PENERAPAN ACCESS LIST PADA JARINGAN
POLRESTABES SURABAYA DENGAN SIMULASI PACKET
TRACER
KERJA PRAKTIK
Program Studi
S1 Sistem Komputer
Oleh:
DEDDY MOHAMMAD FIRDAUS
13410200078
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN MOTTO ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan ... 3
1.5 Kontribusi ... 3
1.6 Sistematikan Penulisan ... 4
BAB II GAMBARAN UMUM POLRI ... 5
2.1 Sejarah dan Perkembangan ... 5
x
2.3 Visi dan Misi POLRI ... 22
2.4 Struktur Organisasi ... 23
BAB III LANDASAN TEORI ... 25
3.1 Packet Tracer ... 25
3.2 Swicth ... 26
3.3 Router ... 27
3.4 VLAN ( Virtual Local Area Network ) ... 29
3.5 VTP ( VLAN Trunking Protocol ) ... 34
3.6 Access List ... 35
BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK ... 38
4.1 Langkah-langkah instalasi Packet Tracer 6.2 ... 38
4.2 Konfigurasi Jaringan Pada Packet Tracer ... 41
4.3 Perencangan addressing table dan port assigment ... 42
4.4 Konfigurasi VTP ... 43
4.4.1 Konfigurasi VTP port ... 46
4.5 Konfigurasi VLAN ... 51
4.6 Konfigurasi Alamat Interface Switch ... 53
4.7 Konfigasi Switch Port di VLAN ... 55
4.8 Tes Koneksi VLAN dan VTP ... 56
xi
5.2 Saran ... 60
1
POLRESTABES SURABAYA merupakan salah satu instansi milik negara
menjaga keamanan negara yang dimana telah menajaga keamanan negara dari
serangan luar maupun dalam negeri sendiri, yang dimana didalam nya juga ada
informasi yang sangat rahasia sehingga tidak bisa dipublikasikan.
Kemajuan teknologi telah memberikan jawaban akan kebutuhan informasi,
komputer yang semakin canggih memungkinkan untuk memperoleh informasi
secara cepat, tepat dan akurat. Hasil informasi yang canggih tersebut sudah mulai
menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan serta pemanfaatan computer
secara optimal dapat memacu laju perkembangan pembangunan. Kesadaran tentang
hal inilah yang menuntut pengadaan tenaga-tenaga ahli yang terampil untuk dapat
mengelola informasi, dan pendidikan merupakan salah satu cara yang harus
ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tenaga tersebut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi yang maju dengan pesat mengakibatkan
kebutuhan terhadap tenaga kerja yang menguasai bidang sistem komputerisasi
sangat meningkat. Terbentuknya lembaga-lembaga pendidikan formal di bidang
informasi dan komputer seperti Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya
salah satu lembaga pendidikan yang melhirkan lulusan-lulusan muda yang berpola
piker akademik bertindak professional serta berakhlak. Selain itu juga berupaya
yang tidak hanya memahami ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi mampu
mempraktekkan serta mengembangkan ilmu yang di dapat pada bangku kuliah baik
di dunia pendidikan maupun di dunia industri. Dengan mengikuti kerja praktik ini
mahasiswa diharapkan bisa mendapat nilai tambahan terhadap materi kuliah yang
di berikan serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
tentang dunia kerja sekaligus mendapatkan pengalaman kerja di suatu perusahaan
maupun instansi serta mampu bekerjasama dengan orang lain dengan disiplin ilmu
yang berbeda-beda. Sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang sudah di peroleh
dalam perkuliahan.
Pada permasalahan yang sering terjadi ,Jaringan yang tidak rapi dan tidak
teratur dapat membuat kinerja jaringan tersebut menjadi kurang efektif dan efisien,
dan terkadang keamanan dalam suatu jaringan tidak begitu diterapkan ,jika begini
akan memicu terjadinya berbagai macam tindakan yang tidak diinginkan
1.2 Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah yang ada pada kerja praktik yang dilakukan oleh
penulis terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah yang
harus diselesaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara membagi bagian-bagian yang berbeda jaringan agar tetap
terhubung.
2. Bagaimana menerapkan Access List pada jaringan yang berbeda-beda.
1.3 Batasan Masalah
Melihat permasalahan yang ada, maka penulis membatasi maslaah dari
a. Perancangan topologi dan desain menggunakan software Packet Tracer.
b. Merancang jaringan Virtual Local Area Network.
c. Merancang jaringan Virtual Trunking Protocol.
d. Merancang Jaringan dengan penerapan Access list.
e. Semua proses konfigurasi jaringan menggunakan program simulasi Packet
Tracer.
1.4 Tujuan
Tujuan umum dari kerja praktik yang dilaksanakan mahasiswa adalah agar
mahasiswa dapat melihat serta merasakan kondisi dan keadaan real yang ada pada
dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi dan dapat
memperdalam kemamapuan pada suatu bidang. Tujuan khusus adalah sebagai
berikut:
1. Membandingkan dan Menguji rancangan permodelan dengan menggunakan
program simulasi Packet Tracer.
2. Memberikan cara konfigurasi dan proses pada perancangan konsep Access
List jaringan yang dibuat.
1.5 Kontribusi
Adapun Kontribusi dari kerja praktik terhadap POLRESTABES
SURABAYA adalah menganalisa permasalahan yang ada tentang jaringan
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang uraian mengenai latar belakang
masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan,
kontribusi serta sistematika penulisan dalam penyusunan
laporan kerja praktik.
BAB II : GAMBARAN UMUM POLRESTABES SURABAYA
Bab dua berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, jenis
usaha, visi, misi, struktur organisasi, departemen, dari
POLRESTABES SURABAYA sebagai tempat kerja
praktik.
BAB III : LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori penunjang yang digunakan
sebagai acuan dalam kerja praktik tersebut.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang proses penerapan Access List
jaringan dan menampilkan gambar yang telah dikerjakan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan kerja praktik
yang membahas tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil
dari kerja praktik serta saran disesuaikan dengan hasil dan
5
Bab dua berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, visi, misi, struktur organisasi, dan
komitmen POLRI dalam hal ini Polrestabes Surabaya sebagai tempat kerja praktik.
2.1 Sejarah dan Perkembangan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian
Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri
mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin
oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Sejak 13 Juli
2016, jabatan Kapolri dipegang oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A.,
Ph.D.
Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan
pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan
kerajaan. Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali
oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi
untuk menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu
itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang
pribumi untuk menjaga keamanan mereka. Wewenang operasional kepolisian ada
pada residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan
pada procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat
bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan) , stands
praja), dan lain-lain. Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian
juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada
dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur
van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi
diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.
Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah
merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia
saat ini.
Pada masa pendudukan jepang, Jepang membagi wilayah kepolisian
Indonesia menjadi Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta,
Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia
Timur berpusat di Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di
Banjarmasin. Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang
pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang
yang disebut sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.
Pada periode 1945– 1950 tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,
sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara
resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka. Inspektur Kelas I
(Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada
tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia
sebagai langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan
semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang
sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada
tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September 1945
Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala
Kepolisian Negara (KKN). Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya
bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional
bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946
dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara
yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah
yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini. Sebagai
bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan maka Polri di
samping bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah
RI. Polri menyatakan dirinya “combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi
Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus
untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di
Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan
PKI di Madiun, dan lain-lain. Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4
Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa
Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai
perdana menteri/wakil perdana menteri. Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal
Polisi R.S. Soekanto telah mulai menata organisasi kepolisian di seluruh wilayah
Prawiranegara berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin
KBP Umar Said (tanggal 22 Desember 1948). Hasil Konferensi Meja Bundar antara
Indonesia dan Belanda dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S.
Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumanto
diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.
Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS
dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan
perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan,
dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri. Umur RIS hanya beberapa
bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada
tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi
kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia.
Dalam peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang dipimpin secara
sentral, baik di bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif,
organisatoris.
Pada periode 1950 – 1959 dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17
Agustus 1950 dan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem
parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang
bertanggung jawab kepada perdana menteri/presiden. Waktu kedudukan Polri
kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de
Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian R.S.
Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI
gedung perkantoran termegah setelah Istana Negara. Sampai periode ini kepolisian
berstatus tersendiri antara sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan
gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik
Indonesia (P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak
zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan
nama Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi.
Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara
demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante
dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan
perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil melahirkan
Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding
dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).
Pada Masa Orde lama dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan
Konstituante, Indonesia kembali ke UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya
kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir.
Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada
Menteri Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di
mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio. Pada
tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai
Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus
1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan
Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang
memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian
terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto
menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme
kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri
setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier
Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.
Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas
Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan
Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian
Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan
nasional. Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No.
13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur
ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU. Dengan Keppres No.
94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU,
Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil
Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962
menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak).
Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi Menteri/Panglima Angkatan
Kepolisian (Menpangak) dan langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai
kepala pemerintahan negara. Dengan Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan
tanggung jawab Polri ditentukan sebagai berikut:
1. Alat Negara Penegak Hukum.
2. Koordinator Polsus.
3. Ikut serta dalam pertahanan.
5. Kekaryaan.
6. Sebagai alat revolusi.
Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI
disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang.
Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik
NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian
anggota ABRI dari keempat angkatan.
Pada Masa Orde Baru dengan pengalaman yang pahit dari peristiwa
G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI,
maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No.
132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan
bagian dari organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang
masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal
Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama. Setelah Soeharto dipilih
sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada
Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang
dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang
bukan angkatan perang. Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan
Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi
Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.
tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala
Staf Angkatan.
Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke
kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri tingkat
kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) di
tingkat provinsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) di tingkat
kabupaten/kota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor (Polsek) di
wilayah kecamatan. Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kapolri berpangkat Jenderal Polisi,
Sejak 16 Januari 2015, Jenderal Sutarman diberhentikan dengan hormat dan
digantikan oleh Jenderal Pol Badrodin Haiti. Kemudian pada tanggal 16 Juli 2016
Kapolri digantikan oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.
Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan terdiri dari:
1. Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas membantu Kapolri
dalam penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan umum dan
perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk satuan-satuan organsiasi
non struktural yang berada di bawah pengendalian Kapolri.
2. Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas membantu Kapolri
dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang operasional dalam
lingkungan Polri termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta
3. Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Asrena),
bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan
umum dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem organisasi dan
manajemen serta penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Polri.
4. Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS SDM), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang
sumber daya manusia termasuk upaya perawatan dan peningkatan
kesejahteraan personel dalam lingkungan Polri.
5. Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras), bertugas membantu
Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi sarana dan prasarana dalam
lingkungan Polri.
6. Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div
Propam), adalah unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban
profesi dan pengamanan internal.
7. Divisi Hukum (Div Kum).
8. Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)
9. Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah unsur pembantu
pimpinan bidang hubungan internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian
ini membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk
menangani kejahatan internasional.
10. Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol), adalah unsur pembantu
pimpinan di bidang informatika yang meliputi teknologi informasi dan
komunikasi elektronika.
12. Sekretariat Umum (Kasetum)
13. Pelayanan Markas (Kayanma)
14. Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan mengenai masalah
tertentu sesuai bidang keahliannya
Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari:
1. Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi
kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri maupun
guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka
mewujudkan keamanan dalam negeri.
2. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana,
termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik, dalam rangka
penegakan hukum. Dipimpin oleh seorang Komisaris Jenderal (Komjen).
3. Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan yang mencakup
pemeliharaan dan upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.
4. Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi
pembinaan keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan
gangguan keamanan yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan
keamanan dalam negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal
5. Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan menyelenggarakan
fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat, penegakan hukum,
pengkajian masalah lalu lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan
kendaraan bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya.
6. Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan Brimob, Sabhara,
Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak Bahan Peledak, bila diperlukan)
serta sebuah tim intelijen jika ada demonstrasi, sidang pengadilan,
pertemuan tingkat tinggi, perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat,
atau peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara, ketua MPR, atau
ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas kepada Biro Operasi Polda
setempat, Biro Operasi Polres setempat, dan Polsek setempat.
7. Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT), bertugas
menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan,
dan bantuan operasional dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana terorisme.
Unsur Pendukung terdiri dari :
1. Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas merencanakan,
mengembangkan, dan menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan
dan pengembangan berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan
profesi, manajerial, akademis, dan vokasi. Lemdikpol membawahi:
a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur
pelaksana pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan
pengembangan manajemen Polri. Terdiri dari Sespinma (dahulu
b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan
pembentukan Perwira Polri.
c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur pelaksana
pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan pendidikan
tinggi dan pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian
d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)
e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional
(Diklatsusjatrans)
f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari:
1) Pusdik Intelijen (Pusdikintel)
2) Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim)
3) Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)
4) Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)
5) Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)
6) Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)
7) Pusdik Administrasi (Pusdikmin)
8) Sekolah Bahasa (Sebasa)
9) Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)
10) Pusdik Bina Masyarakat (PusdikBinmas)
2. Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang Brigadir
Jenderal (Brigjen).
3. Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang dipimpin oleh
Sakit Pusat Polri (Rumkit Puspol) yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir
Jenderal (Brigjen).
4. Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir
Jenderal (Brigjen).
5. Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang akan dipimpin
oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).
6. Pusat sejarah (Pusjarah Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal
(Brigjen).
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana
utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas
menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang
bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda
(Wakapolda).
1. Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres).
Ada tiga tipe Polda, yakni Tipe A-K, Tipe A dan Tipe B. Polda Tipe A-K
saat ini hanya terdapat 1 Polda, yaitu Polda Metro Jaya. Polda Tipe A-K dan
Tipe A dipimpin seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal
Polisi (Irjen), sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat
Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen).
Setiap Polda menjaga keamanan sebuah Provinsi.
2. Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor. Untuk
kota - kota besar, Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres
dipimpin oleh seorang Komisaris Besar Polisi (Kombes) (untuk
Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (untuk Polres)
Setiap Polres menjaga keamanan sebuah Kotamadya atau
Kabupaten.
3. Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar
Polisi (AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi
(Kompol) (untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau
Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP)
(tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin oleh
Inspektur Polisi Dua (Ipda).
Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.
Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) memiliki sejumlah
Direktorat dalam menangani tugas melayani dan melindungi, yaitu:
1. Direktorat Reserse Kriminal
a) Subdit Kriminal Umum
b) Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)
c) Subdit Remaja Anak dan Wanita
d) Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System)
/ Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)
2. Direktorat Reserse Kriminal Khusus
a) Subdit Tindak Pidana Korupsi
b) Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah)
c) Subdit Cyber Crime
a) Subdit Narkotika
b) Subdit Psikotropika
4. Direktorat Intelijen dan Keamanan
5. Direktorat Lalu Lintas
a) Subdit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa)
b) Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident)
c) Subdit Penegakan Hukum (Gakkum)
d) Subdit Keamanan dan Keselamatan (Kamsel)
e) Subdit Patroli Pengawalan (Patwal)
f) Subdit Patroli Jalan Raya (PJR)
6. Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas, dulu Bina Mitra)
7. Direktorat Sabhara
8. Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)
9. Direktorat Polisi Air (Polair)
10. Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti)
11. Biro Operasi
12. Biro SDM
13. Biro Sarana Prasarana (Sarpras, dulu Logistik)
14. Bidang Keuangan
15. Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam)
16. Bidang Hukum
17. Bidang Hubungan Masyarakat
Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia pada dasarnya didasarkan dan
disesuaikan atas wilayah administrasi pemerintahan sipil. Komando pusat berada di
Markas Besar Polri (Mabes) di Jakarta. Pada umumnya, struktur komando Polri dari
pusat ke daerah adalah:
1. Pusat
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri)
2. Wilayah Provinsi
Kepolisian Daerah (Polda)
3. Wilayah Kabupaten dan Kota Kepolisian Resort
a) Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes)
b) Kepolisian Resort Kota (Polresta)
c) Kepolisian Resort Kabupaten (Polres)
4. Tingkat kecamatan Kepolisian sektor
a) Kepolisian Sektor Kota (Polsekta)
b) Kepolisian Sektor (Polsek)
Wilayah hukum dari Kepolisian Wilayah (Polwil) adalah kawasan yang pada masa
kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada
di Pulau Jawa, maka di luar Jawa tidak dikenal adanya satuan berupa Polwil kecuali
untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes
Makassar di Sulawesi Selatan. Mulai awal tahun 2010 seluruh Kepolisian Wilayah
(Polwil) di Pulau Jawa sudah dihapus. Di beberapa daerah terpencil, ada pula
2.2 Logo dan Arti Logo POLRI
2.2.1 Logo
Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana dari suatu Instansi. Sudah
banyak Instansi – Instansi yang melakukan transformasi visi dan misi melalui logo.
Logo juga bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan.Logo POLRI dapat dilihat
pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Logo POLRI
2.2.2 Arti Logo
Arti Logo POLRI
1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.
2. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, di
samping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna
penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan
perlunya kondisi keamanan ketertiban masyarakat yang mantap.
3. Pancoran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar
berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945
langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan
bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.
4. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa
menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas
dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan
tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang
dijabat oleh Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
5. Tiga bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman
hidup Polri.
6. Warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.
7. Warna kuning keemasan perlambang kebesaran dan keagungan
hati nurani segenap personil Polri.
8. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang
mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah
dalam situasi dan kondisi apapun, tenang, memiliki stabilitas
nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir
jernih,bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.
2.3 Visi dan Misi POLRI
Visi
Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima,
tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya
Misi
1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan;
2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif;
3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang;
4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri;
5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum;
6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;
7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri;
8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga internasional
maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja (partnership building/networking).
