ABSTRAK
STUDI PENGARUH ABU SORGUM TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH, DAN KUAT LENTUR BETON
Oleh
Denny Pratama
Memanfaatkan limbah industri dan pemakaian bahan yang ramah lingkungan sebagai pengganti bahan pembentuk beton, namun tetap memiliki kuat tekan yang cukup baik, merupakan langkah bijak dalam persoalan ini. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif baru dalam teknologi beton yaitu dengan menggantikan sebagian semen dengan abu ampas sorgum, sehingga pemakaian abu ampas sorgum diharapkan dapat menghasilkan kuat tekan beton kurang lebih sama dengan beton normal namun ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan abu sorgum terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur beton sebagai pengganti sebagian berat semen dengan persentase 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dalam waktu pengikatan 28 dan 56 hari.
Metode mix-design dilakukan dengan Metode ACI. Benda uji adalah berbentuk silinder dengan ukuran diameter 100 mm dan tinggi 200 mm untuk uji kuat tekan, kuat tarik belah, dan balok (100 mm x 100 mm x 400 mm) untuk uji kuat lentur. Pada Metode ACI dilakukan pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur berdasarkan beberapa penambahan abu sorgum pada umur 28 dan 56 hari.
Dari hasil pengujian di laboratorium dapat disimpulkan: (1) Nilai kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton pada variasi persentase abu sorgum mencapai nilai tertinggi pada persentase 20% pada umur 56 hari dengan kuat tekan 20,7644 Mpa, kuat tarik belah 1,8047 Mpa, dan kuat lentur 4,6638 MPa. (2) Penggunaan penggantian sebagian semen dengan abu sorgum pada adukan beton mampu meningkatkan nilai slump beton tersebut, sehingga dengan bertambahnya presentase abu sorgum yang digunakan maka berpengaruh meningkatkan tinggi nilai slump sehingga dapat meningkatkan workability beton tersebut.
ABSTRACT
STUDY THE EFFECT OF ASH ON THE COMPRESSIVE STRENGTH OF SORGHUM, SPLITING- TENSILE STRENGTH AND FLEXURAL STRENGTH OF
CONCRETE
By
Denny Pratama
Utilizing industrial waste and use environmentally friendly materials as a substitute for concrete forming material, but still have a fairly good compressive strength, is a wise step in this issue. This study was conducted to obtain a new alternative in concrete technology is to replace a portion of cement with ash residue of sorghum, sorghum making use of ash residue is expected to produce concrete compressive strength is approximately equal to the normal concrete but eco-friendly. The purpose of this study was to determine the effect of ash on the compressive strength of sorghum, split tensile strength and flexural strength of concrete as a partial replacement of cement by weight percentages of 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% in the binding of 28 and 56 days.
Mix-design method performed by ACI method. Test object is cylindrical with a diameter of 100 mm and height of 200 mm to test compressive strength, split tensile strength, and beam (100 mm x 100 mm x 400 mm) for flexural strength test. ACI method is tested on compressive strength, split tensile strength and flexural strength by the addition of several sorghum ash at 28 and 56 days.
From the results of laboratory tests it can be concluded: (1) Compressive strength, split tensile strength and flexural strength of concrete on the variation of the percentage of ash sorghum reached the highest value at a percentage of 20% at the age of 56 days with 20.7644 MPa compressive strength, split tensile strength of 1.8047 MPa and 4.6638 MPa flexural strength. (2) The use of partial replacement of cement with ash in the concrete mix sorghum able to increase the slump of concrete, so that the percentage increase in sorghum are used ashes then increased the slump of high value so as to improve the workability of concrete.
STUDI PENGARUH ABU SORGUM TERHADAP KUAT TEKAN,
KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON
Oleh
DENNY PRATAMA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
lar-e
)lahasiswa\
rri.ro,r Pokok Mahasiswa *-;]i*San'esil.ltas
Easti
I}I.T.'.7
n9740550 2000122
001TEBIIADAP I{UAT TEI{AN KIIAT TARIK
BDIIIH
DAN KT'AT LDNTUB BETONBEyzonl, S.T., M.T.
NIP 19750514 200005
I
OO12. Ketua Jurusan Teknik Sipil
(Dun r?
frlatrrma
07450L1O22
Teknik Sipil
Teknik
MENYETUJUI
1.
Komisi Pembimbing1.1:
*:-
penguji",fl3i--a
Y-,*;e,afls
l>- !-,5qJtar r ii
:--rlan Pembimbing
:
Ilastl
Biakara
lI., S.T.,
[I.T
: Bayzonl,
$.T.,
M.T.: Ir. Eddy
Punsanto,
M.T.***
\9620717 t98703
I
OO2F
*-,Jgal
Lulus Ujian
Skripsi:
O9Oktober2014
"t" r/
rlli,::li:tii::+l
i:ii.ii:::itri.j.
:r, 11.1: 1.,1.:
:i;i;rl, Li:,tliit;i:-::r::il": ' : : ;iii,1,,i ;.r:::r..::1
1-
ilrt{F{t
Fakultas Teknik( r + \\
,1'. ..., i.iltlu,x'riii1t
,,'i,'1',.i...f.,.-- .. ::-:.tl:.l r.f.,.r ," ..tit:::.t:: ., ' .r.::
.:'l..i....'...,'-....,:.t..,.-l"..i.,,.,.].u,"..
'.. t...r' iil.]'ir"t'r'.::,,,1,,,i.rr,ir.,,,r,,"' '.;; .] -.', r:,:.i-r._:l':'- .. ri.r..t:..r- .r,. t.:t'ii.':1,r,' -. :ii::.1'
-*.:-rn ini
saya menyatakan bahwa dalam skripsiini
tidak terdapat karya yang:trr:::t
,Jilakukan orang lain. dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapattr-:r*-: arau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara -,.1",*.is didalam naskah ini sebagaimana yang disebutkan dalam daftar pustaka, selain
-* >.1] a menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.
r-:;liia
pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan-r"!im 1,'ang berlaku.
Denny Pratama
Npu.
ol+sotrc22Banda. Lampung. Oktober 2014
METERAI r
q
) TELI(PFT iV,RIWAYAT HIDUP PENULIS
Denny Pratana dilahirkan di Dayamurni, Tulang Bawang
Barat, Lampung pada tanggal 8 Agustus 1989. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Bapak Suradji Atmadja dan Riza Mundzakir S.Pd.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 4
Dayamurni, Tumijajar dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan tingkat
pertama ditempuh di SMP Negeri 1 Tulang Bawang Udik, Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas
SMA Negeri 1 Tumijajar, Lampung yang diselasaikan pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah melakukan
Kerja Praktik selama 3 bulan pada Proyek Renovasi Gudang, Laboratotorium,
Kantor Pemeriksa dan Penyuluhan Balai Besar POM Bandar Lampung pada tahun
2012, selnjutnya penulis melakukan penelitian tugas akhir di Laboratorium Bahan
Persembahan
Kupersembahkan semangat, asa dan tetesan keringat yang telah
menyatu dalam karya kecil ku ini
Teruntuk kedua orang tuaku
Ayahku (Suradji Atmadja) dan
Ibuku (Riza Mundzakir S.Pd)
Untuk saudara
–
saudara, teman- teman, para
Pendidik, dosen- dosen, guru-guruku, dan rekan sejawat yang
senantiasa melakukan kebaikan.
