DAFTAR PUSTAKA
Budiadi. Andri, 2001, Desain Praktis Beton Prategang. Andi: Yogyakarta.
Burns, H. & T. Y. Lin. Ned. 1997. Desain Struktur Beton Prategang. Terjemahan Ir. Daniel Indrawan M.C.E. Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2005, Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Volume : Kedua.
Gambhir, 2004. Concrete Technology, MC. Grawhill: Yogyakarta.
N Krishna Raju, 1998, Beton Prategang. Erlangga : Jakarta. Nawy, E.G, 2001 Beton Prategang suatu Pendekatan Mendasar. Terjemahan Bambang Suryoatmono. Erlangga : Jakarta.
Nyoman sutarja, 2006, Jurnal Pengaruh Rangkak, Susut, dan Relaksasi Baja terhadap Lentur Balok Jembatan Komposit Prategang. Jakarta.
RSNI-T-02-2005, Standar Pembebanan Untuk Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum.
Sugeng, 2009. Jurnal Prosentase Penurunan Lendutan Model Jembatan Rangka Baja Akibat Penggunaan Kabel Prategang Internal Tipe Segitiga,
BAB III
METODE ANALISA
III.1. Umum
Dalam analisis lentur untuk suatu komponen struktur beton prategang berlaku
asumsi sebagai berikut :
1. Variasi regangan pada penampang adalah linear, yaitu regangan di beton dan baja yang
melekat padanya dihitung berdasarkan asumsi bahwa penampang bidang datar selalu
tetap.
2. Beton tidak menerima tegangan tarik. Hal ini berlaku untuk prategang penuh (fully prestressed)
3. Tegangan tekan pada beton dan baja (baik baja tulangan maupun tendon) didapat dari
hubungan tegangan dan regangan yang aktual atau diidealisasikan.
Untuk analisis awal, yaitu menghitung beban yang dipikul oleh balok jembatan,
dimana balok yang digunakan adalah balok komposit. Lalu mendesain penampang untuk
masing-masing balok, kemudian menghitung gaya prategang minimum dan eksentrisitas
maksimum pada masing-masing balok dan menentukan jumlah kabel yang dibutuhkan
oleh masing-masing balok beton prategang. Di bawah ini adalah penampang yang di
analisis.
III.2. Pembebanan
Pembebanan pada jembatan terdiri dari :
1. Beban berat sendiri (beban mati)
2. Beban mati tambahan
3. Beban lajur “D” (beban terbagi rata dan beban garis)
4. Beban kendaraan rencana (beban truk “T”)
5. Faktor beban dinamis
6. Beban pejalan kaki
7. Beban angin
III.3. Desain Penampang Balok Beton Prategang terhadap Lentur
III.3.1 Kondisi Tegangan
III.3.1.1 Momen Tahan (Modulus Penampang) Minimum
Penampang prategang yang menerima aksi lenturan harus memenuhi batas-batas
yang ditentukan untuk tegangan-tegangan yang diperbolehkan (permissible stress) pada
tahap transfer prategang dan pada beben-beban kerja. Persamaan-persamaan untuk momen
tahan yang diperlukan, gaya prategang, dan eksentrisitas yang bersesuaian dikembangkan
dengan memakai hubungan empat tegangan yang dibuat untuk kedua serat paling luar dari
penampang yang bersangkutan dan mempertimbangkan kedua kombinasi prategang dan
momen yang kritis. Kombinasi-kombinasi kritis umum yang dipertimbangkan adalah:
1. Gaya prategang maksimum pada saat transfer bersama-sama dengan momen-momen
minimum yang ditahan oleh penampang
2. Gaya prategang minimum setelah semua kehilangan yang dikombinasikan dengan
Gambar III.2 Tegangan Akibat Pretegang, Beban Mati, Beban Terpasan (N KRISHNA RAJU, 1988)
Dengan memperhatikan Gambar III.2 keempat kondisi dasar untuk tegangan-tegangan
pada saat transfer dan beban kerja adalah sebagai berikut :
Pada saat Tranfer
Serat paling atas (���� +��
��)≥ ���...(3.1)
Serat paling bawah (���� −���
�) ≤ ���...(3.2)
Pada beban kerja
Serat paling atas (����� +���
� + ��
��) ≤ ���...(3.3)
Serat paling bawah (����� −���
� + ��
��) ≥ ���...(3.4)
Dari persamaan (3.1) dan (3.2), kita dapatkan
��+(1−�)��
�� ≤(��� − ����) ≤ ���...(3.5)
Dari persamaan (3.2) dan (3.4), kita dapatkan
��+(1−�)��
�� ≤ (���� − ���) ≤ ���...(3.6)
Di mana ��� dan ��� adalah batas-batas tegangan pada serat-serat paling atas dan
paling bawah. Dengan demikian rumus-rumus selain untuk momen tahan yang diperlukan
�� ≥ ���+(1�−�)��
�� �...(3.7)
�� ≥ ���+(1−� )��
��� �...(3.8)
Di dalam kasus di mana beban mati permanen sebagai tambahan terhadap berat
sendiri bekerja pada batang, persamaan-persamaan ini dimodifikasi dan dipakai dalam
bentuk ditentukan seperti berikut ini.
�� ≥ �
Momen kerja �� meliputi pengaruh dari berat sendiri, beban mati permanen, dan
beban hidup, sedangkan momen minimum ���� disebabkam oleh berat sendiri balok atau
akibat momen-momen yang timbul selama penanganan elemen yang bersangkutan.
Nilai-nilai tegangan izin pada beton pada serat-serat paling luar dari balok pada umumnya
ditentukan tergantung pada kekuatan tekan 28 hari dari beton. Perbandingan kehilangan �,
umumnya berada dalam batas-batas 0,75 sampai 0,80 untuk batang preatarik dan antara
0,80 sampai 0,85 untuk batang pascatarik. Momen minimum ���� umumnya merupakan
momen berat sendiri balok, tetapi suatu nilai yang lebih rendah adalah mungkin selama
penanganan batang prategang, seperti pengangkatan balok pracetak pada titik titik selain
tumpuan.
III.3.1.2 Gaya Prategang
Umumnya penampang yang dipilih agak lebih besar daripada yang ditentukan
minimum dengan persamaan (3.9) dan (3.10) dan akibatnya prategang dapat terletak
diantara batas-batas atas dan bawah. Setiap nilai prategang dalam batas-batas ini dapat
luar. Namun, gaya prategang minimum yang diperlukan akan diperoleh dengan memilih
prategang tarik maksimum yang ditunjukkan oleh persamaan (3.1) pada serat paling atas
dan prategang tekan minimum yang ditunjukkan oleh persamaan (3.4), yang bersesuaian
dengan serat paling bawah. Denagn menyusun kembali persamaan-persamaan ini,
���� ≥ (��� −����)...(3.11)
Dalam persamaan-persamaan ini �� dan �� bersesuaian dengan nilai-nilai sebenarnya dari
penampang yabg dipilih.
Dengan menghilangkan e dari persamaan-persamaan tersebut,
���� = ��� −���
Kita mempunyai persamaan untuk gaya prategang minimum sebagai
� =�(������+������)
(��+��) ...(3.13) Begitu pula, dengan menghilangkan P dari persamaan-persamaan tersebut, eksentrisitas
maksimum yang bersesuaian ditentukan oleh.
� = ����(����−����)
�(������+������)...(3.14) Sebagai alternatif, gaya prategang P yang diperlukan yang bekerja dengan eksentrisitas e
yang diketahui yang dapat menimbulkan prategang ���� yang diperlukan pada serat paling
bawah duhitung langsung dengan persamaan yang ditentukan oleh.
� =���������
�+�� �...(3.15) III.3.2 Desain Penampang terhadap Lentur untuk Keadaan Batas Runtuh
Di dalam desain batang beton prategang untuk keadaan batas runtuh, distribusi
tegangan pada penampang pada tahap kerusakan ultimit yang dipertimbangkan dan tinggi
penahan internal. Nilai rencana maksimum untuk momen lawan penampang persegi
panjang dan penampang yang memakai flens bervariasi antara 0,08�����2 dan
0,19�����2, tergantung pada rekomendasi tinggi blok tegangan dan tegangan rata-rata di
dalam blok tegangan.
Momen tahan ultimit maksimum dari suatu penampang persegi panjang menurut
peraturan IS:1343 (konsep revisi) ditentukan oleh
��� = 0,185�����2...(3.20)
Dimensi berdasarkan persamaan ini merupakan nilai-nilai minimum. Seringkali disukai
memakai suatu penampang yang lebih besar yang menghasilkan penghematan tendon
prategang.
Dalam hal penampang memakai flens, suatu perbandingan yang pantas adalah ℎ�/d
= 0,2 sampai 0,25 dan ��/b = 0,2 sampai 0,3, sehingga momen ultimitnya bervariasi dari
0,8�����2 sampai 0,12�����2
Dengan mengambil suatu nilai yang cukup untuk lebar bidang permukaan tekan b,
umumnya dengan 0,5 h untuk penampang T dan 0,4 sampai 0,6 untuk penampang I, tinggi
efektif dan tinggi keseluruhan penampang didesain dengan memberikan syarat-syarat
pelindung yang cukup.
Untuk batas-batas nilai di atas, parameter ���
�����2 bervariasi dari 0,075 sampai
0,107 untuk tegangan menurut peraturan Inggris. Nilai-nilai yang bersesuaian untuk blok
tegangan yang diusulkan dalam peraturan IS yang mempunyai batas-batas dari 0,09
Gambar III.3 Bagan untuk Dimensi Pendahuluan Penampang Beton Prategang
(Sumber : Beton Prategang N KRISHNA RAJU)
III.3.3 Gaya Prategang pada Balok Komposit.
(a)
(c)
Gambar III.4 Analisa Tegangan Balok Komposit pada (a) Balok Persegi, (b) Balok I, (c) Balok T
Dengan melihat gambar analisa tegangan di atas, maka kita dapat memodifikasi
persamaan (3.11) dan (3.12) menjadi.
���� ≥[��� −����]...(3.21)
�
��� ≥����� + ��
��� +
(��+��) �� �� �
...(3.22)
Untuk menghitung jumlah tendon yang digunakan adalah perbandingan gaya
prategang (P) dengan Ultimate tensile strength (UTS) atau bisa juga dibagi dengan perkalian luas strand dengan mutu strand.
�����ℎ�����������= ���� �������� ���� (�)=����� ��������� (�)
BAB IV
APLIKASI
Dalam bab ini akan diberikan suatu contoh perhitungan balok jembatan pada 2 dan
3 perletakan dengan jarak tiap perletakan adalah 25 m seperti pada Gambar IV.1 dibawah
ini.
IV.1 Gambar IV.1
(a)
(b)
(c)
(e)
Gambar IV.1 Balok pada 2 perletakan (a), balok pada 3 perletakan (b), penampang balok persegi
(c), T (d), dan I girder (e).
IV.2 Data-data Struktur dan Penentuan Bahan
1. Jenis Jembatan : Lalu Lintas Atas
2. Status Jalan : Jalan Arteri Primer Kelas 1
3. Konstruksi Jembatan : Jembatan Prategang dengan Lantai Komposit
4. Data Konstruksi Jembatan
Jarak Tiap Tumpuan : 25 meter
Lebar Jembatan : 9,2 meter (2 lajur)
Lebar Jalur : 2 x 3,5 meter
Lebar Bahu Jalan : 1,00 meter
5. Data Bahan Konstruksi
Mutu Beton Prategang : f’c = 60 Mpa
Mutu Baja Prategang : f’c = 1860 Mpa
Diameter Baja Prategang : 15,24 mm
IV.3 Penghitungan Pembebanan
1. Beban Mati
Berat jenis bahan untuk batas ultimate (ULS) dalam perhitungan konstruksi sebesar :
Beton bertulang = 25 *1,3 kN/m3
= 3,25 T/m3
Beton aspal = 22*1,0 kN/m3 (RSNI T-02-2005)
= 2,2 T/m3
Beton prategang = 26*1,2 kN/m3 (RSNI T-02-2005)
= 3,12 T/m3
Beton konvensional = 25*1,2 kN/m3 (RSNI T-02-2005)
= 3,0 T/m3
2. Beban lajur “D” (beban terbagi rata dan beban garis)
Beban Terbagi Rata (BTR)
Untuk bentang 25 m atau � ≤ 30 �, maka menurut RSNI T-02-2005 �= 9,0 ���
dakalikan dengan faktor beban = 9,0 x 1,0 = 9 kPa = 0,9 T/m2.
Pada Jembatan Tanggi, balok prategang yang digunakan sebanyak 6 buah, tentunya
dalam perencanaan digunakan balok yang pembebanannya paling berat yaitu balok
tengah , maka beban “D” yang digunakan akan sebesar 0,9 T/m2 karena dalam wilayah
balok tersebut persebaran beban “D” masih 100%.
Beban Garis (BGT)
Menurut RSNI T-02-2005 49 kN/m = 4,9 T/m ditempatkan tegak lurus terhadap arah
lalu lintas pada jembatan.
Pada beban garis terdapat faktor beban dinamik (FBD) yang mempengaruhi, maka
BM 100 �� = 100% � 4,9 = 4,9��
Bentang (L) < 50 m ; FBD = 0,4
50 ≤ bentang (L) ≤ 90 m ; FBD = 0,525 – 0,0025 L
Bentang (L) > 90 m ; FBD = 0,3
L = 25 m, FBD = 0,4 maka �� = (100% + 40%)� 4,9 = 6,86� �
P = 6,86 x 1,65 = 11,319 T.
3. Beban Kendaraan Rencana (beban truk ‘T’)
Untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai kendaraan jembatan
harus digunakan beban “T”, yaitu beban yang merupakan kendaraan truk semi-trailer
yang mempunuai beban sebesar 5 ton.
4. Beban Gaya Rem
Pengaruh rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang. Gaya ini tidak tergantung pada lebar jembatan, tetapi gaya ini tergantung
pada panjang struktur yang tertahan atau bentang jembatan.
Gaya Rem bentang < 80 m ≤ 250 KN Gaya Rem bentang > 100 m ≥ 300 KN
Gaya Rem Balok Jembatan 25 m = 250 kN = 25 T
5. Beban Angin
Berdasarkan RSNI T-02-2005, karena jembatan diasumsikan jauh dari pantai (>5km),
maka kecepatan rencana yang digunakan adalah 25 m/s sedangkan CW diasumsikan
1,2.
Maka beban angin per m2 adalah
��� = 0,0006 ��(��)2��
��� = 0,45���2 = 0,045 �/� 2
IV.4 Balok Sederhana
1. Beban Mati
Berat Sendiri Balok Prategang (q1)
�1 =��������� ��������� ��� = ����3,12 = 3,12���/�
Berat Pelat Lantai (q2)
Lebar Efektif Pelat Komposit
�� = 1 4�=
1
4(25) = 6,25�
�� =�+ 16�= 0,5 + 16(0,2) = 3,7�
�� =��������������� = 1,65�
Pakai yang terkecil, maka �� = 1,65�
�2 = ������ ������� ��������� ��� = 0,2�1,65�3,25 = 1,0725 �/�
Berat Pavement (q3)
�3 = �� ������� ����� ��� = 0,05�1,65�2,2 = 0,1815 �/�
Total Beban Mati = �1+�2+�3 = 3,12��+ 1,0725 + 0,1815 = 3,12��+
1,254 �/�
2. Beban Hidup
�= 0,9 �/�2 x 1,65 m =1,485 T/m
Reaksi Perletakan :
Tegangan izin menurut SNI 2002:
�������� ∶ �������� = 0,6�′��= 0,6�60 = 36 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ��� ������ ∶ �������� = 0,45�′��= 0,45�60 = 27 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ���
Tegangan izin tarik dalam perencanaan untuk struktur fully prestressed ��� = ��� = 0 Asumsi kehilangan prategang 20% (�= 0,8)
Momen akibat beban hidup (��) = 186,76 ����= 1867,6 ���
Momen akibat beban mati =
�1
812,54�25 2�+�1
8��ℎ�31,2�25
2�= 979,6875 ���+ 2437,5��ℎ���
Batas-batas tegangan pada serat paling bawah
��� = ���� − ��� = (0,8�36)−0 = 28,8 ���
Momen tahanan minimum ditentukan oleh :
ℎ3−101,5625ℎ2−1190,1198�106 = 0
�������������ℎ= 1095�� ≈1100��,�����=1 2ℎ =
1
2(1100) = 550�� Untuk penampang yang tersedia (b=550 mm, h=1100 mm)
Luas penampang (A)=605�103��2 �� = �� = 110,916�106��3
Momen akibat berat sendiri
�� = 2437,5�ℎ= 2437,5(0,55)(1,1) = 1474,6875 ���
Penampang Setelah Komposit
�= (1100�550) + (1650�200) = 935000 ��2
Pelat
�� =
Gaya Prategang minimum ditentukan oleh :
�=� (110,916�10
6)2(34,831 + 13,295) 605�103(34,831−13,295)110,916�106�
�= ���,�����
Kontrol Tegangan Pada Penampang
Analisa Tegangan Efektif
Akibat Berat Sendiri Pracetak
�� = ���
Akibat Berat Sendiri Pelat
�� = ���
Tegangan Akibat Beban Hidup
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = −13,295 + 13,295 = 0 … .��
�� = 34,831−13,295 = 21,536 ���< 27 ���… .��
Kontrol tegangan Resultan
�� = 0,8(−13,295) + 13,295 + 2,061 + 3,93 = 8,65���< 27���… .��
�� = 0,8(34,831)−13,295−5,013−9,556 = 0,0008≈0 … .��
Jumlah strand yang Digunakan
Digunakan untaian kawat/strand dengan diameter setiap strand 15,2. Luas tiap strand 140 mm2..
Tegangan batas fpu = 1860 Mpa
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menurut ACI :
Tegangan saat transfer : Tat = 0,8 Tpu
Tegangan saat beton bekerja : Tap = 0,7 Tpu
Jumlah Tendon yang dibutuhkan:
P = 6514,6 KN
�= �
0,7����� =
6514600
Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
Jenis-jenis kehilangan tegangan adalah sebagai berikut :
1) Akibat tegangan elastis beton
As = 36x140=5040 mm2
Ac = 605000 mm2
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10 %, maka :
∆���� = 0,9�103,11867 = 92,806 ���
��������� 5 ������
2) Akibat rangkak beton
∆���� =�������� (��� − ����)
��� =�����������������������,���������������������= 1,6
Fcs = 18,783 MPs
����= 2454,375�10
6�409,688
6,1�1010 = 16,48 ��� ∆���� =������(��� − ����)
∆���� =1,6x5,49x2,3021=20,222 MPa
3) Akibat susut beton
ΔfpSH = €SH x Eps
€SH = 200x10−6
log (3650+2)= 0,0005 asumsi t=10 tahun
ΔfpSH = 0,0005x200000=40MPa
4) Akibat relaksasi baja.
ΔfpRE= �[��� − �(��+��+��]
ΔfpRE= 1,45[100−0,15(40 + 20,222 + 46,403]
ΔfpRE= 121,809 ���
Kehilangan Gaya Prategang Total :
Dari hasil perhitungan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada beton dan
baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total : 46,403+20,222+40+121,809 =228,434 MPa
Persentase Kehilangan Total = 228,434
Kontrol tegangan
�� = 0,825(−13,295) + 13,295 + 2,061 + 3,93 = 8,317 ���< 27���… .��
�� = 0,825(34,831)−13,295−5,013−9,556 = 0,871 ���(�����) … .��
IV.4.2. Balok I Girder
Tegangan izin menurut SNI 2002
�������� ∶ �������� = 0,6�′��= 0,6�60 = 36 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ��� ������ ∶ �������� = 0,45�′��= 0,45�60 = 27 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ���
Tegangan izin tarik dalam perencanaan untuk struktur fully prestressed ��� = ��� = 0 Asumsi kehilangan prategang 20% (�= 0,8)
Momen akibat beban hidup (��) = 186,76 ����= 1867,6 ���
Momen akibat beban mati = 2454,375 ���
Batas-batas tegangan pada serat paling bawah
ℎ= 1350 ��
�= 600 ��
ℎ� = 0,23�1120 = 260 ��
�� = 0,25�600 = 150 ��
Maka gambar penampang balok seperti pada gambar
Luas Total = ��+���+����+��� +��
Luas Total = (600�200) +�2�225�120
2 �+ (850�150) +�2�
175�200
2 �+ (500�300) Luas Total = ���������
�� =
(600�200�100) + (2�2252�120�240) + (850�150�625) + (2�175�2200�983,333) + (500�300�1200) 459500
�� = 680,27 ��
Perhitungan Inersia Balok:
Momen akibat berat sendiri
�� = 2437,5������� = 2437,5(0,4595) = 1120,03 ���
Penampang Setelah Komposit
= 25,783 ��� (�����)
Gaya Prategang minimum ditentukan oleh :
�= ��(������ +������)
Kontrol Tegangan Pada Penampang
Analisa Tegangan Efektif
Akibat Berat Sendiri Pracetak
Akibat Berat Sendiri Pelat
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = ���
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = −7,692 + 7,692 = 0 … .��
�� = 25,783−7,573 = 18,21 ���< 27 ���… .��
Kontrol tegangan Resultan
�� = 0,8(−7,692) + 7,692 + 1,597 + 3,0445 = 6,1799 ���< 27���… .��
Jumlah strand yang Digunakan
Digunakan untaian kawat/strand dengan diameter setiap strand 15,2. Luas tiap strand 140 mm2..
Tegangan batas fpu = 1860 Mpa
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menurut ACI :
Tegangan saat transfer : Tat = 0,8 Tpu
Tegangan saat beton bekerja : Tap = 0,7 Tpu
Jumlah Tendon yang dibutuhkan:
P = 4216,439 KN
�= �
0,7����� =
4216 ,439
0,7�1860�140 =23 strand
Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
Jenis-jenis kehilangan tegangan adalah sebagai berikut :
1) Akibat tegangan elastis beton
As = 23x140=3220 mm2
Ac = 459500 mm2
P = 4216439 N
Es = 200000 MPa
Ec = 4700√60 = 3,64�104���
Ic = 9,9057x1010 mm4
e = 582,514 mm
Mg = 1120,03 KNm
�= ��
���= �
1120,03�106(582,514)
9,9053�1010 = 17,033 ���
Maka,
∆���� = 5,49�17,033 = 93,51 ���
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10 %, maka :
∆���� = 0,9�93,51 = 84,159 ���
��������� 4 ������
��= 0,5�84,159 = 42,0795 ���
2) Akibat rangkak beton
∆���� =�������� (��� − ����)
3) Akibat susut beton
ΔfpSH = €SH x Eps
€SH = 200x10−6
log (3650+2)= 0,0005 asumsi t=10 tahun
4) Akibat relaksasi baja.
ΔfpRE= �[��� − �(��+��+��]
ΔfpRE= 1,45[100−0,15(40 + 41,153 + 42,0795]
ΔfpRE= 118,2 ���
Kehilangan Gaya Prategang Total :
Dari hasil perhitungan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada beton dan
baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total : 42,0795+41,153+40+118,2 =241,4325 MPa
Persentase Kehilangan Total = 241,4325
0,7(1860) = 18,5% < 20% (��) Kontrol tegangan
�� = 0,815(−7,692) + 7,692 + 1,597 + 3,0445 = 6,0645 ���< 27���… .��
�� = 0,815(34,831)−7,573−4,491−8,562 = 0,387 ���(�����) … .��
IV.4.3. Balok T
Tegangan izin menurut SNI 2002:
�������� ∶ �������� = 0,6�′��= 0,6�60 = 36 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ��� ������ ∶ �������� = 0,45�′��= 0,45�60 = 27 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ���
Tegangan izin tarik dalam perencanaan untuk struktur fully prestressed ��� = ��� = 0 Asumsi kehilangan prategang 20% (�= 0,8)
Momen akibat beban hidup (��) = 186,76 ����= 1867,6 ���
Momen akibat beban mati = 2454,375 ���
Batas-batas tegangan pada serat paling bawah
Pakai ℎ�
� = 0,25 ��
� = 0,3 ����= 0,5�
Maka dari grafik
��= 0,11��2
��= 0,11���0,5�3
� =� ��
0,10�����0,5� 1/3
� =�4321,875�10 6 0,11�60�0,5 �
1 3
= 1094,1≈ 1100��
�
ℎ = 0,85 ℎ= 1300 ��
�= 550 ��
ℎ� = 0,25�1100 = 275 ��
�� = 300 ��
Maka gambar penampang balok seperti pada gambar
Luas Total = ��+���
Luas Total = ���������
Momen akibat berat sendiri
�� = 2437,5������� = 2437,5(0,45875) = 1118,203 ���
Penampang Setelah Komposit
Pelat
Gaya Prategang minimum ditentukan oleh :
Kontrol Tegangan Pada Penampang
Analisa Tegangan Efektif
Akibat Berat Sendiri Pracetak
Akibat Berat Sendiri Pelat
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = ���
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = −9,066 + 9,066 = 0 … .��
�� = 36,974−11,495 = 25,479 ���< 27 ���… .��
Kontrol tegangan Resultan
�� = 0,8(−9,066) + 9,066 + 1,799 + 3,429 = 7,0412 ���< 27���… .��
Jumlah strand yang Digunakan
Digunakan untaian kawat/strand dengan diameter setiap strand 15,2. Luas tiap strand 140 mm2..
Tegangan batas fpu = 1860 Mpa
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menurut ACI :
Tegangan saat transfer : Tat = 0,8 Tpu
Tegangan saat beton bekerja : Tap = 0,7 Tpu
Jumlah Tendon yang dibutuhkan:
P = 5153,715 KN
�= �
0,7����� =
5153715
0,7�1860�140 =28 strand
Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
Jenis-jenis kehilangan tegangan adalah sebagai berikut :
1) Akibat tegangan elastis beton
As = 28x140=3920 mm2
Ac = 458750 mm2
P = 5153715 N
Es = 200000 MPa
Ec = 4700√60 = 3,64�104���
Ic = 7,07x1010 mm4
e = 485,83 mm
Mg = 1118,203 KNm
�= ��
���= �
1118,203�106(485,83)
7,07�1010 = 20,756 ���
Maka,
∆���� = 5,49�20,756 = 113,95 ���
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10 %, maka :
∆���� = 0,9�113,95 = 102,555 ���
��������� 4 ������
��= 0,5�102,555 = 51,2775 ���
2) Akibat rangkak beton
∆���� =�������� (��� − ����)
3) Akibat susut beton
ΔfpSH = €SH x Eps
€SH = 200x10−6
log (3650+2)= 0,0005 asumsi t=10 tahun
4) Akibat relaksasi baja.
ΔfpRE= �[��� − �(��+��+��]
ΔfpRE= 1,45[100−0,15(40 + 55,69 + 51,2775]
ΔfpRE= 113,03 ���
Kehilangan Gaya Prategang Total :
Dari hasil perhitungan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada beton dan
baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total : 51,2775+55,69+40+113,03 =260 MPa
Persentase Kehilangan Total = 260
0,7(1860) = 20%≤ 20% (��)
IV.5. Balok Prategang Menerus IV.5.1. Balok Persegi
Pembebanan Balok Prategang
1. Beban Mati
Berat Sendiri Balok Prategang (q1)
�1 =��������� ��������� ��� = ����3,12 = 1,8876 �/�
Berat Pelat Lantai (q2)
Lebar Efektif Pelat Komposit
�� =14�= 14(25) = 6,25�
�� =�+ 16�= 0,5 + 16(0,2) = 3,7�
�� =��������������� = 1,65�
Pakai yang terkecil, maka �� = 1,65�
Berat Pavement (q3)
�3 = �� ������� ����� ��� = 0,05�1,65�2,2 = 0,1815 �/�
Total Beban Mati = �1+�2+�3 = 1,8876 + 1,0725 + 0,1815 = 3,1416 �/�
Perhitungan momen akibat berat sendiri balok
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -150,02 Tonm = -1500,02 KNm
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 84,43 Tonm = 844,3 KNm
Perhitungan momen akibat pelat
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -100,54 Tonm = -1005,4 KNm
2. Beban Hidup
�= 0,9 �/�2 x 1,65 m =1,485 T/m
�= 11,319 �
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -145,10 Tonm = -1451 KNm
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 116,83 Tonm = 1168,3 KNm
Tegangan izin menurut SNI 2002:
�������� ∶ �������� = 0,6�′��= 0,6�60 = 36 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ��� ������ ∶ �������� = 0,45�′��= 0,45�60 = 27 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ���
Tegangan izin tarik dalam perencanaan untuk struktur fully prestressed ��� = ��� = 0 Asumsi kehilangan prategang 20% (�= 0,8)
Penampang yang digunakan sama dengan penampang pada balok perletakan sederhana
Untuk penampang yang tersedia (b=550 mm, h=1100 mm)
Penampang Setelah Komposit
�= (1100�550) + (1650�200) = 935000 ��2
�� =
(1100�550�750) + (1650�200�100)
935000 = 520,59 ��
�� = 1300−520,59 = 779,41 ��
�=�550�1100 3
12 �+ (550�1100�229,41
2) +�1650�200 3
12 �+ (1650�200�420,59 2)
�= 1,5232�1011��4
�� = 1,5232�10 11
779,41 = 195,43�10 6��3
Pelat
�� = 1,5232�10
Eksentrisitas yang bersesuaian pada tumpuan
�=� ��������� − �����
Nilai eksentrisitas teoritis yang ditentukan diatas terlalu dekat dengan batas tepi atas
penampang. Maka, dengan memberikan beton pelindung yang cukupuntuk kabel,
eksentrisitas maksimum yang memungkinkan
�= (550−100) = 450 ��
Maka gaya prategang yang bersesuaian dengan eksentrisitas diatas adalah
�= �������� �� +���= �
605000�27,4�110,916�106
Dengan adanya momen sekunder pada balok menerus, maka gunakan P = 4000 KN
Eksentrisitas yang bersesuaian pada lapangan
�=� ��������� − ����� �������� +��������
�=� (110,916�10
6)2(20,606 + 7,612) 605�103(20,606−7,612)110,916�106�
�= �����
Menghitung Momen Sekunder
Dengan metode peralihan , momen primer akibat prategang menimbulkan lawan
lendut ke atas ditumpuan C, lawan lendut ini dapat diperoleh dari mekanika dasar dengan
metode luas momen.
Momen Primer Bentuk defleksi akibat R
Momen Sekunder akibat R
EI∆c=�(1280x106+ 720x106)x25x2 3 �
25 2 x10
6− �1440x106x25
2 �x
25�2 3 �10
6
EI∆c= 116666,7x1012 Nmm3
EI∆c=�12,5���10 3�25
2 �
25�2 3 �10
6�
EI∆c= 2604,167Rcx109 Nmm3
Maka
116666,7x1012 Nmm3= 2604,167Rcx109 Nmm3 ��= 44,8 ���
�� = �� = 44,8
2 = 22,4 ��� �� = 22,4�25 = 560 ���
Geometri Tendon
Momen Primer
Momen sekunder
Kontrol Tegangan Pada Penampang
Pada tumpuan
Akibat Berat Sendiri Pracetak
�� = −���
Akibat Berat Sendiri Pelat
�� = ���
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = −���
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = −��� � =−
280�106
110,916�106 = −2,525 �/�� 2
Akibat Berat Sendiri Pracetak
�� = ���
Akibat Berat Sendiri Pelat
�� = ���
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = ���
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = −7,814 + 2,525 + 7,612 = 2,323 < 36 … .��
�� = 21,037−2,525−7,612 = 10,9 < 36 … .��
Kontrol tegangan Resultan
�� = 0,8(−7,814) + 2,525 + 7,612 + 1,934 + 3,993 = 9,8128 < 27���… .��
Jumlah strand yang Digunakan
Digunakan untaian kawat/strand dengan diameter setiap strand 15,2. Luas tiap strand 140 mm2..
Tegangan batas fpu = 1860 Mpa
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menurut ACI :
Tegangan saat transfer : Tat = 0,8 Tpu
Tegangan saat beton bekerja : Tap = 0,7 Tpu
Jumlah Tendon yang dibutuhkan:
P = 6514,6 KN
�= �
0,7����� =
4000000
0,7�1860�140 =22 strand
Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
Jenis-jenis kehilangan tegangan adalah sebagai berikut :
1) Akibat tegangan elastis beton
As = 22x140=3080 mm2
Ac = 605000 mm2
P = 4000000 N
Es = 200000 MPa
Ec = 4700√60 = 3,64�104���
Ic = 6,1x1010 mm4
e = 45 mm
Mg = 1474,6875 KNm
�= ��
���= �
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10 %, maka :
∆���� = 0,9�109,197 = 98,277 ���
��������� 5 ������
��= 0,5�98,277 = 49,139 ���
2) Akibat rangkak beton
∆���� =�������� (��� − ����)
∆���� =1,6x5,49x1,41=12,385 MPa
3) Akibat susut beton
ΔfpSH = €SH x Eps
€SH = 200x10−6
ΔfpSH = 0,0005x200000=40MPa
4) Akibat relaksasi baja.
ΔfpRE= �[��� − �(��+��+��]
ΔfpRE= 1,45[100−0,15(40 + 12,385 + 49,139]
ΔfpRE= 122,92 ���
Kehilangan Gaya Prategang Total :
Dari hasil perhitungan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada beton dan
baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total : 49,139+12,385+40+122,92 =224,44 MPa
Persentase Kehilangan Total = 224,44
0,7(1860) = 17,24% < 20% (��)
Kontrol tegangan Resultan pada tumpuan
�� = 0,8267(22,84) + 5,049−13,524−2,116−3,054 = 5,236 ���… .��
�� = 0,8267(−9,167)−5,049 + 13,524 + 5,144 + 7,42 = 13,7054 < 27���… .��
Kontrol tegangan Resultan pada lapangan
�� = 0,8267(−7,814) + 2,525 + 7,612 + 1,934 + 3,993 = 9,604 < 27���… .��
�� = 0,8267(21,037)−2,525−7,612−2,895−5,978 =−1,61
<−3,873���… .��
IV.4.2. Balok I Girder
Pembebanan Balok Prategang
1. Beban Mati
Berat Sendiri Balok Prategang (q1)
Berat Pelat Lantai (q2)
Lebar Efektif Pelat Komposit
�� = 1 4�=
1
4(25) = 6,25�
�� =�+ 16�= 0,5 + 16(0,2) = 3,7�
�� =��������������� = 1,65�
Pakai yang terkecil, maka �� = 1,65�
�2 = ������ ������� ��������� ��� = 0,2�1,65�3,25 = 1,0725 �/�
Berat Pavement (q3)
�3 = �� ������� ����� ��� = 0,05�1,65�2,2 = 0,1815 �/�
Total Beban Mati = �1+�2+�3 = 1,433 + 1,0725 + 0,1815 = 2,687 �/�
Perhitungan momen akibat berat sendiri balok
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -114,52 Tonm = -1145,2 KNm
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 64,45Tonm = 644,5 KNm
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -100,54 Tonm = -1005,4 KNm
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 56,58 Tonm = 565,8 KNm
2. Beban Hidup
�= 0,9 �/�2 x 1,65 m =1,485 T/m
�= 11,319 �
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -145,10 Tonm = -1451 KNm
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 116,83 Tonm = 1168,3 KNm
Tegangan izin menurut SNI 2002
�������� ∶ �������� = 0,6�′��= 0,6�60 = 36 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ��� ������ ∶ �������� = 0,45�′��= 0,45�60 = 27 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ���
Tegangan izin tarik dalam perencanaan untuk struktur fully prestressed ��� = ��� = 0 Asumsi kehilangan prategang 20% (�= 0,8)
� = 1130��
ℎ= 1350 ��
�= 600 ��
ℎ� = 0,23�1120 = 260 ��
�� = 0,25�600 = 150 ��
Maka gambar penampang balok seperti pada gambar
Luas Total = ��+���+����+��� +��
Luas Total = (600�200) +�2�225�120
2 �+ (850�150) +�2�
175�200
2 �+ (500�300) Luas Total = ���������
�� =
(600�200�100) + (2�2252�120�240) + (850�150�625) + (2�175�2200�983,333) + (500�300�1200)
459500
�� = 680,27 ��
Pada lapangan
Eksentrisitas yang bersesuaian pada tumpuan
�=� ��������� − �����
Nilai eksentrisitas teoritis yang ditentukan diatas terlalu dekat dengan batas tepi atas
penampang. Maka, dengan memberikan beton pelindung yang cukupuntuk kabel,
eksentrisitas maksimum yang memungkinkan
�= (680−100) = 580 ��
Maka gaya prategang yang bersesuaian dengan eksentrisitas diatas adalah
�= �������� �� +���= �
459500�17,664�145,608�106
145,608�106+ (459500�580)�=����,�����
Dengan adanya momen sekunder pada balok menerus, maka gunakan P = 2500 KN
Eksentrisitas yang bersesuaian pada lapangan
Menghitung Momen Sekunder
Dengan metode peralihan , momen primer akibat prategang menimbulkan lawan lendut ke
atas ditumpuan C, lawan lendut ini dapat diperoleh dari mekanika dasar dengan metode
luas momen.
Momen Primer Bentuk defleksi akibat R
Momen Sekunder akibat R
EI∆c=�(1160x106+ 580x106)x25x2 3 �
25 2 x10
6− �1160x106x25
2 �x
25�2 3 �10
6
EI∆c= 120833,33x1012 Nmm3
Dengan cara yang sama
EI∆c=�12,5���10 3�25
2 �
25�2 3 �10
6�
EI∆c= 2604,167Rcx109 Nmm3
120833,33x1012Nmm3= 2604,167Rcx109 Nmm3 ��= 46,4 ���
�� = �� = 44,8
2 = 23,2 ��� �� = 22,4�25 = 580 ���
Geometri Tendon
Momen Primer
Reaksi yang terjadi
Kontrol Tegangan Pada Penampang
Akibat Berat Sendiri Pracetak
�� = −���
Akibat Berat Sendiri Pelat
�� = −���
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = ���
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = 15,399 + 3,983−7,865 = 11,517 < 27 … .��
Akibat Berat Sendiri Pracetak
�� = −���
Akibat Berat Sendiri Pelat
�� = ���
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = ���
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = −4,51 + 1,992 + 4,426 = 1,908 < 36 … .��
�� = 15,244−1,96−4,358 = 8,926 < 36 … .��
Kontrol tegangan Resultan
�� = 0,8(−4,51) + 1,992 + 4,426 + 1,443 + 2,998 = 7,251 < 27���… .��
�� = 0,8(15,244)−1,96−4,358−2,594−5,356 =−2,07 <−3,873���… .��
Jumlah strand yang Digunakan
Digunakan untaian kawat/strand dengan diameter setiap strand 15,2. Luas tiap strand 140 mm2..
Tegangan batas fpu = 1860 Mpa
Tegangan saat transfer : Tat = 0,8 Tpu
Tegangan saat beton bekerja : Tap = 0,7 Tpu
Jumlah Tendon yang dibutuhkan:
P = 2500 KN
�= �
0,7����� =
2500000
0,7�1860�140 =14 strand Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
Jenis-jenis kehilangan tegangan adalah sebagai berikut :
1) Akibat tegangan elastis beton
As = 23x140=1960 mm2
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10 %, maka :
∆���� = 0,9�93,51 = 35,7 ���
��������� 4 ������
��= 0,5�35,7 = 17,85 ���
2) Akibat rangkak beton
∆���� =�������� (��� − ����)
��� =�����������������������,���������������������= 1,6
Fcs = 7,225 MPa
����= 2150,6�10 6�580
9,9053�1010 = 12,59 ��� ∆���� =������(��� − ����)
∆���� =1,6x5,49x5,365= 47,126 MPa
3) Akibat susut beton
ΔfpSH = €SH x Eps
€SH = 200x10−6
log (3650+2)= 0,0005 asumsi t=10 tahun
ΔfpSH = 0,0005x200000 = 40MPa
4) Akibat relaksasi baja.
ΔfpRE= �[��� − �(��+��+��]
ΔfpRE= 1,45[100−0,15(40 + 47,126 + 17,85]
Kehilangan Gaya Prategang Total :
Dari hasil perhitungan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada beton dan
baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total : 17,85+47,126+40+122,167 =227,143 MPa
Persentase Kehilangan Total = 227,143
0,7(1860) = 17,45% < 20% (��) Kontrol tegangan
Kontrol tegangan Resultan tumpuan
�� = 0,8255(15,399) + 5,049−7,865−1,638−2,365 = 5,89 ���… .��
�� = 0,8255(−4,363)−3,921 + 7,743 + 4,609 + 6,652 = 11,481 < 27���… .��
Kontrol tegangan Resultan lapangan
�� = 0,8255(−4,51) + 1,992 + 4,426 + 1,443 + 2,998 = 7,136 < 27���… .��
�� = 0,8255(15,244)−1,96−4,358−2,594−5,356 =−1,68 <−3,873���… .��
IV.4.3. Balok T
Pembebanan Balok Prategang
3. Beban Mati
Berat Sendiri Balok Prategang (q1)
�1 =��������� ��������� ��� = 0,45875�3,12 = 1,4313 �/�
Berat Pelat Lantai (q2)
Lebar Efektif Pelat Komposit
�� = 1 4�=
1
4(25) = 6,25�
�� =�+ 16�= 0,5 + 16(0,2) = 3,7�
Pakai yang terkecil, maka �� = 1,65�
�2 = ������ ������� ��������� ��� = 0,2�1,65�3,25 = 1,0725 �/�
Berat Pavement (q3)
�3 = �� ������� ����� ��� = 0,05�1,65�2,2 = 0,1815 �/�
Total Beban Mati = �1+�2+�3 = 1,4313 + 1,0725 + 0,1815 = 2,6853 �/�
Perhitungan momen akibat berat sendiri balok
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -114,39 Tonm = -1143,9 KNm
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 64,38 Tonm = 643,8 KNm
Perhitungan momen akibat pelat
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 56,58 Tonm = 565,8 KNm
4. Beban Hidup
�= 0,9 �/�2 x 1,65 m =1,485 T/m
�= 11,319 �
25 m 25 m
Dengan menggunakan SAP 2000 lakukan perhitungan momen.
Momen maksimum berada pada tumpuan sebesar -145,10 Tonm = -1451 KNm
Momen maksimum berada pada lapangan sebesar 116,83 Tonm = 1168,3 KNm
Tegangan izin menurut SNI 2002:
�������� ∶ �������� = 0,6�′��= 0,6�60 = 36 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ��� ������ ∶ �������� = 0,45�′��= 0,45�60 = 27 ��� ;�������� = 0,5��′��= 0,5√60 = 3,873 ���
Tegangan izin tarik dalam perencanaan untuk struktur fully prestressed ��� = ��� = 0 Asumsi kehilangan prategang 20% (�= 0,8)
� = 1100��
ℎ= 1300 ��
�= 550 ��
ℎ� = 0,25�1100 = 275 ��
Maka gambar penampang balok seperti pada gambar
Luas Total = ��+���
Luas Total = (550x275)+(300x1025)
Luas Total = ���������
�� =
(550�275�137,5) + (1025�300�787,5) 458750
�� = 573,2 ��
�� = 1300−573,2 = 726,8 ��
Perhitungan Inersia Balok:
�� = 1
12(550)(275)
3+ (550�275)(573,2−137,5)2 = 2,966�1010��4
��� = 1
12(300)(1025)
3+ (300�1025)(726,8−512,5)2 = 4,104�1010��4
������ = 2,966�1010 ��4+4,104�1010��4
������ =�,����������
�� =
7,07�1010
573,2 = 123,34�10 6��3
�� =
7,07�1010
Penampang Setelah Komposit
�= (458750) + (1650�200) = 788750 ��2
�� =
(458750�773,2) + (1650�200�100)
788750 = 491,54 ��
�� = 1500−491,54 = 1008,46 ��
�= 7,07�1010+ (458750(1008,46−726,8)2+�1650�200
3
12 �+ (1650�200�391,54
2) Pelat
�=��,�����������
Eksentrisitas yang bersesuaian pada tumpuan
�=� ��������� − �����
Nilai eksentrisitas teoritis yang ditentukan diatas terlalu dekat dengan batas tepi atas
penampang. Maka, dengan memberikan beton pelindung yang cukupuntuk kabel,
�= (573−100) = 473 ��
Maka gaya prategang yang bersesuaian dengan eksentrisitas diatas adalah
�= �������� �� +���= �
458750�21,097�123,34�106
123,34�106+ (458750�473)�=����,�����
Dengan adanya momen sekunder pada balok menerus, maka gunakan P = 3000 KN
Eksentrisitas yang bersesuaian pada lapangan
�=� ��������� − ����� �������� +��������
�=� 97,275�123,34�10
12(22,04 + 5,22)
458,75�103(22.04�97,275�106−5,22�123,34�106)�
�= �����
Menghitung Momen Sekunder
Dengan metode peralihan , momen primer akibat prategang menimbulkan lawan
lendut ke atas ditumpuan C, lawan lendut ini dapat diperoleh dari mekanika dasar dengan
metode luas momen.
Momen Sekunder akibat R
EI∆c=�(1140x106+ 567,6x106)x25x2 3 �
25 2 x10
6− �1135,2x106x25
2 �x
25�2 3 �10
6
EI∆c= 119250x1012 Nmm3
Dengan cara yang sama
EI∆c=�12,5���10 3�25
2 �
25�2 3 �10
6�
EI∆c= 2604,167Rcx109 Nmm3
Maka
119250x1012 Nmm3= 2604,167Rcx109 Nmm3 ��= 45,792 ���
�� = �� =
45,792
2 = 22,896 ��� �� = 22,896�25 = 572,4 ���
Akibat Berat Sendiri Pracetak
Akibat Berat Sendiri Pelat
�� = −���
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = −���
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = 18,044 + 4,64−9,274 = 13,41 < 27 … .��
�� = −8,048−5,884 + 11,759 =−2,173 <−3,873 … .��
Kontrol tegangan Resultan
�� = 0,8(18,044) + 4,64−9,274−1,845−2,664 = 4,9 ���… .��
Pada lapangan
Akibat Berat Sendiri Pracetak
�� = ���
Akibat Berat Sendiri Pelat
�� = ���
Tegangan Akibat Beban Hidup
�� = ��� �� =
1168,3�106
157,448�106 =−7,42 �
��2(�����)
Kontrol Tegangan Kondisi Awal
�� = −5,014 + 2,288 + 5,225 = 2,499 < 36 ���… .��
�� = 21,189−2,942−6,625 = 11,622 < 36 ���… .��
Kontrol tegangan Resultan
�� = 0,8(−5,014) + 2,288 + 5,225 + 1,751 + 3,617 = 8,8698 < 27���… .��
�� = 0,8(21,189)−2,942−6,625−3,593−7,42 =−3,6 <−3,873���… .��
Jumlah strand yang Digunakan
Digunakan untaian kawat/strand dengan diameter setiap strand 15,2. Luas tiap strand 140 mm2..
Tegangan batas fpu = 1860 Mpa
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menurut ACI :
Tegangan saat transfer : Tat = 0,8 Tpu
Tegangan saat beton bekerja : Tap = 0,7 Tpu
Jumlah Tendon yang dibutuhkan:
P = 3000 KN
�= �
0,7����� =
3000000
0,7�1860�140 =17 strand
Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
1) Akibat tegangan elastis beton
As = 17x140=2380 mm2
Ac = 458750 mm2
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10 %, maka :
∆���� = 0,9�46 = 41,4 ���
��������� 3 ������
��= 0,5�41,4 = 20,7 ���
2) Akibat rangkak beton
��� =�����������������������,���������������������= 1,6
Fcs = 8,38 MPa
����= 2149,3�10 6�473
7,07�1010 = 14,38 ��� ∆���� =������(��� − ����)
∆���� =1,6x5,49x6= 52,704 MPa
3) Akibat susut beton
ΔfpSH = €SH x Eps
€SH = 200x10−6
log (3650+2)= 0,0005 asumsi t=10 tahun
ΔfpSH = 0,0005x200000 = 40MPa
4) Akibat relaksasi baja.
ΔfpRE= �[��� − �(��+��+��]
ΔfpRE= 1,45[100−0,15(40 + 52,704 + 20,7]
ΔfpRE= 120,33 ���
Kehilangan Gaya Prategang Total :
Dari hasil perhitungan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada beton dan
baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total : 20,7+52,704+40+120,33 = 233,734 MPa
Persentase Kehilangan Total = 233,732
0,7(1860) = 17,95%≤20% (��) Kontrol tegangan Resultan tumpuan
�� = 0,8205(18,044) + 4,64−9,274−1,845−2,664 = 5,66 ���… .��
Kontrol tegangan Resultan lapangan
�� = 0,8205(−5,014) + 2,288 + 5,225 + 1,751 + 3,617 = 8,767 < 27���… .��
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
VI. Kesimpulan
1. Hasil perhitungan
o Pada balok persegi dengan luas penampang 605000 mm2 digunakan 36 strand (5040
mm2) pada balok sederhana dan 22 strand (3080 mm2) pada balok menerus.
o Pada balok I girder dengan luas penampang 459500 mm2 digunakan 23 strand (3220
mm2) pada balok sederhana dan 14 strand (1960 mm2) pada balok menerus.
o Pada balok persegi dengan luas penampang 458750 mm2 digunakan 28 strand (3920
mm2) pada balok sederhana dan 17 strand (2380 mm2) pada balok menerus.
2. Dari hasil diatas balok I girder dan T lebih ekonomis sekitar 31,65% dari segi jumlah
penampang balok yang dibutuhkan.
3. Dari jumlah kabel prategang yang dibutuhkan penampang I girder lebih ekonomis dari
penampang T dan persegi.
4. Dengan menggunakan sistem balok menerus jumlah kabel prategang yang digunakan
VI. Saran
1. Perlu dibuat beban yang lebih bervariasi terutama untuk beban dinamis sehingga dapat
diketahui apakah pengaruhnya terhadap gaya prategang minimum yang dibutuhkan
sehingga dapat diketahui pengklasifikasian penampang yang cocok digunakan pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Material
II.1.1. Beton
Beton merupakan material pada bangunan yang paling banyak digunakan. Misalnya
pada bangunan bendungan, pondasi, basement, dan bangunan lainnya. Beton merupakan
material komposit yang tersusun dari beberapa bahan penyusun utama yaitu semen,
agregat, dan air. Adapun bahan tambah yang digunakan berupa bahan kimia pembantu
(admixture) untuk mengubah sifat-sifat beton ketika masih berupa beton segar atau beton
keras. Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Kekuatan
beton ditentukan oleh kuat tekan tekan karakteristik pada usia 28 hari. Kuat tekan
karakteristik adalah tegangan yang melampaui 95 % dari pengukuran kuat tekan uniaksial
yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu kubus ukuran 150x150 mm, atau silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengukuran kekuatan dengan kubus akan
lebih tinggi daripada dengan silinder. Rasio kekuatan antara silinder dan kubus adalah 0,8.
Sifat yang penting pada beton adalah kuat tekan, bila kuat tekan tinggi maka
sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan
beton terdiri dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air-semen, gradasi agregat, ukuran
maksimum agregat, cara pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan
perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996)
II.1.1.1. Semen
Semen merupakan bahan utama pembentuk beton yang bersifat hidrolis, yaitu akan
memiliki sifat adhesif dan kohesif apabila telah bereaksi dengan air dan berfungsi sebagai
perekat bagi agregat-agregat beton. Semen juga merupakan bahan ikat ikat yang paling
penting dan sangat banyak digunakan dalam pembangunan fisik disektor konstruksi sipil.
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi suatu campuran yang dinamakan beton.
Penggunaan semen sudah sangat lama, hingga pada tahun 1882 diusulkan oleh Joseph
Aspdin dengan nama semen portland karena campuran air, pasir, dan batu-batuan yang
bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk ini pertama kali di olah di pulau Portland, Inggris.
Semen portland pertama kali diproduksi di pabrik oleh David Saylor di Coplay
Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1875. Dan kemuadian semen porland
berkembang pesat dan di buat sesuai kebutuhan.
Semen portland memiliki beberapa senyawa kimia yang masing-masing memiliki
sifat sendiri. Empat senyawa kimia yang utama pada semen portland adalah
Trikalsium Silikat (C3S), Dikalsium Silikat (C2S), Trikalsium Aluminat (C3A),
Tetrakalsium Aluminoferrit (C4AF).
Tabel II.1 Empat senyawa utama dalam semen portland
Berdasarkan American Standard for Testing Material (ASTM) semen portland dibagi menjadi lima type, yaitu :
1. Type I : semen portland yang digunakan untuk semua bangunan beton yang tidak
mengalami perubahan cuaca yang dasyat atau dibangun dalam lingkungan yang sangat
2. Type II : semen yang mengeluarkan panas hidrasi lebih rendah serta dengan
kecepatan penyebaran panas yang rendah pula, selain itu juga lebih tahan terhadap
serangan sulfat.
3. Type III : semen yang cepat mengeras, yang cocok untuk pengerasan beton pada
suhu rendah. Semen ini digunakan bilamana kekuatan yang harus dicapai dalam waktu
sangat singkat dan biasanya dipakai pada pembuatan jalan yang harus cepat dibuka
untuk lalu lintas.
4. Type IV : semen ini menimbulkan panas hidrasi yang rendah.
5. Type V : semen ini tahan terhadap sulfat serta mengeluarkan panas hydrasi
25%-40% lebih rendah dari semen type I.
II.1.1.2. Agregat
Agregat merupakan material granular (suatu bahan keras/kaku) yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau mortar. Agregat berasal dari bahan organik dan an-organik. Dalam
campuran beton volume agregat sekitar 70-75 %. Mengingat bahwa agregat mempunyai
volume terbesar dalam campuran beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable), dan ekonomis.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran butir
agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam akan
menghasilkan volume pori yang besar tetapi bila ukuran butir-butirnya bervariasi maka
volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan mengisi pori di
antara butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan penyusun beton diinginkan
mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga volume pori dan bahan pengikat yang
Menurut British Standard 882:1973 (Gambhir, 1986), distribusi ukuran butiran agregat halus dibagi menjadi empat daerah atau zone yaitu: zone I (kasar), zone II (agak
kasar), zone III (agak halus) dan zone IV (halus) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel dan
distribusi agregat kasar yang ditunjukkan pada Tabel dibawah
Tabel II.2 Batas-Batas Gradasi Agregat Halus (Gambhir, 2004)
Ukuran
Saringan
(BS)
Persentase Berat yang Lolos Saringan
Gradasi
Tabel II.3 Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar (Gambhir, 2004)
Ukuran Saringan
(BS)
Persentase Berat yang Lolos Saringan
5 mm sampai 40 mm 5 mm sampai 20 mm
37,5 mm 90-100 100
10,0 mm 10-40 50-85
5,0 mm 0-5 0-10
Ukuran agregat dalam prakteknya secara umum digolongkan ke dalam 3 kelompok
yaitu :
a. Batu, jika ukuran butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil, jika ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm.
c. Pasir, jika ukuran butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.
Butiran yang lebih kecil dari 0,15 mm dinamakan “silt” atau tanah.
Agregat kasar menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia perlu diuji
ketahanannya terhadap keausan (dengan mesin Los Angeles). Persyaratan mengenai ketahanan agregat kasar beton terhadap keausan ditunjukkan pada tabel dibawah
Tabel II.4 Persyaratan Kekerasan Agregat Kasar Beton (Gambhir, 2004)
Kekuatan
Beton
Maksimum bagian yang hancur dengan
Mesin Los Angeles, Lolos Ayakan 1,7 mm (%)
Kelas I (sampai 10 MPa) 50
Kelas II (10MPa-20MPa) 40
Kelas III (di atas 20 MPa) 27
Adapun fungsi agregat dalam beton :
1. Menghemat penggunaan bahan perekat.
2. Mengurangi susut pada beton.
3. Menambah/meningkatkan kekuatan.
5. Dengan gradasi yang baik kan menjadikan beton padat.
II.1.1.3. Air
Air pada campuran beton berfungsi untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
digunakan dalam campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan,
menurunkan kualitas beton dan merusak sifat-sifat beton yang dihasilkan. Sebaiknya
dipakai air tawar yang dapat diminum. Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia
antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat
campuran yang terpenting, tetapi perbandingan air dengan semen yang biasa disebut
Faktor Air Semen (water cement ratio).
Air yang berlebih akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses
hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak
tercapai seluruhnya, sehingga hal itu akan mempengaruhi kekuatan beton. Untuk air yang
tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari dan 28 hari tidak boleh
kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air
standar/suling. Pada air yang akan digunakan sebagai bahan pencampur beton meliputi
kandungan lumpur maksimal 2 gr/lt, kandungan garam-garam yang dapat merusak beton
maksimal 15 gr/lt, tidak mengandung khlorida lebih dari 0,5 gr/lt serta kandungan senyawa
sulfat maksimal 1 gr/lt.(Tjokrodimuljo, 1996).
II.1.1.4. Bahan Tambah
Bahan Tambah Bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada beton (air, semen
dan agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, baik sebelum, segera atau selama
dalam keadaaan segar atau setelah mengeras. Fungsi-fungsi bahan tambah antara lain:
mempercepat pengerasan, menambah kelecakan (workability) beton segar, menambah kuat tekan beton, meningkatkan daktilitas atau mengurangi sifat getas beton, mengurangi
retak-retak pengerasan dan sebagainya. Bahan tambah diberikan dalam jumlah yang relatif
sedikit dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang berakibat memperburuk
sifat beton (Tjokodimuljo, 1996). Bahan tambah menurut maksud penggunaannnya dibagi
menjadi dua golongan yaitu admixtures dan additives.
Admixtures ialah semua bahan penyusun beton selain air, semen hidrolik dan agregat yang ditambahkan sebelum, segera atau selama proses pencampuran adukan di dalam
batching, untuk merubah sifat beton baik dalam keadaan segar atau setelah mengeras. Definisi additive lebih mengarah pada semua bahan yang ditambahkan dan digiling bersamaan pada saat proses produksi semen (Taylor, 1997).
Menurut Tjokrodimuljo (1996), bahan tambah dapat dibedakan menjadi 3 golongan,
yaitu :
1. Chemical Admixtures merupakan bahan tambah bersifat kimiawi yang dicampurkan pada adukan beton dengan maksud agar diperoleh sifat-sifat yang berbeda pada beton
dalam keadaan segar maupun setelah mengeras, misalnya sifat pengerjaannya yang
lebih mudah dan waktu pengikatan yang lebih lambat atau lebih cepat. Superplasticizer merupakan salah satu jenis chemical admixure yang sering ditambahkan pada beton segar. Pada dasarnya penambahan superplasticizer dimaksudkan untuk meningkatkan kelecakan, mengurangi jumlah air yang diperlukan dalam pencampuran (faktor air