• Tidak ada hasil yang ditemukan

Planning on Environmental Education Tour Programme Based on The Perception and Preferences of School Aged Children at PT. Pusri Palembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Planning on Environmental Education Tour Programme Based on The Perception and Preferences of School Aged Children at PT. Pusri Palembang."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN

BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK

USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG

LENNY YUSRINI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(4)
(5)

RINGKASAN

LENNY YUSRINI. Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah di PT. Pusri Palembang. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan DWI HASTUTI.

Pendidikan lingkungan bertujuan merubah sikap dan perilaku seseorang terhadap interaksinya dengan lingkungan. Agar sikap dan perilaku positif terhadap lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka pendidikan lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain dimulai pada anak usia sekolah. Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang tidak singkat. Dengan menanamkan pendidikan lingkungan sejak usia sekolah diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku mereka dan terbawa hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat tercipta generasi yang merupakan agen perubahan (agent of change) yang mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan alam dan lingkungan.

Dalam usaha menciptakan generasi muda yang mencintai lingkungan, program pendidikan lingkungan yang akan dibuat sebaiknya memperhatikan kebutuhan dan keinginan peserta (anak usia sekolah) serta bersifat nyata (concrete learning). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak usia sekolah, dengan memperhatikan aspek persepsi dan preferensi mereka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan responden adalah anak usia sekolah dasar yang berada di area ring I PT. Pusri. Jumlah responden adalah 120 orang. Penentuan responden dilakukan dengan teknik pengambilan sampel sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, wawancara, observasi, dan studi literatur. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Penyusunan perencanaan program wisata dilakukan dengan melakukan sintesis terhadap data persepsi, preferensi, dan daya tarik wisata PT. Pusri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Pusri memiliki daya tarik sebagai destinasi wisata pendidikan lingkungan. Baik persepsi maupun preferensi anak dominan berada pada kategori sedang sehingga program yang disusun berupaya untuk meningkatkannya menjadi baik. Tidak terdapat perbedaan persepsi maupun preferensi terhadap lingkungan yang nyata antara anak laki-laki dan perempuan, dan antara anak kelas 1-3 SD dengan kelas 4-6 SD. Perencanaan program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri disusun dengan tema utama envi-edu tour (wisata pendidikan lingkungan) yang meliputi kombinasi kegiatan pemutaran film pendek, ceramah di kelas, outing class, dan permainan.

(6)
(7)

SUMMARY

LENNY YUSRINI. Planning on Environmental Education Tour Programme Based on The Perception and Preferences of School Aged Children at PT. Pusri Palembang. Supervised by E.K.S. HARINI MUNTASIB and DWI HASTUTI.

Environmental education is aimed to change someone’s attitude and

behavior towards one’s interaction with the environment. Since the

education is not a short term period, the education needs to start as early as possible. By applying an early environmental education, it is hoped to create a positive attitude and behavior towards the environment. The final outcome is to create a generation which become agent of change that are able to be the driving force in creating the balance of nature and environment.

The education programme needs to be created with the attention to the needs and wants of the participants (in this case; school-aged children) combined with a concrete learning. One of the activities that the children love is a trip or tour. This activities can be combined with the environmental education so that it can become a fun and effective programme.

The objective of this research is to develop a planning for an environmental education tour programme based on the needs of the school-aged children by paying attention to their perception and preferences towards the environment. The research used qualitative descriptive methods. Samples were the elementary school children located in the Ring I of PT. Pusri. Number of samples are 120 children which were purposively chosen using the random sampling method. Data were collected using questionnaire, interviews, observations and desk study. Data was analyzed using the qualitative descriptive method. The development of the tour planning programme then was created by synthetizing the perception, preferences, and the point of interests of PT. Pusri.

The result of this research showed that PT. Pusri is potential as the destination of environmental education. There is no significant differences of the perception and preferences towards the environment between the boys and the girls, and between the grade 1-3 children and grade 4-6 children. Both the perception and preferences of the children were dominantly at the level of moderate so the program will be created to increase this level into good. The planning of the environmental education tour program were created by combining the classroom method (films and lecture), field trip, and fun games. This research showed that a factory with its activities can be a destination for an environmental education tour for elementary shool children.

(8)

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)
(10)
(11)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN

BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK

USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(12)
(13)

Judul Tesis : Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan

Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang

Nama : Lenny Yusrini NIM : E352100021

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS Ketua

Dr Ir Dwi Hastuti, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

Dr Ir Ricky Avenzora, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 30 Desember 2013

(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah perencanaan program wisata, dengan judul Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Dr Ir Dwi Hastuti, MSc selaku pembimbing.

2. Bapak Dr Ir Ricky Avenzora, MSc selaku Ketua Program Studi MEJ.

3. Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud selaku penguji luar komisi pada ujian tesis.

4. Manajemen PT. Pusri, dalam hal ini Bagian Hubungan Masyarakat (Humas), Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), dan Yayasan Pendidikan PT. Pusri (Yapensri).

5. Para kepala sekolah, para guru dan adik-adik di sekolah contoh yang telah membantu pengumpulan data.

6. Keluarga tercinta, suami Haryanto, anak-anak Cinta dan Dimas, orang tua Bapak Hatta dan Ibu Erlin, dan kakak serta adik-adik atas dukungannya yang luar biasa, dan segala doa dan kasih sayangnya.

7. Teman-teman MEJ 2010 atas dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Kerangka Pikir 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Perencanaan Wisata 5

Pendidikan Lingkungan 7

Perkembangan Anak 16

Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan 19

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 21

3 METODE 21

Rancangan Penelitian 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Populasi dan Contoh 22

Analisis Data 27

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Gambaran Umum PT. Pusri dan Sekitarnya 29

Daya Tarik Wisata PT. Pusri 31

Persepsi Anak Usia SD 38

Preferensi Anak Usia SD 43

Rekomendasi Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan 44

5 SIMPULAN DAN SARAN 56

DAFTAR PUSTAKA 56

(16)

DAFTAR TABEL

1 Kompetensi dasar siswa SD terkait lingkungan 9

2 Strategi dan metode belajar 16

3 Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget 17

4 Perkembangan anak 17

5 Durasi attention span anak usia SD 18

6 Daftar sekolah contoh 22

7 Data primer 24

8 Data sekunder 24

9 Komposisi contoh 31

10 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri 31 11 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri 33

12 Perkembangan pabrik PT. Pusri 34

13 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang lingkungan 39 14 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang PT. Pusri 40 15 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap lingkungan 40 16 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap PT. Pusri 41 17 Sebaran contoh menurut konasi anak terhadap lingkungan 41 18 Persepsi ideal anak tentang kawasan wisata pendidikan lingkungan 42 19 Sebaran contoh menurut tingkat persepsi anak terhadap lingkungan 42 20 Sebaran contoh menurut tingkat preferensi anak terhadap

lingkungan 43

21 Misi program wisata pendidikan lingkungan 44

22 Perencanaan pada pengelolaan dan kawasan 45

23 Zonasi di kawasan 45

24 Tujuan program menurut persepsi dan preferensi 46 25 Indikator keberhasilan program wisata pendidikan lingkungan 47 26 Program envi-edu tour untuk anak kelas 1-3 dengan daya tarik

pupuk dan danau buatan 49

27 Program envi-edu tour untuk anak kelas 4-6 dengan daya tarik pupuk, instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi 50

28 Skenario I 51

(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 4

2 Pemanfaatan lahan 30

3 Sebaran daya tarik wisata PT. Pusri 32

4 Papan interpretasi dan kondisi mini zoo 36

5 Kondisi mini zoo 36

6 Danau buatan 1 dan pulau mini 37

7 Danau buatan 2 38

8 Proses pembentukan persepsi terhadap lingkungan 39

9 Rute perjalanan skenario I 53

(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan). Kegiatan wisata dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan pendidikan lingkungan yang bertujuan untuk merubah aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar (Bhuiyan, Islam, Siwar, Ismail 2010). Agar sikap dan perilaku positif terhadap lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka pendidikan lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain dimulai pada anak usia sekolah dasar (SD). Dengan menanamkan pendidikan lingkungan sejak usia SD diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku mereka dan terbawa hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat tercipta generasi yang merupakan agen perubahan (agent of change) yang mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan alam dan lingkungan.

Minimnya kawasan yang dapat menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan menjadi salah satu kendala bagi sekolah dalam menerapkan pembelajaran praktek tentang pendidikan lingkungan. Kawasan yang dapat menjadi destinasi sebagian besar adalah kawasan yang dikelola secara mandiri (swasta) dengan mengenakan biaya masuk yang cukup tinggi sehingga menjadi beban bagi sekolah-sekolah. Hal ini berimbas kepada kurangnya pembelajaran secara langsung dan interaksi anak dengan alam karena pembelajaran dilakukan sebagian besar di dalam kelas saja. Untuk itu perlu dilakukan upaya mencari alternatif destinasi pendidikan lingkungan yang memiliki sumber daya yang memadai serta tidak membebani sekolah secara keuangan. Salah satu kawasan yang dapat dijadikan destinasi adalah kawasan industri yang ruang lingkupnya berkaitan dengan sumber daya alam. Pemilihan kawasan industri sebagai lokasi kegiatan wisata pendidikan lingkungan salah satunya disebabkan oleh pendidikan lingkungan tidak hanya merupakan tanggung jawab pihak sekolah atau aktivis lingkungan. Semua elemen masyarakat memiliki tanggung jawab moral yang sama dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan ketrampilan tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang ada.

(20)

misalnya pemberian pelatihan bagi pedagang, pemberian paket sembako menjelang bulan puasa, dan lain-lain. Kegiatan yang bersifat insidental antara lain lomba foto dan menggambar kawasan PT. Pusri. Kegiatan-kegiatan ini diselenggarakan tanpa melibatkan langsung sarana dan prasarana kawasan pabrik.

Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sesuai dengan perundang-undangan tersebut maka PT. Pusri memiliki tanggung jawab sosial dalam memperhatikan aspek sosial dan lingkungan di luar perusahaan. Terkait dengan hal tersebut maka dalam kebijakan perusahaannya PT. Pusri menempatkan berbagai isu yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari laporan tahunan dan strategi jangka panjang. Sebagai implementasinya, Code of Conduct PT. Pusri menyebutkan upaya komitmen jangka panjang terhadap masyarakat sekitar sehingga tatanan sosial dan ekonomi masyarakat senantiasa terlindungi dan sedapat mungkin ditingkatkan

Dengan melaksanakan kegiatan wisata pendidikan lingkungan secara berkelanjutan di kawasannnya menunjukkan tanggung jawab PT. Pusri terhadap masyarakat di sekitarnya, khususnya dalam pengembangan kapasitas manusia di bidang pendidikan dan pelestarian lingkungan jangka panjang. Selain itu, dengan menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan, PT. Pusri dapat memiliki kesempatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bidang kerja dan aktivitas PT. Pusri sebagai produsen pupuk dan bahan kimia lainnya menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia, khususnya bidang pertanian serta aktivitas tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat maupun lingkungan.

Memahami siapa yang menjadi sasaran pendidikan lingkungan sebelum membuat program sangat penting agar isi materi dapat dipahami sesuai dengan kemampuan peserta yang menjadi sasaran. Penelitian ini berupaya memadukan antara kegiatan wisata dan pendidikan lingkungan yang dikemas dengan memperhatikan kebutuhan peserta dengan lokasi kegiatan merupakan kawasan industri yang berada di sekitar lingkungan peserta. Untuk itu, penelitian terkait dengan pendidikan lingkungan yang dapat diselenggarakan di kawasan PT. Pusri penting dilakukan, agar PT. Pusri dapat menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan yang menarik dan terjangkau bagi sekolah-sekolah, sekaligus berperan aktif dalam membangun generasi pelestari lingkungan dan menunjukkan kepada masyarakat bentuk nyata partisipasi PT. Pusri dalam meningkatkan pembangunan kapasitas masyarakat.

Perumusan Masalah

(21)

Pusri dengan sendirinya akan berdampak pada bidang sosial, ekonomi dan lingkungan di masyarakat sekitar kawasan industri ini berdiri. Oleh karena itu PT. Pusri memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan masyarakat sekitar baik dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya sebagaimana yang dinyatakan dalam UU 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74. Untuk itu dibutuhkan kegiatan yang tidak hanya bersifat bantuan sosial, tetapi juga yang bersifat berkelanjutan dan melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk masyarakat sekitar adalah menyelenggarakan kegiatan pendidikan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui kegiatan tersebut PT. Pusri dapat memberikan citra positif kepada masyarakat Sumatera Selatan pada umumnya. Kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan PT. Pusri dalam memberikan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. PT. Pusri juga dapat berperan dalam menciptakan generasi baru yang sadar akan pelestarian lingkungan.

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang. Untuk itu, perlu diteliti juga hal-hal sebagai berikut :

1. Apakah yang menjadi daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata pendidikan lingkungan?

2. Bagaimanakah persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan lingkungan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata pendidikan lingkungan.

2. Mengetahui persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan.

3. Menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan persepsi dan preferensi anak usia SD di PT. Pusri Palembang.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai inovasi program wisata pendidikan lingkungan yang spesifik lokasi dengan mempertimbangkan potensi daya tarik yang ada dan persepsi dan preferensi anak usia SD. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa :

(22)

2. Masukan bagi penyelenggara kegiatan wisata pendidikan bagi anak usia SD, baik di sekolah maupun di luar sekolah serta pihak-pihak lain yang memerlukannya dalam merancang wisata pendidikan lingkungan.

Kerangka Pikir

Pembuatan program wisata selalu diawali dengan langkah mendasar yaitu perencanaan. Melalui perencanaan wisata akan tergali informasi terkait dengan aspek penyedia sarana (supply), dalam hal ini adalah PT. Pusri dan aspek permintaan (demand), yaitu sasaran program (anak usia sekolah). Kawasan PT. Pusri seluas 170,31 ha dapat dijadikan destinasi wisata pendidikan lingkungan. Sebagai industri yang bergerak di bidang pupuk dan bahan kimia, akan digali potensi lain yang dimiliki sehingga penyelenggaraan program wisata dapat bervariasi.

Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan Birnbaum 2010). Dimopoulos, Paraskevospoulos dan Pantis (2008) mengatakan bahwa pendidikan lingkungan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dan membuat struktur sosial baru, baik dengan partisipasi sederhana maupun kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan kawasan secara berkelanjutan. Pendidikan lingkungan non formal dapat diberikan seawal mungkin dalam daur hidup manusia, dimulai pada tahap anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini maka peneliti merumuskan kerangka pemikiran seperti ditampilkan pada Gambar 1.

(23)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Wisata

Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dinyatakan bahwa wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Perjalanan merupakan istilah umum yang dilekatkan pada wisata, sehingga Coltman (1989) mendefinisikan wisata sebagai perjalanan yang melingkar, dimulai dari suatu titik tertentu dan pada akhirnya berakhir di tempat itu juga dengan mengikuti rencana perjalanan (itinerary) tertentu.

Wisata merupakan suatu produk yang unik karena terdiri atas komponen yang bersifat nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Komponen yang nyata contohnya antara lain adalah makanan yang disajikan di suatu rumah makan, atau perlengkapan kamar di suatu hotel. Sementara komponen yang tidak nyata misalnya adalah kualitas pelayanan dari suatu perusahaan penerbangan, atau pemandangan indah di pegunungan. Manfaat dari komponen tidak nyata tidak secara langsung diperoleh oleh pengguna tetapi baru dapat dirasakan setelah pengguna melakukan kegiatan tersebut. Dengan kata lain, produk wisata merupakan kombinasi dari berbagai komponen yang memberikan pengalaman dan kepuasan total bagi konsumen (Coltman 1989). Hal ini menyebabkan wisata harus dikemas secara menarik agar dapat menarik perhatian calon penggunanya. Upaya untuk mengupayakan kemasan yang menarik dan sesuai dengan keinginan pengguna dilakukan melalui kegiatan perencanaan yang baik.

Perencanaan merupakan fungsi pertama dan yang paling mendasar dalam manajemen. Terkait dengan wisata, perencanaan yang baik dapat menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan penyelenggaraan kegiatan. Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang perencana. Pendekatan perencanaan wisata apapun yang digunakan oleh seorang perencana, pembuatan suatu program wisata pada dasarnya menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan cita rasa seni dari perencana tersebut agar dapat menciptakan program yang menarik. Program wisata yang menarik akan berujung pada keputusan membeli produk, yang merupakan harapan dari semua perencana wisata.

(24)

Proses Perencanaan Program Wisata

Perencanaan bukan merupakan suatu kegiatan yang tetap. Perencanaan yang baik harus terus berlangsung selama program tersebut berjalan sehingga merupakan sebuah proses. Mengacu pada Fiatiano (2009), perencanaan wisata bukan merupakan bentuk persiapan saja, tetapi merupakan proses yang berlangsung terus-menerus sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan program-program selanjutnya. Perencanaan wisata menurut Fiatiano (2009) meliputi :

1 Penentuan visi dan misi

Kegiatan ini merupakan titik awal dari proses perencanaan. Pernyataan visi menggambarkan sasaran jangka panjang dari suatu program. Pernyataan ini menggambarkan posisi yang diinginkan yang dapat membantu memusatkan dan mengarahkan kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Pernyataan misi menggambarkan bagaimana suatu program akan bergerak menuju visinya. Visi program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri harus dapat menggambarkan upaya PT. Pusri membangun kesadaran dan kecintaan anak terhadap lingkungan yang indah dan lestari .

2 Tujuan

Tujuan program menjawab pertanyaan yang dikenal dengan 5W2H, yaitu 1) What (program apa yang akan dibuat?); 2) Why (mengapa program ini perlu dibuat?); 3) Who (siapa saja yang terlibat dalam program ini, baik sebagai pelaksana maupun peserta?); 4) Where (di mana program ini dapat dilaksanakan?); 5) When (kapan program ini dapat dilaksanakan?); 6) How (bagaimana program dapat dilaksanakan?); 7) How much (berapa besar biaya yang dibutuhkan?).

Tujuan dapat diukur pencapaiannya. Beberapa area yang dapat dijadikan pengukuran antara lain :

a. Kehadiran, yang diukur dengan jumlah peserta

b. Pertumbuhan program yang diukur dengan jumlah kegiatan yang diselenggarakan

c. Mutu program yang diukur dengan tanggapan dari peserta d. Kepuasan peserta yang diukur dari jumlah keluhan. 3 Observasi dan pengumpulan data

Tahap ini digunakan untuk menganalisis potensi dan kondisi yang ada di destinasi. Diawali dengan identifikasi dan observasi pada kawasan destinasi. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan menghubungkan antara rumusan tujuan dengan kondisi yang ada di lapangan. Yang diobservasi adalah semua masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan. Untuk mempermudah pekerjaan observasi maka dapat digunakan alat bantu atau instrumen. Berbagai data yang diperoleh melalui observasi kemudian diolah dan dianalisis. Tahapan ini digunakan untuk menentukan strategi pencapaian tujuan, mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul, dan mencari alternatif yang mungkin dapat diambil.

4 Disain produk

(25)

5. Pengujian dan operasional

Sebelum dilaksanakan, perencanaan yang telah dibuat diujicobakan untuk memperoleh umpan balik. Pengujian meliputi pengujian kemampuan pelaksanaan di lapangan dan pengujian terhadap respon pasar.

6. Evaluasi

Hasil umpan balik kemudian dievaluasi dan jika dianggap telah memenuhi harapan maka program dapat dijalankan.

7. Disain akhir

Hasil evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang diperlukan. Hasilnya merupakan produk yang siap ditawarkan kepada pasar.

Pada penelitian ini, proses perencanaan dibatasi pada tahap disain produk karena keterbatasan kemampuan peneliti.

.

Pendidikan Lingkungan

UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Penggabungan kata “pendidikan” dan “lingkungan” membangkitkan rasa ingin tahu mengenai mengapa, kapan, dan apa tujuan kedua kata ini dipadankan. Jawabannya terentang mulai dari kepentingan individu hingga kepentingan global. Penggunaan istilah pendidikan lingkungan pertama kali pada level internasional menurut Palmer dan Neal (1994) adalah pada pertemuan The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) di Paris pada tahun 1948. Sejak saat itu semakin banyak para ahli dan praktisi yang mencoba untuk mendefinisikan istilah ini, terlebih ketika semakin banyak peristiwa kritis yang terjadi di dunia yang diketahui dan dipublikasikan. IUCN (1970) mendefinisikan pendidikan lingkungan sebagai suatu proses pengenalan nilai-nilai dan memperjelas konsep dalam rangka mengembangkan keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterhubungan antara manusia, kebudayaannya, dan lingkungan biofisiknya.

Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan Birnbaum 2010). Menurut Dimopoulos et al. (2008), pendidikan lingkungan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dan membuat struktur sosial baru, baik dengan partisipasi sederhana maupun kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan.

(26)

akan menyentuh seseorang dan akan menjadi bagian dari dirinya sampai dia dewasa (Crowell 2001).

Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar dinding sekolah. Beberapa hal yang dapat diterapkan dalam pendidikan lingkungan adalah :

1. Pesan harus dibuat sederhana. Orang akan lebih cepat merespon gagasan yang jelas dan mudah dilaksanakan, sehingga pesan harus fokus pada satu gagasan saja dan mudah dimengerti.

2. Orang akan merespon pada pesan yang langsung terkait dengan dirinya. Untuk itu, buatlah pesan yang secara langsung terkait dengan individu.

3. Orang akan merespon pada gagasan jika mereka mengetahui tindakan apa yang dapat mereka lakukan kemudian. Pesan harus meminta individu untuk berbuat sesuatu.

Pesan yang terlalu rumit justru tidak akan mencapai sasaran karena tidak dimengerti anak (Newton 2001). Selain menyederhanakan pesan, pendidikan lingkungan sebaiknya memperhatikan sisi penerima pesan. Pesan pendidikan lingkungan yang tidak memperhatikan siapa sasarannya tidak akan berhasil dengan baik karena program yang dibuat belum tentu sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan anak dalam menyerap pesan. Caro et al. (2003) menemukan bahwa anak-anak yang dididik sejak dini memperoleh pengaruh yang kuat dan jangka panjang terhadap lingkungan alam.

Sekolah dan Pendidikan Lingkungan

Menyadari pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini, maka Inggris sejak tahun 1990 telah mencantumkan pendidikan lingkungan dalam kurikulum nasionalnya. Pada implementasinya, pendidikan lingkungan di Inggris tidak disampaikan melalui satu pendekatan atau metode pengajaran, tetapi melalui pendekatan yang bervariasi (Blum 2008). Perencanaan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kurikulum mengacu kepada tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu :

- Pendidikan tentang lingkungan - Pendidikan untuk lingkungan

- Pendidikan di atau melalui lingkungan

Pendidikan tentang lingkungan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan memahami nilai-nilai serta perilaku. Pendidikan untuk lingkungan mendorong siswa untuk mengeksplorasi respon pribadi mereka terhadap lingkungan dan hubungan dengan lingkungan serta isu lingkungan. Hal ini terkait dengan pengembangan perilaku dan nilai-nilai, termasuk elemen pemahaman dan perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan. Pendidikan di atau melalui lingkungan menggunakan lingkungan sebagai sumber untuk pembelajaran. Lingkungan menjadi sumber yang mendorong pengembangan pengetahuan dan pemahaman sekaligus keterampilan.

(27)

Tindak lanjut pemerintah terkait pendidikan lingkungan dibuktikan dengan Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 0142/U/1996 dan Nomor Kep:89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Mei 1996. Dilanjutkan dengan Memorandum Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dengan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05/VI/KB/2005 dan Keputusan Nomor 07/MenLH/06/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pada keputusan bersama ini ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang ada.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, pendidikan lingkungan terintegrasi dalam mata pelajaran kelas I hingga kelas VI SD. Standar kompetensi dan kompetensi dasar siswa SD yang terkait dengan pendidikan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Kompetensi dasar siswa SD terkait dengan lingkungan Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I Sains Mengenal cara

II IPS Memahami kedudukan

(28)

Lanjutan.

Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sains Mengenal bagian-bagian

utama tubuh hewan dan tumbuhan. utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah

III IPS Memahami lingkungan sekitar dan melaksanakan kerja sama di sekitar rumah dan sekolah

Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah. Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah.

Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah.

(29)

Lanjutan.

Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menjelaskan cara menjaga IV Sains Memahami hubungan

(30)

Lanjutan.

(31)

Lanjutan.

Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar V Sains Memahami cara tumbuhan

hijau membuat makanan

Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan.

Mendeskripsikan

ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan.

Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan

Mengidentifikasi

penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu penggunaan sumber daya alam.

antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya.

Mendeskripsikan

hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya .

Mendeskripsikan

hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya. Memahami pengaruh

(32)

Lanjutan.

Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan

lingkungan.

Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan

lingkungan. Memahami pentingnya

pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah kepunahan.

Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan.

Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat.

Wisata Pendidikan Lingkungan

Menurut Bhuiyan, Islam, Siwar dan Ismail (2010), pariwisata memiliki berbagai segmentasi, antara lain memberikan kesempatan bekerja, pengembangan sosial dan budaya, pembelajaran secara alami, alat untuk pembangunan berkelanjutan, serta peningkatan kewaspadaan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kegiatan pariwisata dapat dijadikan salah satu alat untuk menyampaikan kegiatan pendidikan lingkungan. Wisata pendidikan disampaikan melalui program-program pendidikan dan diharapkan dapat merubah aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar (Bhuiyan et al. 2010).

Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar tembok sekolah. Salah satu bentuk program pendidikan lingkungan non formal yang dapat digunakan adalah wisata pendidikan.

Metode Pembelajaran

Secara umum, tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada kawasan taksonomi tujuan pembelajaran Bloom (1952) dalam Uno (2001) yang meliputi kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Uno ( 2001) menyatakan bahwa kawasan kognitif merupakan kawasan yang membahas tentang tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang terdiri atas enam tingkatan, yaitu :

(33)

Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali informasi yang pernah diperolehnya.

2. Tingkat pemahaman

Pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu tentang pengetahuan yang pernah diterimanya dengan caranya sendiri.

3. Tingkat penerapan

Penerapan dikatakan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah sehari-hari.

4. Tingkat analisis

Merupakan kemampuan seseorang dalam menganalisa permasalahan. 5. Tingkat sintesis

Tingkatan ini merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6. Tingkat evaluasi

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Kawasan afektif merupakan domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Sama seperti kawasan kognitif, kawasan afektif juga tersusun secara hirarkis sebagai berikut :

1. Kemauan menerima

Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Misalnya, keinginan membaca buku atau mendengarkan musik.

2. Kemauan menanggapi

Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti mentaati peraturan, menyelesaikan tugas, atau menolong orang lain.

3. Berkeyakinan

Berkeyakinan diartikan sebagai kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu, misalnya kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial. 4. Mengorganisasi

Mengorganisasi berkaitan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, atau menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan masalah.

5. Pembentukan pola

Pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.

(34)

Van den Ban dan Hawkins (2005) menyampaikan strategi dan metode untuk mencapai tujuan belajar seperti pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Strategi dan metode belajar

Sifat Tujuan Belajar Strategi Metode yang Disukai

Mengetahui (kognitif) Alih informasi (dari luar)

Publikasi dan rekomendasi dari media massa, ceramah, selebaran, dialog yang diarahkan. Sikap (afektif) Belajar dari

pengalaman (informasi dari dalam)

Diskusi kelompok, dialog tidak diarahkan, simulasi, dan film

Tindakan/melakukan (psikomotorik)

Latihan dan keterampilan

Metode yang mendorong tindakan=latihan, persiapan dengan demonstrasi, atau film demonstrasi.

Perkembangan Anak

Perkembangan bukan sekadar berarti penambahan ukuran tinggi atau berat badan pada seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks (Nurihsan dan Agustin 2011). Teori perkembangan anak membantu peneliti untuk memusatkan perhatian pada apa yang akan diteliti pada anak. Tiap teori perkembangan akan menjadi bingkai kerja dalam meneliti perkembangan anak. Masing-masing teori menjadi referensi yang berbeda-beda dalam menginterpretasikan data dan fakta. Perilaku anak tidak dapat diteliti hanya dengan satu teori karena perilaku anak sangat kompleks.

Beberapa teori yang digunakan untuk menyusun dan menjelaskan fakta tentang perkembangan anak menurut Fabes dan Martin (2003) adalah :

1. Teori berdasarkan biologi

Teori ini menekankan perkembangan anak berdasarkan faktor-faktor dan proses biologis yang diwariskan. Teori ini juga mengasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan warisan mempengaruhi perilaku.

2. Teori psikoanalisis

Teori psikoanalisis diawali dengan keyakinan bahwa sebagian besar penyebab perilaku adalah dorongan bawah sadar yang berasal dari pikiran seseorang. 3. Teori berdasarkan lingkungan

Teori ini menyatakan bahwa lingkungan dimana seseorang tinggal dan apa yang dialaminya merupakan faktor penentu dalam perilaku. Menurut teori ini, perubahan perilaku terjadi ketika terjadi perubahan lingkungan. Penelitian tentang perkembangan berdasarkan lingkungan fokus pada faktor-faktor yang menentukan bagaimana perilaku berubah sebagai respon dari peristiwa sehari-hari.

4. Teori berdasarkan kognisi

(35)

dari waktu ke waktu dan pengaruhnya terhadap perkembangan. Teori ini menganggap bahwa seseorang haus akan pemahaman terhadap dunia di sekelilingnya.

Ketika anak berinteraksi dengan dunianya maka konsepsi anak tentang dunia akan berubah. Menurut Piaget (dalam Fabes dan Martin 2003) kecerdasan anak mengalami perubahan dramatis sepanjang waktu. Perubahan ini sangat nyata sehingga dinyatakan oleh Piaget sebagai tahapan perkembangan kognitif anak. Tahapan ini berjalan berkelanjutan dan tidak bisa diulang. Artinya, setelah melewati tahap tertentu maka si anak tidak dapat kembali lagi ke tahap pemikiran awal. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget seperti ditunjukkan pada Tabel 3 adalah : 1) Tahap sensorimotor, 2) Tahap preoperasional, 3) Tahap operasional konkrit, 4) Tahap operational formal.

Tabel 3 Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget

Tahap Usia Perkembangan

Sensorimotor 0-2 tahun Pengetahuan motorik Orientasi saat kini Preoperasional 2-7 tahun Representasi simbolik

Perencanaan

Pemikiran egosentris

Pemikiran dan pemecahan masalah berdasarkan persepsi dan tampilan Operasional konkrit 7-11 tahun Penggunaan logika dalam pemecahan

masalah

Logika digunakan hanya pada benda dan peristiwa nyata

Operasional formal Di atas 11 tahun

Logika berlaku pada masalah hipotetis dan abstrak

Perhatian terhadap konsep seperti keadilan dan persamaan

Setiap pembagian dalam rentang hidup manusia dalam suatu periode merupakan sebuah gagasan mengenai kenyataan alamiah yang diterima luas oleh anggota masyarakat pada suatu waktu tertentu. Papalia et al. (2005) membagi periode perkembangan manusia menjadi : 1) periode prenatal (sejak dalam kandungan hingga dilahirkan), 2) bayi dan batita (bayi hingga usia 3 tahun), 3) kanak-kanak awal (usia 3 sampai 6 tahun), 4) kanak-kanak (usia 6 sampai 11 tahun), 5) remaja (usia 11 hingga 20 tahun), 6) dewasa muda (usia 20 sampai 40 tahun), 7) dewasa (usia 40 sampai 65 tahun), dan 8) lanjut usia (65 tahun lebih). Perkembangan secara rinci dari anak usia sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan anak Periode Usia Perkembangan Fisik Perkembangan

Kognitif

Perkembangan Psikososial 6-11 tahun Kekuatan dan

ketrampilan atletis meningkat.

(36)

Lanjutan.

Periode Usia Perkembangan Fisik Perkembangan Kognitif

Perkembangan Psikososial 11-20 tahun Pertumbuhan fisik

dan perubahan lain semakin cepat.

Kemampuan berfikir secara abstrak dan penggunaan alasan ilmiah berkembang.

Pencarian identitas. Hubungan dengan orang tua umumnya baik.

Kelompok sebaya memberi pengaruh positif atau negatif.

Anak usia 7 tahun memasuki masa ketika mereka dapat berpikir dengan menggunakan alasan untuk memecahkan masalah konkrit. Anak pada usia ini mampu berpikir secara logis karena mereka dapat mengambil berbagai aspek situasi dan menganalisanya. Pemikiran terbatas hanya pada situasi nyata pada saat sekarang.

Konsentrasi pada Anak

Lamanya anak dapat berkonsentrasi pada suatu subyek dikenal dengan istilah attention span menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun program wisata pendidikan lingkungan untuk anak. Durasi attention span diperhitungkan supaya informasi yang diberikan tidak terbuang sia-sia dan anak tetap mendapatkan kegembiraan dalam kegiatannya (Farhani 2012).

Berapa lama seorang anak dapat berkonsentrasi biasanya tergantung pada usianya. Rata-rata attention span pada anak adalah antara 3 hingga 5 menit per tahun usianya (Farhani 2012). Seorang anak yang berusia 10 tahun memiliki lama attention span sekitar 30 menit sampai 50 menit. Pada Tabel 5 di bawah ini terlihat durasi attention span anak usia SD.

Tabel 5 Durasi attention span anak usia SD

Usia (tahun) Durasi (dalam menit)

7 21-35

8 24-40

9 27-45

10 30-50

11 33-55

12 36-60

Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan

Persepsi terhadap Lingkungan

(37)

datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera atau sistem sensoriknya. Input terhadap sistem sensorik ini juga disebut dengan stimulus. Prasetijo dan Ihalauw (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang terdiri atas (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya, ekspektasi atau pengharapannya. Faktor eksternal terdiri atas tampakan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan.

Litterer (Asngari, 1984) berpandangan bahwa ada keinginan atas kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat hidupnya, dan mengetahui makna dari informasi yang diterimanya. Orang bertindak sebagian dilandasi oleh persepsi mereka pada suatu situasi. Pengalaman akan berperan pada persepsi orang tersebut. Persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau tindakan. Walaupun seseorang hanya mendapat bagian-bagian informasi, dengan cepat disusunnya menjadi suatu gambaran yang menyeluruh.

Persepsi dapat berubah-ubah atau bersifat dinamis. Apa yang menyebabkan persepsi seseorang berubah dan mengapa perlu diketahui jika kita ingin merubah persepsi. Proses perubahan persepsi yang pertama disebabkan oleh proses fisiologik, yaitu dari sistem syaraf pada indera manusia (Sarwono 1992). Misalnya seseorang yang baru pindah rumah yang berdekatan dengan timbunan sampah. Pada awalnya dia sangat terganggu dengan bau sampah tersebut. Tetapi lama-kelamaan bau tersebut seolah-olah tidak tercium lagi. Proses perubahan persepsi yang kedua adalah proses perubahan persepsi secara psikologik. Proses ini antara lain muncul pada pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap merupakan proses yang penting terutama dalam bidang pelestarian dan kecintaan terhadap lingkungan.

Kesan yang dimiliki seseorang terhadap ekosistem merupakan dasar untuk persepsinya terhadap lingkungan. Persepsi membentuk proses pengambilan keputusan yang akan menuju pada tindakan terhadap ekosistem. Persepsi terhadap lingkungan juga sangat terkait dengan budaya dimana seseorang tinggal. Sarwono (1992) menyatakan bahwa terdapat dua cara pendekatan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan. Pendekatan pertama disebut dengan pendekatan konvensional. Pada pendekatan ini persepsi dikatakan sebagai suatu keadaan dimana individu memperoleh rangsangan dari luar melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan). Penerimaan ini kemudian disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf (otak) sehingga manusia dapat mengenali dan menilai obyek-obyek. Aktivitas mengenali obyek merupakan aktivitas mental yang disebut juga sebagai aktivitas kognisi. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekologik. Gibson (dalam Sarwono 1992) berpendapat bahwa persepsi terjadi secara langsung, spontan dan holistik. Spontanitas ini terjadi karena setiap individu selalu melibatkan obyek-obyek yang ada dalam lingkungannya, dan obyek tersebut menonjolkan sifat-sifatnya yang khas bagi individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, sebuah pohon yang rindang menampilkan makna yang khas bagi individu yang berbeda. Bagi manusia, pohon ini akan menjadi tempat berteduh. Sementara bagi burung pohon menjadi tempat tinggalnya. Makna yang berbeda akan diterima oleh individu lainnya.

(38)

pemikiran. Proses afeksi meliputi perasaan dan emosi, keinginan, dan nilai-nilai tentang lingkungan. Proses konasi meliputi tindakan atau perlakuan terhadap lingkungan sebagai respon dari prosen kognisi dan afeksi. Persepsi anak sekolah terhadap lingkungan merupakan hasil bentukan dari proses kognisi, afeksi dan konasi. Berdasarkan teori ini, maka dapat dikatakan bahwa untuk mengukur tingkat persepsi anak usia sekolah terhadap lingkungan dilakukan melalui pengukuran indikator pemahaman anak usia sekolah pada proses kognisi, afeksi dan konasi.

Preferensi terhadap Lingkungan

Masih terkait dengan persepsi adalah bagaimana seseorang menilai keindahan lingkungan. Misalnya ada orang yang menganggap pasar terapung di sungai-sungai di Kalimantan sebagai sesuatu yang menarik sementara bagi orang lain hal tersebut dianggap semrawut dan kotor. Cara pandang yang berbeda ini ternyata sangat dipengaruhi oleh preferensi (kesukaan) yang berbeda-beda. Fisher (1984) menyatakan bahwa preferensi terhadap lingkungan ditentukan oleh :

1. Keteraturan. Seseorang lebih menyukai tanaman yang terpelihara teratur dan rapi.

2. Tekstur, yaitu kasar-lembutnya pemandangan. Seseorang akan lebih menyukai pemandangan yang lembut seperti hamparan kebun bunga daripada padang pasir yang gersang.

3. Keakraban dengan lingkungan. Lingkungan yang menjadi bagian sehari-hari seseorang (misalnya lingkungan tempat tinggal atau tempat-tempat yang sering dikunjungi) lebih disukai daripada lingkungan yang asing atau belum pernah dikunjungi.

4. Keluasan ruang pandang. Seseorang akan lebih menyukai lingkungan yang ruang pandangnya luas daripada yang sempit. Ini menjelaskan mengapa seseorang lebih memilih kamar hotel yang menghadap ke pemandangan di luar hotel (taman, pantai, gunung) daripada kamar hotel yang tidak.

5. Kemajemukan rangsang. Semakin banyak elemen dalam suatu pemandangan akan semakin disukai.

6. Misteri atau kerahasiaan yang tersembunyi. Misalnya, gua, tebing, atau pantai yang berasal dari berabad-abad yang lampau dianggap mengandung misteri sehingga menarik.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(39)

Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah turut serta dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam panduan ISO 26000, dinyatakan bahwa bisnis yang berkelanjutan dari suatu perusahaan tidak hanya berarti menyediakan produk dan jasa yang memuaskan konsumen dan tidak membahayakan lingkungan, tetapi juga berarti beroperasi dalam perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.

Perilaku tanggung jawab sosial yang diterapkan oleh banyak perusahaan timbul karena tekanan dari berbagai pihak seperti pelanggan, konsumen, pemerintah, LSM dan masyarakat secara umum. Prinsip-prinsip tanggung jawab sosial semakin banyak dideklarasikan oleh berbagai perusahaan. Intinya adalah bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip ini ke dalam praktek perusahaan secara efektif dan efisien.

Dalam dokumen ISO 26000 dinyatakan bahwa karakteristik inti dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah memasukkan pertimbangan sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam implementasinya, tang ung jawab sosial sering dilekatkan dengan pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena tanggung jawab sosial dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.

3

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat serta bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki (Nazir 1999). Sumanto (1995) menyatakan bahwa penelitian deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi apa yang ada, misalnya tentang kondisi yang ada, pendapat yang sedang tumbuh atau proses yang sedang berlangsung.

Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan penelitian sebagai berikut : 1. Tahap awal

(40)

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan instrumen dan pengumpulan data. 3. Tahap akhir

Setelah data diperoleh dan dikelompokkan, maka langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data. Langkah ini meliputi : 1) Editing, yaitu memilih data yang lengkap dan valid; 2) Tabulasi, yaitu kegiatan mengelompokkan data sesuai kategori dan kebutuhannya untuk mempermudah proses analisis; 3) Klasifikasi, yaitu data dipilih sesuai kebutuhan analisis; 4) Analisis, merupakan kegiatan perhitungan olahan data berdasarkan metode yang telah disusun dan sesuai dengan tujuan penelitian; 5) Sintesis, yaitu menggunakan hasil analisis data untuk kemudian dijadikan dasar pembuatan program sesuai dengan tujuan penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan PT. Pusri Palembang. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) karena merupakan kawasan yang dianggap memiliki fasilitas dan sumber daya yang sesuai untuk kegiatan wisata pendidikan lingkungan. Pupuk merupakan komponen yang sangat dibutuhkan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Pengenalan terhadap pupuk dan manfaatnya perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini. PT. Pusri Palembang merupakan industri terbesar di kota Palembang yang menjadi ikon kota. Anak-anak perlu mengetahui ruang lingkup dan aktivitas pabrik yang berada di kotanya agar memahami kontribusi yang diberikan PT. Pusri dan bahwa aktivitasnya tidak membahayakan lingkungan pabrik. Akses menuju lokasi sangat mudah dicapai dari berbagai penjuru kota.

Pengambilan data dimulai dari bulan Desember 2012 sampai dengan April 2013.

Populasi dan Contoh

Lokasi sekolah yang siswanya menjadi contoh dibatasi pada ring I Pusri, yaitu pada kelurahan yang berbatasan langsung dengan lokasi penelitian yang meliputi SD yang terdapat di Kelurahan 1 Ilir, Kelurahan 3 Ilir, Kelurahan Sungai Buah, dan Kelurahan Sungai Selayur, Palembang. Pembatasan ini karena perencanaan program ini masih merupakan aktivitas pendahuluan dalam penyusunan program wisata pendidikan yang berbasis kebutuhan anak usia SD. Daftar sekolah yang menjadi contoh disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Daftar sekolah contoh

No. Nama Sekolah Jumlah Contoh

1 SD YSP PUSRI 15

2 SDN 197 15

3 SDN 198 15

4 SDN 199 15

5 SDN 204 15

(41)

Lanjutan.

7 SDN 206 15

8 SDN 213 15

Total 120

Penentuan contoh dilakukan dengan teknik pengambilan purposive sampling, yaitu anak yang telah dipilihkan oleh sekolah masing-masing. Banyaknya contoh yang dijadikan contoh penelitian didasarkan pada tingkat representatif dan heterogenitas yang diharapkan dari populasi penelitian. Ketersediaan waktu, biaya dan tenaga juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan jumlah contoh. Penentuan jumlah contoh penelitian menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n = { N/[1 + N(e)2]}, dimana n = ukuran contoh N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian ditentukan sebesar 9 persen. Dari sekolah-sekolah contoh diperoleh jumlah populasi sebanyak 2586 anak. Berdasarkan rumus Slovin diperoleh jumlah contoh sebagai berikut :

n = { 2586/[1 + 2586(0,09)2]} n = 2586/21,9466

n = 117,83

Mengingat bahwa yang menjadi contoh adalah anak usia SD, maka jumlah angket yang disebar dibulatkan menjadi 120 angket untuk mengantisipasi angket rusak.

Pada kategori kelas, anak dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok anak kelas 1-3 dan kelompok kelas 4-6. Pembagian ini untuk mempermudah pengumpulan data sekaligus untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi dan preferensi antara anak kelas 1-3 dan kelas 4-6. Pengelompokan contoh juga dilakukan dalam kategori jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi dan preferensi terhadap lingkungan antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

Pengumpulan Data

Data

Data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka (Arikunto 2006). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan kombinasi antara data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau kata-kata, baik tentang suatu keadaan, proses, peristiwa atau kejadian yang ada. Sedangkan data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka sebagai hasil observasi atau pengukuran (Widoyo 2012).

(42)

sumber lain (informan kunci) seperti guru di sekolah diperoleh melalui wawancara. Cakupan data primer berupa data kuantitatif, yaitu jawaban yang berbentuk angka atas pertanyaan terstruktur pada angket, serta data kualitatif yaitu data penjelas yang diamati dari contoh dalam bentuk penjelasan atau keterangan. Data kualitatif digolongkan dalam tiga kategori, yaitu 1) hasil pengamatan; 2) hasil wawancara mendalam; dan 3) bahan tulisan berupa petikan atau keseluruhan dari dokumen atau kasus historis. Data sekunder diperoleh dari instansi seperti Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) untuk mengidentifikasi sekolah-sekolah yang ada pada wilayah penelitian serta dari manajemen (Humas, Litbang dan Yayasan Pendidikan) PT. Pusri untuk mengetahui data tentang kawasan, kebijakan dan SDM.

Data dan informasi yang dibutuhkan antara lain mengenai karakteristik anak usia SD, persepsi mereka tentang lingkungan dan preferensi mereka terhadap pendidikan lingkungan secara rinci disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Data primer

Variabel Aspek yang dikaji Sumber data Metode Karakteristik

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain adalah kebijakan PT. Pusri terkait dengan pendidikan lingkungan, dan pelaksanaan PLH di sekolah yang berada dalam lingkup batasan penelitian seperti yang terdapat dalam Tabel 8.

Tabel 8 Data sekunder

Variabel Aspek yang dikaji Sumber data Metode Kebijakan

PLH di sekolah - Kurikulum - Pelaksanaan PLH

Untuk memperoleh data yang diinginkan maka pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut :

(43)

Pengumpulan data dengan metode angket dilakukan untuk mengetahui sosok diri para siswa, menggali pemahaman para siswa mengenai lingkungan serta mengetahui preferensi mereka. Pemberian angket kepada para contoh dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kelompok kelas 1-3 SD dan kelas 4-6 SD. Pembagian contoh ke dalam dua kelompok ini dimaksudkan untuk mempermudah pemanduan terhadap siswa. Mengingat pemahaman siswa kelas rendah terhadap angket masih kurang, maka peneliti membacakan butir-butir pernyataan angket kepada contoh kelompok kelas 1-3. Sementara contoh kelompok kelas 4-6 mengerjakan angket secara mandiri.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah atau guru yang dianggap kompeten. Metode ini menggunakan panduan wawancara terstruktur dimana daftar pertanyaan dengan jawaban terbuka telah disiapkan oleh peneliti. Bentuk pertanyaan yang diajukan terkait dengan pendapat atau nilai sehingga jawaban yang akan diberikan diharapkan dapat memberikan gambaran kepada peneliti mengenai hal yang dipikirkan terhadap pendidikan lingkungan.

3. Pengamatan Lapangan

Untuk mengumpulkan data mengenai potensi kawasan PT. Pusri sebagai destinasi wisata pendidikan lingkungan, maka dilakukan juga pengamatan langsung terhadap kawasan. Melalui metode ini akan diperoleh informasi tentang aksesibilitas, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi obyek yang akan menjadi bagian dari program wisata pendidikan lingkungan.

4. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah ada dalam dokumen. Telaah pustaka dan dokumen dilakukan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi PT. Pusri serta kebijakan perusahaan terkait tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar. Metode ini juga digunakan untuk mengidentifikasi jumlah sekolah yang menjadi sasaran penelitian beserta lokasinya.

(44)

Butir pertanyaan pada kawasan afeksi pada angket diukur dalam lima subskala, yaitu 1) kemauan menerima, merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, 2) kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, 3) berkeyakinan, dimaksudkan sebagai sikap yang berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Misalnya menunjukkan kepercayaan atau apresiasi terhadap sesuatu, 4) mengorganisasi, berkaitan dengan penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai yang lebih tinggi, 5) pembentukan pola, merupakan tingkatan afeksi tertinggi (Uno et al. 2001). Sementara butir pertanyaan pada aspek konasi difokuskan pada impuls untuk berbuat sesuatu yang mendukung pelestarian lingkungan.

Validitas dan Reliabilitas

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid juga. Widoyoko (2012) mengatakan bahwa untuk instrumen non tes yang mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruk (construct validity).

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana instrumen mengukur suatu konsep dari teori yang menjadi dasar pengukuran instrumen. Untuk itu dibutuhkan pembahasan mengenai teori tentang variabel yang akan diukur. Setelah itu dirumuskan definisi konseptual dan definisi operasional, kemudian indikator yang akan diukur. Dari indikator tersebut akan dijabarkan menjadi butir-butir instrumen dalam bentuk pernyataan ataupun pertanyaan.

Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan pendapat para ahli, dalam hal ini Komisi Pembimbing. Setelah pengujian konstruk oleh para ahli maka dilakukan uji coba di lapangan. Contoh uji coba berjumlah 30 siswa dari salah satu sekolah yang karakternya mendekati karakter sekolah contoh.

Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Instrumen penelitian dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau konsisten apabila diujikan berkali-kali. Pada penelitian ini, baik uji validitas maupun uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Dengan menggunakan SPSS, analisis dapat dilakukan untuk validitas dan reliabilitas instrumen sekaligus. Sebelum melakukan analisis, instrumen telah disusun berdasarkan teori tentang variabel yang akan diteliti. Urutan langkah analisis menggunakan SPSS adalah : 1) membuka program; 2) memasukkan data; 3) mengolah data; dan 4) menganalisis output.

(45)

Analisis Data

Analisis data merupakan usaha memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab pertanyaan pokok. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008), ada tiga langkah penting dalam analisis data, yaitu 1) identifikasi apa yang ada dalam data; 2) melihat pola; 3) membuat interpretasi.

Data utama yang terkumpul diolah melalui proses tabulasi dan pengelompokan data untuk dijadikan sumber data. Lalu data tersebut dianalisis secara deskriptif melalui penyajian dalam bentuk tabel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

Analisis Daya Tarik Wisata Pendidikan Lingkungan PT. Pusri

Sumber daya yang ada di PT.Pusri dianalisis secara deskriptif kualitatis berdasarkan data hasil observasi dan wawancara. Data diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan jalurnya, manfaat dan kegunaan, peran serta informasi penting lainnya yang disesuaikan dengan kategori usia anak. Selain itu, potensi sumber daya ini juga dikelompokkan dalam kategori sumber daya utama, dan sumber daya penunjang. Hasil dari analisis ini digunakan untuk menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan.

Analisis Persepsi dan Preferensi Anak Usia SD

Untuk mengetahui persepsi dan preferensi anak usia SD tentang lingkungan dilakukan analisis deskriptif kuantitatif. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert, yaitu skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang tentang suatu variabel (Djaali dan Muljono, 2004) dengan menggunakan model empat pilihan (skala 4). Pemilihan model skala 4 dilakukan mengingat contoh adalah siswa SD sehingga diharapkan agar angket mampu mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap contoh. Selain itu model 4 pilihan untuk menghindari kecenderungan contoh memilih jawaban ragu-ragu atau netral (Widoyoko 2012). Setiap pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban.

Jawaban anak kemudian ditabulasi. Tabel menyajikan persentase contoh yang memilih tiap alternatif untuk setiap butir pernyataan. Jawaban contoh dikelompokkan dalam tiga kategori persepsi dan preferensi, yaitu :

1. Baik; jika skor jawaban berada pada selang atas 2. Sedang; jika skor jawaban berada pada selang tengah 3. Rendah; jika skor jawaban berada pada selang bawah

Penentuan selang dilakukan mengacu pada Nazir (1999) dengan cara sebagai berikut :

ST = ± SD

SA = > ST s.d. skor max SB = < ST s.d. skor min

Keterangan :

ST = selang tengah

Skor min = jumlah skor terendah dari semua butir jawaban angket skor min + skor max-skor min

(46)

Skor max = jumlah skor tertinggi dari semua butir jawaban angket SA = selang atas

SB = selang bawah

SD = standar deviasi = simpangan baku

SD =

S2 dimana n

S2 =

X = jumlah skor tiap contoh n = jumlah contoh

Jawaban anak juga akan dianalisis untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi dan preferensi anak berdasarkan kelompok kelas dan berdasarkan jenis kelamin. Uji beda yang digunakan mengacu pada Nazir (1999), yaitu uji beda t dengan dua mean independen dengan rumus :

Keterangan :

Xa = rata-rata kelompok a Xb = rata-rata kelompok b Sp = standar deviasi gabungan Sa = Standar deviasi kelompok a Sb = Standar deviasi kelompok b na = banyaknya sampel di kelompok a nb = banyaknya sampel di kelompok b df = na + nb -2

Hipotesis yang diterapkan pada penelitian ini adalah : Hipotesis 1 (persepsi):

H0 = tidak terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan anak kelas 4-6.

H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan anak kelas 4-6.

H0 = tidak terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

Hipotesis 2 (preferensi) :

H0 = tidak terdapat perbedaan preferensi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan anak kelas 4-6.

∑X2

Gambar

Tabel 4  Perkembangan anak
Gambar 3  Sebaran daya tarik wisata PT. Pusri
Gambar 5  Kondisi mini zoo
Tabel 13  Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang lingkungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bab III, Ayat (1) dan (2) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat Dalam

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini diuji melalui kriteria sebagai berikut: jika koefisien korelasi ( ρ ) ≥ 0,80, maka hipotesis penelitian diterima yang artinya

“Kami terus berupaya memuli- hkan pariwisata di Bali khususnya di Kabupaten Badung, salah satunya dengan upaya percepatan penanggulangan COVID-19 mela- lui pelaksanaan

Ekosistem lamun juga dikenal dengan istilah padang lamun (Seagrass bed), yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, yang terbentuk

Setelah dilakukan analisis data dalam penelitian ini melalui SPSS, hasil pengolahan data membuktikan bahwa seluruh variabel yang ada di dalam kepercayaan merek (brand

Aplikasi sel punca mesensimal pada tendon Achilles sendiri tidak hanya meningkatkan ekspresi skleraksis sebagai penanda tenocyte yang terjadi, akan tetapi dalam

25 (2) Dalam hal pengajuan keberatan tidak dapat dipertimbangkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepala Dinas dalam waktu paling lama 14 hari kerja sejak tanggal

Variabel penelitian ini adalah kinerja guru SMKN 2 Pinrang dengan dimensi sebagai berikut: (1) kinerja guru SMKN 2 Pinrang dalam menyusun perencanaan program