• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDUSTRI DAN LINGKUNGAN, SUMBERDAYA ALAM, DAN CADANGAN HAYATI (PT SEMEN BATURAJA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN INDUSTRI DAN LINGKUNGAN, SUMBERDAYA ALAM, DAN CADANGAN HAYATI (PT SEMEN BATURAJA)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanng

Indonesia merupakan negara yang kaya sumberdaya alam. Di era globalisasi ini, setiap negara membangun perekonomiannya melalui kegiatan industri dengan mengolah sumberdaya alam yang ada di negaranya. Hal ini dilakukan agar dapat bersaing dengan negara lain dan memajukan perekonomiannya.

Industri semen merupakan salah satu industri yang sering menjadi tertuduh utama dalam masalah kerusakan lingkungan karena kerakusannya dalam mengeksploitasi sumberdaya alam. Industri ini mempunyai dampak positif dan negatif terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dampak positif yang timbul dari pembangunan industri semen terhadap aspek sosial ekonomi meliputi terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang, mengurangi angka pengangguran bagi masyarakat, perubahan mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan perdagangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan industri ini menjadi parameter kualitas kehidupan manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan dari industri semen yang menjadi persoalan utama adalah debu yang dihasilkan dari industri semen tersebut. Salah satu cara mengurangi beban masyarakat dan lingkungan yang terkena dampak negatif terhadap industri ini adalah perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan atau CSR lingkungan (Sari, E.K.; Mulyana, A.; dan Alfitri, 2015:43).

(2)

Selatan, karena Semen Baturaja merupakan produsen semen tunggal untuk wilayah Sumatera Selatan (Saputro, 2012:2). PT Semen Baturaja (Persero) Tbk adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri semen yang menjalankan kegiatan usahanya dengan menggunakan sumber daya alam dengan bahan baku batu kapur, wajib melaksanakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau CSR Lingkungan sebagaimana yang dinyatakan dalam Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007. Pada tahun 2012 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk telah melaksanakan beberapa kegiatan sosial yang dilaksanakan di wilayah Sumatera Selatan dan Lampung, dimana kedua wilayah tersebut merupakan pasar utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (Sari, E.K.; Mulyana, A.; dan Alfitri, 2015:43).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan industri pertambangan terhadap lingkungan?

2. Apakah yang dimaksud dengan hakikat lahan? 3. Jelaskan dampak dari penambangan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan industri pertambangan terhadap lingkungan.

2. Untuk mengetahui hakikat lahan.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Menurut pengertian ekologi, lahan adalah habitat. Lahan berkonsep holistik, dinamik dan geografik. Konsepnya bersifat holistik karena berpangkal pada kebutuhan wujud dan fungsi komponen-komponennya. Konsepnya bersifat dinamik karena struktur dan fungsi antar komponennya dapat berganti menurut tempat dan/atau waktu. Konsepnya bersifat geografik karena lahan diperikan sebagai suatu hamparan yang dicirikan oleh berbagai tampakan muka daratan dan pola agihannya (distribution pattern). Semua sumberdaya alam menjadi komponen lahan, yaitu atmosfer (udara, iklim, musim), pedosfer (tanah), bentuk muka bumi, geologi (batuan, mineral, bahan tambang), hidrologi (air), dan biosfer (flora, fauna). Sumberdaya binaan adalah hasil rekayasa manusia pada masa lampau atau pada masa kini. Sumberdaya binaan menjadi komponen lahan apabila kehadirannya berpengaruh penting atas penggunaan lahan pada masa kini dan pada masa mendatang, seperti waduk, hamparan sawah, kawasan industri, jaringan jalan besar kota. Jadi, komponen lahan ialah segala tampakan dan gejalabaik yang bersifat tetap (contoh tanah) maupun yang bersifat mendaur (contoh musim), yang menentukan nilai guna lahan untuk manusia (Hidayat, 2016:91).

A. Pengertian Hakikat Lahan

(4)

lahan, keterbatasan kegunaan lahan, kapasitas produktif lahan sebagai tanggapan terhadap pengelolaan, kebutuhan akan pengelolaan menurut ukuran ikhtiar dan masukan, serta risiko kerusakan lahan dalam penggunaan (Soepraptohardjo & Robinson, 1975). Kriteria hakikat lahan tercakup dalam tiga definisi yaitu; kemampuan, kesesuaian, dan daya dukung. Makna ketiga definisi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan lahan (land capability) dinilai menurut macam pengelolaan yang disyaratkan berdasarkan pertimbangan biofisik untuk mencegah terjadinya kerusakan lahan selama penggunaan. b. Kesesuaian lahan (land suitability) dinilai menurut pengelolaan khas yang diperlukan untuk mendapatkan nisbah (ratio) yang lebih baik antara manfaat yang dapat diperoleh dan masukan yang diperlukan.

c. Daya dukung lahan (land carrying capacity) dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem menambah keruntuhan akibat usikan penggunaan.

B. Dampak dari Penambangan 1. Dampak Atas Lahan

Dampak (impact) boleh diartikan sebagai konsekuensi kegiatan atas keadaan lahan. Dengan merupakan ungkapan usikan. Dampak dapat diukur menurut; a) perangkumannya, yaitu terbatas pada satu atau dua komponen lahan atau pada banyak komponen sekaligus, b) kedalamannya yaitu pengaruhnya dangkal saja atau mendalam mengenai sifat-sifat utama komponen lahan, dan c) keluasannya, yaitu terbatas setempat saja atau pengaruhnya berangsur menjalar ke tempat-tempat lain (mengekspor dampak) (Hidayat, 2016:93).

(5)

lahan berlangsung saling tindak (interaction) melalui proses pertukaran energi dan bahan, yang membangkitkan peristiwa alih rupa (transformation) dan alih tempat (translocation) energi dan bahan dalam komponen lahan bersangkutan. Dalam hal saling tindak antarkomponen berlangsung secara kompensatif (compensatory interaction), lahan berada dalam keadaan mantap atau berada dalam keseimbangan tahan tunak (steady state equillbrium) atau dalam keseimbangan dinamik (Hidayat, 2016:94).

Tanah yang kaya akan bahan organik bersifat lebih lenting, daripada tanah yang miskin organik, karena bahan organik dalam jumlah banyak berdaya sangga fisik dan kimia besar. Dampak dapat datang secara alami (misalnya, gempa bumi), atau karena ulah manusia (misalnya, pencemaran oleh limbah). Dampak atas lahan menurunkan kemampuan, kesesuaian dan daya dukung lahan. Memperbaiki lahan rusak karena usikan bertujuan memulihkan hakikat lahan (Hidayat, 2016:94).

Gambar 2.1 Contoh Dampak Atas Lahan Akibat Pengosongan Lahan untuk Pembangunan (Maruu, 2011) 2. Dampak Penambangan

(6)

sumbangan yang signifikan sebagai bahan untuk pembangunan perumahan, gedung-gedung perkantoran, pabrik dan jaringan jalan. Akan tetapi berbeda dengan sumbangannya yang besar tersebut, lahan-lahan tempat ditemukannya bahan tambang akan mengalami perubahan landscape yang radikal dan dampak lingkungan signifikan pada saat bahan-bahan tambang dieksploitasi (Hidayat. 2016:94).

Gambar 2.2 Kegiatan Penambangan Batu Kapur (Christ, 2015)

Penambangan batu dan pasir tidak berdampak atas hakikat lahan untuk produksi biomassa berguna karena lahan batu dan pasir memang tidak bernilai untuk maksud tersebut. Oleh karena itu endapan batu dan pasir biasanya berwujud murni dan sudah berada dalam keadaan tersingkap, penambangannya tidak menghasilkan buangan tambang (spoil) dan cerih (tailings). Maka tidak akan mendatangkan usikan atas lahan-lahan sekitar tempat penambangan (Hidayat, 2016:96).

(7)

sungai berarti mengubah perilaku sungai sebagai penyalur air, yang pada gilirannya akan mengubah hidrologi wilayah (Hidayat, 2016:96).

Gambar 2.3 Penambangan (Adimaja, 2013)

C. Upaya Pencegahan Timbulnya Kerusakan Lahan Akibat Penambangan

(8)

agar kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga (Hidayat, 2016:99). Dampak Negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah lingkungan dan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pertama, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya.

2. Kedua, usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan antara lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing serta buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising dari berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;

3. Ketiga, pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang dan gempa.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara seperti dibawah ini : 1. Bentuk kebijakan pemerintah harus lebih giat dalam

meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peran lingkugan hidup dalam kehidupan manusia melalui pendidikan dalam dan luar sekolah.

2. Perlunya invetasi dan evaluasi terhadap potensi SDA dan lingkungan hidup.

3. Meningkatkan penelitian dan pekembangan potensi manfaat hutan terutama untuk pengembangan pertanian, industri, penambangan dan kesehatan.

4. Penyediaan infastruktur dan spasial SDA serta lingkungan hidup baik di darat, laut maupun udara.

(9)
[image:9.595.144.464.168.364.2]

6. Perlunya penyuluhan dan kerjasama kemitraan antara lembaga masyarakat dalam pengolahan Lingkungan Hidup (LH) dan SDA, serta perlunya peningkatan kemampuan institusi dan SDM Aparatur pengelolahan SDA dan LH.

Gambar 2.4 Reklamasi Lahan Bekas Tambang (Miner09, 2012)

D. Sejarah Semen Baturaja

Gambar 2.5 PT Semen Baturaja (Bumn, 2015)

[image:9.595.126.471.422.568.2]
(10)

dengan komposisi saham sebesar 88% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, PT Semen Padang sebesar 7% dan PT Semen Gresik sebesar 5%. Beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1991, saham Perseroan diambil alih secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya Perseroan terus mengalami perkembangan sehingga pada tanggal 14 Maret 2013 PT Semen Baturaja (Persero) mengalami perubahan status menjadi Perseroan terbuka dan berubah nama menjadi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.

E. Perkembangan Produk Semen Perseroan

(11)

Gambar 2.6 Perkembangan Industri Semen di Indonesia (CDR, 2015)

(12)

Gambar 2.7 Proses Pembuatan Semen Secara Singkat (Mahardika, 2015)

(13)

Clinker. Penambahan bahan baku penolong seperti Gypsum dilakukan sebelum memasukkan Clinker ke Cement Mill. Hasil dari penggilingan Clinker dengan Gypsum inilah yang disebut semen jenis Portland Type I yang kemudian di lakukan pengantongan dan siap dijual di pasar.

(14)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Industri semen merupakan salah satu industri yang sering menjadi tertuduh utama dalam masalah kerusakan lingkungan karena kerakusannya dalam mengeksploitasi sumberdaya alam.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Adijaja, Muhammad. 2013. Dampak Penambangan. (Online) (http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2013/09/16/5090 4/penambanganbatubarasite-batu-as/). Diakses pada tanggal 15 November 2016.

BUMN. 2015. PT Semen Baturaja. (Online)

(http://bumn.go.id/semenbaturaja). Diakses pada tanggal 15 Desember 2016

CDR. 2015. Perkembangan Industri Semen di Indonesia. (Online) (http://commercialglobaldataresearch.blogspot.co.id/2015_01_01 _archive.html). Diakses Pada tanggal 15 Desember 2016

Christ, 2015. Kegiatan Penambangan Batu Kapur. (Online) ( https://blogs.uajy.ac.id/miabone/2015/03/03/mengerat-keju-putih-jogja-butuh-proteksi-dari-ancaman-peti-mati/). Diakses pada tanggal 15 Desember 2016

Mahardika. 2015. Proses Pembuatan Semen Secara Singkat. (Online) (

http://industrisemen-prosespembuatansemen.blogspot.co.id/2015/04/ tahapan-pembuatan-semen_8.html#). Diakses pada tanggal 15 Desember 2015

Maruu, Habeeb. 2011. Contoh Dampak Atas Lahan Akibat Pengosongan Lahan untuk Pembangunan. (Online) ( http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.co.id/2011/11/dampak-pembangunan-terhadap-lingkungan.html). Diakses pada tanggal 15 Desember 2016

Miner09. 2012. Reklamasi Bekas Lahan Tambang. (Online) (http://archive.kaskus.co.id/thread/12851887/0#3). Diakses pada tanggal 15 Desember 2016

Hidayat, Saleh. 2016. Pengetahuan Lingkungan. Palembang : Universitas Muhammadiytah Palembang Press

(16)

Sari, E.K.; Mulyana, A.; dan Alfitri. (2015). “IMPLEMENTASI PROGRAM CSR LINGKUNGAN PT. SEMENBATURAJA (PERSERO) Tbk TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN”. Universitas Sriwijaya : Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 13 (1): 42-54, 2015 ISSN : 1829-8907

Semenbaturaja. 2016. Produk. (Online)

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Dampak Atas Lahan Akibat Pengosongan    Lahan untuk Pembangunan (Maruu, 2011)
Gambar 2.2 Kegiatan Penambangan Batu Kapur (Christ, 2015)
Gambar 2.3 Penambangan (Adimaja, 2013)
Gambar 2.4 Reklamasi Lahan Bekas Tambang (Miner09, 2012)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat dari persentase ekspresi COX-1 menunjukkan bahwa kelompok suspensi piroksikam memberikan persentase ekspresi COX-1 yang lebih rendah dibandingkan dengan

Analisa dilakukan selama penelitian dan secara menyeluruh mulai dari tahap kalibrasi, pemaparan gas pencemar karbon monoksida (CO), menentukan tanaman yang memiliki

Berdasarkan penelitian ini, metakaolin sebagai pozzolan dapat menurunkan laju karbonasi pada beton karena reaksi pozzolanik pada metakaolin mengubah Ca(OH)2 menjadi C-S-H

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sebagian besar (86,8%) TK di Kecamatan Bantul telah melaksanakan program parenting; (2) komunikasi dalam bentuk diskusi antara

Adanya intensitas serapan gugus fungsi yang terlihat pada selulosa bakteri dan komposit PPy/selulosa bakteri tersebut dengan hasil analisis yang hampir mirip

dan Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro Semarang Panitia 2012 Seminar Nasional Pendidikan Karakter Universitas Diponegoro Semarang Peserta 2012 Seminar

TEKANAN Metarhizium anisopliae DAN FEROMON TERHADAP POPULASI DAN TINGKAT KERUSAKAN OLEH Oryctes rhinoceros PADA TANAMAN KELAPA di Desa Pulorejo Kec

The cost of revenue per metric ton of nickel matte sold in 2Q17 is 2% lower than 1Q17, excluding the provision for decline in inventory value, which increased by US$8.1