• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tindak Kekerasan Pada Perilaku Kolektif Dalam Gerakan Sosial Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tindak Kekerasan Pada Perilaku Kolektif Dalam Gerakan Sosial Mahasiswa"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Tabel 4.4. Fase Kekerasan dalam Demonstrasi Fase Waktu Bentuk

Kekerasan Lokasi Sumber

1

Informan dan berbagai sumber website

(2)

pemerintah.

Harian WASPADA, 6 Juni 2013

Blokir Jalan 1

Informan dan berbagai sumber internet

(3)

FOTO

Aksi BBM di Bundaran SIB

Sumber :

Ribuan massa aksi melakukan long march menuju Bandara Polonia

(4)

Demonstrasi oleh buruh dan mahasiswa dilakukan di depan Kantor Gubernur Sumut Sumber

Aksi di depan Kantor DPRD Sumut

(5)

Represifitas aparat

Sumber

pendemo menyerang pos polisi

Sumber

(6)
(7)

DAFTAR PUSTAKA

Bidang Kebijakan Publik BEM UNAIR. 2012. Gerakan Mahasiswa Dari Masa

Ke Masa. Surabaya : BEM UNAIR.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Media

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKiS

Pelangi Aksara.

Komsiah, Siti. 2010. Modul Pengantar Sosiologi,

Lofland, John. 2003. PROTES. Yogyakarta : InsisT Press

Jakarta : Pusat Pengembangan

Bahan Ajar Universitas Mercu Buana.

Nasution, M. Arif & Harahap, Hamdani dkk. 2008. Metode Penelitian. Medan :

FISIP USU Press

Prasentyoko, A. Indriyo, Wahyu dkk. 2001. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi

Di Indonesia. Jakarta : YHDS.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Saidi, Ridwan. 1989. Mahasiswa dan Lingkaran Politik. Jakarta : Lembaga Pers

Mahasiswa Mafussy Indonesia.

Razak, Yusron. 2007. Sosiologi Sebuah Pengantar. Bandung : Gamma Press

Santoso, Thomas. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Surabaya : Ghalia Indonesia

Scott, John. 2012. Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(8)

Situmorang, Abdul Wahib. 2007. Gerakan Sosial (Studi Kasus Beberapa

Perlawanan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Supriatna, Nana dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi. Jakarta :

Grafindo.

Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

SITUS INTERNET

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1426/Kesatuan-Aksi (diakses

20 November 2013, 17.36 WIB).

(diakses 20 November 2013, 17.35 WIB).

http://iesdepedia.com/blog/2013/01/13/new-sosial-movement/ (diakses 13

Desember 2013, 1.07 WIB)

14 Oktober 2014, 23 : 34 WIB)

Juli 2014, 02. 13 WIB)

(9)

01.14 WIB)

Komunitas E-Learning Universitas Gadjah Mada (Kuliah 8)

PENELUSURAN DOKUMENTASI

(diakses 14 Juli 2014, 00.25 WIB)

Juli 2014, 01.14 WIB)

WIB)

2014, 21.58 WIB)

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, metode penelitian

yang digunakan adalah penelitian historis. Menurut Donald Ary (Yatim

Rianto dalam Nurul Zuriah , 2005) juga menyatakan bahwa penelitian

historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai

hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh

ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk

mempelajari masalah baru tersebut30

Penelitian ini juga mengambil sampel dari suatu unit sosial selama

kurun waktu tertentu yakni antara tahun 2010-2013 karena pada tahun-tahun

itulah terjadi beberapa demonstrasi yang terhitung cukup anarkis namun

juga memberi dampak yang cukup nyata. Seperti demonstrasi penolakan

kenaikan harga BBM yang berlangsung beberapa kali dan pada tahun 2012

walau terjadi pemboikotan di bandara dan stasiun di beberapa tempat,

namun berhasil menunda kenaikan harga BBM. Selain itu alasan studi kasus . Penelitian historis untuk memperkaya

pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa

lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini,

pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian

masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan

pilihan-pilihan di masa kini.

30

(11)

penelitian ini antara tahun 2010-2013 adalah karena peneliti baru saja

menginjak bangku pendidikan tinggi di tahun 2010, sehingga tahun-tahun

ini erat dengan kehidupan peneliti sebagai mahasiswa.

3.2. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih Kota Medan, Sumatera Utara sebagai lokasi

penelitian. Hal ini disebabkan karena Medan adalah pusat segala kegiatan

dan aktivitas masyarakat Sumatera Utara dalam segala bidang. Sekolah

tinggi ataupun universitas banyak yang berlokasi di Medan, termasuk

Universitas Sumatera Utara tempat peneliti melakukan studi, sehingga

mahasiswa tidak sulit untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi mahasiswa di

pusat-pusat Kota Medan.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis merupakan satuan analisis penelitian. Unit

analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan

fokus/komponen yang diteliti. Ini berfungsi untuk pengkerucutan

pengambilan data pada penelitian31.

31

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-unit-analisis-dalam-penelitian.html

Goerge Ritzer membagi tingkat analisis permasalahan dalam

penelitian menjadi dua kontinum realitas sosial yaitu makroskopik

dan mikroskopik. Penelitian kualitatif lebih dekat dengan konteks

(12)

perilaku, tindakan, interaksi dan juga persepsi serta sikap

individu-individu (Bungin, 2007). Maka dalam penelitian ini, yang menjadi

unit analisis adalah mahasiswa sebagai pelaku demonstrasi dan

masyarakat sebagai penerima imbas demonstrasi.

3.3.2. Informan

a.

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi

objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami

objek penelitian. Informan penelitian pun dibagi menjadi informan

kunci, yaitu :

Informan kunci

Mahasiswa yang ikut berdemonstrasi dan pelaku tindak

kekerasan.

Mahasiswa yang tidak ikut serta dalam aksi demonstrasi

Tokoh masyarakat, pengamat sosial dan para ahli.

Dalam penentuan informan, penelitian ini menggunakan teknik

snowball sampling (bola salju). Snowball sampling, teknik sampel

ini dimulai dari sampel kecil beberapa orang. Dalam

perkembangannya jumlah orang yang diwawancarai akan terus

berkembang sampai jumlah terpenuhi32

32

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara.

(13)

Menurut Jalaludin Rahmat, penelitian ilmiah adalah rangkaian

pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan

teori-teori yang mampu menjelaskan dan merAAkan33. Artinya dalam

melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan data-data yang valid dan

teruji kebenarannya.

Data-data tersebut terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data

sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh dari

sumber-sumber asli sumber-sumber asli disini diartikan sebagai sumber-sumber pertama darimana

data tersebut diperoleh34. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah

diperoleh dari orang lain atau sudah pernah dipublikasikan sehingga data

tersebut telah tersedia35

a.

Data-data tersebut didapat dengan menggunakan beberapa teknik

sebagai berikut :

Wawancara mendalam

Wawancara ialah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah

tertentu, merupakan proses tanya-jawab lisan, dimana dua orang atau

lebih saling berhadapan secara fisik36. Burhan Bungin37 membagi

teknik wawancara menjadi wawancara mendalam dan wawancara

bertahap.

33

Rakhmat, Jalaluddin. Mei 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

34

http://www.fourseasonnews.com/2012/06/pengertian-data-primer.htm

35

http://www.bimbingan.org/pengertian-data-sekunder.htm

36

Kartono pada Nasution, M. Arif & Harahap , Hamdani dkk. 2008. Metode Penelitian. Medan : FISIP USU Press.

37

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Media

Wawancara mendalam mengharuskan pewawancara terlibat dalam

(14)

dengan teknik wawancara lainnya. Sedangkan wawancara bertahap

tidak mengharuskan pewawancara untuk terlibat dalam kehidupan

sosial informan sehingga pewawancara memiliki banyak waktu diluar

informan untuk mengembangkan dan menganalisis hasil wawancara.

b. Dokumenter

c.

Metode ini pada umumnya untuk menelusuri data historis. Metode ini

memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi

di waktu silam. Bahan dokumenter masih bisa dikatakan sebagai data

primer. Karena dokumen-dokumen yang dimaksud adalah yang tidak

pernah dipublikasikan dimanapun seperti otobiografi, kliping,

dokumen pemerintah atau swasta namun cenderung rahsia, surat-surat

pribadi, cerita rakyat , data pribadi pada server atau hard-disk, dan lain

sebagainya. Namun ketika dokumen-dokumen tersebut sudah pernah

dipublikasikan, maka itu berubah jenis menjadi data sekunder, seperti

otobiografi yang diterbitkan.

Bahan Visual

Seperti fotografi, videografi atau film dokumenter. Bentuk-bentuk

tindakan demonstrasi kerap meninggalkan bekas yang riil. Maka

diperlukan suatu dokumentasi yang bisa dilihat seperti foto dan

rekaman aksi demonstrasi. Bahan dokumenter dan bahan visual nyaris

sama, maka cara membedakannya : (1) bahan dokumenter tidak

memiliki sifat fotografi namun apabila ada film documenter maka

sebaiknya dikelompokkan sebagai bahan visual, (2) bahan dokumenter

(15)

cerita yang tertulis, (4) bahan visual secara untuh menggunakan

teknologi digital sebagai cara berproduksi38

d.

