• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA INDONESIA : ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI TEMPE SKALA MIKRO DI KOTA BANDAR LAMPUNG BAHASA INGGRIS : THE ANALYSIS OF INPUTS FACTORS OF THE TEMPE PRODUCTION FOR SMALL SCALE FIRM in Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHASA INDONESIA : ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI TEMPE SKALA MIKRO DI KOTA BANDAR LAMPUNG BAHASA INGGRIS : THE ANALYSIS OF INPUTS FACTORS OF THE TEMPE PRODUCTION FOR SMALL SCALE FIRM in Bandar Lampung"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI TEMPE SKALA MIKRO DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi Kasus Di Kelurahan Gunung Sulah)

Oleh Fatma Astria

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tempe di Kota Bandar Lampung. Data penelitian ini diperoleh dari kuisioner (primer) dan beberapa observasi serta wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan produksi industri tempe yang ada di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,766433 yang berarti bahwa sekitar 76% produksi industri tempe dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel (modal, bahan baku, dan tenaga kerja) dan sisanya sebesar 24% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model. Secara parsial variabel modal (X1) berpengaruh

signifikan, variabel bahan baku (X2) berpengaruh signifikan, serta variabel tenaga kerja (X3) berpengaruh signifikan terhadap produksi industri tempe skala mikro di Kota Bandar Lampung.

(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF INPUTS FACTORS OF THE TEMPE PRODUCTION FOR SMALL SCALE FIRM in Bandar Lampung

(Case Study in Kelurahan Gunung Sulah)

Oleh Fatma Astria

This study aims to analyze the inputs factors that affecting the production of tempe in Bandar Lampung. The research data was obtained from questionnaires (primary) and some observations as well as interviews with the parties directly related to the production of soybean industry in the city of Bandar Lampung. The results showed that the value of R square of adjusted 0.766433 which means that about 76,64% of industrial production tempe jointly influenced by variables (capital, raw materials, and labor aga ten) and the remaining 23,36% is influenced by other variables that are not described in the model. The variable of capital variable (X1) significantly, variable raw material (X2) have a significant effect, as well as the labor variable (X3) a significant effect on the micro-scale industrial production of tempe in Bandar Lampung.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Januari 1990, merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Bambang Budiyono, S.Pd. dan

Ibu Maria Suhartini.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Tanjung Gading Bandar

Lampung pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP N 4

Bandar Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas SMA N 4 Bandar

Lampung tahun 2008.

Dan pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi

(8)

MOTO

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat

meminta dan memohon.

Jadi Diri Sendiri, Cari Jati Diri, And Dapetin Hidup Yang Mandiri Optimis, Kaena Hidup Terus Mengalir Dan Kehidupan Terus Berputar Sesekali Liat Ke Belakang Untuk Melanjutkan Perjalanan Yang Tiada Berujung

“ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “ ( FATMA ASTRIA )

(الإسراء : ٣ ) Artinya : “ Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar tentram hatimu karenanya.

Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang

Artinya : “Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(Depag RI, 1989 : 421)

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“ Keajaiban ada bukan hanya dengan menunggu,

Tetapi kita bisa menemuinya di setiap menit, Dengan doa dan usaha.”

(9)

PERSEMBAHAN

Sebagai wujud bhaktiku, teruntuk kedua orang tuaku

yang selalu mendoakan keberhasilanku disetiap sujudnya,

mencurahkan kasih sayangnya, merangkul aku dengan segenap jiwa dan raganya

ketika aku lelah dan semangatku patah untuk meneruskan perjuangan.

(Bambang Budiyono, S.Pd. dan Maria Suhartini)

Saudara-saudaraku serahim, senyum kalian adalah kebahagiaan dan motivasiku,

Keberadaan kalian di sisiku adalah saat-saat terindah yang mewarnai hidupku.

Terimakasih atas doa sehingga memotivasi penulis menjadi orang yang sukses.

(Barata Tunggal, Amd. dan Dimas Ganda Kesuma, S.Ip.)

Guru-guruku yang dengan sabar mengajari aku mengenal sebuah huruf dan pada

akhirnya menjadi kata dan kalimat. Ilmu yang engkau berikan akan selalu

mengalir dan akan mengubah segalanya menjadi lebih baik lagi.Terimakasih atas

ilmu yang telah engkau berikan yang telah ikhlas membimbing hingga saya

menjadi seperti ini.

Almamater tercinta yang selalu aku banggakan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirrabbil „alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor

Produksi Pada Industri Tempe Skala Mikro Di Kota Bandar Lampung”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya, terlepas dari segala

kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang siftnya membangun sehingga dapat dijadikan konstribusi

dalam perbaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi .

2. Bapak Muhammad. Husaini, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan dan Pembimbing Akademik selama penulis menjadi

(11)

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Muddin Sirat, S.E., M.P. selaku penguji utama ujian komprehensif,

terima kasih atas saran yang diberikan.

6. Segenap dosen FE Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bimbingannya selama penulis belajar di Fakultas

Ekonomi Universitas Lampung.

7. Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Bu Mar,

beserta staf lainnya, terima kasih atas semua bantuan waktu luangnya.

8. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih untuk setiap untaian doa,

pengorbanan, dukungan moral yang memotivasi penulis sehingga penulis

memiliki semangat untuk menyelesaikan studi ini.

9. Kakak ku Barata Tunggal, Amd. dan Dimas Ganda Kesuma, S.IP. Terima

kasih atas canda tawanya, senyumannya, doa dan semangatnya yang telah

diberikan selama ini.

10.Sudara-Saudaraku dan sahabat –sahabat Ekonomi pembangunan angkatan

2009 BROTHER EP ( Gogor, Inot, Eki, Falda, Bayu, Dani, Bang Sena,

Markus, Pandu, Onyeng, Apri, Gew, Despa, Bangun, Eli, Guntur ) yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu,sungguh pertemanan dan

kebersamaan ini sangat bermakna dan berharga di hidupku.yang sangat

memperluas arti persahabatan serta keberadaan kalian telah memberikan

(12)

11.Terima kasih kepada Sahabat – sahabatku Anggi Irfan (MONYET), Oktari

Veramika (Ibu Suri), Pena Yudha (Gandol), Rizki Agung Muliawan

(Mbex Bibir), Roy Rinto Nur Firmansyah (Peot), Aura Jacinda

Firmansyah (Ketek), Eka (Baong), Novia MYS (Opi Endut), Rini

Puspitasari (Encim), Anatasia Paramitha (Tasya), Achmad Mughies (Tuan

Muda), Fredy Albert (Kakak AL) yang telah memberikan Support dan

masukan dalam penelitian ini.

12.Almamater tercinta yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu yang

membantu penulis dalam pembuatan tulisan ini.Terima Kasih untuk

semuanya semoga ALLAH memuliakan kita semua,karna hanya DIA lah

yang dapat membalas semua kebaikan yang telah kalian

berikan.sesungguh nya kebaikan sangat lah MULIA bagi-NYA.

Semoga tulisan ini bukan sekedar curahan fikiran yang tercoreh dalam kertas

putih yang tak berarti apa apa, tetapi sebagai ladang amal karena dapat bermanfaat

bagi kehidupan kita semua dan berguna untuk kedepannya. Amien Yaa

Yabbal‟Alamien.

Bandar Lampung, 26 September 2014

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL. ... iii

DAFTAR GAMBAR . ... iv

DAFTAR LAMPIRAN . ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 11

E. Kerangka Pemikiran .. ... 12

F. Hipotesis ... 14

G. Sistematika Penulisan . ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri ... 16

B. Produksi ... 25

C. Variabel Penelitian .. ... 29

D. Definisi Operasional ... 30

E. Penelitian Terdahulu ... 31

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Dan Sampel ... 32

(14)

C. Data Dan Sumber Data ... 39

D. Metode Analisis ... 39

E. Definisi Operasional Variabel ... 43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada Responden ... 46

B. Analisis Data ... 55

C. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 57

D. Deteksi Signifikan Simultan (Uji Statistika F) ... 58

E. Deteksi Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistika t) ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Jumlah Konsumsi Olahan Kedelai Rata-Rata Perkapita Seminggu Daerah

Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi Lampung (kg/minggu) ... 6

2. Jumlah Industri Rumah Tangga Tempe di Provinsi Lampung ... 7

3. Persebaran Industri Tempe di Kota Bandar Lampung ... 8

4. Komposisi Unsur Gizi Dalam Produk Olahan Kedelai... 9

5. Definisi Operasional... 30

6. Sebaran Penduduk di Kelurahan Gunung Sulah Berdasarkan Kelompok Tenaga Kerja dan kelompok Pendidikan Tahun 2011 ... 47

7. Penyebaran Penduduk di Kelurahan Gunung Sulah Berdasarkan Mata Pencahariannya ... 47

8. Jumlah Industri di Kelurahan Gunung Sulah ... 48

9. Usia Responden ... 48

10. Pendidikan Responden ... 49

11. Pengalaman Usaha ... 49

12. Distribusi Rerponden Menurut Modal Terhadap Produksi Tempe ... 53

13. Distribusi Responden Menurut Bahan Baku Terhadap Produksi Tempe ... 54

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Pemikiran ... 14

2. Pembuatan tempe ... 23

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau

benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan

produksi dibutuhkan tempat untuk produksi, peralatan produksi dan orang yang

melakukan produksi. Apa itu produksi? Kata produksi berasal dari bahasa Inggris

to produce yang artinya menghasilkan. Jadi, produksi berarti kegiatan

menghasilkan atau menciptakan barang dan jasa. Individu atau kelompok yang

melakukan proses produksi disebut produsen. Sedangkan, barang atau jasa yang

dihasilkan dari produksi disebut produk. Lengkapnya, pengertian produksi adalah

kegiatan yang dilakukan oleh orang atau badan (produsen) untuk menghasilkan

atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Sebagai contoh, petani bekerja

di sawah untuk menghasilkan barang dan jasa dan nelayan pergi ke laut untuk

menangkap ikan. Petani dan nelayan termasuk produsen. Dalam arti yang lain,

produksi dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan untuk menambah nilai guna

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sedangkan, pengertian produksi dalam ekonomi mengacu pada kegiatan yang

berhubungan dengan usaha penciptaan dan penambahan kegunaan atau utilitas

suatu barang dan jasa. Berdasarkan semua pengertian produksi ini, pada dasarnya

(18)

2

1. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa: Dalam pengertian ini, kegiatan

produksi adalah menghasilkan barang dan jasa yang belum ada sehingga

bertambah jumlahnya atau memperbesar ukurannya. Contoh: usaha

pertanian, peternakan, dan perikanan.

2. Kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa: Dalam pengertian ini,

kegiatan produksi juga termasuk kegiatan menambah nilai guna barang

dan jasa sehinggan nilai guna barang dan jasa tersebut menjadi lebih

tinggi. Contoh: membuat tempe dari kedelai, membuat keripik singkong

dari singkong atau membuat pakaian dari kain.

Kegiatan produksi dapat berlangsung jika tersedia faktor produksi. Apa itu faktor

produksi? Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi terdiri atas alam (natural

resources), tenaga kerja (labor), modal (capital), dan keahlian (skill) atau sumber

daya pengusaha (enterpreneurship). Faktor produksi alam dan tenaga kerja disebut

faktor produksi asli (utama), sedangkan modal dan tenaga kerja disebut faktor

produksi turunan.

1. Faktor Produksi Alam: Faktor produksi alam ialah semua kekayaan yang

terdapat di alam semesta yang dapat digunakan dalam proses produksi.

Faktor produksi alam sering pula disebut faktor produksi asli. Faktor

produksi alam terdiri atas tanah, air, sinar matahari, udara, dan barang

tambang.

2. Faktor Produksi Tenaga Kerja: Faktor produksi tenaga kerja (labor) ialah

(19)

menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja

dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Meskipun mesin-mesin telah

banyak menggantikan manusia sebagai pelaksana proses produksi, namun

keberadaan manusia mutlak diperlukan.

3. Faktor Produksi Modal: Faktor produksi modal adalah faktor penunjang

dalam mempercepat atau menambah kemampuan dalam memproduksi.

Faktor produksi modal dapat berupa mesin-mesin, alat pengangkutan,

sarana pengangkutan, atau bangunan.

4. Faktor Produksi Keahlian: Faktor produksi keahlian adalah keahlian atau

keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinasikan dan

mengelola faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.

Dalam arti luas, pengertian industri adalah segala kegiatan ekonomi yang bersifat

produktif atau menghasilkan keuntungan. Dalam arti sempit, pengertian industri

adalah usaha manusia mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan

setengah jadi atau barang jadi sehingga memperoleh keuntungan atau profit.

Berdasarkan etimologi, kata “industri” berasal dari bahasa Inggris “industry” yang

berasal dari bahasa Prancis Kuno “industrie” yang berarti “aktivitas” yang

kemudian berasal dari bahasa Latin “industria” yang berarti “kerajinan, aktivitas”.

Dengan menggunakan skala mikro lebih mempermudah karena analisis – analisis

dalam teori mikroekonomi bertitiktolak dari pandandangan yang mengganggap

bahwa faktor – faktor produksi atau sumber produksi yang dimiliki masyarakat

(20)

4

2006; 4). Hal ini sesuai dengan kedelai sebagai faktor produksi utama yang

terbatas.

Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya

yang dikeluarkan. Penjualan yang dilakukan pengrajin tempe belum mampu

mendatangkan keuntungan yang optimal karena harganya yang murah, dan disisi

lain biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku semakin besar dengan adanya krisis

ekonomi. Keberadaan ini sangat mempengaruhi produksi usaha pengrajin tempe,

sehingga banyak pengrajin tempe yang tidak mampu berproduksi lagi

(Muhammad Nasrudin, 2013; 8).

Posisi industri tempe kian terpuruk akibat sistem penjualan secara tradisional

dengan kemasan yang kurang menarik dan tempat penjualan yang kurang bersih

dan kurang strategis. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap penjualan tempe

sehingga kegiatan usaha tempe belum mampu memberikan keuntungan yang

optimal.

Usaha tempe sangat tergantung pada kedelai impor. Ketergantungan dari kedelai

impor ini terjadi karena tempe yang dihasilkan dari kedelai impor memiliki

penampilan dan rasa yang lebih unggul, tidak menghasilkan bau langu atau bau

khas yang terdapat pada tempe yang menggunakan kedelai lokal dan tidak

menghasilkan rasa pahit.

Peningkatan harga kedelai impor memberikan dampak yang besar terhadap

industri tempe dimana biaya bahan baku ini mengambil porsi sebanyak 82,99

(21)

impor mengakibatkan pengrajin tempe di beberapa wilayah tidak berproduksi lagi

dan pindah ke usaha lain. Hal ini diduga terjadi karena modal yang dimiliki

terbatas untuk membeli kedelai akibat fluktuasi harga kedelai. Namun kondisi

seperti ini ternyata masih dapat disiasati oleh beberapa pengrajin tempe di

beberapa tempat di Indonesia. Beberapa pengrajin masih dapat bertahan dan

bahkan berkembang.

Pada umumnya produsen tempe mendapatkan informasi proses pembuatan tempe

biasanya secara mandiri. Minimnya pengetahuan akan proses pembuatan tempe

yang benar, turut memberikan andil pada semakin rendahnya kualitas tempe yang

beredar, terutama di berbagai pasar tradisional. Untuk dapat memproduksi tempe

diperlukan komponen-komponen produksi, diantaranya adalah Modal, bahan baku

dan tenaga kerja.

Kedelai (Glycine max L.) adalah salah satu komoditas utama kacang-kacangan

yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting

untuk diversifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Kedelai

merupakan bahan baku tempe, selain mengandung zat gizi tetapi secara alami

mengandung zat anti gizi antara lain tripsin inhibitor, asam fitat, saponin serta anti

gizi yang lain.

Tempe merupakan karya teknologi pangan Indonesia, khususnya daerah Jawa

dangan sangat disukai oleh mayoritas penduduk Indonesia. Pengunaan kedelai

untuk pangan dapat dikategorikan menjadi data kelompok yaitu panan yang diolah

(22)

6

melaui proses fermentasi tetapi kedelai dimasak (direbus) antara lain; tahu, tauco,

dan kecap.

Tempe merupakan makanan kegemaran yang tidak hanya dikonsumsi oleh

masyarakat kelas bawah dan menenah saja, melainkan makanan yang dikonsumsi

kelas atas baik perdesaan maupun perkotaan. Data mengenai konsumsi tempe

didaerah perdesaan dan perkotaan di Provinsi Lampung pada tahun 1999 dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Konsumsi Olahan Kedelai Rata-rata Per Kapita Seminggu Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Lampung

(Kg/Minggu)

Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

Tabel 1 menunjukan bahwa tempe merupakan jenis makanan yang banyak

dikonsumsi. Masyarakat perkotaan yang paling banyak mengkonsumsi tempe, hal

ini dikarenakan jumlah penduduk yang banyak dan heterogenitas masyarakat

perkotan.

Provinsi Lampung merupakan daerah yang potensial untuk mengembangkan

industri rumah tangga tempe. Dilihat dari banyaknya jumlah industri rumah

No Jenis Produk Perdesaan Perkotaan

(23)

tangga tempe yang ada di Propinsi Lampung. Untuk mengetaui jumlah imdustri

rumah tangga yang ada di Propinsi Lampung dapat dilihat di tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Industi Rumah Tangga Tempe di Propinsi Lampung No Kotamadya/ Kabupaten Jumlah Industri

Tempe (Unit)

Persentase (%)

1 Bandar Lampung 302 22,7

2 Metro 290 21,87

3 Lampung Utara 172 12,97

4 Lampung Selatan 169 12,75

5 Lampung Timur 63 4,75

6 Lampung Barat 57 4,29

7 Tanggamus 41 3,09

8 Way Kanan 39 2,94

9 Tulang Bawang 31 2,34

10 Lampung Tengah 162 12,22

Jumlah 1.326 100,00

Sumber : Dinas Koperasi dan Perdagangan Propinsi Lampung, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah industri tempe yang ada di Bandar Lampung

sebanyak 302 buah atau sebesar 22,77 % dari total jumlah industri tempe di

Propinsi Lampung. Implikasi dari banyaknya industri rumah tangga tempe adalah

bahwa industri rumah tangga tempe sangat kompetitif dan baik untuk pemerataan

kesempatan berusaha.

Pemerataan kebutuhan konsumsi tempe bagi masyarakat Lampung dipenuhi oleh

sentra produksi tempe yang tersebar di berbagai wilayah pedesaan dan perkotaan.

(24)

8

adalah Kota Bandar Lampung. Salah satu indikatornya yaitu banyaknya jumlah

pengrajn industri kecil tempe yang tersebar diberbagai sentra produksi tempe itu

sendiri antara lain daerah kelurahan Gunung Sulah, Kelurahan Gedung Pakuwon,

Kelurahan Kampung Sawah, Kelurahan Surabaya, dan Kelurahan Mekar Sari.

Untuk melihat persebaran industri tempe di kota Bandarlampung dapat dilihat

pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Persebaran Industri Tempe Di Kota Bandar Lampung No. Kelompok Jumlah Industri rumah

tangga tempe (buah)

Persentase (%) 1 2 3 4 5 6

Gunang Sulah I

Gunung Sulah II

Mekar Sari Gedung Pakuwon Surabaya KampungSawah 37 22 59 60 36 88 12,25 7,28 19,53 19,86 11,92 29,14

Jumlah 302 100,00

Sumber: Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia Kota Bandar Lampung, 2012

Industri rumah tangga tempe di Bandar Lampung sebagian besar masih

diusahakan dalam skala mikro. Sebagian besar para pengelola industri tersebut

bergabung dalam Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia ( Primkopti). Fungsi

koperasi adalah sebagai pemasok bahan baku kedelai yang berkualitas baik dan

pada umumnya menggunakan kedelai impor, hal ini disebabkan kualitas kedelai

dalam negeri (produk kedelai domestik) memiliki kualitas rendah daripada kedelai

(25)

Tempe merupakan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Dilihat dari

gizinya, tempe banyak memiliki kandungan protein yang lebih besar setelah

oncom yaitu sebesar 25 %. Kandungan komposisi u nsur gizi dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Unsur Gizi Dalam Produk-Produk Olahan Kedelai No Jenis makanan olahan

kedelai Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Air (%)

1 Tempe 25 5 4 66

2 Tahu 5 4 5,8 76

3 Kecap 2-10 0,1 17 57

4 Oncom 13 1,2 10 60

5 Tauco 38 20 20 14

Sumber : Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor

Tempe selain untuk dikonsumsi oleh rumah tangga, tempe juga dapat digunakan

sebagai bahan baku industri yaitu untuk pembuatan keripik tempe. Kelurahan

Gunung Sulah merupakan salah satu sentra pengelolaan produksi tempe terbesar

di Bandar Lampung. Pengrajin tempe di daerah Kotamadya Bandar Lampung

tersebut dalam memproduksi baru menggunakan bahan baku kedelai rata-rata 100

- 150 kg per produksi (2hari).

Selain kedelai, komponen produksi tempe yang lain adalah modal. Modal disini

yang dimaksut adalah mesin, tampah, bakul, rak, dan pembungkus tempe. Kedelai

yang digunakan pada umumnya adalah kedelai import yang harganya

berfluktuatif, tergantung dari nilai tukar dollar terhadap rupiah. Harga kedelai

(26)

10

tempe (terutama yang pemula) yang berimprovisasi pada tahapan proses

pembuatan untuk menekan biaya produksi. Tetapi mungkin karena ketidaktahuan

mereka, justru improvisasi yang mereka lakukan akan menghasilkan produk

tempe yang berkualitas rendah dan bahkan bisa jadi bersifat antigizi.

Pengusaha tempe juga mulai resah dengan adanya kenaikan harga bahan dasar

produksi yaitu kenaikan harga kedelai. Karena dengan adanya kenaikan bahan

baku sangat mempengaruhi produksi tempe yang yang dihasilkan akibatnya

banyak pengrajin tempe yang gulung tikar. Masyarakat berharap tempe yang

merupakan bahan makan substitusi dari protein hewani yang dijadikan sebagian

besar masyarakat sebagai lauk pauk harganya tidak terlalu tinggi dan masih

terjangkau oleh masyarakat.

Penelitian ini mencoba meneliti secara mendalam tentang industri tempe yang ada

di Kota Bandar Lampung yaitu Kelurahan Gunung Sulah dimana Primkopti di

kelurahan ini sudah vakum bahkan tidak berjalan sudah sejak lama yang

menyebabkan minimnya pengetahuan bagi pengrajin tempe di daerah ini. Hal

yang akan diteliti adalah mengenai seberapa besar pengaruh modal, bahan baku

dan tenaga kerja terhadap produksi tempe di Kelurahan Gunung Sulah dengan

mengkaji Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Tempe Skala

Mikro Di Bandar Lampung.

B. Permasalahan

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dalam

penelitian ini penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan yang

(27)

Industri rumah tangga pembuatan tempe di Kota Bandarlampung mengalami

kerugian akibat adanya kenaikan harga kedelai yang mengakibatkan hasil

produksi menurun dan membuat banyak industri tempe berhenti berproduksi atau

gulung tikar. Hasil dari penjualan tempe matang tidak dapat digunakan untuk

menutup biaya produksi dan biaya tenaga kerja. Untuk dapat menutup biaya

produksi dan membayar biaya tenaga kerja banyak pengusaha tempe yang

berusaha menurunkan biaya produksi. Dengan biaya produksi yang minim

tersebut maka banyak pengusaha tempe yang mengalami penurunan produksi, hal

ini mengidikasikan adanya penurunan produktivitas industri rumah tangga

pembuat tempe di kota Bandar Lampung.

C.Rumusan Masalah

Dari uraian latar berlakang dan permasalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor Modal berpengaruh terhadap tingkat produksi pada industri

mikro pembuat tempe di kota Bandar Lampung?

2. Apakah faktor Bahan baku berpengaruh terhadap tingkat produksi pada

industri mikro pembuat tempe di kota Bandar Lampung?

3. Apakah faktor Tenaga kerja berpengaruh terhadap tingkat produksi pada

industri mikro pembuatan tempe di kota Bandar lampung?

D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

(28)

12

1. Menganalisis pengaruh modal industri terhadap produksi tempe

2. Menganalisis pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe.

3. Menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tempe

Penelitian ini pun berguna antara lain :

1. Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi

perkembangan Industri tempe di Kota Bandar Lampung, khususnya di

Kelurahan Gunung Sulah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan produksi dan ketenagakerjaan.

E.Kerangka Pemikiran

Dalam industri kerajinan tempe skala mikro di Kelurahan Gunung Sulah, untuk

menghasilkan output tempe diperlukan input atau faktor-faktor dalam proses

produksi ini bisa berbentuk modal, bahan baku dan tenaga kerja. Teknologi yang

digunakan untuk mengolah kedelai menjadi tempe relatif sangat sederhana yaitu

melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi. Proses fermentasi ini

memunculkan beberapa senyawa yang dapat menambah nilai gizi pada tempe.

Bahan baku menjadi penting karena input ini menjadi unsur yang mutlak

diperlukan dalam memproduksi suatu outpu. Kedelai, ragi, air, kayu bakar (bahan

bakar) dan bahan untuk mengemas tempe seperti plastik ataupun daun pisang

menciptakan produk suatu output tempe yang siap dipasarkan. Definisi bahan

(29)

Input berupa modal merupakan input yang tidak dapat dipisahkan dalam proses

produksi. Input ini dalam produksi tempe berupa modal. Definisi ini kembali

diperjelas oleh Soekartawi (1994:6) dalam bukunya bahwa modal tetap adalah

biaya yang tidak habis pakai dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak

tetap adalah biaya yang dikeluarkan habis pakai dalam sekali proses produksi.

Pengertian modal dalam hal ini diartikan sebagai investasi pada alat-alat industri

kecil yaitu berupa peralatan-peralatan. Peralatan-peralatan yang sering dilibatkan

dalam proses produksi tempe merupaka peralatan sederhana seperti : bakul,

tampah, rak kayu, drum perebusan dan sebagainya, namun secara ekonomis telah

mampu memberikan masukan yang berarti bagi output produksi.

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur vital dalam proses prosuksi. Menurut

Undang-Undang No 14 tahun 1996, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melaksanankan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja, dengan

alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik

tenaga fisik maupun pikiran ( Manulang,1995:17). Tenaga kerja dilibatkan dalam

proses produksi untuk menghasilkan tempe dengan memberikan produktivitasnya

baik dengan tenaga fisik maupun pikiran. Jumlah tenaga kerja yang digunakan

dalam proses produksi tempe ini rata-rata berasal dari dalam keluarga, oleh karena

itu industri ini digolongkan sebagi industri kerajinan rumah tangga.

Dengan adanya faktor – faktor produksi berupa modal, bahan baku dan tenaga

kerja maka dapat terjadilah kegian produksi.

Pada gambar 1 akan dijabarkan mengenai alur berfikir dalam penelitian industri

(30)
[image:30.595.130.460.118.261.2]

14

Gambar 1. Alur Pemikiran

F. Hipotesis

Berdasarkan Latar Belakang, Permasalahan dan Kerangka Pemikiran tersebut

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Diduga bahwa jumlah input modal, bahan baku dan tenaga kerja berpengaruh

terhadap produksi tempe di Kelurahan Gunung Sulah.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsiini akan dibuat kedalam pembagian sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan berisikan latar belakan, perumusan masalah, tujuam

penulisan, keramgka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan pustaka berisikan tentang tinjauan-tinjauan ekonomu yang

memiliki relevansi dengan tulisan ini.

Bab III. Metode penelitian berisikan metode penelitian, jenis dan sumber

data,variabel operasional,alat analisis,pengujian hipotesis dan gambaran

umum. Modal

(X1)

Bahan Baku (X2)

Tenaga Kerja (X3)

(31)

Bab IV. Hasil dan Pembahasan berisikan analisis hasil perhitungan dan

pembahasan secara kualitatif dan kuantitatif.

Bab V. Simpulan dan Saran

Daftar Pustaka

(32)

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

Pada dasarnya setiap industri, baik industri besar, menengah, dan kecil

menghadapi berbagai macam masalah. Demikian juga untuk industri tempe skala

mikro di Kota Bandar Lampung khususnya Kelurahan Gunung Sulah Kota Bandar

Lampung mengalami banyak masalah untuk mengembangkan usahanya. Berikut

ini pengertian industri menurut beberapa sumber:

Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengertian industri adalah

sebagai berikut : “Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan

nilai yang lebih tinggi penggunaannya, tidak termasuk kegiatan rancang bangun

dan perekayasaan industri (Departemen Perindustrian, UU No. 5 Tahun 1984,

tentang Perindustrian)“.

Menurut simposium hukum perindustrian, yang dimaksud dengan industri adalah

rangkaian kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan dan pengerjaan atau

pembuatan, perubahan dan perbaikan bahan baku menjadi barang sehingga pada

akhirnya akan lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat

(33)

Badan Pusat Statistik (2000: 5) menyatakan bahwa industri adalah suatu unit

(kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan

barang atau jasa, dan terletak pada suatu bangunan atau suatu lokasi tertentu serta

mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur

biayanya.

Menurut Harsono (1972 : 12) dalam ”BuletinEkonomi” dikatakan bahwa definisi

dari industri adalah meliputi semua perusahaan yang mempunyai kegiatan tertentu

dalam mengubah secara mekanis atau secara kimia bahan organis atau anorganis

sehingga menjadi bentuk yang baru dan termasuk reparasi dan pemasangan pada

sebagian barang.

Dalam pengertian ini industri mencakup bentuk produksi yang meliputi berbagai

macam faktor yang terhadap barang-barang tertentu pada awalnya masih berupa

input yang bernilai rendah. Kemudian input tersebut diolah menjadi barang jadi

dimana diharapkan barang jadi tersebut akan mempunyai nilai yang lebih tinggi

dari pada sebelumnya.

Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau

bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga

barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan

mutu setinggi-tingginya (I Made Sandi, 1985:148).

Mubyarto (1979: 28 - 30) menyatakan industri kecil merupakan industri yang

berskala kecil dan industri rumah tangga yang diusahakan untuk menambah

(34)

18

1) Unit industri pedesaan terbanyak merupakan unit-unit industri rumah tangga

dan kerajinan rakyat yang mempunyai pekerja 5 atau kurang.

2) Sebagian pekerja datang dari rumah tangga sendiri yang kadang-kadang tidak

diberi gaji atau dari handai tolan dari kenalan-kenalannya. Sekalipun demikian

walaupun pekerja-pekerja mendapat upah, tetapi sifat hubungan dengan

pengusaha adalah sangat tidak resmi.

3) Teknologi yang dipakai sederhana dan dikerjakan dengan tangan.

4) Bahan-bahan baku sebagian besar didapat dari daerah itu sendiri atau dari

tempat-tempat terdekat.

5) Cara memasarkan barang-barang yang dihasilkan adalah tidak dengan promosi

maupun advertensi melainkan melalui perantara-perantara.

6) Mempunyai peran didalam memberi nafkah dan peningkatan

pendapatankeluarga pengrajin, disamping menaikkan kesejahteraan masyarakat

pedesaan juga membuka lebih banyak kesempatan kerja dan meratakan

pendapatan.

1. Industri Tempe Skala Mikro

Menurut Sadono Sukirno (2006; 4-5), analisis dalam teori mikroekonomi meliputi

bagian – bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian yang lebih

menitikberatkan kepada analisis mengenai masalah membuat pilihan untuk :

a. Mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber – sumber daya (faktor

produksi).

(35)

Analisis – analisis dalam teori mikroekonomi bertitiktolak dari pandangan yang

menganggap bahwa faktor – faktor produksi yang dimiliki masyarakat terbatas,

sedangkan keinginan manusia tidak terbatas.

Perkembangan dan persaingan usaha kecil dan mikro di sektor industri makanan

terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu merupakan pertanda iklim usaha yang

kondusif dan baik, yang harus terus ditingkatkan agar usaha kecil-mikro memiliki

daya saing tinggi di pasar nasional.

Ditengah ancaman pasar bebas yang semakin terbuka dengan berbagai produk

negara asing (kedelai) dan mengancam pasar dalam negri, tentunya sektor usaha

kecil-mikro harus diperhatikan dan didukung oleh serangkaian kebijakan yang

tepat dari pemerintah. Selain itu, diperlukan juga pengembangan kemampuan

usaha yang berguna dan tepat bagi para pelaku usaha kecil-mikro di Indonesia

khususnya di Kelurahan Gunung Sulah.

Dalam usaha tempe pada industri mikro ini diperlukan sarana produk antara lain

bahan baku dan alat-alat produksi sebagai modal. Sarana produksi ini diperoleh

oleh para pengrajin responden dengan membeli baik di koperasi, sebagai penyedia

stok bagi anggotanya maupun mereka peroleh dari kios (warung) atau pemasok

yang ada di daerah penelitian tersebut, karena lokasi ini merupakan kota besar

sehingga sarana-sarana produksi tersebut tidak sulit diperoleh oleh para pengrajin

tempe.

Bahan baku merupakan faktor produksi utama yang berperan dalam proses

produksi makanan tempe. Bahan baku yang dimaksud dalam pembuatan

(36)

20

Semua ini diperoleh oleh pengrajin responden di beberapa tempat. Semua

pengrajin tempe di daerah Gunung Sulah ini membeli di warung atau pasar karena

koperasi tempe didaerah ini sudah lama tidak beroperasi lagi.

Bahan baku kedelai yang digunakan oleh pengrajin reponden mayoritas

menggunakan kedelai impor. Penggunaan kedelai impor ini didasarkan karena

jenis kedelai ini memiliki keunggulan dibandingkan kedelai lokal, yaitu :

1. Ukuran kedelai impor relatif besar, sehingga kepingan kedelai setelai rebusan

dan perendaman juga relatif besar.

2. Biji kedelai relatif bersih dari kotoran sehingga memudahkan proses pencucian,

kemudian warna irisan tempe kuning terang (cerah).

Dalam kacang kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein

nabatinya. Selain itu kadar asam amino kedelai termasuk paling lengkap. Tiap

satu gram asam amino kedelai mengandung 340 mgr soleusin, 480 mgr leusin,

400 mgr fenilalamin, 200 mgr tirosin, 80 mgr metionin, 110 mgr sistin, 250 mgr

reunin, 90 mgr triptiofan, dan 330 valin. Kedelai selain berguna untuk mencukupi

kebutuhan gizi tubuh, juga merkhasiat sebagai obat beberapa penyakit. (Rukmana

dan Yuniarsih (1995:18).

Ragi yang digunakan oleh para pengrajin reponden ada dua jenis, yaitu ragi bubuk

dann ragi batangan. Ragi bubuk merupakan ragi yang sudah jadi dan dapat

langsung digunakan, dikemas dalam plastik. Sedangkan ragi batangan adalah ragi

yang dibuat dari campuran ampas kelapa dengan jamur rhizopus sp. Namun dari

(37)

bubuk karena kualitas akhir pada tempe menjadi baik hasilnua, tidak biru (putih

bersih) dan tidak berasa kecut.

Alat-alat produksi yang diguinakan dalam industri tempe berupa modal investasi

dalam bentuk fisik seperti : mesin pengelupas kulit kedelai, pisau, bakul, drum

perebusan dan perendaman, dan lain-lain. Alat-alat produksi ini diperoleh oleh

pengrajin responden dengan membeli dipasar atau warung terdekat yang

jumlahnya tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing

pengrajin responden. Umur produksi dari alat-alat tersebut relatif lebih lama

antara dua bulan sampai 10 tahun lebih penggunaan sekali proses prosuksi.

Masyarakat sangat mengenal tempe yang dianggap memiliki gizi yang sangat

tinggi. Usaha tempe ini merupakan usaha yang termasuk dalam skala kecil yang

dikerjakan mayoritas oleh anggota keluarga, sehingga usaha ini umumnya dikenal

sebagai industri kecil kerajinan rumah tangga. Ini dikerjakan oleh para pengrajin

di beberapa daerah dalam Kota Bandar Lampung, antara lain : Kelurahan Gunung

Sulah Kecamatan Sukarame, Kelurahan Kampung Surabaya Kecamatan Kedaton,

kelurahan Kampung Sawah Brebes dan Kelurahan Kedamaian Mekar Sari

Kecamatan Tanjung karang Timur, Kelurahan Gedung Pakuon Kecamatan Teluk

Betung Selatan.

Teknologi yang digunakan pembuatan tempe ini cukup sederhana yaitu

menggunakan fermentasi untuk memunculkan senyawa-senyawa baru yang

dimunculkan oleh ragi yang diberikan pada kacang kedelai yang sudah diolah.

Proses fermentasi ini memakan waktu kedelai yang telah dipilih dan dibersihkan

(38)

22

Kedelai ini lalu direbus diatas tungku dengan menggunakan kayu bakar sebagai

bahan bakar atau diatas kompor dengan menggunakan minyak tanah sebagai

bahan bakarnya. Perebusan dlakukan sampai kedelai benar-benar matang dan

ciri-ciri buih dipermukaan air yang muncul pada saat perebusan telah hi;ang

disebabkan penguapan.

Setelah itu kedelai beserta air rebusannya dipindahkan ke dalam perendaman.

Proses ini memakan waktu yang cukup lama sekitar 22-24jam, dengan tujuan agar

menciptakan keasaman pada kedelai yang diolah tersebut. Keasaman ini dapat

diketahui dengan melihat perubahan yang terjadi pada air dalam drum

perendaman yaitu warna air rendaman yang sebelumnya bening berubah menjadi

warna putih susu dan berlendir. Pengasaman ini dapat dipercepat dengan

menambah lagi cairan lendir pada saat perendaman kedelai sebelumnya.

Kedelai yang telah direndam ini kemudian dipindahkan lagi ke dalam drum atau

bak untuk dicuci. Pada proses pencucian ini, sekaligus dilakukan pemecahan

kedelai menjadi kepingan di satu tempat.Kedelai dicuci dengan penyiraman air

bersih kedalam bak, lalu dilakukan penginjakan-penginjakan kedelai agar terpisah

menjadi kepingan-kepingan dan kulit-kulitnya terkelupas, proses pencucian ini

juga harus teliti dan seksama, sebab rasa tempe yang gurih atau tidak tergantung

dari pencucian kedelai. Kedelai yang pencuciannya tidak bersih akan

menyebabkan tempe itu mudah rusak dan berasa kecut. Kedelai cucian diunggap

bersih hingga permukaan kepingan kedelai tidak lengket pada saat disentuh dan

(39)

dipindahkan ke dalam bakul selama 1-2 jam. Namun seringkali pengrajin

menyiram kedelai yang diperoleh agar lebih bersih.

Kemudian kedelai tersebut, setelah ditiriskan, dipindahkan lagi ke dalam tampah

besar atau bak yang alasnya dilapisi plastik. Setelah itu, mulai proses peragian

pada kedelai yang sudah diolah dengan mencampur kedelai tersebut dengan

bubuk ragi tergantung dari banyaknya kedelai. Namun ada juga peragian tersebut

dilakuakan dengan menggunakan ragi batangan yang diolah dari campuran jamur

asli dengan ampas kelapa yang telah dikeringkan. Pencampuran kedelai ini

dilakukan secara merata agar jamur yang tumbuh pada tempe tumbuh merata pula.

Setelah proses peragian ini selesai kemudian dilakukan pengemasan-pengemasan

dengan menggunakan plastik yang telah diberi lubang untuk rongga udara.

Kedelai yang sudah dikemas lalu disusun di rak-rak bambu atau kerek yang

(40)
[image:40.595.113.505.137.745.2]

24

(41)

B.Produksi

Menurut DR. Basu Swastha DH, SE. MBA dan Ibnu Sukotjo W, SE. (1999;

13-23), produksi adalah semua usaha yang ditujukan untuk menciptakan atau

menaikkan faedah (utility). Sedangkan produktivitas adalah keluaran barang dan

jasa per unit tenaga kerja. Untuk meningkatkan produktivitas, orang tidak cukup

hanya dengan bekerja keras, tetapi juga memerlukan peralatan dan metode kerja

yang lebih baik. Disamping itu juga diperlukan peningkatan invstasi, riset dan

pengembangan dan teknik – teknik manajemen yang lebih maju.

Menurut Sofjan Assauri (2004; 11), produksi merupakan proses yang mengubah

masukan – masukan (inputs) dengan menggunakan sumber – sumber daya untuk

menghasilkan keluaran – keluaran (outputs), yang berupa barang dan jasa.

Sedangkan pengertian produksi menurut Jay Heizer dan Barry Render (2004; 4),

yaitu penciptaan barang dan jasa.

Yang dimaksut penciptaan barang dan jasa disini adalah membuat barang yang

nyata wujudnya oleh perusahaan manufaktur dan penciptaan produk jasa yaitu

tidak memproduksi barang secara nyata dan fungsi produksinya mungkin tidak

terlalu terlihat.

Menurut Sofyan Assauri, Manajemen Produksi (2002 : 221) mengemukakan

bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu hasil yang

menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang

(42)

26

Sesuai dengan pengertian di atas ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan

barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :

1. Faktor produksi modal

2. Faktor produksi bahan baku

3. Faktor produksi tenaga kerja

Proses produksi adalah serangkaian kegiatan untuk menghasilkan output tertentu,

dimana output yang dihasilkan tersebut dipengaruhi oleh input yang digunakan

dalam proses produksi. Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang

disebut fungsi produksi. Dengan menggunakan fungsi produksi kita dapat

menentukan tingkat output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah

input tertentu, atau menentukan jumlah input minimum untuk menghasilkan

tingkat output tertentu.

Menurut Masyhuri (2007: 131), ada beberapa model fungsi produksi seperti

fungsi produksi linier sederhana, fungsi produksi kuadratik, fungsi produksi

polinominal akar pangkat dua, dan fungsi produksi Cobb Douglas. Salah satu

fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam memecahkan masalah dalam

bidang ekonomi adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi

produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua

atau lebih variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yang

dimaksud adalah input dari proses produksi (modal, bahan baku, tenaga kerja),

dan variabel dependen yang dimaksud adalah output dari proses produksi yang

(43)

Fungsi produksi ini lebih mudah dipahami dan dioperasikan karena fungsi

produksi ini dapat dilinierkan dengan cara melogaritmakannya, sehingga dapat

dengan mudah dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Besaran

elastisitas dapat dilihat dari koefisien pangkat (nilai parameter penduga) dalam

fungsi produksi.

Menurut Soekartawi (1990 : 15), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara

variabel output dan input, atau hubungan antara variabel yang dijelaskan (variabel

dependen) dengan variabel yang menjelaskan (variabel independen). Variabel

yang dijelaskan adalah output (hasil produksi) dan variabel yang menjelaskan

adalah input (faktor produksi).

Menurut Masyhuri (2007 : 130), dalam ekonomi produksi bahasan yang paling

penting adalah fungsi produksi. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan :

a. Dengan fungsi produksi, maka seorang produsen atau peneliti dapat

mengetahui seberapa besar kontribusi dari masing - masing input terhadap

output, baik secara bersamaan (simultan) maupun secara sendiri - sendiri

(partial).

b. Dengan fungsi produksi, maka produsen atau peneliti dapat mengetahui

alokasi penggunaan input dalam memproduksi suatu output secara

optimal.

c. Dengan fungsi produksi, maka produsen atau peneliti dapat mengetahui

hubungan antara faktor produksi dan produksi secara langsung sehingga

hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

d. Dengan fungsi produksi, maka produsen atau peneliti dapat mengetahui

hubungan antara variabel tak bebas dan variabel bebas serta hubungan

(44)

28

Fungsi produksi secara matematis dapat diformulasikan dalam bentuk model

umum dan model khusus atau spesifik. Model umum fungsi produksi adalah

Y = f(X1,X2,X3,..., Xn)

Interpretasi dari model umum dapat dinyatakan bahwa output (Y) besar kecilnya

tergantung dari sejumlah input (X1 – Xn) yang digunakan untuk menghasilkan

output tersebut.

Menurut Soekartawi (1990 : 15), berbagai macam fungsi produksi telah dikenal

dan dipergunakan oleh berbagai peneliti, tetapi yang umum digunakan dan sering

dipakai adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Produksi Linier

Fungsi produksi linier biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi

produksi linier sederhana dan fungsi produksi linier berganda. Perbedaan

kedua fungsi ini terletak pada jumlah variabel X (input) yang dipakai

dalam model. Formulasi model linier sederhana variabel input yang

dipakai dalam model hanya satu.

Berikut ini adalah model fungsi produksi linier sederhana :

Y = a + bX

Keterangan :

Y= output produksi

X= input produksi

a = nilai konstanta

(45)

Berbeda dengan fungsi produksi linier sederhana, pada fungsi produksi linier

berganda ini variabel X (input) yang digunakan lebih dari satu. Berikut ini adalah

model fungsi produksi linier berganda :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 ... +... bnXn

Keterangan:

Y = output produksi

X1,X2,...,Xn = input produksi

a = nilai konstanta

b1,b2,b3...,bn = nilai parameter yang diduga

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen

Menurut Indriantoro dan Supomo (2009 : 63) variabel independen adalah tipe

variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen

pada umumnya dilambangkan dengan huruf X. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel independen adalah faktor input yang terdiri dari :

1) Modal (X1)

2) Bahan baku (X2)

3) Tenaga kerja (X3)

Menurut Masyuhri (2007 : 125), komponen input meliputi : tanah, modal, tenaga

kerja, mesin, manajemen, energi, bahan baku, dan mesin. Dalam penelitian ini

input yang digunakan hanya modal, bahan baku dan tenaga kerja, karena tiga

input inilah yang paling berpengaruh terhadap proses produksi tempe di

(46)

30

2. Variable Dependen

Menurut Indriantoro dan Supomo (2009 : 63) variabel dependen adalah tipe

variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Pada

umumnya variabel dependen dilambangkan dengan huruf Y. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah faktor output yang berupa Tempe ( Y = produksi

tempe ).

[image:46.595.113.537.317.730.2]

D.Definisi Operasional Tabel 5. Definisi Operasional

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Indikator

Input Faktor – faktor

digunakan dalam proses

produksi untuk

menghasilkan output

berupa barang

a.Modal yang dihitung berdasarkan jumlah

modal yang digunakan dalam sekali

proses produksi dengan satuannya

rupiah.

b. Bahan baku (kedelai) yang dihitung

berdasarkan jumlah kedelai yang

digunakan dalam sekali proses produksi

dengan satuan kg.

c.Tenaga kerja yang dihitung berdasarkan

jumlah tenaga kerja yang digunakan

dengan satuan jam.

Output Hasil akhir dari proses produksi berupa barang

Tempe yang di hitung dengan satuan unit

(47)

E.Penelitian Terdahulu

NO PENELITI/

TAHUN ALAT ANALISIS HASIL ANALISIS

1 Karjadi Mintaroem di JawaTimur,2 003

1. RegresiBerganda Sampel dalam penelitian ini adalah 40 industri rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo, alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Adapun hasilnya bahwa variabel motivasi berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan pada industri rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo.

2.

2 DeviaSetawat i di Kendal, 2012

1. DeskriptifPersentas e

2. RegresiBerganda

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Produksi tempe pada sentra industri tempe di

Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal cenderung tetap

disebabkan karena harga kedelai yang fluktuatif sehinga para pengusaha tempe tidak dapat meningkatkan kapasitas

(48)

33

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau

individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan

tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi,

benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).

Masalah populasi timbul terutama pada penelitian yang menggunakan metode

survey sebagai teknik pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah

industri tempe yang ada di Kelurahan Gunung Sulah. Dipilihnya Kelurahan

Gunung Sulah sebagai lokasi Penelitian karena di daerah ini terdapat beberapa

industri tempe yang merupakan makanan sehari-hari masyarakat yang selalu di

temukan di pasar.

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak

diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat

dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang

dapat menggambarkan karakteristik populasi.

1. Kriteria Sampel

Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan

(49)

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang

dimaksud dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu

(Nursalam, 2003: 97).

Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain:

a. subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan

b. subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data

dilakukan.

2. Teknik pengambilan sampel

a. Pengertian teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik pengambilan

sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari populasi tsb.

kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada

populasi (generalisasi). Hubungan populasi, sample, teknik sampling, dan

[image:49.595.126.415.596.708.2]

generasi dapat digambarkan sebagai berikut:

(50)

34

b. Manfaat sampling

1) Menghemat biaya penelitian.

2) Menghemat waktu untuk penelitian.

3) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.

4) Memperluas ruang lingkup penlitian.

c. Syarat-syarat teknik sampling

Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki

karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan

populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak

representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.

d Jenis-jenis teknik sampling

1) Teknik sampling secara probabilitas

Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik

sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada

seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel

yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.

Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut.

a. Teknik sampling secara rambang sederhana.

Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang

sederhana adalah dengan undian.

(51)

Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus

(nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.

c. Teknik sampling secara rambang proportional.

Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian

diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilan- nya dapat

dilakukan secara undian maupun sistematis.

d. Teknik sampling secara rambang bertingkat.

Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara peng-ambilan

sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.

e. Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)

Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin

dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat

luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa

kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan

sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.

2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.

Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang

ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan

pakar.

Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah

sebagai berikut.

(52)

36

Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan sample yang

dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan

peneliti.

b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).

Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama.

Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama,

sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan

seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek

bola salju.

c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah).

Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang

telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek

yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan

data.

d) Accidental sampling atau convenience sampling

Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak

direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau

subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses

diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara

kebetulan.

3. Penentuan Jumlah Sampel

Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat waktu,

biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti

(53)

muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum

statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah

sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).

Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji

dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut

sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.

Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan

pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti

berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap

terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55).

Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan

Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara

10 – 100.000.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive samplingyaitu

penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik

yang dietapkan peneliti adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

industri yang telah berdiri atau beroperasi minimal 10 tahun dengan jumlah

sampel sekitar 30 industri dari data yang ada.

B.Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan

Teknik pengumpulan data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung

(54)

38

langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan

lain. (Umar 2005 : 51).

Pengumpulan data di tempat atau lokasi penelitian dengan menggunakan

Kuesioner, yaitu Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara

memberi daftar pertanyaan tertutup terhadap responden. Daftar pertanyaan ini

disusun berdasarkan acuan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

2. Observasi

Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung

ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya (Umar 2005 : 51). Dalam

penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung pada objek

yang diteliti, yaitu proses produksi yang terjadi diperusahaan.

3. Penelitian Kepustakaan

Dalam penelitian ini akan menggunakan berbagai literatur ilmiah dan buku-buku

yang ada kaitannya dengan penulisan ini.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari

berbagai sumber tertentu, baik secara pribadi maupun kelembagaan (Sanusi 2011 :

114). Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data

historis objek penelitian yang telah terdokumentasi dan dari hasil kuesioner,

setelah itu peneliti harus mengatur agar data tersebut menjadi sistematis. Dalam

penelitian ini data yang dikumpulkan adalah jumlah penggunaan bahan baku

(55)

rak tempe, tampah, bakul), tenaga kerja dan hasil output perusahaan (tempe)

selama per sekali produksi.

C.Data dan Sumber Data

Data primer yang dikumpulkan dari penelitian lapangan dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang dirancang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sebagai

pelengkap diperlukan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Koperasi

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Biro Pusat Statistik, Kelurahan

Gunung Sulah Kecamatan Sukarame.

D.Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analis regresi

berganda dengan menggunakan eviews 7. Sebelum data diolah menggunakan

regresi linier berganda, data (variabel input dan variabel output) tersebut harus

diubah ke dalam bentuk logaritma natural agar bisa dianalisis dengan regresi

linier. Logaritma natural adalah logaritma yang berbasis e, dimana e adalah

2,718281828459... (dan seterusnya). Logaritma natural terdefinisikan untuk

semua bilangan real positif dan dapat juga terdefinisikan untuk bilangan kompleks

yang bukan nol (0). Dalam rumusan masalah ada tiga variabel input yaitu modal,

bahan baku, tenaga kerja, serta variabel output yang berupa tempe. Sehingga

(56)

40

Dimana persamaan fungsinya adalah sebagai berikut ;

Y= f (X1, X2, X3 )...(1)

Y = produksi tempe (poton)

X1 = modal (rupiah)

X2 = bahan baku (kg)

X3 = tenaga kerja (jam)

Dan Fungsi cobb-Douglas, dari persamaan fungsi di atas adalah sebagai berikut ;

Y = β0 . X1 β1 . X2 β2 . X3 β3 . e μ ...(2)

Karena persamaan di atas belum linear, maka fungsi di atas harus di “Ln” kan

sehingga persamaan Linearnya adalaha ;

Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + μ...(3)

Keterangan :

Y = Produksi Tempe (potong)

X1 = Modal (rupiah)

X2 = Bahan Baku (kg)

X3 = Tenaga Kerja (jam)

Ln = Logaritma natural

β1 β2 β3 = Parameter yang akan diestimasi

β0 = Konstanta

μ = Error Term

Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikan dari masing-masing koefisien

regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat menggunakan

(57)

1. Analisis koefisien determinasi (R2)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu input modal (X1),

bahan baku (X2), tenaga kerja (X3) terhadap variabel dependen produksi tempe

(Y) maka digunakan analisis koefisien determinasi (R2).

Koefisien Determinasi (R2) yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen

sangat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variabel-variabel dependen.

Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisien determinasi terjadi bias

terhadap satu variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen akan menyebabkan peningkatan R2, tidak

peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (memiliki nilai t yang signifikan).

2. Uji statistik - t

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh signifikan satu

variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik ini dapat dilakukan

dengan membandingkan nilai t hitung dan t kritis dengan tingkat kepercayaan sebesar

95% atau taraf signifikansi sebesar 5%. Langkah – langkah pengujian hipotesis

sebagai berikut:

Menentukan Formula Hipotesis

(58)

42

a. HO1: β1 = 0, modal secara parsial tidak berpengaruh terhadap jumlah

tempe yang dihasilkan.

Ha1: β1≠ 0, modal secara parsial berpengaruh terhadap jumlah tempe yang

dihasilkan.

b. HO2 : β2 = 0, bahan baku secara parsial tidak berpengaruh terhadap

jumlah tempe yang dihasilkan.

Ha2 : β2 ≠ 0, bahan baku secara parsial berpengaruh terhadap jumlah tempe

yang dihasilkan.

c.HO3 : β3 = 0, tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap

jumlah tempe yang dihasilkan.

Ha3 : β3 ≠ 0, tenaga kerja secara parsial berpengaruh terhadap jumlah tempe

yang dihasilkan.

Bila thitung > tkritis maka Ho ditolak atau menerima Ha dan apabila t hitung < t kritis

maka Ho diterima atau menolak Ha.

3. Uji Statistik F

Uji signifikansi ini pada dasarnya dimaksud untuk membuktikan secara statistik

bahwa keseluruhan variabel independen yaitu input modal (X1), bahan baku (X2),

tenaga kerja (X3) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

yaitu produksi tempe (Y).

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya apabila nilai

Fhitung < Fkritis maka hipotesis diterima yang artinya seluruh variabel independen

(59)

Apabila Fhitung > Fkritis maka hipotesis ditolak yang berarti seluruh variabel

independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan

taraf signifikan tertentu.

E.Definisi Operasional Variabel

1. Produksi tahu dan tempe (Y), yaitu jumlah hasil produksi tempe dalam sekali

produksi. Skala pengukuran dengan menggunakan unit (potong).

2. Modal (X1) adalah dana yang digunakan dalam proses produksi saja, tidak

termasuk nilai tambah dan bangunan yang ditempati atau biasa yang disebut

modal kerja (Lembaga Penelitian Ekonomi UGM, 1983). Masalah modal

sering disorot sebgai salah satu faktor utama penghambat produksi dan

dengan demikian juga penggunaan tenaga kerja “Working Capital Employee

Labor” berarti bahwa tersedianya modal kerja yang cukup mempunyai efek

yang besar terhadap penggunaan tenaga kerja. Modal merupakan sinonim

kekayaan, yaitu semua barang yang dimiliki orang seorangan. Tanah berserta

sumber alam yang terkandung didalamnya sering disebut modal alami, untuk

membedakan dari modal buatan seperti gedung, mesin-mesin alat-alat, dan

bahan-bahan.

Modal yang dimaksud adalah dana yang digunakan untuk membiayai

operasional perusahaan dalam proses produksi atau bisa disebut modal kerja

(Working Capital). Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan yang

dimaksud modal dalam penelitian ini adalah modal dari nilai mesin yang

digunakan untuk produksi tempe yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

3. Bahan baku (X2), Menurut Supriyono (1999:27) bahan baku adalah bahan

(60)

44

diklasifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada

produk tertentu. Menurut Sukanto Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo

(1998:199) mengatakan bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor

produksi yang sangat penting. Kekurangan bahan dasar yang tersedia dapat

berakibat terhentinya proses produksi karena habisnya bahan baku untuk

diproses. Tersedianya bahan dasar yang cukup merupakan faktor penting

guna menjamin kelancaran proses produksi. Oleh karena itu perlu diadakan

perencanaan dan pengaturan terhadap bahan dasar ini baik mengenai

kuantitas maupun kualitasnya.

Bahan baku yang di pakai pada proses produksi biasanya di ubah oleh sumber

daya perusahaan menjadi produk jadi (Madura, 2001:294). Perencanaan

kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin bahwa bahan baku

tersedia bila mana diperlukan. Ketika suatu usaha memprediksi permintaan

terhadap produknya di masa mendatang, waktu bahan baku harus datang

dapat ditentukan untuk mencapai tingkat produksi yang memenuhi

permintaan yang diprediksi (Madura, 2001:294).

Dari teori mengenai bahan baku di atas dapat di ketahui indikator bahan baku

adalah:

a. Persediaan bahan baku untuk produksi selama satu periode tertentu.

b. Kualitas bahan baku yang digunakan untuk memproduksi.

c. Sifat bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

d. Harga bahan baku meliputi kelayakan harganya.

(61)

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan yang dimaksud bahan baku

dalam penelitian ini adalah bahan baku tempe yaitu kedelai yang dinyatakan

dalam satuan kg.

4. Tenaga kerja (X3), yaitu menurut Irwan dalam Suparmoko (1992 : 67)

keberhasilan pembangunan ekonomi salah satunya dipengaruhi oleh faktor

produksi. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memeuhi

kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja merupakan faktor yang

penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi,

Gambar

Tabel 1. Jumlah Konsumsi Olahan Kedelai Rata-rata Per Kapita Seminggu Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Lampung (Kg/Minggu)
Tabel 2. Jumlah Industi Rumah Tangga Tempe di Propinsi Lampung
Tabel  3. Persebaran Industri Tempe Di Kota Bandar Lampung
Tabel 4. Komposisi Unsur Gizi Dalam Produk-Produk Olahan Kedelai
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pelaminan sudah tersedia tempat Kasih dengan pasangannya akan duduk bersanding dan dapat dilihat oleh orang banyak.. Tibalah hari yang

いうま でもな いことであ る。 にも かか わらず、 野沢 が佐 藤春夫... 事が進 む保 証な ど全然

Sebuah transducer photokonduktif tidak menghasilkan emf atau beda potensial seperti pada photocell, tetapi resistansi listrik pada photokonduktif akan berkurang bila

Hasil pengujian dari peneltian ini diujikan kepada wisatawan atau traveller dengan menggunakan kuesioner, dan mendapatkan hasil jumlah tertinggi yang ada di setiap pertanyaan

http://studiomelayu.wordpress.com.com, diakses pada Juni 2014 http://surabaya.singgasanahotels.com/ diakses pada Mei 2015 http://smarttravelasia.com/angkor.htm diakses pada Mei 2015

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menunjukan bahwa terdapat 128,3 juta angkatan kerja di Indonesia yang tersebar di berbagai lapangan pekerjaan. Pekerja berisiko

Selain itu, Keberhasilan kelompok tani Desa Durjela dapat terlihat dari aspek-aspek yaitu aspek struktural (struktur organisasi, luas cakupan wilayah, tujuan kelompok, pola

Sedangkan motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam menberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain, untuk mengambil