TINJAUAN UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK
MELALUI SENSUS PAJAK NASIONAL
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BANDUNG-BOJONAGARA
REVIEW OF EFFORTS TO INCREASE TAX REVENUES BY
CENSUS OF THE NATIONAL TAX
ON TAX OFFICE PRATAMA BANDUNG-BOJONAGARA
TUGAS AKHIRDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi
RACHMAT SURYA 21309010
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv
TINJAUAN UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK MELALUI SENSUS PAJAK NASIONAL
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG-BOJONAGARA
Disusun Oleh : Rachmat Surya
21309010
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara, berdasarkan fenomena yang terjadi adalah Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak melalui kegiatan Sensus Pajak Nasional, yang dimana akan terus diadakan setiap Tahunnya, Kegiatan Sensus Pajak Nasional ini guna meningkatkan penerimaan disektor perpajakan, dan menjaring para Wajib Pajak yang belum mendaftarkan diri ke kantor pajak.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya dalam peningkatan penerimaan pajak dengan melalui kegiatan Sensus Pajak Nasional yang diadakan oleh KPP Pratama Bandung-Bojonagara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. upaya yang digunakan didalam pengumpulan data Diantaranya studi lapangan yang meliputi observasi lapangan, metode wawancara, dan dokumentasi dengan studi keperpustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas upaya peningkatan penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional berdasarkan prosedur yang dilakukan melalui Sensus Pajak Nasional sudah cukup baik namun ada sedikit hambatan didalam pelaksanaannya. Maka dari itu prosedur dan Upaya peningkatan penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara masih harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional tersebut.
iv
REVIEW OF EFFORTS TO INCREASE TAX REVENUES BY CENSUS OF THE NATIONAL TAX
ON TAX OFFICE PRATAMA BANDUNG-BOJONAGARA
Disusun Oleh: Rachmat Surya
21309010
ABSTRACT
The research was conducted at the Tax Office Pratama Bandung-Bojonagara, based on the phenomenon that occurs is the increase in Tax Revenue Effort by the National Tax Census activities, which will continue to be held each year, the National Tax Census Activities this sector to increase tax revenues, and capture the Mandatory taxes not yet signed up to the tax office.
The purpose of this study to determine its efforts in increasing tax revenue through the activities of the National Tax Census conducted by the KPP Pratama Bandung-Bojonagara. The method used in this research is descriptive method. measures used in file collection Among field studies that include field observations, interviews, and documentation with studies to library.
The results of this study indicate that the activity of efforts to increase tax revenue through the National Tax Census based on the procedure performed through the National Tax Census was pretty good but there are few obstacles in its implementation. So, the procedure and attempt to increase tax revenue through the Census National Tax on Tax Office Pratama Bandung-Bojonagara still to be improved and enhanced in the implementation of the National Tax
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
dan Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
besar Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan
penyempurna seluruh risalah-Nya. karena atas karunai-Nya penulis dapat
menyalesaikan tugas akhir ini dengan mengambil judul: TINJAUAN UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK MELALUI SENSUS PAJAK
NASIONAL PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BANDUNG-BOJONAGARA
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menempuh gelar Diploma III jurusan Akuntansi di Universitas
Komputer Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tugas akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun bahasanya. Hal ini karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk dijadikan
bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik
lagi.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan, dorongan, nasehat serta do’a dan bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk
vii
1. Dr.Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia
2. Prof. Dr. Hj Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Akuntansi Jenjang Diploma III Universitas Komputer Indonesia.
4. Lilis Puspitawati, SE,M.Si.Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.dan selaku Dosen
Pembimbing yang dengan sabar dan tekun memberikan waktu dan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir.
5. Ony Widilestariningtyas,SE.,M.Si selaku Dosen Wali Kelas AK-5 Angkatan
2009 Program Studi Akuntansi Jenjang Diploma Pendidikan III Universitas
Komputer Indonesia.
6. Semua Bapak, Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
7. Ibu Yuyun dan Bapak Sony Romadoni selaku pembimbing kami di
perusahaan serta semua Bapak, Ibu, dan Karyawan di KPP Pratama
Bandung-Bojonagara kususnya di bagian Seksi Ekstensifikasi yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
8. Untuk kedua orang tua saya yang sangat saya cintai “Bapak Mahmud dan
Ibu Sukaesih” terima kasih atas semua kasih dan sayang, perhatian, seta
dukungan dan doa yang tiada henti untuk anakmu ini hingga saat ini serta
viii
9. Untuk kakak saya tercinta “Zulham Saptahadi” terima kasih atas doa dan
bantuannya selama ini dalam penyelesaian Tugas Akhir si penulis
10. Teman-teman AK-5 angkatan 2009 serta teman – teman se-UNIKOM, juga
semua orang yang dikenal penulis terima kasih banyak atas semua
dukungannya dan doanya dan tidak lupa juga kepada teman-teman mabes
(Gilang, Rizal, Imam, Sandri, Yanuar, Aji, Mail, Ira, Heru, Haris dan Adit)
yang selalu mendukung penulis didalam penyusunan tugas akhir ini
Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu terima kasih atas semua bantuan selama laporan ini. Sebagai akhir kata
semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua yang memerlukan.
Bandung, Agustus 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN ... i
LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN... ii
MOTTO……….. iii
ABSTRACT... iv
ABSTRAK... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Identifikasi dan rumusan masalah... 5
1.2.1 Idenifikasi masalah... 5
1.2.2 Rumusan masalah... 6
1.3 Maksud dan Tujuan... 6
1.3.1 Maksud penelitian... 6
1.3.2 Tujuan penelitian... 6
1.4 Kegunaan Penelitian... 7
1.4.1 Bagi Penulis………. 7
1.4.2 Bagi Perusahaan………... 7
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1Kajian Pustaka... 8
2.1.1 Pengertian Pajak... 8
2.1.1.1Fungsi Pajak………... 9
2.1.1.2Sistem Pemungutan Pajak……... 10
2.1.1.3Hukum Pajak………... 14
2.1.2 Penerimaan Pajak……... 15
2.1.2.1Pengertian Penerimaan Pajak……... 15
2.1.2.2Sumber-sumber Penerimaan Pajak... 15
2.1.2.3Hambatan Pemungutan Pajak... 16
2.1.3 Sensus Pajak Nasional………...………. 20
2.1.3.1 Pengertian Sensus Pajak Nasional……….. 20
2.1 Kerangka Pemikiran... 20
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 23
3.2 Metode Penelitian... 23
3.2.1 Desain Penelitian... 24
3.2.2 Oprasional Variable... 26
3.2.3 Sumber Teknik dan Penentuan Data... 27
3.2.3.1Sumber Data... 27
3.2.3.2Teknik Penentuan Data... 28
xi
3.2.5 Analisi Data... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 33
4.1.1 Sejarah Perusahaan KPP Pratama Bandung-Bojonagara... 33
4.1.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung-Bojonagara... 35
4.1.3 Job Description... 39
4.1.4 Aktivitas KPP Bojonagara……….... 41
4.2 Krakteristik Responden... 43
4.3 Analisi Deskriptif... 44
4.3.1 Prosedur Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional………. 44
4.3.3 Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Sensus Pajak Nasional………... 47
4.3.3 Hasil Penerimaan Setelah Adanya Sensus Pajak Nasional…... 48
4.1 Hasil Implementasi... 49
4.4.1 Analisis Prosedur Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional... 49
4.4.2 Analisis Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Sensus Pajak Nasional………... 50
xii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan... 52
5.2 Saran... 53
DAFTAR PUSTAKA... 54
HASIL WAWANCARA... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 58
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari
sektor partikulir ke sektor pemerintahan). Berdasarkan undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung
dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. (Rochmat
soemitro, 2002)
Penerimaan Negara Indonesia sebagian besar berasal dari pajak, tetapi
upaya mengumpulkan dana dari pajak bukan berarti harus semaksimal mungkin.
tetapi hal ini bertentangan dengan hak warga Negara untuk tetap menjalankan
kehidupan yang layak . dengan demikian maka jumlah pajak yang memang
seharusnya diterima kas Negara benar-benar masuk semua. ( Siti Kurnia Rahayu,
2009:26-27)
Terdapat faktor–faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi dan
menentukan optimalisasi pemasukan dana ke kas Negara melalui pemungutan
pajak kepada warga Negara yaitu system adminitrasi perpajakan yang tepat,
pelayanan, kesadaran dan pemahaman warga Negara, serta kualitas petugas
pajak. (Siti Kurnia Rahayu, 2009: 27)
“Seluruh kantor yang ada di Indonesia sedang menggalangkan yang
namanya Sensus Pajak Nasional guna upaya peningkatan penerimaan disektor
2
terhadap upaya peningkatan penerimaan pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib
pajak,” Ujar Bpk. Sony selaku staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung.
(Kamis, 14 July 2012)
Mulai akhir September nanti, Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan
Sensus Pajak Nasional (SPN). Ini dilakukan sebagai salah satu upaya
meningkatkan penerimaan pajak negara. Waktu pelaksanaan Sensus Pajak
Nasional (SPN) adalah tanggal 30 September 2011 serentak di seluruh Indonesia
Sensus pajak adalah kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban
perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak, artinya ekstensifikasi, dengan
mendatangi wajib pajak (WP) di seluruh Indonesia," ungkap Direktur Jenderal
Pajak Kementerian Keuangan, Fuad Rahmany, di Jakarta, Jumat ( 19/8/2011 ).
(www.pajak.go.id)
Kalau semua pengusaha dan instansi pemerintah memberikan data
perpajakannya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak optimistis, langkah ini bisa
mendongkrak penerimaan pajak tahun ini. Semestinya, tak ada alasan buat
pengusaha dan instansi pemerintah untuk tidak menyerahkan data pajaknya.
Sebab, ini merupakan perintah Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2012. Direktur
Penyuluhan Pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Dedi Rudaedi mengatakan, jika
semua data itu terkumpul, lembaganya bisa menekan angka kerugian penerimaan
pajak akibat ada selisih dari ketidaksesuaian data. Jadi, "Langkah ini bisa
meningkatkan penerimaan pajak,” katanya, Rabu (28/3). Seoalnya, sistem self
assessment dalam pelaporan pajak selama ini membuat pemerintah tidak bisa
3
ketentuan. Menurut Dedi, PP No. 31/2012 merupakan petunjuk pelaksanaan dari
Pasal 35A Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang
mengatur kewajiban wajib pajak dalam memberikan keterangan atau bukti terkait
perpajakan. Pemerintah akan mulai mensosialisasikan aturan turunan itu dalam
waktu dekat. Darussalam, pengamat perpajakan, menilai langkah pemerintah yang
mewajibkan pengusaha melaporkan data perpajakannya adalah tepat, guna
mengefektifkan pendapatan dari sektor ini. Kendati demikian, agar berjalan
efektif, program ini harus mendapat dukungan dari semua pihak terkait, dan
kesadaran dalam membayar pajak.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengungkapkan,
tahun lalu, realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) tidak mencapai
target. Penyebabnya, penyetoran pajak oleh wajib pajak dari sektor ritel masih
rendah. Tahun ini, pemerintah menargetkan penerimaan dalam negeri tahun ini
sebesar Rp 1.357,4 triliun. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan
perpajakan sebesar Rp 1.016,2 triliun dan bukan pajak Rp 341,1 triliun. Jelang
batas akhir penyetoran surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT), Kantor Pajak
memberikan peringatan kepada Wajib Pajak (WP) agar tidak bandel dan membuat
laporan penghasilan mereka secara jujur. Jika tidak, kantor pajak siap
menerjunkan penyidik mereka untuk memeriksa WP. (www.ortax.org:29 Maret
2012).
Terdapat masalah yang menjadi kendala bagi DJP mengenai pertumbuhan
tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak
4
kepatuhan wajib pajak di wilayah Jawa Barat (Jabar) yang masih tergolong
rendah. Tingkat kepatuhannya hanya 41 persen (Menurut Kepala Kantor
Direktorat Jendral Pajak Wilayah Jabar Ajat Djatnika). Jumlah wajib pajak (WP)
di wilayah kerja Jabar mencapai sekitar 3 juta, namun hanya 1,3 juta yang
melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT). Itu sekitar 41 persen dari
total wajib pajak," kata Ajat di Bandung, Selasa (6/3). Dia menyatakan rendahnya
kewajiban membayar pajak menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang
belum memahami pentingnya dana pajak untuk pembangunan. Dia tidak
menampik keengganan membayar pajak juga disebabkan oleh isu korupsi oknum
pegawai pajak yang sedang ramai, seperti Gayus dan Dhana. Padahal menurut dia,
tidak semua pegawai pajak berlaku korup seperti kedua oknum pegawai
tersebut.Untuk menggenjot peningkatan pembayaran pajak, pihaknya tidak akan
berhenti melakukan sosialisasi mengenai pentingnya membayar pajak.
Selain tindakan persuasif, telah disiapkan sanksi. tegas seperti
mengenakan denda atas keterlambatan pembayaran pajak. Untuk wajib pajak
perorangan, batas waktu pembayarannya 31 Maret 2012. Jika terlambat dikenakan
denda 500 ribu rupiah. Wajib pajak perusahaan atau badan paling lambat harus
membayar 1 april 2012 atau dikenai denda 1 juta rupiah. Pemberian sanksi
dilakukan untuk merealisasikan target perolehan pajak di jabar dan meningkatkan
jumlah kepatuhan pembayar pajak (koran - jakarta.com, 7 Maret 2012).
Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran
perpajakan.kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai Negara dan
5
komponen kognitif dan efektif yang berinteraksi dalam memahami dan merasakan
dan berprilaku terhadap makna dan fungsi Negara atau siapapun yang merasa
menjadi warga Negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya,termasuk rela
memberikan konstribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan
membayar kewajiban pajaknya.(Suparmoko dan Irwan ,2005)
Berdasarkan uraian diatas yang telah peneliti jabarkan, maka penelitian ini
diberi dengan judul “ Tinjauan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak melalui Sensus Pajak Nasional (SPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara”.
1.2 Identikasi dan Rumusan Masalah
Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu
perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi identifikasi masalah adalah
sebagai berikut :
1.2.1 Identifikasi Masalah
1. Pemberian informasi perpajakan yang tidak obyektif yang
dilakukan oleh wajib pajak.
2. Tingkat kepatuhan wajib pajak di jabar masih rendah dikarenakan
masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya dana
pajak untuk pembangunan.
3. Tingkat penerimaan pajak menurun, Direktorat Jendral pajak akan
melakukan Sensus Pajak Nasional (SPN). Ini dilakukan sebagai
6
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya peningkatan penerimaan pajak melalui sensus
pajak nasional dikantor pelayanan pajak pratama
Bandung-Bojanagara.
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam upaya peningkatan
penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional.
3. Bagaimana hasil penerimaan pajak setelah adanya Sensus Pajak
Nasional (SPN).
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukuan oleh penulis adalah untuk
meneliti bagaimana upaya peningkatan penerimaan pajak dikantor
pelayanan pajak pratama Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikiut:
1. Untuk mengetahui upaya peningkatan penerimaan pajak melalui Sensus
Pajak Nasional pajak di kantor pelayanan pajak pratama
Bandung-Bojonagara
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam upaya peningkatan
penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional.
3. Untuk mengetahui Hasil penerimaaan pajak setelah adanya Sensus
7
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Bagi Penulis
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan penulis terutama
dalam bidang perpajakan.
1.4.2 Bagi Perusahaan
Kegunaan penelitian ini bagi perusahaan adalah dapat dijadikan
sebagai bahan masukan dalam peningkatan penerimaan pajak.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun tempat yang menjadi penelitian penulis adalah Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung-Bojonagara yang beralamat di Jl. Insiyur Sutami No. 1
Bandung.
Tabel 1.1
Waktu pelaksanaan Penelitian
No Kegitan April Bulan
2012
1 Survei ke Perusahaan
II Tahap Pelaksanaan :
1 Mengajukan Surat Pengantar untuk Ke Perusahaan
2. Penelitian diperusahaan dan Penghambilan Data
3. Bimbingan Tugas Akhir
III Tahap Pelaporan :
4 Penyiapan Draft dan Persiapan Sidang
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian pajak
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat
(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa
balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Terdapat bermacam-macam definisi
pajak yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:
Sementara menurut Soemahamidjaja (2001:4) :
“Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma - norma hukum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.
Sedangkan menurut Prof. Dr.P.J.A. Andriani (2010:2)yang dikutip oleh
Siti Kurnia Rahayu merumuskan :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Dari definisi diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan, yaitusebagai berikut :
Pajak Adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada pemerintah
9
Dari beberapa definisi yang sudah dikemukakan oleh para ahli, dapat
ditarik sebuah kesimpulan tentang unsure pokok pada pengertian pajak:
1. Pajak merupakan sebuah iuran wajib.
2. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun dari
pemerintah daerah.
3. Pajak diperuntukan untuk pegeluaran-pengeluaran umum.
4. Pajak dipungut atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang
sifatmya dapat dipaksakan.
5. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kotra prestasi
individual oleh pemerintah.
6. Pajak juga mempunyai fungsi budgetair dan regulerend.
2.1.1.1 Fungsi pajak
Sebagaimana sudah diketahui unsur pokok pajak yang diatas ada fungsi
pajak yaitu :
Menurut Oyok Abuyamin (2012 : 3)ada dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi penerimaan (Budgetair).
2. Fungsi Mengatur (regulerend).
Menurut fungsi diatas diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Penerimaan atau (bugetair)
“Pajak berfungsi sebagai alokasi dana yang diperuntukan untuk membiayai
10
Contohnya : Dimasukannya dana pajak APBD dalam negri khususnya di
daerah.
2. Fungsi Mengatur (regulerend).
“Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur kebijakan-kebijakan dibidang
ekonomi khususnya”.
Contohmya : dikenakan pajak yang tinggi terhadap barang mewah
misalnya minuman keras, sehingga penggunaanya dapat dibatasi.
2.1.1.2 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2005:3) “terdapat empat asas-asas pemungutan pajak
yang dikemukakan oleh Adam Smith yang dikenal dengan nama Four
Cannons atau The Four Maxim”dengan uraian sebagai berikut :
1. Equality (Asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan).
2. Certainty (Asas kepastian hukum).
3. Convenience of Payment (Asas pemungutan pajak yang tepat waktu
atau asas kesenangan).
4. Economy (Asas efisien atau asas ekonomis).
Menurut asas-asas pemungutan diatas diuraikan sebagai berikut:
1. Equality (Asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan).
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak
11
kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai denga
manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak
menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding
dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
2. Certainty (Asas kepastian hukum).
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang – wenang. Pajak yang
dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi
(not arbitrary). Dalam asas ini, kepastian hukum yang diutamakan
adalah mengenal subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan ketentuan
mengenai pembayarannya. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus
mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan
harus bayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience of Payment (Asas pemungutan pajak yang tepat waktu
atau asas kesenangan).
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat – saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak (WP). Sistem
pemungutan ini disebut Pay as You Earn. Pajak harus dipungut pada
saat yang tepat bagi Wajib pajak, misalnya di saat Wajib Pajak Baru
12
4. Economy (Asas efisien atau asas ekonomis).
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
Menurut Oyok Abuyamin (2012:15) ada tiga macam sistem pemungutan pajak, yaitu :
1. “Official Assesment System”
2. “Self Assement System”
3. “With holding System”
Menurut tiga macam system pemungutan diatas diuraikan sebagai
berikut :
1. Official Assessment System.
“ suatu sistem pemungutan pajak yang berdasarkan UU pemerintah
(fiskus) diberi wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang. Ciri official assessment system”:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada fiskus.
b. Wajib pajak bersifat menunggu (pasif)
c. Utang pajak yang harus dibayar oleh WP timbul setelah
13
2. Self Assessment System
“Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang berdasarkan UU
memberikan kepercayaan kepada WP untuk melaksanakan hak dan
kewajibannya dibidang perpajakan. Ciri Self Assesment System” :
a. WP (Wajib Pajak) menghitung dan memperhitungkan sendiri oleh WP, pajak yang harus dibayar/pajak yang terutang.
b. WP membayar/menyetor sendiri pajak yang harus dibayar/ pajak yang terutang ke bank/Kantor Pos.
c. WP melaporkan sendiri pajak yang harus dibayar/pajak yang terutang.
d. Pemerintah (fiskus) mengawasi pelaksanaan hak dan kewajiban WP di bidang perpajakan.
3. With Holding System
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
berdasarkan UU memberi kepercayaan / wewenang kepada pihak
ketiga (bukan pemerintah dan bukan WP yang bersangkutan untuk
memotong atau memungut pajak yang wajib dipotong/dipungut
dari WP yang wajib membayarnya. Pihak ketiga wajib
menyetorkan hasil pemotongan /pemungutan pajak tersebut. Ciri
With Holding System :
a. Pemotongan / Pemungutan pajak dilakukan oleh pihak ketiga
(bukan pemerintah/bukan fiskus).
b. Pemotong / Pemungut wajib menyetorkan hasil pemotongan /
14
c. Pemerintah (fiskus) mengawasi pelaksanaan pemotongan /
pemungutan dan penyetoran oleh pihak ketiga.
2.1.1.3 Hukum Pajak
Pemungutan pajak diatur dalam pasal 23 ayat (2) UUD’45 yang berisi :
pengenaan dan pemungutan pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang –
undang. Artinya pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat kepada
pemerintah. Selanjutnya keseluruhan peraturan – peraturan yang meliputi
kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan
kembali kepada masyarakat melalui kas Negara termasuk dalam ruang lingkup
hukum pajak
Sumber : DR. Oyok Abuyamin, 2012, Perpajakan pusat dan daerah, Humaniora,Bandung, hal 13 Perdata
HUKUM Hukum Tata Negara
Publik Hukum Administratif
Hukum Pajak
15
Dari skema diatas, hukum perdata merupakan hukum yang mengatur
hubungan antar individu. Hukum publik mengatur hubungan pemerintah dengan
rakyatnya, terdiri atas : a) Hukum Tata Negara , b) Hukum Tata Usaha (Hukum
Administratif) , Hukum Pajak, c) Hukum Pidana.
1. Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
Perbedaan Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil menurut DR.
Oyok Abuyamin (2012 : 14), sebagai berikut :
2. Hukum Pajak Materiil
Hukum Pajak Materiil memuat norma – norma yang menerangkan, antara lain
tentang keadaan perbuatan, peristiwa hukum, yaitu :
a. Obyek pajak ( yang dikenakan pajak) b. Subyek pajak (siapa yang dikenakan pajak) c. Tarif pajak (berapa besar pajak yang dikenakan d. Pengertian Penghasilan
e. Ketentuan tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan
f. Ketentuan tentang hubungan hukum antara pemungut pajak pemerintah dan pembayar pajak (WP). Contoh : UU PPh
2.1.2 Penerimaan Pajak
2.1.2.1Pengertian Penerimaan Pajak
Dikutip dari www.pajak.go.id , Menurut Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 merumuskan:
“antara lain, menegaskan bahwa segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan Undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu, penerimaan Negara di luar penerimaan perpajakan, yang menempatkan beban kepada rakyat, juga harus didasarkan pada Undang-undang”.
Jadi penerimaan pajak adalah segala tindakan dalam menempatkan sebuah
16
2.1.2.2Sumber-sumber Penerimaan pajak Negara.
Penerimaan Negara menurut APBN dan RAPBN adalah Sebagai Berikut :
A. Penerimaan dalam negeri, terdiri dari:
1. Penerimaan Migas Terdiri dari:
1) Minyak Bumi
2) Gas Alam
2. Penerimaan Non Migas terdiri dari:
1) Pajak Penghasilan
2) Pajak Pertambahan Nilai
3) Bea Masuk
4) Cukai DLL
2.1.2.3 Hambatan Pemungutan Pajak
Di setiap Negara pada umumnya masyarakat memiliki kecenderungan untuk
meloloskan diri dari pembayaran pajak. Membayar pajak adalah suatu aktivitas
yang tidak bisa lepas dari kondisi behavior wajib pajak. Faktor yang bersifat
emosional akan selalu menyertai pemenuhan kewajiban perpajakan. Permasalahan
tersebut berakar pada kondisi membayar pajak adalah suatu pengorbanan yang
dilakukan warga negara dengan menyerahkan sebagian hartanya kepada negara
dengan sukarela.
Usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meloloskan diri dari pajak
17
pajak atau memanipulasi jumlah pajak maupun meminimalisasikan jumlah pajak
yang harus dibayar tentunya menjadi hambatan dalam pemungutan pajak.
perlawanan terhadap pajak ini akan mempengaruhi jumlah penerimaan Negara dari
sektor pajak.
Berbagai bentuk perlawanan sebagai bentuk reaksi ketidakcocokan ataupun
ketidakpuasan terhadap diberlakukannya pajak seringkali diwujudkan dalam bentuk
perlawanan pasif dan perlawanan aktif.
1. Perlawanan pasif
Perlawanan pasif merupakan kondisi yang mempersulit pemungutan pajak
yang timbul dari
a. Kondisi struktur perekonomian,
b. Kondisi sosial masyarakat,
c. Perkembangan intelektual penduduk,
d. Moral warga masyarakat, dan tentunya
e. Sistem pemungutan pajak itu sendiri.
2. Perlawanan aktif
Meliputi usaha masyarakat untuk menghindari, menyelundupkan,
memanipulasi, melalaikan dan meloloskan pajak yang langsung ditujukan
18
Penghindaran pajak
Penghindaran pajak berkenaan dengan peraturan suatu peristiwa
sedemikian rupa untuk meminimkan atau menghilangkan beban
pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat – akibat
pajak yang ditimbulkannya. Penghindaran pajak tidak merupakan
pelanggaran atas perundang – undangan perpajakan secara etik
tidak di anggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk
mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban
pajak dengan cara yang dimungkinkan oleh undang – undang
pajak. (Ernest R. Mortenson)
Pergelakan atau Penyelundupan Pajak
Harry Graham Balter memberi pengertian mengenai
penyelundupan pajak, yaitu sebagai usaha yang dilakukan oleh
Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau
sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan
yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang – undangan
perpajakan.
Melalaikan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2009 : 148) yang mengutip pernyataan Oliver Oldman dalam Moh. Zain melalaikan
19
1. Ketidaktahuan (ignorance)
2. Kesalahan (error)
3. Kesalahan (error)
Menurut sebab-sebab pelalaian pajak diatas d uraikan sebagai
berikut:
1. Ketidaktahuan (ignorance) yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan tersebut.
2. Kesalahan (error) yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan tetapi salah hitung
3. Kesalahpahaman (negligance) yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta bukti-buktinya secara lengkap.
Pada kenyataannya di dalam praktek wajib pajak selalu
berusaha untuk membayar pajak yang terutang sekecil
mungkin, dan cenderung melakukan penyelundupan pajak,
yang tentunya melanggar peraturan perundang – undangan
perpajakan. Kondisi ini merupakan tindakan peminimalan
pajak yang melanggar peraturan perundang – undangan
perpajakan, tindakan ilegal yang dilakukan oleh wajib pajak ini
20
2.1.3 Sensus Pajak Nasional 2.1.3.1Pengertian Sensus Pajak
Pengertian Sensus pajak Menurut UU No 16 Tahun 2010 adalah sebagai
berikut :
“Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak (orang pribadi atau badan)”.
Sedangkan Menurut Peraturan Dirjen Pajak Per-30/PJ/2011 adalah sebagai
berikut :
“sensus pajak diharapkan dapat terjaring banyak wajib pajak baru dan memperbaiki database wajib pajak lama. Pemerintah optimis kenaikan tax ratio bisa dicapai dengan sensus pajak seiring dengan meningkatnya kelas menengah”.
Jadi kesimpulannya Sensus Pajak adalah Suatu kegiatan [engumpulan data
yang dimana untuk menjaring banyaknya wajib pajak baru dan guna memperbaiki
data wajib pajak yang lama.
Adapun Tujuan Sensus Pajak Nasional ialah sebagai berikut :
1. Perluasan basis pajak
2. Peningkatan penerimaan pajak
3. Peningkatan jumlah penerimaan SPT Tahunan PPh
4. Pemutakhiran data WP
2.2 Kerangka Pemikiran
Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Anggaran
21
darisektor pajak setiap tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dimana rencana pendapatan negara dari sektor pajak
terus mengalami peningkatan.
Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang Digunakan untuk membiayai
pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berjalan. Pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas yang cukup
berat dalam memenuhi pendapatan Negara yang telah ditetapkan dalam APBN.
Menurut Mardiasmo (2009;7) aparat pajak harus aktif dalam melaksanakan
pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak agar
wajib pajak mematuhi peraturan yang telah dtentukan dalam undang-undang
perpajakan. Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah telah berulangkali
melakukan pembaharuan undang-undang perpajakan.
Dan upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendongkrak penerimaan pajak
yaitu salah satunya dengan mengadakan program Sensus Pajak Nasional. Sensus
Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban
perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak
(orang pribadi atau badan) di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan utamanya adalah
menjaring seluruh potensi perpajakan. Dasar hukum utama pelaksanaan SPN adalah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/ 2011 tanggal 12 September 2011
22
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sistem Perpajakan
Pelayanan
Kesadaran dan
Pemahaman Warga Negara
Kualitas Petugas Pajak
Penerimaan Pajak
Sensus Pajak Nasional Sistem Perpajakan
Pelayanan
Kesadaran dan
Pemahaman Warga Negara
Kualitas Petugas Pajak
Penerimaan Pajak
54
DAFTAR PUSTAKA
Dada Rosada, Kepatuhan Wajib Pajak Di kota Bandung Masih Rendah. Diakses pada tanggal 7 Maret 2012. dari Ortax Web: Http//:ortax.org
Direktorat Jendral Pajak, Prosedur Sensus Pajak Nasional. Diakses pada tanggal 13 April 2012, dari Pajak Web: Http//:pajak.go.id
Direktorat Jendral Pajak, Peraturan Dirjen Pajak. Diakses pada tanggal 10 Juni 2012, dari Pajak Web: Http//:pajak.go.id
Ely Suhayati dan Jhonathan Sarwono, 2010. Riset Akuntaansi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Fuad Rahmayani, Penerimaan Pajak. Diakses Pada Tanggal 29 Maret 2012, dari Pajak Web: Http//: ortax.org
Mu’minatus Sholichah & Istiqomah, Junal Ilmiah. Diakses pada tanggal 3 April 2012, Dari Jurnal Lipi Web: Http//: Jurnal Lipi Isjd .Com. April 2012.
Oyok Abuyamin, 2012. Perpajakan pusat dan daerah. Humaniora, Bandung.
Ronny Kountur, 2008. Metode Penelitian. Edisi Kedua. Graha Ilmu, Yogyakarta
Soemitro Rachmat dan Irwan, 2009 Pajak Bumi dan Bangunan. Perpajakan. Edisi Revisi Ravika Aditama, Jakarta.
Siti Kurnia Rahayu,2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi
Nama : Rachmat Surya
NIM : 21309010
Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 04 Agustus 1990
Alamat : Jl. Raya Cibeber Kp. Cisalak Kidul RT 02 RW 04, Cianjur
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Hp : 085721777313
Hobby : Bermain Game
Agama : Islam
Pendidikan Formal
1996-1998 : TK Al-Qomariyah
1998-2003 : SDN Bojong Gede 03 Bogor
2003-2006 : SMPN 02 CibeberCianjur
2006-2009 : SMANCibeber 1 Cianjur
1
TINJAUAN UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK MELALUI SENSUS PAJAK NASIONAL
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG-BOJONAGARA
ARTIKEL
Oleh:
RACHMAT SURYA 21309010
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2 ABSTRACT
The research was conducted at the Tax Office Pratama Bandung-Bojonagara, based on the phenomenon that occurs is the increase in Tax Revenue Effort by the National Tax Census activities, which will continue to be held each year, the National Tax Census Activities this sector to increase tax revenues, and capture the Mandatory taxes not yet signed up to the tax office.
The purpose of this study to determine its efforts in increasing tax revenue through the activities of the National Tax Census conducted by the KPP Pratama Bandung-Bojonagara. The method used in this research is descriptive method. measures used in file collection Among field studies that include field observations, interviews, and documentation with studies to library.
The results of this study indicate that the activity of efforts to increase tax revenue through the National Tax Census based on the procedure performed through the National Tax Census was pretty good but there are few obstacles in its implementation. So, the procedure and attempt to increase tax revenue through the Census National Tax on Tax Office Pratama Bandung-Bojonagara still to be improved and enhanced in the implementation of the National Tax
3 BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintahan). Berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Seluruh kantor yang ada di Indonesia sedang menggalangkan yang namanya Sensus Pajak Nasional guna upaya peningkatan penerimaan disektor perpajakan. Karena kegiatan Sensus Pajak Nasional sangatlah berpengaruh terhadap upaya
peningkatan penerimaan pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak,” Ujar Bpk.
Sony selaku staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung semua itu dikarenakan penerimaan disektor pajak mengalami penurunan.
Kalau semua pengusaha dan instansi pemerintah memberikan data perpajakannya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak optimistis, langkah ini bisa mendongkrak penerimaan pajak tahun ini. Semestinya, tak ada alasan buat pengusaha dan instansi pemerintah untuk tidak menyerahkan data pajaknya. Sebab, ini merupakan perintah Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2012. Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Dedi Rudaedi mengatakan, jika semua data itu terkumpul, lembaganya bisa menekan angka kerugian penerimaan pajak akibat ada selisih dari ketidaksesuaian data. Jadi,
"Langkah ini bisa meningkatkan penerimaan pajak,” katanya, Rabu (28/3). Seoalnya,
sistem self assessment dalam pelaporan pajak selama ini membuat pemerintah tidak bisa mengetahui secara pasti, apakah pajak yang disetorkan sudah sesuai dengan ketentuan. Menurut Dedi, PP No. 31/2012 merupakan petunjuk pelaksanaan dari Pasal 35A Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang mengatur kewajiban wajib pajak dalam memberikan keterangan atau bukti terkait perpajakan. Pemerintah akan mulai mensosialisasikan aturan turunan itu dalam waktu dekat. Darussalam, pengamat perpajakan, menilai langkah pemerintah yang mewajibkan pengusaha melaporkan data perpajakannya adalah tepat, guna mengefektifkan pendapatan dari sektor ini. Kendati demikian, agar berjalan efektif, program ini harus mendapat dukungan dari semua pihak terkait, dan kesadaran dalam membayar pajak. Sebelumnya, Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengungkapkan, tahun lalu, realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) tidak mencapai target. Penyebabnya, penyetoran pajak oleh wajib pajak dari sektor ritel masih rendah. Tahun ini, pemerintah menargetkan penerimaan dalam negeri tahun ini sebesar Rp 1.357,4 triliun. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.016,2 triliun dan bukan pajak Rp 341,1 triliun. Jelang batas akhir penyetoran surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT), Kantor Pajak memberikan peringatan kepada Wajib Pajak (WP) agar tidak bandel dan membuat laporan penghasilan mereka secara jujur. Jika tidak, kantor pajak siap menerjunkan penyidik mereka untuk memeriksa WP.
4
ungkap Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Fuad Rahmany, di Jakarta, Jumat.
2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dari uraian diatas permasalahan yang ingin dibahas dalam artikel ini adalah: Bagaimana upaya peningkatan penerimaan pajak melalui sensus pajak nasional pada kantor pelayanan pajak pratama Bandung-Bojonagara, Apa saja hambatan yang dihadapi dalam upaya peningkatan penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional pada kantor pelayanan pajak pratama Bandung-Bojonagara, Bagaimana hasil penerimaan pajak setelah adanya Sensus Pajak Nasional (SPN).
3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk meneliti bagaimana upaya peningkatan penerimaan pajak melalui sensus pajak Nasional di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara. Tujuan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi penulis terutama dalam bidang akuntansi perpajakan. Terutama mengenai penerimaan pajak, Bagi peneliti lainnya Memberikan masukan informasi pada pembaca yang akan melakukan penelitian yang serupa. Bagi Perusahaan kegunaan penelitian ini bagi perusahaan adalah dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya mendorong peningkatan penerimaan pajak.
4. Kegiatan Penelitian
Dengan adanya penulisan laporan penelitian ini semoga menjadi manfaat sebagai berikut
a. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan penulis terutama dalam bidang perpajakan.
b. Bagi Perusahaan
Kegunaan penelitian ini bagi perusahaan adalah dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam peningkatan penerimaan pajak.
Bab II
Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran
2.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut soemahamidjaja “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma - norma hukum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.
Sedangkan Menurut P.J.A Andriani “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang
berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
2.2 Penerimaan Pajak
5
penerimaan perpajakan, yang menempatkan beban kepada rakyat, juga harus didasarkan pada Undang-undang.
2.3 Sensus Pajak Nasional
Pengertian Sensus pajak Menurut UU No 16 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :
“Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak (orang pribadi atau badan).”
Sedangkan Menurut Peraturan Dirjen Pajak Per-30/PJ/2011 adalah sebagai berikut :
“sensus pajak diharapkan dapat terjaring banyak wajib pajak baru dan memperbaiki database wajib pajak lama. Pemerintah optimis kenaikan tax ratio bisa
dicapai dengan sensus pajak seiring dengan meningkatnya kelas menengah”.
2.4 Kerangka Pemikiran
Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanaja Negara (APBN) terbesar. Dimana penerimaan Negara darisektor pajak setiap tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dimana rencana pendapatan negara dari sektor pajak terus mengalami peningkatan.
Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang Digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berjalan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan Negara yang telah ditetapkan dalam APBN.
Menurut Mardiasmo (2009:7) aparat pajak harus aktif dalam melaksanakan pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak agar wajib pajak mematuhi peraturan yang telah dtentukan dalam undang-undang perpajakan. Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah telah berulangkali melakukan pembaharuan undang-undang perpajakan.
Dan upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendongkrak penerimaan pajak yaitu salah satunya dengan mengadakan program Sensus Pajak Nasional. Sensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak (orang pribadi atau badan) di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan utamanya adalah menjaring seluruh potensi perpajakan. Dasar hukum utama pelaksanaan SPN adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/ 2011 tanggal 12 September 2011 tentang Sensus Pajak Nasional.
BAB III
Obyek Dan Metode Penelitian
3.1.1 Obyek Penelitian
objek penelitian menurut Husein Umar adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek
penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal
lain jika dianggap perlu.”
6 3.1.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian dapat diartikan sebagai berikut: “Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya
dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisifikasi masalah”.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam dalam menyusun tugas akhir ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang mengungkapkan gambaran masalah yang terjadi saat penelitian ini berlangsung.
3.1.3 Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2005:84) adalah sebagai berikut :
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian.”
Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas, yang mencakup proses-proses berikut ini:
1. Mengindentifikasi masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan luas jangkauan (scope). Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak (variabel X) sebagai variabel bebas adalah faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak cibeunying
2. Menentukan identifikasi masalah 3. Menentukan judul penelitian.
4. Hanya terdapat satu variabel independen atau variabel bebas. 5. Memilih prosedur dan teknik yang digunakan.
6. Menyusun alat serta teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.
7. Pelaporan hasil penelitian termasuk proses penelitian dan interpretasikan data.
3.2.3 Operasional Variabel
Menurut Sugiyono menyatakan pengertian variabel adalah :
“Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.” Sesuai dengan judul tugas akhir yang ingin penulis tinjau yaitu Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak melalui Sensus Pajak Nasional, maka variabel yang ada hanya satu variabel yaitu Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak melalui Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung- Bojonagara.
Sesuai dengan judul tugas akhir yang dipilih yaitu “tinjauan upaya penerimaan
pajak melalui Sensus Pajak pada kantor pelayanan pajak Bandung-Bojonagara”, ada 1 variabel yaitu Variabel Independen (Variabel X).
3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
a. Data Primer
Penelitian ini penulis menggunakan Data Primer ini sendiri dengan cara wawancara dengan pihak yang berkepentingan.
7
“Sumber data adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data”
Data primer adalah data yang langsung dapat dan dijadikan sebagai sumber dari penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek pajak atau perusahaan tempat penulis melakukan penelitian, dimana dilakukan dengan cara penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang berkepentingan.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data a. Populasi
Menurut Kountur Populasi adalah (2007:145)
“Populasi adalah Suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang
merupakan perhatian peneilti, obyek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda sistem, dan prosedur, fenomena dan lain-lain”.
Penelitian ini penulis memilih Kantor Pelayanaan Pajak Pratama Bandung-Bojanagara sebagai tempat penelitian/riset. Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan/staff yang ada dibagian seksi Ekstensifikasi dari KPP Bojanagara yang erjumlah 12karyawan.
b. Sampel
Menurut Sugiono Pengertian Sampel adalah (2004:56)
“Sampel adalah sebagian jumlah karakteristik yang d miliki oleh populasi” Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Quisioner atau Area Sampling yaitu berdasarkan populasi yang telah ditetapkan. Para Karyawan/Staff yang ada dibagian seksi Ekstensifikasi KPP Bojanagara dan sampel yang diambil sebanyak 3 Responden.
1. Sampel purposive
Sampel purposive menurut Ely Suhayati (2010:50) dijelaskan sebagai berikut:
“Teknik purposive ini dilakukan dengan cara memilih sample dari suatu populasi dedasarkan pada informasi yang tersedia serta sesuai dengan penelitian yang sedang berjalan,sehinga perwakilannya tehadap populasi dapat di pertangung jabawabkan,teknik ini digunakan apabila hanya sedikit orang yang mempunyai keahlian di bidang yang sedang diteliti.”
Pengambilan sample di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara diambil dari banyaknya populasi yang ada, populasi yang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara ada 12 karyawan tetapi hanya diambil dari bagian Seksi Ekstensifikasi, bagian Ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara hanya terdiri dari 3 karyawan,keterangan sample yang diambil terdiri dari:
a. Karyawan yang terkait dalam Upaya Penerimaan Pajak Melalui Sensus Pajak Nasional di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara
b. Lamanya karyawan bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara dan mempunyai pengalaman minmal 5-30 tahun c. Pendidikan terakhir karyawan minimal D3,dan usia minimal 25
tahundan maksimal usia 55 tahun
8
sample purposive sebagai alat penelitian tentang Upaya peningkata Penerimaan Pajak Melalui Sensus Pajak Nasional.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik penentuan data merupakan cara-cara untuk memperoleh data dari keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Untuk menunjang hasil penelitian, penulis melakukan pengelompokan data. Didalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (field research)
Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan daalm penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :
a. Metode Pengamatan (Observation)
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan
b. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang terkait dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern dan wawancara dilakukan kepada pegawai pajak yang bertanggung jawab pada seksi Ekstensifikasi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara 2. Studi Kepustakaan (library research)
Penelitian pustaka adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan materi pembahasan guna dijadikan dasar dalam melakukan penilaian dan perbandingan dari penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan yang bersangkutan. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literatur, buku teks, dan catatan kuliah, dengan metode ini akan diperoleh gambaran mengenai penerapan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak.
3.2.5 Rancangan Analisis
Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan metode deskriptif (kualitatif).
Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana upaya penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara.
3.2.5.1 Analisis data
Untuk mencapai suatu kesimpulan atas data yang berhasil disimpulkan dan dianalisis maka proses yang dilakukan adalah menyusun kriteria yang berdasarkan pada data yang dikumpulkan baik dari gambaran umum perusahaan sebagai objek penelitian.
9
1. Melakukan analisis atas upaya peningkatan penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara. 2. Melakukan analisis Hambatan yang dihadapi dalam upaya peningkatan
penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara.
3. Melakukan Analisa Hasil penerimaan pajak setelah adanya Sensus Pajak Nasional.
BAB IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.3 Analisis Deskriptif
4.3.1 Prosedur Pelaksanaan Upaya peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Sensus Pajak Nasional.
Adapun kebijakan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak adalah : 1. Kebijakan Mengadakan Sensus Pajak Nasional
Kegiatan yang sedang di upayakan adalah mengadakan sensus pajak untuk mendongkrak penerimaan pajak dengan cara menjaring para Wajib pajak yang belum terdaftar maupun sudah.
2. Kebijakan Membuka data profil Wajib pajak
Kebijakan ini pun sedang diupayakan Direktorat Jendral Pajak kepada seluruh kantor pajak yang ada di indonesia. Dengan cara membuka data profil para wajib pajak agar senantiasa menggali potensi yang ada pada wajib pajak itu sendiri
Dari kebijakan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak diatas yang diteliti adalah kegiatan Sensus Pajak Nasional. Adapun prosedur Upaya Penerimaan melalui Sensus Pajak Nasional adalah sebagai berikut :
1 Menentukan Team/Petugas Sensus.
Masing-masing KPP harus membuat team khusus untuk pelaksanaan sensus pajak nasional tersebut.
2 Membuat Surat Keterangan (SK)
Setiap Kepala Kantor pajak yang ingin mengadakan Sensus Pajak Nasional Hendaklah Membuat sebuah Surat Keterangan (SK) terlebih dahulu. Dalam surat tersebut berisi tentang permohonan izin dan team/petugas yang akan diterjunkan untuk melaksanakan sensus.
3 Membuat/ Menentukan Claster
Setelah Kantor pajak Mengajukan SK pada Direktorat Jendral Pajak, dan pihak DJP menyetujui kemudian Kantor pajak Membuat dan menentukan Claster atau database untuk masing-masing orang.
4 Research ke lapangan
Setelah proses yang diatas barulah petugas atau tim sensus pajak mengontrol ke lokasi yang akan diadakan Sensus Pajak Nasional.. 5 Sub Tim Penyisiran berdasarkan surat pemberitahuan pelaksanaan
Sensus Pajak melakukan koordinasi lapangan dengan kepada Pihak ketiga (Pemerintah Daerah, kecamatan, Ketua RW, Ketua RT, pengelola/manajemen perumahan/apartemen, perhimpunan, dan tokoh masyarakat).
10
7 Petugas Sensus Pajak didampingi oleh petugas yang berasal dari lingkungan lokasi sensus untuk menyampaikan Formulir Isian Sensus (FIS) kepada responden.
8 Dalam hal ini petugas sensus menemui WP dilokasi sensus, tahapan pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Petugas menunjukkan Surat Tugas dan Identitas Petugas Sensus Pajak Nasional.
b. Petugas Sensus Pajak memberikan penjelasan kepada responden terkait dengan Sensus Pajak Nasional.
c. Meminta responden untuk mengisi dan/atau menandatangani FIS. Adapun tugas yang dijalankan oleh para petugas dalam sensus pajak nasional adalah sebagai berikut :
a. Penyuluhan
Dimaksudkan untuk sedikit memberi pemahaman kepada WP tentang tata cara perpajakan.
b. Pendataaan.
Dimaksudkan untuk mengetahui berapa orang banyak yang belum mendaftarkan diri untuk menjadi wajib pajak.
1. Pelaporan Hasil Kegiatan Sensus Pajak Nasional
Setelah selesai melakukan sensus para petugas melakukan pelaporan dari kegiatan tersebut kepada kantor pajaknya masing-masing
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Apabila para petugas memperoleh Wajib Pajak baru, yang belum terdaftar maupun sudah terdaftar lalu Seksi PDI menginput data Wajib Pajak tersebut satu-persatu.
3. Seksi Ekstensifikasi
Kemudian Seksi ekstensifikasi bertugas menggali pajak para WP yang sudah terjaring dalam Sensus pajak nasional.
4.3.2 Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak melaui Sensus Pajak Nasional.
Adapun Hambatan yang dihadapi dalam penerimaan Pajak Melaui Sensus Pajak adalah Sebagai Berikut:
1. Penghindaran Diri Wajib Pajak.
Yang dimaksud penghindaran diri Wajib Pajak misalnya WP meninggalkan lokasi Sensus pada saat petugas Sensus Pajak Nasional mendatanginya, atau Wajib Pajak Tidak Mau mengisi surat Formulir Sensus Pajak Nasional.
2. Wajib pajak tidak obyektif memberikan informasi perpajakannya.
Yang dimaksud diatas adalah Wajib Pajak terindikasi melakukan kebohongan dalam memberikan informasi/data tentang dirinya atau data tentang laporan keuangan perusahaannya.
4.3.3 Hasil penerimaan Pajak setelah adanya Sensus Pajak Nasional. Adapun hasil dari Sensus Pajak nasional adalah sebagai berikut: a. Terjaring Wajib Pajak baru.
Dalam kegiatan Sensus Pajak Nasional pada tahun 2011 petugas dapat menjaring 25.000 Wajib Pajak baru
11
Dari kegiatan sensus pajak nasional Tahun 2011 penerimaan pajak meningkat 25%, dengan begitu kegiatan tersebut sangat berguna untuk lebih meningkatkan penerimaan Negara khususnya sector pajak.
c. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan SPT Sudah mulai meningkat.
Dimaksudkan sudah mulai banyak Wajib Pajak yang mau melaporkan surat pemberitahuan (SPT) pajaknya kepada kantor pajak dimasing-masing kantor pajak didaerahnya.
4.4 Hasil Implementasi
4.4.1 Analisis Prosedur Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Sensus Pajak Nasional Pada KPP Pratama Bandung-Bojonagara. Berdasarakan hasil penelitian dengan wawancara yang dilakukan oleh penulis di lapangan mengenai Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak melalui Sensus Pajak Nasional dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara, bahwa prosedur Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Sensus Pajak Nasional.
Adapun penjelasan prosedur Pelaksanaan Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak diKPP Bojonagara adalah Sebagai berikiut :
1 Membuat Surat Keterangan (SK)
Dalam kegiatan Sensus pajak ini, apabila Kantor Pelayanan Pajak Pratama ingin Mengadakan Sensus Pajak harus membuat SK kepada Kantor Pajak Pusat, Surat tersebut berisi tentang permohonan izin serta rekomendasi tim yang akan diterjunakan untuk menjadi petu gas Sensus Pajak Nasional. Pembuatan SK pada masing-masing Kantor pajak diseluruh Indonesia dilakukan oleh kepala Kantor Pajaknya.
2 Menentukan Claster
Setelah SK disetujui, lalu petugas SPN membuat Data claster /database untuk masing-masing Wajib Pajak yang sudah terdaftar maupun baru mendaftar.
3 Research ke lapangan
Setelah itu barulah petugas pajak menjalankan tugasnya keberbagai kawasan dengan tujuan menjaring 15.000 Wajib Pajak.
4 Input Data
Apabila dari petugas Sensus Pajak Nasional sudah menjaring misa lnya 3 Wajib Pajak, kemudian datanya di input oleh Seksi Pengolahan Data. 5 Seksi Ekstensifikasi
Kalau pada seksi Ekstensifikasi program sensus pajak itu dapat dilakukan oleh para karyawan ekstensifikasi apabila ada perintah. 4.4.2 Hambatan Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak melalui Sensus
Pajak Nasional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara
1. Wajib Pajak Menolak Menigisi Formulir Sensus Pajak Nasional
Masih ada sedikitnya Wajib Pajak menolak dalam pengisian formulir Sensus Pajak Nasional. Mungkin Wajib Pajak belum paham atau memang tidak mau mengisi dikarenakan ketakutan dalam hal pembayaran pajaknya dikorup oleh pegawai pajak yang sekarang ini marak dibicarakan.
12
Wajib Pajak tidak memberikan data-datanya dengan jujur, misalnya dalam hal pelaporan wp tersebut yang harusnya Rp. 20.000.000 dia berkata jadi Rp. 10.000.000 padahal pegawai pajak punya data statistik Wajib Pajak tersebut.
4.4.3 Hasil Penerimaan Pajak Setelah Adanya Sensus Pajak Nasional DiKantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara.
a. Terjaring Para WP baru.
Dalam kegiatan Sensus Pajak Nasional pada tahun 2011 terjaring sekitar 25.000 Wajib Pajak ekstensifikasi (Belum Mempunyai NPWP) dan intensifikasi (sudah mempunyai NPWP).
b. Peningkatan penerimaan pajak.
Banyak Wajib Pajak baru dan melaporkan SPTnya otomatis bertambah orang yang bayar pajak, nah dari situ otomatis penerimaan pajak pun sedikitnya meningkat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1 Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulakan bahwa tinjauan upaya peningkatan penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional sudah baik karena prosedur yang dijalani sudah terorganisir namun masih harus ada yang diperbaiki.
2 Hambatan yang dihadapi dalam upaya peningkatan penerimaan pajak melalui sensus pajak tidak akan terjadi apabila pelaksanaan sensus kepada Wajib Pajak lebih diperbaiki dan lebih tegas dalam menindak apabila ada Wajib Pajak yang bandel misalnya tidak mau mengisi formulir sensus atau Wajib Pajak tidak memberikan data yang jujur kepada petugas.
3 Hasil dari penerimaan pajak setelah adanya SPN, ada peningkatan dan perubahan. Yaitu meningkatnya penerimaan pajak Negara dikarenakan sudah mulai banyak Wajib Pajak yang melaporkan SPTnya kepada kantor pajak. Jadi cara ini efektif digunakan untuk mendongkrak penerimaan pajak. di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara dibagian seksi Ekstensifikasi, Dalam Upaya peningkatan penerimaan pajak melalui SPN tersebut sudah terkoordinir dengan baik. Akan tetapi dalam pelaksanaanya juga masih ada sedikit kelemahan/kekurangan yang harus dibenahi, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :
5.2 Saran
1. Aktivitas upaya peningkatan penerimaan pajak melalui Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara harus lebih diperhatikan dalam prosedur pelaksanaanya agar berjalan dengan lancar.