• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan yang Berwawasan Lingkungan di Era Digital pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perpustakaan yang Berwawasan Lingkungan di Era Digital pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amsyari, Fuad. 1992. Dasar-dasar dan Metode Perencanaan lingkungan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Widya Medika, 1992.

Arianto. M Solihin; Proboyekti, Umi. 2013. Era digital: Peluang dan Tantangan

Bagi Pengembangan Perpustakaan”.Yogyakarta.

http://isi.ac.id/era-digital-peluang-dan-tantangan-bagi-pengembangan-perpustakaan. Diakses tanggal 25 April 2016

Depdiknas. 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Hasugian, Joner. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press.

Irwan, Zoer’iani Djamal. 1992. Prinsip-Prinsip ekologi dan organisasi ekosistem komunitas dan lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kumalawati, Deasy; Wahyuni Hermin Indah. Learning Commons Sebagai Upaya Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Perubahan Perilaku Generasi Internet. Jawa Timur

Maczulack, Anne. 2010. Renewable Energy: Sources and Methods.: Fac On File. Perpustakaan Nasional RI. 2000. Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi

Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES. Salmubi. 2015. Lanskap Baru Dunia Perpustakaan Pada Era Digital. Makasar.

(3)

Satwiko, Prasasto. 2005. Arsitektur Sadar Energi: Pemanfaatan Komputer dan Internet untuk Merancang Bangunan Ramah Lingkungan.Yogyakarta: ANDI.

Sugandhy, Aca; Hakim, Rusatam. 2009. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara

Sugihartati. Rahma. Menyikapi Perilaku Users Pada Layanan Perpustakaan Di Era Digital Surabaya.

http://www3.petra.ac.id/fppti/images/stories/ethics/presentasi2.doc. Diakses tanggal 25 April 2016

Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto.

(4)

BAB III

PERPUSTAKAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI ERA DIGITAL PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.1 Gambaran Umum Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), berikut akan diuraikan mengenai sejarah perpustakaan, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, koleksi, serta layanan perpustakaan.

3.1.1 Sejarah Perpustakaan

Sejarah perpustakaan dimulai dengan berdirinya Universitas Sumatera Utara (USU) pada 20 Agustus 1952. Perpustakaan pertama yang didirikan di lingkungan USU adalah Perpustakaan Fakultas Kedokteran USU (1952) dan kemudian disusul oleh Perpustakaan Fakultas Hukum (1945). Ketika itu USU masih bernaung di bawah Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang kemudian diresmikan menjadi perguruan tinggi ketujuh di Indonesia pada 20 November 1957.

(5)

Setelah USU berubah status menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) pada 2005, organisasi Perpustakaan digabungkan dengan Pusat Komputer yang diberi nama Perpustakaan dan Sistem Informasi. Organisasi baru ini terdiri dari dua bidang yaitu Bidang Perpustakaan dan Bidang Sistem Informasi yang secara operasional masing-masing dipimpin oleh seorang Wakil Kepala.

Sejak tahun 2006, Perpustakaan membuka beberapa cabang pada tingkat fakultas. Pembukaan cabang ini selain bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kepada pengguna juga untuk mengatasi keterbatasan kapasitas ruang perpustakaan induk. Hal ini dimungkinkan dengan dukungan infrastruktur teknologi informasi yang tersedia untuk mengembangkan sistem perpustakaan terintegrasi dengan lokasi titik pelayanan yang tersebar di dalam kampus.

Perpustakaan USU pernah memperoleh predikat perpustakaan dengan manajemen dan operasional terbaik di Indonesia berdasarkan survey yang dilakukan oleh HEDS-USAID pada tahun 1995. Pada tahun 2010, USU Repository masuk ke dalam 100 besar repository institusional dunia berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh Webometrics.

3.1.2 Visi dan Misi Perpustakaan 1. Visi

Menjadi suatu perpustakaan pendidikan tinggi terkemuka dalam pelayanan terhadap sivitas akademikanya.

2. Misi

(6)

3.1.3 Tujuan Perpustakaan

Adapun tujuan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai berikut: 1. Mendukung fungsi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian

pada masyarakat USU dengan mengidentifikasi, memilih, mengadakan, mengatalog, memproses dan menjadikan bahan perpustakaan tersedia dengan memperhatikan faktor relevansi, kemutakhiran, keseimbangan dan pemeliharaan koleksi;

2. Menyediakan fasilitas yang memudahkan penggunaan koleksi dan pelayanan;

3. Menyediakan suatu lingkungan fisik yang tepat untuk memungkinkan staf dapat mencapai dan memelihara kinerja yang baik dan meningkatkan karir;

4. Mengupayakan agar pelayanan perpustakaan disediakan secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan perkembangan di bidang teknologi informasi;

5. Mengoptimalkan berbagi pakai sumber daya dan jaringan tingkat lokal, regional, nasional dan internasional;

6. Merencanakan, mempromosikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan perpustakaan dalam kerangka proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat di lingkunagn USU,

7. Mengupayakan manajemen dan struktur organisasi yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran perpustakaan,

8. Menciptakan suatu lingkungan, peluang dan kondisi yang tepat untuk memungkinkan staf dapat mencapai dan memelihara kinerja yang baik dan meningkatkan karir,

9. Menyediakan suatu lingkungan fisik yang tepat untuk memenuhi kebutuhan koleksi, pengguna dan staf yang berbeda,

10. Menciptakan dan memelihara komunikasi dua arah yang efektif baik di dalam maupun di luar perpustakaan,

11. Mengoptimalkan resource sharing dan jaringan tingkat lokal, regional, nasional dan international, dan

12. Mengevaluasi perkembangan proses rencana strategi perpustakaan.

3.1.4 Struktur Organisasi Perpustakaan

(7)

informasi dan 55 orang asisten perpustakaan dan staf administrasi umum. Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala Perpustakaan dan Informasi

Staf Ahli

Kelompok Pustakawan

Wakil Kepala Bidang Perpustakaan

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perpustakaan

Ketua Tim Rujukan dan Bantuan Pengguna Ketua Tim Sirkulasi Ketua Tim Pemeliharaan Koleksi Ketua Tim Dukungan TIK dan

E Library Ketua Tim Pengatalogan dan Bibliografis Ketua Tim Pengadaan

Kepala Sub Bidang Manajamen Koleksi

dan Cabang Kepala Sub Bidang

Pelayanan Pengguna Kepala Sub Bidang

Dukungan Teknis

Ketua Tim

PerpustakaanCabang

Ketua Tim Penantaan Bahan Pustaka Cetak (2)

Ketua Tim Penantaan Bahan Pustaka Cetak (1)

Ketua Tim Koleksi Khusus Ketua Tim Manajemen Koleksi

(8)

Gambar-1: Struktur Organisasi Perpustakaan USU Sumber: LAKIP Perpustakaan Universitas Sumatera Utara 2015

3.1.5 Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan USU saat ini memiliki koleksi bahan perpustakaan cetak sebanyak lebih dari 555.300 eksemplar dengan jumlah judul sebanyak 184.600, dan menyimpan lebih dari 10.300 keping CD. Bahan cetak bertambah sekitar 15.000 eksemplar setiap tahun. Perpustakaan melanggan sekitar 40 database jurnal elektronik dengan jumlah judul jurnal sekitar 30.000. Perpustakaan juga mengembangkan dan memelihara situs web repository institusional yang dikenal dengan nama USU Repository yang memiliki lebih dari 20.500 judul dokumen digital khas USU.

3.1.6 Jam Layanan Perpustakaan

Adapun jam layanan perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Senin s.d. Jumat Pukul 08.00-16.00 Melayankan seluruh fasilitas perpustakaan 2. Sabtu Pukul 08.00-13.00

3.1.7 Jenis Layanan Perpustakaan

Adapun jenis layanan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Layanan Sirkulasi

Layanan sirkulasi terdapat pada setiap perpustakaan baik pusat maupun cabang untuk melayani semua transaksi termasuk peminjaman, pengembalian dan perpanjangan bahan pustaka. Layanan ini menggunakan sistem informasi manajemen perpustakaan online atau disebut SIPUS versi 3.0 yang terintegrasi dengan baik antara perpustakaan pusat dan cabang maupun antar aplikasi yang digunakan di lingkungan USU.

(9)

Koleksi KPS terdapat hanya pada perpustakaan pusat. Koleksi ini memiliki kaunter pelayanan sirkulasi tersendiri untuk memudahkan pengguna. Koleksi ini menggunakan sistem tertutup (close access). Pada kaunter layanan disediakan katalog terpasang (OPAC) yang dapat digunakan pengguna untuk memeriksa ketersediaan buku sebelum memintanya kepada staf yang bertugas pada layanan ini. Koleksi KPS ini dapat dipinjam, tetapi batas waktu peminjaman hanya dua hari saja.

3. Layanan Rujukan & Bantuan Pengguna

Layanan ini bertujuan membantu pengguna dalam penelusuran informasi dari berbagai sumber. Selain itu, pustakawan atau staf yang bertugas dapat membantu menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh pengguna dengan memanfaatkan berbagai jenis koleksi rujukan seperti kamus, ensiklopedi, bibliografi, direktori, almanak, buku panduan, peraturan perundang-undangan, dan lain sebagainya baik dalam bentuk cetak maupun elektronik.

4. Layanan Akses Digital

Layanan ini memberikan jasa bantuan dan bimbingan penelusuran informasi dan pengetahuan secara online seperti penelusuran artikel jurnal dan sumber daya lainnya yang tersedia secara elektronik melalui internet. Selain itu, pada ruangan pelayanan ini disediakan terminal PC untuk akses internet dan meja kerja yang dilengkapi dengan kabel dan WiFi untuk akses internet. Untuk kenyamana, ruang layanan dipisahkan antara kelompok peneliti terutama mahasiswa pascasarjana dan dosen dengan mahasiswa sarjana dan diploma.

5. Layanan Fotokopi

(10)

6. Layanan Pendidikan Pengguna

Perpustakaan secara berkala menyelenggarakan kegiatan orientasi pengenalan sistem perpustakaan bagi mahasiswa baru dan lainnya yang membutuhkan. Pemesanan kelas orientasi dapat dilakukan pada kaunter Pelayanan Rujukan dan Bantuan Pengguna. Selain itu, bimbingan yang lebih fokus pada cara penelusuran inormasi dan pengetahuan bagi mahasiswa pscasarjana juga dapat diberikan atas permintaan.

3.2 Perpustakaan USU di Era Digital

Di era digital ini Perpustakaan USU memiliki konsep pendekatan antara staf dan users dalam menemukan informasi. Dulu sebelum memasuki era digital Perpustakaan USU identik dengan kata tidak boleh bising bila datang ke perpustakaan, tidak memiliki ruang untuk berdiskusi, tidak boleh membawa makanan, tidak boleh membawa minum, namun di masa sekarang, di masa era digital Perpustakaan USU sudah memiliki ruang diskusi, tempat makan seperti kantin perpustakaan, dan memperbolehkan pengguna membawa minum ke dalam perpustakaan. Peran Perpustakaan USU, khususnya, di era digital seperti saat ini harus dikembangkan tidak hanya menjadi tempat untuk kegiatan membaca dan meminjam buku saja tapi juga menjadi tempat untuk beragam aktivitas lainnya yang didukung dengan lingkungan perpustakaan yang menarik dan nyaman serta berbasis teknologi.

Berikut beberapa peran di era digital yang mempengaruhi Perpustakaan USU antara lain sebagai berikut:

3.2.1 Koleksi Elektronik

(11)

teknologi, informasi dan komunikasi, Perpustakaan USU menjadi lebih praktis dan mudah di akses oleh pustakawan dan pengguna perpustakaan tanpa batas ruang dan waktu.

Tabel-1: Jumlah Koleksi Elektronik Perpustakaan USU (s.d Desember 2015)

No. Jenis Koleksi Jumlah

1. E-Journal

PROQUEST 14.858

EBSCO 2.974

The Essential Electric

Agriculture Library (TEEAL)

164

IEEE/IET 2.5327

ELSEVIER 2.108

2. E-Book 3.150

3. E-USU Repository

PhD Dissertations (PD) 175

Master These (MT) 7843

Lecture Papers (LP) 2301

Student Papers (SP) 36.333

USU e-Archives (UA) 153

(12)

Guide-Books (GB) 88

Jumlah 97.264

Sumber: LAKIP Perpustakaan Universitas Sumatera Utara 2015

Dalam menyediakan koleksi elektronik, Perpustakaan USU juga menyediakan server sebagai tempat penyimpanan koleksi elektronik, dimana ruangan server yang tersedia pada Perpustakaan USU belum tertata rapi dan menimbulkan kebisingan suara yang disebabkan oleh mesin pendingin. Sedangkan ruangan server yang memuat banyak komputer dan perlengkapan elektronik pendukung lainnya haruslah tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu pengguna. Sehingga, digunakanlah alat Acourete Fiber sebagai

bahan peredam suara untuk mengurangi kebisingan suara, namun Perpustakaan USU belum menerapkan alat peredam kebisingan untuk meredam kebisingan tersebut.

Gambar-2: Acourete Fiber

(13)

Karena kemudahannya, tidak sedikit pengguna khususnya mahasiswa yang memilih untuk mengunduh dan memiliki buku digital (e-book) daripada membeli buku-buku yang tersedia di toko buku atau meminjam buku di perpustakaan. Hal ini memaksa Perpustakaan USU untuk menawarkan sesuatu yang baru dan unik agar tidak ditinggalkan oleh pengguna.

Untuk itu dalam mengakses koleksi elektronik, Perpustakaan USU menyediakan komputer yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Komputer yang tersedia pada Perpustakaan USU selalu menyala di sepanjang jam layanan Perpustakaan sehingga, menimbulkan panas di sekitar komputer tersebut. Hal ini juga dikarenakan mesin pendingin baik berupa AC dan kipas angin tidak tersedia secara baik di sekitar komputer yang menyebabkan pengguna kurang nyaman berlama-lama berada di dekat komputer.

3.2.2 Layanan Berbasis Teknologi Informasi

Dari hasil pengamatan pada Perpustakaan USU, di era digital seperti ini Perpustakaan USU dapat meningkatkan kualitas layanannya menjadi lebih baik di bidang: akses informasi, pengiriman dokumen, rujukan. Perpustakaan USU dalam hal pelayanannya sebagian telah berbasis teknologi informasi, demikian pula pustakawannya. Dengan ini diharapkan di saat era digital Perpustakaan USU tidak ditinggalkan oleh penggunanya.

Penerapan teknologi informasi dalam bidang layanan Perpustakaan USU berdasarkan hasil pengamatan pada Perpustakaan USU dapat dilihat dari beberapa hal berikut:

1. Layanan Sirkulasi

(14)

teknologi di era digital yang seharusnya telah menerapkan self-service dalam layanan sirkulasi untuk memudahkan pengguna dalam pengembalian buku secara mandiri.

2. Layanan Referensi dan Deposit

Layanan Referensi dan Deposit pada Perpustakaan USU dapat dilihat dari tersedianya akses untuk menelusuri sumber-sumber referensi dan deposit melalui direktori elektronik dan hasil penelitian dalam bentuk USU Repository. Pengguna yang ingin mendapatkan sumber referensi elektronik dapat meminta bantuan kepada pustakawan yang bertugas di layanan referensi lantai 1.

3. Layanan Journal/ Berseri

Pengguna Perpustakaan USU telah terbantu dengan adanya jurnal-jurnal elektronik baik itu yang di akses database lokal, global maupun yang tersedia dalam format Compact Disc dan Disket. Layanan tersebut dapat di akses secara langsing oleh pengguna di area Perpustakaan USU dan dengan bantuan pustakawan di Layanan Digital lantai 1.

