SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN
PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013
OLEH :
PUTERI UTAMI MATONDANG 110503301
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH ECONOMIC
VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM
DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham dengan Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak yaitu 124 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2010-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 20 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis pertama, dan uji residual untuk hipotesis kedua dengan menggunakan sofftware SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham. Variabel Dividend per Share (DPS) yang digunakan sebagai variabel moderating secara statistik tidak signifikan dalam memoderasi pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN OF STOCK PRICE WITH
DIVIDENd PER SHARE AS MODERATING VARIABLE MANUFACTURING COMPANY LISTED IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE PERIODE 2010-2013
The purpose of this study was to determine the effect of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price with Dividend Per Share (DPS) as moderating variable onmanufacturing company listed on Indonesian Stock Exchange from 2010 -2013. The population of this study was 124 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange from 2010-2013 and 20 companies were selected to be the samples for this study through purpopsive sampling technique.For the first hypothesis, the data obtained was statistically tested through multiple linear regression tests, and the second hypothesis was tested through residual test by using SPSS program
These results indicate that the variable Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth simultaneously affect to the stock price. While partially Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) affects the performance of the company. Variable Dividend per Share (DPS) was not a moderating variable statistically variable which coulkd strengthen or weaken the relationship between the variables of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW atas segala rahmat, berkah dan karunia-Rasul-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh
Economic Value Added, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Price Book
Value, Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham dengan Dividend Per Share
sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2010-2013”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak
mendapatkan bimbingan, saran, motivasi, bantuan dan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, Ca., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs.
Hotmal Jafar, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM.,
Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis untuk
5. Bapak Drs.Rustam, M.Si., Ak, selaku Dosen Penguji dan Bapak
Drs.M.Utama Nasution, M.M, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada orang tua tercinta H. Fauzil Hayat dan Hj. Eli Falina, SE yang
telah mendidik dan membesarkan penulis. Serta Abangda penulis Ruzeiq Zulindra
Matondang, Adinda penulis Marti Latifolia Matondang yang telah memberikan
motivasi pada penulisan skripsi ini serta teman-teman seperjuangan yang telah
membantu memberikan dukungan dan do’a sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik isi
maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan dan menerima kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 04 Juni 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
PERYATAAN ...i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 ... Latar belakang ...1
1.2 ... Rumusan masalah ...7
1.3 ... Tujuan penelitian...8
1.4 ... Manfaat penelitian ...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ...10
2.1.1 Signalling Theory ...10
2.1.2 Harga Saham...11
2.1.3 Analisis Saham ...12
2.1.4 Economic Value Added (EVA) ...13
2.1.5 Price Earning Ratio (PER) ...15
2.1.6 Debt to Equiy Ratio (DER) ...16
2.1.7 Price Book Value (PBV) ...17
2.1.8 Pertumbuhan Penjualan ...18
2.1.9 Deviden Per Share (DPS) ...19
2.2 Review Penelitian Terdahulu ...20
2.3. Kerangka konseptual ...21
2.4. Hipotesis Penelitian ...28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...29
3.2 Jenis dan Sumber Data ...29
3.3 Metode Pengumpulan Data ...29
3.4 Populasi dan Sampel...30
3.5 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel... 31
3.6 Metode Analisis Data ...33
3.6.1. Uji Asumsi Klasik ...34
3.6.1.2. Uji Multikolonieritas ...35
3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ...36
3.6.1.4. Uji Autokorelasi ...36
3.6.2. Pengujian Hipotesis ...37
3.6.2.1. Regresi Linear Berganda ...37
3.6.2.2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...38
3.6.2.3. Uji Signifikasi Simultan (Uji F) ...39
3.6.2.4. Uji Signifikasi Parsial (Uji t) ...39
3.6.2.5.Pengujian Hipotesis dengan Variabel Moderating ...40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif ...42
4.2. Uji Asumsi Klasik...44
4.2.1. Uji Asumsi Normalitas ...45
4.2.2. Uji Multikolinearitas ...47
4.2.3. Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual ... 4.2.4. Uji Heteroskedastisitas...50
4.3. Pengujian Hipotesis ...51
4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ...51
4.3.2.Uji Signifikansi Koefisien Regresi Berganda secara Menyeluruh (UjiF)...52
4.3.3.Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial secara Individu (Uji-t)...54
4.4. Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ...59
4.5. Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen secara Parsial ...60
4.5.1 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh EVA terhadap Harga Saham ...60
4.5.2 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PER terhadap Harga Saham ...61
4.5.3 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh DER terhadap Harga Saham ...61
4.5.4 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PBV terhadap Harga Saham ...62
4.5.5 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham ...63
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...66
5.3. Saran ...67
DAFTAR PUSTAKA...68
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Tolak Ukur EVA ... 15
Tabel 2.2 ReviewPenelitian terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel ...31
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif dari EVA, PER, DER, PBV, Pertumbuhan Penjualan, dan Harga Saham ... 42
Tabel 4.2 Uji Normalitas ... 46
Tabel 4.3 Uji Multikorelasi ... 48
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 49
Tabel 4.5 Koefisien Determinasi ... 52
Tabel 4.6 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 53
Tabel 4.7 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Individu ... 54
Tabel 4.8 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh EVA, PER, DER, PBV, dan Pertumbuhan penjualan terhadap Harga Saham ...59
Tabel 4.9 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh EVA terhadap Harga Saham ... 60
Tabel 4.10 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PER terhadap Harga Saham ... 61
Tabel 4.11 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh DER terhadap Harga Saham ... 61
Tabel 4.12 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PBV terhadap Harga Saham ... 62
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 22
Gambar 4.1 Grafik Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas ... 47
Gambar 4.2 Grafik dengan Normal Probability Plot ... 47
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas... 51
Gambar 4.4 Menentukan Nilai Tabel dengan Microsoft Excel ...53
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur ...71
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ...74
Lampiran 3 Laporan Keuangan Perusahaan ...75
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM
DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham dengan Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak yaitu 124 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2010-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 20 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis pertama, dan uji residual untuk hipotesis kedua dengan menggunakan sofftware SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham. Variabel Dividend per Share (DPS) yang digunakan sebagai variabel moderating secara statistik tidak signifikan dalam memoderasi pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN OF STOCK PRICE WITH
DIVIDENd PER SHARE AS MODERATING VARIABLE MANUFACTURING COMPANY LISTED IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE PERIODE 2010-2013
The purpose of this study was to determine the effect of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price with Dividend Per Share (DPS) as moderating variable onmanufacturing company listed on Indonesian Stock Exchange from 2010 -2013. The population of this study was 124 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange from 2010-2013 and 20 companies were selected to be the samples for this study through purpopsive sampling technique.For the first hypothesis, the data obtained was statistically tested through multiple linear regression tests, and the second hypothesis was tested through residual test by using SPSS program
These results indicate that the variable Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth simultaneously affect to the stock price. While partially Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) affects the performance of the company. Variable Dividend per Share (DPS) was not a moderating variable statistically variable which coulkd strengthen or weaken the relationship between the variables of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk
mengevaluasi daya tarik dari saham biasa dan sebagai alat yang memerlukan
pengukuran untuk menentukan apakah melakukan investasi atau tidak. Harga
saham juga merupakan faktor yang membuat para investor menginvestasikan
dananya di pasar modal dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian
modal. Dengan membeli dan memiliki saham, investor akan memperoleh
beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima yaitu untuk
memperoleh capital gain, memperoleh deviden dan memiliki hak suara bagi
pemegang saham preferen (Fahmi 2012:86).
Minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Hal ini terjadi karena semakin berkembangnya pengetahuan
masyarakat terhadap pasar modal, jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar
modal yang semakin banyak, dan dukungan pemerintah melalui kebijakan
berinvestasi.
Dalam perdagangan saham, ada saatnya dimana harga saham itu mengalami
peningkatan, namun ada saatnya harga saham itu juga mengalami penurunan.
Harga saham yang berfluktuasi ini dapat memungkinkan investor menghadapi
berbagai risiko keuangan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor
tepat.sehingga ketika calon investor atau investor membeli saham suatu
perusahaan akan menghasilkan imbal hasil yang positif sesuai harapan.
Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui
para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan
mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu
saham di atas harga pasar. Sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai
perkiraan suatu saham di bawah harga pasar (Sunariyah, 2003: 152). Pergerakan
harga saham dari waktu ke waktu akan tercermin melalui indeks harga saham
yang merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai
faktor yang berpengaruh.
Pada tahun 2010 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami
pertumbuhan hingga 40 persen lebih, mengungguli dominasi bursa China dan
India. IHSG sempat ditutup berada diposisi tertinggi di 3.786,09 poin pada Kamis
(9/12/2010). Kenaikan indeks tersebut dapat memicu bertambahnya pelaku pasar,
baik lokal maupun asing, untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia
(www.kompas.com | Jum’at, 17 Desember 2010 | 14:47 WIB).
Sepanjang tahun 2011 IHSG menguat sebesar 3,19 persen. Pada tahun ini,
tercatat IHSG menjadi indeks kedua terbaik di kawasan regional Asia di bawah
Bursa Fillipina. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2011 ditutup di
level 3.818,072 setelah menguat 13,220 poin (0,34 persen) pada akhir
perdagangan (www.kompas.com | Senin, 2 Januari 2012 | 06:00 WIB).
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai kapitalisasi pasar saham pada
sebelumnya Rp3,537 triliun pada bulan Desember 2011. Sepanjang tahun 2012
IHSG mengalami pasang surut. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan
pergerakan IHSG meningkat meski belum signifikan bila dibandingkan dengan
Bursa Asia Pasifik seperti Nikkei, Hanseng, Straits Times, Sensex, Philippine dan
Bangkok (www.okezone.com | Sabtu, 29 Desember 2012 | 14:03 WIB).
Prospek investasi saham di pasar modal Indonesia pada 2013 memiliki
ruang tumbuh yang cukup tinggi. Saham sektor infrastruktur, properti, dan barang
konsumsi masih menjadi penopang penguatan IHSG. IHSG pada penghujung
tahun 2013, Sein (30/12/2013) ini ditutup menguat 1,45 persen atau 61,19 persen
di posisi 4.274,17 (www.kompas.com | Senin, 30 Desember 2013 | 16:23 WIB).
Investasi pada pasar modal dianggap berisiko sangat tinggi. Karena ada
faktor yang bisa dikontrol dan ada juga faktor yang tidak bisa dikontrol yang
dapat memengaruhi pergerakan harga saham. Setiap investor akan selalu
mempertimbangkan tingkat penghasilan yang akan diharapkan atas investasinya
untuk suatu periode tertentu di masa yang akan datang. Dalam investasi saham
keuntungan di masa yang akan datang tidak dapat diperkirakan secara pasti, maka
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh investor adalah melakukan analisis
guna pengambilan keputusan saham apa yang sebaiknya dibeli untuk
memaksimalkan keuntungan bagi investor (F. Poernamawati: 2008).
Secara umum terdapat dua pendekatan yaitu analisis teknikal dan analisis
fundamental. Analisis teknikal didasarkan pada pergerakan saham baik dalam
Sedangkan Analisis fundamental menggunakan data keuangan perusahaan seperti:
laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi
investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan
tersebut mejadi optimal bagi investor apabila dapat menganalisis lebih lanjut
melalui analisis rasio keuangan. Selain itu, untuk lebih menarik minat investor
yang berinvestasi pada saham, perusahaan juga harus menunjukkan hasil kinerja
perusahaan yang baik. Penilaian Kinerja perusahaan dilakukan dengan
menghitung rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan dan metode
EVA.
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah Economic
Value Added (EVA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER),
Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan. EVA merupakan suatu
indikator kinerja perusahaan, dalam konsepnya menyatakan bahwa kesejahteraan
hanya dapat tercipta ketika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi
dan biaya modalnya. Biaya modal diperhitungkan dalam EVA sehingga
memberikan pertimbangan yang adil bagi pemilik modal.
Beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan EVA terhadap harga
saham yaitu, EVA menyediakan suatu pengukuran tiap periode dari kinerja
penciptaan sebenarnya, EVA menelusuri lebih dekat pada kesejahteraan para
pemodal dibandingkan dengan ukuran konvensional lainnya, EVA meluruskan
kompensasi. Penelitian Mangatta (2011) dan Simanjuntak (2011) menunjukkan
bahwa EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham.
PER mengindikasi besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk
memperoleh setiap Rupiah laba perusahaan. PER dipandang oleh investor sebagai
ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang
(future earning power). Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang
besar biasanya mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya PER akan rendah untuk
perusahaan yang berisiko. Penelitian Stella (2009) menunjukkan bahwa PER
berpengaruh terhadap harga saham.
DER merupakan rasio solvabilitas yang mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Selain
itu rasio ini juga dapat memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko
keuangan perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban
perusahaan juga semakin berat yang dapat mengakibatkan kebangkrutan
perusahaan. Penelitian Wulandari (2012) dan Stella (2009) menunjukkan bahwa
DER memiliki pengaruh terhadap harga saham.
PBVmerupakan rasio perbandingan antara harga suatu saham dengan nilai
bukunya. Rasio ini biasanya dipakai untuk menilai mahal atau tidaknya suatu
saham. Semakin tinggi nilai PBV, maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai
tersebut (F. Poernamawatie: 2008). Penelitian Stella (2009) menunjukkan bahwa
PBV berpengaruh terhadap harga saham.
Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke
tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai
elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu
mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset
tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan
mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut
membeli asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Adapun penelitian yang
dilakukan oleh Deitiana (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Peneliti menggunakan Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel
moderating. Deviden yang stabil akan memberikan kesan kepada investor bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Oleh sebab
itu semakin besar DPS diharapkan harga saham akan semakin meningkat,
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Wulandari (2012) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai Variabel
Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa Variabel current ratio, return on
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur di BEI untuk periode tahun 2008-2011.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dengan yang
dilakukan peneliti adalah pada variabel independen (variabel bebas), objek
penelitian dan tahun penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Economic
Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER),
Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham
dengan Dividend Per Share sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek 1ndonesia 2010-2013”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER),
Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan
Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2010-2013 ?
2. Apakah Dividend Per Share mempengaruhi hubungan Economic
Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio
harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2010-2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA), Price
Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value
(PBV), dan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara simultan dan
parsial terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
2. Untuk menguji dan menganalisis kemampuan Dividend Per Share
dalam memoderasi hubungan antara Economic Value Added (EVA),
Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book
Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dan kontribusi kepada:
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti mengenai pengaruh - pengaruh Economic Value Added (EVA),
Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
investor dalam pengambilan keputusan di pasar modal. Diharapkan
faktor – faktor yang diteliti penulis dapat memberikan gambaran
kepada investor dalam menganalisis berapa besar harga saham yang
dapat diperoleh jika dihubungkan dengan faktor – faktor yang telah diteliti di atas.
3. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada manajemen
perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan yang diperkirakan
berpengaruh terhadap harga saham yaitu Economic Value Added
(EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Signalling Theory
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada dasarnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa
yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat
analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Jogiyanto (2003), “informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news)”.
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi
investor maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham, jika
menjadi sinyal buruk maka investor akan menahan investasi untuk
perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan,
terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang
diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi
yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi
non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan
dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar perusahaan.
Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko
relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio
dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika
suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan
harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan
transparan.
2.1.2 Harga Saham
Menurut Sunariyah (2006), “harga saham adalah harga suatu
saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Harga saham dapat dipengaruhi oleh situasi pasar antara lain harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon
pemodal”.
Harga saham dapat mencerminkan tingkat keberhasilan
pengelolaan perusahaan. Semakin baik tingkat kinerja perusahaan dalam
nilai perusahaan sehingga harga saham akan mengalami peningkatan, dan
sebaliknya.
Nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas 3
(tiga) jenis yaitu (Ang, 1997) :
1. Par Value (Nilai Nominal)
Par value disebut juga stated value atau face value, bahasa Indonesianya disebut nilai nominal atau nilai pari. Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten.
3. Market Price (Harga Pasar)
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.
2.1.3 Analisis Saham
Perkiraan harga saham perusahaan di masa yang akan datang
dalam penentuan keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis
yaitu (Astuti, 2006) :
1. Analisis Teknikal
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran harga saham.
2.1.4 Economic Value Added (EVA)
EVA mengukur nilai tambah perusahaan dengan cara mengurangi
laba operasi setelah pajak dengan biaya modal akibat investasi
(Widyashanti, 2011). EVA merupakan suatu pendekatan dalam menilai
kinerja operasional perusahaan secara adil, dimana kepentingan dan
harapan pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) diukur secara
tertimbang dari struktur modal. EVA termasuk salah satu indikator dari
keberhasilan manajemen dalam memilih dan mengelola sumber-sumber
dana yang ada di perusahaan tentunya juga akan berpengaruh positif
terhadap return pemegang saham.
Berdasarkan definisi diatas, EVA ditentukan oleh dua hal yaitu
keuntungan bersih operasional setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba
operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value dalam
perusahaan, sedangkan biaya biaya modal dapat diartikan sebagai
pengorbanan yang dikeluarkan dalam proses penciptaan value tersebut.
EVA bukanlah suatu konsep baru. Pengukuran akuntansi tentang
kinerja yang disebut residual income juga ditentukan sebagai laba operasi
dikurangi dengan biaya modal. Sedangkan nilai EVA merupakan suatu
dalam perhitungan income dan capital. EVA akan mengukur kinerja
perusahaan secara tepat dengan memperhatikan secara adil. Rumus dalam
menghitung EVA yaitu:
Net Profit After Tax (NOPAT)dihitung dengan cara:
Weighted Average Cost Capital (WACC)dihitung dengan cara:
Invested Capital dihitung dengan cara:
Menurut Steward and Co penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan
telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
2. Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event
Point.
3. Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak
terjadi proses nilai tambah.
Tabel 2.1 Tolak Ukur EVA
Nilai EVA Pengertian Laba Perusahaan
EVA > 0 Ada nilai ekonomis
lebih, setelah perusahaan
membayarkan semua
kewajiban pada para penyandang dana atau
kreditur sesuai
ekspektasinya
Positif
EVA = 0 Tidak ada nilai ekonomis
lebih, tetapi perusahaan
mampu membayarkan
semua kewajibannya
pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya
Positif
EVA < 0 Perusahaan tidak mampu
membayarkan kewajiban pada para penyandang
dana atau kreditur
sebagaimana nilai yang diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai
Tidak dapat
ditentukan, namun jika terdapat laba, tidak seseuai dengan yang diharapkan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa EVA adalah nilai tambah
ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan opersional atau
strateginya selama periode tertentu sehingga menjadi cara untuk menilai
kinerja keuangan sebuah perusahaan. Dengan kata lain EVA mampu
mengungkapkan bagaimana perusahaan telah menciptakan nilai bagi
pemiliknya.
2.1.5 Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio adalah ukuran kineja saham yang didasarkan
perlembar saham (Sulistyastuti, 2005). PER yang tinggi menunjukkan
bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium
untuk perusahaan.
Pertumbuhan laba dan deviden serta expected rate of return dari
suatu saham berubah-ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan
berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menuju suatu tingkat
nilai PER rata-rata dari saham-saham yang mempunyai tingkat resiko yang
sama. Makin besar PER suatu saham maka harga saham tersebut akan
semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini
biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002:96).
Sebaliknya semakin rendah PER suatu saham maka semakin baik atau
murah harganya untuk diinvestasikan.PER menjadi rendah nilainya bisa
karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya
laba bersih perusahaan. Menurut Arifin (2002:87) “rumus yang digunakan untuk mengukur PER adalah sebagai berikut”:
2.1.6 Debt to Equity Ratio (DER)
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan
adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen
penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan.
cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Salah satu
alat ukur untuk menghitung leverage ratio dapat diukur dengan
menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). (Suad Husnan, 2003:70).
Semakin tinggi DER maka semakin besar resiko yang dihadapi,
dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio
yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva (Sartono, 2008:121).
Mennurut Sartono (2008:121) “rumus yang digunakan untuk
perhitungan DERadalah sebagai berikut”:
2.1.7 Price Book Value (PBV)
Menurut Tandelilin (2001:194) “PBV adalah hubungan antara
harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai
sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena
secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai
bukunya.”
Sedangkan menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258): “Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Untuk perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana
yang telah ditanamkan di perusahaan.”
PBV merupakan salah satu rasio yang cukup sering digunakan oleh
pelengkap PER. PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai buku suatu saham.
Menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258) “rumus yang digunakan untuk menghitung PBV adalah sebagai berikut”:
2.1.8 Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan dapat mencerminkan manifestasi
keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai
prediksi pertumbuhan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan
merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu
industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi
kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai
kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Barton et al. 1989). Apabila
pertumbuhan penjualan tinggi, maka mencerminkan pendapatan yang
meningkat sehingga pembayaran dividen juga meningkat.
Tingkat pertumbuhan yang didasarkan pada kemampuan keuangan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat pertumbuhan atas kekuatan
sendiri (internal growth rate) dan tingkat pertumbuhan berkesinambungan
(sustainable growth rate). Internal growth rate merupakan tingkat
pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa
membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan yang hanya dipicu
oleh tambahan atas laba ditahan. Sustainable growth rate merupakan
tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa
melakukan pebiayaan modal, tetapi dengan memelihara perbandingan
antara hutang dengan modal (DER).
Menurut Murni dan Andriana (2007) menyatakan, pendekatan
pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk menilai
prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan perusahaan merupakan komponen untuk menilai prospek
perusahaan pada masa yang akan datang dan diukur berdasarkan
perubahan total penjualan perusahaan. Untuk mengetahui pertumbuhan
penjualan dihitung dengan rumus (Deitiana, 2011):
2.1.9 Dividend Per Share (DPS)
DPS adalah perbandingan antara total dividen dengan jumlah
saham yang beredar. DPS perusahaan ditentukan oleh kemampuan dalam
perusahaan tidak bersedia mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan
dan meningkatkan dividen apabila peningkatan itu dapat dipertahankan
untuk tahun-tahun selanjutnya. Dividen yang stabil akan memberikan
kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di
masa yang akan datang.
DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang
baik dan akan menarik minat investor yang memanfaatkan dividen untuk
keperluan konsumsi. Apabila DPS yang diterima naik tentu saja hal ini
akan membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Dengan banyaknya saham yang dibeli maka harga saham perusahaan
tersebutakan naik di pasar modal (Sutrisno, 2003: 305).
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Stella
(2009), Mangatta (2011), Simanjuntak (2011), Deitiana (2011), dan Wulandari
[image:34.595.101.527.636.753.2](2012). Hasil beberapa penelitian terdahulu dapat dirangkum dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Review Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1. Stella (2009) Variabel Independen:
PER, DER, ROA,
PBV
Variabel Dependen:
Perubahan Harga
saham
No Peneliti Variabel Hasil Penelitian
2. Mangatta (2011) Variabel Independen:
EVA
Vaiabel Dependen:
Harga Saham
EVA tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
3. Simanjuntak (2011) Variabel Independen: EVA, NPM, ROA, EPS.
Variabel Dependen: Harga Saham
Secara parsial EVA, dan
NPM tidak berpengaruh
terhadap harga saham. ROA
dan EPS berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
4. Deitiana (2011) Variabel Independen:
Profitabilitas,
Likuiditas, Dividen, Pertumbuhan
penjualan.
Variabel Dependen: Harga Saham
profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham sedangkan likuiditas, dividen dan pertumbuhan
penjualan tidak
berpengaruh terhadap
harga saham.
5. Wulandari (2012) Variabel Independen: CR, ROE, DER, NPM Variabel Dependen: Harga Saham
Variabel moderasi : Devidend per Share
current ratio, return on equity, debt to equity ratio dan net profit margin secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual berdasarkan uraian teoritis serta beberapa penelitian
terdahulu, sehingga peneliti mengindikasikan Economic Value Added (EVA),
Price Erning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV),
dan Pertumbuhan Penjuala sebagai variabel independen penelitian yang
mempengaruhi Harga Saham sebagai variabel dependen penelitian dengan
Devidend per Share (DPS) sebagai variabel moderatingnya. Maka dapat dibagun
H1
[image:36.595.143.489.146.480.2]H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual di atas menjelaskan hubungan secara parsial maupun
simultan antara masing-masing variabel independen terhadap dependen dan
hubungan antara variabel moderating terhadap variabel dependen Penjelasan dari
gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh EVA terhadap Harga Saham
EVA mengukur nilai tambah perusahaan dengan cara mengurangi
laba operasi setelah pajak dengan biaya modal akibat investasi
(Widyashanti, 2011:22). EVA berbeda dengan laba akuntansi. EVA adalah
Economic Value Added (EVA)
(X1)
Price Earning Ratio (PER)
(X2)
Debt to Equity Ratio (DER)
(X3)
Price Book Value (PBV)
(X4)
Pertumbuhan Penjualan (X5)
Harga Saham (Y)
Dividend per Share (DPS)
estimasi laba ekonomi yang sebenarnya dari bisnis setelah biaya seluruh
modal dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa
mengenakan biaya modal ekuitas.
Ketika EVA bernilai positif dan semakin meningkat, berarti telah
terjadi nilai tambah ekonomi bagi perusahaan (Azzahra, 2009:95).
Perusahaan dikatakan mampu memenuhi harapan pemodal, karena return
yang dihasilkannya melebihi tingkat biaya modal atau melebihi return
yang diharapkan oleh pemodal atas investasinya (Azzahra, 2009:95). Hal
ini akan menarik minat pemodal untuk melakukan investasi pada
perusahaan. Tingginya minat pemodal menyebabkan permintaan saham
meningkat. Meningkatnya permintaan saham akan meningkatkan harga
saham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa EVA
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
2. Pengaruh PER terhadap Harga Saham
PER adalah suatu rasio yang menggambarkan bagaimana
keuntungan perusahaan atau emiten saham (company's earnings) terhadap
harga sahamnya (stock price). PER juga dapat mengukur jumlah uang yang
akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan.
Semakin tinggi PER maka semakin besarkepercayaan investor terhadap masa
depan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PER berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
DER adalah perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan
dan total ekuitasnya (Dharmastuti, 2004). DER mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan
untuk membayar hutang. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara dana
pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan.
Apabila suatu perusahaan memiliki DER yang tinggi, ada kemungkinan
harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh
laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk
membayar utangnya dibandingkan dengan membagi dividend
(Dharmastuti, 2004). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
4. Pengaruh PBV terhadap Harga Saham
PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
suatu saham. Semakin besar rasio ini menggambarkan kepercayaan pasar
akan prospek keuangan perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhrudin,
2001:303). Analisis pasar modal mempertimbangkan suatu saham dengan
rasio PBV yang rendah merupakan investasi yang aman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PBV berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
5. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang
aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu
mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset
tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi
akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan
tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.
Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan di
masa depan. Apabila perusahaan memiliki keuntungan yang meningkat,
maka pertumbuhan penjualan pun ikut meningkat dan kinerja perusahaan
semakin baik dari tahun ke tahun. Dengan demikian juga akan berdampak
pada harga saham yang kemungkinan akan naik karena pada dasarnya
harga saham dipengaruhi oleh keuntungan di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan para investor
tertarik untuk membeli saham tersebut sehingga harga saham akan terus
meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
6. Pengaruh DPS dalam memoderasi variabel independen dengan Harga
Saham
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
mempengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan. Apabila perusahaan
mencari dana dari modal sendiri maka kemungkinan investor baru akan
masuk dan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan
perusahaan. Karena dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada
akan datang. Semakin besar DPS diharapkan harga saham semakin
meningkat. DPS dapat memperlemah maupun memperkuat hubungan
antar variabel independen sebagai variabel moderating.
A. Pengaruh DPS dalam memoderasi EVA dengan Harga Saham
EVA merupakan suatu pendekatan dalam menilai kinerja
operasional perusahaan secara adil. Kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban mempengaruhi jumlah dividen yang
akan dibayarkan. Semakin meningkatnya DPS, maka akan
meningkatkan kinerja operasional suatu perusahaan. DPS berpengaruh positif dalam memoderasi EVA dengan Harga saham.
B. Pengaruh DPS dalam memoderasi PER dengan Harga Saham
Price Earning Ratio adalah suatu ukuran kineja saham yang
didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap
pendapatan perlembar saham. Pertumbuhan laba dan deviden serta
expected rate of return dari suatu saham berubah-ubah nilainya, maka
PER diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada
akhirnya menuju suatu tingkat nilai PER rata-rata dari saham-saham
yang mempunyai tingkat resiko yang sama. Semakin meningkatnya
DPS, maka akan menunjukkan ukuran kinerja saham suatu perusahaan.
DPS berpengaruh positif dalam memoderasi PER dengan Harga saham.
DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari
modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin
meningkatnya DPS, maka nilai DER suatu perusahaan akan menurun
dan dapat menggambarkan bahwa suatu perusahaan mampu dalam
memenuhi kewajibannya. DPS berpengaruh negatif dalam
memoderasi DER dengan Harga saham.
D. Pengaruh DPS dalam memoderasi PBV dengan Harga Saham
PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
suatu saham suatu perusahaan. Semakin meningkatnya DPS, maka akan
menunjukkan nilai buku yang tinggi dan dapat menggambarkan
kepercayaan pasar akan prospek perusahaan tersebut. DPS berpengaruh positif dalam memoderasi PBV dengan Harga saham.
E. Pengaruh DPS dalam memoderasi Pertumbuhan penjualan dengan
Harga Saham
Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan di
masa depan. Apabila perusahaan memiliki keuntungan yang meningkat,
maka pertumbuhan penjualan pun ikut meningkat dan kinerja
perusahaan semakin baik dari tahun ke tahun. Semakin meningkatnya
DPS, maka akan semakin tinggi pula pertumbuhan penjualan suatu
perusahaan. DPS berpengaruh positif dalam memoderasi
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah di jelaskan diatas, sebagai
berikut:
: Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to
Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan
Penjualan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2010-2013
: Dividend Per Share (DPS) mampu memoderasi hubungan antara
Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to
Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kinerja
keuangan dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk dalam
jenis penelitian asosiatif, dimana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan
dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2007:7).
Adapun variabel yang akan diteliti adalah EVA, PER, DER, PBV, dan
Pertumbuhan Penjualan sebagai variabel independen (X) mempunyai hubungan
dengan Harga Saham sebagai variabel dependen (Y) dan DPS sebagai variabel
moderasi (Z).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Bila dilihat dari sumber
datanya, penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2013. Data tersebut berupa laporan keuangan yang dapat diperoleh dan
dipublikasi dari website BEI www.idx.co.id.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling dengan dua
ditentukan. Tahap kedua, mencari laporan tahunan perusahaan sesuai dengan
ketersediaan data laporan tahunan. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapi tujauan
penelitian. Data yang didapat dalam bentuk data sekunder adalah studi
dokumentasi. Studi dokumentasi yang dilakukan adalah mengumpulkan data
sekunder berupa laporan tahunan, catatan-catatan dan informasi lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh melalui pustaka dan
media internet dengan cara men-download laporan tahunan perusahaan
manufaktur melalui situs www.idx.co.id 2010-2013, penelitian terdahulu, jurnal,
buku, dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode
2010-2013 yang berjumlah 124 perusahaan. (Lampiran1)
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang listed di BEI dan menyampaikan
laporan keuangan selama empat tahun berturut-turut dan tetap
2. Perusahaan manufakur yang sahamnya aktif diperdagangkan di
BEI dari tahun 2010-2013 (closing price)
3. Perusahaan manufaktur tersebut melakukan pembagian dividen
berturut-turut selama periode pengamatan (2010-2013).
4. Perusahaan-perusahaan yang membuat data lengkap tentang
variabel yang akan diteliti, yaitu: Economic Value Added (EVA),
Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price
Book Value (PBV), Pertumbuhan Penjualan, dan Devidend per
Share.
Dari kriteria diatas diperoleh sampel dan penelitian dilakukan selama
empat tahun, mulai 2010 sampai dengan tahun 2013, maka jumlah sampel yang
memenuhi syarat berjumlah 20 perusahaan. Berikut ditunjukkan proses
pengambilan sample (Lampiran 2):
[image:45.595.124.545.572.750.2]3.5 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Penelitian
Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran
Economic Value Added (EVA)
(X1)
EVA adalah nilai
tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau
strateginya selama
periode tertentu
sehingga menjadi cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Variabel Penelitian
Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Price Earning Ratio (PER) (X2)
PER adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar
saham biasa yang
beredar dengan laba per
lembar saham. PER
yang tinggi
menunjukkan bahwa
investor bersedia untuk
membayar dengan
harga saham premium untuk perusahaan. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) (X3)
Salah satu alat ukur
untuk menghitung
leverage ratio. Semakin
tinggi DER maka
semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta
tingkat keuntungan
yang semakin tinggi.
Rasio Price Book Value (PBV) (X4)
PBV adalah salah satu rasio yang cukup sering digunakan oleh investor
untuk menilai
perusahaan. Umumnya rasio ini digunakan sebagai pelengkap PER. PBV menggambarkan seberapa besar pasar Rasio menghargai nilai buku suatu saham.
Rasio
Pertumbuh an Penjualan
(X5)
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Apabila pertumbuhan penjualan
tinggi, maka
mencerminkan
pendapatan yang
meningkat sehingga
pembayaran dividen
juga meningkat.
Variabel Penelitian
Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran
Deviden Per Share
(DPS) (Z)
Perbandingan antara total dividen dengan
jumlah saham yang
beredar.
Rasio
Harga Saham
(Y)
Harga saham
merupakan
perwujudan dari nilai pasar
saham yang merupakan harga
saham pada pasar yang sedang
berlangsung di bursa efek.
Closing Price Rasio
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik (regresi linier berganda) dengan menggunakan Software SPSS for
Windows version 17.0. Analisis regresi linier berganda berguna untuk
menganalisis hubungan linier antara 2 variabel independen atau lebih dengan 1
variabel dependen Priyanto (2009 : 137).
Model penelitian tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh Economic
Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER),
Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan dengan Dividend per Share
(DPS) sebagai moderating variabel pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu
sebelum melakukan pengujian hipotesis yaitu Uji Normalitas, Uji
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square
(OLS) (Situmorang & Lufti, 2012 : 100). Pengujian asumsi klasik
digunakan untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan
benar-benar bebas dari adanya gejala multikoleniaritas, gejala heterokedastisitas,
dan gejala autokorelasi. Jika regresi telah memenuhi asumsi-asumsi
regresi maka nilai estimasi yang diperoleh bersifat BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator). BLUE yakni tidak terdapat multikoleniaritas, tidak
terdapat heterokedastisitas, dan tidak terdapat autokorelasi.
3.6.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau nilai residual memiliki distribusi
normal agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid
(Ghozali, 2011). Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan
analisis statistik.
Analisis grafik merupakan cara termudah untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Namun, dapat menyesatkan jika
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk garis lurus diagonal dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal tersebut. Jika distribusi variabel
residual normal, maka garis yang menggambarkan variabel
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Analisis statistik (Uji Statistik Non Parametrik
Kolgomorov-Smirnov) merupakan Uji statistik yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas residual Uji ini diyakini lebih akurat daripada uji
normalitas dengan grafik, karena uji normalitas dengan grafik dapat
menyesatkan, jika tidak hati-hati secara visual akan terlihat normal
(Ghozali, 2011). Uji K-S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis:
: Data residual berdistribusi normal.
: Data residual tidak berdistribusi normal.
Apabila asymptotic significance lebih besar dari 5 persen, maka
variabel terdistribusi normal.
3.6.1.2Uji Multikoleniaritas
Uji multikoleniaritas adalah situasi dimana adanya korelasi
antara tiap variabel independent. Dalam hal ini
variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel-variabel bebas yang
bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara
variabel independen (Adikara, 2011)
Jika terdapat multikolinieritas sempurna akan berakibat
koefisioen regresi tidak dapat ditentukan dan standar devisiasi menjadi
tidak terhingga. Jika terdapat multikolinieritas kurang sempurna maka
koefisien regresi akan mempunyai standar devisiasi yang besar,
sehingga koefisien-koefisien tidak dapat ditaksir dengan mudah.
3.6.1.3Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
homokedastisitas, yaitu keadaan ketika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2011). Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili
berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).
3.6.1.4Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali,
2011). Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi.
waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi dapat terjadi karena
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam
variabel-variabel independen yang terus-menerus, sehingga sesuatu akan
terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai variabel bebasnya
b. Bentuk fungsi yang salah
c. Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel-variabel
bebas lain yang tidak dimasukkan dalam model.
d. Memanipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.
e. Adanya logs (tenggang waktu)
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut
akan digunakan untuk menganalisis, suatu perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
kritis (daerah dimana ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila
uji statistiknya berada dalam daerah dimana diterima. Model pengujian
yang dilakukan adalah uji F dan uji t.
3.6.2.1Regresi Linear Berganda
Dalam peneltiian ini, hipotesis diuji dengan analisis regresi linear
berganda dengan model sebagai berikut:
Y =
Keterangan:
Y = Harga Saham
= Economic Value Added (EVA)
= Price Earning Ratio