• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKP : Penerapan Access List Pada Jaringan Polrestabes Surabaya Dengan Simulasi Packet Tracer.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LKP : Penerapan Access List Pada Jaringan Polrestabes Surabaya Dengan Simulasi Packet Tracer."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ACCESS LIST PADA JARINGAN

POLRESTABES SURABAYA DENGAN SIMULASI PACKET

TRACER

KERJA PRAKTIK

Program Studi

S1 Sistem Komputer

Oleh:

DEDDY MOHAMMAD FIRDAUS

13410200078

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Kontribusi ... 3

1.6 Sistematikan Penulisan ... 4

BAB II GAMBARAN UMUM POLRI ... 5

2.1 Sejarah dan Perkembangan ... 5

(3)

x

2.3 Visi dan Misi POLRI ... 22

2.4 Struktur Organisasi ... 23

BAB III LANDASAN TEORI ... 25

3.1 Packet Tracer ... 25

3.2 Swicth ... 26

3.3 Router ... 27

3.4 VLAN ( Virtual Local Area Network ) ... 29

3.5 VTP ( VLAN Trunking Protocol ) ... 34

3.6 Access List ... 35

BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK ... 38

4.1 Langkah-langkah instalasi Packet Tracer 6.2 ... 38

4.2 Konfigurasi Jaringan Pada Packet Tracer ... 41

4.3 Perencangan addressing table dan port assigment ... 42

4.4 Konfigurasi VTP ... 43

4.4.1 Konfigurasi VTP port ... 46

4.5 Konfigurasi VLAN ... 51

4.6 Konfigurasi Alamat Interface Switch ... 53

4.7 Konfigasi Switch Port di VLAN ... 55

4.8 Tes Koneksi VLAN dan VTP ... 56

(4)

xi

5.2 Saran ... 60

(5)

1

POLRESTABES SURABAYA merupakan salah satu instansi milik negara

menjaga keamanan negara yang dimana telah menajaga keamanan negara dari

serangan luar maupun dalam negeri sendiri, yang dimana didalam nya juga ada

informasi yang sangat rahasia sehingga tidak bisa dipublikasikan.

Kemajuan teknologi telah memberikan jawaban akan kebutuhan informasi,

komputer yang semakin canggih memungkinkan untuk memperoleh informasi

secara cepat, tepat dan akurat. Hasil informasi yang canggih tersebut sudah mulai

menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan serta pemanfaatan computer

secara optimal dapat memacu laju perkembangan pembangunan. Kesadaran tentang

hal inilah yang menuntut pengadaan tenaga-tenaga ahli yang terampil untuk dapat

mengelola informasi, dan pendidikan merupakan salah satu cara yang harus

ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tenaga tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi yang maju dengan pesat mengakibatkan

kebutuhan terhadap tenaga kerja yang menguasai bidang sistem komputerisasi

sangat meningkat. Terbentuknya lembaga-lembaga pendidikan formal di bidang

informasi dan komputer seperti Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya

salah satu lembaga pendidikan yang melhirkan lulusan-lulusan muda yang berpola

piker akademik bertindak professional serta berakhlak. Selain itu juga berupaya

(6)

yang tidak hanya memahami ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi mampu

mempraktekkan serta mengembangkan ilmu yang di dapat pada bangku kuliah baik

di dunia pendidikan maupun di dunia industri. Dengan mengikuti kerja praktik ini

mahasiswa diharapkan bisa mendapat nilai tambahan terhadap materi kuliah yang

di berikan serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa

tentang dunia kerja sekaligus mendapatkan pengalaman kerja di suatu perusahaan

maupun instansi serta mampu bekerjasama dengan orang lain dengan disiplin ilmu

yang berbeda-beda. Sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang sudah di peroleh

dalam perkuliahan.

Pada permasalahan yang sering terjadi ,Jaringan yang tidak rapi dan tidak

teratur dapat membuat kinerja jaringan tersebut menjadi kurang efektif dan efisien,

dan terkadang keamanan dalam suatu jaringan tidak begitu diterapkan ,jika begini

akan memicu terjadinya berbagai macam tindakan yang tidak diinginkan

1.2 Perumusan Masalah

Dalam perumusan masalah yang ada pada kerja praktik yang dilakukan oleh

penulis terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah yang

harus diselesaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara membagi bagian-bagian yang berbeda jaringan agar tetap

terhubung.

2. Bagaimana menerapkan Access List pada jaringan yang berbeda-beda.

1.3 Batasan Masalah

Melihat permasalahan yang ada, maka penulis membatasi maslaah dari

(7)

a. Perancangan topologi dan desain menggunakan software Packet Tracer.

b. Merancang jaringan Virtual Local Area Network.

c. Merancang jaringan Virtual Trunking Protocol.

d. Merancang Jaringan dengan penerapan Access list.

e. Semua proses konfigurasi jaringan menggunakan program simulasi Packet

Tracer.

1.4 Tujuan

Tujuan umum dari kerja praktik yang dilaksanakan mahasiswa adalah agar

mahasiswa dapat melihat serta merasakan kondisi dan keadaan real yang ada pada

dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi dan dapat

memperdalam kemamapuan pada suatu bidang. Tujuan khusus adalah sebagai

berikut:

1. Membandingkan dan Menguji rancangan permodelan dengan menggunakan

program simulasi Packet Tracer.

2. Memberikan cara konfigurasi dan proses pada perancangan konsep Access

List jaringan yang dibuat.

1.5 Kontribusi

Adapun Kontribusi dari kerja praktik terhadap POLRESTABES

SURABAYA adalah menganalisa permasalahan yang ada tentang jaringan

(8)

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang uraian mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan,

kontribusi serta sistematika penulisan dalam penyusunan

laporan kerja praktik.

BAB II : GAMBARAN UMUM POLRESTABES SURABAYA

Bab dua berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, jenis

usaha, visi, misi, struktur organisasi, departemen, dari

POLRESTABES SURABAYA sebagai tempat kerja

praktik.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori penunjang yang digunakan

sebagai acuan dalam kerja praktik tersebut.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang proses penerapan Access List

jaringan dan menampilkan gambar yang telah dikerjakan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan kerja praktik

yang membahas tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil

dari kerja praktik serta saran disesuaikan dengan hasil dan

(9)

5

Bab dua berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, visi, misi, struktur organisasi, dan

komitmen POLRI dalam hal ini Polrestabes Surabaya sebagai tempat kerja praktik.