4. Layanan Internet dan Computer Station

Dalam menerapkan teknologi di era digital Perpustakaan USU telah menyediakan akses internet baik menggunkan computer station dan WIFI/ LAN di setiap lantai yang dapat digunakan pengguna sebagai bagian dari layanan yang diberikan oleh Perpustakaan USU. OPAC atau Online Catalog yang merupakan bagian penting dalam layanan Perpustakaan USU dapat di akses melalui komputer pada computer station di setiap lantai Perpustakaan USU.

5. Keamanan

(15)

fasilitas berupa CCTV di setiap lantai dan detector system. Sehingga Perpustakaan USU dapat meningkatkan keamanan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Berdasarkan pengamatan tersebut, Perpustakaan USU sebagian besar telah menerapkan layanan berbasis teknologi informasi. Namun, beberapa layanan seperti layanan multimedia yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan teknologi dalam bentuk Home Movie, Home Theatre, Digital Audio Books dan Web-Conferencing pada layanan referensi dan informasi serta security gate yang perlu diterapkan pada pintu masuk Perpustakaan USU, belum diterapkan di Perpustakaan USU.

Di era digital, Perpustakaan USU berperan sebagai lembaga yang menyediakan informasi bagi pengguna dan sebagai fasilisator bagi pengguna yang membutuhkan informasi dengan memanfaatkan semua fasilitas perpustakaan dalam bentuk teknologi digital, dengan kemajuan teknologi kebutuhan informasi pada pengguna juga berbeda, maka perpustakaan juga harus mengacu pada standar yang berlaku dan memperbaharui sistem ke arah teknologi digital. Kehadiran teknologi di dunia perpustakaan membawa efek perubahan yang signifikan misalnya, pada trend pemakai yang memiliki ekspektasi layanan perpustakaan yang berbasis teknologi informasi, koleksi yang hadir dalam berbagai ragam format yang berbeda dan penyediaan perangkat teknologi yang terhubung ke berbagai sumber informasi seperti akses ke berbagai perpustakaan digital seluruh Indonesia lebih banyak tersedia di Perpustakaan USU.

(16)

berbasis teknologi informasi merupakan salah satu faktor yang membawa perpustakaan berada pada jalur yang tepat dan sesuai dengan ekspektasi pemakai dan trend kekinian.

3.2.3 Pustakawan di Era digital

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Pustakawan di Perpustakaan USU sudah memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi. Hal ini dapat meningkatkan kinerja pustakawan dan memberikan pelayanan maksimal kepada pengguna. Juga untuk menghadapi perubahan perilaku pencarian informasi dan perubahan kebutuhan terhadap informasi, Perpustakaan USU membuat pustakawan dituntut untuk dapat terus mengikuti perkembangan terkini dalam mengelola perpustakaan.

Pustakawan USU sebagai penggerak utama perpustakaan mesti mencermati berbagai perubahan dan trend yang terjadi akibat hadirnya Teknologi, Informasi dan Komunikasi itu. Hal itu pula yang memudahkan pustakawan USU untuk merespon berbagai ekspektasi yang diinginkan pengguna. Respon pustakawan yang tepat akan sangat menentukan arah pengembangan perpustakaan sekaligus menjadi modal berharga untuk tetap eksis dan survive pada era yang sarat dengan perubahan yang berlangsung cepat.

Pustakawan USU juga harus membina hubungan baik dengan pengguna. Pustakawan USU harus siap dan proaktif terhadap kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta ilmu pengetahuan. Pustakawan USU di sisi lain, akan terbantu dalam membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan dan diperlukan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Situasi dan kondisi demikian akan menjadi tantangan dan peluang bagi pustakawan. Tantangan pustakawan tidaklah ringan, karena pada saat yang bersamaan, mereka pun masih melaksanakan berbagai peran konvensional atau tradisional yang selama ini dilakoninya.

(17)

Dari hasil pengamatan penulis, Perpustakaan USU belum berwawasan lingkungan dari segi fisiknya dan dari segi pemanfaatan teknologi yang masih hanya sebagian dari teknologi yang digunakan perpustakaan USU yang memenuhi perkembangan teknologi di era digital.

Perencanaan pembangunan perpustakaan yang berwawasan lingkungan ini akan diterapkan pada gedung kembar perpustakaan USU yang sedang dicanangkan oleh pihak Perpustakaan USU. Dengan konsep berwawasan lingkungan diharapkan pengguna semakin tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan dan juga Perpustakaan USU akan merencakan semua kegiatan dan fasilitas akan berbentuk digital. Namun, perencanaan pembangunan perpustakaan yang berwawasan lingkungan ini masih perlu dipertimbangkan lagi, karena dalam membangun perpustakaan ini tidak hanya melibatkan pihak Perpustakaan USU saja tetapi juga melibatkan pihak Universitas.

Perpustakaan USU merupakan organ pusat dari suatu Perguruan Tinggi. Sebagai suatu pusat sumber informasi tentunya Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ingin memberikan yang terbaik untuk pengguna perpustakaan, salah satunya yaitu kenyamanan perpustakaan. Kenyamanan perpustakaan mencakup aman, nyaman, asri dan tentram. Untuk menciptakan itu semua muncullah sebuah gagasan untuk membangun perpustakaan yang berwawasan lingkungan.

3.3.1 Penerapan Konsep Berwawasan Lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan pada Perpustakaan USU, penerapan konsep Perpustakaan berwawasan lingkungan dengan penggunaan teknologi yang tidak merusak lingkungan dan tidak menimbulkan polusi suara berpeluang untuk di terapkan pada Perpustakaan USU. Dalam hal ini Perpustakaan USU belum menerapkan konsep tersebut.

(18)

komputer yang cukup untuk memenuhi kebutuhan membaca online pengguna Perpustakaan USU. Selain itu untuk menjaga lingkungna agar tetap nyaman Perpustakaan USU perlu menyediakan mesin pendingin (AC dan kipas angin), juga menyediakan anti radiasi pada monitor komputer serta memberikan pencahayaan yang baik melalui jendela yang lebar dan skylight pada atap Perpustakaan USU.

Gambar-3: Pemanfaatan jendela lebar dan skylight (lubang atap) Untuk mendukung kegiatan kerja pustakwan diperlukan ruangan Back Office (ruangan yang tidak secara langsung berhadapan dengan pengguna). Ruangan tersebut dibatasi oleh sekat kaca yang mana sekat kaca tersebut bersifat temporer (sementara) dan sewaktu-waktu dapat dibongkar untuk kebutuhan ruang lainnya agar dapat menghemat biaya dan ruang.

3.3.1.1 Penggunaan Kembali (Recycle)

(19)

yang ada di perpustakaan menjadi air yang dapat dipergunakan kembali untuk menyiram tanaman perpustakaan USU, sehingga perpustakaan USU dapat menhemat penggunaan air yang berlebihan.

3.3.1.2 Renewable Resource

Dari hasil pengamatan pada Perpustakaan USU, sumber daya alam yang dapat diperbaharui belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh Perpustakaan USU. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dana untuk membuat alat mendukung tercapainya energi terbarui tersebut, karena dana tersebut perlu persetujuan yang juga melibatkan pihak Universitas. Sumber daya alam seperti sinar matahari, air hujan, dan angin seharusnya dapat menjadi sumber energi yang penting bagi Perpustakaan USU dalam penghematan energi dan meminimalkan pengeluaran biaya untuk kebutuhan perpustakaan. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada saat ini dapat diterapkan dalam menciptakaan perpustakaan USU yang berwawasan lingkungan seperti penggunaan teknologi pada penggunaan kembali dan energi terbarui.

(20)
(21)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Perpustakaan USU, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan USU belum menerapkan konsep berwawasan lingkungan karena masih perlu dipertimbangkan lagi, karena dalam membangun perpustakaan ini tidak hanya melibatkan pihak perpustakaan USU saja tetapi juga melibatkan pihak Universitas.

2. Sebagian besar pustakawan Perpustakaan USU sudah memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi

3. Layanan berbasis teknologi informasi sebagian besar sudah diterapkan di Perpustakaan USU.

4. Penerapan energi belum diterapkan di Perpustakaan USU. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dana untuk membuat alat mendukung tercapainya energi terbarui tersebut, karena dana tersebut perlu persetujuan yang juga melibatkan pihak Universitas.

5. Perpustakaan USU belum melakukan penggunaan kembali (recycle) seperti kertas sisa fotokopi, komputer lama, dan air sisa pembuangan. 6. Perpustakaan USU telah memiliki koleksi perpustakaan berbentuk

(22)

4.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Perpustakaan USU, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Untuk Perpustakaan USU lebih meningkatkan layanan berbasis teknologi informasi serta memperbanyak koleksi elektronik.

2. Konsep perpustakaan berwawasan lingkungan dapat segera diterapkan di Perpustakaan USU.

3. Dalam perencanaan perpustakaan yang berwawasan lingkungan di era digital sebaiknya di libatkan para pustakwan perpustakaan USU. 4. Gedung kembar perpustakaan USU dimasa mendatang diharapkan

semua kegiatan didalamnya dan fasilitas berbentuk digital dan berorientasi pengguna.

5. Menerapkan alat peredam kebisingan Acoutere Fiber di ruangan server.

6. Memperbanyak AC dan Kipas angin di sekitar komputer

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pada dasarnya semua perpustakaan merupakan suatu instansi yang memiliki proses kerja sama, yaitu memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Namun demikian dalam perkembangannya setiap jenis perpustakaan memiliki definisi dan kriteria tertentu yang membedakannya dengan perpustakaan lain. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu jenis dari sekian banyak jenis perpustakaan yang dikategorikan. Secara sederhana perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Di dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (2000: 4) dinyatakan bahwa, “perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan merupakan unit yang menunjang perguruan tinggi yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya”.

Menurut Perpustakaan Nasional yang dikutip oleh Hasugian (2009: 79) mendefinisikan:

Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggrakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya di peruntukan untuk sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan. Secara sederhana perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.

Menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009: 79) mendefinisikan perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: “A library or library system established, administered, and funded by a university to meet the information,

(24)

Definisi ini menyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.

Perpustakaan Perguruan Tinggi sering juga disebut sebagai “jantungnya universitas”, karena tanpa perpustakaan tersebut maka proses pelaksanaan pembelajaran mungkin kurang optimal. Pemakai Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah masyarakat perguruan tinggi yang terdiri dari para staf pengajar (dosen), mahasiswa, peneliti dan mereka yang terlibat di dalam kegiatan akademik (sivitas akademika). Perpustakaan Perguruan Tinggi sering disebut juga research library atau perpustakaan penelitian karena memang untuk sarana penelitian dan merupakan salah satu kegiatan utama di perguruan tinggi (Sutarno, 2003: 35).

Sedangkan pengertian lainnya dalam Buku Pedoman Depdiknas (2004: 3) menyatakan bahwa:

Perpustakaan perguruan tinggi adalah unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya. Yang dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan sebuah organisasi atau unit kerja di bawah perguruan tinggi yang memiliki tugas dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang diperlukan bagi kalangan akademika.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Menurut Hasugian (2009: 80) bahwa:

Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan perguruan tinggi benar-benar diarahkan untuk mendukung pencapian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma itu.

(25)

perguruan tinggi adalah untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu:

1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi para peneliti.

3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebar luaskan informasi bagi masyarakat.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Berdasarkan Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (2000: 5) tercantum bahwa, tugas perpustakaan perguruan tinggi dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.

2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studinya.

3. Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi para peneliti.

4. Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak.

5. Menyediakan fasilitas yang memugkinkan pengguna mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan.

2.1.4 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

(26)

terhadap kebutuhan sehingga menimbulkan kepuasan akan kebutuhan informasi para pengguna.

Dalam Buku Pedoman Depdiknas (2004: 3), perpustakaan perguruan tinggi memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Edukasi: perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu perpustakaan harus mampu mendukung pencapaian tujuan menyediakan bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksana evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi: perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungis Riset: perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Fungsi Rekreasi: perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minta dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi: perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit: perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interprestasi: perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambahan terhadap sumber informasi yang dimiliki nya untuk membanti pengguna dalam melakukan dharmanya.

2.2 Era Digital

Perkembangan dunia teknologi saat ini makin pesat ke arah serba digital. Era digital telah membuat manusia memasuki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang membantu kebutuhan manusia. Era digital merupakan era di mana sebagian besar masyarakat pada era tersebut menggunakan teknologi digital (yang dapat mengalihkan tenaga atau energi) dalam kehidupan sehari-harinya.

2.2.1 Perpustakaan di Era Digital

(27)

dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang membantu kebutuhan manusia dalam mendapatkan sumber informasi tanpa batas. Dengan teknologi, apapun dapat dilakukan dengan lebih mudah. Begitu pentingnya peran teknologi inilah yang mulai membawa peradaban memasuki ke era digital.

Arianto (2013) menyatakan bahwa:

Saat ini masyarakat dan produk-produk teknologi informasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Fenomena yang ada, menunjukkan bahwa masyarakat sangat bergantung kepada produk-produk teknologi informasi. Sebagai konsekuensinya banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat ditopang oleh produk-produk teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi membawa masyarakat menuju era digital seperti saat ini. Hal ini dimungkinkan karena produk-produk teknologi informasi memungkinkan untuk memproduksi informasi, ilmu pengetahuan, film dan lagu dalam format digital. Terkait dengan informasi dan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi informasi menyebabkan informasi serta ilmu pengetahuan dapat diproduksi dan didistribusikan secara cepat, baik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi cetak jarak jauh, maupun dengan memanfaatkan teknologi lainnya.

Kondisi seperti ini menyebabkan masyarakat semakin mudah dan memiliki peluang yang lebih besar dalam mengakses informasi. Masyarakat semakin dimanjakan dengan kondisi seperti ini karena semakin mudah dan cepat dalam mengakses informasi.

(28)

melakukan intropeksi kembali peran dan kinerjanya karena yang dihadapi adalah perubahan perilaku users yang berbeda-beda.

2.2.2 Fungsi Perpustakaan di Era Digital

Fungsi perpustakaan di era digital sebagai berikut:

1. Meningkatkan layanan perpustakaan yang berbasis kebutuhan pengguna, perkembangan teknologi informasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Memperluas jaringan informasi

3. Mempermudah akses kedalam sumber-sumber informasi apapun bentuk dan jenisnya.

4. Meningkatkan perkembangan secara sistematis, perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur informasi dan pengetahuan dalam bentuk digital.

5. Menciptakan sistem terintegrasi yang lebih luas, terjangkau, dan mudah diakses oleh seluruh pengguna kapan pun dan dimana pun mereka berada. 2.2.3 Peran Perpustakaan di Era Digital

Menurut Sugihartati bahwa:

Peran baru yang dialamatkan kepada perpustakaan pada era digital ini tidak terlepas dari upaya adaptasi terhadap perubahan ekspektasi atau harapan tinggi pemakai akan layanan perpustakaan. Perubahan ekspektasi itu setidaknya disebabkan adanya kenyataan bahwa pemakai perpustakaan atau masyarakat pada umumnya telah familiar dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut memaksa penyelenggara perpustakaan melakukan berbagai penyesuaian (adjustment) agar eksistensi perpustakaan tetap relevan dengan tuntutan dan ekspekstasi masyarakat pemakai saat ini. Penyesuaian yang dilakukan kemudian melahirkan sejumlah peran baru yang berbeda secara signifikan dari peran yang selama ini dimainkan perpustakaan.

Menurut sejumlah pakar perpustakaan dan informasi, peran baru perpustakaan pada era digital antara lain meliputi:

1. Perpustakaan sebagai Perantara & Agregator (kolektor) 2. Perpustakaan sebagai Penerbit

3. Perpustakaan sebagai Pendidik (Educator)

4. Perpustakaan sebagai Organisasi Riset dan Pengembangan (R&D) 5. Perpustakaan sebagai Wirausaha (Entrepreneur)

(29)

Berdasarkan uraian di atas peran perpustakaan di era digital saat ini adalah perpustakaan mampu mengatasi perubahan ekspektasi pengguna, dimana pengguna sangat membutuhkan informasi yang bernar-benar relevan dan akurat. Dan tentunya menyebabkan perpustakaan harus merubah paradigma layanannya. Dari layanan yang konvensional menjadi layanan digital yang cepat, tepat, mudah dan praktis.

Berikut beberapa peran perpustakaan di era digital sebagai berikut: 2.2.3.1 Koleksi Elektronik

Menurut Sugihartati bahwa:

Di era revolusi informasi, seorang users yang membutuhkan koleksi atau informasi tertentu, ia tidak harus datang ke perpustakaan dan kemudian mencari koleksi yang dibutuhkan di rak-rak dengan dibantu kartu katalog, melainkan ia cukup duduk di kamarnya sendiri, membuka laptop, dan kemudian berselancar di dunia maya untuk men-download ebook atau mencari informasi yang dibutuhkan melalui mesin pencari seperti Google, Yahoo, dan yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas di era digital yang namanya perpustakaan tidak lagi hanya bersaing dengan toko-toko buku atau menjadi lembaga yang dapat memonopoli layanan kebutuhan masyarakat akan buku bacaan atau koleksi yang lain. Namun, pesaing yang paling mengancam kedudukan dan peran perpustakaan justru adalah lautan informasi yang nyaris tak terbatas, yang terus berkembang dinamis di dunia maya. Di era digital, perlu kita sadari bahwa yang namanya perpustakaan sesungguhnya tidak lagi bisa mendudukkan diri atau mengembangkan peran semata sebagai lembaga sosial yang memiliki tugas mulia untuk ikut mencerdaskan bangsa melalui tawaran buku-buku koleksi dan berbagai bacaan yang dimiliki.

2.2.3.2 Layanan Berbasis Teknologi Informasi

(30)

kemajuan dan modernisasi, serta menjadi suatu kepentingan bagi institusi dan pengguna perpustakaan.

Menurut Sugihartati bahwa:

Di era digital, upaya untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan tidak lagi mungkin hanya mengandalkan pada pembenahan yang sifatnya kuantitatif dan rekayasa teknis, tetapi harus lebih bersifat kualitatif yang menempatkan pengguna sebagai komponen utama sistem. Seorang pustakawan yang hanya mengandalkan pada sikap ramah, dan sekadar melayani apa yang menjadi kebutuhan users, niscaya pelan-pelan akan ketinggalan zaman karena tidak melakukan perubahan yang signifikan. Di era digital, seorang pustakawan yang profesional bukan hanya dituntut mampu memahami karakteristik users, tetapi lebih dari itu mereka juga dituntut untuk mampu bersikap pro-aktif, inovatif, dan bahkan yang terpenting mampu menciptakan dan mengembangkan berbagai kebutuhan yang membuat users pelan-pelan makin tergantung pada apa yang ditawarkan pustakawan.

Berdasarkan uraian di atas, teknologi menjadi salah satu kebutuhan manusia saat ini. Dengan adanya teknologi ini membawa masyarakat menuju era digital saat ini. Semua kebutuhan informasi akan lebih mudah dan cepat untuk di dapat dengan hadirnya teknologi terutama dengan ada layanan di era digital di perpustakaan. Perpustakaan di era digital ini tidak hanya bersaing dengan toko-toko buku. Namun, pesaing yang paling mengancam perpustakaan adalah ledakan informasi yang tak terbatas dan terus berkembang seiringnya zaman di dunia maya. Oleh karena itu, perpustakaan harus memberi pelayanan yang lebih baik lagi, agar perpustakaan tidak ditinggalkan oleh penggunanya. Di era digital ini boleh dikatakan tidak ada satu informasi yang tidak terlacak, jika perpustakaan masih terus menggunakan layanan konvensional cepat atau lambat pasti akan ditinggalkan penggunanya dan perpustakaan akan dikalahkan oleh search engine atau mesin pencari seperti Google, Yahoo dan lainnya yang bisa dikatakan sebagai perpustakaan terbesar di era digital.

(31)

Menurut Sugihartati bahwa:

Salah satu tantangan yang dihadapi para pustakawan di era digital adalah munculnya perubahan perilaku users atau pengguna yang makin familiar dengan teknologi informasi, lebih kritis dan bersikap pro-aktif, dan cenderung menginginkan layanan perpustakaan yang serba cepat dam mudah. Users di era revolusi informasi adalah warga masyarakat yang seringkali disebut sebagai net generation atau now generation yang makin terbiasa berselancar di dunia maya dan menginginkan segala informasi dapat diperoleh dengan seketika.

Di era digital, seorang pustakwan yang profesional bukan hanya dituntut mampu memahami karakteristik pengguna, bukan hanya dituntut mengembangkan sikap dan kualitas layanan yang profesional serta memiliki koleksi informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, tetapi pustakawan juga dituntut mampu terus berkreasi, bersikap inovatif menciptakan berbagai daya tarik untuk merekayasa selera dan cara berpikir pengguna agar mereka benar-benar memandang untuk berkunjung dan yang terpenting mampu menciptakan dan mengembangkan berbagai kebutuhan yang membuat pengguna pelan-pelan semakin tergantung pada apa yang ditawarkan oleh pustakawan serta menelusur informasi dan membaca adalah bagian dari gaya hidup yang membanggakan dan bahkan menimbulkan kerinduan ketika hal itu tidak dilakukan.

Sharma (2005) yang dikutip oleh Sugihartati menyatakan bahwa:

Peran tambahan pustakawan pada era reformasi adalah disamping harus bekerja sebagai pustakawan, mereka juga harus bekerja sebagai manajer informasi: mengetahui bagaimana cara pustakawan mengelola dan memberikan layanan informasi sehingga kebutuhan informasi pengguna terpenuhi. Di samping ini, pustakawan perlu bekerja sebagai penasihat atau instruktur informasi: menjamin bahwa pengguna atau staf mengetahui bagaimana mengakses sumber-sumber informasi yang relevan dan pustakawan harus bekerja sebagai sistem atau jaringan: untuk menyebarkan informasi kepada pengguna tentang cara yang tepat melalui desain dan pengembangan sistem.

(32)

Menurut Helder (2009) yang dikutip oleh Sugihartati multiperan yang harus dimainkan pustakawan yakni sebagai berikut:

1. Advokasi

2. Manajer Konsorsium 3. Konsultan

4. Manajer konten 5. Fasilitator

6. Pembimbing/guru 7. Perantara (intermediary) 8. Manajer Pengetahuan 9. Periset

10. Sifter/Data Mining (pustakawan ahli yang membantu pemakai menemukan citarasa dan urutan sumber-sumber informasi), dan

11. Web Designer

Lebih lanjut Saha (2009) yang dikutip oleh Sugihartati menyatakan bahwa peran yang harus dilakukan pustakawan pada era digital, antara lain sebagai berikut:

1. Pengembangan koleksi: menyediakan bahan pustaka untuk keperluan riset dan kegiatan ilmiah yang terdiri dari kegiatan seleksi, pengadaan, pengolahan(untuk akses informasi), dan pengawasan.

2. Konsultasi informasi: membimbing mahasiswa dan dosen dalam kaitannya dengan ketersedian bahan pustaka terbaik guna memenuhi kebutuhan informasi mereka

3. Pengajaran: membantu mahasiswa dan dosen agar mereka menjadi warga yang mampu dan lancar dalam menggunakan informasi secara etis.

4. Menyediakan akses terhadap informasi dalam berbagai format 5. Mengevaluasi ketersediaan sumber informasi

6. Mengorganisasikan dan menata informasi 7. Meyakinkan pelaksanaan preservasi informasi

8. Menyediakan staf khusus untuk keperluan pengajaran dan bantuan dalam mengintepretasi dan mengakses sumber-sumber informasi aksesnya. Berdasarkan uraian di atas, dalam konteks era digital pustakawan diharuskan memiliki keterampilan (skills) dan kompetensi yang memnungkinkan mereka berperan optimal sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.

(33)

1. Kemampuan Teknis,

2. Kemampuan Teknologi Informasi, dan 3. Kemampuan Manajerial.

Menurut Sugihartati dalam perspektif yang relevan dengan pendapat Helder itu, National Knowledge Commision, India menyatakan bahwa kemampuan yang perlu dimiliki pustakawan saat ini adalah kemampuan yang relevan dengan perubahan peran perpustakaan, yakni sebagai berikut:

1. Kemampuan pengelolaan perpustakaan dan informasi, 2. Orientasi pelayanan,

3. Pengetahuan dan kemampuan TIK,

4. Kemampuan berkomunikasi dan pelatihan, 5. Kemampuan memasarkan dan presentasi.

Studi terbaru yang berjudul Key Skills and Competencies of a New Generation of Library and information Science (LIS) Professional yang ditulis oleh Nonthacumjane (2011) menyebutkan bahwa pustakawan perlu memiliki 3 aspek yang terkait dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan pada era digital, yakni:

1. Kemampuan Pribadi/Perorangan: perilaku yang sesuai, nilai-nilai, dan sifat pribadi. Kemampuan pribadi ini meliputi:

a. Analitis, b. Kreatif, c. Teknis, d. Fleksibel, e. Rekletif,

f. Kemampuan berhubungan dengan pengguna (yang berbeda), g. Detektif,

h. Mampu beradaptasi,

i. Responsif terhadap kebutuhan, j. Antusias,dan

k. Motivasi Diri

2. Kemampuan Umum: kemamuan umum yang bersumber dari disiplin lain, yakni:

a. Literasi Informsi, b. Komunikasi, c. Berpikir Kritis, d. Teamwork,

(34)

g. Kepemimpinan.

3. Pengetahuan Spesifik: adalah pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dari program perpustakaan dan informasi pada level S1 dan S2. Pengetahuan itu meliputi:

a. Metadata,

b. Pengembangan Database dan Sistem Manajemen Database, c. Kebutuhan Pengguna perpustakaan,

d. Arsip Digital, e. Kegiatan Preservasi,

f. Pengembangan Koleksi,dan g. Sistem Manajemen Kontent.

Berdasarkan uraian di atas, mengindikasikan bahwa pada era digital saat ini, pustakawan memiliki begitu banyak peran baru yang harus dijalankan dan lebih kompleks dari peran yang selama ini dilaksanakan. Namun, beberapa di antara peran baru itu menjadikan peran pustakawan menjadi less-visible (kurang nyata atau terlihat).

2.3 Wawasan Lingkungan yang Mempengaruhi Lingkungan Perpustakaan 2.3.1 Pengertian Wawasan Lingkungan

Wawasan lingkungan berkaitan erat dengan ekologi atau arsitektur ekologi dan pembangunan berkelanjutan. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Irwan (199: 108) menyatakan bahwa:

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian dari lain lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut, penggolangan itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

(35)

2. Lingkungan Biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik.

Irwan (1992: 12) menyatakan bahwa:

Untuk hidup dan hidup berkelanjutan bagi manusia harus belajar memahami lingkungannya dan pandai mengatur pemakaian sumber-sumber daya alam dengan cara-cara yang dapat di pertanggung jawabkan demi pengamanan dan kelestariaan. Pada dasarnya masalah lingkungan itu timbul karena kegiatan manusia sendiri yang tidak mengindahkan atau mengerti prinsip-prinsip ekologi.

Menurut Amsyari (1995: 1) bahwa:

Manusia dan lingkungan pada hakekatnya satu bangunan yang seharusnya saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada lingkungan sedang lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia. Sayangnya manusia sering lupa bahwa lingkungan yang berkualitas buruk juga akan berpengaruh pada kualitas kehidupannya juga. Dari sini jelas bahwa subjek dari kehidupan manusia dan kondisi lingkungan yang pada dasarnya adalah manusia itu sendiri. Lebih baik manusia, akan lebih baik pula kualitas kehidupan dan lingkungannya, sedang lenih buruk manusia tentu akan lebih buruk kualitas kehidupan dan lingkungannya.

Sedangkan menurut Salim (1986: 29) bahwa:

Makna lingkungan di sini tidaklah terbatas pada lingkungan alam semata-mata, tetapi juga mencakup lingkungan sosial. Keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan tidak hanya dicapai dengan mengembangkan daya dukung alam, tetapi juga dengan mengembangkan diri manusia dan masyarakat, sehingga keselarasan hubungan dicapai berkat kemajuan manusia dan alam.

Berdasarkan uraian di atas lingkungan sosial yang dimaksud adalah interaksi dan sifat manusia atau pengguna dengan perpustakaan. Sifat manusia yang pada umumnya sering merusak lingkungan disekitarnya akan berdampak negatif di masa sekarang dan masa mendatang. Manusia dalam hal ini pengguna dengan lingkunganya dalam hal ini perpustakaan diharapkan mampu berkerjasama dalam menciptakan perpustakaan berrwawasan lingkungan dengan tidak merusak lingkungan perpustakaan itu sendiri.

(36)

Kalau direnungkan kemajuan teknologi dapat dikatakan merupakan pedang bermata dua yang dapat digunakan untuk memahami keseluruhan manusia dan alam atau untuk menghancurkannya. Oleh karena itu agar teknologi yang ditemukan manusia itu, bermanfaat untuk kesejahteraan manusia, maka manusia sebagai insan pemakai harus mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi.

Sugandhy (2009: 29) juga menyatakan bahwa:

Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendukung pola pengelolaan lingkungan yang tepat dalam pembangunan saat ini dan yang akan datang. Ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan adalah berupa pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dalam hal pemilihan teknologi pengelolaan lingkungan, yang merupakan keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan manusia untuk pemantauan, pengendalian, pemulihan, dan pengawasan pengembangan lingkungan hidup. Dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang perlu diperhitungkan adalah peluang unggulan dalam mempercepat laju pembangunan, di samping perlu diketahui dan perlu diberi perhatian khusus dalam pengembangan teknologi pelestarian lingkungan dan pengendalian kerusakan serta pencemaran lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, lingkungan adalah alam sekitar, termasuk orang-orang di dalamnya. Manusia dan lingkungan sangat bersimbiosis mutualisme satu sama lain, manusia sangat tergantung pada alam, begitu pula lingkungan sangat bergantung pada aktivitas manusia. Perkembangan teknologi dapat membantu manusia dalam mengelola lingkungan, meningkatkan pelestarian lingkungan, mencegah pencemaran lingkungan sehingga dapat terwujudnya lingkungan yang diinginkan.

2.3.2 Konsep Wawasan Lingkungan

(37)

lingkungan adalah mengurangi penggunaan air dan tanah serta sumber alam lainnya. Bangunan berwawasan lingkungan diasumsikan memiliki kualitas udara dalam ruangan dan lebih mudah untuk dijaga.

Berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Dari uraian tersebut jelas bahwa perpustakaan berwawasan lingkungan merupakan perpustakaan terencana dalam pembangunan yang berkaitan dengan lingkungan dan berkisanambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Konsep perpustakaan yang berwawasan lingkungan antara lain Penggunaan Kembali (Recycle) dan Renewable Resources.

2.3.2.1 Penggunaan Kembali (Recycle)

Berbagai teknologi dikembangkan untuk mengejar efisiensi, kepraktisan, kemudahan, dan sebagainya seringkali menjadi bumerang dengan pengurasan sumber daya dan limbah yang berlebihan. Untuk menciptakan berwawsan lingkungan mendaur ulang adalah salahh satu upaya unutk mencegah kerusakan lingkunga seperti penggunaan kaleng, kotak, atau plastik. Penggunaan botol sebagai kemasan minuman merupakan hal lebih bijaksana karena dapat dipergunakan ulang.

(38)

Menurut Maczulak (2010: 31) bahwa:

The action of recycling wastes seems to symbolize the idea of sustainability. Recycling can be done by a person living in a small apartment or by a massive factory. Recycling fulfills two components of sustainability. First, people conserve natural resources by recycling items that industries use a raw materials. This decreases the demand that industry puts on the envirotment by extracting new natural resouces from the earth. Second, recycling lessens the amount of wastes that accumulate on earth. The simple action of putting wastes into different recycling bins also helps remind people of the amounts of waste they produce and might help them think of ways to reduce it.

The National Recycling Coalition (NRC) countered Tierney’s opinion with data that show recycling saves energy compared with making products from new raw materials. The following recycled materials save energy compared with manufacturing them :

1. Aluminium, 95 percent 2. Plastics, 70 percent 3. Steel, 60 percent 4. Newspaper, 40 percent

5. Glass, 40 percent”

Maczulak (2010: 33) juga menyatakan bahwa:

Recycling will not solve all environmental ills. The achieve sustainability, people must do more than recycle to conserve natural resources. But recycling certainly help lessen pollution, waste, and natural resource depletion, even if it alone cannot fix these problems. Recycling technology continues to grow, and enterpreneurs have inveted new uses for wastes while the recycling industry has found ways to make recycling less expensive and more streamlined.

(39)

alam. Tetapi daur ulang dapat membantu mengurangi jumlah polusi, limbah dan habisnya sumber daya alam.

Daur ulang yang dapat dilakukan untuk menciptakan perpustakaan yang berwawasan lingkungan yaitu, Satu, dengan mengurangi penggunaan kertas, plastik dan lainnya di dalam perpustakaan; Dua, mendaur ulang kembali limbah air buangan toilet perpustakaan dapat digunakan untuk menyiram tanaman perpustakaan dengan demikian kita dapat menciptakan perpustakaan yang berwawasan lingkungan.

2.3.2.2 Renewable Resources

Menurut Maczulak (2010: 172) bahwa:

The subject of renewable energy contains many questions yet to be resolved. But innovations in renewable energy have emerged at an encouraging rate and continue to offer new approaches in energy use. The new ideas coming out of universities and small laboratories range from sophisticated programs built on elegent equipment to projects of rather modest technology but important all the same. For instance, under the umbrella of renewable energy, a student can choose among these technologies to pursue: space satellites that capture solar energy and beam it to earth; unique power cells that use the energy systems of microbes; or artificial wetlands that occupy a small area in backyard and decompose wastes as nature decomposes them. There hardly seems to be a discipline in science that offers the diversity of technologies found in renewable energy. Fortunately, few problems in the environment have been attacked with the fervor that science now has taken to renewable energy. The opportunities in renewable technology must be sorted and prioritized to be sure that the most feasibleideas are tired first, but also that no seemingly farfetched idea becomes lost.

Secara singkat terjemahan dari uraian diatas adalah subjek dari energi terbarukan memuat sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Tetapi inovasi dalam energi terbarukan ini muncul pada laju dorongan dan terus menawarkan pendekatan baru dalam penggunaan energi. Namun sedikit permasalahan dalam lingkungan yang muncul dimana ilmu pengetahuan telah mengarahkannya pada energi yang terbarukan.

(40)

Menurut Salim (1986: 172) kebijaksanaan lingkungan seperti diucapkan Presiden Soeharto dalam Amanat Lingkungan 5 Juni 1982 memuat lima pokok penting:

1. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hakekat lingkungan hidup memuat hubungan saling kait-mengait dan hubungan saling membutuhkan sektor satu dengan sektor lain, antara Negara satu dengan Negara lain bahkan antara generasi kini dengan generasi nanti. Karena itu diperlukan sikap kerjasama dengan semangat solidaritas antarsektor, antardaerah, antarnegara dan antargenerasi.

2. Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber alam dalam menghasilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang terus-menerus meningkat perlu dikendalikan untuk disesuaikan dengan pola penggunaan sumber alam secara bijaksana.

3. Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan.

4. Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat.

5. Menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan ini bahwa untuk menyelamatkan lingkungan kita harus memiliki sikap sadar untuk melindungi dan merawat lingkungan serta memiliki kesadaran saling bergantung satu sama lain. Penggunaan sumber daya alam harus bijaksana, karena persediaan sumber daya alam yang tak terbatas sementara pemintaan cenderung naik. Lima pokok ikhtiar diatas memang belum lengkap, namun apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh akan cukup untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, yang perlu dikembangkan dimasa sekarang dan dimasa mendatang

2.3.4 Energi

(41)

Satwiko (2005: 7) menyatakan bahwa:

Dari sisi ketersediaannya, energi dapat dibagi menjadi energi yang terbarui (renewable) dan tak terbarui (non-renewable). Energi terbarui adalah energi yang relatif tidak akan pernah habis, seperti energi matahari, angin, air, dan massa bio seperti sampah rumah tangga dan limbah pertanian. Energi tak terbarui tidak dapat diadakan lagi setelah habis, seperti minyak, batubara, dan gas alam. Sekali habis kita tidak dapat membuatnya lagi. Satwiko (2005: 7) juga menyatakan bahwa:

Energi terbarui cukup banyak dan saat ini masih terus-menerus dikembangkan. Sering disebutkan bahwa energi terbarui tidak mengganggu lingkungan hidup. Ini tidak sepenuhnya benar, karena ternyata dalam praktiknya sumber energi ini pun dapat merusak lingkungan. Demikian pula kumpulan sel surya untuk menuai energi dari matahari dapat menghabiskan lahan yang sangat luas.

Berdasarkan uraian diatas, energi terbarui lebih baik daripada energi tak terbarui, karena energi terbarui ini sangat cocok di kembangkan dalam pembangunan perpustakaan yang berwawasan lingkungan seperti diketahui diatas bahwa energi terbarui tidak dapat merusak lingkungan. Beberapa energi tebarui yang kita kenal saat ini adalah sebagai berikut:

2.3.4.1 Energi Surya

Menurut Satwiko (2005: 8) bahwa:

Matahari adalah sumber energi utama bumi. Boleh dikatakan hampir semua energi yang ada di bumi dapat dilacak asal-usulnya. Matahari memancarkan energi ke segala arah. Energi surya dapat dipergunakan secara langsung maupun tidak langsung. Kita dapat mengubah energi surya menjadi listrik memakai sel surya (photo-voltaic) lalu disimpan di baterai untuk dipergunakan sewaktu-waktu bila matahari tidak tampak. Kita juga dapat menangkap panas matahari dengan panil surya (solar panel) untuk memanaskan air buat mandi.

Menurut Satwiko dalam Gray (1996: 16) keuntungan sel surya adalah:

a. Membangkitkan listrik tanpa ada bagian yang bergerak sehingga tidak menimbulkan kebisingan maupun asap

b. Memungkinkan untuk memperoleh listrik di lokasi yang tidak dilalui oleh jaringan listrik umum

(42)

d. Awet, bandel, tahan cuaca

e. Hanya perlu memerlukan perawatan kecil seperti pembersihan f. Tanpa biaya bahan bakar, dan hampir tanpa biaya perawatan g. Sekali dipasang, hampir selamanya membangkitkan listrik gratis

h. Menghasilkan listrik searah (DM, direct current) yang langsung dapat disimpan di baterai

i. Tersedia dalam bentuk modul, sehingga mudah ditambah-kurangi sesuai kebutahan dan dana

Berdasarkan uraian di atas bahwa energi surya merupakan energi utama di bumi dan persediaannya tidak selalu ada tersedia. Karena energi surya merupakan energi terbarui yang tidak merusak lingkungan, maka energi surya dapat dijadikan salah satu energi yang bisa di terapkan untuk membangun perpustakaan yang berwawasan lingkungan yang menghasilkan listrik secara alami tanpa menimbulkan kebisingan dan asap.

2.3.4.2 Energi Massa Bio

Satwiko (2005: 30) menyatakan bahwa:

Massa bio adalah bahan organik yang menyimpan energi matahari dalam bentuk kimiawi. Bahan bakar massa bio antara lain kayu, limbah pertanian, dan sampah organik rumah tangga. Jika dibakar, energi kimiawi yang terkandung dilepaskan dalam bentuk panas. Energi massa bio dapat dipergunakan secara sederhana. Massa bio dimasukkan ke dalam tungku pembakar. Panasnya digunakan untuk memanaskan air, kemudain uap air akan memutar turbin listrik. Cara lain adalah dengan cara menumpuk massa bio di tempat pembuangan. Ketika terurai maka akan timbul gasmetan yang dapat dikumpulkan dengan pipa-pipa untuk dipergunkan pada pembangkit listrik. Energi massa bio sangat berpotensi untuk di kembangkan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa energi massa bio merupakan energi terbarui yang tidak merusak lingkungan, maka energi massa bio dapat dijadikan salah satu energi yang bisa di terapkan untuk membangun perpustakaan yang berwawasan lingkungan yang menghasilkan listrik secara alami tanpa merusak lingkungan.

2.3.4.3 Energi Hidrogen

(43)

Hidrogen adalah elemen di alam yang paling sederhana dan paling banyak di jumpai di alam semesta (75%). Hidrogen adalah energi massa depan. Gas hidrogen tidak tersedia secara alami sehingga kita harus membuatnya dengan memisahkan hidrogen dari air, massa bio dan gas alam. Beberapa bakteri dan alga memproduksi hidrogen. Listrik juga dapat memisahkan hidrogen dari air dengan proses elektrolisa. Saat ini teknologi pembuatan hidrogen masih sangat mahal dan pengembangannya terus dilakukan agar kelak dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah, murah dan aman.

Berdasarkan uraian di atas hidrogen dapat menyimpan energi. Energi hidrogen bersih sehingga aman bagi lingkungan. Saat ini energi yang paling fleksibel adalah listrik, yang dapat diubah menjadi panas, cahaya, bunyi, dan lain-lainnya, kapan saja dan dimana saja. Hidrogen menawarkan bentuk sumber energi yang luwes, mudah diangkut, dan diubah menjadi listrik untuk keperluan lain. maka energi hidrogen dapat dijadikan salah satu energi yang bisa di terapkan untuk membangun perpustakaan yang berwawasan lingkungan.

(44)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Dalam pemenuhan kebutuhan akan sumber informasi di era globalisasi ini, perpustakaan di tuntut berperan aktif dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Perpustakaan sebagai pusat sarana dan informasi harus siap memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat pemakainya dengan menyediakan kebutuhan sarana. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka dalam UU Nomor 43 tahun 2007. Perpustakaan merupakan salah satu sarana pendukung dalam meningkatkan mutu pendidikan. Karena dengan adanya perpustakaan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas dan penelitian karya ilmiah. Salah satu peranan perpustakaan ialah sebagai sumber informasi dalam penelitian dan berperan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.

Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia. Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefenisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apapun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam bentuk digital yaitu dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer.

(45)

a perguruan tinggi yang dikenal dengan nama Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan instrumen dinamis pendidikan, bukan hanya gedung buku yang dilengkapi dengan ruang baca.

Di era digital, perpustakaan tidak lagi hanya bersaing dengan toko-toko buku atau menjadi lembaga yang dapat memonopoli layanan kebutuhan masyarakat akan buku bacaan atau koleksi yang lain. Namun, persaingan yang paling mengancam kedudukan dan peran perpustakaan justru adalah internet yang merupakan lautan informasi yang nyaris tak terbatas, yang terus berkembang dinamis. Di era revolusi informasi, seorang users atau pengguna yang membutuhkan koleksi atau informasi tertentu, tidak harus datang ke perpustakaan dan kemudian mencari koleksi yang dibutuhkan di rak-rak dengan dibantu kartu katalog, melainkan cukup duduk di kamarnya sendiri, membuka laptop, dan kemudian berselancar di dunia maya untuk men-download ebook atau mencari informasi yang dibutuhkan melalui mesin pencari seperti Google, Yahoo, dan yang lainnya. Di era digital, pengguna menginginkan informasi yang dapat di peroleh dengan cepat, akurat dan global. Era digital merupakan era di mana sebagian besar masyarakat pada era tersebut menggunakan teknologi digital (yang dapat mengalihkan tenaga atau energi) dalam kehidupan sehari-harinya.

Di era digital saat ini peran perpustakaan adalah perpustakaan harus mampu mengatasi perubahan ekspektasi pengguna, dimana pengguna sangat membutuhkan informasi yang benar-benar relevan dan akurat. Di samping itu juga maka bertambah pula lah peran pustakwan. Peran pustakawan memiliki begitu banyak peran baru yang harus dijalankan dan lebih kompleks dari peran yang selama ini dilaksanakan. Namun, beberapa di antara peran baru itu menjadikan peran pustakawan menjadi less-visible (kurang nyata atau terlihat)

(46)

.

Dengan demikian, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana tetap melakukan pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup dan meminimumkan perusakan kualitas lingkungan dengan tetap memperhatikan bahwa penyediaan sumber daya alam tidak tak terbatas, sedangkan permintaan cenderung naik.

Konsep bangunan berwawasan lingkungan menjadi tren dunia bagi pengembangan properti (gedung beserta sarana dan prasarana yang menggambarkan elemen yang tidak terpisahkan dari tanah dan gedung yang di maksudkan) saat ini. Bangunan berwawasan lingkungan memiliki kontribusi menahan lajunya pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Salah satu pengaplikasiannya bisa diterapkan dalam membangun perpustakaan. Keuntungan nyata yang paling besar yang diperoleh dari bangunan berwawasan lingkungan adalah mengurangi penggunaan air dan tanah serta sumber alam lainnya. Bangunan berwawasan lingkungan diasumsikan memiliki kualitas udara dalam ruangan dan lebih mudah untuk dijaga.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan organ pusat dari suatu Perguruan Tinggi. Sebagai suatu pusat sumber informasi, perpustakaan memperoleh tempat utama dan sentral karena perpustakaan melayani semua fungsi Perguruan Tinggi induknya yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara harus siap menghadapi segala tantangan di era digital ini, terutama dalam pelayanan informasi dan juga harus bisa menjadi perpustakaan yang berwawasan lingkungan di era digital agar minat berkunjung pengguna perpustakaan semakin meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menulis kertas karya

dengan judul “Perpustakaan yang Berwawasan Lingkungan di Era Digital

pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”.

(47)

lingkungan diterapkan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara di era digital.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dengan judul “Perpustakaan yang Berwawasan

Lingkungan di Era Digital pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara” adalah

untuk mengetahui bagaimana penerapan perpusta

Gambar

Tabel-1: Jumlah Koleksi Elektronik Perpustakaan USU (s.d Desember 2015)
Gambar-2: Acourete Fiber
Gambar-3: Pemanfaatan jendela lebar dan skylight (lubang atap)
Gambar-4: Pemanfaatan sinar matahari (Solar system)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem e-WaUKM yang memberikan kemudahan bagi para pewaralaba dan terwaralaba dalam grup UKM untuk mempromosikan waralaba mereka, memudahkan

Namun saat ini, kegiatan para anggota komunitas dalam meng-update berita hanya dilakukan seperlunya dan ketika mereka mempunyai waktu luang saja, serta hanya berita tentang artis

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwasanya faktor lain yang dapat membentuk konsep diri menjadi positif selain mentoring adalah dengan meningkatkan religiusitas

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 36 SKPD dan 108 orang responden yangterdiri dari Kepala Dinas/Kepala Badan/Kepala Kantor sebagai Pimpinan dan Pengguna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peternak kambing Lakor adalah berpendidikan rendah, sebegai usaha pokok, menggunakan tenaga kerja keluarga, Sebagian

Hal ini didukung dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh mtDNA yang umumnya tidak dijumpai pada DNA inti, seperti ukuran mtDNA sekitar 16,5 kb lebih kecil dibanding DNA

Ketersediaan sumber pakan bagi burung rangkong pada lokasi penelitian di Gunung Betung didukung dengan adanya beberapa jenis Ficus yang menjadi sumber pakan utamanya

Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu chief risk oficer, opportunities growth, asset opacity, inancial slack, earnings volatility dan