FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ( PNBP) MELALUI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2002 PADA
KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL ( BPN ) SUMATERA UTARA
Oleh
NAMA
:
SAMUEL SIDJABAT
NIM : 050503045
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
“Pengendalian Internal terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui Penerapan PP nomor 46 Tahun 2002 pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan (BPN) Sumatera Utara”
Adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuata,
dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi
tingkat Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar
apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia
menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 31 Januari 2009
Yang Membuat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan karuniaNya yang senantiasa menyertai, membimbing dan memberikan
kekuaatan bagi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Satu hal yang
penulis yakini, bahwa tanpa campur tangan dari Tuhan, maka tak mungkin penulis
dapat melalui rintangan dan hambataan yang terjadi.
Skripsi yang berjudul “Pengendalian Internal terhadap Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) melalui Penerapan PP no 46 Tahun 2002 pada Kanwil BPN
Sumatera Utara” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi dari Program S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Atas bimbingan dan petunjuk serta nasehat yang telah diterima selama
penyusunan Skripsi ini dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas
Ekonomi Sumatera Utara, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Fahmi Natigor
Nst, S.E, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
3. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si, Ak. selaku pembimbing yang telah
sabar membimbing penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan,
4. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak. selaku pembanding I dan Bapak
Iskandar Muda, S.E, M.Si, Ak selaku pembanding II yang telah
memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis dalam penulisan
skripsi,
5. Orangtua yang tercinta Ir. R. Sidjabat, M.Sc dan R. br Tobing yang selalu
setia mendoakan penulis dan memberikan dorongan di dalam perkuliahan.
Juga tak lupa untuk Saudara/I ku yang kukasihi Erwin M. Sidjabat, S.E,
Ak/ Donna br. Sinaga, drg. Ridwan Silitonga/ drg. Paulina H. Sidjabat,
Elisabeth T. Sidjabat, S.Pd, Paja Y. M. Sidjabat yang senantiasa
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi,
6. Seluruh staf pengajar, terima kasih atas ilmu yang diberikan dari awal
hingga akhir, serta kepada para pegawai, Bang Hairil, Bang Oyong, Kak
Dame, Bang Kartun, dan Kak Vida, terima kasih atas kesabarannya
menghadapi penulis.
7. Sahabat- sahabat terbaikku Fredy, Daniel, Sony, Dedy, Aswin, Ami,
Meilina, Dian, Yurica, Catherin yang selalu berjuang bersama dalam suka
dan duka, dan juga tak lupa untuk teman-teman yang kukasihi Ramsess.
Dody, Tian, Franky, Arif, “7 Kurcaci” ( Pramela, Rara, Yaya, Dilla, Dita,
Nabila, Putri), dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman
penulis belumlah cukup untuk menyempurnakan Skripsi ini sehingga masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam penggunaan bahasa maupun penyajian
data. Dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 18 Februari
2009
Penulis
ABSTRAK
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan penerimaan yang tidak berasal dari pajak, namun penerimaan ini merupakan penerimaan yang bersumber dari masyarakat atas pelayanan yang telah diberikan suatu instansi pemerintah pada masyarakat. Saat ini pemerintah sedang berupaya mengoptimalkan PNBP untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembagunan nasional, oleh karena itu dibutuhkan pengendalian internal yang baik untuk mencapai target PNBP sehingga tujuan pemerintah dapat tercapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian internal terhadap prosedur PNBP yang ditinjau dari keakuratan pencatatan, kepatuhan, dan tingkat keefektifannya melalui penerapan PP no 46 Tahun 2002. Dalam menganalisis data yang diperoleh, digunakan metode deskriptif yang kemudian hasilnya dibentuk dalam kalimat-kalimat. Kesimpulan yang dapat dibentuk dari penelitian ini adalah bahwa PP nomor 46 Tahun 2002 menjadi alat pengendali internal terhadap PNBP di lingkungan Kanwil BPN Sumatera Utara, namun yang pasti bahwa PP nomor 46 Tahun 2002 tidak “mendongkrak” jumlah PNBP yang diterima untuk suatu periode karena peran PP nomor 46 Tahun 2002 sebatas controller.
ABSTRACT
Non-tax government income (PNBP) is a government income which isn’t coming from tax income, but this income is coming from public servicing of government institution to resident. This time, government is trying to optimize the PNBP to proceed the government activities and national developing, so government needs good internal control to achieved the goal, achieved the target of PNBP, and also the government’s goal will be achieved too. The purposes of this research is to know the internal control of PNBP procedure, which is see from the accurate of recording, the compliance, and the effectiveness by implementation of PP no 46 year 2002. In analysis of the data, the descriptive method is used then the result will be formed in a sentences as the conclusion. The conclusion from this research is PP no 46 year 2002 as the internal control tools will not increase the nominal of PNBP that BPN can get, but it just control the PNBP in Kanwil BPN North Sumatera because it is a controller.
DAFTAR ISI SKRIPSI
PERNYATAAN………i
KATA PENGANTAR………...………..……….ii
ABSTRAK………...v
ABSTRACT……….….vi
DAFTAR ISI………..………...vii
DAFTAR GAMBAR……….……….…..ix
DAFTAR TABEL……….………....x
DAFTAR LAMPIRAN……….………...xi
BAB I PENDAHULUAN……….……….….1
A. Latar Belakang Masalah………....1
B. Perumusan Masalah dan Batasan Penelitian………...4
C. Tujuan Penelitian………...5
D. Manfaat Penelitian……….5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keuangan Negara dan Anggaran Negara serta Hubungannya…….….7
B. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)………14
C. Pengendalian Internal………22
D. Gambaran Umum 1. PP no 60 tahun 2008………28
2. UU no 20 tahun 1997………..…28
E. Kerangka Konseptual………30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….…..31
B. Jenis Data………...31
C. Metode Pengumpulan Data………..….32
D. Metode Analisis Data……….…...32
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian……… ……...33
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional (BPN)………...34
a. Sejarah Singkat ………….………34
b. Aktivitas Kantor Wilayah BPN Sumatera Utara….. ....36
c. Struktur Organisasi Aktivitas………...38
2. Jenis PNBP yang berlaku di Kanwil BPN Sumatera Utara…...39
3. Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan (LKKUP)……...…..41
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Keakuratan Pencatatan PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara..41
2. Kepatuhan Pengelolaan PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara.46 3. Tingkat Keefektifan Kebijakan PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara...48
4. Prosedur PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara………..…52
A. Kesimpulan………...56
B. Saran………....57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Gambar 3.1 : Jadwal Penelitian
Gambar 4.1 : Grafik Persentase Keefektifan Kebijakan PNBP untuk kegiatan
Pemeriksaan Tanah di Kanwil BPN Sumatera Utara
Gambar 4.2 : Grafik Persentase Keefektifan Kebijakan PNBP untuk kegiatan
Pengukuran Dan Pemetaan Tanah di Kanwil BPN Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Jenis PNBP yang Berlaku pada BPN Beserta Sub-Jenisnya Tabel 4.1 : Jenis PNBP yang Terdapat di Lingkungan Kanwil BPN
Sumatera Utara
Tabel 4.2 : Penetapan Tarif untuk Pemeriksaan Tanah Berdasarkan PP no
46 Tahun 2002
Tabel 4.3 : Penetapan Tarif untuk Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan
Tanah Di Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
Tabel 4.4 : Laporan Realisasi dan Target PNBP untuk Kegiatan
Pemeriksaan Tanah di Kanwil BPN Sumatera Utara tahun 2006 –
2008
Tabel 4.5 : Laporan Realisasi dan Target PNBP untuk Pengukuran dan
Pemetaan Tanah di Kanwil BPN Sumatera Utara Tahun 2006 –
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur Organisasi
Lampiran 2 : Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan (LKKUP) Tahun
2006-2008
Lampiran 3 : Surat Perintah Setor (SPS) untuk kegiatan Pemeriksaan Tanah Lampiran 4 : Surat Perintah Setor (SPS) untuk kegiatan Pengukuran dan
Pemetaan Tanah
Lampiran 5 : Daftar Nominatif
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keuangan Negara yang baik akan menggambarkan keadaan suatu
pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu pemerintah diharapkan agar mampu
mengoptimalkan seluruh penerimaan negara. Pemungutan yang dilakukan suatu
negara di samping sebagai sumber penerimaan dalam negeri juga mempunyai
peranan fungsi alokasi, fungsi distribusi dan stabilisasi. Sebagaimana yang
diketahui bahwa penerimaan negara yang terbesar berasal dari pajak, namun
selain penerimaan pajak ada pula penerimaan yang bukan berasal dari pajak,
penerimaan tersebut disebut dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Saat ini pemerintah sedang berupaya untuk meningkatkan penerimaan negara
yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk
menyelenggarakan kegiatan pemerintah dan pembangunan nasional.
Semua departemen dan lembaga non departemen di Indonesia memiliki
berbagai jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP ), sehingga dibutuhkan
bendaharawan penerima dari sumber tersebut demi tercapainya target PNBP yang
telah ditetapkan dalam RAPBN 2008. Berdasarkan data, Penerimaan Negara
2008 sebesar 175,6 triliun yang berarti bahwa PNBP di tahun 2008 akan
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Akibat penurunan tersebut, target
penerimaan negara bukan pajak yang telah ditetapkan diharapkan bisa tercapai
atau bahkan melebihi target. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan
suatu pengendalian yang baik atas PNBP.
Dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
guna menunjang pembangunan nasional, maka pemerintah menetapkan suatu
undang-undang yang mengatur tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yaitu Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997.
Undang-Undang ini berisi tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sedangkan
tentang jenis dan penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 22 Tahun 1997
menimbang bahwa perlunya suatu peraturan atas penyetoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) ke kas negara agar sesuai dengan tujuan UU no 20 tahun
1997. Selain itu Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 1997 ini ditetapkan sebagai
langkah penertiban sehingga jenis dan besarnya pungutan yang menjadi sumber
penerimaan tersebut tidak menambah beban bagi masyarakat dan pembangunan
itu sendiri.
Oleh karena keberagaman jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di
departemen dan lembaga non departemen pemerintah, maka masing-masing
departemen dan lembaga non departemen itu membutuhkan suatu Peraturan
Pemerintah yang bersifat pribadi untuk kepentingan lembaganya. Dan untuk
Bukan Pajak (PNBP) pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) demi peningkatan
pelayanan kepada masyarakat maka ditetapkan suatu Peraturan Pemerintah yang
mengatur PNBP yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) yaitu
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2002. Penetapan
Peraturan Pemerintah ini diperkuat oleh adanya Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom, maka pelaksanaan pelayanan di bidang Pertanahan pada prinsipnya
merupakan kewenangan Daerah. Namun untuk menjaga kelangsungan pelayanan
di bidang Pertanahan dan sebelum adanya peraturan yang baru mengenai
kewenangan di bidang Pertanahan, sebagian tugas pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional di Daerah tetap dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat sampai dengan ditetapkannya peraturan perundang-undangan di
bidang pertanahan. Apabila di kemudian hari ditetapkan ketentuan yang baru
mengenai kewenangan di bidang Pertanahan, maka Peraturan Pemerintah ini akan
disesuaikan dengan ketentuan yang baru tersebut.
Keberadaan PP no 46 Tahun 2002 mengatur tentang Tarif PNBP yang
berlaku di BPN. Oleh karena itu peraturan ini membutuhkan peraturan
pelaksanaan di lingkungan BPN itu tersendiri, sehingga PP no 46 Tahun 2002
tersebut dirasakan menjadi controlling bagi PNBP di lingkungan BPN
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan suatu
penelitian mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 pada Badan
Nomor 46 Tahun 2002 terhadap pengendalian internal Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) dalam hal ini keakuratan, kepatuhan, dan keefektifannya yang
kemudian akan dituangkan hasilnya dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Pengendalian Internal Terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui Penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2002 Pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumatera Utara”
B. Perumusan Masalah dan Batasan Penelitian 1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keakuratan pencatatan PNBP di Kantor Wilayah BPN
Sumatera Utara?
2. Bagaimanakah kepatuhan pengelolaan PNBP di Kantor Wilayah BPN
Sumatera Utara?
3. Bagaimanakah tingkat keefektifan kebijakan PNBP di Kantor Wilayah
BPN Sumatera Utara?
4. Bagaimanakah prosedur PNBP di Kantor Wilayah BPN Sumatera
Utara?
2. Batasan Penelitian
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang akan diteliti hanya 2 dari 5
yang ada di Kantor Wilayah BPN, antara lain :
a. Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk kegiatan Pengukuran dan
Pemetaan Bidang Tanah
b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah untuk kegiatan Pelayanan
Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B
2. Laporan penerimaan yang akan diteliti adalah Laporan Keadaan Kas
Uang Penerimaan (LKKUP) periode 2006 - 2008
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. untuk mengetahui keakuratan pencatatan tarif PNBP berdasarkan PP
nomor 46 Tahun 2002,
2. untuk mengetahui kepatuhan pengelolaan PNBP di Kanwil BPN
Sumatera Utara,
3. untuk mengetahui tingkat keefektifan kebijakan PNBP di Kanwil BPN
Sumatera Utara,
4. untuk mengetahui prosedur PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
1. bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan yang
dapat menambah wawasan tentang pengendalian internal atas PNBP
melalui penerapan PP nomor 46 Tahun 2002,
2. bagi Badan Pertanahan Nasional (BPN), menjadi bahan masukan
ataupun pertimbangan dalam melakukan pengendalian internal atas
PNBP,
3. bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan
masukan untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keuangan dan Anggaran Negara serta Hubungannya
Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat serta berdasarkan hukum
maka pemerintah perlu menyelenggarakan suatu fungsi pemerintahan negara yang
berdasarkan konstitusi yang kemudian menimbulkan hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara. Menurut M. Ichwan dalam Tjandra (2006 : 1)
”Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan
angka-angka di antaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan
untuk masa mendatang, lazimnya satu tahun mendatang” .
Sistem pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan pokok
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 Hal Keuangan, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak
dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Upaya untuk menyusun
undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara telah dirintis
semenjak negara Indonesia berdiri, sehingga penyelesaian undang-undang tentang
Keuangan Negara merupakan kelanjutan dan hasil dari berbagai upaya yang telah
dilakukan untuk memenuhi kewajiban konstitusional yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Tomo (2004:11)
Undang-Undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang ditetapkan dalam UUD 1945 ke dalam asas-asas umum sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil 2. Profesionalitas
3. Proporsionalitas
4. Keterbukaan dalam pengelolaan Keuangan Negara
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Dalam merumuskan Keuangan Negara digunakan suatu pendekatan
melalui sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek yang dimaksud
dengan Keuangan Negara meliputi hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek yang dimaksud
dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas
yang dimiliki negara, dan / atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Perusahaan Negara/ Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuanga negara. Dari sisi proses, keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh
kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan
dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara. Adapun yang meliputi ruang lingkup dari
Keuangan Negara adalah :
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman
2. Kewajiban negara untuk menyelengarakan tugas layanan umum
pemerintah negara dan membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan negara
4. Pengeluaran negara
5. Penerimaan daerah
6. Pengeluaran daerah
7. Kekayaan negara/ daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/ daerah
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintah dan/ atau kepentingan umum
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
Untuk mengetahui pengertian anggaran negara, maka dapat ditinjau
melalui tiga sudut pendekatan yaitu :
1. Sudut administratif, yang ditinjau dari sudut penatausahaan peneriman dan
pengeluaran negara dengan memperhatikan keseimbangan logis antara
keduanya
2. Sudut konsitusi, yaitu hak turut menentukan anggaran negara dari
perwakilan rakyat yang pada umumnya dicantumkan dalam konstitusi
suatu negara.
3. Sudut undang/ peraturan pelaksanaan, yaitu keseluruhan
undang-undang yang ditetapkan secara periodik, yang memberikan kekuasaan
eksekutif untuk melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan
menunjukkan alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup
pengeluaran tersebut.
Berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut, maka dapat diketahui
pengertian dari anggaran negara. Menurut M. Marsono dalam Tjandra (2006 : 6)
”Anggaran adalah suatu rencana pekerjaan keuangan yang pada satu pihak
mengandung jumlah pengeluaran yang setinggi-tingginya yang mungkin
dperlukan untuk membiayai kepentingan negara pada suatu masa depan dan pada
pihak lain merupakan perkiraan pendapatan (penerimaan) yang mungkin dapat
diterima dalam masa tersebut”.
Sedangkan unsur- unsur dari anggaran negara tersebut antara lain :
1. Kebijaksanaan pemerintah yang tercermin dalam angka-angka
3. Memuat data pelaksanaan anggaran satu tahun yang lalu
4. Menunjukkan sektor yang diprioritaskan
5. Menunjukkan maju/mundurnya pencapaian sasaran
6. Merupakan petunjuk bagi pemerintah untuk melaksanakan
kebijaksanaannya selama satu tahun mendatang.
Fungsi anggaran negara adalah :
1. Fungsi Hukum Tata Negara
Merupakan alat otorisasi dan alat memilih sejumlah alternatif
(kepentingan dan anggaran kegiatan)
2. Fungi Teknis Pengurusan/ Mikro Ekonomis
Merupakan dasar pengurusan secara tertib dan serasi serta dasar
pertangungjawaban bagi pelaksana
3. Fungsi Makro Ekonomis
Merupakan alat kebijaksanaan dalam penentuan tingkat belanja
nasional.
Anggaran negara juga memiliki suatu proses/ prosedur atau yang biasa disebut
dengan Siklus Anggaran Negara. Siklus Anggaran Negara adalah masa atau
jangka waktu mulai anggaran negara disusun sampai dengan saat perhtungan
anggaran disahkan dengan undang-undang, maka Harjono dalam Sumosudirdo
dalam Tjandra (2006 : 9) menjabarkan tahap-tahap siklus anggaran RI sebagai
berikut :
2. Pegolahan anggaran di DPR yang berakhir dengan pengesahan anggaran
dengan UU
3. Pelaksanaan anggaran oleh pemerintah
4. Pengawasan-pengawasan atas pelaksanaan anggaran
5. Pengesahan perhitungan anggaran dengan UU
Pelaksanaan anggaran di suatu negara perlu secara konsisten mengacu pada
asas-asas anggaran. Asas-asas anggaran yang menjadi ciri anggaran dalam negara
modern terdiri atas hal-hal sebagai berikut :
1. Asas Kelengkapan
Asas ini mempertahankan hak budget parlemen secara lengkap. Tidak
boleh ada penerimaan atau pengeluaran yang tidak dimasukkan ke dalam
kas negara. Asas kelengkapan ini mencegah penyediaan/ penggunaan dana
khusus serta tidak memberi kesempatan kepada kompensasi administratif
dari pengeluaran tertentu dengan pendapatan tertentu.
2. Asas Spesialisasi/ Spesifikasi
Asas ini dapat diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu :
a. Spesialisasi kualitatif
b. Spesialisasi kuantitatif
c. Spesialisasi menurut urutan sementara
3. Asas Berkala (Periodisitas)
Pemberian otorisasi dan pengawasan rakyat dengan perantaraan
wakil-wakilnya secara berkala dalam kebijaksanaan pemerintah guna memenuhi
4. Asas Formal (Bentuk Tertentu)
Setiap rencana atau bentuk kegiatan pemerintah memerlukan suatu bentuk
tertentu yang dapat mengikat semua pihak, dalam hal ini bentuk
undang-undang.
5. Asas Publisitas (Keterbukaan)
Keterbukaan merupakan asas dalam demokrasi bahwa tidak ada urusan
publik yang bersifat rahasia.
Di dalam Anggaran Negara, yang menjadi obyek adalah penerimaan dan
pengeluaran Negara. Pemungutan yang dilakukan negara sebagai penerimaan
negara di samping sebagai sumber penerimaan dalam negeri juga mempunyai
peranan fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan stabilisasi. Penerimaan negara dapat
dibedakan atas penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Menurut Tomo
(2004: 17)
Kedua jenis penerimaan negara secara umum berfungsi untuk mengalokasikan faktor produksi dan keseluruhan sumber daya yang ada di masyarakat sehingga kebutuhan masyarakat terutama fasilitas umum dapat terpenuhi, seperti jalan, fasilitas kesehatan dan pendidikan. Fungsi distribusi ditujukan untuk mewujudkan pemerataan atau pembagian pendapatan secara merata dan adil, sedangkan fungsi stabilisasi ditujukan untuk memelihara tingkat kesempatan kerja yang tinggi, kestabilan tingkat harga, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan mempertimbangkan segala pengaruhnya terhadap perdagangan dan neraca pembayaran sehingga tetap terjaga kondisi perekonomian yang stabil.
Menurut Mardiasmo dalam Tomo (2004 : 17) fungsi pemungutan bagi
penerimaan negara ada dua yaitu :
Penerimaan negara sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Penerimaan negara sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi
Dalam melakukan pemungutan penerimaan negara perlu memiliki prinsip-prinsip
sebagai berikut
1. Prinsip Kesamaan / Keadilan (equity)
2. Prinsip Kepastian (certainty), artinya pemungutan hendaknya tegas, jelas
dan pasti bagi setiap wajib bayar
3. Prinsip Kecocokan / Kelayakan (convenience) artinya besaran yang harus
disetor sesuai dengan tarif perundangan
4. Prinsip Ekonomi (economy), artinya biaya pemungutan menjadi minimal
daripada penerimaan yang diperoleh
Agar setiap pemungutan yang dilakukan pemerintah tidak menimbulkan hambatan
atau perlawanan, maka pemungutan penerimaan negara harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1. Keadilan yaitu sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan,
Undang-Undang dan pelaksanaan pemungutan penerimaan negara harus
adil. Adil dalam perundang-undangan di antaranya mengenakan
pemungutan secara umum dan merata tidak membeda-bedakan.
2. Pemungutan penerimaan negara harus berdasarkan Undang-Undang
4. Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat
5. Pemungutan keuangan negara harus efisien yaitu sesuai fungsi budgetair,
biaya pemungutan penerimaan negara harus dapat ditekan lebih rendah
dari hasil pemungutannya
6. Sistem pemungutan penerimaan harus sederhana yaitu akan memudahkan
dan mendorong masyarakat (perorangan atau badan) dalam memenuhi
kewajiban tersebut
Menurut Tomo ( 2004:10 ) “Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang
luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang
pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan”. Namun, jika ditinjau dari kedudukannya, maka Keuangan Negara
dan Anggaran Negara tidak dapat dipisahkan. Sebab anggaran negara merupakan
inti dari keuangan negara yang dikarenakan anggaran negara merupakan alat
penggerak untuk melaksanakan penggunaan keuangan negara.
B. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 ”Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak
berasal dari penerimaan perpajakan”. UU tersebut juga menyebutkan kelompok
1. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah
2. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam
3. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan
4. penerimaan dari pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah
5. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari
pengenaan denda administrasi
6. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah
7. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri
Kecuali jenis PNBP yang ditetapkan dengan Undang-undang, jenis PNBP yang
tercakup dalam kelompok sebagaimana terurai diatas, ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Artinya diluar jenis PNBP terurai diatas, dimungkinkan
adanya PNBP lain melalui UU. Sedangkan menurut Bohari (1992 : 20) “Yang
termasuk penerimaan non tax seperti uang legalisasi, denda-denda dan lain-lain
pungutan yang sah”. Menurut Tjandra (2006 : 79) komponen-komponen dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah :
A. Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA)
1. Minyak Bumi, faktor-faktor yang diperhitungkan adalah :
a. harga minyak mentah dalam dollar AS per barel
b. produksi minyak mentah termasuk kondesat
d. komponen pajak tidak diperhitungkan dalam penerimaan sumber
daya alam dari minyak bumi, tetapi diperhitungkan sebagai
penerimaan PPh
2. Gas Alam, faktor- faktor yang diperhitungkan adalah :
a. Volume ekspor dan harga LNG dan PPG
b. Komponen pajak tidak diperhitungkan dalam penerimaan SDA gas
alam, namun diperhitungkan sebagai penerimaan PPh
3. Pertambangan Umum, faktor-faktor yang diperhitungkan ialah :
a. Iklim investasi di pertambangan umum
b. Variasi luas wilayah kuasa pertambangan yang wajib membayar
iuran tetap (landrent) dan variasi tingkat produksi mineral / bahan
galian yang diwajibkan membayar royalty
c. Tarif royalty yang bervatiasi dari yang terendah sampai yang
tertinggi dalam dollar AS per ton serta landrent yang
mempertimbangkan harga pasar
d. Hanya memperhitungkan bagian penerimaan pemerintah pusat
4. Kehutanan, faktor-faktor yang diperhitungkan adalah :
a. Variasi luas wilayah pengusahaan hutan, variasi tingkat produksi
hasil hutan, dan kelompok-kelompok jenis hasil-hasil hutan
b. Variasi tarif disesuaikan dengan jenis dan kelompok hasil sumber
daya hutan serta status dan lokasi HPH dan tarif yang berlaku
umum per meter kubik
5. Perikanan, faktor-faktor yang diperhitungkan adalah :
a. Jumlah PMA dan PMDN yang beroperasi di wilayah laut
Indonesia
b. Hasil produksi perikanan, dan variasi tarif perizinan atas
pengusahaan perikanan
c. Hanya memperhitungkan bagian penerimaan pemerintah pusat
B. Bagian Pemerintah atas laba BUMN, faktor-faktor yang diperhitungkan
adalah :
a. Pertumbuhan ekonomi nasional
b. Upaya peningkatan laba BUMN melalui kebijakan reformasi
BUMN
c. Pertimbangan atas kinerja dan ringkat kesehatan BUMN
Sedangkan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainnya, faktor-faktor
yang diperhitungkan adalah :
a. Peningkatan disiplin pelaksanaan pemungutan dan penyetoran
PNBP yang bersumber dari departemen / LPND
b. Penyesuaian berbagai tarif pungutan, dengan tetap
mempertimbangkan daya beli masyarakat
c. Peningkatan pengawasan di dalam pelaksanaannya
Yang melakukan penerimaan terhadap penerimaan bukan pajak adalah
bendaharawan penyetor tetap yang berada pada setiap Departemen atau Instansi
Bendaharawan. Menurut Bohari (1992: 20) “Bendaharawan penyetor tetap inilah
tersebut ke kas negara secara terus-menerus. Penyetoran dilakukan biasanya sekali
dalam sebulan”.
Penerimaan Negara Bukan Pajak secara substansial memiliki persamaan
dengan retribusi yang dipungut oleh pemerintah. Retribusi merupakan iuran
kepada pemerintah yang dapat dipaksakan yang jasa balik secara langsung
ditunjukkan oleh pemakai jasa. Paksaan ini bersifat ekonomis, siapa saja yang
tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, tidak dikenakan iuran itu. Oleh karena
persamaan yang diimiliki antara Penerimaan Negara Bukan Pajak dan retribusi,
maka penilaian di antara kedua pun memiliki kesamaan, yaitu
1. Penilaian Kecukupan
2. Penilaian Keadilan
3. Penilaian Kemampuan Administratif
4. Penilaian Kesepakatan Politik
Untuk mengetahui keefektifan dari implementasi Kebijakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak, maka diperlukan suatu perbandingan antara realisasi
penerimaan dan target penerimaan, seperti yang telah diformulasikan Devas
dalam Tomo (2004 : 34) untuk mengetahui keefektifan penerimaan PNBP adalah :
Efektivitas (a) = Realisasi Penerimaan x 100 %
Potensi Penerimaan
Efektivitas (b) = Realisasi Penerimaan
Namun dengan perkembangan yang ada pada saat ini, ada dua faktor yang relevan
dan secara potensial yang diasumsikan mempengaruhi keefektifan implementasi x 100 %
Kebijakan PNBP yaitu Sanksi Hukum (law enforcement) dan komitmen dan
kepentingan pengusaha.
Pemeriksaan PNBP pada instansi pemerintah merupakan kombinasi antara
pemeriksaan kinerja (performance audit) dan pemeriksaan kepatuhan (compliance
audit) yang membandingkan rencana dengan realisasi serta menguji ketepatan
perhitungan target PNBP. Tujuan yang diharapkan agar dapat memberikan
pemahaman yang sama atas pemeriksaan pengelolaan PNBP berdasarkan kondisi
terkini dan mendorong pengelolaan PNBP yang transparan. Sedangkan manfaat
yang diharapkan yaitu sebagai acuan dalam penyusunan pedoman teknis
pemeriksaan PNBP.
Pada umumnya, PNBP diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 1997 yang berisi tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
turut berperan dalam pembiayaan kegiatan yang dimaksud penting dalam
peningkatan kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan pembangunan.
Namun akibat keberagaman bentuk dari departemen maupun lembaga non
departemen yang ada di Indonesia sehingga menimbulkan keberagaman PNBP
pula, maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
tahun 1997 yang berisi tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak Berdasarkan PP nomor 22 tahun 1997, maka ditetapkanlah jenis-jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional
antara lain :
1. Penerimaan dari pengukuran dan pemetaan
3. Penerimaan dari konsolidasi tanah secara swadaya
4. Penerimaan dari redistribusi tanah secara swadaya
5. Penerimaan dari izin lokasi
Seiring berjalannya peraturan tersebut dan perkembangan waktu, maka
dikeluarkanlah peraturan terbaru mengenai PNBP yang berlaku di kantor Badan
Pertanahan Nasional. Peraturan itu adalah Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 46 tahun 2002 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional. Adapun jenis dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Badan Pertanahan Nasional
(BPN) yang sesuai dengan PP no 46 Tahun 2002 seperti yang tercantum di Tabel
2.1.
Tabel 2.1
Jenis PNBP yang Berlaku pada BPN Beserta Sub-Jenisnya
NO Jenis PNBP yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional
Sub-Jenis PNBP yang berlaku pada Badan Pertanahan
Nasional
1 Pelayanan Pendaftaran Tanah A. Pelayanan Pengukuran dan
Pemetaan Bidang tanah :
1. Pelayanan Pengukuran
dan Pemetaan Bidang
Tanah secara Sporadik
dan Pemetaan Bidang
Tanah secara Sistematik
3. Pelayanan Pengembalian
Batas
4. Pelayanan Pembuatan
Peta Situasi Lengkap
(Topografi)
B. Pelayanan Pendaftaran tanah
untuk Pertama Kali
C. Pelayanan Pemeliharan Data
Pendaftaran Tanah
2 Pelayanan Pemeriksaan Tanah A. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah oleh Panitia A :
1. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah di Perkotaan
2. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah di Pedesaan
3. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah secara Massal
B. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah oleh Panitia B :
Tanah secara Sporadis
2. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah secara Massal
3. Pelayanan Survey
Pemetaan Penatagunaan
Tanah
C. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah oleh Tim Peneliti
Tanah :
1. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah di Perkotaan
2. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah di Perdesaan
3. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah secara Massal
D. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah dalam Bentuk Laporan
Konstatasi :
1. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah dalam Bentuk
Laporan Konstatasi untuk
Pembaharuan Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai
2. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah dalam Bentuk
Laporan Konstatasi untuk
Perpanjangan atau
Pembaharuan hak Guna
Usaha
3 Pelayanan Informasi Pertanahan
4 Pelayanan Konsolidasi Tanah secara
Swadaya
5 Pelayanan Redistribusi Tanah secara
Swadaya
6 Penyelenggaraan Pendidikan Program
Diploma I Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
7 Pelayanan Penetapan Hak atas Tanah A. Uang Pemasukan Dalam
rangka Pemberian Hak Milik
B. Uang Pemasukan Dalam
rangka Pemberian Hak Guna
Usaha
Rangka Pemberian Hak Guna
Bangunan
D. Uang Pemasukan Dalam
Rangka Pemberian Hak Pakai
E. Uang Pemasukan Dalam
Rangka Pemberian Hak
Pengelolaan
C. Pengendalian Internal
Menurut UU no 60 Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa :
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Menurut Romney (2004 : 229) “Pengendalian internal (internal control)
adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga
asset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki
efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang
telah ditetapkan”.
Menuru Romney (2004 : 229)
Pengendalian internal melaksanakan tiga fungsi penting. Pengendalian
untuk pencegahan (preventive control) mencegah timbulnya suatu
berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas asset, fasilitas dan informasi, merupakan pencegahan yang efektif. Oleh karena tidak semua masalah mengenai pengendalian dapat dicegah, pengendalian untuk pemeriksaan
(detective control) dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah
tersebut muncul. Pengendalian korektif (corrective control) memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan, dan mengubah sistem agar masalah di masa mendatang dapat diminimalisasi atau dihilangkan.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik. Pengendalian Internal meliputi organisasi dan semua
metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi demi mengamankan
kekayaan, memelihara kecermatan dan sampai sejauh mana data akuntansi dapat
dipercaya. Menurut Tunggal (1995:1) “pengendalian intern meliputi pengendalian
akuntansi (accounting control) dan pengendalian administrasi (administrative
control)”.
Pengendalian akuntansi adalah pengendalian meliputi pengamanan
terhadap kekayaan perusahaan sehingga diperlukannya catatan akuntansi.
Umumnya meliputi persetujuan, pemisahan antara fungsi operasional
Pengendalian administrasi adalah pengendalian meliputi peningkatan
efisiensi usaha dan mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan yang telah
ditetapkan. Pada umumnya tidak langsung berhubungan dengan catatan akuntansi,
misalnya: analisis statistik, studi waktu dan gerak (time and motion study),
program pelatihan karyawan, dan pengendalian mutu.
Tujuan sistem pengendalian intern yang efektif menurut Tunggal (1995 :
2) dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi
Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji ketepatannya untuk melaksanakan operasi perusahaan. Berbagai macam data digunakan untuk mengambil keputusan yang penting. Sistem pengendalian akuntansi intern bertujuan untuk mengamankan/ menguji kecermatan dan sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya dengan jalan mencegah dan menemukan kesalahan-kesalahan pada saat yang tepat.
2. Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya
Harta fisik perusahaan dapat saja dicuri, disalahgunakan ataupun rusak secara tidak disengaja. Sistem pengendalian intern dibentuk guna mencegah ataupun menemukan harta yang hilang dan catatan pembukuan pada saat yang tepat.
3. Untuk menggalakkan efisiensi usaha
Pengendalian dalam suatu perusahaan juga dimaksud untuk menghindari pekerjaan-pekerjaan berganda yang tidak perlu, mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk pencegahan terhadap penggunaan sumber-sumber dana yang tidak efisien.
4. Untuk mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telah digariskan Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sistem pengendalian intern memberikan jaminan akan ditaatinya prosedur dan peraturan tersebut oleh perusahaan.
Berdasarkan tujuan pengendalian intern yang di atas, maka pengendalian
yang dianut untuk mencapai tujuan diatas terdiri dari pengendalian akuntansi
intern dan pengendalian operasional. Pengendalian akuntansi intern digunakan
untuk mencapai tujuan yang pertama dan kedua, sedangkan pengendalian
operasional dibedakan dari pengendalian akuntansi intern melalui tujuan utama
operasionalnya dan pengendalian operasional ini lebih banyak dilakukan oleh
bagian operasional daripada bagian akuntansi atau bagian keuangan. Akan tetapi,
ini bukan berarti bahwa pengendalian operasional tidak berkaitan dengan
pengendalian akuntansi intern, karena pengendalian dan catatan yang digunakan
untuk pengendalian operasional dapat juga digunakan untuk pengendalian
akuntansi intern.
Menurut UU no 60 Tahun 2008, SPIP (Sistem Pengendalian Intern
Pemerintahan) terdiri atas unsur:
a. lingkungan pengendalian b. penilaian risiko
c. kegiatan pengendalian d. informasi dan komunikasi e. pemantauan pengendalian intern
Menurut Hall (2007: 28)
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain. Lingkungan pengendalian memiliki beberapa elemen :
1. nilai integritas dan etika pihak manajemen, 2. struktur perusahaan,
3. keterlibatan dewn komisaris dan komite audit perusahaan, jika ada, 4. filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi,
5. prosedur untuk mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang, 6. metode pihak manajemen untuk menilai kinerja,
7. pengaruh eksternal, seperti pemeriksaan oleh lembaga yang berwenang,
8. kebijakan dan praktik perusahaan untuk mengelola sumber daya manusianya.
Penilaian resiko bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang berkaitan dengan pelaporan keuangan. Resiko dapat timbul dari berbagai perubahan lingkungan, seperti berikut ini :
1. perubahan dalam lingkungan operasional
3. sistem informasi baru atau yang direkayasa ulang
4. pertumbuhan yang signifikan dan cepat hingga mengalahkan pengendalian internal yang ada
5. implementasi teknologi baru ke dalam proses produksi atau sistem informasi yang berdampak pada pemrosesan transaksi
6. pengenalan lini baru produk, atau aktivitas yang baru 7. restrukturisasi organisasional
8. masuk ke pasar asing yang dapat berdampak pada operasi
9. adopsi prinsip akuntansi baru yang berdampak pada pembuatan laporan keuangan
Sistem informasi akuntansi terdiri atas berbagai record dan metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi, serta mencatat berbagai transaksi perusahaan dan untuk menghitung aktiva dan kewajibanyang terkait. Sistem informasi akuntansi yang efektif akan dapat melakukan berbagai hal berikut ini :
1. mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi keuangan yang valid 2. menyediakan informasi secara tepat waktu menegenai berbagai
transaksi
3. secara akurat mengukur nilai keuangan berbagai transaksi
4. secara akurat mencatat berbagai transaksi dalam periode waktu terjadinya
Pengawasan adalah proses di mana kualitas dari desain dan operasi pengendalian internal dapat dinilai. Penilaian ini dapat dicapai dengan prosedur yang terpisah atau melalui aktivitas yang berjalan. Aktivitas pengendalian adalah berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan untuk menangani berbagai resiko yang telah diidentifikasi perusahaan.
Committee of Sponsoring Organizations (COSO) yang merupakan
sekelompok sektor swasta yang terdiri dari American Accounting Association
(AAA), AICPA (American Institue of Certified Public Accountant), Institue of
Internal Auditors, Institue of Management Accountants, dan Financial Executives
Institutes. Pada tahun 1992, COSO mengeluarkan hasil penelitian untuk
mengembangkan defenisi pengendalian internal. Penelitian selama 3 tahun dan
melibatkan 10 ribu jam penelitian, diskusi, analisis, dan proses penilaian
mendefenisikan pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan
arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan
pengendalian dicapai dengan pertimbangan hal-hal berikut :
1. Efektivitas dan efisiensi operasional organisasi
2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku
Oleh karena itu COSO menyajikan langkah yang signifikan atas defenisi
pengendalian internal yang dahulu terbatas pada pengendalian akuntansi, menjadi
pengendalian yang menangani tujuan yang luas akibat banyaknya berbagai
penipuan yang terjadi di tahun 1992.
Sedangkan Information System Audit and Control Foundation (ISACF)
mengembangkan Control Objectives for Information and Related Technology
(COBIT). COBIT merupakan kerangka praktik pengendalian untuk teknologi
informasi, dan keamanan sistem informasi yang umumnya dapat diaplikasikan.
Kerangka tersebut menangani isu pengendalian berdasarkan tiga poin atau
dimensi yang menguntungkan, yaitu :
1. Tujuan Bisnis
Bahwa untuk memenuhi tujuan bisnis, informasi harus sesaui dengan
criteria yang disebut COBIT sebagai persyaratan bisnis atas informasi,
criteria tersebut terpisah tetapi saling melengkapi, yang mencerminkan
tujuan-tujuan COSO, yaitu efektivitas (relevan, berkaitan, dan tepat
waktu), efisiensi, kerahasiaan, integritas, ketersediaan, kesesuaian dengan
persyaratan hukum, dan keandalan
Sumber daya ini meliputi orang, sistem aplikasi, teknologi, fasilitas dan
data.
3. Proses Teknologi Informasi
Proses ini dipecah ke empat bidang, yaitu perencanaan dan organisasi,
proses perolehan (acquisition) dan implementasi, pengiriman dan
pendukung serta pengawasan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002)
Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern yaitu pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi, di samping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Adat istiadat, kultur, dan corporate governance system dapat mencegah terjadinya ketidak beresan yang dilakukan oleh manajemen, namun tidak merupakan pencegahan yang bersifat mutlak.
D. Gambaran Umum PP no 60 Tahun 2008, UU no 20 Tahun 1997, dan PP no 46 Tahun 2002
1. Peraturan Pemerintah no 60 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 60 Tahun 2008
merupakan peraturan yang dikeluarkan Pemerintah Republik Indonesia tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang
pemerintah daerah. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik. Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, maka SPIP memberikan keyakinan
yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
2. Undang- Undang no 20 Tahun 1997
Undang- undang no 20 Tahun 1997 merupakan Undang- Undang yang
mengatur tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Undang-undang ini dibentuk
dalam rangka meningkatkan efisiensi perekonomian dan keuangan Negara serta
untuk memberikan kepastian peranan dan wewenang Pemerintah dalam
melaksanakan penyelenggaraan dan pengelolaan Penerimaaan Negara Bukan
Pajak. Undang- Undang ini mengatur tentang aturan umum menegenai
pengelompokan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, serta apa yang menjadi
dasar utama dari pengenaan tarif PNBP, dan juga bagaimana pemeriksaan
terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak. Di dalam Undang-Undang ini pun
terdapat ketentuan hukum yang terkait, mengenai keberatan atas jumlah
Adapun arah dan tujuan dari perumusan Undang-Undang nomor 20
Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah :
a. Menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan
pembiayaan pembangunan melalui optimalisasi sumber- sumber
Penerimaan Negaraa Bukan Pajak dan ketertiban administrasi
pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak serta penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara
b. Lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat
berpatisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan
manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-kegiatan yang
menghasilkan Penerimaan Negara Bukan Pajak
c. Menunjang kebijaksanaan Pemerintah dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya serta investasi di seluruh wilayah Indonesia
d. Menunjang upaya terciptanya aparat Pemerintah yang kuat, bersih
dan berwibawa, penyederhanaan prosedur dan pemenuhan
kewajiban, peningkatan tertib administrasikeuangan dan anggaran
Negara, serta peningkatan pengawasan.
3. Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun 2002
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 46 Tahun 2002
merupakan peraturan mengenai Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional. Peraturan ini merupakan tindak
Nasional, sebab di setiap instansi pemerintah yang memiliki PNBP akan memiliki
jenis PNBP tersendiri, maka untuk BPN dibentuklah PP no 46 tahun 2002 yang
mengatur tentang PNBP di BPN. Oleh karena itu peraturan ini mengatur tentang
jenis-jenis PNBP yang berlaku di BPN beserta tarif perhitungan pengenaan untuk
masing-masing kegiatan yang menjadi PNBP.
E. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
(BPN)
UU no 20 tahun 1997
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.
Menurut Erlina dan Sri Mulyani (2007:15), Penelitian kualitatif merupakan
”penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam
kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis,
kompleks, dan rinci”.
B. Jenis Data
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
A. Pelayanan Pendaftaran Tanah
1. Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang
Tanah Secara Sporadik B. Pelayanan Pemeriksaan Tanah
1. Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. data Primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian pihak secara
langsung yaitu perusahaan Badan Pertanahan Nasional (BPN), misalnya
hasil wawancara, yang memerlukan pengolahan dan dikembangkan lebih
lanjut untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai kebutuhan,
2. data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari instansi sebagai objek
penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di instansi. Data yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah struktur instansi, sejarah instansi,
dan laporan PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara .
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan :
1. teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab dengan pihak yang berwenang atau pihak lain yang berhubungan
dengan objek yang diteliti, adapun daftar pertanyaan terdapat pada
Lampiran 6,
2. teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data-data yang ada dalam objek penelitian,
3. teknik observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
4. teknik kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan
penelitian.
D. Metode Analisis Data
Analisis data penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dikumpulkan, diklasifikasikan,
serta diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan informasi yang lengkap
bagi pemecahan masalah.
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
(BPN) Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Brigjend. Katamso no 45
Medan. Jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 KETERANGAN SEPT’
Bimbingan Skripsi Penyelesaian Skripsi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan instansi yang berada di
bawah naungan Departemen Dalam Negeri. Ditingkat I bernama Direktorat
Agraria, Tingkat Kabupaten/ Kotamadya bernama Dinas Agraria
Sejak dikeluarkannya Keputusan Kepala Presiden RI No 26 Tahun 1988,
maka Direktorat Agraria dirubah namanya menjadi BPN yang dipimpin oleh
Kepala Badan Pertanahan Nasional.
Dasar hukum Lembaga ini telah beberapa kali mengalami perubahan, dan
yang terakhir dikeluarkan adalah Peraturan Presiden No 10 Tahun 2006 tentang
Badan Pertanahan Nasional. Sebagai perpanjangan tangan dari Badan Pertanahan
Nasional Pusat maka terdapatlah Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi. Struktur Bagian Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional terdiri atas
:
1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Survey, engukuran dan Pemetaan
3. Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
4. Bidang Pengaturan dan Penataan Tanah
5. Bidang Pengendaalian Pertanahan dan Pemberdayaan
Masyarakat
6. Bidang Pengkajian
Ad1. Bidang Tata Usaha, terdiri dari :
a. Sub bagian Kepegawaian
b. Sub bagian Keuangan
Ad2. Bidang Survei, pengukuran dan Pemetaan, terdiri dari :
a. Seksi Pengukuran dan Pemetaan Dasar
b. Seksi Pemetaan Tematik
c. Seksi Pengukuran Bidang
d. Seksi Survei Potensi Tanah
Ad3. Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah, terdiri dari :
a. Seksi Penetapan Hak Tanah Perorangan
b. Seksi Penetapan Tanah Badan Hukum
c. Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah
d. Seksi Pendaftaran, Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT
Ad4. Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan
a. Seksi Penatagunaan Tanah
b. Seksi Penataan Kawasan Tertentu
c. Seksi Landreform
d. Seksi Konsolidasi Tanah
Ad5. Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Seksi Pengendalian Pertanahan
b. Seksi Pemberdayaan Masyarakat
Ad6. Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan
a. Seksi Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan
b. Seksi Pengkajian dan Penanganan Perkara Pertanahan
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan
dipimpin oleh Kepala. Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006, BPN memiliki
pedoman kerja, yang disebut dengan 11 Agenda Pedoman Kerja Badan
Pertanahan Nasional, antara lain :
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan
Nasional
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah
serta sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia
3. Memastikan penguatan hak-hak atas tanah
4. Menyelesaikan persoalan-persoalan pertanahan di
daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah-daerah-daerah konflik di
seluruh tanah air
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan
konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis
6. Membangun Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan
Nasional (SIMTANAS) dan Sistem Pengaman Dokumen
Pertanahan di seluruh Indonesia
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat
8. Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah skala
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan
peundang-undangan pertanahan yang telah ditetapkan
10.Menata kelembagaan pertanahan nasional
11.Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan
kebijakan pertanahan
Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, oleh karena itu Badan
Pertanahan Nasional memiliki visi dan misi, yaitu :
a. Visi
Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem
Kemasyarakatan, Kebangsaan dan Kenegaraan Republik Indonesia.
b. Misi
Mengembangkan dan menyelengarakan politik dan kebijakan pertanahan
untuk :
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber dari
kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan
2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan
bermartabat dalam kaitannya dalam penguasaan, pemilikan,
3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan
mengatasi berbagai sengketa, konflik, dan perkara di seluruh tanah air
dan penataan perangkat hukum dan sistem pengolahan pertanahan
sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik, dan perkara di kemudian
hari
4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi
yang akan dating terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan
masyarakat
5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat,
prinsip, dan aturan yang tertian dalam UUPA dan aspirasi rakyat
secara luas
c. Struktur Organisasi
Untuk struktur organisasi Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Sumatera Utara, dapat dilihat pada Lampiran 1
2. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Tidak semua PNBP yang ada di dalam PP no 46 Tahun 2002 yang
beberapa kegiatan yang hanya dilakukan oleh Kantor Daerah dan bukan Kantor
Wilayah. Adapun kegiatannya antara lain :
Tabel 4.1
Jenis PNBP yang Terdapat di Lingkungan Kanwil BPN Sumatera Utara
NO Jenis PNBP yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional
Sub-Jenis PNBP yang berlaku pada Badan Pertanahan
Nasional
1 Pelayanan Pendaftaran Tanah D. Pelayanan Pengukuran dan
Pemetaan Bidang tanah :
5. Pelayanan Pengukuran
dan Pemetaan Bidang
Tanah secara Sporadik
6. Pelayanan Pengukuran
dan Pemetaan Bidang
Tanah secara Sistematik
7. Pelayanan Pengembalian
Batas
8. Pelayanan Pembuatan
Peta Situasi Lengkap
(Topografi)
2 Pelayanan Pemeriksaan Tanah E. Pelayanan Pemeriksaan
4. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah di Perkotaan
5. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah di Pedesaan
6. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah secara Massal
F. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah dalam Bentuk Laporan
Konstatasi :
3. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah dalam Bentuk
Laporan Konstatasi untuk
Perpanjangan atau
Pembaharuan Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai
4. Pelayanan Pemeriksaan
Tanah dalam Bentuk
Laporan Konstatasi untuk
Perpanjangan atau
Pembaharuan hak Guna
3 Pelayanan Informasi Pertanahan
4 Pelayanan Konsolidasi Tanah secara
Swadaya
5 Pelayanan Redistribusi Tanah secara
Swadaya
3. Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan (LKKUP)
Untuk Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan di Kanwil BPN Sumatera
Utara untuk tahun 2006-2008, dapat dilihat di Lampiran 2
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Keakuratan Pencatatan PNBP di Kanwil BPN
Pencatatan tarif dari kegiatan yang menjadi PNBP didasarkan pada
Gradasi (Penetapan Tarif) yang telah ditetapkan untuk masing- masing kegiatan,
sehingga tarif yang dikenakan kepada pemohon telah memiliki dasar ketetapan.
Dan penetapan tarif tersebut telah berdasarkan PP nomor 46 Tahun 2002.
Untuk kegiatan Pemeriksaan Tanah, gradasi yang telah ditetapkan adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Penetapan Tarif untuk Pemeriksaan Tanah Berdasarkan PP no 46 Tahun 2002
no keterangan
sporadis Massal
tanah tanah
lebih dari 5000 ha
Sebagai contoh pengenaan tarif dari Pelayanan Pemeriksaan Tanah dapat dilihat
pada Surat Perintah Setor (SPS) untuk Pemeriksaan Tanah pada Lampiran 3,
yang mana pemohon memiliki tanah seluas 196,51 Ha untuk diperiksa, sehingga
Tarif yag dikenakan adalah sebesar Rp.4.932.000 (Empat Juta Sembilan Ratus
Tiga Puluh Dua Ribu Rupiah)
Sedangkan Pengenaan Tarif untuk kegiatan Pelayanan Pengukuran dan
Pemetaan Tanah menggunakan Gradasi yang berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara No.
620.2-22/ / 2008, Juni 2008. Adapun Gradasi (Penetapan Tarif) untuk kegiatan
Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Tanah adalah :
Tabel 4.3
Penetapan Tarif untuk Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Tanah Di Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
31
Untuk Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Tanah, dasar pengenaannya kepada
pemohon didasarkan pada Topografi Tanah, yaitu untuk yang kondisi
Topografinya ringan, sedang ataupun berat. Namun jika kondisi tanah dalam
sengketa, maka tanah tersebut digolongkan ke Topografi berat.
Berdasarkan PP nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
kegiatan Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan sebagaimana dimaksud meliputi:
b. penetapan batas bidang-bidang tanah
c. pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran
d. pembuatan daftar tanah
e. pembuatan surat ukur
Sebagai contoh pengenaan tarif untuk kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Tanah
dapat dilihat pada Surat Perintah Setor (SPS) untuk Pengukuran dan Pemetaan
Tanah pada Lampiran 4, namun di SPS tersebut hanya dicantumkan total yang
harus dibayar pemohon dan tidak dirinci biaya untuk kegiatan tersebut yaitu
sebesar Rp.29.823.000 (Dua Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Dua Puluh Tiga
Ribu Rupiah) untuk + 195 Ha, yang mana di dalamnya telah terakumulasi untuk
biaya transport dan yang lainnya.
2. Kepatuhan Pengelolaan PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara
Untuk Kepatuhan dari pengelolaan PNBP di Kanwil BPN Sumatera Utara,
penelitian difokuskan pada ketaatan BPN pada peraturan-peraturan yang berlaku
di lingkungan BPN. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan no
77/KMK.06/2003 tanggal 25 Febuari 2003 tentang persetujuan penggunaan
sebagian dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari PNBP
pada BPN sebagaimana dijelaskan dengan surat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan tanggal 8 Juli 2005 no 5-4350/PB/2005 perihal penggunaan