• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA LEBAK UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA LEBAK UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Dicky Fajaryansyah 20120210033

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan kepada Fakutas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Guna memenuhi syarat untuk memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh : Dicky Fajayansyah

20120210033

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)

iii

mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun diperguruan tinggi lainya

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya ataupun pendapat yang telah ditulis maupun dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan naskah dengan disebut nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

(4)

iv

“Percaya akan kelebihan yang ada dalam diri kita”

(5)

v 1. Allah SWT

2. Nabi Muhammad SAW yang membaha manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang

3. Untuk bapak ku Winarto yang selalu bekerja keras demi keluarganya, anak-anak tanpa kenal lelah, keringat mu yang bercucuran setiap saat menandakan ke ikhlasan seorang ayah dan kasih sayang mu

4. Untuk ibu ku Jumarti yang selalu mengingatkan ku terutama pada hal Sholat, terimakasih ibu karna mu aku terlahir didunia ini, kasih sayang mu tak pudar walau akhir ayat, ketulusan mu merawat ku hingga aku bisa menjadi dewasa sungguh tak ternilai

5. Adik ku Endah Muyassaroh harus bisa selalu menjadi kebanggaan keluarga

(6)
(7)

viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Studi ... 7

F. Kerangka Pikir ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Padi ... 11

B. Kesesuaian Lahan ... 12

C. Evaluasi Lahan... 13

D. Kreteria Kesesuaian Tanaman Padi ... 17

E. Lahan Rawa Lebak ... 21

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI ... 28

A. Kondisi Geograis ... 28

B. Iklim, Topografi, dan Tanah ... 31

C. Kependudukan ... 32

IV. TATA CARA PENELITIAN ... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian dan Analisis Data ... 34

1. Metode Pemilihan Lokasi ... 34

2. Metode Pemilihan Sampel ... 34

3. Metode Analisis Data ... 35

C. Jenis Data ... 36

D. Luaran Penelitian ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi ... 38

B. Analisis Kesesuaian Lahan ... 39

C. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Padi ... 50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(8)

x

(9)

xi

(10)
(11)

xiii

method of selecting the location and method of sample selection, site selection method was done to obtain information about the condition of the area that

describes the initial state of the region, methods of sample selection was

conducted subdistrict in Tujuh Koto Cermin Alam villageand subdistrict Tengah

Ilir Panapalan Village Tebo regency in Jambi Province, and using data analysis methods were analyzed descriptively based on those criteria rice growth.

The results showed that thefresh waterswamps in Tujuh Koto Ilir and

Tengah Ilir, Tebo regency included into class of the land suitability subclass S3f,

b for village of Cermin Alam and Panapalan village. The actual land suitability

classes explains that barriers of the fresh waterswamps for rice planting located in Tujuh Koto Ilir and Tengah Ilir Tebo give negative effects on the produktivity of land, which is not in appropriate with the ideal production potential of rice crops.

(12)

1

pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk. 1992 dan Suryana. 2004). Hal ini terkait dengan masih berlangsungnya alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain baik karena beralih ke tanaman lain yang dinilai lebih ekonomis maupun kepenggunaan di luar sektor pertanian seperti menjadi areal pemukiman, area industri dan fasilitas umum ( jalan, sekolah, rumah sakit dan lain sebagainya) sedangkan ketersediaan lahan-lahan subur untuk sektor pertanian terbatas (Pasaribu, dkk.. 2010). Pemanfaatan lahan-lahan sub optimal digunakan untuk mengganti atau mengkonvensasi penyusutan lahan subur yang apabila tidak ditangani akan mengancam ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.

Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang dibudidayakan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Selain sebagai makanan pokok, toleransi padi pada berbagai kondisi iklim dan tanah yang luas membuat padi banyak dibudidayakan masyarakat. Lahan rawa lebak memiliki beragam potensi yang akan sangat berguna ketika mampu menggalinya. Salah satu potensi yang ada di lahan rawa lebak adalah potensi untuk bidang pertanian, terutama pertanian padi.

(13)

memiliki tinggi yang tidak terlalu tinggi. Selain itu, padi Rintak juga tidak tahan dengan genangan air yang tinggi dan dalam durasi waktu yang lama. Padi Rintak pada umumnya memiliki umur yang pendek. Jenis padi irigasi yang ditanam sebagai padi Rintak misalnya IR 42, IR 64, IR 66, cisoka, cisanggarung, ciherang, dan mekonga. Sedangkan padi yang memang cocok dibudidayakan pada lahan pasang surut adalah Kapuas, Lematang, dan Margasari. Padi Surung ditanam pada musim hujan karena memiliki sifat seperti mampu memanjang mengikuti kenaikan genangan air dan dapat tegak kembali setelah rebah. Jenis padi Surung diantaranya adalah nagara, Tapus, dan Alabio.

Lahan rawa lebak adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal satu bulan) tergenang air dan rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya. Berdasarkan tinggi dan lama genangan airnya, lahan rawa lebak dikelompokkan menjadi lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak dalam. Lahan lebak dangkal adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya kurang dari 50 cm selama kurang dari 3 bulan. Lahan lebak tengahan adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya 50-100 cm selama 3-6 bulan. Lahan lebak dalam adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan (Widyaya Adhi, dkk., 2000).

(14)

kemarau muka air tanah dilahan rawa lebak dangkal dapat mencapai > 1 meter sehingga lebih menyerupai lahan kering (upland).

Luas lahan rawa lebak di Provinsi Jambi diperkirakan mencapai 41.021 hektar, tersebar di enam kabupaten. Lahan rawa lebak terluas pertama, kedua, dan ketiga terdapat di Kabupaten Muaro Jambi dengan luas 17.900 hektar (43,64 %), di Kabupaten Batanghari dengan luas 14.475 hektar (35,29 %), dan di kabupaten Sarolangun dengan luas 4.121 hektar (10,05 %). Secara rinci penyebaran luas lahan rawa lebak menurut Kabupaten disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Penyebaran luas lahan rawa lebak di Provinsi Jambi.

No Kabupaten Luas / hektar %

1. Muaro Jambi 17.900 43,64

2. Batanghari 14.475 35,29

3. Kerinci 1.684 4,11

4. Sarolangun 4.121 10,05

5. Merangin 436 1,06

6. Tebo 2.405 5,86

Jumlah : 41.021 100 Sumber : Bappeda Provinsi Jambi, 2011 (diolah 2014)

B. Perumusan Masalah

Sebagian besar sawah rawa lebak di Provinsi Jambi hanya ditanam padi satu kali setahun. Dari 26.029 hektar lahan sawah rawa lebak pada tahun 2010, luas yang ditanam padi satu kali mencapai 10.333 h, yang ditanam dua kali 1.261 hektar, dan yang tiga kali 35 hektar. Selebihnya 6.292 hektar tidak ditanam dan 8.108 hektar sementara waktu tidak diusahakan. Luasnya lahan rawa lebak yang ditanam satu kali setahun, yang tidak ditanam dan sementara waktu tidak diusahakan, secara menunjukkan bahwa sistem pengelolaan air (water

(15)

belum tersedia. Lahan rawa lebak yang telah dapat ditanam tiga kali setahun karena sistem pengelolaan airnya sudah berjalan dengan baik, disamping infrastrukur jaringan irigasi yang dilengkapi dengan pintu pengendali air didukung dengan efektifnya pola kerja dari organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Hal ini dapat dilihat di Desa Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.

Bagi sebagian besar petani yang memiliki lahan rawa lebak bukan sebagai sumber penghasilan utama keluarga. Motivasi utamanya adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, umumnya mereka mengandalkan penghasilan dari perkebunan karet dan sawit baik sebagai pemilik maupun sebagai buruh (sadap karet dan mendodos sawit), atau sumber penghasilan lain yang cukup terbuka. Diversifikasi usahatani belum terjadi, karena lahannya belum ditata yang memungkinkan. Seperti ditata sebagai surjan sehingga tanaman yang dapat diusahakan lebih beragam, atau ditata sehingga memungkinkan untuk menerapkan pola usaha mina tani (Tanaman-ikan). (N. I. Minsyah, Busyra dan Araz Meylin. 2014).

(16)

tata air serta penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayahnya agar diperoleh hasil yang optimal.

1. Jenis Tanah dan Karakteristiknya

Jenis tanah yang umum dijumpai di lahan lebak adalah tanah mineral dan gambut. Tanah mineral bisa berasal dari endapan sungai atau bisa berasal dari endapan marin, sedangkan tanah gambut di lapangan bisa berupa lapisan gambut utuh atau lapisan gambut berselang seling dengan lapisan tanah mineral. Tanah mineral memiliki tekstur liat dengan tingkat kesuburan alami sedang – tinggi dan pH 4 – 5 serta drainase terhambat – sedang. Setiap tahun, lahan lebak umumnya mendapat endapan lumpur dari daerah di atasnya, sehingga walaupun kesuburan tanahnya umumnya tergolong sedang, tetapi keragamannya sangat tinggi antar wilayah atau antar lokasi. (Alkasuma, dkk. 2003, Alihamsyah. 2005).

(17)

bahan tanah mineral atau terjadi pengkayaan tanah mineral dengan ketebalan total (dengan lapisan gambutnya) kurang dari 140 cm dengan tingkat kematangan saprik merupakan lahan kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) untuk semua komoditas tanaman pertanian/kehutanan, termasuk tanaman padi sawah (BPT Bogor, 2003).

Untuk mendukung pengembangan lahan lebak sebagai kawasan usaha pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) Pertanian melalui Balai Penelitian Lahan Rawa (Balitra) Banjarbaru dan proyek-proyek penelitiannya seperti Swamps-II dan ISDP telah menghasilkan beberapa teknologi spesifik lokasi dan layak dikembangkan. Teknologi - teknologi tersebut meliputi teknik pengelolaan air, penataan lahan, teknik budidaya dan pola tanam serta penanganan pasca panen (Manwan, I., dkk. 1992).

C. Tujuan Penelitian

1. Identifikasi potensi Rawa Lebak sebagai pengembangan budidaya tanaman padi.

2. Analisis kesesuaian lahan rawa lebak untuk pengembangan tanaman padi D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan lebih tentang pemanfaatan lahan Rawa Lebak yang ada di wilayah Kabupaten Tebo

2. Dapat mengetahui tanaman yang sesuai di lahan Rawa Lebak untuk pengembangan pertanian .

(18)

dimanfaaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian padi di daerah Kabupaten Tebo, Jambi.

E. Batasan Studi

Penelitian ini dilakukan di lingkup Desa Cermin Alam Kecamatan Tujuh Koto dan Kecamatan Tengah Ilir desa Panapalan Kabupaten Tebo Jambi. Luas wilayah Kabupaten Tebo adalah 646.100 hektar atau 11,86 % dari luas wilayah Provinsi Jambi. Secara administrasi, Kabupaten Tebo terdiri dari 12 Kecamatan 5 Kelurahan dan 106 Desa. Luas kecamatan terbesar adalah Kecamatan Sumay seluas 129.695,95 hektar atau 20,1% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Tebo. Gambaran wilayah administrasi Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Nama, Luas Wilayah per-kecamatan dan Jumlah kelurahan/desa di Kabupaten Tebo.

No. Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun*) Hektar (%) hektar (%) 1. Tebo Ilir 12 70.870,00 10,97 5.669,60 8 2. Muara Tabir 11 50.930,00 7,88 4.074,40 8 3. Tebo Tengah 12 98.356,00 15,22 7.868,48 8 4. Sumay 8 126.800,00 19,63 10.144,00 8 5. Tengah Ilir 12 22.144,00 3,43 1.771,52 8 6. Rimbo Bujang 10 40.692,00 6,30 3.255,36 8 7. Rimbo Ulu 6 29.574,00 4,58 2.365,92 8 8. Rimbo Ilir 9 21.434,00 3,32 1.714,72 8 9. Tebo Ulu 5 41.030,00 6,35 3.282,40 8 10. VII Koto 8 65.879,00 10,20 5.270,32 8 11. Serai

Serumpun

(19)

Topografi kabupaten Tebo umumnya merupakan dataran rendah dan sedikit berbukit dan rawa-rawa dengan kemiringan bervariasi. Adapun luas lahan berdasarkan kemiringanya yaitu kemiringan 0-2% seluas 66.400 hektar (10.28%), kemiringan 2-15% seluas 456.800 hektar (70.70%), kemiringan 16-40% seluas 80.000 hektar (16,38%) dan dengan kemiringan 40% seluas 42.900 hektar (6,64%), berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan kawasan Kebupaten Tebo dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu daerah datan rendah dengan ketinggian < 50 meter di Kecamatan Tebo Ilir, dataran rendah dengan ketinggian 50 – 100 meter di Kecamatan Tebo Tengah dan Rimbo Bujang. Daerah tinggi dengan ketinggian sedang di antara 100 – 1.000 meter di Kecamatan Sumay.

Berdasarkan keadaan alam, wilayah Kabupaten Tebo merupakan wilayah relatif datar dengan sedikit bergelombang dan terdapat sedikit wilayah yang berbukit-bukit dan beberapa tempat terdapat rawa. Wilayah dataran terdapat disebagian kecamatan Tebo Tengah dan Kecamatan VII koto. Rawa – rawa tersebut terutama di sepanjang aliran sungai batang hari, Batang Tebo, Batang Tabir, Batang Langsisip, Batang Jujuhan, Batang Sumay. Panjang sungai yang berbentuk daerah aliran sungai (DAS) utama dalam kabupaten Tebo adalah sebagai berikut :

(20)

6) Sungai Sumay 70 km

Sungai di kawasan rawa tersebut diatas dimanfaatkan disekitarnya oleh para petani untuk menanami padi dan perikanan rakyat terutama masyarakat disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) .

Tabel 3. Daerah aliran sungai (DAS) utama di Kabupaten Tebo.

Sumber : Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Dalam studi ini beberapa konsep dan pemikiran pelaksanaan studi dipaparkan dalam sebuah konsep terstruktur berupa kerangka pikir yang memuat keseluruhan kegiatan sampai selesai dan hasil yang diharapkan sebagai berikut :

Gambar 1 : Kerangka Pikir Penelitian

Nama sungai Panjang ( Km ) Keterangan Batang Hari 300 Sepanjang Kab . Tebo

Batang Sumay 70 Kec. Sumay

Batang Tabir 52 Kec. Muara Tabir Batang Langsisip 23 Kec. VII Koto

Batang Tebo 29 Kec. Tebo Tengah

(21)
(22)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

1. Karakteristik Tanaman Padi

Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut kingdom Plantae, division

Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

Gramineae, genus Oryza, spesies Oryza sativa L (Perdana, 2007).

Akar - akar serabut pertama muncul pada hari ke lima atau ke enam setelah padi berkecambah. Akar serabut juga mulai berkembang dengan sangat lebat ketika batang bertunas (hari ke-15). Tumbuhnya akar-akar serabut tersebut membuat akar tunggang yang tumbuh di bawah pada awal perkecambahan tidak tampak. Selain akar serabut, tanaman padi juga memiliki akar yang berwujud mirip rambut yang lebih halus. Keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai organ untuk mengambil nutrisi dalam tanah (Ahira, 2010). Letak susunan akar tidak dalam kira-kira pada kedalaman 20-30 cm.

2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi

(23)

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm bulan-1 atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar 1.500-2.000 mm tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1.500 m dpl dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya sekitar 18-22 cm dengan pH 4-7 (Siswoputranto, 1976).

B. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigrasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau tanaman semusim (Hendy Indra Setiawan, 2013). Untuk mendapatkan kesesuaian suatu lahan terhadap suatu komoditas tanaman maka dilakukan suatu evaluasi lahan (Ade Setiawan, 2010). Kesesuaian lahan mencakup dua hal penting (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011) di antaranya :

1. Kesesuaian Lahan Aktual

(24)

an tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada disetiap lahan. Seperti diketahui, faktor-faktor pembatas dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : (1) faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis di perbaiki dan (2) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan memasukan teknologi yang tepat.

2. Kesesuaian Lahan Potensial

Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Keseuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya.

C. Evaluasi Lahan

(25)

Mesopotamia, Euphrat dan Trigis. (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).

Dalam perencanaan tataguna lahan perlu diketahui terlebih dahulu potensi dan kesesuaian lahanya untuk berbagai jenis penggunaan lahan, makan akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian atau kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut. Parameter atau indikator dalam evaluasi lahan ditentukan oleh kualitas lahan yang didalamnya terdapat karakteristik lahan. 1. Kualitas Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat lahan yang tidak dapat diukur langsung karena merupakan interaksi dari beberapa karakteristik lahan (complex of land

attribute) yang mempunyai pengaruh nyata terhadap kesesuaian lahan untuk

penggunaan-penggunaan tertentu. Satu jenis kualitas lahan dapat disebabkan oleh beberapa karakteristik lahan, misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan berdasarkan ketersediaan (P) dan kapasitas tukar kation (KTK) dan sebagainya. Beberapa parameter atau indikator kesesuaian lahan untuk pertumbuhan tanaman diantaranya tersedianya air, unsur hara, oksigen diperakaran, daya memegang unsur hara, kondisi untuk perkecambahan, mudah tidaknya diolah, kadar garam, unsur-unsur beracun, hama penyakit tanaman, bahaya banjir, suhu, sinar matahari,

photo period, iklim, kelembaban udara masa kering untuk pematangan tanaman,

dan kepekaan erosi.

(26)

estimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan.

Ade Setiawan (2010) menjelaskan macam kualitas lahan dan pengertianya sebagaimana disampaikan dalam tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Kualitas Lahan

No Kualitas Lahan Keterangan

1 Temperatur Ditentukan oleh keadaan temperatur rerata 2 Ketersediaan Air Ditentukan oleh keadaan curah hujan,

kelembaban, lama masa kering, sumber air tawar, atau amplitude pasang surut, dan tergantung jenis komoditasnya.

3 Ketersediaan Oksigen Ditentukan oleh keadaan drainase atau oksigen tergantung jenis komoditasnya

4 Media Perakaran Ditentukan oleh keadaan tekstur, bahan kasar, dan kedalaman tanah

5 Gambut Ditentukan oleh kedalaman dan kematangan gambut

6 Retensi Hara Ditentukan oleh KTK-liat, kejenuhan basa, pH-H20 dan C-organik

7 Bahaya Keracunan Ditentukan oleh salinitas, alkalinitas, dan kedalaman sulfidik atau pirit (FeS2)

8 Bahaya Erosi Ditentukan oleh lereng dan bahaya erosi 9 Bahaya Banjir Ditentukan oleh genangan

10 Penyiapan Lahan Ditentukan oleh batuan dipermukaan dan singkapan batuan

Sumber Data : Ade Setiawan, 2010

2. Karakteristik Lahan

(27)

yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu. Karakteristik lahan yang digunakan adalah: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, bahaya di permukaan, dan singkapan batuan (Djaenudin, dkk., 2003).

Ade Setiawan (2010) menjelaskan macam karakteristik lahan dan pengertianya sebagaimana disampaikan dalam tabel 5 sebagai berikut ini :

Tabel 5. Karakteristik Lahan No Karakteristik

Lahan

Keterangan

1 Temperatur Temperetur udara tahunan dan dinyatakan dalam oC 2 Curah Hujan Curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam

(mm) 3 Lamanya Masa

Kering

Jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm 4 Kelembaban Udara Kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan

dalam %

5 Drainase Pengaruh laju perkolasi air kedalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah

6 Tekstur Menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran <2 mm

7 Bahan Kasar Menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar dengan ukuran >2 mm

8 Kedalaman Tanah Menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam (cm) yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi

9 Ketebalan Gambut Digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tebalnya lapisan gambut dalam (cm) dalam permukaan

10 Kematangan Gambut

(28)

No Karakteristik Lahan

Keterangan

11 Kapasitas tukar kation (KTK) liat

Menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat 12 Kejenuhan basa Jumlah basa-basa ( NH4OAc ) yang ada dalam 100

g contoh tanah

13 Reaksi tanah (pH) Nilai pH tanah dilapangan pada lahan kering dinyatakan dengan data laboratorium atau engukuran lapangan sedang pada tanah basah diukur dilapangan

14 C-organik Kandungan karbon organik tanah

15 Salinitas Kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik

16 Alkalinitas Kandungan Natrium dapat ditukar

17 Lereng Menyatakan kemiringan lahan diukur dalam % 18 Bahaya erosi Bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan

adanya erosi lembar permukaan (sheet erotion) erosi alur (reel erotion), dan erosi parit (gully

erotion), atau dengan memperhatikan permukaan

tanah yang hilang (rata-rata) per tahun

19 Genangan Jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun

20 Batuan di Permukaan

Volume batuan (dalam %) yang ada dipermukaan tanah atau lapisan tanah

21 Singkapan batuan Volume batuan (dalam%) yang ada dalam solum tanah

22 Sumber air tawar Tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna mempertahankan pH dan salinitas air tertentu 23 Amplitude

pasang-surut

Perbedaan permukaan air pada waktu pasang dan surut (dalam meter)

24 Oksigen Ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman atau ikan

Sumber Data : Ade Setiawan,2010

D. Kriteria Kesesuaian Tanaman Padi

Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan menurut FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut:

1. Ordo

(29)

tergolong tidak sesuai (N). 2. Kelas

Keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas, Lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu: Lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Sedangkan Lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas.

a. Kelas (S1)

Sangat sesuai : Lahan tidak memiliki faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas yang bersifat tidak dominan dan tidak akan mereduksi produktifitas Lahan secara nyata.

b. Kelas (S2)

Cukup sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

c. Kelas (S3)

(30)

memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan kepada petani untuk mengatasinya.

d. Kelas (N)

Tidak sesuai : Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor pembatas yang sangat dominan dan/atau sulit diatasi.

3. Subkelas

Keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Faktor pembatas ini sebaiknya dibatasi jumlahnya, maksimum dua pembatas, tergantung peranan faktor pembatas pada masing-masing subkelas. Kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan masukan teknologi yang diperlukan.

(31)
[image:31.595.112.514.115.723.2]

Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Tanaman Padi No Persyaratan

penggunaan/ karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

1 Temperatur (t)

Temperatur rerata (°C) 24 – 29 22 - 24 29 – 32

18 - 22 32 – 35

< 18 > 35

2 Ketersediaan air (w)

Kelembaban (%) 33 – 90 30 – 33 < 30 > 90

3 Media perakaran (r)

Drainase terhambat, sangat terhambat agak terhambat , agak cepat sedang, baik Cepat

Tekstur halus, agak halus, sedang

- agak kasar Kasar

Bahan kasar (%) < 3 3 – 15 15 – 35 > 35 Kedalaman tanah (cm) > 50 40 – 50 25 – 40 < 25

4 Gambut:

Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 – 200 > 200 Ketebalan (cm), jika ada

sisipan bahan mineral/ pengkayaan

< 140 140 – 200 200 – 400 > 400

Kematangan saprik+ saprik, hemik+

hemik, fibrik+

Fibrik

5 Retensi hara (f)

KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16

Kejenuhan basa (%) > 35 20 – 35 < 20 pH H2O 5,5 - 8,2 5,0 - 5,5

8,2 - 8,5

< 5,0 > 8,5 C-organik (%) > 1,5 0,8 - 1,5 < 0,8

6 Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) < 2 2 – 4 4 – 6 > 6 Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 – 30 30 – 40 > 40

7 Bahaya sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 – 100 40 – 75 < 40

8 Bahaya banjir (b)

Genangan F31,F32 F41,F42, F43,F33 F21,F22,F23, F24,F34,F44 F11,F12, F13, F14, F15,F25, F35,F45

9 Penyiapan lahan (l)

(32)

E. Lahan Rawa Lebak

Untuk mendukung pengembangan tanaman pangan di Indonesia diperlukan pemanfaatan lahan yang dapat berpotensi sebagai lahan pertanian, pemanfaatan lahan rawa lebak sebagai solusi pengembangan pertanian tanaman pangan, kerena lahan rawa lebak di indonesia sangat luas terutama lahan rawa lebak yang ada di Kabupaten Tebo sangat berpotensi sebagai pertanian padi sawah.

Pemanfaatan lahan rawa dapat dijadikan lahan alternatif untuk pengembangan pertanian, meskipun perlu pengelolaan yang tepat, dukungan kelembagaan yang baik dan profesional serta pemantauan secara terus menerus. Potensi lahan rawa di indonesia adalah seluas 33,43 juta hektar yang terdiri dari 20,15 juta hektar rawa pasang surut dan 13,28 juta hektar rawa lebak. Di Provinsi Jambi, luas lahan rawa lebak cukup luas yaitu 41.000 hektar lebih, pemanfaatannya masih sangat terbatas baik dilihat dari luas areal yang diusahakan maupun dilihat dari indek pertanamannya (IP), hanya diusahakan dengan tanaman padi satu kali dalam setahun (Bappeda Provinsi Jambi, 2011).

(33)
[image:33.595.116.514.474.711.2]

sangat memerlukan teknik atau pengelolaan drainase untuk pertanaman pangan misal tanaman padi, dengan mengolah lahan rawa beralih ke tanaman pangan atau tanaman semusim karena masyarakat di Jambi pada umumnya memanfaatkan lahan rawa meraka untuk tanaman tahunan seperti sawit dan karet karena mudah dalam perawatanya. Tabel 7 berikut ini menunjukkan porsi luas lahan sawah lebak terhadap total lahan sawah Provinsi Jambi

Tabel 7. Porsi luas lahan sawah lebak terhadap total lahan sawah Provinsi Jambi periode 2009 – 2012.

Tahun Luas sawah lebak Luas Lahan Sawah Provinsi Jambi Tahun hektar %

2009 30.131 16,99 177.323 2010 26.029 9,76 166.645 2011 37.578 22,16 169.599 2012 28.350 17,00 166.766 Sumber : BPS Provinsi Jambi (2010, 2011, dan 2012)

Keterangan: Porsi terhadap total luas lahan sawah Provinsi Jambi.

(34)

Lahan rawa lebak dapat di artikan sebagai berikut : 1. Rawa

Rawa merupakan istilah yang digunakan untuk semua lahan basah yang senantiasa memiliki kepekaan tergenang air, baik pada kurun waktu tertentu maupun sepanjang tahun, bervegetasi, baik yang berair tawar, asin maupun payau, berhutan maupun ditumbuhi tanaman semak. Berdasarkan sumber airnya, ekosistem rawa di Indonesia dapat dibedakan menjadi rawa pasang surut dan rawa non pasang surut. Rawa pasang surut meliputi rawa-rawa pesisir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan rawa non pasang surut meliputi rawa-rawa pedalaman yang tidak dipengaruhi pasang surut air laut. Berdasarkan vegetasinya, rawa dapat dibedakan menjadi rawa berhutan dan rawa tak berhutan, atau bahkan berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, misalnya rawa bakau, rawa nipah dan rawa rumput (Kordi, 2008) .

2. Lebak

(35)
[image:35.595.114.513.115.247.2]

Gambar 2. Ilustrasi jenis lahan lebak sumber : Achmadi dan Irsal Las (2006)

Menurut Noor (2007), lebak merupakan kawasan rawa yang genangan airnya dipengaruhi air hujan atau luapan sungai. Lebak biasanya berada di antara dua buah sungai besar di dataran rendah. Berbeda dengan rawa pasang surut yang genangan airnya dipengaruhi pasang surut air laut harian, lebak tergenang selama musim hujan dan berangsurangsur kering pada musim kemarau. Ada tiga jenis lebak berdasarkan tinggi dan lama genangan. Lebak pematang atau dangkal, yaitu wilayah yang mempunyai tinggi genangan 25 - 50 cm dengan lama genangan minimal 3 bulan dalam setahun; lebak tengahan, yaitu wilayah yang tinggi genangannya antara 50-100 cm dengan lama genangan selama 3-6 bulan dalam setahun; dan lebak dalam, yaitu mempunyai tinggi genangan airnya lebih dari 100 cm dengan lama genangan selama lebih dari 6 bulan. Kawasan lebak dalam yang menghasilkan produksi ikan secara alami dikenal dengan istilah lebak lebung.

(36)

gambut yang terbentuk pada periode era Holosen, yaitu sejak 10.000 sampai 5.000

tahun silam yang jauh lebih tua jika dibandingkan dengan endapan di

Delta sepanjang sungai yang diperkirakan terbentuk antara 2.500-3.000 tahun

silam (Prasetyo dkk., 1990; Furukawa, 1994; Neuzil, 1997).

3. Tipologi Lahan Rawa Lebak

Lahan rawa lebak adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal satu bulan) tergenang air dan rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya.

[image:36.595.114.510.541.739.2]

Jenis tanah yang umum dijumpai di lahan lebak adalah tanah mineral dan gambut. Tanah mineral bisa berasal dari endapan sungai atau bisa berasal dari endapan marin, sedangkan tanah gambut di lapangan bisa berupa lapisan gambut utuh atau lapisan gambut berselang seling dengan lapisan tanah mineral. Tanah mineral memiliki tekstur liat dengan tingkat kesuburan alami sedang - tinggi dan pH 4 - 5 serta drainase terhambat - sedang.

Tabel 9. Karakteristik dominan tanah lahan lebak di berbagai wilayah di Indonesia.

Wilayah Tekstur

tanah

Jenis tanah Ph

tanah

Drainase

Kalimantan selatan

Liat Mineral, gambut 4-5 Terhambat-sedang Kalimantan barat Debu

berliat

Mineral, gambut 4-5 Sedang Sumatra selatan Liat Mineral 5

Terhambat-sedang Sumatra barat Pasir

berliat

Gambut, mineral 5-5,2 Sedang

Lampung Liat Mineral 5

Terhambat-sedang

Jambi Liat Mineral 5

(37)

Tabel 10. Alternatif pola penataan lahan menurut tipe lahan lebak dan jenis tanahnya

Jenis tanah Tipe lahan lebak

Lebak dangkal Lebak

tengahan

Lebak dalam

Tanah mineral Sawah, tegalan, surjan, tukungan

Sawah, tegalan, surjan, tukungan

Tegalan Tanah gambut Sawah, tegalan. Tegalan Tegalan Tanah mineral

Gambut

Sawah, tegalan, surjan, tukungan

Sawah, tegalan, tukungan.

Tegalan Sumber: Achmadi dan Irsal Las, 2006.

Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya atau pelapukan

(alterasi) dari mineral primer dan sekunder yang ada. Mineral mempunyai peran

yang sangat penting dalam suatu tanah, antara lain sebagai indikator cadangan sumber hara dalam tanah dan indikator muatan tanah beserta lingkungan pembentukannya.

(38)

reklamasi dan pengelolaan lahan ini harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar tanaman bisa tumbuh dan memberikan hasil yang baik (Alkasuma dkk., 2003, Alihamsyah, 2005).

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah gambut, yaitu tanah yang terbentuk dari bahan organik atau sisa-sisa pepohonan, yang dapat berupa bahan jenuh air dengan kandungan karbon organik sebanyak 12-18% atau bahan tidak jenuh air dengan kandungan karbon organik sebanyak 20%. Berdasarkan ketebalannya, lahan gambut yang dijumpai di lahan lebak bisa berupa lahan bergambut, gambut dangkal, gambut sedang, dan gambut dalam. Lahan bergambut adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 20-50 cm. Lahan gambut dangkal adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 50-100 cm. Lahan gambut sedang adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 100-200 cm. Lahan gambut dalam adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 200-300 cm. Tingkat kematangan tanah gambut juga beragam, yaitu bisa matang (hemis), setengah matang (sapris) dan mentah (fibris).

(39)

28

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

A. Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0° 52’

32” - 01° 54’ 50” LS dan 101° 48’ 57” - 101° 49’ 17” BT. Beriklim tropis dengan ketinggian antara 50 - 1.000 m dari permukaan laut (dpl) dan berada dibagian barat laut Provinsi Jambi. Luas wilayah Kabupaten Tebo adalah 6.461 Km2 atau 11,86 % dari luas wilayah Provinsi Jambi. Menurut administrasi pemerintahan terdiri dari 12 Kecamatan 5 Kelurahan dan 107 Desa. Luas kecamatan terbesar adalah Kecamatan Sumay seluas 129.695,95 hektar atau 20,1% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Tebo.

Kabupaten Tebo mempunyai wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten dalam Provinsi Jambi dan Kabupaten Provinsi tetangga (Sumatra Barat dan Riau), batas wilayah tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Batas Wilayah Tebo dengan Provinsi lain

Sebelah Utara : Kabupaten Indragiri Hilir (Provinsi Riau) Sebelah Selatan : Kecamatan Tabir (Kabupaten Merangin)

Sebelah Barat : Kecamatan Jujuhan ilir, Tanah Sepenggal Lintas (Kabupaten Bungo) dan Kabupaten Dharmasraya

(Provinsi Sumatera Barat)

(40)
[image:40.595.114.510.455.730.2]

Tabel 12. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Tebo .

Nama DAS Luas (Hektar)

Sub DAS Batanghari Hulu 347.123,59 Sub DAS Batang Tebo 128.873,74 Sub DAS Batang Tabir 75.681,73 Sumber: Perda Provinsi Jambi Nomor: 1, 2013

Sub DAS Batanghari Hulu meliputi Kecamatan VII Koto, VII Koto Ilir, Serai Serumpun, Sumay dan Tebo Ulu, serta sebagian kecil wilayah Kecamatan Rimbo Ulu, Rimbo Bujang dan Rimbo Ilir. Selanjutnya yang termasuk dalam Sub DAS Batang Tebo, meliputi Kecamatan Rimbo Ulu, Rimbo Bujang dan Rimbo Ilir, serta sebagian wilayah Kecamatan Tebo Tengah dan Tengah Ilir.

Sedangkan yang termasuk kedalam Sub DAS Batang Tabir meliputi Kecamatan Muara Tabir, Tebo Ilir, serta sebagian wilayah Kecamatan Tebo Tengah dan Tengah Ilir. Gambaran Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tebo dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tebo

(41)
[image:41.595.117.509.289.564.2]

Untuk luas wilayah terbangun menggunakan data asumsi dari Roadmap Sanitasi Provinsi Jambi yang mana menyatakan bahwa untuk wilayah kabupaten diperkirakan luas terbangun sebesar 8%. Sementara cakupan wilayah kajian dalam percepatan pembangunan sanitasi permukiman meliputi seluruh desa/kelurahan di kecamatan yang ada di Kabupaten Tebo. Gambaran wilayah adminitrasi Kabupaten Tebo dapat dilihat pada peta 4.

Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Tebo dan Cakupan Wilayah Kajian. Sumber. RTRW Kabupaten Tebo 2013-2033

a. Kondisi Fisik dan Kondisi Tanah

(42)

kabupaten Tebo dan tersebar di seluruh kecamatan, selanjutnya jenis tanah latosol, alluvial dan organosol masing-masing 21,9 %, 4,7 % dan 5,6 % dari luas Kabupaten Tebo. Jenis tanah latosol terdapat hampir di semua kecamatan, kecuali Kecamatan Muara Tabir. Sedangkan jenis tanah Organosol tidak terdapat di kecamatan Tengah Ilir, VII Koto Ilir, Serai Serumpun dan Muara Tabir. Jenis tanah Alluvial terdapat di kecamatan Tebo Tengah, Sumay, Tebo Ulu, VII Koto, Rimbo Bujang dan Rimbo Ilir.

Penggunaan lahan di Kabupaten Tebo didominasi oleh hutan dan perkebunan karet meliputi areal seluas 47,2 % dan 45,74 % dari luas wilayah Kabupaten Tebo. Sedangkan untuk penggunaan sawah hanya meliputi areal seluas 0,46 % dari luas areal Kabupaten Tebo dan luas permukiman yang hanya mencapai 0,67%. Pengusahaan perkebunan meliputi kelapa sawit, karet dan kelapa dalam sedangkan kebun campuran meliputi kelapa hibrida, kopi, coklat, buah-buahan, dan lain-lain.

b. Klimatologi

Iklim yang ada di kabupaten Tebo secara umum adalah iklim Tropis yang ditandai dengan adanya dua musim yaitu musim penghujan yang berkisar antara bulan September sampai bulan Mei dan musim Kemarau antara bulan Juni sampai Agustus, sedangkan rata-rata curah hujan tahunan adalah 2.683 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan 122 hari/tahun.

(43)

rata-rata 87,92%. Adapun lamanya penyinaran matahari, umumnya dapat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, relief daerah dan waktu penyinaran serta pengaruh tumbuh-tumbuhan pada suatu daerah. Sedangkan rata-rata penyinaran matahari tiap hari di Kabupaten Tebo selama 9 tahun bervariasi antara 4,20 jam sampai dengan 6,56 jam.

c. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Tebo yang tercantum dalam Tebo dalam Angka Tahun 2012 adalah jumlah penduduk di akhir tahun 2011. Dalam hal ini untuk melihat jumlah penduduk tahun 2012, maka dengan memperkirakan laju pertumbuhan sebesar 2,5%, jumlah penduduk adalah sebesar 312.808 jiwa dengan kepadatan penduduk 47 jiwa/km2. Kecamatan Rimbo Bujang memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah penduduk 62.849 jiwa dan Kecamatan Serai Serumpun merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil sebanyak 7.962 jiwa.

(44)
[image:44.595.111.513.139.367.2]

Tabel 13. Jumlah Penduduk Kabupaten Tebo dan Kepadatannya 3 - 5 tahun terakhir

(45)

34

IV. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di lahan rawa lebak yang berada di lokasi kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Tebo Provinsi jambi, waktu penelitian pada bulan November 2015.

B. Metode Penelitian dan Analisis Data

1. Metode Pemelihan Lokasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi wilayah yang menggambarkan keadaan awal kawasan tersebut. Pemilihan lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut memungkinkan untuk dilaksanakan penelitian. Pertimbangan tersebut antara lain :

a. Banyaknya lahan Rawa Lebak di kabupaten Tebo

b. Kurangnya pemanfaatan Rawa Lebak untuk pengembangan tanaman padi

c. Pengelolaan sawah pada Lahan Rawa Lebak yang belum maksimal 2. Metode Pemilihan Sampel

(46)

dari beberapa titik yang berbeda lalu dianalisis dari sifat fisik dan kimia, jika dalam luasan area yang berbeda menunjukkan ciri-ciri yang sama maka akan dilakukan dikomposit

a. Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi lapangan dengan pengamatan secara fisik meliputi :

1. Jenis Tanah

2. Kondisi Lingkungan

3. Genangan air pada lahan rawa lebak b. Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan melakukan survei institusional meliputi :

1. Iklim 2. Peta

3. Kondisi Administratif 3. Metode Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria pertumbuhan tanaman padi.

a. Analisis Tekstur

(47)

b. Unsur N, P, K yang dibutuhkan tanaman padi c. Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Cara Kerja

1. Analisis Labolatorium

a. Tekstur (Metode Gravimetri) b. Unsur N (Metode Kjeldahl)

c. Unsur P (Metode Penjenuhan Basa Menggunakan AAS) d. Unsur K (Metode Perkolasi)

[image:47.595.112.513.346.477.2]

C. Jenis Data Tabel 14. jenis data

No Data Jenis Data Sumber

1 Iklim

(curah hujan, PH Tanah)

Sekunder BMKG

2 Tanah (Tekstur) Sekunder Bappeda

3 Ketersediaan Unsur Hara (N,P,K) Primer Analisis Lab 4 Peta (RBI,Tanah Sekunder Analisis Lab

Beberapa jenis data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 15. Jenis Data Penelitian

No Jenis Data Bentuk Data Sumber

1 Temperatur Hard & soft copy Bagian Tata Pemerintahan dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) 2 Kelembaban Hard & soft copy Dinas Pertanian Kabupaten Tebo

Jambi

3 C-organik Hard & soft copy Analisis Labolatorium 4 Toksisitas Hard & soft copy Analisis Labolatorium 5 Kejenuhan Basa Hard & soft copy Analisis Labolatorium 6 KTK (kapasitas

tukar kation)

[image:47.595.116.507.538.753.2]
(48)

No Jenis Data Bentuk Data Sumber

9 Drainase Hard & soft copy Survei Lapangan 10 Genangan Hard & soft copy Survei Lapangan 11 Kedalaman Tanah Hard & soft copy Survei Lapangan

12 Ketebalan Gambut Hard & soft copy Pemerintahan dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)

13 Tipe Gambut Hard & soft copy Dinas Pertanian Kabupaten Tebo Jambi

D. Luaran Penelitian

(49)

38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa Cermin Alam, Kecamatan VII Koto Ilir terdiri dari 6 desa dengan luas 468,21 Km2. Iklim yang ada di Kabupaten Tebo secara umum adalah iklim Tropis yang ditandai dengan adanya dua musim yaitu musim penghujan yang berkisar antara bulan September sampai bulan Mei dan musim Kemarau antara bulan Juni sampai Agustus, wilayah berada pada ketinggian antara 50 - 1.000 mdpl. Sedangkan rata-rata curah hujan tahunan adalah 2.683 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan 122 hari/tahun.

Perbedaan temperatur antara daerah terendah dan tertinggi berkisar antara 0o C - 1,5o C dengan temperatur rata-rata 290 C - 300 C, Kelembaban udara di Kabupaten Tebo rata-rata tahunan berkisar antara 85,2% - 96,1% dengan kelembaban rata-rata 87,92%. Jumlah penduduk di Kecamatan Tengah ilir pada tahun 2012 sebanyak 20.193 jiwa berbeda dengan jumlah penduduk di Kecamatan Tujuh Koto Ilir pada tahun 2012 sebanyak 13.867 jiwa.

(50)

buruk. Jarak antara desa Cermin Alam dengan desa Panapalan kurang lebih 93 Km.

A. Analisis Kesesuaian Lahan

Penentuan kelas kesesuaian lahan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencocokkan (Matching) kondisi fisiografi wilayah dengan syarat tumbuh tanaman adapun beberapa karakteristik lahan yang diamati dalam penelitian beserta dengan pembatasnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan serta prokdutifitas tanaman padi rawa lebak. Hasil analisis kesesuaian lahan di Kabupaten Tebo adalah sebagai berikut :

1. Temperatur

[image:50.595.112.517.529.632.2]

Dari data BMKG Tebo temperatur rata-rata 290 C - 300 C kondisi ini menunjukan bahwa temperatur di Kecamatan Tengah Ilir dan Kecamatan Tujuh Koto Kabupaten Tebo termasuk dalam kelas S2 cukup sesuai dilihat dari tabel 16, sebab temperatur yang paling sesuai untuk pertumbuhan padi rawa lebak berkisar antara 24 0C - 29 0C berdasarkan kriteria kesesuaian tanaman padi rawa.

Tabel 16. Kelas Kesesuaian Lahan Temperatur Kabupaten Tebo No Karakteristik

Lahan

Simbol Kelas Kesesuaian Lahan Nilai Data

Kelas

S1 S2 S3 N

1 Temperatur (t) S2

Temperatur rerata (°C)

24-29 22- 24 29-32 18-22 32-35 < 18 > 35 29-30 o C S2

2. Ketersediaan Air

(51)
[image:51.595.115.506.537.651.2]

kelembaban rata-rata 87,92%, kondisi tersebut termasuk dalam kelas S1 dilihat pada (tabel 20) sangat sesuai karena kelembaban yang paling di kehendaki tanaman padi rawa lebak antara 33 - 90 %.

Tabel 17. Kelas Kesesuaian Lahan Ketersediaan Air di Kabupaten Tebo No Karakteristi

k Lahan

Simbol Kelas kesesuaian lahan Nilai Data

Kelas

S1 S2 S3 N

1 Ketersediaa n air

(w) S1

Kelembaban (%)

33 – 90

30 – 33

<30,>90 - 87,9 2 (%)

S1

3. Media perakaran

Dalam parameter media tanam terdapat 3 komponen yang harus diamati yaitu drainase tanah, tekstur tanah dan kedalaman tanah. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan kondisi drainase tanah, tekstur, dan kedalaman efektif dilahan rawa lebak di Kecamatan Tujuh Koto Desa Cermin Alam dan Kecamatan Tengah Ilir Desa Panapalan Kabupaten Tebo adalah sebagai berikut :

Tabel 18. Kondisi Drainase Tanah, Tekstur dan Kedalaman Efektif di Lahan Rawa Lebak

No Sampel Tanah Drainase Tekstur Kedalaman

Tanah (cm) 1. Cermin Alam Agak terhambat

-agak cepat

Pasir 24 % Debu 49 % Liat 27 %

40-50

2. Panapalan Terhambat- sangat terhambat

Pasir 12 % Debu 50 % Liat 38 %

>50

(52)
[image:52.595.114.509.120.366.2]

Tabel 19. Kelas Kesesuaian Lahan Media Perakaran di Kabupaten Tebo

a. Drainase

Kemampuan permukaan tanah untuk merembaskan air secara alami atau cepat lambatnya air hilang dari permukaan tanah setelah hujan secara alami bukan karena perlakuan manusia disebut drainase tanah. Dari survei di lapangan drainase di Desa Cermin Alam termasuk dalam kelas S2 cukup sesuai mempunyai pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan dan desa Panapalan termasuk dalam kelas S1 sangat sesuai .

b. Tekstur

(53)

dari hasil analisis tanah sampel tanah di Desa Cermin Alam tekstur tanah termasuk golongan lempung atau termasuk dalam tekstur halus dan termasuk dalam kelas S1 sangat sesuai. Sedangkan tekstur tanah di Kecamatan Tengah Ilir Desa Panapalan meliputi pasir 12 %, debu 50 % dan liat 38 % termasuk dalam golongan halus, agak halus, sedang atau tergolong tanah lempung jika dicocokkan dengan kelas kesesuaian lahan tanaman padi rawa termasuk ke dalam kelas S1 sangat sesuai

c. Bahan Kasar

Bahan kasar yaitu batuan yang berukuran lebih dari 2 mm yang terdapat di permukaan tanah dan dalam lapisan 20 cm. Survei yang telah dilakukan menyatakan bahwa di Desa Cermin Alam memiliki jumlah bahan kasar sebanyak kurang dari 1,8 %, Dengan demikian bahan kasar yang ada di lahan ini jumlahnya sangat kecil dan tergolong dalam kelas S1 sangat sesuai, untuk tanaman padi rawa lebak bahan kasar yang optimal sebesar < 3 % dalam kelas S1 sangat sesuai.

d. Kedalaman Tanah

(54)
[image:54.595.115.510.224.437.2]

berpengaruh terhadap produktifitasnya dan memerlukan tambahan masukan input. Sedangkan kedalaman tanah di Desa Panapalan mencapai lebih dari 50 cm termasuk dalam kelas (S1) sangat sesuai lahan tidak memiliki faktor pembatas yang berarti.

Tabel 20. Kelas Kesesuaian Lahan Retensi Hara di Kabupaten Tebo No Karakteristik

Lahan

Simbol Kelas Kesesuaian Lahan Sampel Tanah S1 S2 S3 N Cermin

Alam

Panapalan 1 Retensi Hara (f)

1. KTK liat (Cmol)

> 16 ≤ 16 - - S2 9,93

S2 14,04 2. Kejenuhan

Basa (%)

> 35 20 – 35 < 20 - S2 25,97

S2 9,78 3. pH H2O 5,5 -

8,2 5,0 - 5,5 8,2 - 8,5 < 5,0 > 8,5

- S3 4,06

S3 4,22

4. C-organik (%)

> 1,5 0,8 - 1,5

< 0,8 - S1 3,32

S1 2,72

4. Retensi Hara

(55)

Tabel 21. Hasil Analisis Laboratorium KPK Tanah, Kejenuhan Basa, pH dan C-organik

No Sampel Tanah

Kation- dd KTK KB pH C-organik K Na Ca Mg

%

(H2O) 1:5

Walkly & black

% me/100 gram

1. Cermin Alam

0,38 0,08 1,37 0,74 9,93 25,97 4,06 3,32 2. Panapalan 0,02 0,01 0,75 0,60 14,04 9,78 4,22 2,72

Sumber : Hasil Analisis Tanah di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Tanggal 22 Juni 2016

a. KTK ( Kapasitas Tukar Kation )

KTK suatu tanah dinyatakan dengan miliekuivalen ( me/100 gram tanah kering oven ). KTK adalah kemampuan koloid permukaan tanah menjerap dan mempertukarkan kation yang dinyatakan dalam me/100 g koloid. Koloid tanah dapat menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation yang biasanya adalah Ca, Mg, K, Na, NH4, Al, Fe, dan H. Kuat atau lemahnya kation tersebut dijerap tergantung pada bervalensi satu. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991).

Hasil analisis labolatorium menunjukkan lahan padi rawa lebak di Kecamatan Tujuh Koto Desa Cermin Alam masuk dalam kelas (S2) cukup sesuai yaitu sebesar 9,93 me/100gram dan di Kecamatan Tengah Ilir Desa Panapalan termasuk dalam kelas (S2) cukup sesuai sebesar 14,04 me/100gram. Sedangkan nilai KTK yang dikehendaki pada kreteria kesesuaian tanaman padi rawa lebak >16 (cmol) atau termasuk dalam kelas sangat sesuai (S1).

b. Kejenuhan Basa

[image:55.595.115.513.139.258.2]
(56)

dari. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai kejenuhan basa di Kecamatan Tujuh Koto Desa Cermin Alam termasuk ke dalam kelas (S2) cukup sesuai dengan persentase 25,97 % sedangkan di Kecamatan Tengah Ilir Desa Panapalan menunjukkan persentase 9,78 % termasuk ke dalam (S3) sesuai marginal dimana kejenuhan basa menjadi pembatas yang dominan dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap prokdutifitasnya dan memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal yang tinggi.

c. pH Tanah

Nilai pH tanah merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kelarutan unsur - unsur yang cenderung berseimbang dengan fase padat. Nilai pH dibagi menjadi dua yaitu nilai pH H2O dan KCL, pengukuran dengan menggunakan H2O bertujuan mengetahui derajat keasaman yang terdapat pada larutan tanah atau biasa disebut pH aktual, sedangkan KCL untuk mengetahui derajat keasaman yang terdapat di dalam larutan dan yang terikat atau terjerap dalam absorbs tanah atau disebut pH potensial. Untuk menentukan kelas kesesuaian, pH yang digunakan adalah pH aktual.

(57)

berpengaruh terhadap prokdutifitasnya dan memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong (S2), akan tetapi bila ingin mendapatkan produksi yang lebih tinggi maka perlu input yang cukup dan sesuai.

d. C-organik

C-organik yaitu senyawa karbon yang berasal dari bahan organik di dalam tanah. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1-9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40-50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir (Fadhilah, 2010 dalam Muhammad Fadhli, 2014). Hasil analisis laboratorium menunjukan C-organik yang terkandung pada kedua sampel tanah kedua desa termasuk dalam kelas (S1) sangat sesuai kandungan C-organik dikedua sampel tanah yaitu 3,32 % dan 2,72 %, sedangkan kreteria C-organik yang dikehendaki tanaman padi rawa lebak lebih besar dari 1,5 %, dilihat dari besarnya kandungan C-organik dalam tanah di kedua desa menjadikan lahan tidak memiliki faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan atau faktor pembatas yang bersifat tidak dominan dan tidak akan mereduksi prokdutifitas lahan secara nyata.

5. Hara tersedia

(58)

Kelompok pertama tergolong hara penyusun senyawa organik C, H, O, N, S. Karbon (C) diambil dalam bentuk CO2 dari udara atau HCO3 dari dalam tanah. Hidrogen diambil dalam bentuk H2O dari larutan tanah atau udara lembab.

Bahan penyusun jaringan tanaman terdiri atas 70% air, 27% bahan organik, dan 3% mineral. Distribusi jenis mineral di dalam tanaman dipengaruhi oleh jenis, umur, bagian tanaman. Biomassa tanaman banyak mengandung N dan K, sedangkan biji-bijian banyak mengandung P (Mengel 1979 dalam Mengel dan Kirkby 1987).

Varietas unggul padi sangat tanggap terhadap pemberian makro N, P, K. Untuk pertumbuhannya, tanaman padi mendapat input unsur hara dari dalam tanah, air irigasi, hujan, fiksasi nitrogen bebas, dan pupuk. Output yang dihasilkan berupa gabah, jerami, kehilangan hara akibat air perkolasi, dan kehilangan hara dalam bentuk gas, terutama nitrogen. (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi).

[image:58.595.115.513.556.672.2]

Beberapa unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman antara lain N, P, dan K dimana ketiga unsur tersebut merupakan unsur hara esensial terbesar yang dibutuhkan tanaman. Berikut hasil analisis laboratorium kandungan N, P, K. Tabel 22. Hasil Analisis Laboratorium Kandungan N, P dan K

No Sampel Tanah Lahan Rawa

N Total Nilai P tersedia

Nilai K tersedia

Nilai P potensial

Nilai K potensial % Mg/100g Mg/100g Mg/100g Mg/100g

1. Cermin Alam 55 18 5 15 6

2. Panapalan 46 18 2 30 13

Sumber : Hasil Analisis Tanah di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Tanggal 22 Juni 2016

a. Total N

(59)

tanah tergolong sedang antara 46 - 55 %. Ketersediaan N pada lahan tersebut tidak memiliki faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan berkelanjutan.

b. P2O5

Pertumbuhan tanaman akan terhambat bila P tersedia dalam jumlah yang kecil, fosfor yang tersedia dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan perkembangan perakaran di dalam tanaman. Dari hasil analisis laboratorium menunjukan pada kedua lahan rawa lebak kandungan unsur P yang tersedia tergolong sedang yaitu 18 mg/100g, secara umum termasuk dalam kelas S2 cukup sesuai. Seiring dengan semakin berkembangnya tanaman padi maka unsur hara yang ada di dalam tanah akan berkurang, sehingga perlu dilakukan pemupukan.

c. K2O

Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Kebutuhan tanaman akan unsur ini cukup tinggi apabila K-tersedia dalam jumlah yang terbatas maka gejala kekurangan unsur segera nampak pada tanaman. Kekurangan unsur hara ini biasanya terlihat pertama kali pada daun-daun bagian bawah dan bergerak terus kebagian ujung tanaman semakin terbatas ketersediaan unsur ini akan diikuti juga melemahnya bagian batang tanaman serta menurunkan kegiatan fotosintesis.

(60)

6. Bahaya Banjir

[image:60.595.112.514.415.628.2]

Berdasarkan hasil survai lapangan tingkat bahaya banjir di kawasan kedua desa termasuk dalam kelas S3 sesuai marginal karena lahan mempunyai faktor pembatas yang dominan dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktifitasnya, karena dilihat dari kondisi lahan rawa lebak yang tergenang, tinggi genangan di Desa Panapalan mencapai 60 cm pada saat musim hujan dan kondisi rawa lebak akan kekurangan air pada saat musim kemarau. Kondisi Desa Panepalan ini berada di samping aliran sungai batang hari jarak antara pengambilan sampel di rawa lebak dengan sungai batang hari kurang lebih 120 meter. Pada saat musim penghujan tiba air sungai bisa sewaktu-waktu naik dan akan menggenangi tanaman.

Tabel 23. Kelas Kesesuaian Lahan Bahaya Banjir di Kabupaten Tebo No Karakteristik

Lahan

Simbol Kelas Kesesuaian Lahan Sampel Tanah S1 S2 S3 N Cermin

Alam

Panapalan

8 Bahaya

Banjir

(f)

1. Genangan F31,F3 2 F41,F 42, F43,F 33 F21,F 22,F2 3, F24,F 34,F4 4 F11,F 12, F13, F14, F15,F 25, F35,F 45 S3 F21,F 22,F2 3,F24, F34,F 44 S3 F21,F22, F23,F24, F34,F44

7. Penyiapan Lahan

(61)
[image:61.595.114.512.113.303.2]

Tabel 24. Kelas Kesesuaian Lahan Penyiapan Lahan di Kabupaten Tebo No Karakteristik

Lahan

Simbol Kelas Kesesuaian Lahan

Sampel Tanah

S1 S2 S3 N Cermin Alam

Panapala n

9 Penyiapan Lahan

(l)

5. Batuan di permukaan (%)

< 5 515 15 -40 > 40 S1 < 0,2 (%) S1 < 0,2 (%)

6. Singkapan Batuan (%)

< 5 5- 15 15 - 25 > 25 S1 < 0,2 (%) S1 < 0,2 (%)

B. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Padi di Lahan rawa

Lebak di Kabupaten Tebo

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk menganalisis potensi lahan yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan tumbuh tanaman padi dengan demikian dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan didesa Cermin Alam dan desa Panapalan Kabupaten Tebo untuk tanaman padi. Penentuan kelas kesuaian lahan menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan metode FAO (1976), dimana kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori, yaitu:

1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.

2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan.

3. Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas.

(62)
(63)
[image:63.595.117.484.126.744.2]
(64)
[image:64.595.115.513.136.694.2]

Tabel 26. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya

(65)

Keterangan :

- Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah

- Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang - Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dapat dilaksanakan dengan

[image:65.595.120.509.370.754.2]

modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah

Tabel 27. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya

No Karakteristik Lahan Tingkat Pengolahan Jenis Perbaikan

Sedang Tinggi

1 Temperatur (t)

Temperatur rerata (°C) - - -

2 Ketersediaan air (w)

Kelembaban (%) - - -

3 Media perakaran (r)

Drainase + ++ Saluran drainase *)

Tekstur - - -

Bahan kasar (%) - + Mekanisasi Kedalaman tanah (cm) - + -

4 Gambut:

Ketebalan (cm) - - - Ketebalan (cm), jika ada

sisipan bahan mineral/ pengkayaan

- - -

Kematangan - - -

5 Retensi hara (f)

KTK liat (cmol) + ++ Bahan organik Kejenuhan basa (%) + ++ Bahan organik

pH H2O + ++ Kapur

C-organik (%) + ++ Bahan organik

6 Toksisitas (xc)

(66)

Sumber : Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011

Keterangan :

- (-) tidak dapat dilakukan perbaikan

- (+) perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)

- (++) kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)

- *) drainase jelek dapat diperbaiki menjadi drainase lebih baik dengan membuat saluran drainase, tetapi drainase baik atau cepat sulit dirubah menjadi drainase jelek atau terhambat

Usaha perbaikan dilakukan bertujuan meningkatkan kelas kesesuaian lahan tanaman padi menjadi lebih baik atau sesuai dengan kreteria kesesuaian tanaman padi. Berdasarkan kelas kesesuaian FAO, jenis perbaikan dan asumsi tingkat perbaikan, perbaikan dengan tingkat pengelolaan sedang dapat dilakukan dengan usaha – usaha dan didapatkan kesesuaian lahan potensial dengan keterangan tingkat subkelas pada tabel 28 berikut ini.

No Karakteristik Lahan Tingkat Pengolahan Jenis Perbaikan

Sedang Tinggi

Alkalinitas/ESP (%) - - -

7 Bahaya Sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm) - - -

8 Bahaya banjir (b)

Genangan + ++ -

9 Penyiapan lahan (l )

(67)
[image:67.595.115.511.115.433.2]

Tabel 28. kesesuaian Lahan Potensial Lahan Pertanaman Padi No Kesesuaian Lahan

Aktual

Usaha Perbaikan Kesesuaian

Lahan Potensial

Tingkat Subkelas Subkelas Unit

1. S3f, b S3f-3, S3b

1. Perbaikan pH tanah seperti melakukan pengapuran untuk menaikan pH dalam tanah 2. Pembuatan tanggul penahan

banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air

S2r, f, b

2. S3f, b S32, f-3, S3b

1. Perbaikan pH tanah seperti melakukan pengapuran untuk menaikan pH

2. Usaha menambahakan bahan organik dan pengapuran untuk menaikan kejenuhan basa 3. Pembuatan tanggul penahan

banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air

S2f, b

Pemilihan tingkat pengelolaan sedang adalah mempertimbangkan jumlah pengeluaran atau biaya. Tingkat pengelolaan sedang diharapkan dapat memperbaiki kualitas lahan dengan kebutuhan pengeluaran atau biaya yang tidak banyak. Usaha yang dilakukan terhadap perbaikan lahan aktual menjadikan tanaman padi tersebut masuk kedalam lahan potensial. Tabel berikut ini menyajikan karakteristik apa saja yang perlu diperbaiki pada lahan padi potensial untuk dapat naik lagi kekelas kesesuaian lahan yang lebih baik.

Tabel 29. Kesesuaian lahan potensial pertanaman padi No Sampel Tanah Lahan Aktual Padi Pada

Tingkat Unit

(68)
[image:68.595.113.511.174.422.2]

Adapun pengertian dari faktor pembatas lahan potensial untuk usaha perbaikan lanjutan atau rekomendasi disampaikan dalam tabel 30 berikut ini. Tabel 30. Pengertian faktor pembatas potensial

No Sampel Tanah Lahan Aktual Padi Pada Tingkat Unit

Pengertian

1. Cermin Alam S2r-1, r-4, f-1, f-2, f-3, b Lahan pada tingkat cukup sesuai, dengan pembatas drainase, kedalaman tanah, KTK tanah, kejenuhan basa, pH H2O, bahaya banjir atau genangan.

No Sampel Tanah Lahan Aktual Padi Pada Tingkat Unit

Pengertian

2 Panapalan S2f-1, f-2, f-3, b Lahan pada tingkat cukup sesuai, dengan pembatas KTK tanah, Kejenuhan basa, pH H2O, bahaya banjir atau genangan.

(69)
[image:69.595.116.507.114.411.2]

Tabel 31. Usaha Perbaikan Pada Lahan Potensial Pertanaman Padi

(70)

59

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Potensi lahan rawa lebak di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi sebagai pengembangan budidaya tanaman padi menurut kriteria kelas kesesuaian tanaman padi termasuk dalam kelas S2 cukup sesuai

2. Kesesuaian lahan aktual pertanaman padi di Kecamatan Tujuh Koto Desa Cermin Alam dan Kecamatan Tengah Ilir Desa Panepalan Kabupaten Tebo pada tingkat subkelas menurut FAO adalah S3f, b

3. Faktor pembatas lahan aktual adalah kualitas (f) retensi hara yakni kejenuhan basa, pH H2O, dan (b) bahaya banjir

4. Kesesuaian lahan potensial pertanaman padi di Kecamatan Tujuh Koto Desa Cermin Alam Kabupaten Tebo pada tingkat subkelas menurut FAO adalah S2r, f, b dan diKecamatan Tengah Ilir Desa Panapalan subkelas menurut FAO adalah S2f, b

5. Usaha perbaikan faktor pembatas lahan aktual :

a. Perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase b. Perbaikan pH tanah, pengapuran

c. Usaha menambahkan bahan organik dan pengapuran untuk menaikan kejenuhan basa

(71)

B. Saran

1. Untuk meningkatkan potensi lahan rawa lebak sebagai kesesuaian lahan pertanaman padi selain memperbaiki faktor pembatasnya juga dalam hal perawatan harus ditingkatkan lagi seperti pembersihan lahan, dan juga pemupukan yang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman padi. 2. Perlu dilakukan kajian kesesuaian lahan lanjutan dengan menggunakan

(72)

61

DAFTAR PUSTAKA

Alkasuma, Suparto, dan G. Irianto. 2003. Idenetifikasi dan karakterisasi lahan rawa lebak untuk pengenbangan padi sawah dalam rangka antisipasi dampak El-Nino.

Alihamsyah, T, 2005. Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Usaha Pertanian. Balittra. Banjarbaru

Achmadi dan Irsal Las, 2006. Inovasi Teknologi Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan lahan

Terpadu, Banjarbaru, 28 – 29 Juli 2006. P. 21 – 36.

Ahira, A. 2010

Gambar

Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Tanaman Padi
Tabel 7. Porsi luas lahan sawah lebak terhadap total lahan sawah Provinsi Jambi periode 2009 – 2012
Gambar 2. Ilustrasi jenis lahan lebak
Tabel 9. Karakteristik dominan tanah lahan lebak di berbagai wilayah di Indonesia.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pencarian nilai MSE dihitung menggunakan Persamaan (6), dimana f(i,j) adalah nilai pixel pada citra watermark asli sebelum disisipkan ke video host , F(i,j) adalah nilai pixel

Setiap qira’at yang bertepatan dengan bahasa Arab walaupun dengan satu wajah, bertepatan dengan Rasm ‘Uthmani walaupun dengan secara ihtimal dan sah sanadnya, ia adalah

Bahan baku alam yang digunakan berupa karbon aktif kulit singkong sebagai material dielektrik yang dikombinasikan dengan material magnetik berupa barium

Dalam konteks undang-undang perkawinan misalnya, masih terdapat beberapa pasal yang bias gender, seperti pasal yang meyebutkan bahwa suami adalah kepala rumah tangga

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 44 observasi yang dilakukan dari tahun 2012 sampai dengan 2015 dalam penelitiain ini, maka dapat disimpulkan, (1) Variabel

Setiap entitas pasti mempunyai elemen yang disebut atribut yang berfungsi untuk mendes-kripsikan karakteristik dari entitas tersebut.Isi dari atribut mempunyai sesuatu yang

Proses perebusan di stasiun styrilizer mempergunakan 3 (tiga) titik puncak tekanan dalam perebusan dan membuang udara yang berada di dalam perebusan melalui pipa condensate dengan

Analisis menunjukkan beberapa strategi-strategi pemahaman telah digunakan dalam penyelesaian masalah matematik berperkataan iaitu strategi pemahaman dari segi umum