• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Sosiologi Pertanian UNSOED : BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Sosiologi Pertanian UNSOED : BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari suatu hasil

penerapan metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan, struktur sosial dan

organisasi sosial, dan juga sistem perubahan dasar masyarakat dan proses perubahan

sosial yang terjadi tetapi dalam pengertian ini tidak hanya cukup mempelajari saja,

tetapi kita harus benar-benar paham tentang penyebab terjadinya dan dampak atau

akibat dari segala tindakan sosial yangterdapat pada desa tersebut (Nasution, 1983).

Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terikat

oleh satuan, adat istiadat atau hukum khas yang hidup bersama.Masyarakat dalam arti

luas adalah keseluruhan hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh

lingkungan, bangsa dan sebagainya.Sedangkan dalam arti sempit, masyarakat adalah

sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial,

bangsa, golongan dan lain sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan

kenyataaan bahwa manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan untuk

melakukan kesalahan sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat sosial ini selalu

timbul pada diri setiap manusia ada sesuatu yang saling membutuhkan. Dari kenyataan

ini kemudian timbullah suatu struktur antar hubungan yang beraneka ragam.

Keragaman itu dalam bentuk kolektivitas-kolektivitas serta kelompok-kelompok dan

pada tiap-tiap kelompok tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang lebih kecil.

(2)

dalam bentuk yang lebih besar, maka terbentuklah apa yang kita kenal dengan

masyarakat.

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat

kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang

berbeda dengan masyarakat pedesaan. Yang dimaksud dengan desa menurut Sukardjo

Kartohadi adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat

pemeritnahan sendiri. Menurut Bintaro desa merupakan perwujudan atau kesatuan

geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat disuatu daerah dalam

hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.

Terlihat jelas perbedaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan

dalam kehidupan sehari - hari. Ditinjau dari indikator, terlihat masih berlangsungnya

kesenjangan kesejahteraan antara orang-orang desa dengan kota. Bahkan untuk

indikator, sekalipun skor kesejahteraannya mengisyaratkan adanya perbaikan, tapi

perbedaan tersebut sangat mencolok. Presentase penduduk berusia 10 tahun keatas yang

bisa baca tulis jumlahnya lebih besar di kota daripada di desa. Keadaan kesejahteraan

bayi dan anak balita di kota jauh lebih baik daripada teman-teman mereka yang ada di

desa. Kelayakan rumah di kota jauh lebih baik daripada keadaan rumah di desa. Indeks

mutu hidup di kota jauh lebih baik daripada di desa. Hal ini membuktikan betapa masih

memprihatinkan kesenjangan sosial antara masyarakat desa dan kota (Dumairy, 1997).

Masyarakat desa terdapat dua kelompok sosial ekonomi. Pertama, kelompok yang

mampu melakukan usaha-usaha yang memberikan kehidupanyang relatif memadai

untuk mereka sendiri.Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang mempunyai lahan

pertanian yang luas. Kedua adalah kelompok yang secara sosial ekonomi dikategorikan

miskin karena tidak mampu mengangkat dirimereka sendiri pada tingkat yang disebut

(3)

B. Maksud dan Tujuan Praktikum

Praktikum yang dilakukan merupakan salah satu pengalaman untuk mendukung

kompetensi sebagai mahasiswa pertanian yang sangat berharga. Latar belakang

mahasiswa yang sebagian besar bukan berasal dari lingkungan pertanian menjadikan

tugas lapang ini manjadi pengalaman baru dan menarik untuk dikaji secara sosiologi.

Mahasiswa dapat secara langsung berdialog dengan petani, kelompok tani maupun

masyarakat, mengungkap permasalahan konkrit yang dihadapi para petani serta

mencari solusi terbaik. Teori yang diperoleh selama proses pembelajaran telah cukup

sebagai dasar untuk memahami dinamika masyarakat secara faktual. Mahasiswa juga

dapat mengenal lebih mendalam mengenai suatu desa. Mulai dari keadaan umum desa,

hungan antara desa dengan kota, bentuk-bentuk kerjasama yang ada di desa tersebut,

(4)

BAB II

KEADAAN UMUM DESA

1. Letak Desa

Secara Administratif Desa Patikraja termasuk dalam wilayah Kecamatan

Patikraja Kabupaten Banyumas, terletak di sebelah selatan Kabupaten Banyumas

dengan luas wilayah 171.400 Ha.

Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Wiradadi, Karang Kedawung

 Sebelah Barat : Wiradadi

 Sebelah Selatan : Kecamatan Patikraja

 Sebelah Timur : Sokaraja Tengah, Kecamatan Kalibagor

Batas Wilayah Desa Patikraja :

 Sebelah Utara : Kedungrandu, Kecamatan Purwokerto Selatan

 Sebelah Selatan : Mandirancan, Kecamatan Kebasen

 Sebelah Timur : Pegalongan, Kecamatan Kalibagor

 Sebelah Barat : Notog, Kecamatan Rawalo

2. Keadaan Biogeofisik

Desa Patikraja terletak pada ketinggian lebih kurang 75 meter dari permukaan air

laut. Orbitasi (jarak dari Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pemerintah

Pusat) adalah sebagai berikut :

(5)

Keadaan umum tanah berupa dataran rendah dengan suhu masih dalam batas normal.

Areal persawahan tidak begitu mendominasi keadaan / fungsi tanah di Desa Patikraja

pada umumnya, mengingat jumlah penduduk yang tergolong padat sehingga banyak

lahan di manfaatkan untuk perumahan / pemukiman penduduk dan sarana pendidikan

serta perkantoran.

Iklim Desa Patikraja :

 Curah Hujan : 350,00 mm

 Jumlah Bulan Hujan : 6,00 bulan

 Kelembapan : 55,00

 Suhu rata-rata harian : 36,00 0C  Tinggi tempat dari permukaan laut : 500,00 mdl

Jenis dan Kesuburan Tanah Desa Patikraja :

 Warna Tanah (Sebagian Besar) : Hitam

 Tekstur Tanah : Pasiran

 Tingkat Kemiringan Tanah : 55,00 derajat

 Lahan Kritis : 0,00 Ha

 Lahan Terlantar : 0,00 Ha 3. Sejarah Desa

Dari penelusuran sejarah kepemimpinan di Desa Patikraja, Kepala Desa yang

pertama memimpin yaitu KI Janggrung, Kedua Bapak Djajawikarta dan dilanjutkan

oleh H. Siradj sampai tahun 1950. Pada masa tersebut Desa Patikraja mengalami

perkembangan dan kemajuan dalam bidang pembangunan dan ekonomi, yaitu dengan

berdirinya Pasar Desa Patikraja yang merupakan sumber PAD utama Desa ini.

Pada periode tahun 1950 sampai 1959, Desa Patikraja di bawah kepemimpinan

Penatus Bapak S. Padmodiwirjo seorang pemimpin yang karismatik dan namanya tetap

dikenang sampai sekarang.

Pada periode 1977 sampai 1988 yang memimpin Desa Patikraja yaitu Bapak D.

Darmowiredjo. Pada masa kepemimpinanya Desa Patikraja telah mulai menunjukan

banyak perkembangan, baik di bidang ekonomi, kemasyarakatan maupun

(6)

Tahun 1989 sampai 1997 Bapak Tri Djoko Sungkono memimpin Desa Patikraja

dengan kedisiplinan dan etos kerja yang baik. Pada masanya berdiri SMA Negeri

Patikraja.

Setelah akhir kepemimpinan Bapak Tri Djoko Sungkono, Desa Patikraja dipimpin

oleh Bapak Radis Hadi Suwarno dari Tahun 1998 sampai dengan 2007. Di masa

kepemimpinannya pembangunan semakin mengalami peningkatan. Sebagian besar

jalan desa sudah di aspal. Pemasukan pasar dari desa pun mengalami peningkatan. Pada

akhir kepemimpinanya, aula Desa Patikraja direhab total dan dilanjutkan

pembangunanya oleh Kepala Desa berikutnya, yaitu Bapak Noegroho Adiwibowo,

S.Pd.

Bapak Noegroho Adiwibowo, S.Pd. memimpin Desa Patikraja dari Tahun 2007

sampai dengan 2013, dan sekarang terpilih lagi untuk masa jabatan 2013-2019. Selama

masa kepemimpinanya, Desa Patikraja telah berhasil menyelesaikan beberapa program

pembangunan dan meraih banyak penghargaan. Aula desa dan Kantor Desa Patikraja

telah direhab total dan dibangun dengan megah serta didukung berbagai fasilitas yang

menunjang pelayanan untuk masyarakat. Pasar Desa Patikraja juga telah dibangun dan

berhasil meraih Juara I Lomba Pasar Tradisional pada Tahun 2012. 4. Penduduk

Jumlah penduduk Desa Patikraja tahun 2013 memiliki 1.818 Kepala Keluarga

(KK) dengan jumlah penduduk 5860 jiwa yang terdiri atas 2.853 penduduk laki-laki

dan 3.007 penduduk perempuan. Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin

[image:6.595.94.522.666.763.2]

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Klasifikasi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kelompok Umur

(Th.) Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4

0 – 4 324 323 647

(7)

10 – 14 154 157 311

15 – 19 168 193 361

20 24 199 301 500

25 – 29 164 180 344

30 – 39 365 378 743

40 – 49 385 387 772

50 – 59 341 283 624

>60 617 645 1262

Jumlah 2.853 3.007 5.860

Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2013

Ketersediaan tenaga kerja suatu daerah dapat dilihar dari jumlah penduduk

menurut umur. Tenaga kerja yang kurang menyebabkan pelaksanaan pembangunan

mengalami pemborosan biaya pengadaan tenaga kerja dan sebaliknya bila tenaga kerja

berlebihan akan menimbulkan hambatan dalam memperoleh pekerjaan. Jumlah

angkatan kerja dapat digunakan untuk menyusun rencana pembangunan wilayah,

termasuk pembangunan di bidang pertanian dan lainnya.

Jenis pekerjaan yang digeluti masyarakat Desa Patikraja beragam, tidak terfokus

pada bidang pertanian saja, tetapi merata hampir di semua ruang lingkup lapangan

kerja. Banyak penduduk yang menjadi pegawai pemerintah, pedagang, maupun buruh

bangunan.

5. Pendidikan

Tingkat pendidikan di Desa Patikraja tergolong cukup baik, hal ini di dukung oleh

adanya berbagai fasilitas pendidikan, yaitu 2 (dua) PAUD (Pendidikan Anak Usia

Dini/Playgroup), 3 (tiga) Taman Kanak-kanak, 4 (empat) Sekolah Dasar Negeri

termasuk yang sederajat, 3 (tiga) Sekolah Menengah Pertama termasuk yang sederajat,

dan 1 (satu) Sekolah Menengah Atas.

Sebagian besar penduduk Desa Patikraja adalah tamatan SLTA yaitu sekitar 1.615

orang. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel

(8)
[image:8.595.83.517.348.588.2]

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Nomor Tingkat Pendidikan Jumlah

1 2 3

1 Sarjana (S1) 691

2 Diploma (D3) 215

3 Diploma (D3) 311

4 Diploma (D3) 715

5 Tamat SLTA 1.615

6 Tamat SLTP 1.225

7 Tamat SD 637

8 Belum Tamat SD 296

9 Tidak Tamat SD 155

Jumlah 5.860

Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2013

6. Struktur Pemerintahan Desa

7. Struktur Ekonomi

Kehidupan perekonomian masyarakat Desa Patikraja hampir sebagian besar ditopang

oleh sector pertanian. Pada umumnya, masyrakat bermata pencahariansebagai petani,

kemudian menjual hasil pertaniannya kepada konsumen melalui peran

pedagang-pedagang karena KUD belum mampu membeli seluruh hasil pertanian di desa. 8. Struktur Sosial

Dalam hal kelembagaan Desa diartikan sebagai organisasi dan aturan main yang

menetukan ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Aturan main

Kepala Desa

Noegroho Adiwibowo, S. Pd

Kayim I

Tojeri

Kayim II

Achmad Khodirun

Sekertaris Desa

Restiyana Ajipratiwi, SP

Kasi Pemerintahan

Utami Agustinah

Kasi Permas & Kesra

Mugi Winangsih Kasi Pembangunan Mulyono Kadus III Mahfuri Kadus I

Sabar Puji Rohadi

(9)

yang memberikan gerak berjalannya suatu organisasi tersebut diantaranya Undang –

undang, Peraturan Pemerintahan, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah serta

Keputusan Kepala Daerah. Lembaga masyarakat adalah suatu himpunan yang mengatur

norma – norma dari tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam

kehidupan masyrakat, dimana wujud nyatanya adalah asosiasi. Lembaga – lembaga yang ada di Desa Patikraja adalah sebagai berikut :

No. Jenis Kelembagaan Desa Jumlah Pengurus / Kader

1 Pemerintah Desa 14 orang

2 Badan Permusyawaratan Desa 9 orang 3 Lembaga Pemberdayaan Masya rakat Desa 12 orang 4 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga 18 orang 5 Peguyuban Keluarga Berencana 50 orang

6 Rukun Warga 10 RW

7 Rukun Tetangga 30 RT ( 90 orang)

8 Kelompok Tani 3 kelompok

9 Kelompok Tani Sri Rahayu 16 orang

10 Kelompok Tani Sri Rejeki 10 orang 11 Kelompok Tani Tambang Sari 12 orang 12 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) 18 orang 13 Posyandu Lansia Wulandari 18 orang 14 Paguyuban Pedagang Pasar Desa 11 orang

15 Lumbung Paceklik Desa 12 orang

16 Karang Taruna 14 orang

17 Poliklinik Kesehatan Desa 2 orang bidan

18 Forum Kesehatan Desa 20 orang

(10)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM

1. Acara 1 : Hubungan Desa – Kota

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah

sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya

terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling

membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan

bahan bahan pangan seperti beras sayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber

tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu di kota. Misalnya saja buruh

bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan

raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja

musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di

bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau

ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.

Hubungan kota - desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa - kota, makin besar suatu kota makin

berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan. Secara teoristik, kota

merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara seperti :

Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan

merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan

(11)

Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru

sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau

hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan.

Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses

ini yang sesungguhnya banyak terjadi.

Ko-operasi kota - desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota.

Dari keempat hubungan desa - kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan

orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai

permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam

kehidupan dunia yang memang akan mengkota.

Hubungan desa - kota di desa Patikraja dapat dilihat melalui proses pemasaran

hasil pertanian. Dalam pemasaran hasil – hasil pertanian ke kota, di desa ini belum ada

distributornya, jadi para petani hanya menjualnya ke tengkulak. Sehingga

mempengaruhi nilai jual hasil pertanian itu sendiri. Sebaliknya pada hasil pemasaran

untuk mendapatkan keuntungan bergantung pada kondisi produksinya. Kadang untung

kadang juga rugi. Mayoritas yang di pasarkan di desa Patikraja juga berupa padi.

Masuknya barang konsumsi ke desa juga sangat mempengaruhi kehidupan sosial

masyarakat desa Patikraja. Contoh saja Teknologi, Teknologi yang masuk ke Desa pasti

akan sangat berpengaruh seperti : Hp dan Kendaraan bermotor. Dampak yang muncul

akibat teknologi ini salah satunya adalah baik itu anak – anak, ataupun remaja sangat

terobsesi untuk mengikuti kemajuan teknologi yang ada. Sehingga mereka melupakan

kondisi keluarga, baik secara segi ekonominya ataupun antara lain yang pada intinya

dapat memenuhi keinginan anaknya. Anak para petanipun begitu. Contoh kecilnya

(12)

merombak sepeda motornya semuanya sehingga saat di jalan bermasalah degan polisi.

Anak – anak ini justru tidak membantu kedua orang tuanya dam memenuhi

keinginannya namun sebaliknya.

Tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota, Sebenarnya mencari tenaga kerja di

desa Patikraja tidak begitu sulit, hanya saja yang di butuhkan untuk mengelola sawah,

bekerja sebagai petani itu sangat sulit. Petani di desa ini sudah sepuh semua sudah

seharusnya di gantikan oleh yang lebih muda, harus di adakan regenerasi. Begitupun

dengan para pemuda di desa ini kebanyakan alih profesi. Banyak yang lebih memilih

berpindah ke kota untuk menjadi tenaga batu bagi yang berpendidikan kurang, bagi

yang berpendidikan tinggi mereka para pemuda lebih memilih bekerja di satu

perusahaan atau perkantoran. Memang sebagian besar masyarakat di desa ini bekerja

sebagai petani, namun anak mereka tidak semuanya meneruskan pekerjaan orang tua

mereka.

Berkaitan dengan pendidikan masyarakat desa di Patikraja kebanyakan

menyekolahkan anak – anaknya di desa ini. Karena pendidikan di desa ini sudah

banyak di bantu oleh pemerintahan sehingga pendidikannya sudah bagus. Jadi tidak

harus jauh menyekolahkan anaknya ke kota. Di sini fasilitas pendidikan sudah

mencukupi dan sudah bagus sekali. Menyekolahkan di desa ini juga untuk efisiensi

anggaran, biaya sekolahnya lebih murah. Tetapi, buat dampak pendidikannya yang

negatif pengaruhnya lebih besar di desa ketimbang di kota. Faktornya antara lain adalah

lingkungan, teman pergaulannya misalnya.

Di desa Patikraja sendiri juga memiliki organisasi modern seperti contohnya

adalah Kelompok Tani yang prosedur kerjanya cukup bagus. Selain itu karang taruna di

desa ini juga masih dilaksanakan. Ada juga organisasi yang merupakan bagian dari

karang taruna yang bergerak di bidang Olah raga. Hanya saja organisasi ini berjalan

(13)

berjalan sendiri – sendiri. Seakan – akan tidak ada koordinasi antara pengurus karang

taruna dengan cabangnya tersebut.

Kembali lagi kepada teknologi modern yang masuk ke desa ini, tetapi teknologi

modern yang masuk yaitu berapa alat yang berhubungan dengan pertanian yaitu Traktor

dan Traser yang sudah ada di desa ini. Dan alat teknologi tersebut tentunya sangat

mendapatkan perawatan yang baik dari masing – masing kelompok tani. Respon dari

petani sendiri dengan masuknya teknologi modern ini tentunya sangat senang sekali

dan mendapatkan respons positif, karena dengan masuknya teknologi modern ke desa

ini dapat meningkatkan tingkat produksi pertanian. Dan pastinya akan memberikan

keuntungan yang lebih besar bagi petani. Pentingnya lagi di desa Patikraja ini juga

sering di adakan pertemuan rutin setiap tanggal 6.

2. Acara 2 : Bentuk-bentuk Kerjasama

3. Acara 3 : Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial atau gerak sosial yang terjadi dalam masyarakat memiliki

dimensi yang luas. Menurut Soekanto (1990) Gerak sosial atau social mobility adalah

suatu gerak dalam struktur sosial (social structure) yaitu pola-pola tertentu yang

mengatur organisai suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat

hubungan antara individu dengan kelompoknya. Menurut Coulhoun (1978) mengatakan

bahwa gerak sosial masyarakat memiliki kecenderungan yang ke atas dan ke bawah

yang disebut mobilitas vertikal dan juga dapat memiliki mobilitas horizontal dan antar

generasi. Seseorang dapat naik dan turun kelas sosialnya berdasarkan berbagi alasan.

(14)

ditimbang di kota. Mobilitas horizontal adalah pergeseran status sosial pada tingkat

yang sama tidak menunjukan adanya gerakan yang menanjak dan menurun. Manusia

baik sebagai Mahkluk Individu maupun makhluk sosial senantiasa berada dalam suatu

proses gerak sosial (social Mobility). Gerak pencapaian suatu status merupakan

kegiatan yang berorentiasi utuk memenuhi kebutuhan sosial.

Menurut Nasution, ada beberapa faktor yang mendasari gerak sosial dari suatu

kelompok. Gerak sosial suatu masyrakat tergantung dari sifat sistem yang mendasari.

Bagi masyarakat yang memiliki sistem terbuka (open class society) gerakan sosial yang

terjadi akan lebih dinamis dan fleksibel. Sedangkan pada sistem tertutup (close class

society) maka gerakan sosial yang terjadi relatif lambat dan kurang fleksibel atau

kurang memilki kelenturan. Di desa biasanya seseorang bapak mewariskan keahlianya

kepada anaknya, seperti seorang petani mewariskan kepada anak-anaknya sehingga

kelak anaknya menjadi seorang petani, karena hal seperti ini mobilitas sosial di desa

lebih teratas dibandingkan di kota.

Di Desa Patikraja, lebih bersifat terbuka (open class society), dikarenakan letak

desa yang dekat dengan kota dan akses informasi sangat mudah didapatkan. Di lihat

dari tingkat urbanisasi, banyak para pemuda yang lebih memilih untuk bekerja di kota

diluar sektor pertanian dari pada bekerja sebagai petani. Sehingga petani yang ada di

desa Patikraja hanya tersisa petani yang sudah tua dan berumur lanjut. Hal ini tentu

sangat merugikan karena mengingat jumlah petani yang berkurang dan tidak adanya

petani-petani lainnya sebagai penerus. Mengingat bahwa patikraja juga adalah sebuah

desa, tentu ada yang namanya diskriminasi antar golongan.

Menurut UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab 1 pasal1

(15)

ataupengucilan yang langsung atau tidak langsung didasarkan pada

perbedaanmanusia atas alasan agama, suku, ras, etnik, kelompok, jenis kelamin,

bahasa,keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau

penghapusanpengakuan, pelaksanaan, penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan

dalamkehidupan, baik individu atau kolektif dalam bidang politik ekonomi,

hukum,sosial, budaya, dan aspek kehidupan lain. Menurut Theodorson & Theodorson,

diskriminasi adalah perlakuan yangtidak seimbang terhadap perorangan, atau

kelompok, berdasarkan sesuatu,biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut

khas, seperti berdasarkan ras,kesuku-bangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas

sosial. Istilah tersebutbiasanya untuk melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas

yang dominandalam hubungannya dengan minoritas yang lemah sehingga

dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak

demokrasi. Dalamarti tersebut, diskriminasi adalah bersifat aktif atau aspek yang dapat

terlihat(overt) dari prasangka yang bersifat negatif (negative prejudice) terhadap

seorangindividu atau suatu kelompok.Diskriminasi juga diartikan sebagai tindakan

yang melakukan pembedaanterhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan

ras, agama, suku, etnis,kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin,

kondisi fisik,usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik serta batas negara

dankebangsaan seseorang .

Di desa Patikraja ini sudah tidak ada yang namanya diskriminasi. Semua

golongan missal dalam segi materi menengah kebawah dan menengah keatas saling

berbaur menjadi satu. Tidak ada lagi penggolongan yang ada di desa tersebut. Mereka

saling merangkul sebagai satu keluarga di desa Patikraja tersebut.

(16)

Kehidupan masyarakat Desa Patikraja yang mayoritas penduduknya berprofesi

sebagai petani tidak luput dari pengaruh teknologi. Teknologi yang masuk ke desa,

sama seperti yang terjadi di kota pada umunya. Namun, teknologi yang akan dibahas

lebih dalam bidang pertanian. Contohnya adalah penggunaan mesin – mesin pertanian

yang berbasis teknologi modern. Teknologi ini muncul pertama kali sebagai gagasan

yang muncul dari masyarakat sendiri khususnya dari anggota kelompok tani.

Diterimanya teknologi baru juga dengan melalui pertimbangan antara lain :

 Kesadaran masyarakat bahwa teknologi akan memudahkan pekerjaan mereka

 Pemahaman jika teknologi baru mampu meningkatkan produktifitas hasil

pertanian

 Kesadaran bahwa masyarakat desa harus memiliki pemikirian yang berkembang sesuai dengan arus teknologi dan pengetahuan yang berkembang saat ini

Atas dasar pertimbangan di atas, maka teknologi baru mulai mendapatkan ruang

perhatian lebih dari masyarakat Desa Patikraja.

Mayarakat sangat menyambut positif dengan masuknya teknologi baru ke desa.

Umumnya, mereka menganggap hal ini sebagai perubahan baru yang akan semakin

memudahkan pekerjaan mereka dan memebawa kemajuan bagi perkembangan desa.

Traktor dan Treaser salah satu alat yang modern yang sudah mulai menggantikan

pekerjaan di sawah yang umumnya dilakukan manual. Bagi masyarakat, munculnya

teknologi baru ke desa bukan justru menjadi sesuatu yang harus ditolak dengan alasan

tradisi turun temurun dll. Namun, teknologi ini dianggap sangat membantu kerja

masyarakat khususnya petani. Masyarakat desa pun sangat mudah memahami

(17)

sekali pikiran mereka tidak tertutup meskipun mereka tinggal di desa. Hal yang patut

diacungi jempol, karena pada umumnya masyrakat desa yang biasa hidup jauh dari

teknologi dan menutup pikiran mereka akan nilai positif teknologi. Justru menjadikan

jalan pikiran mereka terbuka dengan mudahnya menerima masuknya teknologi baru.

Pada awlnya, mereka harus bersusah payah membajak sawah dengan cangkul, kerbau

dan metode – metode konvensional. Kini, hampir semua petani di desa patikraja

khususnya kelompok tani sri rejeki telah menggunakan traktor untuk membajak sawah.

Hanya satu atau dua petani saja yang masih menafaatkan kerbau untuk membantu

(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Keadaan umum Desa Patikraja sudah lebih baik dari tahun ke tahun dan sudah

menjadi maju. Jika ditinjau dari sejarah terbentuknya desa ini, dari tahun ke tahun

dengan terus bergantinya kepala desa semakin membawa perubahan. Dari kepala

desa yang satu ke kepala desa yang lain selalu memberi dampak yang baik bagi

Desa Patikraja. Letak desa tersebut cukup strategis, penduduknya tidak terlalu

padat, pendidikanya sudah maju, struktur pemerintahanya bagus, struktur

ekonomi menunjang, dan struktur sosialnya pun sudah bagus.

2. Hubungan antara desa-kota di Patikraja masih berhubungan erat dengan KUD.

Semua proses pemasaran juga melalui KUD. B. Saran

Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan koordinasi antara Assisten dengan

mahasiswa terjalin dengan baik. Komunikasi tidak terputus, dan assisten lebih memberi

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Dumairy.1997. Perekonomian Indonesia Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Hagul, Peter. 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat .Rajawali Pers :

Jakarta

Nasution, Adham.1983.Sosiologi.Penerbit Alumni : Bandung.

Saidiharjo, P. 1974.Pengantar Ilmu Sosiologi. Bina Ilmu.: Surabaya.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Pada diagnose hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskular tindakan yang tidak dapat dilakukan adalah konsultasi dengan ahli fisioterapi hal ini

Dengan mengamati perilaku petani pada tiga strata yaitu strata I kelompok petani yang sedang menggunakan pupuk organik kemasan, strata II yaitu petani yang

Posisi Teoritik Feminisme dalam Studi Developmentalisme Teori modernisasi sesungguhnya beragam, namun pada umumnya mereka meyakini satu hal bahwa faktor manusia dan

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk

Berdasarkan data-data tersebut di atas, mekanisme pembentukan lipatan en-echelon di daerah penelitian kemungkinan besar diinisiasi oleh reaktifasi sesar geser sinistral

Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa tahanan kapal model dalam kondisi datar juga memiliki tren naik ketika dihubungkan dengan kecepatan kapal.Pada kondisi datar, nilai tahanan

Dari beberapa gaya bertutur dalam film dokumenter tadi, dalam tugas akhir ini penulis mencoba mengangkat tema dokumenter Legiun Mangkunegaran ini dengan cara bertutur

plastik dan sampah kertas dikirim ke industri pengolah kertas sedangkan sampah organik diproses menjadi kompos. Di Kabupaten Bantul, sarana dan prasarana pengelolaan sampah