• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Balai Teknik Lalu Lintas Dan Lingkungan Jalan Bandung Dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus Dikalangan Pengendara Roda Dua Di Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Balai Teknik Lalu Lintas Dan Lingkungan Jalan Bandung Dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus Dikalangan Pengendara Roda Dua Di Bandung"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

RODA DUA DIBANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Mukhammad Fadilla

NIM. 41806043

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

iv

PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA DI BANDUNG

Oleh: Mukhammad Fadilla

NIM. 41806043

Skripsi ini di bawah bimbingan, Drs. Manap Solihat M.Si

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan mengenai Peranan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung. Dengan indikator peranan yang diteliti antara lain: perencanaan yang akan dilakukan, kegiatan yang akan dilakukan, pesan yang akan disampaikan, media yang digunakan dan evaluasi yang dilakukan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dan penelusuran data

online. Informan penelitian ini adalah bagian Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan yaitu sebanyak 2 (dua) orang, anggota Ditlantas Polrestabes Bandung 1 (satu) orang dan Pengendara Kendaraan Roda Dua 3 (tiga) orang

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil penelitian bahwa perencanaan yang dilakukanoleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung adalah untuk mengetahui latar belakang program Ruang Henti Khusus (RHK), tujuan diadakannya program Ruang Henti Khusus (RHK) dan publik sasaran dari kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK). Kegiatan yang dilakukan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung bersifat continue dan kegiatan ini terdapat hambatan yaitu hambatan perijinan dan kerusakan alat media pensosialisasian. Pesan yang disampaikan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung merupakan komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Teknik pesan yang digunakan adalah pesan informatif, pesan persuasif, dan pesan instruktif. Media yang digunakan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung adalah media cetak dan media elektronik. Evaluasi yang dilakukan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai setelah kegiatan sosialisasi.

(3)

v

TO MOTOR RIDER GROUP IN BANDUNG By:

Name: Mukhammad Fadilla

NIM: 41806043

This thesis under guidance of:

Drs. Manap Solihat M.Si

This research was conducted with the intention to describe the role of Traffic and Environmental Engineering Center for Research and Development Road and Bridge Road in disseminating the program “Ruang Henti Khusus” special two wheels in Bandung. By using role indicators, such us : plan-to-do, action-to do, message to tell,used media and evaluation. This research is a qualitative research using descriptive method. Technique of data collection is using interview, observation, book study and online data observation. This research information is gained from Association of Traffic engineering and road environment,that consists of 2 (two) elements, 1 (one) officer from Traffic Directorate Polrestabes Bandung and 3 (three) Motor Riders.

According to this reseacrh, found that planing which being done by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing “Ruang Henti Khusus” to Motor Riders in Bandung is refers to find out about background of the “Ruang Henti Khusus” program, purpose of “Ruang Henti Khusus” (RHK) and public target or object from the socialization of “Ruang Henti Khusus” program (RHK).Activity which being acted by Association of Traffic Engineering and Road Environment Reseacrh in socializing “Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in Bandung is done continually and this activity has barries, such as allowance barrier and the damage of socialization-used media. Message to tell by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing

“Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in Bandung is an interpersonal communication, group communication, and mass communication. Messaging techniques used are informative message, persuasive message and instructive message. Media which in being used by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing

“Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in Bandung is print-out media and electronic media. Evaluation which is being done by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing “Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in

Bandung is to find out the result has been reached after the socialization.

(4)

vi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Sang Maha Agung dan Maha Tinggi, Allah SWT. Karena atas Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Peranan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus di Kalangan Pengendara

Kendaraan Roda Dua di Bandung?” Ini dengan tepat waktu.

Adapun pembuatan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Terutama untuk kedua orang tua Bapak Musa dan Ibu Suhesti, yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi perhatian, kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil.

Pembuatan Skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Yth. :

(5)

vii

memberikan tanda tangan pengesahan. Terima kasih juga untuk semua masukan dan saran kepada penulis.

3.

Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi serta merangkap Dosen Wali bagi Penulis. Ibu engkau bagai bunda pengganti orang tuaku yang jauh di kampung halaman.

4. Segenap Bapak/Ibu Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

5. Ibu Astri A.Md.Kom dan Ibu Intan S.I.kom Selaku Sekretariat Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan bantuan untuk kelengkapan administrasi selama pembuatan laporan ini. Sekali lagi penulis ucapka terima kasih.

6. Bapak Drs. M. Idris, MT selaku Kepala Sub Seksi Program dan Pelayanan Teknis. Terimakasih atas waktu yang bapak berikan.

7. Ibu Sri Amelia ST.,MT selaku staf Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Pusjatan PU. Terimakasih banyak atas bimbingan dan kesabaran Ibu untuk mendampingi pembuatan Skripsi ini.

8. Seluruh Staf Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementrian

(6)

vii

Peneliti. Terimakasih banyak atas waktu dan kesempatannya untuk di wawancarai.

11.Teman-teman mahasiswa yang selalu mendampingi penulis dikala senang maupun susah. Omen, Mamad, Yaser, Dendi, Tri, Mitha, Dewi, Ochi, Umi kita keluarga berencana.

12.Untuk wanita yang selalu mendoakan dan memberi support moril maupun materil, Novi Diah Wijianti Am,Keb Makasih atas semua bantuannya. You are the best.

13.Sahabat-sahabat penulis di IK-1 2006, Bangku TeKa Production yang senantiasa membantu penulis dari mulai ketua hingga anggota, dan rekan sejawat mahasiswa UNIKOM angkatan 2006. Perjuangan kita belum berakhir kawan.

14.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalam.

Bandung, Juli 2011

Penulis

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan suatu kegiatan yang berperan sebagai urat nadi, baik bagi kehidupan ekonomi maupun kehidupan sosial di suatu wilayah. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand), dimana pergerakan yang merupakan akibat dari adanya pergerakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul akibat adanya pemisahan lokasi aktivitas. Pemisahan aktivitas tersebut membutuhkan pelayanan jaringan jalan, yang selanjutnya menimbulkan adanya pergerakan lalu lintas. Sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan (traffic) merupakan tiga sub sistem yang saling terkait yang perlu dikendalikan dan diselaraskan guna menunjang terciptanya sistem transportasi yang baik.

Sistem transportasi merupakan elemen dasar dalam infrastruktur yang berpengaruh pada pola pengembangan perkotaan, dimana sistem trasnportasi ini sebagai stimulus atau pemicu akan adanya perkembangan suatu kota. Pengembangan transportasi memainkan peranan penting dalam kebijakan dan program pemerintah. Dengan adanya pengembangan transportasi ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan suatu kota. Namun dalam prakteknya, sistem transportasi tersebut bukan merupakan stimulan bagi perkembangan suatu kota karena kota-kota tersebut

(8)

berkembang lebih cepat dibandingkan dengan fasilitas transportasi yang tersedia.

Adanya perencanaan transportasi sangat berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam sistem transportasi yang ada, namun perlu di ingat bahwa keefektifan setiap sistem transportasi sangat dipengaruhi oleh pola tata guna lahan. Selain itu, fasilitas dan pelayanan transportasi yang seharusnya ada harus tetap diperhatikan. Adanya fasilitas dan pelayanan yang kurang memadai dapat menimbulkan permasalahan transportasi yang kompleks, seperti kurang tersedianya fasilitas bagi pejalan kaki/trotoar dan perparkiran.

Pertumbuhan populasi sepeda motor dewasa ini telah membawa sejumlah fenomena menarik terhadap lalu lintas hampir di setiap ruas-ruas jalan, khususnya ruas-ruas jalan perkotaan. Penumpukan sepeda motor, misalnya, yang memenuhi mulut-mulut persimpangan selama fase merah sangat berpengaruh terhadap kinerja persimpangan. Pada umumnya penumpukan sepeda motor pada mulut persimpangan di kota-kota besar sangat tidak beraturan dan tidak jarang melanggar aturan lalu lintas di persimpangan, seperti melampaui garis henti, menutup pergerakan lalu lintas belok kiri langsung serta menghalangi pergerakan pejalan kaki.

(9)

Penumpukan yang terlihat pun pada umumnya tidak teratur dan juga melanggar aturan lalu lintas seperti melampaui garis henti, menutup pergerakan lalu lintas belok kiri langsung serta menghalangi pergerakan pejalan kaki.

Pelanggaran yang dilakukan berpotensi memperbesar konflik antar kendaraan yang akhirnya memperbesar pula potensi kecelakaan lalu lintas. Dampak lainnya ialah pengurangan waktu hijau efektif untuk kendaraan roda 4 dikarenakan pada saat lampu hijau menyala, kendaraan roda 4 belum dapat bergerak akibat terhalangi oleh sepeda motor. Akibat penumpukan sepeda motor disertai pelanggaran aturan di mulut persimpangan meningkatkan termakanya kecelakaan lalu lintas.

Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan merupakan sebuah balai penelitian yang menjadi salah satu bagian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum. Balai ini memiliki tugas untuk melaksanakan perencanaan teknis, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penunjangan ilmiah, layanan pengujian laboratorium dan lapangan serta pemberian saran teknis teknologi teknik lalu lintas dan lingkungan jalan. Puslitbang Jalan dan Jembata yang dibantu oleh Dinas perhubungan selaku instansi terkait yang membenahi fasilitas dibidang lalulintas. Seperti tertulis dalam tugas pokok Dinas perhubungan, Melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah di bidang Perhubungan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.

(10)

Tugas Pokok Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan teknis, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penunjangan ilmiah, layanan pengujian laboratorium dan lapangan serta pemberian saran teknis teknologi teknik lalulintas dan lingkungan jalan.

Kementerian Pekerjaan Umum di dalam RPJM memasukkan aspek keselamatan jalan sebagai salah satu sasaran di dalam rangka mewujudkan infrastruktur jalan yang berwawasan keselamatan. Sedangkan dalam program RPJ Panjang (2025), Kementerian Pekerjaan Umum mengembangkan sistem transportasi nasional yang andal dan berkemampuan tinggi yang bertumpu pada aspek keselamatan, dan keterpaduan antar moda, antar sektor, antar wilayah, aspek sosial budaya, dan profesionalitas sumber daya manusia transportasi, di mana salah satu sasarannya adalah menjamin kelancaran dan keselamatan arus lalu-lintas dalam mengantisipasi peningkatan sepeda motor.

(11)

sepedamotor adalah dalam bentuk penyediaan fasilitas ruang henti kendaraan sepedamotor (RHK) di persimpangan

Ruang Henti Khusus (RHK) sepeda motor pada persimpangan (Idris, 2007) merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah penumpukan sepeda motor pada persimpangan bersinyal. RHK sepeda motor di desain untuk fasilitas ruang berhenti sepeda motor selama fase merah yang ditempatkan di antara garis henti paling depan dengan garis henti untuk antrian kendaraan bermotor roda empat. RHK dibatasi oleh garis henti untuk sepeda motor dan marka garis henti untuk kendaraan bermotor roda empat lainnya. Kedua marka garis henti ditempatkan secara berurutan dan dipisahkan oleh suatu ruang dengan jarak tertentu.

Sehingga, dengan diadakannya program RHK oleh Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan dapat menciptakan suatu iklim komunikasi yang kondusif sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan reputasi instansi/lembaga atau menjaga kesinambungan lembaga dalam melaksanakan kegiatan baik internal maupun eksternal.

(12)

dibutuhkan Public Relations atau hubungan masyarakat (humas) yang mempunyai fungsi menjembatani antara suatu instansi dengan publiknya, disini antara dinas perhubungan dengan masyarakat.

Mengenai definisi Public Relations menurut Coulsin-Thomas adalah usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini menunjukkan bahwa public relations

dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi.

Sebagai sebuah profesi seorang Public Relations bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi. Seorang Public Relations pun diharapkan untuk membuat program atau kegiatan dalam mengambil tindakan secara sengaja dan terencana dalam upaya-upayanya mempertahankan, menciptakan, dan memelihara pengertian bersama antara instansi dan masyarakat. Seperti tertulis dalam tugas pokok Puslitbang, Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan Pengembangan di bidang Pekerjaan Umum dan memiliki fungsi sebagai berikut:

(13)

2. Pengembangan standarisasi bidang pekerjaan umum, koordinasi, perencanaan, pemasyarakatan standar dan evaluasi standar, penyiapan sertifikasi dan akreditasi.

3. Perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan pengkajian sosial, ekonomi, budaya, pembinaan pengelolaan lingkungan, dan pembinaan kemitraan serta pengembangan peran masyarakat bidang pembangunan pekerjaan umum.

4. Penyiapan perencanaan dan evaluasi, layanan informasi publik bidang IPTEK, kepegawaian, keuangan serta administrasi badan. Sosialisasi sangat diperlukan oleh Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan kota Bandung dalam menjalakan tugasnya, salah satunya untuk membina hubungan kerjasama dengan masyarakat dan memberikan penyuluhan dan arahan mengenai program terbaru dari Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Pengertian sosialisasi menurut Susanto adalah : “suatu proses yang mengajar individu menjadi anggota masyarakat dan berfungsi dalam masyarakat”. (Susanto, 1992 : 164). Inti dari sosialisasi adalah proses pembelajaran kepada masyarakat mengenai sesuatu hal yang belum diketahui untuk dapat diterima dan dapat dilaksanakan dengan baik. Proses tersebut dapat bertahan dalam waktu tertentu karena ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan.

(14)

mempertahankan citra (image) positif, sehingga posisi Humas sangat penting dalam sebuah instansi/lembaga organisasi. Salah satunya adalah dengan tetap menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna jalan raya. Sosialisasi Program Ruang Henti Khusus (RHK) ini dikenalkan, diberitahukan dan dijelaskan kepada masyarakat sebagai upaya melaksanakan fungsi dan tujuan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan dengan para pengguna jalan raya yang berkesinambungan sesuai dengan yang diharapkan bersama-sama.

Menurut peneliti, masalah ini cukup menarik untuk dikaji, karena ternyata dalam pokok permasalahannya adalah bagaimana proses sosialisasi Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Puslitbang dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) ini kepada masyarakat dan bagaimana peran Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Puslitbang dalam melakukan kegiatan humas untuk memberikan sosialisasi berupa pembinaan dan penyuluhan Program Ruang Henti Kendaraan ini kepada kalangan Pengendara Roda Dua di Bandung.

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mengambil rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam Mensosialisasikan

Program Ruang Henti Khusus di Kalangan Pengendara Roda Dua di

(15)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

2. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 3. Bagaimana pesan yang disampaikan Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 4. Bagaimana media yang digunakan Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 6. Bagaimana peranan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan

(16)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana peranan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diteliti maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

(17)

4. Untuk mengetahui media yang digunakan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

5. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

6. Untuk mengetahui peranan yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi secara umum dan dalam penyelenggaraannya secara realistis mengenai ilmu kehumasan pada khususnya Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(18)

a. Bagi Peneliti

Sebagai dasar pengembangan teori keilmuan baik mengenai komunikasi dan kehumasan yang peneliti dapat dalam materi perkuliahan dan dapat dimakakan sebagai gambaran yang jelas sejauh mana kesesuaian antara teori dan praktek, bagi ilmu humas khususnya dan bagi ilmu komunikasi secara umum.

b. Bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum yaitu mahasiswa ilmu komunikasi program studi kehumasan. Dan juga berguna sebagai literature bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

(19)

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Seorang Humas (Hubungan Masyarakat) memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah instansi/perusahaan. Tugas utama seorang Humas adalah menciptakan citra positif kepada publiknya. Keberhasilan suatu instansi/perusahaan bergantung pada Humas tersebut.

Karena apabila humas instansi/perusahaan tersebut bisa menciptakan citra yang positif maka perusahaan tersebut akan berhasil memberikan asupan yang positif bagi kemajuan instansinya tersebut, begitupun sebaliknya, jika citra yang diberikan negatif maka akan berdampak terhadap feedback yang didapat dari publiknya.

Menurut H. Rochajat Harun peranan seorang Humas/Hubungan Masyarakat dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;

(20)

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.(Harun, 2008:124)

Maka peran seorang humas sangat menentukan apakah kegiatan atau program tersebut efektif atau tidak. Moore

berpendapat bahwa salah satu tujuan Humas adalah menetapkan dan menganalisa sikap orang-orang untuk memahami, dan mungkin, mengantisipasi opini publik mengenai masalah-masalah kontroversial. (Moore, 2004:58)

Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengacu kepada pendapat

Rhenald Kasali mengenai management Public Relations, yaitu seseorang telah melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu membuat

(21)

kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 33).

Dari penjelasan diatas maka, jika di aplikasikan pada penelitian ini sebagai berikut yaitu:

1) pertama, membuat perencanaan yaitu menentukan program/rencana yang akan dilaksanakan dan ditujukan kepada siapa program/rencana tersebut tujuan dari penggiatan.

2) Kedua, bentuk kegiatan seperti apa yang akan dilaksanakan dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.

3) Ketiga, pesan yang disampaikan seperti apa dalam kaitannya dengan program Ruang Henti Khusus (RHK) yaitu siapa yang menyampaikan pesan tersebut dan bentuk pesannya seperti apa.

4) Keempat, bentuk media yang akan digunakan dalam proses kegiatan.

5) Kelima, yaitu evaluasi. Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan maka dilihat bagaimana hasil yang telah dicapai. Efektifkah atau tidak program tersebut disosialisasikan.

(22)

mangadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok”. (Effendy, 1997:31)

Begitupun dengan melihat definisi dari sosialisasi itu sendiri, dengan jelas O. U. Effendy berpendapat bahwa dalam sosialisasi itu melibatkan dua pihak yang terkait. Transmisi nilai-nilai adalah program itu sendiri, adopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok adalah bagaimana program tersebut dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang kedua yaitu si komunikan dari si komunikator (yang membuat program tersebut).

1.5.2 Kerangka Konseptual

(23)

Peranannya ini dapat ditinjau dari sebuah penggiatan lapangan yang dilakukan bersama dengan beberapa pengendara, yang meliputi bagaimana kegiatan ini dilaksanakan dan seperti apa bentuk kegiatan pensosialisasian ini kepada pengendara. Apakah dapat membawa dampak yang positif bagi kelangsungan hidup dan memberikan contoh yang baik kepada pengendara kendaraan lain? Sosialisasi program ini diharapkan dapat membangun kembali perubahan di Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan agar mampu terciptanya kemitraan yang hampir mendekati sempurna dengan masyarakat. Kemitraan tersebut dapat terjalin jika kedua belah pihak yaitu Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan dan Pengendara mampu mengaplikasikan program ini sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dengan merujuk pada pendapatnya Kasali tersebut bahwa Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengmbangan Jalan dan Jambatan harus cepat tanggap dalam memberikan binaan dan penyuluhan mengenai sosialisasi program terbarunya untuk mencapai kemitraan yang sesungguhnya. Yaitu:

(24)

Pengendara kendaraan roda dua. Sehingga dalam perwujudan Keselamatan pengendara dengan pengendara lain dapat ditempuh dengan maksimal. Menentukan tujuan dan publik sasarannya merupakan rancangan perencanaannya.

2. Bentuk kegiatan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) kepada kalangan Pengendara kendaraan roda dua adalah sifatnya dari kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) dan hambatan yang dirasa pada saat kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK).

3. Pesan apa yang akan disampaikan melalui kegiatan tersebut, yaitu sifat dari pesan tersebut dan bentuk penyampaiannya seperti apa dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) kepada kalangan Pengendara kendaraan roda dua.

4. Dalam mensosialisasikan program ini menggunakan media

yang efektif seperti apa agar tidak termakanya miss

communications dalam penyampaian pesannya kepada

Pengendara kendaraan roda dua pada saat sebelum pelaksanaan kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK).

(25)

menindaklanjuti yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK).

Kemudian dalam melaksanakan penggiatan program tersebut berlandaskan pada landasan utama dari tugas pokok Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan adalah melaksanakan perencanaan teknis, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penunjangan ilmiah, layanan pengujian laboratorium dan lapangan serta pemberian saran teknis teknologi teknik lalulintas dan lingkungan jalan, dan pembantuan Hubungan dengan masyarakat serta hanya dapat dibina dengan berkomunikasi yang efektif. Jika komunikasi kurang, maka kesalahpahaman dan pertentangan akan terjadi. Rintangan-rintangan dalam mencapai keberhasilan untuk menyatukan pikiran-pikiran harus dibatasi dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakan efektif jika suatu gagasan dapat berpindah dari benak seseorang ke benak orang lain.

(26)

Jambatan kepada pihak lain “dalam hal ini pengendara kendaraan roda dua”mengenai program Ruang Henti Khusus (RHK) ini.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu “Peranan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan Pengendara Roda Dua di Bandung“, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a) Perencanaan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Apakah yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) ini?

2. Apa tujuan dari kegiatan ini? Incidental atau rutin dilaksanakan?

3. Siapa publik sasaran yang ikut berperan serta dalam kegiatan ini? Mengapa kegiatan ini menunjuk pengendara roda dua untuk pensosialisasian program Ruang Henti Khusus (RHK)?

(27)

b) Kegiatan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Apakah sifat kegiatan pensosialisasian program Ruang Henti Khusus (RHK) ini kepada pengendara ?

2. Apakah kegiatan pensosialisasian program Ruang Henti Khusus (RHK) ini berkesinambungan ?

c) Pesan yang disampaikan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Seperti apa bentuk penyampaian pesan yang dilakukan dalam mensosialiasikan program ini?

2. Siapakah yang memberikan/menyampaikan kebijakan kegiatan tersebut dalam mensosialisasikan program ini? 3. Apakah teknik pesan yang disampaikan ketika program ini

dilaksanakan? Apakah persuasif/ informatif/ instruktif?

(28)

1. Apakah media yang dirasa cocok dalam penyampaian kegiatan ini kepada pengendara roda dua?

2. Apakah media yang di gunakan sudah tepat sasaran ? dalam hal ini pengendara roda dua?

e) Evaluasi yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Bagaimana hasil yang dicapai setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) ini?

2. Bagaimana tindak lanjut dari Bagian Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan setelah melihat hasil yang telah dicapai?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1 Subjek Penelitian

(29)

dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.1 Dalam hal ini yang berperan sebagai subjek adalah Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan.

1.7.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin

mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001)

Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 orang yang diambil dari bagian Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan, Pengendara roda dua dan pihak kepolisian dinas lalulintas Polrestabes Bandung yang ikut partisipasi dalam sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) di Bandung. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Sub Seksi program dan pelayanan teknis Bagian Balai Teknik Lalu

1

Tatang M. Amirin (2011), Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan

(30)

Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan. Informan kunci merupakan informan utama yang mengetahui kegiatan ini mulai dari proses hingga pelaksanaannya.

Berikut adalah data informan dalam penelitian ini:

Tabel 1.1

4. Tigor Edelhard Siregar Pengendara Roda Dua 5. Ahmad Maulana Pengendara Roda Dua 6. Bapak Priyono Pengendara Roda Dua

Sumber : Dat a Penelit i, 2011.

1.8 Metode Penelitian

(31)

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuwan menerjemahkan penelitian kualitatif deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan”. (Mulyana, 2008:5)

Artinya penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

“Metode deskriptif yaitu suatu metode dengan cara memperlajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.” (Rakhmat, 2002:22)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (Indepth-Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara.

(32)

panduan wawancara tersebut sangat memungkinkan mengembangkan pertanyaan lain sebelum proses wawancara berlangsung yang kemudian memutuskan sendiri isu manakah yang akan ditindaklanjuti selanjutnya, dalam hal ini pertanyaan wawancara.” (Daymon and Holloway, 2008:266)

Menurut Esterberg wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.( Esterberg, 2002:114)

2. Studi Kepustakaan

Merupakan penggunaan sumber informasi di perpustakaan dan jasa informasi dari literature lainnya untuk memperoleh telaah teori-teori mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti.

3. Observasi

Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway

(33)

4. Penelusuran Data Online

Burhan Bungin mengatakan bahwa metode penelusuran data online adalah cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi yang berupa data maupun informasi teori,secepat semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2005:148)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet dengan cara membuka alamat mesin pencari (search engine) kemudian membuka alamat website yang berhubungan dengan kebutuhan penelitian.

1.10 Teknik Analisis Data

(34)

telah dideskripsikan kemudian penulis sederhanakan pada konstruksi kedua yang menjadi temuan dan ciri khas penelitian ini.

Apa yang penulis kemukakan di atas sejalan dengan pemikiran

Sugiyono (2005: 89-90) yang menegaskan ”analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dikatakan juga bahwa analisa data sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah penelitian masuk dan selama di lapangan”.

Menganalisis data, menurut Abdurahman (2003:65), ”berarti mengurai data atau menjelaskan data, sehingga berdasarkan data itu pada gilirannya dapat ditarik pengertian-pengertian serta kesimpulan-kesimpulan”. Sedangkan Nasution (dalam Sugiyono, 2005:89), menjelaskan ”analisa telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Miles dan Huberman (dalam Suprayogo dan Tobroni, 2001:

(35)

data kasar, yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung”.

Hasil wawancara di lapangan penulis tuangkan dalam sebuah narasi yang kemudian disederhanakan dengan memilih hal-hal yang sejenis dan dibutuhkan serta mengelompokkannya sesuai pembahasan agar lebih mudah dalam penyajiannya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian hasil penelitian penulis paparkan secara deskriptif berdasarkan temuan di lapangan dengan bahasa khas dan pandangan emik informan yang disertai bahasa Indonesia agar mudah dipahami oleh pembaca. Selain memaparkan hasil temuan secara deskriptif, juga ditampilkan dalam bentuk kategori, model atau bagan.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing/Verification)

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69):

(36)

Gambar 1.1

Komponen-komponen Analisis Data Model Kualitatif

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.11.1 Lokasi Penelitian

Jl. A.H. Nasution 264 Bandung Jawa Barat Telp : +62 22 7802251, +62 22 7802253

E-mail: adminl@btlllj.com

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 5 bulan yaitu pada bulan Maret s/d Juli 2011. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.2 berikut:

(sumber: Faisal (dalam Bungin, 2003: 69)

DATA COLLECTION

CONCLUTION DRAWING, & VERIFYING DATA

REDUCTION

(37)
(38)

Sumber: peneliti 2011

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas V (Lima) Bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Kerangka Pemikiran, Daftar Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, Teknik Analisis Data, Lokasi Dan Waktu Penelitian, Serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung proses penelitian atau berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu : Tinjauan Tentang Komunikasi, Definisi Komunikasi, Proses Komunikasi, Tinjauan Komunikasi Organisasi, Tinjauan tentang Public Relations, Pengertian Public Relations, Tujuan

Public Relations, Fungsi Public Relations, proses Public Relations, Tinjauan tentang Peranan, Tinjauan tentang Sosialisasi, Tinjauan tentang

4.

SIDANG

a. Pendaftaran Sidang

b. Penyerahan Draft

Skripsi

c. Persiapan Sidang

(39)

Program Ruang Henti Khusus, dan Tinjauan tentang Pengendara Kendaraan Roda Dua.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini membahas tinjauan umum tentang Dinas Perhubungan Kota Bandung, meliputi Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan, Visi dan Misi Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan, Struktur Organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan, Struktur Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Job Descriptions Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, dan Sarana dan Prasarana Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan.

BAB IV ANALISIS DATA

Meliputi: Deskripsi Data Informan, Deskriptif Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP

(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Melalui komunikasi, kegiatan sosialisasi antar individu dapat berjalan sesuai dengan keinginan individu-individu itu sendiri. Dan melalui komunikasi juga individu dapat mengadakan suatu hubungan dengan lingkungannya. Jadi, dengan demikian komunikasi merupakan unsur pokok dalam tata pelaksanaan hidup manusia, yaitu dalam mengadakan hubungan antar manusia untuk saling mempengaruhi antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications

dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,

communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

Pengertian lain yang diungkapkan oleh Harun yang menyatakan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu

(41)

melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.” (Harun, 2008:3)

Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi, kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan (display) dan penafsiran pesan atau penafsiran petunjukkan. Menunjukkan (to display) berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperlihatkan seseorang atau orang lain. Secara harfiah ‘to display” berarti “menebarkan sesuatu sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan.” Bentuk kedua perilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi dalah menafsirkan pertunjukkan pesan. Menafsirkan atau to interpret berarti menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami banyak orang, objek, dan peristiwa yang kita sebut pertunjukkan pesan.

(42)

Ada aksioma komunikasi yang berbunyi “seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi (A person cannot not communicate)”. Secara teknis, itu berarti bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan.

Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69)

Harold Lasswell menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana?” (Mulyana, 2007: 69)

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan,receiver) 5. Efek (effect)

(43)

2.1.2 Proses Komunikasi

Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, mengatakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap. Yaitu proses secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses kimunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses Komunikasi secara sekunder

(44)

pilihan dari sekian banya alternative perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. (Effendy, 2006:17)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi yang dilakukan para anggotanya. Komunikasi yang terdapat dalam sebuah organisasi disebut dengan komunikasi organisasi.

Stogdill dalam Pace menyatakan bahwa “organisasi sebuah wadah yang menampung banyak orang-orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Organisasi di anggap sebagai pemroses informasi besar dengan input, throughput, dan output. “

Everet M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers yang dikutip oleh Effendy

mendefinisikan organisasi yaitu: “Suatu sitem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas”. (Effendy, 2004: 114)

(45)

lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.

Hubungan organisasi dengan komunikasi menurut William. V. Hanney

yang dikutip oleh Onong. U. E adalah: “Organisasi terdiri dari sejumlah orang yang melibatkan keadaan saling tergantung; ketergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi”. (Effendy, 2004 : 116).

Pentingnya komunikasi dalam organisasi dikemukakan oleh Keith Davis

yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro, sebagai berikut :

“Suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan memungkinkan terjadinya koordinasi yang diharapkan, kerjasama baik antara pimpinan dengan karyawan, maupun antara karyawan dengan karyawan tidak mungkin tercipta sebab mereka tidak mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya satu sama lain”. (Sastropoetro, 1982 : 339).

(46)

2.3 Tinjauan Tentang Public Relations 2.3.1 Pengertian Public Relations

PR (Public Relations) atau yang kita kenal sebagai Humas (Hubungan Masyarakat) mempunyai pengertian yang cukup luas. Sebelum melihat bagaimana pengertian Public Relations tersebut ada baiknya kita lihat pengertiannya dalam kata ‘Public’ dan ‘Realtions”.

Adanya kekurang tepatan terjemahan Public Relations menjadi Hubungan Masyarakat atau Humas, kerena pengertian dari istilah ‘public’ itu sendiri. Untuk pengetian Relations menjadi “Hubungan” bisa dibilang tepat, namun untuk penggunaan “Public” itu sendiri masih kurang tepat. Karena istilah “Public” atau publik tidak mempunyai pengertian yang sama dengan istilah masyarakat atau “Society”. Karena masyarakat menurut J.B.A.F. Mayor Polak adalah wadah seluruh anatar hubungan sosial dengan seluruh jaringannya dalam artian umum, tanpa mnentukan suatu batas tertentu.

Sedangkan untuk public itu sendiri menurut Scott M Cutlip & Allen H. Carter yaitu “Public merupakan suatu sekelompok orang yang terikat oleh suatu kepentingan yang sama dan menunjukkan perasaan yang sama”. Jadi, untuk pengertian secara umum sebenarnya kurang tepat, tetapi karena masyarakat sudah menganggap bahwa Public Relations itu sama dengan Hubungan Masyarakat maka semua khalayak menganggap bahwa Hubungan Masyarakat itu adalah Public Relations.

Dikaitkan dengan pengertian diatas maka selanjutnya adalah pengetian

(47)

M.O. Palapah dan Atang. S, berpendapat bahwa: “Public Relations adalah bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan saling mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama”. (Yulianita, 2007:29)

Dari definisi di atas menekankan kepada “bentuk spesialisasi komunikasi”. Ini membuktikan bahwa public relations adalah salah satu bentuk spesialisasi komunikasi dari sekian bentuk spesialisasi seperti bentuk spesialisasi komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Hal yang dapat menjadikan sesuatu khusus dari kegiatan Public Relations dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain adalah bahwa public relations mempunyai tujuan yang pada awalnya adalah untuk memajukan saling pengertian, bergerak pada saling percaya, saling mendukung, yang kemudian selanjutnya akan tercapai adanya saling kerjasama di antara semua publik yang berkepentingan.

Jika diamati semua kegiatannya khususnya dengan cara mengupayakan adanya pengertian publik. Kepercayaan publik dukungan publik sampai kepada adanya kerjasama publik, jika ini tercapai maka akan memudahkan untuk sampai pada pencapaian tujuan yakni untuk maksud dapat mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. Dalam hal ini keuntungan dan kepuasan tersebut adalah dari kedua belah pihak yang prinsipnya adalah dari seluruh unsur publik yang ada kaitannya dngan organisasi.

(48)

Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill

mereka. kedua, pelaksana kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham, 2001:25)

Dari definisi di atas memberikan sedikitnya pemahaman bahwa kegiatan

public relations adalah sesuatu yang terorganisir mulai dari sebuah proses hingga pelaksanaan dari berbagai kebijakan, pelayanan dan sikap dalam suatu program yang terpadu, dimana semuanya itu harus berlangsung dngan cara direncanakan terlebih dahulu. Selain itu juga pelaksanaan program diupayakan untuk dapat berlangsung berkesinambungan di antara satu program dengan program lainnya secara teratur dalam suatu manajemen tertentu.

(49)

2.3.2 Tujuan Public Relations

Menurut Yulianita, untuk mengkaji tujuan Public Relations, berikut mengutip beberapa pendapat ahli antara lain:

1. Charles S. Steinberg: Menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.

2. Frank Jefkins: Meningkatkan favorable/citra yang baik dan mengurangi atau mengikis habis sama sekali unfavorable image/citra yang buruk terhadap organisasi tersebut.

3. Tujuan Public Relations secara universal: Untuk menciptakan dan meningkatkan citra yang baik organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan memperbaiki jika citra itu menurun/rusak.

Jadi ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni: 1) Menciptakan citra yang baik

2) Memelihara citra yang baik 3) Meningkatkan citra yang baik

(50)

2.3.3 Fungsi Public Relations

Untuk mengkaji tentang fungsi Public Relations, Yulianita kembali mengutip pendapat para ahli Public Relations antara lain:

1) Betrand R Canfield dalam bukunya “Public Relations Principle and Problem” mengemukakan tiga fungsi Public Relations:

a) It should the public’s interest (Mengabdi kepada kepentingan publik) b) Maintain good communivation (Memelihara komunikasi yang baik) c) And stress good morals and manners (Menitikberatkan moral dan

tingkah laku yang baik

2) Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Hubungan Masyarakat” mengemukakan empat fungsi dari public Relations yaitu:

a) To ascertain and evaluate public opinion as it relates to his organization (Menjamin dan menilai opini publik yang ada dari organisasi)

b) To counsel executives on ways of dealing with public opinion as it exist (Untuk memberikan nasihat/penerangan pada manejemen dalam hubungannya dengan opini publik yang ada)

c) To use communication to influence public opinion (Untuk

menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik). Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi

(51)

Menurut H. Rochajat Harun seorang Humas/Hubungan Masyarakat dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;

2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya. (Harun, 2008:124)

2.3.4 Proses Public Relations

Proses Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses

Public Relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:

1. Definisikan Permasalahan

(52)

perusahaan. Langkah ini dilakukan oleh seorang Public Relations

setiap saat secara kontinu bukan hanya pada saat krisis terjadi. 2. Perencanaan dan Program

Pada tahap ini seorang Public Relations sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini penting bagi Public Relations mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.

3. Aksi dan Komunikasi

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan/kegiatan sesuai dengan fakta dan data yang telah dirumuskan dalam bentuk perencanaan. Pada tahap ini, aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals

yang spesifik. 4. Evaluasi Program

Proses Public Relations selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta. Untuk mengetahui prosesnya sudah selesai atau belum, seorang Public Relations perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. (Kasali, 2000: 82-85).

Rhenald Kasali mengenai proses Public Relations, yaitu seseorang telah melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu membuat perencanaan terlebih dahulu, kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, apa pesan yang akan disampaikan melalui kegiatannya, media apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 33).

(53)

mengevaluasi kegiatan demi tercapainya sebuah komitmen bersama berupa maskud dan tujuan.

2.4 Tinjauan Tentang Peranan

Dimanapun kita berada sebagai mahluk sosial kita mempunyai tugas dan perannya masing-masing. Suatu sistem lapisan masyarakat mempunyai dua unsur yang sangat penting yaitu status dan peranan. Keduanya mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarkat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut.

Menurut Soekanto, peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan sutu peranan. Kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan, karena kedua-duanya sangat ketergantungan satu sama lain. Tidak ada peranan tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa ada peranan. (Soekanto, 1999:268)

Menurut Indrawijaya, mengatakan bahwa secara sederhana peranan dapat diartikan sebagai pola tugas dan kewajiban anggota kelompok serta cara bagaimana suatu tugas dibagi-bagi antara anggota kelompok. Menurut Thibaut & Kelley, menyebutkan bahwa “peranan adalah suatu pola perilaku yang diharapkan dari seseorang oleh orang-orang lain bila ia melakukan interaksi dengan mereka”. (Indrawijaya, 2002:130).

(54)

yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan lebih banyak merujuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Ada tiga hal yang mencakup peranan seseorang yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalm kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi instruktur social masyarakat. (Soekanto, 1999:269)

H. Laurence Ross dalam Susanto, Role atau peranan merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban atau bisa disebut juga status subjektif. (Susanto, 1999:75)

(55)

2.5 Tinjauan Tentang Sosialisasi

Sebelum melihat bagaimana seluk beluk definisi mengenai sosialisasi, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu bagaimana sosialisasi ini terbentuk. Susanto

berpendapat bahwa sosialisasi terbentuk karena adanya sebuah proses sosial. Proses sosial merupakan suatu proses, yang berarti bahwa ia merupakan suatu gejala perubahan, gejala penyesuaian diri, gejala pembentukkan. Semua gejala ini disebabkan karena individu-individu dalam kelompok menyesuaikan diri satu sama lain, menyesuaikan diri dengan keadaan. Usaha ini akan terus-menerus dilakukan selama kelompok itu bernilai baginya, selama dirasakannya bahwa ia memerlukan kelompok untuk kemajuan dan perkembangan dirinya. (Susanto, 1999:13)

Karena itu, proses ini kemudian menjurus menjadi proses sosialisasi.

Charlotte Buehler dalam Susanto memberikan berpendapat bahwa “sosialisasi ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimaa cara hidup dan bagaimna cara berfikir kelompoknya agar supaya dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.”

(56)

sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial atau biasa kita kenal dengan istilah group. Dalam sebuah group inilah masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas atau peran yang dikerahkan kepadanya.

Sama halnya dengan Susanto, Soerjono Soekanto pun berpendapat yang sama bahwa sosialisasi terbentuk karena adanya proses sosial melalui interaksi sosial. Suatu interaksi tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Soekanto memberikan pengertian bahwa sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses, dimana anggota masyarakat yang baru memperlajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. (Soekanto, 1999: 72)

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt dalam Sosiologi, mendefinisikan bahwa sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari masyarakat, sebagian besar adalah proses mempelajari perilaku peranan. (Horton dan Hunt, 1991:118)

(57)

Jadi dari pengertian-pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang nilai-nilai atau norma-notma dari suatu kelompok dalam proses pembentukkan dirinya.

2.6 Tinjauan tentang Ruang Henti Khusus (RHK)

Ruang Henti Khusus Sepeda Motor (RHK) sepeda motor secara definisi ialah ruangan yang disediakan pada ujung kaki persimpangan untuk diisi secara khusus hanya oleh sepeda motor pada saat lampu merah. RHK dibentuk dengan cara menarik mundur garis henti kendaraan bermotor roda 4 selebar yang dibutuhkan oleh sejumlah sepeda motor.

Jadi RHK merupakan bidang datar berdimensi dua yang dibatasi oleh garis henti untuk sepeda motor dan marka garis henti untuk kendaraan bermotor roda empat. Kedua marka garis henti ini ditempatkan sedemikian rupa secara berurutan dan dipisahkan oleh suatu bidang datar dengan panjang dan lebar tertentu. RHK ini tidak boleh diisi oleh kendaraan selain sepeda motor. Untuk kendaraan roda 4 harus berada di belakang RHK tersebut.

(58)

kendaraan bermotor roda empat lainnya. Kedua marka garis henti ditempatkan secara berurutan dan dipisahkan oleh suatu ruang dengan jarak tertentu.

Model RHK untuk sepeda motor dikembangkan dari model Advanced Stop Lines (ASLs) untuk sepeda, yaitu fasilitas yang diperuntukkan bagi sepeda yang ditempatkan di depan antrian kendaraan bermotor (Wall GT et al, 2003). Di antara kedua garis henti ini, terbentuk suatu area yang dikenal sebagai area reservoir yang merupakan area penungguan selama fase merah, yang memungkinkan sepeda motor dapat menunggu di depan kendaraan bermotor lainnya di kaki persimpangan.

Model RHK yang dikembangkan dilengkapi dengan lajur pendekat dimaksudkan untuk membantu memudahkan sepeda motor mendekati garis henti di mulut persimpangan. Dengan demikian, RHK berfungsi untuk membantu sepeda motor langsung ke persimpangan dengan mudah dan aman yang memungkinkan sepeda motor dapat bergerak lebih dahulu dari kendaraan roda empat dan membuat persimpangan bersih lebih dahulu. Hal ini akan membuat kendaraan lain lebih mudah bergerak serta dapat mengurangi resiko konflik lalu lintas yang diakibatkan oleh berbagai manuver sepeda motor khususnya manuver sepeda motor yang akan berbelok

2.7 Tinjauan Tentang Kendaraan

(59)

kendaraan, perangkat rem, perangkat suspensi / roda, perangkat kemudi beserta kelistrikan yang saling mengadakan Interrelasi secara tertib.

Pengertian kendaraan bermotor disini termasuk juga kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan dengan kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk mengangkut barang dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor tersebut.

1. Rangka landasan

Bagian dari kendaraan yang befungsi untuk mendukung mesin, kopling, transmisi, pegas-pegas dan komponen-komponen lainnya, dimana pada landasan ini dipasangkan badan kendaraan (body).

Landasan tersebut harus dapat memikul berat kendaraan dan tahan terhadap getaran, goncangan yang disebabkan permukaan jalan yang tidak rata.

2. Motor penggerak.

Berdasarkan proses pembakaran yang terjadi didalam ruang bakar, motor penggerak dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu motor bensin dan motor disel, perbedaan utama antara motor bensin dan disel adalah pada saat terjadi proses pembakaran.

(60)

mencapai temperatur dan tekanan nyala dari bahan bakar, oleh karena itu motor disel biasa disebut dengan Compreession Ignition Engine. Motor penggerak / mesin kendaraan harus memenuhi persyaratan : 1. Kompak dan ringan

2. Menghasilkan tenaga yang besar

3. Mudah dikendalikan dan perawatannya sederhana

4. Bekerja dengan baik dan mempunyai tingkat kesulitan minimal

5. Mudah dibongkar dan dipasang kembali

Sedangkan pengelompokan motor penggerak dapat ditentukan antara lain berdasarkan susunan silinder, sehingga dikenal :

1. Mesin satu baris (in-line), dimana susunan sillindernya terletak pada sebuah bidang datar

2. Mesin V, dimana susunan silinder jenis ini sumbu poros engkol berimpit dengan garis potong kedua bidang tersebut.

3. Mesin X, merupakan penggabunan mesin V yang disusun dalam arah yang bertolak belakang.

3. PRINSIP KERJA MESIN / MOTOR PENGGERAK

Proses pembakaran dan penghasilan tenaga yang berlangsung pada mesin terjadi secara periodik (siklus), dimana siklus ini dibedakan menjadi siklus 2 langkah dan siklus 4 langkah.

(61)

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1
Tabel 1.2
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyatakan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik permainan mampu mengurangi tingkat keterisolasia siswa, maka hendaknya konselor dapat menegmbangkan

Sampel sedimen yang diambil merupakan sedimen yang mengendap dan terkontaminasi minyak bumi, sehingga bakteri anaerob dapat tumbuh dengan oksigen yang lebih rendah

Badan lingkungan hidup Kabupaten Lombok Barat sampai saat ini belum memiliki tenaga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Lingkungan Hidup disebabkan karena belum

Hasil pendugaan model logit untuk faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan nasabah yang telah melakukan pembiayaan di BMT menunjukkan tiga variabel yang

Penulis memfokuskan kajian dalam skripsi ini, dengan berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: pertama apa

Sistem pengelolaan arsip dokumen pada Kantor Cabang Utama PT Angkasa Pura II belum berjalan dengan maksimal semuanya karena beberapa dokumen seperti Dokumen

Hasil penelitian tentang persepsi mahasiswa semester VII PGSD FKIP UMS terhadap pelaksanaan PPL tahun 2013/2014 melalui 60 angket yang terdiri dari tiga kategori yaitu, 20

Justeru, konsep wakaf korporat diperkenalkan dengan merujuk kepada peranan penting yang dimainkan oleh entiti korporat di dalam aspek penubuhan dan pengurusan aset