EFEKTIVITAS HAND SANITIZER DIBANDING MENCUCI TANGAN MEMAKAI SABUN DALAM MENJAGA KEBERSIHAN
TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2012
MHD AKIM 100100226
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEKTIVITAS HAND SANITIZER DIBANDING MENCUCI TANGAN MEMAKAI SABUN DALAM MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA ANGKATAN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
MHD AKIM 100100226
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu. Cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat penyakit diare. Mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan diare hingga 47%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas hand sanitizer dibandingkan dengan mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga kebersihan tangan khususnya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan sampel yang berjumlah 15 orang mahasiswa dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis secara analitik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara efektifitas pemakaian hand sanitizer dan sabun dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan (p=0.039), mencuci tangan dengan sabun lebih efektif dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan, dan mencuci tangan dengan sabun tetap menjadi pilihan utama dalam menjaga higienitas dari tangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan lebih efektif dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan.
ABSTRACT
Hand washing is a simple way to remove impurities and minimize germs on hand with water flowing and can be done by adding certain ingredients. Hand washing can prevent more than 1 million deaths per year due to diarrhea problems, whilst hand washing with soap can reduce diarrhea until 47 %.
The goals is to determine the effectiveness of hand sanitizing compared to hand washing with soap in maintaining hand hygiene of students in Faculty of Medicine, North Sumatera University, class of 2012.
The research uses analytic method with sample of 15 students using random sampling technique. Data collected are primary, which were obtained directly in person. Data were analyzed using analytic method.
The result of this study indicates that there are significant differences between the effectiveness of using hand sanitizer and soap in reducing bacterial colony on hand (p=0.039). Hand washing with soap is more effective in reducing the number of colonies of bacteria on hand and remains the main option in maintaining hand hygiene.
The result of this study indicates that hand washing with soap is more effective in reducing bacterial colony on hand.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG (K), selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, Dr. Gerben F Hutabarat, DTM&H, Msc, SpMK, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Lambok Siahaan, MKT, dr. Mahrani Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A, dan dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.
7. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Mhd Nasir Nasution dan Ibunda Herlinawaty Siregar, S.E., serta Kakak penulis, Nadila Dewi Rizky, Amkeb yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
8. Ucapan terimakasih kepada seluruh angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebut satu per satu.
9. Standing Committee on Public Health Pemerintahan Mahasiswa
(SCOPH-PEMA) FK USU, atas ilmu dan pengalaman yang berharga dalam bidang penelitian yang telah diperoleh penulis selama ini.
Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ” Efektivitas Hand Sanitizer Dibanding Mencuci Tangan Memakai Sabun Dalam Menjaga Kebersihan Tangan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”
Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.
Medan, Desember 2013
MHD AKIM
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Flora Normal Pada Tangan ... 5
2.2. Bakteri ... 7
1.2.1 Definisi bakteri ... 7
1.2.2 Klasifikasi Bakteri ... 8
1.2.3 Ciri-ciri Bakteri ... 8
1.2.4 Bakteri Yang Menguntungkan ... 9
1.2.5 Bakteri Yang Merugikan ... 10
2.3. Stapylococcus ... 11
2.3.1. Morfologi dan Identifikasi ... 11
2.3.2. Patogenesis ... 12
2.3.3. Epidemiologi ... 13
2.4. Mencuci Tangan ... 13
2.4.1. Definisi ... 13
2.4.2. Persiapan Mencuci tangan... 13
2.4.3. Jenis-jenis Penyakit ... 13
2.4.4. Air ... 15
2.4.5. Cara Mencuci Tangan Yang Baik ... 15
2.5. Bahan Sanitizer ... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18
3.1. Kerangka Konsep ... 18
3.2. Definisi Operasional ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
4.1. Jenis Penelitian ... 21
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
4.3. Populasi dan Sampel ... 21
4.3.1. Populasi ... 21
4.3.2. Sampel ... 21
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 22
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 23
1.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1. Hasil Penelitian ... 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24
5.1.2. Deskripsi Karateristik Sampel ... 24
5.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 24
5.1.3.1. Jumlah Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer...24
5.1.3.2. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer 25 5.1.3.3. Jumlah Koloni Pada Sampel Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer………..26
5..1.3.4. Jumlah Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah Sabun... 27
5.1.3.5. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Sabun ... 27
5.1.3.6. Jumlah Koloni Pada Sampel Sebelum dan sesudah Sabun ... 28
5.1.3.7. Perbandingan Efektivitas Pemakaian Hand Sanitizer dan Sabun………30
5.2. Pembahasan ... 31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
6.1. Kesimpulan ... 32
6.2. Saran ... 32
AFTAR TABEL
No Judul Halaman
5.1. Jumlah Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer
25
5.2. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer 25 5.3. Jumlah Koloni Pada Sampel Sebelum dan Sesudah Hand
Sanitizer
26
5.4. Jumlah Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah sabun
27
5.5. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Sabun 28 5.6. Jumlah Koloni Pada Sampel Sebelum dan Sesudah
sabun
29
5.7. Jumlah Koloni Bakteri Sesudah Pemakaian Sabun dan Jumlah Koloni Bakteri Sesudah Pemakaian Hand
Sanitizer
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Riwayat Hidup
Lampiran 2 : Lembar penjelasan
Lampiran 3 : Informed concent
Lampiran 4 : Data Input
Lampiran 5 : Data Output
ABSTRAK
Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu. Cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat penyakit diare. Mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan diare hingga 47%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas hand sanitizer dibandingkan dengan mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga kebersihan tangan khususnya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan sampel yang berjumlah 15 orang mahasiswa dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis secara analitik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara efektifitas pemakaian hand sanitizer dan sabun dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan (p=0.039), mencuci tangan dengan sabun lebih efektif dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan, dan mencuci tangan dengan sabun tetap menjadi pilihan utama dalam menjaga higienitas dari tangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan lebih efektif dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan.
