THE FACTORS THAT INFLUENCE DISCLOSURE EXTEND AND ITS IMPLICATIONS TO INFORMATION ASYMETRY
(A Study Of Manufacturing sector companies that Listed on Indonesian Stock Exchange Year 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh: EKO MARDIYANTO
20120420166
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iv Nomor Mahasiswa : 20120420166
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 10 November 2016
v
Man Jadda Wa Jada
“Barang Siapa Yang Bersungguh-sungguh akan Mendapatkanya”
Man Shabara Zhafira
“Siapa yang bersabar pasti beruntung”
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 5-8)
“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha
vi
suri tauladan Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallah beserta keluarga dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai islam yang sampai saat ini dapat dinikmati oleh seluruh manusia dipenjuru dunia.
Ayah ( Juremi), Ibu (Fatonah), yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, dan selalu memberi motivasi dan semangat ,cinta ,perhatian, kasih sayang, serta doa yang tentu tidak bisa saya balas.
Kakak (Mbak Ning, Mbak Narti, Mas Ali) yang selalu memberi motivasi dan semangat ,cinta ,perhatian, kasih sayang, serta doa yang tentu tidak bisa saya balas. Ibu ( Mujiyati, Emmy ) yang telah menjadi orang tua selama dijogja.
Andan Yunianto,.S.E, M.Si., Ak., CA terimakasih atas semua bimbingan, masukan dan saran yang diberikan dengan sabar dan selalu meluangkan waktu meskipun sedang sibuk, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Seluruh Dosen Akuntansi UMY yang pernah mengajar dan telah memberikan ilmu sehingga saya dapat menuntaskan jenjang sarjana ini.
Irma Rachmawati yang selalu memberikan motivasi, semangat, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Sahabat sejak semester awal ( Rikhana, Nisa Ilma Arifi, Ilma Nur Utami, Yulisa Aji Pradesti, dan Rifqi Akhmad Khozali) yang selalu memberikan perhatian dan bantuan.
Geng Kapak (Agil, Bagus, Ipin, Kunto, Dedi, Deri) yang selalu gokil dan selalu bersama selama kuliah.
vii
asimetri informasi pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan pada penelitian ini adalah 33 perusahaan selama 3 periode, yaitu 2012-2014 dengan jumlah 99 sampel. Metode pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling.Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa porsi kepemilikan saham publik, umur listing, likuiditas, berpengaruh positif signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela dan luas pengungkapan sukarela berpengaruh positif signifikan terhadap asimetri informasi. Sedangkan ukuran kantor akuntan publik dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadapluas pengungkapan sukarela.
viii
Companies in indonesia. Thisresearch used sample of Manufacturing Companieswhich ListedIn Indonesia Stock Exchange. The number of Manufacturing Companies that were became in thisstudy were 33 companies with 3 years observation, during 2012-2014 and the total sample is 99. Based on purposive sampling method. The hypothesis in this research was tested using double linear regression. Results of this research indicates that Public Shareholding Portion, Age Listed,and Liquidity influence positive significantly on Extensive Voluntary Disclosure and Extensive Voluntary Disclosure influence positive significantly on information Asymmetry. Meanwhile Size of Public Accounting Firm and Managerial Ownership do not influences significantly on Extensive Voluntary Disclosure .
ix
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT sang pemilik alam semesta beserta isinya yang telah berkenan memberikan kemudahan, kelancaran, karunia, dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
yang berjudul: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi”. Shalawat dan salam selalu berlimpah bagi kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi semua umat baik di zamannya maupun sampai akhir zaman kelak.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari pihak-pihak yang memberikan bantuan, baik berupa gagasan, masukan dan saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan skripsi ini.
2. Ayah Juremi dan Ibu Fatonah serta semua saudara-saudaraku yang selalu memberikan dorongan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Prof.Dr.Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
x
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah menerima dan membimbing penulis selama melakukan aktivitas di lingkungan kampus. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sadar bahwa selama penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang tentu saja memerlukan berbagai perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Yogyakarta, 10 November 2016
xi
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ... v
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Agency Theory ... 9
2. Signaling Theory ... 10
xii
C. Model Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 24
A. Obyek dan Subyek Penelitian ... 24
B. Jenis Data ... 24
C. Teknik Pengambilan Sampel... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25
F. Uji Kualitas Data ... 28
G. Uji Hipotesis ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 33
B. Analisis Statistik deskriptif. ... 33
C. Uji Asumsi Klasik ... 35
D. Uji Hipotesis ... 40
E. Pembahasan .. ... 47
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 53
A. Simpulan ... 53
B. Keterbatasan Penelitian ... 54
C. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA
xiii
TABEL 4.3 Hasil Uji Normalitas... 36
TABEL 4.5 Hasil Uji Multikoloniearitas ... 37
TABEL 4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 38
TABEL 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39
TABEL 4.10 Hasil Uji Koefesien Determinasi... 40
TABEL 4.12 Hasil Uji Nilai F ... 42
TABEL 4.14 Hasil Uji Nilai t ... 43
xv Lampiran 2 : Item Voluntary Disclosure
Lampiran 3 : Hasil Olah Data 2012-2014
1
Beberapa pihak yang berkepentingan terhadap informasi suatu perusahaan baik itu pihak-pihak yang berada di luar perusahaan maupun didalam perusahaan, diluar perusahaan seperti halnya pemegang saham, memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap informasi suatu perusahaan. Pihak-pihak yang berada di lingkungan perusahaan, yaitu para kelompok stakeholders juga memiliki kepentingan yang berbeda terhadap perusahaan. Kepentingan para stakeholder yang berbeda-beda ini akan berpengaruh terhadap operasional serta kebijakan pengungkapan informasi yang diberikan oleh perusahaan. Laporan tahunan sebagai salah satu sarana pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan, memiliki fungsi sebagai alat pengawasan untuk kinerja perusahaan (Wardani, 2012).
Laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan merupakan salah satu informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggung jawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik dan juga sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak di luar manajemen untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan Delvinur (2015).
membutuhkan informasi antara lain adalah informasi yang diperoleh dari laporan-laporan perusahaan sebagai unit bisnis. Salah satu masalah terkait praktik pengungkapan informasi tambahan diulas dalam salah satu situs berita online mengenai perusahaan indonesia asahan aluminium (inalum) yang dituntut untuk lebih transparan memberi laporan karena tidak ada keterbukaan dan sosialisasi dengan komunitas masyarakat setempat bahkan kehadiran perusahaan terasa tak berdampak apa pun bagi kehidupan masyarakat (Lazuardi, 2013). Sedangkan penyajian terpisah dari laporan keuangan mengenai lingkungan hidup dianjurkan bersifat sukarela penyampaiaanya dalam laporan tambahan di luar ruang lingkup standar akuntansi keuangan tersirat dalam psak no.1 paragraf 12 (IAI, 2009).
Keluasan pengungkapan adalah salah satu bentuk kualitas pengungkapan (Supriadi, 2010).Kualitas pengungkapan yang baik yang dalam hal ini berupa kemampuan dalam memberikan dan menyampaikan informasi yang lebih baik sebagai dasar pengambilan keputusan.Kualitas pengungkapan tersebut dapat melalui pengungkapan informasiyang transparan pada laporan tahunan perusahaan (Indriani dkk., 2014).
menyajikan, terpisah dari laporankeuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilaitambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan pentingdan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna informasi yang memegang peranan penting.Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Benardi, dkk (2009) menyatakan bahwa tingkat keluasan informasi dalam kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan. Sutomo (2004) menyatakan bahwa semakin besar porsi kepemiikan publik, semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yag mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan (annual report). Prayogi (2003) menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar, laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didukung dengan penelitian Sutomo, (2004) yang menyatakan penunjukkan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh publik bahwa perusahaan memiliki informasi yang tidak menyesatkan dan telah mengungkap informasi setransparan mungkin (Sutomo, 2004).
Menurut Barros, et al. (2013) manajer dengan kepemilikan yang tinggi memiliki sedikit dorongan untuk melakukan tindakan demi keuntungan pribadinya. Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial maka semakin besar kemauan manajer untuk bertindak demi kepentingan terbaik dari pemegang saham. Profit margin yang tinggi akan mendorong manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dalam kompensasi terhadap manajemen. Hal ini didukung dengan penelitian sudarmaji dan lana (2007) yang menyatakan perusahaan yang menghasilkan laba (profitable) yang tinggi juga akan melakukan pengungkapan yang lebih luas.
Penelitian mengenai karakteristik perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan telah sering dilakukan, namun penelitian sejenis itu yang sekaligus menguji pengaruh terhadap asimetri informasi masih jarang ditemukan dan hasil penelitian sebelumnya masih tidak konsisten. Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik ingin meneliti kembali pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Tema ini akan menjadi semakin lebih menarik karena berkembangnya dunia bisnis menyebabkan banyak perusahaan dalam dunia bisnis yang membutuhkan informasi mengenai laporan tahunan.
Motivasi peneliti melakukan penelitian ini karena penelitian mengenai karakteristik perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan telah sering dilakukan, namun penelitian sejenis itu yang sekaligus menguji pengaruh terhadap asimetri informasi masih jarang ditemukan dan hasil penelitian sebelumnya masih tidak konsisten.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan membahas permasalahan dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti merumuskan penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah porsi kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela?
2. Apakah umur listing berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela? 3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela? 4. Apakah ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh terhadap luas
pengungkapan sukarela?
6. Apakah luas pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai:
1. Untuk menguji pengaruh porsi kepemilikan saham publik terhadap luas pengungkapan sukarela.
2. Untuk mnguji pengaruh umur listing terhadap luas pengungkapan sukarela.
3. Untuk menguji pengaruh likuiditas terhadap luas pengungkapan sukarela. 4. Untuk menguji pengaruh ukuran kantor akuntan publik (KAP) terhadap
luas pengungkapan sukarela.
5. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap luas pengungkapan sukarela.
6. Untuk menguji pengaruh luas pengungkapan sukarela terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bidang Teoritis
akuntan publik, kepemilikan manajerial, profitabilitas terhadap luas pengungkapan sukarela serta luas pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi dan diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bidang Praktik
9 A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu principal dan agen, dimana pemilik perusahaan atau investor menunjuk agen sebagai manajemen yang mengelola perusahaan atas nama pemilik (Jensen dan Meckling, 1976).
Dalam sebuah perusahaan go publik pemegang saham sebagai pemilik (principal) mendelegasikan wewenang pengelolaan kegiatan perusahaan kepada manajer (agen) dimana manajer harus memiliki tanggungjawab untuk memberikan informasi yang berkaitan tentang perusahaan kepada pemegang saham. Oleh sebab itu teori agensi mendasari diperlukannya pengungkapan informasi yang dalam hal ini pengungkapan secara sukarela berkaitan dengan perusahaan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban penyampaian informasi pendukung berkaitan dengan perusahaan dari pihak manajemen sebagai pengelola kepada pemegang saham sebagai pemilik perusahaan (Indriani, 2014).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan hubungan teori agensi dengan judul yang peneliti tulis menjelaskan bahwa teori agensi juga mengimplikasikan terjadinya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dengan pemilik yang dalam hal ini merupakan pemegang saham/investor, dimana manajemen memiliki informasi lebih banyak dan akurat daripada pemegang saham, sehingga manajer akan cenderung ingin menyampaikan kondisi perusahaan yang baik. Sehingga perusahaan akan mengungkapkan informasi secara luas.
2. Teori Persinyalan (signalling theory)
Teori signaling pada dasarnya merupakan penggunaan laporan keuangan oleh perusahaan untuk memberikan sinyal positif atau negatif kepada para pemakainya. Penyampaian sinyal oleh perusahaan dapat dilakukan melalui pengungkapan laporan tahunan (annual report) dengan memberikan segala informasi mencakup keuangan dan non keuangan yang transparan (Indriani, 2014).
Berdasarkan penjelasan diatas, hubungan teori signalling dengan judul yang peneliti tulis menjelaskan bahwa semakin kuat finansial suatu perusahaan, maka cenderung akan memberikan pengungkapan informasi yang lebih luas dari pada perusahaan yang kondisi finansialnya lemah, sebagai suatu sinyal keberhasilan manajemen dalam mengelola finansial perusahaan tersebut.
3. Asimetri Informasi
Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. (Sering juga disebut dengan istilah informasi asimetrik/informasi asimetris). Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Fanani (2009) yang mendefinisikan asimetri informasi sebagai kondisi dimana adanya perbedaan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder yang tidak memiliki informasi karena sebagai pengguna informasi (user).
insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang.
Ada dua tipe asimetri informasi :
a. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
b. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
4. Luas Pengungkapan
informasi yang lebih baik sebagai dasar pengambilan keputusan.Kualitas pengungkapan tersebut dapat melalui pengungkapan informasiyang transparan pada laporan tahunan perusahaan (Indriani dkk., 2014).
Kebutuhan banyaknya informasi tergantung pada keahlian pembaca laporan keuangan tetapi informasi juga harus memenuhi kriteria pengungkapan (Supriadi, 2010). Kriteria pengungkapan tersebut anatara lain :
a. Adequate Disclosure (Pengungkapan Cukup)
Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.
b. Fair Disclosure (Pengungkapan Wajar)
Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial.
c. Full Disclosure (Pengungkapan Penuh)
mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsirkan.
Transparansi dalam laporantahunan (annual report) menyangkut pengungkapan informasi tentang suatu keadaan seperti adanya. Ada dua sifat pengungkapan yaitu :
a. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM. b. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)
Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan yang bersifat sukarela dilaksanakan perusahaan dimana pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen dengan pertimbangan kebijakan tertentu untuk menyampaikan informasi yang relevan kepada pengguna informasi keuangan terkait dengan aktivitas-aktivitas perusahaan.
5. Pengungkapan Informasi Sukarela
Sedangkan pengungkapan sukarela dalam SAK No.1 paragraf 12 (IAI, 2009) menjelaskan bahwa pengungkapan informasi sukarela merupakan Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporankeuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilaitambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan pentingdan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna informasi yang memegang peranan penting.Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
B. Penurunan Hipotesis
1. Pengaruh Porsi Kepemilikan Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.
luas, karena investor ingin memperoleh informasi seluas-luasnya tentang perusahaan dalam pertimbangan berinvestasi serta mengawasi kegiatan manajemen.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1: Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.
2. Pengaruh Umur Listing Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela. Umur listing perusahaan merupakan seberapa lama perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai perusahaan go publik. Hubungan umur perusahaan dengan luas pengungkapan dapat diasumsikan bahwa semakin lama perusahaan menjadi perusahaan publik, maka diharapkan perusahaan semakin memahami kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Semakin panjang umur
listing perusahaan akan memberikan pengungkapan lebih luas dibandingkan perusahaan lain yang umurnya lebih pendek karena, perusahaan tersebut memiliki pengungkapan laporan tahunan (annual report) dengan pengalaman lebih dalam (Indriani,2014).
Jadi, Semakin panjang atau lama umur listing perusahaan, maka perusahaan akan lebih banyak memberikan informasi yang lebih detail. Sehingga perusahaan tersebut memiliki informasi yang baik untuk dipublikasikan.
Berdasarkn uraian diatas, maka hipotesis kedua dapat dirumuskan sebagai berikut:
H2: Umur listing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.
3. Pengaruh Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.
Tingkat likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang menggambarkan tingkat kesehatan dari suatu perusahaan. Pada penelitian ini pengukuran tingkat likuiditas perusahaan diproksikan dengan rasio lancar, yaitu dengan membandingkan aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki perusahaan (Indriani,2014).
Beberapa penelitian yang mendukung pernyataan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro (1998), Suripto (1999), dan Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang menunjukkan terdapat pengaruh positif signifikan antara tingkat likuiditas dan luas pengungkapan informasi sukarela.
Namun, pendapat berbeda diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006) yang menemukan bahwa terdapat kemungkinan yang terbalik dari pernyataan sebelumnya, yaitu tingkat likuiditas yang rendah mungkin dapat mendorong perusahaan untuk memperkuat pengungkapan informasi untuk mengurangi ketakutan dan memberitahu kepada pemegang saham bahwa manajemen menyadari adanya masalah. Pernyataan di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Marwata (2001), Yuliansyah dan Yenny (2007), dan Almilia dan Retrinasari (2007). Jadi, semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka akan berhubungan positif dengan luas pengungkapan informasi, dikarenakan dengan likuiditas yang tinggi berarti perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat. Sehingga perusahaan akan mngungkapkan informasi seluas-luasnya.
Berdasarkan perbedaan pendapat di atas, muncul pertanyaan empiris tentang pengaruh tingkat likuiditas terhadap luas pengungkapan. Maka hipotesis ketiga dirumuskan sebagai berikut:
4. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.
Profesi Akuntan Publik pada Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan profesi kepercayaan masyarakat yang diperlukan perusahaan untuk menilai keandalan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangnnya. Penggunaan auditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP) juga mempengaruhi keputusan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sukarela (Indriani,2014). Menurut Benardi (2009) ukuran KAP The Big Four yang mengaudit perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP yang termasuk dalam The Big Four dianggap lebih berkualitas dalam pengungkapannya. Perusahaan yang menggunakan Kantor Akuntan Publik yang besar, laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
Penunjukkan Kantor Akuntan Publik yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh publik bahwa perusahaan memiliki informasi yang tidak menyesatkan dan telah mengungkap informasi setransparan mungkin (Sutomo, 2004). Manajemen mengeluarkan laporan keuangan tahunan diperiksa dan dinilai oleh auditor sebagai pihak luar yang independen.
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dan tidak menyesatkan. maka hipotesis keempat dapat dirumuskan sebagai berikut:
H4: Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.
5. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.
informasi meningkat karena manajer sebagai pemegang saham dalam jumlah besar dapat memperoleh keuntungan dari harga pasar saham yang tinggi, yang diperoleh dengan cara menurunkan biaya agensi yang harus ditanggung oleh perusahaan melalui pengungkapan informasi yang lebih baik. Ketika manajer memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik perusahaan (investor), maka manajer akan mengungkapkan lebih banyak informasi.
Kepemilikan manajerial dapat mengurangi konflik agensi antara manajer dan pemegang saham sehingga biaya agensi dapat menurun (Jensen dan Meckling, 1976). Konflik agensi dapat berkurang karena adanya keselarasan kepentingan antara manajer dengan pemilik perusahaan. Menurut Barros, et al. (2013) manajer dengan kepemilikan yang tinggi memiliki sedikit dorongan untuk melakukan tindakan demi keuntungan pribadinya. Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial maka semakin besar kemauan manajer untuk bertindak demi kepentingan terbaik dari pemegang saham. Para manajer akan mengungkapan lebih banyak informasi untuk mengurangi biaya agensi yaitu biaya pengawasan yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah terjadinya masalah agensi.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kelima dapat dirumuskan sebagai berikut:
6. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela Terhadap Tingkat Asimetri Informasi Perusahaan.
Benardi, dkk. (2009) menyatakan asimetri informasi bisa berkurang bila perusahaan melakukan kebijakan pengungkapan yang luas (extent disclosure). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Botosan (1997) serta Bloomfield dan Wilks (2000) bahwa semakin komprehensif atau tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan maka akan memperkecil asimetri informasi.
Penelitian Benardi, dkk. (2009) menemukan bahwa luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Jadi, semakin luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan maka semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan investor.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis keenam adalah sebagai berikut:
C. Model Penelitian
Gambar 1
Model Penelitian Pertama
Gambar 2
Model Penelitian Kedua
Porsi Kepemilikan Saham Publik
Umur Listing
Luas Pengungkapan
Sukarela Likuiditas Perusahaan
Ukuran Kantor Akuntan Publik
Kepemilikan Manajerial
Luas Pengungkapan Sukarela
24 A. Obyek Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2012-2014.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya berupa indonesian capital market directory (ICMD) dan anual report yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 sampai 2014. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang berasal dari laporan keuangan tahunan (Annual Report) dan data harian (daily trading) harga bid dan harga ask dari seluruh perusahaan yang listing di BEI dari tahun 2012 sampai tahun 2014.
C. Teknik Pengambilan Sampel
a. Perusahaan telah mempublikasikan laporan tahunan (annual report) secara terus menerus sejak tahun 2012 sampai tahun 2014 di situs BEI. b. Perusahaan tidak pernah mengalami delisting dari Bursa Efek
Indonesia sehingga bisa terus menerus melakukan perdagangan di Bursa Efek Indonesia selama periode estimasi.
c. Memiliki data yang dibutuhkan. D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu mendokumentasikan data yang telah dipublikasikan. Metode tersebut dilakukan dengan menelusur secara manual data berupa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2013-2014. Data diperoleh dari website Bursa efek Indonesia (BEI), Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan website yahoo finance.
E. Devinisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Dependen
1) Luas pengungkapan sukarela
Luas pengungkapan sukarela diukur menggunakan indexs pengungkapan sukarela. Daftar item pengungkapan sukarela didasarkan pada daftar pengungkapan sukarela pada penelitian yang dilakukan oleh wulansari (2008).
2) Asimetri informasi
Asimetri informasi merupakansuatu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan
stakeholder pada umumnya sebagai informasi. Pengukuran variabel asimetri informasi menggunakan metode relative bid-ask spread yang dipakai oleh Murni, 2004:
spread = (ask - bid ) / {ask+bid )/2}x100 Keterangan :
Ask = harga ask tertinggi saham perusahaan yang terjadi saat ini.
Bid = harga bid terendah saham perusahaan yang terjadi saat ini. b. Variabel independen
1) Porsi kepemilikan saham publik
Kepemilikan publik adalah kepemilikan masyarakat umum (bukan institusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik ( Indriani, 2013).
PKSP = Jumlah Saham Publik Jumlah Total Saham Yang Beredar Keterangan:
PKSP = Porsi Kepemilikan Saham Publik 2) Umur Listing Perusahaan
Umur listing : tahun penelitian yang diambil – tahun awal listing
3) Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi dana jangka pendek (sutomo, 2004).
Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar 4) Ukuran KAP
Variabel ukuran kap diukur dengan variabel dummy menggunakan skala nominal, kode satu (1) untuk perusahaan yang menggunakan jasa KAP anggota big four beserta afiliasinya dan akan diberikan kode nol (0) untuk perusahaan yang tidak menggunakan jasa KAPnon big four atau bukan afiliasinya.
5) Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah lembar saham yang dimiliki manajer. Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap CSR, namun pada suatu titik tertentu hal tersebut dapat mengurangi nilai perusahaan dan batasan yang telah dicapai sehingga menyebabkan suatu hubungan negatif (Morck et al., 1988).
Kepemilikan Manajerial = Jumlah saham yang dimiliki manajer Jumlah saham yang beredar
F. Uji Kualitas Data
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang data yang diteliti. Statistik deskriptif menjelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari semua variabel yang diuji.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas residual, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas Residual. Menurut indriani (2013) pengujian ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah data dan populasi berhasil berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan matode kolmogrov smirnov dengan kriteria pengujian a=0,05 sebagai berikut: Jika sig ≥ α berarti data sampel yang diambil berdistribusi normal.
antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflationfactor (VIF) dengan kriteria menurut Yelly (2008).
1) Jika angka tolerance diatas 0,1 dan VIF< 10 dikatakan tidak terdapat multikolinieritas.
2) Jika angka tolerance diatas 0,1 dan VIF> 10 dikatakan terdapat multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedisitas. Konsep heteroskeditisitas didasarkan pada penyebaran varians variabel dependen diantara rentang nilai variabel independen. Masalah heteroskeditisitas terjadi ketika penyebaran tersebut tidak seimbang atau ketika varians dari distribusi probabilitas gangguan tidak konstan untuk seluruh pengamatan atau variabel independen. Untuk menguji terjadi heteroskeditisitas digunakan uji glejser, apabila sig ≥ 0,05 maka
tidak terdapat gejala heteroskeditisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskeditisitas.
d. Uji Autokorelasi. Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin-Waston dengan ketentuan dan kriteria menurut berikut: (Santoso, 2003):
2) -2 < DW <+2 = tidak ada autokorelasi 3) DW > +2 = ada autokorelasi negatif
G. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi inier berganda. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Model Pertama:
Y = β0+β1.X1+β2.X2+β3.X3+β4.X4+β5.X5+e
Keterangan:
β0,β1,β2,β3,β4,β5 = Koefisien regresi
X1 = porsi kepemilikan saham publik X2 = Umur Listing
X3 = Likuiditas Perusahaan
X4 = Ukuran Kantor Akuntan Publik X5 = Kepemilikan Manajerial
e = Eror
Model Kedua:
AI = β0+β1.LPS+e
Keterangan:
AI = Asimetri Informasi
β0,β1 = Koefisien Regresi
LPS = Luas Pengungkapan Sukarela
Selanjutnya, model tersebut akan digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Pengujian dlakukan menggunakan uji t dan uji F.
1. Uji t
Pengujian ini digunakan untuk menguji membuktikan apakah koefesien regresi mempunyai pengaruh yang signifikan. Uji t
bermanfaat untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara persial. Hipotesis akan diterima jika Sig t<
α=0,05 dan koefesien regresi searah dengan hipotesis. 2. Uji F
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefesien regresi dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak. Uji F bermanfaat untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Ketika F
dihitung > F tabel (α=0,05) berarti ada pengruh yang signifikan antara
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.
3. Uji Koefesien Determinasi ( Adj. R2 )
33 A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
[image:48.595.123.512.404.538.2]Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai tahun 2014. Perusahaan manufaktur yang terdftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai tahun 2014 sebanyak 398 perusahaan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
TABEL 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel
No Uraian Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2012-2014 398 2 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah (63) 3 Perusahaan Manufaktur yang Delisting (48) 4 Perusahaan yang tidak memiliki data-data mengenai variabel
penelitian secara lengkap
(188) 5 Total sampel dari tahun 2012 sampai tahun 2014 99
B. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Untuk menjelaskan gambaran umum dari sampel penelitian, pada tabel 4.2 disajikan tampilan hasil uji statistik deskriptif.
casewese untuk mendapatkan normalitas data dengan mendeteksi adanya data outlier. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik yang terlihat berbeda jauh dari observasi lainnya dan muncul dalam bentuk data ekstrim (Ghozali, 2011).
TABEL 4.2 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PKSP 99 ,02 ,50 ,2733 ,14558 AGE 99 1,00 33,00 16,6970 7,73206 LIK 99 ,29 9,35 2,1986 1,77620 KAP 99 ,00 1,00 ,3333 ,47380
KM 99 ,01 ,96 ,3018 ,27982
VD 99 ,55 ,91 ,7344 ,09197
AI 99 ,00 1,31 ,5302 ,27655
Valid N (listwise) 99
Jumlah pengamatan dalam penelitian ini adalah 99 sampel. Variabel Porsi Kepemilikan Saham Publik (PKSP) memiliki nilai minimum 0,02, nilai maksimum 0,50 dan rata-rata 0,2733 dengan standar deviasi 0,14558. Dimana 0,02 adalah minimal kepemilikan saham publik sebesar 2% dan 0,50 adalah maksimal kepemilikan saham publik sebesar 50%. Variabel Umur Listing
maksimum 0,96 dan rata-rata 0,7344 dengan standar deviasi 0,27982. Dimana 0,01 adalah minimum kepemilikan manajerial sebesar 1% dan 0,96 adalah maksimum kepemilikan manajerial sebesar 96%. Variabel Luas Pengungkapan Sukarela (VD) memiliki nilai minimum 0,55, nilai maksimum 0,91, dan rata-rata 0,7344 dengan standar deviasi 0,09197. Variabel Asimetri Informasi (AI) memiliki nilai minimum 0,00, nilai maksimum 1,31, dan rata-rata 0,5302 dengan standar deviasi 0,27655.
C. Uji Asumsi klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji normalitas residual
Uji normalitas residual bertujuan untuk melihat apakah model regresi dan variabel yang diuji memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test. Residual berdistribusi normal apabila tingkat signifikannya menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05.
TABEL 4.3
Hasil uji Normalitas Model 1 One-sample Kolmogorof-smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 99
Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 Std. Deviation ,09134124 Most Extreme
Differences
Absolute ,066
Positive ,047
Negative -,066 Kolmogorov-Smirnov Z ,661 Asymp. Sig. (2-tailed) ,774
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig 0,774 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk model pertama data
berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan pengujian normalitas untuk model kedua, dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
TABEL 4.4
Hasil uji Normalitas Model 2 One-sample Kolmogorof-smirnov Test
N 99
Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 Std. Deviation ,27435486 Most Extreme
Differences
Absolute ,114
Positive ,114
Negative -,084 Kolmogorov-Smirnov Z 1,135 Asymp. Sig. (2-tailed) ,152
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
[image:51.595.163.458.452.628.2]2. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam model yang digunakan. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan nilai
Variance Inflation factor (VIF) dalam Collinearity Statistics. Nilai cut off
yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah jika nilai
tolerance < 0,1 dan VIF > 10.
[image:52.595.169.518.392.643.2]Pengujian multikolinieritas untuk model pertama, dan kedua menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hasil ringkasan dari pengujian model pertama dan kedua adalah sebagai berikut:
TABEL 4.5
Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Model 1 Model Collinearity Statistics
Kesimpulan Tolerance VIF
Model 1
PKSP 0,994 1,006 Tidak terjadi multikolonieritas AGE 0,824 1,214 Tidak terjadi
multikolonieritas LIK 0,874 1,145 Tidak terjadi
multikolonieritas KAP 0,932 1,073 Tidak terjadi
multikolonieritas KM 0,922 1,085 Tidak terjadi
Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Model 2 Model
Collinearity Statistics
Kesimpulan Tolerance VIF
Model 2 1,000 1,000 Tidak terjadi multikolonieritas Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat nilai tolerance variabel diatas 0,10 dan nilai VIF dari keempat variabel juga berada dibawah 10, sehingga pada model ini tidak terjadi multikoliniertitas.
3. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan periode t dengan kesalahan periode t-1. Dalam penelitian ini uji autokorelasi menggunakan uji
Durbin-Watson (DW-test). Hasil dari pengujian autokorelasi model pertama dan kedua adalah sebagai berikut:
TABEL 4.7
Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi Model 1 & 2
Nilai DW Kesimpulan
Model 1 1,698 Tidak ada autokorelasi Model 2 1,992 Tidak ada autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa model pertama memiliki nilai -2 < DW 1,698 < +2. Model kedua memiliki nilai -2 < DW 1,992 < +2. Dari kedua hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada kedua model.
4. Uji heteroskedastisitas
[image:53.595.170.509.481.562.2]pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejster, apabila sig > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dari model pertama dapat dilihat dari tabel 4.8 sebagai berikut:
TABEL 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta T Sig. (Constant) ,058 ,016 3,646 ,000 PKSP ,011 ,016 ,071 ,690 ,492 AGE ,001 ,001 ,110 ,969 ,335 LIK ,000 ,003 -,012 -,114 ,910 KAP ,005 ,012 ,046 ,437 ,663 KM 1,615 ,003 ,001 ,006 ,995 a Dependent Variable: ABS_RES1
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa variabel PKSP memiliki sig 0,492 > 0,05, variabel AGE memiliki sig 0,335 > 0,05, variabel LIK memiliki sig 0,910 > 0,05, dan variabel KAP memiliki sig 0,663 > 0,05, variabel KM memiliki sig 0,995 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas untuk model pertama.
[image:54.595.123.506.300.426.2]TABEL 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 2
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig. (Constant) ,229 ,143 1,602 ,112 VD -,027 ,194 -,014 -,137 ,891 a Dependent Variable: ABS_RES2
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa variabel VD memiliki sig 0,891 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas untuk model kedua.
D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
1. Uji koefisien determinasi (Adjusted R Square)
[image:55.595.173.447.608.650.2]Koefisien determinasi (Adjusted R Square) mencerminkan seberapa jauh variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independen. Hasil pengujian Adjusted R Square untuk model pertama dapat dilihat dari Tabel 4.10 sebagai berikut:
TABEL 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 ,117(a) ,014 ,039 ,09376
a Predictors: (Constant), KM, PKSP, LIK, KAP, AGE b Dependent Variable: VD
Square adalah 0,039 atau 3,9% yang artinya bahwa variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independen sebesar 3,9% dan 96,1% diterangkan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Hasil dari pengujian Adjusted R Square untuk model kedua dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut:
TABEL 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 2
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 ,126(a) ,016 ,006 ,27577
a Predictors: (Constant), VD b Dependent Variable: AI
R Square pada Tabel 4.11 mengindikasikan kemampuan persamaan regresi berganda menjelaskan variabel dependen. Besarnya R Square adalah 0,006 atau 0,6% yang artinya variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independen sebesar 0,6% dan 99,4% dijelaskan oeh faktor lain yang tidak diteliti.
2. Uji pengaruh simultan (F Test)
TABEL 4.12 Hasil Uji F Model 1
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression ,011 5 ,002 ,257 ,004(a)
Residual ,818 93 ,009
Total ,829 98
Predictors: (Constant), KM, PKSP, LIK, KAP, AGE b Dependent Variable: VD
Berdasarkan pengujian F pada Tabel 4.12, variabel independen dapat memengaruhi variabel dependen secara signifikan. Berdasarkan uji ANOVA didapat nilai signifikansi 0,004 < 0,05 yang berarti variabel kepemilikan manajerial, umur lising, ukuran kantor akuntan publik, porsi kepemilikan saham publik, dan likuiditas perusahaan dapat memengaruhi luas pengungkapan sukarela.
Tabel 4.13. Hasil Uji F Model 2
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression ,118 1 ,118 1,558 ,002(a)
Residual 7,377 97 ,076
Total 7,495 98
a Predictors: (Constant), VD b Dependent Variable: AI
[image:57.595.119.508.434.566.2]3. Uji parsial (t Test)
[image:58.595.114.500.309.438.2]Pengujian statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individu dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hasil dari uji t model pertama dapat dilihat dari Tabel 4.14. sebagai berikut
TABEL 4.14. Hasil Uji t Model 1
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta T Sig. (Constant) ,742 ,029 25,986 ,000 PKSP ,018 ,029 ,062 ,596 ,026 AGE ,001 ,001 ,087 ,769 ,044 LIK ,003 ,006 ,060 ,547 ,036 KAP -,006 ,021 -,031 -,293 ,077 KM ,001 ,004 ,013 ,118 ,091 a Dependent Variable: VD
Berdasarkan Tabel 4.14. menampilkan hasil dari uji t untuk model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama, ketiga, dan kelima, Y =
β0+β1.PKSP+β2.AGE+β3.LIK+β4.KAP+β5.KM+e. Tabel menunjukkan bahwa
Hasil dari uji t untuk model kedua dapat dilihat dari Tabel 4.15. sebagai berikut:
Tabel 4.15. Hasil Uji t Model 2
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig. (Constant) ,808 ,224 3,604 ,000 VD -,378 ,303 ,126 1,248 ,021
a Dependent Variable: AI
Berdasarkan Tabel 4.15. menampilkan hasil dari uji t untuk model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama, ketiga, dan kelima, Y =
β0+β1.VD+e. Tabel menunjukkan bahwa nilai konstanta (β0) pada model
adalah sebesar 0,808 nilai (β) untuk variabel VD adalah β1 = -0,378. Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien regresi tersebut, maka hubungan variabel independen dengan variabel dependen dalam model regresi dirumuskan sebagai berikut:
Y = 0,808 - 0,378 VD + e
Hasil pengujian dari hipotesis-hipotesis model pertama dan kedua adalah sebagai berikut:
a. Pengujian hipotesis 1
pengungkapan sukarela. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa H1 didukung.
b. Pengujian hipotesis 2
Berdasarkan Tabel 4.14, hasil uji t menunjukkan bahwa variabel AGE memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,001 dan signifikansi 0,044 < 0,05 yang artinya umur listing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa H2 didukung. c. Pengujian hipotesis 3
Berdasarkan Tabel 4.14, hasil uji t menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,003 dengan signifikansi sebesar 0,036 < 0,05 yang artinya likuiditas perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela.
d. Pengujian hipotesis 4
Berdasarkan Tabel 4.14, hasil uji t menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik memiliki koefisien regresi negatif sebesar 0,006 dengan signifikansi sebesar 0,077 > 0,05 yang artinya ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
e. Pengujian hipotesis 5
0,001 dengan signifikansi sebesar 0,091 > 0,05 yang artinya kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
f. Pengujian hipotesis 6
Berdasarkan Tabel 4.15, hasil uji t menunjukkan bahwa luas pengungkapan sukarela memiliki koefisien regresi negatif sebesar 0,378 dengan signifikansi sebesar 0,021 < 0,05 yang artinya luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi.
[image:61.595.167.517.424.626.2]Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis dengan regresi linier sederhana dan berganda dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut:
TABEL 4.16
Ringkasan hasil Pengujian Hipotesis
Kode Hipotesis Hasil
H1 Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh
positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Diterima
H2 Umur listing berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan sukarela. Diterima
H3 Tingkat likuiditas perusahaan berpengaruh positif
terhadap luas pengungkapan sukarela. Diterima
H4 Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh
positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Ditolak
H5 Kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap luas pengungkapan sukarela. Ditolak
H6 Luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif
terhadap asimetri informasi. Diterima
E. Pembahasan
1. Pengaruh Porsi Kepemilikan Saham Publik terhadap Luas Pengungkapan Sukarela
Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa porsi kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal ini mengindikaskan bahwa kepemilikan perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela.
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wicaksono (2011), Indriani (2013) dan Sutomo (2014) yang secara umum menemukan bahwa kepemilikan oleh publik memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan. Logikanya didasarkan bahwa pihak luar manajemen (publik) yang memiliki saham ingin memperoleh informasi seluas-luasnya tentang perusahaan tempat menanamkan modalnya, semakin banyak pula pihak yang membutuhkan informasi terkait perusahaan akan memicu pihak manajemen untuk melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif yang dalam hal ini berkaitan dengan luas pengungkapan sukarela perusahaan. Namun penelitian ini bertentangan ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Benardi
et al (2009) dan Wardani (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan saham
publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
konsisten dengan penelitian Prayogi (2003) dan Indriani (2014). Hubungan umur perusahaan dengan luas pengungkapan dapat diasumsikan bahwa semakin lama perusahaan menjadi perusahaan publik, maka diharapkan perusahaan semakin memahami kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.Uumur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas pengungkapan sukarela dengan alasan bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam dalam mempublikasikan laporan keuangan dan akan lebih mengetahui kebutuhan akan informasi tentang perusahaan. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) dan Amalia, Dessy
(2005) yang menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Dengan demikian, semakin lama perusahaan menjadi perusahaan publik, maka kemungkinan semakin luas pengungkapan sukarela laporan tahunannya.
3. Pengaruh Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.
perusahaan yang ditunjukkan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi.
Wallace et al. (1994) menyatakan bahwa perusahaan yang secara keuangan kuat akan mengungkapkan laporan keuangannya dengan lebih luas daripada perusahaan yang secara keuangan lemah, namun perusahaan dengan rasio likuiditas yang rendah perlu memberikan penjelasan dengan rinci kinerjanya yang lemah tersebut dibandingkan dengan perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Benardi et al. (2009) membuktikan bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan.
4. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.
Hasil pengujian hipotesis yang pertama menggunakan uji regresi linier berganda tidak mendukung hipotesis yang keempat (H4) yaitu ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis yang keempat (H4) ditolak.
yang tidak memiliki reputasi tinggi dan bukan bagian yang tergabung dalam KAP Big Four, dipandang tidak mempengaruhi luasnya kelengkapan pengungkapan sukarela. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya perhatian dari pihak pengguna informasi keuangan mengenai perbedaan hasil jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik sebagai pihak pemeriksa eksternal, selama Kantor Akuntan Publik tersebut masih memperoleh ijin oleh Bapepam LK sebagai pemeriksa eksternal yang mengaudit perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (KAP). Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Benardi et al. (2009) membuktikan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap luas pengungkapan.
5. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.
Hasil pengujian hipotesis yang kelima menggunakan uji regresi linier berganda tidak mendukung hipotesis yang kelima (H5) yaitu kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis yang kelima (H5) ditolak.
pribadi manajemen belum dapat diselaraskan dengan kepentingan pemilik maupun perusahaan, sehingga belum mampu mengurangi perilaku oportunistik secara menyeluruh. Dengan adanya perbedaan tujuan antara pemilik dan manjemen tentu saha akan menimbukan agency cost. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Aini (2015) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap luas pengungkapan. 6. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela Terhadap Tingkat Asimetri
Informasi Perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis yang kedua menggunakan uji regresi linier mendukung hipotesis yang keenam (H6) yaitu luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap tingkat asimetri informasi. Hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis yang keenam (H6) diterima.
53 A. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh porsi kepemilikan saham publik, umur listing, likuiditas, ukuran kantor akuntan publik, dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan sukarela dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 99 observasi data yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai tahun 2014, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.
2. Umur listing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.. 3. Tingkat likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan sukarela.
4. Ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
5. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penelitian serupa di masa-masa yang akan datang.
1. Memperpanjang periode penelitian agar pengaruh variabel independen dan terhadap variabel dependen lebih terlihat.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel dari jenis industri lain agar hasilnya dapat diperbandingkan.
3. Menambah variabel lain yang berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini ialah :
1. Sampel pada penelitian ini sangat sedikit karena hanya meneliti perusahaan manufaktur dengan periode yang singkat, sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisir pada perusahaan sektor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, P. N. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan Sukarela Dengan Efektivitas Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi.
Jurnal Akuntansi,Universitas Diponegoro.
Alsaeed, Khalid. 2006. The Association between Firm-Specific Characteristics and Disclosure. Managerial Auditing Journal, 21 (5): 476-496
Aniroh, S. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Perusahaan Di Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi,
Universitas Brawijaya.
Benardi. K., Meliana, Sutrisno, Prihat Asih. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi ( Studi pada perusahaan
manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia). Makalah Simponsium Nasional Akuntansi XII. Palembang.
Bloomfield, R. J., & Wilks, T. J. (2000), “Disclosure Effects in the Laboratory :
Liquidity, Depth and the Cost of capital”, The Accounting Review, vol. 75
(1), hal. 13-41.
Botosan, C. (1997), “Disclosure Level and the Cost of Equity Capital”, The Accounting Review, vol. 72 (3), hal. 323-349.
Delvinur. 2015. Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Proporsi Kepemilikan Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan. Skripsi, Universitas Negri Padang.
Fanani, Zaenal (2009). Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu Dan Konsekuensi Ekonomis, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. 6: 20-45.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar akuntansi keuangan. Jakarta : salemba empat.
Indriani, E. W. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. Jurnal Akuntansi, Universitas Negri Semarang.
Indriani, E. W. Dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. Jurnal Akuntansi, Universitas Negri Semarang.
Jensen, M., Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.
Kurniawan. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan di bursa efek indonesia. Skripsi,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Lazuardi, adi.2013. Legislator pernyataan laporan keuangan PT. Inalum.
laporan-keuangan-pt-inalum. (2 maret 2013).
Murni, Siti Asiah, Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi terhadap Cost of Equity Capital pada Perusahaan Publik di Indonesia.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.Vol.7, No.2, Mei 2004, Hal.192-206.
Prayogi. 2013. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis S-2. Universitas Diponegoro.
Setyoningtyas, P. R. 2015. Pengaruh Kendali Keluarga Terhadap Pengungkapan Sukarela Dengan Independensi Dewan Komisaris Dan Kepemilikan Institusional Sebagai Pemoderasi. Skripsi, Universitas Diponegoro.
di bursa efek indonesia. Skripsi. Jakarta: universitas pembangunan
nasional “veteran”.
Sutomo, ibnu. 2004. “pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, karakteristik
perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela pada laporan tahunan
perusahaan (study empiris pada perusahaan go publik di bej)”. Thesis.
Semarang. Magister akuntansi: undip.
Wardani, R. P. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
3 ASII PT Astra International Tbk
4 BRNA PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk 5 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk 6 BUDI