Serta teruntuk
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,”
(Q.S. Asy-Syarh: 5)
“Gagal melakukan hal-hal besar itu lebih terhormat dari pada berhasil melakukan hal-hal kecil, karena orang yang gagal melakukan hal-hal yang besar
sudah pasti berhasil melakukan hal-hal kecil” (Mario Teguh)
“Tidak ada satupun alasan untuk meraih
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulisan skripsi dengan judul “ Studi Pengaruh Abu Sorgum
Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah dan Kuat Lentur”, sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Lampung ini dapat selesai.
Penelitian yang dilakukan penulis merupakan percobaan mengenai seberapa besar
pengaruh penambahan abu sorgum terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat
lentur. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan
saran – saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Suharno,M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
3. Ibu Hasti Riakara H, S,T., M.T., selaku Pembimbing Utama atas semua
bimbingan, arahan, waktu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Bayzoni, S,T., M.T., selaku Pembimbing Kedua atas semua
6. Ayah (Suradji Atmadja, Alm.) dan Ibu (Riza M.), serta adik-adik ku (Mella
Dwinanda, Yanna Dwinanda) yang telah memberikan dorongan materil dan
spiritual dalam menyelesaikan tugas akhir ini, juga keluarga besarku yang
selalu mendoakan.
7. Elrya Dimitri, S.Pd., yang selalu memberi dukungan dan motivasi serta
bantuan dalam menulis tugas akhir ini.
8. Teman-teman seperjuangan di teknik sipil, Rengga, Hafiz, Joksan,–
semuanya, tidak memungkinkan disebut satu per satu, atas kebersamaan serta
dukungannya dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman-teman kosan Orange Erick Cessar, Kiki Broto, Binur, Tantra, Fath,
Andika, Galih, atas kebersamaan dan dukungannya.
10. Semua pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan penelitian
hingga penulisan skripsi ini.
Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR NOTASI ... v
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beton ... 6
B. Komposisi Material Beton ... 7
C. Sifat-Sifat Beton ... 16
D. Penelitian Yang Mendukung ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN A. Bahan ... 26
B. Peralatan ... 28
C. Pelaksanaan Penelitian ... 31
D. Analisis Hasil Penelitian ... 39
F. Diagram Alir Penelitian ... 41
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Umum ... 42
B. Kemudahan Pengerjaan (Workability) ... 42
C. Berat Volume Beton ... 42
E. Kuat Tarik Belah Beton ... 49 F. Kuat Lentur Beton ... 52 G. Modulus Elastisitas... 54 V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A ( UJI PENDAHULUAN) LAMPIRAN B (MIX DESIGN BETON) LAMPIRAN C ( PERHITUNGAN DATA)
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Gradasi saringan agregat halus ... 10
2. Gradasi agregat kasar untuk adukan ... 12
3. Nilai Modulus Elastisitas Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.5 dan ACI 363-92... 24
4. Compressive strength (N/mm2) of SHA- CCS Laterized Concrete ... 25
5. Ukuran saringan pada penelitian gradasi agregat. ... 29
6. Jumlah benda uji ... 34
7. Hasil pengujian slump ... 43
8. Berat volume beton 28 hari ... 45
9. Berat volume beton 56 hari ... 46
10. Hasil pengujian kuat tekan beton... 47
11. Hasil perhitungan uji kuat tarik belah ... 50
12. Kuat lentur beton ... 53
13. Modulus elastisitas beton abu sorgum umur 28 hari ... 55
DAFTAR NOTASI
A = Luas penampang silinder beton = 1
4π D
2 (mm2)
ACI = American Concrete Institute
ASTM = American Sosiety for Testing and Material
BAS = Beton abu sorgum
C = Kadar semen dalam kg/m3 beton
CCS = Calcium carbide sludge
D = Diameter silinder beton (mm)
E = Modulus elastisitas
f’c = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa)
f’cr = Kuat tekan beton ringan rata-rata yang ditargetkan (MPa)
f’csi = Kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (MPa)
h = Tinggi/panjang silinder beton (mm)
n = Jumlah benda uji
P = Beban tekan maksimum saat benda uji runtuh (N)
S = Deviasi standar
SHA = Sorghum husk ash.
SNI = Standar Nasional Indonesia
SSD = Surface Saturated Dry
�� = Volume agregat kasar (liter)
�� = Volume semen (liter)
� = Volume bahan padat (liter)
� = Volume pasir (liter)
Wc = Berat volume padat beton =
berat beton
volume beton (kg/m 3
)
∆L = Perpendekan tinggi silinder beton
π = Konstanta = 3,14
� = Regangan pada 40% tegangan batas
LAMPIRAN
LAMPIRAN A ( UJI PENDAHULUAN) LAMPIRAN B (MIX DESIGN BETON) LAMPIRAN C ( PERHITUNGAN DATA)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangPelaksanaan pembangunan yang senantiasa dilaksanakan berakibat pada
meningkatnya kebutuhan akan konstruksi, seperti jalan dan jembatan, perumahan
atau gedung. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling sering
dipakai adalah beton. Penggunaan beton merupakan pilihan utama karena beton
merupakan bahan dasar yang mudah dibentuk dengan harga yang lebih murah
dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya.
Sebagai negara yang mempunyai lahan pertanian dan perkebunan yang sangat
luas, tentunya tidak asing lagi dengan limbah-limbah buangan yang dihasilkan
oleh pengolahan hasil-hasil limbah alam itu. Limbah-limbah tersebut seperti abu
ampas tebu, ampas sorgum, cangkang sawit, merang padi, atau sabut kelapa yang
tidak dimanfaatkan lagi.
Dalam pembuatan beton, pemilihan akan bahan-bahan yang digunakan sangat
diinginkan untuk tujuan tertentu dengan cara yang ekonomis. Dewasa ini dalam
praktik pembuatan beton, bahan tambahan baik additive maupun admixture
meupakan bahan yang dianggap penting. Penggunaan bahan tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai sifat yang
diinginkan.
Oleh karena itu, memanfaatkan limbah industri dan pemakaian bahan yang
ramah lingkungan sebagai pengganti bahan pembentuk beton, namun tetap
memiliki kuat tekan yang cukup baik, merupakan langkah bijak dalam persoalan
ini. BPPT yang terletak di Bandar Jaya yang mengolah sorgum untuk diambil
patinya sebagai bahan makanan yang menghasilakan limbah yaitu berupa batang
dan daun dari sorgum yang sebagian besar terbuang.
Dalam tugas akhir ini penulis akan meneliti pengaruh abu sorgum terhadap kuat
tekan, kuat lentur dan kuat tarik belah beton dengan memanfaatkan abu sorgum
(Sorghum ash). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif baru dalam
teknologi beton yaitu dengan menggantikan sebagian semen dengan abu ampas
sorgum, sehingga pemakaian abu ampas sorgum diharapkan dapat menghasilkan
kuat tekan beton kurang lebih sama dengan beton normal namun ramah
lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah
jumlah volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat dengan
jumlah dari volume zat padat yang terisi oleh zat padat. Semakin besar porositas
beton maka kuat tekan beton tersebut akan semakin kecil.
Abu sorgum dapat digunakan sebagai bahan tambah dalam campuran beton yang
ditinjau terhadap sifat beton terutama pada sifat kuat tekan, kuat lentur dan kuat
tarik belah beton pada umur beton 28 dan 56 hari.
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian ini, maka permasalahan
yang ditinjau dibatasi sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada beton normal yang beraspek beton ramah
lingkungan dengan kuat tekan beton yang direncanakan (f’c) = 20 MPa.
2. Benda uji yang digunakan
a. Silinder diameter 100 mm dan tinggi 200 mm untuk uji kuat tekan dan
tarik belah.
b. Balok ukuran 100 mm x 100 mm x 400 mm untuk uji kuat lentur.
3. Menggunakan material batu pecah ( ukuran max Ø25 mm) dan pasir (ukuran
max Ø5 mm).
4. Menggunakan semen Padang Portland tipe PCC ( Portland Composite
Cement ) ( 1 zak =50 kg).
5. Standar pengujian adalah ASTM.
7. Abu sorgum ( Sorghum ash) masing- masing sebesar 0%, 5%, 10%, 15 %,
dan 20% dari berat semen.
8. Pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarik belah dilakukan pada umur
28 dan 56 hari, masing-masing 3 buah untuk setiap variasi beton.
9. Faktor suhu, kelembaban udara, angin dan faktor ekonomis diabaikan.
10. Pelaksanan dilakukan di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui berapa besar kuat tekan, kuat lentur dan kuat tarik belah pada
beton normal dengan abu Sorgum sebagian semen pada umur 28 dan 56 hari.
2. Membandingkan kuat tekan, kuat lentur dan kuat tarik belah beton dari
variasi subtitusi abu sorgum dengan beton normal.
3. Membandingkan kuat tekan, kuat lentur dan kuat tarik belah beton
berdasarkan waktu pengikatan.
4. Mengetahui persentase penggunaan abu ampas sorgum sebagai bahan
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain:
1. Memberikan nilai manfaat bagi limbah industri khususnya batang dan daun
sorgum yang selama ini tidak termanfaatkan dengan baik.
2. Mengurangi polusi udara akibat industri semen dengan memanfaatkan abu
batang sorgum yang ada sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga
kelestariannya.
3. Memberikan informasi kepada pihak terkait dalam proses produksi beton
mengenai penggunaan bahan alternatif pengganti sebagian semen memiliki
nilai yang cukup ekonomis namun dapat memberikan manfaat yang besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BETON
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk
pembangunan gedung, jembatan, dan jalan. Beton merupakan satu kesatuan yang
homogen. Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen Portland dan
semen hidrolik yang lain terkadang ditambah kan pula dengan bahan tambahan
(aditive) yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu
sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras
seperti batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dan
air.
Beton yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan dengan
rongga- rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah), dan
diisi oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori-pori agregat halus diisi
oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai perekat
terekat sehingga terbentuklah satu kesatuan yang padat dan tahan lama.( Sumber:
www.ilmusipil.com)
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang
bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus,
agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu.
Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari
kualitas masing-masing material pembentuk. Beton yang baik adalah beton yang
kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya
kecil.(Tjokrodimulyo, 1992).
Menurut beratnya, beton dibedakan menjadi tiga jenis yaitu beton ringan, beton
normal dan beton berat. Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat
ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3 (SNI 2002).
Beton normal adalah beton yang mengandung agregat dengan berat isi antara
1900 kg/m3 sampai dengan 2.400 kg/m3, sedangkan untuk beton dengan berat di
atas 2400 kg/m3 termasuk dalam beton berat. (Leonardi dan Irawan, 2010).
B. Komposisi Material Beton
1. Semen Portland
Semen portland merupakan bahan konstruksi yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland
klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya (Mulyono, 2004).
Semen berfungsi sebagai bahan perekat untuk menyatukan bahan agregat
kasar dan agregat halus menjadi satu massa yang kompak dan padat dengan
proses hidrasi. Semen akan berfungsi sebagai perekat apabila diberi air,
sehingga semen tergolong bahan pengikat hidrolis. Kekuatan semen
merupakan hasil dari proses hidrasi. Kekuatan awal semen portland semakin
tinggi apabila semakin banyak persentase C
3S. Jika perawatan kelembaban
terus berlangsung, kekuatan akhirnya akan lebih besar apabila persentase
C
3S semakin besar.
Klasifikasi semen portland sesuai dengan tujuan pemakaiannya dibagi
menjadi 5 (lima) tipe, yaitu :
1. Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
2. Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3. Tipe III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
kekuatan awal yang tinggi.
4. Tipe IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
5. Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta semen dan bila ditambah dengan agregat halus, pasta semen
akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan
menjadi campuran beton yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete).
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60 % - 80 %
volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga
seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan
rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah
yang ada diantara agregat yang berukuran besar. Sifat yang terpenting dari
agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang
mempunyai pengaruh terhadap ikatan dengan pasta semen, porositas, dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
pembekuan pada musim dingin, dan ketahanan terhadap penyusutan.
Berdasarkan ukuran butiran, agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis,
a. Agregat halus
Menurut SNI 03-6820-2002 (2002: 171), agregat halus adalah agregat isi
yang berupa pasir alam hasil disintegrasi alami dari batu-batuan (natural
sand) atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat-alat pemecah
batuan (artificial sand) dengan ukuran kecil (0,15-5 mm). Agregat halus
yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil
dari saringan No. 200, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton.
Agregat yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh ASTM dengan batasan ukuran
agregat halus yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Gradasi saringan agregat halus.
Diameter Saringan (mm) Persen Lolos (%)
9,5 mm 100
4,75 mm 95 - 100
2,36 mm 80 - 100
1,18 mm 50 - 85
0,6 mm 25 - 60
0,3 mm 5 - 30
0,15 mm 0 - 10
b. Agregat Kasar
Agregat kasar didefinisikan sebagai butiran yang tertahan saringan 4,75
mm (No.4 standart ASTM). Agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir
beton keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca, dan
efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar harus bersih dari bahan-bahan
organik dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen.
Agregat kasar sebagai bahan campuran untuk membentuk beton dapat
berupa kerikil atau batu pecah.
Adapun persyaratan batu pecah yang digunakan dalam campuran beton
menurut Departemen Pekerjaan Umum (1982) adalah sebagai berikut :
1. Syarat fisik .
- Kadar lumpur, maksimal 1%.
- Bagian yang hancur bila diuji dengan menggunakan mesin Los
Angeles, tidak boleh lebih dari 27% berat.
- Besar butir agregat maksimum, tidak boleh lebih besar dari 1/5
jarak terkecil bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 tebal pelat
atau ¾ dari jarak bersih minimum tulangan.
- Kekerasan yang ditentukan dengan menggunakan bejana Rudellof
tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm
- Bagian butir yang panjang dan pipih, maksimum 20% berat,
terutama untuk beton mutu tinggi.
2. Syarat kimia.
- Kekekalan terhadap Na2SO4 bagian yang hancur, maksimum 12%
berat, dan kekekalan terhadap MgSO4 bagian yang hancur,
maksimum 18%.
- Kemampuan bereaksi terhadap alkali harus negatif sehingga tidak
berbahaya.
