BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari suatu hasil
penerapan metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan, struktur sosial dan
organisasi sosial, dan juga sistem perubahan dasar masyarakat dan proses perubahan
sosial yang terjadi tetapi dalam pengertian ini tidak hanya cukup mempelajari saja,
tetapi kita harus benar-benar paham tentang penyebab terjadinya dan dampak atau
akibat dari segala tindakan sosial yangterdapat pada desa tersebut (Nasution, 1983).
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terikat
oleh satuan, adat istiadat atau hukum khas yang hidup bersama.Masyarakat dalam arti
luas adalah keseluruhan hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh
lingkungan, bangsa dan sebagainya.Sedangkan dalam arti sempit, masyarakat adalah
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial,
bangsa, golongan dan lain sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan
kenyataaan bahwa manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan untuk
melakukan kesalahan sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat sosial ini selalu
timbul pada diri setiap manusia ada sesuatu yang saling membutuhkan. Dari kenyataan
ini kemudian timbullah suatu struktur antar hubungan yang beraneka ragam.
Keragaman itu dalam bentuk kolektivitas-kolektivitas serta kelompok-kelompok dan
pada tiap-tiap kelompok tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang lebih kecil.
dalam bentuk yang lebih besar, maka terbentuklah apa yang kita kenal dengan
masyarakat.
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat
kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan. Yang dimaksud dengan desa menurut Sukardjo
Kartohadi adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemeritnahan sendiri. Menurut Bintaro desa merupakan perwujudan atau kesatuan
geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat disuatu daerah dalam
hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
Terlihat jelas perbedaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan
dalam kehidupan sehari - hari. Ditinjau dari indikator, terlihat masih berlangsungnya
kesenjangan kesejahteraan antara orang-orang desa dengan kota. Bahkan untuk
indikator, sekalipun skor kesejahteraannya mengisyaratkan adanya perbaikan, tapi
perbedaan tersebut sangat mencolok. Presentase penduduk berusia 10 tahun keatas yang
bisa baca tulis jumlahnya lebih besar di kota daripada di desa. Keadaan kesejahteraan
bayi dan anak balita di kota jauh lebih baik daripada teman-teman mereka yang ada di
desa. Kelayakan rumah di kota jauh lebih baik daripada keadaan rumah di desa. Indeks
mutu hidup di kota jauh lebih baik daripada di desa. Hal ini membuktikan betapa masih
memprihatinkan kesenjangan sosial antara masyarakat desa dan kota (Dumairy, 1997).
Masyarakat desa terdapat dua kelompok sosial ekonomi. Pertama, kelompok yang
mampu melakukan usaha-usaha yang memberikan kehidupanyang relatif memadai
untuk mereka sendiri.Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang mempunyai lahan
pertanian yang luas. Kedua adalah kelompok yang secara sosial ekonomi dikategorikan
miskin karena tidak mampu mengangkat dirimereka sendiri pada tingkat yang disebut
B. Maksud dan Tujuan Praktikum
Praktikum yang dilakukan merupakan salah satu pengalaman untuk mendukung
kompetensi sebagai mahasiswa pertanian yang sangat berharga. Latar belakang
mahasiswa yang sebagian besar bukan berasal dari lingkungan pertanian menjadikan
tugas lapang ini manjadi pengalaman baru dan menarik untuk dikaji secara sosiologi.
Mahasiswa dapat secara langsung berdialog dengan petani, kelompok tani maupun
masyarakat, mengungkap permasalahan konkrit yang dihadapi para petani serta
mencari solusi terbaik. Teori yang diperoleh selama proses pembelajaran telah cukup
sebagai dasar untuk memahami dinamika masyarakat secara faktual. Mahasiswa juga
dapat mengenal lebih mendalam mengenai suatu desa. Mulai dari keadaan umum desa,
hungan antara desa dengan kota, bentuk-bentuk kerjasama yang ada di desa tersebut,
BAB II
KEADAAN UMUM DESA
1. Letak Desa
Secara Administratif Desa Patikraja termasuk dalam wilayah Kecamatan
Patikraja Kabupaten Banyumas, terletak di sebelah selatan Kabupaten Banyumas
dengan luas wilayah 171.400 Ha.
Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara : Wiradadi, Karang Kedawung
Sebelah Barat : Wiradadi
Sebelah Selatan : Kecamatan Patikraja
Sebelah Timur : Sokaraja Tengah, Kecamatan Kalibagor
Batas Wilayah Desa Patikraja :
Sebelah Utara : Kedungrandu, Kecamatan Purwokerto Selatan
Sebelah Selatan : Mandirancan, Kecamatan Kebasen
Sebelah Timur : Pegalongan, Kecamatan Kalibagor
Sebelah Barat : Notog, Kecamatan Rawalo
2. Keadaan Biogeofisik
Desa Patikraja terletak pada ketinggian lebih kurang 75 meter dari permukaan air
laut. Orbitasi (jarak dari Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pemerintah
Pusat) adalah sebagai berikut :
Keadaan umum tanah berupa dataran rendah dengan suhu masih dalam batas normal.
Areal persawahan tidak begitu mendominasi keadaan / fungsi tanah di Desa Patikraja
pada umumnya, mengingat jumlah penduduk yang tergolong padat sehingga banyak
lahan di manfaatkan untuk perumahan / pemukiman penduduk dan sarana pendidikan
serta perkantoran.
Iklim Desa Patikraja :
Curah Hujan : 350,00 mm
Jumlah Bulan Hujan : 6,00 bulan
Kelembapan : 55,00
Suhu rata-rata harian : 36,00 0C Tinggi tempat dari permukaan laut : 500,00 mdl
Jenis dan Kesuburan Tanah Desa Patikraja :
Warna Tanah (Sebagian Besar) : Hitam
Tekstur Tanah : Pasiran
Tingkat Kemiringan Tanah : 55,00 derajat
Lahan Kritis : 0,00 Ha
Lahan Terlantar : 0,00 Ha 3. Sejarah Desa
Dari penelusuran sejarah kepemimpinan di Desa Patikraja, Kepala Desa yang
pertama memimpin yaitu KI Janggrung, Kedua Bapak Djajawikarta dan dilanjutkan
oleh H. Siradj sampai tahun 1950. Pada masa tersebut Desa Patikraja mengalami
perkembangan dan kemajuan dalam bidang pembangunan dan ekonomi, yaitu dengan
berdirinya Pasar Desa Patikraja yang merupakan sumber PAD utama Desa ini.
Pada periode tahun 1950 sampai 1959, Desa Patikraja di bawah kepemimpinan
Penatus Bapak S. Padmodiwirjo seorang pemimpin yang karismatik dan namanya tetap
dikenang sampai sekarang.
Pada periode 1977 sampai 1988 yang memimpin Desa Patikraja yaitu Bapak D.
Darmowiredjo. Pada masa kepemimpinanya Desa Patikraja telah mulai menunjukan
banyak perkembangan, baik di bidang ekonomi, kemasyarakatan maupun
Tahun 1989 sampai 1997 Bapak Tri Djoko Sungkono memimpin Desa Patikraja
dengan kedisiplinan dan etos kerja yang baik. Pada masanya berdiri SMA Negeri
Patikraja.
Setelah akhir kepemimpinan Bapak Tri Djoko Sungkono, Desa Patikraja dipimpin
oleh Bapak Radis Hadi Suwarno dari Tahun 1998 sampai dengan 2007. Di masa
kepemimpinannya pembangunan semakin mengalami peningkatan. Sebagian besar
jalan desa sudah di aspal. Pemasukan pasar dari desa pun mengalami peningkatan. Pada
akhir kepemimpinanya, aula Desa Patikraja direhab total dan dilanjutkan
pembangunanya oleh Kepala Desa berikutnya, yaitu Bapak Noegroho Adiwibowo,
S.Pd.
Bapak Noegroho Adiwibowo, S.Pd. memimpin Desa Patikraja dari Tahun 2007
sampai dengan 2013, dan sekarang terpilih lagi untuk masa jabatan 2013-2019. Selama
masa kepemimpinanya, Desa Patikraja telah berhasil menyelesaikan beberapa program
pembangunan dan meraih banyak penghargaan. Aula desa dan Kantor Desa Patikraja
telah direhab total dan dibangun dengan megah serta didukung berbagai fasilitas yang
menunjang pelayanan untuk masyarakat. Pasar Desa Patikraja juga telah dibangun dan
berhasil meraih Juara I Lomba Pasar Tradisional pada Tahun 2012. 4. Penduduk
Jumlah penduduk Desa Patikraja tahun 2013 memiliki 1.818 Kepala Keluarga
(KK) dengan jumlah penduduk 5860 jiwa yang terdiri atas 2.853 penduduk laki-laki
dan 3.007 penduduk perempuan. Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin
[image:6.595.94.522.666.763.2]dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Klasifikasi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Kelompok Umur
(Th.) Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4
0 – 4 324 323 647
10 – 14 154 157 311
15 – 19 168 193 361
20 24 199 301 500
25 – 29 164 180 344
30 – 39 365 378 743
40 – 49 385 387 772
50 – 59 341 283 624
>60 617 645 1262
Jumlah 2.853 3.007 5.860
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2013
Ketersediaan tenaga kerja suatu daerah dapat dilihar dari jumlah penduduk
menurut umur. Tenaga kerja yang kurang menyebabkan pelaksanaan pembangunan
mengalami pemborosan biaya pengadaan tenaga kerja dan sebaliknya bila tenaga kerja
berlebihan akan menimbulkan hambatan dalam memperoleh pekerjaan. Jumlah
angkatan kerja dapat digunakan untuk menyusun rencana pembangunan wilayah,
termasuk pembangunan di bidang pertanian dan lainnya.
Jenis pekerjaan yang digeluti masyarakat Desa Patikraja beragam, tidak terfokus
pada bidang pertanian saja, tetapi merata hampir di semua ruang lingkup lapangan
kerja. Banyak penduduk yang menjadi pegawai pemerintah, pedagang, maupun buruh
bangunan.
5. Pendidikan
Tingkat pendidikan di Desa Patikraja tergolong cukup baik, hal ini di dukung oleh
adanya berbagai fasilitas pendidikan, yaitu 2 (dua) PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini/Playgroup), 3 (tiga) Taman Kanak-kanak, 4 (empat) Sekolah Dasar Negeri
termasuk yang sederajat, 3 (tiga) Sekolah Menengah Pertama termasuk yang sederajat,
dan 1 (satu) Sekolah Menengah Atas.
Sebagian besar penduduk Desa Patikraja adalah tamatan SLTA yaitu sekitar 1.615
orang. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Nomor Tingkat Pendidikan Jumlah
1 2 3
1 Sarjana (S1) 691
2 Diploma (D3) 215
3 Diploma (D3) 311
4 Diploma (D3) 715
5 Tamat SLTA 1.615
6 Tamat SLTP 1.225
7 Tamat SD 637
8 Belum Tamat SD 296
9 Tidak Tamat SD 155
Jumlah 5.860
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2013
6. Struktur Pemerintahan Desa
7. Struktur Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat Desa Patikraja hampir sebagian besar ditopang
oleh sector pertanian. Pada umumnya, masyrakat bermata pencahariansebagai petani,
kemudian menjual hasil pertaniannya kepada konsumen melalui peran
pedagang-pedagang karena KUD belum mampu membeli seluruh hasil pertanian di desa. 8. Struktur Sosial
Dalam hal kelembagaan Desa diartikan sebagai organisasi dan aturan main yang
menetukan ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Aturan main
Kepala Desa
Noegroho Adiwibowo, S. Pd
Kayim I
Tojeri
Kayim II
Achmad Khodirun
Sekertaris Desa
Restiyana Ajipratiwi, SP
Kasi Pemerintahan
Utami Agustinah
Kasi Permas & Kesra
Mugi Winangsih Kasi Pembangunan Mulyono Kadus III Mahfuri Kadus I
Sabar Puji Rohadi
yang memberikan gerak berjalannya suatu organisasi tersebut diantaranya Undang –
undang, Peraturan Pemerintahan, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah serta
Keputusan Kepala Daerah. Lembaga masyarakat adalah suatu himpunan yang mengatur
norma – norma dari tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam
kehidupan masyrakat, dimana wujud nyatanya adalah asosiasi. Lembaga – lembaga yang ada di Desa Patikraja adalah sebagai berikut :
No. Jenis Kelembagaan Desa Jumlah Pengurus / Kader
1 Pemerintah Desa 14 orang
2 Badan Permusyawaratan Desa 9 orang 3 Lembaga Pemberdayaan Masya rakat Desa 12 orang 4 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga 18 orang 5 Peguyuban Keluarga Berencana 50 orang
6 Rukun Warga 10 RW
7 Rukun Tetangga 30 RT ( 90 orang)
8 Kelompok Tani 3 kelompok
9 Kelompok Tani Sri Rahayu 16 orang
10 Kelompok Tani Sri Rejeki 10 orang 11 Kelompok Tani Tambang Sari 12 orang 12 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) 18 orang 13 Posyandu Lansia Wulandari 18 orang 14 Paguyuban Pedagang Pasar Desa 11 orang
15 Lumbung Paceklik Desa 12 orang
16 Karang Taruna 14 orang
17 Poliklinik Kesehatan Desa 2 orang bidan
18 Forum Kesehatan Desa 20 orang
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM
1. Acara 1 : Hubungan Desa – Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah
sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya
terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan
bahan bahan pangan seperti beras sayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber
tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu di kota. Misalnya saja buruh
bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan
raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di
bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau
ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Hubungan kota - desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa - kota, makin besar suatu kota makin
berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan. Secara teoristik, kota
merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara seperti :
Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan
merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan
Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru
sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau
hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan.
Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses
ini yang sesungguhnya banyak terjadi.
Ko-operasi kota - desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota.
Dari keempat hubungan desa - kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan
orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai
permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam
kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Hubungan desa - kota di desa Patikraja dapat dilihat melalui proses pemasaran
hasil pertanian. Dalam pemasaran hasil – hasil pertanian ke kota, di desa ini belum ada
distributornya, jadi para petani hanya menjualnya ke tengkulak. Sehingga
mempengaruhi nilai jual hasil pertanian itu sendiri. Sebaliknya pada hasil pemasaran
untuk mendapatkan keuntungan bergantung pada kondisi produksinya. Kadang untung
kadang juga rugi. Mayoritas yang di pasarkan di desa Patikraja juga berupa padi.
Masuknya barang konsumsi ke desa juga sangat mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat desa Patikraja. Contoh saja Teknologi, Teknologi yang masuk ke Desa pasti
akan sangat berpengaruh seperti : Hp dan Kendaraan bermotor. Dampak yang muncul
akibat teknologi ini salah satunya adalah baik itu anak – anak, ataupun remaja sangat
terobsesi untuk mengikuti kemajuan teknologi yang ada. Sehingga mereka melupakan
kondisi keluarga, baik secara segi ekonominya ataupun antara lain yang pada intinya
dapat memenuhi keinginan anaknya. Anak para petanipun begitu. Contoh kecilnya
merombak sepeda motornya semuanya sehingga saat di jalan bermasalah degan polisi.
Anak – anak ini justru tidak membantu kedua orang tuanya dam memenuhi
keinginannya namun sebaliknya.
Tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota, Sebenarnya mencari tenaga kerja di
desa Patikraja tidak begitu sulit, hanya saja yang di butuhkan untuk mengelola sawah,
bekerja sebagai petani itu sangat sulit. Petani di desa ini sudah sepuh semua sudah
seharusnya di gantikan oleh yang lebih muda, harus di adakan regenerasi. Begitupun
dengan para pemuda di desa ini kebanyakan alih profesi. Banyak yang lebih memilih
berpindah ke kota untuk menjadi tenaga batu bagi yang berpendidikan kurang, bagi
yang berpendidikan tinggi mereka para pemuda lebih memilih bekerja di satu
perusahaan atau perkantoran. Memang sebagian besar masyarakat di desa ini bekerja
sebagai petani, namun anak mereka tidak semuanya meneruskan pekerjaan orang tua
mereka.
Berkaitan dengan pendidikan masyarakat desa di Patikraja kebanyakan
menyekolahkan anak – anaknya di desa ini. Karena pendidikan di desa ini sudah
banyak di bantu oleh pemerintahan sehingga pendidikannya sudah bagus. Jadi tidak
harus jauh menyekolahkan anaknya ke kota. Di sini fasilitas pendidikan sudah
mencukupi dan sudah bagus sekali. Menyekolahkan di desa ini juga untuk efisiensi
anggaran, biaya sekolahnya lebih murah. Tetapi, buat dampak pendidikannya yang
negatif pengaruhnya lebih besar di desa ketimbang di kota. Faktornya antara lain adalah
lingkungan, teman pergaulannya misalnya.
Di desa Patikraja sendiri juga memiliki organisasi modern seperti contohnya
adalah Kelompok Tani yang prosedur kerjanya cukup bagus. Selain itu karang taruna di
desa ini juga masih dilaksanakan. Ada juga organisasi yang merupakan bagian dari
karang taruna yang bergerak di bidang Olah raga. Hanya saja organisasi ini berjalan
berjalan sendiri – sendiri. Seakan – akan tidak ada koordinasi antara pengurus karang
taruna dengan cabangnya tersebut.
Kembali lagi kepada teknologi modern yang masuk ke desa ini, tetapi teknologi
modern yang masuk yaitu berapa alat yang berhubungan dengan pertanian yaitu Traktor
dan Traser yang sudah ada di desa ini. Dan alat teknologi tersebut tentunya sangat
mendapatkan perawatan yang baik dari masing – masing kelompok tani. Respon dari
petani sendiri dengan masuknya teknologi modern ini tentunya sangat senang sekali
dan mendapatkan respons positif, karena dengan masuknya teknologi modern ke desa
ini dapat meningkatkan tingkat produksi pertanian. Dan pastinya akan memberikan
keuntungan yang lebih besar bagi petani. Pentingnya lagi di desa Patikraja ini juga
sering di adakan pertemuan rutin setiap tanggal 6.
2. Acara 2 : Bentuk-bentuk Kerjasama
3. Acara 3 : Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial atau gerak sosial yang terjadi dalam masyarakat memiliki
dimensi yang luas. Menurut Soekanto (1990) Gerak sosial atau social mobility adalah
suatu gerak dalam struktur sosial (social structure) yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisai suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat
hubungan antara individu dengan kelompoknya. Menurut Coulhoun (1978) mengatakan
bahwa gerak sosial masyarakat memiliki kecenderungan yang ke atas dan ke bawah
yang disebut mobilitas vertikal dan juga dapat memiliki mobilitas horizontal dan antar
generasi. Seseorang dapat naik dan turun kelas sosialnya berdasarkan berbagi alasan.
ditimbang di kota. Mobilitas horizontal adalah pergeseran status sosial pada tingkat
yang sama tidak menunjukan adanya gerakan yang menanjak dan menurun. Manusia
baik sebagai Mahkluk Individu maupun makhluk sosial senantiasa berada dalam suatu
proses gerak sosial (social Mobility). Gerak pencapaian suatu status merupakan
kegiatan yang berorentiasi utuk memenuhi kebutuhan sosial.
Menurut Nasution, ada beberapa faktor yang mendasari gerak sosial dari suatu
kelompok. Gerak sosial suatu masyrakat tergantung dari sifat sistem yang mendasari.
Bagi masyarakat yang memiliki sistem terbuka (open class society) gerakan sosial yang
terjadi akan lebih dinamis dan fleksibel. Sedangkan pada sistem tertutup (close class
society) maka gerakan sosial yang terjadi relatif lambat dan kurang fleksibel atau
kurang memilki kelenturan. Di desa biasanya seseorang bapak mewariskan keahlianya
kepada anaknya, seperti seorang petani mewariskan kepada anak-anaknya sehingga
kelak anaknya menjadi seorang petani, karena hal seperti ini mobilitas sosial di desa
lebih teratas dibandingkan di kota.
Di Desa Patikraja, lebih bersifat terbuka (open class society), dikarenakan letak
desa yang dekat dengan kota dan akses informasi sangat mudah didapatkan. Di lihat
dari tingkat urbanisasi, banyak para pemuda yang lebih memilih untuk bekerja di kota
diluar sektor pertanian dari pada bekerja sebagai petani. Sehingga petani yang ada di
desa Patikraja hanya tersisa petani yang sudah tua dan berumur lanjut. Hal ini tentu
sangat merugikan karena mengingat jumlah petani yang berkurang dan tidak adanya
petani-petani lainnya sebagai penerus. Mengingat bahwa patikraja juga adalah sebuah
desa, tentu ada yang namanya diskriminasi antar golongan.
Menurut UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab 1 pasal1
ataupengucilan yang langsung atau tidak langsung didasarkan pada
perbedaanmanusia atas alasan agama, suku, ras, etnik, kelompok, jenis kelamin,
bahasa,keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusanpengakuan, pelaksanaan, penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan
dalamkehidupan, baik individu atau kolektif dalam bidang politik ekonomi,
hukum,sosial, budaya, dan aspek kehidupan lain. Menurut Theodorson & Theodorson,
diskriminasi adalah perlakuan yangtidak seimbang terhadap perorangan, atau
kelompok, berdasarkan sesuatu,biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut
khas, seperti berdasarkan ras,kesuku-bangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas
sosial. Istilah tersebutbiasanya untuk melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas
yang dominandalam hubungannya dengan minoritas yang lemah sehingga
dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak
demokrasi. Dalamarti tersebut, diskriminasi adalah bersifat aktif atau aspek yang dapat
terlihat(overt) dari prasangka yang bersifat negatif (negative prejudice) terhadap
seorangindividu atau suatu kelompok.Diskriminasi juga diartikan sebagai tindakan
yang melakukan pembedaanterhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan
ras, agama, suku, etnis,kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin,
kondisi fisik,usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik serta batas negara
dankebangsaan seseorang .
Di desa Patikraja ini sudah tidak ada yang namanya diskriminasi. Semua
golongan missal dalam segi materi menengah kebawah dan menengah keatas saling
berbaur menjadi satu. Tidak ada lagi penggolongan yang ada di desa tersebut. Mereka
saling merangkul sebagai satu keluarga di desa Patikraja tersebut.
Kehidupan masyarakat Desa Patikraja yang mayoritas penduduknya berprofesi
sebagai petani tidak luput dari pengaruh teknologi. Teknologi yang masuk ke desa,
sama seperti yang terjadi di kota pada umunya. Namun, teknologi yang akan dibahas
lebih dalam bidang pertanian. Contohnya adalah penggunaan mesin – mesin pertanian
yang berbasis teknologi modern. Teknologi ini muncul pertama kali sebagai gagasan
yang muncul dari masyarakat sendiri khususnya dari anggota kelompok tani.
Diterimanya teknologi baru juga dengan melalui pertimbangan antara lain :
Kesadaran masyarakat bahwa teknologi akan memudahkan pekerjaan mereka
Pemahaman jika teknologi baru mampu meningkatkan produktifitas hasil
pertanian
Kesadaran bahwa masyarakat desa harus memiliki pemikirian yang berkembang sesuai dengan arus teknologi dan pengetahuan yang berkembang saat ini
Atas dasar pertimbangan di atas, maka teknologi baru mulai mendapatkan ruang
perhatian lebih dari masyarakat Desa Patikraja.
Mayarakat sangat menyambut positif dengan masuknya teknologi baru ke desa.
Umumnya, mereka menganggap hal ini sebagai perubahan baru yang akan semakin
memudahkan pekerjaan mereka dan memebawa kemajuan bagi perkembangan desa.
Traktor dan Treaser salah satu alat yang modern yang sudah mulai menggantikan
pekerjaan di sawah yang umumnya dilakukan manual. Bagi masyarakat, munculnya
teknologi baru ke desa bukan justru menjadi sesuatu yang harus ditolak dengan alasan
tradisi turun temurun dll. Namun, teknologi ini dianggap sangat membantu kerja
masyarakat khususnya petani. Masyarakat desa pun sangat mudah memahami
sekali pikiran mereka tidak tertutup meskipun mereka tinggal di desa. Hal yang patut
diacungi jempol, karena pada umumnya masyrakat desa yang biasa hidup jauh dari
teknologi dan menutup pikiran mereka akan nilai positif teknologi. Justru menjadikan
jalan pikiran mereka terbuka dengan mudahnya menerima masuknya teknologi baru.
Pada awlnya, mereka harus bersusah payah membajak sawah dengan cangkul, kerbau
dan metode – metode konvensional. Kini, hampir semua petani di desa patikraja
khususnya kelompok tani sri rejeki telah menggunakan traktor untuk membajak sawah.
Hanya satu atau dua petani saja yang masih menafaatkan kerbau untuk membantu
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Keadaan umum Desa Patikraja sudah lebih baik dari tahun ke tahun dan sudah
menjadi maju. Jika ditinjau dari sejarah terbentuknya desa ini, dari tahun ke tahun
dengan terus bergantinya kepala desa semakin membawa perubahan. Dari kepala
desa yang satu ke kepala desa yang lain selalu memberi dampak yang baik bagi
Desa Patikraja. Letak desa tersebut cukup strategis, penduduknya tidak terlalu
padat, pendidikanya sudah maju, struktur pemerintahanya bagus, struktur
ekonomi menunjang, dan struktur sosialnya pun sudah bagus.
2. Hubungan antara desa-kota di Patikraja masih berhubungan erat dengan KUD.
Semua proses pemasaran juga melalui KUD. B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan koordinasi antara Assisten dengan
mahasiswa terjalin dengan baik. Komunikasi tidak terputus, dan assisten lebih memberi
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy.1997. Perekonomian Indonesia Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Hagul, Peter. 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat .Rajawali Pers :
Jakarta
Nasution, Adham.1983.Sosiologi.Penerbit Alumni : Bandung.
Saidiharjo, P. 1974.Pengantar Ilmu Sosiologi. Bina Ilmu.: Surabaya.