PENERAPAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN)
DAN PENGHEMATAN HOST DENGAN METODE VARIABLE
LENGTH SUBNET MASK (VLSM) DI JARINGAN
POLRESTABES SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN
SIMULASI PACKET TRACER
KERJA PRAKTIK
Program Studi
S1 Sistem Komputer
Oleh:
TONI ABRIYANTO OKTAVIANO
13410200068
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN MOTTO ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan ... 3
1.5 Kontribusi ... 3
BAB II GAMBARAN UMUM POLRI ... 4
2.1 Sejarah dan Perkembangan ... 4
xi
2.3 Visi dan Misi POLRI ... 21
2.4 Struktur Organisasi ... 22
BAB III LANDASAN TEORI ... 24
3.1 Virtual Local Area Network ... 24
3.1.1 Sejarah Perkembangan VLAN ... 24
3.1.2 Pengertian VLAN ... 25
3.1.3 Tipe-tipe VLAN ... 28
3.1.4 Perbedaan Mendasar Antara LAN dan VLAN ... 30
3.2 Variable Length Subnet Mask (VLSM) ... 37
BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK ... 40
4.1 Instalasi dan penggunaan Packet Tracer 6.2 ... 40
4.2 Konfigurasi Pembuatan Topologi Pada Packet Tracer ... 43
4.3 Perancangan addressing table dan port assigment ... 44
4.4 Konfigurasi VLAN ... 45
4.5 Konfigurasi Alamat Interface Switch... 49
4.6 Konfigasi Switch Port di VLAN ... 50
4.7 Hasil Konfigurasi VLAN ... 51
BAB V PENUTUP ... 53
5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
Polrestabes Surabaya merupakan salah satu instansi milik negara menjaga
keamanan negara yang dimana telah menajaga keamanan negara dari serangan
luar maupun dalam negeri sendiri, yang dimana didalam nya juga ada informasi
yang sangat rahasia sehingga tidak bisa dipublikasikan.
Kemajuan teknologi telah memberikan jawaban akan kebutuhan informasi,
komputer yang semakin canggih memungkinkan untuk memperoleh informasi
secara cepat, tepat dan akurat. Hasil informasi yang canggih tersebut sudah mulai
menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan serta pemanfaatan komputer
secara optimal dapat memacu laju perkembangan pembangunan. Kesadaran
tentang hal inilah yang menuntut pengadaan tenaga-tenaga ahli yang terampil
untuk dapat mengelola informasi, dan pendidikan merupakan salah satu cara yang
harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tenaga tersebut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan semakin pesatnya perkembangan aplikasi jaringan yang
membutuhkan kecepatan yang tinggi didalam aliran informasi diantara server
dengan klien, atau antara server dengan server lainnya maka dibutuhkan suatu
infrastruktur jaringan yang bagus dan dapat menjawab kebutuhan itu.Suatu
infrastruktur jaringan harus dapat melayani lebih banyak user, lebih banyak
aplikasi serta banyak workstation. Virtual Local Area Network (VLAN) dapat
menolong para pengelola jaringan didalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
VLAN menyediakan segmentasi suatu jaringan yang fleksibel dan dinamis yang
meningkatkan perubahan mendasar suatu LAN dirancang,dijalankan dan dikelola.
Selama menjalani Kerja Praktek di Polrestabes Surabaya, dimana diwajibkan
kepada mahasiswa untuk mempelajari sistem nyata dunia kerja sesungguhnya di
suatu perusahaan / instansi atau institusi pada bagian atau divisi tertentu dalam
kurun waktu yang telah di tentukan. Sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang
sudah di peroleh dalam perkuliahan.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah yang ada pada kerja praktik yang dilakukan oleh
penulis terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah yang
harus diselesaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara membagi bagian-bagian yang berbeda jaringan agar tetap
terhubung.
2. Bagaimana menerapkan VLAN pada jaringan yang berbeda-beda dengan
menggunakan metode VLSM.
1.3 Batasan Masalah
Melihat permasalahan yang ada, maka penulis membatasi maslaah dari
kerja praktik, yaitu:
a. Perancangan topologi dan desain menggunakan software Packet Tracer.
b. Merancang jaringan Virtual Local Area Network.
c. Menggunakan penghematan host dengan menggunakan VLSM
d. Semua proses konfigurasi jaringan menggunakan program simulasi Packet
1.4 Tujuan
Tujuan umum dari kerja praktik yang dilaksanakan mahasiswa adalah agar
mahasiswa dapat melihat serta merasakan kondisi dan keadaan real yang ada pada
dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi dan dapat
memperdalam kemamapuan pada suatu bidang. Tujuan khusus adalah sebagai
berikut:
1. Mempelajari Teknik dan Konfigurasi Jaringan VLAN.
2. Mempelajari Penghematan Host Dengan Metode Variable Length Subnet Mask
(VLSM).
1.5 Kontribusi
Adapun Kontribusi dari kerja praktik terhadap Polrestabes Surabaya
adalah membantu menganalisa permasalahan tentang jaringan komputer pada
4
BAB II
GAMBARAN UMUM POLRI
Bab dua berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, visi, misi, struktur
organisasi, dan komitmen POLRI dalam hal ini Polrestabes Surabaya sebagai
tempat kerja praktik.
2.1 Sejarah dan Perkembangan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian
Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri
mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin
oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Sejak 13 Juli
2016, jabatan Kapolri dipegang oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A.,
Ph.D.
Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan
pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan
kerajaan. Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali
oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi
untuk menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu
itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang
pribumi untuk menjaga keamanan mereka. Wewenang operasional kepolisian ada
pada residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan
pada procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat
politie (polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong
praja), dan lain-lain. Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian
juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada
dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur
van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi
diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.
Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah
merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia
saat ini.
Pada masa pendudukan jepang, Jepang membagi wilayah kepolisian
Indonesia menjadi Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta,
Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia
Timur berpusat di Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di
Banjarmasin. Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang
pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang
yang disebut sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.
Pada periode 1945– 1950 tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,
sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara
resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka. Inspektur Kelas I
(Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada
tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia
pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan
semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang
sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada
tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September 1945
Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala
Kepolisian Negara (KKN). Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya
bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional
bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946
dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara
yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah
yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini. Sebagai
bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan maka Polri di
samping bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah
RI. Polri menyatakan dirinya “combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi
Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus
untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di
Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan
PKI di Madiun, dan lain-lain. Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4
Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa
Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai
perdana menteri/wakil perdana menteri. Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal
RI. Pada Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang diketuai Mr. Sjafrudin
Prawiranegara berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin
KBP Umar Said (tanggal 22 Desember 1948). Hasil Konferensi Meja Bundar antara
Indonesia dan Belanda dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S.
Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumanto
diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.
Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS
dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan
perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan,
dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri. Umur RIS hanya beberapa
bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada
tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi
kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia.
Dalam peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang dipimpin secara
sentral, baik di bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif,
organisatoris.
Pada periode 1950 – 1959 dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17
Agustus 1950 dan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem
parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang
bertanggung jawab kepada perdana menteri/presiden. Waktu kedudukan Polri
kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de
Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian R.S.
Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru,
(DKN) yang menjadi Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi
gedung perkantoran termegah setelah Istana Negara. Sampai periode ini kepolisian
berstatus tersendiri antara sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan
gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik
Indonesia (P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak
zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan
nama Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi.
Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara
demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante
dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan
perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil melahirkan
Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding
dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).
Pada Masa Orde lama dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan
Konstituante, Indonesia kembali ke UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya
kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir.
Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada
Menteri Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di
mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio. Pada
tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai
Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus
1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan
Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang
Negara). Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang
terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto
menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme
kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri
setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier
Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.
Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas
Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan
Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian
Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan
nasional. Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No.
13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur
ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU. Dengan Keppres No.
94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU,
Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil
Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962
menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak).
Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi Menteri/Panglima Angkatan
Kepolisian (Menpangak) dan langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai
kepala pemerintahan negara. Dengan Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan
tanggung jawab Polri ditentukan sebagai berikut:
1. Alat Negara Penegak Hukum.
2. Koordinator Polsus.
4. Pembinaan Kamtibmas.
5. Kekaryaan.
6. Sebagai alat revolusi.
Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI
disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang.
Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik
NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian
anggota ABRI dari keempat angkatan.
Pada Masa Orde Baru dengan pengalaman yang pahit dari peristiwa
G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI,
maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No.
132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan
bagian dari organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang
masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal
Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama. Setelah Soeharto dipilih
sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada
Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang
dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang
bukan angkatan perang. Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan
Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi
Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.
tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala
Staf Angkatan.
Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke
kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri tingkat
kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) di
tingkat provinsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) di tingkat
kabupaten/kota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor (Polsek) di
wilayah kecamatan. Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kapolri berpangkat Jenderal Polisi, Sejak
16 Januari 2015, Jenderal Sutarman diberhentikan dengan hormat dan digantikan
oleh Jenderal Pol Badrodin Haiti. Kemudian pada tanggal 16 Juli 2016 Kapolri
digantikan oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.
Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan terdiri dari:
1. Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan umum dan perbendaharaan
dalam lingkungan Polri termasuk satuan-satuan organsiasi non struktural yang
berada di bawah pengendalian Kapolri.
2. Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan fungsi manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri
termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta pemberdayaan masyarakat
3. Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Asrena),
bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum
dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem organisasi dan manajemen
serta penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Polri.
4. Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS SDM), bertugas membantu
Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia
termasuk upaya perawatan dan peningkatan kesejahteraan personel dalam
lingkungan Polri.
5. Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras), bertugas membantu Kapolri
dalam penyelenggaraan fungsi sarana dan prasarana dalam lingkungan Polri.
6. Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div Propam),
adalah unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan
pengamanan internal.
7. Divisi Hukum (Div Kum).
8. Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)
9. Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah unsur pembantu pimpinan
bidang hubungan internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian ini
membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk menangani
kejahatan internasional.
10.Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol), adalah unsur pembantu
pimpinan di bidang informatika yang meliputi teknologi informasi dan
komunikasi elektronika.
11.Staf Pribadi Pimpinan (Spripim)
13.Pelayanan Markas (Kayanma)
14.Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu
sesuai bidang keahliannya
Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari:
1. Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi kepentingan
pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri maupun guna mendukung
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan
dalam negeri.
2. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan menyelenggarakan
fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi
dan fungsi laboratorium forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin
oleh seorang Komisaris Jenderal (Komjen).
3. Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan yang mencakup pemeliharaan
dan upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam
rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.
4. Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi
pembinaan keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan gangguan
keamanan yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam
negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal (Irjen).
5. Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
masalah lalu lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan
bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya.
6. Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan Brimob, Sabhara,
Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak Bahan Peledak, bila diperlukan) serta
sebuah tim intelijen jika ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat
tinggi, perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat, atau peresmian oleh
kepala pemerintahan, kepala negara, ketua MPR, atau ketua DPR dengan
mengirimkan surat tugas kepada Biro Operasi Polda setempat, Biro Operasi
Polres setempat, dan Polsek setempat.
7. Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT), bertugas
menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan, dan
bantuan operasional dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
terorisme.
Unsur Pendukung terdiri dari :
1. Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas merencanakan,
mengembangkan, dan menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan dan
pengembangan berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan profesi,
manajerial, akademis, dan vokasi. Lemdikpol membawahi:
a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur pelaksana
pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan pengembangan
manajemen Polri. Terdiri dari Sespinma (dahulu Selapa), Sespimmen (dahulu
Sespim) dan Sespimti (dahulu Sespati).
b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan
c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur pelaksana pendidikan
dan staf khusus yang berkenaan dengan pendidikan tinggi dan
pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian
d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)
e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional
(Diklatsusjatrans)
f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari:
1) Pusdik Intelijen (Pusdikintel)
2) Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim)
3) Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)
4) Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)
5) Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)
6) Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)
7) Pusdik Administrasi (Pusdikmin)
8) Sekolah Bahasa (Sebasa)
9) Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)
10)Pusdik Bina Masyarakat (PusdikBinmas)
2. Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal
(Brigjen).
3. Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang dipimpin oleh seorang
Brigadir Jenderal (Brigjen), termasuk didalamnya adalah Rumah Sakit Pusat
Polri (Rumkit Puspol) yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal
4. Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal
(Brigjen).
5. Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang akan dipimpin oleh
Brigadir Jenderal (Brigjen).
6. Pusat sejarah (Pusjarah Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal
(Brigjen).
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana
utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas
menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang
bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda
(Wakapolda).
1. Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres). Ada
tiga tipe Polda, yakni Tipe A-K, Tipe A dan Tipe B. Polda Tipe A-K saat ini
hanya terdapat 1 Polda, yaitu Polda Metro Jaya. Polda Tipe A-K dan Tipe A
dipimpin seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal Polisi (Irjen),
sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal Polisi
(Brigjen). Setiap Polda menjaga keamanan sebuah Provinsi.
2. Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor. Untuk kota -
kota besar, Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres memiliki satuan
tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda, dan dipimpin oleh seorang
Komisaris Besar Polisi (Kombes) (untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar
Polisi (AKBP) (untuk Polres) Setiap Polres menjaga keamanan sebuah
3. Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar Polisi
(AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi (Kompol)
(untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin
oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) (tipe rural). Di sejumlah
daerah di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Polisi Dua (Ipda).
Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.
Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) memiliki sejumlah
Direktorat dalam menangani tugas melayani dan melindungi, yaitu:
1. Direktorat Reserse Kriminal
a) Subdit Kriminal Umum
b) Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)
c) Subdit Remaja Anak dan Wanita
d) Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) /
Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)
2. Direktorat Reserse Kriminal Khusus
a) Subdit Tindak Pidana Korupsi
b) Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah)
c) Subdit Cyber Crime
3. Direktorat Reserse Narkoba
a) Subdit Narkotika
b) Subdit Psikotropika
4. Direktorat Intelijen dan Keamanan
5. Direktorat Lalu Lintas
b)Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident)
c) Subdit Penegakan Hukum (Gakkum)
d)Subdit Keamanan dan Keselamatan (Kamsel)
e) Subdit Patroli Pengawalan (Patwal)
f) Subdit Patroli Jalan Raya (PJR)
6. Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas, dulu Bina Mitra)
7. Direktorat Sabhara
8. Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)
9. Direktorat Polisi Air (Polair)
10.Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti)
11. Biro Operasi
12.Biro SDM
13.Biro Sarana Prasarana (Sarpras, dulu Logistik)
14.Bidang Keuangan
15.Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam)
16.Bidang Hukum
17.Bidang Hubungan Masyarakat
18.Bidang Kedokteran Kesehatan
Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia pada dasarnya didasarkan dan
disesuaikan atas wilayah administrasi pemerintahan sipil. Komando pusat berada di
Markas Besar Polri (Mabes) di Jakarta. Pada umumnya, struktur komando Polri dari
pusat ke daerah adalah:
1. Pusat markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri)
3. Wilayah Kabupaten dan Kota Kepolisian Resort
a) Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes)
b) Kepolisian Resort Kota (Polresta)
c) Kepolisian Resort Kabupaten (Polres)
4. Tingkat kecamatan Kepolisian sektor
a) Kepolisian Sektor Kota (Polsekta)
b) Kepolisian Sektor (Polsek)
Wilayah hukum dari Kepolisian Wilayah (Polwil) adalah kawasan yang pada masa
kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada
di Pulau Jawa, maka di luar Jawa tidak dikenal adanya satuan berupa Polwil kecuali
untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes
Makassar di Sulawesi Selatan. Mulai awal tahun 2010 seluruh Kepolisian Wilayah
(Polwil) di Pulau Jawa sudah dihapus. Di beberapa daerah terpencil, ada pula
pos-pos polisi yang merupakan perpanjangan tangan dari Kepolisian Sektor.
2.2 Logo dan Arti Logo POLRI
2.2.1 Logo
Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana dari suatu Instansi. Sudah
banyak Instansi – Instansi yang melakukan transformasi visi dan misi melalui logo.
Logo juga bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan.Logo POLRI dapat dilihat
Gambar 2.1 Logo POLRI
2.2.2 Arti Logo
Arti Logo POLRI
1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.
2. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, di samping
memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani
masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi keamanan ketertiban
masyarakat yang mantap.
3. Pancoran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang
dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945 hari Proklamasi
Kemerdekaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses
kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari
perjuangan bangsa dan negara.
4. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju
kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik
pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Raden Said
Soekanto Tjokrodiatmodjo.
5. Tiga bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup
Polri.
6. Warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.
7. Warna kuning keemasan perlambang kebesaran dan keagungan hati
nurani segenap personil Polri.
8. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang
bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi
apapun, tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar
dapat selalu berpikir jernih,bersih, dan tepat dalam mengambil
keputusan.
2.3 Visi dan Misi POLRI
Visi
Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima,
tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya
sinergi polisional yang proaktif.
Misi
1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan;
2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,
3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin
keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang;
4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam
negeri;
5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat
patuh hukum;
6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan
dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;
7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh
sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri;
8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga
internasional
maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan
jejaring kerja (partnership building/networking).
2.4 Struktur Organisasi
Pada tempat kerja praktik terdapat stuktur organasasi yang terdiri atas
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polrestabes Surabaya
KAPOLRESTABES SURABAYA Drs. IMAN SUMANTRI, M, Si
KOMBESPOL / 66070510
WAKAPOLRESTABES SURABAYA AKBP DENY SN NASUTION, S.I.K., M.H
KASITIPOL PENATA TK 1 / 1970010620021210001
24
3.1 Virtual Local Area Network
3.1.1 Sejarah Perkembangan VLAN (Virtual Local Area Network)
Pemanfaatan teknologi jaringan komputer sebagai media komunikasi data
hingga saat ini semakin meningkat. Kebutuhan atas penggunaan bersama
resources yang ada dalam jaringan baik software maupun hardware telah
mengakibatkan timbulnya berbagai pengembangan teknologi jaringan itu
sendiri.Seiring dengan semakin tingginya tingkat kebutuhan dan semakin
banyaknya pengguna jaringan yang menginginkan suatu bentuk jaringan yang
dapat memberikan hasil maksimal baik dari segi efisiensi maupun peningkatan
keamanan jaringan itu sendiri.
Berlandaskan pada keinginan-keinginan tersebut, maka upaya-upaya
penyempurnaan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Dengan memanfaatkan
berbagai teknik khususnya teknik subnetting dan penggunaan hardware yang
lebih baik (antara lain switch) maka muncullah konsep Virtual Local Area
Network (VLAN) yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik
dibanding Local area Network (LAN).
Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas (Onno W Purbo, 1998), apalagi
jika harus memberikan alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu
dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP Address tersebut supaya dapat
Konsep subnetting dari IP Address merupakan teknik yang umum
digunakan di internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah
jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address. Subnetting
merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet
dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas network ID
dalam suatu subnet, digunakan subnet mask. Seperti yang telah diketahui, bahwa
selain menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, kita juga dapat
menggunakan metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas),
menggunakan notasi penulisan singkat dengan prefix. Metode ini merupakan
metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran
persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, sehingga diciptakan
metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address.
Metode VLSM pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan
IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan
IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh lembaga IANA
jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah,
swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya
memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public).
3.1.2 Pengertian VLAN
Sebuah Local Area Network (LAN) pada dasarnya diartikan sebaagai
sebuah network dari kumpulan komputer yang berada pada lokasi yang sama.
Sebuah LAN diartikan sebagai single broadcast domain, artinya ada sebuah
setiap user lain dalam LAN tersebut. Broadcast yang keluar dari LAN bisa difilter
dengan router. Susunan dari broadcast domain tergantung juga dari jenis koneksi
fisik perangkat networknya. Virtual Local Area Network (VLAN) dikembangkan
sebagai pilihan alternatif untuk mengurangi broadcast traffic.
Sebuah Virtual LAN merupakan fungsi logik dari sebuah switch. Fungsi
logik ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam beberapa jaringan virtual.
Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat fisik yang sama. Implementasi
VLAN dalam jaringan memudahkan seorang administrator dalam membagi secara
logik group-group workstation secara fungsional dan tidak dibatasi oleh lokasi.
(Muammar, 2002) Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan
menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen yang bergantung pada
organisasi atau departemen,tanpa bergantung pada lokasi workstation seperti pada
gambar 3.1:
Berikut ini diberikan beberapa terminologi di dalam VLAN.
a. VLAN Data
VLAN Data adalah VLAN yang dikonfigurasi hanya untuk membawa
data-data yang digunakan oleh user. Dipisahkan dengan lalu lintas data-data suara atau
pun manajemen switch. Seringkali disebut dengan VLAN pengguna (User
VLAN).
b. VLAN Default
Semua port switch pada awalnya menjadi anggota VLAN default. VLAN
Default untuk switch cisco adalah VLAN 1. VLAN 1 tidak dapat diberi nama
dan tidak dapat dihapus.
c. Native VLAN
Native VLAN dikeluarkan untuk port trunking 802.1Q. port trunking 802.1Q
mendukung lalu lintas jaringan yang datang dari banyak VLAN (tagged
traffic) sama baiknya dengan yang datang dari sebuah VLAN (untagged
traffic). Port trunking 802.1Q menempatkan untagged traffic pada Native
VLAN.
d. VLAN Manajemen
VLAN Manajemen adalah VLAN yang dikonfigurasi untuk memanajemen
switch. VLAN 1 akan bekerja sebagai Managemen VLAN jika kita tidak
mendefinisikan VLAN khusus sebagai VLAN Manajemen. Kita dapat
memberi IP address dan subnet mask pada VLAN Manajemen, sehingga
e. VLAN Voice
VLAN yang dapat mendukung Voice over IP (VoIP). VLAN yang
dikhususkan untuk komunikasi data suara. VLAN diklasifikasikan
berdasarkan metode (tipe) yang digunakan untuk mengklasifikasikannya, baik
menggunakan port, MAC address dan sebagainya. Semua informasi yang
mengandung penandaan/pengalamatan suatu VLAN(tagging) di simpan dalam
suatu database (tabel), jika penandaannya berdasarkan port yang digunakan
maka database harus mengindikasikan port-port yang digunakan oleh VLAN.
Untuk mengaturnya maka biasanya digunakan switch atau bridge yang
manageable atau yang bisa diatur. Switch atau bridge inilah yang bertanggung
jawab menyimpan semua informasi dan konfigurasi suatu VLAN dan
dipastikan semua switch atau bridge memiliki informasi yang sama. Switch
akan menentukan kemana data-data akan diteruskan dan sebagainya atau dapat
pula digunakan suatu software pengalamatan (bridging software) yang
berfungsi mencatat/menandai suatu VLAN beserta workstation yang
didalamnya, untuk menghubungkan antar VLAN dibutuhkan router.
3.1.3 Tipe-tipe VLAN
Keanggotaan dalam suatu VLAN dapat di klasifikasikan berdasarkan port yang di
gunakan , MAC address, tipe protokol.
1. Berdasarkan Port
Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang di gunakan
oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch dengan 4 port, port
3 4 . VLAN 2 2 1 2 Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah
pindah, apabila harus berpindah maka Network Administrator harus
mengkonfigurasikan ulang.
2. Berdasarkan MAC Address
Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap
workstation/komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi/mencatat
semua MAC address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN. MAC address
merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC (Network Interface Card) di
setiap workstation. Kelebihannya apabila user berpindah pindah maka dia
akan tetap terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut. Sedangkan
kekurangannya bahwa setiap mesin harus di konfigurasikan secara manual,
dan untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang
efissien untuk dilakukan.
MAC address 132516617738 272389579355 536666337777 24444125556
VLAN 1 2 2 1
3. Berdasarkan tipe protokol yang digunakan
Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang digunakan,
Protokol IP IPX
VLAN 1 2
4. Berdasarkan Alamat Subnet IP
Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk
mengklasifikasi suatu VLAN.
IP subnet 22.3.24 46.20.45
Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan juga
tidak mempermasalahkan funggsi router. IP address digunakan untuk
memetakan keanggotaan VLAN.Keuntungannya seorang user tidak perlu
mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila berpindah
tempat,hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit
lebih lambat untuk meneruskan paket di banding menggunakan MAC
addresses.
5. Berdasarkan aplikasi atau kombinasi lain
Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan aplikasi
yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk diterapkan pada
suatu jaringan. Misalkan: aplikasi FTP (file transfer protocol) hanya bias
digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa digunakan pada VLAN 2.
3.1.4 Perbedaan Mendasar Antara LAN dan VLAN
Perbedaan yang sangat jelas dari model jaringan Local Area Network
dengan Virtual Local Area Network adalah bahwa bentuk jaringan dengan model
Local Area Network sangat bergantung pada letak atau fisik dari workstation,
serta penggunaan hub dan repeater sebagai perangkat jaringan yang memiliki
beberapa kelemahan. Sedangkan yang menjadi salah satu kelebihan dari model
jaringan dengan VLAN adalah bahwa tiap-tiap workstation atau user yang
tergabung dalam satu VLAN atau bagian (organisasi, kelompok, dan sebagainya)
dapat tetap saling berhubungan walaupun terpisah secara fisik.
Adapun beberapa perbandingan dalam jaringan LAN dengan VLAN,
A. Perbandingan Tingkat Keamanan
Penggunaan LAN telah memungkinkan semua komputer yang terhubung
dalam jaringan dapat bertukar data atau dengan kata lain berhubungan. Kerjasama
ini semakin berkembang dari hanya pertukaran data hingga penggunaan peralatan
secara bersama (resource sharing atau disebut juga hardware sharing). 10 LAN
memungkinkan data tersebar secara broadcast keseluruh jaringan, hal ini akan
mengakibatkan mudahnya penggunayang tidak dikenal (unauthorized user) untuk
dapat mengakses semua bagian dari broadcast. Semakin besar broadcast, maka
semakin besar akses yang didapat, kecuali hub yang dipakai diberi fungsi kontrol
keamanan.
VLAN yang merupakan hasil konfigurasi switch menyebabkan setiap port
switch diterapkan menjadi milik suatu VLAN. Oleh karena berada dalam satu
segmen, port-port yang bernaung dibawah suatu VLAN dapat saling
berkomunikasi langsung (Muammar, 2002). Sedangkan port-port yang berada di
luar VLAN tersebut atau berada dalam naungan VLAN lain, tidak dapat saling
berkomunikasi langsung karena VLAN tidak meneruskan broadcast.
VLAN yang memiliki kemampuan untuk memberikan keuntungan
tambahan dalam hal keamanan, jaringan tidak menyediakan penggunaan
media/data dalam suatu jaringan secara keseluruhan. Switch pada jaringan
menciptakan batas-batas yang hanya dapat digunakan oleh komputer yang
termasuk dalam VLAN tersebut. Hal ini mengakibatkan administrator dapat
dengan mudah mensegmentasi pengguna, terutama dalam hal penggunaan
media/data yang bersifat rahasia (sensitive information) kepada seluruh pengguna
Keamanan yang diberikan oleh VLAN meskipun lebih baik dari
LAN,belum menjamin keamanan jaringan secara keseluruhan dan juga belum
dapat dianggap cukup untuk menanggulangi seluruh masalah keamanan. VLAN
masih sangat memerlukan berbagai tambahan untuk meningkatkan keamanan
jaringan itu sendiri seperti firewall, pembatasan pengguna secara akses
perindividu,intrusion detection, pengendalian jumlah dan besarnya broadcast
domain, enkripsi jaringan, dan sebagainya.
Dukungan Tingkat keamanan yang lebih baik dari LAN inilah yang dapat
dijadikan suatu nilai tambah dari penggunaan VLAN sebagai sistem
jaringan.Salah satu kelebihan yang diberikan oleh penggunaan VLAN adalah
kontrol administrasi secara terpusat, artinya aplikasi dari manajemen VLAN dapat
dikonfigurasikan, diatur dan diawasi secara terpusat, pengendalian broadcast
jaringan, rencana perpindahan, penambahan, perubahan dan pengaturan akses
khusus ke dalam jaringan serta mendapatkan media atau data yang memiliki
fungsi penting dalam perencanaan dan administrasi di dalam grup tersebut
semuanya dapat dilakukan secara terpusat. Dengan adanya pengontrolan
manajemen secara terpusat maka administrator jaringan juga dapat
mengelompokkan grup-grup VLAN secara spesifik berdasarkan penggunadan
port dari switch yang digunakan,mengatur tingkat keamanan, mengambil dan
menyebar data melewati jalur yang ada, mengkonfigurasi komunikasi yang
melewati switch, dan memonitor lalu lintas data serta penggunaan bandwidth dari
B. Perbandingan Tingkat Efisiensi
Untuk dapat mengetahui perbandingan tingkat efisiensinya maka perlu di
ketahui kelebihan yang diberikan oleh VLAN itu sendiri diantaranya:
a. Meningkatkan Performa Jaringan
LAN yang menggunakan hub dan repeater untuk menghubungkan peralatan
komputer satu dengan lain yang bekerja dilapisan physical memiliki
kelemahan, peralatan ini hanya meneruskan sinyal tanpa memiliki
pengetahuan mengenai alamat-alamat yang dituju. Peralatan ini juga hanya
memiliki satu domain collision sehingga bila salah satu port sibuk maka
port-port yang lain harus menunggu. Walaupun peralatan dihubungkan ke port-port-port-port
yang berlainan dari hub. Protokol ethernet atau IEEE 802.3 (biasa digunakan
pada LAN) menggunakan mekanisme yang disebut Carrier Sense Multiple
Accsess Collision Detection (CSMA/CD) yaitu suatu cara dimana peralatan
memeriksa jaringan terlebih dahulu apakah ada pengiriman data oleh pihak
lain. Jika tidak ada pengiriman data oleh pihak lain yang dideteksi, baru
pengiriman data dilakukan. Bila terdapat dua data yang dikirimkan dalam
waktu bersamaan, maka terjadilah tabrakan (collision) data pada jaringan.
Oleh sebab itu jaringan ethernet dipakai hanya untuk transmisi half duplex,
yaitu pada suatu saat hanya dapat mengirim atau menerima saja. Berbeda dari
hub yang digunakan pada jaringan ethernet (LAN), switch yang bekerja pada
lapisan datalink memiliki keunggulan dimana setiap port didalam switch
memiliki domain collision sendiri-sendiri. Oleh sebab itu sebab itu switch
sering disebut juga multiport bridge. Switch mempunyai table penterjemah
menciptakan jalur yang aman dari port pengirim dan port penerima sehingga
jika dua host sedang berkomunikasi lewat jalur tersebut, mereka tidak
mengganggu segmen lainnya. Jadi jika satu port sibuk, port-port lainnya tetap
dapat berfungsi. Switch memungkinkan transmisi full-duplex untuk hubungan
ke port dimana pengiriman dan penerimaan dapat dilakukan bersamaan
dengan penggunakan jalur tersebut diatas. Persyaratan untuk dapat
mengadakan hubungan fullduplex adalah hanya satu komputer atau server saja
yang dapat dihubungkan ke satu port dari switch. Komputer tersebut harus
memiliki network card yang mampu mengadakan hubungan full-duflex, serta
collision detection dan loopback harus disable. Switch pula yang
memungkinkan terjadinya segmentasi pada jaringan atau dengan kata lain
switch-lah yang membentuk VLAN. Dengan adanya segmentasi yang
membatasi jalur broadcast akan mengakibatkan suatu VLAN tidak dapat
menerima dan mengirimkan jalur broadcast ke VLAN lainnya. Hal ini secara
nyata akan mengurangi penggunaan jalur broadcast secara keseluruhan,
mengurangi penggunaan bandwidth bagi pengguna, mengurangi kemungkinan
terjadinya broadcast storms (badai siaran) yang dapat menyebabkan
kemacetan total di jaringan komputer. Administrator jaringan dapat dengan
mudah mengontrol ukuran dari jalur broadcast dengan cara mengurangi
besarnya broadcast secara keseluruhan,membatasi jumlah port switch yang
digunakan dalam satu VLAN serta jumlah pengguna yang tergabung dalam
suatu VLAN.
b. Terlepas dari Topologi Secara Fisik Jika jumlah server dan workstation
dengan para personel yang juga tersebar di berbagai tempat, maka akan lebih
sulit bagi administrator jaringan yang menggunakan sistem LAN untuk
mengaturnya, dikarenakan akan banyak sekali diperlukan peralatan untuk
menghubungkannya. Belum lagi apabila terjadi perubahan stuktur organisasi
yang artinya akan terjadi banyak perubahan letak personil akibat hal tersebut.
Permasalahan juga timbul dengan jaringan yang penggunanya tersebar di
berbagai tempat artinya tidak terletak dalam satu lokasi tertentu secara fisik.
LAN yang dapat didefinisikan sebagai network atau jaringan sejumlah system
komputer yang lokasinya terbatas secara fisik, misalnya dalam satu
gedung,satu komplek, dan bahkan ada yang menentukan LAN berdasarkan
jaraknya sangat sulit untuk dapat mengatasi masalah ini. Sedangkan VLAN
yang memberikan kebebasan terhadap batasan lokasi secara fisik dengan
mengijinkan workgroup yang terpisah lokasinya atau berlainan gedung, atau
tersebar untuk dapat terhubung secara logik ke jaringan meskipun hanya satu
pengguna. Jika infrastuktur secara fisik telah terinstalasi, maka hal ini tidak
menjadi masalah untuk menambah port bagi VLAN yang baru jika organisasi
atau departemen diperluas dan tiap bagian dipindah. Hal ini memberikan
kemudahan dalam hal pemindahan personel, dan tidak terlalu sulit untuk
memindahkan peralatan yang ada serta konfigurasinya dari satu tempat ke
tempat lain. Untuk para pengguna yang terletak berlainan lokasi maka
administrator jaringan hanya perlu menkofigurasikannya saja dalam satu port
yang tergabung dalam satu VLAN yang dialokasikan untuk bagiannya
sehingga pengguna tersebut dapat bekerja dalam bidangnya tanpa memikirkan
juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu jaringan
baru apabila terjadi restrukturisasi pada suatu perusahaan, karena pada LAN
semakin banyak terjadi perpindahan makin banyak pula kebutuhan akan
pengkabelan ulang, hampir keseluruhan perpindahan dan perubahan
membutuhkan konfigurasi ulang hub dan router. VLAN memberikan
mekanisme secara efektif untuk mengontrol perubahan ini serta mengurangi
banyak biaya untuk kebutuhan akan mengkonfigurasi ulang hub dan router.
Pengguna VLAN dapat tetap berbagi dalam satu network address yang sama
apabila ia tetap terhubung dalam satu swith port yang sama meskipun tidak
dalam satu lokasi. Permasalahan dalam hal perubahan lokasi dapat
diselesaikan dengan membuat komputer pengguna tergabung kedalam port
pada VLAN tersebut dan mengkonfigurasikan switch pada VLAN tersebut.
c. Mengembangkan Manajemen Jaringan VLAN memberikan kemudahan,
fleksibilitas, serta sedikitnya biaya yang dikeluarkan untuk membangunnya.
