LAMPIRAN
Tabel 4.4. Fase Kekerasan dalam Demonstrasi Fase Waktu Bentuk
Kekerasan Lokasi Sumber
1
Informan dan berbagai sumber website
pemerintah.
Harian WASPADA, 6 Juni 2013
Blokir Jalan 1
Informan dan berbagai sumber internet
FOTO
Aksi BBM di Bundaran SIB
Sumber :
Ribuan massa aksi melakukan long march menuju Bandara Polonia
Demonstrasi oleh buruh dan mahasiswa dilakukan di depan Kantor Gubernur Sumut Sumber
Aksi di depan Kantor DPRD Sumut
Represifitas aparat
Sumber
pendemo menyerang pos polisi
Sumber
DAFTAR PUSTAKA
Bidang Kebijakan Publik BEM UNAIR. 2012. Gerakan Mahasiswa Dari Masa
Ke Masa. Surabaya : BEM UNAIR.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Media
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKiS
Pelangi Aksara.
Komsiah, Siti. 2010. Modul Pengantar Sosiologi,
Lofland, John. 2003. PROTES. Yogyakarta : InsisT Press
Jakarta : Pusat Pengembangan
Bahan Ajar Universitas Mercu Buana.
Nasution, M. Arif & Harahap, Hamdani dkk. 2008. Metode Penelitian. Medan :
FISIP USU Press
Prasentyoko, A. Indriyo, Wahyu dkk. 2001. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi
Di Indonesia. Jakarta : YHDS.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Saidi, Ridwan. 1989. Mahasiswa dan Lingkaran Politik. Jakarta : Lembaga Pers
Mahasiswa Mafussy Indonesia.
Razak, Yusron. 2007. Sosiologi Sebuah Pengantar. Bandung : Gamma Press
Santoso, Thomas. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Surabaya : Ghalia Indonesia
Scott, John. 2012. Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Situmorang, Abdul Wahib. 2007. Gerakan Sosial (Studi Kasus Beberapa
Perlawanan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Supriatna, Nana dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi. Jakarta :
Grafindo.
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
SITUS INTERNET
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1426/Kesatuan-Aksi (diakses
20 November 2013, 17.36 WIB).
(diakses 20 November 2013, 17.35 WIB).
http://iesdepedia.com/blog/2013/01/13/new-sosial-movement/ (diakses 13
Desember 2013, 1.07 WIB)
14 Oktober 2014, 23 : 34 WIB)
Juli 2014, 02. 13 WIB)
01.14 WIB)
Komunitas E-Learning Universitas Gadjah Mada (Kuliah 8)
PENELUSURAN DOKUMENTASI
(diakses 14 Juli 2014, 00.25 WIB)
Juli 2014, 01.14 WIB)
WIB)
2014, 21.58 WIB)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian historis. Menurut Donald Ary (Yatim
Rianto dalam Nurul Zuriah , 2005) juga menyatakan bahwa penelitian
historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai
hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh
ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk
mempelajari masalah baru tersebut30
Penelitian ini juga mengambil sampel dari suatu unit sosial selama
kurun waktu tertentu yakni antara tahun 2010-2013 karena pada tahun-tahun
itulah terjadi beberapa demonstrasi yang terhitung cukup anarkis namun
juga memberi dampak yang cukup nyata. Seperti demonstrasi penolakan
kenaikan harga BBM yang berlangsung beberapa kali dan pada tahun 2012
walau terjadi pemboikotan di bandara dan stasiun di beberapa tempat,
namun berhasil menunda kenaikan harga BBM. Selain itu alasan studi kasus . Penelitian historis untuk memperkaya
pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa
lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini,
pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian
masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan
pilihan-pilihan di masa kini.
30
penelitian ini antara tahun 2010-2013 adalah karena peneliti baru saja
menginjak bangku pendidikan tinggi di tahun 2010, sehingga tahun-tahun
ini erat dengan kehidupan peneliti sebagai mahasiswa.
3.2. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih Kota Medan, Sumatera Utara sebagai lokasi
penelitian. Hal ini disebabkan karena Medan adalah pusat segala kegiatan
dan aktivitas masyarakat Sumatera Utara dalam segala bidang. Sekolah
tinggi ataupun universitas banyak yang berlokasi di Medan, termasuk
Universitas Sumatera Utara tempat peneliti melakukan studi, sehingga
mahasiswa tidak sulit untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi mahasiswa di
pusat-pusat Kota Medan.
3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis
Unit analisis merupakan satuan analisis penelitian. Unit
analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
fokus/komponen yang diteliti. Ini berfungsi untuk pengkerucutan
pengambilan data pada penelitian31.
31
http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-unit-analisis-dalam-penelitian.html
Goerge Ritzer membagi tingkat analisis permasalahan dalam
penelitian menjadi dua kontinum realitas sosial yaitu makroskopik
dan mikroskopik. Penelitian kualitatif lebih dekat dengan konteks
perilaku, tindakan, interaksi dan juga persepsi serta sikap
individu-individu (Bungin, 2007). Maka dalam penelitian ini, yang menjadi
unit analisis adalah mahasiswa sebagai pelaku demonstrasi dan
masyarakat sebagai penerima imbas demonstrasi.
3.3.2. Informan
a.
Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami
objek penelitian. Informan penelitian pun dibagi menjadi informan
kunci, yaitu :
•
Informan kunci
•
Mahasiswa yang ikut berdemonstrasi dan pelaku tindak
kekerasan.
•
Mahasiswa yang tidak ikut serta dalam aksi demonstrasi
Tokoh masyarakat, pengamat sosial dan para ahli.
Dalam penentuan informan, penelitian ini menggunakan teknik
snowball sampling (bola salju). Snowball sampling, teknik sampel
ini dimulai dari sampel kecil beberapa orang. Dalam
perkembangannya jumlah orang yang diwawancarai akan terus
berkembang sampai jumlah terpenuhi32
32
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara.
Menurut Jalaludin Rahmat, penelitian ilmiah adalah rangkaian
pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan
teori-teori yang mampu menjelaskan dan merAAkan33. Artinya dalam
melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan data-data yang valid dan
teruji kebenarannya.
Data-data tersebut terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh dari
sumber-sumber asli sumber-sumber asli disini diartikan sebagai sumber-sumber pertama darimana
data tersebut diperoleh34. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah
diperoleh dari orang lain atau sudah pernah dipublikasikan sehingga data
tersebut telah tersedia35
a.
Data-data tersebut didapat dengan menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut :
Wawancara mendalam
Wawancara ialah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu, merupakan proses tanya-jawab lisan, dimana dua orang atau
lebih saling berhadapan secara fisik36. Burhan Bungin37 membagi
teknik wawancara menjadi wawancara mendalam dan wawancara
bertahap.
33
Rakhmat, Jalaluddin. Mei 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
34
http://www.fourseasonnews.com/2012/06/pengertian-data-primer.htm
35
http://www.bimbingan.org/pengertian-data-sekunder.htm
36
Kartono pada Nasution, M. Arif & Harahap , Hamdani dkk. 2008. Metode Penelitian. Medan : FISIP USU Press.
37
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Media
Wawancara mendalam mengharuskan pewawancara terlibat dalam
dengan teknik wawancara lainnya. Sedangkan wawancara bertahap
tidak mengharuskan pewawancara untuk terlibat dalam kehidupan
sosial informan sehingga pewawancara memiliki banyak waktu diluar
informan untuk mengembangkan dan menganalisis hasil wawancara.
b. Dokumenter
c.
Metode ini pada umumnya untuk menelusuri data historis. Metode ini
memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi
di waktu silam. Bahan dokumenter masih bisa dikatakan sebagai data
primer. Karena dokumen-dokumen yang dimaksud adalah yang tidak
pernah dipublikasikan dimanapun seperti otobiografi, kliping,
dokumen pemerintah atau swasta namun cenderung rahsia, surat-surat
pribadi, cerita rakyat , data pribadi pada server atau hard-disk, dan lain
sebagainya. Namun ketika dokumen-dokumen tersebut sudah pernah
dipublikasikan, maka itu berubah jenis menjadi data sekunder, seperti
otobiografi yang diterbitkan.
Bahan Visual
Seperti fotografi, videografi atau film dokumenter. Bentuk-bentuk
tindakan demonstrasi kerap meninggalkan bekas yang riil. Maka
diperlukan suatu dokumentasi yang bisa dilihat seperti foto dan
rekaman aksi demonstrasi. Bahan dokumenter dan bahan visual nyaris
sama, maka cara membedakannya : (1) bahan dokumenter tidak
memiliki sifat fotografi namun apabila ada film documenter maka
sebaiknya dikelompokkan sebagai bahan visual, (2) bahan dokumenter
cerita yang tertulis, (4) bahan visual secara untuh menggunakan
teknologi digital sebagai cara berproduksi38
d.
. Data dari bahan visual
bisa dikategorikan sebagai data primer juga data sekunder. Dikatakan
data primer apabila saat momen berlangsung, peneliti
mengabadikannya sendiri.
Penelusuran literatur
Untuk memperkuat data-data yang diperoleh secara langsung
dilapangan, digunakan landasan-landasan teori yang berasal dari
literatur-literatur seperti buku, skripsi/tesis, jurnal ilmiah, artikel dalam
media cetak atau dari internet.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan
menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk
menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Interpretasi data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi,
wawancara dan juga dokumentasi atau visualisasi. Setelah itu data akan
dipelajari dan ditelaah kembali untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang
menjadi rumusan masalah sehingga terbentuklah solusi. Kemudian data
yang sudah lengkap, direduksi dengan cara membuat abstraksi.
38
Ibid (hal 124)
Abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman secara inti,
proses sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. Setelah semua data
telah disusun, data juga bisa dianalisis melalui pengalaman peneliti.
Sehingga akhirnya menjadi laporan penelitian.
3.6. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi √
2 ACC judul penelitian √
3 Penyusunan proposal
penelitian √ √ √
4 Seminar proposal √
5 Revisi proposal √
6 Penelitian lapangan √ √ √
7 Pengumpulan dan
pengolahan data √ √ √ √
8 Bimbingan √ √ √ √
9 Penulisan tugas akhir √ √ √ √
10 Sidang meja hijau √
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi
4.1.1. Geografis Kota Medan
Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara memiliki
luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah
Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten
lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah
penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu
topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada
ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif,
batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:
Medan Belawan dengan Selat Malaka
Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu dengan
Kecamatan Sunggal dengan
Kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa dengan
Tabel 4.1. Batas wilayah Kota Medan
4.1.2. Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan mempunyai
kedudukan, fungsi dan peranan penting dalam pembangunan baik dalam
skala lokal maupun regional. Sebagai kota metropolitan, Kota Medan
berfungsi sebagai :
1. Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintahan Provinsi
Sumatera Utara, maupun kota Medan. Selain itu juga sebagai tempat
kedudukan perwakilan atau konsulat negara-negara yang melakukan
kerja sama dengan Indonesia seperti Jerman, Jepang, Rusia, Turki,
Amerika Serikat, Australia, India dan beberapa negara lainnya.
2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial masyarakat. Mulai dari kantor
media massa, sekolah dengan semua jenjang, rumah sakit, dan
fasilitas-fasilitas lain yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang selalu dinamis.
3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuanan, dan jasa
secara regional maupun internasional.
4. Sebagai pintu gerbang bagi regional ataupun internasional untuk sektor
perdagangan dan kepariwisataan untuk wilayah Indonesia bagian barat.
Dalam skala lokal, Kota Medan adalah Kota Metropolitan yang
dipastikan memerlukan prasarana dan sarana yang memadai dan handal,
sedangkan secara regional kedudukan Kota Medan sebagai Ibu Kota
Propinsi Sumatera Utara dan pintu gerbang Indonesia bagian barat yang
berfungsi sebagai barometer pembangunan sekaligus mesin pertumbuhan
luhur sebagai lokomotif pergerakan ekonomi, sosial dan budaya skala
regional dan nasional.
4.1.3. Gambaran Penyebaran Mahasiswa di Kota Medan 4.1.3.1. Sejarah Berdirinya Perguruan Tinggi
Selain fungsi-fungsi yang sudah disebutkan
diatas, Kota Medan juga merupakan pusat pendidikan di
Indonesia bagian barat, khususnya pergurun tinggi. Ini
dapat dilihat dari begitu banyaknya mahasiswa yang
datang dari luar kota Medan bahkan luar Sumatera untuk
mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Medan, baik
itu perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Tak sedikit
pula warga negara tetangga seperti Malaysia dan
Singapura yang memilih Medan sebagai kota studinya,
misalnya Kedokteran di USU karena menyediakan kelas
internasional demi menunjang perkembangan kota
Medan. Dan pada tahun ajaran baru 2014, Fakultas
Farmasi juga akan membuka kelas internasional yang
tentu akan menyebabkan semakin banyaknya mahasiswa
asal luar negeri yang melakukan studi disitu.
4.1.3.2. Gambaran Penyebaran Perguruan Tinggi
Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia,
Medan merupakan sebuah kota dengan perkembangan
pusat pertumbuhan di Pulau Sumatera. Hal ini pula yang
menjadikan Medan sebagai kota destinasi masyarakat
untuk melanjutkan sekolah tinggi.
Setidaknya terdapat lebih dari 40 perguruan
tinggi swasta dan 4 perguruan tinggi negeri di Medan,
seperti pada tabel di bawah berikut ini yang dikutip dari
situs Pemko Medan.
No. Nama Alamat Lokasi
1 Universitas Islam Sumatera Utara
Jl. Kpt.Muchtar Basri
Kec. Medan Kota
4 Universitas Tjut Nya'Dhien
Jl. Jambi Medan Kec. Medan Perjuangan
5 Universitas Sisingamagaraja XII
Jl.Perintis Kemerdekaan Kec. Medan Perjuangan
7 Universitas Katolik Santo Thomas
Jl.Jend.Gatot Subroto Kec. Medan Sunggal
9 Universitas Tri Karya Medan
Jl. Kol.Yos Sudarso Kec. Medan Barat
11 Universitas Al-Azhar Jl. P.Air Padang Bulan Kec. Medan Johor
12 Universitas HKBP Nomensen
Jl. Sutomo Medan Kec. Medan Timur
13 Universitas Darma Agung
Jl. Dr.TD.Pardede Jl. Bantam Medan
Kec. Medan Baru
14 Universitas Medan Area (UMA)
Jl. Kolam Medan Estate Kec. Medan Tembung
15 Universtas Amir Hamzah
Jl. Pancing Medan Estate Kec. Medan Tembung
16 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Jl. Raya Medan Tenggara Kec. Medan Denai
17 Sekolah Tinggi Ilmu Managemen (STIM)
18 Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer BINUS
Jl. AR. Hakim Medan Kec. Medan Area
19 STMIK-AMIK Potensi Utama
Jl. Kol.Yos Sudarso Kec. Medan Barat
20 Sekolah Tinggi Olahraga dan
23 STI-Kesehatan Mutiara Indonesia
Jl. Kapt. Muslim Medan Kec. Medan Helvetia
24 STIE-Taman Harapan Jl. Cik Ditiro Medan Kec. Medan Polonia
25 Institut Teknologi Medan
Jl. Gedung Arca Kec. Medan Kota
26 AMIK Triguna Darma Medan
Jl. AH.Nasution/ Karya Wisata
Kec. Medan Johor
27 AMIK Kesatria Medan Jl. HM Joni Kec. Medan Kota
28 AMIK Poli Bisnis Jl. Letjend Jamin Ginting Medan
Kec. Medan Baru
29 AMIK-MBP Jl. Letjend Jamin Ginting Medan
Kec. Medan Baru
30 Pendidikan Teknologi Kimia Industri
Jl. Medan Tenggara VII Kec. Medan Denai
31 Harmoni Polyteknik Jl. Dokter Mansyur Kampus Usu
Jl. Letjend Jamin Ginting Padang Bulan Medan
Kec. Medan Timur
32 Polyteknik Taman Harapan
Jl. Cik Ditiro Medan Kec. Medan Polonia
33 Akademi Duta Profesindo Polyteknik
Jl. Letjend Jamin Ginting Kec. Medan Baru
34 Sekretaris dan Manajemen Lancang
35 Akademi Akuntansi YPK Medan
Jl. Sakti Lubis Gg. Pegawai Medan
Kec. Medan Kota
36 Akademi keuangan Dan Perbankan
38 Akademi Maritim Indonesia
Jl. Brigjend Bejo Medan Kedamatan Medan Barat
39 Akademi Teknologi Industri Immanuel
Jl. Gatot Subroto Kec. Medan Petisah
40 Akademi Pariwisata Taman Harapan
Dr. Rusdi
42 Akper-Widya Husada Jl. Willem Iskandar Medan
44 Akper-Flora Medan Jl. Cendrawasih Medan Kec. Medan Sunggal
45 Akper-Imeda Jl. Bilal Medan Kec. Medan Timur
46 Akademi Kebidanan Imelda
Jl. Bilal Medan Kec. Medan Timur
47 Akademi Kebidanan Medan
Jl. Rajawali Medan Kec. Medan Sunggal
Tabel 4.2. Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/infodata_poltek_swasta.php
Tabel 4.3. Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan Sumber : Dok. Pribadi
Dilihat dari peta tabel 4.2. dan tabel 4.3, perguruan tinggi di Kota Medan
tersebar di Kota Medan yang sebagian besar terletak di beberapa kecamatan
seperti Medan Kota, Medan Baru, Medan Tembung, Medan Timur, Medan
No Nama Alamat Lokasi
2 Universitas Negeri Medan
4 Politeknik Negeri
Petisah, Medan Barat, Medan Sunggal, dan Medan Johor. Dan beberapa
perguruan tinggi dalam jumlah kecil terletak di Medan Helvetia, Medan
Tuntungan, Medan Selayang, Medan Deli, Medan Area, dan Medan
Amplas.
Walaupun ada begitu banyak perguruan tinggi yang terdapat di
Kota Medan, namun hanya sebagian kecil kampus yang memiliki
mahasiswa-mahasiswa yang aktif menjalankan fungsi sebagai kontrol sosial
dalam bentuk pergerakan atau aksi demonstrasi. Sebagian kecil itu adalah
Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (UNIMED),
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN Sumut). Dan untuk
perguruan tinggi swasta yang mahasiswanya terhitung cukup aktif dalam
pergerakan mahasiswa adalah Universitas Medan Area (UMA), Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas HKBP Nommensen,
Universitas Panca Budi, Universitas Darma Agung, Universitas Islam
Sumatera Utara (UISU), dan Institut Teknologi Medan (ITM).
4.1.4. Lokasi Demonstrasi Mahasiswa di Kota Medan
Dikutip dari berbagai media massa39
• Bundaran SIB. Terletak di Jalan Gatot Subroto. Tugu ini sebenarnya
merupakan tugu yang terletak di pertemuan antara Jalan Gatot Subroto,
Jalan Raden Saleh, Jalan Adam Malik, dan Jalan S. Parman. Namun dan diperkuat dengan
pernyataan informan, ada terdapat beberapa titik lokasi yang sering
dijadikan sebagai lokasi aksi demonstrasi mahasiswa, yaitu :
39
secara teritorial dimasukkan pada jalan Gatot Subroto. Bundaran SIB
dianggap sebagai lokasi strategis untuk melakukan demonstrasi karena
lokasinya yang berada di persimpangan empat jalan protokol Medan
dan selalu ramai dilalui masyarakat. Sehingga apabila demonstrasi
dilakukan di Bundaran SIB, maka isu demonstrasi yang diangkat akan
lebih cepat sampai ke masyarakat dan harapannya tuntutuan yang
disampaikan lebih cepat diakomodir yang dituntut.
• Lapangan Merdeka. Merupakan titik nol Kota Medan. Di sekelilingnya
terdapat gedung-gedung publik seperti beberapa hotel, beberapa bank
termasuk kantor Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank Danamon dan
juga Kantor Pos. Terdapat juga stasiun kereta api tepat di sebelah
selatan Lapangan Merdeka. Alasan daerah ini dijadikan sebagai lokasi
demonstrasi juga tidak jauh berbeda dengan Bundaran SIB. Lokasi ini
dipilih karena selalu ramai dilewati masyarakat.
• Kantor DPRD Sumut. Terletak di Jalan Imam Bonjol. Di depan gedung
birokrat ini kerap berlangsung demonstrasi yang dilakukan oleh
mahasiswa. Hal ini terjadi karena demonstrasi juga dilakukan akibat
dari kebijakan yang dibuat cenderung tidak berpihak pada rakyat.
Sehingga berdemonstrasi di lokasi ini dianggap sangat tepat karena
langsung berhadapan kepada pembuat kebijakan.
• Kantor Gubernur Sumatera Utara. Berada di Jalan Diponegoro. Tidak
jauh berbeda dengan lokasi demonstrasi sebelumnya. Kantor Gubernur
Sumut sering dilakukan demonstrasi karena disinilah pemangku
aspirasinya, mustahil apabila Gubernur beserta staf-stafnya tidak
mengetahui apa isi dari isu demonstrasi.
Selain beberapa tempat di atas yang sering dijadikan lokasi demonstrasi,
pada beberapa momentum, demonstrasi dilakukan di tempat-tempat yang
berkaitan langsung dengan wacana aksi. Sebagai contoh, demonstrasi
menolak Ujian Nasional dilakukan di Kantor Dinas Pendidikan di Jalan T.
Cik Ditiro. Lalu aksi protes terhadap pemadaman listrik yang terlampau
sering di Sumatera Utara, dilakukan di kantor-kantor PLN.
Selain lokasi di atas, terdapat lokasi demonstrasi dilakukan di
tempat-tempat tertentu. Pada aksi demonstrasi menolak kenaikan harga
BBM tahun 2012 yang lalu di Kota Medan dilakukan di beberapa lokasi di
waktu yang berlainan, yaitu di Bandara Polonia, simpang Jalan
Sisingamaraja dan Jalan H. Juanda-Halat dan Kantor DPRD, serta simpang kampus Nommensen dan simpang USU40
• Bandara Polonia
.
Pada aksi demonstrasi yang berlangsung di Bandara Polonia
terdapat ribuan massa aksi yang terdiri dari buruh, petani, dan
mahasiswa dan gerakan pemuda lainnya yang bersatu pada
demonstrasi untuk menolak kebijakan kenaikan harga BBM. Pada
waktu itu, ribuan massa aksi yang membawa nama berbagai aliansi
buruh dan juga aliansi mahasiswa memulai aksi dengan long march
dari Bundaran SIB melewati Jalan Raden Saleh menuju Kantor
DPRD. Sesampainya di Kantor DPRD Sumut, massa aksi berhenti
40
beberapa saat untuk berorasi menyampaikan aspirasi,
menyampaikan tuntutan, dan menyatakan penolakan terhadap
kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM. Setelah itu,
massa aksi melanjutkan long march melalui Jalan Imam Bonjol
menuju Bandara Polonia.
Selain Bundaran SIB ada lokasi lain yang dijadikan massa aksi
sebagai titik kumpul awal, yaitu Lapangan Merdeka. Rute yang
dilalui dari Lapangan Merdeka menuju Bandara Polonia sama
persis dengan yang dilewati oleh massa aksi dari Bundaran SIB.
Kedua massa aksi dari Bundaran SIB dan Lapangan Merdeka
bertemu di Kantor DPRD Sumut untuk kemudian bergabung
menjadi satu long march menuju Bandara Polonia.
Gambar 4.2. Rute massa aksi menolak kenaikan harga BBM di Polonia
Aksi ini berujung bentrok antara aparat dan massa aksi.
Setidaknya terdapat empat pendemo tertembak dan beberapa luka-Bund
SIB
La
p
.
M
e
rd
e
k
a
Bandara POLONIA
luka dalam aksi ini41
• Simpang Jalan Sisingamaraja dan Jalan H. Juanda-Halat, dan Kantor DPRD
. Bentroknya demonstrasi ini juga
menyebabkan sejumlah penerbangan dari Bandara Polonia yang
dijadwalkan keberangkatannya pada hari itu tertunda.
Ada terdapat dua aksi demonstrasi yang cukup besar terjadi di
waktu yang sama dengan tempat berbeda. Aksi-aksi demonstrasi
tersebut antara lain dari mahasiswa yang beraliansi dengan nama
FROMSU (Front Mahasiswa Sumatera Utara) di simpang Jalan
Juanda-Halat, dan demonstran mahasiswa dari beberapa universitas
(UMSU, UNIMED, UMA, UDA, UNIVA) di Kantor DPRD.
Pada aksi yang berada di Simpang Jalan Juanda-Halat, titik
kumpul awal yang utama massa aksi berada di Jalan Sisingamaraja,
depan kampus UISU. Aksi dimulai dengan long march dari
kampus UISU berjalan menuju Tugu Sisingamaraja melewati
Stadion Teladan lalu berbelok ke Jalan Gedung Arca dan berhenti
sejenak di depan Kampus ITM yang juga bertepatan di depan
Kampus II UMSU. Massa aksi berhenti untuk berorasi mengajak
dan memanggil (sweeping) mahasiswa-mahasiswa yang masih
berada di dalam masing-masing kampus ITM dan UMSU untuk
ikut turun ke jalan berdemonstrasi, walaupun di dalam massa aksi
yang sedang berorasi sudah terdapat beberapa mahasiswa ITM.
41
Setelah dari situ massa aksi bergerak ke Jalan H.M. Joni dan
berhenti di Kampus STTH dan kembali mengajak
mahasiswa-mahasiswa STTH ikut berdemonstrasi menolak kebijakan kenaikan
BBM. Perlu diketahui sweeping tidak hanya dilakukan di ketiga
kampus tersebut. Sebelum berkumpul di titik kumpul utama,
kampus-kampus luas yang memiliki banyak fakultas seperti USU
melakukan sweeping massa aksi di semua fakultas yang ada di
kampus mereka sehingga dapat dihasilkan massa aksi yang banyak
guna menunjang keberhasilan demonstrasi.
Setelah dari STTH, lantas massa aksi bergerak keluar dari
Jalan H.M. Joni kembali ke Jalan Sisingamaraja menuju simpang
empat antara Jalan Sisingamaraja dan Jalan Juanda-Halat. Disitulah
aksi demonstrasi dilakukan. Massa aksi membentuk formasi sebuah
lingkaran yang memenuhi simpang jalan tersebut. Ditengah-tengah
lingkaran tersebut, mereka menyampaikan aspirasinya dengan
dibakarnya ban-ban bekas, teatrikal, dan orasi. Aksi ini
berlangsung relatif aman.
Pada aksi kedua, yaitu di depan gedung DPRD. Diikuti oleh
ratusan mahasiswa yang berasal dari beberapa universitas (UMSU,
UNIMED, UMA, UDA, UNIVA). Mereka merusak kawat duri
yang dipasang di depan Kantor DPRD Sumut. Mereka juga
memblokade Jalan Imam Bonjol dan menggoyang- goyang pagar
gedung Dewan yang dijaga puluhan petugas kepolisian. Aksi
membakar ban tersebut menaiki pagar dan berorasi sembari
mendobrak pagar. Sempat terjadi dorong-dorongan pagar antara
polisi dan demonstran.Puluhan petugas kepolisian yang sejak awal
berjaga-jaga di halaman Gedung DPRD pun membentuk barisan
dengan menyiapkan tameng dan pentungan di tangan
masing-masing. Saat itu sekitar puluhan anak punk yang menamakan diri
Pasukan Bendera Hitam masuk di barisan massa dan ikut menaiki
pagar dan berusaha mendobraknya. Melihat kondisi ini,mahasiswa
memilih mundur dan membiarkan anak punk menyampaikan
aspirasi.
Sebelumnya, massa mencopot baliho milik Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) di Jalan Kapten Maulana Lubis dan membakarnya
di atas kawat duri di depan Gedung DPRD Sumut. Mahasiswa dari
Univa dan UMA sempat berunjuk rasa di depan Hotel Santika,
tempat PKS melakukan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas).
Dalam orasinya,pengunjuk rasa kecewa dengan sikap PKS yang
dikabarkan menerima kebijakan pemerintah yang menaikkan harga
BBM.Sikap partai ini dianggap membelok karena sejak semula
menyatakan diri menolak kenaikan BBM. Setelah mendapat
penjelasan dari petugas kepolisian yang berjaga di sekitar Hotel
di hotel, pengunjuk rasa membubarkan diri dan menuju gedung
DPRD Sumut42
• Simpang Kampus Nommensen dan Simpang USU .
Aksi demonstrasi di lokasi ini berlangsung intens dan kontiniu
selama tiga hari berturut-turut, dimulai tanggal 17 Juni sampai
dengan 20 Juni 2013. Pada pagi hari pertama, aksi yang melibatkan
berbagai elemen dilakukan dengan sasaran aksi Konjen Amerika
Serikat, DPRD Sumatera Utara, Kantor Gubernur Sumatera Utara
dan kantor Pertamina Medan di Jalan Yos Sudarso. Menjelang sore
sekitar pukul 17.00 WIB, aksi yang sama mulai dilakukan oleh
elemen mahasiswa lainnya seperti di persimpangan Jalan
Sutomo-Perintis Kemerdekaan (depan kampus Nommensen), Persimpangan
Jalan Iskandar Muda-Gajah Mada oleh massa GMKI dan juga di
persimpangan Jalan Jamin Ginting-Dr.Mansyur oleh mahasiswa
Universitas Sumatera Utara. Aksi ini berlangsung hingga larut
malam.
Demonstrasi ini berlangsung ricuh. Restoran cepat saji KFC
yang terletak tepat di seberang kampus Nommensen ikut menjadi
korban penjarahan saat demonstrasi berlangsung. Perabot dari
restoran tersebut banyak yang mengalami kerusakan, bahkan tiga
motor yang digunakan sebagai layanan delivery order ikut dibakar
massa aksi. Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Heru Prakoso
mengatakan akibat dari demonstrasi ini 85 orang yang diduga
sebagai provokator dan pelaku perusakan diamankan43.
Selain itu, terdapat dua mobil dinas jenis innova disandera oleh
massa aksi. Sejumlah pos polisi juga ikut terkena dampak
demonstrasi. Jalan Sutomo simpang Jalan Perintis Kemerdekaan
Medan dirusak dan nyaris dibakar massa, kemudian pos polisi di
Jalan S. Parman Medan dibakar dan dirusak massa dan satu lagi
salah satu pos polisi di wilayah Medan Barat.
4.2.
Aksi unjuk rasa tersebut merupakan gabungan mahasiswa dari
berbagai universitas di Medan. Antara lain Univerrsitas Sumatera
Utara (USU), Universitas HKBP Nomensen, Universitas Darma
Agung (UDA) Medan, Universitas Negeri Medan (UNIMED), dan
Akademi Manajemen Informatika Komputer Medan Business
Politechnyic (AMIK MBP).
Profil Informan
Informan dengan inisial HA ini adalah Kordinator adalah Komisi untuk Orang hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS)
Sumut dan juga merupakan Ketua tim Konsultan Politik di
Yayasan Kolektif Medan dan beliau berusia 36 tahun. Bapak HA
menetap di kecamatan Medan Marelan tepat di Pasar 4 Jalan
Veteran. Beliau memiliki seorang istri dan tiga ( 3 ) orang anak. 4.2.1 Pengamat Sosial/Tokoh Masyarakat
Anak pertama, duduk dibangku Sekolah Dasar ( SD ). Anak kedua
dan ketiga masih balita.
Bapak HA telah menamatkan sekolah SMA-nya di kota
Palembang,Sumatera Selatan. Setelah tamat sekolah, Bapak HA
melanjutkan studi nya di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Di
masa kuliahnya beliau juga turut aktif pada Organisasi Ekstra
Mahasiswa Ekstra yakni Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI )
Komisariat FISIP USU dan menjabat Sebagai Ketua Umum.
Setelah menyelesaikan studinya di USU,beliau aktif dibeberapa
NGO atau Lemabaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) dan dalam
berbagai hal beliau beperan aktif dalam proses pemenangan
pemilukada diberbagai daerah, selain itu Bapak HA juga mengajar
sebagai dosen di FISIP USU.
4.2.2 Pelaku Demonstrasi Mahasiswa • SWP
Sarjana Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNIMED ini
turut serta dalam demonstrasi menolak kebijakan kenaikan
harga BBM tahun 2012 s/d 2013 di Medan. Melakukan
demonstrasi pertama kali di bangku SMA dengan isu menolak
pemberhentian Kepala Sekolah secara sepihak oleh Walikota,
menyebabkan ia menjadi sangat aktif berdemonstrasi di
konsisten mengikuti proses berorganisasi dalam kehidupan
bermahasiswa secara bertahap baik intra maupun ekstra
universitas seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah
UNIMED, Senat Mahasiswa UNIMED, Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia (GMKI), serta organisasai primordial
Kesatuan Aksi Mahasiswa Siantar dan Simalungun
(KAMSISI). Pemuda ini baru saja menamatkan studinya di
Fakultas Ilmu Sosial jurusan Ilmu Sejarah, awal 2014 yang
lalu.
• AA
AA adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2010. Aktif di organisasi kemahasiswaan
beserta gerakannya dan hampir menjabat sebagai Gubernur
FISIP USU periode 2013 s/d 2014 kalau saja Dekanat tidak
mengambil alih pemeintahan mahasiswa. Ayahnya yang
merupakan legislator di Kabupaten Asahan sama sekali tidak
menyurutkan langkahnya untuk terjun pada aksi demonstrasi
mahasiswa guna mengkritik pemerintah. Sempat ditahan oleh
pihak kepolisian selama beberapa hari akibat kerusuhan pada
demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di awal tahun 2012
di depan Gedung DPRD-SU.
AA bercerita pertama kalinya mengikuti aksi
kawan-kawan. Itu terjadi di tahun 2011 pada aksi demonstrasi
di Hari pendidikan Nasional. Sampai saat ini ia sudah
mengikuti demonstrasi puluhan kali diantaranya seperti aksi
BBM, hari anti korupsi. Aksi pendidikan dan aksi demonstrasi
lainnya. Kalau dulunya ia ikut aksi karena ajakan teman,
sekarang ia menyadari pentingnya berdemonstrasi sebagai
upaya penyampaian aspirasi, pendapat serta kritikan kepada
pemerintah.
4.2.3 Mahasiswa Bukan Demonstran
Perempuan berinisial AS ini merupakan mahasiswa FISIP
USU jurusan Sosiologi angkatan 2011. Prestasinya di bidang
akademi cukup cemerlang dengan meraih IP mencapai angka 4,00
hampir di tiap semesternya. Prestasi lainnya ia juga beberapa kali
memenangkan pelrombaan Kaya Tulis Ilmiah untuk mahasiswa
tingkat daerah.
AS memilih tidak turut serta dalam kegiatan demonstrasi
karena ia memiliki pandangan bahwa ketika ingin menyampaikan
aspirasi ada hal yang lebih efektif daripada demonstrasi.
Menurutnya ketika ingin memberikan kritik kepada pemerintah
ataupun ingin memberikan aspirasi kepad apemerintah ataupun
ingin memberikan aspirasi sebagai seorang mahasiswa, AS lebih
memilih melakukan tindakan seperti riset dan penulisan karya
4.3. Interpretasi Data
4.3.1 Fase-Fase Kekerasan dalam Demonstrasi BBM di Kota Medan
1.
Fase-fase demonstrasi menolak kebijakan kenaikan harga BBM di Kota Medan dipengaruhi oleh tahapan-tahapan keputusan
yang diambil oleh pemerintah. Dimulai dari pelemparan wacana
harga BBM akan naik saja, demonstrasi sudah mulai terjadi di
beberapa kota-kota di Indonesia, termasuk di titik-titik utama kota
Medan. Sampai pada keputusan pemerintah untuk benar-benar
menaikkan harga BBM, disitulah terjadi demonstrasi besar-besaran
oleh mahasiswa dan kaum buruh tani. Fase-fase itu antara lain,
dapat dilihat dari Tabel 4.4 (pada lampiran) dengan penjelasan
sebagai berikut :
Pewacanaan kenaikan Harga BBM
Wacana kenaikan harga BBM sudah mulai
dihembuskan pada akhir 2011 dan mendapat klarifikasi
dari Menteri Keuangan kala itu, Agus Martowardojo
pada 2 Februari 201244
44
http://www.tribunnews.com/bisnis/2012/02/02/menkeu-kenaikkan-harga-bbm-subsidi-masih-wacana
. Namun resmi dibawa pada
agenda sidang kabinet paripurna pada tanggal 22
Februari 2012. Pada saat itu demonstrasi disana-sini
sudah terjadi walau hanya melibatkan segelintir
begtu banyak, sehingga tidak begitu dijaga ketat aparat.
Potensi kekerasan pun cenderung rendah.
“Aksi mulai terjadi ya saat pelemparan wacana BBM naik, mulai Februari 2012. Tapi cuman segelintir kelompok, nggak bergabung jadi satu. Palingan mahasiswa atau buruh yang berasal dari organisasi yang sama, sehingga massa aksi pun nggak begitu banyak, tapi yah dimana-mana memang. Kalau oleh diibaratkan, demonstrasi pada saat itu kayak riak-riak kecil air. Demonstrasi yang terjadi pun cenderung tidak berpotensi pada kekerasan.” (SWP, 24)
2. Menjelang Pengambilan Keputusan.
Menjelang pengambilan keputusan pemerintah
menaikkan harga BBM, sekitar pertengahan hingga
akhir Maret 2012, demonstrasi di Kota Medan mulai
menampakkan gejolaknya. Aksi demonstrasi yang masif
dengan massa aksi yang banyak dan potensi kekerasan
juga cukup tinggi.
“Mulai masif dan kelompok masyarakat juga semakin bertambah dalam aksi justru di mulai pertengahan bulan sampai akhir Maret 2012, menjelang-jelang pengambilan keputusan DPR menaikkan atau tidak harga BBM. Disitulah banyak yang berbuat tindak kekerasan. Aparat, mahasiswa, sama-sama punya andil kekerasan.” (AA, 22)
Bahkan diakhir-akhir Maret 2012, aksi demonstrasi di
Kota Medan di Bandara Polonia merupakan pemantik
gerakan di daerah-daerah di Indonesia agar lebih masif.
“Sebelum anak-anak Medan bikin aksi di Bandara Polonia, mana ada aksi-aksi di daerah lain yang buat aksi di tempat yang demikian. Setelah rame di Bandara Polonia tanggal 26 Maret 2012, barulah besok-besoknya di daerah-daerah lain digelar aksi di stasiun, bandara, dan semacamnya.”
3.
Puncak demonstrasi BBM Kota Medan memang terjadi
di Bandara Polonia. Namun bukan merupakan puncak
kerusuhan demonstrasi karena berselang beberapa hari
setelah aksi di Bandara Polonia, tepatnya tanggal 30
Maret 2012 pemerintah memutuskan untuk menunda
keijakan kenaikan harga BBM.
Pengambilan Keputusan (kembali)
Puncak kerusuhan demonstrasi BBM Kota Medan
terjadi pada Juni 2013 setelah pemerintah resmi
menaikkan harga BBM di tanggal 21 Juni 2013.
Demonstrasi terjadi pra dan pasca pemerintah
mengumumkan kebijakan kenaikan harga BBM.
Kekerasan yang terjadi saat demonstrasi sangat
beragam, seperti perusakan restoran KFC di JL. Perintis
Kemerdekaan beserta fasilitas di dalamnya, perusakan
lampu merah di beberapa titik, dan berbagai tindak
kekerasan lainnya pada tanggal 17-18 Juni 201345
.
“Rusuh memang waktu Juni 2013 itu. Nggak cuma di Nomensen, di Simpang USU pun maen juga. Belum lagi aksi bakar pos polisi yang nggak tau kita siapa yang buat. Banyak lah. Tapi memang rusuh demonstasi waktu itu sah kali tidak mendapat respon dari pemerintah. Harga BBM tetap naik, sama sekali tidak ada pertimbangan membatalkan lagi.” (SWP, 24)
“Itu kan sudah puncak-puncaknya keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Yah demonstran yah marah, jadi yah makanya dimana-mana perusakan terjadi sebagai bentuk kekecewaan kita” (AA, 22)
4.3.2 Bentuk Demonstrasi sebagai Protes Mahasiswa Kota Medan Bentuk-bentuk penyampaian pendapat di muka umum
dibolehkan negara sesuai UU nomor 9 Tahun 1998, pasal 9 adalah
unjuk rasa, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas. Sedangkan
apabila mengutip dari John Lofland (2003), bentuk-bentuk
penyampaian pendapat di muka umum yang diperbolehkan oleh
UU adalah hanya bentuk-bentuk dari protes simbolik46
Mahasiswa Kota Medan dalam melakukan demonstrasi
dengan isu menolak kenaikan harga BBM pada tahun 2012-2013 dengan
tiga bentuk utama meliputi prosesi (contoh : march/jalan kaki,
parade), pertemuan/assembly (contoh : rapat umum, mimbar
bebas), dan beragam aksi publik termasuk pagar betis/picketing.
Protes simbolik menurut John Lofland merupakan aksi protes
dengan keseriusan yang paling rendah tingkat tantangannya.
46
menggunakan bentuk-bentuk metode dan strategi demonstrasi yang
bermacam-macam. Hal ini disampaikan oleh SWP (24), aktivis
mahasiswa :
“Kalau aksi BBM itu karena dia cukup intens dan kontiniu, jadi metode aksinya pun macam-macam. Dan itu ditentukan oleh pelaku aksi pada saat mereka melakukan manejemen aksi. Dalam manajemen aksi lah kita mengetahui prediksi jumlah massa aksi sehingga dicarilah strategi aksi yang dapat memfasilitasi dan mengakomodir seluruh massa aksi.”
Namun apabila disesuaikan dengan yang dikatakan John
Lofland (2003) sebelumnya mengenai bentuk-bentuk aksi protes,
maka bentuk-bentuk aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa
sebagai bentuk protes adalah protes simbolik yang berupa prosesi
(march, parade), pertemuan (mimbar bebas), dan aksi publik
termasuk pagar betis. Tetapi terdapat beberapa bentuk aksi
demonstrasi yang paling sering dilakukan mahasiswa sebagai
protes adalah protes simbolik berupa : (1) March dan Long March,
(2) Aksi teatrikal, (3) Aksi refleksi. Seperti yang dikatakan AA (22)
mengenai bentuk aksi BBM di Medan :
“Selama aksi BBM di Medan ini, biasanya yang sering dilakukan aksi dalam bentuk long march, teatrikal, dan refleksi. Long march memang dilakukan kalau massa aksinya banyak. Kalau sedikit biasanya dibikin aksi yang sederhana, simpel, tapi menonjol seperti aksi teatrikal dan aksi refleksi. Yang terpenting dalam aksi adalah bagaimana isu yang diwacanakan sampai ke publik.”
Pertama, gerak jalan berombongan (March). Gerakan ini
utama menyampaikan aspirasinya. Sepanjang jalan massa aksi
biasanya menyanyikan sorak-sorai atau lagu-lagu yang bertajuk
anti penindasan, sindiran terhadap borjuasi atau pemerintah,
ataupun syair-syair yang sesuai dengan isu demonstrasi.
Sepanjang demonstrasi, penolakan kebijakan harga BBM di
Medan, aksi long march yang paling fenomenal adalah aksi dengan
tujuan ke Bandara Polonia. Diikuti oleh ribuan massa aksi yang
terdiri dari mahasiswa, buruh, petani, dan nelayan. Long march
dimulai dari dua titik kumpul berangkat untuk menuju Bandara
Polonia. Sebagian massa aksi berkumpul di Bundaran SIB,
sebagian lagi berkumpul di Lapangan Merdeka. Keduanya lalu
bertemu di Jalan Imam Bonjol, depan Kantor DPRD Sumatera
Utara. Berhenti sejenak, berorasi, lalu keduanya berjalan kembali
lurus menuju Bandara Polonia. Sepanjang long march, yel-yel
sindiran terhadap pemerintah, juga nyanyi-nyanyian perjuangan
dikumandangkan. Tak henti pula orasi-orasi dari perwakilan massa
aksi.
Kedua, adalah aksi teatrikal. Dalam aksi ini, massa aksi
melakukan semacam drama yang menggambarkan kondisi yang
melatarbelakangi dilakukannya aksi. Dengan drama yang interaktif
namun menyentuh nurani, diharapkan metode aksi ini mendapat
perhatian publik sehingga isu yang diangkat pun tersampaikan pada
Ketiga, aksi refleksi. Sama sekali tidak ada potensi chaos
dalam aksi ini karena yang dilakukan dalam aksi refleksi adalah
bersifat seperti renungan untuk memahami mengapa bisa terjadi
suatu situasi dan kondisi yang melatarbelakangi aksi tersebut
sehingga mendapat solusi atau pencerahan untuk terus melakukan
pergerakan. Berkumpul menyalakan lilin bersama dalam gelap,
tabur bunga, merupakan contoh simbolis aksi refleksi yang umum.
AA Assyifa mengatakan bahwa ketiga bentuk aksi diatas
bisa saja dilakukan sekaligus. Ia mencontohkan, demonstrasi yang
dilakukan di simpang empat antara Jalan Sisingamaraja, Jalan
Juanda dan Jalan Halat.
“Tikum (red : titik kumpul) aksi itu di UISU Sisingamaraja, kita mulai long march-nya. Setelah itu kita jalan lewat bundaran Taman Teladan menuju Jalan Gedung Arca, sweeping ajak mahasiswa UMSU dan ITM lalu berbelok ke Jalan HM.Joni berhenti lagi menjeput mahasiswa STTH lalu berbelok lagi ke Jalan Sisingamaraja menuju simpangnya. Di simpang kita buat lingkaran besar, di tengah-tengah lingkaran beberapa demonstran melakukan teatrikal. Di tengah-tengah itu juga ban-ban dibakar sebagai simbol perlawanan. Yang tidak ikut berdrama, sambil menonton, menghayati dalam hati dan pikiran tujuan kita turun ke jalan.”
Ketiga bentuk aksi diatas bisa dilakukan sekaligus dalam
demonstrasi, namun bisa juga dilakukan dalam satu bentuk saja
tergantung kebutuhan dan wacana aksi. Pemegang kunci aksi itu
yakni seorang orator dan isi orasi dari pelaku aksi tersebut, yang
disebut dengan orator. Orator berfungsi sebagai komunikator
dalam demonstrasi. Orator juga yang berfungsi mengendalikan
emosi massa aksi dan emosi publik yang menyaksikan aksi melalui
kata-kata yang dikobarkan dan digaungkannya.
Selain ketiga bentuk aksi demonstrasi diatas, terdapat satu
lagi bentuk aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di Kota
Medan, yaitu : Aksi Vandalisme. Aksi ini merupakan tindakan
perusakan atau penghancuran terhadap sesuatu seperti misalnya
perusakan pos polisi dengan bom molotov, grafiti sindiran di
dinding gedung bahkan perusakan restoran cepat saji produk
kapitalis. SWP menjelaskan bahwa sebenarnya aksi vandal yang
identik dengan adanya kekerasan ini adalah bentuk perlawanan
terhadap kebijakan pemerintah yang tidak mengacuhkan
kepentingan rakyat.
“Kami sadar apabila dilihat dari perspektif umum, jelas ini salah. Namun ini sebenarnya merupakan bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan kebutuhan rakyat. Kalau sudah begini, untuk apa ada pemerintah?”
Bermula dari aksi Vandalisme, pada bahasan selanjutnya
dijelaskan mengenai tindak dan latar belakang terjadinya kekerasan
dalam demonstrasi.
4.3.3 Bentuk Tindak Kekerasan yang Terjadi Saat Demonstrasi Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di Kota Medan
tahun 2012-2013, mengalami perjalanan panjang dengan berbagai
yang sengaja ataupun keterpaksaan. Beberapa bentuk konkrit
tindak kekerasan yang terjadi saat demonstrasi antara lain seperti :
Perusakan lampu lalu lintas
Pembakaran pos-pos polisi
Penjarahan dan perusakan restoran cepat saji
Baku hantam antara aparat dan massa aksi
Perusakan bahu trotoar dan pot bunga jalanan untuk
senjata lempar
Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di
dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih
ekstrem adalah makian terhadap aparat dan pemerintah.
Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat dengan water
canon
SWP mengungkapan bahwa memang terjadi beberapa tindak
kekerasan dalam demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di
tahun 2012-2013 yang lalu :
“Pada saat itu lumayan banyak lah memang tindak perusakan yang terjadi. Mulai dari pecahnya lampu merah, trotoar itu dipukul-pukul biar jadi pecahan batu, gitu juga dengan pot bunga kota, pos polisi dibakar, dinding-dinding kosong dicoret pake pilox dengan pesan-pesan. Tapi itu semua pasti punya tujuan.”
Dari bentuk-bentuk konkrit tindak kekerasan yang terjadi
pada saat demonstrasi, dapat dibagi klasifikasi dari tindakan
tersebut dengan jenis kekerasan yang dibedakan menjadi empat
1. kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat.
2. kekerasan tertutup, kekerasan yang tidak dilakukan secara
langsung atau tersembunyi.
3. kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk
perlindungan tapi untuk mendapatkan sesuatu.
4. Kekerasan defensif, kekerasan yang dilakukan untuk
melindungi diri.
Klasifikasi tindak kekerasan yang dilakukan saat demonstrasi
menolak kenaikan harga BBM sesuai jenis kekerasannya dapat
dijelaskan dalam tabel berikut :
Tindak Kekerasan
Perusakan lampu lalu lintas √ √
Pembakaran pos-pos polisi √ √
Penjarahan dan perusakan restoran cepat saji √ √
Baku hantam antara aparat dan massa aksi √ √ √
Perusakan bahu trotoar dan pot bunga jalanan
untuk senjata lempar √ √
Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih ekstrem adalah
makian terhadap aparat dan pemerintah. √ √
Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat
dengan water canon √ √
Tabel 4.5. Klasifikasi Tindak Kekeraan berdasarkan Jenis
Berdasarkan tabel diatas, dari semua tindak kekerasan yang
terjadi pada demonsrasi kenaikan BBM, semua bisa dikategorikan
sebagai kekerasan terbuka, kecuali perusakan pos polisi dan
membuat grafiti sindiran atau mural dikatakan sebagai kekerasan
sembunyi-sembunyi. Kekerasan agresif dan defensif bisa juga merupakan
kekerasan terbuka dan tertutup.
Kekerasan yang dilakukan mahasiswa seperti perusakan
lampu merah, penjarahan restoran, pembakaran pos polisi, coretan
sarkasme dalam grafiti, itu adalah contoh bentuk kekerasan agresif.
Sedangkan penghancuran trotoar dan pot bunga dikatakan sebagai
kekerasan defensif, karena batu hasil pecahan trotoar dan pot
tersebut digunakan untuk melempari aparat yang bertindak repreif.
Dalam demonstrasi mahasiswa, keempat jenis kekerasan
tersebut dapat ditemukan, walau tidak selalu sekaligus keempatnya
ditemukan. Hal ini dikarenakan tergantung siapa aktor yang
memulai terlebih dahulu melakukan kekerasan.
Pada demonsrasi di Bandara Polonia, memang terjadi
bentrokan atau chaos antara massa aksi dan aparat kepolisian.
Kekerasan yang dilakukan massa aksi (mahasiswa, buruh, petani,
nelayan) melempari aparat merupakan kekerasan defensif terhadap
kekerasan yang didahului oleh aparat kepolisian. Puluhan
demonstran mengalami luka-luka dalam aksi ini.
Kekerasan terbuka dan kekerasan agresif terjadi pada
demonstrasi yang berlangsung di Simpang Nommensen dan
Simpang USU. Kekerasan terbuka dan agresif pada saat itu berupa
penjarahan barang-barang di restoran cepat saji KFC Perintis
Kemerdekaan dan perusakan sejumlah sarana di restoran tersebut
demonstrasi di Simpang USU, kekerasan berupa perusakan fasilitas
umum seperti pecahnya lampu lalu lintas. Swalayan mini yang
buka 24 jam juga dipaksa menjadi ‘donatur’ logistik bagi yang
terlibat dalam bentrok demonstrasi tersebut.
Pada rentang-rentang senggang demonstrasi, kekerasan
juga dilakukan secara tertutup tanpa diketahui secara pasti
pelakunya. Beberapa pos polisi di Medan dibakar dan dilempari
dengan bom molotov pada malam hari. Banyak asumsi mengenai
siapa pelakunya.
Sebagai pelaku aksi, SWP pun tidak bisa tau pasti tentang siapa
pelaku pembakaran pos polisi :
“Bisa jadi ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kondisi ini untuk mengkambing-hitamkan demonstran mahasiswa sebagai pelaku. Bisa jadi juga, memang ada kelompok Anarko-Sindikalis yang melakukannya untuk memberi peringatan kepada aparat dan pemerintahan. Namun yang jelas, dengan adanya bentrok antara masyarakat, mahasiswa terhadap kepolisian, banyak pihak yang berkepentingan mengambil keuntungan dari kondisi Kota Medan yang rusuh.”
4.3.4. Latar Belakang Tindak Kekerasan Dalam Demonstrasi
Tindak kekerasan dalam demonstrasi mahasiswa tidak bisa
sepenuhnya disalahkan kepada mahasiswa. Ada beberapa faktor
yang menjadi pemicu kekerasan dalam demonstrasi. Faktor-faktor
tersebut bisa berasal dari mahasiswa itu sendiri, pihak yang
berwajib, atau bahkan diluar dari itu semua. Faktor-faktor
• Komunikasi yang Tersumbat dan Represifitas Aparat
Banyak pihak yang terlibat dalam suatu demonstrasi
selain mahasiswa sebagai pelaku aksi. Pihak-pihak lainnya
yang turut mempengaruhi alur demonstrasi adalah aparat
keamanan seperti kepolisian, dan dalam kondisi genting TNI
juga ikut diturunkan seperti pada demonstrasi di Bandara
Polonia. Artinya kekerasan tidak hanya bersumber dari
mahasiswa, namun juga dari pihak yang terlibat. Seperti yang
dikatakan oleh HA, Koordinator KontraS SUMUT :
“Kekerasan di dalam demonstrasi tidak hanya mahasiswa tapi banyak di luar mahasiswa. Malah justru banyak korban kekerasan demonstrasi adalah mahasiswa. Misalnya demonstrasi kenaikan BBM atau demonstrasi ketika mahasiswa menjadi supporting actor gerakan buruh, tani. Kekerasan lebih banyak dilakukan polisi, satpol pp, dan preman.”
Hal demikian juga disepakati oleh SWP bahwa
penyebab terjadinya kerusuhan dalam demonstrasi salah
satunya adalah tidak arifnya aparat kepolisian dalam
menangani demonstrasi. Hal ini diungkapkan SWP :
supaya bisa bertemu dengan wakil rakyat itu menyampaikan aspirasi rakyat. Bukan malah menyerang kami.”
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh AA :
“Pas demonstrasi yang aku ditangkap itu, itu kan terjadi karena mahasiswa nggak dikasi masuk bertemu dengan pemangku kebijakan di DPRD. Harusnya kan polisi-polisi bisa berkompromi dengan pendemonstrasi, menenangkan, sambil juga menghubungi anggota DPRD itu supaya menjumpai pendemo. Kalau memang nggak mau kali pejabat DPRD itu, biar tau kita mereka yang katanya wakil rakyat itu memang jauh kali ternyata dari rakyat. Masalahnya, sepertinya polisi juga tidak melakukan upaya persuasi yang demikian”
HA sebagai penggiat anti-kekerasan, melihat bahwa
sebenarnya kekerasan oleh aparat dalam demonstrasi terjadi
karena tersumbatnya komunikasi. Menurutnya di negara
berdemokrasi seperti di Indonesia ini langkah-langkah yang
diambil terlebih dahulu harusnya adalah langkah yang
persuasif. Dibangun komunikasi antara aparat dan demonstran,
seperti pernyataannya :
tentu kekerasan tidak terjadi. Harusnya dipertanyakan kenapa mahasiswa berdemonstrasi dengan isu vital atau bahkan di objek vital.”
• Agenda Setting sebagai Rekayasa Penaikan Isu
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang
sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Karena dalam
proses inilah ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai
masalah publik dan prioritas dalam agenda publik
dipertarungkan. Dalam proses ini, jika sebuah isu berhasil
mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan
prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada
isu lain47
Para pengunjuk rasa umumnya melakukan demonstrasi
mengkritisi kebijakan-kebijakan publik yang tidak begitu
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sangat
disayangkan, para pembuat dan pemangku kebijakan tidak
begitu mempedulikan unjuk rasa yang terjadi sehingga mereka
abai memperbaiki kebijakan-kebijakan yang yang cenderung
tidak memihak rakyat. Tetapi yang lebih memprihatinkan,
masyarakat sendiri yang diperjuangkan para pengunjuk rasa
tidak sadar akan tujuan demonstrasi tersebut. Maka
dirancanglah suatu strategi agar isu dalam demonstrasi tersebut .
47
mendapatkan perhatian publik dan mendapatkan status sebagai
masalah publik.
Sebelumnya dijelaskan bahwa demonstrasi harus
melalui tahap-tahap kelas agar isu dan wacana yang diangkat
dalam aksi tepat sasaran. Pada dasarnya tahapan-tahapan kelas
pada aksi protes tidak dengan sengaja dirancang langung pada
ke tahap dengan potensi kekerasan yang tinggi seperti
intervensi. Di awal periode demonstrasi suatu isu, pengunjuk
rasa umumnya melakukan aksi-aksi santun seperti teatrikal,
march, mimbar bebas, orasi, dan sebagainya.
AA menjelaskan bahwa demonstrasi dengan kekerasan
tidak serta-merta terjadi dengan tiba-tiba, namun melewati
proses-proses tersendiri :
“Nggak mungkin dalam suatu demonstrasi tiba-tiba, ujug-ujug langsung chaos. Pertama-tama pasti kita buat dulu aksi yang baik-baik, aksi damai. Kita lihat tanggapan masyarakat, bilanglah ini sebagai sosialisasi kita ke masyarakat bahwa ada suatu permasalahan publik. Dan kita lihat gimana pemerintah merespon aksi ini. Kalau ternyata tidak ada tanggapan berarti, maka aksi demonstrasi selanjutnya akan disetting chaos untuk menaikkan isu.”
Katakanlah aksi-aksi ini sebagai bentuk sosialisasi dan upaya
penyadaran kepada masyarakat bahwa terdapat isu yang
menjadi masalah publik. Seiring berlangsungnya demonstrasi
lanjutan yang intens, dilihat pula kembali bagaimana respon
respon tidak berarti atau malah tidak difasilitasi dengan baik,
maka suatu demonstrasi yang tadinya hanya melakukan
aksi-aksi santun akan direncanakan untuk ‘naik kelas’ dan bertindak
pada tahap intervensi yang berpotensi pada kekerasan. Hal
inilah yang diterapkan sebagai strategi agar wacana aksi dapat
disadari sebagai masalah publik yang harus segera diselesaikan.
Sehingga pemerintah membatalkan kebijakan tidak pro-rakyat
yang telah dibuat.
“Dengan itu dilakukan di setiap daerah, maka Indonesia bisa dikatakan sedang bergejolak, dengan semakin tinggi kadar gejolak itu, maka bisa membuat keadaan negara tidak aman. dan semua itu bertujuan untuk menggagalkan kebijakan. ketika keadaan semakin chaos, maka pemerintah akan menjadi terjepit, dan ketika pemerintah terjepit, mau tidak mau kebijakan itu harus gagal.”
(SWP, aktivis mahasiswa UNIMED)
HA berpendapat bahwa kekerasan yang dilakukan
mahasiswa dalam demonstrasi sebenarnya merupakan jalan
terakhir yang dilakukan karena tuntutan dalam aksi tidak
diakomodir oleh pemerintah ataupun institusi yang terkait.
Koordinator KontraS Sumut ini berpendapat kekerasan
dalam demonstrasi dijadikan agenda setting untuk menaikkan
isu dalam aksi ke publik melalui media-media massa sehingga
instansi terkait mempertimbangkan matang-matang kebijakan
yang diputuskan.
• Provokasi Massa Misterius
Ada paradigma dalam demonstrasi yang menyatakan
bahwa ‘semakin cepat chaos, semakin cepat demonstrasi ini
rusuh, semakin cepat pula massa aksi ini bubar’. Ini merupakan
sebuah paradoks. Pernyataan ini tidak bisa dibilang salah,
namun juga tak sepenuhnya benar. Melihat alur beberapa
demonstrasi yang mengalami kerusuhan, bentrok adalah
puncak atau klimaks dari aksi tersebut sehingga dengan
berangsur-angsur tentu demonstrasi itu akan bubar.
Beberapa pihak yang memiliki kepentingan tidak
menginginkan adanya demonstrasi yang melibatkan isu-isu
sentral. Sehingga sebisa mungkin aksi ini dicegah, dibungkam
atau bahkan dihancurkan sekalian. Caranya, dengan
mengirimkan massa-massa aksi misterius yang sengaja
membuat onar sehingga terkesanlah mahasiswa bertindak
anarkis dalam demonstrasi dan memancing aparat untuk
mengamankan demonstrasi yang tak jarang dengan cara yang
sungguhan dan menyebar ke seluruh rombongan aksi. Massa
aksi sungguhan terkadang tidak sadar dengan kehadiran massa
misterius ini dan menganggap massa misterius ini adalah
bagian dari rombongannya sehingga mudah terpengaruh
dengan provokasi massa misterius ini.
Dalam beberapa demonstrasi, massa misterius yang
disusupkan adalah bagian dari intelijen aparat. Ini dilakukan
agar aparat mengetahui alur demonstrasi sehingga dapat
menganulir gerakan mahasiswa yang justru malah tak jarang
massa misterius ini jugalah yang memancing terjadinya
bentrokan. Sehingga mahasiswa dapat segera dipukul mundur
dan intel-intel yang berkedok massa misterius ini dapat
menahan demonstran yang kebetulan berada didekatnya untuk
kemudian diintograsi mencari informasi terkait demonsrasi
gerakan mahasiswa.
AA menceritakan pengalamannya ketika ditahan saat
berdemonstrasi di Kantor DPRD :
bersembunyi di ATM. Kalau aku lari ke paladium, karena dianggap mengganggu kenyamanan para pengunjung mall, para satpam pun menangkap mahasiswa yang masuk ke dalam mall palladium, tertangkap lah aku hingga akhirnya diserahkan kepada pihak yang berwajib.”
• Ambiguitas Undang-Undang
Sebagai kaum intelektual, SWP berpendapat bahwa
demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di tempat-tempat
publik seperti bandara, stasiun, dan tempat-tempat lainnya
tidak melanggar undang-undang.
“Undang-Undang mengatakan bahwa penyampaian pendapat di muka umum boleh dilakukan di muka umum. Di muka umum maksudnya adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang. Itu jelas di UU nomor 9 tahun ’98 pasal 9 ayat 1. Bandara, stasiun, itu kan tempat-tempat yang sesuai dengan UU tersebut. Kalau di pasal selanjutnya ternyata di tempat-tempat tersebut merupakan pengecualian, lantas dimana lagi diperbolehkan berdemo? Maksudku, dimana lagi lokasi stategis yang benar-benar boleh dijadikan sebagai lokasi demonstrasi? Sedangkan tempat-tempat yang strategis sudah dipagari dengan UU di ayat 2. Kalau tempat ibadah itu lain soal ya, karena itu hubungannya langsung dengan Pencipta.”
Dalam regulasi yang mengatur tentang demonstrasi
yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 mengenai
Kemerdekaan Menyatakan Pendapat, sama sekali tidak
diperbolehkan melakukan demonstrasi di objek-objek vital
nasional. Seperti yang tertuang dalam UU No 9 Tahun 1998
muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali :
a. di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi
militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta
api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional;
b. pada hari besar nasional”. Apalagi tindak kekerasan dalam
berdemonstrasi, jelas tidak diperkenankan dalam Undang
Undang.
Menyelenggarakan unjuk rasa di Bandara Polonia
ataupun sarana-sarana transportasi seperti stasiun kereta dan
terminal, sesuai Undang-Undang adalah salah. Namun coba
tinjau kembali dari UU No 9 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 yang
berbunyi : “Di muka umum adalah dihadapan orang banyak,
atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi
dan atau dilihat setiap orang”.
Bandara Polonia ataupun sarana transportasi lainnya
seperti stasiun kereta, terminal, serta pelabuhan merupakan
tempat yang sesuai dan selaras yang dinyatakan dalam Pasal 1
Ayat 2 UU Nomor 9 Tahun 1998. Maka segala bentuk
penyampaian pendapat yang dilakukan di lokasi-lokasi tersebut
apabila ditinjau dari Pasal 1 Ayat 2, jelas tidak bisa dikatakan
sebagai pelanggaran. Inilah ambiguitas Undang-Undang
negara ini. Di satu sisi terlihat bahwa Undang-Undang Nomor
pendapat di muka umum, bahkan melindungi. Namun di sisi
lain menunjukkan bahwa unjuk rasa dalam bentuk apa pun
tidak akan bisa diterima oleh negara.
Dari ambiguitas tersebut, maka timbul celah terjadinya
kekerasan dalam demonstrasi. Masing-masing dari elemen
yang terkait memiliki pegangan sendiri untuk memperbolehkan
dilakukannya tindak kekerasan.
SWP menambahkan pendapatnya mengenai ketidakseriusan
pemerintah dalam menangai demonstrasi mahasiswa.
“Ambigu. Kami rasa kami sudah tepat dengan logika berpikir kami. Tapi aparat lebih merasa benar lagi. Sehingga pas lah sudah kalau terjadi bentrokan. Menurutku, pemerintah setengah hati dalam menyikapi persoalan demonstrasi ini.”
4.3.5 Sikap Mahasiswa
Menyikapi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa, Anita
Syafitri, mahasiswi Sosiologi FISIP USU yang tidak pernah ikut
aksi, cukup menghargai usaha mahasiswa yang melakukan
demonstrasi dengan aksi turun ke jalan. Walaupun ia menganggap
bahwa demonstrasi bukanlah jalan yang efektif untuk
menyampaikan pendapat, namun ia tidak ingin men-judge pelaku
demonstrasi mahasiswa sebagai penyebab kerusuhan.
bahwa demonstrasi bukanlah tindakan yang efektif namun sebagai seorang mahasiswa saya sangat menghargai mahasiswa lain yang melakukan demonstrasi karena itulah yang mereka anggap sebagai tindakan yang tepat untuk dilakukan. Setiap orang berhak menentukan pilihan yang dianggapnya benar sehingga saya menghargai tindakan mahasiswa yang melakukan tindakan demonstrasi. Lagipula saya dengar dari beberapa kawan yang berdemonstrasi, sebenarnya mereka tidak mau ada kekerasan saat aksi.”
Mahasiswa sebagai pelaku gerakan sadar betul bahwa
demonstrasi dewasa ini sangat rentan dengan tindak kekerasan.
Namun harus diakui, tindak kekerasan yang terjadi pada saat
demonstrasi tidak melulu disebabkan ulah mahasiswa, tetapi juga
andil aparat dengan represifitasnya. Ini pengakuan AA yang ikut
tertangkap aparat saat berdemonstrasi menolak kebijakan kenaikan
BBM di Kantor DPRD Sumut tahun 2012 :
“Aku sendiri sebagai mahasiswa sadar betul bahwa kekerasan sebenarnya tidak pantas digunakan dalam demonstrasi. Namun masyarakat juga perlu tau bahwa kekerasaan saat demonstrasi semata-mata bukan dari mahasiswa, namun aparat yang ‘katanya’ mengamankan justru malah memicu terjadinya bentrok.
Koordinator KontraS Sumut, HA, yang juga mengamati
perjalanan gerakan mahasiswa mengatakan :
“Kekerasan di dalam demonstrasi tidak hanya mahasiswa tapi banyak di luar mahasiswa. Malah justru banyak korban kekerasan demonstrasi adalah mahasiswa. Misalnya demonstrasi kenaikan BBM atau demonstrasi ketika mahasiswa menjadi supporting actor gerakan buruh, tani. Kekerasan lebih banyak dilakukan polisi, satpol pp, dan preman.”
Mahasiswa dengan hanya berbekal pengetahuan, daya
intelektual-nya serta nurani merasa perlu melakukan demonstrasi
guna menyampaikan aspirasi sesuai kebutuhan rakyat. Pada
dasarnya mahasiswa dalam melakukan aksi demonstrasi tidak
pernah serta-merta dengan tujuan melakukan kekerasan. Ada
memang, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sengaja diatur
sedemikian rupa agar terjadi bentrokan atau kerusuhan. Namun
semata-mata hal ini dilakukan untuk mengangkat isu ke permukaan
publik dan demonstrasi mendapat perhatian targetan, karena
selama mereka melakukan demonstrasi dengan damai malah tidak
mendapat atensi dari publik apalagi pemerintah.
Mengiyakan hal ini, HA, berpendapat :