. Data dari bahan visual

bisa dikategorikan sebagai data primer juga data sekunder. Dikatakan

data primer apabila saat momen berlangsung, peneliti

mengabadikannya sendiri.

Penelusuran literatur

Untuk memperkuat data-data yang diperoleh secara langsung

dilapangan, digunakan landasan-landasan teori yang berasal dari

literatur-literatur seperti buku, skripsi/tesis, jurnal ilmiah, artikel dalam

media cetak atau dari internet.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan

menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk

menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Interpretasi data dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi,

wawancara dan juga dokumentasi atau visualisasi. Setelah itu data akan

dipelajari dan ditelaah kembali untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang

menjadi rumusan masalah sehingga terbentuklah solusi. Kemudian data

yang sudah lengkap, direduksi dengan cara membuat abstraksi.

38

Ibid (hal 124)

Abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman secara inti,

proses sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. Setelah semua data

(16)

telah disusun, data juga bisa dianalisis melalui pengalaman peneliti.

Sehingga akhirnya menjadi laporan penelitian.

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC judul penelitian √

3 Penyusunan proposal

penelitian √ √ √

4 Seminar proposal √

5 Revisi proposal √

6 Penelitian lapangan √ √ √

7 Pengumpulan dan

pengolahan data √ √ √ √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan tugas akhir √ √ √ √

10 Sidang meja hijau √

(17)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi

4.1.1. Geografis Kota Medan

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara memiliki

luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah

Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten

lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah

penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°

30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu

topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada

ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif,

batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:

Medan Belawan dengan Selat Malaka

Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu dengan

Kecamatan Sunggal dengan

Kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa dengan

Tabel 4.1. Batas wilayah Kota Medan

4.1.2. Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

(18)

merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan mempunyai

kedudukan, fungsi dan peranan penting dalam pembangunan baik dalam

skala lokal maupun regional. Sebagai kota metropolitan, Kota Medan

berfungsi sebagai :

1. Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintahan Provinsi

Sumatera Utara, maupun kota Medan. Selain itu juga sebagai tempat

kedudukan perwakilan atau konsulat negara-negara yang melakukan

kerja sama dengan Indonesia seperti Jerman, Jepang, Rusia, Turki,

Amerika Serikat, Australia, India dan beberapa negara lainnya.

2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial masyarakat. Mulai dari kantor

media massa, sekolah dengan semua jenjang, rumah sakit, dan

fasilitas-fasilitas lain yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang selalu dinamis.

3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuanan, dan jasa

secara regional maupun internasional.

4. Sebagai pintu gerbang bagi regional ataupun internasional untuk sektor

perdagangan dan kepariwisataan untuk wilayah Indonesia bagian barat.

Dalam skala lokal, Kota Medan adalah Kota Metropolitan yang

dipastikan memerlukan prasarana dan sarana yang memadai dan handal,

sedangkan secara regional kedudukan Kota Medan sebagai Ibu Kota

Propinsi Sumatera Utara dan pintu gerbang Indonesia bagian barat yang

berfungsi sebagai barometer pembangunan sekaligus mesin pertumbuhan

(19)

luhur sebagai lokomotif pergerakan ekonomi, sosial dan budaya skala

regional dan nasional.

4.1.3. Gambaran Penyebaran Mahasiswa di Kota Medan 4.1.3.1. Sejarah Berdirinya Perguruan Tinggi

Selain fungsi-fungsi yang sudah disebutkan

diatas, Kota Medan juga merupakan pusat pendidikan di

Indonesia bagian barat, khususnya pergurun tinggi. Ini

dapat dilihat dari begitu banyaknya mahasiswa yang

datang dari luar kota Medan bahkan luar Sumatera untuk

mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Medan, baik

itu perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Tak sedikit

pula warga negara tetangga seperti Malaysia dan

Singapura yang memilih Medan sebagai kota studinya,

misalnya Kedokteran di USU karena menyediakan kelas

internasional demi menunjang perkembangan kota

Medan. Dan pada tahun ajaran baru 2014, Fakultas

Farmasi juga akan membuka kelas internasional yang

tentu akan menyebabkan semakin banyaknya mahasiswa

asal luar negeri yang melakukan studi disitu.

4.1.3.2. Gambaran Penyebaran Perguruan Tinggi

Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia,

Medan merupakan sebuah kota dengan perkembangan

(20)

pusat pertumbuhan di Pulau Sumatera. Hal ini pula yang

menjadikan Medan sebagai kota destinasi masyarakat

untuk melanjutkan sekolah tinggi.

Setidaknya terdapat lebih dari 40 perguruan

tinggi swasta dan 4 perguruan tinggi negeri di Medan,

seperti pada tabel di bawah berikut ini yang dikutip dari

situs Pemko Medan.

No. Nama Alamat Lokasi

1 Universitas Islam Sumatera Utara

Jl. Kpt.Muchtar Basri

Kec. Medan Kota

4 Universitas Tjut Nya'Dhien

Jl. Jambi Medan Kec. Medan Perjuangan

5 Universitas Sisingamagaraja XII

Jl.Perintis Kemerdekaan Kec. Medan Perjuangan

7 Universitas Katolik Santo Thomas

Jl.Jend.Gatot Subroto Kec. Medan Sunggal

9 Universitas Tri Karya Medan

Jl. Kol.Yos Sudarso Kec. Medan Barat

11 Universitas Al-Azhar Jl. P.Air Padang Bulan Kec. Medan Johor

12 Universitas HKBP Nomensen

Jl. Sutomo Medan Kec. Medan Timur

13 Universitas Darma Agung

Jl. Dr.TD.Pardede Jl. Bantam Medan

Kec. Medan Baru

14 Universitas Medan Area (UMA)

Jl. Kolam Medan Estate Kec. Medan Tembung

15 Universtas Amir Hamzah

Jl. Pancing Medan Estate Kec. Medan Tembung

16 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Jl. Raya Medan Tenggara Kec. Medan Denai

17 Sekolah Tinggi Ilmu Managemen (STIM)

(21)

18 Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer BINUS

Jl. AR. Hakim Medan Kec. Medan Area

19 STMIK-AMIK Potensi Utama

Jl. Kol.Yos Sudarso Kec. Medan Barat

20 Sekolah Tinggi Olahraga dan

23 STI-Kesehatan Mutiara Indonesia

Jl. Kapt. Muslim Medan Kec. Medan Helvetia

24 STIE-Taman Harapan Jl. Cik Ditiro Medan Kec. Medan Polonia

25 Institut Teknologi Medan

Jl. Gedung Arca Kec. Medan Kota

26 AMIK Triguna Darma Medan

Jl. AH.Nasution/ Karya Wisata

Kec. Medan Johor

27 AMIK Kesatria Medan Jl. HM Joni Kec. Medan Kota

28 AMIK Poli Bisnis Jl. Letjend Jamin Ginting Medan

Kec. Medan Baru

29 AMIK-MBP Jl. Letjend Jamin Ginting Medan

Kec. Medan Baru

30 Pendidikan Teknologi Kimia Industri

Jl. Medan Tenggara VII Kec. Medan Denai

31 Harmoni Polyteknik Jl. Dokter Mansyur Kampus Usu

Jl. Letjend Jamin Ginting Padang Bulan Medan

Kec. Medan Timur

32 Polyteknik Taman Harapan

Jl. Cik Ditiro Medan Kec. Medan Polonia

33 Akademi Duta Profesindo Polyteknik

Jl. Letjend Jamin Ginting Kec. Medan Baru

34 Sekretaris dan Manajemen Lancang

35 Akademi Akuntansi YPK Medan

Jl. Sakti Lubis Gg. Pegawai Medan

Kec. Medan Kota

36 Akademi keuangan Dan Perbankan

38 Akademi Maritim Indonesia

Jl. Brigjend Bejo Medan Kedamatan Medan Barat

39 Akademi Teknologi Industri Immanuel

Jl. Gatot Subroto Kec. Medan Petisah

40 Akademi Pariwisata Taman Harapan

(22)

Dr. Rusdi

42 Akper-Widya Husada Jl. Willem Iskandar Medan

44 Akper-Flora Medan Jl. Cendrawasih Medan Kec. Medan Sunggal

45 Akper-Imeda Jl. Bilal Medan Kec. Medan Timur

46 Akademi Kebidanan Imelda

Jl. Bilal Medan Kec. Medan Timur

47 Akademi Kebidanan Medan

Jl. Rajawali Medan Kec. Medan Sunggal

Tabel 4.2. Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/infodata_poltek_swasta.php

Tabel 4.3. Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan Sumber : Dok. Pribadi

Dilihat dari peta tabel 4.2. dan tabel 4.3, perguruan tinggi di Kota Medan

tersebar di Kota Medan yang sebagian besar terletak di beberapa kecamatan

seperti Medan Kota, Medan Baru, Medan Tembung, Medan Timur, Medan

No Nama Alamat Lokasi

2 Universitas Negeri Medan

4 Politeknik Negeri

(23)

Petisah, Medan Barat, Medan Sunggal, dan Medan Johor. Dan beberapa

perguruan tinggi dalam jumlah kecil terletak di Medan Helvetia, Medan

Tuntungan, Medan Selayang, Medan Deli, Medan Area, dan Medan

Amplas.

Walaupun ada begitu banyak perguruan tinggi yang terdapat di

Kota Medan, namun hanya sebagian kecil kampus yang memiliki

mahasiswa-mahasiswa yang aktif menjalankan fungsi sebagai kontrol sosial

dalam bentuk pergerakan atau aksi demonstrasi. Sebagian kecil itu adalah

Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (UNIMED),

Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN Sumut). Dan untuk

perguruan tinggi swasta yang mahasiswanya terhitung cukup aktif dalam

pergerakan mahasiswa adalah Universitas Medan Area (UMA), Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas HKBP Nommensen,

Universitas Panca Budi, Universitas Darma Agung, Universitas Islam

Sumatera Utara (UISU), dan Institut Teknologi Medan (ITM).

4.1.4. Lokasi Demonstrasi Mahasiswa di Kota Medan

Dikutip dari berbagai media massa39

• Bundaran SIB. Terletak di Jalan Gatot Subroto. Tugu ini sebenarnya

merupakan tugu yang terletak di pertemuan antara Jalan Gatot Subroto,

Jalan Raden Saleh, Jalan Adam Malik, dan Jalan S. Parman. Namun dan diperkuat dengan

pernyataan informan, ada terdapat beberapa titik lokasi yang sering

dijadikan sebagai lokasi aksi demonstrasi mahasiswa, yaitu :

39

(24)

secara teritorial dimasukkan pada jalan Gatot Subroto. Bundaran SIB

dianggap sebagai lokasi strategis untuk melakukan demonstrasi karena

lokasinya yang berada di persimpangan empat jalan protokol Medan

dan selalu ramai dilalui masyarakat. Sehingga apabila demonstrasi

dilakukan di Bundaran SIB, maka isu demonstrasi yang diangkat akan

lebih cepat sampai ke masyarakat dan harapannya tuntutuan yang

disampaikan lebih cepat diakomodir yang dituntut.

• Lapangan Merdeka. Merupakan titik nol Kota Medan. Di sekelilingnya

terdapat gedung-gedung publik seperti beberapa hotel, beberapa bank

termasuk kantor Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank Danamon dan

juga Kantor Pos. Terdapat juga stasiun kereta api tepat di sebelah

selatan Lapangan Merdeka. Alasan daerah ini dijadikan sebagai lokasi

demonstrasi juga tidak jauh berbeda dengan Bundaran SIB. Lokasi ini

dipilih karena selalu ramai dilewati masyarakat.

• Kantor DPRD Sumut. Terletak di Jalan Imam Bonjol. Di depan gedung

birokrat ini kerap berlangsung demonstrasi yang dilakukan oleh

mahasiswa. Hal ini terjadi karena demonstrasi juga dilakukan akibat

dari kebijakan yang dibuat cenderung tidak berpihak pada rakyat.

Sehingga berdemonstrasi di lokasi ini dianggap sangat tepat karena

langsung berhadapan kepada pembuat kebijakan.

• Kantor Gubernur Sumatera Utara. Berada di Jalan Diponegoro. Tidak

jauh berbeda dengan lokasi demonstrasi sebelumnya. Kantor Gubernur

Sumut sering dilakukan demonstrasi karena disinilah pemangku

(25)

aspirasinya, mustahil apabila Gubernur beserta staf-stafnya tidak

mengetahui apa isi dari isu demonstrasi.

Selain beberapa tempat di atas yang sering dijadikan lokasi demonstrasi,

pada beberapa momentum, demonstrasi dilakukan di tempat-tempat yang

berkaitan langsung dengan wacana aksi. Sebagai contoh, demonstrasi

menolak Ujian Nasional dilakukan di Kantor Dinas Pendidikan di Jalan T.

Cik Ditiro. Lalu aksi protes terhadap pemadaman listrik yang terlampau

sering di Sumatera Utara, dilakukan di kantor-kantor PLN.

Selain lokasi di atas, terdapat lokasi demonstrasi dilakukan di

tempat-tempat tertentu. Pada aksi demonstrasi menolak kenaikan harga

BBM tahun 2012 yang lalu di Kota Medan dilakukan di beberapa lokasi di

waktu yang berlainan, yaitu di Bandara Polonia, simpang Jalan

Sisingamaraja dan Jalan H. Juanda-Halat dan Kantor DPRD, serta simpang kampus Nommensen dan simpang USU40

Bandara Polonia

.

Pada aksi demonstrasi yang berlangsung di Bandara Polonia

terdapat ribuan massa aksi yang terdiri dari buruh, petani, dan

mahasiswa dan gerakan pemuda lainnya yang bersatu pada

demonstrasi untuk menolak kebijakan kenaikan harga BBM. Pada

waktu itu, ribuan massa aksi yang membawa nama berbagai aliansi

buruh dan juga aliansi mahasiswa memulai aksi dengan long march

dari Bundaran SIB melewati Jalan Raden Saleh menuju Kantor

DPRD. Sesampainya di Kantor DPRD Sumut, massa aksi berhenti

40

(26)

beberapa saat untuk berorasi menyampaikan aspirasi,

menyampaikan tuntutan, dan menyatakan penolakan terhadap

kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM. Setelah itu,

massa aksi melanjutkan long march melalui Jalan Imam Bonjol

menuju Bandara Polonia.

Selain Bundaran SIB ada lokasi lain yang dijadikan massa aksi

sebagai titik kumpul awal, yaitu Lapangan Merdeka. Rute yang

dilalui dari Lapangan Merdeka menuju Bandara Polonia sama

persis dengan yang dilewati oleh massa aksi dari Bundaran SIB.

Kedua massa aksi dari Bundaran SIB dan Lapangan Merdeka

bertemu di Kantor DPRD Sumut untuk kemudian bergabung

menjadi satu long march menuju Bandara Polonia.

Gambar 4.2. Rute massa aksi menolak kenaikan harga BBM di Polonia

Aksi ini berujung bentrok antara aparat dan massa aksi.

Setidaknya terdapat empat pendemo tertembak dan beberapa luka-Bund

SIB

La

p

.

M

e

rd

e

k

a

Bandara POLONIA

(27)

luka dalam aksi ini41

Simpang Jalan Sisingamaraja dan Jalan H. Juanda-Halat, dan Kantor DPRD

. Bentroknya demonstrasi ini juga

menyebabkan sejumlah penerbangan dari Bandara Polonia yang

dijadwalkan keberangkatannya pada hari itu tertunda.

Ada terdapat dua aksi demonstrasi yang cukup besar terjadi di

waktu yang sama dengan tempat berbeda. Aksi-aksi demonstrasi

tersebut antara lain dari mahasiswa yang beraliansi dengan nama

FROMSU (Front Mahasiswa Sumatera Utara) di simpang Jalan

Juanda-Halat, dan demonstran mahasiswa dari beberapa universitas

(UMSU, UNIMED, UMA, UDA, UNIVA) di Kantor DPRD.

Pada aksi yang berada di Simpang Jalan Juanda-Halat, titik

kumpul awal yang utama massa aksi berada di Jalan Sisingamaraja,

depan kampus UISU. Aksi dimulai dengan long march dari

kampus UISU berjalan menuju Tugu Sisingamaraja melewati

Stadion Teladan lalu berbelok ke Jalan Gedung Arca dan berhenti

sejenak di depan Kampus ITM yang juga bertepatan di depan

Kampus II UMSU. Massa aksi berhenti untuk berorasi mengajak

dan memanggil (sweeping) mahasiswa-mahasiswa yang masih

berada di dalam masing-masing kampus ITM dan UMSU untuk

ikut turun ke jalan berdemonstrasi, walaupun di dalam massa aksi

yang sedang berorasi sudah terdapat beberapa mahasiswa ITM.

41

(28)

Setelah dari situ massa aksi bergerak ke Jalan H.M. Joni dan

berhenti di Kampus STTH dan kembali mengajak

mahasiswa-mahasiswa STTH ikut berdemonstrasi menolak kebijakan kenaikan

BBM. Perlu diketahui sweeping tidak hanya dilakukan di ketiga

kampus tersebut. Sebelum berkumpul di titik kumpul utama,

kampus-kampus luas yang memiliki banyak fakultas seperti USU

melakukan sweeping massa aksi di semua fakultas yang ada di

kampus mereka sehingga dapat dihasilkan massa aksi yang banyak

guna menunjang keberhasilan demonstrasi.

Setelah dari STTH, lantas massa aksi bergerak keluar dari

Jalan H.M. Joni kembali ke Jalan Sisingamaraja menuju simpang

empat antara Jalan Sisingamaraja dan Jalan Juanda-Halat. Disitulah

aksi demonstrasi dilakukan. Massa aksi membentuk formasi sebuah

lingkaran yang memenuhi simpang jalan tersebut. Ditengah-tengah

lingkaran tersebut, mereka menyampaikan aspirasinya dengan

dibakarnya ban-ban bekas, teatrikal, dan orasi. Aksi ini

berlangsung relatif aman.

Pada aksi kedua, yaitu di depan gedung DPRD. Diikuti oleh

ratusan mahasiswa yang berasal dari beberapa universitas (UMSU,

UNIMED, UMA, UDA, UNIVA). Mereka merusak kawat duri

yang dipasang di depan Kantor DPRD Sumut. Mereka juga

memblokade Jalan Imam Bonjol dan menggoyang- goyang pagar

gedung Dewan yang dijaga puluhan petugas kepolisian. Aksi

(29)

membakar ban tersebut menaiki pagar dan berorasi sembari

mendobrak pagar. Sempat terjadi dorong-dorongan pagar antara

polisi dan demonstran.Puluhan petugas kepolisian yang sejak awal

berjaga-jaga di halaman Gedung DPRD pun membentuk barisan

dengan menyiapkan tameng dan pentungan di tangan

masing-masing. Saat itu sekitar puluhan anak punk yang menamakan diri

Pasukan Bendera Hitam masuk di barisan massa dan ikut menaiki

pagar dan berusaha mendobraknya. Melihat kondisi ini,mahasiswa

memilih mundur dan membiarkan anak punk menyampaikan

aspirasi.

Sebelumnya, massa mencopot baliho milik Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) di Jalan Kapten Maulana Lubis dan membakarnya

di atas kawat duri di depan Gedung DPRD Sumut. Mahasiswa dari

Univa dan UMA sempat berunjuk rasa di depan Hotel Santika,

tempat PKS melakukan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas).

Dalam orasinya,pengunjuk rasa kecewa dengan sikap PKS yang

dikabarkan menerima kebijakan pemerintah yang menaikkan harga

BBM.Sikap partai ini dianggap membelok karena sejak semula

menyatakan diri menolak kenaikan BBM. Setelah mendapat

penjelasan dari petugas kepolisian yang berjaga di sekitar Hotel

(30)

di hotel, pengunjuk rasa membubarkan diri dan menuju gedung

DPRD Sumut42

Simpang Kampus Nommensen dan Simpang USU .

Aksi demonstrasi di lokasi ini berlangsung intens dan kontiniu

selama tiga hari berturut-turut, dimulai tanggal 17 Juni sampai

dengan 20 Juni 2013. Pada pagi hari pertama, aksi yang melibatkan

berbagai elemen dilakukan dengan sasaran aksi Konjen Amerika

Serikat, DPRD Sumatera Utara, Kantor Gubernur Sumatera Utara

dan kantor Pertamina Medan di Jalan Yos Sudarso. Menjelang sore

sekitar pukul 17.00 WIB, aksi yang sama mulai dilakukan oleh

elemen mahasiswa lainnya seperti di persimpangan Jalan

Sutomo-Perintis Kemerdekaan (depan kampus Nommensen), Persimpangan

Jalan Iskandar Muda-Gajah Mada oleh massa GMKI dan juga di

persimpangan Jalan Jamin Ginting-Dr.Mansyur oleh mahasiswa

Universitas Sumatera Utara. Aksi ini berlangsung hingga larut

malam.

Demonstrasi ini berlangsung ricuh. Restoran cepat saji KFC

yang terletak tepat di seberang kampus Nommensen ikut menjadi

korban penjarahan saat demonstrasi berlangsung. Perabot dari

restoran tersebut banyak yang mengalami kerusakan, bahkan tiga

motor yang digunakan sebagai layanan delivery order ikut dibakar

massa aksi. Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Heru Prakoso

(31)

mengatakan akibat dari demonstrasi ini 85 orang yang diduga

sebagai provokator dan pelaku perusakan diamankan43.

Selain itu, terdapat dua mobil dinas jenis innova disandera oleh

massa aksi. Sejumlah pos polisi juga ikut terkena dampak

demonstrasi. Jalan Sutomo simpang Jalan Perintis Kemerdekaan

Medan dirusak dan nyaris dibakar massa, kemudian pos polisi di

Jalan S. Parman Medan dibakar dan dirusak massa dan satu lagi

salah satu pos polisi di wilayah Medan Barat.

4.2.

Aksi unjuk rasa tersebut merupakan gabungan mahasiswa dari

berbagai universitas di Medan. Antara lain Univerrsitas Sumatera

Utara (USU), Universitas HKBP Nomensen, Universitas Darma

Agung (UDA) Medan, Universitas Negeri Medan (UNIMED), dan

Akademi Manajemen Informatika Komputer Medan Business

Politechnyic (AMIK MBP).

Profil Informan

Informan dengan inisial HA ini adalah Kordinator adalah Komisi untuk Orang hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS)

Sumut dan juga merupakan Ketua tim Konsultan Politik di

Yayasan Kolektif Medan dan beliau berusia 36 tahun. Bapak HA

menetap di kecamatan Medan Marelan tepat di Pasar 4 Jalan

Veteran. Beliau memiliki seorang istri dan tiga ( 3 ) orang anak. 4.2.1 Pengamat Sosial/Tokoh Masyarakat

(32)

Anak pertama, duduk dibangku Sekolah Dasar ( SD ). Anak kedua

dan ketiga masih balita.

Bapak HA telah menamatkan sekolah SMA-nya di kota

Palembang,Sumatera Selatan. Setelah tamat sekolah, Bapak HA

melanjutkan studi nya di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Di

masa kuliahnya beliau juga turut aktif pada Organisasi Ekstra

Mahasiswa Ekstra yakni Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI )

Komisariat FISIP USU dan menjabat Sebagai Ketua Umum.

Setelah menyelesaikan studinya di USU,beliau aktif dibeberapa

NGO atau Lemabaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) dan dalam

berbagai hal beliau beperan aktif dalam proses pemenangan

pemilukada diberbagai daerah, selain itu Bapak HA juga mengajar

sebagai dosen di FISIP USU.

4.2.2 Pelaku Demonstrasi Mahasiswa SWP

Sarjana Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNIMED ini

turut serta dalam demonstrasi menolak kebijakan kenaikan

harga BBM tahun 2012 s/d 2013 di Medan. Melakukan

demonstrasi pertama kali di bangku SMA dengan isu menolak

pemberhentian Kepala Sekolah secara sepihak oleh Walikota,

menyebabkan ia menjadi sangat aktif berdemonstrasi di

(33)

konsisten mengikuti proses berorganisasi dalam kehidupan

bermahasiswa secara bertahap baik intra maupun ekstra

universitas seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah

UNIMED, Senat Mahasiswa UNIMED, Gerakan Mahasiswa

Kristen Indonesia (GMKI), serta organisasai primordial

Kesatuan Aksi Mahasiswa Siantar dan Simalungun

(KAMSISI). Pemuda ini baru saja menamatkan studinya di

Fakultas Ilmu Sosial jurusan Ilmu Sejarah, awal 2014 yang

lalu.

AA

AA adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2010. Aktif di organisasi kemahasiswaan

beserta gerakannya dan hampir menjabat sebagai Gubernur

FISIP USU periode 2013 s/d 2014 kalau saja Dekanat tidak

mengambil alih pemeintahan mahasiswa. Ayahnya yang

merupakan legislator di Kabupaten Asahan sama sekali tidak

menyurutkan langkahnya untuk terjun pada aksi demonstrasi

mahasiswa guna mengkritik pemerintah. Sempat ditahan oleh

pihak kepolisian selama beberapa hari akibat kerusuhan pada

demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di awal tahun 2012

di depan Gedung DPRD-SU.

AA bercerita pertama kalinya mengikuti aksi

(34)

kawan-kawan. Itu terjadi di tahun 2011 pada aksi demonstrasi

di Hari pendidikan Nasional. Sampai saat ini ia sudah

mengikuti demonstrasi puluhan kali diantaranya seperti aksi

BBM, hari anti korupsi. Aksi pendidikan dan aksi demonstrasi

lainnya. Kalau dulunya ia ikut aksi karena ajakan teman,

sekarang ia menyadari pentingnya berdemonstrasi sebagai

upaya penyampaian aspirasi, pendapat serta kritikan kepada

pemerintah.

4.2.3 Mahasiswa Bukan Demonstran

Perempuan berinisial AS ini merupakan mahasiswa FISIP

USU jurusan Sosiologi angkatan 2011. Prestasinya di bidang

akademi cukup cemerlang dengan meraih IP mencapai angka 4,00

hampir di tiap semesternya. Prestasi lainnya ia juga beberapa kali

memenangkan pelrombaan Kaya Tulis Ilmiah untuk mahasiswa

tingkat daerah.

AS memilih tidak turut serta dalam kegiatan demonstrasi

karena ia memiliki pandangan bahwa ketika ingin menyampaikan

aspirasi ada hal yang lebih efektif daripada demonstrasi.

Menurutnya ketika ingin memberikan kritik kepada pemerintah

ataupun ingin memberikan aspirasi kepad apemerintah ataupun

ingin memberikan aspirasi sebagai seorang mahasiswa, AS lebih

memilih melakukan tindakan seperti riset dan penulisan karya

(35)

4.3. Interpretasi Data

4.3.1 Fase-Fase Kekerasan dalam Demonstrasi BBM di Kota Medan

1.

Fase-fase demonstrasi menolak kebijakan kenaikan harga BBM di Kota Medan dipengaruhi oleh tahapan-tahapan keputusan

yang diambil oleh pemerintah. Dimulai dari pelemparan wacana

harga BBM akan naik saja, demonstrasi sudah mulai terjadi di

beberapa kota-kota di Indonesia, termasuk di titik-titik utama kota

Medan. Sampai pada keputusan pemerintah untuk benar-benar

menaikkan harga BBM, disitulah terjadi demonstrasi besar-besaran

oleh mahasiswa dan kaum buruh tani. Fase-fase itu antara lain,

dapat dilihat dari Tabel 4.4 (pada lampiran) dengan penjelasan

sebagai berikut :

Pewacanaan kenaikan Harga BBM

Wacana kenaikan harga BBM sudah mulai

dihembuskan pada akhir 2011 dan mendapat klarifikasi

dari Menteri Keuangan kala itu, Agus Martowardojo

pada 2 Februari 201244

44

http://www.tribunnews.com/bisnis/2012/02/02/menkeu-kenaikkan-harga-bbm-subsidi-masih-wacana

. Namun resmi dibawa pada

agenda sidang kabinet paripurna pada tanggal 22

Februari 2012. Pada saat itu demonstrasi disana-sini

sudah terjadi walau hanya melibatkan segelintir

(36)

begtu banyak, sehingga tidak begitu dijaga ketat aparat.

Potensi kekerasan pun cenderung rendah.

“Aksi mulai terjadi ya saat pelemparan wacana BBM naik, mulai Februari 2012. Tapi cuman segelintir kelompok, nggak bergabung jadi satu. Palingan mahasiswa atau buruh yang berasal dari organisasi yang sama, sehingga massa aksi pun nggak begitu banyak, tapi yah dimana-mana memang. Kalau oleh diibaratkan, demonstrasi pada saat itu kayak riak-riak kecil air. Demonstrasi yang terjadi pun cenderung tidak berpotensi pada kekerasan.” (SWP, 24)

2. Menjelang Pengambilan Keputusan.

Menjelang pengambilan keputusan pemerintah

menaikkan harga BBM, sekitar pertengahan hingga

akhir Maret 2012, demonstrasi di Kota Medan mulai

menampakkan gejolaknya. Aksi demonstrasi yang masif

dengan massa aksi yang banyak dan potensi kekerasan

juga cukup tinggi.

“Mulai masif dan kelompok masyarakat juga semakin bertambah dalam aksi justru di mulai pertengahan bulan sampai akhir Maret 2012, menjelang-jelang pengambilan keputusan DPR menaikkan atau tidak harga BBM. Disitulah banyak yang berbuat tindak kekerasan. Aparat, mahasiswa, sama-sama punya andil kekerasan.” (AA, 22)

Bahkan diakhir-akhir Maret 2012, aksi demonstrasi di

Kota Medan di Bandara Polonia merupakan pemantik

gerakan di daerah-daerah di Indonesia agar lebih masif.

(37)

“Sebelum anak-anak Medan bikin aksi di Bandara Polonia, mana ada aksi-aksi di daerah lain yang buat aksi di tempat yang demikian. Setelah rame di Bandara Polonia tanggal 26 Maret 2012, barulah besok-besoknya di daerah-daerah lain digelar aksi di stasiun, bandara, dan semacamnya.”

3.

Puncak demonstrasi BBM Kota Medan memang terjadi

di Bandara Polonia. Namun bukan merupakan puncak

kerusuhan demonstrasi karena berselang beberapa hari

setelah aksi di Bandara Polonia, tepatnya tanggal 30

Maret 2012 pemerintah memutuskan untuk menunda

keijakan kenaikan harga BBM.

Pengambilan Keputusan (kembali)

Puncak kerusuhan demonstrasi BBM Kota Medan

terjadi pada Juni 2013 setelah pemerintah resmi

menaikkan harga BBM di tanggal 21 Juni 2013.

Demonstrasi terjadi pra dan pasca pemerintah

mengumumkan kebijakan kenaikan harga BBM.

Kekerasan yang terjadi saat demonstrasi sangat

beragam, seperti perusakan restoran KFC di JL. Perintis

Kemerdekaan beserta fasilitas di dalamnya, perusakan

lampu merah di beberapa titik, dan berbagai tindak

kekerasan lainnya pada tanggal 17-18 Juni 201345

.

(38)

“Rusuh memang waktu Juni 2013 itu. Nggak cuma di Nomensen, di Simpang USU pun maen juga. Belum lagi aksi bakar pos polisi yang nggak tau kita siapa yang buat. Banyak lah. Tapi memang rusuh demonstasi waktu itu sah kali tidak mendapat respon dari pemerintah. Harga BBM tetap naik, sama sekali tidak ada pertimbangan membatalkan lagi.” (SWP, 24)

“Itu kan sudah puncak-puncaknya keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Yah demonstran yah marah, jadi yah makanya dimana-mana perusakan terjadi sebagai bentuk kekecewaan kita” (AA, 22)

4.3.2 Bentuk Demonstrasi sebagai Protes Mahasiswa Kota Medan Bentuk-bentuk penyampaian pendapat di muka umum

dibolehkan negara sesuai UU nomor 9 Tahun 1998, pasal 9 adalah

unjuk rasa, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas. Sedangkan

apabila mengutip dari John Lofland (2003), bentuk-bentuk

penyampaian pendapat di muka umum yang diperbolehkan oleh

UU adalah hanya bentuk-bentuk dari protes simbolik46

Mahasiswa Kota Medan dalam melakukan demonstrasi

dengan isu menolak kenaikan harga BBM pada tahun 2012-2013 dengan

tiga bentuk utama meliputi prosesi (contoh : march/jalan kaki,

parade), pertemuan/assembly (contoh : rapat umum, mimbar

bebas), dan beragam aksi publik termasuk pagar betis/picketing.

Protes simbolik menurut John Lofland merupakan aksi protes

dengan keseriusan yang paling rendah tingkat tantangannya.

46

(39)

menggunakan bentuk-bentuk metode dan strategi demonstrasi yang

bermacam-macam. Hal ini disampaikan oleh SWP (24), aktivis

mahasiswa :

“Kalau aksi BBM itu karena dia cukup intens dan kontiniu, jadi metode aksinya pun macam-macam. Dan itu ditentukan oleh pelaku aksi pada saat mereka melakukan manejemen aksi. Dalam manajemen aksi lah kita mengetahui prediksi jumlah massa aksi sehingga dicarilah strategi aksi yang dapat memfasilitasi dan mengakomodir seluruh massa aksi.”

Namun apabila disesuaikan dengan yang dikatakan John

Lofland (2003) sebelumnya mengenai bentuk-bentuk aksi protes,

maka bentuk-bentuk aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa

sebagai bentuk protes adalah protes simbolik yang berupa prosesi

(march, parade), pertemuan (mimbar bebas), dan aksi publik

termasuk pagar betis. Tetapi terdapat beberapa bentuk aksi

demonstrasi yang paling sering dilakukan mahasiswa sebagai

protes adalah protes simbolik berupa : (1) March dan Long March,

(2) Aksi teatrikal, (3) Aksi refleksi. Seperti yang dikatakan AA (22)

mengenai bentuk aksi BBM di Medan :

“Selama aksi BBM di Medan ini, biasanya yang sering dilakukan aksi dalam bentuk long march, teatrikal, dan refleksi. Long march memang dilakukan kalau massa aksinya banyak. Kalau sedikit biasanya dibikin aksi yang sederhana, simpel, tapi menonjol seperti aksi teatrikal dan aksi refleksi. Yang terpenting dalam aksi adalah bagaimana isu yang diwacanakan sampai ke publik.”

Pertama, gerak jalan berombongan (March). Gerakan ini

(40)

utama menyampaikan aspirasinya. Sepanjang jalan massa aksi

biasanya menyanyikan sorak-sorai atau lagu-lagu yang bertajuk

anti penindasan, sindiran terhadap borjuasi atau pemerintah,

ataupun syair-syair yang sesuai dengan isu demonstrasi.

Sepanjang demonstrasi, penolakan kebijakan harga BBM di

Medan, aksi long march yang paling fenomenal adalah aksi dengan

tujuan ke Bandara Polonia. Diikuti oleh ribuan massa aksi yang

terdiri dari mahasiswa, buruh, petani, dan nelayan. Long march

dimulai dari dua titik kumpul berangkat untuk menuju Bandara

Polonia. Sebagian massa aksi berkumpul di Bundaran SIB,

sebagian lagi berkumpul di Lapangan Merdeka. Keduanya lalu

bertemu di Jalan Imam Bonjol, depan Kantor DPRD Sumatera

Utara. Berhenti sejenak, berorasi, lalu keduanya berjalan kembali

lurus menuju Bandara Polonia. Sepanjang long march, yel-yel

sindiran terhadap pemerintah, juga nyanyi-nyanyian perjuangan

dikumandangkan. Tak henti pula orasi-orasi dari perwakilan massa

aksi.

Kedua, adalah aksi teatrikal. Dalam aksi ini, massa aksi

melakukan semacam drama yang menggambarkan kondisi yang

melatarbelakangi dilakukannya aksi. Dengan drama yang interaktif

namun menyentuh nurani, diharapkan metode aksi ini mendapat

perhatian publik sehingga isu yang diangkat pun tersampaikan pada

(41)

Ketiga, aksi refleksi. Sama sekali tidak ada potensi chaos

dalam aksi ini karena yang dilakukan dalam aksi refleksi adalah

bersifat seperti renungan untuk memahami mengapa bisa terjadi

suatu situasi dan kondisi yang melatarbelakangi aksi tersebut

sehingga mendapat solusi atau pencerahan untuk terus melakukan

pergerakan. Berkumpul menyalakan lilin bersama dalam gelap,

tabur bunga, merupakan contoh simbolis aksi refleksi yang umum.

AA Assyifa mengatakan bahwa ketiga bentuk aksi diatas

bisa saja dilakukan sekaligus. Ia mencontohkan, demonstrasi yang

dilakukan di simpang empat antara Jalan Sisingamaraja, Jalan

Juanda dan Jalan Halat.

“Tikum (red : titik kumpul) aksi itu di UISU Sisingamaraja, kita mulai long march-nya. Setelah itu kita jalan lewat bundaran Taman Teladan menuju Jalan Gedung Arca, sweeping ajak mahasiswa UMSU dan ITM lalu berbelok ke Jalan HM.Joni berhenti lagi menjeput mahasiswa STTH lalu berbelok lagi ke Jalan Sisingamaraja menuju simpangnya. Di simpang kita buat lingkaran besar, di tengah-tengah lingkaran beberapa demonstran melakukan teatrikal. Di tengah-tengah itu juga ban-ban dibakar sebagai simbol perlawanan. Yang tidak ikut berdrama, sambil menonton, menghayati dalam hati dan pikiran tujuan kita turun ke jalan.”

Ketiga bentuk aksi diatas bisa dilakukan sekaligus dalam

demonstrasi, namun bisa juga dilakukan dalam satu bentuk saja

tergantung kebutuhan dan wacana aksi. Pemegang kunci aksi itu

yakni seorang orator dan isi orasi dari pelaku aksi tersebut, yang

disebut dengan orator. Orator berfungsi sebagai komunikator

(42)

dalam demonstrasi. Orator juga yang berfungsi mengendalikan

emosi massa aksi dan emosi publik yang menyaksikan aksi melalui

kata-kata yang dikobarkan dan digaungkannya.

Selain ketiga bentuk aksi demonstrasi diatas, terdapat satu

lagi bentuk aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di Kota

Medan, yaitu : Aksi Vandalisme. Aksi ini merupakan tindakan

perusakan atau penghancuran terhadap sesuatu seperti misalnya

perusakan pos polisi dengan bom molotov, grafiti sindiran di

dinding gedung bahkan perusakan restoran cepat saji produk

kapitalis. SWP menjelaskan bahwa sebenarnya aksi vandal yang

identik dengan adanya kekerasan ini adalah bentuk perlawanan

terhadap kebijakan pemerintah yang tidak mengacuhkan

kepentingan rakyat.

“Kami sadar apabila dilihat dari perspektif umum, jelas ini salah. Namun ini sebenarnya merupakan bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan kebutuhan rakyat. Kalau sudah begini, untuk apa ada pemerintah?”

Bermula dari aksi Vandalisme, pada bahasan selanjutnya

dijelaskan mengenai tindak dan latar belakang terjadinya kekerasan

dalam demonstrasi.

4.3.3 Bentuk Tindak Kekerasan yang Terjadi Saat Demonstrasi Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di Kota Medan

tahun 2012-2013, mengalami perjalanan panjang dengan berbagai

(43)

yang sengaja ataupun keterpaksaan. Beberapa bentuk konkrit

tindak kekerasan yang terjadi saat demonstrasi antara lain seperti :

 Perusakan lampu lalu lintas

 Pembakaran pos-pos polisi

 Penjarahan dan perusakan restoran cepat saji

 Baku hantam antara aparat dan massa aksi

 Perusakan bahu trotoar dan pot bunga jalanan untuk

senjata lempar

 Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di

dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih

ekstrem adalah makian terhadap aparat dan pemerintah.

 Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat dengan water

canon

SWP mengungkapan bahwa memang terjadi beberapa tindak

kekerasan dalam demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di

tahun 2012-2013 yang lalu :

“Pada saat itu lumayan banyak lah memang tindak perusakan yang terjadi. Mulai dari pecahnya lampu merah, trotoar itu dipukul-pukul biar jadi pecahan batu, gitu juga dengan pot bunga kota, pos polisi dibakar, dinding-dinding kosong dicoret pake pilox dengan pesan-pesan. Tapi itu semua pasti punya tujuan.”

Dari bentuk-bentuk konkrit tindak kekerasan yang terjadi

pada saat demonstrasi, dapat dibagi klasifikasi dari tindakan

tersebut dengan jenis kekerasan yang dibedakan menjadi empat

(44)

1. kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat.

2. kekerasan tertutup, kekerasan yang tidak dilakukan secara

langsung atau tersembunyi.

3. kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk

perlindungan tapi untuk mendapatkan sesuatu.

4. Kekerasan defensif, kekerasan yang dilakukan untuk

melindungi diri.

Klasifikasi tindak kekerasan yang dilakukan saat demonstrasi

menolak kenaikan harga BBM sesuai jenis kekerasannya dapat

dijelaskan dalam tabel berikut :

Tindak Kekerasan

Perusakan lampu lalu lintas

Pembakaran pos-pos polisi

Penjarahan dan perusakan restoran cepat saji

Baku hantam antara aparat dan massa aksi

Perusakan bahu trotoar dan pot bunga jalanan

untuk senjata lempar

Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih ekstrem adalah

makian terhadap aparat dan pemerintah.

Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat

dengan water canon

Tabel 4.5. Klasifikasi Tindak Kekeraan berdasarkan Jenis

Berdasarkan tabel diatas, dari semua tindak kekerasan yang

terjadi pada demonsrasi kenaikan BBM, semua bisa dikategorikan

sebagai kekerasan terbuka, kecuali perusakan pos polisi dan

membuat grafiti sindiran atau mural dikatakan sebagai kekerasan

(45)

sembunyi-sembunyi. Kekerasan agresif dan defensif bisa juga merupakan

kekerasan terbuka dan tertutup.

Kekerasan yang dilakukan mahasiswa seperti perusakan

lampu merah, penjarahan restoran, pembakaran pos polisi, coretan

sarkasme dalam grafiti, itu adalah contoh bentuk kekerasan agresif.

Sedangkan penghancuran trotoar dan pot bunga dikatakan sebagai

kekerasan defensif, karena batu hasil pecahan trotoar dan pot

tersebut digunakan untuk melempari aparat yang bertindak repreif.

Dalam demonstrasi mahasiswa, keempat jenis kekerasan

tersebut dapat ditemukan, walau tidak selalu sekaligus keempatnya

ditemukan. Hal ini dikarenakan tergantung siapa aktor yang

memulai terlebih dahulu melakukan kekerasan.

Pada demonsrasi di Bandara Polonia, memang terjadi

bentrokan atau chaos antara massa aksi dan aparat kepolisian.

Kekerasan yang dilakukan massa aksi (mahasiswa, buruh, petani,

nelayan) melempari aparat merupakan kekerasan defensif terhadap

kekerasan yang didahului oleh aparat kepolisian. Puluhan

demonstran mengalami luka-luka dalam aksi ini.

Kekerasan terbuka dan kekerasan agresif terjadi pada

demonstrasi yang berlangsung di Simpang Nommensen dan

Simpang USU. Kekerasan terbuka dan agresif pada saat itu berupa

penjarahan barang-barang di restoran cepat saji KFC Perintis

Kemerdekaan dan perusakan sejumlah sarana di restoran tersebut

(46)

demonstrasi di Simpang USU, kekerasan berupa perusakan fasilitas

umum seperti pecahnya lampu lalu lintas. Swalayan mini yang

buka 24 jam juga dipaksa menjadi ‘donatur’ logistik bagi yang

terlibat dalam bentrok demonstrasi tersebut.

Pada rentang-rentang senggang demonstrasi, kekerasan

juga dilakukan secara tertutup tanpa diketahui secara pasti

pelakunya. Beberapa pos polisi di Medan dibakar dan dilempari

dengan bom molotov pada malam hari. Banyak asumsi mengenai

siapa pelakunya.

Sebagai pelaku aksi, SWP pun tidak bisa tau pasti tentang siapa

pelaku pembakaran pos polisi :

“Bisa jadi ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kondisi ini untuk mengkambing-hitamkan demonstran mahasiswa sebagai pelaku. Bisa jadi juga, memang ada kelompok Anarko-Sindikalis yang melakukannya untuk memberi peringatan kepada aparat dan pemerintahan. Namun yang jelas, dengan adanya bentrok antara masyarakat, mahasiswa terhadap kepolisian, banyak pihak yang berkepentingan mengambil keuntungan dari kondisi Kota Medan yang rusuh.”

4.3.4. Latar Belakang Tindak Kekerasan Dalam Demonstrasi

Tindak kekerasan dalam demonstrasi mahasiswa tidak bisa

sepenuhnya disalahkan kepada mahasiswa. Ada beberapa faktor

yang menjadi pemicu kekerasan dalam demonstrasi. Faktor-faktor

tersebut bisa berasal dari mahasiswa itu sendiri, pihak yang

berwajib, atau bahkan diluar dari itu semua. Faktor-faktor

(47)

Komunikasi yang Tersumbat dan Represifitas Aparat

Banyak pihak yang terlibat dalam suatu demonstrasi

selain mahasiswa sebagai pelaku aksi. Pihak-pihak lainnya

yang turut mempengaruhi alur demonstrasi adalah aparat

keamanan seperti kepolisian, dan dalam kondisi genting TNI

juga ikut diturunkan seperti pada demonstrasi di Bandara

Polonia. Artinya kekerasan tidak hanya bersumber dari

mahasiswa, namun juga dari pihak yang terlibat. Seperti yang

dikatakan oleh HA, Koordinator KontraS SUMUT :

“Kekerasan di dalam demonstrasi tidak hanya mahasiswa tapi banyak di luar mahasiswa. Malah justru banyak korban kekerasan demonstrasi adalah mahasiswa. Misalnya demonstrasi kenaikan BBM atau demonstrasi ketika mahasiswa menjadi supporting actor gerakan buruh, tani. Kekerasan lebih banyak dilakukan polisi, satpol pp, dan preman.”

Hal demikian juga disepakati oleh SWP bahwa

penyebab terjadinya kerusuhan dalam demonstrasi salah

satunya adalah tidak arifnya aparat kepolisian dalam

menangani demonstrasi. Hal ini diungkapkan SWP :

(48)

supaya bisa bertemu dengan wakil rakyat itu menyampaikan aspirasi rakyat. Bukan malah menyerang kami.”

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh AA :

“Pas demonstrasi yang aku ditangkap itu, itu kan terjadi karena mahasiswa nggak dikasi masuk bertemu dengan pemangku kebijakan di DPRD. Harusnya kan polisi-polisi bisa berkompromi dengan pendemonstrasi, menenangkan, sambil juga menghubungi anggota DPRD itu supaya menjumpai pendemo. Kalau memang nggak mau kali pejabat DPRD itu, biar tau kita mereka yang katanya wakil rakyat itu memang jauh kali ternyata dari rakyat. Masalahnya, sepertinya polisi juga tidak melakukan upaya persuasi yang demikian”

HA sebagai penggiat anti-kekerasan, melihat bahwa

sebenarnya kekerasan oleh aparat dalam demonstrasi terjadi

karena tersumbatnya komunikasi. Menurutnya di negara

berdemokrasi seperti di Indonesia ini langkah-langkah yang

diambil terlebih dahulu harusnya adalah langkah yang

persuasif. Dibangun komunikasi antara aparat dan demonstran,

seperti pernyataannya :

(49)

tentu kekerasan tidak terjadi. Harusnya dipertanyakan kenapa mahasiswa berdemonstrasi dengan isu vital atau bahkan di objek vital.”

Agenda Setting sebagai Rekayasa Penaikan Isu

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang

sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Karena dalam

proses inilah ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai

masalah publik dan prioritas dalam agenda publik

dipertarungkan. Dalam proses ini, jika sebuah isu berhasil

mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan

prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak

mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada

isu lain47

Para pengunjuk rasa umumnya melakukan demonstrasi

mengkritisi kebijakan-kebijakan publik yang tidak begitu

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sangat

disayangkan, para pembuat dan pemangku kebijakan tidak

begitu mempedulikan unjuk rasa yang terjadi sehingga mereka

abai memperbaiki kebijakan-kebijakan yang yang cenderung

tidak memihak rakyat. Tetapi yang lebih memprihatinkan,

masyarakat sendiri yang diperjuangkan para pengunjuk rasa

tidak sadar akan tujuan demonstrasi tersebut. Maka

dirancanglah suatu strategi agar isu dalam demonstrasi tersebut .

47

(50)

mendapatkan perhatian publik dan mendapatkan status sebagai

masalah publik.

Sebelumnya dijelaskan bahwa demonstrasi harus

melalui tahap-tahap kelas agar isu dan wacana yang diangkat

dalam aksi tepat sasaran. Pada dasarnya tahapan-tahapan kelas

pada aksi protes tidak dengan sengaja dirancang langung pada

ke tahap dengan potensi kekerasan yang tinggi seperti

intervensi. Di awal periode demonstrasi suatu isu, pengunjuk

rasa umumnya melakukan aksi-aksi santun seperti teatrikal,

march, mimbar bebas, orasi, dan sebagainya.

AA menjelaskan bahwa demonstrasi dengan kekerasan

tidak serta-merta terjadi dengan tiba-tiba, namun melewati

proses-proses tersendiri :

“Nggak mungkin dalam suatu demonstrasi tiba-tiba, ujug-ujug langsung chaos. Pertama-tama pasti kita buat dulu aksi yang baik-baik, aksi damai. Kita lihat tanggapan masyarakat, bilanglah ini sebagai sosialisasi kita ke masyarakat bahwa ada suatu permasalahan publik. Dan kita lihat gimana pemerintah merespon aksi ini. Kalau ternyata tidak ada tanggapan berarti, maka aksi demonstrasi selanjutnya akan disetting chaos untuk menaikkan isu.”

Katakanlah aksi-aksi ini sebagai bentuk sosialisasi dan upaya

penyadaran kepada masyarakat bahwa terdapat isu yang

menjadi masalah publik. Seiring berlangsungnya demonstrasi

lanjutan yang intens, dilihat pula kembali bagaimana respon

(51)

respon tidak berarti atau malah tidak difasilitasi dengan baik,

maka suatu demonstrasi yang tadinya hanya melakukan

aksi-aksi santun akan direncanakan untuk ‘naik kelas’ dan bertindak

pada tahap intervensi yang berpotensi pada kekerasan. Hal

inilah yang diterapkan sebagai strategi agar wacana aksi dapat

disadari sebagai masalah publik yang harus segera diselesaikan.

Sehingga pemerintah membatalkan kebijakan tidak pro-rakyat

yang telah dibuat.

“Dengan itu dilakukan di setiap daerah, maka Indonesia bisa dikatakan sedang bergejolak, dengan semakin tinggi kadar gejolak itu, maka bisa membuat keadaan negara tidak aman. dan semua itu bertujuan untuk menggagalkan kebijakan. ketika keadaan semakin chaos, maka pemerintah akan menjadi terjepit, dan ketika pemerintah terjepit, mau tidak mau kebijakan itu harus gagal.”

(SWP, aktivis mahasiswa UNIMED)

HA berpendapat bahwa kekerasan yang dilakukan

mahasiswa dalam demonstrasi sebenarnya merupakan jalan

terakhir yang dilakukan karena tuntutan dalam aksi tidak

diakomodir oleh pemerintah ataupun institusi yang terkait.

(52)

Koordinator KontraS Sumut ini berpendapat kekerasan

dalam demonstrasi dijadikan agenda setting untuk menaikkan

isu dalam aksi ke publik melalui media-media massa sehingga

instansi terkait mempertimbangkan matang-matang kebijakan

yang diputuskan.

Provokasi Massa Misterius

Ada paradigma dalam demonstrasi yang menyatakan

bahwa ‘semakin cepat chaos, semakin cepat demonstrasi ini

rusuh, semakin cepat pula massa aksi ini bubar’. Ini merupakan

sebuah paradoks. Pernyataan ini tidak bisa dibilang salah,

namun juga tak sepenuhnya benar. Melihat alur beberapa

demonstrasi yang mengalami kerusuhan, bentrok adalah

puncak atau klimaks dari aksi tersebut sehingga dengan

berangsur-angsur tentu demonstrasi itu akan bubar.

Beberapa pihak yang memiliki kepentingan tidak

menginginkan adanya demonstrasi yang melibatkan isu-isu

sentral. Sehingga sebisa mungkin aksi ini dicegah, dibungkam

atau bahkan dihancurkan sekalian. Caranya, dengan

mengirimkan massa-massa aksi misterius yang sengaja

membuat onar sehingga terkesanlah mahasiswa bertindak

anarkis dalam demonstrasi dan memancing aparat untuk

mengamankan demonstrasi yang tak jarang dengan cara yang

(53)

sungguhan dan menyebar ke seluruh rombongan aksi. Massa

aksi sungguhan terkadang tidak sadar dengan kehadiran massa

misterius ini dan menganggap massa misterius ini adalah

bagian dari rombongannya sehingga mudah terpengaruh

dengan provokasi massa misterius ini.

Dalam beberapa demonstrasi, massa misterius yang

disusupkan adalah bagian dari intelijen aparat. Ini dilakukan

agar aparat mengetahui alur demonstrasi sehingga dapat

menganulir gerakan mahasiswa yang justru malah tak jarang

massa misterius ini jugalah yang memancing terjadinya

bentrokan. Sehingga mahasiswa dapat segera dipukul mundur

dan intel-intel yang berkedok massa misterius ini dapat

menahan demonstran yang kebetulan berada didekatnya untuk

kemudian diintograsi mencari informasi terkait demonsrasi

gerakan mahasiswa.

AA menceritakan pengalamannya ketika ditahan saat

berdemonstrasi di Kantor DPRD :

(54)

bersembunyi di ATM. Kalau aku lari ke paladium, karena dianggap mengganggu kenyamanan para pengunjung mall, para satpam pun menangkap mahasiswa yang masuk ke dalam mall palladium, tertangkap lah aku hingga akhirnya diserahkan kepada pihak yang berwajib.”

Ambiguitas Undang-Undang

Sebagai kaum intelektual, SWP berpendapat bahwa

demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di tempat-tempat

publik seperti bandara, stasiun, dan tempat-tempat lainnya

tidak melanggar undang-undang.

“Undang-Undang mengatakan bahwa penyampaian pendapat di muka umum boleh dilakukan di muka umum. Di muka umum maksudnya adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang. Itu jelas di UU nomor 9 tahun ’98 pasal 9 ayat 1. Bandara, stasiun, itu kan tempat-tempat yang sesuai dengan UU tersebut. Kalau di pasal selanjutnya ternyata di tempat-tempat tersebut merupakan pengecualian, lantas dimana lagi diperbolehkan berdemo? Maksudku, dimana lagi lokasi stategis yang benar-benar boleh dijadikan sebagai lokasi demonstrasi? Sedangkan tempat-tempat yang strategis sudah dipagari dengan UU di ayat 2. Kalau tempat ibadah itu lain soal ya, karena itu hubungannya langsung dengan Pencipta.”

Dalam regulasi yang mengatur tentang demonstrasi

yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 mengenai

Kemerdekaan Menyatakan Pendapat, sama sekali tidak

diperbolehkan melakukan demonstrasi di objek-objek vital

nasional. Seperti yang tertuang dalam UU No 9 Tahun 1998

(55)

muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali :

a. di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi

militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta

api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional;

b. pada hari besar nasional”. Apalagi tindak kekerasan dalam

berdemonstrasi, jelas tidak diperkenankan dalam Undang

Undang.

Menyelenggarakan unjuk rasa di Bandara Polonia

ataupun sarana-sarana transportasi seperti stasiun kereta dan

terminal, sesuai Undang-Undang adalah salah. Namun coba

tinjau kembali dari UU No 9 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 yang

berbunyi : “Di muka umum adalah dihadapan orang banyak,

atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi

dan atau dilihat setiap orang”.

Bandara Polonia ataupun sarana transportasi lainnya

seperti stasiun kereta, terminal, serta pelabuhan merupakan

tempat yang sesuai dan selaras yang dinyatakan dalam Pasal 1

Ayat 2 UU Nomor 9 Tahun 1998. Maka segala bentuk

penyampaian pendapat yang dilakukan di lokasi-lokasi tersebut

apabila ditinjau dari Pasal 1 Ayat 2, jelas tidak bisa dikatakan

sebagai pelanggaran. Inilah ambiguitas Undang-Undang

negara ini. Di satu sisi terlihat bahwa Undang-Undang Nomor

(56)

pendapat di muka umum, bahkan melindungi. Namun di sisi

lain menunjukkan bahwa unjuk rasa dalam bentuk apa pun

tidak akan bisa diterima oleh negara.

Dari ambiguitas tersebut, maka timbul celah terjadinya

kekerasan dalam demonstrasi. Masing-masing dari elemen

yang terkait memiliki pegangan sendiri untuk memperbolehkan

dilakukannya tindak kekerasan.

SWP menambahkan pendapatnya mengenai ketidakseriusan

pemerintah dalam menangai demonstrasi mahasiswa.

“Ambigu. Kami rasa kami sudah tepat dengan logika berpikir kami. Tapi aparat lebih merasa benar lagi. Sehingga pas lah sudah kalau terjadi bentrokan. Menurutku, pemerintah setengah hati dalam menyikapi persoalan demonstrasi ini.”

4.3.5 Sikap Mahasiswa

Menyikapi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa, Anita

Syafitri, mahasiswi Sosiologi FISIP USU yang tidak pernah ikut

aksi, cukup menghargai usaha mahasiswa yang melakukan

demonstrasi dengan aksi turun ke jalan. Walaupun ia menganggap

bahwa demonstrasi bukanlah jalan yang efektif untuk

menyampaikan pendapat, namun ia tidak ingin men-judge pelaku

demonstrasi mahasiswa sebagai penyebab kerusuhan.

(57)

bahwa demonstrasi bukanlah tindakan yang efektif namun sebagai seorang mahasiswa saya sangat menghargai mahasiswa lain yang melakukan demonstrasi karena itulah yang mereka anggap sebagai tindakan yang tepat untuk dilakukan. Setiap orang berhak menentukan pilihan yang dianggapnya benar sehingga saya menghargai tindakan mahasiswa yang melakukan tindakan demonstrasi. Lagipula saya dengar dari beberapa kawan yang berdemonstrasi, sebenarnya mereka tidak mau ada kekerasan saat aksi.”

Mahasiswa sebagai pelaku gerakan sadar betul bahwa

demonstrasi dewasa ini sangat rentan dengan tindak kekerasan.

Namun harus diakui, tindak kekerasan yang terjadi pada saat

demonstrasi tidak melulu disebabkan ulah mahasiswa, tetapi juga

andil aparat dengan represifitasnya. Ini pengakuan AA yang ikut

tertangkap aparat saat berdemonstrasi menolak kebijakan kenaikan

BBM di Kantor DPRD Sumut tahun 2012 :

“Aku sendiri sebagai mahasiswa sadar betul bahwa kekerasan sebenarnya tidak pantas digunakan dalam demonstrasi. Namun masyarakat juga perlu tau bahwa kekerasaan saat demonstrasi semata-mata bukan dari mahasiswa, namun aparat yang ‘katanya’ mengamankan justru malah memicu terjadinya bentrok.

(58)

Koordinator KontraS Sumut, HA, yang juga mengamati

perjalanan gerakan mahasiswa mengatakan :

“Kekerasan di dalam demonstrasi tidak hanya mahasiswa tapi banyak di luar mahasiswa. Malah justru banyak korban kekerasan demonstrasi adalah mahasiswa. Misalnya demonstrasi kenaikan BBM atau demonstrasi ketika mahasiswa menjadi supporting actor gerakan buruh, tani. Kekerasan lebih banyak dilakukan polisi, satpol pp, dan preman.”

Mahasiswa dengan hanya berbekal pengetahuan, daya

intelektual-nya serta nurani merasa perlu melakukan demonstrasi

guna menyampaikan aspirasi sesuai kebutuhan rakyat. Pada

dasarnya mahasiswa dalam melakukan aksi demonstrasi tidak

pernah serta-merta dengan tujuan melakukan kekerasan. Ada

memang, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sengaja diatur

sedemikian rupa agar terjadi bentrokan atau kerusuhan. Namun

semata-mata hal ini dilakukan untuk mengangkat isu ke permukaan

publik dan demonstrasi mendapat perhatian targetan, karena

selama mereka melakukan demonstrasi dengan damai malah tidak

mendapat atensi dari publik apalagi pemerintah.

Mengiyakan hal ini, HA, berpendapat :

Gambar

Tabel 4.4. Fase Kekerasan dalam Demonstrasi
Tabel 4.1. Batas wilayah Kota Medan
Tabel 4.2. Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/infodata_poltek_swasta.php
Gambar 4.2. Rute massa aksi menolak kenaikan harga BBM di Polonia
+2

Referensi

Dokumen terkait

Materi penyuluhan ini antara lain sebagai berikut: makanan 4 sehat 5 sempurna, manfaat mengonsumsi hasil tani Dukuh Cangkol Duwur dari segi kesehatan, manfaat

bahwaberdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Bantul tentang Subsidi Jasa Pelayanan Tarif Layanan Kesehatan pada

[r]

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... SISTEM INVENTORY STOCK BARANG DI CV. BERKAH

[r]

Teachers should also offer the following three expla- nations about the differences between the back translation and the original text: (1) the information learners get from the

[r]

Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang.. Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi