• Tidak ada hasil yang ditemukan

integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan antara warga komplek dan warga sekitar (Studi Kasus: Pengajian di Masjid Al-Ikhlas Komplek Sekretariat Negara Pondok Kacang Barat Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan antara warga komplek dan warga sekitar (Studi Kasus: Pengajian di Masjid Al-Ikhlas Komplek Sekretariat Negara Pondok Kacang Barat Tangerang Selatan"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

Sekretariat Negara Pondok Kacang Barat Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

MOH. IBNU ARDANI NIM : 1111015000112

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

Selatan)”, Program Studi Pendidikan IPS, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan antara warga komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar Pondok Kacang Barat Tangerang Selatan yang bertempat di Masjid Al-Ikhlas.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode deskritif kualitatif dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Sampel diambil dengan purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah pengurus masjid, warga komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar. kemudian hasil penelitian dianalisis dengan beberapa teknik analisa data yaitu meningkatkan ketekunan, triangulasi, dan member check.

Hasil penelitian yang didapat adalahintegrasi sosial antara warga komplek Sekretariat Negara RI dengan warga sekitar berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menjadi pedoman hidup. Proses integrasi sosial antara warga komplek dengan warga sekitar serta melibatkan pengurus masjid yang berdampak pada terjalinnya kebersamaan dan keharmonisan. Kemudian, tidak ada perbedaan satu sama lain baik itu dari segi sosial maupun keagamaan. Dengan terjalinnya kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin, pengajian mingguan, pengajian bulanan maupun pengajian pada setiap hari-hari besar Islam. Kemudian, sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain antara umat beragama diperlihatkan oleh warga komplek dan warga sekitar. Warga komplek dan warga sekitar bertekad untuk senantiasa menjaga kerukunan dan berintegrasi kedepannya.

(7)

iii

Masjid Al-Ikhlas Secretariat of State RI Complex Pondok Kacang, West South Tangerang), Social Science Education Study Program, Sociology Department, Tarbiyah & Teaching Faculty, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aims to determine the how social integration in religious activities among residents of the State Secretariat RI complex and residents around Pondok Kacang, West South Tangerang held at Masjid Al-Ikhlas.

Data collection method in this research is descriptive qualitative observation, interview, documentation and triangulation. . Samples were taken by purposive sampling. The sample was caretaker of the mosque, a resident of the State Secretariat complex RI and nearby residents. then the results were analyzed with multiple data analysis techniques that improve persistence, triangulation, and check.

Research results obtained is a complex social integration between citizens Secretariat of State Representatives with local residents succeeded in creating a joint agreement on the norms and social values are a way of life. The process of social integration between citizens complex with local people and involve mosque officials that have an impact on the establishment of unity and harmony. Then, there is no difference from each other both in terms of social and religious. By intertwining religious activities such as regular lectures, recitals weekly, monthly recitals and lectures on any days of Islam. Then, mutual respect and appreciate one another between religious communities is shown by the residents of the complex and nearby residents. Residents of the complex and nearby residents are determined to continue to maintain harmony and integration in the future.

(8)

iv

rasakan sehingga mendapatkan kekuatan, kemudahan, kesabaran, serta pemahaman hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan antara warga komplek dan warga sekitar (Studi Kasus: Pengajian Di Masjid Al-Ikhlas Komplek Sekretariat Negara RI Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan)”.

Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak baik itu secara individu maupun secara umum terutama bimbingan dan pengarahan yang tulus dan ikhlas dari pembimbing, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kepada Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Faktultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

(9)

v

Jakarta yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada Bapak Adi Nugroho selaku ketua RW 006 dan Bapak Salmen Zein, selaku ketua Dewan Kemakmuran Masjid Al-Ikhlas, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian skripsi di komplek Sekretariat Negara RI Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan. 8. Kepada Bapak Trio Habibullah Omanda selaku sahabat penulis yang telah

membantu dalam proses pengumpulan data penelitian guna penyusunan skripsi ini.

9. Para narasumber penelitian, warga komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar yang telah memberikan waktu dan kesediaannya dalam melaksanakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

10.Kepada orang tua tercinta, Ayahanda Basiran dan Ibunda Siti Nurkhamiyah yang telah memberikan kasih sayang dan tanpa letih mendoakan penulis serta memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis.

11.Kakak dan adik, Rina Wahyu Andriyani dan Amrini Hayatul Isma serta kakak ipar Damar dan keponakan tersayang Rania Syakira Khoirunnisa yang selalu memberikan bantuan dan dukungan serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan skripsi, Akmal, Emil, Firdaus dan Saddam, terima kasih karena telah berbagi pikiran dan membantu meringankan kesulitan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

vi

menyelesaikan skripsi ini, semoga persahabatan ini selalu menjadi baik dan semakin baik.

14.Teman-teman kelas Sosiologi Pendidikan IPS angkatan 2011 yang telah berjuang bersama dalam setiap perkuliahan yang ada dan saling bantu dalam kebersamaan, semoga kita disukseskan dan selalu diberikan yang terbaik.

15.Sahabat teristimewa, Annisa Suryana yang selalu menyemangati dan

memberikan do’a terbaiknya untuk penulis. Terimakasih sedalam

-dalamnya.

16.Kepada seluruh teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2011 terkhusus untuk Muslih, Saddam, Emil dan Akmal, yang selalu menemani di saat susah maupun senang.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar sarjana pendidikan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya berbagai pihak sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 20 Juni 2016 Penulis,

(11)

vii

SURAT PERTANYAAN KARYA ILMIAH ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Integrasi Sosial ... 8

a. Pengertian Integrasi Sosial ... 8

b. Syarat-Syarat Integrasi Sosial ... 10

c. Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial ... 10

(12)

viii

a. Pengertian Masyarakat ... 17

b. Unsur-Unsur Masyarakat ... 19

c. Pengertian Masyarakat Kota ... 23

d. Fungsi Agama bagi Manusia dan Masyarakat ... 27

B. Penelitian Relevan ... 29

C. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 33

C. Sampel Sumber Data Penelitian... 33

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Observasi... 36

2. Wawancara ... 36

3. Dokumentasi ... 37

F. Teknik Analisis Data... 37

G. Rencana Penguji Keabsahan Data ... 38

1. Triangulasi ... 38

2. Meningkatkan Ketekunan ... 39

3. Member Check ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pendahuluan ... 40

B. Profil Tempat Penelitian ... 40

1. Profil komplek Sekretariat Negara RI... 40

(13)

ix

2. Hasil Wawancara ... 48

a. Warga Komplek Selalu Mengundang Warga Sekitar Untuk Hadir Mengikuti Kegiatan Keagamaan Islami di Masjid Al Ikhlas b. Warga Sekitar Selalu Datang Setiap Kegiatan Islami di Masjid Al-Ikhlas c. Pengurus Masjid Berperan Dalam Integrasi Warga Komplek Dan Warga Sekitar d. Pengurus Masjid dan Panitia Kegiatan Berasal Dari Warga Komplek Namun Setiap Kegiatan Selalu Melibatkan Warga Sekitar e. Warga Komplek yang Beragama Selain Islam Turut Mendukung Kegiatan yang diselenggarakan Oleh Masjid f. Warga Komplek dan Warga Sekitar Bertekad Agar Integrasi Sosial Terus Berjalan Dengan Baik E. Analisis Hasil Penelitian ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

1. Bagi Masyarakat ... 76

2. Bagi Pengurus Masjid ... 76

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

x

Tabel 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 31 Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 32

(15)

xi

Lampiran 1 Instrumen Wawancara Pengurus Masjid Al-Ikhlas

Lampiran 2 Instrumen Wawancara Warga Komplek dan Sekitar Aktif Lampiran 3 Instrumen Wawancara Warga Komplek dan Sekitar Tidak Aktif Lampiran 4 Transkrip Wawancara Pengurus Masjid Al-Ikhlas

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Warga Komplek Aktif Lampiran 6 Transkrip Wawancara Warga Komplek Tidak Aktif Lampiran 7 Transkrip Wawancara Warga Sekitar Aktif

Lampiran 8 Transkrip Wawancara Warga Sekitar Tidak Aktif Lampiran 9 Foto-foto Kegiatan Pengajian Keagamaan

Lampiran 10 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 12 Uji Referensi

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sosial setiap individu secara tidak langsung dituntut untuk selalu berinteraksi dengan individu lain. Interaksi antar individu ini dilakukan dalam setiap aktivitas sehari-hari. Hal ini menyebabkan keinginan individu untuk melakukan kegiatan bersama dan membentuk kelompok sosial berdasarkan kepentingan tertentu. Kelompok sosial ini memiliki kesadaran untuk bekerjasama dalam setiap kegiatan yang memiliki tujuan bersama. Kelompok-kelompok sosial ini yang biasa disebut sebagai masyarakat.

Masyarakat awalnya terbentuk dari sekumpulan orang saja. Misalnya sebuah keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga lalu kemudian berangsur-angsur dari sekeluarga membentuk RT dan RW hingga akhirnya membentuk sebuah desa. Masyarakat dapat berjalan apabila seluruh komponen di dalamnya berjalan dengan baik, jika salah satu dari komponen itu tidak berjalan semestinya maka yang terjadi adalah keruntuhan didalam masyarakat itu.

Masyarakat dapat dikatakan baik jika hubungan antara anggotanya memiliki keinginan untuk hidup bersama, mempunyai hubungan yang erat, memegang teguh norma-norma dan nilai-nilai, serta kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Dalam kehidupan sosial, masyarakat tidak selalu bersifat homogen seperti masyarakat desa, tidak juga selalu bersifat majemuk seperti masyarakat kota.

(17)

kepentingan bersama yang menyebabkan mereka beraktivitas. Hal ini bukan berarti antara masyarakat pribumi dan pendatang memiliki kesenjangan atau konflik, namun hanya tidak terjalinnya komunikasi dan interaksi di antara kedua masyarakat tersebut sehingga tidak menimbulkan hubungan yang erat.

Dewasa ini hubungan antara masyarakat pribumi dan pendatang tidak selalu berjalan dengan baik. Ada berbagai macam alasan yang menyebabkan hubungan tidak baik ini, seperti kurangnya aktivitas bersama sehingga mengharuskan setiap masyarakat berinteraksi. Namun terkadang ada daerah yang memiliki keharmonisan hubungan antar masyarakat pribumi dan pendatangnya, biasanya hal ini dapat terwujud karena adanya integrasi sosial antar masyarakatnya. Berawal dari kegiatan tertentu yang dapat menimbulkan rasa kepedulian dan keinginan hidup bersama.

Integrasi sosial dalam masyarakat pribumi dan masyarakat pendatang harusnya dapat ditumbuhkan dengan memperbanyak aktivitas yang melibatkan kedua masyarakat tersebut. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pribumi adalah penghuni asli, masyarakat yang berasal dari tempat yang asli, sedangkan masyarakat pendatang atau masyarakat non pribumi adalah penghuni yang bukan asli bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu. 1 Integrasi sosial itu sendiri dapat diartikan sebagai proses penyatuan antara dua unsur atau lebih sehingga menyebabkan suatu keinginan biarpun berjalan dengan baik dan benar proses integrasi sosial ini mampu menghadirkan suasana yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Berbicara tentang integrasi sosial yang kurang baik antara masyarakat terdapat banyak sekali kasusnya. Sebagai contoh peneliti melihat komplek tempat tinggal peneliti sendiri yaitu komplek Puri Megah, Cipondoh – Kota Tangerang. Warga di komplek Puri Megah sebagian besar melakukan pengajian yasinan khusus warga kompleknya saja tanpa berintegrasi dengan warga sekitar komplek

1

(18)

tersebut. Interaksi antara warga komplek Puri Megah dengan warga sekitar juga tidak seperti warga komplek dengan warga sekitarnya yang selalu berinteraksi dengan baik.

Berbeda dengan kebanyakan daerah dimana hubungan interaksi dan integrasi sosialnya tidak berjalan baik, terdapat komplek Sekretariat Negara RI Pondok Kacang Barat Tangerang Selatan yang interaksi antara masyarakat pribumi dan masyarakat pendatangnya terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari dua warga yang saling berinteraksi dengan baik yaitu warga komplek Sekretariat Negara RI (pendatang) dan warga sekitar (pribumi). Interaksi yang berjalan dengan baik antara kedua warga ini menghasilkan sebuah integrasi sosial sehingga menimbulkan pembauran yang bersifat positif antara kedua warga ini.

Di komplek ini sendiri terdapat Masjid Al-Ikhlas yang jama’ahnya berasal dari warga Sekretariat Negara RI dan warga sekitar. Banyak kegiatan keagamaan Islam yang dilakukan di masjid ini yang melibatkan kedua warga tersebut, kegiatan keagamaan ini seperti sholat berjama’ah, pengajian rutin, perayaan hari besar Islam dan kegiatan keagamaan lainnya. Kegiatan keagamaan yang dilakukan di Masjid ini dapat menumbuhkan integrasi sosial antara warga Sekretariat Negara RI dan warga sekitar.

Integrasi sosial yang terjadi antara kedua warga ini menjadi sebuah hal yang positif dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh di Masjid Al-Ikhlas dilaksanakan pengajian rutin yang dihadiri oleh kedua warga Sekretariat Negara RI dan warga sekitar. Pengajian rutin ini dilaksanakan setiap hari Kamis malam Jum’at mereka menjalankan kegiatan pengajian yasinan yang dilaksanakan sehabis Sholat Isya berjama’ah di Masjid Al-Ikhlas.

(19)

selalu ramai jama’ahnya. Hal ini dikarenakan jama’ah shalatnya tidak hanya datang dari komplek Sekretariat Negara RI saja namun juga datang dari lingkungan sekitar komplek Sekretariat Negara.

Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh warga komplek Sekretariat Negara RI bersama warga sekitar komplek tidak hanya kegiatan pengajian yasinan saja, melainkan pada kegiatan lainnya juga demikian. Pada kegiatan perayaan Idul Fitri misalnya, yang dilaksanakan setiap tahun. Meskipun mayoritas pendatang mudik ke kampung halamannya, namun demikian tidak berarti masjid komplek menjadi sepi. Warga sekitar yang merupakan warga asli dan tidak memiliki tradisi mudik, tetap melaksanakan kegiatan Idul Fitri di masjid Al-Ikhlas. Peneliti melihat sendiri, pada waktu pelaksanaan Idul Fitri bulan Juli yang lalu.

Dalam integrasi sosial antara warga Sekretariat Negara RI dan warga sekitar terjadi secara sadar maupun tidak sadar, oleh sebab itu pengertian integrasi secara sadar yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya kemauan untuk membentuk suatu kelompok sehingga terstruktur. Contoh dari integrasi secara sadar yaitu manusia secara sadar merasakan proses awal terbentuknya pengajian Islam yang dibuat dan dijalankan. Begitupun sebaliknya pengertian integrasi sosial secara tidak sadar, yaitu integrasi yang tidak merasakan awal mula terbentuknya suatu kelompok yang terstruktur. Contoh integrasi sosial secara tidak sadar yaitu mereka melaksanakan pengajian Islami seperti pengajian yasinan ini tidak merasakan awal mula proses terjadinya integrasi sosial dari kedua warga tersebut yaitu antara warga setempat dengan komplek Sekretariat Negara RI.

(20)

manusia merupakan hubungan karena saling tergantung antara satu dengan yang lainnya.

Bagaimana kemudian integrasi sosial ini dapat terjadi terhadap dua kelompok yang memiliki karakteristik dan interaksi berbeda dalam hal pemahaman keagamaan, dan mengapa dua kelompok ini dapat sejalan dalam kehidupan sosial walaupun terdapat perbedaan karakter dan interaksi sehingga menyangkut dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian yasinan yang dilakukan secara rutin setiap malam Jum’at.

Setiap kelompok sosial laksana kumpulan individu-individu sehingga senantiasa berkaitan antara individu dengan individu lainnya, dimana dari sini akan terjadi sebuah hubungan antara individu-individu tersebut. Hubungan disini tidak harus selalu bersatu, tetapi bisa juga dalam keadaan integrasi maupun bercerai-berai. Sesuatu yang dinamakan integrasi tidak hanya memiliki kriteria berkumpul dalam artian fisik, melainkan juga merupakan pengembangan sikap solidaritas dan perasaan-perasaan manusiawi. Pengembangan sikap merupakan dasar apa yang dimaksud dengan derajat keselarasan dalam suatu kelompok, dan hal ini menjadi ukuran kelompok dan tidaknya suatu kelompok.

(21)

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Integrasi sosial tidak berjalan baik pada kedua kelompok masyarakat yang memiliki tempat pemukiman berbeda dan karakter serta interaksi yang berbeda

2. Integrasi sosial tidak terjadi dalam semua kegiatan sehari-hari

3. Masyarakat kurang berminat untuk melakukan kegiatan bersama sehingga tidak terjadi integrasi sosial

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, masalah penelitian ini dibatasi pada integrasi sosial dalam kegiatan pengajian keagamaan Islami antara komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar di Masjid Al-Ikhlas Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dirumuskan masalah yang akan dijawab dalam skripsi ini yaitu: Bagaimana integrasi sosial dalam kegiatan pengajian keagamaan Islami antara komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar di Masjid Al-Ikhlas Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan.

E. Tujuan Penelitian

(22)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan pengetahuan baru tentang proses integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan Islami kepada masyarakat Pondok Kacang, Ciledug khususnya dan masyarakat Tangerang Selatan pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat terutama bagi :

a. Pemerintah Daerah

Dapat memberikan dampak positif karena dengan terjadinya integrasi sosial tentang keagamaan Islami antara Komplek Sekretariat Negara RI dengan masyarakat sekitarnya bisa memberikan contoh terhadap masyarakat lainnya.

b. Bagi Masyarakat

Semoga menjadi bahan motivasi dan informasi untuk warga Komplek Sekretariat Negara RI dalam melaksanakan kegiatan pengajian Islami untuk memperkaya khasanah intelektual, khususnya bidang keagamaan.

c. Bagi Peneliti

(23)

8

1. Hakikat Integrasi Sosial a. Pengertian Integrasi Sosial

Integrasi merupakan salah satu topik menarik sosiologi, yang menjelaskan bagaimana berbagai elemen masyarakat menjaga kesatuan satu dengan yang lain. Hakikat integrasi dalam lingkungan komunitas terjadi melalui cara membangun solidaritas sosial dalam kelompok dan dapat menjalani kehidupan dalam kebersamaan. Dan Integrasi sosial mengacu pada suatu keadaan dalam masyarakat dimana orang-orang saling berhubungan.1

Istilah integrasi berasal dari kata Latin Integrare yang artinya memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dari kata kerja itu dibentuk kata benda Integritas artinya keutuhan atau kebulatan. Dari kata yang sama dibentuk kata sifat Integer artinya utuh.2 Maka, istilah integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.3 Dalam hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa integrasi sosial berarti membuat masyarakat menjadi satu keseluruhan yang bulat, seperti yang terjadi di komplek Sekretariat Negara RI mereka ber-integrasi sosial di dalam Masjid Al-Ikhlas seperti kegiatan pengajian Islami antaranya maulid Nabi Muhammad SAW dan kegiatan pengajian yasinan.

Integrasi adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan norma.4 Integrasi sosial akan

1

Nicholas Abercrombie, Stephen Hill, Kamus Sosiologi (Yogyakarta: Pustaka Pela 2010), h. 284.

2

D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 374.

3

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke III (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 437.

4

(24)

terbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai struktur kemasyarakatan yang dibangun termasuk nilai-nilai, norma-norma dan pranata- pranata sosialnya. Integrasi juga dapat dilihat sebagai suatu proses yang memperkuat hubungan dalam suatu sistem sosial, dan memperkenalkan aktor baru dan kelompok ke dalam sistem dan lembaga-lembaganya. Integrasi pada dasarnya merupakan suatu proses: jika proses ini berhasil, masyarakat dikatakan terintegrasi.5

Jika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) integrasi

sosial adalah “pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat”.6 Jadi kesimpulan dari pembauran tersebut mengandung arti masuk ke dalam hal supaya menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi kesatuan yang kuat.

Menurut Ogburn dan Nimkoff integrasi merupakan suatu ikatan berdasarkan norma, yaitu karena norma kelompoklah merupakan unsur yang mengatur tingkah laku, dengan mengadakan tuntutan tentang bagaimana integrasi berhasil apabila anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain, apabila tercapai semacam consensus mengenai norma sosial, apabila norma-norma cukup lama dan tidak berubah-ubah. 7

Ada dua unsur pokok dari integrasi sosial, yaitu : pembauran atau penyesuaian dan unsur fungsional, Integrasi sosial dianggap gagal apabila kemajemukan sosial tidak sesuai. Talcot Parson berpendapat bahwa integrasi merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interaksi antara para anggota dalam sistem sosial itu. Supaya sistem sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu satuan, harus ada paling kurang suatu tingkat solidaritas di antara individu yang termasuk di dalamnya. Masalah integrasi menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan

5

Sutrisno dkk, Sosiologi 2, (Jakarta: Grasinso, 2004), h. 68.

6

Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

7

Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina cipta,

(25)

emosional yang cukup menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dikembangkan dan dipertahankan.8

Pada teori ini mengatakan bahwa integrasi sosial berjalan dengan baik jika memiliki interaksi antara anggotanya, dalam artian integrasi mengacu pada suatu keadaan dalam masyarakat dimana orang-orang saling berhubungan agar menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian sosial.

b. Syarat-syarat Integrasi Sosial

Menurut William F. Ogburn dan Mayor Nimkoff yang dikutip oleh Kamanto Sunarto mengemukakan syarat-syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah: anggota masyarakat merasa telah berhasil mengisi satu kebutuhan satu dengan yang lainnya, masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menjadi pedoman hidup, masyarakat telah menjalani nilai dan norma secara konsisten.9

Menurut peneliti integrasi sosial akan terbentuk dimasyarakat apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut memiliki konsensus tentang batas wilayah tempat mereka tinggal. Sebagian besar masyarakat sepakat mengenai struktur sosial yang dibangun seperti nilai, norma, pranata sosial dan sistem religi yang berlaku dalam masyarakat.

c. Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial

Menurut Esser yang dikutip oleh Wolfgang Bosswick dan Friedrich Heckmann, integrasi sosial dapat terjadi dalam empat bentuk yakni:

Pertama, Akulturasi (acculturation). Akulturasi atau proses sosialisasi adalah proses dimana seorang individu memperoleh pengetahuan, standar budaya dan kompetensi yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan sukses dalam masyarakat.

(26)

Kedua, Penempatan (placement). Penempatan berarti seorang individu mendapatkan posisi dalam masyarakat - dalam sistem pendidikan atau ekonomi, dalam profesi, atau sebagai warga negara. Penempatan juga menyiratkan perolehan hak yang berhubungan dengan posisi tertentu dan kesempatan untuk membangun hubungan sosial dan untuk memenangkan modal budaya, sosial dan ekonomi. Akulturasi merupakan prasyarat untuk penempatan.

Ketiga, Interaksi (interaction). Interaksi adalah pembentukan hubungan dan jaringan, oleh individu yang berbagi orientasi bersama. Ini termasuk persahabatan, hubungan romantis atau pernikahan, atau keanggotaan yang lebih umum dari kelompok sosial.

Keempat, Identifikasi (identification). Identifikasi mengacu pada identifikasi individu dengan sistem sosial: orang melihat dirinya sebagai bagian dari tubuh kolektif. Identifikasi memiliki aspek kognitif dan emosional. 10

Jadi menurut Wolfgang Bosswick dan Friedrich Heckmann dapat disimpulkan bahwa integrasi dianggap gagal jika tidak adanya empat bentuk tersebut, integrasi sosial terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai bentuk, seperti adanya akulturasi, penempatan, interaksi dan identifikasi sehingga terwujud satu kesatuan wilayah, sosial dan agama yang membentuk jadi diri suatu bangsa.

d. Faktor-Faktor Pendukung Integrasi Sosial

Suatu integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat, tergantung pada faktor-faktor pendukungnya, yakni:

Pertama, homogenitas kelompok. Dalam kelompok atau masyarakat yang tingkat homogenitasnya rendah, integrasi sosial akan mudah dicapai. Sebaliknya, dalam kelompok atau masyarakat majemuk, integrasi sosial akan sulit dicapai dan memakan waktu yang sangat lama.

10

Wolfgang Bosswick & Friedrich Heckmann, Journal Integration of Migrants:

Contribution of Local and regional Authorities, (Germany: European Forum for Migration Studies

(27)

Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa semakin homogen suatu kelompok atau masyarakat, semakin mudah pula proses integrasi antara anggota di dalam kelompok atau masyarakat tersebut. Contoh kelompok atau masyarakat yang homogen adalah kelompok atau masyarakat dengan satu suku bangsa.

Kedua, besar kecilnya kelompok. Umumnya, dalam kelompok yang kecil, tingkat kemajemukan anggotanya relatif rendah sehingga integrasi sosialnya akan lebih mudah dicapai. Hal tersebut dapat disebabkan, dalam kelompok kecil, hubungan sosial antara anggotanya terjadi secara intensif sehingga komunikasi dan tukar-menukar budaya akan semakin cepat. Dengan demikian, penyesuaian antara perbedaan-perbedaan dapat lebih cepat dilakukan. Sebaliknya, dalam kelompok besar, yang tingkat kemajemukannya relatif tinggi, integrasi sosial akan lebih sulit dicapai.

Ketiga, mobilitas geografis. Anggota kelompok jika baru datang tentu harus menyesuaikan diri dengan identitas masyarakat yang ditujunya. Namun, semakin sering anggota masyarakat datang dan pergi, semakin sulit pula proses integrasi sosial. Sementara itu, dalam masyarakat yang mobilitasnya rendah, seperti daerah atau suku terisolasi, integrasi sosial dapat cepat terjadi.

Keempat, efektivitas komunikasi. Efektivitas komunikasi dalam masyarakat juga akan mempercepat integrasi sosial. Semakin efektif komunikasi berlangsung, semakin cepat integrasi antara anggota-anggota masyarakat tercapai. Sebaliknya, semakin tidak efektif komunikasi yang berlangsung antara anggota masyarakat, semakin lambat dan sulit integrasi sosial tercapai.11

Dari beberapa definisi tentang integrasi sosial di atas adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosial, untuk menuju arah integrasi yaitu ada tidaknya kesatuan pendapat dalam hal tujuan-tujuan pokok yang ingin dicapai bersama. Dilihat dari ruang lingkupnya

11

(28)

komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar Pondok Kacang, Ciledug memiliki kesatuan pendapat dimana keduanya bekerja sama dalam kegiatan Islami seperti kegiatan pengajian yasinan.

e. Taraf-Taraf Dalam Integrasi Sosial

Integrasi sebagai suatu proses memerlukan waktu lama sehingga individu atau kelompok yang berbeda menjadi memiliki kesamaan. Untuk tercapainya integrasi sosial, terdapat empat taraf, yakni:

Pertama akomodasi, yaitu merupakan langkah pertama menuju integrasi sosial, dengan mengurangi pertentangan dan mencegah terjadinya disintegrasi. Pada tahap akomodasi ini mencerminkan taraf tercapainya kompromi dan toleransi. Situasi kompromi dan toleransi dapat dicapai dalam keadaan di mana dua lawan atau lebih sama kuatnya. Menurut Sumner, akomodasi adalah antagonistis cooperation yakni kerjasama yang antagonis. Sebagai ilustrasi mengenai akomodasi sebagai kerjasama anatagonis adalah adanya kerjasama antara dua belah pihak yang bertikai untuk menyelesaikan pertentangan tersebut.12

Menurut peneliti akomodasi merupakan kondisi yang dapat menggalang kerjasama dan percampuran kebudayaan, yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya akomodasi tersebut dapat tercipta kehidupan sosial yang sesuai dengan kaidah-kaidah sosial. Hasil- hasil yang dapat diperoleh dari proses akomodasi yaitu menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan, menekan oposisi, melahirkan kerjasama, menyelaraskan dengan perubahan dan memungkinkan terjadinya pergantian dalam posisi tertentu serta terjadinya asimilasi.

Kedua taraf kerjasama, disebut juga kooperasi yang terbentuk karena adanya kesadaran bersama akan suatu kepentingan untuk dirasakan. Kesadaran tersebut akan melahirkan suatu kesepakatan untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan atau kepentingan tersebut. Suatu bentuk kerjasama akan berkembang jika orang-orang yang terlibat dapat digerakkan dan

12

(29)

mempunyai kesadaran akan manfaat suatu tujuan bila berhasil dicapai, serta adanya suatu wadah atau organisasi.13

Dapat disimpulkan bahwa untuk masyarakat kita, kerjasama bukan hal yang baru karena sejak dulu telah dikenal dengan sebutan gotong royong dan pada setiap keluarga selalu ditanamkan pola perilaku untuk hidup rukun serta menjalin kerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kerjasama dapat bersifat positif jika dilakukan berdasarkan kaidah yang berlaku di masyarakat, seperti yang berada di komplek Sekretariat Negara RI mereka bekerjasama dalam melaksanakan pengajian yasinan yang

dilakukan setiap hari Kamis malam Jum’at, adapun juga bersifat negatif apabila bertentangan dengan norma. Misalnya kerjasama untuk melakukan tindakan kejahatan.

Ketiga adalah taraf koordinasi, akan terbentuk apabila situasi pertentangan antara kedua belah pihak sudah mengalami ketegangan. Apabila antar individu atau kelompok mengalami pertentangan, maka pada fase koordinasi ini masing-masing individu atau kelompok yang bertentangan tersebut berusaha untuk tidak memperuncingnya lagi. 14

Keempat adalah asimilasi, asimilasi merupakan tahap yang paling mendekati integrasi sosial dalam bentuk ideal. Proses asimilasi merupakan proses dua arah (two way process). Karena menyangkut pihak yang diintegrasikan (proses pengakuan) dan pihak yang mengintegrasikan diri (proses penetrasi). Pada fase ini terjadi proses identifikasi kepentingan dan pandangan kelompok.15

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asimilasi merupakan kulminasi dari kehidupan bermasyarakat yang dapat merefleksikan adanya integrasi sosial. Dengan demikian, terwujudnya integrasi sosial sangat penting bagi kelangsungan hidup individu dan kelompok dalam tatanan hidup bermasyarakat.

13

Rahmawati Noviana, Sosiologi, (Klaten: Pakarindo), h. 51-52

14

Rahmawati Noviana, Sosiologi, (Klaten: Pakarindo), h. 51-52

15

(30)

f. Integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan Islami

Berdasarkan sudut pandang kebahasaan Indonesia pada umumnya agama dianggap berasal dari bahasa sansakerta. “Arti agama dalam bahasa sansakerta terdiri dari dua kata, yaitu; a = tidak; dan gama = kacau. Jadi agama dimaksudkan sebagai ajaran yang datang dari Tuhan untuk diamalkan manusia supaya terhindar dari kekacauan. Ajaran agama memang menjamin jika manusia mengamalkan ajaran Tuhan-nya, mereka akan aman tentram dan sejahtra.”16

Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa Inggris, religie dalam bahasa Belanda. Keduanya berasal dari bahasa latin. Religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat. Dalam bahasa Al-Qur’an agama disebut dengan al-din, yang muncul dalam surat Al-Kafirun ayat 7.

نيد يلو ْمكنيد ْمكل

Artinya:

“Bagimu al-din-mu dan bagiku al-din-ku” (Q.S. Al-Kafirun ayat 7)

“Dalam bahasa Arab sendiri kata al-din mengandung bermacam arti, yaitu: al-mulk (kerajaan), al-khidmat (pelayanan), al-„izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah (pemaksaan), al-ihsan (kebijakan), al-adat

(kebiasaan), al-ibadat (pengabdian), al-qahr wa al-sulthan (keksuasaan dan pemerintahan), al-tha‟at (taat), al-islam al tauhid (penyerahan dan pengesaan Tuhan). Sedangkan pengertaian al-din yang berarti agama adalah nama yang bersifat umum. Artinya, tidak dutunjukan kepada salah satu agama; ia adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada didunia.”17

Integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan Islami yang terjadi antara kedua warga ini menjadi sebuah hal yang positif dalam kehidupan

16

Rusmin Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Kencana Prenamedia Grup, 2014), cet. 1, h. 4.

17

(31)

bermasyarakat. Sebagai contoh di Masjid Al-Ikhlas dilaksanakan pengajian rutin yang dihadiri oleh kedua warga Sekretariat Negara dan warga sekitar. Pengajian rutin ini dilaksanakan setiap hari Kamis malam

Jum’at mereka menjalankan kegiatan pengajian yasinan yang dilaksanakan

sehabis Sholat Isya berjama’ah di Masjid Al-Ikhlas.

Agama tidak hanya mengajarkan bagaimana berhubungan dengan Tuhan-nya yang sering disebut sebagai ritual. Setiap agama juga mengajarkan setiap manusia harus hidup di muka bumi secara normal, berhadapan dengan serangkaian permasalah hidup di dunia. Tugas-tugas keduniaan yang diajarkan oleh setiap agama kepada semua pengikutnya mempengaruhi cara mereka dalam menyikapi dan menjalani kehidupan dunianya dengan mendasarkan ajaran agama yang bersangkutan, sesuai dengan taraf pemikiran dan kebutuhan mereka.

Kehidupan komplek Pondok Kacang, Tangerang Selatan ini sangat kuat dengan nilai keagamaannya. Peneliti melihatnya secara langsung, seperti ketika saya berkunjung mereka sedang melakukan ibadah Sholat berjama’ah. Menurut jama’ah Masjid Al-Ikhlas di komplek Sekretariat Negara hampir pada setiap waktu sholat 5 waktu, Masjid Al-Ikhlas selalu ramai jama’ahnya. Hal ini dikarenakan jama’ah shalatnya tidak hanya datang dari komplek Sekretariat Negara saja namun juga datang dari lingkungan sekitar komplek Sekretariat Negara. Betapa besarnya peranan agama dalam kehidupan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa agama merupakan satu modal pembangunan yang sangat tinggi nilainya.

(32)

merupakan peran efektif untuk membangun suatu bangsa untuk bersatu dalam kehidupan yang lebih baik lagi.

2. Hakikat Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Sebelum kita bicara lebih lanjut masalah masyarakat, baik kita tinjau terlebih dahulu tentang masyarakat. Menurut R.Linton: Seorang ahli antropologi mengemukakan,bahwa masyarakat adalah “setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga meraka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”.18

Hendropuspito mendefinisikan masyarakat sebagai Pertama, masyarakat diartikan sebagai kesatuan terbesar dari manusia untuk saling bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan bersama atas dasar kebudayaan yang sama. Definisi ini diberikan untuk membedakan lingkup kajian masyarakat dengan kelompok sosial. Masyarakat membahas mengenai kelompok-kelompok, sedangkan kelompok, fokus kajiannya pada individu-individu. Kedua, masyarakat adalah jalinan kelompok-kelompok sosial saling mengait dalam kesatuan sehingga menjadi lebih besar, berdasarkan kebudayaan yang sama. Dalam hal tersebut ingin ditekankan dalam definisi ini adalah adanya saling membutuhkan dan memiliki kebudayaan sama. Ketiga, masyarakat adalah kesatuan yang tetap dari orang-orang yang tinggal di daerah tertentu dan bekerjasama dalam keolmpok-kelompok, berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan bersama.19

Dalam kehidupan, masyarakat mempunyai ciri-ciri tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam buku pengantar sosiologi mengemukakan bahwa ciri-ciri kehidupan masyarakat adalah: pertama manusia yang hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri

18

Bambang Pranowo. Sosiologi Sebuah Pengantar. (Jakarta: Lembaga Sosiologi Agama, 2008), h. 126

19

(33)

atas dua orang inidvidu. Kedua bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru dan sebagai akibat dari kehidupan bersama tersebut akan timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia. Ketiga menyadari bahwa kehidupan mereka merupakan satu kesatuan. Keempat merupakan sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan sebagai akibat dari perasaan saling terkait antara satu sama lainnya.20

Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.21 Menurut Mac Iver di dalam masyarakat terdapat suatu sistem cara kerja dan prosedur daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lain.22

Mengingat banyaknya definisi masyarakat tersebut, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

Pertama harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang. Di dalam integrasi sosial pasti harus adanya masyarakat, dimana komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitarnya di Pondok Kacang, Ciledug, Tangerang Selatan, Banten mereka saling berinteraksi dengan tempat yang berbeda.

Kedua telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu. Dalam segi tempat tinggal komplek Sekneg sudah sangat lama dibangun dan sekarang komplek tersebut berintegrasi dengan warga asli sekitar komplek Sekretariat Negara RI.

20

M. Setiadi Elly dan Kolip Usman, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya,( Jakarta: Kencana, 2011), h. 36-37.

21

Abdulsyani, Sosiologi Sistematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 31.

22

(34)

Ketiga adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. Dikarenakan di komplek Sekretariat Negara RI dan warga setempat berintegrasi pengajian agama Islam, jadi tidak adanya undang-undang yang mengatur mereka karena mereka menggunakan kesadaran untuk datang dalam pengajian tersebut.23

Pada hakikatnya masyarakat itu dapat diibaratkan sebuah sistem, dimana di dalamnya terdiri atas beberapa unsur atau elemen (lembaga-lembaga sosial) yang memiliki fungsinya masing-masing dan saling memiki keterkaitan antar unsur tersebut dalam proses untuk mencapai suatu tujuan.24

Dari beberapa definisi dan kesimpulan di atas peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat dapat dibedakan dalam pengertian natural dan kultural. Masyarakat natural, yaitu masyarakat yang ditandai oleh adanya persamaan tempat tinggal contohnya seperti masyarakat Sunda, masyarakat Jawa, masyarakat Batak, dan sebagainya. Masyarakat kultural, yaitu masyarakat yang keberadaannya tidak terikat oleh wilayah geografis yang sama, melainkan hasil dinamika kebudayaan peradaban manusia. Misalnya masyarakat pelajar, masyarakat petani, dan sebagainya.

b. Unsur-Unsur Masyarakat

Hendropuspito memberikan penjelasan yang cukup detail tentang unsur-unsur masyarakat diantaranya :

Pertama, Adanya Kelompok Manusia yang Berinteraksi.

Syarat pertama yang harus ada dalam kehidupan masyarakat adanya interaksi diantara anggota kelompok masyarakat tersebut, berlangsung lama, saling pengaruh mempengaruhi dan memiliki prasarana untuk berinteraksi.

Kedua, Adanya Norma - Norma dan Adat Istiadat.

23

Hamid Hasan, Pengantar Imu Sosial. (PT Bumi Aksara Jakarta, 2008), h. 150.

24

(35)

Kehidupan suatu masyarakat akan berlangsung tertib manakala di situ terdapat norma-norma yang diterapkan secara kontinyu dan teratur, sehingga menjadi suatu adat istiadat yang khas untuk masyarakat tersebut yang jadi pembeda dengan masyarakat lainnya.

Ketiga, Adanya Identitas yang Sama.

Unsur lain yang membentuk masyarakat adalah adanya identitas yang sama yang dimiliki oleh warga masyarakatnya, bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dengan kesatuan-kesatuan manusia lainnya.

Keempat, Adanya Batas Wilayah.

Suatu masyarakat umumnya mempunyai batas-batas wilayah yang jelas, masyarakat Bali, misalnya, adalah yang terdapat di Pulau Bali, dan masyarakat Madura adalah yang terdapat di Pulau Madura.25

Hendropuspito mengatakan bahwa: “di atas bumi yang kita diami ini terdapat macam-macam masyarakat manusia. Kita perlu mengadakan klasifikasi masyarakat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.”26 Sebagai contoh dalam pembahasan ini akan dikemukakan klasifikasi masyarakat atas dasar tingkat kemajuan dan agama yang dianut oleh masyarakat sebagaimana dilakukan oleh Hendropuspito di bawah ini.

1. Masyarakat Sederhana dan Masyarakat Maju

Sebutan lain untuk masyarakat sederhana adalah masyarakat tradisional dan masyarakat desa. Sedangkan untuk masyarakat maju disebut juga dengan masyarakat modern dan masyarakat kota. Persamaan atau ciri-ciri yang melekat pada kedua bentuk masyarakat ini dapat dilihat pada corak kehidupan seperti berikut.

Pertama, pada jenis pekerjaan. Pada masyarakat sederhana, tidak ada pembagian kerja secara cermat. Setiap orang dapat melakukan segala jenis seperti, peternak, bercocok tanam, nelayan, dan sebagainya. Namun

25

Bambang Pranowo. Sosiologi Sebuah Pengantar. (Jakarta: Lembaga Sosiologi Agama, 2008). h. 130.

26

(36)

jenis utama pekerjaan pada masyarakat sederhana adalah pertanian di sawah, ladang, kebun. Sementara itu, pada masyarakat yang sudah maju, pembagian kerjanya lebih jelas, bervariasi dan terspesialisasi. Seperti dalam bidang industri, perdagangan dan jasa.

Kedua, yaitu solidaritas sosial. Pada masyarakat sederhana solidaritas sosial tercipta atas dasar hasil kesamaan dan keseragaman dan adanya ikatan batin yang kuat diantara sesama warga desa. Sebaliknya, jika pada masyarakat maju munculnya solidaritas karena adanya ketidaksamaan peranan-peranan dalan masyarakat. Dan juga antara warga saling membutuhkan dan saling tergantung. Ikatan solidaritasnya pun bersifat rasional dan fungsional.

Ketiga, Gaya hidup pada masyarakat sederhana sangat dipengaruhi oleh pola kehidupan agraris, yang menonjolkan kesederhanaan dan semangat gotong royong pada masyarakatnya. Berbeda dengan masyarakat maju, gaya hidupnya sangat dipengaruhi oleh benda – benda modern dengan cara hidup yang bersifat materialistis dan percaya pada kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (individualistis).

2. Masyarakat Agama

Suatu masyarakat dikategorikan sebagai masyarakat agama manakala agama mendominasi kehidupan masyarakat tersebut dalam seluruh aspek kehidupannya. Namun karena dalam kenyataannya kehidupan masyarakat lebih banyak ditentukan oleh politik dalam bentuk negara, maka yang dibahas adalah negara agama dan sekuler, bukan masyarakat agama. Kriteria utama dalam menentukan suatu negara disebut sebagai negara agama adalah ditetapkannya kitab suci agama tertentu menjadi dasar konstitusi negara. Ajaran agama dijadikan sumber hukum yang mengatur perilaku individu masyarakat dan aturan ketatanegaraan. Filosofi terbentuknya negara agama adalah faham integralisme bahwa agama dan negara suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

(37)

dari luar (supra empiris). Dalam negara seperti itu, agama hanya menjadi urusan pribadi masing-masing.

3. Masyarakat Setempat (Community)

Istilah community dapat diterjemahkan sebagai komunitas dimana masyarakat setempat adanya komunitas untuk bergabung dalam hal integrasi, yang menunjukan pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik itu kelompok besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi disebut dengan masyarakat setempat.27

Dapat disimpulkan secara singkat bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu, dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat. 28

Tipe-tipe masyarakat setempat dalam mengadakan klasifikasi masyarakat, dapat di gunakan empat kriteria, yaitu :

Pertama Jumlah penduduk. Kedua Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman. Ketiga Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat. Keempat Organisasi masyarakat yang bersangkutan.29 Kriteria tersebut di atas dapat di gunakan untuk membedakan antara tipe-tipe masyarakat setempat yang sederhana dan modern, serta masyarakat pedesaan dan perkotaan. Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.30

27

Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 131-132.

28

R.M. Maclever dan Charles H. Page, op, cit., h. 9-10

29

Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 135.

30

(38)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bagian masyarakat yang bertempat tinggal dalam wilayah tertentu, terikat oleh rasa solidaritas yang tinggi, dan memiliki perasaan komunitas sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, masyarakat komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar Pondok Kacang, Ciledug, Tangerang Selatan keduanya saling bersikap ramah, dan warga komplek Sekretariat Negara RI sangat terbuka dengan bergabungnya masyarakat sekitar Sekretariat Negara RI dalam kegiatan pengajian yasinan yang sangat rutin, yang

dilaksanakan setiap hari Kamis malam Jum’at yang bertempatan di

komplek Sekretariat Negara RI Pondok Kacang, Ciledug, Tangerang Selatan, Banten.

c. Pengertian Masyarakat Kota

Masyarakat perkotaan sering disebut masyarakat urban (urban community). Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu: kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa, orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.31 Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu, pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata, kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa, interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi, pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu, perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

31

(39)

Soerjono Soekanto mendefinisikan “masyarakat kota sebagai kehidupan keagamaan berkurang, dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain (individualis), pembagian kerja lebih tegas dan punya batas-batas nyata.”32

Perkembangan perubahan biasanya diidentifikasikan dengan perkembangan kota-kota besar, dan pertanian di desa sebagai daerah tempat bercocok tanam yang mempunyai hubungan tetap dengan kota. Antara kota dan desa pada umumnya terlihat pada perbedaan sosial dan kebudayaan yang besar, bagi orang desa kota itu dianggap berbahaya, harus waspada, banyak pengetahuan dan muslihatnya.33

Dalam bermasyarakat pastinya ada struktur sosial, dan unsur-unsur sosial tersebut mencakup kepada berbagai hal, dan masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang dapat dianalisa dari sudut-sudut syarat fungsionalnya, yaitu :

Pertama Fungsi mempertahankan pola (Pattern maintenance). Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai system sosial dengan subsistem kebudayaannya.

Kedua Fungsi integrasi. Hal ini mencangkup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suatu system sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan berperannya keseluruhan system. Dapat kita simpulkan bahwa fungsi ini telah berjalan di komplek Sekretariat Negara RI dalam bentuk kegiatan pengajian yasinan dengan warga sekitarnya.

Ketiga Fungsi pencapaian tujuan. Hal ini menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan subsistem aksi kepribadian.

Keempat Fungsi adaptasi yang menyangkut terhadap masyarakat sebagai system sosial dengan subsistem organisme perilaku dan dengan

32

Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 138-139.

33

(40)

dunia fisiko organik. Hal menyangkut penyesuaian masyarakat dengan lingkungannya.34

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain

dalam kehidupannya, sekelompok manusia yang saling membutuhkan

tersebut akan membentuk suatu kehidupan bersama yang disebut dengan

masyarakat. Masyarakat itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat

istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu

rasa identitas bersama.35

Jika di dalam komplek Sekretariat Negara RI dan masyarakat sekitarnya Pondok Kacang, Ciledug, Tangerang Selatan, Banten. Mereka berinteraksi melalui kegiatan pengajian kegamaan Islami atau pengajian yasinan yang biasa dilakukan setiap malam Jumat pukul 19.20 WIB (sehabis sholat isya).

Dalam hidup bermasyarakat, manusia senantiasa menyerasikan diri

dengan lingkungan sekitarnya dalam usahanya menyesuaikan diri untuk

meningkatkan kualitas hidup, karena itu suatu masyarakat sebenarnya

merupakan sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk

memenuhi berbagai kepentingan dan tentunya untuk dapat bertahan namun

di samping itu masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan

yang harus dipenuhi agar masyarakat tersebut dapat hidup terus.36

Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini sering

dibedakan antara mayarakat urban atau yang sering disebut dengan

masyarakat kota dengan masyarakat desa. Pembedaan antara masyarakat

kota dengan masyarakat desa pada hakikatnya bersifat gradual, agak sulit

memberikan batasan apa yang dimaksud dengan perkotaan karena adanya

hubungan antara konsetrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang

34

Syamsir Salam, Sosiologi pedesaan. (Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2008), hal. 60-61.

35

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan Ketiga, 2005), h. 122.

36

(41)

dinamakan urbanisme dan tidak semua tempat dengan kepadatan

penduduk yang tinggi dapat disebut dengan perkotaan.37

Pada masyarakat kota ada beberapa ciri-ciri yang menonjol, pada

umumnya masyarakat kota dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus

bergantung pada orang lain, masyarakat kota mempunyai jalan pikiran

rasional sehingga dapat menyebabkan interaksi yang terjadi lebih

didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi, jalan

kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu

sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat

mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu, dan

perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya

terbuka dalam menerima pengaruh luar.38 Beberapa ciri-ciri masyarakat

kota yang selalu berusaha meningkatkan kualitas hidupnya dan terbuka

dalam menerima pengaruh luar tersebut menyebabkan teknologi terutama

teknologi informasi berkembang dengan pesat dalam masyarakat kota

karena bagi masyarakat kota penggunaan teknologi informasi di segala

bidang telah sangat signifikan meningkatkan kualitas kehidupan mereka

.

Dari beberapa definisi dan kesimpulan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat kota (urban community) memiliki arti warga yang tinggal dan menetap di wilayah metropolitan atau ibukota yang menjadi pusat perekonomian dan segala macam hal yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan dengan kegiatannya yang tiada henti setiap harinya.

Dalam pergaulan sehari-hari haruslah melihat diri agar tidak

terjerumus dalam hal negatif. Karena wilayah perkotaan adalah ‘sasaran empuk’ bagi para pelaku kejahatan untuk menjalankan setiap aksinya.

(42)

Media komunikasi perkotaan jauh lebih unggul dibanding pedesaan. Sekarang, anak sekolah dasar pun telah mengetahui media internet. Jalur komunikasi tidak hanya melalui telepon ataupun handphone. Ini terjadi karena kemajuan teknologi dan berpusat di wilayah perkotaan dalam penyebarannya.

Masyarakat perkotaan mempunyai kehidupan yang lebih kompleks dibanding masyarakat pedesaan. Karena ciri khas perkotaan sebagai pusat kehidupan telah menjadi momok di setiap lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, banyak terdapat hal-hal yang membuat warga desa tergiur untuk mencicipi kehidupan di kota, maka setiap tahunnya banyak orang-orang desa yang merantau pergi ke kota untuk mencari nafkah. Tetapi banyak pula sehingga menjadi pengangguran karena tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang cukup.

d. Fungsi agama bagi manusia dan masyarakat

Manusia pada umumnya memiliki tantangan, dalam tantangan yang dihadapi manusia dikembalikan pada tiga hal: ketidakpastian, ketidak mampuan, dan kelangkaan, untuk mengatasi itu semua manusia lari kepada agama.

Karena manusia percaya dengan keyakinan bahwa agama memiliki kesanggupan yang definitif dengan menolong manusia, dengan kata lain, manusia memberikan suatu fungsi tertentu kepada agama, contohnya yaitu:

Fungsi edukatif, manusia mempercayai fungsi edukatif kepada agama yang mencangkup tugas mengajar dan tugas bimbingan. Lain dari instansi agama dianggap sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif, bahkan dalam hal-hal yang sakral tidak dapat salah.

Agama menyampaikan ajarannya dengan perantaraan petugas-petugasnya baik di dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi), pendalaman rohani dan lain sebagainya.39

39

(43)

Pemahaman mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi manusia dan masyarakat seperti ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan. Untuk mengatasi yang demikian manusia dan masyarakatnya lari kepada agama. Manusia dan masyarakatnya memberikan suatu fungsi tertentu kepada agama seperti fungsi edukatif, fungsi penyelamatan, fungsi pengawasan sosial, fungsi memupuk persaudaraan,dan fungsi transformatif.40

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi agama bagi manusia dan masyarakat memiliki tujuan yang sama bahwa agama memiliki fungsi salah satunya seperti fungsi edukatif yang mana salah satu tujuan utama agama melaui pembimbing ketua dan pemimpinnya, agama senantiasa memberikan pengajaran dan bimbingan pada umatnya agar selalu bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

40

(44)

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Skripsi yang ditulis Asri Simani Huruk, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara dengan judul “Analisis Proses

Integrasi Sosial Karyawan dan Masyarakat” (Studi Deskriptif Pada

PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun tahun 2009). Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat dengan adanya PT. Allegrindo di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun.

Hasil penelitian di PT. Allegrindo dapat diketahui bahwa proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat dilihat dari interaksi sosial pengelola perusahaan dengan masyarakat melalui pembagian keuntungan kepada masyarakat yaitu Program Comunity Development (CD). Interaksi sosial yang dilakukan oleh pengelola perusahaan terhadap masyarakat merupakan proses adaptasi, agar masyarakat dapat menerima kehadiran perusahaan.41

2. Jurnal yang ditulis Pdt. Dr. Retnowati Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, pada tahun 2014 dengan judul “Refleksi Kehidupan beragama di Indonesia: Belajar dari Komunitas Situbondo

membangun Integrasi Pasca Konflik” penelitian kualitatif dengan

pendekatan naturalistik dalam pengumpulan data. Masalah yang dibahas dalam jurnal ini adalah penyelesaian konflik dan integrasi sosial dalam masyarakat umat beragama di Situbondo sehingga berhasil menggunakan modal sosial berupa kekuatan kultur sebagai sarana menciptakan kehidupan bersama yang harmonis pasca kerusuhan.

41

Asri Simani Huruk, Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan dan Masyarakat di PT.

(45)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi dalam masyarakat Situbondo dan upaya rekonsiliasi telah dilakukan oleh masyarakat dan umat beragama di Situbodo. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Situbondo menjadi modal sosial dalam mewujudkan integrasi dalam masyarakat sehingga pasca kerusuhan kehidupan masyarakat dan hubungan antarumat beragama di Situbondo yang mengalami keretakan dapat dipulihkan kembali.42 3. Tesis yang ditulis oleh Zalbi Ikhsan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Sosial Bidang Studi Sosiologi Kekhususan Manajemen Pembangunan Sosial, Universitas Indonesia pada tahun 2000 dengan judul “Integrasi sosial antar etnik di daerah pemukiman transmigrasi” (Studi kasus di unit pemukiman transmigrasi desa Sidorahayu Kecamatan Babat Toman-Kabupaten Musi Banyu Asin Propinsi Sumatera Selatan). Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana proses integrasi sosial bisa terwujud atau tercapai diantara kelompok etnis yang ada, hal-hal apa yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan proses tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara metode deskripsi dan eksplanasi dengan memilih masyarakat desa Sidorahayu, Kecamatan Babat Toman- Musi Banyu Asin-Sumatera Selatan, sebagai lokasi penelitian.

Kesimpulan dari studi ini adalah integrasi sosial diantara kelompok etnis yang ada kini telah tercapai, yakni telah terbina dan terciptanya kehidupan berdampingan dan bertetangga secara rukun, damai dan harmonis. Namun sekalipun tercapainya integrasi sosial tersebut, tidak sekaligus berarti tidak adanya benih-benih konflik atau potensi konflik. Benih-benih konflik atau potensi konflik, terutama dikarenakan perbedaan dalam mata pencaharian, bidang usaha dan

42

Retnowati, Refleksi Kehidupan beragama di Indonesia: Belajar dari Komunitas

(46)

penguasaan lahan pertanian yang mencolok, cukup potensial dan masih perlu diwaspadai dimasa-masa mendatang.43

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dalam teori terkait, maka pada bagian II ini peneliti menentukan kerangka konsep penelitian yaitu “Proses Integrasi Sosial Antara Komplek Sekretariat Negara dan Penduduk Setempat Pondok Kacang Ciledug Tangerang Banten”

Proses integrasi dalam penelitian ini adalah proses berbaurnya warga asli setempat dengan warga komplek Sekretariat Negara RI dalam suatu pengajian mingguan yang dilakukan sangat rutin.

Tabel 2.1

Kerangka Konsep Penelitian

Interaksi Sosial

43

Zalbi Ikhsan, Integrasi sosial antar etnik di daerah pemukiman transmigrasi Di unit pemukiman transmigrasi desa Sidorahayu Kecamatan Babat Toman-Kabupaten Musi Banyu Asin

Propinsi Sumatera Selatan. Universitas Indonesia Depok 2000

KOTA

Proses Integrasi Sosial

Interaksi Sosial

Masyarakat Setempat Masyarakat

(47)

32

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang akan dilakukan adalah di komplek Sekretariat Negara RI Kelurahan Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren, Ciledug Tangerang Selatan, Banten.

Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu selama empat bulan dimulai dari tanggal 25 Oktober 2015 sampai dengan Februari 2016, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah:

Table 3.1

Waktu Pelaksanaan Penelitian 25 Oktober 2015 sataud Januari 2016

(48)

wawancara dan analisis data Bab IV

7. Penulisan Laporan Penelitianatau Bab IV-V

x x

B. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskritif kualitatif dimana peneliti berusaha untuk menguraikan temuan hasil penelitian dengan menggunakan kata-kata atau kalimat dalam suatu struktur yang logik, serta menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan yang satu dengan lainnya. Pendekatan kualitatif dipilih karena dapat mempresentasikan karakteristik penelitian secara baik, dan data yang didapatkan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.1 Karena itu, sifat penelitian ini adalah naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan proses integrasi sosial dalam hal keagamaan Islami seperti kegiatan-kegiatan hari besar islam dan yasinan yang dilakukan setiap hari Kamis malam Jumat yang dilaksanakan kedua kelompok masyarakat yaitu warga komplek Sekretariat Negara RI dan penduduk setempat Pondok Kacang, Ciledug, Tangerang Selatan, Banten.

C. Sampel Sumber Data Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data yang didapatkan untuk melakukan penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder :

1

(49)

Pada penelitian ini sumber data primer adalah hasil dari pengumpulan informasi-infromasi yang dilakukan secara langsung melalui wawancara dengan orang-orang yang bersangkutan dan yang memahami atas permasalahan yang diajukan. Pengumpulan data primer dengan teknik wawancara bertujuan guna memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai proses integrasi dalam hal keagamaan Islami seperti kegiatan yasinan yang dilakukan setiap hari Kamis malam Jumat.

Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang berupa berkas atau dokumen sebagai data penunjang penelitian, diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan objek kajian penulisan skripsi ini. Adapun data berkas atau dokumen dalam penelitian ini berupa arsip-arsip yang dimiliki oleh ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) pengurus Masjid setempat dan foto-foto tentang pengajian keagamaan Islami secara langsung.

2. Sampel

Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu.2 Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang ingin peneliti tanyakan kepada partisipan. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengurus Masjid, warga komplek Sekretariat Negara RI yang aktif, warga sekitar yang aktif.

Partisipan penelitian yang menjadi narasumber penelitian ini adalah orang-orang yang rutin mengikuti pengajian Islami yang dilaksanakan setiap hari besar Islam dan Kamis malam Jumat. Kegiatan keagamaan Islami yang dilakukan oleh warga komplek Sekretariat Negara RI bersama warga setempat bukan hanya kegiatan pengajian yasinan saja, pada kegiatan lainnya juga demikian, seperti pada kegiatan perayaan Idul Fitri yang dilaksanakan setiap tahun. Alasan peneliti mengambil partisipan tersebut adalah mereka lebih mengetahui dan merasakan langsung

2

Gambar

Tabel 2.1  Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................
Tabel 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Table 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian 25 Oktober 2015 sataud Januari 2016

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan kepada sudara, apabila dikuasakan harus disertai dengan surat kuasa atau surat tugas dari direktur kepada penerima kuasa atau penerima tugas dan

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian

[r]

[r]

Berdasarkan data yang terkumpul, dapat dikatakan bahwa semua responden mendukung diperlukan suatu perbaikan sistem tata kelola lembaga pendidikan Katolik. Lebih lanjut,

Single-mode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan multi-mode fiber optik, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan wacana baru dalam bidang psikologi pendidikan terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan siswa ditinjau

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil