• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seleksi bobot sapih pada sapi daging di ladang ternak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Seleksi bobot sapih pada sapi daging di ladang ternak"

Copied!
278
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)

, : r i

SELEKSI

BOBOT SAPIH PADA

SAPI DAGING

DI, LADANG

TERNAK

DISERTASI

Oleh :

S U M A D I

PROGRAM

PASCASARJANA INSTITUT I'ERTANIAN BOGOR
(146)

RINGKASAN

SUMADI, S e l e k s i Bobot Sapih Pada S a p i D a g i ~ g

D i

Ladafig

Ternak, (dibawah bimbingatl HARIIdUIlT.1 MARTWO, sebagai

ketua,

R.

EDDIE m A b I ,

H,

ANSORI MA!LTJIK, H.

MOELJAEWO D J O J O W N O dafi BEDJO

SOEWARDI

sebagai anggota) ,

Program pemuliaan untuk peningkatan p m d u k t i v i t a s

a t a u pengembangan prdduksi induk

-

an&

s a p i daging d i ladang t e r n a k ( r a n c h ) h a r u s ditekanlran pada s i f a t produksi

dan reproduksi yang mempunyai -ti ekonomi, y a i t u panen

p e d e t , bobot s a p i h , bobot s e t a h u n m d m bobot potong,

Disamping i t u s e l e k s i d m a t a u pengaturan s i s t e m per-

kawinan padh s a p i daging, didalam pelaksanaannya memerlu-

kan waktu yang lama d m b i a y a yang cukup t i n g g i - Oleh

karena i t u jawaban a t a u pemecahan masalah d i a t a s dilakukan

melalui pendekatan t e o r i t i s d i bidang pemuliaan t e r n a k

dengan menggunakan d a t a h a s i l pencatatan dan pengamatan

lapang, kemudian dilakdsan s u u l a s i dengm komputer,

P e n e l i t i a n b e r t u j u a n untuk

menilai

kemungkina

peningkatan mutu g e n e t i k dan bobat pada b b o t s a p i h s e c e r a

langaung dan peningkatan hutu g e n e t i k dan bobot pada

bobot setahunan d m bobot potong secapa t i d a k langsung

sebagai alribat s e l e k s i bobot s a p i h pada usaha ladang

t e r n a k d i B i l a River Ranch, Pare-Pare, Sulawesi S e l a t a n

(147)

mengetahui proyeksi pengembangan populasi, apabila diasum-

si ada perbaikan pada koefisien teknis selama lima tahun.

Dalam proyeksi pengembagan populasi ini dapat diketahui

peningkatan total populasi d m jumlah sapi yang dapat

dijual setiap akhir tahun.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna, (1)

untuk menentukan langkah-langkah yang seharusnya ditempuh

dalam melaksanakan program pemuliaan ternak, terutama

m t u k peningkatan dan pengembangan produktivitas atau

produksi induk

-

anak sapi daging, (2) untuk mefiilai

potensi genetik dan merupakan petwjuk yang mantap kearah

mana perencanaan pemulim sapi daging diarahkan serta

bagaimana cara melaksana-lrannya.

Penelitian ini menggmakan data sapi Brahman Cross

(Bx)

di Bila River Ranch

(BRR),

PT.

Berdikari United

Livestock, Pare-Pare, Sulawesi Selatan dan pada usaha

penggemukan

PT.

Kariyana Gita Utama (Feedlot), Cicurug,

Sukabumi. Data yang digmakan berupa catatan produksi dan

reproduksi d m silsilah dari tahun 1989 sampai 1991-

Parameter genetik yang digurlakan pada awal aimulasi

populasi, adalah fiilai heritabilitas m t u k bobot sapih,

bobat s e t a h m m dan bobot pbtofig sebesar 0,34; 0,48; dan

0,58. Nilai korelasi genetik antara bobot sapih dengan

bobot pdtong sebesar 0.52. Nilai ripitabilitas untuk bobot

sapih adalah 0,42, Selanjutnya pada tahun ke tujuh dilaku-

(148)

proses simulasi pada tahun ke 8 s a m p a i 12, baik pada

populasi kontrol maupun h a s i l s e l e k s i ,

D i

s w i n g i t u pada

tahun ke 12 baik pada populasi k o n t r o l maupun s e l e k s i

dilakukan penghituhgan p e a m e t e r genetik yang selanjutnya

digunakan untuk proses simulasi pada kedua populasi t e r s e -

but d a r i tahun ke 13 sampai 17,

Ebbot sapih yang diperoleh dari

data

laDana

adalah

102,61 f 17,91 kg m t u k jantan, 100,74 f 16,89 kg untuk

b e t i n a dan rataannya 101,68

+

17,45 kg. Bobot setahman

309,08

+

25,77 kg untuk jantan, 269,84

+

8,56 kg untuk

b e t i n a dan rataannya 289,46 f 17,17 kg, Bobot potong

436,12 f 36,66 untuk j m t a n dan 404,O f 24,42 kg untuk

b e t i n a d m eataannya 420,06 f 30,54 kg.

S

i

s

t

e

m

-

Sapi yang dikawinkan pada

semua generasi jumlahnya t e t a p , y a i t u 400 ekor b e t i n a dan

20 ekor jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok a t a u pedok

I , 11, I11 dan I V dengan 100 ekor b e t i n a dan 5 ekor jantan

s e t i a p pedok, Perkawinan pada s e t i a p pedok dilabuban

s e c a r a acak dengan asumsi 1 ekor jantan mengawini 20 ekor

betina. Jantan maupun b e t i n a digunakan dalam perkawinan

mulai umur 18

-

24 bulan, d m j a n t m &an d i g a n t i s e t i a p tahun dengan penggafiti b e r a s a l d a r i kelompok l a i m y a ,

sedangkan betifla d i g a n t i sebanyak 20 X per tahun dan peng-

gantinya b e r a s a l d a r i pedok yang sama, Berdasarkan siatem

perkawinan i n i diasumsi t i d a h ada inbreeding, Disamping

(149)

l e p a s s a p i h 1 %, nisbah j a n t a n dan b e t i n a d i b u a t s e c a r a acak, kematian b u l l dan itldub adalah 1 % dan 2 X .

GeneraL_dasas~u.jaWa,

Populasi d a s a r t e t u a d i b u a t

untuk menciptakan t e t u a , b a i k j a n t a n m a u p u t l b e t i n a rang

menghasilkan anak yang akan d i s e l e k s i . Tetua t e r d i r i atas

empat kelompok dan s e t i a p kelompok t e r d i r i atas 5 p e j a n t a n dan 100 ilnduk,

(amkl.

N i l a i g e n e t i k t e t u a j a n t a n

dan b e t i n a digunakm m t u k n k n g h a s i l k m keturunan a t a u

an&, Jumlah anak yang d i h a s i l k a n s e t i a p g e n e r a s i tergan-

tung k o e f i s i e n teknis, d m afmk

jmtan

maupun b e t i n a yang

d i p i l i h sebagai pengganti juga tergantung kebutuhan,

Selelrsi.

S e l e k s i y m g dilakukan a d a l a h s e l e k s i rhaaa

a t a u individu. Tetua j a n t m s e t i a p tahun d i g a t l t i semua,

dan induk disifigkirkan sebmyak 20 X dengan k r i t e r i a daya

produksinya rendah, K r i t e r i a s e l e k s i an& sebagai penggan-

ti adalah n i l a i pemuliaah bobot s a p i h yang t i n g g i , dan

s e l e k s i pada bobot s a p i h juga digunakail u l t u k s e l e k s i

t i d a k langsung terhadap bobot setahunan dan bobot potong.

Selanjutnya pada s e t i a p gefierasi h a s i l s e l e k s i s e l a l u

diduga respon s e l e k s i n y a ,

Prasessimulasi, Proses i n i dimulai dengan menyusun

s u a t u program dalam bahasa P a s c a l untuk membangkitkan

populasi d a s a r t e t u a dan populasi anak sampai tahun be 17,

b a i k populasi k o n t r o l maupun h a s i l aelesksi, Selanjutnya

(150)

potong pada populasi kontrol maupun hasil seleksi.

Kemudian dibuat grafik bobot sapih, bobot setahunan dan

bobot potong pada kedua populasi tersebut secara manual.

s w n seleksi. Respon seleksi per tahun dihitung

secara manual pada bobot sapih, bobot setahunan dan bobot

potong dan selanjutnya dibuat grafiknya.

n trob-. Hal ini dibuat w t u k

melihat perkembangan populasi dan produksi selama 5 tahun.

Koefisien teknis yang digunakan pada populasi awal adalah

kelahiran 63 %, kematian mak 5 %, sapihan 60 %, mati

lepas sapih 1 %, lama induk d m bull digunakan 5 dan 1

tahun, mati induk d m bull 2 dan 1 X , nisbah bull (pejan-

tan) dan induk 1 : 20, nisbah anak jantan dab betina aebe-

sar 1 : 1, dan daya tampung 1 =/ha-

Selanjutnya sampai tahun ke lima ada beberapa koe-

fisien teknis yang dikembangkan, yaitu kelahirarl 70 X ,

kematian

anak

4% dan induk mati 1 % dan koefisieh laimya

tetap.

Populasi t a h m pertama terdiri atas, ihduk 400 ekor,

anak (0

-

7 bulah) 240 ekor, heifer umur 7

-

20 bulan

sebmyak 80 ekor, jantan umur > 7-20 bultill sebanyak 25

ekor, bull umur > 26 bulan sebanyak 22 ekor dan total

populaei

683

ekor

(567

) Setiap akhir tahm pengem-

bangan dihitung total populasi d m jumlah ternak yang

(151)

Validasi model yang digunakan adalah dengan cara

membandingkan rataan antapa data lapang sebagai maaukkan

dengan data hasil simulasi, Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji t, antara data bobot sapih tahun 1989,

1990 dan 1991 dengan bobot sapih hasil simulasi tahun he

1; 2 dan 3, menunjukkarl perbedaan yang sangat nyata

(P~6,01) pada r a t a m bobot sapih tahun 1989 dengan hasil

simulasi tahun ke satu. Hal ifii disebabkan pada tahun 1989

masih menggunakan manajemen lama dan t a h m 1990 sampai

sekararig meliggunakan manajemen baru pada semua aspek usaha

ladang ternak, terutama tatalaksana penyapihan pedet.

Selanjutnya rataan bobot sapih tahun 1990 dengan hasil

simulasi tahun ke dua dafi bobot sapih tahun 1990 dengan

.bobot sapih hasil simulasi tahun ke tiga, menunjukm

perbedaan yang tidak nyata.

Disamping itu bbbot sapih, bobot setahunen dan bobot

potong hasil seleksi dihitung selang kepercayaahnya (Steel

dan Torrie, 1984), batas atas dan batas bawah, kemudian

dibuat grafiknya. Grafik Pataan bbbot sapih, bobbt seta-

h m a n dan bobot potong dengafi batas stag d m batas bawah

ternyata polmya sama d m dekat sekali.

Oleh karena itu model simulasi yang digunakan dalam

penelitian ini dikatak- valid sehingga dapat dipercaya

untuk digunakah didalarh analisis-

Hasil simulasi seleksi pada bobot aapih, bobot seta-

(152)

Rataan perubahan g e n e t i k yang diduga dengan respon

s e l e k s i pada bobot s a p i h , bobot setahunan dan bobot potong

d a r i semva pedok dan tahun, t e r n y a t a n i l a i n y a b e r v a r i a s i

dan semuanya p o s i t i f - Rataan perubahan g e n e t i k bobot s a p i h

d a r i s e l u r u h tahun pada pedok I , 11, I11 dan I V adalah O,59; O,57; O,57 dan O,60 dengan r a t a a n s e l u r u h pedok

adalah 0,58 kg.

Rataap perubahan g e n e t i k bobot setahunan a k i b a t

s e l e k s i pada bobot s a p i h , pada pedok I , 11, I11 dan I V

adalah 0,39; Q,39; 0.36; dan 0,39 dengan r a t a a n 0,38 kg.

Rataan perubahan genetik bobot potong a k i b a t s e l e k s i

pada bobat s a p i h , pada pedok I , 11, I11 dan I V adalah 0,58; 0,60; 0 , 7 1 dan 0,60 dengan r a t a a n 0,62 kg.

Bobot s a p i h s e t e l a h d i s e l e k s i selama 10 tahun, t e r -

nyata t e r j a d i peningkatan bobot s a p i h dengan r a t a a n 1.63

kg pada t e t u a dan 2,28 kg pada anak- D i samping i t u juga

mengakibatkan peningkatan bobot setahunan dengan r a t a a n

0 , 7 3 kg pada t e t u a dan 1,18 kg pada anak, dan peningkatan

bobot potong dengan r a t a a n 0,63 kg pada t e t u a d& 1,14 kg

pada anak.

Rataan kenaikan bobot s a p i h per tahun pada semua

pedok s e b e s a r 1 , 0 1 % untuk t e t u a dan 1 , 7 4 % untuk a n d , r a t a a n kenaikan bobot setahunan pertahun pada semua pedok

s e b e s a r 0,20 % untuk t e t u a dan 0,32 % untuk anak dan r a t a a n kenaikan bobot potong pada semua pedok s e b e s a r 0,16

(153)

Perbedaan bobot s a p i h , bobot setahunan dan bobot

potong h a a i l s e l e k s i dengan populasi k o n t r o l pada tahun ke

17 b e r t u r u t - t u r u t adalah sebesar 14,41%; 1,98 X dan 1,51%.

RI w~ulaai- Selama lima tahun pengembangan- t e r j a d i penambahan populasi s e b e s a r 2,82 X

dengan r a t a a n 0 , 7 1 X pertahun. Populasi s a p i d a r i tahun ke

s a t u sampai ke lima, sebesar 567; 569; 574; 578; dan 583

Satuan Ternak.

Jumlah s a p i yang dapat d i j u a l pada tahun pertama t e r d i r i a t a s induk a f k i r 31,44 %, dara (20 b l ) 17,03 X ,

jantan (20 b l ) 41,05 % dan b u l l 10,48 X , sedangkan pada

tahun ke lima masiilg-masing s e b e s a r 29,80 X , 19,61 X ,

41,18 % dan 9 , 4 1 %. Selanjutnya selama lima tahun pengem- bangan t e r n y a t a jumlah penjualan induk dan b u l l a f k i r menurun masing-masing sebesar

-

1,64 X d m

-

1,07 %,

sedangkan h e i f e r a t a u dara d m jantan (20 bulan) semakin

naik masing-masing sebesar 2,58 X d m 0,13 %.

Berdasarkan h a s i l p e n e l i t i a n i n i dapat diambil keaim- pulan bahwa s e l e k s i pada bobot s a p i h aelama 10 tahun,

dapat meningkatkan kemajuan genetik s e c a r a langsung pada bobot sapih d m s e e m a t i d a k langsung pada bobot setahunan

dan bobot potong dengan r a t a a n masing-masing sebesar 0.58;

0,38 d m

0,62

kg.

Selanjutnya s e l e k s i pada bobot sapih s a p i daging

(154)

s e b e s a r 2,28; 1,18 dan 1,14 kg, Oleh karena i t u bobot

s a p i h sangat t e p a t dan ekonomis untuk digunakan sebagai

s a l a h s a t u b i t e r i a s e l e k s i , dalam mengembangkan dan

meningkatkan produksi induk

-

anak s a p i daging a t a u Brah-

m a n Cross

(Bx)

d i ladang t e r n a k ( r a n c h ) .

D i

samping i t u pada usaha ladang t e r n a k ( r a n c h ) ,

a p a b i l a dilalnrkan peninglratan k e l h i r a n 7 X , penurunan

kematian an& 1 % d m induk 1 % pada s a p i Brahtnan Cross

(Bx), maka dapat meningkatan panen pedet a t a u sapihan

s e b e s a r 7 %, populasi a k h i r 2,82 % dan jumlah s a p i yang dapat d i j u a l sebesar 2 , 7 5 %.

Program s i m u l a s i dan komputer dapat digunakan sebagai

a l a t m t u k membantu percobaan dan a n a l i s i s s e l e k s i bobot

s a p i h pada s a p i Brahmm Cross

(Bx)

pada usaha ladang

t e r n a k , dan juga dapat untub meramalkan dan a t a u menggam-

barkan kemajuan g e h e t i k dan feilotipe s e c a r a c e p a t d m

murah, Selanjutnya h a s i l t e r s e b u t dapat digunakan sebagai

bahan masukan untuk pengambilan keputusan o l e h manajemen

usaha peternakan,

Selanjutnya disarankan aebaiknya para a h l i pemuliaan

t e r n a k bekerjasama dengan para programer untuk membuat

program s i m u l a s i yang dapat digunakan pada percobaan,

a n a l i s i s , meramalkan dan a t a u menggambarkan kemajuan

(155)

Usaha ladang ternak sapi daging disamping harms

meningkatkan produktivitas melalui kuantitas d m h a l i t a s

sapi, sebaiknya juga integrasi dengan usaha penggemukan,

usaha rumah potong hewan, prosesing hasil ternak serta

usaha pemasaran ternak dan haail ternak sehingga mendapat-

(156)

SELEICSI

BOBOT

SAPIH PADA SAP1 DAGING

DI

LADANG TERNAIC

D i s e r t n s i scbagai salah s a t u s y a r a t u n t u k mcmperolch g e l n r

D o k t o r

pada

Program P a s c a s a r j a n a , I n s t i t u t P e r t a n i a n Bogor

PI~OCIZAhI

PtlSCtlStlIU

A N A
(157)

SELEKSI BOBOT SAPIH PADA S A P 1 DAGING

D I W A N G TrSRNAK

Oleh

S U M A ' D I

PTK 85508

Menyetujui

1, K o m i s i P e m b i m b i n g

( P

-

o ~ a r i m u r t y Martojo)

K e t u a

.

-

I

( P r o f - D r .

H-

E d d i e G u r n a d i ) ( b d l 3 . Moel j arno ~ j p d o P a r t o n o ! ~ ~ ~ ) A n g g o t a A n g g o t a

n

( D r . H . A , A , M a t t j i k ) ( D r . Bedjo S o e w a r d i , MSc )

2. Ketua P r o g r a m S t u d i

Ilmu T e r n a k ertanian B o g o r

(158)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gorang-Gareng, Magetan, Jawa

Timur pada tanggal 19 Maret 1952, putra tunggal dari ayah

Saiman Hardjo Prajitno dan ibu Soekarmi.

Lulus Sekolah Ralsyat Negepi tahun 1965, Sekolah

Menengah Pertama Negeri tah- 1968 d m Sekolah Menengah

Atas Negeri tahun 1971 di Magetan, Jawa Timur.

Pada t a h m 1973 menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada, Sejak tahun 1976, penulis telah

mulai bekerja sebagai tenaga asisten tidak tetap pada

Laboratorium Pemuliaan Ternak Fakultas Peternakan Univer-

sitas Gadjah Mada dibawah bimbingan Bapak Drh. Wartomo,

MSA. Pekerjaan inilah y m g selanjutnya ditekuni penulis

setelah meriyelesaikan kesarjanamya pada tahun 1978 dan

1980 diangkat sebagai dosen tetap pada Fakultas Peternaka

Universitas Gadjah Mada.

Tahun 1983 sampai t a h m 1985 mengikuti pendidikan

Magister Sains di Institut Pertanian Bogor dan memperoleh

gelar Magistep Saias pada tahun 1985. Selmjutnya sejak

bulan September 1985 terdaftar sebagai mahaaiswa S3 Pro-

gram Pascasarjana Institut Pert-iatl Bogor, pada Program

Studi Ilmu Ternak.

Menikah dengan Marcella Rienhartati pada tahun 1985

dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Rendi Hadiwijoyo dan

(159)

Dengan memanjatkan pugi syukur kehadirat Allah Subha-

nahu Wata'ala, penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada berbagai pihak, baik perorangan atau

instansi yang telah memberikan bantuan pikiran dan atau

finansial sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

Tulisan ini adalah laporah lengkap hasil penelitiah Selek-

si Bobot Sapih Pada Sapi Daging di Ladang Ternak, Bila

River Ranch

PT.

Berdikari United Livestock Pare-Pare,

Sulawesi Selatan dan

PT.

Kariyana Gita Utama, Cicurug,

Sukabumi, Jawa Barat,

Sulit rasanya bagi penulis mtuk mengungkapkan satu

persatu. Oleh karena itu, tanpa mengurangi arti bantuan

yang diberikan oleh yang lain, penulis menyampaikan terima

kasih sebesar-besamya secapa khuaus kepada :

1. Bapalr Pr0f.D~- B a r h w t i Maictojo, sebagai ketua komisi

penasehat yang telah barkyak memberikan petunjds,

pengarahan dan bimbingan sejak direncarlakan, dilaksa-

nakan hingga akhir penelitia ini.

2, Bapak Praf.Dr.

R.

Eddie Gurnadi, Lk,

H - A-A.

nattjik,

Dr.

H.

Moelyarno Djojomartono, HSA dan

Dr.

Bedjo

Soewardi, sebagai anggota komisi penasehat yang telah

banyak memberikan petunjuk dan nasehat sehingga

(160)

3. Koordifiatar Lembaga Pendidikan h k t o r , Depdikbud yang

telah menjadi penyandang dana utama bagi penulis

selama mengikuti pendidikan doktor di Institut Perta-

nian Bogor.

4 . Bapak Ketua Yayasafi Super Semar, yang membantu seba-

gian biaya pendidikm, penulis sampaikan banyak terima

kasih

.

5. Bapak Ir. Nurendro Trikesowo, direktur Utama

PT.

Kariyana Gita Utama beserta staf, yang telah memberi-

kan izin penelitian dan bantuan moril dan materiel

sampai selesainya laporan ini.

6 , Bapak Maman

P,

Kosim, Direktur Utama

PT,

Berdikari

United Livestock beserta staf, yang telah memberikan

izin dan tempat penelitian serta bantuan moril dan

materiel.

7. Bapak Rektor Universitas Gadjah Mada yang memberi

kesempatan kepada peilulis m t u k mengikuti pendidikan

latljutan,

8 , Bapak b k a n Pakultas Peternakan Universitas Gadjah

Mada yang medberikan kesempatan kepada penulis untuk

mexigikuti pendidikm lanjutan.

