• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Evaluation of Electronic Journal EBSCO using the Conspectus Methods in Bogor Agricultural Universit Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Evaluation of Electronic Journal EBSCO using the Conspectus Methods in Bogor Agricultural Universit Library"

Copied!
599
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KOLEKSI JURNAL ELEKTRONIK EBSCO

MENGGUNAKAN METODE

CONSPECTUS

DI PERPUSTAKAAN IPB

RATNANINGSIH

G652080155

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Evaluasi Jurnal Elektronik

EBSCO Menggunakan Metode

Conspectus

di Perpustakaan IPB adalah karya

saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

Tugas Akhir ini.

Bogor, September 2012

Ratnaningsih

(4)
(5)

ABSTRACT

RATNANINGSIH.

The Evaluation of Electronic Journal EBSCO using the

Conspectus Methods in Bogor Agricultural Universit Library. Under direction of

Sri Nurdiati and Eko Sri Mulyani.

Since 2009 IPB has subscribed EBSCO electronic journal database.

However, until today the collection IPB has never been evaluated wheather or

not the collection meets the needs of users. This study aims to do the evaluation

by applying conspectus methods. Using the methods, the collection of the journal

will be classified according titles and analyzed their strength and weaknesses.

This research uses electronic journal database EBSCO academic source complete

package which contains 11. 945 journal titles. The data used in the research are

taken from(1) the result from analyzing journal titles by determining the class and

subject classification scheme based on Universal Dewey Classification (UDC)

(2) evaluator response on questionare to determine the collection rate indicator

(0-5) and the scope of the language. Results showed that the distribution of the

number of top journals are on the subject of class-3 (social sciences) by 20%, the

subject of class-5 (pure sciences) by 20% and class 6 (applied and technological

sciences) as much as 36%. The strengths of the collection is on-classes 5 and 6

subjects at level 4 and level 3b. Conspectus method is relevant in an effort to form

a collection of libraries core collection, especially in arround universities.

(6)
(7)

RINGKASAN

RATNANINGSIH. Evaluasi Koleksi Jurnal Elektronik EBSCO Menggunakan

Metode

Conspectus

di Perpustakaan IPB. Dibimbing oleh Sri Nurdiati dan Eko

Sri Mulyani.

Seiring dengan perkembangan teknologi, jenis bahan pustaka saat ini

berkembang dengan cepatnya. Koleksi dalam bentuk elektronik seperti

e-journal

menjadi pilihan perpustakaan khususnya perpustakaan perguruan tinggi yang

mayoritas penggunanya adalah mahasiswa, dosen dan peneliti. Salah satu jurnal

elektronik yang dilanggan Institut Pertanian Bogor adalah

Academic Source

Complete-

EBSCO, merupakan paket yang didesain khusus untuk perguruan

tinggi. Untuk mengetahui klas-subjek dari judul jurnal EBSCO perlu dilakukan

evaluasi yang terpusat pada koleksi. Metode evaluasi koleksi yang dikenal di

perpustakaan adalah metode

conspectus

.

Tujuan dari penelitian ini adalah, membuat dan menentukan klas-subjek dari

judul-judul jurnal elektronik EBSCO, menganalisis kekuatan dan kelemahan

jurnal elektronik EBSCO dan menerapkan metode

conspectus

dalam evaluasi

koleksi jurnal eletronik EBSCO

Penelitian ini menggunakan metode

conspectus

, salah satu model evaluasi

koleksi yang membantu penyusunan kebijakan pengembangan koleksi. Populasi

yang menjadi fokus dalam penelitian adalah bahan literatur elektronik yang

berbentuk jurnal elektronik yang berjumlah 11945 judul jurnal dari berbagai

disiplin ilmu yang pada skema klasifikasi

Universal Decimal Classification

(UDC)

berada pada kelas 0 – 9. Sampel penelitian menggunakan teknik

stratified random sampling

, jumlah sampel ditetapkan sebanyak 340 sampel.

Pengumpulan data dilakukan melalui : (1) Analisis judul jurnal dengan cara

menentukan klas dan subjek berdasarkan skema klasifikasi

Universal Dewey

Classification (UDC)

(2) Evaluator untuk menentukan indikator tingkat koleksi

dan cakupan bahasa. Evaluator berasal evaluator luar (dosen) sesuai bidang ilmu

terkait dan evaluator dari perpustakaan

(inside evaluator).

Hasil penelitian menunjukkan dari penentuan klas subjek diketahui

distribusi jumlah jurnal tertinggi berada pada klas subjek 3 (Ilmu-ilmu sosial), 5

(Ilmu-ilmu murni) dan klas 6 (Ilmu teknologi). Kekuatan koleksi secara umum

pada

Academic Source Complete

database

EBSCO berada pada klas 5

(Ilmu-ilmu murni) dan klas 6 (Ilmu teknologi) masing-masing klas berada pada level 3b

(Aras pendukung kebutuhan instruksional/kajian tingkat lanjut) dan 4 (Aras

penelitian). Kelemahan jurnal EBSCO dari klas 6 (Ilmu teknologi) adalah subjek

kehutanan,

food science

, keteknikan karena belum banyak subjek tersebut

tersedia. Subjek kedokteran lebih dominan pada kedokteran untuk umum. Metode

conspectus

cukup relevan dalam upaya perpustakaan untuk membentuk koleksi

inti perpustakaan

(8)
(9)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

(10)
(11)

EVALUASI KOLEKSI JURNAL ELEKTRONIK EBSCO

MENGGUNAKAN METODE

CONSPECTUS

DI PERPUSTAKAAN IPB

RATNANINGSIH

G652080155

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

9

Nama :

Ratnaningsih

NRP :

G652080155

Program Studi : Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc Dr. Ir. Eko Sri Mulyani, MS

Ketua

Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi MTP

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(14)
(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor

(IPB). Dengan perjuangan yang tidak mudah karena penulis harus mengerahkan

segala daya, upaya, pikiran dan waktu untuk mencapainya. Penelitian ini berjudul

evaluasi koleksi jurnal elektronik EBSCO menggunakan metode

conspectus

di

perpustakaan IPB. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan pada tahun

2011. Lokasi penelitian ini bertempat di Perpustakaan IPB, Kampus IPB

Darmaga-Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Sri Nurdiati dan Ibu

Eko Sri Mulyani selaku pembimbing, serta seluruh keluarga dan rekan-rekan di

kampus maupun di Perpustakaan IPB, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa untuk memperoleh penulisan karya ilmiah yang

sempurna tidaklah mudah, semoga Allah SWT selalu memberikan ridho-Nya pada

setiap niat baik kita. Amin.

Bogor, September 2012

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

... xi

DAFTAR TABEL

... xiii

DAFTAR GAMBAR

... xiii

DAFTAR LAMPIRAN

... xiii

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar

Belakang

...

1

1.2. Rumusan

Masalah

...

3

1.3. Tujuan

Penelitian

...

4

1.4. Manfaat

Penelitian

...

4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi

Koleksi

...

5

2.2. Evaluasi Koleksi Perpustakaan ...

7

2.3. Jurnal

Elektronik

...

9

2.4. Koleksi Jurnal Elektronik di Perguruan Tinggi ...

10

2.5. Metode

Conspectus

...

11

2.6.

Conspectus

sebagai Sebuah Pendekatan Evaluasi Koleksi ...

12

2.7. Penerapan

Metode

Conspectus

di Perpustakaan ...

19

2.8. Tipe Penelitian Deskriptif ...

20

2.9.

Database

Jurnal Elektronik EBSCO ...

20

2.10. Klasifikasi

Universal Decimal Classification (UDC)

...

21

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka

Pemikiran

...

23

3.2. Pendekatan Penelitian ...

25

3.3. Populasi dan Sampel ...

25

3.4. Unit Analisis dan Variabel ...

26

3.5. Prosedur Penelitian ...

26

3.5.1. Metode Pengumpulan Data ...

26

3.5.2. Analisis Data ...

26

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Visi,Misi dan Tugas Pokok Perpustakaan IPB ...

27

4.2. Analisis dan Pembahasan ...

29

4.2.1. Pembuatan/Penentuan Klasifikasi Subjek Judul Jurnal ...

30

4.2.2. Penentuan Tingkat Koleksi (Kekuatan dan Kelemahan)

34

4.2.3. Analisis Cakupan Bahasa ...

38

(19)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ...

41

5.2. Saran ...

42

DAFTAR PUSTAKA

...

43

(20)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan jurnal elektronik dan jurnal tercetak ...

10

2

Indikator level AC, CG, CL ...

14

3 Indikator cakupan bahasa ...

18

4

Jumlah jurnal elektronik berdasarkan klasifikasi UDC ...

25

5

Distribusi klasifikasi subjek persepuluhan UDC ...

31

6

Rekapitulasi hasil penilaian kekuatan dan kelemahan jurnal

Elektronik

EBSCO

...

35

DAFTAR GAMBAR

1 Komponen kegiatan pengembangan koleksi. ...

5

2 Alur penelitian ...

24

DAFTAR LAMPIRAN

1

Data hasil analisis jurnal elektronik EBSCO ... 47

2

Data penelitian distribusi klas-subjek ...

63

(21)

I.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini telah

mengubah perilaku pengguna dalam mencari informasi dan berdampak bagi

lembaga yang bergerak dalam bidang jasa informasi dan perpustakaan.

Disamping itu, teknologi informasi telah menciptakan suatu rasa penting dan

membuka peluang baru untuk mengembangkan produk dan meningkatkan

layanannya. Sebagai lembaga yang bertugas menyimpan, mengolah, dan

mendistribusikan informasi, perpustakaan dituntut untuk memberikan layanan

kepada penggunanya dengan menyediakan informasi baik bentuk tercetak

maupun elektronik.

Seiring dengan perkembangan teknologi, jenis bahan pustaka saat ini

berkembang dengan cepatnya. Koleksi dalam bentuk elektronik seperti

e-books,

e-journal dan e-magazines

menjadi pilihan perpustakaan khususnya perpustakaan

perguruan tinggi yang mayoritas penggunanya adalah mahasiswa, dosen dan

peneliti. Dalam mendukung proses belajar mengajar dan penelitian penggunanya

salah satu koleksi yang dilanggan adalah koleksi jurnal elektronik. Dibandingkan

dengan jenis perpustakaan lainnya, perpustakaan perguruan tinggi merupakan

tempat yang tepat untuk menyediakan jurnal elektronik. Sudut pandang ini dapat

dilihat dari kebutuhan informasi penggunanya. Pengguna perpustakaan perguruan

tinggi dapat dikategorikan pengguna potensial jurnal elektronik. Selain itu dari

segi kebutuhannya lebih jelas yaitu informasi terkini

(current information

) dalam

bentuk hasil-hasil penelitian atau pendapat para ahli di bidangnya. Alasan

perpustakaan melanggan versi jurnal elektronik

adalah disamping dari segi harga

relatif lebih murah dibanding versi tercetak, juga adanya keterbatasan tempat

penyimpanan.

Undang-Undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pada Pasal 24

ayat 3 menjelaskan

perpustakaan perguruan tinggi

dapat mengembangkan

(22)

rangka mendukung proses pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi. Dirjen

Dikti menanggapi undang –undang tersebut, dengan melanggan jurnal elektronik

yang dapat diakses oleh perguruan tinggi seluruh Indonesia. Dalam memutuskan

langgan jurnal elektronik perlu dipertimbangkan dana yang dianggarkan dan

mengikuti petunjuk yang garis besarnya sebagai berikut: (1) melanggan terbitan

berkala (majalah, jurnal) yang penting bagi semua bidang studi (2) secara selektif

melanggan terbitan berkala umum yang bernilai penelitian atau yang dibutuhkan

oleh civitas akademika (Dirjen Dikti, 2005).

Sebagaimana pengembangan perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi

lainnya yang berupaya meningkatkan layanannya dengan menyediakan jurnal

elektronik dan mengacu kepada amanat Undang-Undang No. 43 tahun 2007 Pasal

24 ayat 3, Perpustakaan IPB mulai melanggan jurnal elektronik tahun 2009

mencakup 3

database

:

Sciencedirect

,

Proquest

dan

EBSCO

dengan subjek bidang

pertanian secara luas. Setiap

database

koleksi elektronik tersebut mempunyai

kelebihan dan kekurangan baik dari cakupan subjek, kemudahan akses, kualitas

informasi, kecepatan akses dan tampilan dari

web

nya. Saat ini persentasi

penggunaan jurnal elektronik di Institut Pertanian Bogor meningkat karena jurnal

elektronik berisi artikel lengkap dan dapat diakses secara

online

dari mana saja,

selama jaringan internet tersedia. Jurnal elektronik EBSCO yang dilanggan oleh

perpustakaan IPB merupakan paket yang didesain khusus untuk perguruan tinggi,

yaitu

Academic Search Complete

. Jika dilihat dari cakupan subjek yang

terkandung dari jurnal elektronik EBSCO yang dilanggan oleh Perpustakaan IPB,

sampai saat ini belum dapat diketahui apakah sudah dapat memenuhi kebutuhan

pemustaka khususnya

civitas academica

dalam mendukung tugas akhir dan

penelitiannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan evaluasi

koleksi yang terus menerus. Evaluasi adalah tahap akhir dalam suatu kegiatan

manajemen yang memiliki peran vital dalam menentukan berhasil atau tidaknya

sistem yang telah diterapkan. Oleh karena itu, evaluasi koleksi sangat penting

dalam suatu perpustakaan guna mengetahui kekuatan yang ditandai dengan

kedalaman, keluasan dan kelengkapan koleksi jurnal elektronik sekaligus untuk

mengetahui kelemahan jurnal elektronik yang dilanggan. Salah satu metode yang

(23)

yang merupakan salah satu dari metode untuk mengukur koleksi buku secara

kualitatif yang pertama kali disusun oleh RLG

(Research Libraries Group)

pada

tahun 1980, yang memberikan penilaian koleksi berdasarkan area subjek.

Masing-masing area subjek menggambarkan informasi mengenai alasan untuk

penyimpanan koleksi sekaligus menjadi deskripsi koleksi yang ada (Matheson,

2010). Metode

conspectus

mempresentasikan sebuah proses penilaian koleksi

sebagai bagian dari rangkaian kegiatan manajemen perpustakaan khususnya yang

terkait dengan alokasi pengadaan bahan perpustakaan. Cakupan yang bisa

diperoleh dengan metode ini antara lain, penyusunan kebijakan pengembangan

koleksi, alokasi ruang penyimpanan, penentuan prioritas preservasi, alokasi staf,

efisiensi anggaran, akreditasi, penerapan prioritas pengolahan serta untuk

pembuatan proposal pendanaan (Ferguson et.al, 1987). Peran metode

conspectus

dalam evaluasi koleksi adalah memacu efektivitas fungsi perpustakaan yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1.

Metode

conspectus

adalah salah satu pendekatan dalam evaluasi koleksi

2.

Evaluasi koleksi adalah salah satu unsur dalam kebijakan pengembangan

koleksi

3.

Kebijakan pengembangan koleksi adalah panduan yang mengarahkan

fungsi perpustakaan agar koleksinya sesuai dengan misinya serta

kebutuhan informasi penggunanya (IFLA, 2001)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1.

Bagaimana penerapan metode

conspectus

dalam evaluasi koleksi jurnal

elektronik EBSCO

2.

Apa saja klasifikasi-subjek yang terkandung dari judul-judul jurnal

elektronik EBSCO

(24)

1.3

Tujuan

1.

Menerapkan metode

conspectus

dalam evaluasi koleksi jurnal eletronik

EBSCO

2.

Membuat dan menentukan klasifikasi subjek dari judul-judul jurnal

elektronik EBSCO

3.

Menganalisis kekuatan dan kelemahan jurnal elektronik EBSCO

1.4

Manfaat Penelitian

1.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran klas dan

subjek yang tercakup dari jurnal elektronik EBSCO

2.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan Perpustakaan IPB mengetahui

evaluasi koleksi dengan metode

conspectus

sebagai alat penilaian untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi yang standar.

1.5

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Penelitian dilaksanakan di Perpustakaan Insitut Pertanian Bogor

2.

Database

jurnal elektronik yang menjadi objek adalah

database

jurnal

(25)

2.1

Evaluasi Koleksi

Dalam ilmu perpustakaan istilah untuk membangun koleksi perpustakaan

dikenal dengan istilah pengembangan koleksi

(collection development)

. Kegiatan

pengembangan koleksi mencakup semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang

ada di perpustakaan mulai dari kegiatan seleksi sampai evaluasi. Koleksi

perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah

disesuaikan dengan tujuan, rencana dan anggaran yang tersedia.(Seminar dan

Yulia, 2004).

Dari definisi di atas dijelaskan bahwa evaluasi adalah komponen dari

kegiatan pengembangan koleksi. Evans (2000) menggambarkan evaluasi adalah

salah satu komponen dari pengembangan koleksi. Gambar 1. Menunjukkan

komponen kegiatan pengembangan koleksi.

Gambar 1. Komponen Kegiatan Pengembangan Koleksi

Definisi evaluasi menurut Evans (2000) adalah komponen terakhir dalam proses

(26)

berbeda baik internal maupun eksternal perpustakaan. Agar evaluasi berjalan

efektif, kebutuhan-kebutuhan masyarakat pengguna harus dipertimbangkan, yang

pada akhirnya terkait dengan

community analysis.

Evaluasi koleksi adalah kegiatan menilai koleksi perpustakaan baik dari

segi ketersediaan koleksi bagi pengguna maupun pemanfaatan koleksi oleh

pengguna. Tujuan dari evaluasi koleksi pada perpustakaan perguruan tinggi

adalah :

1.

mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

2.

menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi

3.

mengikuti perubahan, perkembangan sosial budaya, ilmu dan teknologi

4.

meningkatkan nilai informasi

5.

mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi

6.

menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi (Dirjen DIKTI, 2005)

Sementara itu, pada tingkat yang lebih luas evaluasi koleksi bertujuan

untuk mengetahui seberapa jauh koleksi yang ada dapat memenuhi kebutuhan

informasi pengguna. Kebutuhan informasi pada lingkungan perguruan tinggi

harus meliputi informasi tingkat dasar, informasi yang mendukung perkuliahan

untuk tingkat sarjana dan informasi subjek khusus untuk kebutuhan penelitian

(

American Library Association

, 1990).

Perpustakaan melakukan evaluasi untuk beberapa alasan, seperti:

Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis

berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada

Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan

koleksi berikutnya

Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap

keadaan koleksi

Pengembangan koleksi yang efektif bertujuan untuk menghasilkan suatu

(27)

perpustakaan dan mempertahankan keunggulan dari koleksi perpustakaan saat ini.

Faktor yang menjadi penyebab perpustakaan gagal dalam memformulasikan atau

memperbaiki kebijakan pengembangan koleksinya antara lain karena kurangnya

pengetahuan mengenai kekuatan koleksi, pengguna koleksi serta tingkat

pemanfaatan koleksi yang dapat mendukung kebijakan pengembangan koleksi di

perpustakaan (Evans, 2000)

2.2 Evaluasi Koleksi di Perpustakaan Perguruan Tinggi

Evaluasi koleksi perpustakaan difokuskan dengan penentuan kekuatan dan

kelemahan koleksi perpustakaan. Penilaian terhadap koleksi seringkali memakan

waktu (

time consumming

) dan menuntut biaya yang tinggi. Akan tetapi, kegiatan

ini diperlukan untuk menjamin bahan literatur perpustakaan tetap mutakhir dan

relevan (Peters, 1998). Pustakawan dituntut untuk senantiasa proaktif dalam

mengidentifikasi peta kekuatan dan kelemahan koleksi.

Dengan melakukan evaluasi koleksi, pustakawan dapat mengetahui

seberapa baik atau seberapa buruk bahan literatur yang tersedia dalam memenuhi

kebutuhan atas perguruan tinggi. Dengan demikian akan tercipta sebuah

komunikasi antara pustakawan, staf pengajar, pengguna perpustakaan dalam

merespon kebutuhan informasi (Hernon, 1990). Evaluasi koleksi dapat dilakukan

dengan dua cara, yakni kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi koleksi secara

kuantitatif dapat menggambarkan keadaan jumlah koleksi perpustakaan. Pada

kenyataannya, seringkali evaluasi koleksi tidak dapat dilakukan secara kuantitatif

sehingga perlu pendekatan kualitatif yang menekankan pada mutu kelengkapan

dan kedalaman koleksi. Pendekatan kualitatif dapat memberikan data yang lebih

bernilai yang tidak dapat terungkapkan oleh pendekatan kuantitatif, pendekatan

kualitatif mulai banyak digunakan dalam bidang pendidikan, manajemen, bisnis,

ilmu informasi dan perpustakaan

(Matthew, 1992).

Evaluasi koleksi adalah sebuah pendekatan logis dan sistematis dalam

mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi dalam perpustakaan. Ada tiga

(28)

1. Tahap Persiapan (

Preparation)

Pada tahap ini, perpustakaan menentukan tujuan yang akan dicapai dan sarana

yang diperlukan untuk melakukan evaluasi. Selain itu, diperlukan pula

sumber daya staf yang terlatih. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan

“wilayah” yang harus dievaluasi.

2 Tahap Penelitian Evaluasi (

evaluation research

)

Pada tahap ini pertanyaan-pertanyaan penelitian dikembangkan dan

diimplementasikan secara khusus. Dilakukan pula perancangan bentuk dan

metodologi evaluasi untuk mengetahui efektifitas program, koleksi serta

administrasi perpustakaan.

3 Tahap Pengembangan Keorganisasian (

organizational development)

Pada tahap terakhir ini, perpustakaan dapat memperkirakan hasil evaluasi dan

membuat penilaian berkaitan dengan jasa atau aktivitas yang seharusnya

diperbaiki atau dikembangkan (Hernon, 1990)

.

Evaluasi koleksi merupakan salah satu dari kegiatan pembinaan koleksi

yang bertujuan untuk mengetahui secara lebih jelas siapa yang dilayani

perpustakaan, koleksi apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk perencanaan

pengembangan bahan literatur lebih lanjut, bagaimana menilai koleksi agar

relevansinya dapat dipertahankan (Pendit, 2009). Pengembangan koleksi

perpustakaan harus selalu diarahkan kepada pemakai dan bukan hanya untuk

memperoleh koleksi standar yang relatif. Evaluasi koleksi sebagai dasar

pengembangan koleksi juga mencegah perpustakaan dikendalikan oleh individu

atau keadaan yang memaksakan pembelian bahan literatur secara acak atau tidak

sesuai dengan visi dan misi perpustakaan (IFLA, 2001).

Data hasil evaluasi koleksi dapat diformulasikan oleh staf pengembangan

(29)

memperbaiki koleksi yang lemah. Semua aktifitas evaluasi harus sejalan dengan

fungsi dan tujuan perpustakaan, serta kebutuhan komunitas. Bila evaluasi koleksi

dilakukan secara rutin, akan meringankan tugas dan proses tersebut akan

membawa koleksi perpustakaan semakin dekat dengan kebutuhan komunitas yang

dilayani.

2.3 Jurnal Elektronik

Arus informasi dalam ilmu pengetahuan modern tumbuh jauh melebihi

batas-batas yang memungkinkan untuk dapat menanganinya dengan

menggunakan pendekatan konvensional. Komunikasi ilmiah pada semua tingkat

dengan cepat disambungkan dengan berbagai teknologi informasi yang muncul.

Beberapa tahun terakhir ditandai dengan berbagai perkembangan yang luar biasa

dalam dunia informasi, khususnya dengan adanya integrasi berbagai jaringan yang

berbeda ke dalam dunia informasi global, jaringan komputer secara signifikan

telah mentransformasikan pertukaran informasi dalam ilmu pengetahuan.

Perkembangan jurnal-jurnal elektronik dan pertumbuhan distribusi jurnal-jurnal

yang ada secara elektronik menjanjikan sebuah literatur ilmiah. Perubahan paling

radikal disebabkan oleh layanan-layanan informasi hypermedia

World Wide Web

(WWW)

yang memberikan berbagai kesempatan dalam pertukaran informasi tanpa

batas secara virtual.

Jurnal elektronik mengikuti beberapa model dalam penerbitannya. Jurnal

elektronik adalah terbitan serial seperti bentuk tercetak tetapi bentuk elektronik,

biasanya terdiri atas tiga format yaitu: teks, teks dan grafik serta

full image

(dalam

bentuk pdf) (Tresnawan, 2006). Di masa yang akan datang, nampaknya jurnal

yang diterbitkan secara

full text

dalam bentuk elektronik akan berkembang lebih

pesat. Hal ini seiring dengan kemajuan di bidang teknologi informasi sebagai

penopang utama penerbitan jurnal elektronik (Odlyzko, 2001).

Jurnal elektronik dapat juga diartikan sebagai salah satu cara

menyebarluaskan jurnal tercetak lewat jaringan digital. Jurnal elektronik bisa

sepenuhnya dalam format digital, atau setengah digital misalnya data jurnal

dengan abstrak dalam format digital. Jurnal juga ada yang lahir sudah berbentuk

(30)

terhadap jurnal elektronik tersebut ada yang sifatnya

free based

(gratis) maupun

fee based

(berbayar) (Lancaster, F.W and Sandore, Beth). Selanjutnya mengenai

perbandingan jurnal elektronik dengan jurnal tercetak menurut Tresnawan (2006)

[image:30.612.101.483.199.355.2]

dapat dipaparkan pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Perbandingan Jurnal Elektronik dan Jurnal Tercetak

No Kriteria

Elektronik

Tercetak

1 Kemutakhiran

Mutakhir

Mutakhir

2 Kecepatan

diterima Cepat

Lambat

3 Penyimpanan

Sangat

mengirit

tempat

Makan

tempat

4

Pemanfaatan

24 Jam

Terbatas Jam Buka

5

Kesempatan Akses

Bisa bersamaan

Antri

6 Penelusuran

Otomatis

tersedia

Harus

dibuat

7 Waktu

Penelusuran Cepat

Lama

2.4 Koleksi Jurnal Elektronik di Perguruan Tinggi

Bagi sebagian besar Perguruan Tinggi, berlangganan jurnal ilmiah

internasional terlalu mahal dan tidak terjangkau dengan anggaran yang ada. Di

beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, pemerintah negara

tersebut melanggankan jurnal internasional secara nasional (

nation-wide

subscribtion

) untuk seluruh atau sebagian besar perguruan tinggi mereka. Melalui

langganan secara nasional tersebut bisa diperoleh harga per mahasiswa atau per

titik akses yang jauh lebih rendah daripada berlangganan secara sendiri-sendiri.

Dengan kemajuan teknologi informasi, saat ini sebagian besar jurnal internasional

terkemuka sudah tersedia dalam bentuk media digital (

e journal

). Salah satu

sumber informasi di internet untuk pengembangan layanan perpustakaan adalah

jurnal elektronik (

e journal

) (Tresnawan, 2006). Perpustakaan tentunya perlu

menyediakan koleksi elektronik demi memenuhi tuntutan IPTEK yang terus

berkembanga. Dengan adanya koleksi elektronik diharapkan perpustakaan dapat

menyediakan informasi sesuai kriteria informasi yang dibutuhkan oleh civitas

(31)

Bentuk koleksi elektronik pertama kali muncul pada sekitar awal tahun

70an dalam bentuk pangkalan data terpasang (

online database)

komersial.

Pangkalan data ini dapat diakses secara jarak jauh melalui hubungan

dial-up

dan

tersedia melalui penyedia (

vendor

). Keberadaan pangkalan data komersial ini

merupakan perkembangan yang cukup signifikan pada waktu itu. Hal tersebut

memungkinkan pengguna untuk dapat mengakses informasi dari jarak jauh dan

melakukan penelusuran teks lengkap

(Full-Text-Searching)

(Rowley, J. 2001).

Perkembangan jenis sumberdaya ini meningkat luar biasa cepat dan juga

sangat mempengaruhi masyarakat perguruan tinggi di Indonesia dalam hal

pemanfaatan sumberdaya tersebut. Keragaman media dan cara penyebarannya

yang semakin menambah marak koleksi jurnal sebuah perpustakaan membuat

pustakawan semakin ditantang dan dituntut untuk benar-benar selektif mengikuti

perkembangan jurnal elektronik agar tidak salah menentukan kebijakan dalam

melanggan jurnal untuk lembaganya. Beberapa

vendor

penyedia informasi

menghimpun jurnal elektronik ke dalam pangkalan data berupa pangkalan data

terpasang (

online database

) jurnal elektronik dan

CD ROM

. Saat ini, umumnya

pangkalan data jurnal elektronik terpasang dapat diakses langsung melalui

jaringan internet, sedangkan jurnal

CD ROM

biasanya merupakan kumpulan

jurnal elektronik beragam subjek, lengkap dengan fasilitas penelusuran dan

memanfaatkan

CD ROM

sebagai media penyimpanan datanya (Woodward, et.al

1998). Pemanfaatan jurnal elektronik membutuhkan keterampilan penelusuran

elektronis, mengunduh artikel, navigasi di dalam halaman artikel maupun antar

artikel, sampai mencetak artikel, dimana keterampilan ini tidak dibutuhkan untuk

membaca jurnal tercetak.

2.5 Metode

Conspectus

Metode

conspectus

belum terlalu dikenal baik oleh masyarakat maupun di

kalangan pustakawan di Indonesia. Metode ini lebih banyak berkembang di

Amerika Serikat, Inggris dan Canada.

Conspectus RLG

merupakan salah satu

standar yang diformat oleh

Research Libraries Group

(RLG) untuk menilai

(32)

perpustakaan. Metode ini dapat diterapkan baik di perpustakaan umum,

perpustakaan khusus maupun perpustakaan perguruan tinggi. Kode yang dibangun

oleh

Research Libraries Group

dimaksudkan sebagai sarana atau alat untuk

membandingkan intensitas koleksi yang sifatnya standar dan ditujukan bagi

kegiatan pemanfaatan bersama koleksi antar beberapa perpustakaan.

Berdasarkan standar ini manajer perpustakaan harus mengevaluasi koleksi

perpustakaannya subjek demi subjek. Kriteria koleksi yang dievaluasi meliputi

segala jenis bahan, baik buku, majalah atau jurnal, laporan penelitian, maupun

bahan non tercetak seperti bentuk mikro,

CD ROM,

atlas, rekaman suara maupun

video. Evaluasi yang dilakukan bisa menurut urutan nomor kelas dengan notasi

DDC (Dewey Decimal Classification), UDC (Universal Decimal Classification)

dan LCC (Library of Congress Classification)

ataupun menurut subjek. Namun

pada umumnya studi tentang

conspectus

ini menggunakan standar yang banyak

digunakan di wilayah yang hendak dicakup dalam penelitian. Meskipun demikian,

hal itu tidak sepenuhnya menjadi patokan karena dalam perkembangannya,

kebanyakan studi tentang

Conspectus

menggunakan pembagian berdasarkan

subjek disiplin ilmu yang berkembang saat ini (Forcier, 1988).

2.6.

Conspectus

sebagai Sebuah Pendekatan Evaluasi Koleksi

Conspectus

adalah seperangkat kode standar, alat, survai yang digunakan

untuk memberikan penilaian koleksi secara sistematis (Powell, Nancy, 1992).

Metode

conspectus

dapat memberikan penilaian berdasarkan subjek terhadap

kekuatan koleksi perpustakaan. Pada masing-masing subjek, perpustakaan

menandai dengan kode alfanumerik yang mengindikasikan tingkat dan bahasa

koleksi yang ada.

(33)

1)

Struktur

Struktur

conspectus

disusun secara hirarkis dimulai dari pembagian divisi

yang luas sampai pembagian subjek yang sangat spesifik. Perpustakaan dapat

menggunakan salah satu atau seluruh dari hirarki ini. Struktur conspectus adalah

sebagai berikut:

a.

Divisi adalah hirarki yang paling pertama dari

conspectus

. Terdapat 24

divisi yang tidak diatur berdasarkan skema klasifikasi

b.

Kategori adalah pembagian lebih lanjut dari divisi. Terdapat 500

penjabaran kategori yang diidentifikasi berdasarkan skema klasifikasi

Library of Congress (LC)

maupun

Dewey.

c.

Subjek adalah hirarki yang ketiga karenanya lebih bersifat spesifik dan

terdiri atas 4000 subjek.

2)

Kode Standar

Conspectus

menggunakan nilai tingkatan numerik untuk memberikan

gambaran mengenai

Current Collection

,

Acquisition Commitment

, dan

Collection Goal.

Penilaian numerik menggunakan indikator skala 0-5 di

mana masing-masing level adalah kode standar yang menjelaskan jenis

aktivitas yang dapat didukung oleh aras koleksi

(collection level

).

a.

Acquisition Commitment (AC)

menjelaskan tingkat pertumbuhan

koleksi. AC merefleksikan aras aktivitas aktual mengenai sejauh mana

koleksi berkembang, dan bukan aras yang direkomendasikan oleh

kebijakan pengembangan koleksi.

b.

Collection Goal

(CG) mengindikasikan kebutuhan informasi aktual

dan kebutuhan informasi yang dapat diantisipasi berdasarkan misi,

program, dam pengguna perpustakaan. Indikator pada kegiatan ini

merefleksikan penambahan atau penghapusan kurikulum yang

mendorong perubahan prioritas pengembangan koleksi pada

(34)

c.

Current Collection

(CC)

menggambarkan kekuatan koleksi relatif

dalam suatu area subjek tertentu. Kekuatan koleksi meliputi seluruh

bahan literatur dalam berbagai format, seperti monograf, jurnal,

mikrofilm, bahan audio-visual, peta, realia, dan lain sebagainya.

Termasuk juga bahan literatur yang disirkulasikan serta koleksi yang

disirkulasikan. Pemilihan CL mendeskripsikan sumber daya

perpustakaan secara menyeluruh. Indikator level dalam

conspectus

[image:34.612.93.489.152.745.2]

dijelaskan pada Tabel 2 :

Tabel. 2 Indikator level untuk AC,CG dan CL

Kode Aras

Deskripsi

0

Out of Scope

(Diluar

Cakupan)

Perpustakaan tidak, belum, atau tidak

merencanakan untuk mengoleksi bahan

literatur pada subjek tersebut, karena subjek

tersebut dianggap tidak relevan dengan

kebutuhan pengguna atau di luar tujuan

lembaga induk

1

1a

1b

Minimal Level

Minimal Level Uneven

Coverage

(Aras Minimal,

Cakupan Tidak Merata)

Minimal Level

Even Coverage

(Aras Minimal, Cakupan

Merata)

Koleksi yang dimiliki merupakan

karya-karya utama (

basic work

) dalam suatu

subjek pengetahuan. Bahan literatur tersebut

akan selalu di-

review

secara berkala untuk

memperoleh informasi yang mutakhir,

sedangkan edisi lama akan diambil di rak.

Pada tingkat ini, perpustakaan hanya

memiliki bahan literatur yang terbatas pada

karya-karya utama dan tidak

memperlihatkan cakupan subjek yang

sistematis

(35)

Lanjutan

Kode Aras

Deskripsi

2

2a

2b

Basic Information Level

(Aras Informasi Dasar)

Basic information Level

(Introductory)

(Aras Informasi Dasar,

Pengantar)

Basic Information Level

(Advance)

(Aras Informasi Dasar,

Mahir)

Perpustakaan menyimpan koleksi yang

selektif dalam rangka penyebaran disiplin

ilmu atau subjek yang bersangkutan.

Cakupan bahan literatur antara lain :

1.

Kamus atau ensiklopedi bidang ilmu

2.

Akses ke pangkalan data bibliografi

3.

Edisi terseleksi dari karya-karya utama

pada disiplin ilmu yang bersangkutan

4.

Penelitian-penelitian penting

menyang-kut aspek historisnya

5.

Buku Pegangan

6.

Jurnal-jurnal ilmiah utama pda disiplin

ilmu yang bersangkutan

Penekanan pada tingkat ini adalah

menyediakan bahan literatur utama (

core

material

) untuk mendefinisikan suatu

subjek.

Koleksi pada tingkat ini mencakup bahan

rujukan utama dan karya-karya yang dapat

memberikan penjelasan lebih lanjut seperti :

1)

Buku teks

2)

Kajian historis dari perkembangan suatu

subjek

3)

Karya umum yang berkaitan dengan

topik-topik utama pada suatu subjek

yang dilengkapi dengan tabel, skema,

dan illustrasi

4)

Jurnal-jurnal ilmiah terseleksi

(36)

Lanjutan

Kode Aras

Deskripsi

1)

Buku teks

2)

Kajian historis, bahan literatur rujukan

berkaitan dengan topik-topik tertentu

dari suatu subjek

3)

Jurnal-jurnal ilmiah yang selektif

Informasi dasar tahap lanjut yang

disediakan untuk mendukung mata kuliah

dasar mahasiswa, di samping memenuhi

kebutuhan informasi dasar bagi universitas.

3

3a

Study/Instructional

Support Level

(Aras

Pendukung Kebutuhan

Instruksional /Kajian

Study or Instructional

Support Level, Introductory

(Aras Pendukung

Kebutuhan

Instruksional/kajian,

pengantar)

Yang ditekankan pada tingkat ini adalah

bahan literatur yang dikoleksi perpustakaan

harus mendukung suatu disiplin ilmu.

Bahan literatur yang tersedia meliputi

cakupan yang lebih luas untuk karya utama

dalam berbagai format, sejumlah bahan

retrospektif yang bernilai klasik, koleksi

yang lengkap dari karya-karya penulis

penting pada suatu disiplin ilmu, koleksi

terpilih untuk karya-karya penulis sekunder,

jurnal-jurnal terpilih untuk cakupan subjek,

akses menuju pangkalan data CD ROM, dan

bahan rujukan utama yang berisi bibliografi

yang mendukung subjek yang bersangkutan.

(37)

Lanjutan

Kode Aras

Deskripsi

3b

Study or Instructional

Support Level, Advanced

(Aras Pendukung

Kebutuhan

Instruksional/Kajian,

Tingkat Lanjut)

Pada aras ini, koleksi mencakup bahan

literatur yang dianggap memenuhi syarat

untuk memelihara suatu bidang disiplin

ilmu. Koleksi meliputi jurnal-jurnal utama

dari topik-topik primer dan sekunder dari

suatu subjek, bahan literatur penting

retrospektif, literatur substantif yang

memberikan kedalaman kajian untuk

kepentingan riset dan evaluas, akses menuju

pangkalan data CD ROM, bahan rujukan

yang berisi sumber bibliografis utama pada

suatu subjek. Pada tingkat ini, bahan

literatur sudah memadai untuk program

sarjana dan magister

.

4

Research Level

(Aras

Penelitian

Pada tingkat riset ini, perpustakaan

mengoleksi bahan literatur yang tidak

dipublikasikan seperti hasil penelitian, tesis

dan disertasi. Termasuk juga di dalamnya

laporan penelitian hasil penemuan baru,

hasil eksperimen ilmiah, dan informasi

penting untuk kepentingan penelitian.

Bahan literatur juga mencakup rujukan

penting dan monograf terseleksi,

jurnal-jurnal ilmiah yang lebih luas dan beragam.

Bahan literatur lama tetap disimpan untuk

kepentingan kajian historis. Tingkat ini

ditujukan untuk program doktor dan

penelitian murni

5

Comprehensive Level

(Aras

Komprehensif)

Pada tingkat komprehensif atau menyeluruh

ini, bahan literatur mencakup semua koleksi

yang ada pada tingkat-tingkat sebelumnya

yang tersedia dalam berbagai format serta

cakupan bahasa yang lebih luas.

Sumber :

Washington Research Library Consortium,

1992

Sumber daya informasi elektronik diasumsikan sama dengan bahan

literatur tercetak sepanjang kebijakan koleksi perpustakaan memungkinkan

penggunaan sumber informasi elektronik, misalnya jurnal elektronik atau

informasi yang tersimpan dalam pangkalan data lokal. Informasi

online

bersifat

(38)

1.

Ketersediaan akses ke sumber informasi elektronik sama tersedianya

dengan bahan literatur tercetak

2.

Terdapat terminal-terminal pengaksesan yang cukup

3.

Perolehan sumber informasi elektronik tidak meminta biaya tambahan

kepada pengguna (IFLA, 2001)

Indikator kedalaman koleksi mempresentasikan sebuah aras-aras yang

berkelanjutan dari

Basic Information Level

sampai

Research Level

. Perbedaan

dalam tiap aras diukur berdasarkan kualitas dan kuantitas bahan literatur. Setiap

kenaikan tingkat suatu bahan literatur akan mencakup unsur, format dan

karakteristik pada aras sebelumnya. Artinya adalah bahan literatur yang ada pada

Research Level

(4) mengandung karakteristik yang tidak hanya terdapat pada aras

tersebut juga mencakup karakteristik aras-aras sebelumnya, yakni

Basic

Information Level (1), Study (2), Instructional Support (3)

3.

Kode Cakupan Bahasa

Cakupan bahasa sangat berkaitan erat dengan aras koleksi, Selain itu

representasi bahan berbahasa Inggris dan bahasa lainnya merupakan salah satu

dimensi penting dalam menjelaskan keadaan koleksi.

Tabel 3 Indikator Cakupan Bahasa

Kode Jenis

Penjelasan

E English

Bahan literatur berbahasa Inggris mendominasi,

sedangkan koleksi dalam bahasa lain hanya tersedia

sedikit atau bahkan tidak sama sekali

F Selected

non-English

Language

Bahan literatur yang bukan berbahasa Inggris

tersedia secara terseleksi untuk melengkapi bahan

literatur berbahasa Inggris

W

Wide Selection

Language

Seleksi yang luas dari koleksi dalam berbagai

bahasa dan tidak ada kebijakan membatasi bahan

literatur berdasarkan bahasa tertentu

Y

One-Non

English

Language

Bahan literatur didominasi oleh salah satu bahasa

selain bahasa Inggris

(39)

Seperangkat kode bahasa diberikan kepada subjek tersebut untuk

mengidentifikasi variasi bahasanya. Adapun kode-kode bahasa tersebut antara

lain, E untuk literatur berbahasa Inggris, F untuk literatur terseleksi yang bukan

berbahasa Inggris, Y untuk literatur dengan seleksi yang luas dari koleksi dalam

berbagai bahasa, dan W untuk bahan literatur didominasi oleh salah satu bahasa

selain bahasa Inggris (Nissinger, 1992).

2.7. Penerapan Metode

Conspectus

di Perpustakaan

Metode

Conspectus

mempunyai tujuan utama yaitu untuk memfasilitasi

pengambilan keputusan tentang pengembangan koleksi dengan berdasarkan

kebutuhan informasi penggguna dengan ketersediaan dana yang dimiliki. Evaluasi

bahan literatur metode c

onspectus

dapat menggambarkan pemetaan skala prioritas

dalam hal kebijakan pengembangan sumber daya informasi perpustakaan

(Fragkou-Batsion, 2005).

Penerapan

metode

conspectus

pernah dilakukan oleh Fragkou, di 5 (lima)

perpustakaan di Yunani khusus untuk subjek fisika, kimia dan informatika. Ini

merupakan penerapan metode

conspectus

yang pertama kalinya untuk koleksi

jurnal ilmiah. Fragkou menggunakan metode

conspectus

sebagai alat analisis

deskriptif tentang kedalaman, keluasan, format dan kelengkapan koleksi jurnal

bidang fisika, kimia dan informatika yang mengarah pada evaluasi koleksi pada

lima perpustakaan di Yunani tersebut. Gambaran mengenai koleksi inti (

core list)

adalah tujuan akhir dari penelitian oleh Fragkou. Metode

conspectus

model

evaluasi koleksi yang membantu penyusunan kebijakan pengembangan koleksi

dapat menjadi dasar bagi kerjasama perpustakaan yang lebih luas dalam konteks

lokal, wilayah, negara dan internasional (IFLA, 2001). Penerapan metode

conspectus

kebanyakan dilakukan pada perpustakaan Perguruan Tinggi karena

untuk mengetahui kekuatan spesialisasi subjek, sedangkan di perpustakaan umum

adalah sebagai alat untuk menilai kekuatan koleksi perpustakaan yaitu sesuai

(40)

2.8. Tipe Penelitian Deskriptif

penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran

atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap

objek yang diteliti. Penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri (1) berhubungan

dengan keadaan yang terjadi saat itu, (2) menguraikan satu variabel saja atau

beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan (3) variabel yang diteliti

tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan. Tujuan utama digunakannya metode

ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

pada saat penelitian dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala

tertentu (Sevilla, 1993)

Penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksonomi

(taxonomic research)

yang

dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan sosial dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang akan diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai

mempersoalkan jalinan hubungan antarvariabel dan tidak juga dimaksudkan untuk

menarik generaliasi yang menjelaskan variabel-variabel anteseden penyebab

kenyataan sosial.

2.9.

Database

Jurnal Elektronik EBSCO

EBSCO

host Research Database

merupakan sebuah sistem informasi dan

referensi ilmiah yang dapat diakses secara

online

melalui internet. EBSCO

menyediakan akses ke berbagai basis data yang menyediakan informasi ilmiah

dalam bentuk fulltext maupun hanya sekedar informasi bibliografis dalam

berbagai bidang ilmu. Salah satu basis data dari EBSCO adalah

Academic Search

Complete (ASC)

yang didesain khusus untuk perguruan tinggi, merupakan basis

data

full-text

ilmiah multidisiplin yang paling komprehensif dan berharga. Selain

berisi

full-text

basis data ini juga berisi indeks dan abstrak lebih dari 11.600

jurnal. Koleksi ilmiah ini menawarkan

unmatched

cakupan informasi full-text

dalam berbagai bidang ilmu seperti : peternakan, biologi, kimia, matematika,

teknik sipil, teknologi pertanian, ilmu dasar, science, kedokteran hewan, zoologi

(41)

perguruan tinggi di Indonesia, diantaranya Universitas Gajah Mada, Universitas

Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya dan sebagainya

2.10

.

Klasifikasi

Universal Decimal Classification (UDC)

Sistem klasifikasi

Universal Decimal Classification (UDC)

adalah sistem

klasifikasi bahan perpustakaan yang dikembangkan oleh pakar bibliografi Belgia,

Paul Otlet dan Henri la Fontaine pada akhir abad ke-19. Bagan klasifikasi ini

dikembangkan berdasarkan bagan klasifikasi

Dewey Decimal Classification

(DDC)

, dengan menggunakan tambahan simbol-simbol untuk mengindikasikan

berbagai aspek dari subjek dan hubungan antar subjek. Oleh karena itu bagan

tersebut mengandung elemen faset dan analisis-sintetik. Bagan klasifikasi ini

kebanyakan digunakan perpustakaan khusus karena dapat membuat subjek yang

spesifik.

Universal Decimal Classification (UDC)

terus dimodifikasi dan

diperluas selama beberapa tahun untuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan

ilmu pengetahuan dan secara terus menerus dikembangkan untuk menyesuaikan

dengan perkembangan.

Universal Decimal Classification (UDC)

dapat digunakan

untuk mengklasifikasi berbagai bentuk media dan tidak terbatas pada buku atau

media tercetak saja, tetapi juga dapat digunakan untuk mengklasifikasi film,

video, rekaman suara, peta, jurnal dan koleksi museum. Sistem klasifikasi

Universal Decimal Classification (UDC)

didasarkan pada sistem desimal dan

membagi ilmu pengetahuan ke dalam sepuluh kelompok utama. Untuk

memudahkan membaca, angka dalam

Universal Decimal Classification (UDC)

diberi titik setelah 3 digit. Misalnya angka 61 adalah Ilmu Kedokteran, kemudian

subdivisi di bawahnya adalah 611 Anatomi. Subdivisi di bawah anatomi

kemudian diberi titik sebelumnya seperti 611.1, 611.2 dan seterusnya. Pada

bagan/tabel utama didaftar sepuluh kelas ilmu pengetahuan. Masing-masing kelas

tersebut kemudian dibagi ke dalam sepuluh bagian lagi. Adapun kelas utama dari

Universal Decimal Classification (UDC)

adalah sebagai berikut :

0

Umum

1

Filsafat dan Psikologi

(42)

3

Ilmu Sosial

4

Kosong

5

Ilmu Alam

6

Teknologi

7

Seni

8

Bahasa, Linguistic dan Susastera

(43)

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian akan mempelajari evaluasi koleksi dengan menggunakan

metode conspectus

.

Koleksi yang akan dievaluasi adalah basis data

Academic

Search Complete

yang merupakan paket dari jurnal elektronik EBSCO yang telah

dilanggan Perpustakaan IPB sejak tahun 2009. Judul-judul Jurnal dari basis data

jurnal elektronik EBSCO akan dianalisis menggunakan sistem klasifikasi UDC.

Hasil akhir dari analisis subjek akan diketahui kekuatan dan kelemahan

dari judul-judul jurnal tersebut. Penilaian numerik menggunakan indikator skala

0-5 di mana masing-masing level menggunakan kode standar yang menunjukkan

tingkatan koleksi yang memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan koleksi

dalam suatu area subjek.

Sampel judul-judul jurnal dinilai dan dikomentari oleh evaluator di lembar

kerja

conspectus

, data dan komentar evaluator menghasilkan informasi kekuatan

dan kelemahan dari koleksi jurnal elektronik EBSCO kemudian diolah dan

menjadi bahan masukkan bagi kebijakan pengembangan koleksi selanjutnya.

Sumber

database

jurnal elektronik EBSCO ditetapkan dalam penelitian ini

berdasarkan pertimbangan bahwa :

1.

Paket

Academic Search Complete

jurnal elektronik EBSCO berisi

11.945 judul jurnal dengan berbagai subjek yang dapat mencerminkan

disiplin ilmu.

2.

Selama ini belum ada yang mengevaluasi judul-judul dari

database

jurnal elektronik khususnya jurnal elektronik EBSCO, sehingga perlu

(44)

Lingkup penerapan

conspectus

Alur penelitian evaluasi koleksi jurnal elektronik EBSCO menggunakan metode

conspectus

dapat dilihat pada Gambar 2.

[image:44.612.90.481.108.682.2]

Gambar 2. Alur penelitian evaluasi koleksi jurnal elektronik EBSCO

Persiapan

Studi Literatur

Analisis Data

Pembuatan/penentuan

klasifikasi judul jurnal

Penilaian evaluator pada

lembar kerja conspectus

Pengumpulan Data Awal

Pembuatan/penentuan

subjek judul jurnal

Pendistribusian

klasifikasi subjek

Pembuatan peta kekuatan dan

kelemahan koleksi jurnal

Menganalisis

 

hasil

 

penilaian

 

conspectus

 

(45)

3.2. Pendekatan Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah

database

jurnal elektronik EBSCO paket

Academic Search Complete

yang berisi judul-judul jurnal.

Database

yang

dilanggan berisi abstrak dan isi (

fulltext)

yang dapat diakses secara

online

.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bahan literatur

elektronik yang berbentuk jurnal elektronik yang berjumlah 11945 judul jurnal

dari berbagai disiplin ilmu yang pada skema klasifikasi

Universal Decimal

Classification

(UDC) berada pada kelas 0 – 9. Sampel penelitian menggunakan

tehnik

stratified random sampling

, berdasarkan Hasan (2002) bahwa jumlah

sampel dengan populasi sekitar 15000 ditetapkan sebesar 340 sampel. Sebagai

[image:45.612.168.459.402.640.2]

gambaran pengambilan sampel secara proporsional dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Judul Jurnal Elektronik berdasarkan klasifikasi UDC dan

Rencana Jumlah Sampel.

Klasifikasi Judul

Jurnal sesuai

Skema UDC

Jumlah Judul

Jurnal

Jumlah Sampel

(Judul)

0

1035

31

1

259

8

2

259

8

3

2360

67

5

2385

68

6

4337

127

7

398

12

8

344

10

9

304

9

Jumlah 11945

340

Dalam metode

conspectus

diperlukan evaluator untuk menilai menentukan

(46)

Evaluator yang dipilih berasal evaluator luar (dosen) sesuai bidang ilmu terkait

dan evaluator dari perpustakaan (pustakawan)

3.4. Unit Analisis dan Variabel

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah judul jurnal pada

jurnal elektronik EBSCO. Variabel yang akan diteliti adalah distribusi golongan

klasifikasi subjek, kekuatan dan kelemahan koleksi, dan analisis bahasa.

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1 .

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui : (1)

Analisis judul jurnal dengan cara menentukan klas dan subjek berdasarkan skema

klasifikasi

Universal Dewey Classification (UDC)

dan variabel-variabel

penelitian yang dibutuhkan. (2) Evaluator untuk menentukan indikator tingkat

koleksi dan cakupan bahasa. Evaluator berasal evaluator luar (dosen) sesuai

bidang ilmu terkait dan evaluator dari perpustakaan

(inside evaluator).

3.5.2.

Analisis data

Setelah data yang diperlukan diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah

mengolah data tersebut dengan tahapan sebagai berikut:

1.

Membuat/menentukan klasifikasi dari judul-judul jurnal

database

Academic Search Complete

EBSCO berdasarkan skema klasifikasi UDC.

2.

Membuat/menentukan subjek dari judul-judul jurnal basis data

Academic

Search Complete

EBSCO

.

3.

Membuat persentasi pendistribusian klasifikasi subjek dari judul-judul

jurnal

4.

Memberikan lembar kerja conspectus (Lampiran 3) yang telah dibuat

kepada evaluator untuk diberikan penilaian mengenai

Current Collection

Level

pada sampel jurnal dengan kisaran indikator 0 sampai 5 (tabel 2).

5.

Membuat peta kekuatan dan kelemahan koleksi dengan menyajikan

rincian jumlah pada masing-masing klasifikasi subjek.

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan perlu dipaparkan mengenai profil dan tugas pokok

dari perpustakaan IPB. Berkenaan dengan kebijakan pengembangan/pengadaan

koleksi, dalam pelaksanaan tugasnya perpustakaan telah memiliki kebijakan

pengembangan koleksi secara tertulis. Kebijakan tersebut menjadi acuan dalam

proses pengembangan koleksi sehingga pelaksanaan kegiatan dapat terukur dan

terencana dengan baik.

4.1. Visi,Misi dan Tugas Pokok Perpustakaan IPB

Visi Perpustakaan IPB

adalah: Menjadikan Perpustakaan IPB sebagai

sistem layanan informasi, deposit dan kearsipan yang berbasis teknologi

informasi yang mendukung riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian

tropika dan biosains serta berkarakter kewirausahaan”. Sedangkan Misi

Perpustakaan IPB tahun adalah :

a.

Menyediakan pusat layanan perpustakaan modern bagi civitas

akademika IPB dan masyarakat umumnya;

b.

Menyediakan informasi yang mendukung tridharma perguruan tinggi

dan riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika dan

biosains;

c.

Mengembangkan jaringan perpustakaan global pada lingkup nasional

dan internasional;

d.

Memperluas akses informasi untuk peningkatan mutu pendidikan;

e.

Menciptakan lingkungan gemar baca yang tertib, nyaman dan

bersahabat;

f.

Menciptakan dan mengelola sistem kearsipan dan deposit yang

(48)

Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan

A.

Tugas Pokok Perpustakaan

1.

Menyusun, merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan

yang bertujuan menyediakan sistem layanan informasi dan

pengetahuan global berbasis teknologi informasi untuk meningkatkan

kualitas pelaksanaan program tridharma yang mendukung perguruan

tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian

tropika dan biosains serta berkarakter kewirausahaan;

2.

Menyusun, merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan

dalam mengelola dan mengembangkan Pusat Arsip Institut.

B.

Fungsi Perpustakaan

1.

Menyediakan sumberdaya pustaka (informasi) pertanian tropika

dan biosains untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program

akademik (tridharma);

2.

Menyediakan fasiltas belajar yang lengkap dan berkualitas untuk

kepentingan sivitas akademika dan masyarakat umum, sesuai

dengan kemampuan keuangan Institut;

3.

Mengumpulkan, mengolah, memproduksi, menyimpan dan

memberikan informasi serta menyebarluaskan hasil karya di bidang

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

4.

Mengembangkan sistem jaringan informasi pada perguruan tinggi

di tingkat nasional maupun internasional di bidang ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni;

5.

Melestarikan ilmu pengetahuan dan seni;

6.

Menciptakan lingkungan gemar baca yang tertib, nyaman dan

bersahabat;

7.

Mengelola sistem arsip institut;

(49)

Untuk mendukung visi, misi dan pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya

perpustakaan dalam kegiatan teknisnya di dukung oleh bidang pengembangan dan

pengelolaan bahan perpustakaan . Tugas pokok bidang ini adalah menyusun dan

melaksanakan rencana pengembangan dan pengolahan, serta memantau dan

mengevaluasi bahan perpustakaan yang menjadi koleksi Perpustakaan IPB.

Adapun fungsi Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Bahan Perpustakaan adalah:

mengidentifikasi ketersediaan bahan pustaka dan informasi di perpustakaan pusat

maupun unit di lingkungan IPB; melakukan analisis kebutuhan bahan pustaka

dan informasi serta membuat rencana dan usulan pengembangannya; melakukan

administrasi pengadaan bahan pustaka; melakukan updating dan indeksasi bahan

pustaka; melakukan pemantauan dan evaluasi pengadaan bahan pustaka; dan

menyusun publikasi sekunder.

Sesuai tugas pokok dari bidang pembinaan dan pengelolaan bahan

perpustakaan, diantaranya adalah mengevaluasi bahan perpustakaan. Maka

kegiatan evaluasi harus terus dilaksanakan agar bahan pustaka khususnya bahan

pustaka elektronik sesuai dengan kebutuhan pengguna. Perpustakaan IPB

melanggan

database

jurnal elektronik sejak tahun 2009,

database

yang dilanggan

diantaranya adalah EBSCO. Evaluasi yang terpusat pada koleksi belum pernah

dilaksanakan, padahal kegiatan tersebut sangat penting dilakukan untuk

mengetahui apakah subjek dari judul jurnal tersebut sudah relevan dengan

disiplin ilmu yang ada di Institut Pertanian Bogor

4.2. Analisis dan Pembahasan

Pada bab ini dibahas hasil analisis kekuatan dan kelemahan dari judul

jurnal elektronik EBSCO dan penerapan metode

conspectus

untuk menentukan

level koleksi dari judul-judul jurnal elektronik tersebut.

Penelitian menggunakan teknik penilaian terhadap koleksi (

collection-based technique

). Metode

conspectus

dipilih dengan alasan :

1.

Penjabaran subjek dalam

conspectus

yang mengacu pada skema

klasifikasi LC dan DDC dapat memberikan deskripsi singkat mengenai

(50)

2.

Koleksi aktual dan pola pengoleksian bahan literatur dapat

digambarkan melalui indikator-indikator yang memungkinkan

perbandingan secara langsung.

3.

Metode ini dapat memberikan peta kekuatan dan kelemahan koleksi

secara langsung melalui penjabaran subjek disiplin ilmu yang diteliti

beserta indikator yang menyertainya sebagai informasi keadaan aktual

koleksi.

4.

Metode ini juga dapat menggambarkan informasi koleksi inti (

core

collection

) dari perpustakaan. Penjabaran disiplin ilmu dalam

penjabaran subjek kerangka kerja

conspectus

sangat tepat diterapkan

pada perpustakaan perguruan tinggi karena lebih sesuai dengan

keadaan koleksi perpustakaan.

Pembahasan dimulai dari distribusi klasifikasi subjek dari judul-judul

jurnal pada jurnal elektronik EBSCO, kekuatan dan kelemahan koleksi dari jurnal

elektronik dan analisis bahasa.

Metode

conspectus

, dalam penerapannya relatif sederhana,

conspectus

menggunakan nilai tingkatan numerik untuk memberikan gambaran mengenai

Current Collection, Acquisition Commitment dan Collection Goal

. Penilaian

numerik menggunakan indikator skala 0-5 di mana masing-masing level adalah

kode standar yang menjelaskan jenis aktivitas yang dapat didukung oleh aras

koleksi

(collection level

).

Pencantuman kode bahasa yang digunakan penting untuk dilakukan dalam

mengukur intensitas koleksi. Dengan kode bahasa dapat diketahui variasi bahasa

dari judul jurnal elektronik yang diteliti. Dalam membuat perkiraan dan

mendeskripsikan intensitas koleksi menurut kode bahasa, menggunakan kode

standar. Seperangkat kode bahasa diberikan kepada subjek untuk mengidentifikasi

variasi bahasanya

.

4.2.1 Pembuatan/Penentuan Klasifikasi Subjek Judul Jurnal

Dalam melakukan klasifikasi subjek koleksi jurnal dalam basis data

Academic Search Complete

jurnal elektronik EBSCO menggunakan bagan

(51)

klasifikasinya lebih spesifik sehingga sesuai untuk koleksi perpustakaan di

Institut Pertanian Bogor (lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis klasifikasi

subjek pada 11945 judul jurnal yang ada pada

database

Academic Search

Complet

e jurnal elektronik EBSCO yang dilanggan oleh Institut Pertanian Bogor

(lampiran 2). Klas 6 (Ilmu-ilmu terapan/teknologi) menempati urutan pertama

dengan persentasi 36 persen. Klas utama lainnya menempati urutan kedua dan

ketiga utama dengan jumlah persentasinya sama yaitu 20% meliputi distribusi

klas 3 (Ilmu Sosial) dan distribusi klas 5 (Ilmu Terapan). Tabel 5 menunjukkan

[image:51.612.145.483.291.540.2]

ringkasan distribusi klas utama klasifikasi subjek persepuluhan UDC.

Tabel 5 Distribusi klas utama klasifikasi subjek persepuluhan UDC

No

No.

Klas Golongan

Jumlah

Persentasi

(%)

1 0

Karya

Umum

1035

9

2 1

Filsafat

&

Psikologi

523

4

3 2

Agama

259

2

4 3

Ilmu-Ilmu

Sosial

2360

20

5 5

Ilmu-ilmu

Murni

2385

20

6 6

Ilmu-ilmu

Terapan

4337

36

7 7

Kesenian

398

3

8 8

Kesusastraan

344

3

9

9 Geografi & Sejarah Umum

304

3

Total

11945

100

Penentuan klasifikasi subjek dianalisis dari judul jurnal, jika judul jurnal

tidak mencerminkan subjek maka perlu membuka isi dari jurnal tersebut.

Penentuan klasifikasi subjek dilakukan oleh penulis kemudian diinput kedalam

program

Winisis versi window

agar mempermudah dalam proses pengolahan data.

Berdasarkan jumlah 9 fakultas yang ada di Institut Pertanian Bogor yang

terdiri dari fakult

Gambar

Gambar 1. Komponen Kegiatan Pengembangan Koleksi
Tabel 1. Perbandingan Jurnal Elektronik dan Jurnal Tercetak
Tabel.  2    Indikator level untuk AC,CG dan CL
Gambar 2. Alur penelitian evaluasi koleksi jurnal elektronik EBSCO
+7

Referensi

Dokumen terkait

PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera 1 Medan, yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.. Terimakasih kepada kedua adik peneliti Layli Alfita Nasution

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan dan ketersediaan air terhadap potensi budidaya tanaman kedelai ( Glycine max (L) Merril) di Daerah Irigasi

Exploration of the diet at 4 months showed that rapid early weight gain was associated with early introduction of energy-containing solids in formula-fed but not breastfed infants,

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Untuk perlakuan pada media formulasi limbah cair pabrik kelapa sawit hambatan makan yang paling rendah pada perlakuan LCPKS 75 % + 0,4 g gula merah + 30 ml air kelapa +

prestasi belajar siswa materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada aspek kognitif, dan ada perbedaan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa materi larutan

Dalam hal ini kedisiplinan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri yang dimiliki pada seseorang secara langsung akan

[r]