• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengembangan Strategi Community Based Marketing Produk Sepeda Motor (Studi Kasus : PT Yamaha Motor Kencana Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengembangan Strategi Community Based Marketing Produk Sepeda Motor (Studi Kasus : PT Yamaha Motor Kencana Indonesia)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus : PT Yamaha Motor Kencana Indonesia)

Oleh

RYTA MELATI DEWI

H24070048

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

i

Motor Kencana Indonesia). Di bawah bimbingan PRAMONO D. FEWIDARTO.

PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) telah sejak lama mengembangkan strategi Community Based Marketing (CBM) untuk mengarahkan komunitas pengusung brand Yamaha sehingga dapat terjalin hubungan yang baik dan komunikasi yang efektif serta membangun loyalitas konsumen. Terutama akhir-akhir ini PT YMKI terlihat telah aktif melibatkan komunitas Yamaha dalam aktifitas perusahaan. Untuk itu, menarik untuk dikaji secara mendalam bagaimana langkah pengembangan strategi CBM di PT YMKI.

Tujuan dari penelitian ini (1) Menganalisis pengembangan strategi CMB di PT YMKI dan potensi komunitas untuk mendukung strategi tersebut (2) Menganalisis kesenjangan antara harapan perusahaan dan harapan komunitas terkait potensi masing-masing pihak dalam menjalankan strategi CBM (3) Merekomendasikan penerapan strategi CBM secara maksimal oleh perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari hasil wawancara mendalam dengan manajer promosi PT YMKI dan penyebaran kuisioner kepada 22 ketua komunitas Yamaha Jakarta yang terdaftar di situs resmi Yamaha. Data sekunder berupa studi literatur, data perusahaan, internet, dan sumber lain yang relevan. Alat analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif (crosstab) dan analisis GAP.

Hasil penelitian menunjukan pengembangan strategi CBM perusahaan memiliki beberapa tujuan manajerial yang dijalankan dalam langkah-langkah strategis perusahaan untuk melibatkan komunitas dalam aktifitas perusahaan. Tingkat keterlibatan dan apresiasi komunitas pada setiap langkah strategis penerapan strategi CBM tergolong sangat baik dengan persentase keterlibatan rata-rata di atas 80 persen. Dukungan terbesar diberikan kepada tujuan customer relationship dan aktifitas pelibatan komunitas dalam aktifitas sosial PT YKMI. Sedangkan dukungan terendah diberikan kepada tujuan inovasi produk dan inovasi teknologi Yamaha. Potensi komunitas Yamaha dalam mendukung penerapan strategi CBM cukup besar. Secara keseluruhan keinginan komunitas untuk mendukung dan terlibat dalam tujuan pengembangan strategi CBM PT YMKI lebih besar daripada keterlibatan dan dukungan aktual yang telah berjalan. Komunitas Yamaha juga termasuk ke dalam konsumen yang loyal terhadap produk Yamaha karena memiliki sikap yang sangat positif terhadap produk.

(3)

ii Nama : Ryta Melati Dewi

NIM : H24070048

Menyetujui, Pembimbing

(Ir. Pramono D. Fewidarto, MS) NIP : 19580202 198403 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 19610123 198601 1 002

(4)

iii

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 29 Mei 1989 dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Tatang Supriatna dan Ibu Rinawati. Penulis mengawali jenjang pendidikan di Taman Kanak-Kanak Mekarsari Sukabumi pada tahun 1995. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SD IPPOR Selakopi 1 Cianjur, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Cianjur dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2007.

(5)

iv

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi berjudul “Analisis Pengembangan Strategi Community Based Marketing Produk Sepeda Motor (Studi Kasus : PT Yamaha Motor Kencana Indonesia)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas mengenai pengembangan strategi pemasaran berbasis komunitas (Community Based Marketing) pada produk sepeda motor. Strategi CBM merupakan strategi pemasaran yang dijalankan dengan memanfaatkan dan melibatkan komunitas-komunitas pelanggan yang mengusung brand dari suatu produk atau perusahaan sebagai identitas komunitasnya. Sepeda motor merupakan salah satu produk yang komunitas penggunanya semakin berkembang. Komunitas ini lahir karena kesamaan hobi otomotif dan tipe motor yang digunakan. Oleh karena itu, pengembangan strategi pemasaran berbasis komunitas pada produk sepeda motor serta potensi komunitas untuk mendukung strategi tersebut sangat menarik untuk dikaji.

Penelitian ini menggambarkan kondisi aktual pengembangan strategi Community Based Marketing dan keterlibatan komunitas dalam strategi tersebut. Selain itu dibahas pula mengenai kesenjangan harapan dan pelaksanaan strategi CBM antara perusahaan dan komunitas. Akhirnya, dengan diselesaikannya penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, September 2011

(6)

v

Puji Syukur kepada Allah SWT atas kasih, berkat, rahmat, dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sungguh tiada daya dan upaya melainkan atas ijin dan pertolonganMu. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa cinta, dukungan, doa dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih penulis kepada :

1. Ir. Pramono D. Fewidarto, MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran memberikan ilmu, bimbingan, motivasi dan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas jasa Bapak.

2. Dr. Ali Mutasowifin, SE.M.Si dan Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, MM sebagai penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan masukan pada skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB

dan seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Manajemen, FEM IPB. 4. Kedua orang tua, Mama tercinta Ibu Rinawati dan Papa Bpk.Tatang Supriatna

untuk cinta dan kasih sayang yang melimpah, doa yang tak pernah putus, materi yang takan pernah terhitung, semangat, perhatian dan dukungan. Semoga kelulusan ini bisa menjadi kebahagiaan, hadiah awal, dan bekal yang akan menyertai pengabdianku kepada kalian seterusnya hingga akhir hayatku. Amin Ya Rab.

5. Adikku Nizar Nugraha Supriatna, semoga menjadi motivasi dikemudian hari untuk bisa mengukir prestasi yang lebih baik.

6. Bapak Karso selaku Manajer Promosi PT Yamaha Motor Kencana Indonesia yang telah bersedia memberikan informasi demi terselesaikannya skripsi ini. Mas Didiet selaku ketua Yamaha Riders Club dan semua anggota komunitas Yamaha Jakarta atas kerjasama dan bantuannya.

(7)

vi

Terima kasih untuk selalu ada bahkan disaat-saat tersulit sekalipun.

9. Keluarga besar PT Asia Tracks Indonesia atas dukungan dan semangat yang diberikan, terutama kepada Bapak Henry Moersali selaku manajer atas pengertiannya saat penulis harus meninggalkan pekerjaan demi penyelesaian skripsi ini.

10.Kakakku tersayang T’ncik, sahabatku Jatu Hestiningtyas, Kholi, Citra, Silfia Feronika, Alin Rinjani, dan K’Andi Fuad Hakim untuk semangat dan motivasi yang selalu diberikan pada penulis, dan yang selalu menghibur disaat susah. You are the best, I love you all.

11.Putri Anugrah, Emilya Norita, Disa Rusdiana, Nurul Mursyidah dan Eka Intinawati, terima kasih untuk 3 tahun yang luar biasa bersama kalian. Semoga persahabatan kita bisa terjalin seterusnya.

12.Fatimatuzzahro Diah Putri Dani, Resty Fauziah Arnes, dan Fahrurozi sebagai teman satu bimbingan yang saling memberikan dukungan, semangat, dan doanya.

13.Semua pihak yang tidak disebutkan namanya dalam kesempatan ini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

vii

2.2.3 Strategi Community Based Marketing... 9

(9)

viii

4.1 Gambaran Umum Perusahaan dan Komunitas Motor

Yamaha Jakarta... ... 31

4.1.1 Sejarah Singkat PT Yamaha Motor Kencana 31

Indonesia 4.1.2 Visi Misi PT YMKI ... 31

4.1.3 Komunitas Motor Yamaha Jakarta ... 32

4.2 Pengembangan Strategi CBM PT YMKI ... 34

4.2.1 Kualitas Hubungan Komunitas dengan Perusahaan Terkait Karakteristik Komunitas ... 35

4.2.2 Tujuan Pengembangan Strategi CBM PT YMKI . 36 4.2.3 Langkah Pelaksanaan Strategi CBM ... 38

4.3 Potensi dan Peran Komunitas Yamaha dalam Mendukung Strategi CBM... ... 41

4.3.1 Penilaian Komunitas terhadap Produk Sepeda Motor Yamaha... ... 42

4.3.2 Peran dan Keinginan Komunitas Dalam Mendukung Tujuan Pelaksanaan Strategi Perusahaan ... 45

4.3.3 Apresiasi dan Keterlibatan Komunitas Dalam Langkah Penerapan Strategi CBM ... 47

4.4 Analisis Gap Pada Langkah Strategis dan Aktifitas Pendukung Strategi CBM PT YMKI ... 54

4.5 Implikasi Manajerial... 62

KESIMPULAN DAN SARAN... .. 65

1. Kesimpulan... ... 65

2. Saran... ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(10)

ix

No. Halaman

1. Tabel perusahaan paling diuntungkan oleh komunitas ... .. 2 2. Perbedaan segmentasi dengan komunitisasi... ... .. 11 3. Komunitas motor Yamaha Jakarta dibawah naungan YRC ... .. 33 4. Nilai signifikansi antara kualitas hubungan komunitas dengan

perusahaan terkait karakteristik komunitas... ... .. 35 5. Tingkat apresiasi dan partisipasi komunitas untuk langkah

penerapan strategi CBM PT YMKI... 39 6. Pengaruh icon Yamaha terhadap penjualan menurut komunitas

berdasarkan type motor... ... .. 43 7. Peran dan keinginan komunitas untuk mendukung tujuan

pengembangan strategi CBM... ... .. 45 8. Persentase keterlibatan komunitas dalam aktifitas pemasaran

perusahaan... ... .. 48 9. Persentase apresiasi komunitas untuk setiap aktifitas

pemasaran perusahaan... ... .. 48 10. Persentase keterlibatan komunitas dalam aktifitas inovasi

produk dan inovasi teknologi perusahaan ... .. 49 11. Persentase apresiasi komunitas untuk setiap aktifitas inovasi

produk dan inovasi teknologi perusahaan... 50 12. Persentase bentuk dukungan perusahaan yang telah dirasakan

komunitas ... ... ... 51 13. Persentase apresiasi komunitas untuk setiap bentuk dukungan

dari perusahaan... ... ... 52 14. Persentase sikap dan loyalitas komunitas terhadap perusahaan

dan produk sepeda motor Yamaha.... ... .... 52 15. Persentase sikap dan loyalitas komunitas terhadap perusahaan

dan produk sepeda motor Yamaha... ... .... 53 16. Pengukuran tingkat kepentingan aktifitas pendukung penerapan

strategi CBM menurut komunitas... ... 54 17. Tingkat kepentingan aktifitas pendukung penerapan strategi CBM

menurut perusahaan... 56 18. Pengukuran tingkat kinerja penerapan strategi CBM PT YMKI

menurut penilaian komunitas... 57 19. Analisis GAP tingkat kepentingan dan kinerja pada aktifitas

(11)

x

1. Insert model pool, hub, dan web... 8

2. Pengaruh lingkungan sosial terhadap konsumen... 16

3. Diagram kesenjangan yang dirasakan oleh pelanggan... 21

4. Kerangka penelitian konseptual... . 25

5. Tahapan proses penelitian... 27

(12)

xi

1. Tabel ringkasan metodologi penelitian... 69

2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner... 70

3. Pengolahan crosstab data karakteristik komunitas Yamaha... 71

4. Keunggulan sepeda motor Yamaha menurut komunitas... 72

5. Pengaruh icon Yamaha (Valentino Rossi & J.Lorenzo) terhadap penjualan motor Yamaha menurut pendapat komunitas... 74

6. Data jumlah keterlibatan dan apresiasi pada langkah strategis penerapan strategi Community Based Marketing... 75

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Konsep pemasaran dalam perkembangannya terus mengalami

transformasi. Filosofi “buat dan jual” telah bergeser ke filosofi “pahami dan

tanggapi”. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai

tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi

lebih efektif dibanding para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih

(Kotler and Keller, 2007). Di tengah persaingan di dunia pemasaran dewasa

ini, menuntut perusahaan untuk berfikir bukan hanya tentang bagaimana

menjual produknya, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan memahami dan

memenuhi kebutuhan konsumennya, mengkomunikasikannya secara efektif,

serta menjalin hubungan kemitraan dengan konsumennya.

Komunikasi antara perusahaan dan konsumen dapat dilakukan melalui

berbagai media, baik berupa layanan contact service, customer care, web, blog, pemanfataan berbagai situs jejaring sosial seperti facebook, dan twitter, hingga pemanfaatan komunitas konsumen. Keberadaan komunitas sebagai

“keluarga baru” bagi masyarakat modern khususnya di perkotaan tidak bisa

diabaikan lagi. Komunitas-komunitas ini muncul bagai wabah. Ada yang

tumbuh dengan sendirinya (organik) karena persamaan pengalaman,

kepentingan, hobi, atau kesamaan merek, contohnya seperti komunitas sepeda

motor. Namun, ada juga yang sengaja dibentuk oleh perusahaan seperti pada

komunitas Indosat School Community yang sengaja dibentuk oleh PT Indosat. Pambudi (2008) menyatakan bahwa di balik kegiatan

komunitas-komunitas yang lahir organik yang sepertinya hanya berkumpul bersama

anggota komunitas, berbincang santai, serta berkomunikasi lewat jejaring

sosial, sesungguhnya mereka bukan hanya mempunyai power to purchase

tetapi juga memiliki power to influence. Melihat potensi tersebut, kini banyak perusahaan telah mengembangkan suatu strategi guna mengelola komunitas

secara lebih efektif. Strategi ini dikenal dengan istilah pemasaran berbasis

(14)

panjang yang baik guna pembentukan loyalitas, peningkatan brand image dan

image perusahaan di mata masyarakat, namun strategi ini terbukti memberikan hasil yang positif terhadap tingkat penjualan di banyak perusahaan.

Hasil survei yang dilakukan majalah SWA terhadap 30 perusahaan di

Indonesia, menunjukan bahwa keberadaan komunitas konsumen memberikan

manfaat yang sangat besar bagi kinerja mereka. Responden yang rata-rata

berposisi sebagai manajer pemasaran, dan manajer promosi sepakat bahwa

komunitas pelanggan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan, terutama

terhadap aspek operasional, keuangan, dan sosial. Alasannya, lewat

komunitas, tercipta loyalitas pelanggan yang cukup kuat. Berikut adalah daftar

15 perusahaan yang paling diuntungkan dengan keberadaan komunitas versi

majalah SWA 2008.

Tabel 1. Perusahaan yang paling diuntungkan oleh komunitas Berdasarkan Kinerja Total

Perusahaan Nilai

Honda Prospect Motor (JazzFitClub) 5,0

Insera Sena (Bike 2 Work) 5,0

MRA Group (cosmopolitan-indonesia@yahoogroups.com) 4,7

Kompas Media Nusantara (forumpembacakompas@yahoogroups.com) 4,6 Holcim Indonesia (Komunitas ahli bangunan dan pewaralaba) 4,4

Exelcomindo Pratama (XL Community) 4,4

Femina Group (femina-friends@yahoogroups.com) 4,4

Astra Honda Motor (Honda-Tiger Mailing List (HTML)) 4,2

Indosat (Indosat Community) 4,1

Djarum (Djarum Black Car Community dan Blackaholic) 4,1

Elex Media Komputindo (Komunitas CHIP Online) 4,1

Surya Sejahtera Otomotif (Ferrari Owners Club) 4,1

Toyota Astra Motor (toyotacrowners@yahoogroups.com) 4,1

BMW Indonesia (BMW Car Club of Indonesia) 3,9

Indomobil (klubsuzukiindonesia@yahoogroups.com) 3,9

Sumber : Riset majalah SWA(2008)

Berdasarkan hasil survei, dapat dilihat bahwa 7 dari 15 perusahaan

tersebut komunitasnya merupakan komunitas otomotif. Pertumbuhan

komunitas konsumen dalam bidang otomotif akhir-akhir ini memang terlihat

(15)

dengan jumlah pertumbuhan sepeda motor yang terus meningkat. Berdasarkan

data Ditlantas Polda Metro Jaya yang membawahi wilayah Jakarta, Depok,

Tangerang, dan Bekasi, pada tahun 2010 jumlah sepeda motor yang terdaftar

berkisar 8,3 juta unit. Jumlah sepeda motor yang besar ini secara otomatis

memunculkan komunitas motor yang besar pula, yang jumlahnya bahkan

nyaris tidak dapat dihitung (Joko, 2010).

PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) sebagai perusahaan

otomotif terbesar kedua di Indonesia terlihat telah aktif melibatkan komunitas

yang mengusung brand Yamaha dalam kegiatan promosi perusahaan.

Contohnya pada pembuatan iklan 1000 bikers dan pelibatan komunitas pada saat peluncuran motor terbaru Yamaha yaitu Yamaha Byson di Gunung

Bromo pada tanggal 25 - 26 September 2010 bertempat di Savana Gunung

Bromo dengan mengetengahkan tema “Amazing Journey. Kegiatan tersebut melibatkan teman-teman dari club motor, wartawan, blogger otomotif, dan perwakilan komunitas online yang berjumlah total 500 orang yang berasal dari

6 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Jambi

dan Denpasar (Yamaha, 2010).

Saat ini terdapat kurang lebih 40 komunitas motor di Indonesia yang

telah terdaftar di situs resmi Yamaha. Komunitas-komunitas otomotif

pengusung brand Yamaha ini secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi aktifitas pemasaran perusahaan dengan mempromosikan brand Yamaha lewat nama komunitasnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh positif bagi

citra produk, merek dan citra perusahaan. PT YMKI sukses menorehkan

peningkatan penjualan pada tahun 2010. Dari data penjualan YMKI, sampai

November 2010 tercatat sebanyak 3.078.272 unit motor telah terjual. Ini

artinya ada peningkatan penjualan mencapai 28,27 persen dari penjualan

Yamaha pada periode yang sama pada tahun lalu (Ridho, 2010).

Anggota komunitas sebagai pemakai produk, tentu mengenal baik

produk yang mereka gunakan, sehingga anggota komunitas pun acap kali

menjadi duta (ambassador) bagi merek yang diusungnya. Hal ini mendorong

(16)

suatu perusahaan menjadi menurun di mata masyarakat, terutama jika

komunitas tersebut melakukan aktifitas yang melanggar peraturan atau norma

sosial.

Mengingat begitu besar pengaruh dari komunitas-komunitas pelanggan

bagi perusahaan, maka perusahaan perlu membuat langkah penerapan strategi

yang tepat dalam mengelola komunitas. Strategi Community Based Marketing

diperlukan untuk mengelola komunitas secara lebih intensif dan terarah

sehingga dapat terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara

perusahaan dengan komunitasnya. Karena itu, kajian mengenai strategi

pemasaran berbasis komunitas menjadi sangat menarik untuk diperdalam.

1.2Rumusan Masalah

Komunitas otomotif khususnya komunitas sepeda motor yang termasuk

ke dalam komunitas organik, saat ini mengalami pertumbuhan yang pesat

terutama di kota-kota besar. Komunitas-komunitas ini sering melakukan

berbagai aktifitas seperti touring, atau berkumpul sesama anggota. Intensitas komunikasi yang tinggi antar anggota baik secara langsung maupun melalui

media jejaring sosial, melahirkan solidaritas dalam komunitas. Hal ini juga

memunculkan sense of belonging yang tinggi terhadap brand yang diusung sebagai identitas komunitas tersebut.

Komunitas sepeda motor yang tumbuh secara organik memiliki potensi

yang sangat besar untuk mendukung aktifitas pemasaran perusahan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pembinaan

komunitas melalui jalur Community Based Marketing menjadi hal yang penting dilaksanakan oleh perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, perumusan

masalah dari penelitian ini adalah : “Bagaimana langkah-langkah penerapan

strategi Community Based Marketing di PT YMKI dalam rangka

memaksimalkan pemanfaatan komunitas demi terciptanya hubungan yang

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dalam penelitian

ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mempelajari pengembangan strategi Community Based Marketing di PT YMKI serta potensi komunitas pengguna sepeda motor Yamaha dalam

mendukung aktifitas pemasaran perusahaan.

2. Menganalisis kesenjangan antara harapan komunitas dan harapan

perusahaan berkaitan dengan potensi masing-masing pihak dalam

pengembangan strategi Community Based Marketing..

3. Merekomendasikan penerapan strategi Community Based Marketing

secara maksimal oleh perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh pihak-pihak terkait dari penelitian yang

dilakukan antara lain :

1. Bagi pihak perusahaan, dapat menjadi sumber informasi mengenai sejauh

mana komunitas-komunitas yang mengusung merek Yamaha sebagai

brand-nya membantu aktifitas pemasaran perusahaan secara riil.

2. Bagi komunitas, penelitian ini dapat menjadi media untuk menghubungkan

komunitas dengan perusahaan, sehingga tercipta saling pengertian antara

komunitas dengan perusahaan sehingga nantinya perusahaan dapat

memberikan dukungan penuh bagi aktifitas-aktifitas komunitas.

3. Bagi pendidikan dan civitas akademi yang lain, penelitian ini dapat

dijadikan bahan referensi mengenai strategi Community Based Marketing

yang diterapkan perusahaan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan objek dan permasalahan penelitian yang mejadi ruang lingkup

dalam penelitian ini antara adalah :

(18)

melibatkan komunitas-komunitas yang mengusung brand Yamaha dalam kegiatan promosi perusahaan.

2. Responden dalam penelitian ini adalah Manajer Pemasaran PT YMKI

cabang Jakarta dan ketua komunitas dari setiap tipe motor keluaran

Yamaha yang terdaftar sebagai komunitas aktif di bawah naungan

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pemasaran

Menurut definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual produk. Akan tetapi, banyak orang heran ketika mereka mendengar bahwa bagian yang paling penting dari pemasaran bukanlah penjualan.

Penjualan hanya merupakan puncak kecil gunung es pemasaran. Penjualan

terjadi ketika produk telah diciptakan. Sebaliknya, pemasaran dimulai jauh

sebelum perusahaan memiliki produk. Pemasaran dimulai ketika para manajer

menilai kebutuhan pasar, mengukur tingkat dan intensitasnya, dan

menentukan apakah ada peluang yang menguntungkan (Kotler, 2003).

Pemasaran pada dasarnya berhubungan dengan mengidentifikasi dan

memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Asosiasi Pemasaran Amerika

menawarkan suatu definisi formal berikut : Pemasaran adalah suatu fungsi

organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan

dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan

dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemilik sahamnya.

Sedangkan manajemen pemasaran didefinisikan sebagai seni dan ilmu

memilih pasar sasaran, mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan

dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan

yang unggul (Kotler and Keller, 2007).

2.2 Komunitas (Community)

Pengelompokan konsumen dalam pemasaran didasarkan kepada

segmen-segmen tertentu, dimana pasar dipetakan berdasarkan karakteristik

tertentu. Namun, dalam perkembangannya banyak pemasar yang tidak lagi

menjalankan strategi pemasarannya berdasarkan segmentasi. Pemasar beralih

ke penggunaan strategi dengan membagi pasar ke dalam

komunitas-komunitas dimana pelanggan tersebut berada. Sehingga mulailah muncul

(20)

2.2.1 Definisi Komunitas

Komunitas pada dasarnya merupakan sekumpulan orang yang

berkumpul yang memiliki kepentingan yang sama dan saling

berinteraksi satu sama lain antar anggotanya. Pambudi (2008)

mendefinisikan komunitas merek sebagai kumpulan dari orang-orang

atau masyarakat yang memiliki kesamaan dalam menggunakan suatu

merek tertentu. Adapun latar belakang pembentukannya ada yang lahir

secara organik, karena persamaan merek produk yang digunakan,

kesamaan pengalaman, kepentingan, dan hobi para anggotanya. Ada

pula yang sengaja dibentuk dan disponsori oleh perusahaan dan

produsen pemilik merek tertentu yang menggunakan komunitas

sebagai bagian dari strategi pemasarannya.

2.2.2 Model Komunitas (Community Modeling)

Fournier dalam Kartajaya (2010) membagi komunitas ke dalam tiga pola pembentukan dimana perusahaan dapat meraih komunitas

dalam tiga pola pembentukan komunitas tersebut, yaitu Pools, Hubs

dan Webs.

Pools Hubs Webs

Gambar 1. Model komunitas pools, hubs, dan webs (Fournier dalam Kartajaya, 2010)

1. Pools

Bentuk pools adalah bentuk yang paling organik dan natural, misalnya komunitas tukang ojek yang ada dimana-mana. Mereka

memiliki nilai-nilai, identitas dan aktifitas yang sama, sehingga tidak

perlu dibentuk oleh perusahaan. Contoh lain dari komunitas bentuk

pools diantaranya komunitas pengguna Apple Mac. Karena terbentuk dengan sendirinya (by default), perusahaan yang memiliki komunitas

seperti ini, seperti L’Oreal akhirnya merawat dan mengarahkan

(21)

2. Hubs

Komunitas kedua adalah komunitas tipe hubs, dimana

komunitas-komunitas yanga ada pada saat-saat tertentu ditarik ke

pusat oleh sesuatu (orang, event, dan lain sebagainya). Contohnya

komunitas penggemar musik yang tersebar dimana-mana akan ditarik

ke sebuah music event akbar. Ini adalah pendekatan yang banyak dilakukan brands owners lewat sponsorship grup musik. Sayangnya, komunitas seperti ini biasanya mengandalkan magnet atau ikon.

Artinya, ketertarikan anggota komunitasnya pada daya magnetik

tesebut sangat kuat. Dengan demikian, keterikatannya bisa jadi hanya

bersifat temporer atau sementara.

3. Webs

Komunitas ketiga adalah Webs yang merupakan bentuk

komunitas yang paling kuat dan stabil, diamana para anggotanya

mempunyai hubungan yang cukup erat satu sama lainnya dan

memiliki hubungan yang cukup erat dengan pusat atau brand

perusahaan.

2.2.3 Strategi Community Based Marketing

Terdapat beberapa penyesuaian strategi pemasaran ketika sebuah

perusahaan mulai beralih dari strategi yang umum dan mulai

mengembangkan strategi Community Based Marketing dalam kegiatan pemasarannya. Penyesuaian strategi perlu dilakukan untuk menjamin

kesuksesan dari pengembangan strategi tersebut.

1. Segmentasi dalam konteks Community Based Marketing

Kartajaya (2010) menyebutkan bahwa segmentasi adalah proses

memanfaatkan peluang dengan membagi-bagi pasar menjadi beberapa

segmen. Segmentasi dilakukan dengan cara mengelompokkan pasar

berdasarkan atribut yang sifatnya statis maupun dinamis untuk melihat

secara lebih jelas pasar mana yang akan dimasuki. Namun, segmentasi

(22)

Di era teknologi Web 2.0 yang telah berkembang, konsumen

menjadi lebih agresif dalam mengekspresikan aspirasi dan keinginan

mereka melalui berbagai media seperti blog, facebook, dan web. Hal ini yang membuat konsumen menjadi semakin komunal dan berlandaskan

persaudaraan. Dengan demikian konsumen tidak seharusnya lagi

ditempatkan sebagai sasaran tembak pemasar, sehingga praktik

memetakan konsumen ke dalam kelompok berdasarkan atribut statis dan

dinamis sudah menjadi kurang relevan lagi.

Menjamurnya berbagai komunitas konsumen seperti saat ini,

menuntut perusahaan melakukan praktek segmentasi yang lebih

horizontal. Caranya dengan mengkomunitisasikan konsumen sebagai

sekelompok orang yang saling peduli, memiliki kesamaan tujuan, nilai

dan identitas. Tidak hanya mengkomunitisasikan, perusahaan juga harus

mengerti akan tujuan dan nilai dari komunitas tersebut.

Komunitas bisa dimasuki dengan cara diajak berkolaborasi atau

dibentuk sendiri oleh perusahaan (by-design). Yang terpenting adalah

bagaimana komunitas menjadi sentral dari segi bisnis perusahaan, bukan

sekedar aktifitas pemasaran atau Public Relation semata. Filosofi dari hal ini adalah perusahaan harus memberikan kesempatan agar brand-nya

bisa dimiliki dan dibesarkan oleh komunitasnya. Segala masukan yang

berasal dari komunitas mengenai produk, baik kelebihan, kekurangan

ataupun pengembangan produk sebaiknya dipertimbangkan secara baik.

Dengan demikian, jika strategi komunitas ingin berjalan dengan baik,

maka segala keputusan strategis untuk pemasar pada akhirnya harus

sejalan dengan kesejahteraan komunitasnya. Pada Tabel 2 disajikan

beberapa hal yang membedakan cara segmentasi dengan komunitisasi

(23)

Tabel 2. Perbedaan segmentasi dengan komunitisasi (Kartajaya, 2010) Segmentasi (Segmentation) Komunitisasi (Communitization)

Motivasi

Memilah konsumen ke dalam satu kotak pasar dimana semua konsumen mempunyai karakteristik yang sama dalam hal keputusan pembelian.

Bersatu dengan konsumen yang berkelompok atau dikempokan karena mereka memiliki tujuan, nilai-nilai dan identitas yang sama satu sama lain.

Tujuan Akhir

Mendapatkan gambaran langsung peta konsumen secara demografis,

psikografis dan prilakunya.

Bagaimana komunitas yang diciptakan baik secara by-default maupun by-design bisa menjadi relevan dengan karakter perusahaan.

Indikator

Persamaan yang homogen dari preferensi dan kebutuhan konsumen.

Tingkat kohesifitas komunitas, atau keterkaitan anggota komunitas satu sama lain.

Paradigma (Mindset)

Bagaimana pemasar dapat memuaskan preferensi dan kebutuhan masing-masing segmen yang dibidik.

Komunitas ini diberikan

kesempatan untuk berpartisipasi dan berinteraksi dengan

perusahaan.

Proses

Melakukan identifikasi dan profiling sebelum melakukan targeting.

Melakukan eksplorasi yang mendalam terhadap konsumen-konsumen yang berpotensi dibentuk.

2. Targeting dalam konteks Community Based Marketing

Kartajaya (2010) menyebutkan ada 3 hal yang harus dilakukan

oleh pemasar ketika praktik targeting the segment berubah menjadi

confirming the community, yaitu :

1. Relevance, yaitu kesamaan tujuan (purposes), nilai-nilai (values), dan identitas (identity) atau yang disingkat PVI yang ada dalam komunitas

tersebut dengan karakter perusahaan.

2. Active level, yang berarti seberapa besar tingkat keaktifan komunitas tersebut. Apakah dalam komunitas tersebut anggotanya memang aktif,

ataukah ternyata komunitas tersebut hanya berisikan daftar nama.

3. Number of community network, maksudnya adalah berapa banyak jaringan yang dimiliki atau yang potensial bisa terjadi antara suatu

komunitas dan komunitas lainnya. Jadi, bukan sekedar berapa banyak

(24)

Berdasarkan tiga hal di atas, relevansi apakah PVI suatu komunitas

sesuai dengan perusahaan menjadi yang hal terpenting. Karena bisa saja

sebuah komunitas memiliki jumlah anggota yang terus meningkat dan

memiliki banyak jaringan. Namun, jika karakter komunitas tersebut

tidak sesuai dengan karakter perusahaan, maka tidak ada gunanya

perusahaan atau pemasar bergabung dengan komunitas tersebut.

Kartajaya (2010) juga menyebutkan bahwa pada dasarnya proses

yang dilakukan dalam komunitisasi sendiri ada tiga langkah, yaitu :

1. Perusahaan terlebih dahulu mengeksplorasi komunitas yang ada

(by- default) atau yang potensi untuk dibentuk (by-design). Satu hal

yang kita cari dan eksplorasi adalah kedekatan antar anggota

komunitasnya yang memiliki kesamaan dalam hal tujuan, nilai, dan

identitas.

2. Hal kedua yang dilakukan adalah melakukan permission.

Perusahaan tidak seharusnya lagi asal membidik

konsumen-konsumennya dalam komunitas. Perusahaan sekiranya mengajukan

kata “permisi” atau meminta ijin terlebih dahulu pada konsumen di

dalam komunitas untuk bekerja sama dan berkolaborasi.

3. Hal ketiga adalah confirmation. Meminta ijin menjadi teman komunitas tidak menjamin pemasar secara otomatis diterima

keberadaannya. Langkah confirmation berlangsung dua arah. Bukan saja perusahaan yang mengonfirmasi sebuah komunitas karena

kesamaan karakter dengan perusahaan, namun komunitas sendiri

harus mengkonfirmasi bahwa perusahaan yang ingin masuk ke

dalam komunitas tersebut adalah “teman” yang baik. Untuk itu

perusahaan perlu melakukan langkah-langkah kerjasama yang

dibutuhkan.

3. Positioning dalam konteks Community Based Marketing

Positioning adalah bagaimana sebuah produk dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing. Dalam hal ini termasuk

(25)

Inilah alasan mengapa konsumen memilih produk suatu perusahaan dan

bukan produk pesaing.

Dunia pemasaran kini sudah semakin horizontal, dimana

konsumen sudah semakin kuat, semakin komunal dan tidak dapat lagi

dipaksa untuk membeli karena pilihan untuk membeli sudah sangat

beragam. Perusahaan sudah tidak dapat lagi memaksakan positioning

mereka kepada target pasarnya, karena persepsi akan produk akan

mudah kabur. Dewasa ini positioning sebuah produk mungkin bisa diciptakan oleh berbagai pihak. Dari perusahaan sendiri, dari

pelanggan, dari media massa bahkan dari pesaing. Positioning ini bisa juga disebarkan oleh siapapun melalui Wikipedia, Youtube, Blog dan situs jejaring sosial lainnya.

Pemasaran berbasis komunitas yang dilakukan pemasar,

mengharuskannya untuk melakukan klarifikasi bersama terhadap

komunitas dimana ia berada. Dengan melakukan klarifikasi, berarti

perusahaan memperjelas karakternya terhadap komunitas yang sudah

dikonfirmasi sebelumnya. Pada saat clarifying perusahaan harus bisa menegaskan siapa perusahaan itu sebenarnya dan apa tujuan

keberadannnya dalam komunitas.

Melalui pemahaman bersama antara perusahaan dengan

komunitas mengenai karakter dan keberadaan perusahaan, maka akan

lebih mudah menjaga kredibilitas perusahaan. Komunitas akan merasa

bahwa merek yang diusungnya bukan hanya semata merek perusahaan,

melainkan merek komunitas yang harus dipositioningkan secara jelas

oleh mereka kepada masyarakat atau konsumen lain di luar komunitas.

2.3Lingkungan Pemasaran

Lingkungan pemasaran sebuah perusahaan terdiri dari berbagai pelaku

dan kekuatan di luar pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen

pemasaran mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan

pelanggan sasaran (Kotler dan Amstrong, 2003). Menurut Umar (2001),

lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan internal

(26)

2.3.1Lingkungan Internal Perusahaan

Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang berada di dalam

perusahaan (Umar, 2001). Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan

internal perusahaan yang hendak diamati dapat dilihat dari beberapa

pendekatan, yaitu :

2.3.1.1 Unsur-unsur Utama Pemasaran

Menurut Rangkuti (2008), unsur-unsur utama pemasaran

dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama :

a. Unsur strategi persaingan

Terdapat tiga unsur strategi persaingan pemasaran yaitu

segmentasi, targeting, dan positioning. b. Unsur taktik pemasaran

Terdapat dua unsur taktik pemasaran. Pertama adalah

diferensiasi yang berkaitan dengan cara membangun strategi

pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kedua adalah

bauran pemasaran yang berkaitan dengan kegiatan mengenai

produk, harga, promosi dan tempat.

c. Unsur nilai pemasaran

Nilai pemasaran dalam dikelompokan menjadi tiga yaitu

merek atau brand, pelayanan atau service, dan proses. 2.3.1.2 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran yang merupakan seperangkat alat

pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan

pemasarannya dalam pasar sasaran. Hal ini menyangkut dengan

produk, harga, promosi dan tempat (Kotler, 2005). 2.3.2 Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal pemasaran terbagi menjadi dua. Pertama

lingkungan mikro yang terdiri dari berbagai kekuatan yang dekat dengan

perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya dalam melayani

pelanggan yaitu internal perusahaan, pemasok, perusahaan saluran

pemasaran, pasar pelanggan, pesaing dan mayarakat. Kedua lingkungan

(27)

mempengaruhi seluruh lingkungan mikro seperti faktor ekonomi, politik,

sosial dan teknologi (Kotler dan Amstrong, 2003).

2.4 Lingkungan Konsumen

Konsumen tidak hidup sendiri, ia hidup bersama dengan orang lain.

Berinteraksi dengan keluarganya, saudaranya, teman-temannya, dan

orang-orang sekelilingnya. Konsumen adalah makhluk sosial, yang dipengaruhi

oleh lingkungan sosialnya dan mempengaruhi lingkungan sosialnya serta

alam di sekelilingnya. Inilah yang disebut sebagai lingkungan konsumen

(Sumarwan, 2002).

Peter dan Olson dalam Sumarwan (2002) mengartikan lingkungan sebagai “The environtment refers to all the physical and social characteristics of a consumer’s external world, including physical objects (products and stores), spirit relationship (location of stores and products in stores), and social behavior of other people (who is around and what they are doing)”. Berdasarkan definisi tersebut, lingkungan konsumen terbagi ke dalam dua macam, yaitu :

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah semua interaksi yang terjadi antara

konsumen dengan orang di sekelilingnya. Berdasarkan kedekatannya

dengan konsumen, lingkungan konsumen terbagi ke dalam lingkungan

mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro yaitu lingkungan yang

sangat dekat dengan konsumen, yang berinteraksi langsung dengan

konsumen. Sedangkan lingkungan makro yaitu lingkungan yang jauh dari

konsumen, misalnya sistem politik dan hukum, kondisi ekonomi, dan

budaya. Gambar 2 menjelaskan bagaimana pengaruh lingkungan sosial

(28)

 

 

Gambar 2. Pengaruh lingkungan sosial terhadap konsumen (Sumarwan, 2002)

2. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berbentuk fisik di

sekitar konsumen. Termasuk di dalamnya adalah beragam produk, toko,

maupun lokasi toko dan produk di dalam toko. Alam, sekeliling konsumen

seperti suhu, udara, kemacetan lalu lintas merupakan lingkungan mikro

fisik yang mempengaruhi konsumen secara langsung.

2.5 Perilaku Konsumen

Sumarwan (2002) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai semua

kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut

pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan

produk dan jasa atau kegiatan mengevaluasi. Menurut Kotler dan Amstrong

(2003) terdapat sejumlah karakteristik yang melatarbelakangi perilaku

konsumen dalam cara mengevaluasi dan memilih produk atau jasa.

1. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam

terhadap perilaku konsumen. Budaya adalah serangkaian nilai, persepsi,

keinginan, dan perilaku dasar yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari

keluarga dan instansi penting lain. Pemasar selalu berusaha mengenali

   Arus Pengaruh Dalam Lingkungan

Kelompok Keluarga Organisasi

Konsumen Individual

Media Budaya

Sub Budaya

(29)

pergeseran budaya untuk menemukan produk yang diinginkan konsumen.

Setiap kelompok atau masyarakat memiliki budaya dan sub-sub budaya

yang sering dijadikan dasar pembentukan segmentasi oleh pemasar.

Kegagalan menyesuaikan diri dengan perbedaan itu akan menghasilkan

pemasaran yang tidak efektif atau kesalahan yang memalukan.

2. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti

kelompok kecil, keluarga, peran sosial dan situasi yang melingkupi

konsumen tersebut. Dalam perspektif pemasaran, masing-masing

kelompok dimana konsumen menjadi anggotanya akan mempengaruhi

perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen. Kelompok yang

memiliki pengaruh langsung dan tempat seseorang berada disebut

kelompok keanggotaan. Sedangkan kelompok yang berfungsi sebagai titik

pembanding atau acuan secara langsung maupun tidak langsung dalam

pembentukan sikap dan perilaku seseorang disebut kelompok acuan.

Sumawan (2002) menyebutkan beberapa kelompok acuan yang terkait

dengan konsumen diantaranya adalah kelompok persahabatan (Friendship

Group), kelompok belanja, kelompok kerja, kelompok atau masyarakat

maya, dan kelompok penggiat konsumen.

Seorang konsumen sering kali meminta pendapat mengenai produk

dan jasa kepada teman, keluarga atau kelompok acuan lainnya. Proses

komunikasi dengan kelompok acuan dilakukan secara lisan. Mowen dan

Minor (1998) mengemukakan bahwa komunikasi lisan antara pemberi

informasi dan pencari informasi merupakan salah satu bentuk pertukaran

sumber daya antara dua orang. Komunikasi lisan

(word-of-mouth-communication) adalah pertukaran ide, pikiran, dan komentar antara dua

atau lebih konsumen, dan tidak satupun dari mereka adalah pemasar.

Beberapa faktor yang mendorong terjadinya komunikasi lisan adalah

(30)

a) Kebutuhan dari si pemberi informasi

1. Untuk memperoleh perasaan prestise dan serba tau.

2. Untuk menghilangkan keraguan tentang pembelian yang telah

dilakukannya.

3. Untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang-orang yang

disenanginya.

4. Untuk memperoleh manfaat yang nyata.

b) Kebutuhan dari pencari informasi

1. Untuk mencari informasi dari orang yang dipercaya daripada orang

yang menjual produk.

2. Untuk mengurangi risiko kekhawatiran tentang risiko pembelian.

Tentang risiko karena harga dan rumitnya produk, risiko

kekhawatiran konsumen tentang apa yang dipikirkan orang lain, dan

risiko kurangnya kriteria objektif untuk mengevaluasi produk.

3. Untuk mengurangi waktu dalam mencari informasi.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi,

gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri sesorang. Semua hal ini melekat

dalam diri dan pribadi seseorang.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologis utama yaitu

motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan sikap konsumen

terhadap sesuatu yang akan dikonsumsi atau dibelinya.

2.6Loyalitas Merek

Loyalitas merek (brand loyalty) sering diartikan sebagai sikap positif

seorang konsumen terhadap suatu merek. Konsumen memiliki keinginan kuat

untuk membeli ulang merek yang sama pada saat sekarang maupun masa

datang. Loyalitas merek sering terkait dengan kepuasan konsumen. Namun,

harus diperhatikan bahwa loyalitas merek sering kali bukan disebabkan

(31)

Sebagai contoh adalah konsumsi masyarakat terhadap produk dan pelayanan

Perusahaan Listrik Negara (Sumarwan, 2002).

Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan

untuk memahami loyalitas merek, yaitu pendekatan perilaku (behavioral

approaches to brand loyalty) dan pendekatan sikap (attitudinal measures of

brand loyalty).

1. Pendekatan perilaku

Pendekatan ini tidak mengungkapkan alasan seorang konsumen loyal

terhadap suatu merek. Pembelian merek yang sama terus-menerus selama

periode tertentu tidak menggambarkan apakah loyalitas merek yang

sesungguhnya atau hanya pembelian ulang.

2. Pendekatan sikap

Pendekatan ini menentukan loyalitas merek berdasarkan sikap

konsumen dan perilakunya. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek

adalah konsumen yang menyatakan sangat menyukai merek tersebut dan

kemudian membeli dan menggunakan merek tersebut. Loyalitas merek

akan menyebabkan munculnya komitmen merek, yaitu kedekatan

emosional dan psikologis dari seorang konsumen terhadap suatu produk.

2.7 Pengumpulan Data dan Pengujian 2.7.1 Uji Validitas

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

suatu alat pengukur (instrument) mengukur apa yang akan diukur.

Kuesioner yang dikatakan shahih, bila memiliki butir – butir pertanyaan

kuesioner yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang

diinginkan. Rumus yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut (Umar, 2001).

N(∑XiYi) – (∑Xi∑Yi)

rxy = ………(1) [N∑X2 – (∑X)2] [N∑Y2 – (∑Y)2]

Keterangan : rxy = Nilai koefisien korelasi

Xi = Skor masing-masing pernyataan untuk objek ke-i

Yi = Skor total untuk objek ke-i

(32)

Dimana : Ho = instrument yang dinyatakan tidak valid

Ha = instrument yang dinyatakan valid

Setelah dihitung, nilai korelasi yang diperoleh dibandingkan

dengan angka kritis tabel korelasi nilai r. Apabila nilai korelasi yang

diperoleh lebih besar daripada angka kritis tabel korelasi nilai r, maka

Ho ditolak dan Ha dterima. Membandingkan angka korelasi yang

diperoleh dengan angka kritis tabel korelasi nilai r. Bila nilai r hitung >

r tabel, maka pernyataan tebut valid atau signifikan. Pada penelitian ini,

angka kritis tabel korelasi untuk nilai r adalah r(N-2;α).

2.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi

suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Suatu alat

pengukuran dikatakan reliabel, jika alat tersebut memiliki hasil

pengukuran yang konsisten dari dua kali pengukuran pada gejala yang

sama. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen

adalah teknik Alpha Cronbach (Umar, 2003) dengan rumus sebagai berikut:

k ∑ߪb2

r11 = ( )(1 - ) ……….. (3)

k – 1 ߪt2 Dimana:

r11 = reliabilitas instrument

k = banyak butir pertanyaan

t2 = varian total

∑ b2 = jumlah varian butir

2.7.3 Analisis GAP

Terdapat suatu model kesenjangan kepuasan yang dirasakan

pelanggan dimana kesenjangan merupakan ketidaksesuaian antara

pelayanan yang diterima pelanggan (perceived service) dengan

pelayanan yang diharapkan pelanggan (expected service). Kesenjangan

(33)

dari harapan pelanggan. Sedangkan kesenjangnan positif terjadi apabila

pelayanan yang diterima pelanggan lebih besar dari harapan pelanggan.

Gambar 3 : Diagram kesenjangan yang dirasakan oleh pelanggan (Rangkuti, 2003)

Gap atau kesenjangan yang terjadi antara nilai yang diberikan oleh produk dengan harapan yang diinginkan oleh konsumen perlu

diukur guna melakukan evaluasi kepuasan konsumen terhadap suatu

produk, jasa atau pelayanan yang diberikan. Nilai kesenjangan ini akan

memberikan informasi mengenai seberapa besar suatu atribut produk

atau jasa telah memenuhi harapan konsumen.

Bila nilai kinerja suatu atribut lebih besar dari nilai harapan, maka

dikatakan konsumen puas terhadap atribut tersebut. Semakin besar nilai

gap suatu atribut, maka tingkat kepuasan konsumen semakin tinggi. Sebaliknya, jika nilai harapan lebih besar dari nilai kinerjanya maka

dikatakan konsumen kecewa terhadap atribut tersebut. Perhitungan nilai

gap dilakukan pada masing-masing atribut, dengan rumus sebagai berikut :

2.8 Penelitian Terdahulu

Wardani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen pada Indosat School Community SMA Negeri 2 Kota Bogor“ menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen dalam komunitas terhadap produk

Indosat School Community. Hasil analisis menunjukan bahwa perilaku

EXPECTED SERVICE

PERCEIVED SERVICE

(34)

konsumen memiliki hubungan yang positif terhadap loyalitas konsumen.

Persepsi konsumen memiliki hubungan yang negatif terhadap loyalitas

konsumen. Kepuasan konsumen memiliki pengaruh paling besar terhadap

loyalitas, sehingga kegiatan yang ditujukan bagi komunitas Indosat School Community dapat diprioritaskan untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

Wahyudi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Usulan Program

Marketing Berbasis Komunitas untuk Produk Pelumas X, Studi Kasus pada Klub Motor Matik di Bandung”. menganalisis faktor-faktor yang menentukan

dalam membangun kolaborasi dengan komunitas konsumen yang dikenal

dengan istilah Community Marketing. Program ini diusulkan dalam rangka mempercepat akselerasi penjualan pelumas khusus motor matik. Penelitian

dilakukan dengan melakukan kajian karakteristik perilaku konsumen dari

komunitas motor matik di wilayah Bandung.

Peneliti melakukan kerja lapangan (fieldwork) kepada responden

penelitian yaitu opinion leader dari 5 komunitas motor matik. Peneliti melakukan segmenting, targeting dan positioning (STP) terhadap segmen komunitas yang paling potensial untuk dilibatkan dalam Community Marketing Program. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Klub Maticholic merupakan komunitas yang paling tepat untuk berkolaborasi dengan PT

XYZ. Hasil akhir dari penelitian ini adalah usulan rencana implementasi

Community Marketing Program bagi PT XYZ sehingga diharapkan dapat memenangkan persaingan industri pelumas di Indonesia.

Winslow (2005) dalam artikelnya yang berjudul “Community Based Marketing Strategies” mengemukakan bahwa bisnis kecil memiliki kesempatan dan kewajiban untuk membantu menjaga masyarakat tetap kuat.

Pemain bisnis kecil memiliki sistem distribusi yang mengagumkan, ratusan

orang setiap hari yang datang ke toko. Untuk bisnis layanan mobile kita

melihat ratusan data per hari pada rutenya. Jika seseorang merupakan

sukarelawan yang memberikan selebaran kepada semua pelanggan untuk

suatu acara club yang akan datang, maka sukarelawan tersebut dapat mengembangkan hubungan luar biasa dengan kelompok-kelompok ini.

(35)

Mempertimbangkan fakta bahwa kelompok-kelompok ini memiliki

akar layanan penggerak dan pelopor di kota atau wilayahnya, maka ini

merupakan iklan luar biasa untuk sesuatu yang positif. Banyak sekali

kelompok-kelompok masyarakat membutuhkan sukarelawan. Semakin besar

kelompok, semakin mudah untuk melakukan proyek-proyek besar.

Perusahaan dapat membantu kelompok ini dengan sukarela dalam mencapai

tujuan mereka. Namun, ketika bekerja sama dengan kelompok masyarakat,

banyak pihak yang tidak menindaklanjuti kerjasama ini. Hal ini menciptakan

perasaan yang sangat negatif dalam benak anggota kelompok, jadi penting

untuk menindaklanjuti langkah kerjasama yang telah dimulai.

Pebisnis harus menyimpan daftar nama dalam file yang disebut

database kelompok. Database ini harus berisi daftar semua kelompok layanan di wilayah perusahaan dan kota-kota sekitarnya. Gunakan informasi

ini untuk mengkoordinasikan proyek-proyek masyarakat dan membantu

komunikasi yang terbuka dengan kelompok lain. Ini adalah kesempatan lain

untuk menyebarkan nama perusahaan melalui jaringan kelompok masyarakat

dan banyaknya anggota yang terlibat. Dengan terlibat dengan kelompok,

perusahaan dapat menjadi bagian dari kota atau wilayah. Perusahaan akan

menjadi elemen positif. Perusahaan akan dapat menjadi bagian dari solusi

(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Persaingan industri sepeda motor dewasa ini semakin ketat dan

semakin jelas terlihat. Jumlah pengguna sepeda motor yang terus meningkat

mendorong munculnya pemain baru dalam industri ini. Persaingan di industri

motor yang semakin meningkat menuntut pemasar mengambil tindakan aktif

untuk memanfaatkan berbagai peluang agar dapat memasarkan produknya

secara lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Fenomena

munculnya berbagai komunitas konsumen yang mengusung suatu brand atau merek sebagai identitas komunitasnya, dewasa ini melahirkan suatu strategi

pemasaran yang disebut strategi Community Based Marketing. Salah satu yang perkembangannya sangat jelas terlihat adalah komunitas-komunitas

otomotif khususnya sepeda motor.

PT YMKI merupakan salah satu produsen sepeda motor yang brand -nya telah ba-nyak digunakan sebagai identitas komunitas otomotif, terutama

di kota-kota besar seperti Jakarta. Sudah sejak lama PT YMKI mengetahui

potensi dari komunitas Yamaha untuk membantu proses pemasaran

perusahaan. Oleh karena itu PT YMKI telah lama melibatkan komunitas

dalam aktifitas perusahaan dengan mengembangkan strategi Community Based Marketing. Hal ini membuat PT YMKI terlihat pro-aktif untuk melibatkan komunitas pengusung brand-nya.

Pengembangan strategi Community Based Marketing PT YMKI

memiliki tujuan manajerial yang kemudian dirumuskan dalam strategi

perusahaan dan diimplikasikan dalam langkah-langkah strategis perusahaan.

Langkah-langkah strategis ini antara lain mencakup proses promosi dan

pemasaran, peningkatan citra brand, inovasi produk dan teknologi serta upaya menumbuhkan loyalitas konsumen terhadap produk Yamaha.

Strategi Community Based Marketing sangat menarik untuk dikaji secara lebih mendalam karena merupakan strategi yang bersifat dua arah.

Kesuksesan penerapan dari strategi ini membutuhkan feed back dan kerjasama dari komunitas itu sendiri. Apabila strategi ini diterapkan secara

(37)

promosi dan pemasaran produk, inovasi, peningkatan citra brand, citra produk, citra perusahaan, peningkatan angka penjualan serta terbentuknya

loyalitas konsumen. Hal ini akan membantu perusahaan memenangkan

persaingan pasar dan berujung pada keberhasilan kepemimpinan pasar di

industri sepeda motor. Bagan alur kerangka pemikiran pada penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 4.

4.

5.

6.

Gambar 4 : Kerangka penelitian konseptual

Persaingan industri sepeda motor yang semakin ketat menuntut

perusahaan melakukan cara pemasaran yang lebih efektif  

Fenomena tumbuhnya berbagai komunitas pengguna sepeda motor yang mengusung brand

Yamaha

Strategi pemasaran berbasis komunitas (Community Based Marketing) PT YMKI

Tujuan Perusahaan Strategi Perusahaan

Pelaksanaan/Implementasi Strategi

Pelibatan komunitas dalam kegiatan pemasaran perusahaan secara maksimal

Promosi dan Pemasaran

Peningkatan citra brand

Menumbuhkan loyalitas

Perebutan pangsa pasar Solidaritas komunitas

Keberhasilan Kepemimpinan Pasar Mempersatukan kepentingan

Memenangkan persaingan pasar

(38)

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan pada penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi

fenomena yang berkembang di dunia pemasaran kemudian mengkaji

permasalahan yang ada lalu menentukan ruang lingkup penelitian. Langkah

selanjutnya adalah mempelajari langkah-langkah penerapan strategi

Community Based Marketing yang telah diterapkan oleh PT YMKI. Dilanjutkan dengan mengidentifikasi potensi dari komunitas untuk dapat

mendukung proses penerapan strategi perusahaan. Penelitian ini juga

menganalisis kesenjangan yang mungkin terjadi antara tingkat kepentingan

langkah penerapan strategi Community Based Marketing dan aktifitas pendukung strategi tersebut dari sudut pandang perusahaan dan sudut

pandang komunitas serta menganalisis tingkat kinerja perusahaan dalam

penerapan strategi Community Based Marketing.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dan

wawancara kepada manajer promosi dari PT YMKI, dan penyebaran

kuesioner kepada para ketua komunitas motor Yamaha Jakarta. Data-data

yang didapat dari hasil penelitian dianalisis menggunakan metode-metode

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian antara lain

menganalisis penerapan strategi Community Based Marketing PT YMKI, mengetahui potensi dan keterlibatan komunitas dalam mendukung strategi

ini, serta menganalisis kesenjangan harapan perusahaan dan komunitas

berkaitan dengan penerapan strategi Community Based Marketing

PT YMKI.

Setelah didapatkan hasil penelitian, langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah pengkajian dan rekomendasi langkah penyesuaian jika

terjadi gap antara harapan komunitas dan harapan perusahaan. Langkah akhir yang dilakukan adalah merekomendasikan penerapan strategi

Community Based Marketing secara maksimal oleh perusahaan, untuk dapat mencapai tujuan dari pengembangan strategi yang dilakukan. Secara

(39)

 

Mempelajari penerapan strategi Community Based Marketing di PT YMKI

Tidak Sudah

diterapkan

Pengkajian langkah-langkah penerapan startegi Community Based Marketing yang telah dijalankan melalui pengisian daftar

pertanyaan oleh manajer promosi PT YMKI disertai dengan wawancara mendalam

Ya

Pengkajian aktifitas komunitas dan potensinya dalam mendukung strategi perusahaan dengan menyebarkan

kuesioner kepada anggota komunitas disertai wawancara

Kesesuaian langkah penerapan strategi Community Based Marketing

dengan fakta yang dirasakan komunitas 

Analisis tingkat apresiasi dan keterlibatan komunitas serta keinginannya untuk terlibat dalam

strategi perusahaan 

Analisis Kesenjangan antara harapan perusahaan dan harapan komunitas berkaitan dengan potensi masing-masing pihak dalam pengembangan strategi Community

Based Marketing menggunakan analisis GAP

Tidak Ada

kesenjangan

Ya

Pengkajian dan rekomendasi langkah penyesuaian harapan antara perusahaan dan komunitas

(40)

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Yamaha Motor Kencana Indonesia

dan di sekretariat komunitas sepeda motor yang mengusung brand Yamaha di wilayah Jakarta. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada

bulan Maret sampai dengan Mei 2011.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara

langsung atau diperoleh langsung dari sumber pertama. Adapun data

primer penelitian ini antara lain :

1. Hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan strategi Community Based Marketing PT YMKI. Mulai dari sejarah pengembangan strategi, tujuan pengembangan strategi, langkah pelaksanaan strategi,

dan pencapaian strategi yang telah dilaksanakan. Selain itu diperoleh

juga data mengenai harapan dan penilaian perusahaan terhadap

komunitas Yamaha terkait potensinya untuk mendukung

pengembangan strategi perusahaan.

2. Keterlibatan komunitas dalam pengembangan strategi Community Based Marketing PT YMKI. Data yang diambil antara lain mengenai aktifitas komunitas Yamaha, tingkat apresiasi dan keterlibatan

komunitas dalam tujuan dan pelaksanaan strategi Community Based Marketing PT YMKI, serta harapan komunitas terhadap pelaksanaan strategi tersebut.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

serta telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis. Data

sekunder pada penelitian ini diperoleh dari :

1. Dokumen dan data PT Yamaha Motor Kencana Indonesia,

diantaranya seperti gambaran umum perusahaan, visi dan misi, dan

kebijakan promosi dan pemasaran PT YMKI yang melibatkan

(41)

2. Data dari internet yaitu situs resmi Yamaha dan sumber lain yang

relevan.

3. Data tertulis dari komunitas Yamaha (YRC) berupa sejarah

terbentuknya komunitas, daftar komunitas yang berada di bawah

naungan YRC, data anggota komunitas, dan lain sebagainya.

4. Buku teks mengenai pemasaran yang masih relevan dan digunakan

sebagai bahan literatur.

5. Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan aktifitas

pemasaran suatu perusahaan.

3.4.2 Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Melalui pengamatan langsung ke perusahaan dan dengan pengisian

lembar pertanyaan serta melakukan wawancara kepada manajer

promosi dan pemasaran atau manajer promosi PT YMKI

(Lampiran 2).

2. Penyebaran kuesioner disertai wawancara kepada para responden

yaitu ketua komunitas motor Yamaha di wilayah Jakarta. Kuisioner

diuji dengan uji validitas dan reabilitas dengan hasil pengujian

valid dan reliabel (Lampiran 3 dan 4).

3. Studi kepustakaan terhadap dokumen dan data perusahaan, buku

teks yang relevan dengan penelitian khususnya buku-buku

pemasaran, serta mengkaji hasil penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan hubungan pemasaran.

3.4.3 Metode Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan metode sensus pada populasi

komunitas sepeda motor Yamaha wilayah Jakarta yang terdaftar di situs

resmi Yamaha yang berada di bawah naungan YRC dan beberapa

komunitas Yamaha di luar YRC. Populasi ini terdiri dari 22 komunitas

Yamaha, dimana pemberian kuesioner dan wawancara dilakukan

(42)

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dianalisis dengan beberapa

analisis data, yaitu meliputi Analisis Statistika Deskriptif dan analisis

kesenjangan (GAP) antara harapan komunitas dan perusahaan terkait potensi

masing-masing pihak dalam mendukung strategi Community Based

Marketing. Analisis Statistiuka Deskriptif menggunakan crosstab digunakan untuk mengetahui hal-hal atau karakteristik komunitas yang berkaitan atau

berhubungan dengan penerapan strategi Community Based Marketing

(43)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan dan Komunitas Motor Yamaha Jakarta 4.1.1 Sejarah Singkat PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI)

PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) mulai beroperasi

di Indonesia pada tanggal 6 Juli 1974. Dalam pelayanannya Yamaha

selalu mengutamakan kualitas, kesempurnaan produk, inovasi tanpa

henti, termasuk aspek pelayanan kepada konsumen. Hal ini dibuktikan

dengan diraihnya berbagai penghargaan diantaranya sertifikasi ISO

9001 pada tahun 2001, penganugrahan sebagai perusahaan pemasar

terbaik oleh sejumlah majalah ekonomi pada tahun 2006, diraihnya

penghargaan ISCA Awards selama tahun 2004 sampai tahun 2006 dan lain sebagainya. Selain itu, Yamaha Indonesia berhasil meraih 4

kategori penghargaan yang diberikan oleh Majalah Marketing sebagai

Best Of The Best, The Best Market Driving Company, The Best Campaign in Marketing dan The Best Experiental Marketing.

Selama kurun waktu 37 tahun Yamaha selalu melakukan inovasi

baik dari segi kualitas produk mapun dari sisi manajerial termasuk di

dalamnya mengenai strategi pemasaran. PT YMKI termasuk salah satu

perusahaan yang tanggap terhadap fenomena berkembangnya

komunitas-komunitas pengusung brand Yamaha. PT YMKI kemudian mengambil langkah strategis untuk mengaktifkan komunitas secara

lebih terarah ke dalam berbagai aktifitas perusahaan melalui strategi

Community Based Marketing.

4.1.2 Visi Misi PT Yamaha Motor Kencana Indonesia

PT Yamaha Motor Kencana Indonesia sebagai perusahaan yang

menjalankan fungsi produksi, penjualan dan pelayanan purna jual yang

lengkap untuk kepuasan pelanggan memiliki visi dan misi antara lain

(44)

Visi

PT Yamaha Motor Kencana Indonesia memiliki visi untuk

memperbaharui gaya dinamis yang merupakan ciri khas generasi muda

dengan memanfaatkan keunggulan teknologi dan dibantu dengan

sistem komputerisasi yang tercanggih.

Misi

Memasuki usia 37 tahun Yamaha bertekad untuk memberikan

yang terbaik kepada setiap dealer dan konsumen agar selalu menjadi “Yang Terdepan”. Untuk itu Yamaha selalu memberikan inestasi

dalam fasilitas manufaktur yang terus dikembangkan antara lain:

a. Fasilitas produksi seluas lebih dari 300.000 m2.

b. Lebih dari 6000 teknisi dan staf terlatih.

c. Tiga jalur perakitan yang beroperasi selama 24 jam.

d. Kapasitas produksi lebih dari 3500 unit sepeda motor per hari.

e. Dukungan fasilitas penunjang yang lengkap yaitu pelatihan dan

pengembangan khusus dan fasilitas penunjang modern.

f. Investasi suku cadang yang besar dan lengkap.

4.1.3 Komunitas Motor Yamaha Jakarta

Keberadaan komunitas Yamaha sebagai pengguna sekaligus

pencinta Motor Yamaha, di era perkembangannya menjadi fenomena

yang tidak dapat dihindarkan oleh perusahaan. Keberadaan komunitas

motor yang mengusung brand Yamaha secara tidak langsung dapat menunjukan eksistensi dari brand Yamaha itu sendiri. Komunitas Yamaha merupakan salah satu stakeholder perusahaan yang dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan, Oleh karena itu,

pembinaan hubungan baik dengan komunitas perlu dilakukan untuk

mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Yamaha Riders Club (YRC) Jakarta yang merupakan objek dari

penelitian ini merupakan komunitas motor Yamaha DKI Jakarta yang

lahir pada tanggal 1 Agustus 1990. Pembentukannya diprakarsai sendiri

oleh PT YMKI sebagai wadah pemersatu bagi komunitas-komunitas

(45)

diserahkan sepenuhnya kepada komunitas Yamaha untuk dapat

dijalankan secara mandiri sesuai dengan tujuan pembentukannya. YRC

merupakan wadah pemersatu komunitas Yamaha yang diakui

keberadaannya secara resmi oleh PT YMKI dan merupakan pihak yang

menjembatani hubungan komunikasi antar komunitas Yamaha Jakarta

dan antara komunitas Yamaha dengan pabrikan. Berikut daftar 13

komunitas motor Yamaha Jakarta yang berada di bawah naungan YRC

dan diakui oleh YMKI:

Tabel 3. Daftar komunitas motor Yamaha Jakarta di bawah naungan YRC

No Nama Komunitas Tahun Berdiri 1 KCDj (King's Club Djakarta) 1990 2 JRC (Jabodetabek RZR-RXZ Club) 1999 3 YSC (Yamaha Scorpio Club) 2002 4 JFA (Jakarta F1ZR Association) 2002 5 JJC (Jakarta Jupiter Club) 2003 6 Yamaha TZT CLub (Tiara, 125Z, Touch) 2003 7 JNC (Jakarta Nouvo Club) 2003 8 JVMC (Jakarta Vega Motor Club) 2003 9 MCD (Mio Club Depok) 2005 10 YMCI (Yamaha MX Club) 2006

11 (FOC) Fino Owners Club 2006

12 Xeoners Indonesia (Xeon Owner Society) 2010

13 Byonic (Byson Owner Club) 2011

Komunitas ini masing-masing mewakili satu tipe motor keluaran

Yamaha di YRC dan tidak diperbolehkan ada komunitas dengan tipe

yang sama walaupun dengan nama komunitas yang berbeda di bawah

naungan YRC. Hal ini dimaksudkan agar komunitas Yamaha di DKI

Jakarta dan sekitarnya tidak terpecah-pecah menjadi klub-klub kecil

yang akhirnya akan merugikan keberadaan komunitas tipe tersebut. 

Adapun komunitas lain yang juga menjadi objek penelitian ini berasal

dari komunitas-komunitas kecil dan independendi luar YRC.

Melalui perantara YRC, PT YMKI selama ini terus mendukung

keberadaan komunitas dengan cara memberikan berbagai support untuk mendukung aktifitas setiap komunitas Yamaha. Dukungan yang

Gambar

Gambar 2. Pengaruh lingkungan sosial terhadap konsumen (Sumarwan,
Gambar 4 : Kerangka penelitian konseptual
Tabel 3. Daftar komunitas motor Yamaha Jakarta di bawah naungan YRC
Tabel 5.  Tingkat apresiasi dan partisipasi komunitas pada langkah
+7

Referensi

Dokumen terkait