9. Bapak Pimpinan Institut Pe~tanian Ebgor, yang rnenerima

penulis sebagai mahasiswa Program Doktor di Program

(161)

10. Bapak Ir. K u ~ d i Ishak, IP. Bambang Hartoyo, Sumardjo,

SE, Ir. Bambang Wijanarko, Drh. Rudy Bawolje, Ir. Luk-

man Massiara, Ir.

R,

Wijoyo, Ir.

A.

Ridwan, Ir. Asrul

Naaution, Ir. Nono Ngadiyono, MS., Ir. Suharto, MS.,

dan bapak Ir. Sujadi Rekso Hadiprajo yang telah banyak

memberi motivasi pada penulis sampai selesainya lapor-

an ini.

11. Bapak Drh. Wartoao,

MU.,

Dr. Dukut Sularsasa, MSc.,

Ir. Supiyoho,

MS.,

Ir, Wasyim Mulyadi, MS., dan ibu

I

3 , Maria Astuti, MSc., staf dari Laboratorium

Pemulian Ternak, Fakultas Peterflakan, Universitas

Gadjah Mada yafig telah banyak memberi bantuan dan

saran-saran sampai selesainya laporan ini,

12. Bapak Ir. Hadi Sumwno, MS. dari jurusan Hatematika,

FMIPA, IPB, yang telah banyak membe~i bantuan dan

saran sampai selesainya laporan ini.

13. Kepada teman-teman sejawat d m sebidang keahlian atas

pephatian dafi bantuan mereka, terutama dalam berdis-

kusi dan atas bitik-kritik yang dikemdsakan, penulis

banyak mengucapkan terima kasih.

14. Ayahmda dan Ibunda yang dengan segala kasih sayang

memelihara, membeswkan dan memberi motivasi untuk

belaja* d m belajar terus, hingga akhirnya penulis

sampai pada k e a d a a sepepti m a t ini.

15. Kakakku Dra. Lamiran dan Sumardi sekeluarga, yang

(162)

terms hingga akhirnya plenulis sampai pada keadaan

seperti saat ini.

16, Kepada isteriku Atik dari anak-anak tersayang, Rendi

dan Aji, penulis menyampaikan terima kasih yang amat

mendalam atas segala pengertian, pengorbanan dan

ketabahan yang dipeplihatkan selama penulis tidak

berada di tengah-tengah mereka,

(163)

DAF11AR

TABEL

...---..---...----.-.---

DAFTAR GAMBAR

. . - . - - . . . - - . - . - - . - . - - - . - . - - - . - - - -

PENDAHUWAN . - - - . - - - . - - -

L a t a r Belakang

. . - - - . . . . - - - - . - . . . - - - . . -

T u j u a n P e n e l i t i a n

. - . - - . - - . - - - . . - - . - - - . - - . . . .

Kegunaan P e n e l i t i a n

. . .

TINJAUAN PUSTAX. , . , . . . - - - . - - . . . - - . - - - . . - - -

Panefi P e d e t

. . , . , . . . . - - - - . . - . - - - . - - -

B o b a t Sapih

, , . - , - - - . - - - - . - . - - -

P e r t a m b a h a n B o b o t B a d m

. . , , - . . - . - . - - - .

P a r a m e t e r G e f i e t i k

- - . . . - - - . . . . - . - - - . -

S e l e k s i - - - . . - - a -

MATSRI

DAN MI?I!ODA

...

Materi P e n e l i t i a n

--..-...--..-.-....--..---.

Metoda P e f i e l i t i a n - - - . . - - - . .

1. para mete^ yang digmakan pada simulasi po-

pulasi

- - - - . - - - . - - - . . - . - - - . - - - . - . - - -

2. S i s t e m simulasi p e r k a w i n g l r

3. G e n e r a s i dasar tetua

- . - - . - . - .

4, G e n e r a s i k e t u r u n a n ( a n a k )

- - -

- - -

- - - - .

5 , Metocia a e l e k s i

- - - . - - -

6 . P r o s e s s k l a s i

. . . - . - - - . . - - - . - - -

i i i

(164)

7. Rataan bobot sapih, bobot setahunan dan

bobot potong

...

8, Respon seleksi

, . , , , , , - , - - - . - - - . - - -

9, Proyeksi pengembangan populasi

,..,,..,..,

HASIL

DAN

PEMBAHASAN

...

Validasi Model Simlasi

,---..,---....-.-

. - - -

Perubahan Genetik B b o t Sapih, Bobot Seta-

hunan dan Bobot Potong

.-...-...-.-

Perubahan Bobot Sapih, Bobot setahunan dan

Bobot Potong

...

Proyeksi Pengembangan Populasi Sapi Brahman

Cross

(Bx)

...

KESIMPULAN

DAN SARAN

...

DAETAR PUSTAKA

...

(165)

Halaman Nomor

1, Koefisien Telrtlis Pefigembangan Sapi Brahman

Cross ( E k ) Dalam Lima Tahun

- - - - . . - - - . - . -

26

2, Respofi Selekai (Ry) Pertahun Pada Bobot

Sapih (kg) - - - . . - - - , - - . - - - - . - - - 50

3, Respon S e l e k s i Pertahun Pada Bobot Setahman

(kg) , , , , , , , , , , , , . - - - , - - - . - - . - , . . . - - -

-

52

4. Respon S e l e k s i Pertahun Pada Bobot Potong

(kg) , , , , , , , , - - - 60

5, Parameter Genetik

Y

w

bigtmakan Dalam

Simulasi

- - - . . - - - . - - -

60

6, Rataaii Bobot Sapih Sa$i Kantrol (kg)

- - -

61

7. Rataan Bobot Setahunan Sapi Kontrol (kg)

.,..

61

8 , Rataan Bobot Potong Sapi Kantral (kg)

- . - - -

62

9 - Rataan Bobot Sapih, Bobot Setahunan dan Bobot

Potong Tetua Kontrol dan Anak Kontrol (kg) - , 62

10, Rataan Bobot Sapih Hasil S e l e k s i (kg)

- - - , - - .

65

11. Rataan Bsbot Setahman Hasil S e l e k s i (kg)

.,.-

65

12, Rataaxi Bobot Potong Hasil S e l e k s i (kg) - - , - - - 66

13. Rataan Bobot Sapih, Setahunan dan Potong Tetua

d m Anak Hasil S e l e k s i (kg)

,,,,,,.,,..,----,

66

.14, Rataan Kenaikan ( X ) Bobot Sapih, Bo'oot Seta-

hunan dan Bobot Potong H a s i l S e l e k s i Pertahun

, . - . - - . - . . - - - . - - . - - - . - - , , - . - . . - - -

66

15- Kefiaikan Populasi halam Lima Tahun

(X)

,,,,,.

70

16, Jumlah Sapi Yang Dijual Pertahun (ST)

- - , - - - .

73
(166)

Nomor

Rataan Bobot Sapih, Setahunan dan Bobot Po- tong Sapi Brahman Cross

(Bx)

,.,,,,,,,,,,.,,,

N i l a i H e r i t a b i l i t a o , R i p i t a b i l i t a s dan KO-

r e l a s i Genetik Pada Bobot Sapih, k b o t Seta-

...

hunan dan Potolng Pada Sapi Daging

Bobot sapih pada populasi k o n t r o l pada

pedok 1

...

Bobot sapih pada populasi k o n t r o l pada

pedok 2

...

Bobot sapih pada pbpulasi k o n t r o l pada

pedok 3

...

Bobot s a p i h pada populasi kontrol pada

pedok 4

...

Bobot setahunan pada populasi k o n t r o l pada pedok 1

...

Bobot setahunan pada W p u l a s i k o n t r o l pada pedok 2

...

Bobot s e t a h m a n pada populasi kontrol pada pedok 3

...

Bobot setahunan pada populasi k o n t r o l pada pedok 4

...

Bobot potoxig pada populasi k o n t r o l pada

pedok 1

...

Bobot potong pada populasi k o n t r o l pada

pedok 2

...

Bobot *tong pada populasi k o n t r o l pada

pedok 3

...

Ebbot pdtong pada populasi kontrol pada

pedok 4

...

(167)

16. Bobot sapih pada populasi hasil seleksi pada

pedok

2

...

96

17. Bobot sapih pada populasi hasil seleksi pada

pedok 3

. , , , . , , - . - - - - . . - - . - - - . - - -

18. Bobot sapih pada populasi hasil seleksi pada

pedok 4

, , . , . . , , . , - - - . - - . - - . - - - . - - -

19. Bobot setahunan pada populasi hasil seleksi

pada pedok 1

. , - . - . - - -

20. Bobot setahmaxi pada populasi hasil seleksi

...

pada pedok 2

21. Bobot setahuna pada populasi hasil seleksi

pada pedok 3

- - - . - - - . - . - - - . - - -

22. Bobot setahman pada populasi hasil seleksi

pada pedok 4

,,,,,,,.,,,,~,,,,~---

23. Bobot potong pada populasi hasil seleksi N d a

pedok 1

,,.,.,,,,.,,..---.---

24. Bobot pbtox'u~ pad& populasi hasil seleksi pada

...

pedok

2

25. Bobot potong pada populasi hasil seleksi pada

pedok 3

...

101

26. Bobot potong pada populasi hasil seleksi pada

pedok 4

,,,,,,..,.,,-.--..--.---.-.---.-

101

27. Hasil Uji Statistik Ebbot Sapih dari data lapang tahun 1989/1991 dengan hasil simulasi

tahun ke 1

-

3

(u3i t, Steel d m Torrie, 1984)

28. Proyeksi Pengembangan Produksi Iriduk

-

Anak

Sapi Dagilig di L a d m Te~fiak

...

103

29.

Contoh Hasil Keluaratl Komputer pada Populasi

Kofitrol pada Pedok I tahun ke 17

...

104

30.

Contoh EIasil Keluaran KomputeP pada Populasi

Hasil Seleksi pada Pedok 1 tahuan ke 17

,.,,.

105

31. Rataan Bobot Sapih, Bobot Setahunan dan Bo- bot Potolng Hasil Seleksi pada Semua Pedok

(168)

32. Rataan Bobot Sapih dan Selang Kepercayaan d a r i Populasi Hasil Seleksi pada Semua

Pedok

...

106 33. Rataan Bobot S e t a h m a dan Selang Keperca-

yaan d a r i Populasi Hasil S e l e k s i pada

Semua Pedok

...

107 34. Rataan Bobot Potong dan Selang Kepercayaan

d a r i Populasi Hasil Seleksi pada Semua

Pedok

...

107

35. Grafik Rataan b b o t Sapih pada Populasi Kon-

t r o l , Hasil Seleksi dan Selang Kepercayaan

-

108

36. Grafik Rataan Bobot Setahman pada Populasi Kontrol, Hasil Seleksi dan Selang

Kepercayaan

...

109

37, Grafik Rataari Bobot Botong pada Populasi Kontrol, Hasil Seleksi dan S e l m g

(169)

-

Populasi d m produktivitas sapi daging di Ihdonesia perlu terms ditingkatkan, untuk memenuhi permintaafi dagixlg

sapi di dalarn negeri yang terus menifigkat- Hal ini dise-

babkan a d m y a pehingkatan konsumsi daging sapi dan beper-

luaan sapi untuk tenaga kerja pertanian, Untuh mengatasi

masalah ini, telah diusahakm oleh pemerintah bersama

pelaku ekonomi lainnya dengan cara ~heningkatkan produkti-

vitas sapi daging teputama dalam ha1 psningkatan produksi

induk

-

anak melalui petani peternak dan usaha ladang

ternak atau

m.

Usaha l a d m g terfiak pada umumnya memerlukan modal dan

aanajemen yahg cukbp tinggi, sehingga kebmyakari diusaha-

kan oleh peternak dengan tipologi usaha komersial dan

industri peternakan (Saehad j i

,

1991)

-

Disampillg itu usaha

ladang ternak di Indonesia memelihara berbagai bangsa sapi

balk lokal maupun

bhmr.

Namun demiki- produktivitas sapi

daging tersebut, terutama produksi induk

-

anak masih

pelatif rendah dan perlu terus ditingkatkan. Produktivitas

sapi daging sebenarnya merupekan gabungan daci eifat-sifat

produksi d m ~ e p p b d u k ~ i (Lasley, 1972). Sifat-sifat terse-

but pada sapi daging sangat penting, terutama untuk meren-

(170)

pengembangan produktivitasnya. Selanjutnya program pew-

liaan harus ditekankatl pada penigkatm sifat produksi dan

reproduksi yar'ig m e m w y a i arti ekonomi, yaitu panen pedet,

bobot sapih, bobot setahunan, bobot potong dan pertambahan

bobot badan setelah disapih y w berdasarkan catatan

individu sapi. Sifat-sifat tersebut akan dipengaruhi oleh

beberapa f aktor

,

aritara laid bangsa sapi, keadaan tanah,

kondisi padang rumput, penyakit dan manajemen (Vercoe dan

Friesch, 1986).

Bobot sapih pada sapi daging merupakan salah satu

sifat yahg mempunyai arti ekonomi yang sangat penting,

karena merupakan sifat yang paling awal dan murah yang

dapat digmalsan sebagai salah satu kriteria seleksi dan

dapat berpengaruh positif terhadap sifat-sifat kehidupan

selarqjutnya (Taylor, 1984).

Selanjutnya dinyatakan pula bahwa bobot sapih yang

tifiggi berapti menceminkah produksi induk, sifat keibuan

induk dan pertumbuhail pedet sebelum disapih yang baik,

serta bobot sapih sangat r e s w n terhadap seleksi k w e n a

mempunyai nilai heritabilitas yang cukup tinggi (Taylor,

1984). Nilai he~itabilitas yahg cukup tinggi pada bobot

sapih, beparti menunjukah bahwa korelasi ragam fenotipe

dan r a g a genetik juga tinggi sehingga seleksi berdasarkan

(171)

Produkt ivitas sapi daging terutama produksi bobot

sapih dapat ditingkatkan baik melalui modifikasi ling-

kungan atau meng'ubah mutu penetiknya dan dalam prakteknya

adalah kombifiasi antara kedua alternatif diatas diterapkan

(Vercoe dan Friesch, 1980). Produktivitas dapat diukur

dari performans reproduksi dan praduksinya, sehingga

peningkatan bobot sapih melalui perbaikan mutu genetik

dapat dilakuka secara seleksi d m atau pengaturan sistem

perkawinan,

Perbaikan mutu genetik ternak di daerah peternakan

murni lebih ditekankan melalui cara seleksi dah untuk

melaksanakarinya diperlukan infomasi data produktivitas

dasar yang dicatat di lapang secara berulang (Martojo,

1977). Hal ini pada sapi daging yang dipelihara dengan

sistem ladang t e ~ n a k sudah dilakukan, yaitu pencatatan

beberapa sifat produksi dan reproduksi induk

-

anak setiap

tahun. Catatan tersebut digunakan untuk evaluasi hasil

produksi pada akhir tahun dab untuk membuat rencana pe-

ningkatan dan pengembangan produksi tahun be~ikutnya,

Namun demikian, peningkatan dan pefigembangan produktivitas

pada usaha ladang ternak melalui seleksi dan atau penga-

turan sistem perkawinan belum diterapkaxh secara utuh dan

benar, sehingga pr6duksi induk

-

anak masih relatif rendah

yaitu panen pedet sebesar 51,31 % dan pertambahan bobot

(172)

Berdaaarkan uraian tersebut di atas, maka perlu usaha

seleksi untuk peningkatan dan pengembangan produktivitas

sapi daging di ladang ternak, yang meliputi bobot sapih,

bobot setahman dan bobot potong y a g semumya itu dipan-

dang sebagai sifat-sifat yang mempunyai arti ekonomi

tinggi

.

Di samping itu berdasarkan kendala waktu, fasilitas

dan dana yang tersedia maka usaha seleksi bobot sapih pada

sapi daging dilakukan melalui pendekata teoritis di

bidang pemuliaan ternak, yaitu dengan menggunakan data

dari hasil lapang kemdian dilakukan simulasi dengan

komputer ,

P W

Peflelitian bertujuafi, (1) untuk menilai kemungkinan

peningkatan mutu genetik bobot sapih, bobot setahunan dafi

bobot potong pada sapi Brahmari Cross

(Ex),

melalui estima-

si Fespon seleksi sebagai akibat seleksi bobot sapih pada

usaha ladang ternak di Bila River Ranch, Pare-Pare, Su-

lawesi Selatatl; (2) dieamping itu juga untuk menilai

kemungkinan penifigkatan bobot sapih, bobot setahunan dan

bobot potong pada sapi Brahman Cross

(Rx)

sebagai akibat

seleksi bobot sapih pada usaha ladang ternak di Bila River

Ranch, Pare-Pare Sulawesi Selatan; (3) dan selanjutnya

(173)

Brahman Cross

(Bx)

d i B i l a River Ranch, Pare-Pare, Sulawe-

si S e l a t a n , s e b a g a i a k i b a t peningkatan dan perlgembangan

k o e f i s i e n t e k n i s selama l i m a tahuri,

-

H a s i l penelitiaxh diharapkan berguna untuk menentukan langkah-1angka.h y m g seharushya ditempuh dalam melaksana-

kan program pemuliaan t e r n a k , terutama untuk peningkatan

dan pengembangan p r o d u k t i v i t a s s a p i daging-

D i

samping i t u

h a s i l p e n e l i t i a h sangat berguna untuk m e n i l a i p o t e n s i

g e n e t i k d m merupakan petutlJuk yang mantap kearah aana

perencanaafi pemuliaair s a p i daging a t a u s a p i Brahman Cross

(174)

TINJAUAN PUSTAKA

E k m m l d &

Produktivitas sapi dagihg terdiri atas komponen-

komponen seperti fertilitas, daya tahan hidup, laju per-

tumbuhan daA kompdsisi karkas (Vercoe dan Friesch, 1980).

Selaqjutnya dinyatdkan pula bahwa produktivitas sapi

daging sebenenya merupakan hasil nyata dari pengaruh

genetik dan 1ingkuAgan terhadap komponen produktivitas

tersebut, Pefigelolaan sapi daging yang pehting adalah

kemajuan reproduksihya yang diukur dengem rataan fertili-

tas (Cunha af;

d.,

1967). Fertilitas atau kernburan dari

sekelompok induk dapat dinyatakan dengan persentase panen

pedet, yaitu 1) jumlah mak yang disapih dan bobot anak

yang disapih perkelompok ifiduk yang dikawinkan atau 2)

jumlah pedet yang disapih pertahun perkelompok indulr

dibagi ihduk y&g dikawinkan ( m a af;

al.,

1967 dan

Payne, 1970).

Menurut P a m e (1970), bahwa jumlah anak y-g disapih

per unit teriralc tergantung pada rataan reproduksi, jumlah

anak yang hidup, umur d d pertumbuhan pedet. Disamping itu

panen pedet juga merupakan aalah satu komponen produktivi-

tas yang dipengaruhi bleh beberapa ha1 antara lain bangsa,

keadaan tanah, kondisi padang m p u t , iklim, penyakit d m

(175)

genetik terhadap panen piedet adalah disebabkan oleh kelom-

pok bangsa pejantan maupun induk dan sebagian besar varia-

si panen pedet disebabkan oleh lingkungan (Cunha g&

al,

,

1967; Payne, 1976; Johanssofi dan Rendel, 1968 dan Lasley,

.1972). Payne (1970) meriyatakan bahwa nilai heritabilitas

dari panen pedet adalah 0.145 yang diduga efek variasi gen

aditif adalah kecil dan sebagian besar disebabkan efek

variasi gen non aditif dan linghmgan- Keadaan tersebut

ditunjukan dengaxi hasil pereilangan, yaitu perseritase

panen pedet ilaik sebeear 11 %. Dieamping itu barmadja

(1980), menyatakm bahwa sapi di Ihdonesia mempunyai

feptilitas yang c u h p tinggi dan diduga erat kaitannya

dengan panjailgnya waktu birahi, Pada mamalia yang mem-

punyai waktu birahi m a n g &all lebih fertil dari pada

waktu birahinya pendek,

Selanjuthya sebagai gambaraii dari reproduksi sapi

Brahall di Indonesia, seperti diiiyatakan Sutan (1988),

bahwa sifat reproduksi sapi Brahman di Bat-ta Sumatera

Selatan adalah I) jarak birahi 17

-

24 hari, 2) angka

perkawinan (s/c) 2,73, 3) persentase kebuntingan 35.78 %

dan lama buntifig 296,58 hari, 4) jar& beranak 531,ll h a ~ i

d m 5) panen pedet atau calf crop 33,4 %. Disamping itu

sifat produksinya adalah 1) bobot lahir 26,26 kg, 2) bobot

u m u ~ 180 hari adalah 100,01 kg, 3)

ADG

d e i lahir sampai

disapih 0,41 kg, 4) kehlatiarh anak sampai disapih 5,41 X

(176)

B&au%ml

Lasley (1972), meyatakan bahwa persentase panen pedet

dan bobot sapih merupakaxi kombinasi dua faktar yang

pentiilg dalam produksi sapi daging. Bobot sapih mempakan

faktor penting, sebab menyatakan bobot (kg) produksi

perinduk pe~tahun dan untuk evaluasi pe~bedaan daya induk

dan perbedaah rataan pertumbuhm pedet (Lasley, 1972;

M i m i s dan Fox, 1979 dah honymous, 1972)- SelanJutnya

Humes I&

d.,

(1984), menyatakaxi b a h w a produktivitas induk

di dalam kelompok dapat dihitung dengan mengalikan antara

produksi panen pedet atau sapihatl dengan rataan bobot

sapih pedet.

Leighton

al.

,

( 1982), menyatakan bahwa keragaman

bobot sapih dipengaruhi oleh umur pedet saat disapih,

jenis kelmin, umtu' induk, t a h m kelahiran, muaim kelahi-

ran, tatalaksana sebelum disapih, lokasi dan kemungkinan

interaksi antara faktor-faktor tersebut. Selanjutnya

Preston dan Willis (1974). menyatakan bahwa bobot sapih

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa, jenis

kelamin, umur pedet, umur Ban besar ifiduk, bobot lahir dan

efek hormon, Di samping.itu dinyatakan pula bahwa pengaruh

barigsa pcejantd lebih pentihg pada semua perbedaan bangsa

aebab akar'i mefiwukan ~ r b e d a a n genetik untuk tumbuh dan

bukan disebabkm oleh produksi susu. h b o t sapih mempunyai

(177)

antara i n d i v i d u dalam bangsa dan berbeda a n t a r a bangsa

( Payne

,

1970 )

.

K o r e l a s i g e n e t i k afitara bobot s a p i h dengan bobot

l a h i r , pertambahan bobot badan pephari sebelum d i s a p i h ,

bobot badan umur s a t u tahun (setahunan) dan bobot a k h i r ,

masing-masifig s e b e s a r 0,54; 0,90; 0,63; dan 0,75 ( P r e s t o n

dan W i l l i s , 1974)- Lasley (1972), menyatakan bahwa r a t a a n

n i l a i h e r i t a b i l i t a s bobot aapih s e b e s a r 25 X dan r i p i t a b i -

l i t a s s e b e s a r 46 %, k e c i l n y a n i l a i t e r s e b u t disebabkan

o l e h v a r i a s i geh a d i t i f yang r e l a t i f k e c i l dan v a r i a s i

lingkungan y m g b e s a r , sehingga ada i n d i k a s i pengaruh

induk adalah pehting sebagai sumber v a r i a s i . Selanjutnya

dinyatakan p u l a bahwa lingkungan yang mempehgaruhinya

adalah keadaaan sebelum d m sesudah k e l a h i r a n . b i samping

i t u kmena banyak f a k t o r non g e n e t i k yang mempengaruhi

bobot s a p i h , maka p e r l u beberapa f a k t o r k o r e k s i , Paktor

k o r e k s i t e r s e b u t a n t a r a l a i n terhadap umur ihduk, umur

pedet dan j e n i s kelamin pedet,

Bobot s a p i h s a p i Brahman pada umur 180 h a r i d i

Batumarta, Sumatera S e l a t a n

,

s e b e s a r 100,Ol kg (Sutan, 1988) dan d i B i l a River Ranch, Pare-Pare, Sulawesi S e l a t a n

pada umur 7

-

10 b u l m bobot badan 141,46 kg u n t d s jantan dan 138.3 kg m t u k b e t i n a (Sumadi, 1985)- Berdasarkan d a t a

d i a t a s t e r n y a t a bobot s a p i h sapi Brahman Cross dipenga- xkAi o l e h umur penyapihari, j e n i s kelamin, l o k a s i dan

(178)

bot

Radan

Performan setelah disapih merupakan parameter yang

sangat penting karena performan yang dicapai oleh ternak

merupakan kemampuan ilidividu ternak itu sendiri

.

k b o t

setahunan mempunyai hubungzm genetik yang tinggi dengan

efisiensi pertambahan bobot d m produksi karkas, sehingga

dapat digunakan sebagai petunjuk yallg baik dalam mengbkur

laju pertmbuhan pedet (Warwick d m Legates, 1979). Laju

pertumbuhan paling cepat dicapai pada periode lepas sapih

sampai mencapai pubertas dan rataan pertambhan bobot

badannya dapat digunakan sebagai salah satu kriteria untuk

pemuliaan sapi daging atau sebagai petunjuk performan

dalam kondisi padang rumput (Bowker &

al-,

1978). Selan-

jutnya Pane (1986), menyatakan bahwa mulai umur pubertas

pertumbuhannya mulai menurun dan &an terus menurun hingga

umur dewasa, Hal ini berarti umur dan bobot potong bukan-

lah sembarang, tetapi tergantung laju pertumbuhan sap:

tersebut dan jika diperhitungkan secara ekonomis pemeliha-

raan lebih lanjut sudah tidak menguritungkan lagi karena

laju pertumbuhannya relatif semakin kecil.

Pertambahan bobot badan perhari sampai dengan bobot

potong mempunyai nilai heritabilitas sebesar 0,4 dan bobot

badan umur satu tahun mempunyai nilai heritabilitas 0,5

serta korelasi genetik antara bobot sapih dengan pertam-

(179)

(Johanason dan Rendel, 1968). Di samping itu Warwick &

al.,

(1983) menyatakan bahwa heritabilitas pada bobot

sapih sebesar 0,25

-

0,35; bobot umur 12 bulan sebesar

0,35

-

0,45; laju pertumbuhan setelah disapih dalam feed-

lot sebesar 0,4

-

0,5 d d berat dewasa sebesar 0,4

-

0,7-

Lamboupne (1972), menyatakan bahwa rataali pertambahan

bobot badan akan mempengaruhi produkt ivitas sapi dagibg

,

ha1 ini pada kondisi normal saat pubertas dicapai pada

bobot bad& 250 sampai 300 kg sehingga pada umur 2,5 tahun

sampai tiga tahun sudah beranak pertama dan apabila laju

pertumbuhmya lambat, maka pada umur ernpat tahun atau

lebih barn beranak pertama sehingga produktivitas selama

digunakan untuk breeding menjadi rendah, Disamping itu

Lasley (1972), menyatakafi bahwa bobot s e t a m a n mempunyai

hubungan dengan fertilitas dan produksi air sum pada masa

produksi beeihtnya.

Pertambahan bobot badan perhari sampai bobot jual

mempuilyai nilai heritabilitas sebesar 0,48, ha1 ifii

penting sebab mempunyai korelasi yang tinggi denpan efiai-

ensi pertamballan bobat badan sehingga efisiensi produksi

juga tinggi (Ensmifiger, 1961)- Pe~tambahan bobot badan

juga digunakm untuk membandingkan sapi tipe besar d m

kecil yang disebabkah oleh perbedaan bangsa y m g dinyata-

kan dalam pe*sentase, yaitu pertambahan bobot badan per

hari dibagi bobot awal kemudian dikalikan 100 X (Bowker

a%

(180)

rumput, i k l i m , manajemen dan t i p e perkawinan mempengaruhi

pertambahan bobot badan (Koger &

al-

,

1973; P r e s t o n dan

W i l l i s , 1974; James dan P a t t i e , 1 9 7 6 ) - T e s s &

al.,

( 1 9 8 4 ) , menyatakatl bahwa l a j u pertumbuhan pada sapi Here-

f o r d dipengaruhi s e c a r a n y a t a o l e h f a k t o r t a h u n , l o k a s i ,

i n t e r a k s i a n t a r a tahun dan l o k a s i , rnalranan, i n t e r a k s i

makanan dan tahun, i n t e r a k s i m t a r a makanan dan l o k a s i

s e r t a f a k t o r p e j a n t a n .

Sapi Brahman Cross mempunyai ADG l e p a s s a p i h s e b e s a r

0,29 kg yang d i p e l i h a r a d i ladang t e r n a k B i l a River Ranch

(Sumadi, 1985). Disamping

Brahman

Cross yang d i p e l i h a r a

dengan c a r a i n t e n s i f ( F e e d l o t ) pada umur 2 - 5 - 3 tahun

dengan bobot awal 365,9 kg, lama p i a r a 115 h a r i , babot

potong 470,55 kg mempunyai

ADG

asebesar 0 , 9 1 kg (Sumadi,

1991). S e l a n j u t n y a s a p i Brahman yang berada d i Batumarta

Sumatera S e l a t a n , mempunyai ADG d a r i l a h i r sampai d i s a p i h

pada umur 180 h a r i sebesalt. 0 , 4 1 kg ( S u t a n , 1988). Berda-

sarkan hal-ha1 t e r s e b u t d i a t a s t e r n y a t a pertambahan bobot

badan s a p i Brahman dan Brahman c r o s s , s a n g a t dipengaruhi

o l e h umur, l o k a s i , p o l a pakan, bobot badan dan manajemen.

Laeley ( 1 9 7 2 ) , menyatakan bahwa f e n o t i p e t e r n a k

dipengaruhi o l e h f a k t o r g e n e t i k , lingkungan d m i n t e r a k s i

a n t a r a keduanya dan hanya f a k t o r g e n e t i k yang diturunkan

(181)

seleksi didasarkan atas fenotipe meskipun tujuan sebenar-

nya ialah seleksi untuk genetiknya (Winter, 1963). Genetik

ini ditentukan sewaktu terjadi pembuahan dan akatl tetap

demikian selama hidupnya apabila tidak terjadi mutasi

(Lasley

,

1972), sehingga untuk tujuan pemuliaan perlu

diperhatikan m t u genetik ternak-ternaknya.

Heritabilitas adalah pepbandingan antara ragam gene-

tik dengan ragam fenotipe (Nichols, 1957). Ragam fenotipe

2

merupakan jumlah dari ragam genetik (a G) d m ragam ling-

kungan ($*) (Falconer, 1967). Selanjutnya Grossman

(1975), menyatakm bahwa ragam genetik merupakan jumlah

dari ragam aditif regam dominan (oZD) dan ragam

epistesi (oZ1). Variasi yang disebabkan oleh dominan dan

epistasi sebenarnya merupakan bagian variasi dari hasil

interaksi antara gen-gen diantara lokus-lokus secara

berturut-turut d m menurut Nichols (1957), variasi ini

tidak ditwunkan dari tetua kepada anaknya. Lebih l w j u t

Grossman (1975), menyatakan bahwa keuntungah dari kombina-

si-kombinasi gen yang beraaal dari dominan d m epistasi

&an hilang pada waktu meiosie, (pembelahan reduksi dari

sel) pada tiap gefierasi karena tepjadi pemisahan kromosom.

Pembentukan sel pada &ak (keturunan) tidak selalu memben-

tuk kombinasi yang sama seperti tetuanya, sehingga keun-

tungan yang diperoleh akibat dominasi dan epistasi tidak

(182)

komponen-komponen ragam yanhf penting dalam etimasi herita-

bilitae adalah dan oZp, apabila terjadi perubahan pada

faktor-faktor tersebut d a &an mempehgaruhi nilai heri-

tabilitas (Falconeic, 1967).

Heritabilitas yang diestimasikan berdasarkan ragam

aditif dan ragam fenotipe didefihisikm aebagai heritabi-

litas dalam arti aempit, sedafigkan yang berdasarkan per-

baxidingan antara seluruh ragam genetik dengan selumrh

ragam fenotipe didefiniaikah sebagai heritabilitas dalam

#ti luaa (Lasley, 1972 dah Warwick al.,1983). Lebih

lanjut heritabilitas dalam arti aempit secara singkat

dirmmuskan sebagai beriht :

h2

=

heritabilitas

=

ragam aditif

=

ragam dominan

c?,

=

ragam epistasi

o2*

=

ragam lifi-gan

Menurut Grbsemm (1975), heritabilitas dalam arti sempit

adalah mermpakan parametel? yang pfenting dan pendapat ini

diperkuat oleh DuAbar

al.,

(1953) rang mefiyatakan bahwa

estimasi heicitabilitas dibutuhkan untuk rencana pemuliaan

yang paling efektif. Oleh karena itu Lasley (1972), menya-

(183)

karakter tertentu menunjukan bahwa korelasi antara ragam

fenotipe dan ragam genetik juga tinggi sehingga seleksi

yang berdasarkan fenotipe individu-individu adalah yang

paling efektif, sedangkan apabila nilai heritabilitas

rendah sebaiknya seleksi berdasarkan kelompok atau keturu-

nannya

.

Lush (1949), menyatakah bahwa estimasi heritabilitas

lebih didasarkan ataa tingkat keserupaan dari ternak-

ternak yang dekat hubungm keluargmya dan menurut

Grossman (1975), hubungah keluarga yang serifig digunakan

d a l m mengestimasikan heritabilitas yaitu half-sibs

(saudara tipi). Hal ini disebabkm pada peternakatl sapi

data dari tetua-mak dafl saudara tiri mudah diperoleh d e i

pada saudara kandung. bi saaping itu estimasi heritabili-

tas yang bepdasarkan analisa half-sibs adalah mempunyai

nilai yang mendekati kebenaran, ha1 i r ~ i disebabkail tidak

rnengandung ragam dorninan, sedikit mefigandung ragam epista-

si dan tidak laengatiduilg pengaruh induk (Falcafier, 1972 dan

Warwick &

d.,

1983).

Minis dah Fox (1939), menyatakan bahwa nilai hepi-

tabilitas bobot sapih dan bobot setahmarh masing-masing

sebesaz? 6,40 d a 0,60 d m menwut Waucwick

~Lal.,

(1983),

adalah 6,25 aampai 0,35 uhtuk bobot sapih, 0,35

-

0,45

untuk bobot umur 12 bulah. James datl Pattie (1976). mefiya-

takan bahwa nilai heritabilitas untuk bobot setahunan

(184)

Lasley (1972), menyatakan bahwa ripitabilitas merupa-

kan pnampilan sifat yang sama pada waktu yang berbeda

dari individu yang sama selama hidupnya, dan digunakan

untuk menduga sifat yang sama dari individu yang sama pada

masa yang akan datang. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa

semakin besar nilai ripitabilitas dari m a t u aifat,

berarti pengafkiratl dapat dilakuhan lebih awal. Hal ini

dise

Gambar

Tabel 1, Koefisien Teknis Pengembanga Sapi (Bx)
Gambar 2, Diagram Alir Produksi Induk - An&
Gambar 3. Grafik bobot sapih data tahun 1989-1991
Tabel 2. Respon Seleksi ( R y )  per tahun pada bobat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual masih belum cukup baik dilaksanakan oleh perawat, sehingga diperlukan kepemimpinan transformasional yang dapat merubah pola pikir perawat

Akan tetapi, pada penelitian ini hanya sampai pada tahap develop (pengembangan) dikarenakan keterbatasan waktu peneliti. Sedangkan desain penelitian ini menggunakan

Uji fitokimia menunjukkan kulit durian mengangung tanin, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid sebagai senyawa anti bakteri dan saponin yang dapat menghasilkan busa di dalam

Outline materi (silabi) : Pemahaman mengenai pengertian bahan pangan yang dapat menimbulkan keracunan makanan, bagaimana pengaruh racun terhadap tubuh, baik yang berasal

Abdul Momen, dalam wawancaranya dengan Benar News (2019) menyatakan bahwa setiap bulan Pemerintah Bangladesh harus mengeluarkan sekitar 300 juta dolar AS atau 3,6

Berdasarkan nilai tahanan jenis dan keadaan geologi, hasil penelitian diidentifikasi terdapat 4 jenis lapisan batuan permukaan didaerah Desa Pawan, Rokan Hulu,

Kompetensi profesional guru kewirausahaan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang indikatornyal antara lain meliputi : (1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola

Berdasarkan item pernyataan “Saya merespon dengan cepat kegiatan yang dilakukan oleh pesaing”, dapat diketahui bahwa responden menjawab yang sangat setuju yaitu sebanyak