2.1 Sejarah dan Perkembangan

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri

mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin

oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Sejak 13 Juli

2016, jabatan Kapolri dipegang oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A.,

Ph.D.

Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan

pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan

kerajaan. Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali

oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi

untuk menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu

itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang

pribumi untuk menjaga keamanan mereka. Wewenang operasional kepolisian ada

pada residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan

pada procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat

bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan) , stands

(10)

praja), dan lain-lain. Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian

juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada

dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur

van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi

diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.

Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah

merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia

saat ini.

Pada masa pendudukan jepang, Jepang membagi wilayah kepolisian

Indonesia menjadi Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta,

Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia

Timur berpusat di Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di

Banjarmasin. Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang

pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang

yang disebut sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.

Pada periode 1945– 1950 tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat

kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,

sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara

resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka. Inspektur Kelas I

(Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada

tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia

sebagai langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan

(11)

semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang

sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada

tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September 1945

Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala

Kepolisian Negara (KKN). Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan

Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya

bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional

bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946

dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara

yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah

yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini. Sebagai

bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan maka Polri di

samping bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah

RI. Polri menyatakan dirinya “combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi

Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus

untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di

Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan

PKI di Madiun, dan lain-lain. Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4

Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa

Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai

perdana menteri/wakil perdana menteri. Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal

Polisi R.S. Soekanto telah mulai menata organisasi kepolisian di seluruh wilayah

(12)

Prawiranegara berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin

KBP Umar Said (tanggal 22 Desember 1948). Hasil Konferensi Meja Bundar antara

Indonesia dan Belanda dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S.

Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumanto

diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.

Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS

dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan

perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan,

dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri. Umur RIS hanya beberapa

bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada

tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi

kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia.

Dalam peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang dipimpin secara

sentral, baik di bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif,

organisatoris.

Pada periode 1950 – 1959 dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17

Agustus 1950 dan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem

parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang

bertanggung jawab kepada perdana menteri/presiden. Waktu kedudukan Polri

kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de

Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian R.S.

Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI

(13)

gedung perkantoran termegah setelah Istana Negara. Sampai periode ini kepolisian

berstatus tersendiri antara sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan

gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik

Indonesia (P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak

zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan

nama Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi.

Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara

demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante

dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan

perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil melahirkan

Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding

dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).

Pada Masa Orde lama dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan

Konstituante, Indonesia kembali ke UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya

kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir.

Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada

Menteri Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di

mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio. Pada

tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai

Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus

1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan

Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang

memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian

(14)

terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto

menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme

kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri

setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier

Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.

Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas

Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan

Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian

Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan

nasional. Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No.

13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur

ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU. Dengan Keppres No.

94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU,

Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil

Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962

menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak).

Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi Menteri/Panglima Angkatan

Kepolisian (Menpangak) dan langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai

kepala pemerintahan negara. Dengan Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan

tanggung jawab Polri ditentukan sebagai berikut:

1. Alat Negara Penegak Hukum.

2. Koordinator Polsus.

3. Ikut serta dalam pertahanan.

(15)

5. Kekaryaan.

6. Sebagai alat revolusi.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI

disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang.

Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik

NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian

anggota ABRI dari keempat angkatan.

Pada Masa Orde Baru dengan pengalaman yang pahit dari peristiwa

G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI,

maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No.

132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan

Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan

bagian dari organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang

masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal

Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama. Setelah Soeharto dipilih

sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada

Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang

dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang

bukan angkatan perang. Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan

Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi

Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.

(16)

tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala

Staf Angkatan.

Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke

kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri tingkat

kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) di

tingkat provinsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) di tingkat

kabupaten/kota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor (Polsek) di

wilayah kecamatan. Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kapolri berpangkat Jenderal Polisi,

Sejak 16 Januari 2015, Jenderal Sutarman diberhentikan dengan hormat dan

digantikan oleh Jenderal Pol Badrodin Haiti. Kemudian pada tanggal 16 Juli 2016

Kapolri digantikan oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.

Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan terdiri dari:

1. Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas membantu Kapolri

dalam penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan umum dan

perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk satuan-satuan organsiasi

non struktural yang berada di bawah pengendalian Kapolri.

2. Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas membantu Kapolri

dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang operasional dalam

lingkungan Polri termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta

(17)

3. Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Asrena),

bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan

umum dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem organisasi dan

manajemen serta penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Polri.

4. Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS SDM), bertugas

membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang

sumber daya manusia termasuk upaya perawatan dan peningkatan

kesejahteraan personel dalam lingkungan Polri.

5. Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras), bertugas membantu

Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi sarana dan prasarana dalam

lingkungan Polri.

6. Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div

Propam), adalah unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban

profesi dan pengamanan internal.

7. Divisi Hukum (Div Kum).

8. Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)

9. Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah unsur pembantu

pimpinan bidang hubungan internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian

ini membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk

menangani kejahatan internasional.

10. Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol), adalah unsur pembantu

pimpinan di bidang informatika yang meliputi teknologi informasi dan

komunikasi elektronika.

(18)

12. Sekretariat Umum (Kasetum)

13. Pelayanan Markas (Kayanma)

14. Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan mengenai masalah

tertentu sesuai bidang keahliannya

Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari:

1. Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi

kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri maupun

guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka

mewujudkan keamanan dalam negeri.

2. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana,

termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik, dalam rangka

penegakan hukum. Dipimpin oleh seorang Komisaris Jenderal (Komjen).

3. Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan yang mencakup

pemeliharaan dan upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban

masyarakat dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

4. Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi

pembinaan keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan

gangguan keamanan yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan

keamanan dalam negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal

(19)

5. Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan menyelenggarakan

fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat, penegakan hukum,

pengkajian masalah lalu lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan

kendaraan bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya.

6. Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan Brimob, Sabhara,

Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak Bahan Peledak, bila diperlukan)

serta sebuah tim intelijen jika ada demonstrasi, sidang pengadilan,

pertemuan tingkat tinggi, perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat,

atau peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara, ketua MPR, atau

ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas kepada Biro Operasi Polda

setempat, Biro Operasi Polres setempat, dan Polsek setempat.

7. Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT), bertugas

menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan,

dan bantuan operasional dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana terorisme.

Unsur Pendukung terdiri dari :

1. Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas merencanakan,

mengembangkan, dan menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan

dan pengembangan berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan

profesi, manajerial, akademis, dan vokasi. Lemdikpol membawahi:

a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur

pelaksana pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan

pengembangan manajemen Polri. Terdiri dari Sespinma (dahulu

(20)

b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan

pembentukan Perwira Polri.

c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur pelaksana

pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan pendidikan

tinggi dan pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian

d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)

e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional

(Diklatsusjatrans)

f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari:

1) Pusdik Intelijen (Pusdikintel)

2) Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim)

3) Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)

4) Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)

5) Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)

6) Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)

7) Pusdik Administrasi (Pusdikmin)

8) Sekolah Bahasa (Sebasa)

9) Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)

10) Pusdik Bina Masyarakat (PusdikBinmas)

2. Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang Brigadir

Jenderal (Brigjen).

3. Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang dipimpin oleh

(21)

Sakit Pusat Polri (Rumkit Puspol) yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir

Jenderal (Brigjen).

4. Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir

Jenderal (Brigjen).

5. Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang akan dipimpin

oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).

6. Pusat sejarah (Pusjarah Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal

(Brigjen).

Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana

utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas

menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang

bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda

(Wakapolda).

1. Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres).

Ada tiga tipe Polda, yakni Tipe A-K, Tipe A dan Tipe B. Polda Tipe A-K

saat ini hanya terdapat 1 Polda, yaitu Polda Metro Jaya. Polda Tipe A-K dan

Tipe A dipimpin seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal

Polisi (Irjen), sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat

Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen).

 Setiap Polda menjaga keamanan sebuah Provinsi.

2. Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor. Untuk

kota - kota besar, Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres

(22)

dipimpin oleh seorang Komisaris Besar Polisi (Kombes) (untuk

Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (untuk Polres)

 Setiap Polres menjaga keamanan sebuah Kotamadya atau

Kabupaten.

3. Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar

Polisi (AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi

(Kompol) (untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau

Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP)

(tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin oleh

Inspektur Polisi Dua (Ipda).

 Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.

Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) memiliki sejumlah

Direktorat dalam menangani tugas melayani dan melindungi, yaitu:

1. Direktorat Reserse Kriminal

a) Subdit Kriminal Umum

b) Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)

c) Subdit Remaja Anak dan Wanita

d) Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System)

/ Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)

2. Direktorat Reserse Kriminal Khusus

a) Subdit Tindak Pidana Korupsi

b) Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah)

c) Subdit Cyber Crime

(23)

a) Subdit Narkotika

b) Subdit Psikotropika

4. Direktorat Intelijen dan Keamanan

5. Direktorat Lalu Lintas

a) Subdit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa)

b) Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident)

c) Subdit Penegakan Hukum (Gakkum)

d) Subdit Keamanan dan Keselamatan (Kamsel)

e) Subdit Patroli Pengawalan (Patwal)

f) Subdit Patroli Jalan Raya (PJR)

6. Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas, dulu Bina Mitra)

7. Direktorat Sabhara

8. Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)

9. Direktorat Polisi Air (Polair)

10. Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti)

11. Biro Operasi

12. Biro SDM

13. Biro Sarana Prasarana (Sarpras, dulu Logistik)

14. Bidang Keuangan

15. Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam)

16. Bidang Hukum

17. Bidang Hubungan Masyarakat

(24)

Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia pada dasarnya didasarkan dan

disesuaikan atas wilayah administrasi pemerintahan sipil. Komando pusat berada di

Markas Besar Polri (Mabes) di Jakarta. Pada umumnya, struktur komando Polri dari

pusat ke daerah adalah:

1. Pusat

 Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri)

2. Wilayah Provinsi

 Kepolisian Daerah (Polda)

3. Wilayah Kabupaten dan Kota Kepolisian Resort

a) Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes)

b) Kepolisian Resort Kota (Polresta)

c) Kepolisian Resort Kabupaten (Polres)

4. Tingkat kecamatan Kepolisian sektor

a) Kepolisian Sektor Kota (Polsekta)

b) Kepolisian Sektor (Polsek)

Wilayah hukum dari Kepolisian Wilayah (Polwil) adalah kawasan yang pada masa

kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada

di Pulau Jawa, maka di luar Jawa tidak dikenal adanya satuan berupa Polwil kecuali

untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes

Makassar di Sulawesi Selatan. Mulai awal tahun 2010 seluruh Kepolisian Wilayah

(Polwil) di Pulau Jawa sudah dihapus. Di beberapa daerah terpencil, ada pula

(25)

2.2 Logo dan Arti Logo POLRI

2.2.1 Logo

Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana dari suatu Instansi. Sudah

banyak Instansi – Instansi yang melakukan transformasi visi dan misi melalui logo.

Logo juga bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan.Logo POLRI dapat dilihat

pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Logo POLRI

2.2.2 Arti Logo

Arti Logo POLRI

1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.

2. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, di

samping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna

penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan

perlunya kondisi keamanan ketertiban masyarakat yang mantap.

3. Pancoran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar

berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945

(26)

langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan

bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.

4. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa

menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas

dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan

tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang

dijabat oleh Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

5. Tiga bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman

hidup Polri.

6. Warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.

7. Warna kuning keemasan perlambang kebesaran dan keagungan

hati nurani segenap personil Polri.

8. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang

mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah

dalam situasi dan kondisi apapun, tenang, memiliki stabilitas

nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir

jernih,bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.

2.3 Visi dan Misi POLRI

Visi

Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima,

tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya

(27)

Misi

1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan;

2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif;

3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang;

4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri;

5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum;

6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;

7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri;

8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga internasional

maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja (partnership building/networking).

2.4 Struktur Organisasi

Pada tempat kerja praktik terdapat stuktur organasasi yang terdiri atas

(28)

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polrestabes Surabaya

KAPOLRESTABES SURABAYA Drs. IMAN SUMANTRI, M, Si

KOMBESPOL / 66070510

WAKAPOLRESTABES SURABAYA AKBP DENY SN NASUTION, S.I.K., M.H

KASITIPOL PENATA TK 1 / 1970010620021210001

(29)

25

Pada bab tiga penulis menjelaskan tentang teori penunjang kerja praktik yang telah

di kerjakan.

3.1 PACKET TRACER

Packet Tracer adalah sebuah perangkat lunak (software) simulasi jaringan

yang dikembangkan oleh Cisco, di mana perangkat tersebut berfungsi untuk

membuat suatu simulator jaringan komputer yang sebelumnya telah didesain dan

dikonfigurasi oleh pengguna. Packet Tracer memungkinkan para pengguna untuk

melakukan simulasi berbagai macam protokol dengan mudah yang digunakan pada

jaringan, baik secara realtime maupun dengan mode simulasi.

Dalam perangkat ini telah tersedia beberapa komponen atau alat-alat yang

sering dipakai atau digunakan dalam jaringan sistem tersebut, antar lain seperti

kabel LAN (cross over, straight, console, dll), Hub, Switches, Router, dan

sebagainya. Ketika simulasi difungsikan, kita dapat mengetahui cara kerja pada

tiap-tiap alat tersebut dan cara pengiriman sebuah pesan (paket data) dari komputer

satu ke komputer lainnya dan dapat digunakan pula untuk simulasi dari desain,

konfigurasi hingga pemecahan masalah (troubleshooting). Pengguna dapat secara

langsung mengatur dan mengkonfigurasi jaringan yang akan di desainnya.

(30)

3.2 SWITCH

Switch adalah suatu jenis komponen jaringan komputer yang digunakan

untuk menghubungkan beberapa HUB dalam membentuk jaringan komputer yang

lebih besar atau menghubungkan komputer-komputer yang memiliki kebutuhan

akan bandwidth yang cukup besar.

Beberapa fungsi switch yaitu sebagai manajemen lalu lintas yang terdapat

pada suatu jaringan komputer, switch bertugas bagaimana cara mengirimkan paket

data untuk sampai ke tujuan dengan perangkat yang tepat, Switch juga bertugas

untuk mencari jalur yang paling baik dan optimal serta memastikan pengiriman

paket data yang efisien ketujuannya.

Switch merupakan hardware (perangkat keras) jaringan komputer yang sama

dengan HUB, perbedaanya switch ini lebih pintar walaupun harganya sedikit lebih

mahalan ketibang HUB. Cara kerja switch yaitu dengan cara menerima paket data

pada suatu port lalu akan melihat MAC (Media Access Control) tujuannya dan

membangun sebuah koneksi logika dengan port yang sudah terhubung dengan node

atau perangkat tujuan, sehingga selain port yang dituju tidak dapat menerima paket

data yang dikirimkan dan akan mengurangi terjadinya tabrakan data atau disebut

dengan collision. Setiap perangkat yang terhubung ke port tertentu, MAC address

nya akan dicatat di MAC address table yang nantinya disimpan pada memori cache

switch, itulah bagaimana switch bekerja. ( sofana, 2012 )

(31)

Switch terbagi menjadi dua macam, berdasarkan model OSI (Open System

Interconnection) dimana terdapat switch layer dua dan layer tiga, penjelasannya di

bawah ini:

Yang pertama, Switch layer 2 (dua) yang beroperasi Data link layer ada

pada lapisan model OSI, dimana switch dapat meneruskan paket dengan melihat

MAC address tujuan, switch juga dapat melakukan fungsi bridge antara

segmen-segmen LAN (Local Area Network) sebab switch mengirimkan paket-paket data

dengan cara melihat alamat yang ditujunya tanpa mengetahui protokol jaringan

yang dipakai. Itulah penjelasan mengenai Switch layer 2.

Dan yang kedua, switch layer 3 (tiga) berada pada Network layer yang ada

pada lapisan model OSI, dimana switch dapat meneruskan paket data menggunakan

IP address. Switch layer 3 (tiga) sering disebut dengan switch routing ataupun

switch multilayer.

3.3 ROUTER

Router adalah sebuah alat yang mengirimkan paket data melalui sebuah

jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal

sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (Lapisan jaringan seperti

Internet Protocol) dari stack protokol tujuh-lapis OSI.

Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk

meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router berbeda dengan

switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu

(32)

Sebagai ilustrasi perbedaan fungsi dari router dan switch merupakan suatu

jalanan, dan router merupakan penghubung antar jalan. Masing-masing rumah

berada pada jalan yang memiliki alamat dalam suatu urutan tertentu. Dengan cara

yang sama, switch menghubungkan berbagai macam alat, dimana masing-masing

alat memiliki alamat IP sendiri pada sebuah LAN.( sofana. 2012 )

Router sangat banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi protokol

TCP/IP, dan router jenis itu disebut juga dengan IP Router. Selain IP Router, ada

lagi AppleTalk Router, dan masih ada beberapa jenis router lainnya. Internet

merupakan contoh utama dari sebuah jaringan yang memiliki banyak router IP.

Router dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke

sebuah jaringan yang lebih besar, yang disebut dengan internetwork, atau untuk

membagi sebuah jaringan besar ke dalam beberapa subnetwork untuk

meningkatkan kinerja dan juga mempermudah manajemennya. Router juga kadang

digunakan untuk mengoneksikan dua buah jaringan yang menggunakan media yang

berbeda (seperti halnya router wireless yang pada umumnya selain ia dapat

menghubungkan komputer dengan menggunakan radio, ia juga mendukung

penghubungan komputer dengan kabel UTP), atau berbeda arsitektur jaringan,

seperti halnya dari Ethernet ke Token Ring.

Router juga dapat digunakan untuk menghubungkan LAN ke sebuah

layanan telekomunikasi seperti halnya telekomunikasi leased line atau Digital

Subscriber Line (DSL). Router yang digunakan untuk menghubungkan LAN ke

sebuah koneksi leased line seperti T1, atau T3, sering disebut sebagai access server.

Sementara itu, router yang digunakan untuk menghubungkan jaringan lokal ke

(33)

umumnya memiliki fungsi firewall untuk melakukan penapisan paket berdasarkan

alamat sumber dan alamat tujuan paket tersebut, meski beberapa router tidak

memilikinya. Router yang memiliki fitur penapisan paket disebut juga dengan

packet-filtering router. Router umumnya memblokir lalu lintas data yang

dipancarkan secara broadcast sehingga dapat mencegah adanya broadcast storm

yang mampu memperlambat kinerja jaringan.

Gambar 3.2 Router

Fungsi utama Router adalah merutekan paket (informasi). Sebuah Router

memiliki kemampuan Routing, artinya Router secara cerdas dapat mengetahui

kemana rute perjalanan informasi (paket) akan dilewatkan, apakah ditujukan untuk

host lain yang satu network ataukah berada di network yang berbeda.

Jika paket-paket ditujukan untuk host pada network lain maka router akan

meneruskannya ke network tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan untuk

host yang satu network maka router akan menghalangi paket-paket keluar.

3.4 VLAN ( VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK )

Virtual Local Area Netwok (VLAN) merupakan sebuah metode baru yang

berjalan di dunia jaringan yang akhir – akhir ini berkembang dengan pesat. Dengan

adanya media ini, suatu jaringan dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus

menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan

(34)

pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi

workstation.(sukmaaji,2008)

Perbedaan yang sangat jelas dari model jaringan Local Area Network

dengan Virtual Local Area Network adalah bahwa bentuk jaringan dengan model

Local Area Network sangat bergantung pada letak/fisik dari workstation, serta

penggunaan hub dan repeater sebagai perangkat jaringan yang memiliki beberapa

kelemahan. Sedangkan yang menjadi salah satu kelebihan dari model jaringan

dengan VLAN adalah bahwa tiap-tiap workstation/ user yang tergabung dalam satu

VLAN/ bagian (organisasi, kelompok dsb) dapat tetap saling berhubungan

walaupun terpisah secara fisik. ( rafiudin, 2006 )

VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi

fisik seperti LAN , hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara

virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan

membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen

yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi

workstation.

Tipe – Tipe Vlan :

1. Berdasarkan Port

Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang di

gunakan oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch dengan 4

port, port 1, 2, dan 4 merupakan VLAN 1 sedang port 3 dimiliki oleh VLAN 2,

Tabel 3.1 VLAN berdasarkan port

Port 1 2 3 4

(35)

Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah pindah, apabila harus

berpindah maka Network Administrator harus mengkonfigurasikan ulang.

2. Berdasarkan Mac Address

Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap

workstation/komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi/mencatat

semua MAC address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN. MAC address

merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC (Network Interface Card) di

setiap workstation. Kelebihannya apabila user berpindah pindah maka dia akan

tetap terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut. Sedangkan

kekurangannya bahwa setiap mesin harus di konfigurasikan secara manual, dan

untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang efissien

untuk dilakukan.

Contoh:

Tabel 3.2 VLAN berdasarkan MAC address

MAC ADDRESS VLAN

132516617738 1

272389579355 2

536666337777 2

24444125556 1

3. Berdasarkan Tipe Protokol yang digunakan

Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang digunakan.

Tabel 3.3 VLAN berdasarkan tipe protocol

Protokol IP IPX

(36)

4. Berdasarkan Alamat Subnet IP

Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk

mengklasifikasi suatu VLAN.

Tabel 3.4 VLAN berdasarkan Subnet

IP subnet 22.3.24 46.20.45

VLAN 1 2

Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan juga

tidak mempermasalahkan funggsi router. IP address digunakan untuk

memetakan keanggotaan VLAN. Keuntungannya seorang user tidak perlu

mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila berpindah tempat,

hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit lebih

lambat untuk meneruskan paket di banding menggunakan MAC addresses.

5. Berdasarkan Aplikasi atau Kombinasi Lain

Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan aplikasi

yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk diterapkan pada

suatu jaringan. Misalkan: aplikasi FTP (file transfer protocol) hanya bisa

digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa digunakan pada VLAN 2.

Metode Keanggotaan Vlan

1. Metode Static :

konfigurasi secara manual port pada switch ditandai sebagai VLAN

menggunakan Aplikasi pengelola VLAN atau langsung dikerjakan pada

(37)

2. Metode Dinamis

konfigurasi tidak mempercayakan pada port yang ditandai sebagai VLAN

khusus melainkan menjadikan semua port adalah anggota VLAN.

Beberapa manfaat VLAN adalah ;

1. Performance.

VLAN mampu mengurangi jumlah data yang dikirim ke tujuan yang tidak

perlu. Sehingga lalu lintas data yang terjadi di jaringan tersebut dengan

sendirinya akan berkurang.

2. Mempermudah Administrator Jaringan.

Setiap kali komputer berpindah tempat, maka komputer tersebut harus di

konfigurasi ulang agar mampu berkomunikasi dengan jaringan dimana komputer

itu berada. Hal ini membuat komputer tersebut tidak dapat dioperasikan

langsung setelah di pindahkan. Jaringan dengan Prinsip VLAN bisa

meminimalkan atau bahkan menghapus langkah ini karena pada dasarnya ia

tetap berada pada jaringan yang sama.

3. Mengurangi biaya.

Dengan berpindahnya lokasi, maka seperti hal nya diatas, akan

menyebabkan biaya instalasi ulang. Dalam jaringan yang menggunakan VLAN,

hal ini dapat diminimallisir atau dihapuskan.

4. Keamanan

VLAN bisa membatasi Pengguna yang bisa mengakses suatu data.,

(38)

3.5 VTP ( VLAN TRUNKING PROTOCOL )

VTP adalah suatu protocol untuk mengenalkan suatu atau sekelompok

VLAN yang telah ada agar dapat berkomunikasi dengan jaringan. Atau menurut

sumber lain mengatakan suatu metode dalam hubungan jaringan LAN dengan

ethernet untuk menyambungkan komunikasi dengan menggunakan informasi

VLAN, khususnya ke VLAN. VLAN Trunking Protocol (VTP) merupakan fitur

Layer 2 yang terdapat pada jajaran switch Cisco Catalyst, yang sangat berguna

terutama dalam lingkungan switch skala besar yang meliputi beberapa Virtual

Local Area Network (VLAN).

Tujuan mengonfigurasi VLAN tagging adalah agar traffic dari beberapa

VLAN dapat melewati trunk link yang digunakan untuk menghubungkan

antar-switch. Meskipun hal ini merupakan hal yang baik dalam lingkungan yang besar,

VLAN tagging tidak melakukan apa-apa untuk mempermudah pengkonfigurasian

VLAN pada beberapa switch. Di sinilah VTP mengambil bagian. (wagito,2005)

VLAN merupakan suatu broadcast domain, sekumpulan port atau user yang

kita kelompokkan. VLAN dapat mencakup beberapa switch, hal ini dapat dilakukan

dengan mengonfigurasi VLAN pada bebarapa switch dan kemudian

menghubungkan switch tersebut, dengan satu pasang port per VLAN.

Kelemahan cara ini adalah banyaknya port switch yang menghubungkan

switch tersebut. Cara ini juga lebih manual, membutuhkan lebih banyak waktu, dan

sulit untuk dikelola. Oleh karena itu, muncullah VLAN trunking yang bertujuan

untuk menghubungkan switch dengan interlink (uplink) kecepatan tinggi, dan

(39)

Trunk link tidak dibuat untuk satu VLAN tertentu. Satu, beberapa, atau

semua VLAN aktif dapat dilewati antar-switch dengan mengguunakan satu trunk

link. Adalah mungkin untuk menghubungkan dua switch dengan link fisik terpisah

untuk setiap VLAN. Namun dengan semakin banyaknya VLAN yang dibuat, maka

jumlah link dapat bertambah dengan cepat. Cara yang lebih efisien adalah dengan

menggunakan trunking. Untuk membedakan kepemilikan traffic pada trunk link,

switch harus mempunyai metode untuk mengidentifikasi frame setiap LAN.

Sebenarnya fungsi dari VTP adalah memudahkan Jaringan yang

mengakomodir dan network administrator dalam mengelola semua VLAN yang

berskala besar dan telah dikonfigurasikan pada sebuah internetwork switch. Dalam

artian bahwa dengan menggunakan fasilitas VTP, memungkinkan seorang jaringan

atas untuk menambah, mengurangi, dan mengganti VLAN, dimana informasi

VLAN tersebut kemudian disebarluaskan ke semua switch lainnya di domain VTP

tersebut.

Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dalam menerapkan konsep VTP adalah

berupa:

Konfigurasi VLAN yang lebih stabil di semua switch di network

Pengiriman VLAN-advertisement terjadi hanya di trunk-port

Menambahkan VLAN secara plug –and-play

Tracking dan monitoring VLAN-VLAN yang akurat

3.6 ACCESS LIST

Access List merupakan sebuah daftar yang di rancang untuk menampung

(40)

jaringan, khususnya paket – paket datagram (HTTP, FTP, Telnet, UDP, DLL.) yang

melewati sebuah router, sebelum terkena Access List Packet – packet tersebut

harus mendapat izin Routing dari Access List untuk melintasi jaringan antar Router

(Permit/Deny) yang telah di dapat, maka Process Access List tersebut di

terapkan.(arpandi, 2012)

Access List bisa di terapkan di dua Pintu: pertama sebagai Pintu masuk

(INBOUND Access-List) dan sebagai Pintu keluar (OUTBOUND Access-List).

Inbound Access – List: sebuah Packet yang akan di proses Router oleh

Access – List sebelum packet tersebut masuk ke dalam Router.

Outbound Access – List: sebuah Packet yang akan di proses Router oleh

Access – List sebelum packet tersebut keluar dari Router.

Access List terdapat dua type, diantaranya:

a. Numbered:

Untuk penerapan Access List dari dua tipe (Numbered) tersebut dengan cara

memasukkan nomor yang telah di tentukan untuk konfigursinya, nomer ini

menandakan jenis atau type dari ACL tersebut dan harus pada range tertentu dari

nomer yang Valid untuk jenis daftar tersebut, berikut ini:

Tabel 3.5 Jenis Access List

Jenis Access List Range Nomor Pengenal

IP Standard 1-99

IP Extended 100-199

IPX Standard 800-899

IPX Extended 900-999

Aplle Talk 600-699

(41)

Standar Access List: berguna untuk melakukan Penyeleksiyan Packet

berdasarkan Alamat IP pada pengirim (source) Packet.

Extended Access List: berguna untuk melakukan Penyeleksian Packet

berdasarkan Alamat IP pengirim (source) dan penerima (Destination), Protocol

(HTTP, UDP, TCP, DLL) dan jenis Port (FTP, Telnet, WWW, DLL) packet

yang di kirim (source).

b. Named

Mengidentifikasi konfigurasinya menggunakan Nama yang Case-Sensitive

antara Standard atau Extended List, terdapat pada Cisco ios 11.2 dan

(42)

38

Bab ini membahas tentang proses instalasi dan konfigurasi jaringan yang telah

dibuat.

4.1 LANGKAH-LANGKAH INSTALASI PACKET TRACER 6.2

1. Buka Installer Packet Tracer 6.2 kemudian akan muncul gambar seperti

dibawah ini.

Gambar 4.1 Tampilan Setup Cisco Packet Tracer 6.2

2. Setelah itu tekan tombol Next, kemudian akan muncul gambar seperti dibawah

(43)

Gambar 4.2 Tampilan License Agreement

3. Untuk Proses selanjutnya pilih “I accept the agreement” setelah itu pilih tombol

Next, Kemudian akan muncul gambar seperti dibawah ini.

Gambar 4.3 Tampilan pemilihan lokasi program

4. Setelah memilih lokasi program setelah itu pilih tombol Next, dan sampai

(44)

Gambar 4.4 Tampilan persiapan instalasi program

5. Setelah itu pilih tombol Install setelah itu proses instalasi program akan

berjalan.

Gambar 4.5 Tampilan proses instalasi program

(45)

Gambar 4.6 Tampilan proses instalasi selesai

4.2 KONFIGURASI JARINGAN PADA PACKET TRACER

Topologi yang digunakan sesuai topologi yang di terapkan pada jaringan

Polrestabes Surabaya.

Gambar 4.7 Topologi Polrestabes Surabaya

Pada komputer sitipol yang berjumlah 8 unit akan di jadikan sebagai VLAN 10,

pada komputer sumda yang berjumlah 8 unit akan dijadikan VLAN 20, pada

(46)

komputer ka akan dijadikan VLAN 40, dan pada komputer vicon akan dijadikan

VLAN 50.

4.3 PERANCANGAN ADDRESSING TABLE DAN PORT ASSIGMENT

Perancangan IP pada setiap switch dan PC client pada jaringan.

Tabel 4.1 Addressing Table

4 SW SAMPING POLRESTABES VLAN 99 192.168.99.4 255.255.255.0

5 SW R.LORONG KASIUM VLAN 99 192.168.99.5 255.255.255.0

6 SW R.SUMDA VLAN 99 192.168.99.6 255.255.255.0

7 SW R.BELAKANG BANSAT VLAN 99 192.168.99.7 255.255.255.0

8 SW R.SPKT VLAN 99 192.168.99.8 255.255.255.0

Perencanaan Port Assigment yang akan di terapkan pada jaringan.

(47)

Fa0/2 Access Vlan 10 Sitipol 192.168.10.0/24

Konfigurasi VTP bertujan untuk memudahkan network administrator dalam

mengelola semua VLAN yang berskala besar dan telah dikonfigurasikan pada

sebuah internetwork switch. Dalam artian bahwa dengan menggunakan fasilitas

VTP, memungkinkan seorang jaringan atas untuk menambah, mengurangi, dan

mengganti VLAN, dimana informasi VLAN tersebut kemudian disebarluaskan ke

semua switch lainnya di domain VTP tersebut.

Hal pertama yang di lakukan adalah Setting mode VTP :

(48)

SWITCH R.SPKT

SWITCH R.SUMDA

SWITCH R.URBIN OPS

Nama domain yang digunakan : sitipol

Password domain yang digunakan : sitipolsby

Setting pada switch SITIPOL 1 mode Server.

konfigurasi ini bertujuan membuat switch SITIPOL 1 menjadi switch server.

SITIPOL>en SITIPOL#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL(config)#vtp mode server

Device mode already VTP SERVER. SITIPOL(config)#vtp domain sitipol Domain name already set to sitipol. SITIPOL(config)#vtp password sitipolsby Password already set to sitipolsby

Setting pada switch SITIPOL 2 mode Client

konfigurasi ini bertujuan membuat switch SITIPOL 2 menjadi switch client.

SITIPOL2>en SITIPOL2#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL2(config)#vtp mode client

Setting device to VTP CLIENT mode. SITIPOL2(config)#vtp domain sitipol

Changing VTP domain name from NULL to sitipol SITIPOL2(config)#vtp password sitipolsby

Setting device VLAN database password to sitipolsby

Setting pada switch R.YASIN mode Client

konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.YASIN menjadi switch client.

R.YASIN>en R.YASIN#conf t

(49)

R.YASIN(config)#vtp mode client Setting device to VTP CLIENT mode. R.YASIN(config)#vtp domain sitipol

Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.YASIN(config)#vtp password sitipolsby

Setting device VLAN database password to sitipolsby

Setting pada switch R.SUMDA mode Client

konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.SUMDA menjadi switch client.

R.SUMDA>en R.SUMDA#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SUMDA(config)#vtp mode client

Setting device to VTP CLIENT mode. R.SUMDA(config)#vtp domain sitipol

Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.SUMDA(config)#vtp password sitipolsby

Setting device VLAN database password to sitipolsby

Setting pada switch R.SAMPING POLRESTABES mode Client.

konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.SAMPING POLRESTABES menjadi

switch client.

R.SAMPING_POLRESTABES>en R.SAMPING_POLRESTABES#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SAMPING_POLRESTABES(config)#vtp mode client

Device mode already VTP CLIENT.

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#vtp domain sitipol Domain name already set to sitipol.

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#vtp password sitipolsby Password already set to sitipolsby

Setting pada switch R.BELAKANG BANSAT mode Client

konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.BELAKANG BANSAT menjadi

switch client.

R.BELAKANG_BANSAT#en R.BELAKANG_BANSAT#conf t

(50)

Setting device to VTP CLIENT mode.

R.BELAKANG_BANSAT(config)#vtp domain sitipol Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.BELAKANG_BANSAT(config)#vtp password sitipolsby Setting device VLAN database password to sitipolsby

Setting pada switch R.URBIN OPS mode Client

konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.URBIN OPS menjadi switch client.

R.URBIN_OPS>en R.URBIN_OPS#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.URBIN_OPS(config)#vtp mode client

Setting device to VTP CLIENT mode. R.URBIN_OPS(config)#vtp domain sitipol

Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.URBIN_OPS(config)#vtp password sitipolsby

Setting device VLAN database password to sitipolsby

Setting pada switch R.SPKT mode Client

konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.SPKT menjadi switch client.

R.SPKT>en R.SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SPKT(config)#vtp mode client

Setting device to VTP CLIENT mode. R.SPKT(config)#vtp domain sitipol

Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.SPKT(config)#vtp password sitipolsby

Setting device VLAN database password to sitipolsby

4.4.1 KONFIGURASI VTP PORT

Konfigurasi VTP port digunakan untuk mengenalkan sekelompok VLAN agar

dapat berkomunikasi dengan jaringan. Jika suatu Port saling terbuhubung dengan

Port dengan Device yang sama maka akan menggunakan fitur trunk pada VTP. Jika

suatu port terhubung ke port client maka akan menggunakan fitur Access pada VTP.

(51)

SITIPOL 1

Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 sampai 3 menjadi port mode trunk.

dan port 1-3 merupakan native dari vlan 99.

SITIPOL_1>en SITIPOL_1#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL_1(config)#interface range fastEthernet 0/1-3

SITIPOL_1(config-if-range)#switchport mode trunk

SITIPOL_1(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 SITIPOL_1(config-if-range)#no sh

SITIPOL 2

Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port

1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan

untuk berkomunikasi dengan port client.

SITIPOL2>en SITIPOL2#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL2(config)#interface fastEthernet 0/1

SITIPOL2(config-if)#switchport mode trunk

SITIPOL2(config-if)#switchport trunk native vlan 99 SITIPOL2(config-if)#no sh

digunakan untuk berkomunikasi dengan port client.

R.YASIN>en R.YASIN#conf t

(52)

R.YASIN(config-if-range)#switchport mode trunk

R.YASIN(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 R.YASIN(config-if-range)#no sh

port 1-2 merupakan native dari vlan 99.

R.LORONG.KASIUM>en R.LORONG.KASIUM#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.LORONG.KASIUM(config)#interface range fastEthernet 0/1-2 R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#switchport mode trunk

R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#no sh

R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#exit

R.SUMDA

Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port

1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan

untuk berkomunikasi dengan port client.

R.SUMDA#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SUMDA(config)#interface fastEthernet 0/1

R.SUMDA(config-if)#switchport mode trunk

(53)

R.SAMPING_POLRESTABES

Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1-2 menjadi port mode trunk dan

port 1-2 merupakan native dari vlan 99. Dan port 3 menjadi port access yang

digunakan untuk berkomunikasi dengan port client.

R.SAMPING_POLRESTABES>en

R.SAMPING_POLRESTABES#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface range fastEthernet 0/1-2

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if-range)#switchport mode trunk

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 R.SAMPING_POLRESTABES(config-if-range)#no sh

port 1-3 merupakan native dari vlan 99.

R.BELAKANG_BANSAT>en

R.BELAKANG_BANSAT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

(54)

R.SPKT

Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port

1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan

untuk berkomunikasi dengan port client.

R.SPKT>en

R.SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

R.SPKT(config)#interface fastEthernet 0/1

R.SPKT(config-if)#switchport mode trunk

R.SPKT(config-if)#switchport trunk native vlan 99

R.SPKT(config-if)#no sh

Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port

1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan

untuk berkomunikasi dengan port client.

R.URBIN_OPS>en

R.URBIN_OPS#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/1

R.URBIN_OPS(config-if)#switchport mode trunk

R.URBIN_OPS(config-if)#switchport trunk native vlan 99

R.URBIN_OPS(config-if)#no sh

R.URBIN_OPS(config-if)#exit

R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/2

(55)

R.URBIN_OPS(config-if)#no sh

R.URBIN_OPS(config-if)#exit

4.5 KONFIGURASI VLAN

Konfigurasi VLAN cukup di lakukan di switch server (SITIPOL 1),karena jika

kita mengkonfigurasi di switch server maka secara otomatis terdistribusi ke switch

client yang mempunyai domain yang sama, inilah kelebihan dari VTP kita tidak

perlu mengkonfigurasi VLAN pada setiap Switch yang ada , cukup di switch server.

Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat VLAN 99 yang berdomain cisco,

VLAN 10 yang berdomain sitipol, VLAN 20 yang berdomain sumda , VLAN 30

yang brdomain SPKT, VLAN 40 yang berdomain KA, VLAN 50 yang berdomain

vicon. Berikut List konfigurasi pembuatan VLAN di Switch Server :

SITIPOL_1>en

SITIPOL_1#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

(56)

Cek apakah VLAN yang sudah dibuat sudah masuk database dari masing

masing tiap switch. Cara mengecek dengan memasukan perintah ‘show vlan brief’.

Lihat pada gambar 4.8 , gambar 4.9 dan gambar 4.10.

Gambar 4.8 VLAN yang telah di buat di Switch server

(57)

Gambar 4.10 VLAN yang telah terdistribusi ke Switch Client(R.SUMDA)

4.6 KONFIGURASI ALAMAT INTERFACE SWITCH

Digunakan untuk memberi ip pada pada switch yang akan digunakan pada

VLAN 99 (Native VLAN) supaya setiap switch dapat memiliki ip.

Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada

switch SITIPOL1.berikut list konfigurasinya:

SITIPOL_1(config)#interface vlan 99

SITIPOL_1(config-if)#ip address 192.168.99.1 255.255.255.0

SITIPOL_1(config-if)#no sh

Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada

switch SITIPOL2.berikut list konfigurasinya:

SITIPOL2(config)#Interface vlan 99

SITIPOL2(config-if)#ip address 192.168.99.2 255.255.255.0

SITIPOL2(config-if)#no sh

Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada

switch R.Yasin.berikut list konfigurasinya:

(58)

R.YASIN(config-if)#ip address 192.168.99.3 255.255.255.0

R.YASIN(config-if)#no sh

Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada

switch R.samping polrestabes.berikut list konfigurasinya:

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface vlan 99

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#ip address 192.168.99.4

255.255.255.0

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#no sh

Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada

switch R.lorong kasium.berikut list konfigurasinya:

R.LORONG.KASIUM(config)#interface vlan 99

switch belakang bansat.berikut list konfigurasinya:

Gambar

Gambar 2.1 Logo POLRI
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polrestabes Surabaya
Gambar 3.2 Router
Tabel 3.1 VLAN berdasarkan port
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil penelitian ini adalah Setelah mengurai tentang dasar-dasar hukum dalam menentukan pertimbangan perawatan bagi pelaku tindak pidana yang sakit jiwa, hakim

Dari paparan diatas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Bimbingan Guru Teknik In- formatika Terhadap Kesiapan Siswa Dalam Pelaksanaan Ujian Nasional

Pengujian pasteurisasi sari buah apel dilakukan untuk menguji efektifitas pembangkit pulsa tegangan tinggi, yang terdiri dari pengujian energi masukan spesifik pada

Suatu untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau yang sedang dihadapi. Marah adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung,

Mortar adalah bahan bangunan lentur (seperti campuran semen, kapur atau gipsum dengan pasir & air) yang dapat mengeras dan bahan tersebut biasa- nya digunakan pada pekerjaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id... digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anak tunagrahita khususnya dalam pembelajaran matematika diperlukan strategi belajar mengajar, media atau alat bantu dalam

Menurut Halim (2001), PAD adalah penerimaan daerah yang diperoleh dari sumber – sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan