• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Pada PT Goldfindo Intikayu Pratama Menggunakan Tahapan Anita Cassidy.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Pada PT Goldfindo Intikayu Pratama Menggunakan Tahapan Anita Cassidy."

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI

DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT GOLDFINDO

INTIKAYU PRATAMA MENGGUNAKAN TAHAPAN

ANITA CASSIDY

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Sistem Informasi

Oleh:

SARA ZETIRA IRAWAN

11.41010.0057

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x 2

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Perencanaan Strategis STI ... 7

2.2 Tahapan Perencanaan Strategis STI ... 10

2.3 Rencana Strategis STI... 15

2.4 Analisis Value Chain ... 16

2.5 Analisis SWOT ... 17

2.5.1 Faktor Strategis Internal (IFAS) ... 18

2.5.2 Faktor Strategis Eksternal (EFAS) ... 18

(3)

xi

2.7 Portofolio Aplikasi McFarlan ... 21

2.8 Visi ... 24

2.9 Misi ... 25

2.10 Tujuan ... 25

2.11 Strategis TI ... 25

2.12 Hubungan Kelas Data dan Informasi ... 26

2.13 Roadmap ... 26

2.14 Focus Group Discussion (FGD) ... 26

2.15 Harga Perkiraan Sendiri (Owners Estimate) ... 27

2.16 Perhitungan Biaya Berdasarkan Kelly Services ... 28

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Tahap Awal ... 31

3.1.1 Studi Literatur ... 31

3.1.2 Identifikasi dan Analisis Permasalahan... 31

3.2 Tahap Perencanaan ... 33

3.2.1 Visioning Phase ... 33

3.2.2 Analysis Phase... 36

3.2.3 Direction Phase ... 38

3.2.4 Recommendation Phase ... 42

3.3 Tahap Akhir ... 43

3.3.1 Focus Group Discussion (FGD) II ... 43

(4)

xii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Visioning Phase ... 47

4.1.1 Aktivitas Bisnis ... 48

4.1.2 Analisis Value Chain ... 57

4.1.3 Analisis Kondisi Bisnis Eksternal ... 81

4.1.4 Analisis SWOT ... 85

4.1.5 Tabel Matriks IFAS dan EFAS ... 87

4.1.6 Strategis Bisnis dalam Matriks SWOT ... 93

4.1.7 Visi dan Misi Perusahaan ... 97

4.1.8 Hasil Analisis Tahap Visioning ... 97

4.2 Analysis Phase ... 98

4.2.1 Identifikasi STI Perusahaan Saat ini ... 99

4.2.2 Identifikasi Eksternal STI Perusahaan ... 105

4.2.3 Identifikasi Kebutuhan Data dan Informasi... 108

4.2.4 Analisis SWOT STI ... 116

4.2.5 Tabel Matriks IFAS dan EFAS (STI) ... 117

4.2.6 Strategi STI dalam Matriks SWOT ... 123

4.2.7 Keselarasan Antara Strategi Bisnis dan Strategi STI ... 127

4.2.8 Hasil Analisis Tahap Analysis ... 134

4.3 Direction Phase ... 135

4.3.1 Arahan STI Perusahaan ... 135

4.3.2 Mengembangkan Visi dan Misi STI ... 136

4.3.3 Solusi Proyek STI ... 137

(5)

xiii

4.3.7 Perkiraan Penilaian Proyek STI ... 145

4.3.8 Forum Group Discussion (FGD) I ... 147

4.3.9 Hasil Analisis Tahap Direction ... 148

4.4 Recommendation Phase ... 148

4.4.1 Portofolio Aplikasi Mendatang ... 148

4.4.2 Analisis Biaya STI ... 153

4.4.3 Roadmap ... 159

4.4.4 Forum Group Discussion (FGD) II ... 160

4.4.5 Hasil Perencanaan Strategis STI (Executive Summary) ... 160

4.4.6 Hasil Analisis Tahap Recommendation ... 162

BAB V PENUTUP ... 163

5.1 Kesimpulan ... 163

5.2 Saran ... 164

DAFTAR PUSTAKA ... 165

LAMPIRAN ... 166

(6)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan Strategis STI

Menurut Ward & Peppard (2002) strategi sistem informasi merupakan strategi

yang mendefinisikan kebutuhan organisasi atau perusahaan terhadap informasi dan

sistem yang mendukung keseluruhan strategi bisnis yang dimiliki organisasi tersebut.

Strategi teknologi informasi adalah strategi yang berfokus pada penetapan visi tentang

bagaimana teknologi dapat mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi dan

sistem dari sebuah informasi.

Menurut Cassidy (2006) rencana strategis SI merupakan komponen yang sangat

penting untuk tata kelola yang efektif. Sebaliknya, baik rencana strategis SI akan

mencakup proses jelas didokumentasikan untuk tata kelola SI. Tata Kelola memastikan

bahwa SI memberikan nilai bagi bisnis dan risiko yang cukup berhasil. Perencanaan

adalah gambaran jelas bagaimana para pengambil keputusan memandang masa depan

dengan menggunakan metode perencanaan formal. Terdapat beberapa manfaat dari

perencanaan strategis SI, yaitu:

1. Manajemen yang efektif untuk aset perusahaan yang dianggap penting

2. Meningkatkan hubungan dan komunikasi dalam organisasi bisnis dan SI

3. Menyelaraskan tujuan dan prioritas SI dan bisnis

4. Identifikasi peluang pemanfaatan teknologi untuk competive advantage dan untuk

menambah value bisnis

(7)

6. Mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien

7. Mengurangi usaha dan biaya yang dibutuhkan

Gambar 2.1 Model Komponen Keselarasan (Cassidy, 2006)

Dari model di atas stategi bisnis yang dimaksud adalah penentuan terhadap

aplikasi apakah dapat berkembang dan dapat digunakan di masa datang dalam

mendorong suatu perkembangan bisnis. Strategi STI yang diberikan apakah dapat

mendukung perusahaan dalam mengembangkan bisnis guna untuk persaingan pada

perusahaan lain, serta teknologi, proses, dan sumber daya yang mendukung guna untuk

menjalakan suatu proses bisnis terhadap STI. Selanjutnya adalah metrik SI dimana

metrik ini sebagai pemaparan atas biaya STI yang akan diterapkan perusahaan.

Strategis SI memberikan dukungan yang optimal untuk tujuan bisnis, tujuan,

dan strategi, kemudian SI dan bisnis yang sejalan. Keselarasan menyiratkan bahwa

strategi SI dan strategi bisnis yang dikembangkan secara bersamaan dengan berurutan

(8)

9

penting untuk menanamkan strategi SI dalam strategi bisnis terutama di PT Goldfindo

Intikayu Pratama.

Perencanaan strategis STI merupakan proses identifikasi portofolio aplikasi SI

berbasis komputer yang akan mendukung organisasi dalam pelaksanaan rencana bisnis

dan merealisasikan tujuan bisnisnya. Perencanaan strategis STI mempelajari pengaruh

STI terhadap kinerja bisnis dan kontribusi bagi organisasi dalam memilih

langkah-langkah strategis. Selain itu, perencanaan strategi STI juga menjelaskan berbagai tools,

teknik, dan kerangka kerja bagi manajemen untuk menyelaraskan strategi STI dengan

strategi bisnis, bahkan mencari kesempatan baru melalui penerapan teknologi yang

inovatif (Ward & Peppard, 2002).

Gambar 2.2 Model Strategi STI (Ward & Peppard, 2002)

Model Strategi Sistem dan Teknologi Informasi di atas akan digunakan sebagai

kerangka dasar dan menjadi acuan untuk pengembangan sistem e-government dalam

penelitian ini agar penerapan STI untuk ke depannya dapat diterapkan secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas PT Goldfindo Intikayu Pratama saat ini belum mempunyai

(9)

proses bisnis, dengan hal ini akan disusun dalam sebuah perencanaan strategi STI yang

terintegrasi dan sesuai dengan kebutuhan informasi di PT Goldfindo Intikayu Pratama.

Tujuan dari perencanaan strategis STI penelitian ini merupakan suatu

perencanaan startegis yang menyusun dan memberikan pemaparan untuk manajemen

PT Goldfindo Intikayu Pratama terhadap perencanaan STI dengan tahapan serta

komponen yang ada, yang dapat memberikan value bagi bisnis yang dijalankan.

2.2 Tahapan Perencanaan Startegis STI

Menurut Cassidy (2006) perencanaan strategi sistem/teknologi informasi akan

memberikan gambaran bagaimana cara pendekatan untuk melakukan perencanaan

sistem/teknologi informasi secara strategis dalam organisasi. Perencanaan strategis

sangat penting dilihat dari beberapa tahap (Cassidy, 2006):

a. Visi Bisnis (Visioning Phase)

b. Analisa Perkembangan Teknis Global (Analysis Phase)

c. Tujuan Kebutuhan Aplikasi dan Infrastruktur (Direction Phase)

d. Rekomendasi (Recommendation Phase)

Keluaran (output) dari tahapan-tahapan perencanaan strategi tersebut akan

disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan di perusahaan mebel dalam kebutuhan

aplikasi STI sehingga dapat menjadi acuan atau pedoman perencanaan yang mudah

dipahami oleh pihak PT Goldfindo Intikayu Pratama.

a. Visioning Phase

Pada tahap ini merupakan fase tahapan awal dengan beberapa kompenen

diantaranya yaitu dengan memulai dan mengelola proyek, memahami situasi bisnis dan

(10)

11

Menganalisa kemana sebenarnya arah yang akan dilalui organisasi ini di masa akan

datang.

Menentukan dan jelas mendokumentasikan tujuan dari proses perencanaan.

Tujuannya harus mencakup pernyataan menarik, jelas, dan ringkas menguraikan

kebutuhan, atau tujuan, menyelesaikan rencana strategis STI yang sesuai (Cassidy,

2006).

Gambar 2.3 Visioning Phase (Cassidy, 2006)

b. Analysis Phase

Pada tahap ini, peneliti akan berfokus pada sistem informasi yang akan

diterapkan. Selain itu, diharapkan juga peneliti dapat mengerti bagaimana situasi

sistem informasi saat ini pada PT Goldfindo Intikayu Pratama, bagaimana menganalisis

sistem informasi dapat menunjang kebutuhan bisnis, dan mengembangkan beberapa

(11)

Gambar 2.4 Analysis Phase (Cassidy, 2006)

Berdasarkan gambar di atas, fase ini memiliki komponen-komponen sebagai

berikut:

1. Mengerti situasi sistem informasi yang dimiliki saat ini

2. Menganalisa situasi sistem informasi saat ini

3. Mengembangkan rekomendasi dan membuat solusi alternative

c. Direction Phase

Setelah tahap analisis selesai, akan dilanjutkan yaitu pada tahap direction.

Tahapan ini merupakan tahapan yang mengidentifikasi semua proyek STI dan

diprioritaskan, biaya diidentifikasi, dan kerangka waktu pelaksanaan direncanakan

Pada tahap ini merupakan proses pembuatan strategi yang menghasilkan suatu

dokumen perencanaan strategi STI dengan mengembangkan visi dari suatu SI yaitu

(12)

13

Gambar 2.5 Direction Phase (Cassidy, 2006)

Berdasarkan gambar di atas, fase ini memiliki komponen-komponen sebagai

berikut:

1. Mengembangkan visi dan arah sistem informasi

2. Mengembangkan rencana sistem informasi

3. Mengidentifikasi proyek sistem informasi

Dalam tahap penentuan arah sistem informasi (direction phase) ini dimulai dari

perencanaan strategis SI dengan mengidentifikasi persyaratan teknis dari tiap

divisi/departemen di PT Goldfindo Intikayu Pratama sesuai kebutuhan proses kinerja

dalam sistem (STI) yang baru.

d. Recommendation Phase

Setelah direction phase, maka pada tahap yang terakhir ini akan dilakukan

pemetaan rencana strategis STI. Pada tahap sebelumnya, semua proyek STI

(13)

direncanakan. Selanjutnya, pengaturan proyek-proyek bersama-sama pada waktu, atau

pemetaan. Selain itu, pada tahap ini juga akan menghasilkan sebuah roadmap rencana

strategis STI untuk beberapa tahun kedepan yang didasarkan dengan analisa kebutuhan

informasi pada rencana strategis bisnis yang dimiliki PT Goldfindo Intikayu Pratama.

Gambar 2.6 Recommendation Phase (Cassidy, 2006)

Berdasarkan gambar di atas, fase ini memiliki komponen-komponen sebagai

berikut:

1. Mengembangkan roadmap

2. Mengembangkan kasus bisnis

3. Mengkomunikasikan rencana

Tujuan dari pembuatan roadmap pada PT Goldfindo Intikayu Pratama adalah

membuat kemudahan dalam perencanaan bisnis yang telah ditetapkan, berisi

kegiatan-kegiatan mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Dengan adanya roadmap ini,

maka segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan teratur sesuai dengan

(14)

15

2.3 Rencana Strategis STI

Rencana strategis STI ini dibuat berdasarkan hasil dari dokumen perencanaan

strategis STI pada PT Goldfindo Intikayu Pratama. Tujuan dari pembuatan renstra ini

adalah untuk memudahkan perusahaan dalam meninjau pedoman rencana strategis

yang berkaitan dengan arahan perkembangan STI perusahaan. Perbedaan antara

dokumen perencanaan strategis STI dan dokumen renstra ini adalah terletak pada isi

dokumen, dimana dokumen renstra ini dibuat berdasarkan poin-poin tertentu saja dari

tahapan visioning, analysis, direction, dan recommendation (Cassidy, 2006).

(15)

2.4 Analisis Value Chain

Menurut Ward & Peppard (2002) analisis Value Chain merupakan suatu

kegiatan menganalisis kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk merancang,

memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk atau jasa,

dibedakan menjadi dua yaitu aktivitas utama (primary activities) pada perusahaan yang

pada akhirnya memberikan kepuasan pada pelanggan. Aktivitas-aktivitas tersebut tidak

hanya dilakukan dengan baik, tapi juga harus saling berhubungan dengan efektif jika

keseluruhan performa bisnis hendak dioptimalkan. Mengacu pada dokumen organisasi

yang menyebutkan tugas dan fungsi setiap unit kerja berdasarkan pengamatan yang

dilakukan terhadap proses kerja yang terjadi di masing-masing unit kerja, secara

diagram value chain dapat terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Diagram Analisis Value Chain (Ward & Peppard, 2002)

Aktivitas utama (Primary Activities) terdiri dari logistik dalam, operasi, logistik

keluar, pemasaran, dan pelayanan. Kedua adalah aktivitas pendukung (Support

Activities) yang mendukung aktivitas utama yang terdiri dari berbagai fungsi, yaitu

kelengkapan infrastruktur, manajemen SDM, pengadaan barang, dan pengembangan

(16)

17

2.5 Analisis SWOT

Menurut Tripomo dan Udan (2005) mendefinisikan analisis SWOT adalah

penilaian terhadap indentifikasi situasi untuk menemukan apakah suatu kondisi

dikatakan sebagai kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity),

atau ancaman (threat) yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.9 Matriks SWOT (Rangkuti, 2006)

Suatu kondisi dikatakan sebagai kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang

(opportunity), atau ancaman (threat) yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strenght) adalah situasi internal organisasi yang berupa sumber daya

yang dimiliki organisasi yang dapat digunakan untuk menangani peluang dan

ancaman.

2. Kelemahan (Weakness) adalah situasi internal organisasi yang berupa sumberdaya

yang dimiliki organisasi yang dapat digunakan untuk menagani kesempatan dan

ancaman.

3. Peluang (Opportunity) adalah situasi eksternal organisasi yang berpotensi

(17)

sama secara umum akan merasa diuntungkan bila dihadapkan pada kondisi

eksternal tersebut.

4. Ancaman (Threat) adalah situasi eksternal organisasi yang berpotensi

menimbulkan kesulitan yang dapat mencegah organisasi meraih sasaran strategi

yang telah ditetapkan. Organisasi-organisasi yang berada dalam satu industri yang

sama secara umum akan merasa dirugikan/dipersulit/terancam bila di hadapkan

pada kondisi eksternal tersebut.

2.5.1 Faktor Strategis Internal (IFAS)

Menurut Rangkuti (2014) faktor strategis internal atau Internal Strategic Factor

Analysis Summary (IFAS) adalah beberapa indikator-indikator yang disusun untuk

merumuskan faktor-faktor strategis internal, faktor-faktor tersebut dalam kerangka

kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness). Indikator faktor-faktor diperoleh dari

menganalisis lingkungan internal, untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan

dan kelemahan yang mempengaruhi perusahaan.

2.5.2 Faktor Strategis Eksternal (EFAS)

Menurut Rangkuti (2014) faktor strategis eksternal atau External Strategic

Factor Analysis Summary (EFAS) adalah beberapa indikator-indikator yang disusun

untuk merumuskan faktor-faktor strategis eksternal, faktor-faktor tersebut dalam

kerangka peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Indikator faktor-faktor

diperoleh dari menganalisis lingkungan eksternal, untuk mengetahui berbagai

(18)

19

2.5.3 Perhitungan Bobot dan Rating SWOT

Menurut Rangkuti (2014) setelah indikator-indikator SWOT ditentukan,

kemudian menentukan bobot, rating, dan score. Dimana bobot adalah faktor dari

kondisi terpenting atau urgensi penanganan, rating adalah faktor dari kondisi

kemungkinan yang akan terjadi, serta nilai score yaitu diperoleh berdasarkan hasil nilai

bobot dikali dengan nilai rating. Berikut ini adalah cara penentuan faktor-faktor IFAS

dan EFAS, yaitu:

a. Pemberian bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai

dengan 0,0 (tidak penting).

b. Pemberian nilai rating untuk masing-masing faktor diberi skala mulai dari 4

(outstanding) sampai dengan 1 (poor) untuk EFAS, sedangkan IFAS bernilai 1

(outstanding) sampai 4 (poor).

c. Untuk nilai score diperoleh dari hasil nilai bobot dikali dengan nilai rating.

d. Jumlah total score yang diperoleh ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu

beraksi terhadap faktor-faktor strategis internal maupun eksternal.

2.5.4 Kuadran Berdasarkan Titik Koordinat

Menurut Rangkuti (2014) setelah menghasilkan hasil nilai total dari IFAS dan

EFAS kemudian menetukan titik koordinat perusahaan berdasarkan nilai perhitungan

bobot IFAS dan EFAS, ada 4 macam titik kuadaran. Berikut deskripsi serta dapat

(19)

Gambar 2.10 Kuadran Titik Koordinat (Rangkuti, 2014)

a. Kuadran I (Agresif)

Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang

dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang

diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

b. Kuadran II (Diverifikasi Strategi)

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan

dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk/pasar).

c. Kuadran III (Ubah Strategi)

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak

menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu

meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih

(20)

21

d. Kuadran IV (Strategi Bertahan)

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan

tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive).

2.6 Portofolio Aplikasi

Menurut Ward & Peppard (2002) portofolio aplikasi adalah cara untuk

membawa bersama sistem informasi yang telah ada, yang direncanakan dan potensial

untuk kemudian menilai kembali kontribusi bisnisnya, umumnya berupa matrik

dua-kali-dua, yang merupakan metode yang sangat populer untuk menjelaskan dampak dari

variabel yang tidak berkaitan, namun saling mempengaruhi.

Sistem informasi manajemen melibatkan pengguna dalam mempertimbangkan

informasi yang mereka gunakan dan bagaimana informasi tersebut digunakan. Model

portofolio dapat menggambarkan keseluruhan struktur dan logika proses dari aplikasi

STI untuk bisnis. Menurut King, organisasi harus mengelola STI dan berbagai aplikasi

sesuai dengan kontribusinya, baik berkontribusi dalam peningkatan efisiensi,

efektifitas, dan daya saing melalui perubahan bisnis, bukan dengan meningkatkan

semua aspek untuk sesuatu yang baru.

2.7 Portofolio Aplikasi McFarlan

Menurut Ward & Peppard (2002) portofolio aplikasi McFarlan digunakan

untuk menilai kontribusi STI secara keseluruhan dan efeknya terhadap kesuksesan

bisnis. Model portofolio yang dikembangkan oleh McFarlan mempertimbangkan

kontribusi STI untuk kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang berdasarkan

(21)

empat kategori berdasarkan penilaian terhadap pentingnya aplikasi bagi bisnis baik

sekarang maupun masa yang akan datang. Pengkategorian aplikasi tersebut kedalam

empat kuadran tergantung pada kontribusinya saat ini atau harapan untuk kesuksesan

bisnis kedepannya. Kategori aplikasi dapat dibedakan menjadi empat kuadran.

Keempat kuadran tersebut adalah kuadran strategic, key operational, support, dan high

potential.

1. Strategic yaitu mencakup aplikasi yang penting bagi keberhasilan bisnis masa

depan. Aplikasi tersebut dapat menciptakan atau mendukung perubahan dalam

organisasi demi mencapai keunggulan kompetitif. Penilaian harus didasarkan pada

kontribusi bagi bisnis, bukan kemutakhiran suatu teknologi.

2. Key operational yaitu aplikasi yang termasuk dalam kuadran key operational

adalah aplikasi yang mendukung operasi bisnis, membantu untuk menghindarkan

kerugian bagi bisnis dari segi apapun.

3. Support yaitu aplikasi yang termasuk dalam kuadran support adalah aplikasi yang

dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen internal organisasi tanpa

memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi.

4. High Potential yaitu kuadran ini mencakup aplikasi yang dapat menciptakan

peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa depan namun belum terbukti.

Adapun cara pengklasifikasian aplikasi-aplikasi yang telah dianalisis kedalam

empat kuadran McFarlan adalah dengan mengajukan pertanyaan yang membantu

analisis (Ward & Peppard, 2002). Pertanyaan ini hanya dapat digunakan sebagai

panduan penilaian, bukan digunakan sebagai pedoman. Hasil analisis aplikasi yang

(22)

23

dapat diklasifikasikan kedalam kuadran strategik, namun harus didasarkan oleh pada

kontribusi bisnis. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengklasifikasian

adalah sebagai berikut:

a. Menghasilkan keuntungan kompetitif yang jelas bagi perusahaan? (Ya/Tidak)

b. Dapat digunakan dalam pencapaian tujuan bisnis yang spesifik atau sebagai faktor

penentu keberhasilan? (Ya/Tidak)

c. Dapat mengatasi kerugian bisnis yang berkaitan dengan pesaing perusahaan?

(Ya/Tidak)

d. Dapat menghindarkan dari resiko bisnis yang akan menjadi masalah utama di masa

yang akan datang? (Ya/Tidak)

e. Dapat meningkatkan produktivitas bisnis dengan mengurangi biaya jangka

panjang? (Ya/Tidak)

f. Memungkinkan organisasi untuk memenuhi persyaratan hukum atau aturan yang

berlaku?

g. Dapat memberikan manfaat yang belum dapat diketahui tapi memungkinkan untuk

menghasilkan poin 1 dan 2? (Ya/Tidak)

Dalam menjawab pertanyaan diatas dibutuhkan alasan secara judgemental. Pada

Tabel 1 dibawah menunjukkan bagaimana interpretasi atas jawaban dari pertanyaan

yang diajukan dan aplikasi diklasifiaksikan berdasarkan ada atau tidaknya jawaban

“Ya” pada setiap kolom. Jika pertanyaan yang menghasilkan jawaban “Ya” berada

pada lebih satu kolom, maka harus dinilai ulang dengan memisahkan menjadi sub

modul proyek. Jika hal ini tidak dilakukan, maka resiko kegagalan akan menjadi lebih

(23)

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi McFarlan

Pertanyaan Kuadran McFarlan

High Potential Strategic Key Operational Support

A Ya (i)

B Ya (i)

C Ya

D Ya

E Ya

F Ya (ii) Ya (ii)

G Ya

Keterangan tabel:

(i) Jika salah satu berlaku, maka ada pertanyaan tambahan yaitu “Apakah jelas bagi keuntungan bisnis dan bagaimana cara mendapatkannya?”. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “Ya” maka dapat dikategorikan kedalam kuadran

strategic. Namun jika jawabannya adalah “Tidak”, maka dikategorikan kedalam

kuadran high potential.

(ii) Untuk memperjelas, pertanyaan berikut perlu ditanyakan, yaitu “Akankah kegagalan yang akan diperoleh lebih signifikan terhadap resiko bisnis?”. Jika

jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “Ya” maka dapat dikategorikan kedalam kuadran key operational. Namun jika jawabannya adalah “Tidak”, maka

dikategorikan kedalam kuadran support.

2.8 Visi

Menurut Wibisono (2006) visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan

cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa

(24)

25

organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi

perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.

2.9 Misi

Menurut Wibisono (2006) misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan

tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh

perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.

2.10 Tujuan

Menurut Naja (2004) tujuan merupakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh

suatu organisasi di masa yang akan datang dan manajer bertugas mengarahkan jalannya

organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.

2.11 Strategi SI

Menurut Ward & Peppard (2002) strategi SI adalah strategi yang menjelaskan

bagaimana sebuah bisnis akan memanfaatkan sistem dan teknologi informasi dalam

pencapaian tujuannya. Tujuan utamaya adalah untuk menghubungkan sistem dan

teknologi informasi secara jelas dan mendasar dengan strategi bisnis perusahaan.

Strategi ini mendifinisikan kebutuhan aplikasi dan kebutuhan layanan dari manajemen

dan end user yang disesuaikan dengan rencana bisnis dan kegiatan bisnis serta

disesuaikan dengan semua prioritas pengembangan infrastruktur atau sistem aplikasi

perusahaan. Tidak semua kebutuhan yang didefiniskan mengarah pada pengembangan

aplikasi baru, beberapa kebutuhan juga dapt mengarah pada penyempurnaan sistem

(25)

2.12 Hubungan Kelas Data dan Informasi

Menurut Surendro (2009) hubungan kelas data dan informasi ini adalah

menghubungkan pada kelas-kelas data maupun proses-proses yang memberikan

sebuah dasar bagi pengembangan arsitektur informasi. Kelas-kelas di tempatkan pada

sebuah matriks dan mengaitkan dengan proses-proses bisnis. Untuk menyatakan

proses-proses mana yang menghasilkan ‘C’ (create) data dan menggunakannya ‘U’

(use). Proses-proses tersebut di tempatkan ke dalam matriks pada urutan siklus hidup

dari sumber daya kunci. Selanjutnya, susun kelas-kelas data pada sumbu lainnya

berdasarkan urutan pembuatan data dimulai dari kelas-kelas data dan dilanjutkan

hingga semua kelas-kelas data dimasukkan ke dalam matriks.

2.13 Roadmap

Menurut Cassidy (2006) dokumen peta jalan (roadmap) adalah rincian

menguraikan proyek atau kegiatan-kegiatan untuk beberapa tahun ke depan.

Merangkum biaya, waktu, dan sumber daya yang diperlukan. Data patokan akan

membantu untuk memvalidasi perkiraan.

2.14 Focus Group Discussion (FGD)

Menurut Rangkuti (2009) Focus Group Discussion (FGD) atau (Kelompok

Diskusi Terfokus) adalah sebuah metode riset dimana periset memilih orang-orang

yang dianggap mewakili sejumlah publik atau populasi yang berbeda. Periset dapat

bertidak sebagai moderator atau mempercayakan kepada orang lain. Sebagai moderator

harus mempunyai kemampuan dalam penguasaan teknik wawancara, menjaga agar

aliran diskusi tetap berjalan, mampu bertidak sebagai pembela yang menentang apa

(26)

27

informasi mengenai suatu permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian

tentang masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa.

FGD memungkinkan periset mendapatkan data yang lengkap dari responden

yang biasanya dijadikan landasan suatu program. FGD juga memungkinkan periset

lebih fleksibel dalam menentukan desain pertanyaan, sehingga bebas bertanya kepada

responden sesuai tujuan dengan riset.

2.15 Harga Perkiraan Sendiri (Owners Estimate)

Menurut Arimbawa (2012) Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners

Estimate (OE) adalah harga barang dan/atau jasa yang dikalkulasi secara keahlian dan

berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan. Nilai total HPS bersifat terbuka

dan bukan rahasia. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No 54 Tahun 2010

Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pada Pasal 66 Ayat 5 Butir a

menyebutkan HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran penawaran

termasuk rinciannya. Kemudian pada Pasal 66 Ayat 7 Butir b disebutkan bahwa

Penyusunan HPS didasarkan pada data harga pasar setempat, yang diperoleh

berdasarkan hasil survei menjelang dilaksanakannya pengadaan barang/jasa dengan

mempertimbangkan informasi yang meliputi informasi biaya satuan yang

dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber lain yang dapat

dipertanggung jawabkan. Dengan demikian penyusunan HPS/OE merupakan salah

satu kunci keberhasilan kegiatan pengadaan barang dan/atau jasa.

Berikut ini adalah komponen-kompenen untuk melakukan penyusunan

(27)

a. Biaya Langsung Personil (Remuneration)

Biaya langsung personil dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan,

hari, minggu, jam), yang ditetapkan berdasarkan pengalaman profesional yang setara

sejak lulus perguruan tinggi.

b. Biaya Langsung Non Personil

Biaya Langsung Non Personil adalah biaya langsung yang diperlukan untuk

menunjang pelaksanaan kegiatan proyek yang dibuat dengan mempertimbangkan dan

berdasarkan harga pasar wajar dan dapat dipertanggung jawabkan serta sesuai dengan

perkiraan kegiatan.

2.16 Perhitungan Biaya berdasarkan Kelly Services

Menurut Kelly Services (2014:27) biaya resource adalah biaya Sumber Daya

Manusia (SDM) berdasarkan jabatan yang dikalkulasi secara keahliannya

masing-masing. Nilai biaya dalam acuan Kelly Services adalah standar internasional yang

bersifat terbuka dan bukan rahasia. Standar perhitungan gaji masih menggunakan skala

perbulan. Dalam hal ini diasumsikan bawah perbulan 30 hari. Berikut dapat dilihat pada

gambar 2.11.

(28)

29 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di PT Goldfindo Intikayu Pratama merupakan penelitian

yang menggunakan metode pengumpulan data untuk menganalisis permasalahan di

suatu perusahaan dengan beberapa tahapan. Pada bab ini membahas uraian sebuah

proses kegiatan yang berupa tahapan-tahapan dalam menyelesaikan sebuah analisa

serta pembahasan. Metodelogi ini memiliki tiga tahapan dalam pembuatan

perencanaan strategis STI yaitu:

1. Tahapan awal dimulai dari studi literatur dan identifikasi masalah,

2. Tahapan kedua memliki 4 fase yaitu:

a. Tahap Visioning

Membahas mengenai proses bisnis di PT Goldfindo Intikayu Pratama.

b. Tahap Analysis

Membahas mengenai proses bisnis yang berhubungan dengan STI di PT Goldfindo

Intikayu Pratama.

c. Tahap Direction

Membahas mengenai usulan proyek STI dan arahan bisnis perusahaan.

d. Tahap recommendation

Membahas mengenai perhitungan biaya atas proyek STI yang telah ada.

3. Tahapan terakhir Focus Group Discussion (FGD) dan hasil ringkasan Perencanaan

(29)

Beberapa tahapan dapat dilihat pada gambar 3.1 kerangka metodologi

penelitian di bawah ini.

Studi Literatur

- Strategi SI Proyek STI

Tahap 4

(30)

31

3.1Tahap Awal

3.1.1 Studi Literatur

Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa studi

literatur yang mendukung tersusunnya pembuatan dokumen perencanaan Strategis STI.

Dalam tahapan yang disusun ini dilakukannya studi literatur serta jurnal yang terkait

dengan perencanaan STI, metode analisis SWOT, analisis Value Chain, metode Five

Forces Model, metode McFarlan, Harga Perkiraan Sendiri (HPS)/Owner Estimate,

serta Forum Group Discussion (FGD).

Studi literatur yang digunakan pada tugas akhir ini diperoleh dari beberapa

diantaranya yaitu buku online tentang A Practical Guide to Information Systems

Strategic Planning by Anita Cassidy, buku Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus

Bisnis oleh Freddy Rangkuti, buku Strategic Planning for Information System by Ward

& Peppard, buku Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi oleh Surendro, serta

untuk literatur lain menggunakan jurnal perencanaan strategis STI yaitu Model

Rencana Strategis Sistem Informasi di Universitas Bale Bandung oleh Rosmalina,

Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan Metode Anita Cassidy (Studi

Kasus: PT. Medika Antapani) oleh Ilham Fauzi, dan langkah-langkah Perencanaan

Strategis Sistem Informasi dengan menggunakan metode Ward and Peppard oleh Ari

Wedhasmara.

3.1.2 Identifikasi dan Analisa Permasalahan

Identifikasi dan analisa permasalahan yang dilakukan dalam menetukan

permasalahan di PT Goldfindo Intikayu Pratama ini dalam sebuah penelitian.

(31)

a. Observasi

Observasi atau pengamatan ini dilakukan langsung ke perusahaan PT

Goldfindo Intikayu Pratama untuk tahap pengumpulan data mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti. Hal yang berkaitan dalam observasi

ini mencakup mengamati dan memahami proses bisnis yang berjalan, mengamati dan

mencoba aplikasi yang sudah ada pada setiap divisi yang terkait dalam penelitian di PT

Goldfindo Intikayu Pratama, dan menganlisis aplikasi tersebut.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan untuk pengumpulan data yang diperlukan. Di PT

Goldfindo Intikayu Pratama wawancara dilakukan langsung kepada divisi yang terkait

yaitu pembelian pada divisi Purchasing Manager, produksi pada divisi Factory Head,

penjualan dan pemasaran pada divisi Marketing Manager. Data dan informasi yang

telah diperoleh dari hasil wawancara tersebut adalah untuk input analisis yang hasil

selanjutnya akan menjadi output perencanaan strategis sistem informasi dan teknologi

informasi untuk PT Goldfindo Intikayu Pratama.

c. Dokumentasi

Penelitian ini juga menggunakan tahap dokumentasi sebagai alat bantu

penelitian. Dokumentasi dalam bentuk tulisan seperti arsip-arsip yang diperoleh dari

perusahaan, serta alamat website yang ada pada PT Goldfindo Intikayu Pratama. Ini

akan menjadi salah satu bukti fisik dalam memperkuat pembuatan dokumen

perencanaan strategis STI.

Dari penelitian di atas akan ditemukan permasalahan yang ada, dengan

(32)

33

terkait tentang permasalahan mana yang terlebih dahulu atau paling penting untuk

diselesaikan. Dengan demikian tahap selanjut melakukan analisa permasalahan dari

sebuah masalah yang telah dipertimbangakan dari pihak PT Goldfindo Intikayu

Pratama.

3.2Tahap Perencanaan

3.2.1 Visioning Phase

Pada fase awal ini adalah dimana melakukan sebuah analisa dari suatu proses

bisnis awal yang ada di PT Goldfindo Intikayu Pratama dan memahami situasi bisnis

yang meliputi kondisi internal, kondisi eksternal, analisis value chain, analisis SWOT.

Berikut ini adalah tahapan yang akan dilakukan, yaitu:

1. Analisis Kondisi Bisnis Internal

a. Menganalisis kondisi tiap-tiap divisi di PT Goldfindo Intikayu Pratama, diperoleh

dari hasil observasi dan wawancara. Hasil yang didapat adalah berupa tabel

summary activity business yaitu menjelaskan seluruh aktivitas bisnis perusahaan di

setiap divisi.

b. Menggambarkan sebuah pemetaan aktivitas bisnis, dimana menggambarakan tiap

divisi PT Goldfindo Intikayu Pratama dengan alur proses bisnis yang ada, guna

untuk memudahkan dalam pembuatan analisis value chain.

c. Mendeskripsikan alur proses dari pemetaan aktivitas bisnis pada tiap divisi PT

Goldfindo Intikayu.

d. Setelah itu didapatkan aktivitas-aktivitas bisnis berdasarkan deskripsi alur proses,

(33)

2. Analisis Value Chain

a. Analisis kondisi bisnis internal perusahaan dikelompokkan pada sebuah tabel

analisis value chain permasing-masing divisi Marketing Manager, Purchasing

Manager, dan Factory Head yaitu terdapat aktivitas utama dan aktivitas

pendukung.

b. Aktivitas utama dan aktivitas pendukung dijelaskan pada sebuah tabel yang berisi

kolom proses bisnis yang digunakan, aktivitas utama/pendukung, kolom divisi

yang terkait, serta kolom untuk keterangan kebutuhan bisnis perusahaan dari

aktivitas (proses bisnis).

c. Kemudian menggabungkan analisis pada tiap divisi Marketing Manager,

Purchasing Manager, dan Factory Head, yaitu menjadi analisis antar divisi.

d. Tabel analisis value chain antar divisi, beisikan tabel support activities dan primary

activities. Setelah itu menggabungkan peraktivitas bisnis, kemudian didapatkan

aktivitas yang sama yang saling terkait.

e. Menggambarkan pemetaan aktivitas bisnis sesuai dengan apa yang telah

didapatkan dari penggabungan analisis value chain antar divisi seperti keterangan

di atas tersebut.

f. Pembuatan tabel analisis value chain berdasarkan analisis value chain antar divisi.

g. Menguraikan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada sebuah tabel yang beisi

aktivitas utama/pendukung, divisi, divisi terkait, dan keterangan.

h. Tabel dari uraian penjelasan tersebut kemudian menjadi acuan yang akan

(34)

35

3. Analisis Kondisi Bisnis Eksternal

a. Analisis kondisi eksternal perusahaan berfokus pada lingkungan industri terdiri dari

ancaman masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, daya

tawar-menawar pembeli, daya tawar-tawar-menawar pemasok, dan tingkat persaingan di antara

para pesaing yang ada.

b. Pendeskripsian lingkungan indsutri pada sebuah tabel yang berisi kolom

lingkungan industry dan deskripsi.

c. Pembuatan bagan ringkasan analisis lingkungan eksternal yang diperoleh dari

pendeskripsian lingkungan industri.

4. Analisis SWOT

a. Melakukan analisis SWOT yang terdiri dari faktor-faktor kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman pada perusahaan, analisis diperoleh dari kondisi bisnis

internal dan eksternal yang ada.

b. Merusmuskan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan dari analisis SWOT.

Faktor internal termasuk kekuatan dan kelemahan perusahaan, sedangkan faktor

eksternal termasuk peluang dan ancaman perusahaan.

c. Dari hasil analisis SWOT yang ada kemudian melakukan perhitungan bobot pada

tabel IFAS dan EFAS dengan perhitungan (bobot dikali rating) akan menghasilkan

nilai bobot yang diperoleh.

e. Hasil dari nilai bobot yang diperoleh dapat menentukan titik koordinat perusahaan

pada posisi kuadran berapa, sehingga dapat mengetahui strategi apa yang harus

(35)

f. Hasil dari perhitungan bobot tersebut selanjutnya akan menentukan analisis matriks

SWOT.

g. Pembuatan strategi bisnis dalam matrik SWOT, pembuatan strategi bisnis ini

dilihat dari kumpulan factor-faktor internal dan eksternal yang sudah ada.

h. Mencantumkan visi dan misi perusahaan PT Goldfindo Intikayu Pratama.

Dari beberapa tahapan di atas, maka akan diperoleh output (keluaran) berupa

dokumen analisis value chain dan dokumen analisis SWOT.

3.2.2 Analysis Phase

Pada fase kedua ini adalah fase analisis untuk memahami dan mengetahui

situasi STI yang dimiliki PT Goldfindo Intikayu Pratama saat ini. Fase ini sebagai

upaya untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dengan kondisi STI dan

penggolongan sumber daya STI pada tiap divisi.

1. Identifikasi Sumber Daya STI Organisasi (Internal)

a. Melakukan analisis kondisi STI saat ini yang ada pada PT Goldfindo Intikayu

Pratama.

b. Analisis yang dimaksud berisikan yaitu aplikasi bisnis saat ini, infrastruktur teknis,

organisasi, dan anggaran.

c. Melakukan identifikasi sumber daya STI organisasi yang akan menghasilkan

sebuah tabel analisis kondisi internal STI, dimana tabel tersebut terkait dengan

bagian atau divisi di perusahaan.

2. Identifikasi Sumber Daya STI Organisasi (Eksternal)

(36)

37

b. Terdapat sebuah tabel yang berisi tren teknologi yang sedang berkembang dan

manfaat.

c. Hasil dari analisis kondisi STI dan identifikasi sumber daya STI organisasi berupa

dokumen STI saat ini.

3. Kebutuhan STI

a. Mengidentifikasi kebutuhan data dan informasi, identifikasi ini dilihat berdasarkan

analisis value chain gabungan yaitu analisis value chain antar divisi.

b. Identifikasi kebutuhan data dan informasi ini terdapat sebuah tabel yang berisi

aktivitas utama dan pendukung, divisi, kebutuhan bisnis, serta kebutuhan data dan

informasi.

c. Melakukan pemetaan kebutuhan data dan informasi kedalam tabel clustering

kebutuhan STI. Dimana tabel pemetaan ini berisi aktivitas serta data dan informasi.

d. Hasil dari tabel clustering, kemudian menghasilkan keterangan atas sistem

informasi apa saja yang dibutuhkan

e. Dokumen STI saat ini selanjutnya digunakan sebagai sebuah solusi dari kebutuhan

STI saat ini.

4. Analisi SWOT STI

d. Melakukan analisis SWOT STI yang terdiri dari faktor-faktor kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman pada perusahaan, analisis diperoleh dari kondisi

bisnis internal dan eksternal yang ada.

e. Merusmuskan faktor-faktor internal dan eksternal STI perusahaan dari analisis

SWOT. Faktor internal termasuk kekuatan dan kelemahan perusahaan, sedangkan

(37)

f. Dari hasil analisis SWOT yang ada kemudian melakukan perhitungan bobot pada

tabel IFAS dan EFAS dengan perhitungan (bobot dikali rating) akan menghasilkan

nilai bobot yang diperoleh.

i. Hasil dari nilai bobot yang diperoleh dapat menentukan titik koordinat perusahaan

pada posisi kuadran berapa, sehingga dapat mengetahui strategi apa yang harus

dilakukan perusahaan.

j. Hasil dari perhitungan bobot tersebut selanjutnya akan menentukan analisis matriks

SWOT STI.

k. Pembuatan strategi STI dalam matrik SWOT, pembuatan strategi STI ini dilihat

dari kumpulan faktor-faktor internal dan eksternal yang sudah ada.

l. Melakukan keselarasan antara strategi bisnis yang ada pada visioning phase dengan

strategi STI yang ada pada analysis phase ini.

5. Hasil dari solusi kebutuhan STI berupa dokumen dokumen solusi alternatif.

Dari tahapan di atas, output (keluaran) yang dihasilkan adalah document

current STI, sehingga muncul sebuah dokumen solusi alternatif untuk mengembakan

proyek dari segi STI yang dibutuhkan PT Goldfindo Intikayu Pratama.

3.2.3 Direction Phase

Pada fase yang ketiga ini adalah fase dimana mengembangkan visi, misi,

tujuan, dan strategi STI yang sesuai, mengembangkan sebuah arahan atau proyek STI

untuk PT Goldfindo Intikayu Pratama dan mengidentifikasi ketentuan dari tiap divisi

di PT Goldfindo Intikayu Pratama sesuai kebutuhan proses kinerja dalam STI yang

(38)

39

1. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi SI

a. Menentukan visi, misi, tujuan, dan strategi SI yang peroleh dari hasil analisis tahap

visioning dan tahap analysis.

b. Menentukan isi dari visi, misi, tujuan, dan strategi SI yang sesuai untuk PT

Goldfindo Intikayu Pratama.

2. Solusi Proyek STI

a. Hasil dari dokumen solusi alternatif pada tahap kedua dijadikan sebagai acuan pada

pengembangan proyek STI.

b. Membuat prioritas jenis proyek STI yang dibutuhkan dan kegunaannya.

c. Menghasilkan sebuah dokumen yang membahas tentang aplikasi bisnis dan arahan

bisnis dari proyek STI yang telah diusulkan.

3. Fungsi STI

a. Fungsi solusi STI ini berisi deskripsi penjelasan mengenai solusi proyek STI yang

ada.

b. Terdapat 2 kolom yang menjelaskan secara rinci dari tahap solusi proyek STI, yaitu

kolom Solusi STI dan fungsi.

c. Kolom solusi STI berisi proyek STI.

d. Kolom fungsi berisi rincian deskripsi dari proyek STI.

4. Arsitektur Solusi STI

a. Pembuatan hubungan keterkaitan antara proyek STI dan divisi/bagian yang

digunakan.

(39)

5. Risk Register

a. Melakukan identifikasi resiko dari masing-masing proyek STI.

b. Terdapat 7 kolom pada identifikasi risk register, yaitu kolom risk identification,

probability, risk impact, risk score, risk rangking, risk exposure, risk response.

c. Pemberian nilai untuk kolom risk identification, probability dan risk impact yang

dimana nilai tersebut diperoleh dari hasil wawancara.

d. Penjumlahan untuk risk score, yaitu dengan mentotal hasil perkalian dari nilai

probability dan risk impact.

e. Penentuan untuk kolom risk exposure yaitu berdasarkan pada nilai risk score.

Dengan range nilai yang sudah ada.

f. Range nilai probability dan risk impact dan nilai pada risk exposure yang dilihat

berdasarkan nilai dari risk score, yaitu:

Tabel 3.1 Range Nilai

Range Nilai

Probability dan Risk Impact Risk Exposure

Low : 1-4 Low : 1-40

Medium : 5-7 Medium : 41-75 High : 8-10 High : 76-100

g. Selanjutnya menentukan solusi yang sesuai dari identifikasi resiko yang ada, solusi

tersebut diambil dari tahap proyek STI sebelumnya, dan kemudian di tulis pada

kolom risk response.

6. Perkiraan Penilaian Proyek STI

(40)

41

b. Terdapat 7 kolom perkiraan penilaian proyek STI, yaitu kolom proyek STI, divisi,

ketergantungan, nilai bisnis, resiko, risk exposure, dan prioritas.

c. Kolom proyek STI dan divisi diperoleh dari tahapan sebelumnya.

d. Nilai ketergantungan, nilai bisnis, resiko, risk exposure dan nilai prioritas

digolongkan dengan nilai high, medium, dan low.

7. Focus Group Discussion (FGD) I

Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan FGD yang pertama, yaitu:

a. Melakukan perjanjian terlebih dahulu mengenai waktu, tempat, serta topik yang

akan dibahas pada pelaksanaan FGD.

b. Menentukan siapa saja yang berpatisipasi dalam pelaksanaan FGD.

c. Memberikan penjelasan awal mengenai pembuatan dokumen perencanaan strategis

STI.

d. Menjelaskan tentang aplikasi bisnis dan arahan bisnis dari proyek STI yang telah

diusulkan, yang diperoleh dari hasil dokumen yang telah dibuat.

e. Mendiskusikan dan mencatat saran dan revisi jika ada perubahan atau

ketidaksesuaian dalam usulan proyek STI.

Dokumen aplikasi bisnis dan arahan bisnis tersebut memberikan deskripsi dan

penjelasan mengenai aplikasi yang telah dibuat serta arahan bisnis perusahaan.

Selanjutnya juga akan dilakukan tahapan metode Focus Group Discussion I (FGD)

yang dimana proyek STI yang telah dibuat di diskusikan kembali kepada pihak

perusahaan apakah perlu dilakukannya revisi dari proyek STI yang nantinya telah

(41)

3.2.4 Recommendation Phase

Fase terakhir ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah roadmap rencana

strategis STI untuk beberapa tahun kedepan yang didasarkan dengan analisa kebutuhan

informasi pada rencana strategis bisnis yang dimiliki PT Goldfindo Intikayu Pratama.

1. Portofolio Aplikasi

a. Portofolio aplikasi dalam pembutan perencanaan strategis STI ini menggunakan

portofolio aplikasi McFarlan.

b. Terdapat sebuah tabel yang berisi strategic, high potential, key operational, dan

support.

c. Menentukan penilaian dari hasil kontribusi mana yang tergolong strategic, high

potential, key operational, dan support.

d. Portofolio aplikasi yang didalamnya terangkum pemetaan sistem informasi saat ini

dan potensi aplikasi yang muncul setelah dilakukan berbagai analisa terkait dalam

perencaanan strategis STI.

2. Analisis Biaya STI

a. Memperoleh input-an dokumen proyek STI dari tahap direction untuk menentukan

analisis biaya STI.

b. Analisis biaya STI yaitu sebuah perkiraan harga perproyek STI atau peraplikasi

yang dihitung berdasarkan HPS/Owners Estimate dan standar biaya Kelly Services

2014.

3. Summary Cost

a. Menentukan klasifikasi biaya proyek STI.

(42)

43

c. Ringkasan biaya proyek STI meliputi rincian harga hardware (perangkat keras)

dan software (perangkat lunak).

4. Dokumen detail roadmap

a. Dokumen detail roadmap ini membahas mengenai kegiatan-kegiatan pertahun

yang dilakukan selama pembuatan dokumen Perencanaan Strategis Sistem dan

Teknologi Informasi.

b. Detail roadmap ini juga meliputi jenis proyek STI, waktu yang dibutuhkan, serta

biaya yang sesuai dengan masing-masing jenis proyek STI.

Dalam hal ini menghasilkan sebuah laporan yaitu diantaranya dalam hal

ringkasan biaya (summary cost) STI serta portofolio aplikasi STI di PT Goldfindo

Intikayu Pratama.

3.3 Tahap Akhir

3.3.1 Focus Group Discussion (FGD) II

Hasil akhir evaluasi ini selanjutnya dilakukan tahap FGD yang kedua dimana

nantinya akan ada sebuah forum untuk mendiskusikan kembali hasil akhir proyek STI

dengan hasil FGD yang pertama kepada pimpinan atau direktur dan kepala divisi yang

terkait untuk dapat dilakukannya verifikasi atas proyek yang telah diusulkan pada PT

Goldfindo Intikayu Pratama. Tahapan FGD yang kedua ini tidak jauh berbeda dengan

tahapan FGD yang pertama, yaitu:

a. Melakukan perjanjian terlebih dahulu mengenai waktu, tempat, serta topik yang

akan dibahas pada pelaksanaan FGD.

(43)

c. Menjelaskan tentang hasil akhir proyek STI dan mengenai biaya proyek STI, yang

diperoleh dari hasil dokumen tahap recommendation yang telah dibuat.

d. Mendiskusikan dan mencatat saran dan revisi jika ada perubahan atau

ketidaksesuaian dalam proyek STI.

e. Setelah menentukan hasil akhir diskusi proyek STI, PT Goldfindo Intikayu Pratama

menyetujui hasil akhir dari proyek STI.

3.3.2 Hasil Perencanaan Strategis STI

Pada tahap ini merupakan proses pembuatan dokumen Perencanaan Strategis

Sistem dan Teknologi Informasi. Dokumen Perencanaan Strategis Sistem dan

Teknologi Informasi ini meliputi:

a. Tujuan dan manfaat dari dokumen Perencanaan Strategis STI.

b. Pengidentifikasian kondisi internal-eksternal perusahaan dan kondisi STI

perusahaan.

c. Setelah mengidentifikasi kondisi internal-eksternal dan kondisi STI perusahaan

kemudian terdapat analisis value chain dan analisis SWOT yang menggambarkan

fungsi pada setiap divisi pada penggolongan aktivitas utama, dokumen yang

dihasilkan berupa solusi alternatif.

d. Menetapkan visi, misi, tujuan strategis TI dengan kebutuhan bisnis perusahaan

yang selaras dan untuk mengembangkan kebutuhan proyek STI perusahaan,

menghasilkan dokumen Business Application dan Direction Business. Dokumen

tersebut memberikan deskripsi dan penjelasan mengenai aplikasi yang telah dibuat

serta arahan bisnis perusahaan. Selanjutnya juga akan dilakukan tahapan metode

(44)

45

dibuat di diskusikan kembali kepada pihak perusahaan apakah perlu dilakukannya

revisi dari proyek STI yang nantinya telah diusulkan.

e. Roadmap yang berisi kegiatan-kegiatan pertahun yang dilakukan selama

pembuatan dokumen Perencanaan Strategis Sistem dan Teknologi Informasi.

f. Analisis biaya untuk ringkasan perkiraan biaya yang akan dikeluarkan untuk

mengimplementasi proyek STI. Ringkasan biaya proyek STI meliputi hardware

dan software.

g. Serta portofolio aplikasi yang merupakan salah satu bagian dari Perencanaan

Strategis STI, dimana didalamnya terangkum pemetaan sistem informasi saat ini

dan potensi aplikasi yang muncul setelah dilakukan berbagai analisa terkait dalam

perencaan strategis.

h. Portofolio aplikasi McFarlan yang mempertimbangkan kontribusi STI pada bisnis

sekarang dan kedepan beradsarkan dampak bagi industri. Konsep atau model ini

menganalisis semua aplikasi yang ada, sedang dikembangkan atau direncanakan,

maupun aplikasi potensial ke dalam empat kuadran atau kategori berdasarkan

penaksiran kepentingan bisnis saat ini dan mendatang dari aplikasi. Sehingga

nantinya dapat disimpulkan dalam mengimplementasikan aplikasi hasil analisis

kebutuhan, diharapkan pihak perusahaan PT Goldfindo Intikayu Pratama dapat

memilih aplikasi mana yang lebih dulu diimplementasikan dengan melihat pada

prioritas kebutuhan sesuai proses bisnis dan dukungan yang ingin didahulukan. Hal

itu berguna agar aplikasi yang nantinya diimplementasi tidak menjadi suatu yang

sia-sia. Tahap akhir selanjutnya dilakukan tahap FGD yang kedua dimana nantinya

(45)

hasil FGD yang pertama kepada pimpinan dan kepala divisi yang terkait untuk

dapat dilakukannya verifikasi atas proyek yang telah diusulkan pada PT Goldfindo

(46)

47 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas ulasan mengenai penyelesaian perencanaan

strategis STI. Adapun pembahasannya memiliki 4 tahapan dengan menggunakan

pedoman Anita Cassidy. Tahapan 1 visioning phase yaitu membahas mengenai

proses bisnis di PT Goldfindo Intikayu Pratama, tahapan ke 2 analysis phase yaitu

membahas mengenai proses bisnis yang berhubungan dengan STI di PT

Goldfindo Intikayu Pratama, tahapan ke 3 direction phase yaitu membahas

mengenai usulan proyek STI dan arahan bisnis perusahaan, dan tahapan ke 4

recommendation phase yaitu membahas mengenai perhitungan biaya proyek STI.

4.1 Visioning Phase

Pada fase awal ini adalah dimana melakukan sebuah analisa dari suatu

proses bisnis awal yang ada di PT Goldfindo Intikayu Pratama dan memahami

situasi bisnis dan aktivitas bisnis perusahaan, melakukan analisis value chain,

melakukan analisis kondisi eksternal, melakukan analisis SWOT, membuat tabel

matriks IFAS dan EFAS, selanjutnya membuat strategi bisnis dalam matriks

SWOT.

Pada tahap ini menghasilkan dokumen analisis value chain dan dokumen

analisis SWOT, kemudian selanjutnya dokumen tersebut digunakan sebagai

penetuan visi, misi, tujuan, dan strategi SI. Sehingga dapat dijadikan sebagai

(47)

4.1.1 Aktivitas Bisnis

Perencanaan strategis STI pada PT Goldfindo Intikayu Pratama ini diawali

dengan menentukan tujuan dan ruang lingkup proyek. Tujuan dari pembuatan

proyek ini adalah untuk membuat sebuah perencanaan strategis STI yang dapat

mendukung visi dan misi PT Goldfindo Intikayu Pratama.

Perusahaan memiliki organisasi yang terbagi dalam tiap-tiap divisi, yiatu

Purchasing Manager, Factory Head, dan Marketing Manager, Chief Accountant

and Finance, Quality Control, HRD Manager, R&D, PPC Head, Production

Head, Warehouse Head, Finishing, Maintenance. Pada visioning phase ini hanya

berfokus pada 3 divisi yaitu pembelian pada divisi Purchasing Manager, produksi

pada divisi Factory Head, penjualan dan pemasaran pada divisi Marketing

Manager. Berikut ini adalah struktur organisasi dari PT Goldfindo Intikayu

Pratama pada gambar 4.1.

Terdapat summary activity business yaitu mengenai alur bisnis beserta

aktivitas bisnis PT Goldfindo Intikayu Pratama dan memaparkan penjelasan dari

tiap divisi yang saling terkait. Gambar summary activity business dapat dilihat

(48)
(49)
(50)

51

(51)
(52)

53

Pada gambar di atas merupakan gambaran mengenai alur bisnis beserta

aktivitas bisnis perusahaan. Ruang lingkup dari pembutan proyek rencana

strategis ini hanya mencakup 3 divisi yaitu pembelian pada divisi Purchasing

Manager, produksi pada divisi Factory Head, penjualan dan pemasaran pada

divisi Marketing Manager. Berikut ini adalah penjelasan dari gambar 4.2

Summary Activity Business.

1. Marketing Manager

Bagian marketing menerima pesanan dari pelanggan, kemudian melakukan

pencatatan pemesanan dan membuat laporan pemesanan. Laporan tersebut yang

selanjutnya diberikan kepada divisi Factory Head. Bagian marketing membuat

laporan pembayaran pemesanan dari pelanggan sesuai dengan permintaan atas

barang yang dipesan yang selanjutnya laporan pembayaran diberikan kepada

bagian Chief Accountant & Finance. Kegiatan selanjutnya mengurusi pengurusan

surat ijin export- import barang jadi ke dalam maupun luar negeri dan pengurusan

surat-surat mengenai perpajakan dan kemudian laporan akan diberikan kepada

bagian Chief Accountant & Finance. Kegiatan terakhir yaitu kegiatan mengurusi

promosi produk yang dilakukan dua kali dalam setahun dan trategi pemasaran,

kemudian melakukan penjualan produk dari berbagai jenis furniture. Bagian ini

melayani hubungan pelayanan dengan menggunakan email dan fasilitas call

center.

2. Factory Head

Factory Head menerima laporan pemesanan dari Marketing Manager yang

selanjutnya akan dilakukan analisa mengenai kebutuhan produk yang dibutuhkan

(53)

implementasi produk. Kemudian akan dilakukan pembelian bahan baku oleh

bagian Purchasing Manager, sebelum itu bagian ini membuat laporan mengenai

analisa kebutuhan produk. Kemudian hasil laporan tersebut diberikan kepada

bagian Purchasing Manager. Kegiatan selanjutnya yaitu bagian ini mengecek dan

menerima laporan dari bagian Maintenance dan menerima laporan perencanaan

pengembangan produk dari bagian R & D yang selanjutnya akan didiskusikan

bersama untuk melakukan inovasi pengembangan produk furniture. Bagian ini

melayani hubungan pelayanan dengan menggunakan email.

3. Purchasing Manager

Bagian ini sebelumnya akan menerima laporan analisa kebutuhan produksi

dari bagian Factory Head dan laporan persediaan bahan baku yang diberikan dari

bagian Warehouse Head, laporan tersebut berisi mengenai stok bahan baku yang

ada di gudang. Jika bahan baku yang diterima kurang, maka bagain Purchasing

Manager akan melakukan pembelian bahan baku, yang pertama melakukan

pengadaan bahan baku, melakukan pendataan pemasok, dan kemudian melakukan

pembelian bahan baku. Setelah selasai dan menerima bahan baku, selanjutnya

bahan baku diberikan ke bagian Warehouse Head. Tetapi, jika bahan baku masih

tersedia, maka laporan analisa bahan baku akan diberikan kepada bagian PPC

Head. Kegiatan terakhir membuat laporan pengendalian bahan baku dan membuat

laporan pembelian bahan baku, kemudian selanjutnya akan didiskusikan bersama

untuk melakukan sosialisasi jika ada pembelian produk bahan baku yang baru.

(54)

55

4. Warehouse Head

Bagian ini mengurusi kegiatan penerimaan bahan baku yang telah diberikan

oleh bagian Purchasing Manager yang kemudian pembuatan laporan bahan baku

yang tersedia dari hasil pengecekan bahan baku yang tersedia di gudang.

5. Chief Accountant & Finance

Bagian ini berhubungan dengan proses administrasi dan keuangan yaitu

menerima laporan pembelian bahan baku dan laporan pembayaran pemesanan

dari pelanggan dan laporan pembayaran lainnya yang nantinya kemudian

dilakukan penyusanan laporan keuangan. Kegiatan selanjutnya yaitu mengurusi

perencanaan aliran dana dari perusahaan termasuk untuk kebutuhan sarana dan

prasarana perusahaan dan pengurusan penggajian karyawan, yang sebelumnya

bagian ini akan menerima laporan absensi karyawan.

6. PPC Head

Bagian PPC Head menerima laporan kebutuhan produk diberikan dari bagian

Purchasing Manager, yang dimana laporan ini sebagai acuan atau patokan dalam

pembuatan perencanaan produksi termasuk penjadwalan produksi dan estimasi

biaya produksi. Perencanaan produksi dilakukan jadwal, mesin produksi, dan

berdasarkan bahan baku yang diterima oleh bagian gudang. Kegiatan terakhir

yaitu membuat laporan list penjadwalan produksi yang nantinya diberikan kepada

bagian Production Head.

7. Production Head

Bagian ini menerima laporan list penjadwalan produksi dari PPC Head, dari

laporan penjadwalan tersebut selanjutnya melakukan langsung proses atau

(55)

selesai, kemudian melakukan pembuatan laporan produksi. Selanjutnyan barang

hasil produksi yang telah selesai langsung diberikan kepada bagian Quality

Control.

8. Quality Control

Bagian Quality Control menerima barang jadi yang diperoleh dari bagian

Production Head yang kemudian langsung dilakukan pengecekan barang atas

kualitas dan kelayakan produk. Jika hasil produk masih ditemukan beberapa yang

tidak layak, maka barang tersebut dikembalikan ke bagian Production Head untuk

dilakukan proses produksi kembali. Jika hasil produksi telah layak maka

selanjutnya hasil produksi yang telah dilakukan pengecekan diberikan kepada

bagian Furnishing.

9. Furnishing

Pada bagian ini menerima barang jadi (hasil produksi) yang diberikan dari

bagian Quality Control, yang dimana bagian Furnishing ini melakukan kegiatan

pemasangan atribut atau kelengkapan lainnya ke barang jadi, kemudian

melakukan pengepakan barang jadi. Selanjutnya, bagian Furnishing menerima

surat jalan yang telah dibuat oleh bagian Marketing Manager, yang kemudian

langsung melakukan pengiriman barang, setelah selesai bagain ini juga membuat

laporan akhir pengiriman barang.

10.R&D

Pada bagian R&D (Research and Development) ini melakukan riset terhadap

pengembangan produk yang akan dilakukan, kemudian membuat perencanaan

(56)

57

nantinya akan diserahkan oleh bagian Factory Head guna mempertimbangkan dan

mendiskusikan dari laporan perencanaan pengembangan produk.

11.HRD Manager

Pada bagian ini melakukan kegiatan yang menilai kompetensi karyawan dan

mengurusi SDM termasuk melakukan rekuiretmen SDM, melakukan training

untuk SDM, kemudian melakukan pengelolaan kinerja SDM, dan selanjutnya

bagian HRD Manajer ini membuat laporan kinerja karyawan dan absensi

karyawan yang nantinya laporan ini diberikan kepada bagian Chief Accountant &

Finance untuk perhitungan penggajian karyawan.

12.Maintenance

Pada bagian Maintenance ini melakukan kegiatan pengecekan mesin-mesin

produksi, melakukan pemeliharaan aset perusahaan, dan yang terakhir membuat

laporan mengenai pemeliharaan alat-alat perusahaan, yang kemudian laporan

tersebut diberikan kepada bagian Factory Head.

Dari hasil penjelasan di atas dapat menjadi acuan untuk menentukan analisis

value chain, dimana dari penjelasan di atas merupakan alur dan kegiatan bisnis

perusahaan secara keseluruhan, sehingga pada proses selanjutnya dapat

mempermudah dalam mengetahui aktivitas-aktivitas bisnis yang ada dari alur

bisnis perusahaan serta divisi mana saja yang saling terkait.

4.1.2 Analisis Value Chain

Ruang lingkup dari pembutan proyek rencana strategis ini hanya

mencakup 3 divisi yaitu pembelian pada divisi Purchasing Manager, produksi

pada divisi Factory Head, penjualan dan pemasaran pada divisi Marketing

(57)

Aktivitas utama berisi golongan logistik dalam, operasi (proses), logistik

keluar, pemasaran, dan pelayanan, sedangkan aktivitas pendukung berisi golongan

kelengkapan infrastruktur, manajemen SDM (bagian HRD), pengembangan

teknologi dan hubungan kerjasama. Penentuan dalam menentukan aktivitas utama

yaitu kegiatan inti dari proses bisnis, seperti kegiatan yang dikerjakan secara terus

menerus. Sedangkan penentuan dalam menentukan kegiatan pendukung yaitu

kegiatan dilakukan secara berkala atau untuk pencapaian proses pada aktivitas

utama yaitu kegiatan yang dilakukan setelah menyelesaikan kegiatan pada

aktivitas utama.

PT Goldfindo Intikayu Pratama memiliki divisi-divisi yang berwenang

sekaligus bertanggungjawab untuk menjalankan proses bisnis yaitu terdapat dua

golongan yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Analisis value chain

dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah.

1. Marketing Manager

Pada divisi Marketing Manager memiliki aktivitas utama dan aktivitas

pendukung. Proses untuk dapat menghasilkan tabel analisis value chain yaitu

dengan memilah dan menggolongkan dari aktivtas-aktivitas bisnis pada

penjelasan gambar 4.2 Summary Activity Business. Dimana aktivitas utama

terdapat proses mengenai menerima pesanan dari pelanggan hingga pembuatan

surat jalan pengiriman. Sedangkan aktivitas pendukung yaitu aktivitas atau proses

Gambar

Tabel 3.1 Range Nilai
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Gambar 4.2 Summary Activity Business
Gambar 4.2 Summary Activity Business (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka dalam proses bisnis yang terdapat di PT Eloda Mitra memerlukan sebuah perencanaan Sistem Teknologi Informasi

Abstrak: Solusi Teknologi Informasi untuk Proses Bisnis Perusahaan Ikan dalam Perencanaan Strategis Sistem Informasi pada PT Nusantara Alam Bahari.. Dewasa ini

Metode Anita Cassidy telah berhasil digunakan dalam Perencanaan Strategis Sistem informasi pada SMA Negeri 1 Rembang dengan empat fase yaitu Visioning, Analysis, Direction, dan

Alhamdulillahirobbil ‘alamin berkat rahmat Allah SWT, penulisan Skripsi dengan judul Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Menggunakan metode Ward

Dalam penelitian ini akan dibahas dan dibuat kerangka kerja Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI/TI) pada Sekolah Tinggi Hukum

Hal ini menunjukkan sistem informasi yang terdapat pada perusahaan sudah dapat mengimbangi dengan proses bisnis yang sedang berjalan. 4.4

Dengan dibuatnya perencanaan strategis sistem informasi dan teknologi informasi diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai arahan pedoman bagi Akademi Komunitas

Maka dibutuhkan suatu perencanaan strategis sistem informasi untuk dapat membangun sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan proses bisnis dari RS Kusuma