VLAN membuat jaringan yang besar lebih mudah untuk diatur manajemennya
karena VLAN mampu untuk melakukan konfigurasi secara terpusat terhadap
peralatan yang ada pada lokasi yang terpisah. Dengan kemampuan VLAN
untuk melakukan konfigurasi secara terpusat, maka sangat menguntungkan
bagi pengembangan manajemen jaringan. Dengan keunggulan yang diberikan
oleh VLAN maka ada baiknya bagi setiap pengguna LAN untuk mulai beralih
ke VLAN. VLAN yang merupakan pengembangan dari teknologi LAN ini
tidak terlalu banyak melakukan perubahan, tetapi telah dapat memberikan
berbagai tambahan pelayanan pada teknologi jaringan.
VLSM adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah alamat terbuang.
Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan bagi suatu
admin. Kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut
membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan
diperkecil, maka disebut dengan variable length subnet mask. Jaringan yang
berkaitan dengan router serial interface hanya mempunyai dua alamat, oleh
karena itu jika kita memberi suatu subnet mungkin paling kecil adalah (/30).
Untuk itu perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah
metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu
subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki
satu subnet mask saja. Perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada
pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si
pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain
sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet
seperti telihat pada Gambar 3.2. Namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam
jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP
Gambar 3.2 Penggunaan IP Address
Subnet adalah salah satu cara untuk memecah jaringan komputer menjadi
jaringan-jaringan yang lebih kecil dibawahnya. Tujuan pemecahan ini adalah
untuk menghindari Collision dibuat dengan mengorbankan satu tadinya
diperuntukkan buat indentifikasi host maka dijadikan menjadi bit jaringan.
Permasalahan yang muncul dengan adanya subnet ini adalah munculnya
subneting yang diambil dari kelipatan bit host tadi, akibatnya pengenal jaringan
yang secara default dinyatakan dengan bit-bit nol dengan adanya subnet maka
pengenal jaringan tidak lagi bit-bit nol melainkan bit-bit kelipatan subnet yang
dimasking. IP dengan bit-bit nol dan bit-bit satu misalnya 192.168.0.0 atau
255.255.255.255 tidak dapat dipakai, bit-bit ini subnetmask zeros dan subnetmask
ones. Kondisi ini akan berbeda dengan ditemukannya sistem VLSM (Variabel
kenali jaringan seperti terlihat pada Gambar 3.3.
40
Bab ini membahas tentang proses instalasi dan konfigurasi jaringan yang
telah dibuat.
4.1 INSTALASI DAN PENGGUNAAN PACKET TRACER 6.2
1. Buka Installer Packet Tracer 6.2 kemudian akan muncul gambar seperti
dibawah ini.
Gambar 4.1 Tampilan Setup Cisco Packet Tracer 6.2
2. Setelah itu tekan tombol Next, kemudian akan muncul gambar seperti dibawah
Gambar 4.2 Tampilan License Agreement
3. Untuk Proses selanjutnya pilih “I accept the agreement” setelah itu pilih tombol
Next, Kemudian akan muncul gambar seperti dibawah ini.
Gambar 4.3 Tampilan pemilihan lokasi program
4. Setelah memilih lokasi program setelah itu pilih tombol Next, dan sampai
Gambar 4.4 Tampilan persiapan instalasi program
5. Setelah itu pilih tombol Install setelah itu proses instalasi program akan
berjalan.
6. Setelah itu proses instalasi selesai.
Gambar 4.6 Tampilan proses instalasi selesai
4.2 KONFIGURASI PEMBUATAN TOPOLOGI PADA PACKET TRACER
Topologi yang digunakan sesuai topologi yang di terapkan pada jaringan
Polrestabes Surabaya.
Pada komputer sitipol yang berjumlah 8 unit akan di jadikan sebagai VLAN 10,
pada komputer sumda yang berjumlah 8 unit akan dijadikan VLAN 20, pada
komputer bag.ops dan komputer spkt akan dijadikan sebagai VLAN 30, pada
komputer ka akan dijadikan VLAN 40, dan pada komputer vicon akan dijadikan
VLAN 50.
4.3 PERANCANGAN ADDRESSING TABLE DAN PORT ASSIGMENT
Tabel 4.1 Perancangan IP pada setiap switch dan PC client pada jaringan.
No Device Interface IP address Subnet mask
1 SW SITIPOL 1 VLAN 55 192.168.99.1 255.255.255.0
2 SW SITIPOL 2 VLAN 55 192.168.99.2 255.255.255.0
3 SW R.YASIN VLAN 55 192.168.99.3 255.255.255.0
4 SW SAMPING
POLRESTABES
VLAN 55 192.168.99.4 255.255.255.0
5 SW R.LORONG KASIUM VLAN 55 192.168.99.5 255.255.255.0
6 SW R.SUMDA VLAN 55 192.168.99.6 255.255.255.0
7 SW R.BELAKANG BANSAT VLAN 55 192.168.99.7 255.255.255.0
Tabel 4.2Perencanaan Port Assigment yang akan di terapkan pada jaringan.
Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24
2 SW SITIPOL 2 Fa0/1 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24
Fa0/2 Access Vlan 10 Sitipol 192.168.10.0/24
3 SW R.YASIN Fa0/1-3 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24
7 SW R.SPKT Fa0/1 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24
Fa0/2 Access Vlan 30 SPKT 192.168.55.0/24
Konfigurasi VLAN cukup di lakukan di switch server (SITIPOL 1),karena
jika kita mengkonfigurasi di switch server maka secara otomatis terdistribusi ke
switch client yang mempunyai domain yang sama, inilah kelebihan dari VTP kita
tidak perlu mengkonfigurasi VLAN pada setiap Switch yang ada , cukup di switch
server.
Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SITIPOL_1 :
SITIPOL_1>en
SITIPOL_1#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
SITIPOL_1(config)#vlan 99
SITIPOL_1(config-vlan)#name cisco
SITIPOL_1(config-vlan)#exit
SITIPOL_1(config)#vlan 10
SITIPOL_1(config-vlan)#exit
Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SPKT :
SPKT>en
SPKT#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SUMDA :
SUMDA>en
SPKT#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
SUMDA(config)#vlan 99
Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SUMDA :
SUMDA>en
SPKT#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
SUMDA(config-vlan)#exit
SUMDA(config)#vlan 40
SUMDA(config-vlan)#name KA
SUMDA(config-vlan)#exit
SUMDA(config)#vlvvlan 50
SUMDA(config-vlan)#name Vicon
SUMDA(config-vlan)#exit
Cek apakah VLAN yang sudah dibuat sudah masuk database dari masing
masing tiap switch. Cara mengecek dengan memasukan perintah ‘show vlan
brief’.
Gambar 4.8 VLAN yang telah di buat di Switch SITIPOL
Gambar 4.10 VLAN yang telah terdistribusi ke Switch SUMDA
4.5 KONFIGURASI ALAMAT INTERFACE SWITCH
Digunakan untuk memberi ip pada pada switch yang akan digunakan pada
VLAN 99 (Native VLAN) supaya setiap switch dapat memiliki ip.
SITIPOL_1(config)#interface vlan 55
SITIPOL_1(config-if)#ip address 192.168.55.1 255.255.255.0
SITIPOL_1(config-if)#no sh
SITIPOL2(config)#Interface vlan 55
SITIPOL2(config-if)#ip address 192.168.55.2 255.255.255.0
SITIPOL2(config-if)#no sh
R.YASIN(config)#interface vlan 55
R.YASIN(config-if)#ip address 192.168.55.3 255.255.255.0
R.YASIN(config-if)#no sh
R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface vlan 55
R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#ip address 192.168.55.4
255.255.255.0
R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#no sh
R.LORONG.KASIUM(config-if)#ip address 192.168.55.5
255.255.255.0
R.LORONG.KASIUM(config-if)#no sh
R.sumda(config)#interface vlan 55
R.sumda(config-if)#ip address 192.168.55.6 255.255.255.0
R.sumda(config-if)#no sh
R.SPKT(config-if)#ip address 192.168.55.8 255.255.255.0
R.SPKT(config-if)#no sh
R.URBIN_OPS(config)#interface vlan 55
R.URBIN_OPS(config-if)#ip address 192.168.55.9 255.255.255.0
R.URBIN_OPS(config-if)#no sh
4.6 KONFIGURASI SWITCH PORT DI VLAN
Bertujuan untuk mengenalkan port pada switch dengan VLAN yang
digunakan pada tiap subnetwork.
SITIPOL2(config)#interface fastEthernet 0/2
SITIPOL2(config-if)#switchport access vlan 10
R.YASIN(config)#interface fastEthernet 0/4
R.YASIN(config-if)#switchport access vlan 50
R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface fastEthernet 0/3
R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#switchport access vlan 40
R.SPKT(config)#interface fastEthernet 0/2
R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/2
R.URBIN_OPS(config-if)#switchport access vlan 30
R.sumda(config)#interface fastEthernet 0/2
R.sumda(config-if)#switchport access vlan 20
4.7 HASIL KONFIGURASI VLAN
Setelah melakukan berbagai konfigurasi pada switch dan router, untuk
menguji keberhasilan dari konfigurasi yang telah dilakukan sebelumnya maka
perlu mengetikkan perintah ping pada command prompt(cmd) di setiap VLAN.
Seperti pada Gambar 4.11 sampai pada Gambar 4.16.
Gambar 4.11 ping vlan 10 ke vlan 20
Karena memang berbeda VLAN, jika Request time out memang
konfigurasi kita benar karena yang diharapkan client hanya bisa saling terhubung
pada VLAN yang sama denganya saja seperti pada Gambar 4.16 jika berbeda
VLAN maka tidak saling terhubung seperti pada Gambar 4.11 sampai dengan
Gambar 4.15. .
Gambar 4.13ping vlan 10 ke vlan 40
Gambar 4.14ping vlan 10 ke vlan 60
Gambar 4.15 ping vlan 10 ke vlan 50
53
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari penerapan
VLAN pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh selama penerapan VLAN dengan metode
VLSM pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer adalah :
1. Jadi dengan menggunakan konsep jaringan VLAN, jaringan dapat dibagi-bagiberdasarkan grup.
2. Jaringan bisa lebih aman dan bisa dikelola dengan mudah oleh seorang
administrator jaringan.
3. Mempermudah bagi pekerjaan seorang administrator jaringan dalam
melakukan pengecekan dan monitoring clientnya.
4. Sebuah Virtual LAN merupakan fungsi logik dari sebuah switch. Fungsi logik
ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam beberapa jaringan virtual.
Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat fisik yang sama.
5. VLSM adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah alamat terbuang.
Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan bagi suatu
Admin, kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih
lanjut membagi lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh
karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable subnet
5.2 Saran
Sebaiknya untuk sistem jaringan yang ada pada perkantoran, gedung
perkuliahan, dan sekolah hendaknya menerapkan jaringan VLAN. Hal ini untuk
55
Muamar, A. W. (2002). Virtual Local Area Network sebagai alternatif model
jaringan guna peningkatan keamanan dan efisiensi dalam sebuah local
area network. Bogor.
Purbo, Ono, W., Basmalah, Adnan, Fahmi, & Thamrin, A. H. (1998). Buku Pintar
Internet TCP/IP. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sudibyono, I. A. (1992). Instalasi dan Aplikasi Netware Novell. Andi Offser.
Teknik dan Jaringan Komputer VLAN. (n.d.). Retrieved from
Fery.junaedi@jetcoms.net - VLAN.pdf
Tutang, & Kodarsyah. (2001). Belajar Jaringan Sendiri. Jakarta: Medikom
Mandiri.
VLAN dan VLSM. (n.d.). Retrieved from www.ilmukomputer.com