• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA DEMOKRASI PADA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DI SMAN 1 ABUNG SEMULI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUDAYA DEMOKRASI PADA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DI SMAN 1 ABUNG SEMULI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

CULTURAL DEMOCRACY ON INTRA SCHOOL STUDENT ORGANIZATION AT SMAN 1 ABUNG SEMULI

By intra-school student organization (OSIS) run well by implementing of culture or democratic values of tolerance on intra-school student organization (OSIS) namely, freedom of speech, open, communication, respect each other and togetherness. In developing a democratic culture in the school council gives freedom of speech, teaching students to respect diversity, tolerance, and carry out the selection intra-school student organization (OSIS) and establish communication with students. Development of democratic culture in the council supported the existence of mutual respect differences, teachers who teach tolerance, confident attitude in the opinion of students, discipline, loyalty to the organization, mutual trust and realize common interests. Constraints in the development of a democratic culture is not confident in expressing an opinion on students, authoritarian and arrogant attitude of the school, the attitude is not willing to accept other people's opinions and attitudes of feeling amazing compared to their friends.

(2)

ABSTRAK

BUDAYA DEMOKRASI PADA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DI SMAN 1 ABUNG SEMULI

Oleh

BUDI CAHYONO

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji budaya demokrasi yang terdapat pada organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan peran sekolah dalam pengembangan budaya demokrasi, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan budaya demokrasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengembangan budaya demokrasi pada OSIS di SMAN 1 Abung Semuli berjalan baik dengan dilaksanakannya kultur atau nilai-nilai demokrasi pada OSIS yaitu toleransi, kebebasan berpendapat, keterbukaan, komunikasi, saling menghargai dan kebersamaan. Dalam mengembangkan budaya demokrasi pada OSIS sekolah memberi kebebasan berpendapat, mengajarkan kepada siswa untuk menghargai perbedaan, toleransi, dan melaksanakan pemilihan pengurus OSIS serta menjalin komunikasi dengan siswa. Pengembangan budaya demokrasi pada OSIS didukung adanya sikap saling menghargai perbedaan, guru yang mengajarkan sikap toleransi, sikap percaya diri siswa dalam berpendapat, disiplin, loyalitas pada organisasi, saling percaya dan menyadari kepentingan bersama. Hambatan dalam pengembangan budaya demokrasi adalah tidak percaya diri dalam menyampaikan pendapat pada diri siswa, sikap otoriter dan arogan dari pihak sekolah, sikap tidak mau menerima pendapat orang lain serta sikap merasa luar biasa dibanding teman-temannya.

Kata kunci: budaya, demokrasi, organisasi siswa intra sekolah

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Karanganyar Lampung Selatan 19 April 1976, anak keempat dari lima bersaudara merupakan buah hati Bapak Mardini dan Ibu Rubinah.

(8)

MOTO

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang

telah dilaksanakan/diperbuatnya

(Ali Bin Abu Thalib)

Keberhasilan adalah buah dari kesabaran, ketekunan dan doa

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dan mengucap syukur kepada Allah SWT, Kau telah tunjukkan setiap jalan untuk merasa kebahagiaan ini. Satu demi satu harapan dan bulir impian diri akhirnya terealisasi. Sebuah karya yang merupakan wujud tanggung jawab dan perjuangan diri dalam setiap limpahan ridho dan rizki-Mu di setiap perjalanan hidupku, dalam setiap titik kehidupan ini yang meyakinkanku bahwa semua yang telah kuraih adalah doa tulus dari orang-orang yang selalu mencintai dan menyayangiku.

Dengan segala kerendahan hati, serta penuh cinta dan kasih sayang, karya kecil yang amat sederhana ini kupersembahkan untuk:

 Istriku tercinta Yulita, S.Pd, M.Pd., yang telah setia mendampingiku, terima kasih untuk doa dan semangat serta motivasi untuk menyelesaikan studi, aku akan selalu mencintaimu.

 Buah hatiku tersayang Tyas dan Raihan yang menjadi semangat hidupku.

 Bapak, ibu dan ibu mertua terima kasih untuk semua doa, motivasi serta mengiringi setiap langkahku.

 Almamater tercinta Universitas Lampung.

(10)

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia yang tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Budaya Demokrasi Pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMA Negeri 1 Abung Semuli. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan motivasi, dan saran yang diberikan dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung. 2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Lampung.

3. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd., S.E., M.M., selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan sebagai pembimbing I.

(11)

Pascasarjana Magister Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti.

8. Ibu Dra. Hj. Helina, M.M., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Abung Semuli

9. Bapak Anton Kurniawan, S.Pd., M.M., yang telah bersedia membantu dalam kelancaran penelitian ini.

10. Ibu Iin Zaenah, S.Pd., Ibu Dwi Fitriningsih, S.Pd., dan Bapak Dimas Agung, S.Pd., selaku pembina OSIS SMAN 1 Abung Semuli yang telah membantu dalam penelitian ini.

11. Seluruh Pengurus OSIS SMA Negeri 1 Abung Semuli, tetap semangat dalam berkreasi.

12. Istriku tercinta Yulita, S.Pd., M.Pd., terima kasih atas cinta dan kesetiaan mendampingi serta motivasi dan semangat yang diberikan untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana.

13. Kedua buah hatiku, Dita Ningtyas dan Raihan Yudi Putra yang selalu menjadi semangat dalam hidupku.

14. Kedua orang tuaku dan ibu mertua yang selalu memberi semangat dan motivasi.

15. Teman-teman senasib dari lampung utara bapak Dadang, bapak Ignatius, bapak Asrin, bapak Wahyudin dan bapak Syamsi.

(12)

Hurus, Mbak Iceu, Inaya, Into, Lili, Bu Maryani, Mery, Novi, Putut, Mimi, Restia, Sidiq, Ibu Siti, Bu Sofi, Bu Marti, Titi, Dani, Pak Wartoyo, Pak Waluyo dan Bu Retno.

17. Almarhum sahabat kami Magister Pendidikan IPS 2012 tercinta Bapak Padri. 18. Teman-teman mahasiswa Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas

Lampung.

19. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Demikianlah penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua, akhir kata dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 15 Mei 2014 Penulis,

(13)

Halaman

2.1.1 Demokrasi Sebagai Norma Hidup bersama ...15

2.1.2 Macam-Macam Demokrasi...17

2.1.3 Perilaku Demokrasi...18

2.2 Demokrasi di Sekolah...20

2.2.1 Konsep Pendidikan Demokrasi...22

2.2.2 Pendidikan Untuk Demokrasi ...25

2.2.3 Tujuan Pelaksanaan Demokrasi di Sekolah ...26

2.2.4 Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi di Sekolah ...29

2.3 Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) ...31

2.3.1 OSIS Sebagai Organisasi ...31

2.3.1.1 Strategi Pembinaan Dalam OSIS ...32

2.3.1.2 Tujuan Pembinaan Kesiswaan ...33

2.3.1.3 Arah Pembinaan Dan Pengembangan OSIS ....34

2.3.1.4 Wawasan Wiyata Mandala ...35

2.3.2 Budaya Demokrasi Dalam OSIS ...37

(14)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...47

4.1.2.1 Sikap Toleransi dan Keanekaragaman dalam OSIS...61

4.1.2.2 Kebebasan berpendapat dalam OSIS ...65

4.1.2.3 Keterbukaan dan Komunikasi Dalam OSIS ....66

4.1.2.4 Menghargai dan Persamaan Derajat dalam OSIS...68

4.1.2.5 Kebersamaan Dalam OSIS ...70

4.1.3 Peran Sekolah dalam Pelaksanaan Budaya Demokrasi pada OSIS...72

4.1.4 Faktor Penghambat dan Pendukung Budaya Demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli ...75

4.1.4.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Toleransi dalam Keanekaragaman pada OSIS...75

4.2.1 Budaya Demokrasi Pada OSIS ...83

4.2.1.1 Sikap Toleransi Dalam Keanekaragaman Pada OSIS ...83

4.2.1.2 Kebebasan Berpendapat Pada OSIS ...84

4.2.1.3 Keterbukaan Dan Komunikasi Pada OSIS ...85

4.2.1.4 Menghargai Persamaan Derajat Dalam OSIS..86

4.2.1.5 Kebersamaan Dalam OSIS ...86

4.2.2 Peran Sekolah dalam Pelaksanaan Budaya Demokrasi Pada OSIS SMAN 1 Abung Semuli...87

4.2.3 Faktor Pendukung Dan Penghambat Budaya Demokrasi Pada OSIS SMA Negeri 1 Abung Semuli ...89

(15)

4.2.3.2 Faktor Penghambat Budaya Demokrasi

Pada OSIS ...90

4.3 Temuan………...92

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan….. . ...95

5.2 Implikasi……... ...96

5.3 Saran………… ...97

5.3.1 Bagi Kepala Sekolah...97

5.3.2 Bagi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan ...98

5.3.3 Bagi Pembina OSIS ...98

(16)

Gambar Halaman 1. Kerangka pikir budaya demokrasi pada OSIS ...41 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam wawancara ...48 3. Ilustrasi; Reduksi data,displaydata danconclusion/verifikasi

(17)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses untuk mengembangkan pada diri peserta didik berupa pengetahuan, kesadaran, sikap, keterampilan dan kemauan, serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam proses politik. Kegiatan menyambut hari proklamasi di sekolah, dengan membentuk panitia dan berbagai rencana kegiatan merupakan kegiatan politik yang didalamnya terkait dengan unsur demokrasi.

Berbicara tentang demokrasi lingkupnya tidak hanya dalam negara maupun masyarakat, bahkan disekolahpun demokrasi dikenalkan terhadap siswa. Siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari generasi muda. Mereka adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan merupakan sumber insan bagi pembangunan nasional. Sekolah merupakan salah satu tempat dalam melaksanakan pendidikan demokrasi. Pendidikan demokrasi disekolah dilaksanakan dengan mengembangkan budaya atau nilai-nilai demokrasi dalam berbagai kegiatan sekolah, baik kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

(18)

Sedangkan pelaksanaan budaya atau nilai-nilai demokrasi dalam kegiatan ektrakurikuler dilakukan melalui berbagai kegiatan ekstra disekolah. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler disekolah yang sangat berperan dalam pelaksanaan budaya atau nilai-nilai demokrasi melalui berbagai kegiatannya. Pendidikan demokrasi dapat dilaksanakan melalui OSIS dengan melaksanakan nilai-nilai atau budaya demokrasi pada setiap kegiatan OSIS misalnya dapat diterapkan pada saat pemilihan ketua OSIS, pada kegiatan rapat OSIS, pada pembagian tugas OSIS dan banyak kegiatan OSIS lainnya.

Peranan OSIS sebagai salah satu organisasi disekolah sangat penting dalam mengelola kegiatan-kegiatan kesiswaan mulai dari perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi. Pada hakekatnya pelaksanaan kegiatan kesiswaan adalah dari siswa, untuk siswa, dan oleh siswa dengan bimbingan guru pembimbing OSIS dan kepala sekolah yang dilaksanakan diluar jam intrakurikuler.

(19)

macam kegiatan diantaranya: mempelajari buku-buku tertentu, melakukan penelitian, membuat makalah atau kliping, pelajaran keterampilan dengan tujuan memperdalam materi pelajaran; (3) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar jam biasa, dan juga dilakukan diluar jam pelajaran biasa, dan juga dilakukan waktu libur sekolah. Pelaksanaan tempatnya dapat dilakukan disekolah ataupun diluar sekolah dengan tujuan untuk lebih memperluas pengetahuan siswa. Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut: pramuka, PMR, kesenian, olahraga, pencinta alam dan lainnya. Kegiatan ini dilakukan secara berkala atau hanya waktu-waktu tertentu saja.

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara merupakan sekolah rintisan standar nasional (RSN) dengan akreditasi A. SMAN 1 Abung Semuli terdiri atas 24 rombongan belajar yang memiliki siswa 812 orang siswa , 55 tenaga guru dan, 6 orang tenaga tata usaha. Lokasi sekolah terletak di desa Semuli Jaya kecamatan Abung Semuli kabupaten Lampung Utara dengan kondisi input siswa yang berasal dari sekolah menengah pertama negeri maupun swasta disekitar sekolah yang mayoritas pekerjaan orang tua adalah petani dan buruh bangunan.

(20)

baik dalam bidang olahraga, seni, ketrampilan, dan kepramukaan, serta dalam bidang kerokhanian dan lain-lain.

OSIS SMA Negeri 1 Abung Semuli merupakan sebuah organisasi sebagai induk seluruh kegiatan ekstra kurikuler di SMA Negeri 1 Abung Semuli. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dinaungi OSIS adalah sanggar theater akasia, sanggar ini merupakan tempat siswa mengapresiasikan kemampuan dalam berakting. Sanggar akasia berdiri pada tahun 2007 dipelopori oleh Anton kurniawan seorang guru bahasa inggris. Sanggar akasia sebagai tempat menyalurkan bakat siswa telah beberapa kali melakukan pementasan di ibukota kabupaten dalam berbagai acara. Agenda rutin sanggar akasia yang didukung oleh OSIS adalah mengadakan berbagai perlombaan seni dalam rangka bulan bahasa. Kegiatan yang berkaitan dengan seni juga didukung oleh kegiatan seni tari, paduan suara yang mempersiapkan siswa untuk dapat mengikuti beberapa perlombaan-perlombaan dan untuk tampil dalam berbagai acara di sekolah.

(21)

Kegiatan ekstrakurikuler selanjutnya yang berada dibawah naungan OSIS adalah pramuka. Kegiatan pramuka di SMAN 1 Abung Semuli berdiri bersamaan dengan berdirinya SMAN 1 Abung Semuli yaitu pada tahun 1986, akan tetapi dalam perjalanannya kegiatan pramuka tidak berjalan dengan baik dikarenakan sekolah kekurangan tenaga pembina pramuka dan pada akhirnya pada tahun 2000 kegiatan ekstrakurikuler pramuka dihentikan. Berlakunya kurikulum 2013 yang mewajibkan sekolah mengadakan kegiatan pramuka maka pada tahun 2013 seiring dilaksanakan kurikulum 2013 kegiatan ekstrakurikuler pramuka kembali dilaksanakan di SMAN 1 Abung Semuli.

Selain ekstrakurikuler pramuka, PASKIBRA dan sanggar seni yang merupakan kegiatan untuk melatih siswa dan dapat menjadi bekal pada saat terjun kemasyarakat, di SMAN 1 Abung Semuli terdapat kegiatan ekstrakurikuler olahraga yaitu sepak bola dan bola volley. Pada tahun 2010 dan 2011 sepak bola juara ke-2 pada pekan olahraga pelajar tingkat kabupaten, sedangkan bola volley pada tahun 2014 sebagai juara pertama pekan olahraga pelajar tingkat kabupaten yang kemudian mewakili kabupaten pada pekan olahraga tingkat propinsi Lampung dan berhasil meraih juara ke-2. Prestasi olahraga siswa-siswa SMAN 1 Abung Semuli yang berhasil menjuarai beberapa perlombaan menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler olahraga dapat menggali kemampuan siswa yang selama ini terpendam dan terbukti memiliki prestasi.

(22)

maupun rokris bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME melalui berbagai kegiatan sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh rohis dan rokris yang paling utama adalah mendukung kegiatan sekolah dalam peringatan hari-hari besar agama.

OSIS sebagai induk kegiatan ekstrakurikuler melaksanakan berbagai kegiatan di sekolah untuk mengapresiasikan bakat dan minat yang dimiliki siswa dalam bentuk kegiatan lomba-lomba baik seni, olahraga dan kegiatan keagamaan. Bentuk-bentuk kegiatan OSIS disekolah diantaranya sebagai berikut.

1. Class Metting(perlombaan olehraga antar kelas).

2. Peringatan hari besar agama (misalnya, Maulid Nabi, Isra Mi’raj, songsong Ramadhan dan lain-lain).

3. Peringatan hari besar nasional (misalnya, HUT RI, hari Kartini, Sumpah Pemuda dan lain-lain).

4. Kegiatan dalam bidang seni (misalnya, peringatan bulan bahasa, pentas seni sekolah).

5. Kegiatan lain misalnya perpisahan siswa kelas XII.

(23)

Selama ini peneliti yang merupakan guru di sekolah tersebut melihat terkadang terjadi ketidakpuasan yang dialami oleh beberapa siswa setelah rapat OSIS misalnya, mereka merasa pendapat-pendapatnya tidak didengar pada saat rapat. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang menjadi keinginan atau harapan dari beberapa pengurus OSIS tidak tersalurkan. Terjadi juga setelah rapat mereka berbicara tentang ide-idenya yang tidak mereka sampaikan pada saat rapat karena takut tidak diterima dalam forum rapat. Pernah suatu ketika beberapa pendapat pengurus OSIS tidak diterima pada forum rapat yang mengakibatkan mereka tidak mendukung kegiatan OSIS yang dilaksanakan. Sikap beberapa pengurus OSIS yang tidak mendukung kegiatan tersebut akhirnya menimbulkan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan OSIS.

Kejadian-kejadian yang dialami siswa-siswi dalam kepengurusan OSIS seharusnya tidak perlu terjadi apabila siswa-siswi pengurus OSIS memahami dan melaksanakan budaya atau nilai-nilai demokrasi dalam OSIS. Budaya demokrasi harus dilaksanakan dalam kegiatan OSIS demi membentuk siswa-siswi yang demokratis dalam sikap dan perilaku. Melalui OSIS siswa dapat belajar dan berlatih berdemokrasi, dan pada saat terjun kemasyarakat akan menjadi generasi-genarasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Jadi budaya demokrasi mutlak dibutuhkan dalam OSIS demi membentuk generasi penerus yang demokratis.

(24)

Permasalahan yang dapat dikemukakan berdasarkan uraian diatas sebagai berikut.

1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat kepada organisasi siswa intra sekolah (OSIS).

2. Ide-ide dan pemikiran siswa tidak dapat tersalurkan ke-OSIS dengan maksimal. 3. Kurangnya optimalnya peran sekolah dalam pembinaan OSIS.

4. Kurangnya pemahaman pengurus OSIS tentang demokrasi.

1.2 Fokus Penelitian

Mengingat keterbatasan penulis miliki dan kajian penelitian tidak meluas, maka penulis membatasi pada masalah budaya demokrasi pada oraganisasi siswa intra sekolah di SMA Negeri 1 Abung Semuli. Berdasarkan batasan tersebut, maka materi penelitian ini sebagai berikut.

1. Budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli.

2. Peran sekolah dalam pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli.

3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang digariskan, maka permasalahan yang muncul dalam penelitian ini sebagai berikut.

(25)

2. Bagaimanakah peran sekolah dalam pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli?

3. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji:

1. Budaya demokrasi yang terdapat pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli dilihat dari sisi pelaksanaan.

2. Peran sekolah dalam pembinaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli.

3. Faktor yang menghambat dan mendukung pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Untuk menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan budaya

demokrasi pada organisasi Intra Sekolah.

2. Memberikan kontribusi pemikiran akademis berupa analisis kritis tentang budaya demokrasi pada Organisasi Siswa Intra Sekolah.

3. Memberi masukan kepada SMA Negeri 1 Abung Semuli dalam peningkatan budaya demokrasi pada organisasi siswa intra sekolah.

(26)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup subjek, objek, tempat, waktu, dan kajian ilmu. Secara rinci masing-masing ruang lingkup tersebut dapat disajikan sebagai berikut.

1.6.1 Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, pembina OSIS yang terdiri tiga orang dan pengurus OSIS yang terdiri tujuh orang.

1.6.2 Objek penelitian

Objek penelitian ini berupa berbagai kegiatan OSIS dan peran sekolah yang berkenaan dengan pengembangan budaya demokrasi pada OSIS.

1.6.3 Tempat Penelitian

Tempat yang dijadikan lokasi penelitian yaitu SMA Negeri 1 Abung Semuli kecamatan Abung Semuli kabupaten Lampung Utara.

1.6.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari tahun 2014.

(27)

Pendidikan kewarganegaraan merupakan kajian Social Studies. Menurut Sapriya (2009: 13-14) mulanya ada tiga tradisi Social Studies yang kemudian mengalami perkembangan menjadi lima tradisi.Social Studiestersebut, yaitu:

1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission);

2. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu social (Social Studies as social sciencies);

3. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry);

4. IPS sebagai kritik kehidupan social (Social Studies as social criticism); dan

5. IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as personal development of the individual).

Berdasarkan kutipan di atas, maka kawasan pendidikan IPS yang berkaitan dengan budaya demokrasi yaitu IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission), karena demokrasi sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan yang juga termasuk dalam kawasan IPS karena pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya yang semuanya diproses guna melatih siswa untuk berfikir kritis, analitis bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Lima tradisi Social Studies dalam kurikulum pembelajaran IPS dikembangkan menjadi sepuluh tema. Kesepuluh tema pembelajaran IPS menurut NCSS (1994: 15) dikemukakan sebagai berikut.

1. Budaya(culture).

(28)

4. Individu, pengembangan, dan identitas(individual, development, and identity).

5. Individu, kelompok, dan lembaga (individual, groups, and institution).

6. Kekuasaan, wewenang, dan pemerintahan (power, outhority and governance).

7. Produksi, distribusi, dan konsumsi (production, distribution and consumtion).

8. Sain, teknologi, dan masyarakat(science, technology and society). 9. Koneksi global(global connections).

10. Cita-cita dan praktek warga negara(civic ideals and practices).

(29)

2.1 Demokrasi

Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Gabungan dua kata tersebut memiliki arti suatu sistem pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Menurut Abraham Lincoln (dalam Azra 2008 : 39) tiga faktor yang merupakan tolok ukur umum sebuah pemerintahan demokratis dapat di jelaskan sebagai berikut.

1. Pemerintahan dari rakyat (goverment of the people) mengandung pengertian bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum.

2. Pemerintahan oleh rakyat (goverment by the people) memiliki pengertian bahwa suatu pemerintahan yang menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elite negara atau elite demokrasi. 3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) mengandung

(30)

Demokrasi di dalam pemerintahan berkaitan dengan terbentuknya pemerintahan dalam negara sedangkan dalam kehidupan sehari-hari demokrasi sering dikaitkan dengan kebebasan. Ini sesuai dengan pendapat Zamroni (2011: 5) demokrasi sering dikaitkan dengan konsep kebebasan. Ada kandungan makna yang sama, tetapi antara keduanya tidaklah sama. Demokrasi amat jelas mengandung konsep kebebasan. Namun dalam demokrasi kebebasan tidak bersifat absolut, melainkan memiliki keterbatasan. Batas kebebasan adalah tidak mengganggu kebebasan orang lain. Untuk itu, dalam kehidupan demokrasi perlu pengaturan yang diwujudkan dalam berbagai aturan hukum yang mengikat. Berdasarkan pendapat Zamroni bahwa dalam demokrasi ada kebebasan akan tetapi kebebasan tidak dapat dituntut secara mutlak , tetapi tetap harus menghormati dan menghargai harkat dan martabat orang lain.

(31)

Pancasila sebagai nilai-nilai demokrasi bangsa Indonesia harus dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, segala hal yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus berlandaskan pada Pancasila karena sebagai dasar negara. Menurut Zamroni, (2001: 65) nilai-nilai demokrasi yaitu: (1) Toleransi; (2) kebebasan mengemukakan pendapat; (3) menghormati perbedaan; (4) memahami keanekaragaman; (5) terbuka; (6) menjunjung nilai dan martabat manusia; (7) percaya diri; (8) tidak menggantungkan pada orang lain; (9) saling menghargai; (10) mampu mengekang diri; (11) kebersamaan; (12) keseimbangan.

2.1.1 Demokrasi Sebagai Norma hidup Bersama

Demokrasi merupakan proses panjang melalui pembiasaan, pembelajaran, dan penghayatan. Demokrasi merupakan bentuk pembiasaan sosial yang berkaitan dengan hubungan manusia untuk membentuk demokrasi yang ideal seperti pendapat John Dewey (1964: 86) terdapat dua elemen dalam demokrasi yang ideal, (1) tidak hanya berkaitan dengan kepentingan umum tetapi mengandalkan pada pengakuan kepentingan bersama, (2) tidak hanya interaksi kelompok-kelompok sosial tetapi perubahan dan pembiasaan sosial.

Untuk mencapai kehidupan demokrasi yang ideal dukungan sosial dan lingkungan adalah mutlak dibutuhkan. Menurut Azra (2008: 40) ada enam(6) norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis. Keenam norma itu adalah sebagai berikut.

(32)

pandangan dan sikap orang dan kelompok lain, sebagai bagian dari kewajiban warga negara dan negara untuk menjaga dan melindungi hak orang lain untuk diakui keberadaannya.

Kedua, musyawarah. Makna dan semangat musyawarah adalah mengharuskan adanya keinsyafan dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima kemungkinan untuk melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik secara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama.

Ketiga,cara haruslah sejalan dengan tujuan. Demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi (pemilu, suksesi, kepemimpinan, dan aturan mainnya) tetapi harus dilakukan secara santun dan beradab.

Keempat, norma kejujuran dalam pemufakatan. Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni pemusyawaratan yang jujur dan sehat untuk mencapai kesepakatan yang memberi keuntungan semua pihak.

Kelima, kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban bagi semua (freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi semua (egalitarianisme) merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain.

(33)

dan kesediaan semua pihak untuk menerima kemungkinan ketidaktepatan atau kesalahan dalam praktik berdemokrasi.

2.1.2 Macam-Macam Demokrasi

Demokrasi dapat dilihat dari 3 (tiga) jenis sudut pandang (Rochmadi; 2012) sebagai berikut.

a. Demokrasi berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat, dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

1. Demokrasi langsung, berarti paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam sistem pemusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara secara langsung.

2. Demokrasi tidak langsung, berarti paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Penerapannya biasanya melalui pemilihan umum.

b. Demokrasi berdasarkan titik perhatian (tujuannya), dibedakan menjadi 3 tiga, sebagai berikut.

1. Demokrasi formal adalah demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi, terdapat pada negara-negara liberal.

(34)

3. Demokrasi gabungan/campuran adalah demokrasi yang menggabungkan antara demokrasi formal dan material serta mengambil kebaikan serta menghilangkan keburukan dari demokrasi formal dan demokrasi material. c. Demokrasi berdasarkan paham ideologi, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai

berikut.

1. Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal) adalah demokrasi yang didasarkan pada paham kebebasan individualisme. Karakter demokrasi konstitusional antara lain, kekuasaan pemerintahannya tidak diperkenankan terlalu ikut campur dalam permasalahan warga negaranya, dan kekuasaan pemerintahnya dibatasi konstitusi.

2. Demokrasi rakyat (demokrasi proletar) adalah demokrasi yang berfaham pada ajaran marxisme, leninisme, dan komunisme yang mencita-citakan masyarakat tanpa kelas sosial dalam masyarakat.

2.1.3 Perilaku Budaya Demokrasi

Menurut Rusli Karim (1991: 24) dikatakan bahwa perilaku dan ciri-ciri orang yang memiliki kepribadian demokratis adalah inisiatif, disposisi, toleransi, cinta akan keterbukaan, komitmen dan tanggung jawab serta memiliki kerjasama dalam keterhubungan.

Budaya demokrasi dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat dan negara. Menurut Rochmadi (2012: 43) contoh perilaku yang merupakan perwujudan budaya demokratis, sebagai berikut.

(35)

a. Bersikap terbuka terhadap orang tua dan anggota keluarga yang lain. b. Menyampaikan pendapat dengan baik dan sopan serta tidak memaksakan

kehendak.

c. Mencoba memahami keadaan kesulitan yang dialami keluarga dengan baik.

d. Menyelesaikan masalah dalam keluarga dengan musyawarah dan secara kekeluargaan.

2. Budaya demokrasi di lingkungan sekolah

a. Bersikap saling menghormati dan menghargai dengan sesama warga disekolah (kepala sekolah, guru, teman dan warga sekolah yang lain).

b. Menyelesaikan setiap persoalan yang ada dilingkungan kelas ataupun sekolah dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat (misalnya, saat pemilihan ketua kelas, ketua OSIS, dan penyusunan kelompok piket).

c. Dapat melaksanakan keputusan yang diambil sebagai kesepakatan bersama dengan penuh tanggung jawab.

d. Melibatkan semua pihak dalam memecahkan setiap persoalan yang ada di sekolah.

3. Budaya demokrasi di lingkungan Masyarakat dan Negara.

a. Saling menghormati dan menghargai dengan sesama orang lain di lingkungan masyarakat dan negara.

b. Memecahkan setiap persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.

(36)

d. Bagi pelajar yang telah berusia 17 tahun dapat berperan serta dalam pemilihan umum yang berlangsung sejak orde lama hingga masa reformasi. Keikutsertaan dalam pemilu ini harus dilakukan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

2.2 Demokrasi Di Sekolah

Demokratisasi adalah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan yang bercirikan demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju pada sistem pemerintahan yang lebih demokratis.

Demokratisasi juga berarti proses menegakkan nilai-nilai demokrasi sehingga sistem politik demokratis dapat terbentuk secara bertahap. Nilai-nilai demokrasi dianggap baik dan positif bagi setiap warga. Menurut Hendry B. Mayo dalam Winarno (2011: 98) menyebutkan delapan nilai demokrasi, sebagai berikut.

1. Menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan sukarela.

2. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang selalu berubah.

3. Pergantian penguasa dengan teratur. 4. Penggunaan paksaan sedikit mungkin.

5. Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman. 6. Menegakkan keadilan.

7. Memajukan ilmu pengetahuan.

(37)

Nilai-nilai demokrasi menurut Cipto (2002: 31-37) meliputi:

1. Kebebasan menyatakan pendapat, Kebebasan menyatakan pendapat adalah sebuah hak bagi warganegara biasa yang wajib dijamin dengan undang-undang dalam sebuah sistem politik demokrasi. Kebebasan ini diperlukan karena kebutuhan untuk menyatakan pendapat senantiasa muncul dari setiap warga negara dalam era pemerintahan terbuka.

2. Kebebasan berkelompok. Berkelompok dalam suatu organisasi merupakan nilai dasar demokrasi yang diperlukan untuk membentuk organisasi mahasiswa, partai politik, organisasi massa, perusahaan dan kelompok-kelompok lain. Kebutuhan berkelompok-kelompok merupakan naluri dasar manusia yang tak mungkin diingkari.

3. Kebebasan berpartisipasi. Kebebasan berpartisipasi meliputi: (1) pemberian suara dalam pemilu; (2) melakukan kontak/hubungan dengan pejabat pemerintah; (3) melakukan protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah; (4) mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik.

4. Kesetaraan antar warga. Kesetaraan atau egalitarianism merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlukan bagi pengembangan demokrasi. Kesetaraan di sisi diartikan sebagai adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara. Kesetaraan memberi tempat bagi setiap warga negara tanpa membedakan etnis, bahasa, daerah, maupun agama.

(38)

6. Kerjasama. Kerjasama diperlukan untuk mengatasi persoalan yang muncul dalam masyarakat. Demokrasi tidak hanya memerlukan hubungan kerjasama antar individu dan kelompok. Kompetisi, kompromi dan kerjasama merupakan nilai-nilai yang mampu mendorong terwujudnya demokrasi.

Nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi menjadi sikap dan budaya demokrasi yang perlu dimiliki warga negara. Nilai-nilai demokrasi merupakan nilai yang diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan yang demokratis. Menurut Muhaimin (2002: 11) nilai yang penting dalam demokrasi yaitu, kemauan melakukan kompromi, bermusyawarah, saling menghargai dan ketundukan kepadarule oflaw yang pada akhirnya dapat menjamin terlindungnya hak asasi manusia.

Nilai-nilai yang dikembangkan dan dibiasakan dalam kehidupan warga akan menjadi budaya demokrasi. Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Demokrasi perlu ditanamkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.1 Konsep Pendidikan Demokrasi

(39)

Dalam level yang lebih kongkrit, pendidikan demokrasi dapat dilihat sebagai suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada para siswa guna mempraktekkan kehidupan yang demokratis baik di kelas, di sekolah, maupun di masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan demokrasi juga memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada para siswa mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik, baik pada level local, daerah kabupaten/kota, propinsi, nasional maupun level global.

Pendidikan dapat memunculkan sikap warga negara yang menyadari akan kepentingan bersama dan peranan warga negara dalam kehidupan yang demokratis, seperti yang disampaikan Komisi Internasional tentang Pendidikan Abad XXI (1996: 40-41), jika pendidikan sudah mengembang di dalam diri setiap orang akan memunculkan kemampuan seseorang untuk bertingkah laku sebagai seorang warga negara yang menyadari kepentingan kolektif dan memainkan perannnya dalam kehidupan yang demokratis.

Pendidikan demokrasi harus menekankan pada enam aspek ( Zamroni, 2011: 28), sebagai berikut.

(40)

2. Materi pendidikan demokrasi dibawa keruang-ruang kelas tidak hanya bersifat “pengetahuan teoritis murni” melainkan dipadukan “controversial issues”

yang tengah merebak di masyarakat.

3. Pendidikan demokrasi memberikan pelayanan pembelajaran yang optimal kepada para siswa.

4. Dilaksanakan pendidikan ekstra kurikuler yang merupakan kegiatan dengan tujuan yang jelas, tidak sekedar pelengkap dalam kegiatan sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler memilki tujuan untuk memberikan kemampuan yang belum tercakup pada kegiatan intra kurikuler, seperti kepemimpinan, kemampuan merancang masa depan, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan untuk bekerjasama dan memecahkan masalah secara damai.

5. Dikembangkan partisipasi dalam pengelolaan sekolah. Pengambilan keputusan bersama hanya bisa dilakukan apa bila ada pertisipasi dari seluruh stakeholders, terutama siswa dan orang tua siswa. Partisipasi memerlukan aktivitas kedua belah pihak.

6. Dilaksanakannya simulasi proses demokrasi di sekolah. Apa yang ada di masyarakat berkaitan dengan demokrasi perlu dikembangkan di sekolah, sesuai dengan prinsip pendidikan.

(41)

dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan kesiswaan yang dilaksanakan secara demokratis

2.2.2 Pendidikan Untuk Demokrasi

Pendidikan harus mampu menciptakan generasi-generasi yang “demokratis”. Tanpa generasi-generasi yang memegang teguh nilai-nilai demokrasi, masyarakat yang demokratis hanya akan merupakan impian belaka. Kehidupan masyarakat yang demokratis harus didasarkan pada kesadaran warga bangsa, dengan cita-cita demokrasi yang melahirkan kesadaran dan keyakinan bahwa hanya dalam masyarakat yang demokratislah dimungkinkan warga bangsa untuk memaksimalkan kesejahteraan dan kebebasan.

Ide dan cita-cita akan demokrasi harus ditanamkan di kalangan warga muda bangsa, antara lain lewat pendidikan. Menurut Zamroni (2011: 40) setiap sistem pendidikan dapat dianalisis ke dalam tiga level, yaitu:

1. Level ideologi, yang pada intinya merupakan jawaban atas apa itu pendidikan? Untuk apa pendidikan itu? Jawabannya adalah untuk mempersiapkan siswa untuk menapak hidup dan kehidupan di masa depan.

(42)

apakah guru melaksanakan tugas pembelajaran sebagai seorang pegawai yang harus tunduk dan patuh pada peraturan dan ketentuan yang ada. Sedangkan manajemen desentralisasi yakni kebijakan manajemen pendidikan ditentukan propinsi atau kabupaten/kota.

3. Level praktek, pada lingkup praktek ini, proses sekolah dapat dilihat dari dua level yaitu level sekolah atau level kelas. Level kelas adalah pada pendekatan pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dan guru berkaitan dengan materi tertentu dilaksanakan. Pada level sekolah menyangkut kepemimpinan kepala sekolah dan kultur sekolah.

2.2.3 Tujuan Pelaksanaan Demokrasi di Sekolah

Seperti sebuah negara, sekolah juga merupakan suatu organisasi, layaknya masyarakat mini yang memiliki warga dan peraturan. Sekolah merupakan sebuah organisasi, yakni unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam melaksanakan tujuannya untuk mencapai tujuan bersama. Tujuannya yaitu mendidik anak-anak dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis, maupun sosial.

(43)

Demokrasi di sekolah dapat diartikan sebagai pelaksanaan seluruh kegiatan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi. Menurut Rosyada (2004: 15) mekanisme berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, namun secara subtantif, sekolah demokratis adalah membawa semangat demokrasi tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan nilai-nilai demokrasi Pancasila.

Beane dalam Rosyada (2004: 16) mengemukakan bahwa kondisi yang sangat perlu dikembangkan dalam upaya membangun sekolah demokratis terdiri:

1. Keterbukaan saluran ide dan gagasan, sehingga semua orang bisa menerima informasi seoptimal mungkin.

2. Memberikan kepercayaan kepada individu-individu dan kelompok dengan kapasitas yang mereka miliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan sekolah. 3. Menyampaikan kritik sebagai hasil analisis dalam proses penyampaian evaluasi

terhadap ide-ide, problem-problem dan berbagai kebijakan yang dikeluarkan sekolah.

4. Memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dan terhadap persoalan-persoalan publik.

5. Ada kepedulian terhadap harga diri, hak-hak individu dan hak-hak minoritas. 6. Pemahaman bahwa demokrasi yang dikembangkan belumlah mencerminkan

(44)

7. Terdapat sebuah institusi yang dapat terus mempromosikan dan mengembangkan cara-cara hidup demokratis.

Menurut Zamroni, (2001: 65) kultur atau nilai demokrasi antara lain sebagai berikut.

1. Toleransi.

2. Kebebasan mengemukakan pendapat. 3. Menghormati perbedaan pendapat. 4. Memahami keanekaragaman. 5. Terbuka dan komunikasi.

6. Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan. 7. Percaya diri.

8. Tidak menggantungkan pada orang lain. 9. Saling menghargai.

10. Mampu mengekang diri. 11. Kebersamaan.

12. Keseimbangan.

(45)

2.2.4 Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi di Sekolah

Membangun pribadi yang demokratis merupakan salah-satu fungsi pendidikan nasional seperti tercantum dalam pasal 3 UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas. Dalam pendidikan di sekolah diupayakan mampu menabur benih-benih demokrasi kepada peserta didik dan melahirkan demokrat-demokrat yang ulung, cerdas, dan andal. Dunia pendidikan perlu diberi ruang yang cukup untuk membangun budaya demokrasi bagi peserta didik.

Selain pengembangan nilai-nilai demokrasi dalam pembentukkan mental peserta didik sesuai dengan nilai-nilai demokrasi, demokrasi di sekolah juga mencakup proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Hal ini diantaranya adalah untuk menyikapi persoalan-persoalan yang tentunya terkait dengan nilai-nilai demokrasi dalam hal ilmu pengetahuan.

Salah satu cara pengembangan budaya atau nilai demokrasi yaitu melalui proses pendidikan demokrasi. Pendidikan sekolah diharapkan dapat melahirkan warga negara yang cerdas dan demokratis. Kewajiban sekolah untuk dapat menaburkan benih-benih demokrasi pada siswa didiknya merupakan amanat undang-undang. Seperti telah diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3.

(46)

Melalui proses pendidikan demokrasi dapat menghasilkan manusia yang demokratis yang memiliki kesadaran dan keyakinan bahwa masyarakat demokratis yang dapat memaksimalkan kesejahteraan dan kebebasan.

Pendidikan harus mampu melahirkan manusia-manusia yang “demokratis”. Tanpa manusia-manusia yang memegang teguh nilai-nilai demokrasi, masyarakat yang demokratis hanya akan merupakan impian belaka. Kehidupan masyarakat yang demokratis harus didasarkan pada kesadaran warga bangsa atas ide dan cita-cita demokrasi yang melahirkan kesadaran dan keyakinan bahwa hanya dalam masyarakat demokratislah dimungkinkan warga bangsa untuk memaksimalkan kesejahteraan dan kebebasan (Zamroni, 2011: 39).

Berdasarkan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sekolah menanamkan nilai-nilai/budaya demokrasi salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Penanaman nilai-nilai/budaya demokrasi dilakukan melalui berbagai kegiatan kesiswaan. Melalui kegiatan kesiswaan diharapkan mampu membentuk kepribadian siswa yang berakhlak mulia, demokratis, dan menghormati hak asasi manusia, seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 39 Tahun 2008.

Tujuan pembinaan kesiswaan:

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreativitas.

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan. c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan

sesuai bakat dan minat.

(47)

2.3 Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

2.3.1 OSIS Sebagai Organisasi

Sebelum lahirnya OSIS, di sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SLTA terdapat organisasi yang bebagai macam corak bentuknya. Ada organisasi siswa yang hanya dibentuk bersifat intern sekolah itu sendiri, dan ada pula organisasi siswa yang dibentuk oleh organisasi siswa di luar sekolah. Organisasi siswa yang dibentuk dan mempunyai hubungan dengan organisasi siswa dari luar sekolah, sebagian ada yang mengarah pada hal-hal bersifat politis, sehingga kegiatan organisasi siswa tersebut dikendalikan dari luar sekolah sebagai tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar.

Akibat organisasi siswa mempunyai hubungan dengan organisasi siswa diluar sekolah, maka timbullah loyalitas ganda, disatu pihak harus melaksanakan peraturan yang dibuat kepala sekolah, sedang dipihak lain harus tunduk kepada organisasi siswa yang dikendalikan di luar sekolah.

(48)

Pembinaan dan pengembangan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti luhur.

Pembinaan generasi muda di lingkungan sekolah yang diterapkan melalui organisasi siswa intra sekolah perlu ditata secara terarah dan teratur. Betapa besar perhatian dan usaha pemerintah dalam membina kehidupan para siswa, maka ditetapkan “OSIS” sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan secara nasional.

Jalur tersebut terkenal dengan nama “Empat Jalur Pembinaan Kesiswaan”, sebagai berikut.

1. Organisasi Kesiswaan 2. Latihan Kepemimpinan 3. Kegiatan Ekstrakurikuler

4. Kegiatan wawasan Wiyatamandala

2.3.1.1 Strategi Pembinaan dalam OSIS

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah yang merupakan organisasi resmi di sekolah dan tidak ada hubungan organisatoris dengan organisasi kesiswaan di sekolah lain.

(49)

pada sekolah menengah pertama, sekolah menengah pertama luar biasa, sekolah menengah atas, sekolah menengah atas luar atas dan sekolah menengah kejuruan adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Sehingga jelas Sasaran pembinaan kesiswaan meliputi siswa taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, sekolah menengah pertama, sekolah menengah pertama luar biasa, sekolah menengah atas, sekolah menengah atas luar biasa, dan sekolah menengah kejuruan.

OSIS adalah organisasi siswa intra sekolah yang masing-masing mempunyai pengertian organisasi secara umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan. Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah. Intra berarti terletak di dalam. Sehingga suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan. Sekolah adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, yang dalam hal ini Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah atau Sekolah/Madrasah yang sederajat.

2.3.1.2 Tujuan Pembinaan Kesiswaan

(50)

1. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat,dan kreativitas.

2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan.

3. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat.

4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).

2.3.1.3 Arah Pembinaan dan Pengembangan OSIS

Didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, maka arah pembinaan dan pengembangan OSIS SMA Negeri 1 Abung Semuli adalah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, idelaisme, kepribadian dan budi pekerti luhur.

2. Mendorong sikap, jiwa dan semangat kesatuan dan persatuan di antara para siswa, sehingga timbul satu kebanggaan untuk mendukung peran sekolah sebagai tempat terselenggaranya proses belajar mengajar.

(51)

Oleh karena itu pembangunan wadah pembinaan generasi muda di lingkungan sekolah yang diterapkan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) perlu ditata secara terarah dan teratur.

2.3.1.4 Wawasan Wiyata Mandala

Memperhatikan kondisi sekolah dan masyarakat dewasa ini yang umumnya masih dalam taraf perkembangan, maka upaya pembinaan kesiswaan perlu diselenggarakan untuk menunjang perwujudan sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala.

Berdasarkan surat Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah nomor: 13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 perihal Wawasan Wiyatamandala sebagai sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen pendidikan dan kebudayaan, mengeterapkan Wawasan Wiyatamandala yang merupakan konsepsi yang mengandung anggapan-anggapan sebagai berikut

1. Sekolah merupakan wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar bidang pendidikan.

2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dalam lingkungan sekolahnya, yang harus berdasarkan Pancasila dan bertujuan sebagai berikut.

(52)

3. Mempertinggi budi pekerti. 4. Memperkuat kepribadian.

5. Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

3. Antara guru dengan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama yang baik untuk mengemban tugas pendidikan.

4. Para guru, di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, harus senantiasa menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (dipercaya) dan ditiru, betapapun sulitnya keadaan yang melingkunginya. 5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, namun harus mencegah

masuknya sikap dan perbuatan yang sadar atau tidak, dapat menimbulkan pertentangan antara kita sama kita.

Untuk mengimplementasikan Wawasan Wiyatamandala perlu diciptakan suatu situasi di mana siswa dapat menikmati suasana yang harmonis dan menimbulkan kecintaan terhadap sekolahnya, sehingga proses belajar mengajar, kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler dapat berlangsung dengan mantap.

(53)

2.3.2 Budaya Demokrasi dalam OSIS

Organisasi adalah tempat manusia berinteraksi memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka berinteraksi karena mempunyai kepentingan yang sama. Kesamaan kepentingan merupakan syarat utama manusia bersedia masuk dalam suatu organisasi organisasi tertentu.

Proses perkembangan manusia dalam mengelola organisasi agar lebih efektif untuk mencapai kepentingannya maka alat kerja dan metode kerja organisasi disesuaikan dan diperbaiki terus menerus sepanjang waktu melalui proses untuk meringankan beban manusia untuk mencapai kepentingannya.

Menurut Darsono (2009: 57) hampir semua organisasi mempunyai visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, anggaran, program kerja, standar pelaksanaan, teknik pengendalian, dan teknik evaluasi. Visi menyatakan “kita ingin menjadi apa”; misi menyatakan “apa yang harus diperbuat”; tujuan ialah sesuatu yang

(54)

Salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki berbagai macam fungsi dan peranan. Demikianlah pada OSIS sebagai suatu organisasi memiliki pola beberapa peranan atau fungsi dalam mencapai tujuan. OSIS merupakan organisasi yang dilaksanakan oleh siswa sebagai tempat untuk pembelajaran bagi siswa dalam berorganisasi. OSIS sebagai tempat pembelajaran siswa maka pelaksanaan kegiatan OSIS dilaksanakan secara demokratis sehingga siswa dapat memahami makna demokrasi dalam organisasi. Dalam kegiatan OSIS siswa diajarkan bagaimana memilih peminpin secara demokratis, pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat dan sebagainya.

Sebagai suatu organisasi perlu pula memperhatikan faktor-faktor yang sangat berperan, agar OSIS sebagai organisasi tetap hidup dalam arti tetap memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan perkembangan.. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar OSIS tetap eksis sebagai berikut.

1. Sumber daya. 2. Efisiensi.

3. Koordinasi kegiatan sejalan dengan tujuan 4. Pembaharuan

5. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan luar 6. Terpenuhinya fungsi dan peran seluruh komponen.

(55)

OSIS tersebut. Sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan, peranan OSIS adalah:

1. Sebagai Wadah

Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di Sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah. Wahana harus selalu bersama-sama dengan jalur lain, yaitu latihan kepemimpinan, pembentukan sikap demokratis ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala. Tanpa saling berkerjasama dari berbagai jalur, peranan OSIS sebagai wadah tindakan berfungsi lagi.

2. Sebagai Penggerak / Motivator

(56)

3. Peranan yang bersifat preventif

Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakan sumber daya yang ada secara eksternal OSIS mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti : menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS berhasil ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Peranan Preventif OSIS akan terwujud apabila peranan OSIS sebagai pendorong lebih dahulu harus dapat diwujudkan.

Melalui peranan OSIS tersebut dapat ditarik beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air. 3. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur.

4. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan.

5. Meningkatkan sikap demokratis pada siswa.

6. Meningkatkan ketrampilan, kemandirian dan percaya diri. 7. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.

(57)

2.4 Kerangka Pikir

Budaya demokrasi pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) tidak lepas dari peran serta Pembina OSIS, Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, dan seluruh pengurus OSIS, maka untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini maka diperlukan suatu kerangka pikir.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Budaya Demokrasi Pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMAN 1 Abung Semuli

Berdasar pada kerangka pikir diatas yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan, observasi dan studi dokumentasi pada OSIS tentang bagaimana budaya/nilai demokrasi dilaksanakan pada OSIS dan faktor penghambat dan pendukung pengembangan budaya demokrasi. Pada akhirnya

(58)

akan ditemukan bagaimana budaya demokrasi pada Organisasi Siswa Intra Sekolah.

2.5 Penelitian yang relevan

Berikut ini disajikan penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Relevansinya terletak pada fokus penelitian yaitu penelitian yang berkaitan dengan budaya demokrasi.

Menurut hasil penelitian dari Pramita (2010) yang berjudul “Pelaksanaan Budaya

Demokrasi disekolah (Study Kasus Terhadap Siswa SMPN 4 Malang)”. Hasil

(59)
(60)

3.1 Pendekatan Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif. Menurut Cresswell (2012: 4) penelitian kualitatif merupakan metode-metode yang mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap dari masalah sosial atau kemanusiaan. Dalam penelitian ini peneliti akan menyelidiki peristiwa atau proses aktivitas dari organisasi siswa intra sekolah di SMA Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara, maka berdasarkan tujuan penelitian pendekatan yang dipilih adalah studi kasus.

(61)

Siklus penelitian ini melalui tiga proses yaitu perencanaan, pelaksanaan dan laporan, hal ini sesuai dengan pendapat Mukhtar (2013: 43) bahwa penelitian dipandang dari sudut proses terdiri dari tiga bagian, (1) perencanaan penelitian, (2) pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian dan, (3) pelaporan penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa, aktivitas dan proses yang muncul pada pelaksanaan budaya demokrasi dalam organisasi siswa intra sekolah di SMAN 1 Abung Semuli.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Abung Semuli Kecamatan Abung Semuli kabupaten Lampung Utara. Alasan mengambil tempat penelitian ini adalah karena peneliti merupakan guru disekolah tersebut sehingga mempermudah untuk melakukan pengamatan dan observasi pada OSIS SMA Negeri 1 Abung Semuli. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua (2) bulan mulai bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014.

3.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif sebagai berikut :

1. Kata dan tindakan, merupakan sumber data utama yang dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman audio/vidio tape, pengambilan foto atau film.

2. Sumber tertulis, dapat berupa buku dan majalah ilmiah disertasi atau tesis yang tersimpan di perpustakaan.

3. Foto atau tentang orang atau latar penelitian.

(62)

Untuk mendapatkan data-data peranan peneliti sangat penting, adapun peranan peneliti adalah:

1. Peranan peneliti sebagai instrumen meliputi : 1) pengamatan peran serta, 2) manusia sebagai instrumen, 3) pengamatan 4) peran pengamat.

2. Wawancara dilakukan dengan usaha, peneliti hendaknya mengadakan pembicaraan informal, pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, wawancara baku terbuka, bentuk-bentuk pertanyaan, penata-urutan pertanyaan, perencanaan wawancara, pelaksanaan wawancara, strategi dan taktik berwawancara, kegiatan setelah wawancara.

3. Catatan lapangan, mencari kata-kata kunci, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram.

4. Dokumen resmi, yang meliputi dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Dan dokumen ekternal adalah bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan, berita yang disiarkan media massa (Maleong, 2011: 163-219).

Data-data dari penelitian ini didapatkan dari informan-informan yaitu (1) Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, (2) tiga orang guru Pembina osis, (3) ketua OSIS, (4) sekretaris OSIS, (5) bendahara OSIS, (6) koordinator-koordinator bidang pada OSIS (7) anggota bidang.

Selain data yang didapat dari informan-informan data juga didapatkan dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan budaya demokrasi pada organisasi siswa intra sekolah di SMA Negeri 1 Abung Semuli kecamatan Abung Semuli. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan kriteria bahwa informan relevan dengan masalah penelitian ini .

(63)

menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ujung tombak dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Jadi si peneliti itulah yang menjadi instrumen dalam penelitian ini (Sugiyono, 2011: 400). Peneliti sebagai instrumen penelitian mengumpulkan data-data yang dapat menunjang dalam menjawab permasalah dalam penelitian. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Adapun cara yang dapat digunakan untuk memperoleh data adalah:

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tehnik, yaitu:

1. Wawancara (human instrument). Dalam proses wawancara peneliti akan menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan akan mendapatkan informasi yang mendalam dengan mengadakan wawancara face to face maupun dengan media komunikasi.

2. Observasi (pengamatan). Observasi dilaksanakan dalam penelitian bertujuan untuk mengamati aktivitas pendidik, peserta didik dan masyarakat sekolah dalam proses pembelajaran serta interaksi peserta didik dan pendidik dalkam proses transfer pendidikan karakter dalam pembelajaran Sosiologi.

3. Dokumentasi (arsip, gambar dan lain-lain).

4. Beberapa informasi tambahan dari pihak yang kompeten di bidang penelitian khususnya penelitian kualitatif (Sugiyono,2009: 273).

(64)

Responden : penelitian ini. Adapun wawancara yang akan dilaksanakan adalah wawancara terbuka, dengan harapan antara pewawancara dan yang diwawancarai tidak kaku dan orang yang diwawancarai tahu bahwa dia sedang diwawancarai, sehinggga informan tersebut dapat memberikan informasi yang akurat sesuai dengan yang diharapkan oleh pewawancara.

Menurut Irawati Singarimbun dalam buku Metode Penelitian Survei: wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh yaitu : pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara (Singarimbun, 2008: 145)

(65)

Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain kepada: (1) Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, (2) tiga orang guru Pembina osis, (3) ketua OSIS, (4) sekretaris OSIS, (5) bendahara OSIS, (6) koordinator bidang pada OSIS (7) dua orang anggota bidang.

3.4.2 Pengamatan atau Observasi

Kehadiran peneliti sebagai pengamat berperan serta atau observasi partisipasi (participant observation). Namun kehadiran peneliti sebisa mungkin tidak mengganggu situasi, maka diharapkan fenomena yang diteliti akan alamiah (Fatchan, 2009: 28). Menurut (Sugiyono, 2013: 311) observasi dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi aktif, dan partisipasi lengkap. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi partisipasi moderat. Dalam observasi partisipasi moderat terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya (Sugiyono, 2013: 311).

Peneliti melakukan pengamatan dan observasi untuk memperkuat data dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan. Pengamatan dan observasi yang peneliti lakukan selama penelitian ini adalah dengan ikut berperan serta dalam objek penelitian.

3.4.3 Studi Dokumentasi

(66)

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life Histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup dan sketsa.

Dokumen menurut Guba dan Lincoln (1981: 235) dapat digunakan untuk keperluan peneliti karena alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, yaitu: (a) merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong penelitian, (b) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (c) sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah dan sesuai dengan konteks penelitian, (d) relative murah dan mudah diperoleh walau hasil dicari dan ditemukan, (e) tidak reaktif, sehingga tidak sulit ditemukan, (f) hasil pengkajian isi, akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang sedang diteliti.

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi. Tidak semua dokumen memiliki kredibilitas tinggi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, maka peneliti akan mencermati dari dokumen-dokumen yang ada yang berkaitan dengan penelitian.

(67)

dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, misalnya majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan media massa.

Berdasarkan pendapat dari Moleong maka peneliti melakukan studi dokumentasi pada dokumen resmi internal berupa intruksi, aturan, kebijakan, pengumuman dan lain lain yang dikeluarkan oleh SMA Negeri 1 Abung Semuli dan lembaga pemerintah.

3.5 Teknik Analisis Data

Hasil wawancara dari informan penulis lakukan analisis data secara kualitatif, guna mengungkapkan budaya demokrasi pada organisasi intra sekolah di SMA Negeri 1 Abung Semuli kecamatan Abung Semuli. Analisis data kualilatif adalah melakukan kajian untuk memahami struktur suatu fenomena-fenomena yang berlaku di lapangan. Analisis data dilakukan dengan melakukan telaah terhadap fenomena atau peristiwa secara keseluruhan, terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena-fenomena serta hubungan keterkaitannya.

(68)

Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992: 20). Ada empat komponen yang dilakukan dalam model ini, yaitu pengumpulan data, reduksi, display, verifikasi. Dari keempat komponen ini saling berinteraksi dan membentuk suatu siklus analisis penelitian sebagai berikut.

1. Data yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat. Catatan lapangan berisi informasi yang ada dilapangan. 2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data situasi sosial dalam penelitian ini difokuskan pada hasil wawancara dengan informan, observasi dan doumentasi.

3. Display Data

Setelah data direduksi maka langkah berikutnya adalah mendisplay data, proses ini dengan menyajika data dalam bentuk pola sesuai dengan fokus penelitian. Dengan mendisplay data akan memudahkan memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut, sehingga lebih mudah untuk ditarik kesimpulan.

4. Verifikasi atau Membuat Kesimpulan

(69)

Reduksi data, display data dan conclusion/verifikasi yang akan dilakukan oleh peneliti mengacu pada pendapat Sugiono (2013: 338) yang dapat ditunjukkan pada gambar 2 berikut.

Gambar 3.2 Ilustrasi: Reduksi data, display data, dan conclusion/verifikasi dimodifikasi dari Sugiyono (2013: 338).

Catatan Lapangan

Reduksi Data :

Memilih yang penting, membuat kategori, membuang yang tidak dipakai

Data Display: menyajikan ke dalam pola

DATA A & DATA B

A1 & B1

A2 & B2

Conclusion/Verification:

Membuat kesimpulan yang berupa temuan baru yang telah teruji yang selanjutnya dikontruksikan dengan tema/judul penelitian

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Budaya Demokrasi Pada Organisasi Siswa   IntraSekolah (OSIS) di SMAN 1 Abung Semuli
Gambar 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam wawancaraSingarimbun (2008: 146).
Gambar 3.2 Ilustrasi: Reduksi data, display data, dan conclusion/verifikasidimodifikasi dari Sugiyono (2013: 338).

Referensi

Dokumen terkait

Penanaman budaya demokrasi di sekolah secara tidak langsung membentuk kemampuan kepemimpinan demokratis siswa untuk menjadi pemimpin yang demokratis karena didalam

H3: Semakin ideal gaya kepemimpinan transformasional menyebabkan kinerja organisasi yang semakin meningkat, terutama ketika motivasi kerja tinggi Nilai budaya

Implikasi dari temuan ini adalah bahwa motivasi intrinsik, kecerdasan emosional kompetensi profesional dan budaya organisasi merupakan faktor penting dalam

OSIS sebagai organisasi di lingkungan sekolah menjadi tempat pembelajaran siswa dalam menyadari perannya untuk ikut berpartisipasi, dengan berpartisipasi pada kegiatan

Bahwa keterbukaan demokrasi pasca pemerintahan Orde Baru, yang mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Gus Dur, telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan budaya etnik

Dengan memahami konsep dasar budaya secara umum di atas, selanjutnya kita akan berusaha memahami budaya dalam konteks organisasi atau biasa disebut budaya

Judul skripsi : Analisis Feminis Liberal Dalam Partisipasi Siswa Perempuan Pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (Penelitian Khusus OSIS SMAN 2 Sukoharjo Tahun

Selain persepsi partisipasi kegiatan organisasi siswa intra sekolah OSIS dapat mempengaruhi kreativitas belajar siswa adalah motivasi belajar, Dengan motivasi yang tinggi, bukannya