BERKONSEP
NATURAL KINGDOM
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah DI 38309 Tugas Akhir
Semester VIII tahun akademik 2013/2014
Oleh:
Mochamad Yunus 52010001
PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DATA PRIBADI
Nama : Mochamad Yunus
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Majalengka, 23 November 1990 Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi, berat badan : 155 cm, 40 kg
Agama : Islam
Alamat lengkap : Jln. Bojong Raya No. 2 RT 007/001 Kel. Caringin Kec. Bandung Kulon
Telepon/ HP : (022)6004628/083822500068 E-mail : mochha50@yahoo.com
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
» Formal
2000 – 2002 : SDN Bojong 1 Bandung
Interior)
SEMINAR
.Be The Young Entrepreneur UNIBI
.Dialog Publik PT JASA RAHARJA
.Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII)
KEMAMPUAN
Menggambar Free hand
Teknik Komputer :
Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point,
AutoCAD,
Google SketchUp + V-ray,
Corel Draw,
Flash.
Bandung , 22 Agustus 2014 Hormat saya,
i DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
LEMBAR DATA RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI ... i
1.4 Permasalahan Perancangan ... 5
1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan ... 6
BAB II TINJAUAN TEORI DAN DATA MUSEUM BATIK TULIS JAWA BARAT ... 8
2.1 Tinjauan Teori dan Data Museum... 8
ii
2.1.2 Fungsi dan Peran Museum... 9
2.1.3 Jenis-jenis Museum... 9
2.1.4 Tujuan Museum ... 11
2.2 Tinjauan Umum Batik Tulis Jawa Barat ... 12
2.2.1 Definisi Batik ... 12
2.2.2 Definisi Batik Tulis ... 12
2.2.3 Karakteristik Batik Tulis... 12
2.2.4 Alat Dan Bahan Batik Tulis... 14
2.2.5 Tinjauan Batik Tulis Jawa Barat... 19
2.3 Tinjauan Studi Antropometri ... 25
2.3.1 Studi Media Penyimpanan Benda Koleksi ... 25
2.4 Tinjauan Studi... 33
2.4.1 Studi Banding Museum Tekstil Jakarta... 33
BAB III KONSEP PERENCANAAN MUSEUM BATIK TULIS JAWA BARAT BERKONSEP NATURAL KINGDOM ... 38
3.1 Deskripsi Proyek ... 38
3.2 Profil Museum Batik Tulis Jawa Barat ... 39
3.2.1 Visi Museum Batik Jawa Barat ... 39
3.2.2 Misi Museum Batik Jawa Barat ... 39
3.3 Data dan Karakteristik User ...40
3.4 Bentuk Kegiatan Museum Batik Jawa Barat... 41
3.5 Jam Kerja Museum Batik Tulis Jawa Barat ... 43
3.6 Program Aktifitas dan Fasilitas ... 44
iii
3.8 Tinjauan Organisasi Pengelola Museum... 56
3.9 Alur Sirkulasi Museum Batik Tulis Jawa Barat ... 57
3.10 Program Kedekatan Ruang ... 59
3.11 Zoning dan Blocking ...60
3.12 Studi Image ...66
BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM BATIK TULIS JAWA BARAT BERKONSEP NATURAL KINGDOM...67
4.1 Tema...67
4.2 Penggayaan...68
4.3 Konsep Bentuk...68
4.4 Konsep Furnitur...71
4.5 Media Display...71
4.6 Konsep Warna...72
4.7 Konsep Material...73
4.8 Konsep Pencahayaan...74
4.9 Konsep Penghawaan...75
4.10 Konsep Keamanan...75
4.11 Konsep Storyline...76
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Rosidi, A., (ed). 2000. Ensiklopedi Sunda, Alam, Manusia, dan Budaya, Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi. Jakarta : Pustaka Jaya,
cetakan I, 107, 618-619.
Anas, B. 1997, Indonesia Indah Batik Buku Ke – 8, Jakarta: Yayasan Harapan Kita / BP 3 TMII
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993, Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum, Jakarta.
Museografia, Direktorat Museum, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta, 2009
Sutaarga, Moh. Amir, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Proyek Pembinaan Permuseuman; Direktorat Jendral Kebudayaan; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, 1989/1990
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992, Kecil Tetapi Indah, Pedoman Pendirian Museum, Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993, Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum, Jakarta.
Ramdhan, Iwet. 2013, Cerita Batik Iwet Ramadhan, Tangerang: Literati.
Atmojo, Heriyanto. 2008, Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo: Pesona Budaya nan Eksotik, Solo: Tiga Serangkai
Panero, Julius & Zelnik, Martin. 2003, Dimensi Manusia & Ruang Interior, Jakarta: Erlangga
Pradito, Didit. Herman Jusuf & Saftiyaningsih ken Atik. 2010, The Dancing Peacock – Colours and Motifs of Priangan Batik, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Sumber Internet
Yayasan Batik Jawa Barat., 2008, Balarea Batik Jabar, [online], (http://www.balareabatikjabar.org, diakses tanggal 20 Februari 2014 ) http://www.tjokrosuharto.com [24 Februari 2014]
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam pada junjungan Nabi Muhammad Saw sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep Natural Kingdom tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir ini merupakan Syarat bagi kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan (S1) di Universitas Komputer Indonesia.
Terimakasih sebesar –besarnya kepada :
1. Ibu Tiara Isfiaty, M.Sn. selaku koordinator dan dosen pembimbing Tugas Akhir, terimakasih atas bimbingannya serta arahannya selama masa perkuliahan dan bimbingan Tugas Akhir yang selalu memberikan semangat dan motivasi yang tinggi.
2. Ibu Ryanty Derwentyana Nazhar, M. Ds. selaku dosen wali yang selalu memberi semangat untuk terus belajar dan lebih baik lagi.
3. Semua dosen-dosen program Desain Interior Unikom.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan pengorbanan serta dukungannya dan do’a yang selalu dipanjatkan.
5. Teman-teman angkatan 2010 dan 2009 yang selalu memberi motivasi dan dukungan serta kerja keras untuk berjuang bersama-sama.
Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang dapat membangun karya Tugas Akhir ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.
Bandung, Agustus 2014
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada Oktober 2009, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) resmi mengakui batik sebagai warisan dunia tak benda (intangible) yang berasal dari Indonesia. Di tengah ancaman pemanasan globalisasi dan kondisi iklim di setiap negara yang berbeda-beda, seharusnya bisa menyadarkan kita akan pentingnya pelestarian budaya batik. Batik merupakan warisan kebudayaan asli dari Indonesia. Salah satu warisan pada masa kerajaan majapahit. Kemudian meluas hingga seluruh kepulauan Jawa. Batik sudah mulai berkembang pada rakyat biasa hingga saat ini. Batik merupakan warisan budaya yang saat ini menjadi bisnis. Trend bisnis di masyarakat seperti Pakaian yang berbahan dari batik. Aneka produk batik sangat banyak di pasaran. Fenomena ini tentunya menjadikan batik sebagai bisnis didalamnya.
2 sebuah tradisi yang secara turun-temurun sudah dilakukan di Indonesia. Ciri khas batik tulis, Motif cenderung lebih rumit. Ukurannya tidak akan bisa sama persis. Proses membatik dilakukan pada kedua sisi kain dengan Warna motif-motifnya sama pada kain bagian depan dan belakang.(Ramadhan, Iwet.2013 : 22)
Perkembangan batik dari masa kemasa terus berkembang. Pada abad ke-20, kegiatan membatik berkembang di Cirebon (Trusmi), Indramayu (Paoman), Ciamis (Cikoneng), Tasikmalaya (Sukaraja, Cihideung, Cipedes), dan Garut (Tarogong); yang masing-masing tempat memiliki corak khas, sehingga timbul sebutan Dermayon, Trusmian, Garutan, dll. (Rosidi, dkk., 2000:107).
Daerah-daerah yang merupakan pengembang batik yang tergolong baru yaitu Subang, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Bekasi, dan Banjar adalah beberapa daerah yang dalam beberapa tahun belakangan ini menunjukkan keberadaannya dalam pengembangan batik daerah. Dalam perkembangannya, batik-batik ini pun telah meluas dan mewahana ke berbagai bentuk pengertian dalam dimensi pemaknaan, prinsip tujuan, hingga pengaruh kebhinekaan budaya Indonesia. (Anas, dkk., 1997:14).
3 merupakan salah satunya tempat yang dapat memelihara warisan sejarah budaya bangsa. Melihat Fenomena tersebut perlunya sebuah sarana pendokumentasian yang dapat digunakan untuk melestarikan, merawat, dan menjaga hasil kerajinan batik. Bandung sebagai kota di Jawa Barat perlu turut serta menjaga dan melestarikan kesenian batik. Bandung merupakan salah satu pusat industri di Indonesia. Bandung sering disinggahi bangsa dan budaya luar.
Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah permasalahan lingkungan. Konsep Green telah menjadi trend baru dalam setiap keseharian manusia dimasa sekarang ini. Dalam setiap proses pembangunan aspek lingkungan harus dipertimbangkan. Tren green life style di masyarakat saat ini semakin banyak diminati. Di negara berkembang, salah satunya di Indonesia mengalami pertumbuhan kota yang sangat cepat. Kota-kota besar di Indonesia yang mengalami pertumbuhan sangat pesat seperti kota Bandung. Jumlah penduduk yang terus meningkat mengakibatkan kebutuhan lahan menjadi semakin meningkat. Pertumbuhan suatu kota yang demikian tentu akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan tersebut. Persebaran lahan terbangun yang sangat luas mengakibatkan pada meningkatnya polusi udara perkotaan. Berdasarkan keadaan itu, dalam melakukan perencanaan dibutuhkan suatu konsep perencanaan yang berkelanjutan. Seperti konsep Green City yang mengutamakan keselarasan dengan alam.
4 naturalistis dan banyak mengambil inspirasi penciptaan motif dari dunia flora dan fauna di alam sekitarnya. Sehingga Konsep Natural Kingdom dipilih untuk mewakili citra batik pada Museum Batik Tulis Jawa Barat.
1.2 Ide Perancangan
5
1.3 Fokus Permasalahan
Perlunya sebuah pelestarian batik sebagai budaya warisan Indonesia
yang memiliki nilai sejarah.
Batik tulis merupakan salah satu metode pembuatan batik yang paling
tua dan memiliki nilai seni lebih tinggi karena dibuat langsung secara manual dengan tangan.
Bandung merupakan salah satu pusat investasi terbesar di Indonesia
dengan citra masyarakat Bandung yang kreatif.
Kota Bandung adalah salah satu kota yang sering disinggahi oleh
turis dan budaya luar.
Lingkungan menjadi salah satu yang perlu diperhatikan dalam sebuah
pembangunan.
Adanya salah satu program yang saat ini sedang dikembangkan yaitu
green life style, Zero Waste, lingkungan bersih.
Perlunya sebuah fasilitas sarana dan prasarana pendokumentasian
terhadap batik tulis yang ada di Jawa Barat.
1.4 Permasalahan Perancangan
Ada beberapa masalah desain interior yang akan dibahas yaitu :
Bagaimana merancang interior museum yang dapat memberikan
sebuah tempat pengetahuan dan pelestarian warisan budaya Batik tulis?
Bagaimana mendesain sebuah Interior Museum Batik tulis dengan
6 dari batik tulis, dengan penerapan pada setiap elemen-elemen di dalam interior museum?
Bagaimana penerapan motif atau ornamen pada setiap ruangan, agar
menjadikan Green life sebagai ide dasar yang dapat mendukung konsep Natural Kingdom?
Bagaimana menciptakan suasana di dalam ruangan yang mampu
mendukung konsep Green life sehingga dapat memunculkan citra batik itu sendiri?
1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan
1.5.1 Maksud
Merancang sebuah museum Batik Tulis yang dapat memberikan sebuah fasilitas kepada masyarakat akan pentingnya sebuah pengetahuan dari segi sejarah, perkembangan, dan keanekaragaman motif-motif dan ragam hias dari batik tulis Jawa Barat. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kegunaan atau fungsi dari batik tulis.Museum Batik adalah tempat untuk melestarikan, menjaga, dan memamerkan dari hasil kerajinan batik tulis Jawa Barat dengan fasilitas pendukungnya di Kota Bandung.
1.5.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapat dalam perancangan Museum Batik Tulis Berkonsep Natural Kingdom adalah sebagai berikut:
Menciptakan interior museum Batik Tulis Jawa Barat yang bekonsep
7 menampung dari hasil koleksi-koleksi batik serta mengembangkannya dengan baik.
Memberikan sebuah fasilitas dan sarana pendidikan yang lebih mudah
dimengerti untuk semua khalayak umum.
Menciptakan suatu konsep dengan penerapan pada elemen interior
yang diharapkan dapat memunculkan esensi dan citra dari batik tulis Jawa Barat.
Sirkulasi dan penataan fasilitas yang sesuai, akan dapat memberikan
pelayanan secara cepat dan dapat memuaskan pengunjung.
Menerapkan konsep green life dalam rancangan Museum Batik Tulis
38
BAB III
KONSEP PERENCANAAN MUSEUM BATIK TULIS JAWA BARAT
BERKONSEP NATURAL KINGDOM
3.1 Deskripsi Proyek
Judul Proyek : Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep Natural Kingdom
Lokasi : Kota Bandung, Jawa Barat
Sifat Proyek : Fiktif
Status Kepemilikan : Pemerintah
Pengelola Museum : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Jenis Proyek : Edukasi/pendidikan, rekreasi dan komersil
Pengguna : Para Ilmuwan,pengusaha batik, desainer batik dan
wisatawan umum serta masyarakat umum. Data Koleksi Museum Batik Tulis Jawa Barat
39
3.2 Profil Museum Batik Tulis Jawa Barat
Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep Natural Kingdom merupakan sebuah tempat penyimpangan benda berupa karya seni, peninggalan kuno dan bersejarah yaitu berupa batik tulis yang ada di Jawa Barat. Museum Batik Tulis Jawa Barat merupakan museumyang melestarikan, menjaga, dan memamerkan hasil kerajinan batik khas Jawa Barat dengan segala fasilitas pendukungnya yang ada di Kota Bandung serta menjadi sebuah tempat wisata dan pendidikan yang dapat memperluas pengetahuan tentang nilai tinggi sejarah keanekaragaman Batik Tulis yang ada di Jawa Barat kepada masyarakat.
3.3.1 Visi Museum Batik Tulis Jawa Barat
Menjadikan Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep Natural Kingdom sebagai salah satu warisan budaya bangsa, dengan penunjang pendidikan, sebagai media rekreasi edukatif-kultural, media informasi serta memecahkan semua masalah atau fenomena yang ada berupa sebuah Museum Batik yang berlokasi di Kota Bandung.
3.3.2 Misi Museum Batik Tulis Jawa Barat
40 Penerapan konsep perancangan interior dari Museum BatikBerkonsep Natural Kingdom sebagai salah satu wadah yang dapat melestarikan kebudayaan bangsa dengan tidak menghilangkan citra dan dari batik tulis itu sendiri.
3.3 Data dan Karakteristik User
Faktor Keterangan
Umur/usia Semua Umur/usia (Dewasa, Remaja dan anak-anak)
Kelamin Pria dan Wanita.
Jumlah Organisasi/Rombongan, Individu dan Kelompok tertentu.
Tujuan /Aktivitas Untuk acara rekreasi pendidikan Keluarga atau Individu.
Mengikuti kegiatan dan acara pelatihan membatik tulis.
Melihat-lihat Hasil dari batik Tulis Jawa Barat
Membeli merchandise di toko souvenir museum.
Mengikuti Acara seminar atau menonton film dokumenter di Aula Museum Batik Tulis.
Mencari referensi tentang perbatikan dan sejenisnya
diperpustakaan Museum Batik Tulis.
Pengguna museum Para Desainer batik, para pengusaha batik,
perajin batik dikota Bandung atau pun luar Bandung.
Para Pelajar, mahasiswa, guru-guru, dosen, serta ilmuwan.
Pengunjung (umum) dalam negeri dan pengunjung luar
negeri.
Tabel 3.1 Tabel Data dan Karakteristik User
41
3.4 Bentuk Kegiatan Museum Batik Tulis Jawa Barat
Bentuk kegiatan pada perancangan Museum Batik Tulis Jawa Barat berkonsep Natural Kingdom ini, adalah:
1. Edukasi atau Pameran
Pada Area Edukasi atau Pameran ini digunakan untuk menampilkan seluruh benda-benda pamer atau koleksi dari Batik Tulis Jawa Barat dengan media display 2 dimensi dan 3 dimensi dengan alur storyline yang diterapkan pada museum batik tulis Jawa Barat.
2. Edukasi atau pendidikan
Aula Multimedia
Ruangan yang digunakan untuk pemutaran film dokumenter pada acara seminar atau diskusi yang terbuka untuk umum mengenai Batik tulis yang ada di Jawa Barat atau Indonesia.
Workshop membatik
Menyediakan sebuah fasilitas untuk pelatihan khursus membatikatau pembuatan batik yang terbuka bagi pengunjung.
Perpustakaan
42
Koleksi dan Perawatan
Untuk memelihara koleksi dari bahaya kehancuran baik secara alami maupun secara kimiawi, meliputi bagian konservasi, preparasi dan kuratorial.
3. Komersil
Toko Souvenir
Tempat yang menyediakan barang-barang untuk di beli oleh pengunjung yang dapat dijadikan sebagai merchandise bagi para pengunjung, seperti kain Batik Tulis Jawa Barat, Baju bermotif Batik, dan lain – lain.
Kafetaria
Sebagai area bersantai maupun istirahat yangmenyediakan berbagai jenis makanan khas dan minumankhas Jawa Barat untuk para pengguna museum.
Toilet
Tempat bagi para pengunjung atau pun pengelola museum untuk buang air besar dan buang air kecil.
Mushalla
Tempat untukberibadah bagi pengelola museum maupunpengunjung museum yang beragama Islam.
Area Parkir
43
3.5 Jam Kerja Museum Batik Tulis Jawa Barat
Pameran atau Eksibisi, Perpustakaan, Workshop membatik,
Kafetaria museum, Toko souvenir batik : Hari Selasa – Minggu: 09.00 – 14.30 WIB.
Aula dan Multimedia :
Hari Selasa – Minggu: 09.00 – 11.00 WIB 13.00 – 14.00 WIB.
Kantor Administrasi dan Pelestarian Batik: Hari Selasa – Jumat:
44
3.6 Program Aktifitas dan Fasilitas
PELAYANAN UMUM
Penerima pengunjung yang datang ke museum,
Meja penjualan
Penerima pengunjung yang datang ke museum,
Meja
Tabel 3.2 Tabel Aktifitas dan Fasilitas Pelayanan Umum
45 EKSIBISI atau PAMERAN
5 Area
Introduksi publik
melihat lihat,
Penyebaran Batik tulis Jawa
Barat 1 600 15 150 9000
Tabel 3.3 Tabel Aktifitas dan Fasilitas Eksibisi atau Pameran
48
Temporer publik melihat lihat,
49
Luas
total 3322530
Edukasi atau Pendidikan
24 Lobby
25 perpustakaan Semi
publik
26 Auditorium multimedia
27 Resepsionis Auditorium
Tabel 3.4 Tabel Aktifitas dan Fasilitas Edukasi atau Pendidikan
50
Workshop membatik tulis
51 KOMERSIL
30
Cafetaria publik
istirahat,
Souvenir publik
membel
Wanita servis
Buang Air
Tabel 3.5 Tabel Aktifitas dan Fasilitas Komersil
52 34 Kepala Museum Private
Penyusunan program. Work Station 1 150 70 75 10500
35100 80% 28080 63180 Penyusunan rencana dan pengusulan
pengadaan koleksi serta sarananya. Beside Table 1 120 70 75 8400 Penyelenggaraan usaha-usaha publikasi,
pameran koleksi dan pemasaran. Kursi 1 50 60 50 3000 Pelaksanaan pembuatan deskripsi dan
registrasi koleksi. Kursi hadap 2 50 60 50 6000 Memimpin pelaksana tugas dan fungsi
dari Rak buku 1 120 40 150 4800
Menghimpun, meneliti, mengelola dan
menyusun program dan rencana Beside Table 1 120 70 75 8400
Menyusun program dan rencana
kegiatan operasional Work Station 1 150 70 75 10500
24300 80% 19440 43740 Exhibition and
Education Section/
Menyelenggarakan pameran koleksi di
museum Beside Table 1 120 70 75 8400 Seksi Pameran dan
Edukasi
Mengadakan kerjasama, baik dengan
instansi pemerintah maupun badan Kursi 1 50 60 50 3000
swasta/masyarakat, untuk
menyelenggarakan pameran.
Filling
Cabinet 1 60 40 120 2400
Tabel 3.6 Tabel Aktifitas dan Fasilitas Manajemen
53 37
Private
Menyusun program dan rencana
kegiatan operasional. Work Station 1 150 70 75 10500
24300 80% 19440 43740 Seksi Collection
and Treatment
Mengadakan inventarisasi dan
pengkajian terhadap seluruh koleksi. Beside Table 1 120 70 75 8400 Seksi Koleksi dan
Perawatan
Melaksanakan penelitian koleksi dan
etnografi. Chair 1 50 60 50 3000
Filling Cabinet 1 60 40 120 2400
38
Private
Menyusun program dan rencana
kegiatan operasional. Meeting Table 1 240 200 75 48000
79200 80% 63360 142560 RUANG Mengadakan inventarisasi dan
pengkajian terhadap seluruh koleksi. Meeting Chair 8 60 60 50 28800
RAPAT Melaksanakan penelitian koleksi dan
54
Pantry servis
membuat makanan dan
55
Tabel 3.7Total Keseluruhan Ruang
3.7 Struktur Organisasi Museum Batik Tulis Jawa Barat
Berkonsep Natural Kingdom
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Museum Batik Tulis Jawa Barat
Sumber: Dokumen Pribadi
No. Area Luas Area
1 Umum 27,117
2 Edukasi/Pameran 332,25
3 Edukasi/ Pendidikan 219,25
4 Komersil 76,35
5 Kantor 537,37
6 Servis 291,26
7 Total Luas 1485,597
8
Luas Bangunan
( TOTAL SELURUH ZONA + SIRKULASI
ANTAR RUANG = LUAS BANGUNAN) 3533,98
56
3.8 Tinjauan Organisasi pengelola Museum Batik Jawa Barat
Kepala Museum
Memimpin, mengkoordinir serta bertanggung jawab atas kelancaranpelaksana tugas serta fungsi dari Museum Batik Tulis Jawa Barat dengan melakukan Penyusunan-penyusunan program, rencana serta pengadaan koleksi.
Wakil Kepala Museum
Membantu setiap kegiatan Kepala Museum dalam melaksanakan setiap tugas atau rencana-rencana yang akan diadakan oleh Kepala museum.
Kepala Bidang Tata Usaha dan Umum
Menghimpun, meneliti, membuat laporan, mengelola dan menyusun program serta rencanakegiatan secara operasional.Melaksanakan urusan keuangan.Mengkoordinasi penyajian data dan informasi.
Kepala Bidang Pameran dan Edukasi
Menyusun beberapa program dan beberapa rencana kegiatan
operasional, Menyelenggarakan pameran koleksi-koleksi Batik di
museum,Melaksanakan bimbingan dan memberikan informasi ilmiah
mengenai pendidikan dan budaya. Melaksanakan semua evaluasi dan
penyusunan laporan kegiatan operasional.
57
Bagian area Fumigasi bertugas melakukan proses
pembersihan pada benda koleksi dengan bahan kimiawi dalam sebuah ruang tertutup untuk mematikan jamur.
Bagian Kurator bertugas melakukan pengelolaan di bidang administrasi dan penelitiannya dengan baik dan terstruktur.
Bagian Preparasi bertugas untuk merestorasi koleksi dan mempersiapkan pameran.
Bagian Konservasi melakukan tugas konservasi koleksi-koleksi
sebelum dan sesudah.
3.9 Alur Sirkulasi pada Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep
Natural Kingdom
Alur Sirkulasi Pengelola
Bagan 3.2 Alur Sirkulasi Pengelola
Sumber: Dokumen Pribadi
Main
Entrance Lobby
58
Alur Sirkulasi Pengunjung
Bagan 3.3 Alur Sirkulasi Pengunjung
Sumber: Dokumen Pribadi
Main Entrance
Lobby
Informasi
Area Introduksi
Area Sejarah Batik
Area Pamer hasil Batik Jawa Barat
Area Multimedia
Area Pameran Temporer Workshop
Perpustakaan Auditorium
Kafetaria Souvenir
59
3.10 Program Kedekatan Antar Ruang
Bagan 3.4 Kedekatan Ruang
Sumber: Dokumen Pribadi
Main Entrance
Lobby
Area Informasi
Area Introduksi
Area Sejarah Batik Tulis
Area Batik Tulis 1
Area Batik Tulis 2
Multimedia
Pameran Temporer
Workshop Batik
Perpustakaan
Aula/multimedia
Kafetaria
Souvenir
60
3.11Zoning – Blocking Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep
Natural Kingdom
Publik
Pada area ini bersifat umum karena semua aktivitas dilakukan oleh semua pengguna museum, baik pengunjung atau pengelola museum. Area publik terletak pada area basement untuk menyimpan kendaraan, lantai dasar, dan pada lantai satu. Area Publik pada museum ini terdiri dari lobby museum, toko souvenir, kafetaria, area sejarah dan alat batik tulis, galeri temporer dan area pamer hasil batik tulis Jawa Barat.
Semi Publik
Pada area semi publik iniletaknya diantara area publik dan area privat. Area semi publik terletak pada basement, lantai dasar, lantai satu dan lantai dua. Pada area semi publik ini terdiri dari Ruang tunggu museum, ruang membatik atau workshop batik, perpustakaan, dan aula multimedia museum.
Privat
61
Area Servis
Area servis merupakan area pelayanan bagipara pengunjung atau pengelola museum. Area servis ini terdiri dari ruangan teknis museum batik tulis, toilet, dapur, mushalla museum, ruang karyawan, dan pantry kafetaria museum.
Gambar 3.1 Zoning Semi Basement Museum Batik Tulis Jawa Barat
62 Gambar 3.2 Zoning Lantai Dasar Museum Batik Tulis Jawa Barat
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 3.3 Zoning Lantai 1 Museum Batik Tulis Jawa Barat
63 Gambar 3.4 Zoning Lantai 2 Museum Batik Tulis Jawa Barat
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 3.5 Bloking Semi Basement Museum Batik Tulis Jawa Barat
64 Gambar 3.6 Bloking Lantai Dasar Museum Batik Tulis Jawa Barat
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 3.7 Bloking Lantai 1 Museum Batik Tulis Jawa Barat
65 Gambar 3.8 Bloking Lantai 2 Museum Batik Tulis Jawa Barat
66
3.12Studi Image
Penerapan Ornamen pada dinding sebagai aksen agar tidak monoton pada ruangan ruangan tertentu serta penerapan Motif atau Ornamen sebagai citra dari Museum Batik Tulis yang akan dirancang.
Penerapan Motif pada bagian Lantaisebagai karakter dari Museum yang akan di rancang.
67 BAB IV
KONSEP PERANCANGAN MUSEUM BATIK TULIS JAWA BARAT
BERKONSEP NATURAL KINGDOM
4.1 Tema
Tema perancangan Museum Batik Tulis Jawa Barat ini adalah Berkonsep Natural Kingdom yang berarti Kerajaan alam. Batik Tulis Jawa Barat dipengaruhi oleh motif-motif yang berhubungan dengan alam yaitu flora dan fauna. Dengan perancangan desain yang menerapkan konsep Natural Kingdom dimana ruang didesain dengan memperhatikan karakteristik setiap motif batik. Suasana alami yang modern yang akan dihadirkan, menciptakan kondisi lingkungan yang bertujuan sebagai faktor pendukung untuk mempengaruhi Citra batik Jawa Barat .
68 4.2 Penggayaan
Penggayaan yang diterapkan adalah Modern Urban. Istilah atau kata modern berasal dari kata latin yang berarti sekarang ini. Modern, bisa berarti mutakhir atau terbaru. Definisi urban itu sendiri adalah bersifat kekotaan, semua macam latar budaya mampu beradaptasi dengan mudah di dalam Museum Batik Tulis Jawa Barat.
4.3 Konsep Bentuk
69 Pada Area pamer, konsep repetisi diaplkasikan pada konsep Ceiling,
• Ceiling
Mengikuti Pengulangan Bentuk Pada Motif Batik Buluh Hayam
(a) (b) (c) (a) Implementasi konsep bentuk pada ceiling,
(b) Motif batik buluh hayam,
(c) Inspirasi bentuk dari motif buluh hayam Gambar 4.1 Corak Buluh Hayam
Sumber: Anas, B. 1997, Indonesia Indah Batik Buku Ke – 8,
Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP 3 TMII
Alasan menerapkan bentuk motif buluh hayam pada ceiling karena motif yang sama terdapat dalam batik Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya diantaranya cupat manggu, rereng dokter, dan bulu hayam. Kedekatan ketiga wilayah tersebut membuat unsur saling mempengaruhi, terutama dalam motif. Serta terdapat macam-macam motif pada Batik motif buluh hayam.
Gambar 4.2 Implementasi konsep bentuk pada perancangan interior museum
70 Penerapan motif Cupat Manggu Pada koridor. Mangu berarti merenung. Motif ini sekaligus mengajak pengunjung untuk merenungkan akan makna keindahan alam, agar kita dapat belajar tentang keindahan dari alam, serta menjaga keindahan itu untuk alam.
• Lantai
(a) (b) (a) Implementasi konsep bentuk pada lantai,
(b) Motif batik Gedong Gincu, majalengka
Gambar 4.3 Implementasi konsep bentuk pada denah khusus
71 4.4 Konsep Furnitur
Konsep pada furnitur disesuaikan dengan bentuk-bentuk motif batik jawa barat dengan penyederhanaan bentuk sesuai dengan penggayaan modern. Lebih dinamis dan variatif, sehingga bebas berekspresi.
4.5 Media Display
Media display yang digunakan berupa tiga dimensi dan dua dimensi. Teknik penyajiannya berupa:
• Diorama untuk menjelaskan peristiwa atau kegiatan yang disajikan dengan perspektif 3d dengan ukuran yang sebenarnya.
• Vitrin, sebagai tempat penyimpanan lemari koleksi yang tertutup oleh kaca.
• Panil, digunakan untuk memajang koleksi 2d atau benda berbentuk pipih.
Gambar 4.4 Implementasi media display
72 4.6 Konsep Warna
Konsep warna untuk mendukung Konsep dari Natural Kingdom dimana warna putih, coklat sebagai warna netral dan warna kuning, hijau dan merah sebagai warna aksen pencahayaan yang mewakili dari warna Modern urban serta sebagai warna citra batik batik Jawa Barat penuh warna, berani, dan bebas. Penggunaan warna interior pada museum sangat penting selain sebagai mewakili pencitraan museum, warna juga dapat mempengaruhi pengunjung secara psikologis.
R : 96, G : 57, B: 15 R : 165, G : 124 B: 32 R : 255, G :
255, B: 255
C: 40, M : 70, Y: 100 K: 50 C: 10, M : 36, Y: 62, K: 31 C: 0, M : 0, Y: 0, K: 0
Warna Aksen
Gambar 4.5 Konsep warna museum Batik Jawa Barat Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.6 Implementasi konsep warna pada perancangan interior museum
73 4.7 Konsep Material
Material yang digunakan pada Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep Natural Kingdom adalah material alami dan material hasil teknologi industri.
Beberapa menggunakan material pemakaian ulang atau material yang telah digunakan (re-use material) dan Penggunaan bahan-bahan fabrikasi juga dipertimbagkan. karena memiliki daya tahan yang lebih dari pada menggunakan material alami namun memiliki finshing yang lebih variatif.
Elemen interior menggunakan bahan yang mencerminkan gaya natural pada ruang dan menggunakan beberapa material re-use seperti botol bekas yang memberikan pengertian bagi masyarakat bahwa material bekas dapat dimanfaatkan dan bernilai serta dapat membantu kelestarian lingkungan. Dalam jangka panjang diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat perkotaan untuk dapat lebih tertarik pada desain yang berkelanjutan sebagai trend hidup urban masyarakat.
Gambar 4.7 Implementasi material botol bekas pada interior dinding kafetaria
74 4.8 Konsep Pencahayaan
Pada Museum Batik Tulis Jawa Barat Berkonsep Natural Kingdom ini, sistem pencahayaan yang diutamakan adalah sistem pencahayaan buatan yang dapat memberi esensi pada benda pamer. Konsep pencahayaan buatan dengan penggunaan downlight, up light pada area introduksi dan koridor museum. Untuk pencahayaan, selain warna yang umum digunakan, sebagai hidden lamp, warna kuning dan merah pun diaplikasikan dibeberapa bagian seperti area Introduksi dan Galeri museum batik tulis Jawa Barat. Pada pada area-area pamer menggunakan general lighting yaitu downlight dan spot light.
Gambar 4.8 Penerapan uplight pada museum Batik Jawa Barat
75 4.9 Konsep Penghawaan
Sistem penghawaan pada museum batik tulis ini menggunakan penghawaan alami dan penghawaan buatan. Ventilasi dengan filter udara yang disusun secara diagonal terhadap arah angin untuk menghindari tekanan angin yang terlalu besar.
Pada seluruh ruang pamer museum Menggunakan penghawaan buatan karena kapasitas pengunjung pada museum batik tulis yang lebih besar sehingga penghawaan harus lebih maksimal untuk menjaga kenyamanan udara dan suhu didalam museum. Penerapan AC (Air Conditioning) sebagai penghawaan buatan, penerapan setiap ruang berbeda. Untuk suhu pada ruang pamer museum batik tulis sekitar 250 – 270 celcius dan Suhu pada ruang penyimpanan benda pamer batik tulis sekitar 250 celcius.
4.10 Konsep Keamanan
76 4.11 Konsep Storyline
Storyline yang di gunakan Klasifikasi Pembagian berdasarkan daerah. Batik khususnya di Jawa Barat dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu Batik Pesisiran dan Batik Pedalaman (Pradito, dkk. 2010:3). Dibagi ke dalam Dua golongan yaitu “Batik Tulis Pesisiran”, “Batik Tulis Pedalaman”, Daerah yang termasuk ke dalam Batik Pesisiran adalah daerah – daerah di Jawa Barat yang berada di pesisir utara Pulau Jawa dan yang telah menjadi daerah industri batik sejak lama di daerah Jawa Barat, sehingga dapat disebut pula batik tradisional Jawa Barat. Batik Pedalaman mengacu pada berbagai batik dengan ciri – ciri khusus yang tidak ditemukan pada Batik Keraton dan Batik Pesisiran. Batik Pedalaman mengutamakan unsur – unsur lokal dan ciri khas kedaerahan.
Bagan 4.1 Alur Cerita Museum Batik Tulis Jawa Barat
Sumber: Dokumen Pribadi
Storyline museum menjelaskan urutan cerita dari museum di mulai dari area introduksi di area pamer
Area Introduksi :
Area Sejarah batik tulis
Area Alat-alat batik tulis
Area Proses batik tulis
Area Hasil batik tulis Jawa Barat
(pesisiran-pedalaman)
Area Introduksi Area Hasil Batik Tulis
Jawa Barat Area Sejarah Batik
Area Alat-alat Batik
8
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN DATA MUSEUM BATIK TULIS JAWA BARAT
2.1 Tinjauan Teori dan Data Museum
2.1.1 Definisi Museum
Pengertian museum menurut (ICOM)International Council of Museums suatu badan kerjasama profesional dibidang permuseuman
didirikan oleh kalangan profesi permuseuman dari seluruh dunia, museum merupakansebuah lembaga yang bersifat tetap , tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, untuk mengumpulkan, merawat serta memamerkan dengan tujuan-tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan, benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992/1993:15)
A.C.Parker adalah seorang ahli dari Amerika Serikat menyatakan bahwa museum dalam arti modern adalah suatu lembaga secara aktif melakukan tugasnya dalam hal menerangkan dunia manusia dan alam. (Museografia 1987/1988 : 19)
Dalam mendirikan sebuah museum perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan tekhnis seperti persyaratan-persyaratan lokasi museum, persyaratan-persyaratan bangunan, persyaratan koleksi museum, persyaratan peralatan museum, persyaratan organisasi dan ketenagaan.
9
2.1.2FungsidanPeran Museum
Museum pada mulanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan barang-barang warisan budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya ditambah dengan fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya meluas sebagai fungsi pendidikan secara umum untuk masyarakat umum atau masyarakat luas.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992/1993 : 3)
Peran Museum secara umum adalah:
Menghindarkan bangsa dari kemiskinan kebudayaan
Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan secara massal
Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan
masalah
Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat
(Amir Sutaarga, 1962 : 23, 27)
2.1.3 Jenis-jenis Museum
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berdasarkan koleksinya dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
10
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. b) Museum Khusus adalah Museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992/1993:26) Berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis : :
Museum nasional
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
Museum provinsi
Museum yang koleksinya berasal dari wilayah provinsi dimana museum tersebut berada.
Museum lokal
Museum yang koleksinya dari wilayah kabupaten atau kota dimana museum tersebut berada.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992/1993:26-27) Berdasarkan penyelenggara, yaitu terdapat dua jenis:
Museum pemerintah adalah museum yang diselenggarakan dan
11
Museum swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola
oleh swasta.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992/1993:27)
2.1.4 Tujuan Museum
Tujuan museum dapat diuraikan sebagai berikut:
Melestarikan bukti material manusia dengan lingkunganya agar bisa
dijaga dan dimanfaatkan.
Meningkatkan penghayatan budaya agar terhindar dari kemiskinan
kebudayaan.
Membantu untuk peningkatan dan pengembangan kecerdasan
bangsa.
Membina dan mengembangkan seni, ilmu dan teknologi.
12
2.2 Tinjauan UmumBatik Tulis Jawa Barat
2.2.1 Definisi Batik
1) Kata batik dalam istilah Bahasa Jawa berasal dari akar kata “tik”, mempunyai pengertian yang berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil, yang mengandung unsur keindahan.
2) Berdasarkan etimologis, berarti menitikkan malam dengan canting sehingga membentuk corak yang terdiri atas susunan titikan dan garisan.
3) Berdasarkan kata benda, berarti menggambarkan corak di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alat gambar dan malam sebagai zat perintang (Anas,B.1997:3).
2.2.2 Definisi Batik Tulis
Disebut batik tulis karena perintang warnanya dibubuhkan dengan cara seperti menulis dengan menggunakan alat bernamacanting (Ramadhan, Iwet. 2013:22).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik tulis diartikan sebagai batik yang dibuat dengan tangan (bukan dengan cap); (Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
2.2.3 Karakteristik Batik Tulis
Ciri-ciri Batik Tulis:
Tidak ada satu pun batik tulis yang kembar, semua dibuat hanya
13
Tidak ada satu pun motifnya yang sempurna karena dibuat dengan
tangan.
Warna dan motifnya bolak – balik sama atau tembus. Hal ini
dikarenakan setelah bagian depan dicanting, bagian belakang kemudian dicanting lagi.
Umumnya memiliki ukuran 2 x 1,25 meter.
Kalau batik kuno, Terdapat inisial tulisan tangan nama pembatik di
ujung kain.
(Ramadhan, Iwet. 2013 : 22)
Beberapa karakter dari batik tulis yang dapat menimbulkan kerusakan pada batik secara fisik maupun kimiawi, seperti:
Rentan terhadap cahaya
Cahaya alami maupun cahaya buatan. Cahaya alami seperti terkena pancaran radiasi sinar matahari secara terus menerus, contohnya dijemur dibawah sinar matahari langsung, karena panas secara tidak langsung dapat merusak serat kain dan memudarkan warna pada kain.
Rentan terhadap debu
Debu memiliki partikel yang tajam serta dapat memotong serat – serat kain.
Rentan terhadap serangga dan jamur serta Rentan terhadap
14
2.2.4 Alat dan Bahan Batik Tulis
1. Gawangan
Gawangan merupakan alat yang dipakai untuk membentangkan kain ketika sedang proses pembatikan. Bahan yang digunakan untuk membuat sebuah gawangan yaitu dari kayu atau bisa juga menggunakan bahan bambu.
Gambar 2.1 Gawangan (Sumber gambar: www.fabricbatik.com)
2. Bandul
Bandul merupakan alat yang dibuat dari timah atau batu yang dikantongi untuk menahan kain moripada prosespembatikan agar tidak menggeser.
15
3. Anglo dan Wajan
Anglo atau wajan berisi lilin atau malam mendidih yang disiapkan untuk memulai proses pembatikan. (Atmojo, Heriyanto. 2008 : 99)
Gambar 2.3Anglo dan Wajan
Sumber : Atmojo, Heriyanto.2008, Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo
Solo : Tiga Serangkai
4. Gandarukem
Gandarukem adalah bahan pencampuran pembuatan lilin atau malam untuk pembuatan batik tulis tradisional. (Atmojo, Heriyanto. 2008 : 97)
Gambar 2.4Gandarukem
Sumber : Atmojo, Heriyanto.2008, Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo
16
5. