• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Hardiness Antara Pria dan Wanita Karo Penyintas Bencana Gunung Sinabung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Hardiness Antara Pria dan Wanita Karo Penyintas Bencana Gunung Sinabung"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran A

Alat Ukur Uji Coba &

(2)

1. Alat Ukur Uji Coba Skala Psikologi

Petunjuk Pengisian

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan kemungkinan keadaan yang anda alami selama menjadi pengungsi. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti, kemudian tuliskanlah angka yang paling menggambarkan diri anda sebagai pengungsi yang berada di posko pengungsian ini, di kolom yang telah disediakan.

1 = sangat tidak sesuai

2 = tidak sesuai

3 = sesuai

4 = sangat sesuai

1. Dalam menjalani sebuah hubungan dengan oranglain, saya pasrah kepada nasib.__

2. Saya tetap optimis dengan hidup saya , walaupun situasi yang tidak nyaman di pengungsian. __

3. Saya tidak percaya kepada takdir, karena keadaan yang terjadi saat ini hanyalah sementara saja. __

4. Saya optimis, dapat berubah kearah yang lebih baik. __ 5. Saya pesimis dengan keadaan yang saya alami saat ini. __ 6. Sudah memang takdir saya mengalami kejadian seperti ini. __

7. Ada perbedaan yang terjadi, ketika saya berusaha sebaik mungkin.__

8. Masyarakat biasa sekalipun dapat memberi dampak kepada politik dari pemerintah. __ 9. Tanpa adanya bayaran yang tepat, sulit untuk berhasil di bidang saya. __

10.saya tetap bisa berfikir positif walaupun keadaan sulit yang terjadi saat ini. __ 11.Saya yakin ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian seperti ini. __

(3)

13.Keadaan sulit saat ini, membuat saya berfikiran negatif dengan keadaan saya. __ 14.Saya merasa tidak ada hikmahnya dari keadaan sulit yang terjadi saat ini. __

15.Saya dapat bersabar walaupun beban saya bertambah selama berada di pengungsian. __ 16.Saya tetap tenang walaupun mengetahui Gunung Sinabung kembali meletus. __

17.Saya kembali bersedih jika mengingat kembali kejadian meletusnya Gunung Sinabung. __

18.Saya mudah terpancing emosi, ketika menghadapi situasi di pengungsian. __ 19.Saya sulit menahan emosi, ketika melihat kehidupan saya saat ini. __

20.Saya merasa jika saya orang yang mandiri, saya akan kesulitan dan menjadi frustasi. __ 21.Saya tetap percaya bahwa saya mampu melewati kejadian sulit saat ini. __

22.Saya tidak minder dengan kondisi yang saya alami saat ini. __ 23.Saya tidak percaya diri untuk menghadapi masalah saya. __ 24.Tinggal lama di pengungsian, membuat saya tidak percaya diri. __

25.Saya tahu alasannya kenapa saya melakukan hal-hal yang saya kerjakan. __

26.Jika dekat dengan oranglain, maka saya punya kewajiban untuk menolong mereka. __ 27.Meskipun dengan situasi yang sulit, saya tetap bisa mencari kegiatan. __

28.Apapun saat ini saya kerjakan, agar saya bisa menghadapi masalah di pengungsian. __ 29.Masalah yang saya hadapi akibat erupsi Sinabung, membuat saya hilang arah. __ 30.Akibat erupsi Sinabung, saya bingung harus melakukan apa. __

31.Saya tidak yakin dengan kehidupan yang saya alami saat ini. __

32.Saya selalu bersemangat bangun pagi untuk memulai kegiatan hari ini. __

33.Saya orang yang tidak mudah menyerah, walaupun sudah lama tinggal di pengungsian. __ 34.Walaupun berada di pengungsian, saya tetap semangat untuk bangun pagi. __

35.saya pasrah dengan keadaan yang ada di pengungsian. __

36.Kondisi di pengungsian, membuat saya putus asa untuk kembali bekerja. __

37.Masalah yang terjadi di dalam keluarga, membuat saya tidak semangat untuk mencari nafkah. __

38.Saya rela mengorbankan keuangan saya jika ada sesuatu yang menantang datang. __ 39.Menghadapi situasi baru adalah prioritas penting dalam hidup saya. __

(4)

41.Saya mulai belajar hal yang baru selama berada di pengungsian. __

42.Saya tidak akan segan – segan untuk mencoba pekerjaan yang lain untuk menyambung kehidupan saya. __

43.Kehidupan yang saya alami saat ini akan membaik dengan sendirinya. __ 44.Saya sulit melakukan kegiatan diluar rutinitas saya. __

45.Tidak bisa melakukan apa-apa, tidak masalah bagi saya. __

46.Saya menerima perubahan kondisi yang terjadi akibat dari erupsi Gunung Sinabung. __ 47.Tidak menjadi masalah dalam hidup saya, walaupun kondisi saya berbeda dengan yang

dulu. __

48.Saya senang hal-hal yang baru muncul selama berada di pengungsian ini. __ 49.Meskipun situasi sulit selama berada di pengungsian, saya tetap dapat senang. __ 50.Saya tidak suka dengan perubahan kondisi yang saya alami karena erupsi Sinabung. __ 51.Saya tidak suka hal-hal yang baru muncul selama berada di pengungsian. __

(5)

2. Alat Ukur Penelitian Skala Psikologi

Nama : Marga :

Jenis kelamin : ( L/ P) Umur :

Jumlah anak : Asal desa :

Status perkawinan : ( nikah / cerai ) Agama :

Pendidikan : Lama di pengungsi:

Petunjuk Pengisian

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan kemungkinan keadaan yang anda alami selama menjadi pengungsi. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti, kemudian tuliskanlah angka yang paling menggambarkan diri anda sebagai pengungsi yang berada di posko pengungsian ini, di kolom yang telah disediakan.

1 = sangat tidak sesuai

2 = tidak sesuai

3 = sesuai

(6)

1. saya tetap bisa berfikir positif walaupun keadaan sulit yang terjadi selama berada di posko ini. __

2. Saya yakin ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian meletusnya Gunung Sinabung. __

3. Saya tetap bersyukur, walaupun saya menghadapi keadaan yang sulit saat ini. __ 4. Keadaan sulit saat ini, membuat saya berfikiran negatif dengan keadaan saya. __

5. Saya dapat bersabar walaupun beban saya bertambah selama berada di pengungsian. __ 6. Saya tetap tenang walaupun mengetahui Gunung Sinabung kembali erupsi. __

7. Saya mudah terpancing emosi, ketika menghadapi situasi di pengungsian. __ 8. Saya sulit menahan emosi, ketika melihat kehidupan saya saat ini. __

9. Saya tetap percaya bahwa saya mampu melewati kejadian sulit saat ini. __

10.Saya tidak percaya diri untuk menghadapi setiap masalah yang saya hadapai selama berada di pengungsian ini. __

11.Tinggal lama di pengungsian, membuat saya tidak percaya diri. __ 12.Meskipun dengan situasi yang sulit, saya tetap bisa mencari kegiatan. __

13.Masalah yang saya hadapi akibat erupsi Sinabung, membuat saya hilang arah. __ 14.Saya selalu bersemangat bangun pagi untuk memulai kegiatan hari ini. __

15.saya pasrah dengan keadaan yang ada di pengungsian. __

16.Saya merasa terganggu ketika saya harus menyimpang/mengerjakannya tidak sesuai dari rutinitas yang telah saya tetapkan. __

17.Saya sulit melakukan kegiatan diluar rutinitas/jadwal saya. __

(7)
(8)

Lampiran B

(9)
(10)
(11)

Lampiran C

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

VAR00013 71,98 46,377 ,658 ,910 VAR00014 72,13 47,627 ,432 ,914 VAR00015 71,78 43,463 ,734 ,907 VAR00016 71,78 44,129 ,739 ,907 VAR00017 72,20 48,828 ,302 ,915 VAR00018 72,24 47,742 ,452 ,913 VAR00019 71,78 43,774 ,696 ,908 VAR00020 72,11 47,743 ,349 ,915 VAR00021 71,78 44,129 ,739 ,907 VAR00022 71,78 47,152 ,354 ,916 VAR00023 71,80 44,250 ,684 ,909 VAR00024 72,39 48,510 ,261 ,917

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N % Cases Valid 46 100,0

Excludeda 0 ,0 Total 46 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

(18)
(19)

Lampiran D

(20)

Nama Jenis Kelamin Umur Agama Jumlah

Anak Asal Desa Status Perkawinan Pendidikan

(21)
(22)

N Sembiring Laki -laki 36 Kristen 5 Sukanalu Nikah SMA 3 A Sitepu Laki -laki 38 Islam 2 Sukanalu Nikah SMP 3 S Karo Laki -laki 38 Kristen 2 Sukanalu Nikah SD 3

R Sembiring Laki -laki 42 Kristen 4 Sukanalu Nikah SD 3 M Sembiring Laki -laki 39 Islam 3 Sukanalu Nikah SMA 3 M Sitepu Laki -laki 40 Kristen 3 Sukanalu Nikah SMP 3 H Sembiring Laki -laki 36 Islam 5 Sukanalu Nikah SD 3

P Ginting Laki -laki 48 Kristen 5 Sukanalu Nikah SMA 3 R Karo Laki -laki 50 Islam 6 Sukanalu Nikah SD 3 K Sitepu Laki -laki 42 Islam 5 Sukanalu Nikah SD 3 B Ginting Laki -laki 50 Kristen 1 Sukanalu Cerai SMA 3

N Sitepu Laki -laki 50 Islam 1 Sukanalu Nikah SD 3 S Sitepu Laki -laki 45 Kristen 6 Sukanalu Nikah SMA 3 J Sitepu Laki -laki 37 Islam 3 Sukanalu Nikah SD 3 D Sitepu Laki -laki 49 Kristen 4 Sukanalu Cerai SD 3

R Sembiring Laki -laki 43 Islam 3 Sukanalu Nikah SMP 3 K Sitepu Laki -laki 40 Kristen 3 Sukanalu Nikah SMP 3 J Ginting Laki -laki 38 Kristen 2 Sukanalu Nikah SMA 3 T Sembiring Laki -laki 46 Islam 4 Sukanalu Nikah SD 3

(23)

Lampiran E

(24)
(25)
(26)

2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3

2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3

3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3

3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3

(27)

Lampiran F

(28)

1. Uji Homogenitas

Variances t-test for Equality of Means

(29)

Group Statistics

JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

kontrol pria 50 20,18 1,466 ,207

wanita 50 23,16 1,695 ,240

komitmen pria 50 19,02 1,270 ,180

wanita 50 21,34 1,547 ,219

tantangan pria 50 12,32 1,518 ,215

(30)

54

DAFTAR PUSTAKA

Adiyuwono, N.S. (2009). Survival Teknik Bertahan Hidup di Alam Bebas. Bandung: Perkasa.

Akuntono,I. (2015, 03 Juni). Status Gunung Sinabung Naik MenjadiAwas.Diperoleh10Oktober2015,darihttp://regional.kompas.com/read/

2015/06/03/10110351/Status-Gunung-Sinabung-Naik-Menjadi-Awas.

Amawidyati, S.A.G & Utami , M.S (2007). Religiusitas dan Psychological Well Being Pada Korban Gempa.Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada.

Ananda, T. (2015, 03 Januari). Gunung Sinabung Meletus Lagi. Diperoleh 19Oktober2015,darihttp://www.tempo.co/read/news/2015/01/03/058632616/ GunungSinabung-Meletus-Lagi.

Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological testing (7th ed.). Upper Saddle River New Jersey: Simon & Schuster / A Viacom Company.

Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, (2001). Bagaimana mengatasi kesenjangan gender. Jakarta: kantor negara

pemberdayaan perempuan.

Bangun, Tridah. (2006). Sifat dan Tabiat Orang Karo. Jakarta: Yayasan Lau Simalem.

Bartone, Paul T. & Robert F. Priest. (2001). Sex differences in hardiness and health among West Point cadets. Senior Research Project in Psychology.

(31)

55

Belmont, K. (May, 2000). Stress, coping, and disturbed eating behaviors at the U.S. Military Academy. Senior Research Project in Psychology. West Point,

New York: Department of Behavioral Sciences and Leadership, U.S. Military Academy.

Damanik, C. (2015, 05 Februari). Pengungsi Sinabung Berharap SegeraDirelokasi.Diperoleh10Oktober2015,darihttp://regional.kompas.com/r

ead/2015/02/05/18100041/Pengungsi.Sinabung.Berharap.Segera.Direlokasi. Dibartolo, Mary, C. (2001). Appraisal, Coping, Hardiness, and Self – Perceived

Health in Spouse Home Caregivers of Persons With Dementia. Disertasi. New Jersey: UMI.

Fakih, Mansour. (1999). Analisa Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gardner , G.T., & Stern, P.C. (2002). Environmental Problem and Human Behavior. Boston: Pearson Custom Publishing.

Ginting,David. (2014 18 juni). Bergerak bersama untuk senyum pengungsi sinabung. Diperoleh 21 Maret 2016.

http://arumba89.com/bergerak-bersama-untuk-senyum-pengungsi-sinabung/

bergerak.bersama.untuk.senyum.pengungsi.sinabung.

Hadi, Sutrisno. (2002). Metodologi Research (Jilid I). Yogyakarta: Andi Offset. Hansen, Carrie. (2000). Is There a Relationship Between Hardiness and Burnout

In Full – Time Staff Nurses versus Per Diem Nurses. Thesis. UMI : Grand

(32)

56

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan. 5 th edition. Erlangga: Jakarta. Heriyanto, Y. (2011). Hardiness Pada Penderita Jntung Koroner. Skripsi.

Purwokerto: F.Psikologi UMP.

Ingranurindani, Bella. (2008). Hubungan antara Strategi Regulasi Emosi secara Kognitif dengan Hardiness pada Ibu Bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi :

Universitas Indonesia.

Juneman. (2010). Psikologi Pelayanan Penyintas Bencana. Merpsy.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyintas. Dalam: http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/.

_________.(2015 30 September).Data Erupsi Pengungsi Gunung Sinabung Kab.Karo.Diperoleh10Oktober2015,dari(http://www.karokab.go.id/in/index.p

hp/gunung-sinabung/datapengungsi/4363-data-pengungsi-erupsi-gunung-sinabung-tgl-30-september-2015.

Kartono, K. (1992). Psikologi Wanita. Jilid 1. Bandung : Mandar Maju.

Karo-karo,S. (2016 Januari 09). Pengungsi Sinabung. Diperoleh 25Maret2016,dari

http://www.mongabay.co.id/tag/pengungsi-sinabung/sinabung;sica tikya g” e gha yutka

Khoemaeni, Samsul. (September 25 2015). Ketika Pengungsi Sinabung Rindu Bertani. Diperoleh 25 januari 2016.

http://news.okezone.com/read/2015/09/25/340/1220587/ketika-pengungsi-sinabung-rindu-bertani.

(33)

57

Kobasa, S.C. Maddi, S.R. dan Khan, S. (1982). Hardiness and Health : A Prospective Study. Journal of Personality and Social Psychologi.

Koentjoroningrat. (1984). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Leandha, Mei. (2015, 18 November). Sinabung Bergolak Lagi,AwanPanasMeluncur.Diperoleh29November2015,darihttp://regional.ko

mpas.com/read/2015/11/18/16243461/Sinabung.Bergolak.Lagi.Awan.Panas. Meluncur.

Maddi, S. R dan Kobasa. (2005). The Story of Hardiness : Twenty Years of Theorizing, Research and Practice. Consulting Psychology Journal Practice

and Research.

Mahmudah, Imroatul. (2009). Perbedaan Ketangguhan Pribadi (Hardiness) antara Siswa & Siswi di SMP daerah Rawan Abrasi. Jurnal Ilmiah Berkala

Psikologi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Matsumoto, D. & L. Juang. (2008). Culture and Psychology. United States: Wadsworth.

Munawarah, S.M. (2008). Tipe Kepribadian Tangguh, Harga Diri Dukungan Sosial dan Resiliensi pada Remaja Penyitas Bencana Gempa Bumi di

Yogyakarta. Thesis.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

(34)

58

Noreuil, Margaret Cordell. (2002). Mothers with Chronic Illness & Their Spouse/Partner: Uncertainty, Family Hardiness, and Psychological Well –

Being. Disertasi.USA: UMI.

Pagana, Kathleen, Desha. (1990). The Relationship of Hardiness and Social Support to Student Appraisal of Stress in an Clinical Nursing Station.

Disertasi. Williamsport: Lycoming College.

Parameswari, J & S. Kadhiravan. 2014. Quality of Work Life & Hardiness of School Teachers. Indian Journal of Health and Wellbeing. India: Penyar University.

Permana, F. (2015, 04 April). Gunung Sinabung Kembali Muntahkan Awan Panas, 8 Desa Terkena Debu Vulkanik. Diperoleh 15 November

2015,darihttp://regional.kompas.com/read/2015/04/04/03052501/Gunung.Sin abung.Kembali.Muntahkan.Awan.Panas.8.Desa.Terkena.Debu.Vulkanik. Pollachek, Judith Barberio. (2001). The Relationship of Hardiness, Social

Support, & Health Promoting Behaviors and Well – Being in Chronic Illness.

Disertasi. New Jersey: UMI.

Purwanto. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Quick, J. C., Quick, J. D., Nelson, D. L., & Hurrel, J. J. (1997). Preventive stress management in organizations. Washington, DC: American Psychological Association.

(35)

59

Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2011).Health psychology: Biopsychology interactions (7th ed.). USA: John Wiley & Son, Inc.

Sheard, Michael. (2009). Hardiness Commitment , Gender, and Age Differentiate University Academic Performance. Journal of Educational Psychology.

United Kingdom: York St. John University.

Shepperd, James A & Javad H. Kashani. (1991). The Relationship of Hardiness, Gender, & Stress to Health Outcomes in Adolescents. Journal of Personality.

University of Missouri.

Siregar, Fazidah. (2003). Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak Pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Medan: USU.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia.

Sugioyono (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiarto., Siagian, D., Sunaryanto, L. T., & Oetomo, D. S. (2003). Teknik sampling.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suprijadi, Siskel. (2004). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan.

Tamboen, P. (1952). Adat Istiadat Karo. Djakarta: Balai Pustaka.

Tarigan, Helenta. (2009). Upacara “Nengget” di Kalangan Suku Karo. Skripsi. Medan: Univesitas Sumatera Utara.

(36)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah elemen penting dalam penelitian, sebab metode penelitian membatasi penelitian dengan garis-garis yang sangat cermat untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari penelitian dapat memiliki keilmiahan yang tinggi (Hadi, 2000). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparasi. Metode penelitian kuantitatif berarti pengukuran akan diwujudkan dalam bentuk angka (Minium, King, & Bear, 1993). Menurut Purwanto (2008), penelitian kuantitatif menganut prinsip untuk lebih baik menjawab sedikit masalah namun dapat dipertanggungjawabkan, yang penjelasannya lewat tiga kemungkinan, yaitu mendeskripsikan (deskriptif), menghubungkan (kolerasional) atau membedakan (komparasi).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode membedakan atau disebut komparasi, yang mana penelitiannya dimaksudkan untuk membedakan satu kelompok atau lebih dalam satu variabel (Purwanto, 2008).

III.1. Identifikasi Variabel

(37)

29

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independent : gender 2. Variabel dependent : hardiness

III.2. Definisi Operasional

Hardiness adalah variabel kepribadian yang dimiliki oleh individu untuk menjadi lebih tidak mudah menyerah, optimis, mampu menahan emosi, memiliki kepercayaan diri, dan memiliki tujuan hidup, memandang tantangan sebagai peluang untuk mengembangkan diri, dan menyukai tantangan meskipun individu menghadapi peristiwa hidup yang dapat menimbulkan stres.

Untuk mengetahui hardiness penyintas Gunung Sinabung, peneliti menyusun skala hardiness berdasarkan aspek dari Kobasa (1979). Skala ini berisi pernyataan – pernyataan yang disusun oleh peneliti sesuai dengan aspek yang mendasari yaitu kontrol, komitmen, dan tantangan yang terdiri dari 20 aitem. Seseorang disebut hardiness jika dalam skala menjawab dengan skor untuk pernyataan favorable adalah 4 (sangat sesuai), sedangkan untuk pernyataan unfavorable adalah 1 (sangat sesuai). Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti

semakin baik hardiness yang dimiliki oleh subjek, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, berarti semakin buruk hardiness yang dimiliki oleh subjek.

(38)

30

III.3. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

III.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh penyintas bencana Gunung Sinabung yang berada di dalam posko pengungsi akibat bencana Gunung Sinabung.

Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah penyintas yang berada di posko Kabanjahe, pria dan wanita yang bersuku Karo, merupakan penyintas akibat meletus Gunung Sinabung, usia dimulai dari dewasa awal hingga dewasa madya,sudah menikah, memiliki anak, berada di posko pengungsi ± 3 tahun.

III.3.2. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu teknik non probability sampling, Pemilihan teknik ini didasarkan pada kondisi lapangan yang

(39)

31

III.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar, 2000). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item-item pernyataan.

(40)

32

Kontrol 2,3,4,7,8,10, 11,12,15,16 1,5,6,9,13,14, 17,18,19 19 Komitmen 21,22,25,27, 28,32,33,34, 20,23,24,26,29,30,31,35,36,37 18 Tantangan 38,39,41,42,46,47,48,49 40,43,44,50,51,52 15

Jumlah 26 26 52 oleh suatu tes dan seberapa baik tes tersebut dapat mengukur atribut. Sebuah alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya dan memberikan hasil pengukuran sesuai dengan tujuan yang dimasudkan. Validitas terdiri atas validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).

(41)

33

III.5.I.2 Daya beda aitem

Uji daya beda item pernyataan ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu Hardiness Scale. Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2000). Penghitungan daya beda aitem dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 for windows. Koefisien korelasi aitem total yang digunakan pada penelitian ini adalah rix ≥ 0,30.

III.5.I.3 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas alat ukur merupakan konsep sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan konsisten (Azwar, 2010). Reliabilitas juga merujuk pada konsistensi skor yang dihasilkan oleh subjek ketika mereka diberikan lagi tes tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan yang ekuivalen tetapi pada kesempatan yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997). Alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi disebut dengan alat ukur yang reliabel.

(42)

34

III.5.II Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur bertujuan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar,2007). Ujicoba alat ukur penelitian ini dilakukan kepada 46 para penyintas Gunung Sinabung yang berada di posko Ndokum Siroga Kabanjahe yang dianggap memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi yang diteliti.

III.5.II.1 Uji Validitas

(43)

35

III.5.II.2 Uji Daya Beda Item

Aitem yang diujicobakan dalam skala hardiness sebanyak 52 aitem. Berdasarkan hasil analisis uji daya beda aitem maka diperoleh 23 aitem yang memiliki nilai diskriminasi aitem di atas 0.3 dan 29 aitem yang gugur. Tetapi, 23 aitem di gugurkan 3 aitem menjadi 20 dengan tujuan menyeimbangkan 3 aspek yang akan diukur oleh peneliti. 20 Aitem inilah yang nantinya akan digunakan didalam penelitian. Hasil uji coba terhadap Hardiness Scale menunjukkan koefisien α = 0.911 dengan rxy aitem yang bergerak dari 0.375 sampai dengan 0.715 yang memiliki daya diskriminasi aitem yangtinggi (rxy ≥ 0.30).

Tabel 2. Blue Print Skala Hardiness setelah uji coba

Aspek Favorable Unfavorable Total

Kontrol 10,11,12,13,15,16, 18,19 8

Komitmen 21,27,32 23,24,29,35 7

Tantangan 47,48,49 40,44 5

Jumlah 12 8 20

III.5.II.3 Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas terhadap alat ukur setelah dihitung dengan metode Cronbach’s Alpha, menunjukkan koefisien reliabilitas yang memuaskan. Nilai

(44)

36

III.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaaan penelitian terdiri dari tiga tahap .ketiga tahap tersebut yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.

III.6.1 Persiapan Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala hardiness yang dirancang oleh peneliti dengan jumlah 52 aitem berdasarkan dari 3 aspek hardiness yang dikemukakan oleh Kobasa (1979) dengan skala model likert. Pada

model penskalaan ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable merupakan pernyataan positif yang

mendukung objek sikap yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavourable merupakan pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap.Pada pertanyaan favourable skor bergerak dari angka 1 untuk pernyataan STS (Sangat Tidak Sesuai),skor 2 untuk TS (Tidak Sesuai), skor 3 untuk S (Sesuai), dan skor 4 untuk SS (Sangat Sesuai). Pada pertanyaan unfavourable skor bergerak dari angka 4 untuk pernyataan STS (Sangat Tidak Sesuai),skor 3 untuk TS (Tidak Sesuai), skor 2 untuk S (Sesuai), dan skor 1 untuk SS (Sangat Sesuai). Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi pula hardiness yang dimiliki subjek.

III.6.2 Pelaksanaan Penelitian

(45)

37

penyintas wanita yang berada di posko Ndokum Siroga Kabanjahe dan posko Gedung Nasional Kabanjahe dengan memberikan skala hardiness yang berjumlah 20 aitem. Penelitian ini dilakukan pada sore ke malam hari selama 2 hari, dikarenakan para penyintas sudah kembali berada di posko untuk beristirahat.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

a) Peneliti menentukan posko yang akan dijadikan tempat penelitian dengan bantuan dari pihak yang sudah sering berada di posko pengungsian.

b) Peneliti mendiskusikan kepada pihak yang berada di posko pengungsian untuk menentukan jadwal pengambilan data kepada para penyintas.

c) Setelah ditentukan hari pelaksanaanya, peneliti datang ke posko dan memberikan skala kepada para penyintas wanita terlebih dahulu lalu kepada para penyintas pria, dengan cara menanyakan satu persatu kepada para penyintas dikarenakan ada penyintas yang tidak bisa membaca, kurang memahami bahasa Indonesia karena bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah bahasa Karo.

III.6.3 Pengolahan Data Penelitian

(46)

38

III.7. Metode Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dianalisa dengan analisa statistik, yang dapat bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif dan universal (Hadi, 2002). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik t-test untuk melihat perbedaan hardiness dengan jenis kelamin pada penyintas Gunung Sinabung.

Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang meliputi:

III.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian terhadap variabel ini terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan atas dasar asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasinya terdistribusi secara normal (Azwar, 2010). Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version 18.0.for Windows. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai ρ> 0,05.

III.7.2 Uji Homogenitas

(47)

39

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang gambaran umum dari subjek penelitian yang akan dianalisis serta pembahasan hasil analisis dari penelitian yang sudah dilakukan.

IV.1 Analisa Data

IV. 1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian dalam Data Demografi

Subjek dalam penelitian ini adalah penyintas pria dan wanita Karo akibat bencana Gunung Sinabung sebanyak 100 orang. Peneliti akan menguraikan gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, jumlah anak, asal desa, dan lama berada di pengungsian.

a. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan umur subjek maka diperoleh data subjek sebagai berikut:

Tabel 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang berjenis kelamin pria sebanyak 50 orang (50%), dan subjek penelitian yang berjenis kelamin wanita sebanyak 50 orang (50%).

Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persentase

Pria 50 50%

Wanita 50 50%

(48)

40

b. Gambaran subjek berdasarkan jumlah anak

Tabel 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah Anak Frekuensi (N) Persentase

1-3 anak 55 55%

4-6 anak 41 41%

7-9 anak 4 4%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki anak berjumlah mulai dari 1 hingga 3 orang anak sebanyak 55 orang (55%), memiliki anak berjumlah mulai dari 4 hingga 6 orang anak sebanyak 41 orang (41%), dan subjek yang memiliki anak berjumlah 7 hingga 9 anak sebanyak 4 orang (4%).

c. Gambaran subjek berdasarkan asal desa

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Asal Desa

Asal Desa Frekuensi (N) Persentase

Sukanalu 50 50%

Kuta Tengah 50 50%

Total 100 100%

(49)

41

d. Gambaran subjek berdasarkan lamanya berada di pengungsian

Tabel 6. Penyebaran Subjek Berdasarkan Lamanya Berada di Pengungsian

Lama di Pengungsian Frekuensi (N) Persentase

3 tahun 50 50%

5 tahun 50 50%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang berada dipengungsian selama 3 tahun sebanyak 50 orang (50%), dan subjek yang berada di pengungsian selama 5 tahun sebanyak 50 orang (50%).

IV.2 HASIL UTAMA PENELITIAN

IV.2.1 Uji Asumsi

IV.2.1.1 Uji Normalitas

(50)

42

IV.2.1.2 Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah subjek yang digunakan dalam penelitian homogen atau tidak.

Tabel 7. Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Hardiness Based on Mean 2,536 1 98 ,114

Based on Median ,853 1 98 ,358

Based on Median and

with adjusted df

,853 1 78,458 ,359

Based on trimmed

mean

(51)

43

Data penelitian dikatakan homogen apabila signifikansi menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.05 (p > 0.05). Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 9, didapat nilai signifikansi hardiness sebesar 0.114 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel bersifat homogen terhadap populasi.

IV.2.1.3 Uji Hipotesa Penelitian pada Penyintas Pria Karo dan Penyintas

Wanita Karo

(52)

44

Dari hasil perhitungan uji-t di atas, didapatkan nilai p < 0,05, yakni sebesar 0,000. Dikarenakan penelitian ini menggunakan (1 tailed) maka nilai signifikansi dibagi 2 yaitu 0,000 : 2 = 0,000. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa hardiness pada penyintas wanita Karo lebih tinggi dibandingkan hardiness pada penyintas pria Karo.

Tabel 9. Deskripsi skor Hardiness

Jenis Kelamin

N Mean

Std. Deviation

Hardiness Pria 50 51,52 2,705

Wanita 50 58,94 4,002

Dari tabel di atas berdasarkan jenis kelamin maka hardiness yang lebih menonjol terdapat pada subjek wanita sebesar 58,94 (SD=4,002), dibandingkan dengan hardiness pada subjek pria sebesar 51,52 (SD=2,705)

Tabel 10. Deskripsi skor berdasarkan aspek Hardiness

JK N Mean Std. Deviation

Kontrol Pria 50 20,18 1,466

Wanita 50 23,16 1,695

Komitmen Pria 50 19,02 1,270

Wanita 50 21,34 1,547

Tantangan Pria 50 12,32 1,518

(53)

45

Dari tabel diatas berdasarkan setiap aspek dari hardiness maka aspek yang lebih menonjol yaitu aspek kontrol pada subjek wanita sebesar 23,16 dibandingkan aspek kontrol pada subjek pria yang sebesar 20,18. Sedangkan aspek hardiness yang kurang menonjol pada subjek pria maupun pada subjek wanita yaitu aspek komitmen dan aspek tantangan.

IV.3. Hasil Tambahan Penelitian

Penelitian ini juga memperoleh beberapa hasil tambahan penelitian, yaitu gambaran skor berdasarkan jumlah anak, asal desa,dan lamanya berada di pengungsian.

IV.3.1 Gambaran Hardiness Berdasarkan Jumlah Anak Subjek penelitian

Tabel 11. Nilai Mean Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah Anak N Mean Std. Deviation

1-3 anak 55 54,65 4,812

4-6 anak 41 55,85 5,270

7-9 anak 4 56,75 6,185

Total 100 55,23 5,045

(54)

46

IV.3.2 Gambaran Hardiness Berdasarkan Asal Desa Subjek Penelitian

Tabel 12. Nilai Mean Berdasarkan Asal Desa

AsalDesa N Mean Std. Deviation

Sukanalu 50 54,62 4,759

Kuta Tengah 50 55,84 5,293

Dari tabel di atas maka hardiness subjek yang berasal dari desa Kuta Tengah lebih menonjol sebesar 55,84 dibandingkan dengan hardiness pada subjek yang berasal dari desa Sukanalu sebesar 54,62.

IV.3.3 Gambaran Hardiness Berdasarkan Lamanya Berada di Pengungsian

Tabel 13. Nilai Mean Berdasarkan Lamanya Berada di Pengungsian

Lamadipengunggsian N Mean Std. Deviation

3 tahun 50 54,62 4,759

5 tahun 50 55,84 5,293

(55)

47

IV.4 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hardiness pada penyintas wanita Karo lebih tinggi daripada hardiness pada penyintas pria Karo. Berdasarkan hasil utama penelitian dapat disimpulkan bahwa hardiness pada penyintas wanita Karo lebih tinggi daripada hardiness pada penyintas pria Karo. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Imaroatul (2009) yang mengatakan bahwa hardiness perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Natar (2004) yang mengatakan bahwa wanita Karo sudah terbiasa menghadapi tanggung jawab dan tuntutan yang berat sehingga membuat wanita Karo dibentuk menjadi pribadi yang tangguh dan kuat, serta wanita Karo memiliki tanggung jawab dan peran yang lebih berat dibandingkan pria Karo.

(56)

48

dalam keluarga lebih diutamakan dalam hal apapun dan lebih dimanjakan sehingga pria Karo kurang memiliki daya juang yang kuat (Prinst,1996).

Dari hasil penelitian berdasarkan aspek hardiness dapat dilihat bahwa aspek kontrol yang lebih menonjol baik pada wanita Karo maupun pada pria Karo. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarigan (2009) yang mengatakan bahwa masyarakat Karo memiliki sifat dan watak yang tabah, sabar, lemah lembut, jujur, dan mengalah jika dihadapkan dengan suatu peristiwa. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek yang mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidupnya akibat bencana Gunung Sinabung membuat dirinya lebih mampu untuk bersyukur, bersabar dan menghargai sesama para penyintas. Hal ini juga sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Kobasa dan Maddi (2005) yang mengatakan bahwa kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk berfikir positif, dan juga mampu menahan emosi terhadap suatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

(57)

49

kebenaran, berkeyakinan teguh pada dirinya meski apapun yang terjadi, dan juga percaya bahwa perubahan akan membantu dirinya untuk berkembang dan mendapatkan kebijkasanaan dari pengalaman yang didapat.

Sementara aspek yang paling kurang menonjol adalah aspek tantangan baik dari wanita Karo maupun pada pria Karo. Hal ini juga sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu subjek yang mengatakan bahwa keadaan selama berada di pengungsian tidak menyenangkan dari kehidupan para penyintas sebelum meletusnya Gunung Sinabung,dan para penyintas kurang menyukai kegiatan – kegaiatan yang diberikan oleh pmerintah kepada para penyintas. Artinya hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Kobasa dan Maddi (2005) mengenai aspek tantangan merupakan aspek yang sulit untuk dilakukan atau diwujudkan.

Hasil penelitian tambahan dilihat dari jumlah anak. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2003) tentang pengaruh jumlah anak terhadap kesejahteraan keluarga mengatakan bahwa, keluarga yang memiliki anak banyak menyebabkan orangtua harus lebih ekstra bekerja demi memenuhi kebutuhan anak yang banyak, orangtua juga memiliki beban yang lebih berat dikarenakan, mengurus anak yang lebih dari 2 orang.

(58)

50

yang mengatakan bahwa dengan kejadian meletusnya Gunung Sinabung, dirinya lebih sadar bahwa adanya hikmah yang di dapat dari peristiwa yang dialami dan membuatnya lebih giat untuk berladang meskipun harus bekerja di ladang oranglain.

Hasil penelitian tambahan dilihat berdasarkan asal desa dan lamanya berada di pengungsian. Hardiness yang dimiliki oleh para penyintas yang berada dari desa Kuta Tengah lebih menonjol dibandingkan para penyintas yang berasal dari desa Sukanalu, walaupun perbedaan keduanya tidak terlalu menyolok. Sebagai catatan, rata-rata penduduk yang berasal dari desa Kuta Tengah sudah 5 tahun berada di pengungsian dibandingkan dengan para penduduk yang berasal dari desa Sukanalu yang baru 3 tahun berada di posko pengungsian. Kedua desa ini juga sama – sama berada di jarak radius 3 km dari Gunung Sinabung.

(59)

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil dari penelitian yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian dan di bagian akhir akan dikemukakan saran-saran yang diharapkan berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil utama penelitian hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu hardiness wanita Karo lebih tinggi dibandingkan hardiness pria Karo.

Hasil tambahan yang didapat oleh peneliti tentang hardiness penyintas Karo yaitu :

(60)

52

V.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dibagi ke dalam dua bagian, yaitu saran metodologis dan saran praktis (ditujukan kepada instansi penelitian) sebagai berikut :

V.2.1 Saran Metodologis

1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif komparatif sehingga, untuk peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian yang sama diharapkan dapat memperhatikan variabel – variabel lain seperti asal desa dari para penyintas, lamanya berada di posko pengungsian, tempat posko pengungsian, suku, usia, agama, dan demografi yang lebih bervariatif.

2. Untuk peneliti yang tertarik melanjutkan penelitian yang sama, sebaiknya lebih menggali mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada pembentukan hardiness seseorang.

3. Untuk peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian yang sama, diharapkan lebih baik menggunakan bahasa asli (Karo) pada alat ukur agar lebih mudah dipahami.

V.2.2 Saran Praktis

(61)

53

(62)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Hardiness

II.1.1. Pengertian Hardiness

Menurut Bartone (dalam Ingranurindani, 2008) mengatakan bahwa hardiness merupakan kepribadian yang menjadi dasar atau disposisi individu yang

memiliki resiliensi yang baik, oleh karena itu Bartone menggunakan istilah dispositional resiliency untuk menggambarkan hardiness. Papalia (2004) mengatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk tetap berperan secara maksimal dalam keadaan yang buruk, mampu menghadapi tantangan, dan dalam hal ini individu memiliki kemampuan untuk kembali bangkit dari pengalaman buruk yang dialami. Kebangkitan dari individu dari keterpurukannya, membuat individu lebih kuat dalam proses menghadapi peristiwa yang berat (Henderson, dalam Ingranurindani, 2008).

Mc.Cubbi (dalam Smet, 1994) mengungkapkan bahwa hardiness merupakan kekuatan dasar individu untuk menemukan kapasitas dalam menghadap tekanan. Menurut Sheridan dan Radmacher (dalam Smet, 1994) hardiness merupakan kepercayan bahwa seseorang akan survive dan mampu

tumbuh, belajar dan menghadapi tantangan. Sementara Quick (1997) menyatakan hardiness sebagai konstruksi kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi

(63)

14

sejak dini, dan relatif stabil sepanjang waktu, serta berfungsi sebagai sumber kekuatan bagi individu untuk mampu bertahan dalam kondisi yang kurang menyenangkan dalam hidupnya.

Menurut Kobasa (2002), individu dengan hardiness yang tinggi menggunakan transformational coping dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, yakni dengan mengubah pola pikir dan tingkah laku mereka. Tujuannya untuk menyelesaikan masalah dengan merestruksi kembali pikiran mereka ke pemikiran yang positif, memperluas perspektif, mencoba untuk memahami peristiwa tersebut sebaik mungkin, menentukan tindakan apa yang akan diambil, dan mencari dukungan emosional. Sedangkan, individu dengan hardiness yang rendah, cenderung menggunakan regressive coping, seperti menghindari atau mengabaikan pola pikir dan perilaku mereka terhadap peristiwa yang membuat stres.

(64)

15

II.1.2 Aspek Hardiness

Menurut Kobasa (1979) menjelaskan adanya tiga aspek hardiness. Ketiga aspek itu adalah :

a. Kontrol

Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi atas dirinya, Kobasa dan Maddi (2005). Aspek ini berisi keyakinan bahwa individu dapat memengaruhi atau mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan. Individu dengan hardiness yang tinggi memiliki pandangan bahwa semua kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan sebagai respon terhadap stres.

b. Komitmen

(65)

16

dirinya berkernbang dan mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang telah didapat.

c. Tantangan

Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai ancarnan terhadap rasa amannya, Kobasa dan Maddi (2005). Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan bahwa aspek dari hardiness adalah kontrol, komitmen, dan tantangan. Individu yang hardiness memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan kejadian – kejadian hidupnya dengan keterlibatannya dalam pekerjaan maupun orang – orang didalam hidupnya (komitmen), kemampuan untuk mengendalikan dirinya (kontrol), serta keyakinan untuk memandang bahwa kejadian yang terjadi dalam hidup sebagai perubahan untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif (tantangan).

II.1.3 Fungsi Hardiness

Menurut Florian (dalam Heriyanto, 2011) fungsi hardiness adalah :

(66)

17

b. Mengurangi akibat buruk dari stres yang kemungkinan dapat terjadinya burnout dan penilaian negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk melakukan coping yang berhasil. c. Membuat individu tidak mudah jatuh sakit.

d. Membantu individu mengambil keputusan yang baik dalam keadaan stress.

Dari beberapa penjelasan tentang fungsi hardiness dapat disimpulkan bahwa hardiness dapat efek negatif dari stres yang dialami oleh individu dan dapat memberikan penilaian yang lebih positif terhadap suatu peristiwa sehingga mampu meningkatkan harapan individu sehingga mampu mengambi keputusan yang baik.

II.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Hardiness

Faktor-faktor yang mempengaruhi hardiness adalah :

1. Well-being, menurut Pollachek (2001) dan Noreuil (2002), well-being yang merupakan suatu konsep kesejahteraan dimana individu mampu menciptakan kepuasan dalam hidupnya dan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu mengurangi stres yang dialami oleh individu, individu yang memiliki well-being yang baik akan membuat hardiness juga meningkat.

(67)

18

individu yang bersangkutan sedang menghadapi masalah yang dapat menimbulkan stress sehingga membuat individu lebih kuat dan dapat mengurangi beban dalam hidupnya, individu yang memiliki sosial support yang baik akan membuat hardiness juga meningkat.

3. Etnis dan kualitas dari hubungan pasangan, menurut Dibartolo (2001), individu yang berasal dari etnis yang serupa akan membuat individu merasa aman, nyaman untuk berbagi cerita dan masalah yang terjadi dalam hidup begitu juga dengan kualitas dari hubungan pasangan, jika pasangan dari individu yang memiliki masalah dapat mengerti dan tetap bersikap hangat kepada pasangannya dapat mengurangi beban dalam hidupnya.

(68)

19

II.2 Penyintas Bencana Gunung Sinabung

Istilah “penyintas” muncul pertama kali pada tahun 2005. Kemunculannya bukan dari kalangan ahli sastra ataupun ahli linguistik. Kata ini muncul dari para pegiat alias aktivis LSM dalam konteks bencana. Para pegiat ini memerlukan kata

yang lebih pendek untuk menerjemahkan kata “survivor”. Mereka paling tidak

harus menggunakan tiga patah kata, yakni: “korban yang selamat” (Juneman,

2010). Menurut KBBI kata sintas berarti terus bertahan hidup, mampu mempertahankan keberadaanya. Dalam penelitian ini, istilah penyintas diartikan sebagai orang yang mampu bertahan atau selamat dari bencana Gunung Sinabung.

Gunung Sinabung merupakan gunung berapi di Sumatera Utara yang mempunyai ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut . Letaknya cukup dekat dengan kota Berastagi dan Kabanjahe dan terdapat banyak desa di lerengnya. Satu-satunya Gunung di Sumatera Utara yang berkakikan danau (Widiastuti,,2008). Pada tahun 1600 Gunung Sinabung meletus pertama dan pada tanggal 28 Agustus 2010. Gunung Sinabung meletus lagi pada tanggal 29 Agustus 2010, sekitar pukul 00.08 WIB. Asap dan debu membumbung sampai ketinggian 1.500 meter dari bibir kawah. Tindakan evakuasi segera dilakukan. 12.000 warga yang tinggal di sekitar gunung diungsikan.

(69)

20

orang warga meninggal dunia dan 30.000 orang kehilangan tempat tinggal mereka (Leandha, 2015).

Bencana Gunung Sinabung menyisakan berbagai kondisi yang memprihatinkan. Bencana ini telah menyebabkan kerusakan di desa-desa sekitarnya dan menyebabkan ribuan penyintas kehilangan tempat tinggalnya.Para penyintas tidak hanya kehilangan rumah dan tempat tinggal, tetapi juga lahan pertanian yang menjadi sumber utama lahan pencaharian mereka. Rumah-rumah penyintas dan lahan pertanian telah rusak karena abu vulkanik dan lahar dingin. Oleh karena itu, para penyintas terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka dan harus mengungsi (Damanik,2015).

(70)

21

II. 3 Gender

II.3.1 Defenisi Gender

Gender merupakan perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dalam melakukan tugas, tanggung jawab, fungsi, dan perilaku yang dibentuk oleh nilai sosial dan budaya dan dapat berubah menurut waktu serta kondisi (Fakih, 1999). Gender adalah perbedaan antara perempuan dan laki- laki yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya dan adat istiadat yang berlaku (WHO, 2001).

Kesetaraan gender merupakan gejala alam atau tuntutan yang menghendaki kesetaraan, yang harus direspon oleh umat manusia dalam rangka adaptasi dengan alam. Berdasarkan teori ini pembagian tugas dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan pada zaman dahulu tidak pernah dipermasalahkan. Sekarang tuntutan kesetaraan gender menjadi permasalahan yang menjadi perhatian manusia di seluruh dunia juga karena alam menuntut demikian disebabkan adanya perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang berlaku di masyarakat yang memungkinkan fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan bisa sama atau dipertukarkan.

Dapat disimpulkan, gender adalah perbedaan antara pria dan wanita terkait tugas dan tanggung jawabnya sehari – hari.

II.3.2 Gender Dalam Sudut Pandang Budaya Karo

(71)

22

Karo lebih dominan sehingga mampu untuk mengontrol wanita (Tarigan, 2009). Proses sosialisasi gender dalam masyarakat Karo, sudah di perkenalkan kepada anak sejak kecil, diarahkan dan dibedakan sesuai dengan keberadaan status kewanitaan dan kelelakian. Pria dalam masyarakat Karo mempunyai fungsi sosial yang sangat luas sebagai pelanjut silsilah keluarga, sebagai penerima harta warisan, dan sebagai penentu dalam pengambilan keputusan sedangkan wanita memiliki fungsi untuk mengurus mengurus rumah tangga (Tarigan,2009).

Menurut Tarigan (2009) masyarakat Karo memiliki sifat dan watak yang tabah, sabar, lemah lembut, jujur, dan mengalah jika dihadapkan dengan suatu peristiwa. Begitu juga menurut Bangun (2006) yang mengatakan bahwa masyarakat Karo memiliki sifat dan watak yang berpendirian teguh, memiliki kepercayaan diri, gigih, tekun dalam melakukan suatu kegiatan.

II.3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Pria Dalam Budaya Karo

(72)

23

orangtua akan memanjakan dan menomor satukan anak lakinya dibanding dengan anak perempuan dalam keluarga.

Natar (2006) mengatakan bahwa laki–laki Karo diharuskan untuk mencari nafkah, tetapi yang ditemukan laki–laki Karo hanya duduk di kedai kopi menghabiskan waktu bersama teman daripda bekerja membantu istri. Dalam adat, laki-laki Karo sejak kecil diajarkan untuk mengenai pentingnya melestarikan kebudayaan dan marganya serta bertanggung jawab sebagai penerus keluarga (Tarigan, 2009).

II.3.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Wanita Dalam Budaya Karo

(73)

24

mengurus anak dan suami, setelah pekerjaan rumah selesai, ia akan berangkat untuk berladang, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, bekerja mulai dari pagi hingga sore atau siang hari. Setelah selesai berladang, ia akan kembali memasak dirumah untuk keluarga (Natar,2004). Selain berladang, wanita Karo juga sering juga berjualan atau berdagang di pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (Bangun, 2006).

II.4 Perbedaan Hardiness Antara Pria dan Wanita Karo Penyintas Bencana

Gunung Sinabung

Hardiness merupakan variabel kepribadian yang membuat individu menjadi

lebih kuat, survive, dan optimis dalam menghadapi peristiwa atau kejadian yang membuat individu menjadi stres. Aspek dari hardiness adalah kontrol, komitmen, dan tantangan. Individu yang hardiness memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan kejadian-kejadian hidupnya dengan keterlibatannya dalam pekerjaan maupun orang-orang didalam hidupnya (komitmen), kemampuan untuk mengendalikan dirinya (kontrol), serta keyakinan untuk memandang bahwa kejadian yang terjadi dalam hidup sebagai perubahan untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif (tantangan).

(74)

25

yang rendah, dalam menghadapi situasi penuh dengan tekanan akan cenderung untuk menghindari bahkan mengabaikan kejadian yang terjadi dalam diri mereka. Gender memainkan peran dalam hardiness. Gender merupakan perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dalam melakukan tugas, tanggung jawab, fungsi, dan perilaku yang dibentuk oleh nilai sosial dan budaya. Salah satu budaya di Indonesia yang mempunyai tugas serta tanggung jawab yang tampak berbeda pada pria dan wanita adalah Suku Karo.

Pada masyarakat Karo, konsep patriarkhi yang dipakai untuk menggambarkan sistem gender. Patriarkhi merupakan konsep bahwa pria yang memegang semua kekuasaan atas peran penting dalam masyarakat dan juga, pria Karo lebih dominan sehingga mampu untuk mengontrol wanita. Masyarakat Karo percaya bahwa pria Karo berfungsi sebagai penjaga nama baik keluarga dan sebagai pelindung bagi saudara perempuan, menjadi ketua adat, pembicara utama dan pembuat keputusan dalam suatu musyawarah atau acara adat, pernikahan, hukum, warisan, silsilah keluarga, tempat tinggal, hak atas kepemilikan harta atau tanah orangtua.

(75)

26

Wanita Karo dari kecil terbiasa untuk mengurus rumah tangga seperti membantu ibu menyuci, memasak, membersihkan rumah, mengurus adik. Wanita Karo yang sudah menikah memiliki tugas yaitu mulai dari pagi, mengurus kehidupan rumah tangga mulai dari memasak, menyapu, mencuci, mengambil air ke pancuran (tempat mandi terbuka yang jaraknya jauh dari perkampungan), mengurus anak dan suami, setelah pekerjaan rumah selesai, ia akan berangkat untuk berladang, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, bekerja mulai dari pagi hingga sore atau siang hari. Selain berladang, wanita Karo juga sering juga berjualan atau berdagang di pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan beban berat yang harus dijalani oleh wanita Karo, membuat wanita Karo dituntut untuk lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi masalah.

(76)

27

II.5 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dirumuskanlah hipotesis dalam

(77)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara mendadak kembali aktif pada tahun 2010 setelah 400 tahun tidak meletus. Hingga tahun 2013 tercatat tujuh belas orang warga meninggal dunia dan 30.000 orang kehilangan tempat tinggal mereka (Leandha, 2015). Gunung berapi kembali menunjukkan tanda-tanda aktif pada bulan September Senin malam (30/12) dan memaksa lebih dari 19.000 orang mengungsi (Leandha, 2015).

(78)

2

Jumlah penyintas bencana Gunung Sinabung tercatat sejak tahun 2010 hingga 30 September 2015 ada sekitar 9.536 jiwa dengan 2.615 KK. Masing - masing berada di posko pengungsi gedung katolik Kabanjahe dengan jumlah 296 KK/988 jiwa, Gedung Serbaguna KNPI Kabanjahe dengan jumlah 334 KK/1193 jiwa, Desa Ndokum Siroga dengan jumlah 422 KK/1525 jiwa, Desa Surbakti dengan jumlah 192 KK/665 jiwa, Tongkoh dengan jumlah 610 KK/2379 jiwa, Jambur Korpri Berastagi dengan jumlah 265 KK/1041 jiwa, Desa Jadi Meriah dengan jumlah 262 KK/950 jiwa, dan yang terakhir Simpang Empat dengan jumlah 158 KK/528 jiwa, (situs Resmi Kabupaten Karo, 2015). Akibat erupsi yang terjadi, kawasan rawan bencana Gunung Sinabung mengalami kerusakan parah dan tercatat dampak bencana erupsi Gunung Sinabung tersebut telah menimbulkan total kerusakan dan kerugian sebesar Rp. 1,49 triliun (Prasetyo, 2015). Dibawah ini, terdapat peta posko-posko pengungsi disertai jaraknya dengan Gunung Sinabung.

(79)

3

Ket. Gambar : (a).Hijau = Letak Posko Pengungsi

(b).Orange = Radius antara Gunung Sinabung dengan desa yang terkena erupsi Sinabung.

Bencana Gunung Sinabung menyisakan berbagai kondisi yang memprihatinkan. Bencana ini telah menyebabkan kerusakan di desa-desa sekitarnya dan menyebabkan ribuan penyintas kehilangan tempat tinggalnya. Para penyintas tidak hanya kehilangan rumah dan tempat tinggal, tetapi juga lahan pertanian yang menjadi sumber utama lahan pencaharian mereka. Rumah-rumah penyintas dan lahan pertanian telah rusak karena abu vulkanik dan lahar dingin. Oleh karena itu, para penyintas terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka dan harus mengungsi (Damanik,2015).

(80)

4

pencaharian utama, hal ini yang membuat para penyintas Gunung Sinabung pasrah dan merasa tidak tahu lagi harus melakukan kegiatan apa dan ditambah dengan beberapa para penyintas yang harus kehilangan anggota keluarga, sehingga membuat para penyintas mengalami kesedihan (Karo-karo,2014). Hal ini didukung dengan wawancara yang dilakukan peneliti kepada penyintas Gunung Sinabung

“sedihlah nak, berladang kerja kami yang utama gak ada yang lain, mau dimana lagi kami berladang, ntah sampai kapan juga kami begini terus disini”

(Komunikasi personal,2015)

Selain itu, juga memungkinkan munculnya perasaan insecure, yang mana individu percaya bahwa lingkungannya adalah suatu hal yang mengancam dirinya dan bisa berpengaruh buruk bagi mereka (Ainsworth dalam Mahmudah, 2009). Para penyintas Gunung Sinabung, mengatakan bahwa kejadian yang dialami saat ini, karena marahnya Sang Pencipta kepada mereka. Para penyintas juga merasa cemas dan takut apabila Gunung Sinabung secara terus menerus mengeluarkan lahar tanpa tahu sampai kapan erupsi Gunung Sinabung berhenti (Karo-karo,2016). Hal ini juga didukung dengan wawancara peneliti kepada penyintas Gunung Sinabung

“udah takdir ini nakku, kemarin kami cemaslah karena sinabung ini terus meletus ntah kapan siapnya, kamipun jadi gak tahu kapan bisa balik lagi ke kampung kami”

(Komunikasi personal,2015)

(81)

5

mereka miliki, mereka terlihat tabah dan menerima keadaan yang harus tetap dilalui (Amawidyatti dan Utami, 2007). Ketabahan masyarakat menghadapi peristiwa bencana alam juga dikemukakan Wahid (dalam Kompascetak, 2015), beliau berpendapat bahwa rakyat kecil yang tengah menderita itu amat tabah dan tetap optimis meskipun mengalami penderitaan dahsyat karena kehilangan harta benda dan kerabat mereka.

Pada korban gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah banyak di antara pengungsi yang menunjukkan ketahanan diri yang luar biasa. Para pengungsi masih mampu tersenyum, menunjukkan keramahan, saling membantu di antara sesama korban, memiliki penerimaan diri yang baik dengan lingkungan (Amawidyati dan Utami, 2007). Begitu juga denganpara penyintas Sinabung juga terlihat kembali bekerja, berladang, atau mencari kegiatan agar dapat menghidupi kebutuhan ekonomi untuk keluarga para penyintas, sudah mampu menerima keadaan yang terjadi dan tidak menyesalinya, tidak lagi cemas walau Sinabung terus meletus, dan para penyintas sudah kembali tersenyum, dan mau membantu sesama penyintas yang membutuhkan bantuan (Ginting,2014). Kemampuan bertahan yang ditampilkan dengan munculnya sikap yang positif walaupun mengalami keadaan atau kejadian yang tidak menyenangkan dikenal dengan istilah hardiness.

Hardiness menurut Kobasa (1979) sebagai suatu variabel kepribadian yang

(82)

6

mampu mengontrol dan mengendalikan suatu perubahan yang terjadi dengan terlihat tabah, sabar, mampu menerima keadaan dirinya, mampu berjuang dan berkeyakinan bahwa hidup tetap bermakna walaupun mengalami suatu kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidupnya, dan mampu memandang setiap perubahan yang terjadi sebagai suatu yang dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiebe (1991) menemukan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi memiliki toleransi terhadap frustasi, tidak melihat kejadian sebagai suatu ancaman, dan mampu menanggapi segala hal menjadi lebih positif.

Para penyintas Gunung Sinabung mulai tampak tabah, sabar, menerima

keadaan diri, tidak lagi berfikiran yang negatif. Hal ini didukung dengan wawancara peneliti kepada salah satu penyintas

sekarang aku nakku, kuterima keadaanku seperti ini, udah gak mau lagi aku salahkan diriku, salahkan oranglain, teruskan nakku, gak mau lagi aku pikiranku kacau, aku yakin kok bisa tetap lewati kejadian ini dengan bagus”

(Komunikasi Personal,2016)

(83)

7

“yang kupikirkan sekarang nakku, kerja ajalah mau apapun itu

supaya bisa anak kami sekolah lagi dan biar bisa menuhi kebutuhan kami, kam liatlah nakku bagaimana keadaan di posko inikan, meletusnya Sinabung ini nakku, buat kami jadi lebih matang dan lebih dewasa dari sebelumnya”

(Komunikasi Personal,2016) Individu dengan hardiness yang tinggi, lebih baik dalam menghadapi situasi atau peristiwa yang stressfull, sedangkan individu yang memiliki hardiness rendah akan sakit dan jatuh ketika menghadapi situasi yang membuat stress (Kobasa, 1979). Setiap individu akan berbeda dalam menanggapi suatu peristiwa berat dalam hidupnya, gender memiliki peran dalam hardiness (Belmont, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Imaroatul (2009) menemukan bahwa terdapat perbedaan hardiness antara siswa pria dengan siswi wanita pada daerah abrasi. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Bartone & Priest (2001) menemukan bahwa terdapat perbedaan hardiness antara wanita dengan pria pada taruna militer. Penelitian Parameswari (2014) juga menemukan bahwa terdapat perbedaan hardiness antara guru perempuan dengan guru pria yang mengajar di sekolah. Fakih (1999) mengatakan bahwa gender merupakan perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dalam melakukan tugas, tanggung jawab, fungsi, dan perilaku yang dibentuk oleh nilai sosial dan budaya dan dapat berubah menurut waktu serta kondisi. Salah satu budaya di Indonesia yang mempunyai tugas serta tanggung jawab yang tampak berbeda pada pria dan wanita adalah Suku Karo.

(84)

8

gender. Paham patriarkhi, yaitu suatu paham yang membuat pihak pria yang menjadi dominan dalam segala aspek kehidupan dibandingkan wanita, dan hal ini yang membuat orangtua bersuku Karo mengasuh anaknya dengan cara berbeda baik pada anak laki–laki dengan anak perempuan (Bangun, 2006).

Pada budaya Karo, kedudukan pria dianggap lebih tinggi daripada wanita, karena pihak pria yang dianggap memegang peranan penting dalam aspek kehidupan suku Karo (Tarigan,2009). Pria Karo, lebih banyak berperan dalam adat istiadat maupun dalam kedudukan sosial. Dalam acara adat – istiadat, pria karo menjadi pemeran utama dan sebagai pembicara yang harus diterima dan disetujui oleh pihak wanita, pihak pria ditempatkan berada barisan paling depan dalam acara adat karena pria harus dihormati (Tarigan, 2009). Pria Karo juga memegang peran penting dalam hal pernikahan, karena pihak pria membeli atau

tukur” seorang wanita yang akan menjadi istrinya. pria Karo dianggap sebagai

penerus keturunan marga, jika dalam suatu keluarga terdapat anak laki–laki, maka anak tersebut akan menjadi anak yang paling dimanja oleh orangtua dan menjadi anak yang dinomor satukan dalam segala hal (Prinst,1996).

(85)

9

kebutuhan keluarga (Natar, 2004). Walau, pada kenyataan yang terjadi pria Karo, lebih banyak menghabiskan waktu dan hidupnya untuk bersenang-senang, bercengkrama di warung kopi, berjudi, bermain kartu, minum tuak dan mabuk-mabukan dibandingkan bekerja ke ladang membantu istri (Natar,2004).

Wanita Karo menurut Ny. Wallia Keliat (dalam Sembiring, 2008) merupakan wanita yang tangguh tetapi cenderung menerima keadaan sebagai sosok yang lebih rendah dan kurang percaya diri. Hal ini terjadi karena dalam keluarga, wanita hanyalah sebagai pelengkap dan pendengar serta tidak dapat menyampaikan pendapat pribadi, jikalau ingin memberikan pendapat, wanita harus menyampaikan kepada pria sehingga pria juga yang mendapat pujian. Menurut Tamboen (1952) wanita yang sudah menikah, mereka tetap mengurusi urusan yang membutuhkan kekuatan dan kesabaran sekaligus.

Bagi seorang istri, tugas ganda yang mereka hadapi untuk mengurus anak dan melayani suami, mengurus rumah seperti menyapu, mencuci, mengambil air ke pancuran yang jaraknya bisa sampai 4 km dari rumah, serta bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan (sawah, ladang, mengurus dan memberi makan hewan ternak, berjualan, ke kantor, dll). Wanita Karo tidak mendapat harta

warisan dalam keluarga sendiri, dalam bahasa Karonya dikatakan bahwa “sidiberu

la banci erban taka” (wanita tidak bisa mengambil bagian) ungkapan tersebut

Gambar

Tabel 1. Blue Print Skala Hardiness
Tabel 2. Blue Print Skala Hardiness setelah uji coba
Tabel 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Asal Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tarif Laboratorium, Tarif Poliklinik, Tarif Penggunaan Lahan, Gedung, dan Sarana Olah Raga, dan Tarif Penggunaan Asrama, Rusunawa, dan Guest House sebagaimana

Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami mengajukan permohonan lzin Undang-Undang Gangguan (HO), sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 24 Tahun 2012 tentang Retribusi

[r]

Inovasi ke depan yang akan dan telah mulai dilakukan adalah inovasi telur asin berbagai aneka rasa sesuai dengan kuliner khas daerah, telur asin rendah kolesterol dan

[r]

Bisnis inovasi tepung kasava fermentasi dipilih karena dengan berbagai pertimbangan antara lain produk sangat diperlukan dimasyarakat sebagai pangan, sehingga pasar

[r]

Dari penelitian ini didapat kompon variasi 1 dengan komposisi 30% carbon black dan 2% sulfur dari jumlah seluruh komposisi kompon, menghasilkan harga koefisien grip sebesar