• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN FENOTIPE DAN HERITABILITAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F6 HASIL PERSILANGAN WILIS X MLG2521

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KERAGAMAN FENOTIPE DAN HERITABILITAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F6 HASIL PERSILANGAN WILIS X MLG2521"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

PHENOTYPE DIVERSITY AND HERITABILITY OF F6SOYBEAN (Glycine max[L.] Merrill) ZURIATS FROM WILIS X MLG2521

BY

RIDWAN KUSUMA

Soybean consumption here in Indonesia continues to increase each year that is not

accompanied by an increase in soybean production. Efforts to increase production

and soybean demand in Indonesia has been done either through intensification and

extension. But until now Indonesia is still importing soybeans. One solution is to

use varieties that can be obtained by plant breeding. Crosses between elders aim to

enable the combination of good characteristic between the elders. Crosses made

between Wilis and Mlg2521been conducted and entered the family testing F6. The

purpose of this study were (1) Estimating the value of the diversity of phenotypes

soy F6generations from crosses between Wilis x Mlg2521, (2) Estimating the

heritability estimates soybean F6generations from crosses Wilis x Mlg2521, (3)

Know the numbers expectation of F6generation crosses Wilis x Mlg2521. The

design of the experiment is a perfect randomized group design which consists of

two replications. The results showed that (1) The diversity of phenotypes

(2)

of productive branches, total number of pods plant, weight of 100 grains, grain

weight plant andnumber of seeds plantincluding all the broad criteria, (2) The

value of heritability estimates the population F6for characters date of flowering,

harvesting age, plant height, number of productive branches, total number of pods

plant, weight of 100 grains, grain weight per plant andnumber of seeds plant

belonging to the high criteria, (3) Number genotype F6namely 1-8 dan

7-64-1-3.

(3)

ABSTRAK

KERAGAMAN FENOTIPE DAN HERITABILITAS KEDELAI (Glycine max[L.] Merril) GENERASI F6HASIL

PERSILANGAN WILIS X MLG2521

OLEH

RIDWAN KUSUMA

Konsumsi kedelai di Indonsia terus meningkat setiap tahunnya yang tidak diiringi

dengan peningkatan produksi kedelai. Usaha peningkatan produksi dan kebutuhan

kedelai di Indonesia telah dilakukan baik melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.

Namun sampai sekarang Indonesia masih tetap mengimpor kedelai. Salah satu

solusinya dengan penggunaan varietas unggul yang dapat diperoleh melalui

pemuliaan tanaman. Persilangan antar tetua bertujuan agar terjadi penggabungan

sifat tetua yang disilangkan. Persilangan dilakukan antara Wilis dan Mlg2521telah

dilakukan dan memasuki pengujian famili F6. Tujuan penelitian ini adalah (1)

Mengestimasi nilai keragaman fenotipe kedelai generasi F6hasil persilangan antara

Wilis x Mlg2521. (2) Mengestimasi nilai duga heritabilitas kedelai generasi F6hasil

persilangan Wilis x Mlg2521. (3) Mengetahui nomor-nomor harapan generasi F6

hasil persilangan Wilis x Mlg2521. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

(4)

penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Keragaman fenotipe populasi F6untuk

karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif,

total jumlah polong per tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman dan

jumlah biji per tanaman termasuk ke dalam kriteria luas. (2) Besaran nilai duga

heritabilitas populasi F6untuk karakter umur berbunga, umur panen, tinggi

tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong per tanaman, bobot 100

butir, bobot biji per tanaman dan jumlah biji per tanaman termasuk ke dalam

kriteria tinggi. (3) Nomor genotipe F6harapan yaitu 7-64-1-8 dan 7-64-1-3.

(5)

KERAGAMAN FENOTIPE DAN HERITABILITAS KEDELAI (Glycine max[L.] Merril) GENERASI F6HASIL

PERSILANGAN WILIS X MLG2521

(Skripsi)

Oleh

RIDWAN KUSUMA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

ABSTRACT

PHENOTYPE DIVERSITY AND HERITABILITY OF F6SOYBEAN (Glycine max[L.] Merrill) ZURIATS FROM WILIS X MLG2521

BY

RIDWAN KUSUMA

Soybean consumption here in Indonesia continues to increase each year that is not

accompanied by an increase in soybean production. Efforts to increase production

and soybean demand in Indonesia has been done either through intensification and

extension. But until now Indonesia is still importing soybeans. One solution is to

use varieties that can be obtained by plant breeding. Crosses between elders aim to

enable the combination of good characteristic between the elders. Crosses made

between Wilis and Mlg2521been conducted and entered the family testing F6. The

purpose of this study were (1) Estimating the value of the diversity of phenotypes

soy F6generations from crosses between Wilis x Mlg2521, (2) Estimating the

heritability estimates soybean F6generations from crosses Wilis x Mlg2521, (3)

Know the numbers expectation of F6generation crosses Wilis x Mlg2521. The

design of the experiment is a perfect randomized group design which consists of

two replications. The results showed that (1) The diversity of phenotypes

(7)

of productive branches, total number of pods plant, weight of 100 grains, grain

weight plant andnumber of seeds plantincluding all the broad criteria, (2) The

value of heritability estimates the population F6for characters date of flowering,

harvesting age, plant height, number of productive branches, total number of pods

plant, weight of 100 grains, grain weight per plant andnumber of seeds plant

belonging to the high criteria, (3) Number genotype F6namely 1-8 dan

7-64-1-3.

(8)

ABSTRAK

KERAGAMAN FENOTIPE DAN HERITABILITAS KEDELAI (Glycine max[L.] Merril) GENERASI F6HASIL

PERSILANGAN WILIS X MLG2521

OLEH

RIDWAN KUSUMA

Konsumsi kedelai di Indonsia terus meningkat setiap tahunnya yang tidak diiringi

dengan peningkatan produksi kedelai. Usaha peningkatan produksi dan kebutuhan

kedelai di Indonesia telah dilakukan baik melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.

Namun sampai sekarang Indonesia masih tetap mengimpor kedelai. Salah satu

solusinya dengan penggunaan varietas unggul yang dapat diperoleh melalui

pemuliaan tanaman. Persilangan antar tetua bertujuan agar terjadi penggabungan

sifat tetua yang disilangkan. Persilangan dilakukan antara Wilis dan Mlg2521telah

dilakukan dan memasuki pengujian famili F6. Tujuan penelitian ini adalah (1)

Mengestimasi nilai keragaman fenotipe kedelai generasi F6hasil persilangan antara

Wilis x Mlg2521. (2) Mengestimasi nilai duga heritabilitas kedelai generasi F6hasil

persilangan Wilis x Mlg2521. (3) Mengetahui nomor-nomor harapan generasi F6

hasil persilangan Wilis x Mlg2521. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

(9)

penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Keragaman fenotipe populasi F6untuk

karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif,

total jumlah polong per tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman dan

jumlah biji per tanaman termasuk ke dalam kriteria luas. (2) Besaran nilai duga

heritabilitas populasi F6untuk karakter umur berbunga, umur panen, tinggi

tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong per tanaman, bobot 100

butir, bobot biji per tanaman dan jumlah biji per tanaman termasuk ke dalam

kriteria tinggi. (3) Nomor genotipe F6harapan yaitu 7-64-1-8 dan 7-64-1-3.

(10)

KERAGAMAN FENOTIPE DAN HERITABILITAS KEDELAI (Glycine max[L.] Merril) GENERASI F6HASIL

PERSILANGAN WILIS X MLG2521 Oleh

RIDWAN KUSUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(11)
(12)
(13)
(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda, Lampung Selatan pada tanggal 12 September 1991

sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Abdul Syukur

(Alm.) dan Ibu Rostini.

Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Canggu,

Lampung Selatan Tahun 1997–2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 1 Kalianda, Lampung Selatan Tahun 2003−2006, Sekolah Menengah

Atas (SMA) Negeri 1 Kalianda, Lampung Selatan Tahun 2006−2009, Diploma 1

(D1) LPBM DCC Kalianda, Lampung Selatan 2009-2010, dan pada Tahun 2010

penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Program Studi Agroteknologi melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negri (SNMPTN).

Bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (BALITSA) Kebun Penelitian Lembang, Kecamatan Bandung

Barat, Kota Bandung. Bulan Januari-Maret 2014 penulis melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata di Desa Labuhan Makmur, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten

Mesuji.

Tahun 2010/2011 penulis aktif pada Organisasi Persatuan Mahasiswa

(15)

Penelitian dan Pengembangan pada tahun 2011/2012, dan sebagai Sekretaris

Bidang Eksternal pada Organisasi yang sama pada tahun 2012/2013.

Penulis aktif pada Organisasi Forum Studi Islam Fakultas Pertanian (FOSI FP)

sebagai Koordinator Keluarga Muda Jurusan pada Tahun 2010/2011, sebagai

Anggota Bidang Kaderisasi pada tahun 2011/2012, dan sebagai Kepala Bidang

Hubungan Masyarakat pada Organisasi yang sama pada tahun 2012/2013.

Penulis juga aktif pada Organisasi Bina Rohani Mahasiswa Universitas

(BIROHMAH) sebagai Keluarga Muda pada Tahun 2010/2011, dan sebagai

Anggota Bidang Kaderisasi, pada Organisasi yang sama pada tahun 2011/2012.

Penulis aktif sebagai Korps Muda pada Tahun 2010/2011, sebagai Staf

Kementerian Dalam Negri pada tahun 2011/2012, sebagai Staff Kementerian Luar

Negri pada tahun 2012/2013, dan sebagai Menteri Dalam Negeri pada tahun

2013/2014 pada Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U).

Tahun 2014/2015 penulis aktif pada Organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa

Universitas (DPM-U) sebagai Anggota Komisi 1 Kelembagaan, dan penulis aktif

pada Organisasi Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Universitas Lampung

(16)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5), Sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6), Maka apabila kamu telah selesai (dari

suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (7), dan

hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap (8).”

[QS. Al-Insyirah (94): 5-8]

Wahai Orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian “ Luaskanlah

tempat duduk “ di dalam Majlis-majlis maka luaskanlah (untuk orang lain), Maka

Allah SWT akan meluaskan untukkalian, dan apabila dikatakan “berdirilah kalian”

maka berdirilah,Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat, Allah maha mengetahui atas apa-apa

yang kalian kerjakan.

[ QS. Al-Mujadilah (58) : 11 ]

Jika hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup.

Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.

(17)

Dengan Menyebut nama Allah yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Kupersembahkan buah karya yang diiringi rasa syukur ini kepada Ayahanda Abdul Syukur (Alm.) dan Ibunda Rostini sebagai ungkapan rasa kasih sayang,

hormat dan baktiku kepada mereka yang kucintai karena Allah SWT.

Kakak dan abangku Novi Sriyati, Amd. Kep., Asmanoni, S.A.N., dan Ilham Kusuma, S.Hi., abang dan kakak iparku Muhammad Hilman, Amd. Kep., Asyil Aripatriansah, S.I.P., dan Lulu Susanti, serta keponakanku Dzaki, Azka dan Inara,

yang senantiasa mencurahkan

perhatian, kasih sayang dan menjadi warna dalam hidupku. Keluargaku yang tercinta.

Keluarga, sahabat seperjuangan, dan

Almamater Tercinta.

Doakan semoga ilmu yang kudapat ini mendapatkan keridhaan dari Allah SWT dan bermanfaat bagi ummat-Nya.

(18)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alaamiin segala puji bagi Allah SWT, Rabb yang telah

melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.Skripsi dengan judul “Keragaman Fenotipe dan

Heritabilitas Kedelai (Glycine max[L.] Merril) Generasi F6Hasil Persilangan

Wilis x Mlg2521” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Universitas Lampung.

Skripsi ini dalam penulisannya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik, koreksi, semangat, motivasi,

nasihat, dan kesabaran yang ikhlas tak terhingga saat membimbing dalam

penelitian ini dan penyelesaian skripsi.

2. Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan

ilmu pengetahuan, perhatian, pemikiran, nasihat, dan bimbingan yang sangat

membangun selama penulis melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

3. Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S., selaku Penguji yang telah memberikan

pengarahan, memberikan ilmu pengetahuan, kritik, dan saran dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

(19)

iii 5. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

6. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

7. Keluargaku tersayang Ayah (alm), Ibu, kedua kakakku, abangku, kedua abang

dan kakak iparku serta ketiga keponakanku atas dukungan, doa, semangat,

perhatian, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman satu penelitian Tibor Eka Saputra, S.P., Andika Putra, S.P.,

Yepi Yusnita, S.P., Tri Handayani, S.P., Susan Desi Liana Sari, S.P., Shinta

Anisa, S.P., Adawiah, S.P., Alamanda K. Fahri, S.P., Viska Nurisma, S.P.,

Tika Oktaviana, S.P., yang telah membantu dan terlibat dalam penelitian serta

memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

9. Sahabatku Tibor, S.P., Seta, S.P., Agus Paryanto, S.P., Adit, S.T.P., Wawan,

S.T.P., Rohmat, S.P.T., Kholis, S.P., Putra, S.T.P., Gusman, S.T.P., Taufik,

S.T.P., Deby, Yasin, Luthfi, Firman, terima kasih yang telah membantu dalam

penelitian, memberikan saran dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman Agroteknologi 2010 Kelas C, Ricky, Tibor, Roki, Restu,

Rusdiyan, Robi, Reza, Rudi, Ruby, Taufik, Aji, dan teman Agroteknologi

se-angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, April 2016

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Kerangka Pemikiran ... 5

1.4 Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tanaman Kedelai ... 9

2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai ... 9

2.1.2 Morfologi tanaman kedelai ... 10

2.1.3 Syarat tumbuh ... 12

2.2 Pemuliaan Tanaman Kedelai ... 12

2.2.1 Perakitan Varietas Unggul ... 12

2.2.2 Silsilah Genotipe ... 14

2.3 Keragaman ... 20

2.4 Heritabilitas... 22

III. BAHAN DAN METODE ... 27

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

3.2 Bahan dan Alat ... 27

3.3 Metode Penelitian ... 27

(21)

v

3.5 Pelaksanaan Penelitian ... 30

3.5.1 Persiapan lahan ... 30

3.5.2 Penanaman kedelai ... 31

3.5.3 Pemupukan ... 31

3.5.4 Perawatan dan pemeliharaan tanaman... 31

3.5.5 Pemanenan ... 32

3.5.6 Peubah yang diamati ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.1.1 Ragam fenotipe... 34

4.1.2 Ragam genotipe... 35

4.1.3 Nilai duga heritabilitas arti luas... 35

4.1.4 Nomor-nomor harapan kedelai genrasi F6hasil persilangan Wilis x Mlg2521 ... 36

4.2 Pembahasan ... 39

4.2.1 Keragaman fenotipe... 39

4.2.2 Keragaman genotipe... 41

4.2.3 Nilai duga heritabilitas arti luas... 43

4.2.4 Nomor-nomor harapan kedelai genrasi F6hasil persilangan Wilis x Mlg2521... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

PUSTAKA ACUAN ... 47

(22)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keragaman fenotipe hasil persilangan Wilis x Mlg2521... 18

2. Nilai duga Heritabilitas hasil persilangan Wilis x Mlg2521... 18

3. Ragam dan kriteria keragaman fenotipe populasi F6hasil persilangan

Wilis x Mlg2521... 34

4. Ragam dan kriteria keragaman genotipe populasi F6hasil persilangan

Wilis x Mlg2521... 35

5. Heritabilitas arti luas generasi F6hasil persilangan Wilis x Mlg2521.... 36

6. F6 hasil persilangan Wilis x Mlg2521yang hidup. ... 52

7. Data karakter umur berbunga dan umur panen. ... 55

8. Data karakter tinggi tanaman dan jumlah cabang produktif. ... 55

9. Data karakter total jumlah polong dan bobot 100 butir. ... 56

10. Data karakter bobot biji kering per tanaman dan jumlah biji

per tanaman. ... 56

11. Perhitungan F6ragam fenotipe karakter umur berbunga. ... 57

12. Perhitungan F6ragam fenotipe karakter umur panen. ... 60

13. Perhitungan F6ragam fenotipe karakter tinggi tanaman. ... 63

14. Perhitungan F6ragam fenotipe karakter jumlah cabang produktif. ... 66

15. Perhitungan F6ragam fenotipe karakter total jumlah polong. ... 69

(23)

vii 17. Perhitungan F6ragam fenotipe karakter bobot biji per tanaman. ... 75

18. Perhitungan F6ragam fenotipe karakter jumlah biji per tanaman. .... 78

19. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

umur berbunga. ... 81

20. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

umur panen. ... 82

21. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

tinggi tanaman. ... 83

22. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

jumlah cabang produktif. ... 84

23. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

total jumlah polong. ... 85

24. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

bobot 100 butir. ... 86

25. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

bobot biji per tanaman. ... 87

26. Perhitungan ragam fenotipe tetua Wilis dan Mlg2521karakter

jumlah biji per tanaman. ... 88

(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Silsilah generasi persilangan Wilis X Mlg2521berdasarkan bobot biji

per tanaman. ... 19

2. Tata letak penanaman benih F6hasil persilangan Wilis x Mlg2521. ... 28

3. Analisis boxplot untuk rata-rata bobot biji per tanaman. ... 37

4. Analisis boxplot untuk rata-rata bobot 100 butir. ... 38

(25)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman pangan yang berasal dari Cina. Indonesia mulai

membudidayakan kedelai pada abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk

hijau. Berdasarkan negara asalnya kedelai merupakan tanaman subtropis

sedangkan di Indonesia kedelai merupakan tanaman tropis sehingga ada

perbedaan lingkungan dari negara asalnya. Perbedaan kondisi lingkungan

tersebut antara lain yaitu adanya perbedaan intensitas cahaya matahari. Intensitas

cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, karena

intensitas cahaya matahari mempengaruhi proses fotosintesis.

Konsumsi kedelai di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya yang tidak

diiringi dengan peningkatan produksi kedelai. Menurut Badan Pusat Statistik

(2015) produksi kedelai di Indonesia berdasarkanARAM II 2015sebesar 982.967

ton dengan luas lahan 624.848 ha dan rata-rata produksi petani adalah 15,73

ku/ha. Produksi kedelai tersebut meningkat dari tahun 2014 sebesar 953.956 ton

dengan luas lahan 615.019 ha dan rata-rata produksi petani adalah 15,51 ku/ha.

Tahun 2015 kebutuhan kedelai nasional sebesar 2,54 juta ton, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan kedelai pemerintah melakukan impor kedelai sebanyak 1,54

(26)

2

rendah sehingga diperlukan berbagai usaha untuk dapat meningkatkan produksi

kedelai nasional.

Usaha peningkatan produksi dan kebutuhan kedelai di Indonesia telah dilakukan

baik melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Namun sampai sekarang Indonesia

masih tetap mengimpor kedelai. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan kedelai

dalam negeri terus meningkat, sementara produktivitas masih sangat rendah

(0,80-1,50 t/ha) (Fattah dkk., 2005). Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini

melalui penggunaan varietas unggul.

Kebutuhan kedelai yang meningkat setiap tahunnya menyebabkan poduksi kedelai

harus ditingkatkan. Terdapat berbagai cara untuk meningkatkan produksi kedelai,

salah satunya dengan cara pemuliaan tanaman yang bertujuan menghasilkan

varietas unggul. Menurut Barmawi (2007), salah satu usaha yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan produksi kedelai adalah penggunaan varietas unggul berdaya

hasil tinggi. Pemuliaan tanaman diperlukan dalam perakitan varietas unggul

kedelai. Langkah dalam perakitan varietas unggul dengan menyilangkan dua

tetua kedelai. Penggabungan sifat yang terjadi pada saat persilangan yang

dimiliki oleh masing-masing tetua dan dapat menjadi sumber yang menimbulkan

keragaman genetik pada keturunannya.

Dalam kegiatan pemuliaan tanaman seleksi merupakan hal yang penting. Supaya

seleksi efektif, perlu diestimasi besaran parameter genetik yaitu keragaman dan

nilai duga heritabilitas. Parameter genetik merupakan ciri dari suatu populasi

tanaman yang menentukan keefektifan seleksi. Menurut Bringgs dan Knowles

(27)

3

sebagai pertimbangan agar seleksi efektif dan efisien yaitu keragaman genotipe,

heritabilitas, korelasi, dan pengaruh dari karakter-karakter yang erat hubungannya

dengan hasil.

Keragaman yaitu perbedaan yang ditimbulkan dari suatu penampilan populasi

tanaman. Keragaman fenotipe adalah keragaman yang terjadi apabila tanaman

dengan kondisi genetik yang sama ditanam pada lingkungan yang berbeda

(Rachmadi, 2000).

Heritabilitas merupakan salah satu tongkat pengukur yang banyak digunakan

dalam pemuliaan tanaman. Heritabilitas menentukan keberhasilan seleksi karena

heritabilitas dapat memberikan petunjuk apakah suatu sifat lebih dipengaruhi oleh

faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas yang tinggi

menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu

sifat dibandingkan dengan faktor lingkungan (Knight, 1979).

Keragaman dan heritabilitas adalah parameter genetik yang penting dalam

menentukan keefektifan seleksi. Keragaman genetik yang luas dan nilai

heritabilitas yang tinggi merupakan salah satu syarat agar seleksi efektif (Hakim,

2010).

Pengujian generasi F4yang dilakukan oleh Barmawi dkk. (2013), menunjukkan

keragaman fenotipe yang luas pada semua karakter yang diamati. Nilai duga

heritabilitas yang termasuk kriteria sedang terdapat pada karakter tinggi tanaman

(28)

4

dan jumlah polong termasuk ke dalam kriteria rendah yakni 0,47—2,8% dan

bobot biji per tanaman memiliki kriteria tinggi yaitu 97,95%.

Hasil penelitian Adriani (2014), pada generasi F5hasil persilangan Wilis x

Mlg2521,menunjukkan bahwa keragaman fenotipe yang luas untuk karakter tinggi

tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong, bobot 100 butir, dan

bobot biji per tanaman, sedangkan untuk umur berbunga dan umur panen

termasuk kriteria sempit. Besaran nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat

pada umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang dan bobot 100

butir, sedangkan untuk karakter jumlah polong per tanaman dan bobot biji per

tanaman memiliki heritabilitas rendah (Adriani, 2014).

Pemuliaan kedelai tidak berbeda dengan pemuliaan tanaman lain. Persilangan

antar tetua bertujuan agar terjadi penggabungan sifat tetua yang disilangkan.

Penelitian ini persilangan dilakukan antara Wilis dan Mlg2521telah dilakukan dan

memasuki pengujian famili F6. Pengujian ini dilakukan untuk menseleksi

galur-galur kedelai dengan tujuan menghasilkan varietas baru agar masalah produksi

kedelai di Indonesia dapat diatasi.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Berapa nilai keragaman fenotipe kedelai generasi F6hasil persilangan

antara Wilis x Mlg2521?

2. Berapa nilai duga heritabilitas kedelai generasi F6hasil persilangan Wilis

(29)

5

3. Apakah terdapat nomor-nomor harapan generasi F6hasil persilangan Wilis

x Mlg2521?

1.2 TujuanPenelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah dapat disusun tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Mengestimasi nilai keragaman fenotipe kedelai generasi F6hasil persilangan

antara Wilis x Mlg2521.

2. Mengestimasi nilai duga heritabilitas kedelai generasi F6hasil persilangan

Wilis x Mlg2521.

3. Mengetahui nomor-nomor harapan generasi F6hasil persilangan Wilis x

Mlg2521.

1.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasaran teori yang telah dikemukakan, disusun kerangka

pemikiran untuk memberikan penjelasan terhadap perumusan masalah.

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang merupakan sumber protein

utama bagi masyarakat. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang

meningkat maka kebutuhan kedelai pun semakin meningkat dan tidak diiringi

dengan peningkatan produksi kedelai. Diperlukan program khusus peningkatan

produksi kedelai dalam negeri. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi

dan kualitas kedelai adalah melalui program pemuliaan tanaman dengan

(30)

6

Penelitian ini menyilangkan antara kedua tetua yaitu Wilis dan Mlg2521. Wilis

rentan terhadapsoybean stunt virus(SSV) namun memiliki daya hasil yang tinggi

sedangkan Mlg2521tahan terhadapsoybean stunt virus(SSV) namun memiliki

daya hasil yang rendah. Dari hasil persilangan tersebut diharapkan adanya

penggabungan sifat yang terbaik dari kedua tetuanya yaitu tahan terhadap SSV

dan memiliki daya hasil yang tinggi.

Hasil penelitian Yantama (2012), generasi F2hasil persilangan Wilis x Mlg2521

menunjukkan nilai keragaman fenotipe yang luas untuk karakter umur berbunga,

umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong per

tanaman, dan bobot biji per tanaman sedangkan bobot 100 butir termasuk ke

dalam kriteria sempit.

Penelitian Sari (2013) menyimpulkan bahwa generasi F3hasil persilangan Wilis x

Mlg2521menunjukkan nilai keragaman fenotipe yang luas untuk karakter umur

berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman,

dan bobot biji tanaman sedangkan umur panen dan bobot 100 butir termasuk

kriteria sempit.

Pengujian selanjutnya yaitu pada generasi F4dilakukan oleh Barmawi dkk. (2013)

menunjukkan bahwa nilai keragaman fenotipe yang luas untuk semua karakter

yang diamati. Penelitian Adriani (2014), generasi F5hasil persilangan Wilis x

Mlg2521menunjukkan bahwa nilai keragaman fenotipe yang luas untuk karakter

tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot 100

butir dan bobot biji per tanaman, sedangkan umur berbunga dan umur panen

(31)

7

Pengujian terhadap generasi F2yang dilakukan oleh Yantama (2012)

menunjukkan bahwa terdapat nilai heritabilitas yang tinggi untuk semua karakter

yang diamati yaitu pada umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah

cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot

100 butir.

Hasil penelitian Sari (2013) menunjukkan bahwa F3hasil persilangan Wilis x

Mlg2521memiliki besaran nilai heritabilitas dalam arti luas termasuk ke dalam

kriteria sedang sampai tinggi. Karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman

memiliki nilai heritabilitas dalam arti luas yang tinggi berkisar 0,84− 0,99

sedangkan untuk karakter umur panen dan bobot 100 butir memiliki nilai

heritabilitas dalam arti luas yang sedang berkisar 0,23–0,48.

Pengujian generasi F4,oleh Barmawi dkk. (2013) menunjukkan bahwa nilai

heritabilitas pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah

polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman adalah tinggi. Nilai duga

heritabilitas tanaman kedelai rendah terdapat pada karakter jumlah cabang

produktif dan bobot 100 butir menunjukkan nilai duga heritabilitas yang sedang.

Hasil penelitian Adriani (2014) menunjukkan bahwa generasi F5memiliki nilai

duga heritabilitas dalam arti luas. Heritabilitas yang tinggi terdapat pada beberapa

karakter yang diamati yaitu umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah

cabang, dan bobot 100 butir sedangkan untuk karakter jumlah polong per tanaman

(32)

8

Berdasarkan hasil pengujian masing- masing generasi terdapat genotipe yang

terpilih yang lebih baik daripada kedua tetuanya. Generasi F2terdapat 12 nomor

genotipe terpilih yang melebihi kedua tetuanya dan seluruh tanaman yang hidup.

Generasi F3terdapat 50 nomor genotipe terpilih yang melebihi kedua tetuanya

berdasarkan karakter bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir . Generasi F4

menghasilkan 15 nomor genotipe terpilih yang melebihi kedua tetuanya.

Selanjutnya generasi F5terdapat 16 nomor genotipe terpilih yang melebihi kedua

tetuanya.

Secara teori, generasi F6 mempunyai persentase homozigot tanaman yang tinggi

sebesar 96,87%. Peningkatan nilai persentase homozigot berhubungan dengan

penurunan persentase heterozigot tanaman apabila telah mencapai generasi lanjut.

Generasi F6diharapkan memiliki keragaman fenotipe yang sempit untuk semua

karakter yang diamati dan untuk nilai duga heritabilitas diharapkan memiliki nilai

yang tinggi. Selanjutnya diharapkan pada generasi F6juga akan terpilih

nomor-nomor harapan yang melebihi kedua tetuanya.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

1. Terdapat keragaman fenotipe generasi F6hasil persilangan antara Wilis x

Mlg2521sempit.

2. Nilai duga heritabilitas kedelai generasi F6hasil persilangan Wilis x Mlg2521

(33)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kedelai

2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai

Kedelai adalah tanaman pangan yang menjadi berbagai bahan dasar pembuatan

makanan di Asia Timur. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah

dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur (Padjar, 2010). Menurut

Sumarno dkk., (1990) yang dikutip oleh Cahyarini dkk. (2004), tanaman kedelai

(Glycine max(L.) Merill) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di

Indonesia. Namun tanaman ini bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia.

Diperkirakan kedelai diperkenalkan oleh pendatang Cina pada permulaan abad 18.

Oleh karena itu, keragaman genetik relatif sempit hanya terbatas karena adanya

seleksi alam dan adaptasi.

Adapun klasifikasi tanaman kedelai di dalam buku Rukmana (1996) dan Gembong

(2005) sebagai berikut:

Divisi :Spermatophyta Subdivisi :Angiospermae Klas :Dicotyledoneae Sub klas :Archihlahmydae Ordo :Rosales

Sub ordo :Leguminosineae Famili :Leguminoseae Sub famili :Papiolionaceae

Genus :Glycine

(34)

10

2.1.2 Morfologi tanaman kedelai

Kacang kedelai termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan). Pada akar

tanaman kedelai terdapat bintil-bintil akar berupa koloni bakteriRhizobium

japonicum. Bintil akar akan terbentuk sekitar 10—20 hari setelah tanam

(Suprapto, 2004). Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul

di atas tanah. Biji berwarna ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna

bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu sedangkan yang

berhipokotil hijau berbunga putih.

Kedelai merupakan tanaman dikotil semusim dengan percabangan sedikit dengan

sistem perakaran akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh

menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah, serta batang

berkambium dengan tinggi 30–100 cm. Cabang pada batang dapat terdiri dari 2–12

cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang atau

bahkan tidak bercabang sama sekali. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi

tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah.

Tanaman kedelai memiliki batang pendek (30 cm–100 cm), memiliki 3–6 cabang

dan berbentuk tanaman perdu. Pertanaman yang rapat seringkali tidak terbentuk

cabang atau hanya bercabang sedikit. Batang tanaman kedelai berkayu, biasanya

kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang dibudidayakan di musim hujan atau

tanaman yang hidup di tempat yang ternaungi (Pitojo, 2003).

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri atas tiga helai anak daun yang

(35)

11

bermacam-macam yaitu oval dan segitiga. Warna dan bentuk daun tergantung pada

varietas masing-masing (Pitojo, 2003).

Menurut Adisarwanto (2005), tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang

dominan, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi

yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Daun mempunyai bulu dengan

warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai

berkaitan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama

tertentu.

Bunga kedelai berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri atas kelopak, tajuk, benang

sari (anteredium) dan kepala putik (stigma). Warna mahkota bunga kedelai putih

atau ungu tergantung dari varietasnya. Bunga jantan pada kedelai terdiri atas

sembilan benang sari yang membentuk tabung benang sari. Bila bunga masih

kuncup, kedudukan kepala sari berada di bawah kepala putik, tetapi pada saat

kepala sari menjelang pecah tangkai sari memanjang sehingga kepala sari

menyentuh kepala putik yang menyebabkan terjadi pada saat bunga masih tertutup

menjelang mekar (Kasno dkk.,1992).

Benih kedelai memilki tipe perkecambahan epigeal yaitu pada saat berkecambah

kotiledon akan terangkat ke atas dan dari kotiledon akan keluar calon daun. Bentuk

biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, bundar, atau bulat agak pipih. Besar biji

bervariasi, tergantung dari varietasnya. Besar biji diukur dari bobot per 100 butir

biji kering. Kedelai berbiji kecil (6—10 g per 100 biji), berbiji sedang 13 g per 100

(36)

12

kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di antara

keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah

jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat

lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih (Suprapto, 2004).

2.1.3 Syarat tumbuh tanaman kedelai

Kedelai tumbuh baik pada dataran rendah dari 1 hingga 600 m diatas permukaan

laut, curah hujan antara 150-200 mm/bulan, suhu antara 30-150C pada berbagai

jenis tanah yang drainasenya baik. Iklim kering lebih cocok untuk tanaman kedelai

dibandingkan dengan iklim lembab. Tekstur tanahnya lempung berpasir dan liat,

struktur gembur, pH nya diantara 5,5-7, untuk optimal 6,8 (Nazar dkk., 2011).

Komponen lingkungan yang menjadi penentu keberhasilan usaha produksi kedelai

adalah faktor iklim (suhu, sinar matahari, curah hujan, distribusi hujan), dan

kesuburan fisika-kimia tanah, biologi tanah (solum, tekstur, pH, ketersediaan hara,

kelembaban tanah, bahan organik dalam tanah, drainase, aerasi tanah, serta mikroba

tanah) (Juwita, 2012).

2.2 Pemuliaan Tanaman Kedelai

2.2.1 Perakitan varietas unggul

Pemuliaan tanaman diartikan sebagai ilmu tentang perubahan–perubahan susunan

genetika sehingga diperoleh tanaman unggul baru yang menguntungkan manusia.

Hayes ddk. (1975) menyimpulkan bahwa tujuan dari pemuliaan tanaman adalah

untuk memperoleh varietas atau hibrida agar lebih efisien dalam penggunaan unsur

(37)

13

lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan, serangan hama dan penyakit, dan

sebagainya.

Menurut Mugiono (2010), tujuan pemulian tanaman adalah memperbaiki varietas

yang sudah ada untuk mendapatkan varietas yang lebih unggul. Galur-galur mutan

yang telah diciptakan oleh pemulia tanaman dikatakan berhasil apabila tanaman

tersebut dapat dilepas sebagai varietas unggul dan dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan pendapatan petani. Pada dasarnya pemuliaan tanaman adalah usaha

menciptakan keragaman genetik. Dengan keragaman genetik yang luas maka

pemulia tanaman dapat melakukan seleksi sesuai dengan tujuan pemuliaan yang

dilakukan

Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri akibat terjadi silang dalam yang

menyebabkan terjadi peningkatan jumlah individu-individu homozigot. Akibat

silang dalam terjadi fiksasi sifat-sifat keturunan atau di lain pihak terjadi pula

proses-proses penghanyutan genetik. Dalam beberapa generasi silang dalam,

populasi semula akhirnya terbagi-bagi ke dalam galur-galur. Keragaman yang

terbesar terlihat pada keragaman antargalur. Diantara galur-galur tersebut kini

merupakan kelompok-kelompok populasi yang secara genetik berbeda (Kasno dkk.,

1992).

Seleksi merupakan suatu proses pemuliaan tanaman dan merupakan dasar dan

seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan kultivar unggul baru. Tiga fase

penting dalam kegiatan pemuliaan tanaman yaitu: (1) menciptakan keragaman

(38)

14

gen-gen pengendali karakter yang diinginkan, dan (3) melepas genotipe/kultivar

terbaik untuk produksi tanaman.

2.2.2 Silsilah genotipe

Benih yang digunakan adalah benih yang berasal dari penelitian Maimun Barmawi,

Hasriadi Mat Akin, NyimasSa’diyah, Setyo Dwi Utomo dengan dibantu oleh

beberapa mahasiswa dari Jurusan Hama dan Penyakit tanaman dan Program Studi

Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan dari

tahun 2009 hingga saat ini. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan galur murni

yang tahan terhadapCowpea Mild Mottle Virus(CPMMV) yaitu galur Mlg2521.

Penelitian tersebut diawali dengan seleksi tetua yang tahan terhadapCowpea Mild

Mottle Virus(CPMMV) pada tahun 2011 (Fertani, 2001).

Pada tahun 2009 dilakukan persilangan antarvarietas Wilis dan galur Mlg2521oleh

Maimum Barmawi. Penanaman F1dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil

mata kuliah pemuliaan tanaman pada tahun 2011 di Laboratorium Lapangan

Terpadu Universitas Lampung. Diperoleh sebanyak 80 benih unggul yang akan

digunakan sebagai benih F2 yang selanjutnya ditanam oleh Yantama dan

Ardiansyah pada bulan November 2011 di Laboratorium Lapangan Terpadu

Universitas Lampung.

Persilangan antara Wilis x Mlg2521telah menghasilkan zuriat hingga generasi

ke-enam. Diharapkan pada generasi ini homozigositas lokus-lokus semakin meningkat

sehingga populasi tersebut lebih seragam. Seleksi dilakukan terhadap produksi biji

dan tidak dilakukan untuk ketahanan virus. Generasi F2 penelitian dilanjutkan

(39)

15

tersebut yaitu 7, 46, 31, 62, 58, 23, 10, 13, 74, dan 36. Dari nomor-nomor harapan

tersebut terpilih lalu dipilih tujuh nomor genotipe (peringkat pertama) yang

memiliki jumlah polong per tanaman 378 polong, bobot biji per tanaman 118,27 g,

dan jumlah biji 825 biji.

Hasil penelitian Yantama (2012) menunjukkan bahwa generasi F2hasil persilangan

Wilis x Mlg2521memiliki ragam fenotipe yang luas untuk umur berbunga, umur

panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan

bobot biji per tanaman sedangkan bobot 100 butir termasuk kriteria sempit.

Hasil penanaman generasi F2diperoleh 825 biji. Setelah dilakukannya pengacakan,

maka diperoleh 300 sampel benih yang akan ditanam sebagai populasi generasi F3

persilangan Wilis x Mlg2521. Pengujian ini dilakukan oleh Yurida Sari dan Tisa

Wulandari pada Oktober 2012 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas

Lampung.

Hasil penelitian Sari (2013) menunjukkan bahwa F3hasil persilangan Wilis x

Mlg2521memiliki keragaman fenotipe yang luas untuk umur berbunga, tinggi

tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per

tanaman sedangkan umur panen dan bobot 100 butir termasuk kriteria sempit.

Diperoleh nomor-nomor harapan dari penanaman generasi F3 yang diharapkan

akan menjadi genotipe yang unggul. Nomor-nomor genotipe tersebut yaitu 199, 24,

23, 178, 61, 22, 218, 277, 83, 143, 3, 21, 64, 261, 74, 75, 141, 104, 42, 160, 58,

(40)

16

103, 213, 7, dan 207. Bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir dari 50 genotipe

tersebut berturut-turut berkisar 27,5–73 g per tanaman dan 10,4–13,8 g.

Pengujian selanjutnya generasi F4dilakukan oleh Barmawi dkk. pada April 2013.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat 15 genotipe harapan yaitu nomor

genotipe 199, 24, 23, 83, 3, 64, 261, 141, 90, 192, 144, 44, 73, 61,1 dan 61,4 yang

nilai tengah bobot biji per tanaman yang lebih berat dan bobot 100 butir lebih besar

dibandingkan dengan kedua tetuanya. Generasi F4yang dilakukan oleh Maimun

Barmawi, Hasriadi Mat Akin dan Nyimas Sa’diyah terdapat keragaman fenotipe

yang luas pada semua karakter yang diamati.

Pengujian populasi generasi F5dilanjutkan oleh Adriani pada September 2013 di

Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung. Hasil penelitian

menunjukkan keragaman fenotipe yang luas pada semua karakter yang diamati.

Diperoleh 16 nomor harapan yang diharapkan yang unggul. Nomor-nomor harapan

tersebut adalah 7.199.4-14, 7.24.1.-2, 7.64.1-3, 7.90.2-1, 7.64.1-8, 7.144.2-3,

7.192.1-16, 7.199.4-1, 7.199.4-2, 7.199.4-15, 7.83.5-4, 7.23.3-3, 7.83.5-3,

7.83.5-1, 7.73.3-1, 7.192.1-15. Berdasarkan bobot biji pertanaman dan bobot 100

butir, 16 genotipe harapan baru tersebut memiliki kisaran 44,7—61,2 gram untuk

bobot biji pertanaman dan 10,2—14,5 gram untuk bobot 100 butirnya.

Nilai heritabilitas yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui kemiripan

antartetua dengan zuriat hasil persilangan. Nilai heritabilitas sangat dipengaruhi

oleh besarnya nilai ragam genetik untuk suatu sifat pada suatu populasi. Apabila

nilai heritabilitas tinggi, mengindikasikan bahwa sebagian besar keragaman

(41)

17

Pengujian generasi F2yang dilakukan oleh Yantama (2012) menunjukkan bahwa

terdapat nilai heritabilitas yang tinggi untuk semua karakter yang diamati yaitu

pada umur berbunga, tinggi tanaman, umur panen, jumlah cabang produktif, jumlah

polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir.

Hasil penelitian Sari (2013) menunjukkan bahwa F3hasil persilangan Wilis x

Mlg2521memiliki besaran nilai heritabilitas dalam arti luas termasuk ke dalam

kriteria sedang sampai tinggi. Karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman memiliki

nilai heritabilitas dalam arti luas yang tinggi berkisar 0,84− 0,99sedangkan untuk

karakter umur panen dan bobot 100 butir memiliki nilai heritabilitas dalam arti luas

yang sedang berkisar 0,23–0,48.

Pada generasi F4dilakukan oleh Barmawi dkk. pada April 2013 nilai heritabilitas

pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per

tanaman, dan bobot biji per tanaman adalah tinggi. Nilai duga heritabilitas tanaman

kedelai rendah terdapat pada karakter jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir

menunjukkan nilai duga heritabilitas yang sedang.

Hasil penelitian Adriani (2014) menunjukkan bahwa F5hasil persilangan Wilis x

Mlg2521memiliki nilai duga heritabilitas dalam arti luas. Heritabilitas yang tinggi

terdapat pada beberapa karakter yang diamati yaitu umur berbunga, umur panen,

tinggi tanaman, dan bobot 100 butir selanjutnya untuk karakter jumlah cabang dan

bobot biji per tanaman memiliki heritabilitas sedang dan untuk karakter jumlah

(42)

18

Data keragaman fenotipe dan heritabilitas hasil persilangan varietas Wilis dan

Mlg2521generasi F2-F5dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 sedangkan silsilah

genotipe dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Keragaman fenotipe hasil persilangan Wilis x Mlg2521.

Generasi/Karakter F2 F3 F4 F5

Umur Berbunga Luas Luas Luas Sempit

Umur Panen Luas Sempit Luas Sempit

Tinggi Tanaman Luas Luas Luas Luas

Jumlah Cabang Produktif Luas Luas Luas Luas

Total Jumlah Polong Luas Luas Luas Luas

Bobot 100 butir Sempit Sempit Luas Luas

Bobot biji per tanaman Luas Luas Luas Luas

Sumber: F2(Yantama, 2012) ; F3(Sari, 2013) ; F4(Barmawi dkk., 2013) ; F5

(Adriani, 2014).

Tabel 2. Nilai duga heritabilitas hasil persilangan Wilis x Mlg2521.

Generasi/Karakter F2 F3 F4 F5

Umur Berbunga Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Umur Panen Tinggi Sedang Tinggi Tinggi

Tinggi Tanaman Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Jumlah Cabang Produktif Tinggi Tinggi Rendah Sedang

Total Jumlah Polong Tinggi Tinggi Tinggi Rendah

Bobot 100 butir Tinggi Sedang Sedang Tinggi

Bobot biji per tanaman Tinggi Tinggi Tinggi Sedang

Sumber: F2(Yantama, 2012) ; F3(Sari, 2013) ; F4(Barmawi dkk., 2013) ; F5

(43)

19

Wilis X Mlg2521

Persilangan Wilis dengan Mlg2521dilakukan pada kegiatan Praktikum Pemuliaan Tanaman

tahun 2009.

Benih F1

Didapatkan 4 benih hasil persilangan.

Tanaman F1

Dari 4 benih berhasil ditanam 1 tanaman F1tahun 2011.

Benih F2

Didapatkan 88 benih

Tanaman F2

Ditanam 88 tanaman, dengan nomor urut 1—88 (Yantama, 2012)

Benih F3

Dipilih secara acak 300 benih dari tanaman No. 7 (peringkat 1) dari tanaman F1

Tanaman F3

Ditanam 300 tanaman dengan nomor urut 1—300 (Sari, 2013)

Benih F4

Dipilih 25 nomor terbaik yaitu,218, 192, 56, 83, 44, 22, 82, 144, 24, 199, 122, 73, 141, 23, 75, 57, 90, 3, 52, 21, 140, 64, 176, 42, 261.

Tanaman F4

Ditanam 20 tanaman per nomor dari benih F4(Barmawi dkk., 2013)

Benih F5

Dipilih 15 nomor terbaik yaitu, 3-3, 144-2, 192-1, 64-1, 141-5, 23-3, 199-4, 73-3, 83-5, 261-1, 90-2, 24-1, 61-4, 61-1, 44-3.

Tanaman F5

Ditanam 20 tanaman per nomor tanaman (Andriani, 2014)

Benih F6

Dipilih 10 nomor terbaik yaitu, 144-2-3, 199-4-2, 73-3-12, 24-1-2, 83-5-4, 83-5-3, 64-1-3, 64-1-8, 199-4-14, 192-1-16.

Tanaman F6

Ditanam 20 tanaman per nomor harapan dengan penulisan nomor memuat semua nomor harapan dari generasi F2, F3, F4, dan F5secara berurutan, yaitu 7-144-2-3, 7-199-4-2,

7-73-3-12, 7-24-1-2, 7-83-5-4, 7-83-5-3, 7-64-1-3, 7-64-1-8, 7-199-4-14, dan 7-192-1-16 (Putra, 2015)

Benih F7

Dipilih 11 nomor terbaik yaitu, 192-1-16-2, 192-4-2-2,24-1-2-1, 144-2-3-2, 83-5-4-1, 7-64-1-3-1, 7-199-4-14-14, 7-64-1-8-3, 7-199-4-2-1,7-83-5-3-14, 7-64-1-8-4.

Tanaman F7

Ditanam 20 tanaman per nomor harapan dengan penulisan nomor memuat semua nomor harapan dari generasi F2, F3, F4, F5dan F6secara berurutan, yaitu 7-192-1-16-2,

7-192-4-2-2,7-24-1-2-1, 7-144-2-3-2, 7-83-5-4-1, 7-64-1-3-1, 7-199-4-14-14, 7-64-1-8-3, 7-199-4-2-1,7-83-5-3-14, dan 7-64-1-8-4 (Handayani dan Oktaviana, belum publikasi).

Gambar 1. Silsilah generasi persilangan Wilis X Mlg2521berdasarkan bobot biji per

(44)

20

2.3 Keragaman

Parameter genetik terdiri atas keragaman, nilai duga heritabilitas dan kemajuan

seleksi. Keragaman genetik adalah suatu besaran yang mengukur variasi

penampilan yang disebabkan oleh komponen-komponen genetik. Penampilan suatu

tanaman dengan tanaman lainnya pada dasarnya akan berbeda dalam beberapa hal.

Dalam suatu sistem biologis, keragaman (variabilitas) suatu penampilan tanaman

dalam populasi dapat disebabkan oleh variabilitas genetik penyusun populasi,

variabilitas lingkungan, dan variabilitas interaksi genotipe x lingkungan (Rachmadi,

2000).

Menurut Crowder (1997), keragaman genetik terjadi karena pengaruh gen dan

interaksi gen-gen yang berbeda-beda dalam suatu populasi. Keragaman genetik

terjadi akibat setiap populasi tanaman mempunyai karakter genetik yang berbeda.

Keragaman genetik tanaman dapat terlihat jika ditanam pada lingkungan yang

sama, sedangkan keragaman fenotipe adalah keragaman yang terjadi apabila

tanaman dengan kondisi genetik yang sama ditanam pada lingkungan yang berbeda.

Keragaman yang terdapat dalam suatu jenis tanaman disebabkan oleh dua faktor

keragaman yang disebabkan oleh lingkungan dan keragaman yang disebabkan oleh

sifat-sifat yang diwariskan atau genetik. Jika keragaman penampilan suatu karakter

tanaman terutama disebabkan oleh faktor genetik maka sifat tersebut akan

diwariskan pada generasi selanjutnya (Rachmadi, 2000).

Pada penelitian Jambormias (2007), ragam fenotipe generasi seleksi F6hasil

(45)

21

tetua untuk sifat umur panen, jumlah cabang, jumlah buku, jumlah buku subur,

jumlah polong, jumlah polong bernas, jumlah biji, jumlah biji bernas, ukuran biji

dan produksi biji sedangkan jumlah cabang relatif sama dengan ragam gabungan

kedua tetua. Penguraian ragam fenotipe atas ragam genotipe dan ragam lingkungan

menghasilkan ragam genotipe yang cukup besar sampai sangat besar untuk semua

sifat kecuali jumlah cabang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingginya

ragam fenotipe disebabkan oleh tingginya ragam genotipe.

Keragaman genetik terjadi akibat setiap populasi tanaman mempunyai karakter

genetik yang berbeda. Keragaman genetik tanaman dapat terlihat apabila tanaman

ditanam pada lingkungan yang sama sedangkan keragaman fenotipe yaitu

keragaman yang terjadi apabila tanaman dengan kondisi genetik yang sama ditanam

pada lingkungan yang berbeda.

Keragaman dan heritabilitas tanaman dapat diketahui melalui pengamatan karakter

tanaman. Karakter tanaman tersebut secara umum terbagi menjadi dua, yaitu

karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif merupakan

karakter-karakter yang perkembangannya dikondisikan oleh aksi gen atau gen-gen yang

memiliki sebuah efek yang kuat atau dikendalikan oleh sedikit gen, seperti warna

bunga, bentuk bunga, bentuk buah, bentuk daun, dan bagian tanaman lain.

Karakter kuantitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen-gen

yang masing-masing berkontribusi terhadap penampilan atau ekspresi karakter

kuantitatif tertentu, seperti tinggi tanaman, jumlah butir benih, hasil, dan lain

(46)

22

2.4 Heritabilitas

Terdapat dua tipe heritabilitas yaitu heritabilitas arti luas dan heritabilitas

arti sempit. Heritabilitas arti luas merupakan proporsi ragam genetik total

terhadap ragam fenotipe sedangkan heritabilitas arti sempit merupakan proporsi

ragam aditif terhadap ragam fenotipe. Nilai heritabilitas dapat diduga secara

langsung melalui pendugaan komponen ragam serta secara tidak langsung melalui

regresi antara tetua dan turunannya serta respons seleksi. Pendugaan komponen

ragam dapat dilakukan dengan menggunakan populasi dari berbagai rancangan

persilangan (Roy, 2000).

Nilai duga heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara ragam

genetik dan ragam fenotipe yang menunjukkan besarnya proporsi faktor genetik

dalam fenotipe suatu karakter tanaman (Fehr, 1987). Apabila nilai heritabilitas

sama dengan 1 berarti keturunan memiliki nilai fenotipik yang sama dengan

rata-rata tetua, nilai heritabilitas 0,5 berarti untuk setiap penambahan satu unit fenotipik

dari nilai tengah tetua hanya dapat diharapkan terjadi penambahan 0,5 unit pada

keturunannya (Stansfield, 1991).

Menurut Rachmadi (2000), konsep heritabilitas mengacu pada peranan faktor

genetik dan lingkungan terhadap pewarisan suatu karakter tanaman. Lebih lanjut

pendugaan heritabilitas suatu karakter akan sangat terkait dengan faktor

lingkungan. Faktor genetik tidak akan mengekspresikan karakter yang diwariskan

apabila faktor lingkungan yang diperlukan tidak mendukung ekspresi gen dari

(47)

23

mampu menjelaskan pewarisan suatu karakter apabila gen pengendali karakter

tersebut tidak terdapat pada populasi tersebut.

Heritabilitas dapat dijadikan landasan dalam menentukan program seleksi. Seleksi

pada generasi awal dilakukan bila nilai heritabilitas tinggi, sebaliknya jika rendah

maka seleksi sampai generasi lanjut akan berhasil karena peluang terjadi

peningkatan keragaman dalam populasi (Falconer, 1970). Dalam hubungannya

dengan seleksi adalah jika heritabilitasnya rendah maka metode seleksi yang cocok

diterapkan adalah metodepedigri, metode penurunan satu biji (singlet seed

descent), uji kekerabatan (sib test) atau uji keturunan (progeny test), bila nilai

heritabilitas tinggi maka metode seleksi massa atau galur murni. Lebih lanjut

Dahlan dan Slamet (1992) menyatakan bahwa heritabilitas menentukan kemajuan

seleksi, makin besar nilai heritabilitas makin besar kemajuan seleksi yang diraihnya

dan makin cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya semakin rendah nilai

heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama

varietas unggul baru diperoleh.

Menurut Rachmadi (2000), besarnya nilai heritabilitas suatu karakter dalam

populasi tergantung dari beberapa hal:

1. Karakteristik populasi

Pendugaan heritabilitas suatu karakter dipengaruhi oleh besaran nilai varians

genetik yang ada di dalam populasi. Suatu populasi yang berasal dari turunan tetua

yang berkerabat jauh akan memberikan harapan varians genetik yang lebih besar

(48)

24

menyerbuk sendiri juga mempengaruhi besaran nilai varians genetik dalam

populasi.

2. Sampel genotipe yang dievaluasi

Jumlah segregasi gen yang mungkin timbul dalam suatu populasi sangat tergantung

kepada konstitusi gen yang mengendalikannya. Konstitusi gen kuantitatif akan

memberikan jumlah segregasi yang sangat besar sehingga akan memberikan nilai

duga varians genetik besar yang mengarah kepada diperolehnya pendugaan nilai

heritabilitas yang besar. Hal tersebut ada kemungkinan tidak akan tercapai apabila

jumlah sampel tanaman yang dievaluasi terbatas, sehingga menyebabkan hilangnya

beberapa komponen segregasi gen yang terlibat dalam analisis ini.

3. Metode Penghitungan

Pendugaan nilai heritabilitas suatu karakter dapat diperoleh melalui beberapa

metode penghitungan yang memberikan nilai pendugaan yang berbeda.

Penggunaan metode disesuaikan dengan karakteristik populasinya, ketersediaan

materi genetiknya, atau tujuan pendugaannya.

4. Keluasan evaluasi genotipe

Keluasan evaluasi genotipe tanaman didasarkan pada suatu spesies didasarkan pada

penampilan masing-masing individu tanaman atau terhadap penampilan rata-rata

keturunan dari genotipe-genotipe yang dievaluasi dalam satu atau lebih ulangan,

lokasi, dan musim.

5. Ketidakseimbangan pautan

Dua alel pada suatu lokus dapat terpaut (linked) secaracoupling(AB/ab) atau

(49)

25

ketidakseimbangan pautan apabila frekuensi pautancouplingdanrepulsiontidak

seimbang.

6. Pelaksanaan percobaan

Dalam suatu desain percobaan, peranan faktor lingkungan ditunjukkan oleh

komponen galat percobaan. Besaran nilai galat percobaan menyebabkan

menurunnya pendugaan varians genetik suatu karakter. Pengaruh faktor

lingkungan yang besar secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya nilai

duga heritabilitas suatu karakter.

Pada penelitian Jambornias dkk., tahun 2004 tentangKeragaan, keragaman genetik

dan heritabilitas sebelas sifat kuantitatif kedelai pada generasi seleksi F5

persilangan varietas Slmet x Nakhonsawanmelaporkan bahwa analisis silsilah nilai

heritabilitas berbasis informasi kekerabatan memperlihatkan reduksi nilai

heritabilitas antarfamili dan intrafamili yang berkisar antara sedang hingga tinggi

untuk hampir semua sifat pada generasi seleksi F4ini menunjukkan telah terjadi

penurunan heterozigositas dan fiksasi gen pada sebagian famili generasi seleksiF5.

Nilai heritabilitas pada populasi F2hasil persilang an Willis x Mlg2521menunjukkan

heritabilitas dalam arti luas yang tinggi berkisar 0,52-0,97 menunjukkan bahwa

karakter tersebut lebih banyak dikendalikan oleh faktor genetik daripada faktor

lingkungan (Suharsono dkk., 2006; Suprapto dan Kairudin, 2007). Nilai

heritabilitas yang tinggi dari karakter-karakter yang diamati mengindikasikan

bahwa seleksi dapat diterapkan secara efisien pada karakter tersebut (Yantama,

(50)

26

Heritabilitas merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu genotipe populasi tanaman dalam mewariskan karakteristik yang

dimiliki. Pendugaan nilai heritabilitas suatu karakter sangat terkait dengan faktor

lingkungannya. Faktor genetik tidak akan mengekspresikan karakter yang

diwariskan apabila faktor lingkungan tidak mendukung. Sebaliknya, sebesar

apapun manipulasi yang dilakukan terhadap faktor lingkungan tidak akan mempu

mewariskan suatu karakter yang diinginkan apabila gen pengendali karakter

tersebut tidak ada (Rachmadi, 2000).

Heritabilitas didasarkan pada jumlah variasi fenotipik dalam sekelompok individu

yang disebabkan oleh variasi genetik. Gen memainkan peran dalam pengembangan

dasar semua sifat organisme. Meskipun demikian, variasi dari suatu sifat dalam

populasi sepenuhnya disebabkan variasi lingkungan atau variasi genetik atau

kombinasi dari keduanya (Brooker, 2009).

Seleksi akan lebih efektif jika karakter yang menjadi target seleksi memiliki nilai

heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas sangat penting dalam menentukan metode

seleksi dan pada generasi mana sebaiknya karakter yang diinginkan diseleksi

(Herawati dkk., 2009). Heritabilitas adalah suatu parameter genetik yang

mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman untuk mewariskan

karakteristik-karakteristik yang dimiliki. Mc.Whirter (1979), membagi nilai

heritabilitas arti luas menjadi tiga kelas yaitu heritabilitas tinggi apabila nilai H >

0,5; heritabilitas sedang apabila nilai 0,2≤ H ≤ 0,5; heritabilitas rendah apabila

(51)

2

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Maret—Juni 2014 di Lahan Praktikum

Politeknik Negeri Lampung (Polinela), Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa,

Kota Bandar Lampung dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Benih dan

Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah koret, kamera, cangkul, meteran,

gunting, golok,hand sprayer, palu, ember, selang, dan timbangan analitik. Bahan

yang digunakan antara lain, 40 butir/ nomor harapan masing-masing dari 10 galur

harapan famili F6hasil persilangan Wilis dengan Mlg2125, 40 butir benih tetua

Wilis, 40 butir benih tetua Mlg2125, Furadan 3G (bahan aktif Karbofuran), Regent

(fipronil 50 g/l), Decis (deltametrin 25 g/l), air, pupuk Urea (50 kg/ha), SP36 (100

kg/ha), KCl (100 kg/ha), dan pupuk kandang (10 ton/ha).

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan tunggal terstruktur bersarang.

Rancangan percobaannya adalah rancangan kelompok teracak sempurna dengan

pengelompokan berdasarkan posisi/letak penanaman karena adanya naungan

(52)

28

cm dan 50 cm antargenotipe. Setiap petak tersebut terdapat 12 genotipe (12 baris),

setiap genotipe terdapat 20 tanaman. Jarak antar-ulangan 1 meter. Nomor-nomor

kedelai terpilih ditanam pada petak percobaan dengan tata letak seperti pada

Gambar 2.

Gambar 2. Tata letak percobaan di lapangan

3.4 Analisis Data

Olah data pada penelitian ini tidak menggunakan analisis ragam karena tidak

adanya ulangan kedua pada data penelitian ini. Pada awalnya penelitian

dilakukan dengan dua ulangan, akan tetapi karena benih yang digunakan tidak

semuanya berhasil tumbuh sehingga hanya didapatkan data untuk satu ulangan.

Benih yang ditanam sebanyak 480 butir namun hanya tumbuh sebanyak 184

tanaman sehingga sejumlah 38,33% benih yang tidak tumbuh. Hal ini terjadi

karena benih yang ditanam relatif banyak yang busuk akibat terserang jamur yang

(53)

29

terbawa benih akibat penanganan pascapanen yang kurang baik oleh peneliti

sebelumnya. Oleh karena itu analisis data di bawah ini menggunakan rumus

untuk data yang hanya memiliki satu ulangan.

Ragam genetik ( 2 g

σ ) diduga dengan rumus:

2

Ragam lingkungan ( ) ditentukan dengan rumus :

n

1 p1 +

n

2 p2

=

n

1+

n

2

Keterangan:

p1 = simpangan baku tetua 1

p2 = simpangan baku tetua 2 n1+n2 = jumlah tanaman tetua

(Suharsono dkk., 2006).

Ragam fenotipe ( 2

f

σ ) diduga dengan rumus:

2

Suatu populasi berbagai karakter tanaman dikatakan memiliki nilai keragaman

fenotipe dan keragaman genetik termasuk ke dalam kriteria luas apabila nilai

ragam fenotipe dan genetiknya lebih besar dua kali simpangan baku, dan

(54)

30

kecil dua kali simpangan baku (Anderson dan Bancroft, 1952 dikutip oleh

Wahdah, 1996).

Nilai heritabilitas dalam arti luas (HL) diestimasi dengan rumus:

HL= 2 100%

HL = heritabilitas arti luas

= ragam genetik

= ragam fenotipe

Besaran nilai duga heritabilitas menurut Mendez-Natera dkk. (2012) adalah

sebagai berikut:

Heritabilitas tinggi apabila H≥ 50% atau H ≥ 0,5

Heritabilitas sedang apabila 20% < H < 50% atau 0,2 < H < 0,5

Heritabilitas rendah apabila H≤ 20% atau H ≤ 0,2

Nomor harapan dipilih dengan menggunakan analisisBoxplot. Dari hasil analisis

tersebut nomor genotipe tanaman yang terpilih adalah yang memiliki nilai tengah

bobot biji per tanaman, bobot 100 butir, dan jumlah biji per tanaman yang

melebihi nilai tengah tetua Wilis dan Mlg2521

3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Tanah dicangkul kemudian

dicampur denga pupuk kandang secara merata untuk meningkatkan kesuburan

(55)

31

3.5.2 Penanaman Kedelai

Penanaman kedelai sebanyak 24 baris dengan jumlah lubang per baris sebanyak

20 lubang. Pertama-tama benih direndam dengan Hormax (zat pengatur tumbuh

yang mengandung auksin, sitokinin, giberelin, etilena dan asam absisat) dengan

konsentrasi 5 ml per 2 liter air selama 20 menit. Kemudian benih ditanam dengan

jarak tanam 20 cm x 50 cm. Saat penanaman, terlebih dulu ditaburkan Furadan

pada lubang tanam, kemudian benih. Tetua Wilis x Mlg2521ditanam pada baris

terluar pada kedua petak percobaan. Nomor-nomor genotipe kedelai terpilih

ditanam pada petak percobaan setelah dilakukan pengacakan.

3.5.3 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua minggu setelah tanam (MST). Dosis pupuk adalah

50 kg/ha Urea, 100 kg/ha KCl, dan 100 kg/ha SP36. Tiap-tiap tanaman

mendapatkan 1,25 gram untuk masing-masing pupuk KCl dan SP36. Khusus

untuk pupuk Urea diberikan dua kali pada 2 MST dan saat masuk umur berbunga,

tiap tanaman mendapat 0,63 gram setiap aplikasi.

3.5.4 Perawatan dan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan mulai dari penyulaman sampai dua minggu

setelah tanam, penyiraman dengan gembor atausprinkle, penyiangan gulma

secara mekanik, penyemprotan Regent (fipronil 50 g/l), dan Decis (deltametrin 25

g/l) dengan dosis anjuran pada label kemasan. Penyiraman dilanjutkan sesuai

dengan kondisi tanaman dan dilakukan setiap minggu sekali saat memasuki fase

(56)

32

3.5.5 Pemanenan

Pemanenan dilakukan saat semua polong kedelai masak, yaitu berwarna kuning

kecoklatan. Pemanenan juga dilakukan setelah daun kedelai menguning

kecoklatan. Panen dilakukan dengan mencabut semua tanaman dan diletakkan

pada wadah yang telah disiapkan.

3.5.6 Peubah yang diamati

Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman. Peubah-peubah yang diamati sebagai

berikut:

1. Umur Tanaman Berbunga

Umur tanaman berbunga dihitung sejak hari tanam hingga tanaman mencapai

50% berbunga dalam setiap baris. Umur tanaman berbunga dihitung masing

masing barisan nomor-nomor kedelai pada ulangan 1 dan 2.

2. Umur Panen

Umur panen tanaman kedelai dihitung sejak hari penanaman hingga tanaman

kedelai setiap barisnya mencapai 50% sudah siap panen.

3. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran setelah tanaman dipanen.

4. Jumlah Cabang Produktif

Jumlah cabang produktif yang dihitung adalah jumlah cabang yang menghasilkan

(57)

33

5. Total Jumlah Polong

Total jumlah polong isi yang dihitung adalah semua polong isi bernas yang

terdapat pada setiap tanaman kedelai.

6. Bobot 100 Butir

Bobot 100 butir biji ditimbang setelah dijemur di bawah sinar matahari selama

beberapa hari dengan timbangan Digital Counting Scale.

7. Bobot Biji kering per Tanaman

Bobot biji kering per tanaman diukur dengan menimbang semua biji per tanaman

menggunakan timbangan elektrik dalam satuan gram.

8. Jumlah Biji per Tanaman

Jumlah biji per tanaman dihitung dari setiap tanaman kedelai yang menghasilkan

(58)

✁ ✂

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Keragaman fenotipe populasi F6untuk karakter umur berbunga, umur

panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong per

tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman, dan jumlah biji per

tanaman termasuk ke dalam kriteria luas.

2. Besaran nilai duga heritabilitas populasi F6untuk karakter umur berbunga,

umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong

per tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman, dan jumlah biji per

tanaman termasuk ke dalam kriteria tinggi.

3. Nomor genotipe F6harapan yaitu 7-64-1-8 dan 7-64-1-3.

5.2 Saran

Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan dengan uji multilokasi

dan multimusim untuk memastikan terbentuknya varietas unggul baru yang

(59)

✄7

PUSTAKA ACUAN

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai: Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hlm.

Adriani, N. 2014. Seleksi nomor-nomor harapan kedelai (Glycine max[L.] Merrill) Famili F5hasil persilangan antara Wlis x Mlg2521.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung. 61 hlm.

Allard., R.W. 2005. Principle of Plant Breeding. John Wiley and Son. New York. P. 485.

Aryana, I.G.P. M. 2007. Uji keseragaman, heritabilitas dan kemajuan genetik galur padi beras merah hasil seleksi silang balik di lingkungan gogo. Universtitas Mataram.Agroteknologi. 3 (1): 12-19.

Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Universitas Padjajaran. Bandung. 91 hlm.

Barmawi, M. 2007. Pola segregasi dan heritabilitas sifat ketahanan kedelai terhadap Cowppea Mild Mottle Virus populasi Wilis x Mlg 2521. J.HPT Tropika.7(1):48-52.

Barmawi, M., H.M. Akin, danN. Sa’diyah. 2013. Perakitan Varietas unggul kedelai yang tahan terhadap soybean stunt virus dan soybean mosaic virus. Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional tahun ke-2. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi padi, jagung, dan kedelai. (Angka Ramalan II Tahun 2015). Berita Resmi Statistik. No. 62/07/ Th. XVIII. 156 hlm.

Brooker, J. R. 2009. Genetics, Analysis and Principles. The Mc Graw-Hill. Companies, Inc. University of Minnesota: Minneapolis. P.844.

Cahyarini, R.D., A. Yunus, dan E. Purwanto. 2004. Identifikasi keragaman genetik beberapa varietas lokal kedelai di jawa berdasarkan analisis isozim. Agrosains.6 (2):79–83.

Gambar

Tabel 1. Keragaman fenotipe hasil persilangan Wilis x Mlg2521.
Gambar 1. Silsilah generasi persilangan Wilis X Mlg2521 berdasarkan bobot biji pertanaman.
Gambar 2.Ulangan 1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran ganda ibu rumah tangga dalam menigkatkan kesejateraan keluarga di desa Allude kecamatan Kalongan kabupaten

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan tingkat efektivitas antara model

Hasil Belajar siswa kelas V SD Negeri Sampaka dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia melalui pembelajaran metode diskusi kelompok secara efektif mengalami

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model pembelajaran CTL Berbantuan Media LKS dalam proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan

Akar wangi dan sereh wangi dengan dosis 5-20% pada formulasi larutan (ekstrak) mempunyai toksisitas kontak dan pakan terhadap hama bubuk ( Sitophilus spp.) pada

c) fungsi Akuntansi dan Seksi Pembukuan Pelaporan; d) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan dan Penagihan; dan e) arsip. 2) Selanjutnya setelah SSPD dan bukti setoran bank/slip

[r]

Konsep penataan PKL juga ber- tujuan menekan pertumbuhan PKL menjadi zero growth. Artinya, setelah program penataan dilakukan, pemerintah tidak menghendaki munculnya PKL baru