UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH DI BIDANG KONSTRUKSI
(Studi Kasus Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Satuan Kerja Wilayah I Provinsi Sumatera Utara)
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh :
RAHEL CITRA KRISTIN HUTAJULU 122101211
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah Di Bidang Konstruksi ini, yang mana merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III Jurusan Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ayah saya yang selalu mendukung dan banyak memberikan ilmu atas penulisan
tugas akhir ini. Kepada Ibu saya dan adik-adik saya terima kasih atas dukungan,
kasih sayang, dan doa mereka yang telah penulis dapatkan, membuat penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Juga tak lupa kepada teman-teman ku
terimakasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec.Ac,Ak,CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III
Manajemen Keuangan.
3. Bapak Fadli, SE selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu
dan memberikan arahan bagi penulis dalam menyusun Tugas Akhir.
4. Bapak / Ibu dosen dan Staff Pegawai pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
5. Kepada Pegawai Satker Wilayah I Pelaksana Jalan Nasional Provinsi
Sumatera Utara.
6. Kepada sahabat saya Margareth Panggabean dan Mitha Siregar yang selalu
mendukung dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Dan juga kepada semua kawan-kawan yang ada di Grup D Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang menjadi
penyemangat penulis dikala Kuliah.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis meminta maaf apabila ada kesalahan.
Dengan kerendahan hati, penulis juga berharap kiranya tugas akhir ini
dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 5
B. Struktur Organisasi ... 13
C. Uraian Pekerjaan ... 14
D. Tujuan Satker ... 29
E. Sasaran Satker ... 30
BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pelelangan ... 31
B. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia ... 36
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya struktur jalan yang rusak mengakibatkan kesusahan pada
masyarakat, sehingga banyak terjadi kecelakan tunggal pada bahu jalan dan
kerusakan pada kendaraan yang melewati jalan tersebut. Pada proses perdagangan
sering terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang yang mengakibatkan
penumpukkan permintaan masyarakat yang dihalangi oleh jalur sangat buruk.
Masalah yang paling sering dan alami oleh masyarakat itu ialah pada saat Hari
Raya Idul Fitri dan Tahun Baru, dimana banyaknya masyarakat yang kembali ke
kampung halaman mengalami kendala mulai dari kerusakan kendaraan akibat
terbenturnya pada jalan yang berlubang, adanya jembatan rapuh sehingga
mengancam pada pengguna jembatan untuk melewatinya, dan terjadinya longsor
yang tidak cepat diatasi oleh pemerintah.
Hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mengatasi dan
memperbaikinya sedini mungkin. Dalam penanganan kerusakan tersebut
pemerintah telah menyediakan anggaran dana yang cukup besar untuk
memfasilitas masyarakat dalam penggunaan jalan.
Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan salah satu aspek
penting dalam proses belanja negara yaitu sekitar 55% dari seluruh APBN
barang dan jasa harus di tingkatkan kualitasnya sehingga menjadi instrument yang
efektif dalam proses pembangunan dan daya saing nasional.
Proses pengadaan barang dan jasa dalam bidang konstruksi merupakan
salah satu prosedur produksi dalam mencari perusahaan yang mampu
memfasilitasi kebutuhan belanja negara dalam pembangunan infrastruktur.
Pelelangan dilakukan dalam kurun waktu tertentu serta dilaksanakan sesuai
prosedur yang sudah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga
proses penawaran harga yang terjadi dalam pelelangan tersebut menghasilkan
output yang paling murah, namun tetap memenuhi standart kualitas serta
dilakukan secara efektif, efisien, terbuka, transparan, adil, dan akuntabel.
Penanganan jalan dan jembatan yang meliputi perawatan, penunjangan,
dan peningkatan jalan merupakan kegiatan yang dilaksanakan di Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tertulis pada Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010, Nomor 70 Tahun 2012 dan Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Untuk pembangunan
jalan dan jembatan pada Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
menggunakan system pelelangan. Proses pelelangan barang dan jasa dalam bidang
konstruksi merupakan salah satu prosedur dalam mencari perusahaan yang
mampu memfasilitasi penyediaan barang dan jasa dalam pembangunan
infrastruktur.
Manfaat dari prosedur pelelangan adalah untuk mendapatkan penyedia
jasa konstruksi dan memperoleh hasil jasa konstruksi yang terbaik dalam
melakukan pelaksanaan pembangunan proyek. Pelelangan yang dilaksanakan
perundang-undangan dan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 bulan yang berfungsi sebangai
pencarian penyedia jasa konstruksi terbaik. Sehinnga proses penawaran harga
yang terjadi dalam proses tersebut menghasilkan output yang paling murah namun
memenuhi standart kualitas.
Jasa konstruksi yang mengikuti lelang juga harus melengkapi
persyarataan-persyartaan yang ketat salah satunya dalam persyaratan kualifikasi
untuk persyaratan lelang salah satunya adalah badan usaha konstruksi harus di
lengkapi dengan staf ahli. Jasa konstruksi juga harus memiliki Sertifikat Keahlian
(SKA) dimana sertifikat tersebut di keluarkan oleh Lembaga Penguji Jasa
Konstruksi (LPJK) dengan persyaratan-persyaratan yang terkadang memberatkan.
Dalam hal ini para penyedia jasa konstruksi mikro tidak dapat mengikutinya
dikarenakan dana yang dibutuhkan pada saat pelelangan sangatlah besar dan
menguntungkan pada pemegang jasa konstruksi makro. Prinsip didalam peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa yang tertulis melakukan prinsip efektif, efisien, terbuka, transparan, adil,
dan akuntabel dapat menjadi menjadi pedoman buat Kementrian Pekerjaan Umum
agar menghasilkan kinerja peserta lelang yang baik dengan hasil yang diinginkan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membahas prosedur pelelangang
yang baik menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012
tentang Pengadaan Barang / Jasa dan bagaimana Kementrian Pekerjaan Umum
menjalankan proses pelelangan sesuai peraturan diatas. Sehingga penulis memilih
judul: PENGADAAN BARANG / JASA DIBIDANG KONSTRUKSI yang masih
tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan jika ada masalah dan
kecurangan-kecurangan dalam prosedur pelelangan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah
yang terjadi menjadi objek penelitian ini yaitu: Bagaimana Pengadaan Barang /
Jasa Pemerintah dibidang Konstruksi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
Pengadaan Barang / Jasa dibidang konstruksi yang dilakukan pemerintah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi pemerintah
Sebagai bahan masukan untuk dapat lebih meningkatkan kinerja dalam
mejalakan peoses pengadaan barang/jasa pemerintah dibidang konstruksi.
2. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan penelitian dalam bidang yang diteliti yaitu
Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi Pemerintah.
3. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan referensi untuk penelitian lain yang akan meeliti topik yang
PROFIL KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM SATKER WILAYAH 1 PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Sejarah Perusahaan
Istilah pekerjaan umum adalah terjemahan dari istilah bahasa belanda
“openbare werken” yang pada zaman Hindia belanda disebut “waterstaat
swerken”. Di lingkungan pusat pemerintahan di bina oleh Dep. Van verkeer &
waterstaat (Dep. V&W), yang sebelumnya terdiri dari dua Dept. Van
Gouvernements bedri jven dan Dept. Van Burgewrlijke open bare werken.Dept. V
dan W dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi beberapa Afdelingen dan
Diensten sesuai dengan tugas / wewenang departemen ini yang meliputi bidang
PU (OPENBARE WERKEN) termasuk afdeling waterstaat, dengan onder
afdelingen: Lands gebouwen, Wegen, Assainering, Water Kracth,dan
Constructive burreau (untuk jembatan).
Disamping yang disebut di atas, yang meliputi bidang PU (openbare
werken) juga afd. Havenwezen (pelabuhan), afd Electriciteitswezen (kelistrikan)
dan afd. Luchtvaart (penerbangan sipil). Organisasi PU (open-bare-werken) di
daerah-daerah adalah sebagai berikut:
1. Di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur urusan waterstaat/
openbare werken diserahkan pada pemerintah provinsi yang
disebutpropinciale “waterstaatdienst” dan dikepalai oleh seorang Hoofd
Di wilayah Gouv. Yogyakarta dan Gouv. Surakarta urusan-urusan pekerjaan
umum / waterstaat di jalankan oleh “sultanas werken” (Yogya) dan “Rijkswerken”
(Surakarta), “Mangkunegaranwerken”. Di samping itu di wilayah Vorstenlander
terdapat 3 organisasi “waterschap” , “s” Lands Gebouwendients”, Regentschap
Werken”, dan gremeente werken”.
2. Untuk daerah luar Jawa Gouv. Sumatera, Borneo (kalimantan), dan Grote
Oost (Indonesia Timur) terdapat organisasi
“Gewestelijkeinspectiev/D/waterstaats” di kepalai oleh seorang inspektur.
Di wilayah residentie terdapat “residentiewaterstaatsdienst” yang dahulu
dikenal dengan nama “dienst deer B.O.W” dan kepala dinas ini biasa
disebut “ E.A.Q” (Eerst Aanwzeend waterstaatssambtenar). Ketentuan
yang dikeluarkan pada Zaman Hindia Belanda untuk pedoman dalam
pelaksanaan tugas dalam lingkungan Pekerjaan umum dapat dibaca dalam
“A.W.R” 1936 B.W.R 1934 dan W.V.O/W.V.V.”.
Pada zaman Jepang setelah Belanda menyerah dalam perang pasifik pada
tahun 1942 kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3
wilayah pemerintahan, yaitu: Jawa / Madura, Sumatera, dan Indonesia Timur dan
tidak ada pusat pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ketiga
wilayah pemerintahan tersebut.
Dibidang pekerjaan umum pada tiap-tiap wilayah organisasi pemerintahan
militer jepang tersebut diatas, di perlukan organisasi zaman Hindia Belanda dan
di sesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak jepang.Kantor pusat “V dan
oemoem” (P.O), “oeroesan pekerdjaan oemoem” (O.P.O), “pekerjaan umum”
(PU), di samping “doboku lazim di pergunakan.Kotugubunsitsu di Bandung
hanya mempunyai hubungan dengan wilayah pemerintahan di Jawa/Madura,
hubungan dengan luar jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di
daerah-daerah, di karesidenan-karesidenan pada umumnya berdiri sendiri-sendiri. Sistem
pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama zaman Ned,
Indie, disamping menurut sistem Jepang.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17-08-1945
maka, semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur merebut
kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan
(Jakarta/Bandung) maupun pemerintahan daerah-daerah.Sesudah pemerintahan
Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka para menteri mulai menyusun
organisasi serta sifatnya. Pekerjaan umum pada waktu itu (1945) berpusat di
Bandung dengan mengambil tempat bekas gedung V. dan W. (di kenal dengan
“Gedung Sate”).
Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaan pemerintahan di Hindia
Belanda sebelum perang datang mengikuti tentara sekutu masuk ke Indonesia.
Akibat dari keinginan pemerintahan Belanda ini terjadilah pertentangan fisik
dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air. Berikut
gedung-gedung yang telah didudukinya antara lain “ Gedung Sate” yang telah menjadi
Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah ini
Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, pemerintah pusat RI di
Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta,
begitu juga kemetrian PU. Setelah pemerintahan Belanda Tahun 1949 mengakui
kemerdekaan Republik Indonesia maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta
berpindah lagi ke Jakarta.Sejak tahun 1945 itu Pekerjaan Umum telah sering
mengalami perubahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu
itu sebagai gambaran garis besar organisasi PU diuraikan sebagai berikut:
1. Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta sususnan kemerdekaan
PU. Perhubungan dibagi menjadi 8 jawatan dan 4 balai.
2. Khusus pada republik India serikat Kementrian Perhubungan dan PU RIS
dibagi dalam beberapa departemen dan beberapa jawatan juga beberapa
instansi yang berhubungan erat dengan tugas dari departemen PU RIS.
Kementrian perhubungan PU RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3
departemen pra federal yaitu:
1. Departemen verkeer, energie, dan mynbouw dulu (kecuali mynbow yang
masuk dalam kementrian kemakmuran).
2. Departemen Van Waterstaats di wederopbouw.
3. Departemen Van Scheepvart.
Penggabungan 3 departemen dari pemerintahan pra federal dalam satu
kementrian yaitu kementrian perhubungan tenaga dan PU RIS, supaya hubungan
tiga departemen tersebut satu dengan lain menjadi sangat erat terlebih- lebihjika di
rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk melancarkan semua
tugas yang dibebankan pada kementrian perhubungan tenaga dan PU RIS.
Khusus pada permulaan terbentuknya Negara kesatuan RI maka susunan
kementrian berbeda sebagai berikut: dalam masa prolog G 30 S.PK.Terjadilah
dalam sejarah Pemerintahan RI suatu kabinet yang besar disebut dengan nama
kabinet dwikora atau kabinet 100 menteri, dimana pada masa ini dibentuk
koordinator kementrian. Tidak luput departemen PUT yang pada masa itu ikut
mengalami perubahan organisasi menjadi 5 departemen dibawah kompartemen
PUT kabinet dwikora, dipimpin jenderal suprajogi. Adapun kompartemen PUT
ketika membawahi, antara lain:
1. Departemen listrik dan ketenagaan.
2. Departemen Bina Marga.
3. Departemen Cipta Karya Konstruksi.
4. Departemen Pengairan Dasar.
5. Departemen Jalan Raya Sumatera.
Setelah peristiwa G. 30 S. PKI Pemerintah segera menyempurnakan Kabinet
Dwikora dengan menunjuk Ir. Soetami, sebagai menteri PUT. Kabinet yang
disempurnakan itu tidak dapat lama dipertahankan.
Kabinet Ampera, sebagai kabinet pertama dalam masa Orde Baru. Kembali
organisasi PUT dibentuk dengan Ir. Soetami, sebagai Menteri. Dengan surat
keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 No. 3/PRT/1968 dan dirobah
dengan Peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970.
Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Dep.
PUT, maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada
kewenangan daerah itu sendiri.
I. Visi Kementrian Pekerjaan Umum
Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal
untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025.
II. Misi Kementrian Pekerjaan Umum
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi Kementrian
Pekerjaan Umum, sebagai berikut:
1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari
pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang
dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
2. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk
meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA
serta mengurangi resiko daya rusak air.
3. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan
produktif melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur
permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan.
5. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin
adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses
penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor
konstruksi tumbuh dan berkembang.
6. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan:
IPTEK, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung
infrastruktur PU dan permukiman.
7. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya
yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan
menerapkan prinsip-prinsip good governance.
8. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan
Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan
pengawasan profesional.
III. Tugas Kementrian Pekerjaan Umum
Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian
Pekerjaan Umum mempunyai tugas: menyelenggarakan urusan di bidang
pekerjaan umum dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
Fungsi :
1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pekerjaan
umum.
2. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pekerjaan Umum.
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum.
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pekerjaan Umum di daerah.
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi terdapat
hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan formal merupakan bentuk
hubungan yang disengaja secara resmi. Hubungan informal menyangkut
hubungan manusia diluar pekerjaan atau tidak resmi. Struktur organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan antara bagian yang satu dengan
C. Job Desciption
Berikut adalah beberapa tugas, fungsi, dan tanggung jawab, direksi dan
masing-masing bagian pada Kantor Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat:
1.
a. Tugas :
Kepala Satuan Kerja
1. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan.
2. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di
website PU net.
3. Menetapkan Pejabat Pengadaan.
4. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
5. Menetapkan Panitia Peneliti Kontrak.
6. Mengawasi Pelaksanaan Anggaran sesuai DIPA.
7. Menyampaikan Laporan Keuangan dan laporan lainnya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
8. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan, dalam
hal terjadi perbedaan pendapat.
9. Mengawasi Penyimpanan dan Pemeliharaan seluruh dokumen Pengadaan
Barang/Jasa dan menerima hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa dilampiri
dokumen laporan dalam bentuk hardcopy dan softcopy.
10. Mengirimkan dokumen laporan hasil pekerjaan dalam bentuk softcopy
kepada Sekretaris Jenderal melalui PUSDATA dan dalam bentukhardcopy
11. Menetapkan Tim Teknis dan Tim Juri/Tim Ahli untuk Pelaksanaan apabila
diperlukan.
12. Melaksanakan seluruh tugas Satker terutama pelaksanaan rencana kerja
yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam DIPA.
13. Memimpin Pelaksanaan seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan dan
dituangkan dalam DIPA.
14. Memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada Pejabat Inti Satker
dibawahnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian
keluaran/output yang telah ditetapkan.
15. Mengusulkan pembantu Pejabat Inti Satker yang dipimpinnya sesuai
kebutuhan yang selanjutnya ditetapkan oleh Atasan Langsungnya.
16. Menandatangani Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP)
dan selanjutnya menyampaikannya kepada Pejabat Yang Melakukan
Pengujian dan Penandatanganan SPM.
17. Menandatangani Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak (dalam hal
Kasatker merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).
18. Dalam hal Kasatker tidak merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen,
penandatanganan Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak dilakukan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
19. Melaporkan setiap terjadinya kerugian negara menurut bentuk dan cara yang
ditetapkan, tepat pada waktunya kepada Pengguna Anggaran sesuai
20. Menyusun usulan Rencana Kegiatan Satker Tahunan yang merupakan
bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)
untuk tahun berikutnya.
b. Tanggung Jawab :
1. Bertangung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan/rencana kerja yang
tertuang dalam DIPA.
2. Bertanggung jawab atas semua penerimaan/pengeluaran Satker yang
membebani APBN.
3. Bertanggung jawab atas kebenaran material setiap Surat Keputusan/Surat
Perintah Kerja/Kotrak yang ditandatanganinya serta akibat yang timbul dari
SK/SPK/Kontrak tersebut. (dalam hal Kasatker merangkap sebagai Pejabat
Pembuat Komitmen).
4. Bertanggung jawab terhadap realisasi keuangan dan pencapaian
keluaran/output yang telah ditetapkan.
5. Bertanggung jawab terhadap penatausahaan dan pemeliharaan Barang
Milik/Kekayaan Negara Satker.
6. Bertanggung jawab atas tertib penatausahaan pengadaan barang dan jasa
yang dialokasikan kepada Satker yang dipimpinnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7. Bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran melalui Atasan/Atasan
Langsung/Penanggung Jawab Program.
8. Bertanggung jawab kepada Presiden dan Mentri atas wilayah yang dipimpin
2.
a. Tugas :
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM).
1. Menerima berkas SPP yang disampaikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check-list kelengkapan berkas
SPP dan mencatat dalam buku pengawasan penerimaan SPP.
3. Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Memeriksa ketersediaan Pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh
keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas Pagu anggaran.
5. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :
a. Pihak yang ditunjuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan,
alamat, no. rekening dan nama bank).
b. Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakannya
dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang
tercantum dalam kontrak berkenaan).
c. Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana
yang tercantum dalam DIPA serta ketepatannya terhadap jadwal waktu
pembayaran guna meyakinkan bahwa tagihan yang harus dibayar belum
daluwarsa).
6. Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan
indicator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak.
7. Menandatangani dan menerbitkan SPM sekurang-kurangnya dalam rangkap
a. Lembar kesatu dan lembar kedua disampaikan kepada KPPN pembayar.
b. Lembar ketiga sebagai pertinggal pada Pejabat yang Melakukan
Pengujian dan Perintah Pembayaran.
c. Lembar keempat disampaikan kepada Petugas Akuntansi/Verifikasi
Keuangan.
d. Lembar kelima disampaikan kepada Pejabat yang Melakukan Tindakan
yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja/Pembuat
Komitmen.
e. Lembat keenam disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran.
8. Menyampaikan SPM yang telah ditandatanganinya ke KPPN setempat.
9. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukannya sesuai DIPA dan
menyampaikannya kepada Kepala Satker selaku Atasan Langsungnya.
b. Tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengujian dan perintah
pembayaran serta akibat yang timbul atas tindakannya meliputi aspek
hukum, peraturan perundang-undangan dan tujuan pengeluaran.
2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.
3.
a. Tugas :
Bendahara Pengeluaran
1. Menyelenggarakan pembukuan seluruh transaksi keuangan yang
dilaksanakan Satker pada Buku Kas Umum (BKU), Buku Pembantu, Buku
2. Menyiapkan rincian jumlah Pengajuan SPP-UP, SPP-TUP, SPP-GUP serta
dokumen-dokumen pendukung lainnya.
3. Menandatangani Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP)
yang diajukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan selanjutnya
menyampaikannya kepada Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Perintah
Pembayaran.
4. Menandatangani SPP-LS yang pembayarannya melalui Rekening
Bendahara.
5. Melakukan pengamanan Kas serta surat-surat berharga lainnya yang berada
dalam pengurusannya (Brankas) untuk menghindari terjadinya kerugian
negara.
6. Menguji kebenaran tagihan pembayaran Uang Persediaan meliputi
kesesuaian dengan Akun, DIPA dan peraturan keuangan yang berlaku
sebelum dilakukan pembayaran.
7. Melakukan pembayaran melalui Uang Persediaan atas persetujuan Pejabat
Yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran
Belanja Satker untuk Belanja Barang, Belanja Modal untuk pengeluaran
honor tim, Alat Tulis Kantor (ATK), Perjalanan Dinas, Biaya Pengumuman
Lelang, Pengurusan Surat Perijinan dan pengeluaran lain yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran langsung dalam rangka perolehan aset dan
belanja lain-lain, dapat diberikan pengecualian untuk DIPA Pusat oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan dan untuk DIPA Pusat yang kegiatannya
berlokasi di daerah serta DIPA yang ditetapkan oleh Kepala Kanwil Ditjen
pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada satu
rekanan tidak boleh melebihi Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah),
kecuali untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas.
8. Wajib menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Yang
Ditunjuk apabila persyaratan pembayaran tidak terpenuhi.
9. Menerima dan menyetor ke Rekening Kas Negara atas pajak dan
penerimaan lainnya yang dipungut serta melaporkannya menurut bentuk dan
cara yang telah ditetapkan, tepat pada waktunya kepada masing-masing
instansi yang terkait.
10. Menyelenggarakan tata kearsipan yang bersangkutan dengan bukti-bukti
pembukuan.
11. Membuat dan meyampaikan laporan pertanggung jawaban (LPJ) bendahara
kepada :
• KPPN setempat
• BPK RI
• Menteri Pekerjaan Umum
• Bendahara KEMEN Pekerjaan Umum
b. Tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab atas pengelolaan uang persediaan.
2. Bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian keuangan Negara yang
berada dalam pengurusannya.
4.
a. Tugas :
Pelaksana Teknik (Asisten Program, Rencana & Administrasi Teknik)
1. Mempersiapkan, mengumpulkan masukan-masukan yang diperlukan untuk
usulan baru (teknis maupun ekonomis).
2. Melakukan koordinasi dengan Asisten Perencanaan Satker Perencanaan dan
Pengawasan Jalan Nasional Prov. Sumut secara berkala atas setiap program,
rencana/desain, termasuk review desain dan Justifikasi Teknik yang
dibutuhkan untuk pekerjaan yang dikontrakkan.
3. Mengkoordinasi penyusunan program (lanjutan maupun baru) dari Pejabat
Pembuat Komitmen untuk diproses menjadi usulan (DURP, LK/DIPA).
4. Memproses dan mempersiapkan usulan revisi DIPA/POK yang disampaikan
oleh Kepala Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran untuk dapat segera
diproses.
5. Melakukan evaluasi/pemeriksaan terhadap kesiapan proses Pra-Kontrak
(Kelengkapan dokumen lelang, jadwal pelelangan, owner estimate) dari tiap
paket yang akan dilelangkan serta mempersiapkan laporan Pra-kontrak.
6. Memeriksa konsep dokumen kontrak sebelum diadakan penandatanganan
oleh yang berkepentingan.
7. Mempersiapkan bahan rapat regular.
8. Memeriksa Rekomendasi Teknis atas Pemanfaatan Rumija oleh usulan
pemilik utilitas.
9. Berkoordinasi dengan Asisten Pelaksana Jalan, Asisten Pelaksana Jembatan,
b. Tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan perencanaan kegiatan.
2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.
5.
a. Tugas :
Pelaksana Administrasi (Asisten Pengelolaan BMN)
1. Melakukan pendataan peralatan/kenderaan dinas operasional yang ada
dilingkungan Unit Kuasa Pengguna Barang/Kepala Satker Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara;
2. Mengurus/mengatur penggunaan dan preservasi peralatan/kendaraan dan
peralatan kantor lainnya yang ada pada Unit Kuasa Pengguna
Barang/Kepala Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi
Sumatera Utara;
3. Mempersiapkan Berita Acara Serah Terima dalam rangka pengelolaan/
peminjaman Peralatan/Kenderaan dengan Pejabat Pembuat Komitmen
(Pemakai Barang);
4. Mempersiapkan Berita Acara Serah Terima Peralatan/Kenderaan dalam
rangka alih kepengurusan dengan Unit Kuasa Pengguna Barang lainnya;
5. Mempersiapkan surat perjanjian/penyerahan dalam rangka pemakaian
Peralatan/kenderaan dinas dan barang inventaris lainnya;
6. Secara berkala melakukan monitoring terhadap penggunaan, preservasi dan
perbaikan peralatan/barang yang digunakan oleh PPK (Pemakai Barang);
7. Mempersiapkan dan menyusun rencana/program pengadaan kebutuhan
8. Melakukan penelitian/pemeriksaan laporan-laporan peralatan yang
disampaikan Pejabat Pembuat Komitmen (Pemakai Barang);
9. Mempersiapkan usulan penghapusan/pelelangan terhadap
Peralatan/Kenderaan Dinas yang tidak dipergunakan lagi akibat rusak berat,
rusak sama sekali dan barang yang tidak ekonomis lagi bila direlokasi.
b. Tanggung Jawab :
1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan peralatan/kendaraan
dinas operasional.
2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.
6.
a. Tugas :
Pelaksana Teknik (Asisten Pelaksanaan dan Pengawasan Rutin Jalan dan Jembatan).
1. Memeriksa/mengevaluasi Program Rutin yang diajukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
2. Mengawasi pelaksanaan program rutin yang dikerjakan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
3. Menyimpan dokumen-dokumen leger jalan.
4. Melakukan pemuktahiran data leger jalan.
5. Mengevaluasi laporan kemajuan pekerjaan rutin dari Pejabat Pembuat
Komitmen.
6. Melaksanakan pengawasan dan membuat laporan kemajuan pelaksanaan
7. Melakukan monitoring terhadap lokasi pekerjaan rutin minimum 1 (satu)
kali dalam satu bulan.
8. Mengindentifikasi potensi masalah yang akan terjadi.
9. Mempersiapkan bahan rapat regular.
b. Tanggung Jawab :
1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan pelaksanaan rutin dan
data leger jalan.
2. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan pelaksanaan jalan.
3. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.
7.
a. Tugas :
Pelaksana Teknik (Asisten Pelaksanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan)
1. Melaksanakan pengawasan dan membuat laporan yang menggambarkan
kemajuan pelaksanaan Fisik Kontrak Paket-Paket Tahun Tunggal (Single
Year Contract).
2. Mengevaluasi laporan Konsultan Pengawas atas proses pelaksanaan dan
mengadakan pengujian/pengecekan terhadap kebenaran hasil kerja/laporan
Konsultan serta memeriksa hasil-hasil Quality Control/hasil-hasil
laboratorium yang dilaksanakan oleh Engineering atas semua material
produk kerja di lapangan.
3. Membantu Kepala Satker memeriksa pengajuan pembayaran tagihan
4. Didalam keadaan khusus mewakili Pejabat Pembuat Komitmen untuk
melakukan Tindak Turun Tangan (T-3) terhadap ketidakwajaran
pelaksanaan di lapangan yang telah diambil tersebut kepada Pejabat
Pembuat Komitmen.
5. Melakukan kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan fisik paket/paket
kontrak minimum 1 kali dalam 1 bulan.
6. Mengidentifikasikan potensi masalah yang akan terjadi.
7. Membantu Kepala Satker melakukan monitoring terhadap pengendalian
pelaksanaan fisik dilapangan sehingga setiap saat dapat diketahui kemajuan
pencapaian sasaran fisik yang ada di bawah Satker Pelaksanaan Jalan
Nasional Wilayah I Prov. Sumatera Utara.
8. Berperan aktif dalam rapat pembuktian keterlambatan (Show Cause
Meeting) yang akan diadakan pada tiap tingkatan sesuai dengan tingkat
keterlambatan pelaksanaan.
9. Berperan aktif memeriksa kelengkapan dokumen pendukung yang harus
disiapkan Pejabat Pembuat Komitmen untuk keperluan-keperluan Serah
Terima Pertama (PHO) dan Serah Terima Akhir (FHO).
10. Mempersiapkan bahan rapat regular.
b. Tanggung Jawab :
1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan pelaksanaan jalan.
8.
a. Tugas :
Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan, Umum & Pelaporan)
1. Melaksanakan penatausahaan kantor.
2. Melaksanakan penatausahaan kepegawaian.
3. Melaksanakan Urusan Rumah Tangga Satuan Kerja.
4. Menyusun Konsep Organisasi dan Tata Kerja Satker.
5. Menyusun Rencana dan Jadwal Alokasi Anggaran Satuan Kerja.
6. Membantu, menyusun, memeriksa laporan hasil pemeriksaan (LHP).
7. Menyiapkan Surat-Surat Keputusan.
8. Bersama-sama dengan Asisten lainnya sesuai petunjuk Kepala Satuan Kerja
/Kuasa Pengguna Anggaran menyusun program kerja tahunan dalam rangka
penyusunan RKA-KL/DIPA/POK.
9. Melakukan koordinasi dengan Pejabat Pembuat Komitmen untuk
melaksanakan rapat Pra-konstruksi.
10. Mempersiapkan bahan rapat regular.
b. Tanggung Jawab :
1. Bertangung jawab atas Tata Usaha Kepegawaian dan Urusan Rumah
Tangga (administrasi umum).
2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.
9.
a. Tugas :
Verifikator Data dan Informasi (Koordinator Tim SAI)
1. Mengawasi dan memeriksa data SAKPA.
3. Mengawasi dan memeriksa data SiPP.
4. Mengawasi dan memeriksa data e-Monitoring.
5. Mengawasi dan memeriksa data persediaan.
6. Memeriksa dan meneliti laporan progres bulanan yang disampaikan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.
7. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam meneliti data pemasukkan
dan pengeluaran.
b. Tanggung Jawab :
1. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan SAKPA, SIMAK BMN, SiPP,
Monitoring dan data persediaan.
2. Bertanggung jawab kepada Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan,
Umum & Pelaporan).
4.1 Petugas Akuntansi KPA a. Tugas :
1. Menyusun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca Satker sesuai
dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
2. Menyampaikan LRA dan Neraca kepada Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W).
3. Menyampaikan LRA dan Neraca kepada Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1) beserta Arsip Data Komputer
b. Tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca sesuai Standar Akuntansi Pemerintah.
2. Bertanggung jawab kepada Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan,
Umum & Pelaporan).
4.2 Verifikasi UAKPB (Petugas Unit Akuntansi KPB) a. Tugas :
1. Menyusun Laporan Barang Milik Negara (Laporan BMN) dan Laporan
Kondisi Barang (LKB) Satker sesuai dengan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
2. Menyampaikan Laporan BMN dan LKB kepada Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (UAKPA) beserta Arsip Data Komputer (ADK) untuk
penyusunan neraca secara tepat waktu.
3. Menyampaikan laporan BMN dan LKB kepada Unit Akuntansi Pembantu
Penguna Barang Wilayah (UAPPB-W) beserta Arsip Data Komputer.
b. Tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi Laporan BMN dan LKB sesuai
Standar Akuntansi Pemerintah.
2. Bertanggung jawab kepada Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan,
Umum & Pelaporan).
4.3 Petugas e-Mon/SiPP a. Tugas :
1. Mengumpulkan dan mendokumentasikan data dan informasi pelaksanaan
- Rekaman DIPA dan POK yang telah disahkan;
- Rencana pelaksanaan pengadaan barang dan jasa;
- Data pelaksanaan kegiatan (rencana dan capaian progress fisik dan
realisasi keuangan).
- Data rencana dan realisasi penyerapan tenaga kerja;
- Permasalahan dan tindak lanjut dalam pelaksanaan kegiatan.
2. Mengisi data pelaksanaan kegiatan dalam aplikasi e-Monitoring/SiPP setiap
kali ada perubahan dan informasi dan mengirim back-up data melalui
e-Monitoring/SiPP online.
D. Tujuan Satker
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah di tentukan dan
memperhatikan fakktor-faktor penentu keberhasilan, maka disusun tujuan satker
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan teknis pada setiap wilayah melalui
pemanfaatan hasil teknologi di bidang jalan dan jembatan.
2. Meningkatkan mutu hasil pekerjaan melalui uji bahan dan kelengkapan
peralatan dalam proses pembangunan jalan dan jembatan.
3. Meningkatkan pemeliharaan jalan nasional setiap wilayah.
4. Menigkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah yang terkait maupun
perusahaan swasta bergerak dalam bidang konstruksi.
5. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pengelola
E. Sasaran Satker
Atas dasar tujuan yang telah dirumuskan, selanjutnya ditetapkan sasaran
yang akan dicapai dalam kurun 10 tahun
1. Menurunnya angka deviasi antara data survei perencanaan dengan laporan
rancangan bangun laporan.
2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jaringan jalan nasional dan provinsi.
3. Meningkatnya kapasitas ruas jalan nasional dan provinsi.
4. Meningkatnya rasio daya dukung Muatan Sumbu Terberat (MST) 8 ton
menjadi 10 ton
5. Meningkatnya panjangfisikjalan nasional dan provinsi.
6. Meningkatnya kapasitas sumber daya pemeliharaan jalan nasional dan
provinsi.
7. Menurunnya tumpang tindih kegiatan pada ruas jalan kota.
8. Meningkatnya rasio penerbitan izin pemanfaatan ruas jalan.
9. Menurunnya tingkat kerusakan jalan nasional.
10. Meningkatnya jumlah Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Swasta yang memberi kontribusi dalam pemeliharaan ruas jalan.
11. Meningkatnya rasio pegawai yang berpendidikan S1 dan S2 di bidang
teknik.
12. Meningkatnya jumlah pegawai yang ahli dalam pembangunan jalan, target
kegiatan melalui peningkatan kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
terpadunya kerja antara instansi, sehingga dapat terwujudnya pelayanan
BAB III PEMBAHASAN
A. Prosedur Pelelangan
Pelelangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari pemberi jasa
konstruksi dengan tujuan untuk mendapatkan jasa konstruksi yang terbaik dalam
melakukan pelaksanaan proyek konstruksi.
Jenis – jenis pelelangan
1, Pelelangan Umum atau Terbuka
Pelelangan Umum adalah pelelangan yang dapat diikuti oleh rekanan yang
tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha,
ruang lingkup atau klasifikasi kemampuannya. Rencana kegiatan pelalngan dapat
melalui media massa dan elektonik.
2, Pelelangan Terbatas
Peleangan terbatas adalah pelelangan hanya diikuti oleh rekanan tertentu,
sekurang-kurangnya 5 rekanan yang tercantum dalam Daftar Rekanan Terseleksi
(DRT) yang dipilih diantara Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai
kualifikasinya. Rencana kegiatan pelelelangan diumumkan melalui media massa.
3. Pemilihan/Penunjukkan Langsung
Defenisi: kegiatan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui pelelangan
3 penawaran yang terca:tat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM). Pembandingan
ke-3 peserta dilakukan melalui negosiasi baik dari segi teknis maupun harga.
Tata Cara Pelelangan
Proses lelang terbuka terdiri dari prakualifikasi dari Daftar Rekanan
Mampu untuk mendapatkan Daftar Rekanan Pendek, kemudian penyerahan
dokumen lelang atau tidak ada prakualifikasi,langsung pemberian paket lelang.
Pihak pemberi tugas membentuk panitia lelang yang sekurang-kurangnya
beranggotakan 5 orang dari tim konsultan dengan tugas sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan penyusunan Dokumen Lelang yang berisi Rencana
Kerja dan Syarat-syarat serta gambar-gambar perencanaan, menyusun dan
menetapkan tatacara penilaian terhadap penawaran, syarat peserta
pelelangan, serta perkiraan harga.
2. Mengumumkan segala sesuatu mengenai pelelangan melalui media massa
dimana didalam pengumuman tercantum:
1. Latar belakang proyek uraian singkat yang memuat namaproyek,
pemberi tugas, direksi, maksud, dan tujuan serta lingkup proyek,
lokasi, dan jadwal mulai.
2. Tanggal dan tempat pengambilan dokumen lelang.
3. Penggantian uang dokumen lelang.
4. Tanggal dan tempat rapat klasifikasi/penjelasan (pre-bidmeeting) dan
kunjungan ke lokasi yang dilakukan beberapa hari setelah menerima
dokumen lelang.
Dokumen Penawaran
Dokumen penawaran adalah dokumen yang berisi surat penawaran
lengkap dan persyaratan administrasi dan teknis yang disusun oleh pemenang
lelang.
Surat Penawaran
1. Memenuhi ketentuan administrasi.
2. Bermanfaat cukup.
3. Bertanggal dan ditandatangani.
4. Diajukan dalam sampul tertutup.
5. Harga penawaran dalam surat berupa angka dan huruf jelas.
Persyaratan administrasi yang wajib disertakan oleh peserta lelang adalah sebagai
berikut:
1. Necara perusahaan terakhir.
2. Izin usaha.
3. Pengalaman – pengalaman.
4. Daftar peralatan yang diperlukan.
5. Surat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Surat jaminan penawaran.
Cara Penyerahan Dokumen Penawaran
Cara penyerahan dokumen penawaran harus dicantumkan dalam dokumen
lelang. Ada 3 (tiga) cara penyerahan dokumen penawaran dari peserta kepada
1. Sistem satu sampul
Sistem satu sampul merupakan keseluruhan dokumen penawaran yang
mencakup surat penawaran dan persyaratan, dimasukkan kedalam satu
sampul.
2. Sistem dua sampul
a). Sampul pertama berisi persyaratan administrasi dan teknis, dan pada
sampul dituliskan data administrasi dan teknis.
b). Sampul kedua berisi perhitungan harga penawaraan dan pada sampul
dituliskan data perhitungan.
c). Kedua sampul tersebut dimasukkan kedalam satu sampul lain yang
disebut dengan Sampul Penutup.
Sistem dua tahap
a). Tahap I : peserta hanya memasukkan sampul pertama yang berisi
persyartan administrasi dan teknis. Setelah dilakukan evaluasi oleh panitia lelang,
dan dinyatakan lolos maka dilakukan tahap II.
b). Tahap II : peserta yang lolos tahap I memasukkan sampul kedua yang
berisikan harga penawaran sesuai waktu yang ditentukan.
Pemilihan Kontraktor
Dalam pemilihan kontraktor panitia lelang menyusun kriteria
Prakualifikasi untuk memilih Daftar Rekanan Pendek (DRP). Yang mana kriteria
1. Aspek Nonkomersial dan Manajemen, yakni:
a. Pengalaman pekerjaan pada proyek sejenis.
b. Pernah menangani volume pekerjaan yang setara.
c. Pernah bekerja di daerah.
d. Adanya tenaga ahli dan peralatan lengkap yang dibutuhkan pada waktu
tertentu.
2. Aspek Finansial dan Komersial
a. Posisi Finansial yang ditunjukkan oleh neraca perusahaan selama 2 - 4
tahun terakhir.
b. Total nilai kontrak yang saat ini sedang ditangani.
c. Kemampuan dalam memperoleh kredit atau jaminan keuangan.
Evaluasi Peserta Lelang
Evaluasi peserta lelang merupakan kegiatan pemeriksaan kelengkapan
dokumen penawaran yang dilakukan oleh panitia evaluasi. Evaluasi yang
dilakukan oleh panitia tender tersebut harus mengikuti beberapa prosedur yaitu:
Prosedur :
1. Panitia evaluasi menentukan terlebih dahulu subjek / kriteria yang akan
dinilai beserta bobotnya.
2. Masing-masing anggota panitia melakukan evaluasi sendiri dokumen
penawaran dan mengisi kolom kriteria pada lembar evaluasi.
3. Panitia menjumlahkan setiap nilai dari dokumen penawaran yang telah
4. Panitia melakukan rapat paripurna dan memutuskan pemenangnya.
Penentuan pemenang lelang yang akan diumumkan harus berdasarkan kebijakan
yang telah ditetapkan, seperti:
a. Lulus evaluasi kualitatif
b. Berdasarkan harga penawaran paling rendah / sama dengan harga yang
ditetapkan.
B. Prosedur Pengadaan Barang / Jasa Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia
Pada dasarnya pengadaan barang/jasa yang dilakukan Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berpedoman dengan peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Berikut prosedur-prosedur pelelangan tersebut:
1). Pengertian Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang / Jasa
oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja/Institusi yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh Barang / Jasa.
2). Proses Persiapan Pelelangan
Sebelum melakukan lelang, proses pengadaan barang dan jasa dilakukan
1. Memiliki integritas moral.
2. Memiliki disiplin tinggi.
3. Memiliki tanggung jawab dan kualitas teknis serta manajerial untuk
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
4. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang / jasa pemerintah.
5. Memliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan
keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
yang memahami tatacara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang
bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam
maupun dari luar instansi yang bersangkutan sedangkan pejabat pengadaan hanya
1 (satu) orang yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan / kegiatan
yang bersangkutan. Dalam hal melaksanakan pekerjaan yang akan dilelangkan
disyaratkan bagi para penyedia barang dan jasa harus memenuhi ketentuan
-ketentuan yang berlaku dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa konstruksi.
2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk
menyediakan barang / jasa.
3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak failed, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan, atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama
4. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima
penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun
terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29.
5. Secara hokum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak.
6. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh
pekerjaan menyediakan barang / jasa baik dilingkungan pemerintah
maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang
/ jasa konstruksi yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.
7. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam pengadaan barang / jasa.
8. Tidak masuk dalam daftar hitam.
9. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat di jangkau pos.
3). Proses Pelelangan
Setelah semua persyaratan pengadaan barang dan jasa di penuhi maka oleh
panitia diadakan proses pelelangan barang dan jasa. Proses pelelangan tersebut
ada beberapa macam antara lain dengan sistem:
1. Prakualifikasi
Prakualifikasi adalah suatu proses penilaian kompetensi dan kemampuan
usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang atau
jasa sebelum memasukkan penawaran. Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk
pengadaan jasa konsultansi dan pengadaan barang / jasa pemborongan konstruksi
pelelangan terbatas dan pemilihan langsung pengadaan barang / jasa pemborong
konstruksi yang bersifat kompleks.
2. Pascakualifikasi
Pascakulifikasi adalah suatu proses penilaian kompentensi dan
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia
barang/jasa konstruksi setelah memasukkan penawaran. Penyedia jasa konstruksi
wajib menandatangani surat pernyataan di atas materai bahwa semua informasi
yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi adalah benar dan apabila
diketemukan penipuan atas inormasi yang disampaikan terhadap yang
bersangkutan dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon pemenang, dimasukkan
dalam daftar hitam sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan tidak boleh mengikuti
pelelangan untuk 2 tahun berikutnya, serta diancam dituntut secara pidana dan
perdata.
4). Sistem Pelelangan
Sistem pelelangan barang dan jasa konstruksi untuk pekerjaan
pemborongan dan jasa konstruksi pada prinsipnya dilakukan dengan cara:
1. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang / jasa
konstruksi lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia
barang / jasa konstruksi lainnya yang memenuhi syarta yang tercantum pada
Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha, ruang lingkup, dan
Nilai paket dapat dilaksanakan melalui pelelangan umum. Pengadaan
pekerjaan konstruksi dengan nilai diatas Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah),
pengadaan dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui
media massa dan papan pengumuman resmi. Sehingga masyarakat luas dapat
memenuhi kualifikasi dan mengikuti proses pelelangan berupa:
a. Pengumuman prakualifikasi.
b. Pengambilan dokumen.
c. Pemasukan dokumen.
d. Evaluasi dokumen.
e. Penetapan hasil.
f. Pengumuman hasil.
g. Masa sanggah.
h. Undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi.
i. Pengambilan dokumen lelang.
j. Penjelasan.
k. Penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan perubahannya.
l. Pemasukan penawaran.
m. Pembukaan penawaran.
n. Evaluasi penawaran.
o. Penetapan pemenang.
p. Pengumuman pemenang.
q. Masa sanggah.
r. Penunjukkan pemenang .
2. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang / jasa
konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan dalam pekerjaan
yang kompleks. Nilai paket yang dapat dilaksanakan melalui pelelangan terbatas
untuk pengadaan barang / jasa lainnya dengan nilai sampai dengan jumlah nilai
Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Pelelangan terbatas hanya diikuti oleh
rekanan tertentu, sekurang-kurangnya 5 rekanan yang tercancum dalam Daftar
Rekanan Terseleksi (DRT) yang dipilih dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM)
sesuai kualifikasinya. Rencana kegiatan pelelangan diumumkan pada medi masa,
jika jumlah penyedia barang / jasa konstruksi yang mampu melaksanakan dan
diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks maka perlu diumumkan
secara luas melalui media masa dan papan pengumuman resmi dengan
mencantumkan penyedia barang / jasa konstruksi yang telah diyakini mampu guna
memberi kesempatan kepada penyedia barang / jasa konstruksi lainnya yang
memenuhi kualifikasi.
3. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung adalah pemilihan barang / jasa konstruksi yang
dilakukan dengan membandingkan sebanyak – banyaknya penawaran dan
sekurang – kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang / jasa konstruksi
yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negoisasi baik teknis maupun biaya
serta diumumkan minimal melalui internet. Nilai paket yang didapat dilaksanakan
melalui pemilihan langsung untuk pengadaan barang / jasa lainnya dengan nilai
4. Penunjukkan Langsung
Penunjukkan langsung adalah menunjuk langsung terhadap 1 (satu)
penyedia barang / jasa konstruksi dengan cara melakukan negoisasi baik teknis
maupun baiya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggung jawabkan. Nilai paket yang dapat dilaksanakan melalui pemelihan
langsung untuk pengadaan konstruksi, pengadaan barang, dan pengadaan jasa
lainnya dengan nilai sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
5). Evaluasi penawaran
Dalam pemilihan penyedia barang / jasa pemborong konstruksi ada 3
metode evaluasi penawaran berdasarkan jenis barang / jasa yang akan diadakan
dan metode evaluasi penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen
lelang yang meliputi:
1. Sistem Gugur
System gugur adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara
memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan
persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang /
jasa konstruksi dengan urutan proses evaluasi dimulai dari persyaratan
administrasi, persyaratan teknis dan kewajaran harga terhadap penyedia barang /
jasa yang tidak lulus penilian pada setiap tahapan dinyatakn gugur.
2. Sistem Nilai
Sistem nilai adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan
kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang /
jasa. Kemudian nilai unsur tersebut dikonversikan ke dalam satuan mata uang
tertentu dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta
dengan penawaran peserta lainnya. Dalam mengevaluasi dokumen penawaran,
panitia / pejabat konstruksi tidak diperkenankan mengubah, menambah, dan
mengurangi criteria tatacara tersebut dengan alas an apapun atau melakukan
tindakan lain.
6). Kontrak Pengadaan Barang / Jasa Konstruksi
Dalam proses kontrak, ada bebrapa cara ketentuan yang harus dijalanin sebagai
berikut:
1. Para pihak yang menandatangi kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan
alamat.
2. Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai
jenis dan jumlah barang / jasa yang diperjanjikan.
3. Hak dan kewajiban para pihak yang terkait di dalam perjanjian.
4. Nilai atau harga kontrak pekerjaan.
5. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terperinci.
6. Tempat dan jangka waktu penyelesaian / penyerahan dengan disertai
jadwal waktu penyelesaian / penyerahan yang pasti serta syarat syarat
penyerahan.
7. Jaminan teknis pekerjaan yang dilaksanakan atau ketentuan mengenai
8. Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak
memenuhi kewajiban.
9. Ketentuan mengenai keputusan mengenai pemutusan kontrak secara
sepihak.
10. Ketentuan mengenai keadaan memaksa.
11. Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
12. Ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja.
13. Ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan.
14. Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.
7). Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak dalam pelaksanaan Kontrak Setelah penandatanganan kontrak, pengguna barang / jasa segera
melakukan pemeriksaan lapangan bersama – sama dengan penyedia barang / jasa
dan membuat berita acara keadaan lapangan dan serah terima lapangan penyedia
barang / jasa konstruksi dapat menerima uang muka dari pengguna jasa. Penyedia
barang / jasa konstruksi dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan
utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain. Penyediabarang /
jasadilarangmengalihkantanggungjawabutamadenganmensubkontrakkankepadapi
hak lain dengancaradan alas an apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada
penyedia barang / jasa konstruksi spesialis. Terhadap pelanggaran atas larangan
yang telah diberikan maka pihak tersebut akan dikenakan sanksi berupa denda
8). Manfaat Pengadaan Barang dan Jasa
Manfaat dari prosedur pelelangan adalah untuk memperoleh jasa
konstruksi dengan tujuan mendapatkan kualitas terbaik dalam melakukan
pembangunan proyek konstruksi. Dan meningkatkan kualitas pembangunan jalan
guna memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam penggunaan jalan.
Berikut merupakam manfaat dan tujuan pengadaan barang / jasa yang dilakukan:
1, Aspek Hukum Terjamin
Dari sisi legislatif akan lebih terjamin dan aman, karena setiap proyek
yang akan dilelang harus melalui proses pengecekan dokumen instansi yang
terkait. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian kepada calon peserta lelang
agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari.
2, Terbuka dan Obyektif
Lelang dilaksanakan dengan mengundang khayalak ramai, yakni
mengundang calon peserta lelang sebanyak mungkin sehingga pelaksanaannya
sangat terbuka dan obyektif.
3, Cepat dan Ekonomis
Lelang akan sangat efektif karena target proyek harus dilaksanakan dengan
waktu singkat. Bila dilihat dari segi waktu pengerjaan proyek sistem lelang akan
lebih cepat dan ekonomis karena akan mengurangi biaya penyimpanan, biaya
pemeliharaan, dan biaya pemasaran alat – alat yang digunakan untuk pengerjaan
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan menegnai Pengadaan Barang / Jasa yang di lakukan Satker
Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1 Dengan melakukan prosedur pelelangan sesuai dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang dan Jasa maka Satker Pelaksana Jalan Nasional
Wilayah I Provinsi Sumatera Utara sudah melakukan prosedur
pelelangan dengan benar. Prosedur pelelangan yang digunakan sudah
cukup baik, hanya saja proses dalam pelaksaan / pengerjaannya sangat
lambat sehingga sering terjadi keterhalangan dilapangan.
2 Prosedur pelelangan yang diselenggarakan Satker Pelaksana Jalan
Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara juga dapat membantu
Kementrian Pekerjaan Umum dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan untuk mendapatkan balas jasa konstruksi yang terbaik
dalam melaksanakan pembangunan jalan nasional.
3 Proses terseleksinya kontraktor yang terkait berjalan dengan baik dan
mendapatkan hasil yang cukup membantu Satker Pelaksana Jalan
B. Saran
Berdasarkan dari pengamatan yang penulis lakukan pada Satker Pelaksana
Jalan Nasional Wilayah 1 Provinsi Sumatera Utara, maka penulis mengemukakan
beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak – pihak yang terkait yaitu:
1. Agar Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat lebih
meningkatkan lagi kualitas dan kuantitas dari hasil pengerjaan proyek
yang dilakukan.
2. Agar Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I lebih protektif memilih
dan menyeleksi kontraktor yang baik dan benar – benar mengerjakan
proyek sesuai dengan Peraturan dan Ketetapan yang di berikan.
3. Agar masyarakat lebih peduli kepada kepentingan umum dan melaporkan
kepada Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau
perwakilan pada setiap daerah agar dapat memperbaiki jalan dan jembatn
DAFTAR PUSTAKA
a_Pemerintah/Metode/Cara_Pemelihan_Pengadaan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012). Bandung: FOKUSMEDIA.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah: KEMENTERIAN PEKERJAAN
UMUM 2010.
Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 ,Tata Cara Pemelihan Penyedia Barang: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 2012.