2.4 Struktur Organisasi
Pada tempat kerja praktik terdapat stuktur organasasi yang terdiri atas
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polrestabes Surabaya
KAPOLRESTABES SURABAYA Drs. IMAN SUMANTRI, M, Si
KOMBESPOL / 66070510
WAKAPOLRESTABES SURABAYA AKBP DENY SN NASUTION, S.I.K., M.H
KASITIPOL PENATA TK 1 / 1970010620021210001
25
Pada bab tiga penulis menjelaskan tentang teori penunjang kerja praktik yang telah
di kerjakan.
3.1 PACKET TRACER
Packet Tracer adalah sebuah perangkat lunak (software) simulasi jaringan
yang dikembangkan oleh Cisco, di mana perangkat tersebut berfungsi untuk
membuat suatu simulator jaringan komputer yang sebelumnya telah didesain dan
dikonfigurasi oleh pengguna. Packet Tracer memungkinkan para pengguna untuk
melakukan simulasi berbagai macam protokol dengan mudah yang digunakan pada
jaringan, baik secara realtime maupun dengan mode simulasi.
Dalam perangkat ini telah tersedia beberapa komponen atau alat-alat yang
sering dipakai atau digunakan dalam jaringan sistem tersebut, antar lain seperti
kabel LAN (cross over, straight, console, dll), Hub, Switches, Router, dan
sebagainya. Ketika simulasi difungsikan, kita dapat mengetahui cara kerja pada
tiap-tiap alat tersebut dan cara pengiriman sebuah pesan (paket data) dari komputer
satu ke komputer lainnya dan dapat digunakan pula untuk simulasi dari desain,
konfigurasi hingga pemecahan masalah (troubleshooting). Pengguna dapat secara
langsung mengatur dan mengkonfigurasi jaringan yang akan di desainnya.
3.2 SWITCH
Switch adalah suatu jenis komponen jaringan komputer yang digunakan
untuk menghubungkan beberapa HUB dalam membentuk jaringan komputer yang
lebih besar atau menghubungkan komputer-komputer yang memiliki kebutuhan
akan bandwidth yang cukup besar.
Beberapa fungsi switch yaitu sebagai manajemen lalu lintas yang terdapat
pada suatu jaringan komputer, switch bertugas bagaimana cara mengirimkan paket
data untuk sampai ke tujuan dengan perangkat yang tepat, Switch juga bertugas
untuk mencari jalur yang paling baik dan optimal serta memastikan pengiriman
paket data yang efisien ketujuannya.
Switch merupakan hardware (perangkat keras) jaringan komputer yang sama
dengan HUB, perbedaanya switch ini lebih pintar walaupun harganya sedikit lebih
mahalan ketibang HUB. Cara kerja switch yaitu dengan cara menerima paket data
pada suatu port lalu akan melihat MAC (Media Access Control) tujuannya dan
membangun sebuah koneksi logika dengan port yang sudah terhubung dengan node
atau perangkat tujuan, sehingga selain port yang dituju tidak dapat menerima paket
data yang dikirimkan dan akan mengurangi terjadinya tabrakan data atau disebut
dengan collision. Setiap perangkat yang terhubung ke port tertentu, MAC address
nya akan dicatat di MAC address table yang nantinya disimpan pada memori cache
switch, itulah bagaimana switch bekerja. ( sofana, 2012 )
Switch terbagi menjadi dua macam, berdasarkan model OSI (Open System
Interconnection) dimana terdapat switch layer dua dan layer tiga, penjelasannya di
bawah ini:
Yang pertama, Switch layer 2 (dua) yang beroperasi Data link layer ada
pada lapisan model OSI, dimana switch dapat meneruskan paket dengan melihat
MAC address tujuan, switch juga dapat melakukan fungsi bridge antara
segmen-segmen LAN (Local Area Network) sebab switch mengirimkan paket-paket data
dengan cara melihat alamat yang ditujunya tanpa mengetahui protokol jaringan
yang dipakai. Itulah penjelasan mengenai Switch layer 2.
Dan yang kedua, switch layer 3 (tiga) berada pada Network layer yang ada
pada lapisan model OSI, dimana switch dapat meneruskan paket data menggunakan
IP address. Switch layer 3 (tiga) sering disebut dengan switch routing ataupun
switch multilayer.
3.3 ROUTER
Router adalah sebuah alat yang mengirimkan paket data melalui sebuah
jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal
sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (Lapisan jaringan seperti
Internet Protocol) dari stack protokol tujuh-lapis OSI.
Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk
meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router berbeda dengan
switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu
Sebagai ilustrasi perbedaan fungsi dari router dan switch merupakan suatu
jalanan, dan router merupakan penghubung antar jalan. Masing-masing rumah
berada pada jalan yang memiliki alamat dalam suatu urutan tertentu. Dengan cara
yang sama, switch menghubungkan berbagai macam alat, dimana masing-masing
alat memiliki alamat IP sendiri pada sebuah LAN.( sofana. 2012 )
Router sangat banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi protokol
TCP/IP, dan router jenis itu disebut juga dengan IP Router. Selain IP Router, ada
lagi AppleTalk Router, dan masih ada beberapa jenis router lainnya. Internet
merupakan contoh utama dari sebuah jaringan yang memiliki banyak router IP.
Router dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke
sebuah jaringan yang lebih besar, yang disebut dengan internetwork, atau untuk
membagi sebuah jaringan besar ke dalam beberapa subnetwork untuk
meningkatkan kinerja dan juga mempermudah manajemennya. Router juga kadang
digunakan untuk mengoneksikan dua buah jaringan yang menggunakan media yang
berbeda (seperti halnya router wireless yang pada umumnya selain ia dapat
menghubungkan komputer dengan menggunakan radio, ia juga mendukung
penghubungan komputer dengan kabel UTP), atau berbeda arsitektur jaringan,
seperti halnya dari Ethernet ke Token Ring.
Router juga dapat digunakan untuk menghubungkan LAN ke sebuah
layanan telekomunikasi seperti halnya telekomunikasi leased line atau Digital
Subscriber Line (DSL). Router yang digunakan untuk menghubungkan LAN ke
sebuah koneksi leased line seperti T1, atau T3, sering disebut sebagai access server.
Sementara itu, router yang digunakan untuk menghubungkan jaringan lokal ke
umumnya memiliki fungsi firewall untuk melakukan penapisan paket berdasarkan
alamat sumber dan alamat tujuan paket tersebut, meski beberapa router tidak
memilikinya. Router yang memiliki fitur penapisan paket disebut juga dengan
packet-filtering router. Router umumnya memblokir lalu lintas data yang
dipancarkan secara broadcast sehingga dapat mencegah adanya broadcast storm
yang mampu memperlambat kinerja jaringan.
Gambar 3.2 Router
Fungsi utama Router adalah merutekan paket (informasi). Sebuah Router
memiliki kemampuan Routing, artinya Router secara cerdas dapat mengetahui
kemana rute perjalanan informasi (paket) akan dilewatkan, apakah ditujukan untuk
host lain yang satu network ataukah berada di network yang berbeda.
Jika paket-paket ditujukan untuk host pada network lain maka router akan
meneruskannya ke network tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan untuk
host yang satu network maka router akan menghalangi paket-paket keluar.
3.4 VLAN ( VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK )
Virtual Local Area Netwok (VLAN) merupakan sebuah metode baru yang
berjalan di dunia jaringan yang akhir – akhir ini berkembang dengan pesat. Dengan
adanya media ini, suatu jaringan dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus
menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan
pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi
workstation.(sukmaaji,2008)
Perbedaan yang sangat jelas dari model jaringan Local Area Network
dengan Virtual Local Area Network adalah bahwa bentuk jaringan dengan model
Local Area Network sangat bergantung pada letak/fisik dari workstation, serta
penggunaan hub dan repeater sebagai perangkat jaringan yang memiliki beberapa
kelemahan. Sedangkan yang menjadi salah satu kelebihan dari model jaringan
dengan VLAN adalah bahwa tiap-tiap workstation/ user yang tergabung dalam satu
VLAN/ bagian (organisasi, kelompok dsb) dapat tetap saling berhubungan
walaupun terpisah secara fisik. ( rafiudin, 2006 )
VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi
fisik seperti LAN , hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara
virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan
membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen
yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi
workstation.
Tipe – Tipe Vlan :
1. Berdasarkan Port
Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang di
gunakan oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch dengan 4
port, port 1, 2, dan 4 merupakan VLAN 1 sedang port 3 dimiliki oleh VLAN 2,
Tabel 3.1 VLAN berdasarkan port
Port 1 2 3 4
Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah pindah, apabila harus
berpindah maka Network Administrator harus mengkonfigurasikan ulang.
2. Berdasarkan Mac Address
Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap
workstation/komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi/mencatat
semua MAC address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN. MAC address
merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC (Network Interface Card) di
setiap workstation. Kelebihannya apabila user berpindah pindah maka dia akan
tetap terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut. Sedangkan
kekurangannya bahwa setiap mesin harus di konfigurasikan secara manual, dan
untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang efissien
untuk dilakukan.
Contoh:
Tabel 3.2 VLAN berdasarkan MAC address
MAC ADDRESS VLAN
132516617738 1
272389579355 2
536666337777 2
24444125556 1
3. Berdasarkan Tipe Protokol yang digunakan
Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang digunakan.
Tabel 3.3 VLAN berdasarkan tipe protocol
Protokol IP IPX
4. Berdasarkan Alamat Subnet IP
Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk
mengklasifikasi suatu VLAN.
Tabel 3.4 VLAN berdasarkan Subnet
IP subnet 22.3.24 46.20.45
VLAN 1 2
Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan juga
tidak mempermasalahkan funggsi router. IP address digunakan untuk
memetakan keanggotaan VLAN. Keuntungannya seorang user tidak perlu
mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila berpindah tempat,
hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit lebih
lambat untuk meneruskan paket di banding menggunakan MAC addresses.
5. Berdasarkan Aplikasi atau Kombinasi Lain
Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan aplikasi
yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk diterapkan pada
suatu jaringan. Misalkan: aplikasi FTP (file transfer protocol) hanya bisa
digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa digunakan pada VLAN 2.
Metode Keanggotaan Vlan
1. Metode Static :
konfigurasi secara manual port pada switch ditandai sebagai VLAN
menggunakan Aplikasi pengelola VLAN atau langsung dikerjakan pada
2. Metode Dinamis
konfigurasi tidak mempercayakan pada port yang ditandai sebagai VLAN
khusus melainkan menjadikan semua port adalah anggota VLAN.
Beberapa manfaat VLAN adalah ;
1. Performance.
VLAN mampu mengurangi jumlah data yang dikirim ke tujuan yang tidak
perlu. Sehingga lalu lintas data yang terjadi di jaringan tersebut dengan
sendirinya akan berkurang.
2. Mempermudah Administrator Jaringan.
Setiap kali komputer berpindah tempat, maka komputer tersebut harus di
konfigurasi ulang agar mampu berkomunikasi dengan jaringan dimana komputer
itu berada. Hal ini membuat komputer tersebut tidak dapat dioperasikan
langsung setelah di pindahkan. Jaringan dengan Prinsip VLAN bisa
meminimalkan atau bahkan menghapus langkah ini karena pada dasarnya ia
tetap berada pada jaringan yang sama.
3. Mengurangi biaya.
Dengan berpindahnya lokasi, maka seperti hal nya diatas, akan
menyebabkan biaya instalasi ulang. Dalam jaringan yang menggunakan VLAN,
hal ini dapat diminimallisir atau dihapuskan.
4. Keamanan
VLAN bisa membatasi Pengguna yang bisa mengakses suatu data.,
3.5 VTP ( VLAN TRUNKING PROTOCOL )
VTP adalah suatu protocol untuk mengenalkan suatu atau sekelompok
VLAN yang telah ada agar dapat berkomunikasi dengan jaringan. Atau menurut
sumber lain mengatakan suatu metode dalam hubungan jaringan LAN dengan
ethernet untuk menyambungkan komunikasi dengan menggunakan informasi
VLAN, khususnya ke VLAN. VLAN Trunking Protocol (VTP) merupakan fitur
Layer 2 yang terdapat pada jajaran switch Cisco Catalyst, yang sangat berguna
terutama dalam lingkungan switch skala besar yang meliputi beberapa Virtual
Local Area Network (VLAN).
Tujuan mengonfigurasi VLAN tagging adalah agar traffic dari beberapa
VLAN dapat melewati trunk link yang digunakan untuk menghubungkan
antar-switch. Meskipun hal ini merupakan hal yang baik dalam lingkungan yang besar,
VLAN tagging tidak melakukan apa-apa untuk mempermudah pengkonfigurasian
VLAN pada beberapa switch. Di sinilah VTP mengambil bagian. (wagito,2005)
VLAN merupakan suatu broadcast domain, sekumpulan port atau user yang
kita kelompokkan. VLAN dapat mencakup beberapa switch, hal ini dapat dilakukan
dengan mengonfigurasi VLAN pada bebarapa switch dan kemudian
menghubungkan switch tersebut, dengan satu pasang port per VLAN.
Kelemahan cara ini adalah banyaknya port switch yang menghubungkan
switch tersebut. Cara ini juga lebih manual, membutuhkan lebih banyak waktu, dan
sulit untuk dikelola. Oleh karena itu, muncullah VLAN trunking yang bertujuan
untuk menghubungkan switch dengan interlink (uplink) kecepatan tinggi, dan
Trunk link tidak dibuat untuk satu VLAN tertentu. Satu, beberapa, atau
semua VLAN aktif dapat dilewati antar-switch dengan mengguunakan satu trunk
link. Adalah mungkin untuk menghubungkan dua switch dengan link fisik terpisah
untuk setiap VLAN. Namun dengan semakin banyaknya VLAN yang dibuat, maka
jumlah link dapat bertambah dengan cepat. Cara yang lebih efisien adalah dengan
menggunakan trunking. Untuk membedakan kepemilikan traffic pada trunk link,
switch harus mempunyai metode untuk mengidentifikasi frame setiap LAN.
Sebenarnya fungsi dari VTP adalah memudahkan Jaringan yang
mengakomodir dan network administrator dalam mengelola semua VLAN yang
berskala besar dan telah dikonfigurasikan pada sebuah internetwork switch. Dalam
artian bahwa dengan menggunakan fasilitas VTP, memungkinkan seorang jaringan
atas untuk menambah, mengurangi, dan mengganti VLAN, dimana informasi
VLAN tersebut kemudian disebarluaskan ke semua switch lainnya di domain VTP
tersebut.
Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dalam menerapkan konsep VTP adalah
berupa:
Konfigurasi VLAN yang lebih stabil di semua switch di network
Pengiriman VLAN-advertisement terjadi hanya di trunk-port
Menambahkan VLAN secara plug –and-play
Tracking dan monitoring VLAN-VLAN yang akurat
3.6 ACCESS LIST
Access List merupakan sebuah daftar yang di rancang untuk menampung
jaringan, khususnya paket – paket datagram (HTTP, FTP, Telnet, UDP, DLL.) yang
melewati sebuah router, sebelum terkena Access List Packet – packet tersebut
harus mendapat izin Routing dari Access List untuk melintasi jaringan antar Router
(Permit/Deny) yang telah di dapat, maka Process Access List tersebut di
terapkan.(arpandi, 2012)
Access List bisa di terapkan di dua Pintu: pertama sebagai Pintu masuk
(INBOUND Access-List) dan sebagai Pintu keluar (OUTBOUND Access-List).
Inbound Access – List: sebuah Packet yang akan di proses Router oleh
Access – List sebelum packet tersebut masuk ke dalam Router.
Outbound Access – List: sebuah Packet yang akan di proses Router oleh
Access – List sebelum packet tersebut keluar dari Router.
Access List terdapat dua type, diantaranya:
a. Numbered:
Untuk penerapan Access List dari dua tipe (Numbered) tersebut dengan cara
memasukkan nomor yang telah di tentukan untuk konfigursinya, nomer ini
menandakan jenis atau type dari ACL tersebut dan harus pada range tertentu dari
nomer yang Valid untuk jenis daftar tersebut, berikut ini:
Tabel 3.5 Jenis Access List
Jenis Access List Range Nomor Pengenal
IP Standard 1-99
IP Extended 100-199
IPX Standard 800-899
IPX Extended 900-999
Aplle Talk 600-699
Standar Access List: berguna untuk melakukan Penyeleksiyan Packet
berdasarkan Alamat IP pada pengirim (source) Packet.
Extended Access List: berguna untuk melakukan Penyeleksian Packet
berdasarkan Alamat IP pengirim (source) dan penerima (Destination), Protocol
(HTTP, UDP, TCP, DLL) dan jenis Port (FTP, Telnet, WWW, DLL) packet
yang di kirim (source).
b. Named
Mengidentifikasi konfigurasinya menggunakan Nama yang Case-Sensitive
antara Standard atau Extended List, terdapat pada Cisco ios 11.2 dan
38
Bab ini membahas tentang proses instalasi dan konfigurasi jaringan yang telah
dibuat.
4.1 LANGKAH-LANGKAH INSTALASI PACKET TRACER 6.2
1. Buka Installer Packet Tracer 6.2 kemudian akan muncul gambar seperti
dibawah ini.
Gambar 4.1 Tampilan Setup Cisco Packet Tracer 6.2
2. Setelah itu tekan tombol Next, kemudian akan muncul gambar seperti dibawah
Gambar 4.2 Tampilan License Agreement
3. Untuk Proses selanjutnya pilih “I accept the agreement” setelah itu pilih tombol
Next, Kemudian akan muncul gambar seperti dibawah ini.
Gambar 4.3 Tampilan pemilihan lokasi program
4. Setelah memilih lokasi program setelah itu pilih tombol Next, dan sampai
Gambar 4.4 Tampilan persiapan instalasi program
5. Setelah itu pilih tombol Install setelah itu proses instalasi program akan
berjalan.
Gambar 4.5 Tampilan proses instalasi program
Gambar 4.6 Tampilan proses instalasi selesai
4.2 KONFIGURASI JARINGAN PADA PACKET TRACER
Topologi yang digunakan sesuai topologi yang di terapkan pada jaringan
Polrestabes Surabaya.
Gambar 4.7 Topologi Polrestabes Surabaya
Pada komputer sitipol yang berjumlah 8 unit akan di jadikan sebagai VLAN 10,
pada komputer sumda yang berjumlah 8 unit akan dijadikan VLAN 20, pada
komputer ka akan dijadikan VLAN 40, dan pada komputer vicon akan dijadikan
VLAN 50.
4.3 PERANCANGAN ADDRESSING TABLE DAN PORT ASSIGMENT
Perancangan IP pada setiap switch dan PC client pada jaringan.
Tabel 4.1 Addressing Table
4 SW SAMPING POLRESTABES VLAN 99 192.168.99.4 255.255.255.0
5 SW R.LORONG KASIUM VLAN 99 192.168.99.5 255.255.255.0
6 SW R.SUMDA VLAN 99 192.168.99.6 255.255.255.0
7 SW R.BELAKANG BANSAT VLAN 99 192.168.99.7 255.255.255.0
8 SW R.SPKT VLAN 99 192.168.99.8 255.255.255.0
Perencanaan Port Assigment yang akan di terapkan pada jaringan.
Fa0/2 Access Vlan 10 Sitipol 192.168.10.0/24
Konfigurasi VTP bertujan untuk memudahkan network administrator dalam
mengelola semua VLAN yang berskala besar dan telah dikonfigurasikan pada
sebuah internetwork switch. Dalam artian bahwa dengan menggunakan fasilitas
VTP, memungkinkan seorang jaringan atas untuk menambah, mengurangi, dan
mengganti VLAN, dimana informasi VLAN tersebut kemudian disebarluaskan ke
semua switch lainnya di domain VTP tersebut.
Hal pertama yang di lakukan adalah Setting mode VTP :
SWITCH R.SPKT
SWITCH R.SUMDA
SWITCH R.URBIN OPS
Nama domain yang digunakan : sitipol
Password domain yang digunakan : sitipolsby
Setting pada switch SITIPOL 1 mode Server.
konfigurasi ini bertujuan membuat switch SITIPOL 1 menjadi switch server.
SITIPOL>en SITIPOL#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL(config)#vtp mode server
Device mode already VTP SERVER. SITIPOL(config)#vtp domain sitipol Domain name already set to sitipol. SITIPOL(config)#vtp password sitipolsby Password already set to sitipolsby
Setting pada switch SITIPOL 2 mode Client
konfigurasi ini bertujuan membuat switch SITIPOL 2 menjadi switch client.
SITIPOL2>en SITIPOL2#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL2(config)#vtp mode client
Setting device to VTP CLIENT mode. SITIPOL2(config)#vtp domain sitipol
Changing VTP domain name from NULL to sitipol SITIPOL2(config)#vtp password sitipolsby
Setting device VLAN database password to sitipolsby
Setting pada switch R.YASIN mode Client
konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.YASIN menjadi switch client.
R.YASIN>en R.YASIN#conf t
R.YASIN(config)#vtp mode client Setting device to VTP CLIENT mode. R.YASIN(config)#vtp domain sitipol
Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.YASIN(config)#vtp password sitipolsby
Setting device VLAN database password to sitipolsby
Setting pada switch R.SUMDA mode Client
konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.SUMDA menjadi switch client.
R.SUMDA>en R.SUMDA#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SUMDA(config)#vtp mode client
Setting device to VTP CLIENT mode. R.SUMDA(config)#vtp domain sitipol
Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.SUMDA(config)#vtp password sitipolsby
Setting device VLAN database password to sitipolsby
Setting pada switch R.SAMPING POLRESTABES mode Client.
konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.SAMPING POLRESTABES menjadi
switch client.
R.SAMPING_POLRESTABES>en R.SAMPING_POLRESTABES#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SAMPING_POLRESTABES(config)#vtp mode client
Device mode already VTP CLIENT.
R.SAMPING_POLRESTABES(config)#vtp domain sitipol Domain name already set to sitipol.
R.SAMPING_POLRESTABES(config)#vtp password sitipolsby Password already set to sitipolsby
Setting pada switch R.BELAKANG BANSAT mode Client
konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.BELAKANG BANSAT menjadi
switch client.
R.BELAKANG_BANSAT#en R.BELAKANG_BANSAT#conf t
Setting device to VTP CLIENT mode.
R.BELAKANG_BANSAT(config)#vtp domain sitipol Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.BELAKANG_BANSAT(config)#vtp password sitipolsby Setting device VLAN database password to sitipolsby
Setting pada switch R.URBIN OPS mode Client
konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.URBIN OPS menjadi switch client.
R.URBIN_OPS>en R.URBIN_OPS#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.URBIN_OPS(config)#vtp mode client
Setting device to VTP CLIENT mode. R.URBIN_OPS(config)#vtp domain sitipol
Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.URBIN_OPS(config)#vtp password sitipolsby
Setting device VLAN database password to sitipolsby
Setting pada switch R.SPKT mode Client
konfigurasi ini bertujuan membuat switch R.SPKT menjadi switch client.
