ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI TEMPE SKALA MIKRO DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Studi Kasus Di Kelurahan Gunung Sulah)
Oleh Fatma Astria
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tempe di Kota Bandar Lampung. Data penelitian ini diperoleh dari kuisioner (primer) dan beberapa observasi serta wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan produksi industri tempe yang ada di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,766433 yang berarti bahwa sekitar 76% produksi industri tempe dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel (modal, bahan baku, dan tenaga kerja) dan sisanya sebesar 24% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model. Secara parsial variabel modal (X1) berpengaruh
signifikan, variabel bahan baku (X2) berpengaruh signifikan, serta variabel tenaga kerja (X3) berpengaruh signifikan terhadap produksi industri tempe skala mikro di Kota Bandar Lampung.
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF INPUTS FACTORS OF THE TEMPE PRODUCTION FOR SMALL SCALE FIRM in Bandar Lampung
(Case Study in Kelurahan Gunung Sulah)
Oleh Fatma Astria
This study aims to analyze the inputs factors that affecting the production of tempe in Bandar Lampung. The research data was obtained from questionnaires (primary) and some observations as well as interviews with the parties directly related to the production of soybean industry in the city of Bandar Lampung. The results showed that the value of R square of adjusted 0.766433 which means that about 76,64% of industrial production tempe jointly influenced by variables (capital, raw materials, and labor aga ten) and the remaining 23,36% is influenced by other variables that are not described in the model. The variable of capital variable (X1) significantly, variable raw material (X2) have a significant effect, as well as the labor variable (X3) a significant effect on the micro-scale industrial production of tempe in Bandar Lampung.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Januari 1990, merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Bambang Budiyono, S.Pd. dan
Ibu Maria Suhartini.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Tanjung Gading Bandar
Lampung pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP N 4
Bandar Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas SMA N 4 Bandar
Lampung tahun 2008.
Dan pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi
MOTO
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat
meminta dan memohon.
Jadi Diri Sendiri, Cari Jati Diri, And Dapetin Hidup Yang Mandiri Optimis, Kaena Hidup Terus Mengalir Dan Kehidupan Terus Berputar Sesekali Liat Ke Belakang Untuk Melanjutkan Perjalanan Yang Tiada Berujung
“ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “ ( FATMA ASTRIA )
(الإسراء : ٣ ) Artinya : “ Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar tentram hatimu karenanya.
Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang
Artinya : “Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Depag RI, 1989 : 421)
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
“ Keajaiban ada bukan hanya dengan menunggu,
Tetapi kita bisa menemuinya di setiap menit, Dengan doa dan usaha.”
PERSEMBAHAN
Sebagai wujud bhaktiku, teruntuk kedua orang tuaku
yang selalu mendoakan keberhasilanku disetiap sujudnya,
mencurahkan kasih sayangnya, merangkul aku dengan segenap jiwa dan raganya
ketika aku lelah dan semangatku patah untuk meneruskan perjuangan.
(Bambang Budiyono, S.Pd. dan Maria Suhartini)
Saudara-saudaraku serahim, senyum kalian adalah kebahagiaan dan motivasiku,
Keberadaan kalian di sisiku adalah saat-saat terindah yang mewarnai hidupku.
Terimakasih atas doa sehingga memotivasi penulis menjadi orang yang sukses.
(Barata Tunggal, Amd. dan Dimas Ganda Kesuma, S.Ip.)
Guru-guruku yang dengan sabar mengajari aku mengenal sebuah huruf dan pada
akhirnya menjadi kata dan kalimat. Ilmu yang engkau berikan akan selalu
mengalir dan akan mengubah segalanya menjadi lebih baik lagi.Terimakasih atas
ilmu yang telah engkau berikan yang telah ikhlas membimbing hingga saya
menjadi seperti ini.
Almamater tercinta yang selalu aku banggakan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
SANWACANA
Alhamdulillahirrabbil „alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
Produksi Pada Industri Tempe Skala Mikro Di Kota Bandar Lampung”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya, terlepas dari segala
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang siftnya membangun sehingga dapat dijadikan konstribusi
dalam perbaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi .
2. Bapak Muhammad. Husaini, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan dan Pembimbing Akademik selama penulis menjadi
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Muddin Sirat, S.E., M.P. selaku penguji utama ujian komprehensif,
terima kasih atas saran yang diberikan.
6. Segenap dosen FE Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan bimbingannya selama penulis belajar di Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung.
7. Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Bu Mar,
beserta staf lainnya, terima kasih atas semua bantuan waktu luangnya.
8. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih untuk setiap untaian doa,
pengorbanan, dukungan moral yang memotivasi penulis sehingga penulis
memiliki semangat untuk menyelesaikan studi ini.
9. Kakak ku Barata Tunggal, Amd. dan Dimas Ganda Kesuma, S.IP. Terima
kasih atas canda tawanya, senyumannya, doa dan semangatnya yang telah
diberikan selama ini.
10.Sudara-Saudaraku dan sahabat –sahabat Ekonomi pembangunan angkatan
2009 BROTHER EP ( Gogor, Inot, Eki, Falda, Bayu, Dani, Bang Sena,
Markus, Pandu, Onyeng, Apri, Gew, Despa, Bangun, Eli, Guntur ) yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu,sungguh pertemanan dan
kebersamaan ini sangat bermakna dan berharga di hidupku.yang sangat
memperluas arti persahabatan serta keberadaan kalian telah memberikan
11.Terima kasih kepada Sahabat – sahabatku Anggi Irfan (MONYET), Oktari
Veramika (Ibu Suri), Pena Yudha (Gandol), Rizki Agung Muliawan
(Mbex Bibir), Roy Rinto Nur Firmansyah (Peot), Aura Jacinda
Firmansyah (Ketek), Eka (Baong), Novia MYS (Opi Endut), Rini
Puspitasari (Encim), Anatasia Paramitha (Tasya), Achmad Mughies (Tuan
Muda), Fredy Albert (Kakak AL) yang telah memberikan Support dan
masukan dalam penelitian ini.
12.Almamater tercinta yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu yang
membantu penulis dalam pembuatan tulisan ini.Terima Kasih untuk
semuanya semoga ALLAH memuliakan kita semua,karna hanya DIA lah
yang dapat membalas semua kebaikan yang telah kalian
berikan.sesungguh nya kebaikan sangat lah MULIA bagi-NYA.
Semoga tulisan ini bukan sekedar curahan fikiran yang tercoreh dalam kertas
putih yang tak berarti apa apa, tetapi sebagai ladang amal karena dapat bermanfaat
bagi kehidupan kita semua dan berguna untuk kedepannya. Amien Yaa
Yabbal‟Alamien.
Bandar Lampung, 26 September 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL. ... iii
DAFTAR GAMBAR . ... iv
DAFTAR LAMPIRAN . ... v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 10
C. Rumusan Masalah ... 11
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 11
E. Kerangka Pemikiran .. ... 12
F. Hipotesis ... 14
G. Sistematika Penulisan . ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri ... 16
B. Produksi ... 25
C. Variabel Penelitian .. ... 29
D. Definisi Operasional ... 30
E. Penelitian Terdahulu ... 31
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Dan Sampel ... 32
C. Data Dan Sumber Data ... 39
D. Metode Analisis ... 39
E. Definisi Operasional Variabel ... 43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada Responden ... 46
B. Analisis Data ... 55
C. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 57
D. Deteksi Signifikan Simultan (Uji Statistika F) ... 58
E. Deteksi Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistika t) ... 58
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Jumlah Konsumsi Olahan Kedelai Rata-Rata Perkapita Seminggu Daerah
Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi Lampung (kg/minggu) ... 6
2. Jumlah Industri Rumah Tangga Tempe di Provinsi Lampung ... 7
3. Persebaran Industri Tempe di Kota Bandar Lampung ... 8
4. Komposisi Unsur Gizi Dalam Produk Olahan Kedelai... 9
5. Definisi Operasional... 30
6. Sebaran Penduduk di Kelurahan Gunung Sulah Berdasarkan Kelompok Tenaga Kerja dan kelompok Pendidikan Tahun 2011 ... 47
7. Penyebaran Penduduk di Kelurahan Gunung Sulah Berdasarkan Mata Pencahariannya ... 47
8. Jumlah Industri di Kelurahan Gunung Sulah ... 48
9. Usia Responden ... 48
10. Pendidikan Responden ... 49
11. Pengalaman Usaha ... 49
12. Distribusi Rerponden Menurut Modal Terhadap Produksi Tempe ... 53
13. Distribusi Responden Menurut Bahan Baku Terhadap Produksi Tempe ... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Pemikiran ... 14
2. Pembuatan tempe ... 23
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau
benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan
produksi dibutuhkan tempat untuk produksi, peralatan produksi dan orang yang
melakukan produksi. Apa itu produksi? Kata produksi berasal dari bahasa Inggris
to produce yang artinya menghasilkan. Jadi, produksi berarti kegiatan
menghasilkan atau menciptakan barang dan jasa. Individu atau kelompok yang
melakukan proses produksi disebut produsen. Sedangkan, barang atau jasa yang
dihasilkan dari produksi disebut produk. Lengkapnya, pengertian produksi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh orang atau badan (produsen) untuk menghasilkan
atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Sebagai contoh, petani bekerja
di sawah untuk menghasilkan barang dan jasa dan nelayan pergi ke laut untuk
menangkap ikan. Petani dan nelayan termasuk produsen. Dalam arti yang lain,
produksi dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan untuk menambah nilai guna
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Sedangkan, pengertian produksi dalam ekonomi mengacu pada kegiatan yang
berhubungan dengan usaha penciptaan dan penambahan kegunaan atau utilitas
suatu barang dan jasa. Berdasarkan semua pengertian produksi ini, pada dasarnya
2
1. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa: Dalam pengertian ini, kegiatan
produksi adalah menghasilkan barang dan jasa yang belum ada sehingga
bertambah jumlahnya atau memperbesar ukurannya. Contoh: usaha
pertanian, peternakan, dan perikanan.
2. Kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa: Dalam pengertian ini,
kegiatan produksi juga termasuk kegiatan menambah nilai guna barang
dan jasa sehinggan nilai guna barang dan jasa tersebut menjadi lebih
tinggi. Contoh: membuat tempe dari kedelai, membuat keripik singkong
dari singkong atau membuat pakaian dari kain.
Kegiatan produksi dapat berlangsung jika tersedia faktor produksi. Apa itu faktor
produksi? Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi terdiri atas alam (natural
resources), tenaga kerja (labor), modal (capital), dan keahlian (skill) atau sumber
daya pengusaha (enterpreneurship). Faktor produksi alam dan tenaga kerja disebut
faktor produksi asli (utama), sedangkan modal dan tenaga kerja disebut faktor
produksi turunan.
1. Faktor Produksi Alam: Faktor produksi alam ialah semua kekayaan yang
terdapat di alam semesta yang dapat digunakan dalam proses produksi.
Faktor produksi alam sering pula disebut faktor produksi asli. Faktor
produksi alam terdiri atas tanah, air, sinar matahari, udara, dan barang
tambang.
2. Faktor Produksi Tenaga Kerja: Faktor produksi tenaga kerja (labor) ialah
menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja
dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Meskipun mesin-mesin telah
banyak menggantikan manusia sebagai pelaksana proses produksi, namun
keberadaan manusia mutlak diperlukan.
3. Faktor Produksi Modal: Faktor produksi modal adalah faktor penunjang
dalam mempercepat atau menambah kemampuan dalam memproduksi.
Faktor produksi modal dapat berupa mesin-mesin, alat pengangkutan,
sarana pengangkutan, atau bangunan.
4. Faktor Produksi Keahlian: Faktor produksi keahlian adalah keahlian atau
keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinasikan dan
mengelola faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dalam arti luas, pengertian industri adalah segala kegiatan ekonomi yang bersifat
produktif atau menghasilkan keuntungan. Dalam arti sempit, pengertian industri
adalah usaha manusia mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan
setengah jadi atau barang jadi sehingga memperoleh keuntungan atau profit.
Berdasarkan etimologi, kata “industri” berasal dari bahasa Inggris “industry” yang
berasal dari bahasa Prancis Kuno “industrie” yang berarti “aktivitas” yang
kemudian berasal dari bahasa Latin “industria” yang berarti “kerajinan, aktivitas”.
Dengan menggunakan skala mikro lebih mempermudah karena analisis – analisis
dalam teori mikroekonomi bertitiktolak dari pandandangan yang mengganggap
bahwa faktor – faktor produksi atau sumber produksi yang dimiliki masyarakat
4
2006; 4). Hal ini sesuai dengan kedelai sebagai faktor produksi utama yang
terbatas.
Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya
yang dikeluarkan. Penjualan yang dilakukan pengrajin tempe belum mampu
mendatangkan keuntungan yang optimal karena harganya yang murah, dan disisi
lain biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku semakin besar dengan adanya krisis
ekonomi. Keberadaan ini sangat mempengaruhi produksi usaha pengrajin tempe,
sehingga banyak pengrajin tempe yang tidak mampu berproduksi lagi
(Muhammad Nasrudin, 2013; 8).
Posisi industri tempe kian terpuruk akibat sistem penjualan secara tradisional
dengan kemasan yang kurang menarik dan tempat penjualan yang kurang bersih
dan kurang strategis. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap penjualan tempe
sehingga kegiatan usaha tempe belum mampu memberikan keuntungan yang
optimal.
Usaha tempe sangat tergantung pada kedelai impor. Ketergantungan dari kedelai
impor ini terjadi karena tempe yang dihasilkan dari kedelai impor memiliki
penampilan dan rasa yang lebih unggul, tidak menghasilkan bau langu atau bau
khas yang terdapat pada tempe yang menggunakan kedelai lokal dan tidak
menghasilkan rasa pahit.
Peningkatan harga kedelai impor memberikan dampak yang besar terhadap
industri tempe dimana biaya bahan baku ini mengambil porsi sebanyak 82,99
impor mengakibatkan pengrajin tempe di beberapa wilayah tidak berproduksi lagi
dan pindah ke usaha lain. Hal ini diduga terjadi karena modal yang dimiliki
terbatas untuk membeli kedelai akibat fluktuasi harga kedelai. Namun kondisi
seperti ini ternyata masih dapat disiasati oleh beberapa pengrajin tempe di
beberapa tempat di Indonesia. Beberapa pengrajin masih dapat bertahan dan
bahkan berkembang.
Pada umumnya produsen tempe mendapatkan informasi proses pembuatan tempe
biasanya secara mandiri. Minimnya pengetahuan akan proses pembuatan tempe
yang benar, turut memberikan andil pada semakin rendahnya kualitas tempe yang
beredar, terutama di berbagai pasar tradisional. Untuk dapat memproduksi tempe
diperlukan komponen-komponen produksi, diantaranya adalah Modal, bahan baku
dan tenaga kerja.
Kedelai (Glycine max L.) adalah salah satu komoditas utama kacang-kacangan
yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting
untuk diversifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Kedelai
merupakan bahan baku tempe, selain mengandung zat gizi tetapi secara alami
mengandung zat anti gizi antara lain tripsin inhibitor, asam fitat, saponin serta anti
gizi yang lain.
Tempe merupakan karya teknologi pangan Indonesia, khususnya daerah Jawa
dangan sangat disukai oleh mayoritas penduduk Indonesia. Pengunaan kedelai
untuk pangan dapat dikategorikan menjadi data kelompok yaitu panan yang diolah
6
melaui proses fermentasi tetapi kedelai dimasak (direbus) antara lain; tahu, tauco,
dan kecap.
Tempe merupakan makanan kegemaran yang tidak hanya dikonsumsi oleh
masyarakat kelas bawah dan menenah saja, melainkan makanan yang dikonsumsi
kelas atas baik perdesaan maupun perkotaan. Data mengenai konsumsi tempe
didaerah perdesaan dan perkotaan di Provinsi Lampung pada tahun 1999 dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Konsumsi Olahan Kedelai Rata-rata Per Kapita Seminggu Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Lampung
(Kg/Minggu)
Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012
Tabel 1 menunjukan bahwa tempe merupakan jenis makanan yang banyak
dikonsumsi. Masyarakat perkotaan yang paling banyak mengkonsumsi tempe, hal
ini dikarenakan jumlah penduduk yang banyak dan heterogenitas masyarakat
perkotan.
Provinsi Lampung merupakan daerah yang potensial untuk mengembangkan
industri rumah tangga tempe. Dilihat dari banyaknya jumlah industri rumah
No Jenis Produk Perdesaan Perkotaan
tangga tempe yang ada di Propinsi Lampung. Untuk mengetaui jumlah imdustri
rumah tangga yang ada di Propinsi Lampung dapat dilihat di tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Industi Rumah Tangga Tempe di Propinsi Lampung No Kotamadya/ Kabupaten Jumlah Industri
Tempe (Unit)
Persentase (%)
1 Bandar Lampung 302 22,7
2 Metro 290 21,87
3 Lampung Utara 172 12,97
4 Lampung Selatan 169 12,75
5 Lampung Timur 63 4,75
6 Lampung Barat 57 4,29
7 Tanggamus 41 3,09
8 Way Kanan 39 2,94
9 Tulang Bawang 31 2,34
10 Lampung Tengah 162 12,22
Jumlah 1.326 100,00
Sumber : Dinas Koperasi dan Perdagangan Propinsi Lampung, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah industri tempe yang ada di Bandar Lampung
sebanyak 302 buah atau sebesar 22,77 % dari total jumlah industri tempe di
Propinsi Lampung. Implikasi dari banyaknya industri rumah tangga tempe adalah
bahwa industri rumah tangga tempe sangat kompetitif dan baik untuk pemerataan
kesempatan berusaha.
Pemerataan kebutuhan konsumsi tempe bagi masyarakat Lampung dipenuhi oleh
sentra produksi tempe yang tersebar di berbagai wilayah pedesaan dan perkotaan.
8
adalah Kota Bandar Lampung. Salah satu indikatornya yaitu banyaknya jumlah
pengrajn industri kecil tempe yang tersebar diberbagai sentra produksi tempe itu
sendiri antara lain daerah kelurahan Gunung Sulah, Kelurahan Gedung Pakuwon,
Kelurahan Kampung Sawah, Kelurahan Surabaya, dan Kelurahan Mekar Sari.
Untuk melihat persebaran industri tempe di kota Bandarlampung dapat dilihat
pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Persebaran Industri Tempe Di Kota Bandar Lampung No. Kelompok Jumlah Industri rumah
tangga tempe (buah)
Persentase (%) 1 2 3 4 5 6
Gunang Sulah I
Gunung Sulah II
Mekar Sari Gedung Pakuwon Surabaya KampungSawah 37 22 59 60 36 88 12,25 7,28 19,53 19,86 11,92 29,14
Jumlah 302 100,00
Sumber: Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia Kota Bandar Lampung, 2012
Industri rumah tangga tempe di Bandar Lampung sebagian besar masih
diusahakan dalam skala mikro. Sebagian besar para pengelola industri tersebut
bergabung dalam Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia ( Primkopti). Fungsi
koperasi adalah sebagai pemasok bahan baku kedelai yang berkualitas baik dan
pada umumnya menggunakan kedelai impor, hal ini disebabkan kualitas kedelai
dalam negeri (produk kedelai domestik) memiliki kualitas rendah daripada kedelai
Tempe merupakan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Dilihat dari
gizinya, tempe banyak memiliki kandungan protein yang lebih besar setelah
oncom yaitu sebesar 25 %. Kandungan komposisi u nsur gizi dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Unsur Gizi Dalam Produk-Produk Olahan Kedelai No Jenis makanan olahan
kedelai Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Air (%)
1 Tempe 25 5 4 66
2 Tahu 5 4 5,8 76
3 Kecap 2-10 0,1 17 57
4 Oncom 13 1,2 10 60
5 Tauco 38 20 20 14
Sumber : Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor
Tempe selain untuk dikonsumsi oleh rumah tangga, tempe juga dapat digunakan
sebagai bahan baku industri yaitu untuk pembuatan keripik tempe. Kelurahan
Gunung Sulah merupakan salah satu sentra pengelolaan produksi tempe terbesar
di Bandar Lampung. Pengrajin tempe di daerah Kotamadya Bandar Lampung
tersebut dalam memproduksi baru menggunakan bahan baku kedelai rata-rata 100
- 150 kg per produksi (2hari).
Selain kedelai, komponen produksi tempe yang lain adalah modal. Modal disini
yang dimaksut adalah mesin, tampah, bakul, rak, dan pembungkus tempe. Kedelai
yang digunakan pada umumnya adalah kedelai import yang harganya
berfluktuatif, tergantung dari nilai tukar dollar terhadap rupiah. Harga kedelai
10
tempe (terutama yang pemula) yang berimprovisasi pada tahapan proses
pembuatan untuk menekan biaya produksi. Tetapi mungkin karena ketidaktahuan
mereka, justru improvisasi yang mereka lakukan akan menghasilkan produk
tempe yang berkualitas rendah dan bahkan bisa jadi bersifat antigizi.
Pengusaha tempe juga mulai resah dengan adanya kenaikan harga bahan dasar
produksi yaitu kenaikan harga kedelai. Karena dengan adanya kenaikan bahan
baku sangat mempengaruhi produksi tempe yang yang dihasilkan akibatnya
banyak pengrajin tempe yang gulung tikar. Masyarakat berharap tempe yang
merupakan bahan makan substitusi dari protein hewani yang dijadikan sebagian
besar masyarakat sebagai lauk pauk harganya tidak terlalu tinggi dan masih
terjangkau oleh masyarakat.
Penelitian ini mencoba meneliti secara mendalam tentang industri tempe yang ada
di Kota Bandar Lampung yaitu Kelurahan Gunung Sulah dimana Primkopti di
kelurahan ini sudah vakum bahkan tidak berjalan sudah sejak lama yang
menyebabkan minimnya pengetahuan bagi pengrajin tempe di daerah ini. Hal
yang akan diteliti adalah mengenai seberapa besar pengaruh modal, bahan baku
dan tenaga kerja terhadap produksi tempe di Kelurahan Gunung Sulah dengan
mengkaji Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Tempe Skala
Mikro Di Bandar Lampung.
B. Permasalahan
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dalam
penelitian ini penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan yang
Industri rumah tangga pembuatan tempe di Kota Bandarlampung mengalami
kerugian akibat adanya kenaikan harga kedelai yang mengakibatkan hasil
produksi menurun dan membuat banyak industri tempe berhenti berproduksi atau
gulung tikar. Hasil dari penjualan tempe matang tidak dapat digunakan untuk
menutup biaya produksi dan biaya tenaga kerja. Untuk dapat menutup biaya
produksi dan membayar biaya tenaga kerja banyak pengusaha tempe yang
berusaha menurunkan biaya produksi. Dengan biaya produksi yang minim
tersebut maka banyak pengusaha tempe yang mengalami penurunan produksi, hal
ini mengidikasikan adanya penurunan produktivitas industri rumah tangga
pembuat tempe di kota Bandar Lampung.
C.Rumusan Masalah
Dari uraian latar berlakang dan permasalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor Modal berpengaruh terhadap tingkat produksi pada industri
mikro pembuat tempe di kota Bandar Lampung?
2. Apakah faktor Bahan baku berpengaruh terhadap tingkat produksi pada
industri mikro pembuat tempe di kota Bandar Lampung?
3. Apakah faktor Tenaga kerja berpengaruh terhadap tingkat produksi pada
industri mikro pembuatan tempe di kota Bandar lampung?
D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
12
1. Menganalisis pengaruh modal industri terhadap produksi tempe
2. Menganalisis pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe.
3. Menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tempe
Penelitian ini pun berguna antara lain :
1. Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi
perkembangan Industri tempe di Kota Bandar Lampung, khususnya di
Kelurahan Gunung Sulah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan produksi dan ketenagakerjaan.
E.Kerangka Pemikiran
Dalam industri kerajinan tempe skala mikro di Kelurahan Gunung Sulah, untuk
menghasilkan output tempe diperlukan input atau faktor-faktor dalam proses
produksi ini bisa berbentuk modal, bahan baku dan tenaga kerja. Teknologi yang
digunakan untuk mengolah kedelai menjadi tempe relatif sangat sederhana yaitu
melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi. Proses fermentasi ini
memunculkan beberapa senyawa yang dapat menambah nilai gizi pada tempe.
Bahan baku menjadi penting karena input ini menjadi unsur yang mutlak
diperlukan dalam memproduksi suatu outpu. Kedelai, ragi, air, kayu bakar (bahan
bakar) dan bahan untuk mengemas tempe seperti plastik ataupun daun pisang
menciptakan produk suatu output tempe yang siap dipasarkan. Definisi bahan
Input berupa modal merupakan input yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
produksi. Input ini dalam produksi tempe berupa modal. Definisi ini kembali
diperjelas oleh Soekartawi (1994:6) dalam bukunya bahwa modal tetap adalah
biaya yang tidak habis pakai dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak
tetap adalah biaya yang dikeluarkan habis pakai dalam sekali proses produksi.
Pengertian modal dalam hal ini diartikan sebagai investasi pada alat-alat industri
kecil yaitu berupa peralatan-peralatan. Peralatan-peralatan yang sering dilibatkan
dalam proses produksi tempe merupaka peralatan sederhana seperti : bakul,
tampah, rak kayu, drum perebusan dan sebagainya, namun secara ekonomis telah
mampu memberikan masukan yang berarti bagi output produksi.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur vital dalam proses prosuksi. Menurut
Undang-Undang No 14 tahun 1996, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melaksanankan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja, dengan
alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik
tenaga fisik maupun pikiran ( Manulang,1995:17). Tenaga kerja dilibatkan dalam
proses produksi untuk menghasilkan tempe dengan memberikan produktivitasnya
baik dengan tenaga fisik maupun pikiran. Jumlah tenaga kerja yang digunakan
dalam proses produksi tempe ini rata-rata berasal dari dalam keluarga, oleh karena
itu industri ini digolongkan sebagi industri kerajinan rumah tangga.
Dengan adanya faktor – faktor produksi berupa modal, bahan baku dan tenaga
kerja maka dapat terjadilah kegian produksi.
Pada gambar 1 akan dijabarkan mengenai alur berfikir dalam penelitian industri
14
Gambar 1. Alur Pemikiran
F. Hipotesis
Berdasarkan Latar Belakang, Permasalahan dan Kerangka Pemikiran tersebut
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Diduga bahwa jumlah input modal, bahan baku dan tenaga kerja berpengaruh
terhadap produksi tempe di Kelurahan Gunung Sulah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsiini akan dibuat kedalam pembagian sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan berisikan latar belakan, perumusan masalah, tujuam
penulisan, keramgka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan pustaka berisikan tentang tinjauan-tinjauan ekonomu yang
memiliki relevansi dengan tulisan ini.
Bab III. Metode penelitian berisikan metode penelitian, jenis dan sumber
data,variabel operasional,alat analisis,pengujian hipotesis dan gambaran
umum. Modal
(X1)
Bahan Baku (X2)
Tenaga Kerja (X3)
Bab IV. Hasil dan Pembahasan berisikan analisis hasil perhitungan dan
pembahasan secara kualitatif dan kuantitatif.
Bab V. Simpulan dan Saran
Daftar Pustaka
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri
Pada dasarnya setiap industri, baik industri besar, menengah, dan kecil
menghadapi berbagai macam masalah. Demikian juga untuk industri tempe skala
mikro di Kota Bandar Lampung khususnya Kelurahan Gunung Sulah Kota Bandar
Lampung mengalami banyak masalah untuk mengembangkan usahanya. Berikut
ini pengertian industri menurut beberapa sumber:
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengertian industri adalah
sebagai berikut : “Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi penggunaannya, tidak termasuk kegiatan rancang bangun
dan perekayasaan industri (Departemen Perindustrian, UU No. 5 Tahun 1984,
tentang Perindustrian)“.
Menurut simposium hukum perindustrian, yang dimaksud dengan industri adalah
rangkaian kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan dan pengerjaan atau
pembuatan, perubahan dan perbaikan bahan baku menjadi barang sehingga pada
akhirnya akan lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat
Badan Pusat Statistik (2000: 5) menyatakan bahwa industri adalah suatu unit
(kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan
barang atau jasa, dan terletak pada suatu bangunan atau suatu lokasi tertentu serta
mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur
biayanya.
Menurut Harsono (1972 : 12) dalam ”BuletinEkonomi” dikatakan bahwa definisi
dari industri adalah meliputi semua perusahaan yang mempunyai kegiatan tertentu
dalam mengubah secara mekanis atau secara kimia bahan organis atau anorganis
sehingga menjadi bentuk yang baru dan termasuk reparasi dan pemasangan pada
sebagian barang.
Dalam pengertian ini industri mencakup bentuk produksi yang meliputi berbagai
macam faktor yang terhadap barang-barang tertentu pada awalnya masih berupa
input yang bernilai rendah. Kemudian input tersebut diolah menjadi barang jadi
dimana diharapkan barang jadi tersebut akan mempunyai nilai yang lebih tinggi
dari pada sebelumnya.
Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau
bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga
barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan
mutu setinggi-tingginya (I Made Sandi, 1985:148).
Mubyarto (1979: 28 - 30) menyatakan industri kecil merupakan industri yang
berskala kecil dan industri rumah tangga yang diusahakan untuk menambah
18
1) Unit industri pedesaan terbanyak merupakan unit-unit industri rumah tangga
dan kerajinan rakyat yang mempunyai pekerja 5 atau kurang.
2) Sebagian pekerja datang dari rumah tangga sendiri yang kadang-kadang tidak
diberi gaji atau dari handai tolan dari kenalan-kenalannya. Sekalipun demikian
walaupun pekerja-pekerja mendapat upah, tetapi sifat hubungan dengan
pengusaha adalah sangat tidak resmi.
3) Teknologi yang dipakai sederhana dan dikerjakan dengan tangan.
4) Bahan-bahan baku sebagian besar didapat dari daerah itu sendiri atau dari
tempat-tempat terdekat.
5) Cara memasarkan barang-barang yang dihasilkan adalah tidak dengan promosi
maupun advertensi melainkan melalui perantara-perantara.
6) Mempunyai peran didalam memberi nafkah dan peningkatan
pendapatankeluarga pengrajin, disamping menaikkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan juga membuka lebih banyak kesempatan kerja dan meratakan
pendapatan.
1. Industri Tempe Skala Mikro
Menurut Sadono Sukirno (2006; 4-5), analisis dalam teori mikroekonomi meliputi
bagian – bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian yang lebih
menitikberatkan kepada analisis mengenai masalah membuat pilihan untuk :
a. Mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber – sumber daya (faktor
produksi).
Analisis – analisis dalam teori mikroekonomi bertitiktolak dari pandangan yang
menganggap bahwa faktor – faktor produksi yang dimiliki masyarakat terbatas,
sedangkan keinginan manusia tidak terbatas.
Perkembangan dan persaingan usaha kecil dan mikro di sektor industri makanan
terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu merupakan pertanda iklim usaha yang
kondusif dan baik, yang harus terus ditingkatkan agar usaha kecil-mikro memiliki
daya saing tinggi di pasar nasional.
Ditengah ancaman pasar bebas yang semakin terbuka dengan berbagai produk
negara asing (kedelai) dan mengancam pasar dalam negri, tentunya sektor usaha
kecil-mikro harus diperhatikan dan didukung oleh serangkaian kebijakan yang
tepat dari pemerintah. Selain itu, diperlukan juga pengembangan kemampuan
usaha yang berguna dan tepat bagi para pelaku usaha kecil-mikro di Indonesia
khususnya di Kelurahan Gunung Sulah.
Dalam usaha tempe pada industri mikro ini diperlukan sarana produk antara lain
bahan baku dan alat-alat produksi sebagai modal. Sarana produksi ini diperoleh
oleh para pengrajin responden dengan membeli baik di koperasi, sebagai penyedia
stok bagi anggotanya maupun mereka peroleh dari kios (warung) atau pemasok
yang ada di daerah penelitian tersebut, karena lokasi ini merupakan kota besar
sehingga sarana-sarana produksi tersebut tidak sulit diperoleh oleh para pengrajin
tempe.
Bahan baku merupakan faktor produksi utama yang berperan dalam proses
produksi makanan tempe. Bahan baku yang dimaksud dalam pembuatan
20
Semua ini diperoleh oleh pengrajin responden di beberapa tempat. Semua
pengrajin tempe di daerah Gunung Sulah ini membeli di warung atau pasar karena
koperasi tempe didaerah ini sudah lama tidak beroperasi lagi.
Bahan baku kedelai yang digunakan oleh pengrajin reponden mayoritas
menggunakan kedelai impor. Penggunaan kedelai impor ini didasarkan karena
jenis kedelai ini memiliki keunggulan dibandingkan kedelai lokal, yaitu :
1. Ukuran kedelai impor relatif besar, sehingga kepingan kedelai setelai rebusan
dan perendaman juga relatif besar.
2. Biji kedelai relatif bersih dari kotoran sehingga memudahkan proses pencucian,
kemudian warna irisan tempe kuning terang (cerah).
Dalam kacang kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein
nabatinya. Selain itu kadar asam amino kedelai termasuk paling lengkap. Tiap
satu gram asam amino kedelai mengandung 340 mgr soleusin, 480 mgr leusin,
400 mgr fenilalamin, 200 mgr tirosin, 80 mgr metionin, 110 mgr sistin, 250 mgr
reunin, 90 mgr triptiofan, dan 330 valin. Kedelai selain berguna untuk mencukupi
kebutuhan gizi tubuh, juga merkhasiat sebagai obat beberapa penyakit. (Rukmana
dan Yuniarsih (1995:18).
Ragi yang digunakan oleh para pengrajin reponden ada dua jenis, yaitu ragi bubuk
dann ragi batangan. Ragi bubuk merupakan ragi yang sudah jadi dan dapat
langsung digunakan, dikemas dalam plastik. Sedangkan ragi batangan adalah ragi
yang dibuat dari campuran ampas kelapa dengan jamur rhizopus sp. Namun dari
bubuk karena kualitas akhir pada tempe menjadi baik hasilnua, tidak biru (putih
bersih) dan tidak berasa kecut.
Alat-alat produksi yang diguinakan dalam industri tempe berupa modal investasi
dalam bentuk fisik seperti : mesin pengelupas kulit kedelai, pisau, bakul, drum
perebusan dan perendaman, dan lain-lain. Alat-alat produksi ini diperoleh oleh
pengrajin responden dengan membeli dipasar atau warung terdekat yang
jumlahnya tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing
pengrajin responden. Umur produksi dari alat-alat tersebut relatif lebih lama
antara dua bulan sampai 10 tahun lebih penggunaan sekali proses prosuksi.
Masyarakat sangat mengenal tempe yang dianggap memiliki gizi yang sangat
tinggi. Usaha tempe ini merupakan usaha yang termasuk dalam skala kecil yang
dikerjakan mayoritas oleh anggota keluarga, sehingga usaha ini umumnya dikenal
sebagai industri kecil kerajinan rumah tangga. Ini dikerjakan oleh para pengrajin
di beberapa daerah dalam Kota Bandar Lampung, antara lain : Kelurahan Gunung
Sulah Kecamatan Sukarame, Kelurahan Kampung Surabaya Kecamatan Kedaton,
kelurahan Kampung Sawah Brebes dan Kelurahan Kedamaian Mekar Sari
Kecamatan Tanjung karang Timur, Kelurahan Gedung Pakuon Kecamatan Teluk
Betung Selatan.
Teknologi yang digunakan pembuatan tempe ini cukup sederhana yaitu
menggunakan fermentasi untuk memunculkan senyawa-senyawa baru yang
dimunculkan oleh ragi yang diberikan pada kacang kedelai yang sudah diolah.
Proses fermentasi ini memakan waktu kedelai yang telah dipilih dan dibersihkan
22
Kedelai ini lalu direbus diatas tungku dengan menggunakan kayu bakar sebagai
bahan bakar atau diatas kompor dengan menggunakan minyak tanah sebagai
bahan bakarnya. Perebusan dlakukan sampai kedelai benar-benar matang dan
ciri-ciri buih dipermukaan air yang muncul pada saat perebusan telah hi;ang
disebabkan penguapan.
Setelah itu kedelai beserta air rebusannya dipindahkan ke dalam perendaman.
Proses ini memakan waktu yang cukup lama sekitar 22-24jam, dengan tujuan agar
menciptakan keasaman pada kedelai yang diolah tersebut. Keasaman ini dapat
diketahui dengan melihat perubahan yang terjadi pada air dalam drum
perendaman yaitu warna air rendaman yang sebelumnya bening berubah menjadi
warna putih susu dan berlendir. Pengasaman ini dapat dipercepat dengan
menambah lagi cairan lendir pada saat perendaman kedelai sebelumnya.
Kedelai yang telah direndam ini kemudian dipindahkan lagi ke dalam drum atau
bak untuk dicuci. Pada proses pencucian ini, sekaligus dilakukan pemecahan
kedelai menjadi kepingan di satu tempat.Kedelai dicuci dengan penyiraman air
bersih kedalam bak, lalu dilakukan penginjakan-penginjakan kedelai agar terpisah
menjadi kepingan-kepingan dan kulit-kulitnya terkelupas, proses pencucian ini
juga harus teliti dan seksama, sebab rasa tempe yang gurih atau tidak tergantung
dari pencucian kedelai. Kedelai yang pencuciannya tidak bersih akan
menyebabkan tempe itu mudah rusak dan berasa kecut. Kedelai cucian diunggap
bersih hingga permukaan kepingan kedelai tidak lengket pada saat disentuh dan
dipindahkan ke dalam bakul selama 1-2 jam. Namun seringkali pengrajin
menyiram kedelai yang diperoleh agar lebih bersih.
Kemudian kedelai tersebut, setelah ditiriskan, dipindahkan lagi ke dalam tampah
besar atau bak yang alasnya dilapisi plastik. Setelah itu, mulai proses peragian
pada kedelai yang sudah diolah dengan mencampur kedelai tersebut dengan
bubuk ragi tergantung dari banyaknya kedelai. Namun ada juga peragian tersebut
dilakuakan dengan menggunakan ragi batangan yang diolah dari campuran jamur
asli dengan ampas kelapa yang telah dikeringkan. Pencampuran kedelai ini
dilakukan secara merata agar jamur yang tumbuh pada tempe tumbuh merata pula.
Setelah proses peragian ini selesai kemudian dilakukan pengemasan-pengemasan
dengan menggunakan plastik yang telah diberi lubang untuk rongga udara.
Kedelai yang sudah dikemas lalu disusun di rak-rak bambu atau kerek yang
24
B.Produksi
Menurut DR. Basu Swastha DH, SE. MBA dan Ibnu Sukotjo W, SE. (1999;
13-23), produksi adalah semua usaha yang ditujukan untuk menciptakan atau
menaikkan faedah (utility). Sedangkan produktivitas adalah keluaran barang dan
jasa per unit tenaga kerja. Untuk meningkatkan produktivitas, orang tidak cukup
hanya dengan bekerja keras, tetapi juga memerlukan peralatan dan metode kerja
yang lebih baik. Disamping itu juga diperlukan peningkatan invstasi, riset dan
pengembangan dan teknik – teknik manajemen yang lebih maju.
Menurut Sofjan Assauri (2004; 11), produksi merupakan proses yang mengubah
masukan – masukan (inputs) dengan menggunakan sumber – sumber daya untuk
menghasilkan keluaran – keluaran (outputs), yang berupa barang dan jasa.
Sedangkan pengertian produksi menurut Jay Heizer dan Barry Render (2004; 4),
yaitu penciptaan barang dan jasa.
Yang dimaksut penciptaan barang dan jasa disini adalah membuat barang yang
nyata wujudnya oleh perusahaan manufaktur dan penciptaan produk jasa yaitu
tidak memproduksi barang secara nyata dan fungsi produksinya mungkin tidak
terlalu terlihat.
Menurut Sofyan Assauri, Manajemen Produksi (2002 : 221) mengemukakan
bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu hasil yang
menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang
26
Sesuai dengan pengertian di atas ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan
barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1. Faktor produksi modal
2. Faktor produksi bahan baku
3. Faktor produksi tenaga kerja
Proses produksi adalah serangkaian kegiatan untuk menghasilkan output tertentu,
dimana output yang dihasilkan tersebut dipengaruhi oleh input yang digunakan
dalam proses produksi. Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang
disebut fungsi produksi. Dengan menggunakan fungsi produksi kita dapat
menentukan tingkat output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah
input tertentu, atau menentukan jumlah input minimum untuk menghasilkan
tingkat output tertentu.
Menurut Masyhuri (2007: 131), ada beberapa model fungsi produksi seperti
fungsi produksi linier sederhana, fungsi produksi kuadratik, fungsi produksi
polinominal akar pangkat dua, dan fungsi produksi Cobb Douglas. Salah satu
fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam memecahkan masalah dalam
bidang ekonomi adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi
produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua
atau lebih variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yang
dimaksud adalah input dari proses produksi (modal, bahan baku, tenaga kerja),
dan variabel dependen yang dimaksud adalah output dari proses produksi yang
Fungsi produksi ini lebih mudah dipahami dan dioperasikan karena fungsi
produksi ini dapat dilinierkan dengan cara melogaritmakannya, sehingga dapat
dengan mudah dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Besaran
elastisitas dapat dilihat dari koefisien pangkat (nilai parameter penduga) dalam
fungsi produksi.
Menurut Soekartawi (1990 : 15), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara
variabel output dan input, atau hubungan antara variabel yang dijelaskan (variabel
dependen) dengan variabel yang menjelaskan (variabel independen). Variabel
yang dijelaskan adalah output (hasil produksi) dan variabel yang menjelaskan
adalah input (faktor produksi).
Menurut Masyhuri (2007 : 130), dalam ekonomi produksi bahasan yang paling
penting adalah fungsi produksi. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan :
a. Dengan fungsi produksi, maka seorang produsen atau peneliti dapat
mengetahui seberapa besar kontribusi dari masing - masing input terhadap
output, baik secara bersamaan (simultan) maupun secara sendiri - sendiri
(partial).
b. Dengan fungsi produksi, maka produsen atau peneliti dapat mengetahui
alokasi penggunaan input dalam memproduksi suatu output secara
optimal.
c. Dengan fungsi produksi, maka produsen atau peneliti dapat mengetahui
hubungan antara faktor produksi dan produksi secara langsung sehingga
hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
d. Dengan fungsi produksi, maka produsen atau peneliti dapat mengetahui
hubungan antara variabel tak bebas dan variabel bebas serta hubungan
28
Fungsi produksi secara matematis dapat diformulasikan dalam bentuk model
umum dan model khusus atau spesifik. Model umum fungsi produksi adalah
Y = f(X1,X2,X3,..., Xn)
Interpretasi dari model umum dapat dinyatakan bahwa output (Y) besar kecilnya
tergantung dari sejumlah input (X1 – Xn) yang digunakan untuk menghasilkan
output tersebut.
Menurut Soekartawi (1990 : 15), berbagai macam fungsi produksi telah dikenal
dan dipergunakan oleh berbagai peneliti, tetapi yang umum digunakan dan sering
dipakai adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Produksi Linier
Fungsi produksi linier biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi
produksi linier sederhana dan fungsi produksi linier berganda. Perbedaan
kedua fungsi ini terletak pada jumlah variabel X (input) yang dipakai
dalam model. Formulasi model linier sederhana variabel input yang
dipakai dalam model hanya satu.
Berikut ini adalah model fungsi produksi linier sederhana :
Y = a + bX
Keterangan :
Y= output produksi
X= input produksi
a = nilai konstanta
Berbeda dengan fungsi produksi linier sederhana, pada fungsi produksi linier
berganda ini variabel X (input) yang digunakan lebih dari satu. Berikut ini adalah
model fungsi produksi linier berganda :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 ... +... bnXn
Keterangan:
Y = output produksi
X1,X2,...,Xn = input produksi
a = nilai konstanta
b1,b2,b3...,bn = nilai parameter yang diduga
C. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009 : 63) variabel independen adalah tipe
variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen
pada umumnya dilambangkan dengan huruf X. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel independen adalah faktor input yang terdiri dari :
1) Modal (X1)
2) Bahan baku (X2)
3) Tenaga kerja (X3)
Menurut Masyuhri (2007 : 125), komponen input meliputi : tanah, modal, tenaga
kerja, mesin, manajemen, energi, bahan baku, dan mesin. Dalam penelitian ini
input yang digunakan hanya modal, bahan baku dan tenaga kerja, karena tiga
input inilah yang paling berpengaruh terhadap proses produksi tempe di
30
2. Variable Dependen
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009 : 63) variabel dependen adalah tipe
variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Pada
umumnya variabel dependen dilambangkan dengan huruf Y. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah faktor output yang berupa Tempe ( Y = produksi
tempe ).
[image:46.595.113.537.317.730.2]D.Definisi Operasional Tabel 5. Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Indikator
Input Faktor – faktor
digunakan dalam proses
produksi untuk
menghasilkan output
berupa barang
a.Modal yang dihitung berdasarkan jumlah
modal yang digunakan dalam sekali
proses produksi dengan satuannya
rupiah.
b. Bahan baku (kedelai) yang dihitung
berdasarkan jumlah kedelai yang
digunakan dalam sekali proses produksi
dengan satuan kg.
c.Tenaga kerja yang dihitung berdasarkan
jumlah tenaga kerja yang digunakan
dengan satuan jam.
Output Hasil akhir dari proses produksi berupa barang
Tempe yang di hitung dengan satuan unit
E.Penelitian Terdahulu
NO PENELITI/
TAHUN ALAT ANALISIS HASIL ANALISIS
1 Karjadi Mintaroem di JawaTimur,2 003
1. RegresiBerganda Sampel dalam penelitian ini adalah 40 industri rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo, alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Adapun hasilnya bahwa variabel motivasi berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan pada industri rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo.
2.
2 DeviaSetawat i di Kendal, 2012
1. DeskriptifPersentas e
2. RegresiBerganda
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Produksi tempe pada sentra industri tempe di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal cenderung tetap
disebabkan karena harga kedelai yang fluktuatif sehinga para pengusaha tempe tidak dapat meningkatkan kapasitas
33
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan
tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi,
benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).
Masalah populasi timbul terutama pada penelitian yang menggunakan metode
survey sebagai teknik pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah
industri tempe yang ada di Kelurahan Gunung Sulah. Dipilihnya Kelurahan
Gunung Sulah sebagai lokasi Penelitian karena di daerah ini terdapat beberapa
industri tempe yang merupakan makanan sehari-hari masyarakat yang selalu di
temukan di pasar.
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat
dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang
dapat menggambarkan karakteristik populasi.
1. Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang
dimaksud dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu
(Nursalam, 2003: 97).
Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain:
a. subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan
b. subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data
dilakukan.
2. Teknik pengambilan sampel
a. Pengertian teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik pengambilan
sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari populasi tsb.
kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada
populasi (generalisasi). Hubungan populasi, sample, teknik sampling, dan
[image:49.595.126.415.596.708.2]generasi dapat digambarkan sebagai berikut:
34
b. Manfaat sampling
1) Menghemat biaya penelitian.
2) Menghemat waktu untuk penelitian.
3) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
4) Memperluas ruang lingkup penlitian.
c. Syarat-syarat teknik sampling
Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki
karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan
populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak
representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.
d Jenis-jenis teknik sampling
1) Teknik sampling secara probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik
sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada
seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel
yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.
Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut.
a. Teknik sampling secara rambang sederhana.
Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang
sederhana adalah dengan undian.
Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus
(nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.
c. Teknik sampling secara rambang proportional.
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian
diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilan- nya dapat
dilakukan secara undian maupun sistematis.
d. Teknik sampling secara rambang bertingkat.
Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara peng-ambilan
sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.
e. Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)
Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin
dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat
luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa
kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan
sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.
Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang
ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan
pakar.
Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah
sebagai berikut.
36
Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan sample yang
dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan
peneliti.
b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama.
Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama,
sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan
seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek
bola salju.
c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang
telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek
yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan
data.
d) Accidental sampling atau convenience sampling
Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak
direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau
subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses
diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara
kebetulan.
3. Penentuan Jumlah Sampel
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat waktu,
biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti
muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum
statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah
sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji
dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut
sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.
Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan
pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti
berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap
terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55).
Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan
Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara
10 – 100.000.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive samplingyaitu
penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik
yang dietapkan peneliti adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
industri yang telah berdiri atau beroperasi minimal 10 tahun dengan jumlah
sampel sekitar 30 industri dari data yang ada.
B.Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan
Teknik pengumpulan data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung
38
langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan
lain. (Umar 2005 : 51).
Pengumpulan data di tempat atau lokasi penelitian dengan menggunakan
Kuesioner, yaitu Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara
memberi daftar pertanyaan tertutup terhadap responden. Daftar pertanyaan ini
disusun berdasarkan acuan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
2. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya (Umar 2005 : 51). Dalam
penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung pada objek
yang diteliti, yaitu proses produksi yang terjadi diperusahaan.
3. Penelitian Kepustakaan
Dalam penelitian ini akan menggunakan berbagai literatur ilmiah dan buku-buku
yang ada kaitannya dengan penulisan ini.
4. Dokumentasi
Teknik dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari
berbagai sumber tertentu, baik secara pribadi maupun kelembagaan (Sanusi 2011 :
114). Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data
historis objek penelitian yang telah terdokumentasi dan dari hasil kuesioner,
setelah itu peneliti harus mengatur agar data tersebut menjadi sistematis. Dalam
penelitian ini data yang dikumpulkan adalah jumlah penggunaan bahan baku
rak tempe, tampah, bakul), tenaga kerja dan hasil output perusahaan (tempe)
selama per sekali produksi.
C.Data dan Sumber Data
Data primer yang dikumpulkan dari penelitian lapangan dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang dirancang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sebagai
pelengkap diperlukan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Biro Pusat Statistik, Kelurahan
Gunung Sulah Kecamatan Sukarame.
D.Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analis regresi
berganda dengan menggunakan eviews 7. Sebelum data diolah menggunakan
regresi linier berganda, data (variabel input dan variabel output) tersebut harus
diubah ke dalam bentuk logaritma natural agar bisa dianalisis dengan regresi
linier. Logaritma natural adalah logaritma yang berbasis e, dimana e adalah
2,718281828459... (dan seterusnya). Logaritma natural terdefinisikan untuk
semua bilangan real positif dan dapat juga terdefinisikan untuk bilangan kompleks
yang bukan nol (0). Dalam rumusan masalah ada tiga variabel input yaitu modal,
bahan baku, tenaga kerja, serta variabel output yang berupa tempe. Sehingga
40
Dimana persamaan fungsinya adalah sebagai berikut ;
Y= f (X1, X2, X3 )...(1)
Y = produksi tempe (poton)
X1 = modal (rupiah)
X2 = bahan baku (kg)
X3 = tenaga kerja (jam)
Dan Fungsi cobb-Douglas, dari persamaan fungsi di atas adalah sebagai berikut ;
Y = β0 . X1 β1 . X2 β2 . X3 β3 . e μ ...(2)
Karena persamaan di atas belum linear, maka fungsi di atas harus di “Ln” kan
sehingga persamaan Linearnya adalaha ;
Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + μ...(3)
Keterangan :
Y = Produksi Tempe (potong)
X1 = Modal (rupiah)
X2 = Bahan Baku (kg)
X3 = Tenaga Kerja (jam)
Ln = Logaritma natural
β1 β2 β3 = Parameter yang akan diestimasi
β0 = Konstanta
μ = Error Term
Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikan dari masing-masing koefisien
regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat menggunakan
1. Analisis koefisien determinasi (R2)
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu input modal (X1),
bahan baku (X2), tenaga kerja (X3) terhadap variabel dependen produksi tempe
(Y) maka digunakan analisis koefisien determinasi (R2).
Koefisien Determinasi (R2) yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen
sangat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel-variabel dependen.
Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisien determinasi terjadi bias
terhadap satu variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen akan menyebabkan peningkatan R2, tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (memiliki nilai t yang signifikan).
2. Uji statistik - t
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh signifikan satu
variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik ini dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai t hitung dan t kritis dengan tingkat kepercayaan sebesar
95% atau taraf signifikansi sebesar 5%. Langkah – langkah pengujian hipotesis
sebagai berikut:
Menentukan Formula Hipotesis
42
a. HO1: β1 = 0, modal secara parsial tidak berpengaruh terhadap jumlah
tempe yang dihasilkan.
Ha1: β1≠ 0, modal secara parsial berpengaruh terhadap jumlah tempe yang
dihasilkan.
b. HO2 : β2 = 0, bahan baku secara parsial tidak berpengaruh terhadap
jumlah tempe yang dihasilkan.
Ha2 : β2 ≠ 0, bahan baku secara parsial berpengaruh terhadap jumlah tempe
yang dihasilkan.
c.HO3 : β3 = 0, tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap
jumlah tempe yang dihasilkan.
Ha3 : β3 ≠ 0, tenaga kerja secara parsial berpengaruh terhadap jumlah tempe
yang dihasilkan.
Bila thitung > tkritis maka Ho ditolak atau menerima Ha dan apabila t hitung < t kritis
maka Ho diterima atau menolak Ha.
3. Uji Statistik F
Uji signifikansi ini pada dasarnya dimaksud untuk membuktikan secara statistik
bahwa keseluruhan variabel independen yaitu input modal (X1), bahan baku (X2),
tenaga kerja (X3) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
yaitu produksi tempe (Y).
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya apabila nilai
Fhitung < Fkritis maka hipotesis diterima yang artinya seluruh variabel independen
Apabila Fhitung > Fkritis maka hipotesis ditolak yang berarti seluruh variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan
taraf signifikan tertentu.
E.Definisi Operasional Variabel
1. Produksi tahu dan tempe (Y), yaitu jumlah hasil produksi tempe dalam sekali
produksi. Skala pengukuran dengan menggunakan unit (potong).
2. Modal (X1) adalah dana yang digunakan dalam proses produksi saja, tidak
termasuk nilai tambah dan bangunan yang ditempati atau biasa yang disebut
modal kerja (Lembaga Penelitian Ekonomi UGM, 1983). Masalah modal
sering disorot sebgai salah satu faktor utama penghambat produksi dan
dengan demikian juga penggunaan tenaga kerja “Working Capital Employee
Labor” berarti bahwa tersedianya modal kerja yang cukup mempunyai efek
yang besar terhadap penggunaan tenaga kerja. Modal merupakan sinonim
kekayaan, yaitu semua barang yang dimiliki orang seorangan. Tanah berserta
sumber alam yang terkandung didalamnya sering disebut modal alami, untuk
membedakan dari modal buatan seperti gedung, mesin-mesin alat-alat, dan
bahan-bahan.
Modal yang dimaksud adalah dana yang digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan dalam proses produksi atau bisa disebut modal kerja
(Working Capital). Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan yang
dimaksud modal dalam penelitian ini adalah modal dari nilai mesin yang
digunakan untuk produksi tempe yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
3. Bahan baku (X2), Menurut Supriyono (1999:27) bahan baku adalah bahan
44
diklasifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada
produk tertentu. Menurut Sukanto Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo
(1998:199) mengatakan bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor
produksi yang sangat penting. Kekurangan bahan dasar yang tersedia dapat
berakibat terhentinya proses produksi karena habisnya bahan baku untuk
diproses. Tersedianya bahan dasar yang cukup merupakan faktor penting
guna menjamin kelancaran proses produksi. Oleh karena itu perlu diadakan
perencanaan dan pengaturan terhadap bahan dasar ini baik mengenai
kuantitas maupun kualitasnya.
Bahan baku yang di pakai pada proses produksi biasanya di ubah oleh sumber
daya perusahaan menjadi produk jadi (Madura, 2001:294). Perencanaan
kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin bahwa bahan baku
tersedia bila mana diperlukan. Ketika suatu usaha memprediksi permintaan
terhadap produknya di masa mendatang, waktu bahan baku harus datang
dapat ditentukan untuk mencapai tingkat produksi yang memenuhi
permintaan yang diprediksi (Madura, 2001:294).
Dari teori mengenai bahan baku di atas dapat di ketahui indikator bahan baku
adalah:
a. Persediaan bahan baku untuk produksi selama satu periode tertentu.
b. Kualitas bahan baku yang digunakan untuk memproduksi.
c. Sifat bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
d. Harga bahan baku meliputi kelayakan harganya.
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan yang dimaksud bahan baku
dalam penelitian ini adalah bahan baku tempe yaitu kedelai yang dinyatakan
dalam satuan kg.
4. Tenaga kerja (X3), yaitu menurut Irwan dalam Suparmoko (1992 : 67)
keberhasilan pembangunan ekonomi salah satunya dipengaruhi oleh faktor
produksi. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memeuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja merupakan faktor yang
penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi,