• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKP : Penerapan Virtual Local Area Network (VLAN) dan Penghematan Host Dengan Metode Variable Length Subnet Mask (VLSM) di Jaringan Polrestabes Surabaya Dengan Menggunakan Simulasi Packet Tracer.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LKP : Penerapan Virtual Local Area Network (VLAN) dan Penghematan Host Dengan Metode Variable Length Subnet Mask (VLSM) di Jaringan Polrestabes Surabaya Dengan Menggunakan Simulasi Packet Tracer."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN)

DAN PENGHEMATAN HOST DENGAN METODE VARIABLE

LENGTH SUBNET MASK (VLSM) DI JARINGAN

POLRESTABES SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN

SIMULASI PACKET TRACER

KERJA PRAKTIK

Program Studi

S1 Sistem Komputer

Oleh:

TONI ABRIYANTO OKTAVIANO

13410200068

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Kontribusi ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM POLRI ... 4

2.1 Sejarah dan Perkembangan ... 4

(3)

xi

2.3 Visi dan Misi POLRI ... 21

2.4 Struktur Organisasi ... 22

BAB III LANDASAN TEORI ... 24

3.1 Virtual Local Area Network ... 24

3.1.1 Sejarah Perkembangan VLAN ... 24

3.1.2 Pengertian VLAN ... 25

3.1.3 Tipe-tipe VLAN ... 28

3.1.4 Perbedaan Mendasar Antara LAN dan VLAN ... 30

3.2 Variable Length Subnet Mask (VLSM) ... 37

BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK ... 40

4.1 Instalasi dan penggunaan Packet Tracer 6.2 ... 40

4.2 Konfigurasi Pembuatan Topologi Pada Packet Tracer ... 43

4.3 Perancangan addressing table dan port assigment ... 44

4.4 Konfigurasi VLAN ... 45

4.5 Konfigurasi Alamat Interface Switch... 49

4.6 Konfigasi Switch Port di VLAN ... 50

4.7 Hasil Konfigurasi VLAN ... 51

BAB V PENUTUP ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

(4)
(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Polrestabes Surabaya merupakan salah satu instansi milik negara menjaga

keamanan negara yang dimana telah menajaga keamanan negara dari serangan

luar maupun dalam negeri sendiri, yang dimana didalam nya juga ada informasi

yang sangat rahasia sehingga tidak bisa dipublikasikan.

Kemajuan teknologi telah memberikan jawaban akan kebutuhan informasi,

komputer yang semakin canggih memungkinkan untuk memperoleh informasi

secara cepat, tepat dan akurat. Hasil informasi yang canggih tersebut sudah mulai

menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan serta pemanfaatan komputer

secara optimal dapat memacu laju perkembangan pembangunan. Kesadaran

tentang hal inilah yang menuntut pengadaan tenaga-tenaga ahli yang terampil

untuk dapat mengelola informasi, dan pendidikan merupakan salah satu cara yang

harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tenaga tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan semakin pesatnya perkembangan aplikasi jaringan yang

membutuhkan kecepatan yang tinggi didalam aliran informasi diantara server

dengan klien, atau antara server dengan server lainnya maka dibutuhkan suatu

infrastruktur jaringan yang bagus dan dapat menjawab kebutuhan itu.Suatu

infrastruktur jaringan harus dapat melayani lebih banyak user, lebih banyak

aplikasi serta banyak workstation. Virtual Local Area Network (VLAN) dapat

menolong para pengelola jaringan didalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

(6)

VLAN menyediakan segmentasi suatu jaringan yang fleksibel dan dinamis yang

meningkatkan perubahan mendasar suatu LAN dirancang,dijalankan dan dikelola.

Selama menjalani Kerja Praktek di Polrestabes Surabaya, dimana diwajibkan

kepada mahasiswa untuk mempelajari sistem nyata dunia kerja sesungguhnya di

suatu perusahaan / instansi atau institusi pada bagian atau divisi tertentu dalam

kurun waktu yang telah di tentukan. Sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang

sudah di peroleh dalam perkuliahan.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam perumusan masalah yang ada pada kerja praktik yang dilakukan oleh

penulis terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah yang

harus diselesaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membagi bagian-bagian yang berbeda jaringan agar tetap

terhubung.

2. Bagaimana menerapkan VLAN pada jaringan yang berbeda-beda dengan

menggunakan metode VLSM.

1.3 Batasan Masalah

Melihat permasalahan yang ada, maka penulis membatasi maslaah dari

kerja praktik, yaitu:

a. Perancangan topologi dan desain menggunakan software Packet Tracer.

b. Merancang jaringan Virtual Local Area Network.

c. Menggunakan penghematan host dengan menggunakan VLSM

d. Semua proses konfigurasi jaringan menggunakan program simulasi Packet

(7)

1.4 Tujuan

Tujuan umum dari kerja praktik yang dilaksanakan mahasiswa adalah agar

mahasiswa dapat melihat serta merasakan kondisi dan keadaan real yang ada pada

dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi dan dapat

memperdalam kemamapuan pada suatu bidang. Tujuan khusus adalah sebagai

berikut:

1. Mempelajari Teknik dan Konfigurasi Jaringan VLAN.

2. Mempelajari Penghematan Host Dengan Metode Variable Length Subnet Mask

(VLSM).

1.5 Kontribusi

Adapun Kontribusi dari kerja praktik terhadap Polrestabes Surabaya

adalah membantu menganalisa permasalahan tentang jaringan komputer pada

(8)

4

BAB II

GAMBARAN UMUM POLRI

Bab dua berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, visi, misi, struktur

organisasi, dan komitmen POLRI dalam hal ini Polrestabes Surabaya sebagai

tempat kerja praktik.

2.1 Sejarah dan Perkembangan

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri

mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin

oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Sejak 13 Juli

2016, jabatan Kapolri dipegang oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A.,

Ph.D.

Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan

pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan

kerajaan. Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali

oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi

untuk menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu

itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang

pribumi untuk menjaga keamanan mereka. Wewenang operasional kepolisian ada

pada residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan

pada procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat

(9)

politie (polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong

praja), dan lain-lain. Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian

juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada

dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur

van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi

diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.

Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah

merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia

saat ini.

Pada masa pendudukan jepang, Jepang membagi wilayah kepolisian

Indonesia menjadi Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta,

Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia

Timur berpusat di Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di

Banjarmasin. Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang

pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang

yang disebut sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.

Pada periode 1945– 1950 tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat

kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,

sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara

resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka. Inspektur Kelas I

(Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada

tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia

(10)

pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan

semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang

sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada

tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September 1945

Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala

Kepolisian Negara (KKN). Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan

Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya

bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional

bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946

dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara

yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah

yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini. Sebagai

bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan maka Polri di

samping bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah

RI. Polri menyatakan dirinya “combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi

Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus

untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di

Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan

PKI di Madiun, dan lain-lain. Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4

Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa

Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai

perdana menteri/wakil perdana menteri. Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal

(11)

RI. Pada Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang diketuai Mr. Sjafrudin

Prawiranegara berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin

KBP Umar Said (tanggal 22 Desember 1948). Hasil Konferensi Meja Bundar antara

Indonesia dan Belanda dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S.

Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumanto

diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.

Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS

dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan

perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan,

dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri. Umur RIS hanya beberapa

bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada

tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi

kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia.

Dalam peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang dipimpin secara

sentral, baik di bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif,

organisatoris.

Pada periode 1950 – 1959 dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17

Agustus 1950 dan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem

parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang

bertanggung jawab kepada perdana menteri/presiden. Waktu kedudukan Polri

kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de

Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian R.S.

Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru,

(12)

(DKN) yang menjadi Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi

gedung perkantoran termegah setelah Istana Negara. Sampai periode ini kepolisian

berstatus tersendiri antara sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan

gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik

Indonesia (P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak

zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan

nama Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi.

Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara

demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante

dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan

perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil melahirkan

Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding

dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).

Pada Masa Orde lama dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan

Konstituante, Indonesia kembali ke UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya

kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir.

Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada

Menteri Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di

mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio. Pada

tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai

Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus

1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan

Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang

(13)

Negara). Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang

terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto

menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme

kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri

setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier

Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.

Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas

Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan

Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian

Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan

nasional. Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No.

13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur

ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU. Dengan Keppres No.

94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU,

Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil

Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962

menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak).

Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi Menteri/Panglima Angkatan

Kepolisian (Menpangak) dan langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai

kepala pemerintahan negara. Dengan Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan

tanggung jawab Polri ditentukan sebagai berikut:

1. Alat Negara Penegak Hukum.

2. Koordinator Polsus.

(14)

4. Pembinaan Kamtibmas.

5. Kekaryaan.

6. Sebagai alat revolusi.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI

disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang.

Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik

NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian

anggota ABRI dari keempat angkatan.

Pada Masa Orde Baru dengan pengalaman yang pahit dari peristiwa

G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI,

maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No.

132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan

Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan

bagian dari organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang

masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal

Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama. Setelah Soeharto dipilih

sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada

Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang

dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang

bukan angkatan perang. Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan

Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi

Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.

(15)

tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala

Staf Angkatan.

Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke

kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri tingkat

kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) di

tingkat provinsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) di tingkat

kabupaten/kota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor (Polsek) di

wilayah kecamatan. Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kapolri berpangkat Jenderal Polisi, Sejak

16 Januari 2015, Jenderal Sutarman diberhentikan dengan hormat dan digantikan

oleh Jenderal Pol Badrodin Haiti. Kemudian pada tanggal 16 Juli 2016 Kapolri

digantikan oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.

Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan terdiri dari:

1. Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas membantu Kapolri dalam

penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan umum dan perbendaharaan

dalam lingkungan Polri termasuk satuan-satuan organsiasi non struktural yang

berada di bawah pengendalian Kapolri.

2. Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas membantu Kapolri dalam

penyelenggaraan fungsi manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri

termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta pemberdayaan masyarakat

(16)

3. Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Asrena),

bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum

dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem organisasi dan manajemen

serta penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Polri.

4. Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS SDM), bertugas membantu

Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia

termasuk upaya perawatan dan peningkatan kesejahteraan personel dalam

lingkungan Polri.

5. Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras), bertugas membantu Kapolri

dalam penyelenggaraan fungsi sarana dan prasarana dalam lingkungan Polri.

6. Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div Propam),

adalah unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan

pengamanan internal.

7. Divisi Hukum (Div Kum).

8. Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)

9. Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah unsur pembantu pimpinan

bidang hubungan internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian ini

membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk menangani

kejahatan internasional.

10.Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol), adalah unsur pembantu

pimpinan di bidang informatika yang meliputi teknologi informasi dan

komunikasi elektronika.

11.Staf Pribadi Pimpinan (Spripim)

(17)

13.Pelayanan Markas (Kayanma)

14.Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu

sesuai bidang keahliannya

Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari:

1. Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi kepentingan

pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri maupun guna mendukung

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan

dalam negeri.

2. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan menyelenggarakan

fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi

dan fungsi laboratorium forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin

oleh seorang Komisaris Jenderal (Komjen).

3. Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan yang mencakup pemeliharaan

dan upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam

rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

4. Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi

pembinaan keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan gangguan

keamanan yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam

negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal (Irjen).

5. Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi

(18)

masalah lalu lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan

bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya.

6. Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan Brimob, Sabhara,

Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak Bahan Peledak, bila diperlukan) serta

sebuah tim intelijen jika ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat

tinggi, perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat, atau peresmian oleh

kepala pemerintahan, kepala negara, ketua MPR, atau ketua DPR dengan

mengirimkan surat tugas kepada Biro Operasi Polda setempat, Biro Operasi

Polres setempat, dan Polsek setempat.

7. Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT), bertugas

menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan, dan

bantuan operasional dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

terorisme.

Unsur Pendukung terdiri dari :

1. Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas merencanakan,

mengembangkan, dan menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan dan

pengembangan berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan profesi,

manajerial, akademis, dan vokasi. Lemdikpol membawahi:

a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur pelaksana

pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan pengembangan

manajemen Polri. Terdiri dari Sespinma (dahulu Selapa), Sespimmen (dahulu

Sespim) dan Sespimti (dahulu Sespati).

b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan

(19)

c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur pelaksana pendidikan

dan staf khusus yang berkenaan dengan pendidikan tinggi dan

pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian

d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)

e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional

(Diklatsusjatrans)

f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari:

1) Pusdik Intelijen (Pusdikintel)

2) Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim)

3) Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)

4) Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)

5) Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)

6) Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)

7) Pusdik Administrasi (Pusdikmin)

8) Sekolah Bahasa (Sebasa)

9) Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)

10)Pusdik Bina Masyarakat (PusdikBinmas)

2. Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal

(Brigjen).

3. Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang dipimpin oleh seorang

Brigadir Jenderal (Brigjen), termasuk didalamnya adalah Rumah Sakit Pusat

Polri (Rumkit Puspol) yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal

(20)

4. Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal

(Brigjen).

5. Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang akan dipimpin oleh

Brigadir Jenderal (Brigjen).

6. Pusat sejarah (Pusjarah Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal

(Brigjen).

Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana

utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas

menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang

bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda

(Wakapolda).

1. Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres). Ada

tiga tipe Polda, yakni Tipe A-K, Tipe A dan Tipe B. Polda Tipe A-K saat ini

hanya terdapat 1 Polda, yaitu Polda Metro Jaya. Polda Tipe A-K dan Tipe A

dipimpin seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal Polisi (Irjen),

sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal Polisi

(Brigjen). Setiap Polda menjaga keamanan sebuah Provinsi.

2. Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor. Untuk kota -

kota besar, Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres memiliki satuan

tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda, dan dipimpin oleh seorang

Komisaris Besar Polisi (Kombes) (untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar

Polisi (AKBP) (untuk Polres) Setiap Polres menjaga keamanan sebuah

(21)

3. Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar Polisi

(AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi (Kompol)

(untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin

oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) (tipe rural). Di sejumlah

daerah di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Polisi Dua (Ipda).

Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.

Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) memiliki sejumlah

Direktorat dalam menangani tugas melayani dan melindungi, yaitu:

1. Direktorat Reserse Kriminal

a) Subdit Kriminal Umum

b) Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)

c) Subdit Remaja Anak dan Wanita

d) Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) /

Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)

2. Direktorat Reserse Kriminal Khusus

a) Subdit Tindak Pidana Korupsi

b) Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah)

c) Subdit Cyber Crime

3. Direktorat Reserse Narkoba

a) Subdit Narkotika

b) Subdit Psikotropika

4. Direktorat Intelijen dan Keamanan

5. Direktorat Lalu Lintas

(22)

b)Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident)

c) Subdit Penegakan Hukum (Gakkum)

d)Subdit Keamanan dan Keselamatan (Kamsel)

e) Subdit Patroli Pengawalan (Patwal)

f) Subdit Patroli Jalan Raya (PJR)

6. Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas, dulu Bina Mitra)

7. Direktorat Sabhara

8. Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)

9. Direktorat Polisi Air (Polair)

10.Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti)

11. Biro Operasi

12.Biro SDM

13.Biro Sarana Prasarana (Sarpras, dulu Logistik)

14.Bidang Keuangan

15.Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam)

16.Bidang Hukum

17.Bidang Hubungan Masyarakat

18.Bidang Kedokteran Kesehatan

Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia pada dasarnya didasarkan dan

disesuaikan atas wilayah administrasi pemerintahan sipil. Komando pusat berada di

Markas Besar Polri (Mabes) di Jakarta. Pada umumnya, struktur komando Polri dari

pusat ke daerah adalah:

1. Pusat markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri)

(23)

3. Wilayah Kabupaten dan Kota Kepolisian Resort

a) Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes)

b) Kepolisian Resort Kota (Polresta)

c) Kepolisian Resort Kabupaten (Polres)

4. Tingkat kecamatan Kepolisian sektor

a) Kepolisian Sektor Kota (Polsekta)

b) Kepolisian Sektor (Polsek)

Wilayah hukum dari Kepolisian Wilayah (Polwil) adalah kawasan yang pada masa

kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada

di Pulau Jawa, maka di luar Jawa tidak dikenal adanya satuan berupa Polwil kecuali

untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes

Makassar di Sulawesi Selatan. Mulai awal tahun 2010 seluruh Kepolisian Wilayah

(Polwil) di Pulau Jawa sudah dihapus. Di beberapa daerah terpencil, ada pula

pos-pos polisi yang merupakan perpanjangan tangan dari Kepolisian Sektor.

2.2 Logo dan Arti Logo POLRI

2.2.1 Logo

Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana dari suatu Instansi. Sudah

banyak Instansi – Instansi yang melakukan transformasi visi dan misi melalui logo.

Logo juga bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan.Logo POLRI dapat dilihat

(24)

Gambar 2.1 Logo POLRI

2.2.2 Arti Logo

Arti Logo POLRI

1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.

2. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, di samping

memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani

masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi keamanan ketertiban

masyarakat yang mantap.

3. Pancoran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang

dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945 hari Proklamasi

Kemerdekaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses

kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari

perjuangan bangsa dan negara.

4. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju

kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik

(25)

pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Raden Said

Soekanto Tjokrodiatmodjo.

5. Tiga bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup

Polri.

6. Warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.

7. Warna kuning keemasan perlambang kebesaran dan keagungan hati

nurani segenap personil Polri.

8. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang

bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi

apapun, tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar

dapat selalu berpikir jernih,bersih, dan tepat dalam mengambil

keputusan.

2.3 Visi dan Misi POLRI

Visi

Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima,

tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya

sinergi polisional yang proaktif.

Misi

1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi

penyelidikan, pengamanan dan penggalangan;

2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,

(26)

3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin

keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang;

4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam

negeri;

5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat

patuh hukum;

6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan

dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;

7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh

sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri;

8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga

internasional

maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan

jejaring kerja (partnership building/networking).

2.4 Struktur Organisasi

Pada tempat kerja praktik terdapat stuktur organasasi yang terdiri atas

(27)

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polrestabes Surabaya

KAPOLRESTABES SURABAYA Drs. IMAN SUMANTRI, M, Si

KOMBESPOL / 66070510

WAKAPOLRESTABES SURABAYA AKBP DENY SN NASUTION, S.I.K., M.H

KASITIPOL PENATA TK 1 / 1970010620021210001

(28)

24

3.1 Virtual Local Area Network

3.1.1 Sejarah Perkembangan VLAN (Virtual Local Area Network)

Pemanfaatan teknologi jaringan komputer sebagai media komunikasi data

hingga saat ini semakin meningkat. Kebutuhan atas penggunaan bersama

resources yang ada dalam jaringan baik software maupun hardware telah

mengakibatkan timbulnya berbagai pengembangan teknologi jaringan itu

sendiri.Seiring dengan semakin tingginya tingkat kebutuhan dan semakin

banyaknya pengguna jaringan yang menginginkan suatu bentuk jaringan yang

dapat memberikan hasil maksimal baik dari segi efisiensi maupun peningkatan

keamanan jaringan itu sendiri.

Berlandaskan pada keinginan-keinginan tersebut, maka upaya-upaya

penyempurnaan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Dengan memanfaatkan

berbagai teknik khususnya teknik subnetting dan penggunaan hardware yang

lebih baik (antara lain switch) maka muncullah konsep Virtual Local Area

Network (VLAN) yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik

dibanding Local area Network (LAN).

Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas (Onno W Purbo, 1998), apalagi

jika harus memberikan alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu

dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP Address tersebut supaya dapat

(29)

Konsep subnetting dari IP Address merupakan teknik yang umum

digunakan di internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah

jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address. Subnetting

merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet

dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas network ID

dalam suatu subnet, digunakan subnet mask. Seperti yang telah diketahui, bahwa

selain menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, kita juga dapat

menggunakan metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas),

menggunakan notasi penulisan singkat dengan prefix. Metode ini merupakan

metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran

persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, sehingga diciptakan

metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address.

Metode VLSM pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan

IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan

IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh lembaga IANA

jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah,

swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya

memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public).

3.1.2 Pengertian VLAN

Sebuah Local Area Network (LAN) pada dasarnya diartikan sebaagai

sebuah network dari kumpulan komputer yang berada pada lokasi yang sama.

Sebuah LAN diartikan sebagai single broadcast domain, artinya ada sebuah

(30)

setiap user lain dalam LAN tersebut. Broadcast yang keluar dari LAN bisa difilter

dengan router. Susunan dari broadcast domain tergantung juga dari jenis koneksi

fisik perangkat networknya. Virtual Local Area Network (VLAN) dikembangkan

sebagai pilihan alternatif untuk mengurangi broadcast traffic.

Sebuah Virtual LAN merupakan fungsi logik dari sebuah switch. Fungsi

logik ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam beberapa jaringan virtual.

Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat fisik yang sama. Implementasi

VLAN dalam jaringan memudahkan seorang administrator dalam membagi secara

logik group-group workstation secara fungsional dan tidak dibatasi oleh lokasi.

(Muammar, 2002) Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan

menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen yang bergantung pada

organisasi atau departemen,tanpa bergantung pada lokasi workstation seperti pada

gambar 3.1:

(31)

Berikut ini diberikan beberapa terminologi di dalam VLAN.

a. VLAN Data

VLAN Data adalah VLAN yang dikonfigurasi hanya untuk membawa

data-data yang digunakan oleh user. Dipisahkan dengan lalu lintas data-data suara atau

pun manajemen switch. Seringkali disebut dengan VLAN pengguna (User

VLAN).

b. VLAN Default

Semua port switch pada awalnya menjadi anggota VLAN default. VLAN

Default untuk switch cisco adalah VLAN 1. VLAN 1 tidak dapat diberi nama

dan tidak dapat dihapus.

c. Native VLAN

Native VLAN dikeluarkan untuk port trunking 802.1Q. port trunking 802.1Q

mendukung lalu lintas jaringan yang datang dari banyak VLAN (tagged

traffic) sama baiknya dengan yang datang dari sebuah VLAN (untagged

traffic). Port trunking 802.1Q menempatkan untagged traffic pada Native

VLAN.

d. VLAN Manajemen

VLAN Manajemen adalah VLAN yang dikonfigurasi untuk memanajemen

switch. VLAN 1 akan bekerja sebagai Managemen VLAN jika kita tidak

mendefinisikan VLAN khusus sebagai VLAN Manajemen. Kita dapat

memberi IP address dan subnet mask pada VLAN Manajemen, sehingga

(32)

e. VLAN Voice

VLAN yang dapat mendukung Voice over IP (VoIP). VLAN yang

dikhususkan untuk komunikasi data suara. VLAN diklasifikasikan

berdasarkan metode (tipe) yang digunakan untuk mengklasifikasikannya, baik

menggunakan port, MAC address dan sebagainya. Semua informasi yang

mengandung penandaan/pengalamatan suatu VLAN(tagging) di simpan dalam

suatu database (tabel), jika penandaannya berdasarkan port yang digunakan

maka database harus mengindikasikan port-port yang digunakan oleh VLAN.

Untuk mengaturnya maka biasanya digunakan switch atau bridge yang

manageable atau yang bisa diatur. Switch atau bridge inilah yang bertanggung

jawab menyimpan semua informasi dan konfigurasi suatu VLAN dan

dipastikan semua switch atau bridge memiliki informasi yang sama. Switch

akan menentukan kemana data-data akan diteruskan dan sebagainya atau dapat

pula digunakan suatu software pengalamatan (bridging software) yang

berfungsi mencatat/menandai suatu VLAN beserta workstation yang

didalamnya, untuk menghubungkan antar VLAN dibutuhkan router.

3.1.3 Tipe-tipe VLAN

Keanggotaan dalam suatu VLAN dapat di klasifikasikan berdasarkan port yang di

gunakan , MAC address, tipe protokol.

1. Berdasarkan Port

Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang di gunakan

oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch dengan 4 port, port

(33)

3 4 . VLAN 2 2 1 2 Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah

pindah, apabila harus berpindah maka Network Administrator harus

mengkonfigurasikan ulang.

2. Berdasarkan MAC Address

Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap

workstation/komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi/mencatat

semua MAC address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN. MAC address

merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC (Network Interface Card) di

setiap workstation. Kelebihannya apabila user berpindah pindah maka dia

akan tetap terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut. Sedangkan

kekurangannya bahwa setiap mesin harus di konfigurasikan secara manual,

dan untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang

efissien untuk dilakukan.

MAC address 132516617738 272389579355 536666337777 24444125556

VLAN 1 2 2 1

3. Berdasarkan tipe protokol yang digunakan

Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang digunakan,

Protokol IP IPX

VLAN 1 2

4. Berdasarkan Alamat Subnet IP

Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk

mengklasifikasi suatu VLAN.

IP subnet 22.3.24 46.20.45

(34)

Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan juga

tidak mempermasalahkan funggsi router. IP address digunakan untuk

memetakan keanggotaan VLAN.Keuntungannya seorang user tidak perlu

mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila berpindah

tempat,hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit

lebih lambat untuk meneruskan paket di banding menggunakan MAC

addresses.

5. Berdasarkan aplikasi atau kombinasi lain

Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan aplikasi

yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk diterapkan pada

suatu jaringan. Misalkan: aplikasi FTP (file transfer protocol) hanya bias

digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa digunakan pada VLAN 2.

3.1.4 Perbedaan Mendasar Antara LAN dan VLAN

Perbedaan yang sangat jelas dari model jaringan Local Area Network

dengan Virtual Local Area Network adalah bahwa bentuk jaringan dengan model

Local Area Network sangat bergantung pada letak atau fisik dari workstation,

serta penggunaan hub dan repeater sebagai perangkat jaringan yang memiliki

beberapa kelemahan. Sedangkan yang menjadi salah satu kelebihan dari model

jaringan dengan VLAN adalah bahwa tiap-tiap workstation atau user yang

tergabung dalam satu VLAN atau bagian (organisasi, kelompok, dan sebagainya)

dapat tetap saling berhubungan walaupun terpisah secara fisik.

Adapun beberapa perbandingan dalam jaringan LAN dengan VLAN,

(35)

A. Perbandingan Tingkat Keamanan

Penggunaan LAN telah memungkinkan semua komputer yang terhubung

dalam jaringan dapat bertukar data atau dengan kata lain berhubungan. Kerjasama

ini semakin berkembang dari hanya pertukaran data hingga penggunaan peralatan

secara bersama (resource sharing atau disebut juga hardware sharing). 10 LAN

memungkinkan data tersebar secara broadcast keseluruh jaringan, hal ini akan

mengakibatkan mudahnya penggunayang tidak dikenal (unauthorized user) untuk

dapat mengakses semua bagian dari broadcast. Semakin besar broadcast, maka

semakin besar akses yang didapat, kecuali hub yang dipakai diberi fungsi kontrol

keamanan.

VLAN yang merupakan hasil konfigurasi switch menyebabkan setiap port

switch diterapkan menjadi milik suatu VLAN. Oleh karena berada dalam satu

segmen, port-port yang bernaung dibawah suatu VLAN dapat saling

berkomunikasi langsung (Muammar, 2002). Sedangkan port-port yang berada di

luar VLAN tersebut atau berada dalam naungan VLAN lain, tidak dapat saling

berkomunikasi langsung karena VLAN tidak meneruskan broadcast.

VLAN yang memiliki kemampuan untuk memberikan keuntungan

tambahan dalam hal keamanan, jaringan tidak menyediakan penggunaan

media/data dalam suatu jaringan secara keseluruhan. Switch pada jaringan

menciptakan batas-batas yang hanya dapat digunakan oleh komputer yang

termasuk dalam VLAN tersebut. Hal ini mengakibatkan administrator dapat

dengan mudah mensegmentasi pengguna, terutama dalam hal penggunaan

media/data yang bersifat rahasia (sensitive information) kepada seluruh pengguna

(36)

Keamanan yang diberikan oleh VLAN meskipun lebih baik dari

LAN,belum menjamin keamanan jaringan secara keseluruhan dan juga belum

dapat dianggap cukup untuk menanggulangi seluruh masalah keamanan. VLAN

masih sangat memerlukan berbagai tambahan untuk meningkatkan keamanan

jaringan itu sendiri seperti firewall, pembatasan pengguna secara akses

perindividu,intrusion detection, pengendalian jumlah dan besarnya broadcast

domain, enkripsi jaringan, dan sebagainya.

Dukungan Tingkat keamanan yang lebih baik dari LAN inilah yang dapat

dijadikan suatu nilai tambah dari penggunaan VLAN sebagai sistem

jaringan.Salah satu kelebihan yang diberikan oleh penggunaan VLAN adalah

kontrol administrasi secara terpusat, artinya aplikasi dari manajemen VLAN dapat

dikonfigurasikan, diatur dan diawasi secara terpusat, pengendalian broadcast

jaringan, rencana perpindahan, penambahan, perubahan dan pengaturan akses

khusus ke dalam jaringan serta mendapatkan media atau data yang memiliki

fungsi penting dalam perencanaan dan administrasi di dalam grup tersebut

semuanya dapat dilakukan secara terpusat. Dengan adanya pengontrolan

manajemen secara terpusat maka administrator jaringan juga dapat

mengelompokkan grup-grup VLAN secara spesifik berdasarkan penggunadan

port dari switch yang digunakan,mengatur tingkat keamanan, mengambil dan

menyebar data melewati jalur yang ada, mengkonfigurasi komunikasi yang

melewati switch, dan memonitor lalu lintas data serta penggunaan bandwidth dari

(37)

B. Perbandingan Tingkat Efisiensi

Untuk dapat mengetahui perbandingan tingkat efisiensinya maka perlu di

ketahui kelebihan yang diberikan oleh VLAN itu sendiri diantaranya:

a. Meningkatkan Performa Jaringan

LAN yang menggunakan hub dan repeater untuk menghubungkan peralatan

komputer satu dengan lain yang bekerja dilapisan physical memiliki

kelemahan, peralatan ini hanya meneruskan sinyal tanpa memiliki

pengetahuan mengenai alamat-alamat yang dituju. Peralatan ini juga hanya

memiliki satu domain collision sehingga bila salah satu port sibuk maka

port-port yang lain harus menunggu. Walaupun peralatan dihubungkan ke port-port-port-port

yang berlainan dari hub. Protokol ethernet atau IEEE 802.3 (biasa digunakan

pada LAN) menggunakan mekanisme yang disebut Carrier Sense Multiple

Accsess Collision Detection (CSMA/CD) yaitu suatu cara dimana peralatan

memeriksa jaringan terlebih dahulu apakah ada pengiriman data oleh pihak

lain. Jika tidak ada pengiriman data oleh pihak lain yang dideteksi, baru

pengiriman data dilakukan. Bila terdapat dua data yang dikirimkan dalam

waktu bersamaan, maka terjadilah tabrakan (collision) data pada jaringan.

Oleh sebab itu jaringan ethernet dipakai hanya untuk transmisi half duplex,

yaitu pada suatu saat hanya dapat mengirim atau menerima saja. Berbeda dari

hub yang digunakan pada jaringan ethernet (LAN), switch yang bekerja pada

lapisan datalink memiliki keunggulan dimana setiap port didalam switch

memiliki domain collision sendiri-sendiri. Oleh sebab itu sebab itu switch

sering disebut juga multiport bridge. Switch mempunyai table penterjemah

(38)

menciptakan jalur yang aman dari port pengirim dan port penerima sehingga

jika dua host sedang berkomunikasi lewat jalur tersebut, mereka tidak

mengganggu segmen lainnya. Jadi jika satu port sibuk, port-port lainnya tetap

dapat berfungsi. Switch memungkinkan transmisi full-duplex untuk hubungan

ke port dimana pengiriman dan penerimaan dapat dilakukan bersamaan

dengan penggunakan jalur tersebut diatas. Persyaratan untuk dapat

mengadakan hubungan fullduplex adalah hanya satu komputer atau server saja

yang dapat dihubungkan ke satu port dari switch. Komputer tersebut harus

memiliki network card yang mampu mengadakan hubungan full-duflex, serta

collision detection dan loopback harus disable. Switch pula yang

memungkinkan terjadinya segmentasi pada jaringan atau dengan kata lain

switch-lah yang membentuk VLAN. Dengan adanya segmentasi yang

membatasi jalur broadcast akan mengakibatkan suatu VLAN tidak dapat

menerima dan mengirimkan jalur broadcast ke VLAN lainnya. Hal ini secara

nyata akan mengurangi penggunaan jalur broadcast secara keseluruhan,

mengurangi penggunaan bandwidth bagi pengguna, mengurangi kemungkinan

terjadinya broadcast storms (badai siaran) yang dapat menyebabkan

kemacetan total di jaringan komputer. Administrator jaringan dapat dengan

mudah mengontrol ukuran dari jalur broadcast dengan cara mengurangi

besarnya broadcast secara keseluruhan,membatasi jumlah port switch yang

digunakan dalam satu VLAN serta jumlah pengguna yang tergabung dalam

suatu VLAN.

b. Terlepas dari Topologi Secara Fisik Jika jumlah server dan workstation

(39)

dengan para personel yang juga tersebar di berbagai tempat, maka akan lebih

sulit bagi administrator jaringan yang menggunakan sistem LAN untuk

mengaturnya, dikarenakan akan banyak sekali diperlukan peralatan untuk

menghubungkannya. Belum lagi apabila terjadi perubahan stuktur organisasi

yang artinya akan terjadi banyak perubahan letak personil akibat hal tersebut.

Permasalahan juga timbul dengan jaringan yang penggunanya tersebar di

berbagai tempat artinya tidak terletak dalam satu lokasi tertentu secara fisik.

LAN yang dapat didefinisikan sebagai network atau jaringan sejumlah system

komputer yang lokasinya terbatas secara fisik, misalnya dalam satu

gedung,satu komplek, dan bahkan ada yang menentukan LAN berdasarkan

jaraknya sangat sulit untuk dapat mengatasi masalah ini. Sedangkan VLAN

yang memberikan kebebasan terhadap batasan lokasi secara fisik dengan

mengijinkan workgroup yang terpisah lokasinya atau berlainan gedung, atau

tersebar untuk dapat terhubung secara logik ke jaringan meskipun hanya satu

pengguna. Jika infrastuktur secara fisik telah terinstalasi, maka hal ini tidak

menjadi masalah untuk menambah port bagi VLAN yang baru jika organisasi

atau departemen diperluas dan tiap bagian dipindah. Hal ini memberikan

kemudahan dalam hal pemindahan personel, dan tidak terlalu sulit untuk

memindahkan peralatan yang ada serta konfigurasinya dari satu tempat ke

tempat lain. Untuk para pengguna yang terletak berlainan lokasi maka

administrator jaringan hanya perlu menkofigurasikannya saja dalam satu port

yang tergabung dalam satu VLAN yang dialokasikan untuk bagiannya

sehingga pengguna tersebut dapat bekerja dalam bidangnya tanpa memikirkan

(40)

juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu jaringan

baru apabila terjadi restrukturisasi pada suatu perusahaan, karena pada LAN

semakin banyak terjadi perpindahan makin banyak pula kebutuhan akan

pengkabelan ulang, hampir keseluruhan perpindahan dan perubahan

membutuhkan konfigurasi ulang hub dan router. VLAN memberikan

mekanisme secara efektif untuk mengontrol perubahan ini serta mengurangi

banyak biaya untuk kebutuhan akan mengkonfigurasi ulang hub dan router.

Pengguna VLAN dapat tetap berbagi dalam satu network address yang sama

apabila ia tetap terhubung dalam satu swith port yang sama meskipun tidak

dalam satu lokasi. Permasalahan dalam hal perubahan lokasi dapat

diselesaikan dengan membuat komputer pengguna tergabung kedalam port

pada VLAN tersebut dan mengkonfigurasikan switch pada VLAN tersebut.

c. Mengembangkan Manajemen Jaringan VLAN memberikan kemudahan,

fleksibilitas, serta sedikitnya biaya yang dikeluarkan untuk membangunnya.

VLAN membuat jaringan yang besar lebih mudah untuk diatur manajemennya

karena VLAN mampu untuk melakukan konfigurasi secara terpusat terhadap

peralatan yang ada pada lokasi yang terpisah. Dengan kemampuan VLAN

untuk melakukan konfigurasi secara terpusat, maka sangat menguntungkan

bagi pengembangan manajemen jaringan. Dengan keunggulan yang diberikan

oleh VLAN maka ada baiknya bagi setiap pengguna LAN untuk mulai beralih

ke VLAN. VLAN yang merupakan pengembangan dari teknologi LAN ini

tidak terlalu banyak melakukan perubahan, tetapi telah dapat memberikan

berbagai tambahan pelayanan pada teknologi jaringan.

(41)

VLSM adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah alamat terbuang.

Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan bagi suatu

admin. Kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut

membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan

diperkecil, maka disebut dengan variable length subnet mask. Jaringan yang

berkaitan dengan router serial interface hanya mempunyai dua alamat, oleh

karena itu jika kita memberi suatu subnet mungkin paling kecil adalah (/30).

Untuk itu perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah

metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu

subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki

satu subnet mask saja. Perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada

pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si

pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain

sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet

seperti telihat pada Gambar 3.2. Namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam

jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP

(42)

Gambar 3.2 Penggunaan IP Address

Subnet adalah salah satu cara untuk memecah jaringan komputer menjadi

jaringan-jaringan yang lebih kecil dibawahnya. Tujuan pemecahan ini adalah

untuk menghindari Collision dibuat dengan mengorbankan satu tadinya

diperuntukkan buat indentifikasi host maka dijadikan menjadi bit jaringan.

Permasalahan yang muncul dengan adanya subnet ini adalah munculnya

subneting yang diambil dari kelipatan bit host tadi, akibatnya pengenal jaringan

yang secara default dinyatakan dengan bit-bit nol dengan adanya subnet maka

pengenal jaringan tidak lagi bit-bit nol melainkan bit-bit kelipatan subnet yang

dimasking. IP dengan bit-bit nol dan bit-bit satu misalnya 192.168.0.0 atau

255.255.255.255 tidak dapat dipakai, bit-bit ini subnetmask zeros dan subnetmask

ones. Kondisi ini akan berbeda dengan ditemukannya sistem VLSM (Variabel

(43)

kenali jaringan seperti terlihat pada Gambar 3.3.

(44)

40

Bab ini membahas tentang proses instalasi dan konfigurasi jaringan yang

telah dibuat.

4.1 INSTALASI DAN PENGGUNAAN PACKET TRACER 6.2

1. Buka Installer Packet Tracer 6.2 kemudian akan muncul gambar seperti

dibawah ini.

Gambar 4.1 Tampilan Setup Cisco Packet Tracer 6.2

2. Setelah itu tekan tombol Next, kemudian akan muncul gambar seperti dibawah

(45)

Gambar 4.2 Tampilan License Agreement

3. Untuk Proses selanjutnya pilih “I accept the agreement” setelah itu pilih tombol

Next, Kemudian akan muncul gambar seperti dibawah ini.

Gambar 4.3 Tampilan pemilihan lokasi program

4. Setelah memilih lokasi program setelah itu pilih tombol Next, dan sampai

(46)

Gambar 4.4 Tampilan persiapan instalasi program

5. Setelah itu pilih tombol Install setelah itu proses instalasi program akan

berjalan.

(47)

6. Setelah itu proses instalasi selesai.

Gambar 4.6 Tampilan proses instalasi selesai

4.2 KONFIGURASI PEMBUATAN TOPOLOGI PADA PACKET TRACER

Topologi yang digunakan sesuai topologi yang di terapkan pada jaringan

Polrestabes Surabaya.

(48)

Pada komputer sitipol yang berjumlah 8 unit akan di jadikan sebagai VLAN 10,

pada komputer sumda yang berjumlah 8 unit akan dijadikan VLAN 20, pada

komputer bag.ops dan komputer spkt akan dijadikan sebagai VLAN 30, pada

komputer ka akan dijadikan VLAN 40, dan pada komputer vicon akan dijadikan

VLAN 50.

4.3 PERANCANGAN ADDRESSING TABLE DAN PORT ASSIGMENT

Tabel 4.1 Perancangan IP pada setiap switch dan PC client pada jaringan.

No Device Interface IP address Subnet mask

1 SW SITIPOL 1 VLAN 55 192.168.99.1 255.255.255.0

2 SW SITIPOL 2 VLAN 55 192.168.99.2 255.255.255.0

3 SW R.YASIN VLAN 55 192.168.99.3 255.255.255.0

4 SW SAMPING

POLRESTABES

VLAN 55 192.168.99.4 255.255.255.0

5 SW R.LORONG KASIUM VLAN 55 192.168.99.5 255.255.255.0

6 SW R.SUMDA VLAN 55 192.168.99.6 255.255.255.0

7 SW R.BELAKANG BANSAT VLAN 55 192.168.99.7 255.255.255.0

(49)

Tabel 4.2Perencanaan Port Assigment yang akan di terapkan pada jaringan.

Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

2 SW SITIPOL 2 Fa0/1 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

Fa0/2 Access Vlan 10 Sitipol 192.168.10.0/24

3 SW R.YASIN Fa0/1-3 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

7 SW R.SPKT Fa0/1 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

Fa0/2 Access Vlan 30 SPKT 192.168.55.0/24

Konfigurasi VLAN cukup di lakukan di switch server (SITIPOL 1),karena

jika kita mengkonfigurasi di switch server maka secara otomatis terdistribusi ke

switch client yang mempunyai domain yang sama, inilah kelebihan dari VTP kita

tidak perlu mengkonfigurasi VLAN pada setiap Switch yang ada , cukup di switch

server.

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SITIPOL_1 :

SITIPOL_1>en

SITIPOL_1#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

SITIPOL_1(config)#vlan 99

SITIPOL_1(config-vlan)#name cisco

SITIPOL_1(config-vlan)#exit

SITIPOL_1(config)#vlan 10

(50)

SITIPOL_1(config-vlan)#exit

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SPKT :

SPKT>en

SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

(51)

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SUMDA :

SUMDA>en

SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

SUMDA(config)#vlan 99

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SUMDA :

SUMDA>en

SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

(52)

SUMDA(config-vlan)#exit

SUMDA(config)#vlan 40

SUMDA(config-vlan)#name KA

SUMDA(config-vlan)#exit

SUMDA(config)#vlvvlan 50

SUMDA(config-vlan)#name Vicon

SUMDA(config-vlan)#exit

Cek apakah VLAN yang sudah dibuat sudah masuk database dari masing

masing tiap switch. Cara mengecek dengan memasukan perintah ‘show vlan

brief’.

Gambar 4.8 VLAN yang telah di buat di Switch SITIPOL

(53)

Gambar 4.10 VLAN yang telah terdistribusi ke Switch SUMDA

4.5 KONFIGURASI ALAMAT INTERFACE SWITCH

Digunakan untuk memberi ip pada pada switch yang akan digunakan pada

VLAN 99 (Native VLAN) supaya setiap switch dapat memiliki ip.

SITIPOL_1(config)#interface vlan 55

SITIPOL_1(config-if)#ip address 192.168.55.1 255.255.255.0

SITIPOL_1(config-if)#no sh

SITIPOL2(config)#Interface vlan 55

SITIPOL2(config-if)#ip address 192.168.55.2 255.255.255.0

SITIPOL2(config-if)#no sh

R.YASIN(config)#interface vlan 55

R.YASIN(config-if)#ip address 192.168.55.3 255.255.255.0

R.YASIN(config-if)#no sh

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface vlan 55

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#ip address 192.168.55.4

255.255.255.0

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#no sh

(54)

R.LORONG.KASIUM(config-if)#ip address 192.168.55.5

255.255.255.0

R.LORONG.KASIUM(config-if)#no sh

R.sumda(config)#interface vlan 55

R.sumda(config-if)#ip address 192.168.55.6 255.255.255.0

R.sumda(config-if)#no sh

R.SPKT(config-if)#ip address 192.168.55.8 255.255.255.0

R.SPKT(config-if)#no sh

R.URBIN_OPS(config)#interface vlan 55

R.URBIN_OPS(config-if)#ip address 192.168.55.9 255.255.255.0

R.URBIN_OPS(config-if)#no sh

4.6 KONFIGURASI SWITCH PORT DI VLAN

Bertujuan untuk mengenalkan port pada switch dengan VLAN yang

digunakan pada tiap subnetwork.

SITIPOL2(config)#interface fastEthernet 0/2

SITIPOL2(config-if)#switchport access vlan 10

R.YASIN(config)#interface fastEthernet 0/4

R.YASIN(config-if)#switchport access vlan 50

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface fastEthernet 0/3

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#switchport access vlan 40

R.SPKT(config)#interface fastEthernet 0/2

(55)

R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/2

R.URBIN_OPS(config-if)#switchport access vlan 30

R.sumda(config)#interface fastEthernet 0/2

R.sumda(config-if)#switchport access vlan 20

4.7 HASIL KONFIGURASI VLAN

Setelah melakukan berbagai konfigurasi pada switch dan router, untuk

menguji keberhasilan dari konfigurasi yang telah dilakukan sebelumnya maka

perlu mengetikkan perintah ping pada command prompt(cmd) di setiap VLAN.

Seperti pada Gambar 4.11 sampai pada Gambar 4.16.

Gambar 4.11 ping vlan 10 ke vlan 20

Karena memang berbeda VLAN, jika Request time out memang

konfigurasi kita benar karena yang diharapkan client hanya bisa saling terhubung

pada VLAN yang sama denganya saja seperti pada Gambar 4.16 jika berbeda

VLAN maka tidak saling terhubung seperti pada Gambar 4.11 sampai dengan

Gambar 4.15. .

(56)

Gambar 4.13ping vlan 10 ke vlan 40

Gambar 4.14ping vlan 10 ke vlan 60

Gambar 4.15 ping vlan 10 ke vlan 50

(57)

53

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari penerapan

VLAN pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh selama penerapan VLAN dengan metode

VLSM pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer adalah :

1. Jadi dengan menggunakan konsep jaringan VLAN, jaringan dapat dibagi-bagiberdasarkan grup.

2. Jaringan bisa lebih aman dan bisa dikelola dengan mudah oleh seorang

administrator jaringan.

3. Mempermudah bagi pekerjaan seorang administrator jaringan dalam

melakukan pengecekan dan monitoring clientnya.

4. Sebuah Virtual LAN merupakan fungsi logik dari sebuah switch. Fungsi logik

ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam beberapa jaringan virtual.

Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat fisik yang sama.

5. VLSM adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah alamat terbuang.

Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan bagi suatu

Admin, kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih

lanjut membagi lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh

karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable subnet

(58)

5.2 Saran

Sebaiknya untuk sistem jaringan yang ada pada perkantoran, gedung

perkuliahan, dan sekolah hendaknya menerapkan jaringan VLAN. Hal ini untuk

(59)

55

Muamar, A. W. (2002). Virtual Local Area Network sebagai alternatif model

jaringan guna peningkatan keamanan dan efisiensi dalam sebuah local

area network. Bogor.

Purbo, Ono, W., Basmalah, Adnan, Fahmi, & Thamrin, A. H. (1998). Buku Pintar

Internet TCP/IP. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sudibyono, I. A. (1992). Instalasi dan Aplikasi Netware Novell. Andi Offser.

Teknik dan Jaringan Komputer VLAN. (n.d.). Retrieved from

Fery.junaedi@jetcoms.net - VLAN.pdf

Tutang, & Kodarsyah. (2001). Belajar Jaringan Sendiri. Jakarta: Medikom

Mandiri.

VLAN dan VLSM. (n.d.). Retrieved from www.ilmukomputer.com

Gambar

Gambar 2.1 Logo POLRI
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polrestabes Surabaya
gambar 3.1:
Gambar 3.2 Penggunaan IP Address
+7

Referensi

Dokumen terkait

IP Address adalah nomor unik yang ada pada computer yang bisa berguna untuk menghubungkan banyak computer dalam jaringan sehingga juga dapat bertukar data maupun

Proses simulasi digunakan untuk memastikan apakah jaringan yang sudah dibuat dapat berjalan dengan baik atau tidak.. Sebelum menjalankan proses ini, pastikan bahwa antar device

Router juga kadang digunakan untuk mengoneksikan dua buah jaringan yang menggunakan media yang berbeda seperti halnya router wireless yang pada umumnya selain ia dapat

Pada suatu jaringan LAN bisa terdapat LAN berkabel backbone, seperti “Ethernet” yang mendukung server, workstation, dan satu atau lebih bridge / router untuk dihubungkan

Konfigurasi Interface pada Topology Jaringan Tahapan ini merupakan tahap akhir dalam menilai metode tersebut apakah alamat IP hasil subnetting dapat digunakan pada

Virtual Local Area Network atau disingkat VLAN merupakan sekelompok perangkat pada satu LAN atau lebih yang dikonfigurasikan sehingga dapat. berkomunikasi seperti halnya

Switch jaringan dapat digunakan sebagai penghubung komputer atau router pada satu area yang terbatas, switch juga bekerja pada lapisan data link, cara kerja switch hampir sama

Address yang digunakan untuk melakukan masking / filter pada proses pembentukan routing, sehingga dapat diketahui suatu IP Address termasuk dalam satu jaringan atau tidak.