50000 1.70783 -18.99708 -8.00292

LPH Equal variances assumed .017 .902 -5.099 4 .007 -.66000 .12944 -1.01939 -.30061

Equal variances not assumed -5.099 4.000 .007 -.66000 .12944 -1.01939 -.30061

Produksi Equal variances assumed .286 .621 3.683 4 .021 3658.63333 993.44227 900.39540 6416.87127

Equal variances not assumed 3.683 3.748 .024 3658.63333 993.44227 825.54467 6491.72200

BM Equal variances assumed .541 .503 -2.878 4 .045 -2.22013 .77140 -4.36187 -.07840

Equal variances not assumed -2.878 3.756 .049 -2.22013 .77140 -4.41795 -.02232

PM Equal variances assumed 1.901 .240 -2.489 4 .068 -1.85167 .74394 -3.91719 .21385

(41)

29

Lampiran 5. Analisis usaha

uraian perlakuan

UG20TM50 UG20TM100

Komponen satuan harga satuan jumlah total biaya jumlah total biaya

A. Pengeluaran

Udang galah ekor 250 500 125000 500 125000

Tambakan ekor 75 1250 93750 2500 187500

kangkung air kg 13000 0.333333 4333.3333 0.333333 4333.33333

B. Harga pakan dan listrik

Pakan udang galah kg 18.000 3.7 66600 3.2 57600

Listrik bayar/bulan 75000 37500 37500 37500 37500

C. Subtotal pengeluaran

Rp 327183.33 411933.333

D. Penerimaan

Udang galah < 15 g kg 55.000 3.1 170500 2.2 121000

tambakan < 10 g ekor 350 1662 581700

tambakan > 10 g ekor 500 1000 500000

kangkung air kg 20.000 7.87 157400 9.89 197800

E. Subtotal Penerimaan

Rp 670500 702700

F. Margin

(42)
(43)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung tanggal 16 Mei 1992 dari Ayah R. Rosatomo Pinjono dan Ibu Siti Lastyowati. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 1 Kotagajah, Lampung dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur pada tahun 2012. Tahun 2013 penulis melakukan praktek lapangan akuakultur di kelompok petani Masamo, Pekalongan dengan komoditas ikan lele masamo. Penulis juga pernah menjadi Asisten mata kuliah Dasar – dasar genetika semester ganjil 2012, asisten Fisika Kimia Perairan semester genap tahun ajaran 2013, dan Manajemen kualitas air semester genap tahun ajaran 2013. Penulis aktif dalam organisasi kampus dan pernah menjadi staff BEM TPB tahun 2010, staff marketing UKM CENTURY tahun 2010, wakil Ketua Umum HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) tahun 2011, wakil Manager UKM CENTURY tahun 2011, ketua bidang pengembangan daerah OMDA Lampung tahun 2011, kepala divisi kewirausahaan HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) tahun 2012, direktur bisnis dan kemitraan BEM KM IPB tahun 2013 – 2014. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi

diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DAN IKAN TAMBAKAN

Gambar

Tabel 1 Alat pengukuran kualitas air pada kolam pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan
Tabel 2 Kisaran nilai kualitas air budidaya udang galah pada perlakuan padat tebar UG20TM50 dan UG20TM100
Gambar 2  Grafik suhu pada media budidaya udang galah dan ikan tambakan pada
Gambar 4  Grafik kadar oksigen terlarut pada media budidaya udang galah dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi kepada perusahaan dan konsumen mengenai pengaruh dari kualitas pelayanan yang dilakukan oleh

Di Kecamatan Kedungkandang ditemukan jenis talas ± talasan yang berasal dari genus Colocasia yaitu: Talas Bentul putih, Talas Bentul dan Talas Bentul hitam yang dapat

Sementara itu, saran untuk pengembangan produk lebih lanjut antara lain (1) pengembangan perangkat pembelajaran yang berbasis learning cycle 7e ini masih terbatas pada

Informasi tentang proses pengembangan media diorama papercraft yang diperoleh dari deskripsi masing-masing tahap pengembangan, Informasi tentang kualitas media diorama

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata kemampuan number sense siswa kelas VII-A sebelum dan sesudah diterapkannya metode tutor sebaya,

Profit Rate untuk kegiatan usahatani nanas madu adalah 200%, sedangkan tingkat inflasi Kalimantan Tengah pada 1 periode musim tanam yaitu musim tanam yang dimulai dari bulan Juni

Oleh karena itu, alumni prodi D3 Humas UNJ sesuai dengan syarat-atau kriteria professional, yakni memiliki kemampuan teknis dan operasional yang ditetapkan dalam

pihak Universitas PGRI Palembang dan LPPKMK pada khususnya karena telah mempercayai SMAN 1 OKU sebagai salah satu sekolah yang memfasilitasi Dosen di Universitas