• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFFESSIONAL DEVELOPMENT) UNTUK DOKTER PRAKTIK UMUM (DPU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFFESSIONAL DEVELOPMENT) UNTUK DOKTER PRAKTIK UMUM (DPU)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

(CONTINUING PROFFESSIONAL DEVELOPMENT)

UNTUK

DOKTER PRAKTIK UMUM

(DPU)

Badan P2KB Pusat

Ikatan Dokter Indonesia

P2KB

IDI

(2)

KATA PENGANTAR

KETUA UMUM PB.IDI

Buku ini merupakan bagian dari rangkaian upaya Ikatan Dokter Indonesia dalam mengemban amanat Muktamar Dokter Indonesia XXVI 2006 untuk mewujudkan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) bagi para anggotanya. Petunjuk teknis ini (Buku I) khusus disusun untuk kepentingan pelaksanaan P2KB bagi dokter praktik umum (DPU) dengan sasaran akhir agar para sejawat di pelayanan primer ini dapat mempertahankan kompetensi yang dibutuhkannya dalam memberikan pelayanan kedokteran yang menjadi kewenangannya. Buku ini diterbitkan bersama dengan buku lain yaitu Buku Log dan Borang Penilaian Diri (Buku II) sebagai kelengkapannya. Buku terakhir ini akan diisi sendiri oleh dokter praktik umum sesuai dengan petunjuk dalam buku ini.

Petunjuk teknis P2KB untuk dokter praktik umum ini merupakan acuan penting, mengingat dari 75.850 anggota IDI , sebagian besar 80% (58.000-an) adalah dokter praktik umum, yang merupakan ujung tombak pelayanan kedokteran di Indonesia dalam Sistem Kesehatan Nasional. Melalui upaya resertifikasi dokter ini diharapkan akan terjamin suatu penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu.

Program P2KB bagi DPU pada dasarnya merupakan pengkajian seluruh kegiatan profesional DPU yang dilakukan secara mandiri dan sinambung untuk memberi kesempatan kepada yang bersangkutan belajar dari kegiatan profesionalnya. Oleh karena itu proses belajar melalui praktik itu diakhiri dengan penilaian diri di setiap akhir periode 5 tahunan yang sejalan dengan periode resertifikasi untuk pembaharuan izin praktik. Dengan penilaian uji diri ini setiap peserta program P2KB IDI yang telah memenuhi jumlah SKP prasyarat minimal akan memperoleh Sertifikat Kompetensi sebagai Dokter Penyelenggara Pelayanan Primer dari Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI).

Sebagai dokter yang memberikan pelayanan kedokteran di tingkat pertama, DPU dituntut untuk menguasai kompetensi tertentu sebagaimana telah ditetapkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia. Kompetensi ini pada dasarnya merupakan kompetensi dokter yang memberikan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga di jenjang pelayanan primer. Oleh karena itu SKP yang dikumpulkan hendaknya berasal dari berbagai kegiatan pendidikan yang mencerminkan diperolehnya pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud sesuai dengan layanan yang diberikannya. Hanya dengan cara itu tanggung jawab menjaga keselamatan pasien (patient safety) dalam memberikan layanan kedokteran – sebagaimana dituntut dalam UU Pradok – dapat diwujudkan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi terbitnya Petunjuk Teknis ini sebagai salah satu instrumen untuk mengantar dokter praktik umum Indonesia menjadi lebih profesional sesuai dengan harkat dan martabat profesinya dalam memenuhi harapan kemanusiaan, harapan masyarakat, dan harapan bangsa. Amin.

Jakarta, Desember 2007

Pengurus Besar IDI Ketua Umum

DR.Dr.Fachmi Idris, M.Kes

P2KB

IDI

(3)

KATA PENGANTAR

KETUA KOLEGIUM DOKTER & DOKTER KELUARGA INDONESIA

(KDDKI)

Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter perlu dipenuhi beberapa persyaratan, antara lain memiliki sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia, yang dikeluarkan oleh kolegium terkait. Kolegium yang terkait bagi dokter praktik umum adalah Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI).

Surat tanda registrasi dokter berlaku selama lima tahun, karena itu perlu dilakukan registrasi ulang setiap lima tahun. Untuk registrasi ulang lima tahunan dipersyaratkan memiliki sertifikat kompetensi ulang yang menunjukkan bahwa dokter praktik layanan primer mempertahankan kompetensinya serta meningkatkan pengetahuannya seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan kedokteran yang diperlukan untuk kompetensinya guna terjaminnya penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu. Sertifikasi ulang dapat diperoleh melalui program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) bagi dokter praktik umum, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yaitu bahwa dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organsisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.

Untuk dapat melaksanakan amanat undang-undang tersebut, Ikatan Dokter Indonesia membentuk Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (BP2KB) IDI Pusat. Dalam upaya penyelenggaraan P2KB, badan ini menyusun dan menerbitkan Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter Praktek Umum ini, dan menyusun Buku Log dan Borang Pengisian P2KB untuk Dokter Praktik Umum sebagai kelengkapannya.

Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum berisi antara lain berbagai bentuk kegiatan P2KB dan bobot penilaiannya serta kelengkapan dokumen P2KB yang diperlukan disertai lampiran-lampiran yang berkaitan dengan kelengkapan dokumen. Hal ini merupakan upaya BP2KB IDI Pusat dalam memudahkan para Dokter Praktik Umum untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan sebaran Dokter Praktik Umum di seluruh Indonesia.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Tim BP2KB IDI Pusat yang telah menyusun buku ini dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan primer yang bermutu di Indonesia. Semoga Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum ini dapat menjadi pedoman bagi para teman sejawat dokter praktik umum dalam upaya mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh BP2KB IDI.

Semoga kemurahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu beserta kita. Amin.

Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia Ketua

Dr.M. Djauhari Widjajakusumah, PFK

P2KB

IDI

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Ketua Umum PB.IDI i

Kata Pengantar Ketua Kolegium Dokter & Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI) ii

Daftar Isi iii

Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) IDI Pusat iiii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II KOMPETENSI

BAB III PROGRAM P2KB DPU

1. Tata cara P2KB

2. Berbagai bentuk kegiatan P2KB & bobot nilainya

3. Hasil penilaian

4. Pendanaan

BAB IV KELENGKAPAN DOKUMEN P2KB DPU

1. Borang pendaftaran

2. Borang rencana pengembangan pribadi

3. Borang Kinerja profesional

4. Kinerja pembelajaran

5. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi

6. Publikasi

7. Kinerja pengembangan ilmu

BAB V PENUTUP

Lampiran

1.

Borang pendaftaran program P2KB IDI

2.

Borang Rencana Pengembangan Diri

3.

Contoh portofolio

4.

Kompetensi Dokter Praktik Umum (Sumber KKI-2006)

P2KB

IDI

(5)

BADAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

KEPROFESIAN BERKELANJUTAN - IDI PUSAT

1. Prof.DR.Dr. Zubairi Djoerban,SpPD,KHOM (Penasihat)

2. Dr. Sukman Tulus Putra,SPA(K) (Penasihat)

3. DR.Dr. Tjahjono D.Gondhowiardjo,SpM(K) (Penasihat)

4. Prof.Dr. I. Oetama Marsis, SpOG (Ketua)

5. Dr. Zunilda Dj. Sadikin, SpFK (Wk. Ketua)

6. DR.Dr. Ratna Sitompul, Sp.M (K) (Sekretaris I) PERDAMI & Kolegium 7. Dr. Rufiany Manikam (Sekretaris II)

8. Dr. Dyah A.Waluyo (Bandahara) 9. Dr.Rohedi Yossi Asmara (Anggota)

10. DR.Dr.Siti Setiati, Sp.PD, KGer (Anggota) Anggota Ex-Officio:

11. DR.Dr. Aida SD Suriadiredja, Sp.KK PERDOSKI & Kolegium 12. Prof.Dr. Amin Husni, PAK(K), Sp.S PERDOSSI & Kolegium 13. Dr. Aziza G. Icksan, Sp.Rad. PDSRI & Kolegium 14. Dr.Budiman Bela, Sp MK PAMKI & Kolegium 15. Prof.DR.Dr.Darmawan Kartono,SpB,SpBA PERBANI & Kolegium 16. Dr. Bambang Tutuko, Sp.An.KIC IDSAI & Kolegium 17. Dr. Djoni Darmadjaja, Sp.B, MARS IKABI & Kolegium 18. Dr.Dolly R.D.Kaunang,SpJP,SpKP PERDOPSI & Kolegium 19. Dr. Eko Purnomo, SpKN PKNI & Kolegium 20. Dr.Farida Oesman, Sp PK Kolegium PATKLIN 21. Prof.Dr. Harmani Kalim, MPH, Sp.JP (K) PERKI & Kolegium 22. Dr. Harpini Endang Sardewi, MS, Sp.OK PERDOKI & Kolegium 23. DR.Dr. Idrus Alwi, Sp.PD (K) PAPDI & Kolegium 24. Dr. Ifran Saleh, Sp.OT PABOI & Kolegium 25. Dr. Imran Agus Nurali, SpKO PDSKO & Kolegium 26. Dr. Instiaty, SpFK PERDAFKI & Kolegium 27. Dr. Jan Prasetyo, Sp.KJ(K) PDSKJI & Kolegium 28. DR.Dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL PERHATI-KL & Kolegium 29. Prof.DR.Dr. Nukman Moleoek, Sp.And PERSANDI & Kolegium 30. Dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K) POGI & Kolegium 31. Dr. Oktavinda Safitry, Sp.F PDFI & Kolegium 32. Dr. Peni Kusumastuti, Sp.RM PERDOSRI & Kolegium 33. Dr. Prasenohadi, PhD, Sp.P PDPI & Kolegium

34. Prof.Dr. Rahayuningsih D.Setiabudy, Sp.PK PDS.PATKLIN & Kolegium 35. Dr. Rino Pattiata, Sp.PA IAPI & Kolegium

36. Dr. Sajidi Hadiputro, MSc ShKI PERDOKLA & Kolegium 37. Prof.Dr. Saleha Sungkar MS, Sp.ParK PDSParKi & Kolegium 38. Dr. Setyo Widi Nugroho,SpBS PERSPEBSI & Kolegium 39. DR.Dr.Soegiharto Soebijanto ,SpOG(K) Kolegium OBGIN 40. Prof.DR.Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) IDAI & Kolegium 41. Dr. Sugito Wonodirekso,MS,PHK,PKK PDPP & KDDKI 42. Dr. Sylvia Nuruth, Sp.BP PERAPI & Kolegium 43. DR.Dr. Tjakra Wibawa Manuaba, FINACS PABI & Kolegium 44. Dr. Victor Tambunan, MS, Sp.GK PDGKI & Kolegium 45. Dr.Chaidir A.Moshtar,SPU,PhD IAUI & Kolegium

P2KB

IDI

(6)

46. DR.Dr.Retno Wahyuningsih Kolegium PARKI 47. Dr.Yuli Budiningsih MKEK

48. Dr.Sintak Y.Gunawan,MA MKEK

P2KB

IDI

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dokter praktik umum (DPU) merupakan konstituen terbesar dalam IDI (58.000-an DPU). Mereka

terdiri dari dokter yang bekerja di Puskesmas, di rumah sakit baik sebagai dokter unit gawat darurat

maupun dokter poliklinik, di perusahaan, dan di sarana pelayanan kesehatan khusus seperti

lembaga transfusi darah, pelabuhan, klinik hemodialisis, dan lain sebagainya.

Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004 telah ditetapkan bahwa pelayanan kesehatan perorangan

atau pelayanan kedokteran dilaksanakan secara berjenjang dengan pelayanan dokter keluarga

sebagai ujung tombaknya. Pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah pelayanan dokter

umum yang menerapkan pendekatan keluarga. Oleh karena itu pembinaan dokter praktik umum

(DPU) seyogianya dilaksanakan dengan tujuan transformasi sebanyak-banyaknya DPU menjadi

dokter keluarga tanpa menghilangkan peranan dokter layanan primer lainnya.

Dari 58.000-an DPU, terdaftar 701 dokter keluarga yang berhimpun dalan Perhimpunan Dokter

Keluarga Indonesia (PDKI), 671 Dokter Kesehatan Kerja Indonesia yang berhimpun dalam Ikatan

Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), dan selebihnya merupakan dokter praktik umum lainnya

(yang belum mempunyai wadah perhimpunan).Untuk DPU tersebut mempunyai satu-satunya

Kolegium yaitu Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI). KDDKI adalah kolegium

yang turut serta menyusun dan menetapkan standar kompetensi dokter pelayanan primer bersama

Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI).Oleh karena itu, pembinaan DPU

mengacu kepada Kompetensi yang telah ditetapkan, dan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia

(KKI).

Namun mengingat besarnya jumlah dan beragamnya DPU, dan akan dimulainya pelaksanaan

program P2KB secara nasional, maka dirasakan keperluan yang mendesak untuk menyiapkan

skema Pengembangan dan Pedidikan Keperofesian (P2KB) bagi DPU. Oleh karena itu, BP2KB

Pusat merasa perlu membantu PDPP untuk menyiapkan program ini. Begitu juga pelaksanaannya,

mengingat luasnya distribusi DPU, untuk sementara P2KB DPU dikelola langsung oleh BP2KB

dengan dukungan penuh IDI cabang. Di masa depan peranan PDKI diharapkan akan lebih nyata

dalam P2KB DPU agar percepatan pengembangan pelayanan dokter keluarga dapat dicapai.

2. Landasan hukum

• Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan • Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

• Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor131/Menkes/SK/II/ 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional

• Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi

• Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter

• AD/ART IDI

P2KB

IDI

(8)

• Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Etika Kedokteran Indonesia tahun 2002.

3. Pengertian

• Program pengembangan dan pendidikan keprofesian adalah upaya pembinaan

bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

profesional agar dokter senantiasa layak menjalankan profesinya.

• Standar profesi adalah kriteria kemampuan (professional knowledge, skill, attitude) minimal

yang harus dikuasai agar dapat menjalankan kegiatan profesional dan memberikan layanan

kepada masyarakat secara mandiri.

• Standar kompetensi dokter adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggung jawab

yang dimiliki oleh seorang dokter sebagai syarat untuk dapat dinyatakan mampu oleh

masyarakat dalam melaksanakan profesinya. Unsur standar kompetensi adalah (a) landasan

kepribadian, (b) penguasaan ilmu dan keterampilan, (c) kemampuan berkarya, (d) sikap dan

perilaku dalam berkarya, dan (e) pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai

dengan keahlian dalam berkarya.

• Sertifikasi adalah proses pemberian keterangan sebagai pengakuan bahwa oleh kolegium

terkait bahwa seorang dokter dinilai telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

oleh kolegium bidang layanan yang sesuai, untuk dokter pelayanan primer ditetapkan oleh

kolegium bersama Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI).

• Sertifikasi ulang adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter

untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi yang

dikeluarkan oleh kolegium terkait.

• Sertifikat kompetensi adalah surat keterangan yang dikeluarkan bagi seorang dokter oleh

kolegium dari layanan yang sesuai yang menyatakan bahwa yang bersangkutan kompeten

untuk menjalankan praktiknya.

• Rekomendasi IDI adalah rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI bagi seorang dokter untuk

kepeluan mengurus izin praktik, setelah yang bersangkutan memenuhi sejumlah syarat,

salah satunya sertifikat kompetensi.

4. Tujuan Program P2KB DPU IDI

Tujuan umum:

Mendorong peningkatan profesionalisme setiap dokter praktik umum dengan cara uji diri (self-assessment) melalui pemenuhan angka kredit minimal untuk memperoleh sertifikat kompetensi sebagai dokter penyelenggara pelayanan primer, yang meliputi kompetensi di ranah kognitif, psikomotor, maupun afektif.

Tujuan khusus:

1. meningkatkan kinerja profesional DPU

2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klinis DPU

P2KB

IDI

(9)

3. menjamin sikap etis DPU dalam memberikan layanan kedokteran sesuai dengan kewenangannya. Tujuan khusus di atas dicapai oleh para DPU dengan cara mengikuti/menjalani berbagai kegiatan bernilai pendidikan, kemudian melaporkan kegiatan itu kepada Badan P2KB di wilayah kerjanya masing-masing untuk diproses lebih lanjut. Proses yang dimaksud adalah verifikasi berbagai dokumen bukti guna menilai kelayakan yang bersangkutan untuk memperoleh rekomendasi IDI dan sertifikat kompetensi.

Badan P2KB wilayah memegang kewenangan penuh untuk mengelola proses pembinaan ini. Bila dirasakan perlu, yaitu di wilayah yang padat dokter, IDI Wilayah dapat membentuk Tim P2KB cabang (AD/ART IDI-2006) pasal 55 pasal 1.b), yang merupakan organ pelaksana harian di tingkat cabang (antara lain dengan kewenangan verifikasi dan konversi ). Tim P2KB ini bertanggung jawab/melapor kepada BP2KB wilayah Sertifikat kompetensi (SK) yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI), bersama dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Rekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus perpanjangan surat izin praktik (SIP) Proses pemberian sertifikat kompetensi setelah dokter mengikuti / menjalani berbagai kegiatan program pengembangan pendidikan berkelanjutan yang memenuhi persyaratan ini disebut sebagai proses resertifikasi. .

P2KB

IDI

(10)

BAB II

KOMPETENSI DOKTER PRAKTIK UMUM

Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 berjudul STANDAR KOMPETENSI DOKTER yang menjabarkannya dalam 7 area kompetensi. 1. Area Komunikasi Efektif: mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal

dengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.

2. Area Keterampilan Klinis: melakukan prosedur klisnis dalam menghadapi masalah kedokteran

sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.

3. Area landasan ilmiah ilmu kedokteran: mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan: mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun

masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.

5. Area Pengelolaan Informasi: mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan

kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.

6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri: melakukan praktik kedokteran dengan penuh

kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.

7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien: berperilaku

profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan pasien.

Ketujuh area kompetensi itu diperlukan agar DPU dapat menyelesaikan masalah kesehatan-kedokteran yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam lampiran dokumen di atas tercantum juga masalah kedokteran yang merupakan tanggung jawab DPU dan tingkat kompetensi (level of competence) yang dituntut darinya (Lampiran 4). Oleh sebab itu, materi pembelajaran dalam program P2KB yang diupayakan oleh sub-organisasi IDI lainnya (PDSp,PDSm,dll) hendaknya disesuaikan dengan kompetensi tersebut. Inividu dokter juga dianjurkan untuk mengacu kepada kompetensi ini dalam menyusun rencana pengembangan dirinya.

Dalam tatanan pelayanan kesehatan primer, pada kenyataannya, terdapat dokter yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan khusus seperti di UGD, pusat pelayanan transfusi darah, industri, pusat pelayanan hemodialisis, pelabuhan, perusahaan, dan lain sebagainya. Untuk DPU ini tentu diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dari 7 area kompetensi di atas. Hal ini perlu diperhatikan oleh yang bersangkutan dalam menjalankan P2KB-nya, dan perhimpunan dokter seminat, ikatan di lingkungan IDI , Ikatan Dokter Kesehatan Kerja (IDKI) dapat mengambil peran dalam upaya P2KB ini.

P2KB

IDI

(11)

BAB III PROGRAM P2KB DPU

Sebagaimana dikemukakan dalam Bab I, program Pengembangan dan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan adalah upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional agar dokter senantiasa layak menjalankan profesinya, dalam hal ini profesi dokter praktIk umum (DPU). Program ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses resertifikasi untuk kepentingan pengurusan i registrasi ulang dan perpanjangan izin praktik umum.

Sebagai upaya pembinaan, P2KB juga harus menjamin bahwa yang bersangkutan layak menjalankan praktik dokter. Oleh karena itu, sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI) sebagai bukti bahwa seorang dokter tetap melaksanakan kegiatan yang bernilai pendidikan selama praktiknya harus dilengkapi dengan

1. surat keterangan sehat

2. clearance dari IDI cabang bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai masalah etik.

Atas dasar dua dokumen tersebut IDI cabang akan mengeluarkan Rekomendasi IDI. Selanjutnya Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda egistrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan rekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus perpanjangan surat izin praktik (SIP).

1. Tata cara P2KB

Pendaftaran Program P2KB

Pendaftaran ini dilakukan dengan mengisi borang pendaftaran yang terdapat dalam Buku Log P2KB

DPU, dan mengirimkannya ke IDI cabang yang bersangkutan bersama rencana pengembangan diri

Mekanisme baku dalam P2KB adalah mekanisme kertas, tetapi sangat dianjurkan untuk menggunakan

mekanisme maya dalam menjalani P2KB ini sehingga dapat dicapai efisiensi dan dapat dihindari

kesalahan. Untuk mekanisme kertas, setiap DPU perlu mengisi Buku Log P2KB DPU secara rutin, kemudian melaporkannya ke petugas P2KB IDI cabang secara berkala, lengkap dengan dokumen buktinya.

DPU yang ingin menggunakan mekanisme maya dapat langsung melakukan akses ke IDI on-line dan mengikuti cara registrasi untuk mendapatkan nama/nomor diri (access account). Dengan nama/nomor diri, masing-masing DPU dapat mengisi borang penilaian diri langsung setiap saat.

Sangat dianjurkan untuk melaporkan perolehan SKP setiap tahun sehingga kekurangan nilai SKP di akhir masa resertifikasi dapat diantisipasi dan dihindari.

Penilaian diri

Penilaian diri dalam P2KB pada dasarnya dipercayakan kepada integritas masing-masing anggota. Nilai SKP untuk kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung sendiri oleh yang bersangkutan (perhitungan mandiri), sedangkan dokumen bukti yang diserahkan ke Badan/Tim P2KB untuk verifikasi. Secara acak Badan/Tim P2KB dapat melakukan pengawasan langsung untuk menjamin kebenaran data.

2. Berbagai bentuk kegiatan P2KB & bobot nilainya

Satuan kredit partisipasi (SKP) IDI merupakan bukti kesertaan seorang dokter dalam program P2KB. Kredit ini diberikan baik untuk kegiatan yang bersifat klinis (berhubungan dengan pelayanan kedokteran langsung atau

P2KB

IDI

(12)

tak langsung) maupun nonklinis (mengajar, meneliti, manajemen). Syarat perolehan SKP untuk resertifikasi adalah 50 SKP per tahun yang tersebar pada berbagai ranah kegiatan.

Kegiatan yang dapat diberi kredit dibedakan atas 3 jenis di bawah ini.

1. Kegiatan pendidikan pribadi: kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan tambahan ilmu dan keterampilan bagi yang bersangkutan

2. Kegiatan pendidikan internal: kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakan kegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan

3. Kegiatan pendidikan eksternal: kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar tempat kerja yang bersangkutan, yang dapat berskala lokal/wilayah, nasional, maupun internasional. Dokter yang mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan SKP dari penyelenggara yang besarnya ditentukan oleh BP2KP Pusat atau Wilayah (tergantung pada skala kegiatannya).

Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara, moderator) dari suatu kegiatan P2KB eksternal dibedakan berdasarkan skala kegiatan yang dapat berskala lokal/ wilayah, nasional, bahkan internasional. Pemberian nilai kredit selain perhitungan nilai normatif, juga memperhitungkan berbagai faktor antara lain: kedalaman materi topik; kualitas/mutu/kompetensi pembicara/pengajar; lamanya pelaksanaan proses pendidikan dalam jam, hari, atau minggu. Untuk kemudahan perhitungan ditetapkan batasan minimal dan maksimal (Tabel 1). Kegiatan P2KB eksternal minimal yang efektif dalam satu hari adalah 3 jam kegiatan , bilamana dalam keadaan tertentu kegiatan P2KB eksternal yang dilaksanakan kurang dari 3 jam kegiatan, maka dilakukan perhitungan secara normatif dan kesepakatan (halaman 6 Buku Pedoman BP2KB-2007). Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri, misalnya kredit sebagai pembicara di suatu kursus di luar negeri, akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di Indonesia (Tabel 1), karena nilai dari panitia di luar negeri sudah tentu tidak serasi dengan perhitungan nilai kredit prasyarat yang berlaku di IDI. Begitu juga lazimnya dalam kesepakatan global (Uni Eropa dan USA), bahwa walaupun kegiatan ekternal yang dilakukan di forum internasional, ketetapan nilai kredit yang berlaku dikembalikan pada ketetapan nilai kredit yang ditentukan institusi yang berwenang di negara masing-masing.

Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam P2KB ini dibedakan atas 5 ranah (domain) kegiatan berikut ini. A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seseorang mempelajari suatu

pengetahuan/keterampilan misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi/sesi EBM, mengikuti suatu pelatihan

B. Kegiatan profesional, yaitu kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan fungsinya sebagai dokter sehingga memberinya kesempatan untuk mempertahankan/meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya menangani pasien, menyajikan makalah menyangkut masalah klinis dalam suatu seminar atau menjadi instruktur dalam suatu workshop/pelatihan.

C. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian kepada masyarakat umum atau masyarakat profesinya yang memberinya kesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya memberikan penyuluhan kesehatan, terlibat dalam penanggulangan bencana, duduk sebagai anggota suatu pokja organisasi profesi (misalnya pokja AIDS, penyusunan formularium).

D. Kegiatan publikasi ilmiah atau populer di bidang kedokteran yaitu kegiatan yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasi misalnya menulis buku (dgn ISBN), menerjemahkan buku di bidang ilmunya (dgn ISBN), menulis laporan kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasi di jurnal (yang terakreditasi), mengasuh rubrik ilmiah/populer kedokteran.

E. Kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan penelitian di bidang pelayanan primer, mendidik/mengajar termasuk membuat ujiannya, menjadi supervisor, atau membimbing di bidang ilmunya.

P2KB

IDI

(13)

Tabel 1. Perhitungan batasan minimal dan maksimal bobot kredit Kegiatan Pendidikan CPD untuk Simposium dan Workshop (Jangka Pendek).*)

Skala Kegiatan Pendidikan P2KB

Lokal/Wilayah Nasional Internasional Waktu dalam jam <8 8-16 >16 <8 8-16 >16 <8 8-16 >16

Peserta 3-6 8 10 4-8 10 12 6-10 12 14 Pembicara per makalah 4-8 8 8 6-12 12 12 8-14 14 14 Moderator 2 2 2 4 4 4 6 6 6 Panitia 1 1 1 2 2 2 3 3 3 Simposium/ Seminar (Kognitif) Jumlah 16-17 19 21 16-26 28 30 23-33 35 37 Peserta 4-8 10 12 6-10 12 14 8-14 16 18 Pembicara per makalah 4-8 8 8 8-12 12 12 8-14 14 14 Moderator - - - Panitia 1 1 1 2 2 2 3 3 3 Workshop/ Course (Psikomotor) Jumlah 9-17 19 21 16-24 26 28 19-31 33 35

*) Revisi Tabel 2 Buku Pedoman BP2KB – 2007 hal 13 ,untuk internal BP2KB.

Proporsi ranah kegiatan yang dicakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Proporsi cakupan ranah yang dianjurkan terlihat pada Tabel 2. Mengingat pembinaan dalam bentuk P2KB ini merupakan sesuatu yang baru untuk DPU maka untuk pertama kali setidaknya 2 ranah, yaitu ranah pembelajaran dan ranah profesional harus tercakup. Namun, pada resertifikasi berikutnya setiap DPU dihimbau untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian secara bertahap DPU di lingkungan IDI mengalami transformasi menjadi dokter yang berkualitas Tabel. 2. Proporsi kegiatan profesional yang idealnya dicapai

Ranah kegiatan Porsi Pencapaian yang

diharapkan Nilai maksimal SKP per 5 th

• Kinerja pembelajaran 40 – 50% 100-125

• Kinerja profesional 40 – 50% 100-125

• Kinerja pengabdian masyarakat/profesi 5– 15% 12,5-37,5

• Publikasi Ilmiah/popular 0 – 5 % 0-12,5

• Kinerja pengembangan Ilmu 0 – 5% 0-12,5

* Catatan: Nilai maksimal bukanlah nilai yang diperoleh dari persentase dalam tabel, melainkan nilai yang ditetapkan untuk menjaga perimbangan ranah kegiatan.

P2KB

IDI

(14)

Nilai pendidikan, atau nilai SKP, suatu kegiatan dapat dibedakan atas 3 kategori berdasarkan perolehan pengetahuan dan keterampilan setelah menjalani kegiatan:

1. Tidak ada pengetahuan maupun keterampilan yang dipelajari namun informasi yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan.

2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan 3. Ada pengetahuan dan/atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah mengikuti kegiatan

yang secara langsung mempengaruhi praktik atau pelayanan kepada pasien

Oleh karena itu nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diseselenggarakan oleh pihak Non-PDPP /BP2KB) akan dikonversi berdasarkan kategorisasi ini.

Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilan untuk menanganinya lebih penting sehingga lebih besar bobotnya bagi seorang DPU dibandingkan dengan pengetahuan tentang aneurisma aorta (lihat Tabel 3). Dengan demikian bila seorang DPU mengikuti suatu seminar (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IIDI lainnya) tentang angina pektoris, SKP yang diperolehnya dikonversi dengan konstatnta konversi 0,75, sedangkan SKP dari seminar aneurisme aorta (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IDI lainnya)

dikonversi dengan konstanta konversi 0,25 . (lihat petunjuk konversi)

Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan kepentingan pengetahuan/ keterampilan itu bagi DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilan untuk menanganinya lebih penting sehingga lebih besar nilainya bagi seorang DPU dibandingkan dengan pengetahuan tentang aneurisma aorta.

Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan pihak Non-PDPP/BP2KB) dengan tema tertentu akan dikonversi berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang DPU. Diharapkan perhitungan konversi dapat dilakukan secara mandiri, tetapi tugas koversi merupakan tugas utama seksi konversi dan verifikasi Tim P2KB cabang IDI. Sedangkan kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan oleh PDPP/BP2KB yang jelas peruntukkannya untuk DPU, tidak perlu dilakukan konversi. Diharapkan nantinya setiap kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan oleh PDSp, PDSm, atau organisasi Lembaga IDI lainnya dengan sasaran a.l untuk DPU, diwajibkan bagi PDSp,PDSm, atau Lembaga IDI lainnya untuk bekerjasama dengan PDPP/BP2KB dalam penyelenggaraannya.

P2KB

IDI

(15)

Tabel. 3. Kompetensi dokter umum (lihat juga lampiran 4)

Kompetensi Pengertian Contoh

Tingkat kemampuan 1 Ketika membaca suatu data medis, dapat mengenali dan menempatkan gambaran klinis sesuai dengan penyakitnya, tahu cara mendapatkan informasi lebih lanjut

• Aneurisma aorta • Abses paru • Ruptur esofagus • Malrotasi pada anak • Nefritis interstisial Tingkat kemampuan 2 Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan

pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang, mampu merujuk ke spesialis yang tepat dan menindaklanjuti sesudahnya

• Mitral stenosis

• Tbc dg pneumothoraks • Varises esophagus • Ileus pada anak • Gagal ginjal akut &

kronis Tingkat kemampuan 3a Tingkat kemampuan 2 + mampu mengambil

keputusan terapi pendahuluan pada kasus bukan gawat darurat

• Angina pectoris • COPD

• Apendisitis akut • Hepatitis

• Glomerulonefritis akut & kronis

Tingkat kemampuan 3b Sama dengan tingkat kemampuan 3a tetapi

untuk kasus gawat darurat • Infark miokard • Penumonia

• Gastroenteritis dengan dehidrasi

Tingkat kemampuan 4 Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang, dan mampu menanganinya sampai tuntas

• Hipertensi esensial • Asma bronkiale • Abses hati amuba • Alergi makanan pada

anak

• Infeksi saluran kemih

Petunjuk konversi:

Untuk kegiatan pembelajaran

Tingkat Kemampuan yang

diharapkan Konstanta Konversi

Tingkat Kemampuan 1 0,25 Tingkat Kemampuan 2 0,5 Tingkat Kemampuan 3a 0,75 Tingkat Kemampuan 3b 0,75 Tingkat Kemampuan 4 1

A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seorang dokter mempelajari suatu

pengetahuan/keterampilan.

A.1. Penilaian untuk kegiatan belajar mandiri, meliputi kegiatan :

a. Membaca jurnal terakreditasi :

P2KB

IDI

(16)

• Nilai SKP untuk setiap artikel jurnal yang dibaca adalah : 1 x (konstanta konversi sesuai tingkat kemampuan

yang diharapkan ) b. Menjawab pertanyaan dalam suatu uji-diri (self-test)

• Nilai SKP adalah :

SKP sesuai nilai uji diri x ((konstanta konversi sesuai

tingkat kemampuan yang diharapkan ) c. Melakukan penelusuran informasi/sesi EBM

• Nilai SKP penelusuran EBM adalah :

1 x (konstanta konversi sesuai tingkat kemampuan yang diharapkan )

A.2. Penilaian untuk kegiatan Pelatihan / Workshop / Lokakarya / Penataran

A.3. Penilaian untuk kegiatan keikutsertaan dalam pertemuan ilmiah, meliputi :

- Kongres / Musyawarah Nasional organisasi profesi - PIT organisasi profesi

- Simposium / seminar

- Kongres regional / internasional - Konferensi regional / internasional - Siang Klinik / malam klinik

Perencanaan dan dokumentasi

Untuk keperluan pengembangan keprofesian setiap DPU seyogianya merencanakan kegiatan P2KB-nya, kemudian mendokumentasi kegiatan pembelajaran yang dilakukannya dalam buku log sehingga dapat dilaporkan dan dinilai kinerjanya. Di bawah ini langkah untuk menyusun rencana pengembangan diri (RPD).

1. Pertimbangkanlah beberapa hal di bawah ini

a. pekerjaan Sejawat selama ini khususnya kesalahan, kekurangan, ketidakpuasan sehingga Sejawat dapat merasakan bahwa Sejawat perlu meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu

b. kondisi kesehatan masyarakat sehinga Sejawat dapat melihat apa yang dapat Sejawat lakukan sebagai seorang DPU yang bertanggung jawab

c. misi pribadi Sejawat, jangka pendek maupun jangka panjang d. jadwalkan pencapaian misi Sejawat itu

2. Tetapkan prioritas dari apa yang ingin Sejawat capai dalam 5 tahun mendatang yang dapat dirinci per tahunnya.

3. Pertimbangkan karir jangka panjang Sejawat

4. Lalu susun daftar kegiatan P2KB Sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan prioritas, timbang betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan itu untuk meningkatkan mutu praktik Sejawat.

Tetapkan kapan masing-masing kegiatan P2KB itu akan diambil/dilakukan

3. Hasil penilaian

Hasil penilaian dapat dibedakan atas 3 kategori di bawah ini. Hasil ini akan disampaikan secara

tertulis langsung kepada yang bersangkutan.

1. Disetujui untuk mendapatkan sertifikat kompetensi: memenuhi nilai SKP minimal

P2KB

IDI

(17)

2. Memerlukan pembinaan tambahan: untuk mendapatkan sertifikat tidak memenuhi nilai

SKP minimal dan harus menambahnya dalam 6 bulan

3. Ditolak: tidak memenuhi nilai SKP minimal

4. Pendanaan

Sumber dana untuk kegiatan P2KB berasal dari:

• Badan P2KB Pusat maupun wilayah/cabang

• Peserta P2KB: setiap dokter yang akan menjalani resertifikasi dikenakan Rp 1000,- per SKP

yang dikumpulkannya. Dana ini dibayarkan kepada Badan P2KB untuk kepentingan

mengelola proses resertifikasi

P2KB

IDI

(18)

BAB IV KELENGKAPAN DOKUMEN P2KB DPU

Seperti telah dijelaskan di atas, Setiap DPU perlu menyerahkan dokumen P2KB kepada kantor IDI cabang pada akhir periode 5 tahun untuk resetifikasi. Dokumen P2KB ini terdiri dari:

- borang pendaftaran

- berbagai borang penilaian diri - dokumen bukti

1. Borang pendaftaran

Borang pendaftaran (Lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota yang akan menjalani program P2KB. Dengan data yang tercantum dalam borang, petugas P2KB dapat mengaktifkan mekanisme pencatatan seorang DPU di sistem maya P2KB untuk selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi yang bersangkutan.

Setelah seorang DPU terdaftar, yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan berikut nama/nomor diri untuk akses ke sistem maya. DPU yang menggunakan mekanisme maya dapat memanfaatkan nama/nomor diri ini kapan saja untuk membaharukan (meng-update) data P2KB-nya, sedangkan DPU yang menggunakan sistem kertas membaharukan data P2KB-nya melalui petugas di BP2KB Wilayah

2. Borang Rencana Pengembangan Diri

Borang rencana pengembangan diri (RPD) dimaksudkan untuk membantu seorang DPU merancang pembelajaran dirinya. IDI sebagai organisasi profesi yang mengayomi DPU, mulai dari tingkat cabang sampai ke pusat, juga dapat memanfaatkan borang ini untuk merencanakan kegiatan organisasinya.

3. Borang Kinerja Profesional

Dokter telah lama dikenal sebagai life-long learning profession, maka kegiatan profesional merupakan satu dari 5 ranah kegiatan dokter yang merupakan sarana utama untuknya belajar. Berbagai kegiatan dalam tabel di bawah ini memiliki nilai pendidikan (P2KB) sehingga dapat menhasilkan nilai SKP-IDI. Nilai pembelajarannya tentu tidak sama. Sebagai contoh, kasus nyata yang ditangani kemudian dipelajari dan disajikan dalam suatu forum (no.4) akan membuat si penyaji belajar lebih banyak daripada pendengarnya. Bila pada kesempatan itu diundang pula seorang pakar untuk kasus yang dibahas maka semua tentu berpeluang untuk lebih banyak belajar.

Untuk keperluan jaga mutu, maka kegiatan itu perlu pengesahan dan bukti, dokumen bukti harus disertakan sebagai lampiran dari borang kinerja profesional. Daftar kegiatan di bawah ini (Tabel 4) hanya contoh, tidak tertutup kemungkinan kegiatan lain yang juga mempunyai nilai pendidikan.

Tabel 4 .Kinerja profesional

Kegiatan Kriteria pengakuan Dokumen bukti

1 Menangani pasien di lembaga

tempat bekerja (intervensi & nonintervensi), termasuk yang rawat inap)

Kegiatan internal terstruktur

SK penunjukan & bukti jumlah kasus

2 Menangani pasien di praktik

pribadi (intervensi & nonintervensi)

Kegiatan rutin SIP & bukti jumlah kasus

P2KB

IDI

(19)

3 Melakukan tindak diagnostik Kegiatan rutin Bukti jumlah kasus

4 Melakukan tinjauan kasus Kegiatan rutin Portofolio

5 Melakukan penapisan (screening)

-termasuk,pengujian kesehatan kesehatan haji,TKI, PNS,Sekolah,

Kegiatan rutin Bukti hasil penapisan, SK,

Surat permintaan

6 Memberikan edukasi kelompok

pasien (minimal 10 orang)

Kegiatan diakui oleh yang berwenang di tempat kerja

Topik dan daftar hadir

7 Menangani korban bencana Penunjukan oleh yang

berwenang

8 Pembuatan visum et repertum Kegiatan internal

terstruktur

Penunjukan oleh yang berwenang & bukti visum

9 Melakukan autopsi Kegiatan internal

terstruktur

Penunjukan oleh yang berwenang & bukti visum 10 Menyajikan makalah dalam acara

ilmiah

Forum diakui IDI Sertifikat sebagai

pembicara 11 Kajian mitra bestari (peer review):

a. penyaji

b. peserta aktif

Kegiatan internal terstruktur (RS, klinik, Dinkes, IDI Cabang)

Nama lembaga dengan: a. portofolio

b. daftar hadir 12 Diskusi klinik bersama pakar

(interactive outreach) Kegiatan internal terstruktur Topik dengan: a. portofolio b. daftar hadir

13 Terlibat dalam suatu panitia/pokja Tingkat nasional/

regional/internasional

SK Penunjukan dari organisasi

14 Melakukan tugas jaga (on call) Kegiatan diakui Bukti jadwal

15 Melakukan pengamatan epidemiologi

penyakit (surveillance) Kegiatan rutin Bukti laporan

Catatan:

1. Yang termasuk penanganan pasien: pemeriksaan umum, anak, ibu hamil, dewasa, pemeriksaan tumbuh

kembang anak, pemeriksaan & konsultasi gizi pemeriksaankesehatan jiwa, dll

2. Termasuk dalam intervensi adalah khitanan, penanganan pasien gawat darurat, bedah minor dan sejenisnya, menolong partus normal, imunisasi, pemasangan/penglepasan infus, pemasangan/ pencabutan alat KB, pemasangan/pencabutan kateter

3. Termasuk tindak diagnostik: pap’s smear, USG Diagnostik , EKG, interpretasi hasil lab dasar 4. Contoh porto polio dapat dilihat pada lampiran 3.

Ni

lai SKP ditentukan oleh jumlah kasus yang ditangani, tetapi ada batas maksimal SKP yaitu 25 SKP per tahun karena hubungan jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajarannya tidaklah linier, demikian juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan SKP pada kinerja penanganan pasien juga dimaksudkan untuk mendorong DPU melakukan kegiatan lain dalam kategori ini, seperti kegiatan no 4, 5, 6, 11,-13 yang berperanan dalam memperbaiki mutu layanan.

Petunjuk pengisian borang penilaian:

Kegiatan

SKP/th Maks

Menangani pasien tanpa

intervensi 12 25

Menangani pasien dengan 8 10

P2KB

IDI

(20)

intervensi

Tindak diagnostik 8 10

Kegiatan SKP bagi Penyaji SKP bagi Pendengar

Presentasi kasus 2 per kasus 0,5 per kasus

Jurnal club / mitra bestari 2 per topik 0,5 per topik

Interactive outreach 1 per topik

Kegiatan Nilai SKP

Menangani bencana 3 per kali

Memberikan visum et repertum 1 per kali Melakukan autopsi/saksi penggalian 2 per kali

Melakukan penapisan 1 per 50 orang; maksimal 5 per tahun Melakukan edukasi kelompok 2 per topik

4. Kinerja pembelajaran

Selama ini sarana belajar yang dikenal adalah menghadiri seminar/simposium atau menjalani suatu pelatihan, padahal itu hanya kegiatan pendidikan eksternal, yang belakangan terbukti bahwa sedikit sekali dampaknya terhadap praktek dokter. Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri, atau berlangsung ketika seorang dokter menjalankan tugasnya, maka daftar di bawah ini adalah contoh kegiatan yang masuk dalam ranah pembelajaran.

Seperti halnya kegiatan profesional, nilai P2KB berbagai kegiatan ini tentu berbeda dan sangat ditentukan oleh tema yang dipelajari. Tema yang sesuai dengan kompetensi yang diperlukan untuk prakteknya seorang DPU tentu bernilai tinggi. Itu sebabnya sangat dianjurkan agar setiap DPU membuat RPD, dalam hal ini perlu

diperhatikan proporsi keterampilan psikomotor bila yang bersangkutan memberikan layanan intervensi

medis. . Di bawah ini (Tabel 5) adalah contoh kegiatan yang termasuk dalam kinerja pembelajaran Tabel 5.Kinerja Pembelajaran

Kegiatan Kriteria pengakuan Dokumen bukti

1 Membaca jurnal dan menjawab pertanyaan dalam suatu uji-diri (self-test)

Jurnal terakreditasi Bukti artikel & majalahnya

dengan pernyataan lulus dari jurnal

2 Melakukan penelusuran

informasi/sesi EBM Database terakreditasi Rangkuman informasi & nama situs dg tanggal akses

3 Berpartisipasi dalam

seminar/lokakarya

a. Kegiatan internal yang terstruktur b. Kegiatan eksternal yang diakui IDI

a. Bukti hadir b. Sertifikat kehadiran

4 Menghadiri konferensi/kongres/ PIT Kegiatan diakui IDI Sertifikat kehadiran

5 Mengikuti pelatihan untuk kualifikasi Æ termasuk yang hands-on

Pelatihan diakui IDI Sertifikat kelulusan

6 Mengikuti pendidikan jarak jauh Kurikulum diakui/terakreditasi Bukti kesertaan & kelulusan

7 Berpartisipasi dalam pertemuan auditor

Kegiatan internal resmi Penunjukan & bukti hadir dg

topik 8 Dll.

P2KB

IDI

(21)

Petunjuk pengisian borang penilaian.

A. Untuk kegiatan 7:

Dampak Pembelajaran SKP

1. Tidak ada pengetahuan baru maupun keterampilan yang dipelajari namun informasi yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan.

2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan 3. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang langsung mempengaruhi praktik atau

pelayanan kepada pasien setelah mengikuti kegiatan

1 2 3

B. Untuk kegiatan 3-6: SKP sesuai dengan SKP IDI untuk kegiatan yang bersangkutan, kemudian dilakukan

konversi berdasarkan perolehan pengetahuan/keterampilan serta tingkat kompetensi yang dituntut dari

seorang DPU

C. Untuk kegiatan 1 dan 2 dengan sistim on-line akan ditentukan melalui penetapan oleh BP2KB Pusat.

5. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi

Pengabdian masyarakat dapat dilakukan oleh seorang DPU baik karena kedudukannya sebagai tenaga medis di suatu lembaga atau sebagai seorang ahli di bidangnya yang diminta langsung oleh masyarakat. Kegiatan ini dipandang memiliki nilai P2KB, walaupun kecil, dengan asumsi bahwa untuk mempersiapkan diri menjalankan kegiatan itu seorang DPU mengalami penyegaran pengetahuan. Namun, kegiatan ini juga dapat dipandang sebagai perwujudan dari peranan dokter dalam meningkatkan kesehatan kecerdasan masyarakat. Di bawah ini (Tabel 6) beberapa contoh kegiatan yang bernilai P2KB.

Tabel 6. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi

Kegiatan Kriteria pengakuan Dokumen bukti

1 Memberikan penyuluhan kesehatan Di suatu lembaga atau di kelompok

takresmi yang berjumlah > 20 orang Keterangan/sertifikat penghargaan 2 Terlibat dlm kegiatan kemasyarakatan

untuk pelayanan medis Diselenggarakan oleh LSM/ perhimpunan profesi/pemerintah Keterangan/sertifikat penghargaan 3 Melaksanakan penapisan masal (mass

screening) Diselenggarakan oleh LSM/ perhimpunan profesi/pemerintah Keterangan/sertifikat penghargaan

4 Melaksanakan pengobatan masal Diselenggarakan oleh LSM/

perhimpunan profesi/pemerintah Keterangan/sertifikat penghargaan

5 Terlibat dalam suatu panitia/pokja Tingkat regional/nasional/internasional SK Penunjukan dari

organisasi 6 Dll.

P2KB

IDI

(22)

Petunjuk pengisian borang penilaian:

Dampak Pembelajaran SKP

1. Tidak ada pengetahuan baru maupun keterampilan yang dipelajari dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan

2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang langsung mempengaruhi praktik atau pelayanan kepada pasien setelah mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan

1 2

6. Kinerja publikasi

Publikasi merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi, termasuk informasi kesehatan (lihat Tabel 7). Selama ini orang mengira bahwa menulis di suatu media adalah pekerjaan sulit, padahal sebenarnya melalui latihan siapapun dapat menghasilkan sebuah tulisan. Seorang dokter sangat dianjurkan untuk mampu menulis karena tulisan seorang dokter sebenarnya merupakan sumber belajar bagi masyarakat umum, bahkan juga bagi koleganya. Suatu laporan kasus yang memicu diskusi di sebuah jurnal juga menjadi sarana belajar bagi yang bersangkutan dan koleganya.

7. Kinerja pengembangan ilmu

Ilmu memang dibangun dari penelitian, dan ilmu kedokteran dibangun bukan hanya dari penelitian di laboratorium melainkan juga penelitian di lapangan. Oleh karena itu kegiatan penelitian bukan monopoli dokter yang bekerja di perguruan tinggi atau di lembaga penelitian. Sebagai contoh, pembuktian tentang gejala yang paling sering dikeluhkan untuk suatu penyakit yang umum ditemukan di pelayanan primer, atau tindak medis terbaik yang

dapat dilakukan di tingkat primer

sudah pasti hanya dapat dilakukan di pelayanan primer. Beberapa contoh kegiatan pengembangan ilmu dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Kinerja publikasi

Kegiatan publikasi Kriteria pengakuan Dokumen bukti SKP

1 Laporan penelitian: sendiri

bersama Jurnal yang sesuai & terakreditasi Bukti artikel & judul jurnal 8 10

2 Tinjauan kasus Jurnal yang sesuai &

terakreditasi Bukti artikel & judul jurnal 4 / kasus

3 Tinjauan pustaka (sendiri/bersama) Jurnal yang sesuai &

terakreditasi Bukti artikel & judul jurnal 4 / topik

4 Menulis/menerjemahkan buku

(sendiri/bersama)

Diterbitkan dan disebarluaskan Bukti buku dg ISBN Sendiri: 10

Bersama: 20

5 Mengedit buku Diterbitkan dan disebarluaskan Bukti buku dg ISBN 5

6 Monograf Publikasi di jurnal terakreditasi

Untuk kalangan terbatas Bukti monograf 4 2

7 Karya ilmiah populer Dipublikasi Bukti tulisan 3 / judul

8 Mengasuh rubrik kesehatan di

media massa Bukti rubrik & judul media massa 5 per tahun

9 Dll.

P2KB

IDI

(23)

Catatan:

• publikasi di jurnal yang tidak terakreditasi mendapatkan nilai separuhnya

• Penulis utama mendapat nilai SKP 60%; penulis berikutnya 40% dibagi bersama • Setiap publikasi hanya dihitung 1 kali

Tabel 8. Kinerja pengembangan ilmu

Kegiatan publikasi Kriteria pengakuan Dokumen bukti SKP

1 Mengerjakan penelitian Publikasi di jurnal terakreditasi Bukti artikel

Sertifikat penulis 10

2 Penyelia (supervisor) dalam

journal club/case review Kegiatan internal yang terstruktur SK penunjukan/ permintaan & portofolio 2 / kali 3 Memberikan ceramah kepada

sesama dokter (interactive outreach)

Kegiatan yang diakui oleh lembaga

berwenang Keterangan/sertifikat penghargaan 3 / kali

4 Membimbing mahasiswa Perguruan tinggi yang terakreditasi Bukti penugasan S1: 3

S2/Sp: 5 S3: 7

5 Membuat soal ujian Untuk tingkat perguruan tinggi Keterangan dari kolegium/

perguruan tinggi 2 / 10 soal

6 Dll.

Catatan:

• Pada penelitian bersama: penulis utama mendapatkan 60% SKP, penulis lainnya 40% dibagi bersama

• Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang langsung berdampak menambah keterampilan dalam

praktik: konversi 1

• Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang tidak langsung berdampak menambah keterampilan dalam

praktik: konversi 0,6

P2KB

IDI

(24)

BAB V PENUTUP

Pada tahun-tahun pertama, pelaksanaan program P2KB bagi DPU akan dilaksanakan dan diampu oleh BP2KB pusat dengan dukungan 31 BP2KB wilayah dan 326 IDI cabang. Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan lebih lanjut dalam pelayanan kedokteran primer, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia dapat melanjutkan pelaksanaan program ini.

DPU yang menjalankan tugas khusus seperti dokter PMI, dokter emergency, dokter perusahaan,

dokter umum di fasilitas kesehatan khusus diharapkan mulai berhimpun dalam organisasi yang

termasuk dalam Perhimpunan Dokter se-Okupasi, Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm

),

maupun

Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI). Dengan demikian, dapat ditetapkan kompetensi

mana dari perangkat kompetensi DPU yang perlu senantiasa ditingkatkan agar mutu layanan mereka

dapat dipertahankan tinggi.

Kondisi dan situasi organisasi IDI, kondisi dan situasi tempat kerja dokter, maupun profil anggota IDI di seluruh Indonesia, khususnya DPU, sangat besar rentang ragamnya. Ini, tak dapat dipungkiri, berpengaruh terhadap mutu layanan. Program P2KB yang dijalankan dengan baik diharapkan dapat memperkecil kesenjangan ini, yaitu dengan jalan mendorong anggota untuk mencakup lebih banyak ranah kegiatan, bukan hanya ranah profesional dan ranah pembelajaran. . Namun, pada awal-awal program ini berlangsung, perlu diberikan toleransi yang cukup agar ketentuan P2KB ini tidak memberatkan para anggota.

IDI sampai ke ujung organnya secara tidak langsung dituntut untuk lebih giat agar dapat memberikan kesempatan luas bagi anggota melakukan berbagai kegiatan pembelajaran. Anggota yang perlu mendapat perhatian, antara lain, DPU purna bakti yang masih giat berpraktik. Dari sisi ini, buku Pedoman P2KB IDI beserta buku Petunjuk Teknis ini dapat dijadikan acuan oleh IDI wilayah, IDI cabang, dan PDPP dalam mengembangkan berbagai kegiatan organisasi yang bernilai P2KB.

Akhirnya, d

ukungan teknologi informasi sangat penting untuk keberhasilan program ini, bukan saja untuk menjamin efisiensi dan keakuratan data, tetapi lebih dari itu, untuk melakukan evaluasi atas metoda P2KB DPU yang diterapkan, maupun atas kompetensi yang dicapai. Struktur, fungsi, dan mutu kegiatan P2KB DPU hendaknya senantiasa diteliti dan diperbaiki sehingga secara bertahap dapat dicapai standar sebagaimana

yang ditetapkan oleh World Federation for Medical Education.

Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita dan senantiasa memberikan tuntunan-Nya dalam upaya kita belajar sepanjang hayat untuk mencapai standar pelayanan kedokteran global. Amin

Jakarta, 31 Desember 2007

DR.Dr.Fachmi Idris, M.Kes - Ketua Umum PB.IDI

P2KB

IDI

(25)

LAMPIRAN 1:

ON-LINE

PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN

KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

I. BORANG PENDAFTARAN*

A. DATA UMUM

NAMA LENGKAP : ……….

CABANG/KODE :

………/……….

ALAMAT CABANG : ……….

No TELEPON /FAX : ... / ...

B. DATA PRIBADI

NAMA LENGKAP : ………...

Tempat/tanggal lahir : ………...

NPA IDI Pusat

: ………NPA IDI Cabang: ………

STR terakhir

: ...

(Tgl/Bln/Thn.)

Alamat Rumah :

...

...

No. Telp. / Hp

: ... / ...

e-mail

:

...

Alamat Kantor

: ...

...

No. Telp. / Fax

: ... / ...

Alamat Praktik 1

: ...

...

Alamat Praktik 2

: ...

...

Alamat Praktik 3

: ...

...

P2KB

IDI

Online.org

(26)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bertanggung jawab atas kebenaran

data di atas beserta kelengkapan yang terlampir, dan bersedia memberikan pembuktian

apabila diperlukan.

...,tgl...

Dr. ...

* Coret di kanan atas bila pencatatan dilakukan secara nyata (paper-based)

ON-LINE

P2KB

IDI

(27)

LAMPIRAN 2:

BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI

NAMA: NPA PUSAT: Periode RPD:

Tahun Ranah Kegiatan

I 1. 2. 3. Dst II 1. 2. 3. Dst III 1. 2. 3. dst IV 1. 2. 3. Dst V 1. 2. 3. dst Catatan:

Anjuran tentang proporsi kegiatan profesional yang harus dicapai

Ranah kegiatan Porsi Pencapaian yang diharapkan

• Kinerja pembelajaran 40 – 45%

• Kinerja profesional 40 – 45%

• Kinerja pengabdian masyarakat/profesi 5 –10%

• Publikasi Ilmiah/popular 0 – 5 %

• Kinerja pengembangan Ilmu 0 – 4%

P2KB

IDI

(28)

LAMPIRAN 3: Contoh Portofolio

Topik:

Tanggal presentasi:

Penyelia:

(tanda tangan)

Jenis kegiatan:

Laporan kasus

Masalah Manajemen

Review Kasus

Deskripsi kasus:

ƒ KU

ƒ Riwayat penyakit

ƒ Riwayat keluarga

ƒ Riwayat pengobatan/tindakan

ƒ Riwayat pekerjaan

ƒ Pemeriksaan fisik/lab

ƒ Diagnosis

Masalah utama (pokok diskusi)

Rangkuman (uraian singkat) hasil pembelajaran:

1

2

3

4

5

Daftar Pustaka:

1

2

3

Peer yang hadir:

Nama Tanda

tangan

Nama Tanda

tangan

1

6

2

7

3

8

4

9

5

10

P2KB

IDI

Online.org

(29)

LAMPIRAN 4 : Kompetensi Dokter Praktik Umum

(Standar Kompetensi Dokter – KKI 2006)

I. STANDAR KOMPETENSI DOKTER

(dikutip dari Bab IV- Standar Kompetensi Dokter – KKI 2006)

A. Area Kompetensi:

1. Komunikasi efektif

2. Keterampilan Klinis

3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

4. Pengelolaan Masalah Kesehatan

5. Pengelolaan Informasi

6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri

7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

B. Komponen Kompetensi

Area Komunikasi Efektif

1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

2. Berkomunikasi dengan sejawat

3. Berkomunikasi dengan masyarakat

4. Berkomunikasi dengan profesi lain

Area Keterampilan Klinis

5. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang

pasien dan keluarganya

6. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium

7. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

8. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku,

dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

9. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan

prosedur yang sesuai

10. Menentukan efektivitas suatu tindakan

Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

11. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang

utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

12. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit

13. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit

14. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat

kesehatan

15. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan

efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran

keluarga

P2KB

IDI

(30)

Area Pengelolaan Informasi

16. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan

diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta

penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien

17. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi

18. Memanfaatkan informasi kesehatan

Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

19. Menerapkan mawas diri

20. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

21. Mengembangkan pengetahuan baru

Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan

Pasien

22. Memiliki Sikap profesional

23. Berperilaku profesional dalam bekerja sama

24. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional

25. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia

26. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran

27. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran

P2KB

IDI

(31)

II.Daftar Penyakit

(Dikutip dari Lampiran 2 Standar Kompetensi Dokter – KKI 2006)

P2KB

IDI

(32)

P2KB

IDI

(33)

P2KB

IDI

(34)

P2KB

IDI

(35)

P2KB

IDI

(36)

P2KB

IDI

(37)

P2KB

IDI

(38)

P2KB

IDI

(39)

P2KB

IDI

(40)

P2KB

IDI

(41)

P2KB

IDI

(42)

P2KB

IDI

(43)

P2KB

IDI

(44)

P2KB

IDI

(45)

P2KB

IDI

(46)

P2KB

IDI

(47)

P2KB

IDI

(48)

P2KB

IDI

(49)

P2KB

IDI

(50)

P2KB

IDI

(51)

P2KB

IDI

(52)

P2KB

IDI

(53)

P2KB

IDI

(54)

P2KB

IDI

(55)

P2KB

IDI

(56)

P2KB

IDI

(57)

P2KB

IDI

(58)

P2KB

IDI

(59)

P2KB

IDI

(60)

P2KB

IDI

(61)

P2KB

IDI

(62)

P2KB

IDI

(63)

P2KB

IDI

(64)

P2KB

IDI

(65)

P2KB

IDI

(66)

P2KB

IDI

(67)

P2KB

IDI

(68)

P2KB

IDI

(69)

P2KB

IDI

(70)

P2KB

IDI

Gambar

Tabel 1. Perhitungan batasan minimal dan maksimal bobot kredit Kegiatan Pendidikan CPD untuk  Simposium  dan Workshop (Jangka Pendek).*)
Tabel 4 .Kinerja profesional
Tabel 5.Kinerja Pembelajaran
Tabel 6. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Undang- Undang praktek Kedokteran No 29 tahun 2004, mewajibkan setiap Dokter yang berpraktek termasuk Dokter Spesialis Radiologi meningkatkan keahliannya melalui Kegiatan

Tabel 10 Ranah Pengembangan Ilmu dan Pendidikan Jenis Kegiatan Nama Kegiatan Kriteria Pengakuan Dokumen Bukti Nilai Kegiatan Internal Mengerjakan penelitian Publikasi di

Untuk mendapatkan sertifikat kompetensi ulang (resertifikasi kompetensi) seorang dokter spesialis penyakit dalam harus lulus ujian kompetensi dan memenuhi syarat minimum jumlah

Kalau kegiatan P2KB/CPD pribadi dan internal hanya didokumentasikan saja oleh organisasi, lain halnya dengan P2KB/CPD eksternal atau PKB/CME dikelola secara langsung oleh

Agar tujuan tersebut tercapai maka Dokter Spesialis Farmakologi Klinik (SpFK) berkewajiban untuk memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan asuhan medik profesinya yang berkualitas