• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengarahan dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengarahan dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pengarahan dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Kerja Perawat di RSU. Natama TebingTinggi

Tahun 2016

No Urut : ...

A Identitas

Nama :

Umur : Tahun

JenisKelamin : Laki-Laki

Perempuan

Pendidikan :. S1/Nurse

D3

SPK

Lamakerja : Tahun

StatusPerkawinan : Menikah

Belum Kawin

(2)

B Pengarahan

Pilihlah salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan pendapat anda dengan

memberi tanda ceklis () pada kolom yang tersedia.

Keterangan:

1 Kepala ruangan memotivasi saudara dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan 2 Kepala ruangan memberi pujian kepada saudara

dalam melaksanakan asuhan keperawatan

3 Kepala ruangan mengarahkan sudara untuk memberi umpan balik dalam pelayanan keperawatan 4 Kepala ruangan membimbing saudara

dalam melaksanakan asuhan keperawatan

5 Kepala ruangan menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan semangat bagi saudara

6 Kepala ruangan acuh dengan konflik yang terjadi di Ruangan

7 Kepala ruangan bersikap objektif dalam menghadapi perawat

8 Kepala ruangan bersikap objektif dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan keperawatan 9 Kepala ruangan mengesampingkan kelebihan

dan kelemahan yang saudara miliki

(3)

C Motivasi

Pilihlah salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan pendapat anda dengan

memberi tanda ceklis () pada kolom yang tersedia.

Keterangan:

S :Sering

J :Jarang

TP:Tidak Pernah

No Pertanyaan Jawaban

S J TP

4 Saya selalu memperhatikan hasil kerja saya.

5 Saya selalu diberikan penghargaan terhadap hasil kerja saya yang baik.

6 Atasan saya selalu memberikan penjelasan tentang perkembangan ilmu keperawatan.

7 Atasan saya selalu mendengarkan dengan baik usulan/keluhan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. 8 Perhatian atasan saya akan memotivasi saya untuk

melaksanakan proses keperawatan lebih baik.

9 Kondisi lingkungan tempat kerja perawat baik dan nyaman.

10 Terjalin hubungan yang harmonis antara perawat dengan atasan.

(4)

ndapatanda

D Kinerja Perawat

Pilihlah salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan pendapat anda dengan

memberi tanda ceklis () pada kolom yang tersedia.

Keterangan:

S =Sering dilakukan

J =Jarang dilakukan

TP =Tidak Pernah dilakukan

No Pernyataan Jawaban

S J TP

1 Saya menerima pasien baru sesuai

prosedur dan ketentuan yang berlaku

2 Saya memelihara peralatan perawatan,

medis agar selalu dalam keadaan siap pakai

3 Saya mengkaji kebutuhan dan masalah

kesehatan pasien sesuai dengan batas kemampuan pasien dengan cara mengukur tanda-tanda vital, mengamati kesadaran, keadaan mental dan keluhan utama pasien

4 Saya melaksanakan anamnesa dalam

mengkaji kebutuhan dan masalah pasien

5 Saya melaksanakan evaluasi tindakan

keperawatan sesuai batas kemampuan pasien

6 Saya memantau dan menilai kondisi

Pasien

7 Saya melakukan tindakan yang tepat

(5)

8 Saya melaksanakan sistem pencatatan dan

pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar

9 Saya melaksanakan serah terima tugas

kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian dinas

10 Dalam mempersiapkan pasien yang akan

pulang, saya menyediakan formulir untuk penyelesaian administrative, memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien dan melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah.

(6)

HUBUNGAN PENGARAHAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI

RSU.NATAMA TEBING TINGGI TAHUN 2016

Karekteristik

Responden Pengarahan Motivasi Kinerja

Responden umur Kate Jenis Pendidikan Lama Kate Status a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9 a10 Total Kate b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 Total Kate y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 y8 y9 gori Kelamin Bekerja gori Perkawinan gori gori

R1 25 2 2 2 5 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 27 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R2 22 1 2 2 1 1 2 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 27 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R3 23 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 3 3 2 3 26 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R4 22 1 1 2 1 1 2 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 27 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R5 24 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 18 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 24 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

R6 25 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 28 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 20 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3

R7 21 1 2 2 1 1 2 3 2 3 3 3 1 1 2 1 3 22 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 26 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3

R8 29 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 3 1 3 25 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 21 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R9 28 3 2 2 5 3 1 3 3 3 3 2 1 3 2 1 3 24 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R10 25 2 2 2 4 2 1 3 3 3 3 2 1 2 3 1 3 24 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R11 25 2 2 2 4 2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 1 3 25 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R12 30 3 1 2 5 3 2 1 1 1 1 1 3 2 2 3 3 18 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

R13 25 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 21 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3

R14 22 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 18 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 20 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3

R15 25 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 1 2 1 3 22 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 26 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3

R16 23 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 1 3 2 3 2 1 2 1 2 2 3 21 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3

R17 22 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 17 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 20 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3

(7)

R20 23 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 18 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 24 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

R21 22 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 3 18 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 21 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3

R22 21 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 18 2 3 2 2 2 1 2 1 2 3 3 21 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3

R23 22 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 2 2 3 3 18 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 21 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3

Kategori:

Umur jenis kelamin Pendidikan Lama bekerja Status perkawinan Pengarahan Motivasi kerja Kinerja Perawat

1= 21-24 tahun 1= Laki-laki 1= SPK 1=< 1tahun 1= Menikah 1= Kurang 1= Rendah 1= Kurang

2= 25-27 Tahun 2= Perempuan 2= D3 2= 2-4 Tahun 2= Belum Menikah 2= Cukup 2= Sedang 2= Cukup

3= 28-30 Tahun 3= S1 3= >5tahun 3= Baik 3= Tinggi 3= Baik

(8)

Lampiran 3

ANALISIS DATA

Frequencies

Statistics

Umur

Responden Jenis Kelamin Pendidikan Lama Kerja

Status

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(9)

Lama Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(10)

Kinerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 4 17.4 17.4 17.4

Baik 19 82.6 82.6 100.0

Total 23 100.0 100.0

Correlations

pengarahan motivasi kinerja Pengarahan Pearson

Correlation

1 .489* .162

Sig. (2-tailed) .018 .461

N 23 23 23

Motivasi Pearson Correlation

.489* 1 .669**

Sig. (2-tailed) .018 .000

N 23 23 23

Kinerja Pearson Correlation

.162 .669** 1

Sig. (2-tailed) .461 .000

N 23 23 23

(11)

Lampiran 4

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Pengarahan

No Variabel pengarahan Sering

Kadang-kadang pernah Tidak Jumlah

n % N % n % N %

A. Komunikasi

1 Kepala ruangan memotivasi saudara dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

6 26.1 5 21,7 12 52,2 23 100

(12)

Lampiran 5

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Motivasi kerja

No Variabel Motivasi Kerja Sering Jarang Tidak

Pernah

Jumlah

N % n % n % N %

A Tanggungjawab Profesi

1 Saya selalu melaksanakan asuhan keperawatan tepat waktu sesuai kebutuhan pasien. sesuai dengan jadwal yang diberikan.

0 0 14 60,9 9 39,1 23 100

B Pengakuan

4 Saya selalu memperhatikan hasil kerja saya.

10 43,5 12 52,2 1 4,3 23 100

5 Saya selalu diberikan penghargaan terhadap hasil kerja saya yang baik.

3 13,0 12 52,2 8 34,8 23 100

C Komitmen Pemimpin

6 Atasan saya selalu memberikan penjelasan tentang perkembangan ilmu keperawatan.

10 Terjalin hubungan yang harmonis antara perawat dengan atasan.

(13)

Lampiran 6

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian kinerja perawat

No Variabel Kinerja Perawat Sering dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku masalah kesehatan pasien sesuai dengan batas kemampuan pasien dengan cara mengukur tanda-tanda vital, mengamati kesadaran, keadaan mental dan keluhan utama pasien

21 91,3 2 8,7 0 0 23 100 tepat berdasarkan hasil pemantauan tersebut sesuai batas kemampuan pasien

15 65,2 8 34,8 0 0 23 100

8 Saya melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar

13 56,5 10 43,5 0 0 23 100

(14)

E Evaluasi

9 Saya melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian dinas

23 100 0 0 0 0 23 100

10 Dalam mempersiapkan pasien yang akan pulang, saya menyediakan formulir untuk penyelesaian administrative, memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien dan melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah.

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Amriyati. (2003). Kinerja Perawat Ditinjau dari Lingkungan Kerja dan

Karakteristik Individu, Buletin Sains Kesehatan. FKM UGM,

Yogyakarta.

Arni, M, 2009. Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.

Cinantya, 2010. Hubungan antara kegiatan Morning Briefing dengan Motivasi

Kinerja Karyawan, Skripsi, Universitas Padjajaran,

Effendy, 2003. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Ilyas, Yaslis, 2012. Kinerja : Teori, Penilaian dan Penelitian, Badan Penerbit FKM UI, Jakarta.

Mangkunegara, 2006. Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Jakarta.

Marilyn E. Doenges, 2007. Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.

Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Mathis & Jackson, 2002. Pengantar Ekonomi Perusahaan, Erlangga, Jakarta.

Mortimer, 1996. Psikologi Manajemen, MitraUtama, Jakarta.

Muninjaya. A.A.G. 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi dua. Jakarta: EGC.

Muthmainnah, dkk, 2014. Hubungan Pengetahuan, Motivasi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat Pelaksana dalam Penerapan Program Keselamatan Pasien di RSUD. Haji Makasar. Jurnal, FKM Universitas Hasanuddin, Makasar.

Nursalam, 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional, Salemba Medika, Jakarta.

PPNI, 2006. Kode Etik Keperawatan, LAmbang Panji PPNI, dan Ikrar

Keperawatan. Pengurus PPNI Pusat, Jakarta.

Ritonga, Zulham, 2010.Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Perawat

(20)

Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siagian, S. (1992) Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku (Cetakan ke

8.). Jakarta: CV Massagung.

Sihotang, B.F. 2006. Pengaruh Motivasi Terhadap Produktifitas Kerja

Perawat di Rumah Sakit Umum Doloksanggul. Skripsi FKM USU.

Medan.

Siregar, M, 2008. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap RSUD Swadana Tarutung Tapanuli Utara, Tesis

Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

Soeroso, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan

Sistem. Jakarta: EGC.

Sulaiman, 2011.

Sutrisno, S, 2013. Hubungan Morning Briefng dengan Motivasi Kerja

Perawat di RSUD.Bayumas, Skripsi, Universitas Jendral Soedirman,

Purwokerto.

Sutopo, 2003. Hubungan Motivasi Kerja dan Kinerja Perawat di Insatalasi

Rawat Inap RSUD Kota Semarang. Diambil tanggal 28 September2015.

Swanburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan: Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC

Usman, H, 2013. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Wijono. Dj, 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press,Surabaya.

Wiyana, Muncul. (2008). Supervisi dalam Keperawatan. Diambil pada tanggal 10 Oktober 2009. Dari

http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.php&id=3

Yahmono, B. (2000). Kepastian Hukum Tenaga Keperawatan dalam

Melaksanakan Praktik Keperawatan Program Pendidikan Ners/PSIK. Fakultas Kedokteran USU Medan.

(21)

Yusnina. 2007. Hubungan Komunikasi dengan Prestasi kerja karyawan pada

Front. Office Departemen Niagara Hotel prapat, Skripsi, Fakultas

Ekonomi USU, Medan.

Qalbia, dkk. 2013. Hubungan Motivasi dan Supervisi terhadap Kinerja

Perawat Pelaksana dalam Menerapkan Patient Safety di Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin, Jurnal,FKM Universitas Hasanuddin,

Makasar.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif analitik

dengan pendekatan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan pengarahan dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di RSU.Natama

Tebing Tinggi Tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi penelitian ini adalah RSU.Natama Tebing

Tinggi. Karena tidak semua rumah sakit melakukan pengarahan tapi

RSU.Natama Tebing Tinggi melakukan pengarahan setiap harinya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang

bekerja di RSU. Natama Tebing Tinggi sebanyak 23 perawat.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang

bekerja di RSU. Natama Tebing Tinggi karena jumlah populasi relatif kecil yaitu

(23)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan data primer yaitu

data yang diperoleh dari responden menggunakan kuesioner dan daftar pertanyaan

oleh peneliti yang diberikan secara langsung kepada responden yang akan diteliti

dan terlebih dahulu memberi penjelasan kepada responden tentang maksud dan

tujuan peneliti.

3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Pengarahan

Pengarahan adalah pemberian petunjuk atau pedoman oleh kepala ruangan

kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang akan dilakukan, adapun

pengarahan yang diukur melalui indikator :

1. Komunikasi adalah cara kepala ruangan dalam menyampaikan pesan berupa

kata-kata dan menanggapi pesan dari perawat dalam pelaksanaan tugas.

2. Pendelegasian adalah cara kepala ruangan dalam menyerahkan tugas dan

tanggung jawab pada perawat sesuai dengan kemampuan perawat.

3. Supervisi adalah cara kepala ruangan dalam melakukan pengawasan, arahan,

dan bimbingan kepada perawat sesuai dengan tugas dan tanggung jawab di

ruangan.

3.5.2 Motivasi Kerja

Motivasi kerja perawat adalah suatu dorongan yang dimiliki oleh perawat

untuk melakukan asuhan keperawatan. Adapun Motivasi perawat yang diukur

melalui indikator :

1. Tanggungjawab profesi adalah suatu keadaan wajib menanggung semua

tindakan yang dilakukan kepada perawat dalam melakukan asuhan

(24)

keperawatan.

2. Pengakuan adalah suatu proses, cara, perbuatan yang dilakukan oleh kepala

ruangan kepada perawat pada saat perawat melakukan asuhan keperawatan

dengan baik dan benar.

3. Komitmen pemimpin adalah sesuatu kesepakatan yang dibuat oleh atasan kepada

perawat jika perawat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

4. Kondisi kerja adalah keadaan kerja yang dirasakan oleh perawat baik interaksi

dengan sesama rekan kerja maupun dengan atasan.

3.5.3 Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

Adapun Standar Asuhan keperawatan yang diukur melalui indikator :

1. Pengkajian adalah suatu proses atau cara pengumupulan data oleh perawat

dengan melakukan anamneses, pengawasan dan melakukan pemeriksaan fisik

serta pemeriksaan penunjang.

2. Diagnosa keperawatan adalah cara perawat menganalisis/ mengkaji dalam

pengenal penyakit dengan cara analisis, interpestasi data, identifikasi masalah

dan perumusaan diagnosa keperawatan sesuai dengan SOP.

3. Perencanaan adalah suatu proses atau cara yang dilakukan oleh perawat dalam

merancang asuhan keperawatan.

4. Implementasi adalah suatu pelaksaan atau penerapan asuhan keperawatan

yang dilakukan perawat yang sesuai dengan standar operasional perawat

(25)

5. Evaluasi adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh perawat dalam memantau

kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan asuhan keperawatan.

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pengarahan

Nilai dari jawaban responden diasumsikan sebagai ukuran interval dan

diberi nilai sebagai berikut:

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Pengarahan

No Variabel Bobot Nilai

Aspek pengukuran variable pengarahan dikategorikan ke dalam 3 (tiga)

tingkatan,yaitu:

1. Kurang jika nilai 10-16

2. Cukup jika nilai 17-23

3. Baik jika nilai 24-30

3.6.2 Motivasi Kerja

Nilai dari jawaban responden diasumsikan sebagai ukuran interval dan

diberi nilai sebagai berikut:

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Motivasi Kerja

No Variabel Bobot Nilai

Aspek pengukuran variable Motivasi Kerja dikategorikan ke dalam 3 (tiga)

tingkatan,yaitu:

(26)

1. Rendah jika nilai 10-16

2. Sedang jika nilai 17-23

3. Tinggi jika nilai 24-30

3.6.3 Kinerja Perawat

Nilai dari jawaban responden diasumsikan sebagai ukuran interval dan

diberi nilai sebagai berikut:

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Kinerja Perawat

No Variabel Bobot Nilai

Aspek pengukuran variable kinerja perawat dikategorikan ke dalam 3

(tiga) tingkatan,yaitu:

1. Kurang jika nilai 10-16

2. Cukup jika nilai 17-23

3. Baik jika nilai 24-30

3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka data diolah dengan langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing data dilakukan peneliti untuk pengecekan kelengkapan pada data

yang telah dikumpulkan, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam

penelitian.

2. Coding

Data yang dikumpulkan diberi kode dan dikelompokkan untuk mempermudah

(27)

3. Entry

Proses penyusunan data atau pengorganisasian data agar dengan mudah dapat

dijumlahkan, disusun untuk dapat disajikan dan dianalisis. Selanjutnya akan

dilakukan entry data dengan menggunakan komputerisasi yakni program

komputer.

4. Tabulating

Proses menyajikan data terutama pengolahan data dengan menggunakan

tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang.

3.8 Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi sesuai literature

yang ada. Jenis analisis yang dilakukan adalah :

1. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi

atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan

variabel independen (pengarahan dan motivasi perawat) dengan variable dependen

(kinerja perawat) dengan menggunakan pearson product moment dengan

menggunakan program komputer SPSS. Alasan menggunakan pearson product

moment karena data dari kedua variabel bersifat interval.

Uji signifikansi kolerasi product moment secara praktik, yang tidak perlu

dihitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment. Dengan

ketentuan bila r hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak.

Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> rtabel) maka Ha

(28)

diterima. Analisis kolerasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien

determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan.

Selanjutnya untuk menentukan arti nilai korelasi (r) antara dua

variabel yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Korelasi (r ) berkisar antara -1s/d1, yang berarti:

r = 0, artinya tidak ada hubungan linear

r = -1, artinya hubungan negatif sempurna

r = + 1, artinya hubungan linear positif sempurna

Kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam

empat area, yaitu:

Tabel 3.4 Tingkat Hubungan Nilai Korelasi (r ) No. Nilai Korelasi (r ) Tingkat Hubungan

1. 0,00-0,25 Tidak ada hubungan atau hubungan lemah

2. 0,26-0,50 Hubungan sedang

3. 0,51-0,75 Hubungan kuat

(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum RSU.Natama Tebing Tinggi

Adapun Gambaran umum RSU.Natama Tebing Tinggi meliputi sejarah,

jenis pelayanan, motto, visi dan misi serta falsafah dan kebijakan mutu adalah

sebagi berikut :

4.1.1 Sejarah RSU.Natama Tebing Tinggi

RSU.Natama Tebing Tinggi adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan/perusahaan yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan kegawatdaruratan.

RSU.Natama Tebing Tinggi didirikan pada tahun 2003 oleh sri wahyuni,

AM.Keb, SKM yang terletak di jalan kartini no.30A, Tebing Tinggi, Provinsi

Sumatera Utara. Berdasarkan izin operasional Nomor : 440/292/DKK/tahun 2016,

telah ditetapkan RSU.Natama Tebing Tinggi menjadi tipe D-Swasta. Dengan 15

tenaga dokter spesialis (obgyn, anak, penyakit dalam, bedah, THT, saraf, kulit dan

kelamin dan gigi ) dan 4 tenaga dokter umum.

4.1.2 Jenis Pelayanan

Jenis pelayanan kesehatan meliputi Rawat Inap ( Ruang Class I, Ruang

Class II, Ruang Class III, Ruang VIP dan Ruang Super VIP), . Sedangkan Rawat

Jalan (Poli kandungan, Poli Penyakit dalam, Poli Bedah, Poli Anak, dan Poli

Gigi) Instalasi penunjang (Gizi, Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Kamar Bedah

dan Loundry), ruang senam hamil dan ruang baby SPA serta unit-unit khusus

(IGD, RR, NICU dan ICU), Play land dan salon.

45

(30)

4.1.3 Motto, Visi dan Misi

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari RSU.Natama Tebing Tinggi

mempunyai Motto, Visi dan Misi, serta program sebagai berikut:

a. Motto

Adapun motto RSU.Natama Tebing Tinggi adalah Nyaman, Asri, Tertib,

Amanah, Melayani, Anda.

b. Visi dan Misi

1. Visi

Menjadikan RSU.Natama Tebing Tinggi sebagai sarana pelayana

kesehatan yang tepat guna serta tepat sasaran yang berkualitas dan

berintegritas dengan pelayanan prima bagi masyarakat demi tercapainya

cita-cita pembangunan nasionak khususnya dalam bidang kesehatan.

2. Misi

a Keluarga sehat bahagia idaman RSU.Natama Tebing Tinggi.

b Mewujudkan sarana kesehatan yang mandiri dan berdaya saing yang

merupakan mutu pelayanan bagi masyarakat dengan memberikan pola

pelayanan kesehatan dengan sistem kecepatan dalam penindakan

pasien serta ketepatan penanganan terhadap pasien.

c Memberikan pelayanan bagi masyarakat disetiap wilayah baik

ditingkat perkotaan maupun perdesaan serta bekerjasama dengan

pihak-pihak swasta dan instansi terkait lainnya serta menjalin

hubungan dengan rekan sejawat secara sinergi dan berkesinambungan

dalam penanganan layanan kesehatan dan penyediaan mobil

ambulance angkut pasien, memberikan spa baby, salon bagi pasien

(31)

4.1.4 Falsafah dan Kebijakan Mutu

Falsafah RSU.Natama Tebing Tinggi adalah mengedepankan tindakan

penangan pelayanan guna terwujudnya keselamatan pasien diatas kepentingan

lainnya.

Kebijakan mutu RSU.Natama Tebing Tinggi adalah pelayanan yang

amanah, santun dan beretika memberikan rasa kepuasan bagi pasien adalah

prinsip RSU.Natama menjalankan tugasnya.

Mutu pelayanan ini dimotivasi dengan cara:

a Memberikan sarana dan layanan dengan motto NATAMA.

b Bertindak dan berbuat dengan arif dan bijaksana dengan melakukan pelayanan

yang intensif dan efektif.

c Semangat kerjasama medis dan tenaga non-medis serta rasa kepedulian

terhadap situasi dan kondisi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

d Menciptakan sarana dengan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan

tugasnya serta mendorong partisipasi masyarakat untuk menciptakan derajat

kesehatannya secara optimal.

e Menciptakan sarana yang nyaman, asri dan tertib sehingga dapat memberikan

suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya serta mendorong

partisipasi masyarakat untuk meningkatkan dengan kesehatan secara optimal.

4.2 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini karakteristik responden yang diamati adalah umur,

jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan. Berdasarkan hasil

penelitian, dapat kita ketahui bahwa persentase umur perawat di RSU.Natama

(32)

Tebing Tinggi tertinggi pada kelompok umur 21-24 tahun yaitu 12 orang (52,2%)

dan terendah pada kelompok umur 28-30 tahun (13,0%). persentase jenis kelamin

perawat di RSU.Natama Tebing Tinggi tertinggi pada jenis kelamin yaitu

perempuan sebanyak 17 orang (73,9%). Seluruh perawat di RSU.Natama Tebing

Tinggi berpendidikan D3. persentase lama kerja perawat di RSU.Natama Tebing

Tinggi tertinggi pada kelompok lama kerja 2-4tahun sebanyak 11 orang (47,8%).

persentase status pernikahan perawat di RSU.Natama Tebing Tinggi tertinggi

pada kelompok status belum menikah sebanyak 19 orang (82,6%).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSU.Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

Distribusi Karakteristik Responden Jumlah %

Kelompok Umur

(33)

4.3 Hubungan Pengarahan dengan Motivasi Kerja di RSU.Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Hubungan Pengarahan dengan Motivasi

kerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016, dari 10 responden

dengan pengarahan dan motivasi kerja, responden yang pengarahan kurang

dengan motivasi kerja sedang sebanyak 2 orang, responden yang pengarahan

cukup dengan motivasi kerja sedang sebanyak 6 orang , dan responden yang

pengarahan baik dengan motivasi kerja sedang sebanyak 2 orang. Dari 13 orang

responden yang responden yang pengarahan kurang dengan motivasi kerja tinggi

sebanyak 1 orang, responden yang pengarahan cukup dengan motivasi kerja tinggi

sebanyak 5 orang, dan responden yang pengarahan baik dengan motivasi kerja

tinggi sebanyak 7 orang.

Hasil uji statistik hubungan Pengarahan dan motivasi kerja dengan Kinerja

Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi dengan menggunakan rumus uji Pearson

Product Moment dapat dilihat pada table 4.2 Hasil Uji Statistik dengan Rumus

Uji Korelasi Pearson Product Moment. Untuk n=23, taraf kesalahan 5%, maka r

tabel= 0,413. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima, dan

Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> rtabel)

maka Ha diterima. Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan pengarahan

dengan motivasi kerja ternyata diperoleh r (0,239) lebih kecil dari r tabel (0,413).

Dengan demikian koefisien kolerasi 0,239 itu tidak signifikan. Berarti tidak ada

hubungan pengarahan dengan motivasi kerja di RSU.Natama Tebing Tinggi. Jadi

koefisien determinasi adalah 0,2392 = 0,489. Hal ini diartikan pengaruh

pengarahan terhadap motivasi kerja = 48,9%, dan sisanya ditentukan oleh faktor

lain.

(34)

Tabel 4.2 Hubungan Pengarahan dengan Motivasi kerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

No Pengarahan Motivasi Kerja Total R

Sumber: Data Primer penelitian lapangan Tahun 2016

4.3 Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di RSU.Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hubungan motivasi kerja dengan kinerja

perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016, dari 4 responden dengan

motivasi kerja dan kinerja perawat, responden yang motivasi kerja sedang dengan

kinerja perawat cukup sebanyak 4 orang. Dari 19 orang responden yang

responden yang motivasi kerja sedang dengan kinerja perawat baik sebanyak 6

orang dan responden yang motivasi kerja tinggi dengan kinerja perawat baik

sebanyak 13 orang.

Hasil uji statistik hubungan Pengarahan dan motivasi kerja dengan Kinerja

Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi dengan menggunakan rumus uji Pearson

Product Moment dapat dilihat pada table 4.3 Hasil Uji Statistik dengan Rumus

Uji Korelasi Pearson Product Moment. Untuk n=23, taraf kesalahan 5%, maka r

tabel= 0,413. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima, dan

Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> rtabel)

maka Ha diterima. Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan motivasi kerja

dengan kinerja perawat, ternyata diperoleh r (0,448) lebih besar dari r tabel

(0,413). Dengan demikian koefisien kolerasi 0,448 itu signifikan. Berarti

(35)

Tebing Tinggi. Jadi koefisien determinasi adalah 0,4482 = 0,669. Hal ini diartikan

pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja kerja = 66,9%, dan sisanya ditentukan

oleh faktor lain.

Tabel 4.3 Hubungan Motivasi kerja dengan Kinerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

No Motivasi Kerja Kinerja Perawat Total R

Sumber: Data Primer penelitian lapangan Tahun 2016

4.4 Hubungan Pengarahan dengan Kinerja Perawat di RSU.Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Hubungan Pengarahan dengan kinerja

perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016, dari 4 responden dengan

pengarahan dan motivasi kerja, responden yang pengarahan cukup dengan kinerja

perawat cukup sebanyak 3 orang dan responden yang pengarahan baik dengan

kinerja perawat cukup sebanyak 1 orang. Dari 19 orang, responden yang

pengarahan kurang dengan kinerja perawat baik sebanyak 3 orang, responden

yang pengarahan cukup dengan kinerja perawat baik sebanyak 8 orang dan

responden yang pengarahan baik dengan kinerja perawat baik sebanyak 8 orang.

Hasil uji statistik hubungan Pengarahan dan motivasi kerja dengan Kinerja

Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi dengan menggunakan rumus uji Pearson

Product Moment dapat dilihat pada table 4.4 Hasil Uji Statistik dengan Rumus

Uji Korelasi Pearson Product Moment. Untuk n=23, taraf kesalahan 5%, maka r

tabel= 0,413. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima, dan

Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> rtabel)

(36)

maka Ha diterima. Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan pengarahan

dengan kinerja perawat ternyata diperoleh r (0,026) lebih kecil dari r tabel

(0,413). Dengan demikian koefisien kolerasi 0,026 itu tidak signifikan. Berarti

tidak ada hubungan pengarahan dengan kinerja perawat di RSU.Natama Tebing

Tinggi. Jadi koefisien determinasi adalah 0,0262 = 0,162. Hal ini diartikan

pengaruh pengarahan terhadap kinerja perawat = 16,2%, dan sisanya ditentukan

oleh faktor lain.

Tabel 4.4 Hubungan Pengarahan dengan Kinerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

No Pengarahan Kinerja Perawat Total R

Cukup Baik

1 Kurang 0 3 3

0,026

2 Cukup 3 8 11

3 Baik 1 8 9

Total 4 19 23

(37)

BAB V PEMBAHASAN

Pada penelitian ini terdiri atas 3 variabel yaitu pengarahan, motivasi kerja

dan kinerja perawat. Berikut ini akan dibahas hubungan pengarahan dengan

motivasi kerja, hubungan motivasi kerja dengn kinerja perawat dan hubungan

pengarahan dengan kinerja perawat.

5.1 Hubungan Pengarahan dengan Motivasi kerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

Pengarahan adalah pemberian petunjuk atau pedoman oleh kepala ruangan

kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Berdasarkan

hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengarahan mayoritas cukup dan kinerja

mayoritas baik.

Berdasarkan hasil uji korelasi pada tabel 4.1 diperoleh hasil pengujian

statistik untuk hubungan pengarahan dengan motivasi kerja ternyata tidak ada

hubungan pengarahan dengan motivasi kerja di RSU.Natama Tebing Tinggi.

Menurut Depkes RI (1999) dalam Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan & Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI (2007), Menyatakan

bahwa salah satu peran supervisi yang dilakukan kepala ruangan yaitu Pengarahan

yang meliputi a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat, b)

Memberikan pengarahan kepada perawat tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen, c) Menginformasikan hal-hal yang

dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien, dan d)

Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

52

(38)

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Qalbia (2013) di RS Universitas Hasanuddin di Sulawesi

Selatan tentang hubungan motivasi dan supervisi terhadap kinerja

perawat pelaksana dalam menerapkan patient safety di rumah sakit

menunjukkan bahwa adanya hubungan motivasi dan supervisi terhadap

kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan patient safety dapat diketahui

bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara

motivasi dan pelaksanaan supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam

menerapkan patient safety di RS universitas Hasanuddin. Ketidaksesuaian

hasil yang didapat bisa jadi dikarenakan oleh kurangnya jumlah sampel.

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa pengarahan

seperti kepala ruangan yang memotivasi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan, mengarahkan untuk memberi umpan balik dalam pelayanan

keperawatan dan membimbing dalam melaksanakana asuhan keperawatan masih

kurang, sehingga motivasi kerja seperti melaksanakan auhan keperawatan dengan

penuh tanggungjawab dan sesuai jadwal yang diberikan, memperhatikan hasil

kerja, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja perawat, memberikan

penjelasan tentang perkembangan ilmu keperawatan, mendengarkan keluhan, dan

kondisi kerja masih kurang. Kurangnya pengarahan dan motivasi kerja perawat

dapat mempengaruhi hubungan antara kepala ruangan dengan perawat.

5.2 Hubungan Motivasi kerja dengan Kinerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

Motivasi kerja perawat adalah suatu dorongan yang dimiliki perawat untuk

(39)

motivasi kerja mayoritas tinggi dan kinerja perawat mayoritas baik.

Jika dilihat dari lampiran 6, perawat RSU.Natama Tebing Tinggi sangat

profesionalisme dengan pekerjaan mereka. Berdasarkan indikator tanggung

jawab, mereka selalu melaksanakan asuhan keperawatan tepat waktu sesuai

kebutuhan pasien dan berdasarkan indikator kondisi kerja, Terjalin hubungan

yang harmonis antara perawat dengan atasan. Hal ini menunjukkan bahwa

perawat RSU.Natama Tebing Tinggi termotivasi untuk bekerja tidak

dikarenakan adanya supervisi dari atasan mereka, tetapi dari diri mereka sendiri.

Sebaliknya, kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

berada dalam kategori tinggi . Mereka bekerja berdasarkan standar asuhan

keperawatan yang telah disahkan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik Nomor YM. 00.03.2.6.7637 sehingga

pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah (Yahmono, 2000).

Hal ini terlihat pada instrumen penelitian pada pernyataan yang

mengukur indikator falsafah keperawatan dan implementasi keperawatan

(lampiran 5). Semua perawat RSU.Natama Tebing Tinggi menyatakan bahwa

mereka menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang

berlaku dan mereka melaksanakan serah terima tugas kepada petugas

pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian dinas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep, dimana ketika motivasi

meningkat maka kinerja juga akan meningkat, ketika motivasi menurun maka

kinerja juga akan menurun. Dalam hal ini, peneliti menemukan konsep yang sesuai

dengan hasil peneliti.

(40)

Berdasarkan hasil uji korelasi pada table 4.2 diperoleh hasil pengujian

statistik untuk hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat, ternyata

diperoleh adanya hubungan signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja

perawat di RSU.Natama Tebing Tinggi.

Dengan demikian hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Siregar

(2008) tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang

rawat inap RSUD.Swadana Tarutung Tapanuli Utara, didapatkan hasil bahwa

besarnya pengaruh motivasi (meliputi: prestasi, pengembangan, kondisi kerja,

pengakuan, tanggungjawab dan pendapatan) terhadap kinerja perawat pelaksana.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Amriyanti (2003)

juga menemukan bahwa adanya hubungan bermakna antara motivasi kerja

dengan perawat. Penelitian Sihotang (2006) di Rumah Sakit Umum

Doloksanggul yang meneliti hubungan motivasi kerja terhadap kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan untuk pasien.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait

dengan hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat peneliti beramsumsi

motivasi yang maksimal dihubungkan dengan kinerja yang baik. Sebaliknya,

motivasi yang kurang dihubungkan dengan kinerja yang buruk. Kinerja seseorang

kadang-kadang tidak berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki, karena

terdapat faktor diri dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja. Kinerja

yang maksimal adalah fungsi dan interaksi antara kompetensi dan peluang

sumber daya pendukung. Semakin tinggi motivasi kerja perawat maka kinerja

(41)

tanggungjawab profesi, pengakuan, komitmen pemimpin dan kondisi kerja yang

akan mempengaruhi dengan kinerja perawat.

5.3 Hubungan Pengarahan dengan Kinerja Perawat di RSU. Natama Tebing Tinggi Tahun 2016

Kinerja perawat merupakan hasil kerja yang dicapai oleh perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengarahan mayoritas cukup dan

kinerja perawat mayoritas baik

Berdasarkan hasil uji korelasi pada table 4.3 diperoleh hasil pengujian

statistik untuk hubungan pengarahan dengan kinerja perawat ternyata diperoleh

tidak ada hubungan pengarahan dengan kinerja perawat di RSU.Natama Tebing

Tinggi.

Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan,

observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-

tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar

merupakan variabel yang harus disupervisi (Wiyana, 2008).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ba’diah (2008) di salah satu rumah sakit di Cirebon, yang menyatakan bahwa

supervisi berhubungan dengan kinerja perawat. Hal ini menggambarkan bahwa,

apabila kepala ruangan melakukan supervisi dengan baik maka perawat pelaksana

juga akan menghasilkan kinerja yang baik, begitu pula sebaliknya dengan

pengawasan yang terstandar. Hasil penelitian Muthmainnah (2014) yang diperoleh

bahwa ada hubungan antara supervisi dengan kinerja perawat pelaksana dalam

(42)

penerapan program keselamatan pasien di RSUD Haji Makassar. Hal ini berarti

bahwa supervisi berkontribusi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam

penerapan program keselamatan pasien. Ketidaksesuaian hasil yang didapat bisa

jadi dikarenakan oleh kurangnya jumlah sampel.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait

dengan hubungan pengarahan dengan kinerja perawat, peneliti beramsumsi

proses pengarahan yang baik akan meningkatkan kinerja perawat yang bertugas di

ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien. Pengarahan yang

cukup tidak terlalu berpengaruh kepada kinerja perawat. Pengarahan hanya

pemberian petunjuk atau pedoman pada perawat dalam melakukan tugasnya.

Akan tetapi kinerja perawat akan baik jika adanya motivasi yang dari dalam diri

sendiri tanpa dorongan dari luar. Pengarahan seperti kepala ruangan yang

memotivasi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan,

mengarahkan untuk memberi umpan balik dalam pelayanan keperawatan dan

membimbing dalam melaksanakana asuhan keperawatan masih kurang, tapi

kinerja perawat baik. Sehingga kurangnya pengarahan yang diberikan kepala

ruangan tidak berperan penting dalam menentukan kinerja perawat di rumah sakit,

karena secara kemampuan perawat sudah baik dalam melakukan asuhan

keperawatan walaupun pengarahan yang berikan oleh kepala ruangan yang cukup.

Perawat melakukan sauhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan

(43)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

pengarahan dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di RSU.Natama Tebing

Tinggi Tahun 2016 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji Pearson Product Moment, menunjukan bahwa tidak adanya

hubungan antara pengarahan dengan motivasi kerja di RSU.Natama Tebing

Tinggi Tahun 2016.

2. Hasil uji Pearson Product Moment, menunjukan bahwa adanya hubungan

signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja perawat di RSU.Natama

Tebing Tinggi Tahun 2016.

3. Hasil uji Pearson Product Moment, menunjukan bahwa tidak adanya

hubungan antara pengarahan dengan kinerja perawat di RSU.Natama Tebing

Tinggi Tahun 2016.

6.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Disarankan bagi pimpinan rumah sakit untuk mengoptimalkan

memberikan motivasi kerja perawat seperti memberikan penghargaan,

mendengarkan keluhan perawat serta memperhatikan kondisi kerja perawat

sehingga dapat meningkatkan kinerja perawat di RSU.Natama Tebing Tinggi,

sehingga dapat meningkatkan kinerja perawat dalam upaya memberikan

pelayanan keperawatan yang terbaik kepada pasien.

58

(44)

2. Bagi Perawat

Diharapkan kepada perawat untuk dapat memotivasi kerja dengan

melakukan tanggungjawab profesi yang tepat waktu sehingga akan meningkatkan

kinerja yang baik dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian yang dipeoleh menjadi data dasar dan informasi bagi

penelitian selanjutnya dan disarankan agar dapat menggunakan metodel penelitian

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengarahan

2.1.1 Pengertian Pengarahan

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha

memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi

(Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan

dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan

asuhan keperawatan (Swanburg, 2000).

Pengarahan dilakukan oleh para pimpinan bisa secara individu maupun

secara kelompok. Organisasi yang tahu manfaat pengarahan ini selalu melakukan

secara rutin dengan maksud menjalin komunikasis ecara vertical maupun

horizontal, sehingga dapat mendiskusikan pemecahan masalah secara efektif

(Mortimer, 1996).

2.1.2 Fungsi Pengarahan

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan

keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk

melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam

melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu

pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang

efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000). Memotivasi

9

(46)

adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil

langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada tujuan (Soeroso,

2003).

Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan

bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapai persoalan dalam

pelayanan keperawatan melalui pengamatan, dan objektif juga dalam menghadapi

tingkah laku stafnya. Kepala ruangan harus peka akan kodrat manusia yang punya

kelebihan dan kekurangan, memerlukan bantuan orang lain, dan mempunyai

kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial (Muninjaya, 2004).

Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi

interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien,

staf, dan atasan setiap hari (Nursalam, 2012). Komunikasi membentuk inti

kegiatan manajemen dan melewati semua proses manajemen (Marquis dan

Huston, 2010).

Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak

dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal

perlu dibangun antara manajer dan staf

2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang

tak terpisahkan dalam organisasi

3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.

4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat,

(47)

5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima

6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam

komunikasi.

Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang

terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan

pengunjung, staf dengan dokter (Swanburg, 2000). Manajer memiliki interaksi

dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan tujuan berdeda

yang menjadi sumber terjadinya konflik (Marquis dan Huston, 2010). Sebagai

manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal

yang dapat dihindari dan jika konflik tidak dikelola dengan baik, maka dapat

menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruangan

menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang

produktif (Nursalam, 2012).

Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik.

Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas

teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:

1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan

keperawatan, pasien dan perawat pelaksana

2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan

tugas- tugas perawat pelaksana

3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan

4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana

5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan

(48)

6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat

pelaksana

7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,

konsultasi, dan evaluasi

8. Mempercayai anggota

9. Menginterpretasikan protocol

10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti

11. Memberikan laporan ringkas dan jelas

12. Menggunakan proses kontrol manajemen

2.1.3 Konsep Pengarahan

Menurut Bechtel yang dikutip oleh Sutrisno (2013), pengraham terdiridari

4 komponenyang dilakukan secara berurutan yang terdiri dari:

1. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut

satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.

2. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan komplek

seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas

topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan

kemudian memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau

komentar.

3. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan

yang membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang

(49)

activity seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan

menerapkan penguasaan diri.

4. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir

pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari

kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta

yang lain.

Menurut Astonet al,2005 dikutip oleh Sutrisno (2013), pengarahan yang

dilakukan setiap pagi dirumahsakit ini sangat penting untuk pengembangan

menuju ke arah yang lebih profesional untuk mengevaluasi pengalaman dan

persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah kesehatan yang

terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar perawat dan medis merupakan

dampak dari perencanaan yang baik, proses belajar antar tim, rasa saling

menghormati, hubungan dan dukungan untuk mengenal satu sama lain. Hal ini

terbentuk melalui komunikasi yang efektif antara anggota tim saat kegiatan

pengarahan berlangsung.

Menurut Ibnu Hisyam Mukti dikutip oleh Cinantya (2010), ciri-ciri suatu

pengarahan, sebagai berikut:

1. Syarat Pengarahan

a. Materi pengarahan merupakan bagian dari kebijaksanaan atau informasi

umum.

b. Materi atau pesan suatu pengarahan dipersiapkan secara lengkap dan

objektif, sehingga unit-unit penerima pesan tidak lagi mempermasalahkan

(50)

kebenaran materi atau pesan. Pengarahan tetapi mempercayakan segi

teknis operasional.

c. Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum

pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas

berikutnya.

d. Proses komunikasi pengarahan hendaknya disampaikan secara jelas,

tegas, ringkas, dan mengandung unsur teknis.

2. Isi Pengarahan

a. Isi suatu pengarahan biasanya berupa policy atau kebijaksanaan tertentu.

b. Penjelasan tentang posisi, peranan dan tanggung jawab tiap unit dalam

suatu organisasi.

c. Penjelasan teknisi kerja tiap unit, hubungan antara unit dan pelengkap

yang diperlukan.

d. Penjelasan data teknis dan fakta yang mendukung suatu kegiatan

operasional.

e. Pemberian aba-aba dan tahapan waktu pelaksanaan.

3. Persiapan Pengarahan

a. Persiapan luas lingkup dan tujuan pengarahan.

b. Penyusunan sistematika penyajian.

c. Penetapan sistem monitoring dan evolusi.

d. Penentuan pihak-pihak yang perlu dilibatkan.

e. Penentuan waktu, alat, dan tempat pelaksanaan.

(51)

buku komunikasi teori dan praktek terbagi menjadi 3 sub variable yakni:

1. Komunikator adalah pihak yang bertugas menyampaikan,

memsosialisasikan dan juga membangun motivasi pada diri komunikan

terhadap pesan atau kebijaksanaan sesuai dengan arah dan tujuan yang

diharapkan. Organisasi bertindak sebagai komunikatornya dalam penelitian

ini. Karakteristik komunikator agar dapat diterima oleh komunikan yaitu:

a Kredibilitas adalah kewibawaan seorang komunikator dihadapan

komunikan. Terdiri dari 2 faktor yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian

adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikato

rdalam hubungan dengan topic yang dibicarakan. Keahlian diukur dari

sejauh mana komunikan menganggap kemampuan dan pengalaman

komunikator dalam mengelola perusahaan. Sedangkan kepercayaan adalah

kesan komunikasi tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya.

b Daya tarik adalah berkenaan dengan keadaan yang menunjukkan

komunikan melihat komuniktor sebagai seorang yang menyenangkan

dalam bentuk peranan yang memuaskan. Jika pihak komunikan merasa

bahwa pihak komunikator mempunyai sifat-sifat yang menarik, maka akan

mendorong keduanya dalam hubungan komunikasi yang menyenangkan.

Dengan demikian efektifitas komunikasi yang dilaksanakan oleh

pemimpin kegiatan morning pengarahan sebagai komunikator akan

dipengaruhi oleh kesan anggota organisasi terhadap daya tarik pemimpin

tersebut. Daya tarik terdiri dari kesamaan, keakraban, rasa suka

komunikan,dan daya tarik fisik komunikator.

(52)

2. Pesan Kegiatan Pengarahan

Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang

memakai perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber.

Pesan memiliki 3 unsur yaitu

a Struktur pesan, ditunjukkan dengan pola penyampaian pesan secara tersirat

atau pun tersurat, pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu,

argumentasi yang disenangi atau tidak disenangi), pola obyektivitas (satu sisi

atau dua sisi).

b Gaya pesan, menunjukkan adanya variasi linguistic dalam penyampaian pesan

(perulangan, kemudah dimengertian, perbendaharaan kata).

c Dayatarik pesan, mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung

dalam pesan baik secara rasional maupun emosional.

3. Intensitas kegiatan

Intesitas kegiatan merupakan banyaknya serta jumlah waktu yang

digunakan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan.

Dalam hal ini intensitas kegiatan diukur dengan frekuensi dan durasi:

a Frekuensi adalah seberapa sering karyawan mengikuti kegiatan pengarahan.

b Durasi adalah lamanya karyawan mengikuti kegiatan pengarahan dari awal

sampai akhir.

Menurut Ibnu Hisyam Mukti dikutip oleh Cinantya (2010), dalam proses

pengarahan, sang eksekutif atau pemimpin perusahaan hendaknya memperhatikan

(53)

permasalahan pokok, kebijakan-kebijakan serta hal-hal yang berhubungan dengan

tugas, seperti :

1. Sifat-sifat pesan atau tugas.

a. Memahami ruang lingkup pesan dan tugas.

b. Menilai pesan atau tugas yaitu masalahnya tergolong masalah-masalah

kompleks dan tunggal.

c. Jika masalahnya kompleks, maka dibagi sedemikian rupa sehingga

menjadi masalah tunggal.

d. Mengumpulkan informasi, data, dan fakta dari setiap masalah.

2. Batas-batas tugas

a. Batas wewenang dan tanggung jawab.

b. Limit waktu total dan limit untuk tiap tahap.

c. Tersedianya fasilitas.

d. Jumlah tenaga operasional yang dibutuhkan.

3. Deskripsi tugas

b. Luas lingkup tugas yang dipercayakan kepada tiap unit dan individu

pelaksana.

c. Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan.

d. Langkah-langkah kebijakan dan operasional.

e. Target minimum dan maksimum yang diharapkan.

f. Bentuk pertanggungjawaban, seperti bertanggung jawab langsung kepada

siapa, bagaimana bentuk pertanggung jawabannya.

(54)

4. Syarat Pelaksana Tugas

b. Kualifikasi kemampuan fisik dan mental pelaksana.

c. Jenis keterampilan yang harus dimiliki pelaksana.

d. Luas lingkup pengalaman pelaksana.

e. Bentuk disiplin yang akan diterapkan.

5. Situasi dan kondisi tugas

a. Bentuk komunikasi internal dan eksternal sesama pelaksana dan unit kerja

yang lainnya.

b. Pentingnya tugas yang akan diberikan.

Pimpinan mengharapkan adanya komunikasi timbal balik.

2.1.4 Tujuan Pengarahan

Kegiatan pengarahan ini dilakukan dengan komunikasi melalui media

pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan, dalam hal ini kepala ruang perawat

yang memimpin jalannya pengarahan. Arni (2009) menyatakan secara umum

komunikasi ke bawah dalam bentuk pengarahan oleh beberapa organisasi

digunakan untuk :

1. Instruksi Tugas

Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada

bawahan mengenai apa yang diharpakan dilakukan mereka dan bagaimana

melakukannya. Pesan ini mungkin bervariasi seperti perintah langsung, diskripsi

tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan

(55)

Faktor yang prinsip adalah mempengaruhi isi dari instruksi tugas-tugas

yang kelihatannya kompleks dan menghendaki keterampilan dan pengalaman

untuk melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung

dihubungkan dengan tugas yang sederhanayang hanya menghendaki keterampilan

dan pengalaman yang minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan

bagi tugas-tugas yang komplek, dimana bawahan diharapkan menggunakan

pertimbangan, keterampilan, dan pengalaman.

2. Rasional Pekerjaan

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan

aktifitas dan bagaimana kaitan itu dengan aktifitas lain dalam organisasi atau

obyektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan

oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan

menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka

pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila

pimpinan menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan

produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.

3. Ideologi

Pesan mengenai ideologi adalah merupakan perluasan dari pesan rasional.

Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya

dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari

dukungan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral,

dan motivasi.

(56)

4. Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan

praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan

dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional.

5. Balikan atau FeedBack

Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu

dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini

dapat dilihat pada pegawai yang telah melakukan pekerjaannya apabila tidak ada

informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah

memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan pegawai kurang baik balikannya

mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap pegawai tersebut.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan

Arni (2009) menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media

pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus

komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain sebagai berikut :

1. Keterbukaan

Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan

menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan

dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus

(57)

merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu

pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya

seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna

penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru

dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.

2. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan

Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi

yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara

lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan

pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal, buklet dan film sebagai

pengganti kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan.

3. Pesan Yang Berlebihan

Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis, maka pegawai

dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah, dan

pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca

oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk

tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang

dianggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak dibaca.

4. Timing

Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi

ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi

pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.

Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat saling menguntungkan kepada

Gambar

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Pengarahan
Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Motivasi kerja
Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian kinerja perawat
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Motivasi Kerja Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Ilmiah ini, membahas tentang bagaimana membuat contoh program simulasi suara 3D dengan menggunakan file suara/ *.wav, yang telah diedit terlebih dahulu oleh Creative

Pada file data terdapat data percakapan yang dipakai chatter bot, sedangkan pada program terdapat algoritma untuk membaca file data dan mencari respon yang sesuai dengan input

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Gambaran diatas menyimpulkan bahwa dengan semakin banyaknya pengguna angkutan kereta api khususnya untuk yang ke luar kota baik kelas bisnis maupun eksekutif maka akan

Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kadar garam maka warna merah dari ubi jalar ungu semakin kurang stabil, yang ditunjukkan dengan. semakin

Masyarakat Desa Namo telah menerapkan penyadapan dengan metode koakan maka permasalahan dalam penelitian ini seberapa besar jumlah produksi getah pinus yang

The sharing and strengthening of global knowledge for development can be enhanced by removing barriers to equitable access to information for economic, social, political,

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lama konsumsi obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru dengan pa- rameter yang berbeda seperti jumlah trombosit dan