Pengembangan Kerjasama
Internasional Pendidikan Tinggi
Berbasis Program Studi
Laelia Dwi Anggraini, Pediatric Dentist
Vice Dean for Students Affair, Alumni, Promotion and Colaboration
Faculty of Medical and Health Science UMY
Strategi Pengembangan Kegiatan dalam
Implementasi Kerjasama Luar Negeri dan Arah Kerjasama Luar Negeri Perti
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
4
1992: CEPT AFTA
1984: BRU 1995: VN ASN Korea Investment
EAFTA Study CEPEA Study
1997: ASEAN Vision 2020
1998: AIA
2003: 3 Pillars of ASEAN Community 11 Priority Integration Sectors (PIS)
2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint 2008: first year of AEC Blueprint;
ASEAN Charter entered into force 2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard
ASEAN Economic Community 2015
2005: Logistics as PIS
2010: ASEAN Plus
Working Groups on ROO, Tariff Nomenclature, Customs, Ec Cooperation
2010: Connectivity Master Plan
2011: ASEAN Framework for Regional
Comprehensive Economic Partnership
2011: ASEAN Framework for Equitable Economic Development
2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015
2012: Launching of RCEP
Founding Fathers
Adam Malik (Indonesia) Narciso R. Ramos
(Filipina) Tun Abdul Razak
(Malaysia) S. Rajaratnam
(Singapura) Thanat Khoman
3 Pilar ASEAN Community 2015
Inpres No. 5 Thn 2008 tentang Fokus Program Ekonomi
Inpres No 11 Thn 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Keppres No 23 Thn 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN
Program pembangunan seperti MP3EI
Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
Penyusunan Roadmap Daya Saing
Policy Paper mengenai kesiapan Indonesia menghadapi AEC
MNP dilaksanakan mulai tahun 2013 diawali “negosiasi
komitmen khusus antar negara ASEAN” : pengakuan
kualifikasi, penyetaraan “core” kompetensi dan etikolegal melibatkan PMRA, PDRA, Organisasi Profesi, 5 kolegium (dr, dr.SpB, dr.SpA, dr.SpOG, dr.SpPD) dan kolegium dokter
gigi/dokter gigi spesialis.
Negara ASEAN diminta memfasilitasi pertukaran
informasi: prosedur registrasi, lisensi, “domestic
regulations” melalui website yang dikoordinasi ASEAN Secretary.
implementasi ASEAN MRA dokter dan dokter gigi harus
tetap mengutamakan kepentingan bangsa dan NKRI melalui penguatan “Domestic Regulations
The Objective of ASEAN MRA for Medical/Dental Practitioner
1. Exchange of Information
• Compilation
• Adoption of best Practices
• Standardized Procedures
• Publication through Website
2. Facilitate Mobility
• Registration through AJCCS -ASEAN Joint Coordinating Committee on
3. Capacity Building
• Visite
• Conference
Persyaratan Registrasi
Dr / Drg / Nurse dalam MRA
Kewajiban melakukan registrasi/registrasi ulang berlaku bagi dokter/dokter gigi/spesialis di semua Negara
Persyaratan rekognisi dokter/dokter gigi ASEAN:
1) Teregistrasi oleh ”Profesional Regulatory Authority” di
Negara asal dan Negara tujuan
2) Kualifikasi Institusi dan sistem pendidikan
terekognisi,
3) Sertifikat kompetensi diakui oleh kolegium se ASEAN 4) Pengalaman berpraktik di negaranya minimal 5 tahun, 5) Melalui penyetaraan CPD,
6) Tidak sedang terkena sanksi pelanggaran hukum, disiplin
Tantangan - Peluang
Dokter/doktergigi/spesialis/subspesialis WNI/WNA ASEAN
- Teregistrasi oleh PRA di negara asal dan negara tujuan - direkognisi sesuai persyaratan eligibilitas MRA ASEAN, - memenuhi persyaratan “domestic regulations”,
dapat melakukan kegiatan praktik kedokteran/ kedokteran gigi di Indonesia dan di negara ASEAN
Akan terjadi persaingan jasa tenaga medis ASEAN
berbasis kompetensi dan iptek.
Peningkatan kompetensi melalui kegiatan P2KB/P3KGB/
SIAPKAH DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA
PENJAGAAN MUTU DAN LEGALITAS PRAKTIK
KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI
Pendidikan Ijazah (FK/FKG)
Sertifikat Kompetensi (Profesi)
Registrasi (STR) Kompetensi
Kewenangan
Lisensi (SIP)
(Pemerintah Daerah & Profesi)
Masyarakat Disiplin (MKDKI)
1. Standar Etik
Masalah Etik
Masalah Hukum
*) KKI: Fasilitasi
13
KKI : Regulator, Pengesahan Standar, Pembinaan Profesi
Struktur
Healthcare Services SWG (HSSWG)
Kementerian Kesehatan
(Tim TKBJ-PMPK)
AJCCM
Konsil Kedokteran, KKI Kemenkes RI
AJCCD
Konsil Kedokteran Gigi, KKI Kemenkes RI
AJCCN
Dit. Bina Pelay. Keperawatan Pusat Standarisasi, BPPSDM
regulation, dll
Sistem pendidikan kedokteran / kedokteran gigi bervariasi
(berbasis pendidikan akademik, berbasis rumah sakit)
Ada kesenjangan kurikulum pendidikan kedokteran/kedokteran gigi,
perlu petahapan penyetaraan “Core” kompetensi dokter/
dr.spesialis dan dokter gigi / drg.spesialis, melalui : (a) Pertukaran informasi dan penyetaraan kurikulum
(b) Pertukaran staf pengajar
(c) Pertukaran mahasiswa/co-ass/peserta PPDS/PPDGS
(d) Ujian bersama untuk penyetaraan kompetensi
Kerjasama saling pengakuan tenaga Profesi Dokter gigi Spesialis :
Diprioritaskan secara bilateral antara cabang ilmu yang sama dan
telah memiliki kemiripan sistem pendidikan, tidak secara multilateral.
Hasil Forum AJCCM dan AJCCD s/d Sept’ 2014
➊ Membandingkan sistem pendidikan di 10 Negara anggota ASEAN
“FOREIGN
DENTAL STUDENTS
Ada perbedaan Regulasi/peraturan, Kultur-budaya,
Sosio-ekonomi,, Sistem Kesehatan Nasional, dan prosedur perijinan
praktik kedokteran
Penyediaan informasi :
“Domestic regulations” dan
“event-2 Conference/ seminar (CPD)”
National website AMS .
Pengembangan website
“ASEAN Healthcare Services”
Hasil Forum AJCCM dan AJCCD s/d Sept’ 2014
Mengumpulkan Regulasi untuk Sertifikasi, Registrasi, Lisensi
Menginventarisasi Badan/otoritas yang berwenang mengatur pendidikan, registrasi dan pelayanan kesehatan
3 2
Permenkes 67/2013
Keselamatan
Pusrengun BPPSDM Kemenkes RI
(KKI, MTKI, KFN, BUK, BPSDM, Lintas K/L) TIMPORA Pusat/Provinsi/Kab/Kota
(Tim Pengawasan Orang Asing)
Organisasi Profesi (Pengwil/Cabang)
Pembinaan dan Pengawasan Dokter dan Dokter Gigi WNA
1. Imigrasi 2. Kemkes
3. KKI
4. Kemnakertrans 5. IDI - PDGI
6. Pemda Provinsi
7. Pemda Kabupaten/Kota
Dokter / dokter gigi WNA
Para Pemangku Kepentingan perlu tetap memperhatikan
“legalitas kompetensi dr/drg WNI/WNA untuk menegakkan
“Patient Safety” di semua upaya pelayanan kesehatan
termasuk kegiatan bakti sosial.
Mendorong anggota profesi dokter/dokter gigi/perawat
untuk menyelaraskan kompetensi dan meningkatkan
kualitas profesi di tingkat domestik, dan tingkat regional agar
mampu bersaing dengan negara ASEAN.
Penguatan koordinasi antar institusi Pemerintah,
TNI/POLRI, KKI, Organisasi Profesi di dalam Negeri dan
jejaring di luar Negeri (ASEAN) untuk kerjasama dalam
rangka “capacity building”.
KEBIJAKAN LEVEL UNIVERSITAS
Universitas sudah seharusnya mensupport
kegiatan internasionalisasi dalam bentuk kucuran dana untuk mendukung kerjasama internasional dan kegiatan internasional
Univ menfasilitasi MoU dalam bentuk
pendampingan hukum (Biro Hukum) dan pendampingan isi MoU (Biro Kerjasama)
Fakultas mengajukan proposal kegiatan untuk
Univ melakukan standarisasi keg
internasional, ex: 1. Minimal 5 Perti asing yang terlibat, 2. Hasil bisa keluar pada jurnal internasional, 3. Perti yang diundang adalah yang sdh MoU
Proposal diverivikasi Tim Audit Univ
Proposal dinyatakan lolos, dengan acc
dana tertentu.
Semua kegiatan Internasionalisasi dibawah
KEBIJAKAN LEVEL FAKULTAS
Dekanat mengalokasikan dana tertentu untuk
supporting program internasionalisasi (misal: ITMSS 24jt, IDSS 17jt, INSS 10jt, IPSS 10jt, per dosen ke luar negeri disupport 4,5jt)
Dekanat menjembatani proses MoU dari titik
Selain untuk kerjasama yang melibatkan
Fakultas mempunyai beberapa PIC untuk
program internasionalisasi, misal :
1. Kerjasama Munster Germany PIC dr Upi,
SpOG
2. Kerjasama Taiwan PIC Dr Titiek Hidayati, MKes 3. Kerjasama Tokushima PIC Prof Niken
4. Selain itu KPA Prodi membantu pada level
Selain KPA Prodi, Prodi juga mempunyai
PIC untuk kerjasama
PSPD: dr Imaniar MKes (KPA PD) untuk
kerjasama secara umum dan dr Farindira MKes untuk kerjasama Student Exchange
PSPDG : drg Omi MDSc (KPA PDG)
untuk kerjasama secara umum, drg Likky SpKGA untuk Student Exchange umum, drg Aji MDSc utk SE Ladokgi,
Drg Ovi MDSc untuk SE Singapura dan
Thailand, drg Erlina MDSc untuk SE Malaysia, drg Tita SpOrt untuk SE Cina.
PSIK : Ns Wulan (KPA PSIK) dan Ns Arif
(Promotion PSIK)
PF : Bp Bimo (KPA PF)
Pada prinsipnya, semua PIC pada level
Melibatkan Alumni pada kegiatan
Melibatkan Mhs Profesi pada kegiatan
internasionalisasi (pendamping mhs S-1,
pelibatan kepanitiaan, moderator seminar
Internasional Dental Summer
School
IDSS 6 th
Quality and quantity in medical
dentistry care, and the spesific case,
such as Atraumatic Restorative
Treatment-ART, special need
children and acupuncture.
Philosophical ground : Practical
PROGRAM
A. EDUCATIONAL PROGRAM:
Topic for IDSS, in the Term of Reference
was discuss with lectures. Instructor and
lecturer from School of Dentistry UMY and
from UGM and UI
B. NON EDUCATIONAL PROGRAMME
- Social Programs.
City Tour (Malioboro, Sultan Palace, Water
Castle), Prambanan Temple, Borobudur
Temple, Ramayana Ballet , Camping &Village
day (student gathering and intercultural
Priority Programme
I hope this programme in concentration for:
Promotive ( education both in school and society)
Education system
◦ Preventive ( ex: flour application and
sealant and early detection)
◦ Curative
SWOT Analize
Strength : Programme IDSS 6th with evaluation,
special event , membership in IADS. Cheap (500 euro, 3 weeks) UGM 440 euro 2 weeks
Opportunity : Support from Faculty 17 millions
(finance, lecture, and facility) Support Dr Irene, Prof Niken, Dr Tetiana, Dr Dewi, Dr Sagiran, drg Lia+drg Fifin (7 lecturers) UGM 2 lecturer
Weakness : More energy (effort) & publication
and new comer (Dental Student Club UGM 1st at 2-4 August 2015)
Threat : deadline and committee consistency
STRATEGY
1. WS IDSS, Collect the Team
2. The bonding system, one lecture UMY
for one speaker
3. Marketing strategy
4. Social (village, voluntary work, travel
HOW
Activities :
1. Summer course/school. More social work or field work
(legal aspec with KKI)
2. Lecture (Class with Profesor/expert) – 7 lecturer, 1 Proffesor
3. Tutorial (mini class with tutor)
4. Plenary and case presentations by participants
5. Skills laboratory activity and practicum (with dentist instructor)
6. Voluntary Work (Colaboration /Inter Profesional Education)
7. Visitation in Puskesmas, Posyandu, High School (UKGS in SMP Kesatuan Bangsa)
8. Touring / social program, sight seeing