• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange KecSayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange KecSayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

 

Lampiran 1 No. Res.

Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian

Saya yang bernama Akbar Paruntungan / 141121026 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar SD.Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015”.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sangat mengharapkan kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan bersedia untuk di periksa kadar hemoglobinnya. Jika bersedia, adik - adik dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi adik- adik menjadi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga adik-adik bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi adik-adik dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi adik - adik dalam penelitian ini.

Medan, Desember 2015

Responden Peneliti

(2)

Lampiran 2 No. Res.

Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian

Saya yang bernama Akbar Paruntungan / 141121026 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Gambaran Kadar Hemoglobin Anak sekolah dasar SD.Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015”.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak / Ibu untuk memberikan ijin kepada putra/putri menjadi responden dalam penelitian ini dan bersedia untuk di periksa kadar hemoglobinnya. Jika bersedia,Bapak / Ibu dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi putra / putri dari Bapak / Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak / Ibu berhak atas ijin terhadap pemeriksaan kadar hemoglobin dan berhak untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak / Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Desember 2015

(3)

 

Lembar Observasi No. Responden

A. Data demografi

1. Karakteristik Responden

1. Umur : Tahun 2. Berat badan : Kg

3. Jenis kelamin : Laki – laki Perempuan 4. Pekerjaan orang tua : PNS Petani Wiraswasta 5. Penghasilan orang tua : <Rp.1.000.000 Rp. 1.000.000 -

(4)

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10 19 21,8 21,8 21,8

11 48 55,2 55,2 77,0

12 20 23,0 23,0 100,0

Total 87 100,0 100,0

Berat badan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25-31 kg 32 36,7 36,7 36,7

32-38 kg 47 54,0 54,0 54,0

39-45 kg 8 9,3 9,3 100,0

Total 87 100,0 100,0

(5)

  Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 42 48,3 48,3 48,3

perempuan 45 51,7 51,7 100,0

Total 87 100,0 100,0

Pekerjaan orang tua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 2 2,3 2,3 2,3

Wiraswasta 33 37,9 37,9 40,2

petani 52 59,8 59,8 100,0

Total 87 100,0 100,0

(6)

Master Tabel Gambaran Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi

Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

No Umur Berat badan Jenis Kelamin Pekerjaan Penghasilan Nilai

Orang Tua Hemoglobin

1 11 32-38 kg perempuan Wiraswasta > Rp.1.750.000 2 2 11 32-38 kg perempuan Wiraswasta Rp.1.000.000-Rp.1.750.000 2

(7)

 

(8)

LAMPIRAN Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 1 Studi Kepustakaan

2 Penyusunan Proposal 3 Seminar Proposal 4 Penelitian

(9)
(10)
(11)
(12)

Biodata Penulis

BIODATA PENELITI

1. Nama : Akbar Paruntungan Simanjuntak

2. NIM : 141121026

3. Temat/Tanggal Lahir : Batang Toru, 28 Agustus1990

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jln Kamboja 4 No.38 Helvetia, Medan 6. Asal/tahun lulus pendidikan :

- SD Negeri No.144442 Sipange (1997-2003)

- MTs. S PONDOK PESANTREN KHA. Dahlan Sipirok (2003-2006) - SMA Negeri 1 Batang Angkola (2006-2009)

(13)

32

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arisman, M.B. (2009). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Erwin. (2005). Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Pada Murid SDN No.173728 Lobutua Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2005. Diakses 08 Juli 2015, Dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15362

Gibson, R.S. (2005). Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press.

Hastono, S.P. (2001). Analisis Data.

Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta: Erlangga

Lubis, B. (2008). Pencegahan Anemia Defisiensi Besi Sejak Bayi Sebagai Salah Satu Upaya Optimalisasi Fungsi Kognitif Anak pada Usia Sekolah. Diakses 03 juni 2015, Dari :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/717/1/08E00206.pdf

Mardapi. (2008). Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi. Diakses 03 Juli 2015, Dari :https://bagawanabiyasa.wordpreshttps://bagawanabiyasa.wordpress.com/ 2013/05/29/penilaian-pengukuran-dan evaluasi/s.com/2013/05

Nancy. (2013). Hubungan Pola Asuh Ibu dan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 13-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado (2013). Diakses 04 Juli 2015, Dari : http://www.hubunganberatbadan.pdf

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nuramalina. (2011). Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Akademik Siswa-Siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kab. Deli Serdang Tahun 2011. Diaskes 26 Januari 2016, Dari : http://www.repository.usu.ac.id

Nurmia, dkk. (2010). Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makasar Tahun 2010. Diakses 26 Januari 2016, Dari : http://repository.unand.ac.id

(14)

Soeida. (2008). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Pada Anak Usia Sekolah Dasar 6-12 tahun di SD Negeri 1 Rowosari, Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2002. Diakses 22 Mei 2015, Dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-dhafidrudi-6625-2-babI.pdf

Soekirman. (2003). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional 1999/2000. Jakarta

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

(15)

19

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2012), kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan di ukur (diteliti). Variabel dalam penelitian ini adalah menggunakan satu variabel yaitu kadar hemoglobin pada anak sekolah dasar.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual 1. < 12 gr/dL 2. ≥ 12 gr/dL Kadar

(16)

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel skala pengukuran, cara dan hasil pengukuran variable ini diuraikan untuk memberikan batasan yang operasional untuk menghindari rancuan pengukuran, analisis dan kesimpulan. Definisi operasional, cara dan alat ukur, hasil ukur dan skala pengukuran dijelaskan dalam tabel 3.2

Tabel: 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

(17)

21

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis gambaran kadar hemoglobin pada siswa/siswi di SD Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek dan objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas VA, VB dan kelas VI SD Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015 dengan jumlah 87 siswa dan siswi ( Laporan dari kepala SD. Negeri 101112 Sipange).

4.2.2 Sampel

(18)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan 2015. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan 14 Desember 2015 – 06 Januari 2016.

4.4 Pertimbangan Etik

Pada dasarnya seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai

subyek penelitian harus mendapatkan ethical clearance. Penelitian ini

menggunakan objek manusia, oleh karena itu peneliti harus memahami

prinsip-prinsip etika penelitian dengan tidak melanggar hak-hak (otonomi) manusia,

penelitian ini tidak mengakibatkan penderitaan kepada subjek penelitian, bebas

dari eksploitasi dengan meyakinkan responden bahwa hasil penelitian ini tidak

akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden.

Menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) yaitu responden

mempunyai hak untuk tidak bersedia menjadi responden dan peneliti memberi

penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi

kepada subjek, selanjutnya kepada responden yang diteliti peneliti menjelaskan

maksud, tujuan, dan prosedur penelitian secara adil dan jujur (justice), peneliti

juga menjelaskan kepada responden bahwa data yang diberikan dirahasiakan

(confidentility), untuk itu perlu adanya tanpa nama atau inisial nama (anonymity)

dan responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan

kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan

(19)

 

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menunjukkan surat permohonan

kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk mendapatkan

persetujuan penelitian. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan

komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan USU pada tanggal 26

Januari 2016. Setelah memperoleh persetujuan peneliti memberikan surat ijin

pengambilan data awal yang terdiri dari jumlah keseluruhan anak Sekolah Dasar

di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan.

Selanjutnya peneliti memberi informasi kepada calon responden secara lengkap

tentang tujuan penelitian. Hal ini responden mempunyai hak untuk berpartisipasi

atau menolak menjadi responden. Apabila responden memilih untuk

berpartisipasi, maka calon responden menandatangani lembar persetujuan.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen data

demografi yang meliputi umur, berat badan, jenis kelamin, pekerjaan orang tua

dan penghasilan orang tua dan instrumen kadar hemoglobin yaitu dengan

melakukan observasi pengukuran dengan menggunakan alat hemoglobinometer digital yang sama.

4.6 Metode Pengumpulan Data

(20)

Setelah mendapatkan balasan dari tempat penelitian, peneliti langsung melakukan penelitian di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan mulai tanggal 14 Desember 2015–06 Januari 2016 dengan cara memberikan lembar persetujuan kepada orang tua responden dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin anak. Pengambilan data menggunakan lembar observasi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pengecekan alat hemoglobinometer digital untuk memastikan kenormalan alat, pengecekan dimulai dari pemeriksaan chip, test strip dan blood sampler. Kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses observasi sebelum menanyakan kesediaannya untuk menjadi responden, kemudian jika responden setuju peneliti meminta kepada responden untuk menandatangani lembar informed consent. Penelitian ini dibantu oleh satu orang asisten yang ahli dibidang analisa laboratorium yang bekerja dirumah sakit umum dengan masa kerja >5 tahun.

4.7 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka analisa data dilakukan melalui empat tahapan yaitu pertama melalui editing untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang telah diperoleh atau dikumpulkan dan untuk mengevaluasi kelengkapan

pengisian lembar observasi, tahap kedua melalui coding merupakan pemberian

kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas dua kategori. Pemberian

kode data dilakukan untuk mepermudah proses pencarian data responden dan

memasukkan data. Tahap ketiga melalui entry data (memasukkan data), data yang

telah terkumpul dimasukkan kedalam komputer atau distribusi frekuensi untuk

(21)

 

Tahap terakhir adalah cleaning yaitu merupakan proses pembersihan data,

atau pengecekan kembali data yang telah dimasukkan kedalam komputer. Untuk

mengolah data yang telah terkumpul digunakan analisis deskriptif dengan bantuan

program komputerisasi, selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi dan persentase. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah statistik univariat yaitu distribusi frekuensi dan persentase kadar

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar yang telah dilaksanakan peneliti dari tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan tanggal 06 januari 2016 terhadap 87 siswa-siswi kelas VA, VB, VI sebagai responden di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara deskriptif yaitu karakteristik responden dan lembar observasi kadar hemoglobin.

5.1.1. Data Demografi Responden

(23)

 

Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Anak di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan (n=87)

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) Umur

5.1.2. Gambaran Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan

(24)

Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kadar Hemoglobin Anak di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan (n=87)

No Nilai Hemoglobin Frekuensi (f) Persentase (%)

1. < 12 gr/dL (Tidak normal) 39 44,8 2. ≥12 gr/dL (Normal) 48 55.2

Total 87 100

5.2 Pembahasan

Pada pembahasan ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tentang gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas kadar hemoglobin anak di Sekolah Dasar Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori ≥12 gr/dl yaitu 48 responden (55,2%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas kadar hemoglobin anak di Sekolah Dasar Negeri No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan berada pada ketegori normal (≥12 gr/dl). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nurmia, dkk (2013) di wilayah pesisir kota Makassar yang dilakukan terhadap anak sekolah dasar bahwa 63,4% kadar hemoglobin berada pada kategori ≥12 gr/dl.

(25)

 

badan 31-40 sebanyak 38 responden (43,7%), jenis kelamin responden mayoritas perempuan sebanyak 45 responden (51,7%). Pekerjaan orang tua responden mayoritas sebagai petani sebanyak 52 responden (59,8%) dan mayoritas penghasilan orang tua responden Rp.1.000.000-Rp.1.750.000 sesuai dengan UMK Tapanuli Selatan.

Hasil penelitian Nuramalina (2011), menunjukkan bahwa mayoritas kadar hemoglobin pada siswa SDN No. 101837 Suka Makmur Kab. Deli Serdang berada pada kategori dibawah normal (<12 gr/dl) yaitu 57 responden (67,1%) dan kadar hemoglobin normal (≥12 gr/dl) berada pada kategori normal yaitu sebayak 28 responden (32,9%).

Erwin (2005), kadar hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang baik terutama zat makanan yang mengandung zat besi, aktifitas berlebihan (tidak seimbang dengan masukan/intake makanan), serta disebabkan oleh adanya penyakit komplikasi atau penyakit kecacingan.

Berdasarkan wawancara non formal peneliti terhadap 15 orang anak di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan tentang pola makan bahwa sebagian dari mereka jarang sarapan pagi dan frekuensi makan hanya 2 kali sehari bahkan 1 kali sehari dan aktivitas yang berlebihan seperti bermain terlalu berlebihan. Hal ini disebabkan karena kesibukan orang tua di pagi hari dalam menjalankan pekerjaannya sebagai petani. Sementara konsumsi makanan yang dimakan adalah mie instan dan makanan ringan.

(26)

No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan yang akan berdampak terhadap rendahnya pendapatan orang tua dan kurangnya pola konsumsi makanan yang bervariasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak.

Hal ini sejalan dengan pendapat Saleh, dkk (2014) yang mengatakan bahwa pengaruh ekonomi terhadap setatus gizi bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka semakin baik pula status gizinya, sedangkan semakin rendah tingkat ekonomi seseorang maka semakin rendah daya beli sehingga semakin buruk pula status gizinya.

(27)

31

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 87 responden, anak sekolah dasar tersebut menunjukkan bahwa setelah melakukan observasi terhadap responden maka didapat hasil kadar hemoglobin di atas dari normal ≥12 yaitu 48 responden (55,2%) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar hemoglobin di bawah normal <12 yaitu 39 responden (44,8%).

6.2 Saran

1. Bagi pihak sekolah diharapkan agar dapat memberikan sosialisasi kepada siswa/siswi tentang manfaat dan pentingnya makan-makanan bergizi serta dampak dari kurang gizi. Gizi merupakan salah satu faktor pendukung prestasi belajar terhadap anak.

2. Bagi orang tua dan siswa/siswi SD diharapkan agar lebih memperhatikan asupan gizi seimbang jika hemoglobinnya ≤ 12 gr/dl, agar tidak terjadi komplikasi anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi juga defisiensi B12 dan asam folat.

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hemoglobin 2.1.1. Definisi

Hemoglobin merupakan protein berat molekulnya 64.000 yang tersusun

atas empat sub unit yang masing- masing mengandung bagian heme yang terikat

pada rantai globulin (Suzanne, 2002).

Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang baik

terutama zat makanan yang mengandung zat besi, aktifitas berlebihan (tidak

seimbang dengan masukan/intake makanan), dan juga disebabkan oleh adanya

penyakit komplikasi atau penyakit kecacingan (Erwin, 2005).

2.1.2 Fungsi

Pengiriman oksigen adalah fungsi utama hemoglobin, selain itu mampu

juga menarik karbondioksida dalam jaringan tubuh, serta menjaga darah pada pH

yang seimbang. Satu molekul hemoglobin mengikat satu oksigen dari lingkungan

yang kaya akan oksigen yaitu dari alveoli paru-paru molekul ini mampu

mengangkut dan membongkar oksigen (O2) ke jaringan di daerah yang afinitas

oksigennya rendah (Kiswari, 2014).

Menurut Sadikin (2006), hemoglobin berfungsi mengikat dan membawa

oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, membawa karbondioksida dari seluruh

jaringan tubuh ke paru-paru, memberi warna merah pada darah, dan

(29)

 

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin

Jenis kelamin laki-laki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada wanita, hal

ini disebabkan oleh masa otot pria relatif lebih besar daripada wanita sedangkan

wanita akan mengalami menstruasi, karena banyak darah yang keluar dapat

menyebabkan kadar hemoglobin lebih rendah. Ketinggian dataran pemeriksaan

hemoglobin menunjukkan perubahan yang nyata sesuai dengan tinggi rendahnya

daratan terhadap permukaan laut. Semakin tinggi dataran, semakin tinggi pula

kadar hemoglobinnya sebab semakin tinggi dataran semakin rendah oksigen.

Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya

penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk

kadar hemoglobin. Hal ini disebabkan karena terjadinya pemindahan cairan tubuh

ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya pengenceran darah,

maka kadar hemoglobin akan turun. Umur juga berpengaruh terhadap kadar dan

aktivitas zat dalam darah. Kadar hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus dari

pada dewasa. Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar besi dan feritin.

Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan,

peningkatan protein transport, hemodilusi, volume tubuh yang meningkat karena

peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut (Gibson, 2005).

Tabel 2.1.2. Batas Normal Kadar Hemoglobin Menurut WHO (2001)

Kelompok Umur Hb

Anak usia sekolah pria dan wanita

Wanita hamil 11g/dl

(30)

2.2. Zat Besi 2.2.1. Defenisi

Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak didalam tubuh

manusia yaiu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa, (Almatsier,

2010). Zat besi adalah satu mikronutrien yang penting bagi tubuh, antara lain

pada sintesis DNA, fungsi mitokondria, transportasi oksigen, produksi ATP, dan

untuk melindungi sel dari kerusakan oksidasi ( Soetjiningsih, 2014).

2.2.2. Fungsi

Menurut Almatsier (2010), zat besi sangat diperlukan oleh tubuh diantanya

adalah sebagai berikut:

1) Metabolisme Energi

Didalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut

elektron, yang berperan dalam langkah- langkah akhir metabolisme energi.

Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi

penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut

menghasilkan ATP (Adenosine Triphosphate). Sebagian besar besi berada di

dalam hemoglobin dan mioglobin dalam otot. Hemoglobin membawa oksigen

dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari seluruh tubuh

ke paru- paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan mioglobin berperan

sebagai reservoir oksigen yaitu menerima, menyimpan dan melepas oksigen dari

(31)

 

2) Kemampuan Belajar

Hubungan besi dengan fungsi otak di jelaskan Lozoff dan Youdim pada

tahun 1988 yaitu beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang

diperoleh dari transfor besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi

dalam otak yang kurang tidak akan bisa diganti setelah dewasa defisiensi besi

berpengaruh negatif pada fungsi otak, terutama fugsi sistem neurotransmiter.

Akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir

dengan hilangnya reseptor tersebut.

3) Sistem Kekebalan

Respons kekebalan sel oleh limfosit T terganggu karena berkurangnya

pembentukan sel tersebut yng kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya DNA.

Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase

ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Disamping itu sel

darah putih yang dapat menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif

dalam keadaan tubuh kekurangan besi.

4) Pelarut Obat-obatan

Obat-obatan yang tidak larut dalam air oleh enzim mengandung besi dapat

dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.

2.2.3. Kebutuhan Zat Besi

Zat besi terdapat dalam makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan,

sumber lain juga terdapat pada telur, serealia tumbuk, kacang- kacangan, sayuran

hijau dan beberapa jenis buah (Almatsier, 2010). Berikut ini adalah tabel angka

kecukupan zat besi yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan

(32)

Tabel 2.2.3. Angka kecukupan besi yang dianjurkan menurut Almatsier (2010)

Golongan/Umur AKB (Mg) Golongan/Umur AKB (Mg)

Balita Wanita

2.2.4. Kekurangan Zat Besi

Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,

dimana zat besi digunakan secara terus-menerus. Sebagian besar zat besi yang

bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian

kecil sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan keringat.

Keseimbangan zat besi dalam tubuh diregulasi dengan sebaiknya untuk

memastikan bahwa zat besi yang diabsorpsi di usus cukup untuk mengkompensasi

zat besi yang hilang dari tubuh. Bila seorang anak atau bayi sedang tumbuh

membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada cadangan zat besi yang ada,

maka anak atau bayi tersebut akan mengalami keseimbangan zat besi yang

negatif. Bila keadaan ini menetap, maka usaha yang pertama dari tubuh adalah

cadangan zat besi akan dipakai, bila cadangan zat besi habis, maka bagian zat besi

yang berfungsi akan dengan cepat pula berkurang (Almatsier, 2010). Terdapat 3

(33)

 

sehingga kadar feritin plasma dan simpanan besi dalam sumsum tulang akan

menurun dan absorbsi zat besi akan meningkat. Pada orang dewasa keadaan ini

mudah dibedakan dengan keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh

agak sulit ditentukan, karena pada anak-anak yang sedang tumbuh dalam keadaan

normal pun bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang yang sangat

rendah. Pada tingkat kedua, bilamana keseimbangan zat besi yang negatif menjadi

lebih progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan "Iron Deficiency

Erythropoesis” dengan tanda-tanda penurunan cadangan zat besi dalam tubuh,

penurunan kadar besi dalam serum, dan penurunan kadar jenuh transferin sampai

15-20%. Sintesis hemoglobin terganggu dan konsentrasi hemoglobin berkurang

sehingga dibawah kadar optimal tapi belum ada tanda-tanda anemia yang jelas.

Pada tingkat ketiga atau dinamakan "Iron Deficiency Anemia”, keseimbangan zat

besi yang negatif yang berlama-lama akan menyebabkan munculnya tanda-tanda

anemia yang nyata, disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat kedua

(Almatsier, 2010).

2.3. Anemia Defisiensi Besi 2.3.1 Definisi

Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling dominan

akibat pasokan zat besi dari makanan yang tidak memadai dan merupakan

masalah gangguan mineral yang paling sering di temukan (Wong, 2002).

2.3.2. Etiologi

Anemia defisiensi besi terjadi bila kehilangan darah secara kronis, asupan

zat besi dan penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat

besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada

pertumbuhan bayi, masa puberitas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman,

(34)

Defisiensi zat besi terjadi jika asupan gizi zat besi kurang, gangguan

absorpsi besi, atau kehilangan zat besi lebih dari penyerapan zat besi. Penyebab

defisiensi besi yang seterusnya adalah kebutuhan zat besi yang relatif meningkat.

Peningkatan kebutuhan zat besi saat bayi, remaja, saat hamil dan menyusukan

serta wanita menstruasi meningkatkan risiko anemia pada kelompok ini.

Wanita beresiko tinggi mengalami defisiensi besi yaitu setiap kehamilan

akan kehilangan 500-700 mg besi, dan tambahan 450 mg untuk meningkatkan

volume darah. Rata- rata 2,5 mg besi harus di serap setiap hari selama kehamilan

(Kiswari, 2014).Sepanjang usia reproduktif wanita mengalami kehilangan darah

akibat peristiwa haid. Menurut Arisman (2010) mengatakan dan telah

membuktikan bahwa jumlah darah yang hilang selama proses haid berkisar antara

20-25 cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/ bulan,

atau kira- kira sama dengan 0,4-0,5 mg setiap hari. Jika jumlah tersebut

ditambahkan dengan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg

setiap harinya.

2.3.3. Gejala dan Tanda

Secara umum gejala defisiensi besi adalah kelelahan, sesak nafas saat

beraktifitas, dan pusing. Ada bebrapa tanda dan gejala yang khas termasuk kuku

“sendok” glositis disertai nyeri, ulserasi di sudut mulut dan disfagia karena

struktus esofagus (Kiswari, 2014). Sering berdebar debar, pucat, iritiabel,

kojungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara, jantung agak membesar

dan bising sistolik yang fungsional (Ngastiyah, 2005). Gejala defisiensi lainnya

adalah disfungsi sistem imun, pica, serangan nafas terhenti sejenak (breath

(35)

  2.3.4. Komplikasi

Anemia defisiensi besi menyebabkan pucat, rasa lemah, pusing, kurang

nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja,

menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu

kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak- anak kekurangan besi

menimbulkan apatis, mudah tersinggung, serta menurunnya konsentrasi belajar.

Anemia defisiensi besi menyebabkan gangguan perkembangan neurologik pada

bayi dan menurunkan prestasi belajar pada anak usia sekolah karena zat besi telah

dibuktikan berperan penting dalam fungsi otak dan penelitian pada hewan

menunjukkan berlakunya perubahan dalam fungsi neurotransmitter dan perilaku

pada hewan yang kekurangan zat besi (Almatsier,2010).

Menurut penelitian WHO (2001) yang dilakukan di Chile, Indonesia, India

dan USA didapatkan bahwa anemia defisiensi besi secara konklusifnya

mengganggu perkembangan psikomotor dan fungsi kognitif pada anak usia

sekolah. Anak-anak yang diberikan suplementasi besi merasa kurang lelah dan

kemampuan mereka untuk berkonsentrasi semasa pembelajaran juga meningkat.

Nilai IQ (Intelligent Quotient) pada anak yang mengalami kurang zat besi

ditemukan dengan jelas lebih rendah berbanding anak yang tidak mengalami

anemia defisiensi besi. Terdapat 3 proses yang menjadi dasar penyebab gangguan

kognitif pada anemia defisiensi besi. Penyebab pertama ialah gangguan

pembentukan mielin. Mielinisasi memerlukan besi yang cukup dan tidak dapat

berlangsung baik bila oligodendrosit yaitu sel yang memproduksi mielin

mengalami kekurangan besi. Mielin ini penting untuk kecepatan penghantaran

rangsang. Penyebab yang kedua ialah gangguan metabolisme neurotransmitter.

Hal ini terjadi karena gangguan sintesa serotonin, norepinefrin, dan dopamin.  Dopamin mempunyai efek pada perhatian, penglihatan, daya ingatan, motivasi

(36)

Penyebab seterusnya ialah gangguan metabolisme energi protein,

gangguan ini terjadi karena besi merupakan ko-faktor pada ribonukleotida

reduktase yang penting untuk fungsi dan metabolisme lemak dan energi otak.

Semakin dini usia dan lama saat terjadi anemia dan semakin luas otak yang

terkena, akan menyebabkan gangguan fungsi kognitif semakin permanen dan sulit

diperbaiki (Lubis, 2008).

2.3.5. Pencegahan

Ada empat pendekatan dasar pencegahan defisiensi besi zat besi. Keempat

pendekatan itu adalah:

1) Pemberian Suplementasi Tablet Besi atau Injeksi Besi

Dalam proses eritropoesis ada keterkaitan besi dengan vitamin A.

Penderita akan menerima respons lebih lengkap manakala vitamin Aditambahkan

dalam preparet besi dibandingkan jika anemia diterapi dengan tablet besi saja,

meskipun mekanismenya belum terjelaskan. Tablet besi dalam bentuk ferro lebih

mudah diserap ketimbang bentuk ferri. Sediaan yang banyak tersedia, mudah

didapat dan murah, serta khasiatnya paling efektif adalah ferro sulfat, ferro

glukonat, dan ferro fumarat. Namun konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan

efek samping yang tidak menyenangkan seperti rasa sakit di ulu hati, mual,

muntah, dan diare.

2) Pendidikan dan Peningkatan Asupan Zat Besi Melalui Makanan

Seperti yang telah diketahui pemberian tablet dapat menimbulkan efek

samping mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan.

Penolakan tersebuk berpangkal pada ketidak tahuan akan tambahan zat besi bagi

anak prasekolah dan sekolah, juga ibu hamil dan menyusui harus diberikan

(37)

 

ibu hamil. Peningkatan asupan zat besi dapat ditingkatkan melalui makanan, dan

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama, memastikan mengkonsumsi

makanan yang mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi. Kedua,

meningatkan ketersediaan hayati zatbesi yang dimakan.

3) Pengawasan Penyakit Infeksi

Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan masyarakat

pencegahan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan, dan

kebersihan perorangan. Jika terjadi infestasi parasit tidak bisa disangkal lagi

bahwa cacing tambang, serta schistosoma adalah parasit yang dapat mengganggu

penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu parasit harus dimusnahkan secara rutin.

4) Fortifikasi Makanan

Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam defisiensi

besi, proses ini boleh ditargetkan untuk merangkul beberapa atau seluruh

kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat yang dijadikan target harus dilatih

dibiasakan mengkonsumsi makanan fortifikasi itu, serta harus memiliki

kemampuan untuk mendapatkannya (Arisman MB, 2010).

2.4. Cara Pengukuran

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,

tetapi sampai sekarang ini belum ada satu cara pun hasilnya yang dapat dipercaya

100% (Kiswari, 2014). Menurut Marwenda. A (2003), haemometer atau

hemoglobinometer adalah instrument laboratorium untuk menetukan kadar

hemoglobin dalam darah berdasarkan satuan warna (colorimeric). Haemometer ini

banyak digunakan juga dalam praktikum penyakit dan parasit ikan sebagai

wawasan bagi anda penggunaan haemometer ini adalah alat untuk mengukur

kadar hemoglobin dalam darah sebaiknya anda mencari literatur kondisi Hb yang

(38)

saat bekerja sangat menentukan keakuratan dalam penggunaan alat ini karena alat

ini, selain haemometer (sahli) ini ada juga alat yang lebih canggih lagi untuk

mengukur Hb, pengukur Hb digital yang mungkin anda sudah pada tahu atau

pernah lihat di rumah sakit atau mungkin alat pengukur tensi darah. Pada

kesempatan ini maka akan menjelaskan cara menggunakan alat

hemoglobinometer digital yaitu masukkan chip hemoglobin dan strip uji

hemoglobin kedalam alat pastikan alat dalam keadaan mati, pada layar akan

muncul angka atau kode yang sesuai seperti pada botol strip setelah kode cocok

tunggu beberapa detik hingga muncul tanda tetesan darah, gunakan blood sampler

untuk menusuk jari dengan kedalaman secukupnya. dekatkan darah pada ujung

strip uji dalam keadaan tegak lurus, darah akan langsung terserap oleh strip uji

tunggu 6 detik untuk melihat hasil kadar hemoglobin dalam unit gr/dl.

2.5 Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah 2.5.1 Dasar-Dasar Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang mencerminkan

berbagai perubahan terjadi selama hidup seseorang. Seluruh perubahan tersebut

merupakan proses dinamis yang menekankan beberapa dimensi yang saling

terkait yaitu pertumbuhan, perkembangan, malturasi dan diferensiasi.

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri

dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningakan ukuran dan berat dan

seluruh atau sebagian sel. Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara

bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih

tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan

(39)

 

2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

2.5.2.1 Faktor genetik

Hubungan yang besar terdapat pada antara orang tua dan anak dalam hal

sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan. Kebanyakan

karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bagian tubuh, dan

keganjilan fisik, diturunkan dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan

integrasi anak dengan lingkungannya. Perbedaan kesehatan dan kekuatan anak

dapat dikaitkan dengan sifat hereditas. Gangguan mental atau fisik yang

diturunkan akan mengubah atau mengganggu pertumbuhan emosi dan fisik serta

interaksi anak (Wong, 2009).

2.5.2.2 Faktor eksternal/lingkungan

Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya,

dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal

yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan

yang kurang baik akan menghambatnya (Yunita, 2012).

2.5.3 Perkembangan Biologis

Selama masa anak usia sekolah pertumbuhan tinggi dan berat badan terjadi

lebih lambat jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Antara usia 6 sampai 12

tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5cm per tahun untuk

mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah

hampir dua kali lipat, bertambah 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak

usia 6 tahun sekitar 116 cm dan berat badan sekitar 21 kg, dan tinggi anak usia 12

(40)

Menjelang akhir usia sekolah, ukuran tubuh anak laki-laki dan perempuan

mulai meningkat, walaupun sebagian besar tinggi dan berat badan anak

perempuan mulai melebihi anak laki-laki, menyebabkan ketidaknyamanan yang

akut bagi anak perempuan dan anak laki-laki (Wong, 2009).

2.5.4 Perkembangan Psikososial

Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan

psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu

tenang antara pada masa kanak-kanak awal dengan masa remaja. Selama waktu

ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah

pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan

jenis yang menyertai puberitas (Wong, 2009).

2.5.5 Perkembangan Kognitif (Piaget)

Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh

kemampuan untuk menggambarkan mental anak yang dapat ungkapkan secara

verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai operasional konkret oleh

Piaget, ketika anak mampu menggunakan proses berfikir untuk mengalami

peristiwa dan tindakan. Anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan

antara sesuatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian

berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat

penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran konseptual) (Wong, 2009).

2.5.6 Perkembangan Moral (Kohlberg)

Pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih

logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan

standar moral. Anak usia prasekolah tidak mempercayai bahwa standar perilaku

(41)

 

mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang di

hasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta

mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain (Wong, 2009).

2.5.7 Perkembangan Spiritual

Anak pada usia sekolah berfikir dalam batasan yang sangat konkret tetapi

merupakan pelajar yang sangat baik dan memiliki kemauan besar untuk

mempelajari sang penciptanya. Anak usia sekolah mulai belajar untuk

membedakan antara natural dan supra natural tetapi mengalami kesulitan

memahami simbol-simbol, oleh karena itu konsep agama harus dijelaskan

kepadanya secara konkret (Wong, 2009).

2.5.8 Perkembangan Sosial

Teman sebaya adalah agens atau orang terpenting dalam kehidupan anak

usia sekolah. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberikan

sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-anak memilki budaya

mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan

rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Hubungan

dengan teman sebaya , anak belajar bagaimana menghadapi dominasi dan

permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta

menggali ide-ide dan lingkungan fisik. Identifikasi dengan teman sebaya memberi

pengaruh kuat bagi anak dalam memperoleh kemandirian dari orang tua (Wong,

(42)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika

terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi

mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap tingkat kemampuan dan prestasi

belajar, bila tidak segera diatasi akan terjadi kehilangan sumber daya manusia

baru yang berkualitas. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat tergantung

kepada keberhasilan bangsa dalam menyiapkan sumber daya manusia yang

merupakan salah satu kebutuhan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan nasional. Pembangunan

kesehatan manusia tidak hanya kesehatan mental maupun fisik tetapi juga

kesehatan untuk mencapai kecerdasan khususnya anak sekolah (Soeida, 2008).

Defisiensi besi yang paling umum terdapat di negara maju ataupun negara

berkembang. Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan seperti

anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja yang berpenghasilan rendah.

Namun sejak 25 tahun terakhir banyak bukti yang menunjukkan bahwa defisiensi

besi berpengaruh luas terhadap sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan

belajar dan produktifitas kerja (Almatsier, 2010).

Data WHO dari tahun 1993 hingga 2005 menunjukkan kira-kira 24,8%

atau 1,62 milyar dari populasi dunia menderita anemia dan 25,4% darinya

merupakan anak usia sekolah. Di Asia Tenggara, 13,6% anak usia sekolah

(43)

 

2007 pada 1.000 anak sekolah di 11 provinsi di Indonesia menunjukkan

prevalensi anemia sebanyak 20-25% (Lubis, 2008) sedang di Sumatera Utara

menujukkan untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun, dapat dikatakan menderita

anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 gr/dl, umur 6-14

tahun kurang dari 12 gr/dl menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak

sekolah dasar berkisar 25-35% (Soekirman, 2003).

Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen yang ada pada sel darah

merah. Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang mengandung zat

besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun di sebabkan oleh kecacingan (Nancy,

2013).

Anak usia 6-12 tahun adalah masa usia sekolah tingkat SD bagi anak yang

normal. Perkembangan anak masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.

Sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya

terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat yang harus

diimbangi dengan pemberian nutrisi dan gizi yang seimbang (Yunita, 2012).

Anak usia sekolah dasar merupakan generasi penerus bangsa, sehingga di

harapkan bisa memiliki kualitas yang sangat baik di sekolah yang bisa di lihat

dari hasil prestasi belajar di sekolah. Kadar Hemoglobin (Hb) yang kurang dalam

darah akan menyebabkan seseorang kurang konsentrasi, merasa lelah, lesu, yang

sangat berpengaruh pada prestasi belajar pada anak di sekolah (Nancy, 2013).

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran kadar

hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kecamatan

(44)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di SD.Negeri

No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan

Tahun 2015.

1.3. PertanyaanPenelitian

Bagaimana gambaran kadar hemogobin anak sekolah dasar di SD. Negeri

No. 101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di

SD. No. 101112 Negeri Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

1.5.1. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak

sekolah mengenai kejadian anemia defisiensi besi pada anak sekolah dan

pentingnya usaha menjaga kadar hemoglobin agar tetap normal.

1.5.2. Bagi Orang Tua Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

pentingnya hemoglobin yang berpengaruh terhadap konsentrasi anak

belajar. Maka diharapkan kepada orangtua siswa agar dapat mengatur pola

(45)

  1.5.3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti mengenai gambaran kadar

hemoglobin siswa dan cara penulisan karya tulis ilmiah yang benar.

1.5.4. Peneliti Lanjut

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat

digunakan sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa dengan penelitian

(46)

Nama Mahaisswa : Akbar Paruntungan

NIM : 141121026

Jurusan : Sarjana Keperawatan Ekstensi

Tahun : 2016

Abstrak

Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen yang ada pada sel darah merah. Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang mengandung zat besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun di sebabkan oleh kecacingan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh siswa/siswi VA,VB,VI di SD Negeri No. 101112 Sipange berjumlah 87 siswa. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan pemeriksaan menggunakan alat hemoglobinometer digital dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 11 tahun yaitu 55,2%, berat badan responden 32-38 kg berjumlah 47 orang anak (54%). Mayoritas jenis kelamin anak adalah anak perempuan sebanyak 45 orang anak (51.7%). Mayoritas Pekerjaan orang tua responden adalah petani sebanyak 52 orang tua (59.8%), penghasilan orang tua Rp.1.000.000-Rp1.750.000 berjumlah 42 orang tua (48.3%). Hasil pemeriksaan hemoglobin lebih banyak pada nilai hemoglobin (normal) ≥12 gr/dl sebesar55,2% di bandingkan dengan nilai hemoglobin (tidak normal) < 12 gr/dl sebesar 44,85. Penelitian ini di harapkan kepada semua pihak agar dapat merencanakan upaya dalm memperbaiki kadar hemoglobin siswa agar tetap normal supaya prestasi akademik mereka tidak terganggu, memperhatikan asupan gizi seimbang jika hemoglobinnya < 12 gr/dl maka terjadi anemia yang di sebabkan oleh defisiensi zat besi juga defisiensi B12 dan asam folat.

(47)
(48)

TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh

Akbar Paruntungan Simanjuntak 141121026

(49)
(50)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,

rahmat, dan karunia-Nya yang telah menyertai penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran Kadar Hemoglobin

Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange KecSayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015”

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan {support) dalam proses

penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan di Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap,- S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembantu dekana II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing yang

telah memberikan arahan, dukungan, dan masukan terhadap penyelesaian

skripsi ini.

5. Bapak Roymond H.Simamora, S.Kep. Ns, M.Kep sebagai dosen penguji I

yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaiaan skripsi ini.

6. Ibu Farida linda sari siregar S.kep, Ns, M.Kep sebagai dosen penguji II, yang

(51)

iv

serta memberi dukungan baik moril maupun materil selama ini, juga abang

yang selalu mendukung dalam do'a, memberikan motivasi dan perhatiannya

dalam penulisan skripsi ini.

8. Ari daulay Amd.Ak sebagai asisten yang telah banyak membantu dalam

penelitian ini.

9. Rekan satu bimbingan widya girsang, Reza dwi saputra, Johana Saoria, Aji

Dalimunte, Adil Moerdiono Zain yang telah mendukung dan memberikan

motivasi kepada penulis, dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu namun sangat membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan. Semoga segenap bantuan, bimbingan, dan arahan yang telah

diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat dalam melakukan penelitian pada

waktu yang akan datang.

Medan, Maret 2016

(52)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang ... 1

1.2Perumusan masalah ... 3

1.3Pertanyaan penelitian ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian . ... 4

BAB 2 TINJAUANPUSTAKA 2.1Hemoglobin ... 5

2.1.1 Defenisi Hemoglobin ... 5

2.1.2 Fungsi ... 5

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin ... 6

2.2Zat besi ... 7

(53)

vi

2.2.3 Kebutuhan zat besi ... 9

2.2.4 Kekurangan zat besi ... 10

2.3Anemia defisiensi zat besi ... 11

2.3.1 Defenisi anenia defisiensi zat besi. ... 11

2.3.2 Etiologi.. ... 11

2.3.3 Gejala dan tanda.. ... 12

2.3.4 Komplikasi.. ... 12

2.3.5 Pencegahan.. ... 14

2.4Cara pengukuran ... 15

2.5Tumbuh kembang anak usia sekolah ... 16

2.5.1 Dasar-dasar tumbuh kembang. ... 16

2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ... 17

2.5.2.1 Faktor Genetik ... 17

2.5.2.2 Faktor Eksternal ... 17

2.5.3 Perkembangan Biologis ... 18

2.5.4 Perkembangan Psikososial ... 18

2.5.5 Perkembangan Kognitif ( Piaget ) ... 18

2.5.6 Perkembangan Moral ( Kohlberg ) ... 19

2.5.7 Perkembangan Spiritual ... 19

(54)

3.2 Defenisi Operasional ... 22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ... 23

4.2 Populasi Dan Sample ... 23

4.2.1 Populasi ... 23

4.2.2 Sample ... 23

4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 24

4.4 Pertimbangan Etik ... 24

4.5 Instrumen Penelitian ... 25

4.6 Pengumpulan Data ... 25

4.7 Analisa Data ... 26

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 28

5.1.1 Data Demografi Responden ... 28

5.1.2 Gambaran Kadar Hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan ... 29

5.2 Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran ... 33

(55)

viii

Halaman

Tabel 1. Defenisi Operasional ... 22

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Anak di SD Negeri No.101112 Sipange

Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan (n=87) ... 29

(56)
(57)

x

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2. Lembar Data Demografi

Lampiran 3. Surat izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 4. Surat Izin Balasan Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 5. Komisi Etik

Lampiran 6. Master Tabel

Lampiran 7. Jadwal Tentatif Penelitian

Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup

(58)

Nama Mahaisswa : Akbar Paruntungan

NIM : 141121026

Jurusan : Sarjana Keperawatan Ekstensi

Tahun : 2016

Abstrak

Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen yang ada pada sel darah merah. Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang mengandung zat besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun di sebabkan oleh kecacingan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh siswa/siswi VA,VB,VI di SD Negeri No. 101112 Sipange berjumlah 87 siswa. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan pemeriksaan menggunakan alat hemoglobinometer digital dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 11 tahun yaitu 55,2%, berat badan responden 32-38 kg berjumlah 47 orang anak (54%). Mayoritas jenis kelamin anak adalah anak perempuan sebanyak 45 orang anak (51.7%). Mayoritas Pekerjaan orang tua responden adalah petani sebanyak 52 orang tua (59.8%), penghasilan orang tua Rp.1.000.000-Rp1.750.000 berjumlah 42 orang tua (48.3%). Hasil pemeriksaan hemoglobin lebih banyak pada nilai hemoglobin (normal) ≥12 gr/dl sebesar55,2% di bandingkan dengan nilai hemoglobin (tidak normal) < 12 gr/dl sebesar 44,85. Penelitian ini di harapkan kepada semua pihak agar dapat merencanakan upaya dalm memperbaiki kadar hemoglobin siswa agar tetap normal supaya prestasi akademik mereka tidak terganggu, memperhatikan asupan gizi seimbang jika hemoglobinnya < 12 gr/dl maka terjadi anemia yang di sebabkan oleh defisiensi zat besi juga defisiensi B12 dan asam folat.

(59)

Gambar

Gambar 3.1.  Kerangka Konseptual
Tabel: 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Tabel 5.1.1.   Distribusi
Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kadar Hemoglobin Anak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan atas segala rahmat, taufik dan hidayah Allah SWT., sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” Perbedaan Kadar

Meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar hemoglobin subjek penelitian sebelum PMT-AS dengan kadar hemoglobin subjek penelitian sesudah PMT-AS

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di SMP Negeri 4 Kota Blitar pada 65 remaja putri, dapat diambil kesimpulan bah- wa gambaran kadar hemoglobin

Penelitian ini akan dilakukan untuk melihat gambaran asupan seng, kadar timbal darah, serta kadar hemoglobin pada anak-anak usai 9-12 tahun yang tinggal di pesisir

Penelitian ini akan dilakukan untuk melihat gambaran asupan seng, kadar timbal darah, serta kadar hemoglobin pada anak-anak usai 9-12 tahun yang tinggal di

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di SMP Negeri 4 Kota Blitar pada 65 remaja putri, dapat diambil kesimpulan bah- wa gambaran kadar hemoglobin

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PEROKOK ELEKTRIK DI BANJAR JEROKUTA, DESA ADAT JIMBARAN, KUTA SELATAN, BADUNG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Kadar Hemoglobin Pada Perokok Elektrik Di