• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Cemaran Mikroorganisme Udara di Beberapa Area Filling Room Line II dengan Menggunakan Alat Mas 100 NT di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Unit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemeriksaan Cemaran Mikroorganisme Udara di Beberapa Area Filling Room Line II dengan Menggunakan Alat Mas 100 NT di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Unit Medan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Hasil Inkubasi Kapang dan Khamir

MediaRose-Bengal Chloramphenicol (RBC)

Outfeed Filler Infeed Filler

(2)

Closure Room

(3)

Hasil Inkubasi Bakteri

Media Plate Count Agar (PCA)

Outfeed Filler Infeed Filler

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adelberg, E. A., Stainer, Y. R., and Ingraham, J. L.(1977). General Microbiology. Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Page 1, 20

Brock, K. M. (1978). Basic Microbiology with Applications. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall. Page 73,74

Fong, E., and Ferris, E. B. (1987). Microbiology for Health Careers. Fourth Edition. Canada: Delmar Publishers. Page 277

Gaman, M. (1981). Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 226, 232-233, 236

Gandjar, I. (2006). Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman 103, 113-114, 158-160,163

Lee, J. L. (1983). Microbiology. New York: Harper & Row, Publishers. Page 28

Nurwantoro, A. (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati. Yogyakarta: Kansius. Halaman 67

Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 111-117

(5)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah Alat Mass 100 NT, Autoklaf. Batang Pengaduk, Beaker Glass, Cawan Petri, Gelas Kaca Bertutup,Hotplate, Kertas Perkamen, Kertas Aluminium Foil, Spatula, dan Timbangan Analitik Elektrik.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Aquadest, Media Agar,Media Plate Count Agar dan Media Rose-Bengal Chloramphenicol.

3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Pembuatan Media

a. Timbang 4,5 g media Agar pada timbangan analitik elektrik dengan menggunakan kertas perkamen

b. Masukkan ke dalam beaker glass dan tambahkan 200 ml aquadest

c. Panaskan media pada hotplate dengan suhu 50℃dan diaduk sampai larut. d. Masukkan media kedalam gelas kaca bertutup, lalu dimasukkan kedalam

otoklaf selama 20 menit pada suhu 121℃.

e. Keluarkan media bila suhu telah mencapai 50℃ lalu didinginkan.

(6)

3.2.2 Penggunaan Alat Mas 100 NT

a. Disediakan cawan petri sebanyak 5 buah b. Dituang media pada cawan petri

c. Diamkan media hingga dingin dan memadat

d. Dihidupkan alat Mas 100 NT dan diletakkan pada area ruangan yang akan diperiksa kualitas udaranya

e. Dimasukkan cawan petri yang telah berisi media pada alat Mas 100 NT f. Ditekan tombol Start pada alat Mas 100 NT

g. Alat Mas 100 NT akan berhenti secara otomatis sesuai dengan pengaturan waktu

h. Dikeluarkan media dari alat Mas 100 NT dan tutup kembali cawan petri i. Dimasukkan media ke dalam inkubator pada suhu 35℃

(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

[image:7.595.103.534.358.714.2]

Hasil pemeriksaan jumlah mikroba pada ruangan Filling Room Line II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Kapang dan Khamir

Ruang Media

Jumlah kapang dan khamir 48 jam

(2 hari)

120 jam (5 hari) Room Line II Rose-Bengal Chloramphenicol

(RBC) 2 5

Infeed Filler Rose-Bengal Chloramphenicol

(RBC) 1 2

Outfeed Filler Rose-Bengal Chloramphenicol

(RBC) 4 7

Closure Room Rose-Bengal Chloramphenicol

(RBC) 6 3

Mixxing Room Rose-Bengal Chloramphenicol

(RBC) 2 10

Tabel 4.2 Jumlah bakteri

Ruang Media Jumlah bakteri (cfu)

72 jam (3 hari) Room Line II Plate Count Agar (PCA) 45 cfu

(8)

Closure Room Plate Count Agar (PCA) 40 cfu Mixxing Room Plate Count Agar (PCA) 55 cfu 4.2 Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil bahwa pemeriksaan mikroorganisme pada ruangan Filling Room Line II berupa bakteri dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA) pada Room Line II, Infeed Filler, Outfeed Filler, Closure Room dan Mixxing Room setelah dilakukan pengamatan selama 72 jam (3 hari) adalah 45 cfu, 70 cfu, 69 cfu, 40 cfu dan 55 cfu. Sedangakan pengamatan jumlah kapang dan khamir yang menggunakan media Rose-Bengal Chloramphenicol (RBC) pada ruangan yang sama setelah diamati selama 120 jam (5 hari) adalah 5, 2, 7, 10 dan 3. Jumlah mikroba pada ruangan Filling Room Line II ini memenuhi persyaratan Standar Baku Mutu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261/MENKES/SK II/1998 yang menyatakan angka kuman adalah kurang dari 700 koloni/m3.

(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan mikroba pada daerah ruangan Filling Room Line II yaitu padaRoom Line II, Infeed Filler, Outfeed Filler, Closure Room dan Mixxing Roomadalah:

1. Jumlah bakteri setelah di inkubasi selama 72 jam (3 hari) menggunakan media Plate Count Agar (PCA) adalah 45 cfu, 70 cfu, 69 cfu, 40 cfu dan 55 cfu.

2. Jumlah kapang dan khamir setelah di inkubasi selama 120 jam (5 hari) menggunakan media Rose-Bengal Chloramphenicol (RBC) adalah 5, 2, 7, 10 dan 3.

3. Jumlah kapang dan khamir pada ruangan Filling Room Line II telah memenuhi persyaratan Standar Baku Mutu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261/MENKES/SK II/1998 yang menyatakan angka kuman kurang dari 700 koloni/�3 udara dan bebas kuman patogen.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan media lain untuk mengidentifikasi bakteri, misalnya Nutrient Agar (NA).

2. Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan media lain untuk mengidentifikasi kapang dan khamir, misalnyaPotato Dextrose Agar (PDA). 3. Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan mikroba

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrobiologi

Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang organisme yang terlalu kecil untuk diidentifikasi oleh mata manusia tanpa

alat bantu, yang disebut mikroorganisme. Jika sebuah benda memiliki diameter

lebih kecil dari 0.1 mm, mata kita tidak akan dapat mengidentifikasinya sama

sekali, dan hanya sebagian kecil yang dapat kita identifikasi pada benda yang

memiliki diameter sebesar 0.1 mm. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

organisme dengan diameter 1 mm atau lebih kecil disebut mikroorganisme dan

memiliki cakupan yang cukup luas dalam bidang ilmu mikrobiologi.

Mikroorganisme memiliki taksonomi yang tersebar luas, termasuk beberapa

hewan, protozoa, beberapa alga dan fungi, bakteri, dan virus. Keberadaan dari

dunia mikroba ini tidak diketahui sampai adanya penemuan mikroskop, suatu alat

optik yang memungkinkan untuk melakukan perbesaran suatu benda yang sangat

kecil yang tidak dapat dilihat dengan jelas dengan mata manusia. Mikroskop

ditemukan pada awal abad ke-17, yang membuka cabang ilmu biologi yang

sempit menjadi suatu sistem ilmiah yang dapat dijelajahi (Adelberg, et al., 1977).

Akibat dari ukuran mikroorganisme yang kecil, informasi yang dapat

diperoleh dari hasil pengujian tersendiri tentang siklus hidupnya sangatlah

terbatas, disamping itu populasi dari mikroba tersebut merupakan kumpulan dari

(11)

menumbuhkan mikroorganisme pada kondisi yang sesuai, yang disebut kultur.

Suatu kultur yang hanya mengandung satu macam mikroorganisme disebut kultur

murni. Sedangkan kultur yang mengandung lebih dari satu macam

mikroorganisme disebut kultur campuran jika terdapat dua macam

mikroorganisme (Adelberg, et al., 1977).

Mikroorganisme tersebar luas di alam dan dijumpai pula pada pangan.

Beberapa diantaranya, jika terdapat dalam jumlah yang cukup banyak dapat

menyebabkan keracunan makanan. Mikroorganisme merupakan penyebab utama

merosotnya mutu pangan, misalnya kerusakan pangan. Namun demikian tidak

semua mikroorganisme berperan penting dalam semua bentuk kehidupan, karena

mereka dapat memecah bahan organik kompleks dan mengembalikan unsur hara

ke dalam tubuh. Mikroorganisme juga dipergunakan oleh manusia untuk

memproduksi beberapa jenis makanan, misalnya roti dan yogurt (Gaman et al.,

1981).

Mikroorganisme pada umumnya memiliki temperatur optimal pada suhu

5℃ dan ada yang tumbuh pada suhu 85℃. Tetapi, organisme yang menyebabkan

penyakit pada manusia adalah mikroorganisme yang tumbuh optimal pada suhu

yang mendekati suhu tubuh manusia, yaitu 37℃ dan mikroorganisme ini disebut

mikroorganisme mesofil (Brock, 1978).

2.2 Mikrobiologi Udara

Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup

(12)

berbagai sumber selalu ada. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme

yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel

debu. Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara. Batuk dan

bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel di udara).

Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel di udara).

Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai

paru-paru, karena partikel-pertikel ini tersaring pada daerah pernafasan atas.

Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak

infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan

mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan

udara (Volk et al., 1989).

Sukar untuk memperkirakan secara akurat berapa jauh pengotoran udara

karena sulit untuk menghitung mikroorganisme dalam suatu volume udara. Satu

teknik kualitatif sederhana ialah mendedahkan cawan hara pada udara untuk

periode waktu singkat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di udara

akan menetap pada cawan yang terdedah; makin banyak bakteri makin banyak

yang menetap pada cawan. Inkubasikan lebih lanjut selama 24 hingga 48 jam

akan mengungkap koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh

pada medium yang digunakan (Volk et al., 1986).

2.3 Kontrol Udara

Ada beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan

(13)

banyak orang di dalam ruangan tersebut dan aktivitas apa yang dikerjakan. Sinar

ultraviolet dari lampu UV bekerja dengan baik terhadap mikroba udara.

Bagaimanapun, keefektifan sinar UV tidak bekerja dengan baik bila mengalami

kontak langsung terhadap partikel yang membawa mikroba. Selain dari itu,

diperlukannya pencegahan dengan menggunakan perlengkapan keamanan untuk

melindungi mata dan kulit dari pasien, pekerja kesehatan dan orang yang berada

di dalam ruangan terhadap kontak langsung dengan sinar UV (Fong et al., 1987).

Metode lain untuk mengurangi pertumbuhan mikroba adalah dengan

menggunakan bahan kimia. Bahan kimia ini disemprotkan dalam bentuk aerosol,

dan mikroba akan terbunuh jika mengalami kontak dengan uap tersebut. Aerosol

bakteri yang baik harus memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri yang

tinggi, bekerja efektif pada temperatur normal dan lembap, tidak bersifat toksik

pada organisme hidup, tidak menimbulkan pencemaran dan tidak bersifat korosif

pada objek (Fong et al,, 1987).

Penyaringan adalah metode yang selanjutnya untuk membunuh mikroba

udara. Penyaring biasanya terbuat dari bahan kapas, kaca atau zat berserat lainnya.

Metode penyaringan biasanya digunakan pada sistem sirkulasi udara (Fong et al.,

1987).

2.4 Bakteri

Bakteri (tunggal: bakterium) adalah kelompok mikroorganisme yang

sangat penting karena pengaruhnya yang membahayakan maupun

(14)

dijumpai di udara, air dan tanah, dalam usus binatang, pada lapisan yang lembab

pada mulut, hidung atau tenggorokan, pada permukaan tubuh atau tumbuhan.

Beberapa bakteri dapat bersifat “motil” yang artinya bakteri dapat melakukan

gerakan perpindahan (Gaman et al., 1981).

Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya

hanya memiliki diameter 0,4 �m (mikrometer). Sel berisi massa sitoplasma dan

beberapa bahan inti (dia tidak memiliki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh

dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri, dinding sel ini dikelilingi oleh

kapsula atau lapisan lendir. Kapsula terdiri atas campuran polisakarida dan

polipeptida (Gaman et al., 1981).

2.5 Fungi

Fungi adalah organisme kemoheterotrof yang memerlukan senyawa

organik untuk nutrisinya (sumber karbon dan energi). Bila sumber nutrisi tersebut

diperoleh dari bahan organik mati, maka fungi tersebut bersifat saprofit. Fungi

saprofit mendekomposisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks dan

menguraikannya menjadi zat yang lebih sederhana. Dalam hal ini, fungi bersifat

menguntungkan sebagai elemen daur ulang yang vital. Beberapa fungi dapat

bersifat parasit dengan memperoleh senyawa organik dari organisme hidup.

Dalam hal ini, fungi bersifat merugikan karena menimbulkan penyakit pada

manusia, hewan, maupun tanaman (Pratiwi, 2008).

(15)

sel tunggal dengan pembelahan sel melalui pertunasan. Identifikasi khamir serupa

dengan identifikasi bakteri, yaitu dengan melalui tes biokimia, sedangkan

identifikasi kapang didasarkan pada kenampakan fisik (morfologi), termasuk

karakteristik koloni dan spora reproduktif (Pratiwi, 2008).

Fungi lingkungan udara baru mendapat perhatian besar setelah cukup

banyak kasus dilaporkan bahwa pengotoran udara bukan saja disebabkan oleh

partikel-partikel debu dan asap industri serta asap rokok, melainkan juga oleh

spora-spora kapang yang ada di udara. Udara di tempat terbuka, misalnya di

lading atau sawah, banyak mengandung spora yang mudah terbawa angin dari

tempat satu ke tempat lain (Gandjar et al., 2006).

Beberapa fungi terutama fungi patogen memiliki sifat dimorfisme, yaitu

memiliki dua bentuk pertumbuhan, sebagai kapang atau sebagai khamir. Sifat

dimorfisme ini tergantung pada temperatur, pada temperatur 37℃ merupakan fase

khamir, sedangkan pada temperatur 24-28℃ merupakan fase kapang. Bentuk

kapang juga terjadi pada kondisi fungi sebagai saprofit (misalnya di dalam tanah),

sedangkan pada kondisi fungi sebagai parasite (misalnya di dalam tubuh hewan),

fungi terdapat dalam bentuk khamir (Pratiwi, 2008).

2.5.1 Khamir

Khamir (yeast) merupakan fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen,

berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih besar

dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 1-5mm dan panjang berkisar

5-30mm. Khamir bersifat fakultatif, artinya khamir dapat hidup dalam keadaan

(16)

2.5.2 Kapang

Kapang (molds) adalah fungi yang tumbuh cepat dan bereproduksi secara aseksual,merupakan organisme aerob sejati, tubuh kapang (thallus) dibedakan

menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan

beberapa filamenyang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk

mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi

sebagai alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha),

karena pemanjangannya mencapai bagian atas permukaan media tempat fungi

ditumbuhkan (Pratiwi, 2008).

2.5.3 Isolasi Fungi

Mempelajari mofologi, fisiologi, biokimia, genetika, atau kegiatan apa pun

dari fungi hanya dapat dilakukan apabila kita telah mempunyai isolat murni.

Untuk hal tersebut fungi yang akan dipelajari harus dipisahkan terlebih dahulu

dari substrat pertumbuhannya atau dari lingkungan sekitarnya. Sebelum

melakukan isolasi kita harus menyusun suatu rencana kerja dan mempersiapkan

medium tepat yang segar, serta peralatan gelas yang akan diperlukan. Medium

umum untuk mengisolasi fungi umumnya menggunakan Potato Dextrose Agar

(PDA), Malt Extract Agar (MEA), Czapek Dox Agar (CDA), Carrot Agar (CA), Oat Meal Agar (OA), Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC),

Taoge Extract 6% Sucrose Agar (TEA) (Gandjar et al., 2006).

Sedangkan medium khusus mempunyai komposisi yang khusus sesuai

dengan fungi yang akan diisolasi. Ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang

(17)

Extract Sucrose Agar (ADYESA) untuk fungi yang tumbuh di lingkungan yang

sangat asam, dan Dichloran Creatine Sucrose Bromocresole Agar (DCSBA) untuk fungi yang memerlukan bahan yang berkadar protein tinggi seperti keju,

daging, dan kacang-kacangan. Isolasi kapang dari udara dapat dilakukan dengan

menyediakan suatu cawan petri dengan medium PDA, TEA atau RBC tanpa tutup

dibiarkan selama 15-20 menit di tempat fungi akan “ditangkap”, kemudian cawan

ditutup dan diinkubasikan pada suhu yang sesuai. Semua koloni fungi yang

tunggal, yang representative, dipindahkan ke medium di cawan petri yang lain

untuk dimurnikan sebelum dipindahkan lebih lanjut ke dalam tabung reaksi, baik

sebagai stock culture maupun sebagai working culture(Gandjar et al., 2006).

2.6 Media Kultur

Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme

laboratorium disebut media kultur. Pengetahuan tentang habitat normal

mikroorganisme sangat membantu dalam pemilihan media yang cocok untuk

pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium. Karena mikroorganisme memiliki

perbedaan pada kebutuhan nutrisinya, tidak ada satupun medium yang dapat

menumbuhkan seluruh mikroorganisme yang sama (Lee, 1983).

Berdasarkan konsistensinya, media dikelompokkan menjadi dua macam

yaitu media cair (liquid media) dan media padat (solid media). Apabila media cair merupakan ekstrak kompleks material biologis, maka media tersebut dinamakan

(18)

3,6-anhidro-L-galaktosa,D-glucuronic acid. Agar sebagai bahan pembeku akan

mencair saat dididihkan, kemudian didinginkan pada suhu 40-42℃ sebelum

dibekukan. Media Agar ini tidak akan mencair lagi kecuali pada suhu 80-90℃.

Agar merupakan media yang paling sering digunakan dan terbuat dari rumput laut

pilihan, media agar adalah agen pengeras yang bagus sekali karena tidak dapat

didegradasi oleh mikroorganisme (Pratiwi, 2008).

Menurut kandungan nutrisinya, media dapat dibedakan menjadi beberapa

macam (Pratiwi, 2008):

Defined media (synthetic media)

Defined media merupakan media yang komponen penyusunnya sudah diketahui atau ditentukan. Media ini biasanya digunakan dalam penelitian

untuk mengetahui kebutuhan nutrisi mikroorganisme. Contoh: media untuk

Escherichia coli.

• Media kompleks (complex media)

Media kompleks merupakan media yang tersusun dari komponen yang

secara kimia tidak diketahui dan umumnya diperlukan karena kebutuhan

nutrisi mikroorganisme tertentu tidak diketahui. Contoh: Nutrient Broth/ Nutrient Agar, Tryptic Soy Broth (TSB)/ Tryptic Soy Agar (TSA),

MacConkey Agar

• Media umum (general media)

Media umum merupakan media pendukung bagi banyak pertumbuhan

(19)

• Media penyubur (enrichment media)

Media penyubur merupakan media yang berguna untuk mempercepat

pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Media ini digunakan bila kita ingin

menumbuhkan salah satu mikroorganisme dari kultur campuran. Media ini

menggunakan bahan atau zat yang serupa dengan habitat tempat

mengisolasi mikroorganisme tersebut.

• Media selektif (selective media)

Media selektif merupakan media yang mendukung pertumbuhan

mikroorganisme tertentu (seleksi) dengan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme yang lain. Pada media ini ditambahkan bahan penghambat

pertumbuhan, misalnya bile salt dan dye (fuchsin, crystal violet, brilliant

green) yang akan menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan tidak

memberi efek pada bakteri Gram negatif; antibiotik; dan selulosa untuk

mengisolasi bakteri pendegradasi selulosa.

• Media diferensial (differential media)

Media diferensial digunakan untuk membedakan kelompok mikroorganisme

dan bahkan dapat digunakan untuk identifikasi. Contohnya adalah media

Agar Darah, media MacConkey.

• Media khusus

Contoh media khusus adalah media untuk bakteri anaerob. Biasanya ke

dalam media tersebut ditambahkan bahan yang dapat mereduksi kandungan �2 dengan cara pengikatan kimiawi. Contoh bahan-bahan itu adalah sistein,

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan

kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga

berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin

bendabenda yang panas, dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada

manusia (Chandra, 2006).

Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas.

Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%, dan

karbon dioksida 0,03%, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, krypton,

xenon, dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa

tumbuh-tumbuhan (Chandra, 2006).

Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroorganisme tetapi

mikroorganisme selalu terdapat di udara. Adanya mikroorganisme disebabkan

pengotoran udara oleh manusia atau hewan, zat-zat organik, dan debu. Jenis-jenis

mikroorganisme yang terdapat di udara terutama adalah kapang dan khamir.

Jumlah dan jenis dari mikroorganisme yang terdapat di udara tergantung dari

aktivitas manusia yang berada pada daerah tersebut (Nurwantoro, 1997).

Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (viroologi),

pengetahuan tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tentang hewan berselsatu

(21)

jamur-jamur rendah seperti Phycomycetes, dan juga Ascomycetes, serta

Deuteromycetes (Dwidjoseputro, 1978).

Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun teretrial,

pada ketinggian 300-1000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme

tanah yang melekat pada jerami atau partikel debu yang tertiup angin. Salah satu

yang paling banyak ditemukan adalah spora jamur Penicillium sp dan spora

mikroba Bacillus (Dwidjoseputro, 1978).

Jamur yang terdapat di udara adalah dalam bentuk spora. Spora jamur

merupakan alat reproduksi, baik seksual maupun aseksual. Tipe spora jamur ini

bermacam-macam, tergantung dari letak, ukuran dan bentuknya. Misalnya

konidiospora, zygospora, sporangiospora dan lain-lain, sehingga dapat

dipergunakan untuk membantu dalam identifikasi jamur tersebut (Dwidjoseputro,

1978).

Oleh karena hal di atas, penulis telah melakukan pemeriksaan terhadap

cemaran mikroorganisme udara di beberapa area produksi fillinf room line II

dengan menggunakan alat MAS 100 NT di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

(22)

1.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui jumlah bakteri pada daerah Filling Room Line II dengan

menggunakan alat Mas 100 NT

2. Untuk mengetahui jumlah kapang dan khamir pada daerah Filling Room

Line II dengan menggunakan alat Mas 100 NT

3. Untuk mengetahui apakah jumlah bakteri, kapang dan khamir tersebut

sesuai dengan Standar Baku Mutu Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

261/MENKES/SK II/1998.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah

mikroba berupa bakteri, kapang dan khamir pada area Filling Room Line II dan

memastikan keefektivan proses cleaning line produksi sehingga dapat menjamin

(23)

PEMERIKSAAN CEMARAN MIKROORGANISME UDARA DI BEBERAPA AREA PRODUKSI FILLING ROOM LINE II DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MAS 100 NT DI PT COCA-COLA AMATIL

INDONESIA UNIT MEDAN

TUGAS AKHIR

OLEH :

MUHAMMAD ALIEF RAMADHAN NIM 122410041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(24)

PEMERIKSAAN CEMARAN MIKROORGANISME UDARA DI BEBERAPA AREA PRODUKSI FILLING ROOM LINE II DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MAS 100 NT DI PT COCA-COLA AMATIL

INDONESIA UNIT MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya

Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH :

MUHAMMAD ALIEF RAMADHAN NIM 122410041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(25)
(26)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pengayom

segenap alam yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga

penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

Pemeriksaan Cemaran Mikroorganisme Udara di Beberapa Area Filling Room Line II dengan Menggunakan Alat Mas 100 NT di PT Coca-Cola Amatil

Indonesia Unit Medan”yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, maka dengan segala ketulusan hati penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan kepada

(27)

5. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis

selama melaksanakan pendidikan pada Program Studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

6. Bapakdan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU yang telah

mendidik penulis selama masa perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu seluruh staff diPT Coca-Cola Amatil Indonesia Unit Medan.

8. Serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

Terima kasih kepada Ayahanda Ir. Taufik, Ibunda Ir. Risnawati dan Adinda

Nisa Arista atas segala do’a, kasih sayang serta dorongan moril maupun materil

kepada penulis selama ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, sehingga

dibutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan

kesempurnaan tulisaan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat

memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di

bidang farmasi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, Juni 2015

Penulis

Muhammad Alief Ramadhan

(28)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Percobaan ... 3

1.3 Manfaat Percobaan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Mikrobiologi ... 4

2.2 Mikrobiologi Udara ... 4

2.3 Kontrol Udara ... 6

2.4 Bakteri ... 7

2.5 Fungi ... 8

2.5.1 Khamir ... 9

2.5.2 Kapang ... 10

2.5.3 Isolasi Fungi ... 10

(29)

BAB III METODE PERCOBAAN ... 14

3.1 Alat dan Bahan ... 14

3.1.1 Alat ... 14

3.1.2 Bahan ... 14

3.2 Prosedur Percobaan ... 14

3.2.1 Pembuatan Media ... 14

3.2.2 Penggunaan Alat Mas 100 NT ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Hasil ... 16

4.2 Pembahasan ... 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

5.1 Kesimpulan ... 18

5.2 Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(30)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Kapang dan Khamir ... 17

(31)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Alat Mas 100 NT ... 21

Lampiran II Hasil Inkubasi Kapang dan Khamir ... 22

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Kapang dan Khamir

Referensi

Dokumen terkait

Pencemaran yang paling banyak terdapat pada ruang produksi line 3 dari pada ruang produksi line 4 itu dikarenakan pada ruang produksi line 3 tidak dilakukan sanitasi secara