R.SPKT>en R.SPKT#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SPKT(config)#vtp mode client
Setting device to VTP CLIENT mode. R.SPKT(config)#vtp domain sitipol
Changing VTP domain name from NULL to sitipol R.SPKT(config)#vtp password sitipolsby
Setting device VLAN database password to sitipolsby
4.4.1 KONFIGURASI VTP PORT
Konfigurasi VTP port digunakan untuk mengenalkan sekelompok VLAN agar
dapat berkomunikasi dengan jaringan. Jika suatu Port saling terbuhubung dengan
Port dengan Device yang sama maka akan menggunakan fitur trunk pada VTP. Jika
suatu port terhubung ke port client maka akan menggunakan fitur Access pada VTP.
SITIPOL 1
Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 sampai 3 menjadi port mode trunk.
dan port 1-3 merupakan native dari vlan 99.
SITIPOL_1>en SITIPOL_1#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL_1(config)#interface range fastEthernet 0/1-3
SITIPOL_1(config-if-range)#switchport mode trunk
SITIPOL_1(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 SITIPOL_1(config-if-range)#no sh
SITIPOL 2
Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port
1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan port client.
SITIPOL2>en SITIPOL2#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL2(config)#interface fastEthernet 0/1
SITIPOL2(config-if)#switchport mode trunk
SITIPOL2(config-if)#switchport trunk native vlan 99 SITIPOL2(config-if)#no sh
digunakan untuk berkomunikasi dengan port client.
R.YASIN>en R.YASIN#conf t
R.YASIN(config-if-range)#switchport mode trunk
R.YASIN(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 R.YASIN(config-if-range)#no sh
port 1-2 merupakan native dari vlan 99.
R.LORONG.KASIUM>en R.LORONG.KASIUM#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.LORONG.KASIUM(config)#interface range fastEthernet 0/1-2 R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#switchport mode trunk
R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#no sh
R.LORONG.KASIUM(config-if-range)#exit
R.SUMDA
Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port
1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan port client.
R.SUMDA#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R.SUMDA(config)#interface fastEthernet 0/1
R.SUMDA(config-if)#switchport mode trunk
R.SAMPING_POLRESTABES
Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1-2 menjadi port mode trunk dan
port 1-2 merupakan native dari vlan 99. Dan port 3 menjadi port access yang
digunakan untuk berkomunikasi dengan port client.
R.SAMPING_POLRESTABES>en
R.SAMPING_POLRESTABES#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface range fastEthernet 0/1-2
R.SAMPING_POLRESTABES(config-if-range)#switchport mode trunk
R.SAMPING_POLRESTABES(config-if-range)#switchport trunk native vlan 99 R.SAMPING_POLRESTABES(config-if-range)#no sh
port 1-3 merupakan native dari vlan 99.
R.BELAKANG_BANSAT>en
R.BELAKANG_BANSAT#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
R.SPKT
Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port
1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan port client.
R.SPKT>en
R.SPKT#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
R.SPKT(config)#interface fastEthernet 0/1
R.SPKT(config-if)#switchport mode trunk
R.SPKT(config-if)#switchport trunk native vlan 99
R.SPKT(config-if)#no sh
Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat port 1 menjadi port mode trunk dan port
1 merupakan native dari vlan 99. Dan port 2 menjadi port access yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan port client.
R.URBIN_OPS>en
R.URBIN_OPS#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/1
R.URBIN_OPS(config-if)#switchport mode trunk
R.URBIN_OPS(config-if)#switchport trunk native vlan 99
R.URBIN_OPS(config-if)#no sh
R.URBIN_OPS(config-if)#exit
R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/2
R.URBIN_OPS(config-if)#no sh
R.URBIN_OPS(config-if)#exit
4.5 KONFIGURASI VLAN
Konfigurasi VLAN cukup di lakukan di switch server (SITIPOL 1),karena jika
kita mengkonfigurasi di switch server maka secara otomatis terdistribusi ke switch
client yang mempunyai domain yang sama, inilah kelebihan dari VTP kita tidak
perlu mengkonfigurasi VLAN pada setiap Switch yang ada , cukup di switch server.
Konfigurasi ini bertujuan untuk membuat VLAN 99 yang berdomain cisco,
VLAN 10 yang berdomain sitipol, VLAN 20 yang berdomain sumda , VLAN 30
yang brdomain SPKT, VLAN 40 yang berdomain KA, VLAN 50 yang berdomain
vicon. Berikut List konfigurasi pembuatan VLAN di Switch Server :
SITIPOL_1>en
SITIPOL_1#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Cek apakah VLAN yang sudah dibuat sudah masuk database dari masing
masing tiap switch. Cara mengecek dengan memasukan perintah ‘show vlan brief’.
Lihat pada gambar 4.8 , gambar 4.9 dan gambar 4.10.
Gambar 4.8 VLAN yang telah di buat di Switch server
Gambar 4.10 VLAN yang telah terdistribusi ke Switch Client(R.SUMDA)
4.6 KONFIGURASI ALAMAT INTERFACE SWITCH
Digunakan untuk memberi ip pada pada switch yang akan digunakan pada
VLAN 99 (Native VLAN) supaya setiap switch dapat memiliki ip.
Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada
switch SITIPOL1.berikut list konfigurasinya:
SITIPOL_1(config)#interface vlan 99
SITIPOL_1(config-if)#ip address 192.168.99.1 255.255.255.0
SITIPOL_1(config-if)#no sh
Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada
switch SITIPOL2.berikut list konfigurasinya:
SITIPOL2(config)#Interface vlan 99
SITIPOL2(config-if)#ip address 192.168.99.2 255.255.255.0
SITIPOL2(config-if)#no sh
Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada
switch R.Yasin.berikut list konfigurasinya:
R.YASIN(config-if)#ip address 192.168.99.3 255.255.255.0
R.YASIN(config-if)#no sh
Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada
switch R.samping polrestabes.berikut list konfigurasinya:
R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface vlan 99
R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#ip address 192.168.99.4
255.255.255.0
R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#no sh
Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi IP pada VLAN 99 yang ada pada
switch R.lorong kasium.berikut list konfigurasinya:
R.LORONG.KASIUM(config)#interface vlan 99
switch belakang bansat.berikut list konfigurasinya: