• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of relationship disclosure Coporate Social Responsibility (CSR) financial performance and the company stock price LQ45

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis of relationship disclosure Coporate Social Responsibility (CSR) financial performance and the company stock price LQ45"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA

KEUANGAN DAN HARGA SAHAM

PADA PERUSAHAAN LQ45

MAILANI HAMDANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan dan Harga Saham Pada Perusahaan LQ45 adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dari bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2013

(4)
(5)

MAILANI HAMDANI. Analysis of relationship disclosure Coporate Social Responsibility (CSR) financial performance and the company stock price LQ45. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO and MUHAMMAD SYAMSUN. This research is alms to analyze the relationship between the disclosure of Coporate Social Responsibility (CSR) and financial performance stock price in the LQ45 company. The writer use the annual reports of LQ45 company in period Feb – Jul 2012 for the data. The variable are based on the standard CSR disclosure Global Reporting Initiatives (GRI), the financial performance reflected by the current ratio, return on assets (ROA), return on equity (ROE), debt to equity/CAR, as well as stock prices fre flected by the return stock. The results are indicate Coporate Social Responsibility (CSR) disclosure in annual reports related significant to financial performance, it means that expanding Coporate Social Responsibility (CSR) disclosure in annual report is better financial performance. Coporate Social Responsibility (CSR) disclosure in in the annual report related significant to the stock price, it means that expanding Coporate Social Responsibility (CSR) disclosure in annual reports is higer for that stock price. And the result for this research is the finansial performance related significant to stock price of a company, it means that the better to financial performance of a company than will increase the stock price in the company.

(6)
(7)

MAILANI HAMDANI. Analisis Hubungan Pengungkapan Coporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Dan Harga Saham Pada Perusahaan LQ45. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO, dan MUHAMMAD SYAMSUN.

Pada saat ini perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan sosial. Dari segi ekonomi, perusahaan memang diharapkan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tetapi dari segi sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat atau saat ini dikenal dengan corporate social responsibility (CSR).

Kegiatan CSR di Indonesia, saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang-undang No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, yang ditindaklanjuti dengan Kepmen.BUMN No. Kep-236/MBU/2003 juncto Permen.BUMN No. Per-05/MBU/2007. Selain undang-undang BUMN, undang-undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007 juga mewajibkan perseroan terbatas untuk melaksanakan tanggung jawab sosial atau CSR.

Walaupun penerapan CSR mulai berkembang, tetapi sampai saat ini, pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan masih bersifat sukalera. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Paragraf ke sembilan dinyatakan bahwa industri dimana lingkungan hidup memiliki peranan penting dapat menyajikan laporan tambahan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement). PSAK tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggung jawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur. Pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada masing-masing perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai praktik pengungkapan informasi CSR pada perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan. Penelitian ini berjudul : “Analisis Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Dan Harga Saham pada perusahaan LQ45”.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis hubungan pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI, (2) Menganalisis hubungan pengungkapan CSR di dalam laporan tahunan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI dan (3) Menganalisis hubungan kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan tahunan. Dengan sampel 42 perusahaan dalam LQ45 periode Februari – Juli 2012, yang mempublikasikan laporan tahunannya selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2007-2011.

(8)

dan menggunakan tools SmartPLS.

Hasil pengolahan data menunjukkan pengungkapan CSR didalam laporan tahunan berhubungan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang direfleksikan oleh indikator current ratio dengan nilai t-statistiknya sebesar 9.044, hal ini berarti semakin tinggi/luas pengungkapan informasi CSR di laporan tahunan semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkkan pengungkapan informasi CSR di laporan tahunan berhubungan signifikan terhadap harga saham dengan nilai t-statistiknya sebesar 2.36, hal ini berarti semakin tinggi/luas pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan semakin tinggi harga saham suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan pula bahwa investor mulai mempertimbangkan aspek-aspek sosial dalam berinvestasi. Dan hasil penelitian menunjukkan kinerja keuangan perusahaan berhubungan signifikan terhadap harga saham dengan nilai t-statistiknya sebesar 2.41, hal ini menunjukkan yang dapat mempengaruhi harga saham, salah satu diantaranya adalah kondisi kinerja keuangan perusahaan, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan semakin tinggi harga saham perusahaan tersebut.

Kata kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), LQ45

(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(10)
(11)

KEUANGAN DAN HARGA SAHAM

PADA PERUSAHAAN LQ45

MAILANI HAMDANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul Tesis : Analisis Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Dan Harga Saham Pada Perusahaan LQ45

Nama : Mailani Hamdani NIM : H251100071

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto. M.Sc Ketua

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(14)
(15)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas semua nikmat yang telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Dan Harga Saham Pada Perusahaan LQ45” ini dengan baik. Tesis ini merupakan syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains (MSi) dari Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua, terima kasih atas perhatian dan kasih sayangnya. Terima Kasih disertai penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ketua Komisi Pembimbing Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. dan Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku anggota pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, sekaligus perhatian yang berharga kepada penulis. Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM selaku penguji Tesis, terima kasih atas saran dan kritik yang bermanfaat demi kesempurnaan tesis ini. Semua Dosen Departemen Manajemen IPB, terima kasih atas ilmu yang bermanfaat. Kepada staf administrasi Pascasarjana Ilmu Manajemen IPB, terima kasih telah memberikan pelayanan yang baik selama penulis melakukan studi di IPB. Tak lupa pula untuk teman-teman Ilmu Manajemen IPB angkatan 2010, terima kasih atas kebersamaannya. Dan teruntuk belahan jiwa dan sumber inspirasi hati bunda, terima kasih untuk semua warna yang telah diberikan.

Bogor, Februari 2013

(16)
(17)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 01 Mei 1981 dari ayah Hamdani dan Ibu Mulyawati. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara.

(18)
(19)

Halaman

DAFTAR TABEL ... XIV DAFTAR GAMBAR ... XIV DAFTAR LAMPIRAN... XIV

1 PENDAHULUAN ... 1

2.1.3 Tanggung Jawab Sosial / Corporate Social Responsibility ... 11

2.1.4 Pengungkapan CSR ... 16

2.1.5 Kinerja Keuangan Perusahaan ... 20

2.1.6 Analisis Harga Saham ... 24

2.1.7 Indeks LQ45 ... 24

2.1.8 SEM Dengan Partial Least Square (PLS) ... 25

2.2 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu ... 28

2.3 Hipotesis ... 31

3 METOE PENELITIAN ... 33

3.1 Kerangka Konseptual ... 33

3.2 Populasi Dan Sampel ... 33

3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 35

3.4 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 35

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

4.2 Menilai Outer Model ... 42

4.3 Pengujian Inner Model ... 46

4.4 Implikasi Manajerial ... 51

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 53

5 SARAN DAN SIMPULAN ... 54

5.1 Saran ... 54

(20)
(21)

Nomor Halaman 1 Perkembangan Pelaporan Perusahaan 17

2 Sampel Perusahaan 34

3 Variabel dan Indikator Penelitian 36 4 Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Usaha 39 5 Distribusi Sampel Berdasarkan Likuiditas 40 6 Distribusi Sampel Berdasarkan ROA 41 7 Distribusi Sampel Berdasarkan ROE 41 8 Distribusi Sampel Berdasarkan Leverage 42

9 Korelasi Variabel Laten 45

10 Average Variance Extracted 45

11 Composite Realibility 46

12 Path Coefficient 48

13 R-Square 50

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Grafik Peserta ISRA 4

2 Perusahaan Pengguna Standar GRI 5

3 Kerangka Konseptual 32

4 Grafik Jumlah Pengungkapan CSR 40

5 Model Awal Untuk Penghitungan Algoritma PLS 43 6 Hasil Penghitungan Akhir Algoritma PLS 44

7 Hasil Bootstapping 47

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Standar G3 Global Reporting Initiative (GRI) 59

2 Nilai Discriminant Validity (Cross Loading) 65

3 Hasil Outer Loading 67

(22)
(23)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan sosial. Dari segi ekonomi, perusahaan memang diharapkan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tetapi dari segi sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat atau saat ini dikenal dengan corporate social responsibility (CSR).

Darwin dalam Anggraini (2006) mendefinisikan CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Lebih lanjut Anggraini (2006) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan yang disebut sustainability reporting atau dapat dilihat dalam pengungkapannya pada laporan perusahaan (annual report).

Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Oliver, Haniffa dan Coke, Ani, dalam Novita dan Djakman, 2008). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.

Kesadaran akan pentingnya CSR yang dilakukan oleh perusahaan mendorong perusahaan untuk mengungkapkan praktik-praktik atau kegiatan CSR yang dilakukan. Pengungkapan kegiatan CSR dapat diungkapkan pada laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan.

(24)

yang diaudit oleh kantor akuntan publik independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal, sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal.

Di Indonesia, kegiatan Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang-undang No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, yang ditindaklanjuti dengan Kepmen.BUMN No. Kep-236/MBU/2003 juncto Permen.BUMN No. Per-05/MBU/2007.

Selain undang-undang BUMN, undang-undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007 juga mewajibkan perseroan terbatas untuk melaksanakan tanggung jawab sosial atau CSR. Di dalam undang-undang tersebut, tepatnya Pasal 74 menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroaan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.

(25)

dalam PSAK, pengungkapan informasi CSR dalam laporan keuangan juga diatur dalam UU RI No. 40 tahun 2007. Terbitnya UU tersebut menandai perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan-perusahan di Indonesia yang signifikan. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa Direksi menyampaikan laporan tahunan, termasuk laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam UU tersebut, dinyatakan bahwa perseroan yang wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.

Di Indonesia, aktivitas pengungkapan CSR masih tergolong rendah apabila dibandingan dengan negara-negara di Asia. Pada tahun 2005, Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Kategori penghargaan yang diberikan adalah Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best

Environmental Reporting Award, dan Best Website. Pada tahun 2007 kategori diubah dengan menghilangkan kategori impressive dan progressive dan menambah penghargaan khusus berupa Commendation for Sustainability Reporting: First Time Sutainability Report. Sampai pada saat ini, perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA.

(26)

Gambar 1 Grafik peserta ISRA diIndonesia (www.csrindonesia.com 2010) Walaupun pengungkapan informasi CSR masih bersifat sukarela, namun tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance), semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Berdasarkan pedoman umum Good Governance Indonesia yang dikemukan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good Corporate Governance (GCG) memiliki prinsip-prinsip, yaitu transparancy, accountability, responsibility, independency dan fairness. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pelaksanaan CSR sebagai wujud implementasi dari GCG. Suatu perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik (GCG), akan melaksanakan dan mengungkapan kegiatan CSR nya tersebut, yang tertuang dalam laporan tahunan perusahaan. Jalal (2012) mengungkapkan bahwa pengungkapan kegiatan CSR dalam laporan tahunan menunjukkan akuntabilitas, menunjukkan peningkatan kinerja, membangun hubungan dengan pemangku kepentingan, menunjukkan manajemen keberlanjutan serta menunjukkan kondisi kinerja.

(27)

mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki FTSE4 Good sejak 2001.

Dalam penelitian ini, pengungkapan CSR berdasarkan standar Global Reporting Initiative (GRI). Standar ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan didunia, setidaknya ada 460 perusahaan-perusahaan dari 45 negara telah mengadopsi total atau sebagan dari GRI (Wibisono, 2007). Menurut Jalal 2012, di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan yang mengadopsi standar ini, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2 berikut ini :

(28)

Gagaring (2009) menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility memberi pengaruh positif terhadap hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan harga saham di pasar modal.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengungkapan informasi CSR pada perusahaan guna memperkaya temuan-temuan penelitian sebelumnya. Penelitian ini berjudul : “Analisis Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada perusahaan LQ45”.

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada pengungkapan CSR yang terdapat pada laporan tahunan, laporan audit dan official website dari masing-masing perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode Februari – Juli 2012. Data keuangan diperoleh dari laporan keuangan untuk periode tahun 2007-2011. Di dalam penelitian ini akan diteliti mengenai :

1. Apakah pengungkapan CSR berhubungan terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode Februari – Juli 2012. Kinerja keuangan perusahaan pada penelitian ini dilihat dari tingkat likuiditas (current ratio), tingkat profitabilitas perusahaan (ROA dan ROE), dan tingkat leverage perusahaan (debt to equity atau CAR).

2. Apakah pengungkapan CSR di dalam laporan tahunan berhubungan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI?

3. Apakah kinerja keuangan berhubungan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis hubungan pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.

2. Menganalisis hubungan pengungkapan CSR di dalam laporan tahunan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.

(29)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat atau kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang hubungan pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham.

(30)
(31)

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1.Teori Corporate Social Responsibility(CSR)

Corporate Social Responsibility merupakan suatu sikap atau pun kebijakan perusahaan yang dibuat untuk kemajuan perusahaan berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Berikut merupakan landasan teori CSR :

1. Teori Legitimasi (legitimacy theory)

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik (Hadi, 2011). O’Donovan dalam Hadi (2011) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.

Gray et,al dalam Hadi (2011) bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusajaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Sebagai sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus sejalan dengan harapan masyarakat.

2. Teori Stakeholder (stakeholder theory)

Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Hadi, 2011). Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti : pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga diluar perusahaan, lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan dan lain sebagainya yang keberadaanya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan.

(32)

aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder.

Esensi teori stakeholder jika ditarik interkoneksi dengan teori legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation gap dengan masyarakat sekitar guna meningkatkan legitiasi masyarakat, ternyata terdapat benang merah. Untuk itu, perusahaan hendaknya menjaga reputasinya dengan menggeser pola orientasi yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement kearah memperhitungkan faktor sosial (Hadi, 2011).

3. Teori Kontrak Sosial (social contract theory)

Social contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk menjelaskan hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat. Perusahaan memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk memberi kemanfaatan bagi masyarakat setempat. Interaksi perusahaan dengan masyarakat akan selalu berusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sehingga kegiatan perusahaan dapat dipandang legitimat (Deegan dalam Hadi 2011).

2.1.2.Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan komponen penting bagi para pengguna dan pengambil keputusan yang berkaitan dengan keuangan, baik untuk pemilik, manajemen, masyarakat maupun pemerintah, laporan keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

(33)

Pengertian laporan keuangan yang sederhana menurut Kasmir (2008) adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam pratiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti :

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan modal

4. Laporan catatan atas laporan keuangan, dan 5. Laporan kas.

Pembuatan atau penyusunan laporan keuangan memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan 8. Informasi keuangan lainnya.

(34)

2.1.3.Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility(CSR) Belum ada defenisi Corporate Social Responbility yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Menurut Suharto (2008), ada beberapa defenisi CSR, antara lain :

Word Business Council for Sustainable Development : Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.

International Finance Corporation : Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

Canadian Goverment : Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggungjawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.

European Commission : Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

CSR Asia : Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders.

(35)

hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Defenisi CSR yang dibuat oleh Lingkar Studi CSR Indonesia, yakni upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan agar mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya didalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA dalam Anggraini, 2006).

Darwin dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa dalam pelaporan CSR terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial. Sedangkan Zhegal dan Ahmed dalam Anggraini (2006) mengidentifikasikan hal – hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam dan pengungkapan lain yang berhubungan dengan lingkungan

2. Energi, meliputi konservasi energi dan efisiensi energi

3. Praktik bisnis yang wajar meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas dan tanggungjawab sosial 4. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas dalam

kaitan dengan kesehatan, pendidikan dan seni

5. Produk meliputi keamanan,pengurangan polusi dan lain - lain

Peace dan Robinson dalam Budiartha (2008) mengelompokkan tanggung jawab sosial menjadi empat, yaitu :

(36)

reasonable cost dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan menghasilkan barang dan jasa maka perusahaan diharapkan memberikan pekerjaan yang produktif terhadap masyarakat sekitarnya, menyumbangkan sebagian keuntungan dalam bentuk pajak kepada pemerintah.

2. Legal responsibility. Di mana pun tempat operasi suatu perusahaan tidak akan dapat melepaskan diri dari aturan dan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur tentang kegiatan bisnis. Peraturan tersebut terutama yang terkait dengan usaha untuk mengontrol perubahan lingkungan dan keamanan konsumen. Untuk melindungi konsumen diperlukan peraturan tentang perlindungan konsumen. Untuk menjaga perubahan lingkungan maka perusahaan harus tunduk kepada undang-undang yang mengatur tentang lingkungan.

3. Ethical responsibility. Perusahaan didirikan tidak hanya berperilaku legal secara hukum, tetapi juga memiliki etika. Sering kali terjadi perbedaan antara legal dan etika. Bisa jadi sesuatu yang dikatakan legal, tetapi tidak beretika untuk memasarkan agar semua penduduk merokok.

4. Discretionary responsibility. Tanggung jawab ini sifatnya sukarela seperti public relation activities, menjadi warga negara yang baik, dan tanggung jawab perusahaan lainnya.

Berdasarkan Wikipedia, setidaknya ada empat manfaat CSR terhadap perusahaan, yaitu :

1. Sumberdaya manusia

(37)

2. Manajemen risiko

Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan--yang semuanya merupakan komponen CSR--pada perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya hal-hal negatif tersebut.

3. Membedakan merek

CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM). 4. Ijin usaha

Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.

5. Motif perselisihan bisnis

(38)

CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.

Berdasarkan Radyati (2011), manfaat CSR bagi perusahaan adalah :

1. Meningkatkan citra perusahaan. Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat mengenal lebih perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

2. Memperkuat brand perusahaan. Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan

3. Mengembangkan kerjasama dengan para pemangku kepentingan. Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya. Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama.

5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan. Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.

(39)

2.1.4.Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan / CSR

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social atau corporate social disclosure. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi suatu organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al.,dalam Sembiring 2005).

Menurut Gray et. al. dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan.

Pendekatan kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

(40)

Menurut Wibisono (2007), secara umum alasan perusahaan melakukan pelaporan tentang tanggung jawab sosial yang mereka lakukan adalah:

1. Values driven approach (bersifat demosntratif)

2. Regulation driven (bersifat comply, keinginan untuk mentaati standar) 3. Business case/reputation driven (bersifat proteksi/membangun reputasi) 4. Stakeholder/trust driven (membangun reputasi)

5. Competition peer driven (keinginan untuk tampil beda)

Menurut Wibisono (2007), pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan dimaksudkan untuk bahan evaluasi bagi perusahaan. Selain itu, laporan tersebut juga menjadi alat komunikasi dengan shareholder dan stakeholder. Secara historis, perkembangan pelaporan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan pelaporan perusahaan

Tipe Pelaporan Waktu

Financial accounting dan reporting

Financial aspects of corporate governance Environmental reporting

Social accounting dan reporting

Sustainable reporting (reporting on environmental, social and wider economic impact)

Sejak 1850-an

Menurut Gordon dalam Sukada dan Jalal (2007) beberapa standard pelaporan yang dikenal di dunia untuk mengimplementasikan CSR, di antaranya :

1. Caux Principles for Business dikeluarkan pada tahun 1994, Principles

disponsori oleh Caux Roundtable (yang terdiri dari pemimpin bisnis senior dari Eropa, Jepang dan Amerika). Caux Principles merupakan sekumpulan rekomendasi yang mencakup banyak wilayah dari corporate behavior. Rekomendasi-rekomendasi tersebut berupaya untuk mengekspresikanstandar umum corporate behavior yang etis dan bertanggung jawab danditawarkan sebagai dasar untuk dibicarakan dan diimplementasikan olehkalangan bisnis dan pemimpin di seluruh dunia. Tidak ada mekanisme formal bagi perusahaan untuk berkomitmen terhadap prinsip-prinsip ini.

(41)

inisiatif antara Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dengan United Nation Environment Progamme (UNEP). G3 diterbitkan pada tahun 2006 dan merupakan pengembangan dari G2. G3 guidelines memberikan petunjuk yang universal mengenai laporan yang berkelanjutan. G3 guidelines dapat diterapkan baik di perusahaan kecil, menengah, besar serta di sektor umum.G3 guidelines terdiri dari 6 aspek, yang terdiri dari 79 komponen. Aspek tersebut diantaranya economic, environmental, human rights, labor practices, product responsibility, society.

3. Global Sullivan Principles, merupakan standar yang dibangun dari masukan

beberapa perusahaan multinasional. Standar ini dikeluarkan pada tahun1999. Global Sullivan Principles merupakan standar yang dibangun dari masukan beberapa perusahaan multinasional. Ada delapan prinsip yang memberikan arahan secara umum di bidang perburuhan, etika bisnis dan praktikpraktik lingkungan dari perusahaan multinasional dan para mitra bisnis mereka. Prinsip-prinsip tersebut ditulis oleh Pendeta Leon Sullivan, dimanaversi awal Sullivan Principles memberikan arahan bagi perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis di Afrika Selatan pada masa apartheid.

4. OECD Guidelines for Multinational Enterprises, direvisi pada tahun 2000.

Panduan OECD merupakan rekomendasi yang mencakup sembilan bidang dari business conduct yang diharapkan pemerintah dari perusahaan multinasional. Meskipun pelaksanaannya oleh perusahaan bersifat sukarela, pemerintah negara-negara yang menyatakan mengikuti standar ini mengikatkan diri untuk berpartisipasi dalam implementasinya serta meningkatkan pengawasan mereka terhadap operasi perusahaan di dalam wilayahnya atau yang berasal dariwilayahnya

(42)

standar yang dipandang "fundamental bagi tindakan perusahaan yang bertanggung jawab". Standar ini juga memiliki "benchmarks" yang dapat digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan terkait dengan kebijakan danpraktik-praktik yang direkomendasikan.

6. SA 8000 diterbitkan oleh Social Accountability International pada tahun 2001 adalah standar sertifikasi sukarela dan berbasis pengawasan untuk menilai kondisi buruh pada operasi manufaktur global. SA 8000 dibangun berdasarkanproses audit kualitas dan lingkungan yang dibentuk International Standards Organization melalui standar ISO 9000 dan ISO 14000. SA 8000 bergantung pada para pengawas yang bersertifikasi untuk memverifikasi kepatuhan pabrikdengan standar.

7. United Nation Global Compact, diumumkan pada Forum Ekonomi Dunia

(World Economic Forum) di Davos, Switzerland pada Januari 1999 dan secararesmi diluncurkan pada September 2000. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annanmengimbau para pemimpin dunia untuk ”merangkul dan menetapkan” sembilan prinsip dalam praktik-praktik perusahaan masing-masing dan mendukunginisiatif kebijakan publik lainnya. Standar ini mencakup praktik-praktik spesifikyang diterapkan oleh perusahaan yang berkomitmen terhadap Global Impact.

Selain ketujuh standard di atas, ISO (International Organization for Standardization) mengeluarkan ISO 26000. Standar ini berisi pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung jawab sosial suatu organisasi yang mencakup semua sektor badan public ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggungjawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara :

• Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawabsosial dan isunya

• Menyediakan pedoman tentang pengadaptasian prinsip-prinsip menjadi kegiatan yang efektif

(43)

Di dalam ISO 26000 CSR dibagi ke dalam 7 isu pokok yaitu pengembangan masyarakat, konsumen, praktek kegiatan institusi yang sehat, lingkungan, ketenagakerjaan, hak asasimanusia dan organizational governance.

2.1.5.Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang disapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan. Menurut Arief Habib (2008) bahwa kinerja keuangan diukur dengan banyak indikator, salah satunya adalah analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan tersebut diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu.

Dalam penelitian ini, kinerja keuangan ditinjau melalui 3 pendekatan yaitu kinerja likuiditas, profitabilitas dan leverage. Penjelasan dari masing-masing kinerja tersebut adalah sebagai berikut :

a. Likuiditas

Rasio likuiditas mrupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan (Fred Weston dalam Kasmir 2011).

Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.

Berikut ini adalah tujuan dan manfaat dari hasil rasio likuiditas, adalah : 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

(44)

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya dengan melihat rasio likuiditas pada saat ini.

Bagi pihak luar perusahaan, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga.

Dalam penelitian ini, tingkat likuiditas ditunjukkan oleh rasio lancar (current ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaandalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut :

b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham (Heinze, 1976 dalam Anggraini, 2006). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978 dalam Anggraini, 2006). Hackston & Milne (1996) dalam Anggraini (2006) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui & Karpik (1989) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Vence (1975) dalam Anggraini (2006) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa

(45)

pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu perusahaan dalam satu periode tertentu

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri

Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk :

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri

Profitabilitas atau rasio rentabilitas dibagi dua yaitu sebagai berikut :

1. Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing)

(46)

Dalam penelitian ini, tingkat profitabilitas ditunjukkan oleh rasio Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan, disamping itu rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari ROA dapat digunakan sebagai berikut :

ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari ROE dapat digunakan sebagai berikut :

  c. Leverage

Leverage rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Keuntungan dengan mengetahui rasio ini adalah :

1. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya;

2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap; 3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan

modal;

4. Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana kedepan

Dalam penelitian ini, tingkat leverage ditunjukkan dengan rasio debt to equity (untuk perusahaan) dan capital adequacy ratio (untuk perbankan). Debt to Equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Rumus untuk mencari debt to equity dapat digunakan sebagai berikut :

... (2)

(47)

 

Untuk mencari Capital adequacy ratio (CAR) perlu terlebih dahulu diketahui besarnya estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan risiko yang akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga. Rumus untuk mencari CAR dapat digunakan sebagai berikut :

 

2.1.6.Analisis Harga Saham

Menurut Gumanti (2011), ekuitas perusahaan mewakili kepemilikan dalam suatu badan usaha. Jika ekuitas merupakan kepemilikan gabungan dalam suatu perusahaan atas sejumlah investor, maka ekuitas tersebut disebut sebagai saham. Ekuitas biasanya memberikan pembagian tunai kepada pemegangnya yang disebut sebagai dividen.

Setidaknya dikenal ada dua analisis investasi atas saham yang paling umum dikathui, yaitu analisis fundamental (fundamental analysis) dan analisis teknikal (technical analysis). Alat analisis lain yang juga sering digunakan dalam mengevaluasi kelayakan saham adalah analisis risiko dan return (risk-return analysis). Investor juga ada yang menggunakan model analisis portofolio (portofolio analysis) yang merupakan analisis berbasis penentuan kombinasi sekuritas dalam rangka untuk mengoptimalkan return dan meminimalkan risiko pada level tertentu.

Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden.

2.1.7.Indeks LQ45

Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Indeks LQ45 terdiri dari saham 45 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Masuk dalam ranking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)

... (4)

(48)

2) Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)

3) Telah tercatat di Bursa Efek Jakarta minimal selama 3 bulan

4) Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler

Menurut Bursa Efek Indonesia, Indeks LQ45 ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Penggantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. 2.1.8.Struktur Equition Modeling dengan Partial Least Square (PLS)

Structural Equation Modeling (SEM) adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara kontrak laten dan indikatornya, kontrak laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM merupakan keluarga statistik multivariate dependent. SEM memungkinkan dilakukannya analisis diantara beberapa variabel dependent dan independent secara langsung (Hair et al., 1995 dalam Yamin dan Kurniawan, 2009).

Dua alasan yang mendasari digunakannya SEM adalah : Pertama, SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antarvariabel yang bersifat multiple relationship. Kedua, SEM mempunyai kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan antara kontrak laten dan variabel manifest.

Dalam perkembangannya, pengolahan data untuk analisis SEM menjadi mudah dengan bantuan beberapa peranti lunak statistik, seperti Lisrel, AMOS dan Smart PLS.

(49)

penelitian tidak mengacu pada salah satu distribusi tertentu (Yamin dan Kurniawan 2009).

PLS merupakan metode alternatif dengan pendekatan berbasis varians atau komponen yang berorientasi pada prediksi model. PLS dapat bekerja untuk model hubungan konstrak laten dan variabel manifest yang bersifat reflektif dan formatif.

PLS dikembangkan oleh Wold sebagai suatu metode umum untuk menaksir model jalur diantara hubungan konstraks laten yang secara tidak langsung diukur oleh berbagai indikator. PLS pada dasarnya didefenisikan oleh dua persamaan, yaitu inner model dan outer model. Inner model menentukan spesifikasi hubungan antara kontrak laten dan kontrak laten lainnya, sedangkan outer model menentukan spesifikasi hubungan antara kontrak laten dan indikatornya.

Dalam PLS terdapat evaluasi model yang meliputi dua tahap, yaitu evaluasi model pengukuran dan evaluasi model struktural. Evaluasi terhadap model pengukuran dikelompokkan menjadi evaluasi reflektif dan formatif (Yamin dan Kurniawan 2011).

a. Evaluasi model reflektif, meliputi pemeriksaan individual sebagai berikut : 1). Item reliability dengan melihat nilai standardized loading factor yang

menggambarkan besarnya korelasi antara setiap indikator dengan konstruknya. Nilai loading faktor diatas 0,7 dapat dikatakan valid suatu indikator mengukur konstruknya khususnya untuk model formatif. Menurut Chin (1998) angka 0,5 sampai dengan 0,6 masih dapat diterima untuk model yang sedang tahap pengembangan. Sedangkan untuk keperluan psikometri menurut Chuchill (1997) merekomendasikan angka 0,4 bisa digunakan untuk menghilangkan indikator reflektif.

2). Internal consistency reliability diukur dengan Cronbach Alpha dan Composite Reliability. Nilai batas 0,7 ke atas dapat diterima.

(50)

4). Discriminant validity dievaluasi melalui cross loading kemudian membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar konstruk. Jika korelasi antara indikator dengan sonstruknya lebih tinggi dari korelasi dengan konstruk tersebut memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari blok lainnya.

b. Evaluasi model formatif, meliputi pemeriksaan sebagai berikut : 1). Content specification menunjukkan peneliti menjamin dengan benar

spesifikasi dari konstruk tersebut.

2). Specification indicator harus jelas diperoleh melalui kajian pustaka.

3). Reliability indicator dengan melihat tanda indikatornya sesuai dengan hipotesa dan weight indicatornya minimal 2.

4). Collinearity indicator menyatakan antara indikator yang dibentuk tidak saling berhubungan dan diukur dengan Variance Inflated Factor (VIF). Jika nilai VIF di atas 10 menunjukkan adanya masalah multikolinier.

5). External validity menjamin bahwa semua indikator yang dibentuk dimasukkan ke dalam model.

c. Evaluasi Model Struktural. Beberapa tahapan untuk mengevaluasi model struktural :

1). Path coefficient menunjukkan signifikansi teori harus sesuai dengan yang dihipotesakan dan dapat dilihat dari nilai t test (critical ratio) yang diproleh dari proses bootstrapping (resampling method).

2). Mengevaluasi nilai R2 yaitu besarnya variability variabel endogen yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen. Menurut Chin (1998) kriteria nilai R2 0.67, 0.33, dan 0.19 sebagai substansial, moderat, dan lemah.

3). Mengukur effect size f2 untuk melihat apakah pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen memilik pengaruh yang substantif.

(51)

2.2. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang digunakan sebagai review penelitian terdahulu, yaitu :

Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) yang berjudul Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi

Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji beberapa faktor penentu sosial perusahaan tanggung jawab dalam pengungkapan perusahaan Indonesia. Tanggung jawab sosial perusahaan pengungkapan mencakup rincian, energi kesehatan lingkungan, karyawan dan keselamatan, karyawan lainnya, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Review sebelumnya penelitian menunjukkan inkonsistensi. Inkonsistensi ini berperan banyak pada keragaman hasil. Penelitian ini mencoba memperbaiki dengan menggunakan lima perusahaan karakteristik sebagai variabel penjelas. Mereka adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris, dan leverage. Sampel dalam penelitian ini diekstraksi dengan metode stratified random sampling. Populasi adalah 323 perusahaan, yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). 78 laporan tahunan perusahaan dianalisis sebagai sampel. Teknik untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 10.00 program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap sosial perusahaan pengungkapan tanggung jawab, tetapi profitabilitas dan leverage gagal menunjukkan signifikan efek. Hasil ini umumnya bertepatan dengan temuan penelitian sebelumnya pada perusahaan pengungkapan tanggung jawab sosial.

Dalam penelitian Anggraini (2006) yang berjudul Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada

(52)

industri, dan profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonomi karena PSAK 57 telah diatur. Manajemen kepemilikan dan jenis industri dianggap oleh perusahaan untuk mengungkapkan akuntansi pertanggungjawaban sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Samsinar Anwar, Siti. Haerani, Gagaring Pagalung (2009) yang berjudul ‘Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Harga Saham’. Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan industri yang go public di BEI pada tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh signifikan antara Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), dan CSR terhadap harga saham secara parsial diterima. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa, hipotesis yang menyatakan ada pengaruh signifikan antara Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA) dan CSR berpengaruh terhadap harga saham secara simultan diterima. Pengungkapan Corporate Social Responsibility memberi pengaruh positif terhadap hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan harga saham di pasar modal.

Dalam penelitian Almilia, Dewi dan Hartono (2011) yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan

Dampaknya Terhadap Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan yang menerima ISRA dan perusahaan yang tidak menerima ISRA pada tahun 2007-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA mempengaruhi pengungkapan laporan tanggungjawab sosial perusahaan, sementara ROE tidak mempengaruhi pengungkapan laporan tanggungjawab sosial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan penerima ISRA lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerima ISRA.

Dalam penelitian Barus (2011) yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Sosial Responsibility (CSR)

dalam Laporan Tahunan dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi

(53)

Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari 408 perusahaan sebagai populasi, diambil sampel sebanyak 176 perusahaan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan untuk tahun 2009 pada website BEI. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menujukkan bahwa total aset, ukuran dewan komisaris, dan profil perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi CSR pada laporan tahunan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengungkapan informasi CSR berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2009) yang berjudul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi Makro Terhadap Return

Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang tergabung dalam perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007, total sampel yang digunakan berjumlah 36 sampel. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan tingkat signifikan 5 %. Penelitian ini menemukan bahwa secara simultasn ditemukan terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik perusahaan dan ekonomi makro terhadap return saham dimana Fhitung > Ftabel (3,558 . 2,25). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan anatara SIZE, EPS, ROA dan Laverage terhadap return saham, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara PBV, Inflasi dan kurs rupiah dengan return saham yang signifikannya dibawah 5 %.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Junaid (2009) yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Industri Perbankan

(54)

2.3. Hipotesis

Hubungan CSR terhadap kinerja keuangan (Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage)

Likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan liabilitas lancarnya. Syahrir dan Suhendra (2010) menemukan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan memberikan sinyal kepada perusahaan lain bahwa mereka lebih baik daripada perusahaan dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial.

Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan ekuitas. Penelitian Almilia, Dewi dan Hartono (2011) dan penelitian Anwar, Haerani, Pagalung (2009) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi pula tingkat pengungkapan pengungkapan CSR. Tingkat profitabilitas yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga perusahaan mampu untuk meningkatkan CSR serta melakukan pengungkapan CSR lebih luas.

Perusahaan dikatakan solvabel apabila memiliki aset dan kekayaan yang cukup untuk menutup liabilitasnya. Dengan demikian tingkat leverage perusahaan dapat dijadikan indikator dalam pengungkapan CSR. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Berdasarkan argumentasi diatas, penelitian ini menduga terdapat hubungan antara pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan.

H1 : Pengungkapan CSR di laporan tahunan berhubungan signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan LQ45

Hubungan pengungkapan CSR dengan harga saham

(55)

Berdasarkan argumen tersebut, penelitian ini menduga terdapat hubungan antara pengungkapan CSR dengan harga saham.

H2 : Pengungkapan CSR didalam laporan tahunan berhubungan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45

Hubungan kinerja keuangan dengan harga saham

Penelitian Junaid (2009) menemukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan akan meningkatkan citra perusahaan tersebut sehingga para investor akan memperhitungkan untuk membeli saham tersebut, yang akan berdampak pada kenaikan harga saham. Berdasarkan argumen tersebut, penelitian ini menduga terdapat hubungan antara kinerja keuangan dengan harga saham.

(56)
(57)

3. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang praktek

pengungkapan CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan dan menganalisis

hubungan pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan (likuiditas, profitabilitas

dan leverage) dan harga saham perusahaan LQ45.

Untuk mempermudah pemahaman mengenai alur pemikiran dari penelitian

ini, digambarkan dalam kerangka pemikiran dibawah ini :

Gambar 3 Kerangkakonseptual

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan tahunan.

Pemilihan Sampel penelitian didasarkan dengan metode purposive sampling

yang berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria

pemilihan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan LQ45 yang

mempublikasikan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember selama 5

tahun berturut-turut, dari tahun 2007-2011 (termasuk catatan atas laporan

(58)

2. Sampel yang dipilih adalah perusahaan LQ45 periode Februari – Juli 2012.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sebagai sampel dari penelitian ini

adalah :

Tabel 2 Sampel perusahaan LQ45 periode Februari – Juli 2012

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1 PT Astra Agro Lestari Tbk AALI

2 PT Adaro Energy Tbk ADRO

3 PT Aneka Tambang Tbk ANTM

4 PT Astra International Tbk ASII

5 PT AKR Corporindo Tbk AKRA

11 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN

12 PT Bank Mandiri Tbk BMRI

13 PT Bakrie & Brothers Tbk BNBR

14 PT Bumi Resources Tbk BUMI

15 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN

16 PT Bakrieland Development Tbk ELTY

17 PT Energi Mega Persada Tbk ENRG

18 PT XL Axiata EXCL

19 PT Gudang Garam Tbk GGRM

20 PT Gajah Tunggal Tbk GJTL

21 PT Harum Energy Tbk HRUM

22 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP

23 PT International Nickel Indonesia Tbk INCO

24 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

25 PT Indika Energy Tbk INDY

26 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP

27 PT Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG

28 PT Jasa Marga Tbk JSMR

29 PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA

(59)

Lanjutan Tabel 2

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

31 PT Krakatau Steel KRAS

32 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR

33 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP

34 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS

35 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA

36 PT Semen Gresik Tbk SMGR

37 PT Timah Tbk TINS

38 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM

39 PT Trada Maritime Tbk TRAM

40 PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP

41 PT United Tractors Tbk UNTR

42 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR

3.3. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan antara

lain mengenai gambaran umum perusahaan serta peraturan perundang-undangan.

Sedangkan data kuantitatif yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan

perusahaan selama periode tahun 2007-2011, antara lain informasi pengungkapan

CSR, likuiditas (current ratio), profitabilitas (ROA, ROE), leverage (Debt to

Equity Ratio / CAR) serta data harga saham. Data diperoleh antara lain dari:

1. Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

2. Finance.yahoo.com

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk membantu pengolahan dan analisis data, maka digunakan bantuan

komputer yang menggunakan alat statistik, yaitu sofware microsoft Excel dan

smartPLS.

3.4.1.Variabel penelitian

Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

(60)

Tabel 3 Variabel dan indikator penelitian

No Variabel laten Variabel

indikator Defenisi operasional variabel Rujukan

1 Pengungkapan

CSR

Ekonomi Pengungkapan informasi CSR

diukur dengan berdasarkan kriteria yang ditetapkan di dalam Global

Reporting Initiatives (GRI).

Pendekatan untuk menghitung pengungkapan CSR yang digunakan yaitu pendekatan dikotomi. Setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika perusahaan mengungkapkan item tersebut dalam laporan tahunan dan diberi nilai 0 jika perusahaan tidak mengungkapkan.

Kamil dan

Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

Adalah rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan,

Adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, dengan rumus :

 

Untuk perusahaan digunakan rasio Debt to Equity, adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas dengan rumus :

 

Gambar

Grafik Peserta ISRA
Gambar 2 Perusahaan pengguna standar GRI (www.csrindonesia.com 2010)
Tabel 1 Perkembangan pelaporan perusahaan
Gambar 3 Kerangka konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdani (2013) mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja finansial dan harga saham perusahaan LQ45

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdani (2013) mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja finansial dan harga saham perusahaan

pengungkapan dalam laporan tahunan terkait signifikan terhadap kinerja keuangan, itu berarti bahwa memperluas Coporate Social Responsibility (CSR) pengungkapan dalam laporan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahrizqi (2010) dan Permana (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan size perusahaan

Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara kinerja keuangan perusahaan terhadap pengungkapan lingkungan hidup dalam laporan tahunan, namun

Menurut penelitian Almilia dan Wijayanto (2007), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham

Corporate Social Responsibility merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang merupakan sebagai tingkat keberhasilan manajeman perusahaan dalam mengelola

Rumapea 2017 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dengan