EDISI XIV - OKT
Departemen Kesehatan RI
Info sehat
Untuk Semua
Bahaya Susu
Bermelamin
RSCM BANGUN WING
INTERNASIONAL
Gunakan Hati Nurani
untuk Menolong Papua
RSUP SANGLAH
PENANGGUNG JAWAB
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
PIMPINAN UMUM
Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
PIMPINAN REDAKSI
drs. Sumardi
SEKRETARIS REDAKSI
Prawito, SKM, MM
ANGGOTA REDAKSI
Dra. Hikmandari A., M.Ed Drg. Anitasari S.M. Drg. Ria Purwanti, M.Kes
Busroni, S.IP Nursila Dewi, Psi, M,Sc
Mety Setiowati, SKM
REPORTER
Dra. Isti Ratnaningsih, MARS Resty Kiantini, SKM, M.Kes.
Sri Wahyuni, S.Sos Giri Inayah, S.Sos
FOTOGRAFER
Aji Muhawarman, ST Wayang Mas Jendra, S.Sn
SEKRETARIAT
Agus Tarsono Waspodo Purwanto
Sudirman Hambali Yan Zefrial
ALAMAT REDAKSI : Pusat Komunikasi Publik
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan Telp./Fax : 021-522 3002, 52960661 Email : puskom.depkes@gmail.com
D a r i R e d a k s i
ETALASED a r i R e d a k s i
Redaksi MEDIAKOM menerima naskah dari pembaca dan berhak mengedit sesuai kaidah bahasa jurnalistik. Naskah yang tidak dimuat menjadi dokumen redaksi. Naskah dapat dikirimkan melalui email Pusat Komunikasi Publik di :
puskom.publik@yahoo.co.id atau puskom.depkes@gmail.com
Haji dan akhir tahun
Haji, ibadah yang rutin setiap tahun ini selalu mendapat sambutan yang luar biasa dari umat islam, khususnya Indonesia. Sehingga kuota 2 juta jamaah tahun 2008 masih terasa kurang. Banyak jamaah haji yang mengisi daftar tunggu untuk setahun atau dua tahun ke depan. Oleh sebab itu, pengelolaanya harus melalui mekanisme yang jelas dan terkendali. Dengan demikian, pedoman peneyelenggaraan haji menjadi penting keberadaannya. Tahun 2002 Departemen Kesehatan telah mengeluarkan panduan tersebut. Depkes, melalui unit terkait telah menyempurnakan panduan tersebut sesuai perkembangan zaman. Sehingga pelayanan kesehatan jemaah haji semakin baik pada masa mendatang.
Perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pembinaan kesehatan ibadah haji menjadi tanggung jawab Menteri Kesehatan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI No 13 tahun 2008 pasal 31. Oleh sebab itu penyelenggaraan kesehatan haji harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh. Mulai dari aspek administrasi, teknis dan pentahapannya. Begitu juga hal yang terkait perencanaan, palakasanaan dan evaluasinya.
Menjelang akhir tahun 2008, seluruh Kementerian dan Lembaga Pemerintah sibuk dengan realisasi pelaksanaan anggaran. Kondisi ini sebenarnya bukan hal yang baru, bahkan sudah menjadi tradisi akhir tahun. Entah sampai kapan kebiasaan kurang baik ini dapat diakhiri. Yang jelas kondisi akhir tahun tak dikehendaki oleh sebagian besar pelaksana. Sebab, selain harus kerja porsir, kejar tayang mengejar deadline, juga rawan kesalahan dalam pelaksanaanya.
PENGANTAR REDAKSI
Dari Redaksi dan Daftar Isi ...
2 - 3
LAPORAN UTAMA
1. Bahaya Susu Bermelamin ...
4 - 7
2. RSCM Bangun Wings Internasional ...
8 - 9
3. Sosialisasi Flu Burung Sebagai Tanggung Jawab ...
10 - 11
4. Menkes Tinjau Posko Penanggulangan Gizi Masyrakat Miskin
Jakarta ...
12
5. Gangguan Jiwa Beban Berat Bagi Keluarga ...
13 - 14
6. Sehatkah Jiwa Kita ...
15
7. RSUP Sanglah : Kembang Kan Layanan Jantung Terpadu ....
16 - 17
8. Menkes Resmikan Rs Bergerak Di Boven Digul ...
18 - 19
BERITA :
1. Menkes : Gunakan Hati Nurani Untuk Menolong Papua ...
20 - 22
2. Lebih Jauh Tentang Itd Universitas Airlangga ...
23 - 27
3. Menkes Kukuhkan Dasipena Regional Bali ...
28 - 29
4. Air Layak Minum Masih Sulit ...
30 - 31
5. Pertemuan Nasional Humas Kesehatan Tahun 2008 ...
32 - 33
6. Rekomendasi Pertemuan Nasional Humas ...
34
7. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia ...
35 - 36
8. Netralitas Humas Pemerintah ...
37 - 39
RAGAM
Pengabdian Bidang Kesehatan PPIH Embarkasi Bekasi ...
40 - 42
KOLOM
Sehat Itu Pilihan ...
43
RISET
Antioksidan ...
44 - 46
Patent Ductus Arteriosus Plus ...
47 - 48
WACANA
Mengubah Wajah Pelayanan Kesehatan Jadi Sensitive Gender
49 - 54
PROFIL
Bincang-Bincang Bareng : Sihngideni Jumantik Dari Mojokerto
55 - 56
PELITA HATI
P
ada edisi 20 September 2 0 0 8 , K o r a n T e m p o m e l a p o r k a n , B a d a n Administrasi Supervisi Kualitas, Inspeksi dan Karantina (AQSIQ otoritas pengawas makanan China, menemukan 10% susu produksi Mengniu Dairy Group dan Yili Industrial Group, dua perusahaan susu terbesar di sana, mengandung 8,4 mg melamin per kg susu. Mereka juga menyatakan susu dari Bright Dairy di Sanghai tercemar.Perkembangan itu merupakan
BAHAYA SUSU
BERMELAMIN
Pemerintah memusnahkan produk susu asal China
yang terbukti mengandung melamin. Apa bahaya
melamin bagi kesehatan, dan apa upaya yang
dilakukan pemerintah? Tulisan berikut mencoba
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
LAPORAN UTAMA
lanjutan dari kasus merebaknya susu formula tercemar melamin, yang menyebabkan 3 bayi meninggal dan lebih dari 6.000 menderita penyakit ginjal. Korban sudah berjatuhan, dan yang mengkawatirkan susu dan produk makanan berbasis susu buatan China masih juga beredar luas di Indonesia.
Bagaimana Melamin Dicampur Susu?
Melamin yang menggemparkan dunia itu adalah zat kimia dengan
rumus C3H6N6. Menurut Prof. Ismunandar, Guru Besar Kimia di FMIPA ITB, kandungan nitrogen dalam melamin bisa mencapai 66 %. Karena kandungan proteinnya yang tinggi itulah, para pemasok mencampurkan zat kimia itu ke dalam susu cair sebelum menjualnya ke perusahaan susu.
Melamin juga bahan yang dikenal tahan panas. Campuran antara melamin dan formaldehid atau formalin dapat digunakan untuk pembuatan perkakas rumah tangga seperti piring, cangkir, mangkok, sendok, dan lain-lain. Selain itu juga digunakan untuk membuat lem dan pupuk.
Jadi melamin yang diributkan saat ini berbeda dengan melamin plastik perkakas rumah tangga. Melamin yang diributkan adalah bahan dasar plastik melamin. Menurut Ismunandar, dengan mengutip situs WHO, pencampuran melamin pada susu berawal Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari di dampingi Kepala Badan POM dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib (kanan) dan Dirjen Bina
dari tindakan pengoplosan susu dengan air. Akibat pengenceran ini, kandungan susu turun. Karena pabrikan (perusahaan susu) melakukan pengecekan kandungan protein melalui penentuan nitrogen, penambahan melamin dimaksudkan untuk mengelabuhi agar seolah-olah pada susu encer tadi kandungan proteinnya tetap tinggi.
Bahaya Melamin
Ismunandar menambahkan, bila melamin bercampur dengan asam sianurat (yang biasa juga terdapat sebagai pengotor melamin) akan berbentuk kristal yang dapat menjadi batu ginjal. Batu ginjal tampak pada hewan-hewan korban kasus pengoplosan melamin tahun lalu. Batu ginjal inilah yang dapat menyumbat saluran kecil di ginjal yang kemudian dapat menghentikan produksi urine, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.
Melamin bersifat karsinogen pada hewan. Gejala yang diamati akibat kontaminasi melamin terdapat pada darah di urine, produksi urine yang sedikit atau sama sekali tidak dihasilkan, tanda-tanda infeksi
ginjal dan tekanan darah tinggi. Melamin tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh. Data keselamatan menyatakan, senyawa ini memiliki toksisitas akut rendah LD50 di tikus, yaitu 3.161 mg per kg berat badan. Pada studi dengan menggunakan
PRODUK CHINA MENGANDUNG SUSU YANG TERDAFTAR DI BADAN POM
No. Merk Dagang Jenis Pangan No. Registrasi Keterangan
1. Jinwei Yougoo Susu Fermentasi ML 206509001378 Produk asal Cina 2. Jinwei Yougoo Susu Fermentasi ML 206509002378 Produk asal Cina 3. Jinwei Yougoo Susu Fermentasi ML 206509003378 Produk asal Cina 4. Guozhen Susu Bubuk Full Cream ML 805309001478 Produk asal Cina 5. Meiji indoeskrim Gold Monas Es Krim ML 305509001116 Produk asal Cina 6. Meiji Indoeskrim Gold Monas Es Krim ML 305509002116 Produk asal Cina
7. Oreo Stick wafer ML 227109001450 Produk asal Cina
8. Oreo Stick wafer ML 827109002450 Produk asal Cina
9. Oreo Chocolate Sandwich Cookie ML 227109001552 Produk asal Cina 10. M&M’S Kembang Gula ML 237409005385 Produk asal Cina 11. M&M’S Kembang Gula ML 237409002385 Produk asal Cina
12. Snickers Biskuit ML 227109009385 Produk asal Cina
13. Dove Choc Kembang Gula ML 237409001385 Produk asal Cina
14. Dove Choc Kembang Gula ML 237409003385 Produk asal Cina
15. Dove Choc Kembang Gula ML 237409004385 Produk asal Cina
16. Merry X-Mas Kembang Gula ML 238409003311 Produk asal Cina
17. Penguin Kembang Gula ML 238409005311 Produk asal Cina
18. Nestle Nesvita Materna Makanan Ibu Hamil dan Menyusui
ML 862109001322 Produk asal Cina
19 Nestle Milkmaid Selai Susu ML 234709002206 Produk asal Cina
LAPORAN UTAMA
hewan, terbukti asupan melamin murni yang tinggi mengakibatkan inlamasi kandung kemih dan pembentukan batu kandung kemih.
Menurut Ismunandar, Food and Drugs Administration (Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat) menyatakan asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan. Pada masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mematok standar yang lebih rendah yaitu 0,5 mg
per kg berat badan.
Dari inspeksi yang dilakukan di China, dari 491 bateh (kelompok) yang dites, 69 di antaranya positif mengandung melamin berkisar dari 0,09 mg per kg susu sampai 619 mg per kg susu. Bahkan ada yang mencapai 2.563 mg per kg.
Dengan konsumsi susu formula per kg berat badan bayi sekitar 140 gr per hari, ketika bayi mengkomsumsi susu yang terkontaminasi akan menerima asupan melamin 0,013-86,7 mg
per kg berat badannya. Bahkan kalau mengkonsumsi susu yang terkontaminasi 2.563 mg melamin per kg susu, dapat mencapai asupan 358,8 mg per kg berat badannya. Jauh melampaui batas toleransinya.
Ditarik dari Peredaran
Untuk melindungi masyarakat dari bahaya melamin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Departemen Kesehatan mengambil langkah tegas. Pada 18 September 2008, Depkes telah menginstruksikan Balai POM di seluruh Indonesia untuk melakukan pengamanan produk susu dan produk lain yang mengandung susu asal China, dengan cara menarik dari peredaran, menyegel, sampai ada penjelasan lebih lanjut dari Kepala Badan POM.
Pada 24 September 2008, Depkominfo menggelar jumpa pers. Pada kesempatan itu, Menkes Siti Fadilah Supari menegaskan kembali bahwa tidak ada produk susu formula (susu untuk bayi) dari China yang beredar di Indonesia. Produk susu formula dan susu olahan yang diproduksi di Indonesia, menurut Siti Fadilah, telah memperoleh izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dengan kode registrasi MD aman dikonsumsi.
Sejauh ini pemerintah China telah mengumumkan 22 perusahaan susu yang mengandung melamin dan seluruh perusahaan tersebut tidak mendaftarkan produknya di Indonesia. ”Tidak ada produk susu formula bayi dari China yang didaftarkan di BPOM dan diedarkan
No. Merk Dagang Jenis Pangan Keterangan
1. Natural Choice Yogurt Flavoured Ice Bar with Real
Fruit Produk asal Cina 2. Yili Bean Club Matcha Red Bean Ice Bar Produk asal Cina 3. Yili Bean Club Red Bean Ice Bar Produk asal Cina 4. Yili Prestiqe Chocliz Dark Chocolate Bar Produk asal Cina 5. Yili Super Bean Red Bean Chestnut Ice Bar Produk asal Cina
6. Nestle Dairy Farm Susu UHT (UHT Pure Milk 1 L
(Catering)) Produk asal Cina 7. Yili High Calcium Susu (Low Fat Milk Beveraqe) Produk asal Cina 8. Yili High Calcium Minuman susu (Milk Beverage) Produk asal Cina 9. Yili (250 ml) Susu (Pure Milk) Produk asal Cina 10. Yili (1L) Susu (Pure Milk) Produk asal Cina
11. Dutch Lady Susu (Strawberry Flavoured Milk) (Ex.
Cina, Hongkong, Sinqapura) Produk asal Cina
12. White Rabbit Kembang Gula berbasis Susu
(Creamy candy) - Berbagai Rasa Produk asal Cina
13. Yili Choice Dairy Frozen Yoghurt Bar with real
peach and pineapple fruit pieces Produk asal Cina
PRODUK CINA MENGANDUNG MELAMIN
(Diumumkan oleh Agri-Food and Veterinary Authority/AVA Singapura)
di Indonesia,” ujar Menkes.
Tiga hari setelah itu, didampingi Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib, Menkes kembali menggelar konferensi pers. Dalam pernyatananya, Menkes menyatakan, berdasarkan pemeriksaan laboratorium BPOM, semua sampel produk susu asal Cina positif mengandung melamin antara 8.51 mg/kg (ppm) sampai 945.86 mg/kg. Selanjutnya produk yang mengandung melamin tersebut akan segera dimusnahkan.
Menkes menambahkan, importir, distributor, dan pengecer yang masih membandel menjual produk tersebut dapat dikenakan sanksi sesuai UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Bentuk sanksi berupa pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah).
Menkes meminta agar masyarakat tetap tenang dan tidak terhasut atau terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana. “Susu formula yang diproduksi
di Indonesia dan telah terdaftar di BPOM bahan bakunya bukan berasal dari Cina, karena itu aman dikonsumsi,” ujar Siti Fadilah.
Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib menambahkan, dari 19 produk impor asal China yang terdaftar dengan kode registrasi ML, setelah diperiksa BPOM, baru ditemukan 6 (enam) jenis produk. Selain itu juga ditemukan 6 jenis produk tidak terdaftar (ilegal), serta 13 produk susu yang mengandung melamin temuan Agri-Food & Veterinary Authority (AVA) Singapura.
Masyarakat diimbau untuk membantu memberikan informasi bila menemukan produk susu impor asal China ke Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM, telp. 021 – 4263333, 32199000, sms ke: 081511997772 atau email ulpk@ pom.go.id dan ulpkbadanpom@ yahoo.com.
Dimusnahkan
Pada 27 Oktober 2008, pemerintah memutuskan untuk memusnahkan susu asal China yang berhasil diamankan BPOM. Sebanyak 12 truk siap dimusnahkan. Tapi, Menkes Siti Fadilah Supari membatalkan
rencana pemusnahan itu. Dalam keterangan pers, Menkes menyatakan, susu asal China itu bukannya tidak jadi dimusnahkan, tapi dimusnahkan namun tidak untuk dipublikasikan.
Menurut Menkes dari hasil pengamatan ditemukan 15 jenis produk impor asal China yang mengandung melamin. Keseluruhan produk yang diamankan berjumlah 476.256 bungkus.
Kepala Badan POM Husniah Thamrin Akib menambahkan, produk pangan dengan nama dagang (merek) yang sama hasil produksi dalam negeri dengan nomor registrasi MD, tetap aman untuk dikonsumsi.
Pemusnahan akhirnya
dilaksanakan hari itu juga di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di daerah Bekasi, tanpa kehadiran Menkes. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, disaksikan Kepala Badan POM dan salah satu wakil LSM. (smd)
Jakarta, 23 September 2008
M
emasuki era globalisasi, p e n y e l e n g g a r a a n pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia menghadapi tantangan yang sangat berat. Pihak pengelola rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan medik secara maksimal sehingga memberikan kepuasan serta harapan kesembuhan terhadap seluruh pasien disertai peningkatan eisiensi dan produktiitas di bidang manajemen.Seiring dengan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta Departemen Kesehatan untuk mengembangkan layanan kesehatan yang berkualitas setara dengan pelayanan rumah sakit lainnya di manca negara (World Class Hospital), khususnya pada rumah sakit pemerintah.
Demikian Menkes Dr. dr. Siti Fadilah
Supari, Sp.JP(K) ketika melakukan pemancangan pondasi pertama pembangunan Wing Internasional RSUPN Cipto Mangunkusumo, di Jakarta (22/9).
Menurut Menkes, selain RSUPN Cipto
Mangunkusumo, saat ini Depkes sedang mengembangkan rumah sakit bertaraf internasional lainnya yaitu RSUP Sanglah Denpasar, dan RS Kariadi Semarang.
Untuk mengembangkan RSUPN Cipto Mangunkusumo bertaraf
1.
Gedung Poliklinik
* Poliklinik Sistem Cluster
* Klinik 24 Jam
* Radiology digital
* Laboratorium terpadu
14 unit
1 unit
1 unit
1 unit
2.
Perawatan VVIP/VIP
76 unit
3.
Kamar operasi efektif
4 unit
4.
ICU/ICCU
6 unit
5.
Parkir Lift
96 mobil
6.
CMU2 : CSSD, aseptic dispensing dan stem cell centre
7.
Utilitas : genset, boiler
RSCM BANGUN WING INTERNASIONAL
Fasilitas RSCM yang telah ada saat ini :
LAPORAN UTAMA
1.
Penambahan perawatan VIP/kls. I
225 Unit
2.
OK terpadu
30 unit
3.
ICU/ICCU
40 unit
4.
Burn Centre
15 unit
5.
Stroke Centre
20 unit
6.
Laundry/dapur terpadu
1 unit
dengan Gedung Irna A (InstalasiRawat Inap A) yang telah beroperasi sejak 4 bulan lalu.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat rujukan nasional, RSCM dituntut untuk melayani berbagai kasus yang sulit dan kompleks. Inilah salah satu pengertian yang mendasar dari rumah sakit kelas dunia, yaitu kemampuan menanggulangi kasus-kasus yang sulit dengan
tingkat keberhasilan yang tinggi, ujar Prof. Akmal Taher.
Ditambahkan, untuk memenuhi tuntutan masyarakat, RSCM saat ini sedang mengembangkan budaya pelayanan yang aman, nyaman dan ramah. Hal ini merupakan tantangan bagi RSCM sebagai rumah sakit kelas dunia sehingga dapat mengurangi orang Indonesia berobat keluar negeri, kata dr. Akmal Taher.
internasional dibutuhkan biaya sebesar 430 miliar rupiah.
Pembangunannya akan
dilaksanakan dalam tiga tahap dari tahun 2008 – 2010, ujar Dr. Siti Fadilah.
Untuk tahap pertama, tahun 2008 ini Depkes mengalokasikan dana sebesar 141 miliar rupiah untuk pembangunan gedung dan 25 miliar rupiah untuk alat kesehatan. Pembangunan gedung tahap pertama antara lain berupa Poliklinik terpadu untuk 14 klaster, kamar operasi, ICCU, ICU, Ruang Rawat Inap VIP/VVIP dan Sterilisasi Sentral serta Tower Parking.
Prof. Dr. Akmal Taher, Dirut RSCM, dalam laporannya mengatakan, World Class Hospital (RS bertaraf internasional) merupakan bagian dari rencana induk RSUPN Cipto Mangunkusumo yang didahului dengan pembangunan Public Wings untuk kelas III yang disebut
Lokasi Pembangunan Wings International RSCM
| |Edisi |
SOSIALISASI FLU BURUNG
SEBAGAI TANGGUNG JAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN
LAPORAN UTAMA
O
leh karena itu, semua pihak termasuk perusahaan multi nasional diminta memiliki strategi penanggulangan FB dan Pandemi Inluenza. Selain itu sosialisasi pengendalian FB kepada karyawan dan lingkungannya menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau Corparate Social Responsibility (CSR).Demikian sambutan Menkes yang dibacakan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes Dra. Kustantinah dihadapan 100 pemilik perusahaan (CEO) dari berbagai jenis bidang
usaha, ketika membuka “Sosialisasi Pengendalian FB dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Inluenza di lingkungan perusahaan/industri“ di Jakarta (23/9).
Kekhawatiran Menkes itu dilandasi pengalaman masa lalu ketika terjadi pandemi lu Spanyol tahun 1918 yang menimbulkan kematian 40-50 juta orang di seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat.
Menurut Menkes Siti Fadilah Supari, pemerintah sangat serius dalam
pengendalian FB di Indonesia. Melalui Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2006 telah membentuk Komisi Nasional Pengendalian FB dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Inluenza (Komnas FBPI) guna mengkoordinasikan upaya pengendalian FB secara nasional. Presiden juga telah mengeluarkan Inpres No. 1 Tahun 2007 tentang Penanganan dan Pengendalian virus FB, untuk menekan jumlah penderita FB pada manusia.
Menkes menegaskan, tidak bijaksana bila kita tidak bersiapsiaga mengantisipasi ancaman pandemi inluenza yang akan datang. Pencegahan timbulnya pandemi inluenza di masa yang akan datang secara global sedang diupayakan. Jika upaya ini nanti ternyata tidak berhasil, maka dampak pandemi itu harus dapat ditekan sekecil mungkin dengan kesiapsiagaan yang terencana dan teruji rapi.
Pengendalian F B d a n Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Inluenza di lingkungan perusahaan/industri merupakan bagian integral dari kesiapsiagaan nasional maupun global, harus direncanakan dan diujicoba secara rapi dan teliti. Kalau hal ini tidak dilakukan, sulit dampak pandemi itu dibuat sekecil mungkin di lingkungan perusahaan/industri. Hal ini berarti dampaknya terhadap masyarakat luas akan tetap besar sekali dan tidak terkendali. Padahal, episenter pandemi ini mungkin saja mulai terjadi di bagian tertentu di dunia, kata Menkes.
Virus H5N1 pertama kali dideteksi pada ternak unggas pada bulan Agustus 2003 dan infeksi subtipe H5N1 pada manusia pertama kali dikonirmasi di Indonesia Juli 2005.
Penyakit lu burung (FB), masih menular dari unggas ke manusia. Padahal di banyak negara Asia, Eropa dan Afrika, sudah terjadi pandemi FB pada unggas. Dengan semakin seringnya menginfeksi manusia, dikhawatirkan virus FB yang Highly Pathogenic Avian Inluenza (HPAI-H5N1) bermutasi menjadi virus yang menular antar manusia. Bila ini terjadi, maka bencana besar tidak bisa dielakkan. Jumlah kematian dan kesakitan akan banyak, selain itu juga akan terjadi kekacauan sosial ekonomi, kesedihan serta kesengsaraan umat manusia.
secara teliti serta rapi. Seperti dalam pepatah “seperti menarik rambut dari tepung; tepung jangan terserak dan rambut jangan sampai putus”, ujar Menkes.
Menkes menyatakan, Indonesia sudah mempunyai Rencana Stratejik Nasional untuk pengendalian FB dan Kesiapsiagaan Pandemi Inluenza (National Strategic Plan for Avian Inluenza Control and Pandemic Inluenza Preparedness) 2006-2008. Beberapa kegiatan yang sedang ditingkatkan, antara lain:
• Mengembangkan 8 laboratorium diagnostik regional dan laboratorium Badan Litbangkes menjadi BSL-3 (Bio Safety Level 3), untuk memeriksa virus hidup. • Meneruskan sosialisasi kebijakan
dan intensiikasi penatalaksanaan kasus serta kecepatan rujukan kasus.
• Memperkuat Early Warning System (deteksi dini) dan Surveilans.
• Melengkapi alat-alat perawatan intensif di 100 rumah sakit rujukan.
• Mengintensifkan komunikasi risiko dalam membangun kesadaran lapisan masyarakat. • M e n g e m b a n g k a n d e s a
siaga di bidang kesehatan
termasuk pencegahan dan penanggulangan FB.
• Mengembangkan “Pilot Project” pencegahan dan penanggulangan FB di Tangerang sebagai model, bekerja sama dengan pemerintah Singapura. • Memperkuat koordinasi lintas
sektor terutama dengan Departemen Pertanian yang kompeten dalam penanganan sumber infeksi pada unggas. • Penelitian epidemiologi, klinis,
lingkungan dan virologis.
• Memproduksi Oseltamivir d a l a m n e g e r i d a n m e n g e m b a n g k a n v a k s i n b e r b a s i s s t r a i n H 5 N 1 Indonesia dan rapid test untuk mendeteksi virus FB pada manusia, bekerjasama dengan luar negeri.
Selain itu, juga telah memiliki Rencana Kontijensi Pa n d e m i I n f l u e n z a . K a r e n a Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.000 pulau, maka perlu sesegera mungkin mensosialisasikan ke daerah-daerah pedoman tentang penanggulangan FB termasuk pedoman tentang penatalaksanaannya sehingga kesiapsiagaan seluruh tanah air dapat ditingkatkan. (smd-gi)
Tantangan FB semakin meningkat baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat regional dan global. Kasus lu burung pada manusia sudah dideteksi di banyak negara yaitu Azerbaijan, Bangladesh, Cambodia, China, Djibouti, Mesir, Indonesia, Iraq, Laos, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Thailand, Turkey dan Viet Nam. Pada tingkat nasional, jumlah provinsi endemik lu burung pada unggas sudah sangat meningkat sehingga hanya dua provinsi saja yang masih bebas FB yaitu Gorontalo dan Maluku Utara. Kejadian Luar Biasa (KLB) FB pada unggas masih terjadi secara sporadik di berbagai daerah, tambah Menkes.
Menkes menyatakan, FB merupakan penyakit yang relatif baru. Karena itu masih memerlukan kajian dan penelitian dari berbagai ahli seperti epidemiologi, klinis, diagnostik, imunologi dan virologi. Contohnya, deteksi dini dan pengobatan awal FB di Puskesmas diperlukan suatu kit diagnostik cepat (rapid test) dengan tingkat sensitivitas dan spesiisitas tinggi. Begitu pula dalam aspek pencegahan, vaksin FB untuk manusia masih dalam proses penelitian produsen vaksin dan para ahli. Oleh karena itu, Departemen Kesehatan sedang berupaya mengembangkan vaksin FB manusia dan kit diagnostik cepat.
Menkes mengakui, keberadaan unggas bagi masyarakat luas sangatlah penting dari segi ekonomi dan sosial. Investasi total dalam peternakan unggas mencapai 35 Milyar dollar Amerika dengan peredaran uang mencapai US$30 Milyar per tahun. Industri peternakan jugai menyerap 10 juta tenaga kerja. Sedangkan total ternak unggas mencapai 1,3 Milyar ekor, dimana 20% diantaranya merupakan peliharaan dibelakang rumah (backyard farm) oleh 30 juta rumah tangga di Indonesia.
Dengan demikian, penanggulangan masalah FB di Indonesia tidak boleh dilakukan secara sembarangan, tetapi harus terencana dan terlaksana
LAPORAN UTAMA
H
ari ini (21/11/08) Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) tinjau langsung pelaksanaan pemberian makanan bergizi bagi rakyat miskin ibukota ”Posko Perbaikan Gizi Masyarakat Miskin” di Kel. Kali Baru, Kec. Cilincing, Jakarta Utara. Kegiatan Posko Perbaikan Gizi Masyarakat Miskin merupakan kerja sama Departemen Kesehatan dengan Serikat Rakyat Miskin Ibukota (SRMI) dibawah pimpinan Marlo Sitompul. Tujuannya adalah pemberian makanan bergizi kepada masyarakat miskin, terselenggaranya kegiatan promosi makanan bergizi dan terwujudnya masyarakat peduli dan tanggap terhadap pangan dan gizi.Dalam kerja sama ini Departemen Kesehatan memberikan bantuan sebesar Rp 1.018.062.500,- untuk pemberian makanan bergizi bagi 16.289 jiwa rakyat miskin yang tersebar di 52 rukun tetangga (RT), meliputi 12 Kelurahan, 8 Kecamatan di 4 wilayah kota DKI Jakarta selama 2 bulan. Menkes dr. Siti Fadilah Supari dalam kesempatan tersebut menyatakan, program ini dilandasi keprihatinan terhadap masyarakat miskin ibukota akibat kenaikan harga BBM yang mendorong melambungnya harga pangan. ”Kalau masyarakat tidak mampu di desa, masih dapat menanam pohon singkong dan tanaman lainnya sebagai penambah gizi, tetapi hal ini tidak bisa dilakukan masyarakat miskin ibukota. Keprihatinan itulah yang mendorong saya untuk memperbaiki gizi anak-anak yang berada di ibukota ”, ujarnya.
Kegiatan ini merupakan proyek uji coba dengan memberikan makanan bergizi selama 5 kali dalam dua bulan. Ini adalah percobaan yang pertama di DKI Jakarta, kalau berhasil akan dilanjutkan di waktu mendatang, ujar Menkes.
Ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak warga miskin semuanya mendapatkan makanan
yang bergizi. Tujuannya, mendidik ibu-ibu mengenal makanan yang bergizi disamping sekali dalam seminggu m e n d a p a t k a n makanan yang bergizi. Selain itu bagi balita usia 6-2 tahun diberikan makanan pendamping ASI. Melalui kegiatan ini, ibu-ibu dengan t e t a n g g a n y a dapat makan bersama sekaligus menghidupkan warung nasi yang ada. Dengan cara itu, mudah-mudahan program kesehatan lainnya seperti program jumat bersih, desa siaga, penimbangan balita,
imunisasi dan sebagainya juga berjalan, ujar Dr. Siti Fadilah.
Sementara itu dr. Ina Hernawati, MPH, Direktur Bina Gizi Masyarakat Depkes menyatakan terima kasih kepada SRMI yang membantu Depkes dalam menjembatani perbaikan gizi rakyat miskin kota. Kegiatan ini untuk mendidik masyarakat bahwa makanan yang bergizi seimbang itu tidak perlu yang mahal. Makanan yang murah ada di sekitar kita. Makanan yang seimbang itu ada nasinya, ada proteinnya (telor, tahu tempe), sayuran dan buah. Itu yang diajarkan kepada ibu-ibu karena harganya relatif murah, ujar dr. Ina.
Ketua SRMI, Marlo Sitompul dalam laporannya menyatakan kegiatan Posko Perbaikan Gizi Masyarakat Miskin berupa pemberian makanan yang mengandung 700 kalori energi dan 23 gram protein. Dilaksanakan seminggu sekali selama 5 minggu kepada 16.289 jiwa yang tersebar di wilayah-wilayah kumuh di 4 Kota (Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat). Khusus di Kel. Kali Baru ini jumlah sasarannya meliputi 719 KK atau
2.598 jiwa. Selain makanan bergizi dalam kegiatan ini juga diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) kepada anak Balita usia 6-12 bulan.
Menurut Marlo, kegiatan Posko dimulai tanggal 24 Oktober dan berakhir 21 November 2008. Kegiatan dilaksanakan setiap hari Jumat. Sebelum dilaksanakan pembagian makanan, pada pagi harinya masyarakat miskin diarahkan untuk melakukan kebersihan lingkungan untuk mencegah berbagai penyakit. Sedangkan penyaji makanan dalam kegiatan ini adalah Warung Nasi setempat yang telah dilatih ahli gizi dari Depkes. Sedikitnya terdapat 108 Warung Nasi yang dilibatkan dalam kegiatan ini, ujar Marlo.
Dengan adanya Posko ini, kata Marlo, masyarakat dapat belajar menyajikan menu makanan sehat, sehingga nantinya mereka terbiasa mengkonsumsi makanan sehat. Selain itu kegiatan ini juga ikut membantu menambah penghasilan para pemilik warung nasi. Masyarakat berharap, kata Marlo, kegiatan ini dilanjutkan di masa mendatang. (Smd/Gi)
Menkes Tinjau Posko Penanggulangan Gizi
Masyarakat Miskin Jakarta
Gangguan Jiwa Beban Berat Bagi
Keluarga
P
r o s e s g l o b a l i s a s i d a n
p e s a t n y a k e m a j u a n
t e k n o l o g i i n f o r m a s i
memberi
dampak
terhadap
nilai-nilai sosial dan budaya
masyarakat. Sementara tidak
semua
orang
mempunyai
kemampuan yang sama untuk
menyesuaikan dengan berbagai
perubahan tersebut. Akibatnya,
gangguan jiwa saat ini telah
menjadi
masalah
kesehatan
global. Sayangnya, banyak orang
yang tidak menyadari jika mereka
mungkin mengalami masalah
kesehatan jiwa, karena masalah
kesehatan jiwa bukan hanya
gangguan jiwa berat saja. Justru
gejala seperti depresi dan cemas
kurang
dikenali
masyarakat
sebagai masalah kesehatan jiwa.
Dirjen Bina Pelayanan Medik dr.
Farid W. Husain pada Puncak
Peringatan
Hari
Kesehatan
Jiwa Sedunia di Bogor (20/10)
menyatakan, masalah gangguan
kesehatan
jiwa
sangat
mempengaruhi produktiitas dan
kualitas kesehatan perorangan
maupun masyarakat. Ini tidak
mungkin
ditanggulangi
oleh
sektor kesehatan saja. Mutu
SDM tidak dapat diperbaiki
hanya dengan pemberian gizi
seimbang namun juga perlu
memperhatikan 3 aspek dasar
yaitu isik / jasmani (organo
biologis),
mental-emosional/
jiwa
(psikoedukatif ),
dan
s o s i a l - b u d a y a / l i n g k u n g a n
(sosiokultural).
Gangguan
jiwa
walaupun
tidak langsung menyebabkan
kematian,
namun
akan
menimbulkan penderitaan yang
mendalam bagi individu dan
beban berat bagi keluarga, baik
mental maupun materi karena
penderita menjadi kronis dan
tidak lagi produktif.
Ganguan kesehatan jiwa, bukan
hanya “psikotik” saja tetapi sangat
luas mulai dari yang ringan yang
tidak memerlukan perawatan
khusus seperti kecemasan dan
depresi, ketagihan NAPZA, alkohol
dan rokok, kepikunan pada orang
tua, sampai kepada yang sangat
berat seperti skizophrenia.
Hasil survey kesehatan mental
rumah tangga (SKMRT) tahun
1995 menunjukkan adanya gejala
gangguan kesehatan jiwa pada
penduduk rumah tangga dewasa
di Indonesia yaitu 185 kasus per
1.000 penduduk. Hasil SKMRT
juga menyebutkan, gangguan
mental emosional pada usia 15
tahun ke atas mencapai 140 kasus
per 1.000 penduduk, sementara
pada rentang usia 5 - 14 tahun
ditemukan 104 kasus per 1.000
penduduk.
HKJS diperingati setiap tanggal
10 Oktober, tahun ini merupakan
peringatan ke-15 sejak tahun
1993. Peringatan HKJS tahun
2008 mengusung tema Making
Mental Health Global Priority:
Scaling up Services Trough Citizen
Advocacy and Action (Menjadikan
Kesehatan Jiwa Melalui Advokasi
dan Aksi Masyarakat). Pada
Peringatan
HKJS
tahun
ini,
Menkes
menyampaikan
5
Dirjen Pelayanan Medik dr. Farid W. Husain memberikan sambutan pada Puncakpesan mengenai kesehatan jiwa
Indonesia, yaitu:
1. Kesehatan jiwa adalah bagian
integral
dari
kesehatan;
tidak ada kesehatan tanpa
kesehatan jiwa.
2. Status
kesehatan
jiwa
individu sangat menentukan
kualitas hidup, karena status
kesehatan jiwa yang buruk
akan menurunkan indeks
pembangunan
manusia
Indonesia.
3. Kesehatan
jiwa
harus
terintegrasi ke dalam semua
aspek kesehatan, kebijakan
publik, perencanaan sistem
kesehatan serta pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan.
4. Penanggulangan
masalah
kesehatan jiwa merupakan
tanggung jawab pemerintah
dan
masyrakat,
sektor
swasta, lembaga swadaya
masyarakat serta penderita
LAPORAN UTAMA
dan keluarganya.
5. Setiap warga negara harus
memelihara kesehatan jiwa
dan raganya agar dapat hidup
dan
berkontribusi
dalam
pembangunan bangsa dan
negara.
Menurut Menkes, ke-5 pesan ini
telah dilaksanakan di beberapa
wilayah seperti di Kelurahan
Sindang Barang, Kota Bogor,
Jakarta Barat, dan 8 Kab/Kota
ada di provinsi Nangro Aceh
Darussalam. Kepada
wilayah-wilayah
tersebut,
Menkes
memberi penghargaan melalui
pencanangan
desa
peduli
kesehatan jiwa.
Menkes menyebutkan beberapa
kategori wilayah yang peduli
kesehatan
jiwa,
diantaranya
yaitu:
1. Telah
melaksanakan
musyawarah
masyarakat
desa yang dihadiri perwakilan
aparat desa, tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh wanita
dan membuat keputusan
menjadikan desanya sebagai
desa peduli kesehatan jiwa;
2. Memiliki kader kesehatan
jiwa terlatih sesuai standar
kesehatan jiwa masyarakat,
jumlahnya tergantung pada
jumlah penduduk desa (1
kader kesehatan jiwa untuk
15-20 kepala keluarga);
3. Melaksanakan
kegiatan-kegiatan kesehatan jiwa yang
meliputi: deteksi kesehatan
jiwa keluarga, penyuluhan
kesehatan jiwa, terapi pasien
gangguan jiwa, terapi aktivitas
kelompok yang dilaksanakan
oleh
perawat
kesehatan
jiwa, dan rehabilitasi pasien
gangguan jiwa di desa; dan
4. Memiliki standar administratif
berupa struktur organisasi
dan catatan kegiatan upaya
kesehatan jiwa.
“Tingginya stresor atau pemicu stres menyebabkan tingkat stres makin tinggi”, jelas dr. H.M. Aminullah, Sp.KJ, MM, saat seminar sehari dalam rangka Peringatan Hari kesehatan Jiwa Sedunia (HJKS) 2008, di Kantor Depkes Jakarta (16/10). Selain secara psikologis, stres ini juga berpengaruh kepada perubahan perilaku manusia.
“Sebenarnya hal ini juga bergantung pada kemampuan mental indvidu”, lanjut Aminullah. Beberapa orang masih sanggup menghadapi apapun. Sebab individu yang bersangkutan masih bisa mengatasi stres itu. Tak hanya Indonesia, masalah kesehatan jiwa kini telah menjadi masalah global.
Senada dengan Aminullah, psikolog Tika Bisono menyatakan kesehatan jiwa itu menyangkut well-being seseorang. Kesehatan jiwa, menurut Tika, menyangkut intensitas
Sehatkah Jiwa Kita?
seseorang sebagai manusia. Namun, Tika tidak mengkuatirkan mereka yang telah mendapatkan perawatan di rumah sakit.
“Saya malah kuatir dengan kita-kita yang tampak sehat,” ujarnya sebagai moderator pada acara yang sama. Menurutnya, dengan kondisi yang semakin sulit, banyak yang tidak sadar sudah berada di border itu. Setiap orang pernah merasakan senang atau susah. Orang akan merasa nyaman ketika dirinya merasa bahagia, puas, gembira, dan sebagainya. Sebaliknya, orang akan merasa tidak nyaman jika dirinya sedih, kecewa, marah, duka, dan lainnya. Sebab itulah, setiap individu perlu mengetahui cara mengelola perasaannya.
Sementara sehat jiwa adalah perilaku, pikiran, perasaan sehat, dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup. Orang yang sehat
jiwa dapat mempercayai orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok.
Jadi kesehatan jiwa meliputi bagaimana perasaan seseorang terhadap dirinya, bagaimana perasaan seseorang terhadap orang lain, dan bagaimana caranya mengelola stres yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Jika sedang mengalami stres atau juga bisa dikategorikan sebagai salah satu gangguna jiwa, bisa menjadi depresi. Akhirnya akan ada mekanisme pertahanan diri yang bersifat patologis.
Misalnya menjadi agresif kepada diri sendiri yang pada akhirnya berujung pada keinginan untuk bunuh diri. Hal ini dianggap sebagai solusi yang paling tepat untuk ‘lari’ dari masalah.
Taraf gangguan jiwa itu beragam. Mulai dari yang sangat ringan, tidak memerlukan perawatan khusus seperti kecemasan dan depresi. Kemudian bertahap ke tingkat ketagihan Napza, alkhol dan rokok, dan kepikunan pada orangtua.
Tahap paling berat adalah skizofrenia dimana penderita tak mampu lagi membedakan antara kenyataan dengan khayalannya sendiri. Ada baiknya Anda ikut melakukan pengetesan agar stres yang terjadi tidak berubah menjadi salah satu gejala gangguan jiwa. (gi/berbagai sumber)
RSUP SANGLAH
KEMBANGKAN PELAYANAN JANTUNG TERPADU
B
ali sebagai daerah tujuan
w i s a t a d a n t e m p a t
penyelenggaraan event
nasional dan internasional,
dituntut dapat menyediakan
fasilitas
pelayanan
publik
termasuk pelayanan kesehatan
yang lengkap dan berkualitas.
Untuk itu RS Umum Pusat Sanglah
Denpasar,
akan
dilengkapi
fasilitas
Pelayanan
Jantung
Terpadu (PJT).
Sebagai show window Indonesia
yang
sering
dikunjungi
pejabat negara baik dari dalam
maupun luar negeri. Karena itu,
keberadaan PJT RSUP Sanglah
sangat
mendukung
medical
tourism.
Apalagi
kelak
PJT
tersebut akan dilengkapi dengan
fasilitas helipad di atas gedung.
“Saat ini baru ada dua RS yang
menjadi pusat pendidikan dokter
spesialis jantung dan pembuluh
darah, yakni RS Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita
Jakarta dan RS Dr. Soetomo
Surabaya,” ujar Menkes Dr. dr. Siti
Fadilah Supari, Sp. JP (K) ketika
meletakkan batu pertama tanda
dimulainya pembangunan PJT
RSUP Sanglah, 14 Oktober 2008.
di Denpasar Bali.
Menurut
Menkes,
saat
ini
RSUP Sanglah sudah dikenal
masyarakat
lokal
maupun
internasional sebagai rumah sakit
yang andal dalam penanganan
kegawatdaruratan.
Bahkan,
ujar Menkes, penanganan oleh
RSUP terhadap korban bom Bali
pada 2005 memperoleh pujian
dari pemerintah Australia. “Saya
berharap untuk penyakit jantung
pun penanganannya juga bisa
diandalkan,” ujarnya. Apalagi,
status RSUP Sanglah adalah
rumah sakit rujukan untuk
kawasan Indonesia Bagian Timur.
Saat ini penyakit jantung dan
pembuluh darah menjadi masalah
LAPORAN UTAMAkesehatan di masyarakat dan
menjadi penyebab kematian di
urutan nomor satu di Indonesia.
“Saya tidak tahu, mengapa di
RS ini penyakit jantung menjadi
penyebab kematian nomor dua,”
kata Menkes.
Di samping meningkatnya jumlah
penderita penyakit jantung pada
usia dewasa, menurut Menkes,
ternyata
penyakit
jantung
bawaan
prevalensinya
juga
cukup tinggi dan membutuhkan
perhatian pemerintah.
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO) memperkirakan, pada
2020 penyakit itu akan menjadi
penyebab utama kematian warga
di dunia. Departemen Kesehatan
merencanakan
pembangunan
PJT serupa di Medan dan
Semarang.
Menanggapi usul penggantian
nama RSUP Sanglah dengan
nama salah seorang pahlawan
asal Bali, Menkes menegaskan,
karena RSUP Sanglah sudah
dikenal luas baik oleh masyarakat
dalam dan luar negeri, maka
sebaiknya nama RS Sanglah tetap
digunakan.
Direktur RSUP Sanglah Dr. I
Gusti Lanang Made Rudiarta
menyatakan selama ini RSUP
Sanglah yang menjadi rujukan
untuk wilayah Bali, NTT dan NTB,
sudah memiliki fasilitas layanan
penyakit
jantung.
Namun,
masih
belum
terkonsentrasi
sehingga pelayanannya tidak
efektif dan eisien. “Ditargetkan,
pembangunan PJT selesai akhir
2009. Total biaya yang dibutuhkan
Rp55,6 milyar yang diusulkan dari
APBN,” ujar Lanang Rudiarta.
PJT RSUP Sanglah terdiri tiga lantai
di atas tanah seluas 3.676 meter
persegi. Lantai satu untuk ruang
Pelayanan Emergency Jantung,
ruang Pelayanan Emergency
Stroke, ruang NICU, Ruang CT
Scan, ruang penunjang (Farmasi,
ECHO, tread mill, sampling
medico legal).
Imunisasi Melindungi
Ibu dan Anak
Datang segera ke
POSYANDU atau
PUSKESMAS terdekat
untuk imunisasi Polio,
Tuberkolosis, Dipteri,
Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B dan Campak
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari Sp.JP(K) didampingi Gubernur Bali I Made Mangku Pastika Dan Dirut RSUP Sanglah Dr. I Gusti Lanang Made Rudiarta meletakan batu pertama PJT.
LAPORAN UTAMA
MENKES RESMIKAN BEROPERASINYA RS BERGERAK
DI DISTRIK MINDIPTANA, BOVEN DIGOEL
D
aerah tertinggal, terpencil
kepulauan
terluar
dan
daerah
perbatasan
di
Indonesia, selama ini masih
mengalami
kesulitan
untuk
mendapatkan pelayanan publik
termasuk pelayanan kesehatan
yang memadai. Untuk mengatasi
persoalan
ini,
Departemen
Kesehatan telah mengoperasikan
14 rumah sakit bergerak (mobile
hospital) yang tersebar di
daerah-daerah tersebut.
“Walaupun
sudah
ada
peningkatan derajat kesehatan di
Indonesia, namun belum dapat
dinikmati secara merata oleh
seluruh rakyat khususnya yang
bermukim di daerah terpencil,
tertinggal,
perbatasan
dan
kepulauan terluar”, ujar Menkes
Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SP. JP (K)
ketika meresmikan beroperasinya
RS Bergerak di Distrik Mindiptana,
Kab. Boven Digoel, Provinsi Papua
Barat 16 Oktober 2008 lalu.
Menurut Menkes, masyarakat
yang tinggal di daerah-daerah
tersebut biasanya jauh dari
sejahtera karena faktor alam,
cuaca,
terbatasnya
sarana
transportasi,
rendahnya
tingkat pendidikan dan pola
hidup masyarakat yang masih
sederhana.
“
Rumah
Sakit
bergerak, meskipun kecil dari segi
isik tetapi mampu memberikan
pelayanan medis spesialistik yang
tidak kalah dengan rumah sakit
pada umumnya”, ungkap dr. Siti
Fadilah.
Menurut Menkes, RS Bergerak
dilengkapi dengan unit gawat
darurat (UDG), apotek, poliklinik
umum dan spesialis, ruang
operasi, ruang perawatan, ruang
bersalin,
ICU,
laboratorium,
radiology dan fasilitas lainnya
dengan kapasitas 10 tempat tidur
untuk dewasa dan anak-anak.
Saat ini, kata Menkes, rumah sakit
bergerak yang setara dengan RS
kelas C dengan empat dokter
spesialis sudah beroperasi di
Kabupaten Gayo Luwes, Prov.
Nanggroe Aceh Darussalam/NAD
(2004), Kab. Natuna dan Kab.
Lingga, Prov. Kepri (2005), dan
Kab. Mamasa Prov. Sulbar (2006).
tersebar di Kab. Bengkulu Utara,
Prov. Bengkulu, Kab. Bener
Neriah, Prov. NAD, Kab. Alor, Prov.
NTT, Kab. Malinau Prov. Kaltim,
Kab. Talaud dan Kab. Sitaro, Prov.
Sulut, Kab. Maluku Tenggara Barat
dan Kab. Halmahera Utara, Prov.
Malut, Kab. Raja Ampat, Prov.
Papua dan Kab. Boven Digoel,
Prov. Papua (2008).
RS Bergerak kelas D memiliki
minimal dua dokter spesialis dan
kelas C memiliki minimal 4 dokter
spesialis. Biaya operasional RS
Bergerak pada tahun pertama
pada tahun pertama disediakan
100 persen oleh Depkes, Tahun
kedua, 75 persen dari Depkes
dan 25 persen Pemda Kabupaten.
Pada tahun ketiga 50 persen
oleh Depkes dan 50 persen
Pemda Kabupaten. Pada tahun
keempat 100 persen oleh Pemda
Kabupaten.
Rumah sakit bergerak yang
baru diresmikan di Mindiptana
Boven
Digoel
itu
memiliki
tenaga kerja yang dibiayai oleh
Depkes sebanyak 25 orang.
Menkes berharap, Pemerintah
Daerah Boven Digoel mengerti
bahwa rumah sakit itu sifatnya
sementara. Pemda tegas Menkes,
harus
segera
menyiapkan
fasilitas kesehatan sesuai dengan
kebutuhan dalam waktu tiga
tahun, sehingga nantinya rumah
sakit bergerak tersebut dapat
dipindahkan ke daerah lain yang
membutuhkan. “Pemda nantinya
harus
membangun
fasilitas
kesehatan yang baik dan mampu
memberikan pelayanan yang
aman, efektif dan bermutu,” jelas
Menkes.
Rumah sakit ini akan melayani
distrik-distrik di sekitarnya yaitu
Mudipan, Wapko, Arimop, Patriot,
A n t r i o p , T i n g g a m ,
M a w a n , K o m b u t ,
N i n a t i , O g u n e t a n ,
Au ya n g k a , I n i a n d i t ,
Inico dan Mokbiran.
“saya
menempatkan
rumah sakit bergerak
di Boven Dogoel atas
dasar rasa simpati saya
terhadap rakyat Papua.
Fasilitas kesehatan ini
harus dimanfaatk an
s e c a r a m a k s i m a l
untuk
meningkatkan
kesehatan masyarakat di
seluruh distrik terdekat
di sini, ujar Menkes.
S e m e n t a r a D i r j e n
Bina Pelayanan Medik
Depkes dalam sambutan
yang
dibacakan
dr.
Mulya
A.
Hasjmy
m e n g u n g k a p k a n ,
selama ini kendala yang
masih dihadapi pengoperasian RS
Bergerak adalah keterlambatan
RS Bergerak tiba di lokasi karena
sulitnya
sarana
transportasi
dan cuaca yang tidak menentu.
Sehingga pengiriman RS Bergerak
lebih lama dari waktu yang
diperkirakan. Selain itu, fasilitas
tempat tinggal untuk tenaga
medis dan non media juga belum
tersedia, ungkapnya.
Oleh karena itu, pihaknya terus
melakukan koordinasi dengan
pemerintah
daerah
dalam
operasionalisasi RS Bergerak.
” Ini agar RS permanen yang
diharapkan selesai pada akhir
tahun keempat sejak RS Bergerak
beroperasi dapat direalisasikan”.
Ujar Dirjen Bina Yanmed. (Smd/
Isti)
Menkes:
Gunakan Hati Nurani
untuk Menolong Papua
“Kami ingin menyelamatkan rakyat Papua dari HIV/AIDS dan tingginya angka kematian ibu melahirkan. Tolong gunakan hati dan cinta kasih untuk menolong Papua”. Pernyataan tersebut ditegaskan Menteri Kesehatan, DR. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K) pada pertemuan dengan Bupati/Walikota dan Kepala Dinas Kabupaten Tanah Papua tentang Percepatan Pembangunan Bidang Kesehatan Tanah Papua (P2KTP) di Jayapura, 15 Oktober 2008.
Menkes menyatakan sangat prihatin terhadap tingginya kasus penularan HIV/AIDS di Papua. Menurut Menkes
hal ini sangat ironis dapat terjadi di daerah berpenduduk terkecil di Indonesia dengan prosentase angka penularan yang tinggi.
“AIDS ternyata memiliki nilai lebih di tanah Papua sampai bisa terkenal di seluruh dunia. Kalau daerah lainnya di Indonesia itu jumlah kasusnya hanya 1 persen, tapi di Papua dengan penduduk yang relatif sedikit dapat mencapai 2,4 persen, bahkan sudah menjangkiti ibu dan anak-anak. Hal ini sangat tersimpan dalam di hati saya, bagaimana saya harus menyelamatkan seluruh rakyat Papua dari HIV/AIDS,” ungkap Menkes Siti Fadilah Supari.
Menurut Menkes tingginya kasus penularan HIV/AIDS bias disebabkan oleh dua hal. Yakni, kurangnya pemahaman masyarakat akan bahaya dari virus tersebut, dan kurangnya pos-pos kesehatan yang berfungsi memberikan pemahaman kepada masyarakat Papua tentang sebab akibat dari virus tersebut.
“Saya lihat masayarakat masih hidup terkotak-kotak dan berpencar di daerah yang sangat luas ini. Sedangkan unit pelayanan kesehatan juga masih kurang, untuk itu perlu ditambahkan pos-pos kesehatan, saya rasa ini yang perlu kita perhatikan untuk menjawab permasalahan ini,” tegas Menkes.
Depkes, menurut Siti Fadilah, telah menurunkan tim untuk mengadakan riset kesehatan secara serentak guna mencari tahu penyebab tingginya penularan HIV/ AIDS di Papua, dan apa saja yang dibutuhkan untuk memecahkan persoalan tingginya tingkat
Departemen Kesehatan terus berupaya keras agar masalah
kesehatan rakyat Papua, terutama soal penanggulangan
HIV/AIDS, bisa secepatnya terselesaikan.
Menteri Kesehatan RI, DR. dr. Siti Fadilah Supari, Sp Jp (K) didampingi oleh Sekretaris Daerah Provinsi Papua dan Staf ahli Khusus Menkes pada pertemuan dengan para Bupati/Walikota dan Kadinkes Tanah Papua di Jayapura
angka kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi/menular masih tinggi. Selain itu perilaku masyarakatpun belum sepenuhnya mendukung upaya pembangunan kesehatan, dan akses pelayanan kesehatan bermutu masih rendah. Kurangnya tenaga kesehatan dan penyebarannya serta kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah turut menambah masalah.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut Menkes mengemukakan, dalam upaya mempercepat pembangunan di Papua telah ditetapkan Undang-undang N0. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus yang diikuti dengan terbitnya Inpres No. 5/2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
Layanan Cepat
Untuk mendukung implementasi UU dan Inpres itu, Departemen Kesehatan telah menyusun program khusus bidang kesehatan yang diturunkan ke dalam tiga
Keputusam Menteri Kesehatan. Salah satunya adalah Keputusan Menteri Kesehatan No.625/ Menkes/SK/VII/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Bidang Kesehatan di Tanah Papua, atau disingkat P2KTP.
Selanjutnya Menkes
mengemukakan, salah satu upaya percepatan yang dilaksanakan adalah pelayanan Tim Mobile. “Salah satu upaya percepatan yang dilaksanakan adalah pelayanan Tim Mmobile yaitu pelayanan kesehatan pada masyarakat dari kampung ke kampung khususnya untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, HIV/AIDS, malaria dan tuberkulosis. Di samping itu, dikembangkan pula penguatan sistem kesehatan yang telah ada meliputi bidang sarana prasarana, ketenagaan dan berbagai upaya kesehatan lainnya melalui program rutin lainnya,” tegas Menkes Siti Fadilah Supari. Menkes menjelaskan, kegiatan Tim Mobile tahap I telah dilaksanakan di 13 Kabupaten/Kota pada Agustus-penularan penyakit tersebut.
“Saya tahu kesulitan di daerah ini sangat besar, baik kondisi geograisnya, jumlah SDM, dan lain sebagainya. Maka saya mengambil jalan tengah bagaimana kalau kita lakukan training di sini untuk mengatasi masalah di daerah masing-masing, sehingga Kepala Dinas Kesehatan hanya memfasilitasi apa yang mereka butuhkan. Tolong pikirkan, masalah HIV/AIDS ini tidak akan berhenti kalau kita masih terus tidak tanggap.”
Menkes berharap dengan cara seperti itu pemahaman masyarakat akan bahaya HIV/AIDS dapat ditingkatkan sehingga kasus penularannya dapat ditekan. Selain itu Menkes juga mengimbau kepada para Bupati dan Walikota serta para Kepala Dinas Kesehatan untuk saling bekerja sama dan tanggap terhadap permasalahan tersebut.
“Saya mengimbau agar kita semua dapat bekerja sama dengan sungguh-sungguh untuk membantu masyarakat Papua dari keadaan yang membahayakan nyawa, saya ingin dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan waktu yang dapat kita hitung, sehingga Papua benar-benar terbebas dari HIV/AIDS,” harap Menkes.
Selanjutnya Menkes menegaskan, kesehatan adalah hak asasi setiap manusia. Karena itu, tugas kita adalah menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Tugas ini, tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H, bahwa setiap orang berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Saat ini, tandas Menkes, masalah pokok yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain, masih rendahnya status kesehatan masyarakat,
Oktober 2008. Sedangkan kegiatan Tim Mobile II akan dilaksanakan di 16 Kabupaten/Kota pada Oktober – Desember 2008, yang diawali dengan pertemuan para Bupati, serta pelatihan tim yang akan dilaksanakan di Jayapura pada 20-23 Oktober 2008.
“Saya sangat mengharapkan dukungan dari segenap Muspida, masyarakat termasuk dunia usaha, untuk mendukung pembangunan kesehatan di tanah Papua melalui dukungan pelaksanaan mobile, dukungan biaya rujukan, dukungan pengembangan sistem kesehatan, dan dukungan pendidikan serta rekrutmen tenaga kesehatan,” tegas Menkes.
Menurut Menkes, hal itu dapat diwujudkan dengan sebaik-baiknya bila diiringi dengan peningkatan komitmen dan peran aktif seluruh unsur, baik legislatif, eksekutif, maupun segenap potensi masyarakat termasuk swasta.
Beri Bantuan
Pertemuan diakhir dengan penyerahan secara simbolis bantuan Menteri Kesehatan untuk Provinsi Papua, Papua Barat, Kabupaten
Fak fak, Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dinas Kesehatan Provinsi Irian Jaya Barat. Menkes berharap bantuan yang diberikan dapat bermanfaat bagi pengembangan pelayanan.
“Kami harap bantuan yang diberikan dapat bermanfaat bagi pengembangan pelayanan kesehatan di tanah Papua. Khususnya daerah-daerah terpencil seperti di kampung-kampung dan daerah lainnya yang belum terjangkau, sehingga masyarakat di sana juga dapat merasakan pelayanan kesehatan seutuhnya,” pesan Menkes.
Bantuan yang diberikan Menkes berupa uang sebesar Rp1 milyar untuk Provinsi Papua dan Papua Barat, satu unit kendaraan Ambulans Gawat Darurat untuk RSUD Manokwari Kabupaten Fak-fak. Bantuan lain diberikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua berupa satu unit kendaraan operasional double gardan (4x4), tenda pelayanan kesehatan 2 unit, Sprayer pump 100 unit, dan 1 unit Pos Kesehatan Keliling roda tiga. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi Irian Jaya Barat mendapat bantuan satu unit kendaraan
Ambulans Gawat Darurat, 2 unit Tenda Pelayanan Kesehatan dan Sprayer Pump 100 unit.
Menkes juga menyerahkan bantuan peralatan untuk mendukung pelaksanaan Tim Mobile, berupa poliklinik set, bidan set, minor surgery set, personal life kit, personal emergency medical set, masing-masing sebanyak 32 paket serta 160 unit personal life kit. Dalam wawancara dengan “Mediakom”, dr Bambang Sardjono, MPH, Direktur Komunitas Depkes yang juga Ketua Pelaksana P2KTP, menjelaskan, pelaksanaan Tim Mobile Tahap II meliputi 16 kabupaten yaitu Kabupaten Waropen, Bika Numfor, Paniai, Keerom, Pegenungan Bintang, Tolikara, Biven Digul, Mappi, Asmat, Fak-fak, Sorong Selatan, Radja Ampat Teluk Bintuni, dan Kaimana.
Selesai pertemuan dengan para Bupati/Walikota dan para Kepala Dinas Kabupaten Tanah Papua, Menkes melanjutkan kunjungan kerjanya ke Nabire pada esok harinya untuk memberikan pengarahan pada konferensi dan workshop yang dilaksanakan oleh Dewan Kesehatan Rakyat yang bertema “Pengembangan Desa Siaga sebagai Landasan awal Menuju Papua Yang Sehat”.
Selanjutnya Menkes meninjau sekaligus meresmikan Rumah Sakit Lapangan di Distrik Mindiptana Kabupaten Boven Digul. “Rumah sakit ini selain memberikan kemampuan pelayanan bagi masyarakat sekitar juga merupakan tempat rujukan bagi masyarakat, yang pada pelayanan Mobile Health Team (Tim Mobile - red) belum bisa tertangani secara penuh. Rumah sakit ini juga sangat strategis karena terletak di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini,” jelas dr. Bagus Sukaswara Widjaja, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua. (isti)
Menteri Kesehatan RI, DR. dr. Siti Fadilah Supari, Sp Jp (K) secara simbolis memberikan bantuan kepada dr. Bagus Sukaswara Widjaja, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
Lebih Jauh Tentang
Institute Of Tropical Disease (ITD)
Universitas Airlangga
Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) merupakan salah satu unit
riset kebanggaan Indonesia. Unit riset ini selain dapat melakukan penelitian berbagai
penyakit seperti DBD, TBC, Malaria, Kusta, Demam Tifoid, Hepatitis, Avian Inluenza,
HIV&AIDS, pengembangan Human Genetic terkait penyakit infeksi, dan Stem Cell, juga
sedang mengembangkan riset soal vaksin.
M
enteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) di sela-sela kunjungannya ke Jawa Timur 7 Juli 2008, sempat meninjau fasilitas unit riset ini. Untuk mengetahui lebih jauh tentang ITD,Mediakom melakukan wawancara khusus dengan Ketua ITD Unair, DR. Dr. Nasronudin, Sp.PD, K-PTI. Berikut petikannya.
Bagaimana perkembangan unit riset ini?
Sebelumnya Institute of Tropical Disease (ITD) dikenal dengan
Tropical Disease Center (TDC) yang merupakan organisasi nirlaba. Dalam perkembangannya organisasi ini diharapkan mandiri dan lebih berperan terhadap Universitas Airlangga (Unair). Pengembangan riset dilakukan termasuk kerja sama dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri. Selain kegiatan penelitian juga dilakukan kegiatan pelatihan dan penyuluhan serta Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC).
Apa saja fasilitasnya?
Menurut Maria Inge Lusida, dr., M.Kes., Ph.D., Sp.MK, ITD dilengkapi berbagai peralatan laboratorium canggih termasuk fasilitas BSL-3 (Biosafety Level-3) untuk kepentingan riset maupun memberikan pelayanan kepada masyarakat. Laboratorium pendukung yang ada di ITD Unair adalah :
1. Laboratorium Hepatitis 2. Laboratorium HIV &AIDS
3. Laboratorium Avian Inluenza (Flu Burung)
4. Laboratorium Dengue 5. Laboratorium Rotavirus
6. Laboratorium Genetika Manusia 7. Laboratorium Gastro
8. Laboratorium Malaria 9. Laboratorium Entomologi 10. Laboratorium Parasit Usus 11. Laboratorium Leprosy 12. Laboratorium Tuberkolosis 13. Laboratorium Stem Cell
Peralatan laboratorium di ITD Unair dapat digunakan para peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang terkait, termasuk mahasiswa Pascasarjana (PPDS-1, PPDGS, PPFRS, S2, S3), peneliti perorangan, bahkan lembaga atau institusi lain.
Apa tujuan didirikannya unit riset ini?
Ada tujuh tujuan dikembangkannya ITD;
a. Meningkatkan kualitas penelitian, pelatihan dan penyuluhan, serta pelayanan laboratorium konirmatif terpadu secara berkesinambungan untuk mencapai keunggulan dalam persaingan dan kerja sama nasional dan internasional; b. Mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan dan menghasilkan penelitian yang handal dan sangat inovatif dalam teknologi
dalam bidang kedokteran tropis yang dapat bersaing dalam skala regional dan internasional. c. Menghasilkan produk-produk
kesehatan yang canggih dan modern yang dapat menunjang perbaikan program kesehatan yang sangat berguna bagi masyarakat di daerah kawasan nasional, regional dan internasional.
d. Melaksanakan pelatihan dan penyuluhan yang menunjang penelitian dan pengembangan Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC)
e. Menyebarluaskan pengetahuan dan teknologi serta hasil penelitian mutakhir dalam bidang kedokteran tropis dengan cara pelatihan dan penyuluhan sehingga dapat lebih dimanfaatkan oleh masyarakat luas
f. Melaksanakan proses penyuluhan kesehatan yang menunjang sosialisasi hasil penelitian berdasarkan standar nasional dan internasional.
g. Melakukan pelayanan rujukan laboratorium yang berfungsi sebagai pusat rujukan tertinggi dengan menggunakan
teknologi modern; Menyediakan fasilitas dan tehnologi untuk dimanfaatkan para peneliti lain, baik mahasiswa S1, S2, S3, maupun penelitian-penelitian kompetitif dana pemerintah serta penelitian lain.
Bagaimana visi, misi, dan programnya?
Visi ITD:
Menjadi lembaga yang bergerak dan berkembang dalam penelitian dan bioproduk, pelatihan dan penyuluhan, serta tropical disease diagnostic centre (TDDC) penyakit tropis berbasis biologi molekuler terkemuka di tingkat nasional dan internasional berdasarkan moral agama.
Misi ITD dijabarkan dalam lima poin:
a. Menyelenggarakan penelitian berkualitas tinggi, pelatihan berbasis pengembangan ilmu dan kebutuhan kastemer serta pelayanan laboratorium terpadu yang prima dan memuaskan kastemer;
b. Menyelenggarakan pelayanan rujukan laboratorium yang berfungsi sebagai pusat rujukan tertinggi dengan menggunakan teknologi modern;
c. Membangun sumber daya manusia (SDM) profesional, akuntabel, yang berorientasi pada kastemer serta mempunyai integritas tinggi dalam memberikan pelayanan;
d. Melaksanakan proses pelatihan kesehatan yang menunjang sosialisasi hasil penelitian berdasar standar nasional dan internasional;
e. Melaksanakan penelitian yang mengarah pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan serta bidang lain yang menunjang; f. Membangun strategi fungsional
pembelajaran dan pertumbuhan
BERITA
Program TDDC
Program kegiatan Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC) dilakukan sebagai wujud kepedulian pelayanan kepada masyarakat dan pusat rujukan diagnostik laboratorik dengan memanfaatkan teknologi pemeriksaancanggih dan modern.
Bagaimana strategi utama dan potensi kerja sama unit riset ini dengan swasta?
STRATEGI UTAMA
> Penyeimbangan
Organisasi
Internal ITD
> Meningkatkan
produk
penelitian berkualitas tinggi,
produk
ilmiah
lain
Dan
optimalisasi
pemanfaatn
TDDC
> Membangun Pasar Potensial
Strategi dan Rencana Pengembangan ITD
a. Meningkatkan dan mengembangkan program penelitian berbasis biologi molekuler yang memanfaatkan fasilitas laboratorium Institute of Tropical Disease (ITD);
b. Pengembangan penelitian di Lembaga Penyakit Tropis/ Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga berorientasi organisasi di tingkat nasional dan
internasional.
Program Penelitian dan Bioproduct
Bidang penelitian ini merupakan kegiatan utama dari Institute of Tropical Disease (ITD) yang mengimplementasikan bio-science, health-science, dan social-science; meliputi penelitian dasar dan terapan serta penelitian inovatif terutama untuk penanggulangan penyakit tropis, biologi molekular, genetika. Bioproduk merupakan target unggulan ITD dalam rangka memenuhi kebutuhan yang berkembang di masyarakat, program pemerintah serta pengembangan di era global. HAKI merupakan target ilmiah dari produk ITD.
Program Pelatihan dan Penyuluhan
Program pelatihan dan penyuluhan yang diselenggarakan oleh ITD Universitas Airlangga dirancang berdasarkan etiologi, patoisiologi, diagnostik laboratorium, penatalaksanaan dari berbagai jenis penyakit tropis. Sasaran meliputi perorangan, masyarakat ilmiah, masyarakat awam, petugas pemerintah, dan petugas kesehatan. Bentuk kegiatan meliputi: Seminar, Workshop, RTD, dan Simposium. Pelatihan dan penyuluhan bersifat lokal, nasional dan internasional
menghasilkan publikasi, HAKI dan bio product meliputi pembuatan vaksin, herbal medicine, dan kit diagnostic,
c. Meningkatkan dan mengembangkan pelatihan dan penyuluhan dalam pengoperasian laboratorium tropical disease diagnostic center (TDDC);
d. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan tenaga peneliti dan tenaga analis Lembaga Penyakit Tropis dalam melaksanakan penelitian melalui simposium, seminar maupun workshop bidang penyakit tropis;
e. Pembinaan tenaga peneliti dan analis secara terprogram yang komprehensif dan integratif; f. Meningkatkan dan
mengembangkan jaringan kerjasama kemitraan dengan lembaga/institusi dalam dan luar negeri dalam bidang penelitian penyakit tropis;
g. Meningkatkan citra ITD melalui kegiatan promosi Lembaga Penyakit Tropis/ Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga baik tingkat lokal, nasional maupun internasional; h. Meningkatkan penyebaran
sumber-sumber informasi khususnya informasi yang berkaitan dengan penyakit tropis melalui jaringan global
Kerja sama dan Mitra kerja
Jaringan kerja sama/mitra kerja yang dibangun ITD selama ini meliputi kerja sama tingkat nasional, regional, maupun internasional. Kerja sama tingkat internasional dibangun dalam rangka kolaborasi bekerja sama penelitian penyakit tropik seperti Kanazawa University, TORAY Foundation, Seoul National University, dan Research Center for Emerging and Re-emerging Infectious Disease (CRC-ERID), OITA University Japan, Tokyo University Japan, Osaka University Japan,
SEDANGKAN LINGKUP PROGRAM ITD
Reserch and Bio Product
TDDC Development
Laboarory Service Training and
Lecture RTD Symposium
Hokkaido University Japan, National Seishoen Leprosarium JICA-Japan, Institute of Medicine Nagasaki University Japan, ICMRT School of Medicine Kobe University-Japan, Groningen University, Netherland University, Charite University of Clinics Humboldt University, Ryukyu University, Nara University, Tottori University, Nagoya University, Ehime University, Free University Berlin and Robert Koch Insitute, Wagenigen University, WHO-SEARO, dan Erasmus Medical Center-Netherland.
Jaringan kerja sama tingkat nasional dilakukan dengan Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Kementerian Riset dan Teknologi, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia, perguruan tinggi negeri/swasta, mitra kerja, dan institusi/lembaga riset nasional lainnya.
Apa saja yang bisa dikerjasamakan dengan swasta?
• CD4 (menentukan status kekebalan tubuh penderita dan untuk evaluasi terapi) • Viral load (tes untuk mengukur
jumlah virus /cc darah untuk evaluasi terapi)
• Pemeriksaan serology HIV & AIDS 3 metode
* Pemeriksaan Malaria, meliputi: • Acridine Orange (screening
malaria yang sensitif dan mobile)
• Giemsa
* Pemeriksaan Avian Inluenza, meliputi:
• H5N1 (PCR, Serology, Sequencing, Rapid test)
* Pemeriksaan Tuberculosis, meliputi:
• PCR TBC
* Pemeriksaan Diarrhea, Demam typhoid, Leptospirosis
* Pemeriksaan Human Genetic, meliputi:
• Tes identitas
• PCR Down’s Syndrome • Tes Paternitas/maternitas • Identiikasi seks menggunakan
PCR
Jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan apa saja?
Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan di ITD
* Pemeriksaan Hepatitis, meliputi: • Viral load (untuk evaluasi
terapi) HBV dan HCV
• Genotyping (menentukan tipe virus berdasarkan genetik dikaitkan dengan sensitivitas terapi) HBV dan HCV.
• Studi epidemiologi molekuler HEV.
* Pemeriksaan Dengue, meliputi: • Diagnostik molekuler sampai
dengan penentuan serotipe Den 1,2,3,4
* Pemeriksaan Leprosy, meliputi: • PCR M.leprae
• ELISA IgM dan IgG
* Pemeriksaan HIV-AIDS, meliputi:
Hepatitis
Human Genetik
HIV
DHF
Sepsis
Malaria
Lepra
Diare & Demam Tifoid
Stem Cell
Leptspirosis
TB
LENGKAP KEILMUWAN YANG POTENSIAL DAPAT
BEKERJASAMA DENGAN MITRA KERJA
BERITA
Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga dilengkapi dengan berbagai fasilitas peralatan yang canggih dan modern seperti
autoclave unit, UV transilluminator, digital camera system, centrifuge, ultracentrifuge, micro-centrifuge, clean-bench, HPLC, des-integrator, ultrasonic des-integrator, DNA–unit, electrophoresis, SDS PAGE, ELISA reader, fraction collector, freeze dryer, gene AMP PCR, genetic analyzer, hotplate, incubator, CO2 incubator, EPI luorescence, microscope, phase