Batasan ukuran agregat kasar dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Gradasi agregat kasar
Diameter Saringan (mm)
Persen Lolos (%)
25,00 100
19,00 90 - 100
12,50 -
9,50 20 - 55
4,75 0 - 10
2,36 0 - 5
3. Air
Air merupakan bahan pembuat beton yang sangat penting namun harganya
paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga terjadi
reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses
pengerasan pada beton, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan
semen, air hanya diperlukan 25 % dari berat semen saja. Selain itu, air juga
digunakan untuk perawatan beton dengan cara pembasahan setelah dicor.
(Tjokrodimuljo, 1996).
Proporsi air dinyatakan dalam rasio air-semen, yaitu angka yang menyatakan
perbandingan antar berat air dibagi dengan berat semen dalam adukan beton
tersebut, pada umumnya dipakai 0,4-0,6 tergantung mutu beton yang hendak
dicapai. Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan
jumlah air yang minimal konsisten dan derajat workabilitas yang maksimal.
Persyaratan air yang digunakan dalam campuran beton adalah:
a. Air tidak boleh mengandung lumpur (benda-benda melayang lain) lebih
dari 2 gram/liter.
b. Air tidak boleh mengandung garam-garam yang dapat merusak beton
(asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Air tidak boleh mengandung Chlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4. Sorgum
Sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah-wilayah tropis dan subtropis
di bagian Pasifik Tenggara dan Australia, wilayah yang terdiri dari Australia,
Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga
Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara
spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies
Sorghum bicolor (japonicum). Tanaman yang lazim dikenal masyarakat
Jawa dengan naman “Cantel” ini sekeluarga dengan tanaman serealia
lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti
bambu dan tebu (Gambar 1). Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut
tergolong dalam satu family besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai
Gramineae (rumput-rumputan). Rata-rata sorgum memiliki tinggi 2,6
sampai 4 meter. Pohon dan daun sorgum sangat mirip dengan jagung. Pohon
sorgum tidak memiliki kambium. Jenis sorgum manis memiliki kandungan
yang tinggi pada batang gabusnya sehingga berpotensi untuk dijadikan
sebagai sumber bahan baku gula sebagaimana halnya tebu. Daun sorgum
berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat dengan ujung
mengerucut, berukuran diameter + 2 mm. Satu pohon sorgum mempunyai
satu tangkai buah yang terdiri dari cabang-cabang buah. Tanaman sorgum
termasuk tanaman pangan (biji-bijian), tetapi lebih banyak dimanfaatkan
sebagai pakan ternak (livestock fodder). Tanaman sorgum manis sering
semua komponen biomasa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
industri. Pemanfaatan sorgum manis secara umum diperoleh dari hasil-hasil
utama (batang dan biji) serta limbah (daun) dan hasil ikutannya
(ampas/bagasse) (Sumantri, A. et. al. 1996).
Gambar 1. Sorgum
5. Abu sorgum
Sorgum yang akan digunakan adalah limbah dari pabrik BPPT yang sebagian
besar terbuang adalah batang dan daunnya. Kemudian limbah tersebut
dikeringkan di bawah sinar matahari lalu dibakar di tungku ferosemen
(ferrocement incinerator), dengan suhu ± 550o yang menghasilkan sekam
sorgum reaktif. Kandungan kimia yang terdapat pada abu sorgum yaitu, SiO2
(51,2%), Al2O3 (9,35%), FeO3 (12,5%), CaO (10,1%), SO3 (2,1%), MgO
(0,49%), K2O (9,46%), LOI (9,0%), Ph(8,3%), SiO2 + AlO3 + FeO3
C. Sifat-Sifat Beton
Sifat-sifat beton perlu diketahui untuk mendapatkan mutu beton yang diharapkan
sesuai tuntutan konstruksi dan umur bangunan yang bersangkutan. Pada saat
segar atau sesaat setelah dicetak, beton bersifat plastis dan mudah dibentuk.
Sedang pada saat keras, beton memiliki kekuatan yang cukup untuk menerima
beban. Sifat beton segar yang baik sangat mempengaruhi kemudahan pengerjaan
sehingga menghasilkan beton dengan kualitas baik. Sifat-sifat yang dimiliki oleh
beton yaitu :
1. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan
tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.
Kemampuan bertahan beton tersebut yaitu :
a. Tahan terhadap pengaruh cuaca.
b. Tahan terhadap pengaruh zat kimia.
c. Tahan terhadap erosi.
2. Workability ( Kelecakan )
Workability adalah sifat-sifat adukan beton yang ditentukan oleh kemudahan
dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing.
Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat beton antara lain adalah :
b. Penambahan semen ke dalam adukan beton.
c. Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus.
d. Pemakaian butir-butir agregat yang bulat.
e. Cara pemadatan beton dan/atau jenis alat yang digunakan.
3. Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton merupakan kekuatan tekan maksimum yang dapat dipikul
beton persatuan luas. Kuat tekan beton normal antara 20 – 40 MPa. Kuat
tekan beton dipengaruhi oleh: faktor air semen (water cement ratio = w/c),
sifat dan jenis agregat, jenis campuran, kelecakan (workability), perawatan
(curing) beton dan umur beton. Faktor air semen (water cement ratio = w/c)
sangat mempengaruhi kuat tekan beton.
Semakin kecil nilai w/c nya maka jumlah airnya sedikit yang akan
menghasilkan kuat tekan beton yang besar. Sifat dan jenis agregat yang
digunakan juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Semakin tinggi
tingkat kekerasan agregat yang digunakan akan dihasilkan kuat tekan beton
yang tinggi. Selain itu susunan besar butiran agregat yang baik dan tidak
seragam dapat memungkinkan terjadinya interaksi antar butir sehingga
rongga antar agregat dalam kondisi optimum yang menghasilkan beton padat
dan kuat tekan yang tinggi.
Jenis campuran beton akan mempengaruhi kuat tekan beton. Jumlah pasta
mengisi rongga-rongga diantara agregat sehingga dihasilkan beton dengan
kuat tekan yang diinginkan. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan
seperti yang diinginkan, maka beton yang masih muda perlu dilakukan
perawatan dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan
sempurna. Pada proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan
kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu cepat mengering, akan timbul
retak-retak pada permukaannya. Retak-retak ini akan menyebabkan kekuatan
beton turun, juga akibat kegagalan mencapai reaksi hidrasi kimiawi penuh.
(Amalia, 2009)
Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial benda uji
silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm dengan satuan MPa (N/mm2).
Kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya
umur beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai sempurna setelah beton
berumur 28 hari. Nilai kuat tekan beton didapat dengan cara melakukan
pengujian standar ASTM C-192. Pengujian kuat tekan beton dapat dilakukan
dengan menggunakan alat Compression Testing Machine (CTM) dengan
cara meletakkan silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm) tegak
lurus dan memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan 0,15
MPa/detik sampai 0,34 MPa/detik sampai benda uji hancur dan kemudian
mencatat beban maksimum yang terjadi. Dari hasil pengujian ini didapat
beton tersebut hancur. Selanjutnya dihitung kuat tekan beton dengan
membagi beban maksimum dengan luas permukaan silinder beton.
Tegangan tekan maksimum dihitung dengan rumus:
f’cs =P
A ... (1) dengan :
f’cs = kuat tekan (MPa)
P = beban tekan maksimum (N)
A = luas penampang silinder beton = 1 4π D
2
(mm2)
Kuat tekan beton yang disyaratkan (karakteristik) ditentukan dengan rumus :
f’c = fcr – 1,64 S ... (2)
dengan :
f’c = kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa)
fcr = kuat tekan beton rata-rata (MPa)
fcr =
f′csi n i =1n ... (3)
dengan :
n = jumlah benda uji
S =
f′csᵢ−fcr 2 ni =1
n−1 ... (4)
4. Kuat Tarik Belah
Kuat tarik-belah beton benda uji silinder beton ialah nilai kuat tarik tidak
langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil
pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan
permukaan meja penekan mesin uji. Kuat tarik belah seperti inilah yang
diperoleh melalui metode pengujian kuat tarik-belah dengan Universal
Testing Machine (UTM). Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai
kuat tarik yang sangat kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu sekitar
10 % - 15 % dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang
penting untuk memprediksi retak dan defleksi balok.
Kuat tarik belah dihitung dengan menggunakan rumus:
σt = π2.P.L.D ... (5)
dengan :
σt = kuat tarik belah beton (N/mm2)
P = beban tekan maksimum saat silinder beton terbelah/runtuh (N)
π = konstanta (3,14)
L = tinggi/panjang silinder beton (mm)
D = diameter silinder beton (mm)
Menurut standar ASTM C498-86 nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil
pengujian berulangkali mencapai kekuatan 0,5 – 0,6 kali √f’c , sehingga
5. Kuat Lentur Beton
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada dua
perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji,
yang diberikan padanya, sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega
Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas (SNI 03-4431-1997)
Kekuatan lentur merupakan kuat tarik beton tak langsung dalam keadaan
lentur akibat momen. Nilai kuat lentur beton didapat melalui tata-cara
pengujian standar ASTM C 78. Dari pengujian kuat lentur dapat diketahui
pola retak dan lendutan yang terjadi pada beton yang memikul beban lentur.
Kuat lentur beton juga dapat menunjukkan tingkat daktilitas beton.
Kuat lentur beton dihitung berdasarkan rumus :
σ
= M.Y ...(6) Idengan :
M = momen maksimum pada saat benda uji runtuh
Y = jarak garis netral penampang ke tepi bawah.
I = momen inersia balok
Menurut pasal SNI-03-2847 (2002) nilai kuat lentur beton bila dihubungkan
dengan kuat tekannya adalah :
dengan :
fr = kuat lentur beton rata-rata (MPa)
f’c = kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa)
6. Modulus Elastisitas.
Modulus elastisitas beton merupakan kemiringan garis singgung (slope dari
garis lurus yang ditarik) dari kondisi tegangan nol ke kondisi tegangan 0,40
f’c pada kurva tegangan-regangan beton. Modulus elastisitas beton
dipengaruhi oleh jenis agregat, kelembaban benda uji beton, faktor air
semen, umur beton dan temperaturnya.
Menurut pasal 10.5 SNI-03-2847 (2002) hubungan antara nilai modulus
elastisitas beton normal dengan kuat tekan beton adalah :
Ec = 4700 ��′ ...(8)
dengan :
Ec = Modulus Elastisitas (MPa)
f’c = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa)
D. Penelitian Yang Mendukung
1. Gerry Phillip Rompas, dkk, 2013
Penilitan yang menggunakan Abu ampas tebu (AAT) yang berasal dari PT.
silikat sebesar 68,5 %. Penelitian terhadap AAT dilakukan sebagai bahan
substitusi parsial semen dengan prosentase secara berturut-turut 0%, 5%,
10%, 15%, 20%, 25% terhadap berat semen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh AAT terhadap kuat tarik lentur dan modulus
elastisitas. Penggunaan air untuk campuran beton dalam penelitian ini dibuat
sama untuk setiap prosentase AAT. Hasil penelitian menunjukkan semakin
tinggi prosentase AAT maka semakin rendah workability beton segar.
Penggunaan AAT tidak mempengaruhi peningkatan kuat tarik lentur tetapi
memberi peningkatan pada modulus elastistas dan kuat tekan. Modulus
elastisitas beton dengan AAT lebih besar dari beton tanpa AAT kecuali pada
prosentase 15%. Kuat tekan yang diperoleh melebihi kuat tekan yang
direncanakan dan peningkatan terbesar terjadi pada Prosentase 5% yaitu
sebesar 43,736 MPa. Secara keseluruhan AAT dapat dimanfaatkan sebagai
bahan substitusi parsial semen dalam campuran beton dengan prosentase
optimum pada prosentase 5% berdasarkan workability dan kekuatannya
Substitusi parsial semen dengan AAT memberikan kenaikan pada modulus
elastisitas kecuali pada Substitusi AAT 15% dengan penurunan 0,45%
dibandingkan tanpa AAT dan modulus elastisitas terbesar diberikan oleh
substitusi AAT 20% dari berat Semen dengan kenaikan sebesar 23,27%
Tabel 3. Nilai Modulus Elastisitas Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal
3.1.5 dan ACI 363-92
2. Ogunbode E.B., dkk, 2013
Penilitian ini menggunakan abu sekam sorgum, lumpur kalsium karbida,
agregat halus (pasir dan laterit), agergat kasar (granit) sebagai bahan
campuran pembuatan beton. Hasil maksimum yang diperoleh dari pengujian
kuat tekan beton ini adalah 11,61 N/mm2 pada umur beton 56 hari. Pada
tabel terlihat kuat tekan beton maksimum adalah 11,61 N/mm2 dengan
persentase SHA 70% dan CCS 30% dan pada grafik terlihat kekuatan beton
akan terus meningkat terus sesuai dengan umur beton tersebut. Prosentase
AAT
Modulus Elastisitas
(Ec) MPa
SNI SNI T-15-1991-03 (Ec) MPa
ACI 363-92 (Ec) MPa
AAT 0% 46538,77627 27489,06 26317,8
AAT 5% 52615,59 31082,52 28856,17
AAT 10% 52437,47 27608,17 26401,94
AAT 15% 46327,83 29456,46 27707,54
AAT 20% 57367 27794,31 26533,43
[image:41.612.155.522.152.365.2]Table 4. Compressive strength (N/mm2) of SHA- CCS Laterized Concrete SHA (%) CCS (%) Laterite Content %
Curing Age Day
7 28 56
0 0 0 20.59 25.55 28.07
90 10 20 2.12 2.71 5.33
80 20 20 3.38 5.27 8.88
70 30 20 3.40 5.59 11.61
Keterangan:
SHA : Sorghum husk ash.
CCS : Calcium carbide sludge
Gambar 2. Grafik Kuat Tekan Beton SHA- CCS 0 5 10 15 20 25 30
7 28 56
K E K UA TA N (N /m m 2)
CURING AGE DAY
SHA, CCS, LATERITE 0 %
SHA 90 %,CCS 10%, LATERITE 20%
SHA 80 %, CCS 20%, LATERITE 20%
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda
uji dalam penelitian ini adalah beton normal yang menggunakan abu batang sorgum
sebagai pengganti sebagian semen dengan varian campuran 0 %, 5%, 10 %, 15 %,
dan 20% dari berat semen. Sedangkan waktu pengujian dilakukan setelah beton
berumur 28 dan 56 hari.
A. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Semen Portland Komposit (PCC)
Penelitian ini menggunakan semen Portland Tipe PCC merk Semen Padang
dengan satuan 50 kg/sak.
2. Air
Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung lumpur,
dapat merusak beton. Air yang digunakan pada penelitian ini berasal dari
Laboraturium Bahan dan Konstruksi Universitas Lampung.
3. Agregat Halus
Dalam penelitian ini digunakan agregat halus yang berasal dari daerah
Gunung Sugih, Lampung Tengah. Agregat halus yang digunakan terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap analisa saringan, kadar air, berat
volume, kadar lumpur, kandungan zat organis, berat jenis dan penyerapan
air.
4. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dari
quarry sumber batu berkah (SBB) Lampung Selatan
5. Abu sorgum
Sorgum yang digunakan adalah batang yang berasal dari BPPT Slusuban
yang berada di daerah Bandar Jaya. Batang sorgum tersebut akan dibakar
untuk mendapatkan hasil pembakaran yang kemudian digiling lagi agar
B. Peralatan
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tempat Pembakaran Sorgum
Digunakan untuk pembakaran bahan material yang digunakan untuk
penelitian yang berbentuk silinder (Drum) yang terbuat dari bahan material
besi.
2. Mesin Penggiling (Grindling Machine)
Digunakan untuk menghalukan batang sorgum yang sudah dibakar sehingga
dapat kehalusan lolos saringan no 200.
3. Cetakan Benda Uji
Cetakan yang digunakan ada dua jenis. Cetakan berbentuk silinder dengan
diameter 100 mm dan tinggi 200 mm digunakan untuk pembuatan benda uji
pada pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton. Cetakan berbentuk
balok dengan ukuran 100 mm x 100 mm x 400 mm digunakan untuk
pembuatan benda uji pada pengujian kuat lentur.
4. Satu Set Saringan
Alat ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat
ditentukan nilai modulus kehalusan butir agregat kasar dan agregat halus.
Untuk penelitian ini gradasi agregat kasar dan agregat halus berdasarkan
Tabel. 5 . Ukuran saringan pada penelitian gradasi agregat.
Jenis Agregat Ukuran Saringan (mm)
Agregat halus 4.75 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15 Pan Agregat kasar 37,5 25,40 19,00 12,50 4,75 2,36 Pan
5. Compressing Testing Machine (CTM)
CTM merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kuat
tekan beton silinder (d=150 mm dan t=300 mm).
6. Hydraulick Jack
Alat yang digunakan pada penelitian ini berkapasitas 100 ton yang
merupakan alat bantu untuk melakukan pengujian lentur beton.
7. Kerucut Abrams
Kerucut Abrams digunakan beserta tilam pelat baja dan tongkat besi untuk
mengetahui kelecakan adukan (workability) dalam percobaan slump test.
Ukuran kerucut Abrams adalah diameter bawah 200 mm dan diameter
bagian atas 100 mm dengan tinggi 300 mm dengan tongkat pemadat
berpenampang bulat berdiameter 16 mm sepanjang 600 mm.
8. Proving Ring
Alat yang digunakan untuk pembacaaan beban dari Hydraulick jack yang
9. Mesin penggetar Internal (Vibrator)
Alat ini digunakan sebagai pemadat beton segar yang berupa tongkat,
digetarkan dengan mesin dan dimasukkan ke dalam beton segar.
10. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan – bahan dasar pembentuk
beton. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan digital merk Nagata
dengan kapasitas 30 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan merk Laju
buatan Indonesia yang berkapasitas 150 kg dengan ketelitian 1 gram.
11. Mesin Pengaduk Beton (Concrete Mixer)
Untuk mencampur adukan beton menggunakan mesin Concrete Mixer
berkapasitas 0,125 m3 dengan kecepatan 20-30 rpm.
12. Oven
Oven digunakan untuk melakukan pengeringan benda-benda uji.
13. Piknometer
Alat ini digunakan untuk mengukur berat jenis SSD (Surface Saturated
Dry), berat jenis kering, berat jenis jenuh, dan penyerapan agregat halus.
14. Alat Bantu
Selama proses pembuatan benda uji digunakan beberapa alat bantu
C. Pelaksanaan Penelitian
Metode pelaksanaan penelitian yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut
1. Persiapan bahan
Semua bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dipersiapkan dan
disimpan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik
Universitas Lampung. Mulai dari semen, agregat halus, agregat kasar, air,
dan abu sorgum.
2. Pengujian bahan campuran beton
Pengujian dan pemeriksaan bahan campuran beton terdiri dari:
a. Analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C-330).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan pemisahan butir agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Setelah
memperoleh pembagian butir agregat selanjutnya dilakukan analisis
perhitungan gradasi saringan agregat halus dan kasar untuk memperoleh
nilai modulus kehalusan (Fineless Modulus) agregat tersebut.
b. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar (ASTM C-127).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis agregat kasar
dalam kondisi SSD dan kondisi kering sesuai standar yang telah
c. Berat jenis dan penyerapan agregat halus (ASTM C-128).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis agregat halus
dalam kondisi SSD dan kondisi kering sesuai standar yang telah
ditetapkan.
d. Kadar air agregat halus dan agregat kasar (ASTM 566 &ASTM
C-556).
Pemeriksaan ini dimaksudakan untuk menentukan kadar air yang
terdapat pada agregat halus dan agregat kasar sesuai standar yang telah
ditentukan.
e. Berat volume agregat halus dan agregat kasar (ASTM C-29).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat agregat per satuan
volume.
f. Kadar lumpur agregat halus (ASTM C-117).
Tujuan pemeriksaan ini untuk menentukan kadar lumpur yang terdapat
pada agregat halus sebelum dilakukan pencucian. Nilai kadar lumpur
yang harus dimiliki agregat halus ini harus kurang dari 5%.
g. Kandungan zat organis dalam pasir (ASTM C-40).
Pemeriksaan ini dimaksudakan untuk menentukan zat organis yang
terdapat dalam pasir.
3. Pembakaran Abu Sorgum
Limbah Sorghum yang dibakar dengan menggunakan tungku pembakaran,
dengan suhu terkontrol yang temperatur pembakaran lebih besar dari 550˚C. Hasil proses pembakaran Sorgum memberikan bahan anorganik, bahan
yang tidak mudah membusuk oleh proses waktu baik bentuk maupun
struktur kimianya.
4. Proses Penggilingan Abu Sorgum
Setelah melalui pembakaran abu sorgum selanjutnya digiling dengan
menggunakan mesin penggiling (grindling machine).
5. Pembuatan rencana campuran (mix design).
Rencana campuran semen, abu batang sorgum yang filler lolos saringan no.
200, air, dan agregat-agregat sangat penting untuk mendapatkan kekuatan
beton yang diinginkan. Dalam penelitian ini rencana campuran beton
6. Pembuatan benda uji
Tabel 6. Jumlah Benda Uji
keterangan
1. BAS : Beton Abu Sorgum
Pembuatan campuran beton dalam penelitian ini berpedoman pada
SK-SNI T-28-2002-03 tentang cara pengadukan dan pengecoran beton.
Pembuatan campuran dilakukan dengan molen. Cara pembuatan
campuran dimulai dari persiapan bahan dan alat sesuai dengan
persyaratan dan kebutuhan material pada saat perhitungan campuran
beton (Mix Design). Pelaksanaan pengecoran siap dilaksanakan. Beton
yang telah memenuhi persyaratan tersebut ditumpahkan pada bak
penampungan adukan beton dan ditampung dengan ember untuk dibawa
ke tempat cetakan. Nama Uji
Sampel Beton
Jumlah Kuat Tekan Silinder
Jumlah Kuat Tarik Silinder
Jumlah Kuat Lentur Balok Kecil
Jumlah
Umur Umur Umur
28 56 28 56 28 56
BAS 0% 3 3 3 3 3 3 18
BAS 5% 3 3 3 3 3 3 18
BAS 10% 3 3 3 3 3 3 18
BAS 15% 3 3 3 3 3 3 18
BAS 20% 3 3 3 3 3 3 18
Langkah-langkah pembuatan benda uji :
a. Setelah bahan–bahan material dipersiapkan/ditimbang, concrete
mixer dihidupkan dengan kecepatan putaran 20 rpm, kemudian
sebagian air, agregat kasar, agregat halus, dan semen. Setelah
tercampur merata, lalu dilakukan penambahan air secara bertahap.
Selanjutnya dibiarkan concrete mixer berputar sampai bahan
adukan tercampur merata yang dilakukan dengan pengamatan
visual.
b. Setelah material tercampur merata, adukan dituangkan ke dalam
pan, lalu sebagian adukan diambil untuk dilakukan uji slump.
Sesuai dengan ASTM C143–03 contoh campuran adukan beton
pertama dan terakhir diambil dalam selang waktu tidak lebih dari
15 menit. Setelah pengujian slump memenuhi syarat maka
dilanjutkan dengan penuangan adukan ke dalam cetakan.
c. Penuangan adukan kedalam cetakan silinder dilakukan dengan
sekop. Setiap pengambilan adukan dengan sekop harus dapat
mewakili dari campuran tersebut. Apabila diperlukan, campuran
beton dapat diaduk kembali dengan menggunakan sendok aduk
agar tidak terjadi segregasi selama pencetakan benda uji yang
dilanjutkan dengan pemadatan menggunakan penggetar internal.
dilakukan selama 5 – 15 detik, agar tidak terjadi segregasi.
Setelah masing-masing lapisan dipadatkan kemudian diratakan
permukaannya.
7. Pemeliharaan Benda Uji (Curing)
Tujuan dari pemeliharaan adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan air
dalam jumlah besar pada saat bersamaan air yang diperlukan untuk hidrasi
tahap awal dan merupakan saat yang kritis. Pencegahan yang dapat
dilakukan dengan cara menyiram, merendam, menutupi dengan karung goni
yang dibasahi. Pada penelitian ini perawatan dilakukan dengan cara
merendam selama tujuh hari. Setelah direndam selama tujuh hari, benda uji
diangkat dari dalam air dan didiamkan dalam udara terbuka sampai umur
beton mencapai 28 dan 56 hari.
8. Pelaksanaan Pengujian
a. Pengujian Kuat Tekan Beton
Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kuat tekan beton
adalah Compression Testing Machine (CTM) dengan cara meletakkan
silinder beton tegak lurus. Khusus untuk pengujian kuat tekan, sebelum
dilakukan pengujian permukaan tekan benda uji silinder harus rata agar
tegangan terdistribusi secara merata pada penampang benda uji. Dalam
1,5 mm sampai 3 mm pada permukaan tekan benda uji silinder. Cara
lain dapat juga dilakukan dengan memberi pasta semen.
Dari hasil pengujian ini didapat beban maksimum yang mampu ditahan
oleh silinder beton sampai silinder beton tersebut hancur. Selanjutnya
dicari kuat tekan beton dengan membagi beban maksimum dengan luas
permukaan silinder beton. Data dari hasil pengujian kuat tekan beton ini
kemudian ditabelkan. Gamabar Setting up pengujian tekan dapat dilihat
[image:54.612.178.444.321.539.2]pada Gambar 3.
Gambar 3 . Setting pengujian kuat tekan
b. Pengujian Kuat Tarik Belah
Pengujian ini juga menggunakan alat CTM tetapi benda uji silinder
beton diletakkan secara mendatar/horizontal pada pelat bawah, sesuai
dengan CTM (ASTM C 496). Pada bagian atas dan bawah benda uji Benda Uji
diletakkan pelat tipis untuk mendapatkan beban merata pada benda uji
tersebut. Selanjutnya CTM dihidupkan hingga benda uji terbelah.
[image:55.612.183.443.194.430.2]Setting up pengujian tarik belah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 . Setting up pengujian kuat tarik belah
c. Pengujian Kuat Lentur Beton
Alat yang digunakan untuk pengujian kuat lentur adalah Floxural
Testing Machine (FTM). Pengujian dilakukan dengan meletakkan benda
uji pada dua tumpuan, kemudian diberi beban terpusat tegak lurus
terhadap sumbu balok, jarak beban terpusat ini sebesar L/3 dari
masing-masing tumpuan. Kemudian jalankan mesin uji dengan kecepatan
pembebanan konstan sebesar 35 kg/det. Pencatatan dilakukan pada
beban maksimum hingga balok runtuh. Mesin CTM
Gambar 5 . Pengujian kuat lentur balok beton
D. Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil dari penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Menghitung berat jenis beton untuk benda uji silinder berdiameter 100 mm
dan tinggi 200 mm dengan cara menimbang massa beton kemudian dibagi
volumenya.
b. Menghitung kuat tekan beton untuk benda uji silinder berdiameter 100 mm
dan tinggi 200 mm dengan menggunakan Persamaan (1) dan disajikan dalam
bentuk tabel.
c. Menghitung kuat tarik belah beton untuk benda uji silinder berdiameter 100
mm dan tinggi 200 mm dengan menggunakan Persamaan (5) dan disajikan
dalam bentuk tabel.
d. Menghitung kuat lentur beton untuk benda uji balok ukuran 100 mm x 100
mm x 400 mm dengan menggunakan Persamaan (6) dan disajikan dalam
bentuk tabel.
L = 30 cm
10 cm
1/3 L
5 cm 5 cm
e. Dari hasil pengujian kuat tekan, kuat lentur dan kuat tarik belah dibuat grafik
antara pengaruh variasi abu batang sorgum terhadap kuat tekan, kuat tarik
E. Diagram Alir Penelitian
Gambar 6. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. Ya
Mulai
Persiapan Material
Pengujian Material
Tidak Lulus Syarat ASTM
Mix Design (Metode ACI)
Pembuatan Benda Uji Beton
Pengujian Benda Uji ( Kuat Tekan, Kuat Lentur, dan Kuat Tarik Belah)
Analisis & Pembahasan (grafik & tabel)
Perawatan (Curing) cara Perendaman
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Allifuddin, A. 2011. Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12. Uji Paramater Lentur Terhadap Kuat Tekan Beton Kinerja Tinggi. Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia. Makasar.
Amalia. 2009. Studi Eksperimental Perilaku Mekanik Beton Normal Dengan Subtitusi Limbah Debu Pengolahan Baja (Dry Dust Collector). Universitas Diponegoro. Semarang
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM Standards 1995. Concrete and Aggregates. Philadelphia: ASTM 1995.
J.D, Rompas Gerry P,. R, Pangouw., J.B, Mangare P., 2013. Jurnal Sipil Statik. Pengaruh Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Sebagai Subtitusi Parsial Dalam Semen Campuran Beton Ditinjau Terhadap Kuat Tarik Lentur Dan Modulus Elastisitas. Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi.
Leonardi dan Irmawan, M. 2010. Jurnal Rekayasa Bahan dan Perkuatan Struktur. Pemanfaatan Limbah Sponge Rubber Untuk Beton Ringan Dengan Campuran Semen Pulverised Fly Ash. Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya
Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton. Andi Offset. Yogyakarta.
Ogunbode E.B, Salihu A.T., Kure M.A., Ibrahim S.M., dan Ola S.A. 2013. Feat Of Blanded Sorghum Husk Ash – Calcium Carbide Sludge Cement Laterized Concrete. Departement of Building Technology, Niger State Polytechnic, Zungeru. Niger State. Nigeria.
SNI 03-2461-2002. Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktural. Bandung.
Sumantri, A., Hanyokrowati, dan Guritno, B. 1996. Prospek Pengembangan Sorgum Manis untuk Menunjang Pembangunan Agroindustri di Lahan Kering. Makalah dalam Lokakarya Nasional Pertanian Lahan Kering Beberapa Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu di Kawasan Timur Indonesia. Malang.
Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
UNILA. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas lampung. Bandar Lampung.
Lampiran A
Uji Pendahuluan
Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik BelahPenelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung
Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar Agregat Kasar : Batu Pecah
Asal Agregat : Sumber Batu Berkah
Lampung Selatan
Diameter Saringan
(mm)
Berat Tertahan
(gram) Tertahan (%) Kumulatif Tertahan (%) Lolos (%)
26,5 0 0 0 100
19 150 5 5 95
9,5 1875 62.5 67.5 32.5
4,75 825 27.5 95 5
2,36 150 5 100 0
1,18 0 0 100 0
0,6 0 0 100 0
0,3 0 0 100 0
0,15 0 0 100 0
Pan 0 0 100 0
Jumlah 3000 100 ∑A = 767,5
Modulus Kehalusan (FM)
=
ΣA−100100
=
767 ,5−100
100
= 6,675
(Standar ASTM C-33 antara 6 - 8)0 20 40 60 80 100
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25
Pers e n ta se Lo lo s (%)
Diameter Saringan (mm)
Gradasi Agregat Kasar
ATSM 33 min
Hasil Uji
Penelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung 0 20 40 60 80 100 120
0 0,15 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75 9,5 19 37,5
P er se n L ol os Sari ngan ( %
) Gradasi Agregat Halus
ASTM C-33 Min Hasil Pengujian ASTM C-33 Max
Diameter Saringan (mm)
HASIL PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT HALUS Agregat Halus : Pasir
Asal Agregat : Daerah Gunung Sugih
Modulus Kehalusan (FM) = Σ
A−100
100
=
409,95−100
100
= 3,0995
(Standar ASTM C-33 antara 2,3 – 3,1) Diameter
Saringan (mm)
Berat Tertahan
(gram) Tertahan (%)
Kumulatif Tertahan
(%)
Lolos (%)
26,5 0 0 0 100
19 0 0 0 100
9,5 0 0 0 100
4,75 7 0,75 0,75 99,25
2,36 89 9,4 10,15 89,85
1,18 204 24,5 34,65 65,35
0,6 414 39,95 74,6 25,4
0,3 197 17,85 92,45 7,55
0,15 64 4,9 97,35 2,65
Pan 25 2,65 100 0
Penelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung
HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
Agregat Kasar : Batu Pecah
Asal Agregat : Sumber Batu Berkah Lampung Selatan
Berat Batu Pecah SSD (A) = 7120 gr
Berat Batu Pecah Kondisi Jenuh (B) = 4360 gr Berat Sampel Setelah Di Oven (C) = 7008 gr
1. BJ SSD = A
A−B
= 7120
7120−4360
=
2,562. BJ Kering = C
A−B
= 7008
7120−4360
=
2,543. BJ Semu = C
C−B
= 7008
7008 −4360
=
2,654. Penyerapan = A−C
A x 100 %
= 7120− 7008
7120 x 100 %
Penelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung
HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (PASIR)
Agregat Halus = Pasir
Asal Agregat = Daerah Gunung Sugih
Berat Pasir dalam kondisi SSD (B) = 500 gr Berat Picnometer + Air + Pasir (C) = 999 gr Berat Picnometer + Air (D) = 681 gr Berat Pasir Kering (E) = 494 gr
1. BJ SSD = B
B+D−C
= 500
500+681−999 = 2,7473
2. BJ Kering = E
B+D−C
= 494
500+681−999 = 2,7143
3. BJ Semu = E
E+D−C
= 494
494+681−999
= 2,8068
4. Penyerapan = B−E
B x 100 %
= 500−494
Penelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung
HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DAN KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS (PASIR)
1. Kadar Lumpur
a. Benda Uji 1
Berat pasir (Wd1) = 500 gr Berat pasir (Wd2) = 490 gr
Kadar Lumpur = Wd 1−Wd 2
Wd 1 x 100 %
= 500−490
500 x 100 % = 2 %
b. Benda Uji 2
Berat pasir (Wd1) = 500 gr Berat pasir (Wd2) = 486 gr
Kadar Lumpur = Wd 1−Wd 2
Wd 1 x 100 %
= 500−488
500 x 100 % = 2,4 %
Selisih Kadar Lumpur = 2,4 % - 2 % = 0,4 %
Penelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung
2. Pemeriksaan kadar organik
Pemeriksaan kandungan zat organik memberikan hasil warna tampak lebih muda (lebih terang) daripada warna standar, Menurut SNI 0052-80 hasil pemeriksaan kadar organik warna tidak boleh lebih tua dari warna standar,
Penelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung
HASIL PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS & AGREGAT KASAR
Jenis Agregat Asal Agregat Ws (gr) Wd (gr) W (%)
Pasir Daerah Gunung Sugih 1000 992 0,8
Batu Pecah Sumber Batu Brkah –Lampung
Selatan 1000 985 1,5
Contoh Perhitungan :
Agregat Kasar : Batu Pecah
Asal Agregat : SBB – Lampung Selatan
Berat Limbah Beton sebelum dioven (Ws) = 1000 gr Berat Limbah Beton setelah dioven (Wd) = 995 gr
Kadar Air (W) = Ws−Wd
Ws x 100 %
= 1000 −985
Penelitian : Studi Pengaruh Abu Sorgum Terhadap Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Dan Kuat Lentur Beton
Pelaksana / Peneliti : Denny Pratama
NPM : 0745011022
Tempat Penelitian : Laboratorium Bahan & Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung
HASIL PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS & AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus Agregat Kasar Pasir Batu Pecah
Berat Volume Gembur
Volume Bejana [V] (m3) 0,005 0,01
Berat Bejana [Wb] (kg) 3,564 3,912
Berat Bejana + Sampel
[Wt] (kg) 9,914 19,314
Berat Sampel
[Ws = Wt – Wb ] (kg) 6,350 19,314
Berat Volume = Ws/V
(kg/m3) 1270 1540
Berat Volume Padat
Volume Bejana [V] (m3) 0,005 0,01
Berat Bejana [Wb] (kg) 3,564 3,914
Berat Bejana + Sampel
[Wt]