Lampiran 1 No. Res.
Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian
Saya yang bernama Akbar Paruntungan / 141121026 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar SD.Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015”.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sangat mengharapkan kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan bersedia untuk di periksa kadar hemoglobinnya. Jika bersedia, adik - adik dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.
Partisipasi adik- adik menjadi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga adik-adik bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi adik-adik dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi adik - adik dalam penelitian ini.
Medan, Desember 2015
Responden Peneliti
Lampiran 2 No. Res.
Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian
Saya yang bernama Akbar Paruntungan / 141121026 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Gambaran Kadar Hemoglobin Anak sekolah dasar SD.Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015”.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak / Ibu untuk memberikan ijin kepada putra/putri menjadi responden dalam penelitian ini dan bersedia untuk di periksa kadar hemoglobinnya. Jika bersedia,Bapak / Ibu dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.
Partisipasi putra / putri dari Bapak / Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak / Ibu berhak atas ijin terhadap pemeriksaan kadar hemoglobin dan berhak untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak / Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini.
Medan, Desember 2015
Lembar Observasi No. Responden
A. Data demografi
1. Karakteristik Responden
1. Umur : Tahun 2. Berat badan : Kg
3. Jenis kelamin : Laki – laki Perempuan 4. Pekerjaan orang tua : PNS Petani Wiraswasta 5. Penghasilan orang tua : <Rp.1.000.000 Rp. 1.000.000 -
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 10 19 21,8 21,8 21,8
11 48 55,2 55,2 77,0
12 20 23,0 23,0 100,0
Total 87 100,0 100,0
Berat badan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 25-31 kg 32 36,7 36,7 36,7
32-38 kg 47 54,0 54,0 54,0
39-45 kg 8 9,3 9,3 100,0
Total 87 100,0 100,0
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 42 48,3 48,3 48,3
perempuan 45 51,7 51,7 100,0
Total 87 100,0 100,0
Pekerjaan orang tua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS 2 2,3 2,3 2,3
Wiraswasta 33 37,9 37,9 40,2
petani 52 59,8 59,8 100,0
Total 87 100,0 100,0
Master Tabel Gambaran Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015
No Umur Berat badan Jenis Kelamin Pekerjaan Penghasilan Nilai
Orang Tua Hemoglobin
1 11 32-38 kg perempuan Wiraswasta > Rp.1.750.000 2 2 11 32-38 kg perempuan Wiraswasta Rp.1.000.000-Rp.1.750.000 2
LAMPIRAN Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 1 Studi Kepustakaan
2 Penyusunan Proposal 3 Seminar Proposal 4 Penelitian
Biodata Penulis
BIODATA PENELITI
1. Nama : Akbar Paruntungan Simanjuntak
2. NIM : 141121026
3. Temat/Tanggal Lahir : Batang Toru, 28 Agustus1990
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jln Kamboja 4 No.38 Helvetia, Medan 6. Asal/tahun lulus pendidikan :
- SD Negeri No.144442 Sipange (1997-2003)
- MTs. S PONDOK PESANTREN KHA. Dahlan Sipirok (2003-2006) - SMA Negeri 1 Batang Angkola (2006-2009)
32
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, M.B. (2009). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Erwin. (2005). Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Pada Murid SDN No.173728 Lobutua Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2005. Diakses 08 Juli 2015, Dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15362
Gibson, R.S. (2005). Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press.
Hastono, S.P. (2001). Analisis Data.
Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta: Erlangga
Lubis, B. (2008). Pencegahan Anemia Defisiensi Besi Sejak Bayi Sebagai Salah Satu Upaya Optimalisasi Fungsi Kognitif Anak pada Usia Sekolah. Diakses 03 juni 2015, Dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/717/1/08E00206.pdf
Mardapi. (2008). Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi. Diakses 03 Juli 2015, Dari :https://bagawanabiyasa.wordpreshttps://bagawanabiyasa.wordpress.com/ 2013/05/29/penilaian-pengukuran-dan evaluasi/s.com/2013/05
Nancy. (2013). Hubungan Pola Asuh Ibu dan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 13-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado (2013). Diakses 04 Juli 2015, Dari : http://www.hubunganberatbadan.pdf
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nuramalina. (2011). Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Akademik Siswa-Siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kab. Deli Serdang Tahun 2011. Diaskes 26 Januari 2016, Dari : http://www.repository.usu.ac.id
Nurmia, dkk. (2010). Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makasar Tahun 2010. Diakses 26 Januari 2016, Dari : http://repository.unand.ac.id
Soeida. (2008). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Pada Anak Usia Sekolah Dasar 6-12 tahun di SD Negeri 1 Rowosari, Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2002. Diakses 22 Mei 2015, Dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-dhafidrudi-6625-2-babI.pdf
Soekirman. (2003). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional 1999/2000. Jakarta
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
19
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2012), kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan di ukur (diteliti). Variabel dalam penelitian ini adalah menggunakan satu variabel yaitu kadar hemoglobin pada anak sekolah dasar.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual 1. < 12 gr/dL 2. ≥ 12 gr/dL Kadar
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel skala pengukuran, cara dan hasil pengukuran variable ini diuraikan untuk memberikan batasan yang operasional untuk menghindari rancuan pengukuran, analisis dan kesimpulan. Definisi operasional, cara dan alat ukur, hasil ukur dan skala pengukuran dijelaskan dalam tabel 3.2
Tabel: 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala
21
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis gambaran kadar hemoglobin pada siswa/siswi di SD Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek dan objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas VA, VB dan kelas VI SD Negeri No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015 dengan jumlah 87 siswa dan siswi ( Laporan dari kepala SD. Negeri 101112 Sipange).
4.2.2 Sampel
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan 2015. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan 14 Desember 2015 – 06 Januari 2016.
4.4 Pertimbangan Etik
Pada dasarnya seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai
subyek penelitian harus mendapatkan ethical clearance. Penelitian ini
menggunakan objek manusia, oleh karena itu peneliti harus memahami
prinsip-prinsip etika penelitian dengan tidak melanggar hak-hak (otonomi) manusia,
penelitian ini tidak mengakibatkan penderitaan kepada subjek penelitian, bebas
dari eksploitasi dengan meyakinkan responden bahwa hasil penelitian ini tidak
akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden.
Menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) yaitu responden
mempunyai hak untuk tidak bersedia menjadi responden dan peneliti memberi
penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi
kepada subjek, selanjutnya kepada responden yang diteliti peneliti menjelaskan
maksud, tujuan, dan prosedur penelitian secara adil dan jujur (justice), peneliti
juga menjelaskan kepada responden bahwa data yang diberikan dirahasiakan
(confidentility), untuk itu perlu adanya tanpa nama atau inisial nama (anonymity)
dan responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan
kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menunjukkan surat permohonan
kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk mendapatkan
persetujuan penelitian. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan
komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan USU pada tanggal 26
Januari 2016. Setelah memperoleh persetujuan peneliti memberikan surat ijin
pengambilan data awal yang terdiri dari jumlah keseluruhan anak Sekolah Dasar
di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan.
Selanjutnya peneliti memberi informasi kepada calon responden secara lengkap
tentang tujuan penelitian. Hal ini responden mempunyai hak untuk berpartisipasi
atau menolak menjadi responden. Apabila responden memilih untuk
berpartisipasi, maka calon responden menandatangani lembar persetujuan.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen data
demografi yang meliputi umur, berat badan, jenis kelamin, pekerjaan orang tua
dan penghasilan orang tua dan instrumen kadar hemoglobin yaitu dengan
melakukan observasi pengukuran dengan menggunakan alat hemoglobinometer digital yang sama.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan balasan dari tempat penelitian, peneliti langsung melakukan penelitian di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan mulai tanggal 14 Desember 2015–06 Januari 2016 dengan cara memberikan lembar persetujuan kepada orang tua responden dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin anak. Pengambilan data menggunakan lembar observasi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pengecekan alat hemoglobinometer digital untuk memastikan kenormalan alat, pengecekan dimulai dari pemeriksaan chip, test strip dan blood sampler. Kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses observasi sebelum menanyakan kesediaannya untuk menjadi responden, kemudian jika responden setuju peneliti meminta kepada responden untuk menandatangani lembar informed consent. Penelitian ini dibantu oleh satu orang asisten yang ahli dibidang analisa laboratorium yang bekerja dirumah sakit umum dengan masa kerja >5 tahun.
4.7 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka analisa data dilakukan melalui empat tahapan yaitu pertama melalui editing untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang telah diperoleh atau dikumpulkan dan untuk mengevaluasi kelengkapan
pengisian lembar observasi, tahap kedua melalui coding merupakan pemberian
kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas dua kategori. Pemberian
kode data dilakukan untuk mepermudah proses pencarian data responden dan
memasukkan data. Tahap ketiga melalui entry data (memasukkan data), data yang
telah terkumpul dimasukkan kedalam komputer atau distribusi frekuensi untuk
Tahap terakhir adalah cleaning yaitu merupakan proses pembersihan data,
atau pengecekan kembali data yang telah dimasukkan kedalam komputer. Untuk
mengolah data yang telah terkumpul digunakan analisis deskriptif dengan bantuan
program komputerisasi, selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan persentase. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah statistik univariat yaitu distribusi frekuensi dan persentase kadar
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar yang telah dilaksanakan peneliti dari tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan tanggal 06 januari 2016 terhadap 87 siswa-siswi kelas VA, VB, VI sebagai responden di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara deskriptif yaitu karakteristik responden dan lembar observasi kadar hemoglobin.
5.1.1. Data Demografi Responden
Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Anak di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan (n=87)
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) Umur
5.1.2. Gambaran Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kadar Hemoglobin Anak di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan (n=87)
No Nilai Hemoglobin Frekuensi (f) Persentase (%)
1. < 12 gr/dL (Tidak normal) 39 44,8 2. ≥12 gr/dL (Normal) 48 55.2
Total 87 100
5.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tentang gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas kadar hemoglobin anak di Sekolah Dasar Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori ≥12 gr/dl yaitu 48 responden (55,2%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas kadar hemoglobin anak di Sekolah Dasar Negeri No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan berada pada ketegori normal (≥12 gr/dl). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nurmia, dkk (2013) di wilayah pesisir kota Makassar yang dilakukan terhadap anak sekolah dasar bahwa 63,4% kadar hemoglobin berada pada kategori ≥12 gr/dl.
badan 31-40 sebanyak 38 responden (43,7%), jenis kelamin responden mayoritas perempuan sebanyak 45 responden (51,7%). Pekerjaan orang tua responden mayoritas sebagai petani sebanyak 52 responden (59,8%) dan mayoritas penghasilan orang tua responden Rp.1.000.000-Rp.1.750.000 sesuai dengan UMK Tapanuli Selatan.
Hasil penelitian Nuramalina (2011), menunjukkan bahwa mayoritas kadar hemoglobin pada siswa SDN No. 101837 Suka Makmur Kab. Deli Serdang berada pada kategori dibawah normal (<12 gr/dl) yaitu 57 responden (67,1%) dan kadar hemoglobin normal (≥12 gr/dl) berada pada kategori normal yaitu sebayak 28 responden (32,9%).
Erwin (2005), kadar hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang baik terutama zat makanan yang mengandung zat besi, aktifitas berlebihan (tidak seimbang dengan masukan/intake makanan), serta disebabkan oleh adanya penyakit komplikasi atau penyakit kecacingan.
Berdasarkan wawancara non formal peneliti terhadap 15 orang anak di SD Negeri No.101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan tentang pola makan bahwa sebagian dari mereka jarang sarapan pagi dan frekuensi makan hanya 2 kali sehari bahkan 1 kali sehari dan aktivitas yang berlebihan seperti bermain terlalu berlebihan. Hal ini disebabkan karena kesibukan orang tua di pagi hari dalam menjalankan pekerjaannya sebagai petani. Sementara konsumsi makanan yang dimakan adalah mie instan dan makanan ringan.
No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan yang akan berdampak terhadap rendahnya pendapatan orang tua dan kurangnya pola konsumsi makanan yang bervariasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak.
Hal ini sejalan dengan pendapat Saleh, dkk (2014) yang mengatakan bahwa pengaruh ekonomi terhadap setatus gizi bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka semakin baik pula status gizinya, sedangkan semakin rendah tingkat ekonomi seseorang maka semakin rendah daya beli sehingga semakin buruk pula status gizinya.
31
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada 87 responden, anak sekolah dasar tersebut menunjukkan bahwa setelah melakukan observasi terhadap responden maka didapat hasil kadar hemoglobin di atas dari normal ≥12 yaitu 48 responden (55,2%) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar hemoglobin di bawah normal <12 yaitu 39 responden (44,8%).
6.2 Saran
1. Bagi pihak sekolah diharapkan agar dapat memberikan sosialisasi kepada siswa/siswi tentang manfaat dan pentingnya makan-makanan bergizi serta dampak dari kurang gizi. Gizi merupakan salah satu faktor pendukung prestasi belajar terhadap anak.
2. Bagi orang tua dan siswa/siswi SD diharapkan agar lebih memperhatikan asupan gizi seimbang jika hemoglobinnya ≤ 12 gr/dl, agar tidak terjadi komplikasi anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi juga defisiensi B12 dan asam folat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hemoglobin 2.1.1. Definisi
Hemoglobin merupakan protein berat molekulnya 64.000 yang tersusun
atas empat sub unit yang masing- masing mengandung bagian heme yang terikat
pada rantai globulin (Suzanne, 2002).
Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang baik
terutama zat makanan yang mengandung zat besi, aktifitas berlebihan (tidak
seimbang dengan masukan/intake makanan), dan juga disebabkan oleh adanya
penyakit komplikasi atau penyakit kecacingan (Erwin, 2005).
2.1.2 Fungsi
Pengiriman oksigen adalah fungsi utama hemoglobin, selain itu mampu
juga menarik karbondioksida dalam jaringan tubuh, serta menjaga darah pada pH
yang seimbang. Satu molekul hemoglobin mengikat satu oksigen dari lingkungan
yang kaya akan oksigen yaitu dari alveoli paru-paru molekul ini mampu
mengangkut dan membongkar oksigen (O2) ke jaringan di daerah yang afinitas
oksigennya rendah (Kiswari, 2014).
Menurut Sadikin (2006), hemoglobin berfungsi mengikat dan membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, membawa karbondioksida dari seluruh
jaringan tubuh ke paru-paru, memberi warna merah pada darah, dan
2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin
Jenis kelamin laki-laki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada wanita, hal
ini disebabkan oleh masa otot pria relatif lebih besar daripada wanita sedangkan
wanita akan mengalami menstruasi, karena banyak darah yang keluar dapat
menyebabkan kadar hemoglobin lebih rendah. Ketinggian dataran pemeriksaan
hemoglobin menunjukkan perubahan yang nyata sesuai dengan tinggi rendahnya
daratan terhadap permukaan laut. Semakin tinggi dataran, semakin tinggi pula
kadar hemoglobinnya sebab semakin tinggi dataran semakin rendah oksigen.
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk
kadar hemoglobin. Hal ini disebabkan karena terjadinya pemindahan cairan tubuh
ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya pengenceran darah,
maka kadar hemoglobin akan turun. Umur juga berpengaruh terhadap kadar dan
aktivitas zat dalam darah. Kadar hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus dari
pada dewasa. Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar besi dan feritin.
Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan,
peningkatan protein transport, hemodilusi, volume tubuh yang meningkat karena
peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut (Gibson, 2005).
Tabel 2.1.2. Batas Normal Kadar Hemoglobin Menurut WHO (2001)
Kelompok Umur Hb
Anak usia sekolah pria dan wanita
Wanita hamil 11g/dl
2.2. Zat Besi 2.2.1. Defenisi
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak didalam tubuh
manusia yaiu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa, (Almatsier,
2010). Zat besi adalah satu mikronutrien yang penting bagi tubuh, antara lain
pada sintesis DNA, fungsi mitokondria, transportasi oksigen, produksi ATP, dan
untuk melindungi sel dari kerusakan oksidasi ( Soetjiningsih, 2014).
2.2.2. Fungsi
Menurut Almatsier (2010), zat besi sangat diperlukan oleh tubuh diantanya
adalah sebagai berikut:
1) Metabolisme Energi
Didalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut
elektron, yang berperan dalam langkah- langkah akhir metabolisme energi.
Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi
penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut
menghasilkan ATP (Adenosine Triphosphate). Sebagian besar besi berada di
dalam hemoglobin dan mioglobin dalam otot. Hemoglobin membawa oksigen
dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari seluruh tubuh
ke paru- paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan mioglobin berperan
sebagai reservoir oksigen yaitu menerima, menyimpan dan melepas oksigen dari
2) Kemampuan Belajar
Hubungan besi dengan fungsi otak di jelaskan Lozoff dan Youdim pada
tahun 1988 yaitu beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang
diperoleh dari transfor besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi
dalam otak yang kurang tidak akan bisa diganti setelah dewasa defisiensi besi
berpengaruh negatif pada fungsi otak, terutama fugsi sistem neurotransmiter.
Akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir
dengan hilangnya reseptor tersebut.
3) Sistem Kekebalan
Respons kekebalan sel oleh limfosit T terganggu karena berkurangnya
pembentukan sel tersebut yng kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya DNA.
Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase
ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Disamping itu sel
darah putih yang dapat menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif
dalam keadaan tubuh kekurangan besi.
4) Pelarut Obat-obatan
Obat-obatan yang tidak larut dalam air oleh enzim mengandung besi dapat
dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.
2.2.3. Kebutuhan Zat Besi
Zat besi terdapat dalam makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan,
sumber lain juga terdapat pada telur, serealia tumbuk, kacang- kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah (Almatsier, 2010). Berikut ini adalah tabel angka
kecukupan zat besi yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan
Tabel 2.2.3. Angka kecukupan besi yang dianjurkan menurut Almatsier (2010)
Golongan/Umur AKB (Mg) Golongan/Umur AKB (Mg)
Balita Wanita
2.2.4. Kekurangan Zat Besi
Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,
dimana zat besi digunakan secara terus-menerus. Sebagian besar zat besi yang
bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian
kecil sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan keringat.
Keseimbangan zat besi dalam tubuh diregulasi dengan sebaiknya untuk
memastikan bahwa zat besi yang diabsorpsi di usus cukup untuk mengkompensasi
zat besi yang hilang dari tubuh. Bila seorang anak atau bayi sedang tumbuh
membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada cadangan zat besi yang ada,
maka anak atau bayi tersebut akan mengalami keseimbangan zat besi yang
negatif. Bila keadaan ini menetap, maka usaha yang pertama dari tubuh adalah
cadangan zat besi akan dipakai, bila cadangan zat besi habis, maka bagian zat besi
yang berfungsi akan dengan cepat pula berkurang (Almatsier, 2010). Terdapat 3
sehingga kadar feritin plasma dan simpanan besi dalam sumsum tulang akan
menurun dan absorbsi zat besi akan meningkat. Pada orang dewasa keadaan ini
mudah dibedakan dengan keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh
agak sulit ditentukan, karena pada anak-anak yang sedang tumbuh dalam keadaan
normal pun bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang yang sangat
rendah. Pada tingkat kedua, bilamana keseimbangan zat besi yang negatif menjadi
lebih progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan "Iron Deficiency
Erythropoesis” dengan tanda-tanda penurunan cadangan zat besi dalam tubuh,
penurunan kadar besi dalam serum, dan penurunan kadar jenuh transferin sampai
15-20%. Sintesis hemoglobin terganggu dan konsentrasi hemoglobin berkurang
sehingga dibawah kadar optimal tapi belum ada tanda-tanda anemia yang jelas.
Pada tingkat ketiga atau dinamakan "Iron Deficiency Anemia”, keseimbangan zat
besi yang negatif yang berlama-lama akan menyebabkan munculnya tanda-tanda
anemia yang nyata, disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat kedua
(Almatsier, 2010).
2.3. Anemia Defisiensi Besi 2.3.1 Definisi
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling dominan
akibat pasokan zat besi dari makanan yang tidak memadai dan merupakan
masalah gangguan mineral yang paling sering di temukan (Wong, 2002).
2.3.2. Etiologi
Anemia defisiensi besi terjadi bila kehilangan darah secara kronis, asupan
zat besi dan penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat
besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada
pertumbuhan bayi, masa puberitas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman,
Defisiensi zat besi terjadi jika asupan gizi zat besi kurang, gangguan
absorpsi besi, atau kehilangan zat besi lebih dari penyerapan zat besi. Penyebab
defisiensi besi yang seterusnya adalah kebutuhan zat besi yang relatif meningkat.
Peningkatan kebutuhan zat besi saat bayi, remaja, saat hamil dan menyusukan
serta wanita menstruasi meningkatkan risiko anemia pada kelompok ini.
Wanita beresiko tinggi mengalami defisiensi besi yaitu setiap kehamilan
akan kehilangan 500-700 mg besi, dan tambahan 450 mg untuk meningkatkan
volume darah. Rata- rata 2,5 mg besi harus di serap setiap hari selama kehamilan
(Kiswari, 2014).Sepanjang usia reproduktif wanita mengalami kehilangan darah
akibat peristiwa haid. Menurut Arisman (2010) mengatakan dan telah
membuktikan bahwa jumlah darah yang hilang selama proses haid berkisar antara
20-25 cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/ bulan,
atau kira- kira sama dengan 0,4-0,5 mg setiap hari. Jika jumlah tersebut
ditambahkan dengan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg
setiap harinya.
2.3.3. Gejala dan Tanda
Secara umum gejala defisiensi besi adalah kelelahan, sesak nafas saat
beraktifitas, dan pusing. Ada bebrapa tanda dan gejala yang khas termasuk kuku
“sendok” glositis disertai nyeri, ulserasi di sudut mulut dan disfagia karena
struktus esofagus (Kiswari, 2014). Sering berdebar debar, pucat, iritiabel,
kojungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara, jantung agak membesar
dan bising sistolik yang fungsional (Ngastiyah, 2005). Gejala defisiensi lainnya
adalah disfungsi sistem imun, pica, serangan nafas terhenti sejenak (breath
2.3.4. Komplikasi
Anemia defisiensi besi menyebabkan pucat, rasa lemah, pusing, kurang
nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja,
menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu
kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak- anak kekurangan besi
menimbulkan apatis, mudah tersinggung, serta menurunnya konsentrasi belajar.
Anemia defisiensi besi menyebabkan gangguan perkembangan neurologik pada
bayi dan menurunkan prestasi belajar pada anak usia sekolah karena zat besi telah
dibuktikan berperan penting dalam fungsi otak dan penelitian pada hewan
menunjukkan berlakunya perubahan dalam fungsi neurotransmitter dan perilaku
pada hewan yang kekurangan zat besi (Almatsier,2010).
Menurut penelitian WHO (2001) yang dilakukan di Chile, Indonesia, India
dan USA didapatkan bahwa anemia defisiensi besi secara konklusifnya
mengganggu perkembangan psikomotor dan fungsi kognitif pada anak usia
sekolah. Anak-anak yang diberikan suplementasi besi merasa kurang lelah dan
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi semasa pembelajaran juga meningkat.
Nilai IQ (Intelligent Quotient) pada anak yang mengalami kurang zat besi
ditemukan dengan jelas lebih rendah berbanding anak yang tidak mengalami
anemia defisiensi besi. Terdapat 3 proses yang menjadi dasar penyebab gangguan
kognitif pada anemia defisiensi besi. Penyebab pertama ialah gangguan
pembentukan mielin. Mielinisasi memerlukan besi yang cukup dan tidak dapat
berlangsung baik bila oligodendrosit yaitu sel yang memproduksi mielin
mengalami kekurangan besi. Mielin ini penting untuk kecepatan penghantaran
rangsang. Penyebab yang kedua ialah gangguan metabolisme neurotransmitter.
Hal ini terjadi karena gangguan sintesa serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Dopamin mempunyai efek pada perhatian, penglihatan, daya ingatan, motivasi
Penyebab seterusnya ialah gangguan metabolisme energi protein,
gangguan ini terjadi karena besi merupakan ko-faktor pada ribonukleotida
reduktase yang penting untuk fungsi dan metabolisme lemak dan energi otak.
Semakin dini usia dan lama saat terjadi anemia dan semakin luas otak yang
terkena, akan menyebabkan gangguan fungsi kognitif semakin permanen dan sulit
diperbaiki (Lubis, 2008).
2.3.5. Pencegahan
Ada empat pendekatan dasar pencegahan defisiensi besi zat besi. Keempat
pendekatan itu adalah:
1) Pemberian Suplementasi Tablet Besi atau Injeksi Besi
Dalam proses eritropoesis ada keterkaitan besi dengan vitamin A.
Penderita akan menerima respons lebih lengkap manakala vitamin Aditambahkan
dalam preparet besi dibandingkan jika anemia diterapi dengan tablet besi saja,
meskipun mekanismenya belum terjelaskan. Tablet besi dalam bentuk ferro lebih
mudah diserap ketimbang bentuk ferri. Sediaan yang banyak tersedia, mudah
didapat dan murah, serta khasiatnya paling efektif adalah ferro sulfat, ferro
glukonat, dan ferro fumarat. Namun konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan
efek samping yang tidak menyenangkan seperti rasa sakit di ulu hati, mual,
muntah, dan diare.
2) Pendidikan dan Peningkatan Asupan Zat Besi Melalui Makanan
Seperti yang telah diketahui pemberian tablet dapat menimbulkan efek
samping mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan.
Penolakan tersebuk berpangkal pada ketidak tahuan akan tambahan zat besi bagi
anak prasekolah dan sekolah, juga ibu hamil dan menyusui harus diberikan
ibu hamil. Peningkatan asupan zat besi dapat ditingkatkan melalui makanan, dan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama, memastikan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi. Kedua,
meningatkan ketersediaan hayati zatbesi yang dimakan.
3) Pengawasan Penyakit Infeksi
Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan masyarakat
pencegahan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan, dan
kebersihan perorangan. Jika terjadi infestasi parasit tidak bisa disangkal lagi
bahwa cacing tambang, serta schistosoma adalah parasit yang dapat mengganggu
penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu parasit harus dimusnahkan secara rutin.
4) Fortifikasi Makanan
Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam defisiensi
besi, proses ini boleh ditargetkan untuk merangkul beberapa atau seluruh
kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat yang dijadikan target harus dilatih
dibiasakan mengkonsumsi makanan fortifikasi itu, serta harus memiliki
kemampuan untuk mendapatkannya (Arisman MB, 2010).
2.4. Cara Pengukuran
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,
tetapi sampai sekarang ini belum ada satu cara pun hasilnya yang dapat dipercaya
100% (Kiswari, 2014). Menurut Marwenda. A (2003), haemometer atau
hemoglobinometer adalah instrument laboratorium untuk menetukan kadar
hemoglobin dalam darah berdasarkan satuan warna (colorimeric). Haemometer ini
banyak digunakan juga dalam praktikum penyakit dan parasit ikan sebagai
wawasan bagi anda penggunaan haemometer ini adalah alat untuk mengukur
kadar hemoglobin dalam darah sebaiknya anda mencari literatur kondisi Hb yang
saat bekerja sangat menentukan keakuratan dalam penggunaan alat ini karena alat
ini, selain haemometer (sahli) ini ada juga alat yang lebih canggih lagi untuk
mengukur Hb, pengukur Hb digital yang mungkin anda sudah pada tahu atau
pernah lihat di rumah sakit atau mungkin alat pengukur tensi darah. Pada
kesempatan ini maka akan menjelaskan cara menggunakan alat
hemoglobinometer digital yaitu masukkan chip hemoglobin dan strip uji
hemoglobin kedalam alat pastikan alat dalam keadaan mati, pada layar akan
muncul angka atau kode yang sesuai seperti pada botol strip setelah kode cocok
tunggu beberapa detik hingga muncul tanda tetesan darah, gunakan blood sampler
untuk menusuk jari dengan kedalaman secukupnya. dekatkan darah pada ujung
strip uji dalam keadaan tegak lurus, darah akan langsung terserap oleh strip uji
tunggu 6 detik untuk melihat hasil kadar hemoglobin dalam unit gr/dl.
2.5 Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah 2.5.1 Dasar-Dasar Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang mencerminkan
berbagai perubahan terjadi selama hidup seseorang. Seluruh perubahan tersebut
merupakan proses dinamis yang menekankan beberapa dimensi yang saling
terkait yaitu pertumbuhan, perkembangan, malturasi dan diferensiasi.
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri
dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningakan ukuran dan berat dan
seluruh atau sebagian sel. Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara
bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih
tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan
2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
2.5.2.1 Faktor genetik
Hubungan yang besar terdapat pada antara orang tua dan anak dalam hal
sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan. Kebanyakan
karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bagian tubuh, dan
keganjilan fisik, diturunkan dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan
integrasi anak dengan lingkungannya. Perbedaan kesehatan dan kekuatan anak
dapat dikaitkan dengan sifat hereditas. Gangguan mental atau fisik yang
diturunkan akan mengubah atau mengganggu pertumbuhan emosi dan fisik serta
interaksi anak (Wong, 2009).
2.5.2.2 Faktor eksternal/lingkungan
Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya,
dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal
yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya (Yunita, 2012).
2.5.3 Perkembangan Biologis
Selama masa anak usia sekolah pertumbuhan tinggi dan berat badan terjadi
lebih lambat jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Antara usia 6 sampai 12
tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5cm per tahun untuk
mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah
hampir dua kali lipat, bertambah 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak
usia 6 tahun sekitar 116 cm dan berat badan sekitar 21 kg, dan tinggi anak usia 12
Menjelang akhir usia sekolah, ukuran tubuh anak laki-laki dan perempuan
mulai meningkat, walaupun sebagian besar tinggi dan berat badan anak
perempuan mulai melebihi anak laki-laki, menyebabkan ketidaknyamanan yang
akut bagi anak perempuan dan anak laki-laki (Wong, 2009).
2.5.4 Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan
psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu
tenang antara pada masa kanak-kanak awal dengan masa remaja. Selama waktu
ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah
pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan
jenis yang menyertai puberitas (Wong, 2009).
2.5.5 Perkembangan Kognitif (Piaget)
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh
kemampuan untuk menggambarkan mental anak yang dapat ungkapkan secara
verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai operasional konkret oleh
Piaget, ketika anak mampu menggunakan proses berfikir untuk mengalami
peristiwa dan tindakan. Anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan
antara sesuatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian
berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat
penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran konseptual) (Wong, 2009).
2.5.6 Perkembangan Moral (Kohlberg)
Pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih
logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan
standar moral. Anak usia prasekolah tidak mempercayai bahwa standar perilaku
mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang di
hasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta
mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain (Wong, 2009).
2.5.7 Perkembangan Spiritual
Anak pada usia sekolah berfikir dalam batasan yang sangat konkret tetapi
merupakan pelajar yang sangat baik dan memiliki kemauan besar untuk
mempelajari sang penciptanya. Anak usia sekolah mulai belajar untuk
membedakan antara natural dan supra natural tetapi mengalami kesulitan
memahami simbol-simbol, oleh karena itu konsep agama harus dijelaskan
kepadanya secara konkret (Wong, 2009).
2.5.8 Perkembangan Sosial
Teman sebaya adalah agens atau orang terpenting dalam kehidupan anak
usia sekolah. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberikan
sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-anak memilki budaya
mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan
rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Hubungan
dengan teman sebaya , anak belajar bagaimana menghadapi dominasi dan
permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta
menggali ide-ide dan lingkungan fisik. Identifikasi dengan teman sebaya memberi
pengaruh kuat bagi anak dalam memperoleh kemandirian dari orang tua (Wong,
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika
terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi
mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap tingkat kemampuan dan prestasi
belajar, bila tidak segera diatasi akan terjadi kehilangan sumber daya manusia
baru yang berkualitas. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat tergantung
kepada keberhasilan bangsa dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
merupakan salah satu kebutuhan untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan nasional. Pembangunan
kesehatan manusia tidak hanya kesehatan mental maupun fisik tetapi juga
kesehatan untuk mencapai kecerdasan khususnya anak sekolah (Soeida, 2008).
Defisiensi besi yang paling umum terdapat di negara maju ataupun negara
berkembang. Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan seperti
anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja yang berpenghasilan rendah.
Namun sejak 25 tahun terakhir banyak bukti yang menunjukkan bahwa defisiensi
besi berpengaruh luas terhadap sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan
belajar dan produktifitas kerja (Almatsier, 2010).
Data WHO dari tahun 1993 hingga 2005 menunjukkan kira-kira 24,8%
atau 1,62 milyar dari populasi dunia menderita anemia dan 25,4% darinya
merupakan anak usia sekolah. Di Asia Tenggara, 13,6% anak usia sekolah
2007 pada 1.000 anak sekolah di 11 provinsi di Indonesia menunjukkan
prevalensi anemia sebanyak 20-25% (Lubis, 2008) sedang di Sumatera Utara
menujukkan untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun, dapat dikatakan menderita
anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 gr/dl, umur 6-14
tahun kurang dari 12 gr/dl menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak
sekolah dasar berkisar 25-35% (Soekirman, 2003).
Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen yang ada pada sel darah
merah. Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang mengandung zat
besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun di sebabkan oleh kecacingan (Nancy,
2013).
Anak usia 6-12 tahun adalah masa usia sekolah tingkat SD bagi anak yang
normal. Perkembangan anak masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.
Sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya
terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat yang harus
diimbangi dengan pemberian nutrisi dan gizi yang seimbang (Yunita, 2012).
Anak usia sekolah dasar merupakan generasi penerus bangsa, sehingga di
harapkan bisa memiliki kualitas yang sangat baik di sekolah yang bisa di lihat
dari hasil prestasi belajar di sekolah. Kadar Hemoglobin (Hb) yang kurang dalam
darah akan menyebabkan seseorang kurang konsentrasi, merasa lelah, lesu, yang
sangat berpengaruh pada prestasi belajar pada anak di sekolah (Nancy, 2013).
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran kadar
hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kecamatan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di SD.Negeri
No.101112 Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan
Tahun 2015.
1.3. PertanyaanPenelitian
Bagaimana gambaran kadar hemogobin anak sekolah dasar di SD. Negeri
No. 101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di
SD. No. 101112 Negeri Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
1.5.1. Bagi Pihak Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak
sekolah mengenai kejadian anemia defisiensi besi pada anak sekolah dan
pentingnya usaha menjaga kadar hemoglobin agar tetap normal.
1.5.2. Bagi Orang Tua Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pentingnya hemoglobin yang berpengaruh terhadap konsentrasi anak
belajar. Maka diharapkan kepada orangtua siswa agar dapat mengatur pola
1.5.3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan peneliti mengenai gambaran kadar
hemoglobin siswa dan cara penulisan karya tulis ilmiah yang benar.
1.5.4. Peneliti Lanjut
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat
digunakan sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa dengan penelitian
Nama Mahaisswa : Akbar Paruntungan
NIM : 141121026
Jurusan : Sarjana Keperawatan Ekstensi
Tahun : 2016
Abstrak
Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen yang ada pada sel darah merah. Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang mengandung zat besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun di sebabkan oleh kecacingan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh siswa/siswi VA,VB,VI di SD Negeri No. 101112 Sipange berjumlah 87 siswa. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan pemeriksaan menggunakan alat hemoglobinometer digital dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 11 tahun yaitu 55,2%, berat badan responden 32-38 kg berjumlah 47 orang anak (54%). Mayoritas jenis kelamin anak adalah anak perempuan sebanyak 45 orang anak (51.7%). Mayoritas Pekerjaan orang tua responden adalah petani sebanyak 52 orang tua (59.8%), penghasilan orang tua Rp.1.000.000-Rp1.750.000 berjumlah 42 orang tua (48.3%). Hasil pemeriksaan hemoglobin lebih banyak pada nilai hemoglobin (normal) ≥12 gr/dl sebesar55,2% di bandingkan dengan nilai hemoglobin (tidak normal) < 12 gr/dl sebesar 44,85. Penelitian ini di harapkan kepada semua pihak agar dapat merencanakan upaya dalm memperbaiki kadar hemoglobin siswa agar tetap normal supaya prestasi akademik mereka tidak terganggu, memperhatikan asupan gizi seimbang jika hemoglobinnya < 12 gr/dl maka terjadi anemia yang di sebabkan oleh defisiensi zat besi juga defisiensi B12 dan asam folat.
TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh
Akbar Paruntungan Simanjuntak 141121026
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat, dan karunia-Nya yang telah menyertai penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran Kadar Hemoglobin
Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange KecSayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015”
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan {support) dalam proses
penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap,- S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembantu dekana II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan, dukungan, dan masukan terhadap penyelesaian
skripsi ini.
5. Bapak Roymond H.Simamora, S.Kep. Ns, M.Kep sebagai dosen penguji I
yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaiaan skripsi ini.
6. Ibu Farida linda sari siregar S.kep, Ns, M.Kep sebagai dosen penguji II, yang
iv
serta memberi dukungan baik moril maupun materil selama ini, juga abang
yang selalu mendukung dalam do'a, memberikan motivasi dan perhatiannya
dalam penulisan skripsi ini.
8. Ari daulay Amd.Ak sebagai asisten yang telah banyak membantu dalam
penelitian ini.
9. Rekan satu bimbingan widya girsang, Reza dwi saputra, Johana Saoria, Aji
Dalimunte, Adil Moerdiono Zain yang telah mendukung dan memberikan
motivasi kepada penulis, dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu namun sangat membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan. Semoga segenap bantuan, bimbingan, dan arahan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat dalam melakukan penelitian pada
waktu yang akan datang.
Medan, Maret 2016
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang ... 1
1.2Perumusan masalah ... 3
1.3Pertanyaan penelitian ... 3
1.4Tujuan Penelitian ... 4
1.5Manfaat Penelitian . ... 4
BAB 2 TINJAUANPUSTAKA 2.1Hemoglobin ... 5
2.1.1 Defenisi Hemoglobin ... 5
2.1.2 Fungsi ... 5
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin ... 6
2.2Zat besi ... 7
vi
2.2.3 Kebutuhan zat besi ... 9
2.2.4 Kekurangan zat besi ... 10
2.3Anemia defisiensi zat besi ... 11
2.3.1 Defenisi anenia defisiensi zat besi. ... 11
2.3.2 Etiologi.. ... 11
2.3.3 Gejala dan tanda.. ... 12
2.3.4 Komplikasi.. ... 12
2.3.5 Pencegahan.. ... 14
2.4Cara pengukuran ... 15
2.5Tumbuh kembang anak usia sekolah ... 16
2.5.1 Dasar-dasar tumbuh kembang. ... 16
2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ... 17
2.5.2.1 Faktor Genetik ... 17
2.5.2.2 Faktor Eksternal ... 17
2.5.3 Perkembangan Biologis ... 18
2.5.4 Perkembangan Psikososial ... 18
2.5.5 Perkembangan Kognitif ( Piaget ) ... 18
2.5.6 Perkembangan Moral ( Kohlberg ) ... 19
2.5.7 Perkembangan Spiritual ... 19
3.2 Defenisi Operasional ... 22
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ... 23
4.2 Populasi Dan Sample ... 23
4.2.1 Populasi ... 23
4.2.2 Sample ... 23
4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 24
4.4 Pertimbangan Etik ... 24
4.5 Instrumen Penelitian ... 25
4.6 Pengumpulan Data ... 25
4.7 Analisa Data ... 26
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 28
5.1.1 Data Demografi Responden ... 28
5.1.2 Gambaran Kadar Hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan ... 29
5.2 Pembahasan ... 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33
6.2 Saran ... 33
viii
Halaman
Tabel 1. Defenisi Operasional ... 22
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Anak di SD Negeri No.101112 Sipange
Kec. Sayur Matinggi Kab. Tapanuli Selatan (n=87) ... 29
x
Lampiran 1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 2. Lembar Data Demografi
Lampiran 3. Surat izin Pengambilan Data Penelitian
Lampiran 4. Surat Izin Balasan Pengambilan Data Penelitian
Lampiran 5. Komisi Etik
Lampiran 6. Master Tabel
Lampiran 7. Jadwal Tentatif Penelitian
Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup
Nama Mahaisswa : Akbar Paruntungan
NIM : 141121026
Jurusan : Sarjana Keperawatan Ekstensi
Tahun : 2016
Abstrak
Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen yang ada pada sel darah merah. Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang mengandung zat besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun di sebabkan oleh kecacingan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin anak sekolah dasar di SD Negeri No. 101112 Sipange Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh siswa/siswi VA,VB,VI di SD Negeri No. 101112 Sipange berjumlah 87 siswa. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan pemeriksaan menggunakan alat hemoglobinometer digital dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 11 tahun yaitu 55,2%, berat badan responden 32-38 kg berjumlah 47 orang anak (54%). Mayoritas jenis kelamin anak adalah anak perempuan sebanyak 45 orang anak (51.7%). Mayoritas Pekerjaan orang tua responden adalah petani sebanyak 52 orang tua (59.8%), penghasilan orang tua Rp.1.000.000-Rp1.750.000 berjumlah 42 orang tua (48.3%). Hasil pemeriksaan hemoglobin lebih banyak pada nilai hemoglobin (normal) ≥12 gr/dl sebesar55,2% di bandingkan dengan nilai hemoglobin (tidak normal) < 12 gr/dl sebesar 44,85. Penelitian ini di harapkan kepada semua pihak agar dapat merencanakan upaya dalm memperbaiki kadar hemoglobin siswa agar tetap normal supaya prestasi akademik mereka tidak terganggu, memperhatikan asupan gizi seimbang jika hemoglobinnya < 12 gr/dl maka terjadi anemia yang di sebabkan oleh defisiensi zat besi juga defisiensi B12 dan asam folat.