ABSTRACT
Hand washing is a simple way to remove impurities and minimize germs on hand with water flowing and can be done by adding certain ingredients. Hand washing can prevent more than 1 million deaths per year due to diarrhea problems, whilst hand washing with soap can reduce diarrhea until 47 %.
The goals is to determine the effectiveness of hand sanitizing compared to hand washing with soap in maintaining hand hygiene of students in Faculty of Medicine, North Sumatera University, class of 2012.
The research uses analytic method with sample of 15 students using random sampling technique. Data collected are primary, which were obtained directly in person. Data were analyzed using analytic method.
The result of this study indicates that there are significant differences between the effectiveness of using hand sanitizer and soap in reducing bacterial colony on hand (p=0.039). Hand washing with soap is more effective in reducing the number of colonies of bacteria on hand and remains the main option in maintaining hand hygiene.
The result of this study indicates that hand washing with soap is more effective in reducing bacterial colony on hand.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Flora yang terdapat pada kulit terdiri dari flora normal dan flora transien. Flora normal mengacu kepada koloni mikroorganisme yang tidak bisa dibersihkan oleh mekanisme fisis dalam mencuci tangan. Flora transien, merupakan hasil dari kontaminasi dan tidak berkoloni, memiliki kecenderungan lebih untuk menyebabkan penyakit. (Dobson, 2003).
Tangan merupakan tempat utama dalam masuknya patogen-patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksi (Hammond et al,2000). Sehingga diperlukannya pengetahuan dalam teknik mencuci tangan untuk mengurangi jumlah flora transien di tangan. (Vessey et all, 2007)
Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu. Dengan cuci tangan diharapkan akan mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Peran tangan sebagai sarana transmisi kuman patogen telah disadari sejak tahun 1840-an. Sejak itu banyak penelitian yang memastikan bahwa dokter yang membersihkan tangannya dari kuman sebelum dan sesudah memeriksa pasien dapat mengurangi angka infeksi di rumah sakit (Teare, 1999).
Sabun anti bakteri memiliki bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan. Ketika mencuci tangan dengan sabun antibakteri, sejumlah kecil bahan antibakteri turut bekerja. Triclosan ialah zat antibakteri yang paling sering ditambahkan. Bahan inilah yang mengurangi jumlah bakteri berbahaya hingga beberapa waktu kemudian. Sementara itu, efek dari mencuci tangan dengan sabun biasa tidak sehebat bila memakai sabun antibakteri. Sabun biasa memang dapat menghilangkan bakteri tetapi cuma sebentar. Dalam waktu singkat bakteri akan berkembang lagi di tangan. Untuk penggunaan berulang, sabun pencuci tangan mesti disukai pemakainya. Sabun pencuci tangan harus memenuhi standar khusus. Pertama, ia mesti efektif menyingkirkan kotoran. Kedua, ia tidak merusak kesehatan kulit mengingat kulit yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ketiga, ia harus nyaman untuk dipakai. Dalam hal ini, aromanya pegang peranan. Ia semestinya tidak menebarkan wangi yang menusuk hidung. Cara kedua untuk menciptakan higiene tangan adalah dengan menggosok tangan menggunakan alkohol. Berbeda dari cuci tangan, pada teknik ini tidak memerlukan penggosokan yang amat kuat, mencuci dengan air dan mengeringkannya dengan handuk (Andrej, 2004).
Seiring dengan bertambahnya kesibukan masyarakat terutama di perkotaan, dan banyaknya produk-produk instan yang serba cepat dan praktis, maka muncullah produk inovasi pembersih tangan tanpa air yang dikenal dengan pembersih tangan antiseptik atau hand sanitizer. Produk hand sanitizer ini mengandung antiseptik yang digunakan untuk membunuh kuman yang ada di tangan, yang terdiri dari alkohol, dan triklosan. Dalam beberapa hasil penelitian terbukti bahwa hand sanitizer sangat efektif untuk mengurangi insidensi berbagai macam penyakit, khususnya yang berhubungan dengan pencernaan. (Radji et all, 2007)
Saat ini penggunaan hand sanitizer sudah semakin luas, tidak saja untuk tujuan memelihara kesehatan tangan akan tetapi lebih praktis misalnya dirumah makan, di restoran cepat saji, di toilet umum, di rumah sakit, di dalam ruang bedah, di pertanian dan peternakan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah efektifitas hand sanitizer dibandingkan dengan mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga kebersihan tangan pada mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas hand sanitizer dibandingkan dengan mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga kebersihan tangan pada mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efektifitas hand sanitizer dibandingkan dengan mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga kebersihan tangan pada mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
2. Melihat ada tidaknya bakteri dengan teknik pewarnaan gram pada sampel yang mencuci tangan memakai sabun dan hand sanitizer
1.4. Manfaat penelitian 1. Bagi penulis
a. Membantu penulis mengetahui lebih jauh mengenai mikroorganisme yang dapat hidup dalam telapak tangan manusia, dan sekaligus sebagai wadah latihan penerapan dan pembelajaran yang diperoleh selama masa perkuliahan.
b. Mengaplikasikan ilmu Community Research Program yang selama ini didapat diperkuliahan.
2. Bagi pembaca
a. Penelitian ini diharapkan kedepannya akan dapat menambah pengetahuan pembaca akan pentingnya menjaga kebersihan tangan. b. Dapat memberitahukan cara pembersihan tangan yang tepat dan benar. 3. Bagi pendidikan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan
Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. Kulit normal biasanya ditempati bakteria sekitar 102–106 CFU/cm2 (Trampuz & Widmer, 2004).
Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal atau mikroorganisme sementara (transient microorganism) dan mikroorganisme tetap (resident microorganism). Flora transien terdiri atas mikroorganisme non patogen atau potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama kurun waktu tertentu (jam, hari, atau minggu), berasal dari lingkungan yang terkontaminasi atau pasien. Flora ini pada umumnya tidak menimbulkan penyakit (mempunyai patogenisitas lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan flora tetap. Pada kondisi terjadi perubahan keseimbangan, flora transien dapat menimbulkan penyakit (Trampuz & Widmer, 2004; Jawetz e.t al., 2005).
The Association for Professionals in Infection Control (APIC)
memberikan pedoman bahwa mikroorganisme transien adalah mikroorganisme yang diisolasi dari kulit, tetapi tidak selalu ada atau menetap di kulit. Mikroorganisme transien, yang terdiri atas bakteri, jamur, ragi, virus dan parasit, terdapat dalam berbagai bentuk, dari berbagai sumber yang pada akhirnya dapat terjadi kontak dengan kulit. Biasanya mikroorganisme ini dapat ditemukan di telapak tangan, ujung jari dan di bawah kuku. (Synder,1988).
Kuman patogen yang mungkin dijumpai di kulit sebagai mikroorganisme transien adalah Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Clostridium
perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A (Synder,1988).
orang sehat yang ditemukan di lapisan epidermis dan di celah kulit (Synder, 1988).
Flora tetap terdiri atas mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya dijumpai pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu pula, jika terjadi perubahan lingkungan, mereka akan segera kembali seperti semula. Adanya lemak dan kulit yang mengeras membuat flora tetap sulit lepas dari kulit meskipun dengan surgical scrub. Oleh karena itu, dokter ahli bedah diharuskan memakai sarung tangan, salah satu alasannya adalah karena tidak mungkin menghilangkan semua flora atau mikroorganisme yang terdapat di kulit. (Jawetz et al. 2005),
Flora tetap yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus
epidermidis dan stafilokokus koagulase negatif lainnya, Corynebacterium dengan
densitas populasi antara 102-103 CFU/cm2 (Trampuz & Widmer, 2004). Flora tetap tidak bersifat patogen, kecuali Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika telah mencapai jumlah 1.000.000 atau 106 per gram, suatu jumlah yang cukup untuk memproduksi toksin (Snyder, cit. Snyder, 2001). Flora anaerobik seperti Propionibacterium acne, tinggal di lapisan kulit lebih dalam, dalam folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (Strohl, et al., 2001) P. acne menempati bagian kulit yang berminyak. Sedikit populasi jamur
(Pityrosporum) juga ditemukan sebagai mikroorganisme tetap.
Jenis dan jumlah mikroorganisme tetap bervariasi dari satu individu ke individu lainnya dan berbeda di antara regio tubuh. Sebagian besar mikroorganisme tetap tidak berbahaya (Synder, 1988; Strohl et. al, 2001). Flora transien akan mati atau dapat dihilangkan dengan cuci tangan, sedangkan flora tetap yang sering dijumpai di bawah kuku, sulit dihilangkan. Flora tetap akan selalu ada dan bertahan hidup (survive), apalagi tempat tersebut menyediakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroba. Berkeringat berlebihan atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengurangi secara bermakna jumlah flora tetap. (Synder, 1988).
Menurut penelitian Price (1938), yang ditulis pada WHO guideline on
hand hygiene in health care, menyatakan bahwa bakteri yang dapat diidentifikasi
Flora residen meliputi mikroorganisme yang menempati bagian bawah sel-sel superfisial pada stratum corneum dan juga dapat ditemukan pada permukaan kulit. Spesies dominan yang dapat ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis. Bakteri residen lain termasuk S. hominis dan jenis staphylococci lainnya, selanjutnya diikuti oleh bakteri-bakteri coryneform seperti propionibacteria,
corynebacteria, dermobacteria dan micrococci. Jamur yang paling banyak pada
flora normal kulit adalah Pityrosporum sp.
Flora residen pada kulit memiliki 2 fungsi proteksi : antagonis terhadap mikroorganisme yang merugikan dan kompetisi terhadap nutrisi pada ekosistem. Secara umum flora residen jarang dikaitkan dengan infeksi, namun dapat menyebabkan infeksi pada daerah steril tubuh, mata atau kulit yang mengalami kerusakan. (Price, 1938).
Flora transien adalah mikroorganisme yang secara normal tidak dijumpai pada permukaan tangan. Flora transien berkoloni, bertahan dan berkembang biak pada telapak tangan. Biasanya koloni flora transien didapat melalui kontak kulit dengan kulit yang memiliki koloni flora transien. Kemampuan transmisi dari flora transien dipengaruhi oleh jenis flora transien, jumlah flora normal pada kulit, dan tingkat kelembaban kulit. Beberapa contoh flora transien yang dominan adalah S.
aureus, basil gram negatif atau yeast. (Jawet et al, 2005)
2.2. Bakteri
2.2.1. Definisi Bakteri
2.2.2. Klasifikasi Bakteri
Menurut Syarif dan Halid (1993), identifikasi jenis bakteri berdasarkan sifat morfologi, biokimia, fisiologi dan serologi adalah seperti berikut:
• Bakteri Gram positif
1. Kokus
a) Katalase positif: Staphylococcus b) Katalase negatif: Streptococcus
2. Batang
a) Anaerobik: Clostridium botulinum, Lactobacillus b) Aerobik: Bacillus
• Bakteri Gram negatif
2. Fermentatif (batang): Proteus, Eschericia coli, Enterobacter 3. Non Fermentatif (spiral/batang): Pseudomonas, Alcaligenes
2.2.3. Ciri-ciri Bakteri
• Uniselular (bersel tunggal), prokariotik (tidak mempunyai
membrane inti/membrane)
• Ukuranya sangat kecil, lebar 0,5–1,0 milimikron dan panjang 1,0–
6,0 milimikron, tetapi ada bakteri yang berukuran 100 mikron. • Hidupnya ada yang soliter (secara sendiri-sendiri) dan ada yang
koloni (berkelompok), serta ada yang bersimbiosis, parasit, dan saprofitik.
• Pada umumnya tidak mempunyai kloroplas, kecuali
bakterioklorofil dan bakteriopurpurin.
• Berkembang biak secara vegetative dengan pembelahan binner dan generative (paraseksual) dengan konjugasi, transformasi dan transduksi.
• Hidupnya kosmopolit, artinya bakteri dapat hidup dan ditemukan
membentuk endospora. Pembentukkan endospora diawali dengan sel mulai mereplikasikan DNAnya dan satu salinan DNAnya dikelilingi oleh dinding sel yang tebal dan kuat. Selanjutnya, dinding sebelah luar hancur, tetapi endospora tetap bertahan hidup melewati segala jenis trauma yang meliputi kekurangan makanan dan air, panas atau dingin esktrim, dan sebagian besar racun. Jika linkungan sudah berubah menjadi normal kembali endospora akan mengalami hidrasi dan hidup kembali secara vegetative untuk membentuk koloni.
2.2.4. Bakteri Yang Menguntungkan
• Pembusukan (penguraian) sisa-sisa makhluk hidup. Contohnya
adalah Escherichia coli.
• Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi. Contohnya adalah Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus
bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada
pembuatan nata de coco, dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju dan yoghurt.
• Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat
nitrogen, yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan
Azotobacter chlorococcum.
• Penyubur tanah. Contohnya adalah Nitrosococcus dan
Nitrosomonas yang berperan dalam proses nitrifikasi
menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.
• Penghasil antibiotik. Contohnya adalah Bacillus polymyxa
penghasil antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri Gram negatif, Bacillus subtillis penghasil antibiotik untuk pengobatan infeksi bakteri Gram positif, Streptomyces
griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan
Streptomyces rimosus penghasil antibiotic tetrasiklin untuk berbagai infeksi bakteri.
• Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang. Sebagai
contoh, dalam bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin, dan hormon.
• Pembuatan zat kimia, misalnya aseton dan butanol oleh
Clostridium acerobutylicum.
• Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehingga menghasilkan energy alternative metana berupa biogas. Contohnya Methanobacterium. (Mayo Foundation for Medical Education and Research, 2011).
2.2.5. Bakteri Yang Merugikan
• Pembusukan makanan. Contohnya Clostridium botulinum. • Penyebab penyakit pada manusia. Contohnya Mycobacterium
tuberculosis (penyebab penyakit TBC), Vibrio cholera
(penyebab kolera atau muntaber), Clostridium tetani (penyebab tetanus), dan Mycobacterium leprae (penyebab lepra).
• Penyebab penyakit pada hewan. Contohnya Bacillus anthracis
(penyebab penyakit antraks pada sapi).
• Penyebab penyakit pada tanaman budidaya. Contohnya
Pseudomonas solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman
tomat, Lombok, terung, dan tembakau), serta Agrobacterium
tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan). (Mayo
2.3. Stafilokokus
Stafilokokus adalah sel sferis garam-positif, biasanya tersusun dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Stafilokukus tumbuh dengan mudah di berbagai medium dan aktif secara metabolik, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasai dari putih hingga kuning tua. Beberapa tipe stafilokukos merupakan flora normal kulit dan membran mukosa manusia, tipe lainnya dapat menimbulkan supurasi, membentuk abses, berbagai infeksi piogenik, dan bahkan septikemia yang fatal. (Jawetz, 2008)
Genus stafilokokus sedikitnya memiliki 30 spesies. Tiga spesies utama yang memiliki kepentingan klinis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus bersifat
koagulase-positif, yang membedakannya dari spesies lainnya. S.aureus adalah patogen utama pada manusia. (Jawetz, 2008)
Staphylococcus koagulasi negatif adalah flora normal manusia dan
kadand-kadang menyebabkan infeksi, seringkali berkaitan dengan implantasi alat-alat, terutama pada pasien yang sangat muda, tua, dan dengan fungsi imun yang terganggu. Sekitar 75% infeksi yang disebabkan oleh stafilokokus koagulase negatif ini akibat S epidermidis, infeksi yang disebabkan oleh staphylococcus
ligdunensis, staphylococcus warneri, staphylococcus hominis, dan spesies lainnya
lebih jarang terjadi. (Jawetz, 2008)
2.3.1. Morfologi dan identifikasi A. Ciri khas organisme
Spesies mikrokokus sering menyerupai stafilokokus. Spesies tersebut ditemukan hidup bebas di lingkungan dan membentuk kelompok empat atau delapan kokus yang teratur. Koloninya dapat berwarna kuning, merah, atau jingga. (Jawetz, 2008)
B. Biakan
Stafilokokus mudah berkembang pada sebagian besar medium bakteriologik dalam lingkungan aerobik atau mikroaerofilik. Organisme ini paling cepat berkembang pada suhu 370C tetapi suhu terbaik untuk menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan (25-250C). Koloni pada medium padat berbentuk bulat, halus, meninggi, dan berkilau. S aureus biasanya membentuk koloni berwarna abu-abu hinghga kuning atau kecoklatan. Koloni S epidermis biasanya berwarna abu-abu hingga putih pada isolasi pertama, banyak koloni hanya menghasilkan pigmen setelah inkubasi lama. (Jawetz, 2008)
2.3.2.Patogenesis
Stafilokokus, terutama S epidermidis, merupakan flora normal pada kulit, saluran napas, dan saluran cerna manusia. S aureus ditemukan dalam hidung pada 20-50% manusia. Stafilokokus juga sering ditemukan di pakaian, seorai, dan benda-benda lainnya di lingkungan manusia.
Kemampuan patogenik S aureus terteuntu merupakan gabungan efek faktor extraseluler dan toksin serta sifat invasif strain tersebut. Salah satu akhir spektrum penyakit oleh stapilokokus adalah keracunan makanan, yang semata-mata akibat konsumsi makanan yang mengandung enterotoksin, sedangkan bentuk akhir lainnya adalah bakterimia stafilokokus dan abses yang tersebar di semua organ. (Jawetz, 2008)
S aureus yang patogen dan invasif menghasilkan koagulase dan cenderung
nonpatogen dan tidak invasif seperti S epidermidis bersifat koagulase negatif dan cenderung nonhemolitik. (Jawetz, 2008)
2.3.3. Epidemiologi
Stafilokokus adalah parasit manusia yang dapat ditemukan dimana-mana. Sumber utama infeksi adalah lesi terbuka, barang-barang yang terkontaminasi lesi tersebut, serta saliran napas dan kulit manusia. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dianggap sangat penting dirumah sakit, karena sebagian besar staf atau pasien membawa stafilokokus yang resisten terhadap antibiotik di dalam hidung atau kulitnya. Walaupun kebersihan, higien, dan manajemen aseptik pada lesi dapat mengendalikan penyebaran stapilokokus dari lesi, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran stafilokokus secara luas. (Jawet, 2008)
2.4. Mencuci tangan 2.4.1. Definisi
Mencuci tangan adalah perlakuan kepada tangan menggunakan air yang bertujuan untuk mengurangi flora transien tanpa mempengaruhi flora residen pada kulit. Penggunaan sabun dan/atau deterjen yang mengandung agen antiseptik dapat digunakan untuk membantu efektifitas mencuci tangan. (Madappa, 2012) 2.4.2. Persiapan mencuci tangan
Dalam mencuci tangan, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas mencuci tangan dalam mengurangi jumlah bakteri. faktor-faktor yang berpengaruh diantaranya adalah air dan sabun. (Madappa, 2012)
2.4.3. Jenis - Jenis Penyakit
1. Diare
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat mengurangi angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah : Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).
2. Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA)
ISPA adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini dengan dua langkah:
1. Dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan.
sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 persen.
3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. 2.5.4. Air
Air merupakan pelarut universal, dan selama ini digunakan untuk membersihkan tangan dari kotoran maupun kontaminan. Walau begitu, air tidak dapat secara langsung menghilangkan bahan-bahan hidrofobik seperti lemak dan minyak yang sering terdapat pada tangan yang kurang bersih. Maka dari itu penggunaan air harus diikuti dengan sabun. (Madappa, 2012)
Kualitas air juga sangat menentukan efektifitas dari mencuci tangan. Air dengan kontaminan yang tinggi terbukti kurang efektif jika digunakan dalam mencuci tangan. Faktor lain seperti suhu juga memiliki pengaruh dalam efektifitas mencuci tangan. (Madappa, 2012)
2.5.5. Cara Mencuci Tangan Yang Baik
Menurut Center’s for Disease Control (CDC) and The American Society for Microbiology (2005) berikut langkah-langkah cuci tangan yang tepat:
1. Basahi tangan dengan air mengalir yang hangat, pakailah sabun secara rata.
2. Gosokan kedua tangan minimal 10-15 detik, merata hingga ke jari-jemari dan siku.
3. Bilas dengan air, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih atau tisu sekali pakai.
4. Jika berada difasilitas umum, biarkan air tetap mengalir saat selesai. Saat tangan sudah kering, pakailah kertas tisu untuk menekan/memutar keran.
2.6. Bahan Sanitaiser
mendesinfeksi kulit, tetapi selama pencucian sabun akan mengurangi bakteri transien pada kulit secara nyata (Jenie 1996).
Penambahan antimikroba pada saat cuci tangan akan efektif dalam mengurangi jumlah mikroorganisme transien. Hasil penelitian Paulson (1994) menunjukkan bahwa penggunaan sabun cair non bakteri dapat menghilangkan jumlah mikroorganisme sekitar 2 log, sedang penggunaan sabun cair mengandung 10% paraklorometaksilenol (PMCX) dan 0,2% PMCX dapat menghilangkan jumlah mikroorganisme masing-masing 2,5 log dan 4 log.
Sampai saat ini telah banyak jenis sanitaiser yang digunakan untuk cuci tangan. Setiap sanitaiser mempunyai kelebihan masing-masing. Menurut Paulson (1996) efektivitas sanitaiser tersebut tergantung pada tipe dan jumlah sanitaiser yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk cuci tangan, tekanan mekanis dan gesekan pada saat cuci tangan serta suhu air.
Klorin merupakan salah satu bahan sanitaiser yang banyak digunakan dalam industri pangan dengan pertimbangan antara lain bakteri gram negatif maupun positif rentan terhadap klorin, demikian juga dengan sporanya. Disamping itu klorin mudah digunakan dan harganya murah (Forsythe dan Hayes 1998).
Pilihan sanitaiser lain yang banyak digunakan dan dinilai efektif adalah alkohol. Alkohol dan formula yang mengandung alkohol TO% efektif menurunkan E. Coli. ( Ansari et al. 1989).
Alkohol murni (100%) kurang efektif dibandingkan dengan larutan alkohol (alkohol yang sudah dicampur aquades). Direkemendasikan untuk menggunakan alkohol dengan konsentrasi 70%, karena denaturasi membutuhkan air (Tortora et al. 1998).
tidak bernyawa. Di antara zat antiseptik yang umm digunakan di antaranya adalah alkohol, iodum, hidrogen peroksida, dan asam boraks. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme. (Ansari et al, 1989)
Pembersih tangan atau hand sanitizer merupakan salah satu produk inovatif yang berupa cairan antiseptik pencuci tangan tanpa bilas yang tidak berbusa, digunakan untuk membunuh bakteri yang telah terakumulasi di tangan tanpa harus dibilas dengan air. Antiseptik tidak dimaksudkan untuk masuk ke dalam jaringan tubuh, melainkan hanya bekerja di permukaan tubuh saja, seperti halnya untuk pemakaian di kulit tangan kita.Dalam pembuatan pembersih tangan ini digunakan alkohol (etanol) dari ampas kelapa, karena alkohol mempunyai potensi sebagai antiseptik yang cukup optimal pada kadar 70%. (Ansari et al, 1989)
Hand sanitizer adalah cairan dengan berbagai kandungan yang sangat
cepat membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan. Hand sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan, mudah dibawa dan cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Hand sanitizer digunakan ketika dalam keadaan darurat di mana kita tidak bisa menemukan air. Kelebihan ini diutarakan menurut US FDA (Food and Drug Administration) dapat membunuh kuman dalam waktu kurang lebih 30 detik. (Ansari et al, 1989)
Hand sanitizer memiliki berbagai macam zat yang terkandung. Secara
umum mengandung alkohol 60-90%. Menurut CDC (Center for Disease Contro)
hand sanitizer terbagi menjadi dua yaitu mengandung alkohol dan tidak
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional a. Definisi
1. Cuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya. Mencuci tangan merupakan kebiasaan yang sederhana, yang membutuhkan pelatihan yang minim dan tidak membutuhkan peralatan. Selain itu mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk menghindari sakit.
2. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun adalah sesuatu yang dilakukan oleh subjek sebagai sebuah tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dan menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih dan juga memotong mata rantai kuman.
3. Sabun adalah pecampuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik paling tua sudah sejak berabad-abad yang silam (Tranggono, Retno, 2007).
4. Hand sanitizer adalah sebuah formulasi cair yang dirancang untuk
membunuh bakteri dengan cepat pada kulit tangan. Cuci tangan Hand sanitizer
Cuci tangan pakai sabun
Jumlah koloni bakteri
5. Cuci tangan sabun adalah membasuh tangan dengan mengalir kemudian memakai sabun secara merata
6. Cuci tangan memakai hand sanitizer adalah membasuh tangan dengan menggunakan hand sanitizer secara merata pada tangan
7. Jumlah koloni bakteri adalah perhitungan sekumpulan bakteri-bakteri yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni.
8. Jenis bakteri adalah bakteri yang dibedakan berdasarkan caranya untuk memperoleh makanan dan memperoleh oksigen.
b. Alat ukur
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
Ose, lampu spritus, kaca objek glass, mikroskop, piring petri, blood agar c. Cara ukur
1. Responden melakukan penanaman ke media blood agar sebelum melakukan cuci tangan.
2. Kemudian responden kembali melakukan penanaman pada media blood agar setelah melakukan cuci tangan memakai sabun biasa dengan menggunakan air yang mengalir.
3. 1 minggu kemudian, responden kembali melakukan penanaman pada blood agar sebelum mencuci tangan.
4. Kemudian responden kembali melakukan penanaman pada media blood agar setelah memakai hand sanitizer.
d. Nilai ukur: Numeric e. Hasil ukur
1. Jumlah koloni dan jenis bakteri pada tangan sebelum mencuci tangan memakai sabun
2. Jumlah koloni dan jenis bakteri pada tangan setelah mencuci tangan memakai sabun
4. Jumlah koloni dan jenis bakteri pada tangan setelah memakai hand sanitizer
3.3. Hipotesa
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan m etode Analitik dengan pendekatan dengan jenis penelitian pre test – post test dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas
hand sanitizer dibandingkan mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga
kebersihan tangan pada mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran angkatan 2012.
4.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai Oktober sampai November 2013.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi target mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Populasi terjangkau adalah populasi target yang menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random
sampling. Semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki
Rumus :
Numerik Tidak Berpasangan
�1 =�2 = 2 �(��+��)�
�1− �2 �
2
�1 = �2 = 2 �(1,96 + 0,84) 39
40 �
2
�1 =�2 = 2 �109,2
40 �
2
�1 =�2 = 2 �11.924,64
1600 �
�1 = �2 = 2 (7,4529)
�1 =�2 = 14,9058
Keterangan :
Zα = Untuk kesalahan tipe I 5%, hipotesis dua arah (1,96)
Zβ = Untuk kesalahan tipe II 20% (0,84)
X1 – X2 = Selisih rerata minimal yang dianggap bermakna (40) S = Standar deviasi (39)
n1 = n2 = Jumlah sampel (15)
Setelah dilakukan perhitungan sampel dengan rumus di atas, maka populasi didapat 14,9 mahasiswa atau dibulatkan menjadi 15 mahasiswa sebagai sampel.
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Kriteria Inklusi :
1. Mahasiswa-mahasiwi FK USU angkatan 2012. 2. Bersedia mengikuti penelitian.
4. Yang tidak melakukan cuci tangan dan tidak memakai sabun sebelum melakukan penelitian
b. Kriteria Eksklusi :
1. Sampel memiliki luka pada tangan.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian. Data yang diambil adalah gambaran bakteri sebelum dan sesudah pemakaian sabun dan hand sanitizer sesuai dengan prosedur cara ukur.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Pada penelitian ini variabel penggunaan sabun cuci tangan atau hand
sanitizer dan efektivitas dalam membunuh bakteri di analisis secara analitik.
Setelah data terkumpul dari hasil penelitian maka dilakukan pengolahan data dan melalui tahapan sebagai berikut:
2. Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan variabel serta memastikan semua prosedur pelaksanaan telah dilaksanakan dengan baik.
3. Coding
Yaitu memberikan katagori tertentu pada hasil pemeriksaan efektivitas.
4. Entry
Yaitu memasukkan data dari hasil penelitian kedalam program komputer pengolah statistik.
5. Cleaning
Yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.
6. Analysis
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik dengan menggunakan populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Subjek penelitian dipilih secara random sampling. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober-November 2013.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terletak di jln dr. Mansyur Medan. Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5.1.2. Deskripsi Karateristik Sampel
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012. Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini sebesar 15 responden yang memiliki kriteria inklusi. Semua data diambil dari data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel.
5.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
5.1.3.1. Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebelum pemakaian hand
sanitizer jumlah sampel dengan bakteri gram positif sebanyak 15 sampel (100%),
Tabel 5.1. Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer
Sebelum Sesudah
Reaksi Pewarnaan Metode Gram
Jumlah Persentase (%)
Jumlah Persentase (%)
Positif 15 100 15 100
Negatif 0 0 0 0
5.1.3.2. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer
Berdasarkan hasil penelitian sebelum pemakaian hand sanitizer didapatkan jenis bakteri Bacilus subtilis pada 6 sampel (40%), Stapylococcus epidermidis pada 5 sampel (33,3%) dan Stapylococcus aureus pada 4 sampel (26,7%). Sesudah pemakaian hand sanitizer didapatkan jenis bakteri Bacilus subtilis pada 6 sampel (40%), Stapylococcus epidermidis pada 6 sampel (40%) dan
Stapylococcus aureus pada 3 sampel (20%). Data dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Hand Sanitizer
Sebelum Sesudah
Jenis Bakteri Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Stapylococcus
aureus
4 26.7 3 20.0
Stapylococcus epidermidis
5 33.3 6 40.0
Bacilus subtilis 6 40.0 6 40.0
[image:39.595.92.532.469.644.2]5.1.3.3. Jumlah Koloni Pada Sampel Sebelum dan sesudah Hand Sanitizer Pada tabel 5.3 dapat dilihat jumlah koloni yang tumbuh pada piring petri untuk setiap sampel sebelum dan sesudah pemakaian hand sanitizer dan juga perubahan jumlah koloni. Rata-rata perubahan jumlah koloni untuk pemakaian
[image:40.595.102.527.268.644.2]hand sanitizer adalah 49,9%.
Tabel 5.3. Jumlah Koloni Pada Sampel Sebelum dan sesudah Hand Sanitizer No Sampel Jumlah Koloni
Sebelum
Jumlah Koloni Sesudah
Perubahan Jumlah Koloni (%)
1 5 3 40
2 5 2 60
3 6 2 66,67
4 4 3 25
5 30 10 66,67
6 5 3 40
7 5 2 60
8 4 2 50
9 9 2 77,78
10 10 4 60
11 3 2 33,33
12 3 2 33,33
13 7 4 42,86
14 3 2 33,33
15 5 2 60
5.1.3.4. Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah Sabun
[image:41.595.116.508.275.393.2]Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebelum pemakaian sabun jumlah sampel dengan bakteri gram positif sebanyak 15 sampel (100%), sedangkan jumlah sampel dengan bakteri gram negatif sebanyak 0 sampel (0%). Hasil yang sama didapati setelah penggunaan sabun. Data dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Koloni Bakteri Terhadap Reaksi Pewarnaan Gram Sebelum dan Sesudah Sabun
Sebelum Sesudah
Reaksi Pewarnaan Metode Gram
Jumlah Persentase (%)
Jumlah Persentase (%)
Positif 15 100 15 100
Negatif 0 0 0 0
5.1.3.5. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Pemakaian Sabun
Berdasarkan hasil penelitian sebelum pemakaian sabun didapatkan jenis bakteri Bacilus subtilis pada 2 sampel (13,3%), Stapylococcus epidermidis pada 6 sampel (40%) dan Stapylococcus aureus pada 7 sampel (46,7%). Sesudah pemakaian sabun didapatkan jenis bakteri Bacilus subtilis pada 3 sampel (20%),
Stapylococcus epidermidis pada 6 sampel (40%) dan Stapylococcus aureus pada 6
Tabel 5.5. Jenis Bakteri Sebelum dan Sesudah Pemakaian Sabun
Sebelum Sesudah
Jenis Bakteri Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Stapylococcus
aureus
7 46.7 6 40.0
Stapylococcus epidermidis
6 40.0 6 40.0
Bacilus subtilis 2 13.3 3 20.0
Total 15 100 15 100
Tabel 5.6. Jumlah Pada Koloni Sampel Sebelum dan Sesudah Pemakaian Sabun
No Sampel Jumlah Koloni Sebelum
Jumlah Koloni Sesudah
Perubahan Jumlah Koloni (%)
1 20 10 50
2 8 4 50
3 15 10 33,33
4 4 2 50
5 10 4 60
6 11 4 63,64
7 16 4 75
8 10 2 80
9 10 3 70
10 3 1 66,67
11 7 2 71,43
12 9 2 77,78
13 9 3 66,67
14 13 6 53,85
15 8 3 62,50
Tabel 5.7. Jumlah Koloni Bakteri Sesudah Pemakaian Sabun dan Jumlah Koloni Bakteri Sesudah Pemakaian Hand Sanitizer
No Sampel Jumlah Koloni Sesudah Pemakaian Sabun Jumlah Koloni Sesudah Pemakaian Hand Sanitizer
1 10 3
2 4 2
3 10 2
4 2 3
5 4 10
6 4 3
7 4 2
8 2 2
9 3 2
10 1 4
11 2 2
12 2 2
13 3 4
14 6 2
15 3 2
Total 60 45
5.1.3.7. Perbandingan Efektivitas Pemakaian Hand Sanitizer dan Sabun Efektifitas dari pemakaian hand sanitizer dan sabun didefinisikan sebagai rata-rata pengurangan dari jumlah koloni pada sampel sebelum dan sesudah tindakan. Rata-rata yang didapat kemudian dibandingkan menggunakan uji paired
T-test. Hasil uji paired T-test menghasilkan nilai signifikansi P = 0.039.Nilai P<
pada tangan. Rata-rata pengurangan jumlah bakteri lebih tinggi pada pemakaian sabun dengan perbedaan rata-rata 12,1%.
5.2. Pembahasan
Penggunaan produk hand sanitizer semakin banyak digunakan di masyarakat. Ketertarikan masyarakat ini dipengaruhi oleh atribut hand sanitizer yang praktis digunakan dan promosi mengenai fungsi higienitasnya. (Ramadhanti, 2004).
Kandungan dari hand sanitizer adalah sebuah formulasi cair yang dirancang untuk membunuh bakteri dengan cepat pada kulit tangan. Kandungan dari sabun adalah pencampuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik paling tua sejak berabad-abad silam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun lebih efektif dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan. Dyer (2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan efek dari penggunaan hand sanitizer dapat dilakukan dengan mencuci tangan setelah menggunakan produk hand sanitizer.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan DI Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utaradari Oktober 2013- November 2013 dengan 15 sampel dapat diambil kesimpulan tentang Efektifitas hand
sanitizer dibandingkan dengan mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga
kebersihan tangan pada mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
1. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara efektifitas pemakaian hand sanitizer dan sabun dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan (p=0.039)
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun lebih efektif dalam mengurangi jumlah koloni bakteri pada tangan.
3. Hasil penelitian ini menunjukkan mencuci tangan dengan sabun tetap menjadi pilihan utama dalam menjaga higienitas dari tangan.
6.2 Saran
1. Perlunya edukasi dan penjelasan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai pentingnya mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga kebersihan tangan.
2. Perlunya edukasi dan penjelasan kepada masyarakat mengenai pentingnya mencuci tangan memakai sabun dalam menjaga kebersihan tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Analisa Kesehatan Nasional Surakarta, 2012. Escherichia coli dan Proteus mirabilis Australia Government, Nasional Health and Medical Research Council, 3003. Review of Coliform As Microbial Indicators of Drinking Water Quality. Available from:
Arisman, 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi, Keracunan Makanan. Available from:
Australia Government, National Health and Medical Research Council, 2003. Review of Coliform As Microbial Indicators of Drinking Water Quality. Available from:
Bloomfield et al., 2007, The effectiveness of hand hygiene procedures in reducing the risks of infections in home and community settings including handwashing and alcohol-based hand sanitizers,, doi:10.1016/j.ajic.2007.07.001
CDC,2012. Available from:
http://www.cdc.gov/nczed/divisions/dfbmd/diseases/enterotoxigenic_ecoli
Dobson, R.G. 2003, Handwashing Programed could be Intervention of Choice for Diarrhoeal Diseases, British Medical Journal. Available from:
Hammond, B., Aii, Y, Fendler, E., Dolan, M., & Donovan, S. (2000). Effect of hand sanitizer use on elementary school absenteeism. American Journal of
Infection Control. Available from
Jawetz, Melnick, and Adelberg’s, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L., Jakarta: Salemba Medika
Jawetz, Melnick, and Adelberg’s, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa oleh Hartanto Huriawati, Rachman Chaerunnisa, Dimanti Alifa, dan Diani Aryana, Jakarta: Salemba Medika
Liu Pengbo, Yuen Yvonne, Hsiao Hui-Mien, Jaykus Lee-Ann, 2010, Effectiveness of Liquid Soap and Hand Sanitizer against Norwalk Virus on Contaminated
Hands, Appl. Environ. Microbiol. 2010, 76(2):394.
Madappa, T. 2012. Escherichia Coli Infections. Available from: http//emedicine.medscape.com/artickle/217485-overview#a0104
Radji Maksum, Suryadi Herman, ariyanti desy tahun 2007, uji efektivitas
antimikroba beberapa merek dagang pembersih tangan antiseptik, Available
from :www.journal.ui.ac.id
Ramadhanti, 2004, Analisis Perilaku Konsumen Produk Pembersih Tangan Tanpa
Air (Hand Sanitizer). Karya Tulis Ilmiah
Strohl, W.A., Rouse,H, Fisher,B.D, 2001, Lippincott’s Illustrated Reviews:
Microbiology, Lippincott Pennsylvania: Williams & Wilkins
Synder, Peter, O., 1988, A., Safe Hands Wash Program for Retail Food
Operations, Hospitaly Institute of Technology and Management. St. Paul,
Teare, L., 1999, Hand Washing. British Medical Journal, Available from:
Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed Livesaving Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic Proceedings, Boyce JM, Pittet D, Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee, ICPAC/SHEA/ APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.
Guideline for hand hygiene in health-care settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the
HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. MMWR Recomm Rep. 2002
WHO, 2011. Available from:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : MHD. AKIM
Tempat/Tanggal Lahir : Rantauprapat, 29 Agustus 1992
Agama : Islam
Alamat : Jln. Setia Luhur No 23A Medan
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 112142 Rantauprapat (1998-2004) MTsN Rantauprapat (2004-2007)
SMA Negeri 1 Rantauprapat (2007-2010) Fakultas Kedokteran USU (2010-Sekarang)
Riwayat Pelatihan : Pelatihan Sirkumsisi SCOPH PEMA FK USU Riwayat Organisasi : Anggota Panitia Dies Natalis FK USU ke-60
Anggota Panitia Dies Natalis FK USU ke-61 Wakil Ketua Porseni PEMA FK USU
LEMBAR PENJELASAN
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya yang bernama Mhd Akim adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas
Hand Sanitizer Dibandingkan Mencuci Tangan Memakai Sabun Dalam Menjaga
Kebersihan Tangan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelessaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara/I menjadi responden dalam penelitian ini. Setiap data yang ada dalam penelitian ini dirahasiakan dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Partisipasi saudara/I dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Jika saudara/I bersedia menjadi subjek penelitian, silahkan menandatangani lembar persetujuan.
Atas perhatian dan kesediaan saudara/I menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.
Medan, 2013
Hormat Saya,
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Kelas :
Jenis kelamin :
No. telepon/HP :
Telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Hand Sanitizer Dibandingkan Mencuci Tangan Memakai Sabun Dalam Menjaga Kebersihan Tangan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini. Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2013 Hormat Saya,