• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Wulan Permatasari

NIM 1112015000103

KONSENTRASI EKONOMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv ABSTRAK

Wulan Permatasari (NIM:1112015000103): Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Dalam kaitannya dengan penelitian ini ada dua variabel pokok yang akan di teliti yakni persepsi tentang minimarket dan kondisi sosial ekonomi pedagang. Penelitian ini sendiri telah dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2016 di Pasar Tradisional Ciputat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang-pedagang yang ada di lingkungan Pasar Ciputat, adapun sampel yang diambil sebanyak 30 orang yang dipilih secara kebetulan atau sampling insidental dan juga sampai kuota tertentu sesuai yang diinginkan atau sampling kuota. Uji hipotesis menggunakan product moment, uji koefisien determinasi dan uji reliabilitas alpha. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket pernyataan-pernyataan mengenai minimarket dan kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.

(7)

v ABSTRACT

Wulan Permatasari (NIM:1112015000103): The Impact of Minimarket Perception On The Socioeconomic Conditions In The Traditional Market Traders Ciputat, South Tangerang, Banten Province.

This research is conducted to obtain information about the impact of minimarket perception on the socioeconomic conditions in the traditional market traders Ciputat, South Tangerang, Banten Province. This research found two principal variables that will be analyze. Those are the perception of minimarket and socioeconomic conditions trader. The research itself had been done on May-October 2016 inTraditional Market Ciputat. The method used is survey method with quantitative approach. The population in this study is a merchant-traders in Ciputat Market neighborhood, while the samples taken as many as 30 people chosen by chance or incidental sampling and also to a certain quota as desired or quota sampling. Hypothesis testing are uses the product moment, coefficient determination test and reliability test alpha. The data is collected using a questionnaire about minimarket and socio-economic conditions in the traditional market traders Ciputat. The results shows that the alternative hypothesis is accepted and hypothesis zero is rejected thats mean there are significant between the perception of minimarket on the socioeconomic conditions in the traditional market traders Ciputat, South Tangerang City, Banten Province.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai

ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk

mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Persepsi

Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar

Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten”.

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan yang

sesat menuju jalan yang di rahmati oleh Allah dengan risalah yangdibawanya

yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya

mneuju kebahagiaan yang ada di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai

pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan

bisa selesai sebagaimana harusnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang

Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

3. Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

(9)

vii

waktu dan pemikirannya demi selesainya skripsi ini.

5. Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan pemikirannya demi selesai skripsi ini.

6. Jakiatin Nisa, M.Pd, sebagai dosen Penasihat Akademik yang banyak

membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di

Unversitas ini.

7. Seluruh Dosen yang berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

khususnya jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang memeliki peran

sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.

8. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah

bekerja dengan baik melayani mahasiswa.

9. Seluruh Pengelola Pasar Tradisional Ciputat yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian di pasar tersebut.

10. Orang tua, (Alm.) bapak Muhidin dan Ibu Napsiah, yang telah membesarkan

dan mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang ini.

11. Kakak-kakak dan adik-adik ku tersayang yang selalu menghibur.

12. Kepada Fairus Rizal, S.H yang telah memberikan dukungan baik moril

ataupun materil, selalu mendampingi, memberikan saran, motivasi, dan

semangat kepada penulis.

13. Kepada sahabat-sahabatku, Arimby Pengestu, Desi Mandasari, Avi

Oktavianti, Iqbal Saputra, Didik Susilo, Burhanuddin Taslim, Sulistiawan,

Sumardi yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis,

kalian adalah kekuatan bagi penulis. Semoga kita semua selalu kompak

sampai kapanpun dalam keadaan apapun.

14. Kepada teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angakatan 2012 khususnya Dessy, Hajar, Laelalul Sa’diyah, Dina Khairunnisa, Nita Chairunnisa yang telah banyak membantu dan selalu memberi semangat

kepada penulis dalam perkuliahan dan khususnya dalam penyelesaiian

skripsi ini.

15. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh

(10)

viii

Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih jauh dari

kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hari, saya mohon maaf dan berharap

skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berhadap skripsi

yang saya susun menjadi suatu karya yang bermanfaat serta menjadi suatu

persembahan terbaik bagi para dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi diri,

penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan dan

hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya

ucapkan terima kasih.

Jakarta, 26 November 2016

Penulis,

(11)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah...5

E. Tujuan Penelitian...5

F. Manfaat Penelitian...6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik...8

1. Persepsi...8

(12)

x

3. Kondisi Sosial Ekonomi...20

4. Tinjauan Regulasi...22

B. Hasil Penelitian Yang Relevan...27

C. Kerangka Berpikir...29

D. Hipotesis Penelitian...32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian...33

B. Metode Penelitian...33

C. Populasi dan Sampel Data...34

D. Teknik Pengumpulan Data...35

E. Instrumen Penelitian...36

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data...44

1. Deskripsi Pasar Ciputat...44

2. Deskripsi Tangerang Selatan...46

3. Karakteristik Responden...48

4. Deskripsi Variabel Penelitian...52

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis...58

1. Uji Normalitas...58

2. Uji Validitas...59

3. Analisis Reliabilitas Tes...60

(13)

xi

C. Pembahasan Hasil Penelitian...63

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan...67

B. Implikasi...67

C. Saran...67

DAFTAR PUSTAKA...69

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran...30

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ... 50

Gambar 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Akhir ... 50

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat

Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2015...2

Tabel 2.1 Karakteristik Pasar Modern di Indonesia ... 19

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ... 38

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara... 39

Tabel 3.4 Skor Jawaban Angket ... 41

Tabel 3.5 Interprestasi Data ... 43

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ... 49

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir ... 50

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ... 51

Tabel 4.6 Skor Variabel Persepsi Tentang Minimarket ... 52

Tabel 4.7 Kategori Persepsi Tentang Minimarket ... 54

Tabel 4.8 Skor Variabel Kondisi Sosial Ekonomi ... 55

Tabel 4.9 Kategori Kondisi Sosial Ekonomi ... 57

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas ... 58

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas ... 59

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas ... 60

(16)

xiii

Tabel 4.14 Coefficients ... 62

Tabel 4.15 Model Summary ... 62

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket dan Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Hasil Angket dan Transkip Wawancara

Lampiran 3 Lembar Hasil Observasi

Lampiran 4 Uji Analisis

Lampiran 5 Surat-surat terkait

Lampiran 6 Dokumentasi

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak

manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan

tersebut adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Pasar

merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk salah satu perwujudan adaptasi

manusia terhadap lingkungannya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam

perkembangannya juga menghadapi kebutuhan sosial untuk mencapai kepuasan

atas kekuasaan, kejayaan dan martabat.

Pasar selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat paling penting dalam

kehidupan bermasyarakat sehari-hari, bagi masyarakat pasar bukan hanya tempat

bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah untuk

berinteraksi sosial. Para ahli ekonomi mendeskripsikan sebuah pasar sebagai

kumpulan penjual dan pembeli yang melakukan transaksi atas suatu produk

tertentu atau kelompok produk tertentu.1

Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat mendorong laju pertumbuhan

ekonomi yang begitu pesat pula. Kebutuhan akan ekonomi dari masyarakat

seiring sejalan dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Kebutuhan akan

pasar yang merupakan akses untuk memenuhi kebutuhan hidup di mana transaksi

kebutuhan antar pedagang dan konsumen berkembang dengan pesatnya, hal ini

jika ditinjau di berbagai daerah muncullah bentuk-bentuk pasar kecil Minimarket

(Ritel).2

Ciputat adalah salah satu kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi

(19)

Berdasarkan data Sensus Tahun 2006, jumlah penduduk yang ada di wilayah

Kecamatan Ciputat berjumlah 260.477 jiwa.3 Hal tersebut tidak menutup

kemungkinan bagi usaha ritel modern untuk memasuki pangsa pasar ritel

tradisional. Saat ini banyak dijumpai minimarket di sepanjang jalan seperti

Indomaret, Alfamaret, Alfamidi yang menjamur di beberapa tempat strategis di

Ciputat.

Tabel 1.1

Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2015

No. Jenis Minimarket Alamat

1. Indomaret Jl. K.H. Dewantara RT 002/002, Ciputat

2. Alfamart Jl. K.H. Dewantara RT 004/002, Ciputat

3. Alfamart Jl. K.H. Dewantara RT 001/006, Ciputat

4. Alfa Midi Jl. Aria Putra RT 001/009, Ciputat

5. Indomaret Jl. Aria Putra RT 001/009, Ciputat

6. Alfamaret Jl. Dewi Sartika RT 002/009, Ciputat

7. Indomaret Jl. Dewi Sartika RT 001/010, Ciputat

8. Alfamart Jl. Otista RT 001/011, Ciputat

9. Alfa Midi Jl. Otista RT 002/011, Ciputat

10. Indomaret Jl. Otista RT 003/011, Ciputat

11. Alfamart Jl. H. Usman RT 001/008, Ciputat

Catatan : Sumber Kantor Kelurahan Ciputat4

Kehadiran peritel (Supermarket, Hypermarket, Minimarket) pada sekitar

tahun 1980-an pada awalnya tidak mengancam pasar tradisional. Kehadiran para

peritel modern yang menyasar konsumen menengah ke atas, saat itu lebih

menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan kondisi pasar yang

kumuh, dengan tampilan dan kualitas buruk, serta harga jual rendah serta sistem

tawar-menawar konvensional. Namun sekarang ini kondisinya sudah banyak

3

https://id.wikipedia.org/wiki/Ciputat,_Tangerang_Selatan (diakses pada tanggal 19 September 2015)

4

(20)

berubah. Supermarket dan Hypermarket banyak bermunculan di mana-mana.

Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat.

Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas

belanja. Kondisi ini ditambah dengan semakin meningkatnya tingkat pengetahuan,

pendapatan, dan jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan

dengan waktu yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan “nilai lebih” dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tidak ingin ditinggal pelanggannya.5

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern sekarang ini

menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di

masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota

kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket, dan

Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan

tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik

kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan bawah

mengeluh.

Kendati persaingan antara pasar modern secara teoritis menguntungkan

konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, tetapi diketahui juga

mengenai dampaknya terhadap pasar tradisional. Mengukur dampaknya amat

penting karena mengingat pasar modern yang pada saat ini secara langsung

bersaing dengan pasar tradisional tidak hanya melayani segmen pasar tertentu.6

Jika tidak diimbangi dengan pelayanan dan manajemen yang lebih baik boleh jadi

pasar tradisional lama-lama akan bisa mengalami kematian.

Kemunculan gerai-gerai minimarket ternyata tidak serta merta membawa

perubahan atau dampak baik kepada semua kalangan (konsumen maupun

pedagang pasar Tradisional/grosir). Tersebarnya gerai-gerai tersebut malah

membawa dampak negatif terhadap pedagang tradisional yang juga menawarkan

5

Ani Nur Fadhillah, Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional, Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2011, hal. 17-18

6

(21)

barang seperti digerai minimarket. Hal ini menyebabkan minat konsumen menjadi

berkurang untuk berbelanja di grosir biasa seperti pasar Tradisional dan toko

sembako rumahan, mereka lebih nyaman untuk berbelanja di grosir minimarket

yang sudah berjumlah 11 gerai di kelurahan Ciputat, selain tempat yang nyaman

pelayanan yang diberikan oleh pegawai toko juga sangat memuaskan konsumen,

terlebih lagi promo-promo dan potongan harga yang diberikan untuk bahan pokok

rumah tangga. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya observasi wawancara

penulis terhadap beberapa konsumen pasar yang berada di daerah Ciputat.

Pasar grosir sendiri hanya menyediakan bahan pokok rumah tangga tanpa

adanya promo ataupun potongan harga terhadap konsumen, ini dikarenakan modal

usaha yang mereka keluarkan tidak begitu banyak sehingga hanya memberikan

harga yang sesuai dengan modal usaha. Akan tetepi gerai-gerai minimarket bukan

usaha perorangan namun satu badan usaha yang dikelola dengan sistem perkulakan,

yakni barang-barang yang akan dipasarkan didapatkan dari PT. Indomarko

(misalnya) sehingga barang akan selalu ada dan tidak tergantung pada modal usaha.

Hal tersebut makin membuat sulit pedagang di pasar tradisional dalam

menjalankan usahanya.

Pedagang di pasar tradisional harus bersikeras memikirkan pengadaan barang

dan menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga yang bisa dikatakan

biasa. Sedangkan gerai minimarket tanpa harus memikirkan pasokan barang yang

akan dijual karena setiap bulan barang-barang yang akan dijual tetap didatangkan

sehingga perputaran perdagangan barang tidak terputus dan persediaan barang

tetap terjaga. Gerai minimarket juga melakukan inovasi terhadap fitur-fitur

perbelanjaan yakni dengan menjual pulsa elektronik dan tiket kereta api, gas dan

galon air mineral. Sehingga membuat antusias masyarakat sangat tinggi dalam

melakukan kegiatan belanja digerai ini, karena alasan kenyamanan kemudahan

serta banyak fitur serta promo yang ditawarkan. Menurut peneliti diduga bahwa hal

tersebut semakin membuat menurunnya omset pedagang di pasar tradisional, dan

juga aspek-aspek lainnya seperti tingkat kesejahteraan kehidupan, kesehatan,

pekerjaan lain, pendidikan, dan juga interaksi sosial.

(22)

mengangkat masalah mengenai “Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat

Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten”.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan penduduk menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi sangat

pesat.

2. Banyak bermunculan minimarket di Tangerang Selatan.

3. Jumlah minimarket jauh lebih banyak dibanding jumlah pasar

tradisional.

4. Persepsi tentang minimarket berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi

pedagang pasar tradisional.

5. Pasar modern saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik dan tidak meluas diluar

pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah:

Pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang

di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi

Banten.

D. Perumusan Masalah

Dari banyak fenomena dan fakta sosial yang telah dipaparkan serta

berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan

merumuskan permasalahan yakni:

Adakah pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi

pedagang di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan

Provinsi Banten?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu:

Untuk mengetahui adakah pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap

kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat

(23)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik

secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya hasanah

ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan isu-isu

di dalam problematika masyarakat.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi atau

sumbangan pemikiran kepada akademisi maupun jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial tentang pasar.

2. Secara Praktis

a. Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk memberikan

referensi atau informasi yang berhubungan dengan Ekonomi dalam hal

ini kaitannya dengan dampak persaingan pasar.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi dan menambah wawasan tentang dampak persaingan pasar.

c. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan bacaan serta pengetahuan masyarakat seputar pasar,

sehingga masyarakat mengetahui bagaimana persaingan antara pasar

modern dan tradisional, serta sistem pengelolaan di dalam pasar tersebut.

d. Bagi Pedagang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau gambaran

bagi para pedagang khususnya pedagang pasar tradisional untuk

melakukan perbaikan-perbaikan seperti perbaikan dalam pengelolaan

pasar, penataan tampat atau lahan berjualan, kualitas produk, kemasan

produk, inovasi pelayanan terhadap kosumen, dan lainnya guna

menghadapi persaingan terhadap pasar-pasar modern (minimarket) yang

(24)

e. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang pasar, dan pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat

dalam penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan

(25)

8 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat

penting. Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia

sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan

memaknai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya.

Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) adalah “tanggapan langsung atau sesuatu”.1

Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”.2

Persepsi

mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan mengikuti

proses perseptual yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur informasi

yang masuk melalui panca indra kita.

Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.3

Persepsi individu atau masyarakat terhadap objek tertentu akan

mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian kondisi stimulus yang

dilakukan dalam proses kognitif.

Selanjutnya, menurut Chaplin dalam Desmita, mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kajian objektif dengan

bantuan indra.4

1

Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Gitamedia Press),h. 513

2

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119

3 Ibid.,

h. 117

(26)

Persepsi seringkali diikuti dengan kata perspektif. Perspektif sudut

pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang

dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita

peroleh. Jadi, perspektif merupakan cara pandang yang muncul akibat

kesadaran seseorang terhadap suatu isu yang terjadi. Perspektif dapat

dijadikan penambah wawasan atau pengetahuan seseorang agar dapat melihat

segala sesuatu yang terjadi dengan pandangan yang luas. Jadi perspektif

memiliki ciri-ciri antara lain: seseorang yang memiliki perspektif yang tinggi

akan berpikir luas dan tidak membeda-bedakan sesuatu, jadi tidak

memandang masalah dari pandangan sempit dan terkotak-kotak, seseorang

yang memiliki perspektif yang tinggi akan dengan mudah dapat berinteraksi

dengan orang lain secara harmonis, seseorang yang memiliki perspektif yang

tinggi mampu bersaing atau berkompetensi dengan sehat.

Pengertian persepsi menurut para ahli di atas berbeda-beda. Namun, dari

beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa persepsi

adalah proses pemberian makna atau pandangan, interpretasi dari stimulasi

dan sensasi yang diterima oleh individu, disesuaikan dengan karakteristik

masing-masing individu tersebut.

2. Pasar

a) Pengertian Pasar

Pengertian pasar secara sederhana yang sering didengar di

masyarakat, di mana Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan

pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa.

Pasar adalah “area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar

tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya”.5

Berbagai tempat penjualan barang yang dihuni oleh banyak penjual

(27)

dari berbagai jenis barang sudah tidak asing lagi bagi kita yang dikenal

sebagai masyarakat konsumtif khususnya. Mall, plaza, supermarket,

minimarket, itc, pasar tradisionl, pasar kaget, pasar pagi, dan banyak

nama pasar lainnya sudah sejak lama kita kenal dan ketahui.

Pasar juga dapat dikatakan “suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli

suatu komoditas (barang atau jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual

dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah komoditas yang diperjual belikan”.6

Interaksi antar penjual dan pembeli yang dimaksud adalah interaksi

dalam konteks permintaan dan penawaran. Semakin tinggi permintaan

akan suatu komoditas (barang dan jasa) maka akan semakin tinggi harga

komoditas tersebut yang memungkinkan juga semakin tingginya

penawaran, dan sebaliknya. Jadi, dengan kata lain permintaan dan

penawaran berperan penting dalam penentuan tingkat harga suatu

komoditas (barang dan jasa).

Stanton mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas. “Pasar dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk

puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.

Jadi, dalam pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang

terjadinya pasar, yakni : keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian”7

Berdasarkan pernyataan Stanton di atas, pasar adalah tempat di mana orang-orang melakukan kegiatan untuk mendapatkan suatu hal

(barang/jasa) yang mereka inginkan dan dilakukan sesuai dengan

kemampuan atau kapasitas uang yang dimiliki tersebut untuk

dibelanjakannya.

Pasar adalah “tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual beli terbentuk, yang

6

Sugiarto, Ekonomi Mikro (edisi baru), (Jakarta : PT Gramedia Utama, 2007), hal.35

7

(28)

mana menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar

tradisional dan pasar modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/grosir”.8

Dapat dipahami dari pernyataan di atas bahwa pasar diklasifikasikan

menjadi pasar tradisionl yang identik dengan kotor dan bau, pasar

modern yang identik dengan bersih dan nyaman, pasar eceran yang

identik dengan barang satuan/penjualan dalam kuantitas sedikit, dan

pasar grosir yang identik dengan borongan/penjualan dalam kuantitas besar.

Pengertian-pengertian tentang pasar tersebut menunjukan adanya 3 unsur utama yang perlu dikaji pada pengertian pasar, yaitu: (1) Orang dengan segala kebutuhan dan keinginannya atau sering disebut sebagai konsumen. (2) Daya beli. Daya beli merupakan faktor yang dapat mengubah keinginan menjadi permintaan. Penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak akan menjadi suatu permintaan apabila masyarakat tidak memiliki daya beli yang memadai. (3) Perilaku dalam pembelian. Perilaku berkaitan dengan pola masyarakat di dalam pasar, seperti pola pengeluaran uang, perubahan selera jenis barang atau jasa, waktu mewujudkan dan membeli, fluktuasi harga atau nilai.9

Pasar tidak tiba-tiba saja muncul atau terbentuk, tetapi sebelum itu

sudah lebih dulu ada unsur-unsur yang membentuknya seperti konsumen,

daya beli, dan perilaku dalam pembelian. Jika tidak ada konsumen maka

tidak akan terbentuk pasar, karena kembali pada pengertian umum

bahwa pasar adalah tempat bertemunya penjual (produsen) dan pembeli

(konsumen). Begitu pula dengan daya beli, ada konsumen tetapi

konsumen terbsebut tidak memiliki kemampuan untuk membeli suatu

barang/jasa maka tidak akan terjadi proses jual beli yang menjadi dasar

terbentuknya pasar. Sama hal nya dengan perilaku dalam pembelian,

pola pengeluaran uang dan selera konsumen menjadi salah satu faktor

bagi konsumen untuk melakukan transaksi atau tidak. Semua unsur

tersebut akan saling terkait satu sama lain di dalam pasar.

8

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan

9

(29)

Dari beberapa pengertian pasar di atas, penulis menyimpulkan

bahwa, pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk

melakukan transaksi jual beli barang dan jasa yang terdiri dari beberapa

penjual dari berbagai jenis barang pada suatu area yang biasa dikenal

sebagai mall, plaza, itc, supermarket, minimarket, pasar tradisional,

pasar pagi, pasar kaget, dan sejenisnya. Pada umumnya pasar

dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu pasar modern dan pasar

tradisional, di mana kedua jenis pasar tersebut terbentuk karena adanya

beberapa unsur pembentuk pasar seperti; konsumen, daya beli, dan

perilaku dalam pembelian.

b) Jenis Pasar

1) Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah “pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi, atau Swadaya Masyarakat dengan

tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki atau

dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan

usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli

melalui tawar-menawar”.10

Dibangun berupa toko, kios, los, dan tenda, yang juga terlepas

dari kata mewah, nyaman, teratur, bersih, sejuk, dan wangi,

menggambarkan bahwa pasar tradisional lebih terarah kepada

semua lapisan masyarakat walaupun lebih khususnya kepada

masyarakat lapisan menengah dan bawah. Ditambah lagi

dengan berlakunya sistem tawar-menawar yang membuat

masyarakat merasa lebih mudah dalam membeli dan memenuhi

kebutuhan, karena bisa lebih menyesuaikan dengan uang juga daya

beli yang dimilikinya.

Pasar tradisional “biasanya yang terdiri atas kios-kios atau gerai yang dibuka oleh penjual. Kebanyakan menjual kebutuhan

(30)

sehari-hari seperti bahan-bahan makanan, berupa ikan, buah,

sayuran dan yang lain-lain.11

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan pasar

tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung

dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri

dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh

penjual maupun suatu pengelola pasar. Biasanya kebanyakan

menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa

ikan, buah, sayur-mayuran, telur, daging, ikan, kue-kue, pakaian,

jasa, barang elektronik dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini

masih banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat

kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai

pasar.

Barang lokal adalah barang yang biasa dijual di pasar

tradisional dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang

dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa adanya

penyortiran/penyeleksian yang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah

barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada

barang yang dicari tidak ada di satu kios tertentu, maka dapat dicari

ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari

produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala

yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain sistem pembayaran

ke distributor atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual

tidak dapat melakukan promosi atau memberikan potongan harga

(discount) komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami

kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam

penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya

11

(31)

saing.

Pasar tradisional merupakan “sektor perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya pada pasar tradisional tidaklah sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya pengangguran di Indonesia. Pasar tradisional biasanya terhubung dengan toko-toko kecil di dusun-dusun sebagai tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga terhubung dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya. Pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi masyarakat.”12 Pasar tradisional bukan hanya sekedar tempat bertemunya

penjual dan pembeli, tetapi juga sebagai penggerak perekonomian

masyarakat. Tidak sedikit masyarakat kecil yang kurang akan

pendidikan dan sulit memperoleh pekerjaan, akhirnya memilih pasar

tradisional sebagai alternatif untuk menjadi pedagang disana guna

bersaing untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pasar tradisional juga dapat dikatakan sebagai sumber, sumber di

mana berbagai komoditas yang mayoritas adalah barang sehari-hari

dapat diperoleh dalam skala besar untuk selanjutnya didistribusikan

lewat toko-toko kecil sebelum pada akhirnya sampai ke tangan

masyarakat selaku konsumen.

Dalam lingkup “pasar tradisional sebagai pasar pemerintah, terdapat 3 pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas sehari-hari

yaitu : penjual, pembeli, dan pegawai atau pejabat dinas pasar.

Selain 3 pelaku utama tersebut terdapat pelaku yang lain yaitu buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman dan copet”.13

Pelaku-pelaku atau yang bisa juga dikatakan sebagai warga

pasar ialah orang-orang yang terlibat langsung di dalam lingkup

pasar tradisional. Penjual, pembeli, pejabat dinas yang bertugas

(32)

mengelola pasar, buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan,

preman, copet, mereka semua yang akan bertanggungjawab atas

berjalannya kegiatan di pasar tradisional. Tanpa adanya

pelaku-pelaku tersebut, sepertinya pasar tradisional tidak akan

berjalan sebagaimana mestinya.

Adapun ciri pasar tradisional yaitu :

a. Dalam pasar tradisional tidak berlaku fungsi-fungsi manajemen : planning, organizing, actuating, controlling. b. Tidak ada konsep marketing, yaitu : bahwa pembeli adalah

raja, terdapat pelayanan penjualan; penentuan harga berdasarkan perhitungan harga pokok ditambah keuntungan tertentu, produk berkualitas, tempat penjualan yang nyaman bagi pembeli, dll.

Sedangkan penjual pasar tradisional biasanya mempunyai ciri : a. Tempat jualannya kumuh, sempit, tidak nyaman, gelap,

kotor

b. Penampilan penjualnya tidak menarik

c. Cara menempatkan barang dagangan tanpa konsep marketing.

Adapun pembeli pasar tradisional mempunyai ciri :

a. Rela berdesak-desakan ditempat yang kumuh dan tidak nyaman

b. Tidak peduli dengan lalulalang pembeli lainnya

c. Pembeli pasar tradisional biasanya menguasai dan mengenal pasar tersebut utamanya adalah masalah harga, karena bila tidak tahu, harga komoditas bisa dua atau tiga kali lipat.14

Ciri-ciri adalah suatu hal yang dapat membedakan antar satu

dengan yang lainnya. Di dalam pasar tradisional banyak terdapat ciri

khusus yang menggambarkan pasar tersebut, secara umum ciri pasar

tradisional adalah tidak adanya sistem/manajemen dalam proses

penjualan, tempat berjualan identik dengan bau, kumuh, dan kotor,

juga adanya sistem tawar-menawar harga untuk setiap barang yang

diperjualbelikan.

Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli

yang mayoritas pasarnya dikelola oleh pemerintah dan lebih terarah

(33)

untuk masyarakat lapisan bawah dengan ciri khusus tidak adanya

sistem/manajemen dalam proses penjualan, kondisi pasar yang bau,

kumuh, dan kotor, juga dengan adanya sistem tawar-menawar yang

telah melekat pada kegiatan di pasar tradisional.

3) Pasar Modern

Pasar modern adalah “pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket,

departement store, dan shopping center di mana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, mengutamakan pelayanan dan

kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal kuat, dilengkapi label harga yang pasti”.15

Sesuai dengan namanya, pasar modern benar-benar terkemas

secara modern. Berbanding terbalik dengan pasar tradisional, pasar

modern dilaksanakan dengan mengutamakan pelayanan dan

kenyamanan konsumen dalam berbelanja, bernuansa mewah, dan

juga dengan sistem harga tetap/tidak ada proses tawar-menawar.

Menurut Herman Malano “pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar Tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantrum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket.16

Pernyataan Herman Malano diatas dapat disimpulkan bahwa

pasar modern tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional. Hanya

saja pada pasar modern cara bertransaksi antar pembeli dengan

penjual terjadi secara tidak langsung, pembeli melihat harga pada

label harga dan mengambil barang sendiri yang kemudian

15 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan

16

(34)

dibayarkannya ke kasir. Kegiatan transaksi pun dilakukan di dalam

sebuah bangunan yang nyaman dan bersih. Barang-barang yang

dijual, tidak hanya bahan makanan tetapi juga barang-barang yang

sifatnya tahan lama seperti : peralatan rumah tangga, perlengkapan

otomotif, alat tulis, dan lain sebagainya.

Pasar modern adalah “tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), di mana

penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan

(konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir)”.17

Konsumen pasar modern dituntut untuk menjadi mandiri dalam

proses belanjanya, disini kosumen mengambil sendiri barang-barang

belanjaan yang ingin dibeli, dengan fasilitas penataan barang yang

teratur dan terkelompok berdasarkan jenisnya (sayuran, daging dan

ikan, makanan kemasan, minuman, dll), barang-barang terpilih

dengan kualitas yang baik, harga jelas yang tertera di barcode setiap

barang, serta datang sendiri ke bagian kasir untuk melakukan

pembayaran, tidak akan membuat konsumen keberatan untuk

melayani dirinya sendiri dalam proses belanja karena sudah

didukung dengan manajemen yang membuat semuanya menjadi

mudah dan menyenangkan.

Herman Malano mengungkapkan “pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping center, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008).18

Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang

tersusun secara modern baik dari sisi dalam maupun sisi luar, hal

17

Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta : Media Data, 2009), hal. 91-92

18

(35)

tersebut dapat dibuktikan dengan pengelolaannya yang dilakukan

dengan menggunakan manajemen modern. Hal tersebutlah yang

mendukung pasar-pasar modern memiliki kualitas pelayanan dan

mutu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tradisional.

Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang

beragam, selain barang lokal, barang impor pun tersedia. Barang

yang di jual memiliki kualitas yang relatif terjamin karena melalui

penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi

persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar

modern memiliki persediaan barang di gudang yang terukur. Dari

segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar

modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya

pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, adanya

keranjang belanja serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang

bekerja secara profesional. Sedangkan dari segi rantai distribusi

pada pasar modern adalah produsen, distributor,

pengecer/konsumen.

Adapun yang membedakan pasar modern dengan pasar

tradisional adalah dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut :

(1) Tidak bisa tawar menawar harga. (2) Harga sudah tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode. (3) Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik. (4) Berada dalam bangunan atau ruangan dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan). (5) Layanan yang baik dan biasanya memuaskan. (6) Tempatnya bersih dan nyaman, ruangan ber-AC. (7) Tata tempat yang rapih agar konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan dibelinya. (8) Pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke kasir dan tentunya tidak ada tawar-menawar lagi19

Nuansa modern sungguh sangat melekat pada pasar modern jika

dilihat dari ciri-cirinya tersebut, berbanding terbalik jika kita

19

(36)

bandingkan dengan pasar tradisional. Dengan didukung bangunan

yang bagus, AC, pelayanan dan kualitas barang yang baik serta ciri

lainnya secara tidak langsung sudah memberikan gambaran jelas

kepada semua bahwa itu adalah pasar modern.

Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era

1970-an, saat ini terdapat tiga jenis pasar modern yaitu minimarket, supermarket, hypermarket. Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis barang yang diperdagangkan. Berikut ini karakteristik dari ketiga pasar modern tersebut :

Tabel 2.1

Karakteristik Pasar Modern di Indonesia20

Minimarket telah ada sejak 1990-an namun masih terkonsentrasi di kota-kota besar dengan ditandai kehadiran peritel asing dan lokal

seperti Freshmart, Indomaret, Circle K. Minimarket terus

berkembang dengan hadirnya format minimarket plus dengan nama

20

Asep ST Sujana, Manajamen Minimarket, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2013), hal. 40-43

Uraian Minimarket Supermarket Hypermarket

Barang yang Jumlah item Kurang dari 5.000

item

5.000 sampai 25.000 item

Lebih dari 25.000 item

(37)

Alfa Midi. Persaingan yang ketat mendorong munculnya

Minimarket di kota yang lebih kecil dalam rangka untuk mencari

pelanggan baru dan terjadinya perang harga, dan berkembangnya

Minimarket hingga ke kota kecil serta adanya strategi pemotongan

harga memungkinkan konsumen kelas menengah bawah untuk

mengakses Minimarket.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pasar modern adalah pasar yang

dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya

berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping center yang pengelolaannya dilaksanakan melalui manajemen dan sarana

prasarana bernuansa modern yang identik dengan pelayanan

swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan

dan membayar ke kasir) juga identik dengan sasaran konsumen yang

pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas.

3. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada

yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat

perkembangan manusia dalam hidupnya dapat dilihat dari pemenuhan

kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat menunjukan tingkat hidup seseorang

atau sekelompok orang, apakah segala macam kebutuhan hidup tersebut

dapat dipenuhi secara keseluruhan atau hanya sebatas kebutuhan pokok saja. Menurut Sumardi “kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam

masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.”21

Kehidupan seseorang dalam masyarakat tentunya dapat diakui dengan

adanya status, dimana status itulah yang menjelaskan seseorang sebagai apa

dan siapa. Dan status tersebut ditentukan dengan adanya peran sikap, hak,

21

(38)

dan kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh seseorang yang

bersangkutan.

Sementara W.S Winke menyatakan bahwa “pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada

kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimiliki, di mana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.”22

Kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang

dimaksud diatas seperti tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat

kesehatan, dan juga harta benda yang dimiliki.

Selanjutya Mubyarto berpendapat “tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek Desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja barkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat Desa. Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha-usahanya.”23

Aspek-aspek dalam sosial ekonomi penduduk tersebut dapat dijadikan

tolak ukur bagi seseorang untuk mengetahui apakah kondisi sosial

ekonominya sudah baik, cukup, atau kurang dengan melihat dari kecukupan

pangan dan pemenuhan keperluan ekonomi rumah tangganya.

Selain penjelasan menurut beberapa ahli mengenai kondisi sosial ekonomi di atas, Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers mengemukakan ciri-ciri keadaan ekonomi sosial yaitu sebagai berikut :

1) Lebih berpendidikan.

2) Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan, kesehatan, pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap lingkungan.

3) Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar. 4) Mempunyai ladang luas.

5) Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk. 6) Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit 7) Pekerjaan lebih spesifik.24

Dilihat dari beberapa penjelasan dan ciri-ciri diatas, maka kondisi sosial

ekonomi dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu :

(39)

1) Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan.

2) Pendidikan, ialah salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pelajaran.

3) Kesehatan, adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

4) Interaksi sosial, yaitu sebuah proses yang terjadi akibat dari hukum pertukaran barang dan jasa.25

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

kondisi sosial ekonomi adalah keadaan individu atau kelompok yang

berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang

penghasilan, tingkat pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial.

Sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya erat dengan status sosial

ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau

kelompok.

4. Tinjauan Regulasi

a) Peraturan di Pemerintah Pusat

Upaya mengimplementasikan kebijakan dimulai dengan merevisi

beberapa peraturan perundang-undangan yang dianggap sudah

kadaluwarsa, diantaranya adalah Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern sebagai pengganti Perpres No. 118 tahun 2000 yang berisi non

pembatasan ritail kepemilikan asing (skala besar) dan Permen

Perdagangan No. 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan

dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Beberapa hal penting yang diatur dalam Perpres No. 112 Tahun

2007 dan Permendag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tersebut yaitu :

a. Batas luas lantai penjualan Toko Modern :

1) Minimarket < 40 m2,

2) Supermarket 400 m2 s/d 5.000 m2,

25

(40)

3) Hypermarket > 5.000 m2

4) Departement store > 400 m2,

5) Perkulakan > 5.000 m2

b. Pengaturan lokasi :

1) Perkulakan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan

jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder.

2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi

pada akses sitem jaringan jalan ateri atau kolektor, dan tidak

boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan

(perumahan) di dalam kota/perkotaan.

3) Supermarket dan Departement Store, tidak boleh berlokasi pada

sistem jaringan jalan lingkungan; dan tidak boleh berada pada

kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota.

4) Pasar Tradisional, boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan

jalan.

c. Perizinan :

1) Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk pasar

tradisional,

2) Izin Usaha Tempat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall,

plaza, dan pusat perdagangan,

3) Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk minimarket,

supermarket, departement store, hypermarket dan perkulakan,

4) Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dan IUTM : Studi

kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan

Usaha Kecil (UK),

5) IUP2T, IUPP, dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan

Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman tata cara

perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.

d. Pembinaan dan Pengawasan

(41)

maupun bersama-sama sesuai sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar

Tradisional dan Toko Modern.

e. Pemberdayaan

1) Pasar Tradisional

Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk

pemberdayaan, meningkatkan potensi pedagang dan pengelola,

memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi

pedagang tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi

atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.

2) Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam

membina Pasar Tradisional, serta mengawasi pelaksanaan

kemitraan.

Pada fakta dalam Putusan dan data ekonomi dari Saran yang

dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)

menunjukkan bahwa dalam industri retail terdapat (1) kondisi perilaku

persaingan usaha tidak sehat, (2) ketidakseimbangan retail-pemasok dan,

(3) terdesaknya pelaku usaha pasar lingkungan (tradisional).

Hukum positif memang telah mengatur permasalahan ini yaitu

Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan

Pembinaan Pasar Tradisional (Perpres) dan Peraturan Menteri

Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan

Pembinaan Pasar Tradisional , Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

(Permendag) namun dalam analisis KPPU sebagaimana juga dalam

terdapat Putusan akuisisi No. 09/KPPU-L/2009, kedua hukum positif ini

sulit efektif karena :

a) Tidak memiliki sanksi yang keras dan tegas terhadap pelaku

usaha yang melanggar kedua peraturan itu;

(42)

peraturan itu;

c) Memberi ruang penetapan jenis dan besaran trading terms yang

bersifat sepihak pada retail modern.26

Oleh karena itulah dipandang perlu adanya peraturan setingkat UU

yang memiliki kekuatan berlaku lebih kuat dan sanksi lebih tegas, dan

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada tanggal 31 Maret

2010 melalui Saran Kebijakan No. 43/K/III/2010 memberikan saran dan

kebijakan kepada pemerintah untuk segera membentuk Undang-Undang

yang mengatur industri retail sehingga landasan hukum dalam peraturan

industri ini menjadi sangat kuat dan meciptakan kesejahteraan rakyat

secara optimal.

b) Peraturan di Pemerintah Daerah

Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah memiliki regulasi tentang

kebijakan yang mengatur penataan dan pembinaan pasar tradisional dan

pasar modern yaitu, Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 2 Tahun

2013 tentang Petunjuk Teknis Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Beberapa hal penting yang diatur dalam Peraturan Walikota

Tangerang Selatan No. 2 Tahun 2013 tersebut, yaitu :

a. Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern :

1) Lokasi pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern wajib mengacu pda Rencana Tata Ruang Wilayah

dan Rencana Detail Tata Ruang, termasuk Peraturan Zonasinya.

2) Sistem penjualan dan jenis barang dagangan toko modern

meliputi :

i. Minimarket, Supermarket, dan Hypermarket menjual secara

eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan

produk rumah tangga lainnya;

ii. Departement Store menjual secara eceran barang konsumsi

26

(43)

utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan

penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat

usia konsumen; dan

iii. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.

3) Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib

memenuhi ketentuan :

i. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat,

keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha

Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan;

ii. Memperlihatkan jarak antara Hypermarket dengan Pasar

Tradisional yang telah ada sebelumnya;

iii. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan

parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60

m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan Pusat

Perbelanjaan dan/atau Toko Modern; dan

iv. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan

dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman,

tertib, dan ruang publik yang nyaman.

4) Pusat perbelanjaan atau toko modern wajib melakukan

kemitraan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,

memperkuat dan menguntungkan.

b. Pembinaan dan Pengawasan

Walikota melakukan koordinasi untuk :

1) Mengantisipasi kemungkinan timbulnya permasalahan dalam

pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar

Modern; dan

2) Mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan

permasalah sebagai akibat pendirian Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan, dan Pasar Modern.

c. Sanksi

(44)

dikenakan sanksi administratif berupa : peringatan secara tertulis,

penghentian kegiatan pembangunan/usaha sementara, pembekuan izin

usaha, atau pencabutan izin usaha.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber

kepustakaan terdahulu, penulis melihat telah banyak penelitian sebelumnya yang

mengangkat penelitian tentang pengaruh pasar modern terhadap pasar tradisional

dari berbagai aspek, diantaranya :

1. Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari. Studi Kasus : Pengaruh

Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi

Kasus : Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal

ekonomi. Memberikan kesimpulan bahwa persepsi masyarakat

memunculkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing fasilitas

perdagangan. Masing-masing fasilitas perdagangan, baik toko usaha

kecil maupun minimarket memiliki kelebihan dan kekurangan

berdasarkan variabel-variabel yang dinilai oleh konsumen pengunjung.

Terdapat perubahan kecenderungan pada preferensi pemilihan tujuan

berbelanja sebelum dan sesudah berdirinya minimarket di kawasan

Kecamatan Blimbing. Berdasarkan jangkauan pelayanan, dapat

diketahui bahwa semamkin besar jangkauan Minimarket, maka akan

semakin banyak toko yang terfriksi dengan jangkauan pelayanannya.27

2. Agus Susilo dan Taufik. Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap

Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal ekonomi.

Dalam hasil penelitiannya, menyimpulkan bahwasanya beberapa

kebijakan pemerintah telah dikeluarkan untuk menata pengelolaan pasar,

baik pasar modern maupun pasar tradisional. Implementasi kebijakan ini

menuntut komitmen lebih besar agar dapat dilaksanakan secara

konsisten. Secara makro, beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa

27

(45)

benar adanya kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar

tradisional.28

3. Agussiyah Putra (program pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan). Pengaruh Pengembangan Pasar Modern Terhadap Kehidupan

Pasar Modern Terhadap Kehidupan Pasar Tradisional di Pusar Pasar

Medan (Studi kasus : Pusat Pasar Medan). Tesis. Dalam penelitianya

menyimpulkan bahwa ternyata keberadaan pasar modern (Medan Mall)

mempengaruhi variasi pendapatan pedagang di pusat pasar Medan

tersebut. Selain itu terdapat beberapa perbedaan antara pasar modern

(Medan Mall) dengan pasar tradisional (pusat pasar Medan, yakni

menyangkut perbedaan dalam hal belanja, kenyamanan berbelanja, serta

kualitas barang yang diperjualbelikan.29

4. Eka Yuliasih (program sarjana pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta). Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern

Terhadap Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di

Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. Skripsi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1) Implementasi peraturan pemerintah tentang

pasar modern tidak berjalan semestinya. (2) Persepsi negatif pelaku

usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional terhadap keberadaan

pasar modern termasuk dalam kategori tinggi. (3) Keberadaan pasar

modern berdampak negatif pada omset (24% dan 16,3%), pendapatan

(30% dan 17,5%), dan jumlah pelanggan (32% dan 29%) usaha ritel

Waserda dan pedagang pasar tradisional. (4) Upaya yang dilakukan

pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional untuk

mempertahankan eksistensi usahanya sangat minim, misalnya hanya

dengan menurunkan harga jual beberapa jenis barang.30

28

Agus Susilo dan Taufik, Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi, 2010

29

Agussiyah Putra, Pengaruh Pengembangan Pasar Modern terhadap Kehidupan Pasar Modern Terhadap Kehidupan Pasar Tradisional di Pusat Pasar Medan (Studi kasus : Pusat Pasar Medan), Universitas Sumatera Utara Medan, 2004

30

(46)

5. Dwinita Aryani. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional dari Ramainya

Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal. Hasil penelitian

menujukkan bahwa 66% responden pedagang menyatakan keberadaan

minimarket berpengaruh terhadap penurunan pedapatannya. Dari hasil

uji beda terdapat perbedaan rata-rata pendapatan pedagang di pasar

tradisional sebelum dengan sesudah munculnya minimarket.31

6. OK. Laksamana Lutfi. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap

Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan

Terjun Keamatan Medan Marelan. Jurnal. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa kesan pasar tradisional yang panas, semerawut,

kotor, becek, tidak aman karena banyak pencopet adalah sangat bertolak

belakang dengam toko pasar modern yang ber AC, nyaman, pelayanan,

mandiri dan cepat serta relatif aman dari pencopet. Kondisi ini menjadi

ancaman serius bagi keberlangsungan usaha para pedagang kecil dan

menengah.

C. Kerangka Berpikir

Pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para pejual dan pembeli

untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Secara umum pasar dikelompokkan

menjadi 2 yaitu, pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisonal sangat

identik dengan ciri-ciri khusunya seperti kumuh, bau, dan terdapat proses

tawar-menawar di dalamnya. Sedangkan pasar modern identik pula dengan ciri

khususnya seperti sejuk, bersih, dan tidak ada proses tawar-menawar

(barcode)/label harga.

Ciri-ciri khusus tersebutlah yang pada akhirnya menimbulkan suatu persepsi

di kalangan masyarakat khususnya para pedagang di pasar tradisional dimana

munculnya kondisi persaingan antar pasar yang secara jelas terlihat bahwa ciri

khusus pasar modern menjadi keunggulan bagi para konsumen pasar, dan hal itu

memberikan dampak kurang baik terhadap kondisi sosial ekonomi para pedagang

Universitas Negeri Yogykarta, 2013

31

(47)

di pasar tradisional. Kondisi sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan,

pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Untuk mengurangi persaingan

tersebut pemerintah ikut andil membantu yang dituangkan dalam bentuk

peraturan-peraturan megenai penataan pasar, diantaranya dalam peraturan

pemerintah pusat dan peraturan pemerintah daerah.

Kendati pemikiran atas masalah mengenai persepsi persaingan antara pasar

tradisional dengan pasar modern tidak begitu saja muncul, tetapi pemikiran

tersebut telah beberapa kali dibuktikan serta dikuatkan dengan adanya

penelitian-penelitan yang relevan tentang persaingan pasar tradisional dengan

pasar modern.

(48)

Gambar 2.1

5.Penjualan dengan cara langsung

Peraturan Pemerintah Pusat : Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Selatan No. 2 Tahun 2013 tentang

Petunjuk Teknis Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern.

Temuan Penelitian : 1. Melita Iffah, Fauzul Rizal

Sutikno, Nindya Sari, 2011 2. Agus Susilo dan Taufik, 2010 3. Agussiyah Putra, 2004

5. Penjualan dengan cara swalayan

(49)

D. Hipotesis Penelitian

Ha : Terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap

kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat kota

Tangerang Selatan provinsi Banten.

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket

terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional

Gambar

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 48
Tabel 4.16 Pedoman Interprestasi Koefeseansi Korelasi .....................................
Tabel 1.1 Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat
Karakteristik Pasar Modern di IndonesiaTabel 2.1 20
+7

Referensi

Dokumen terkait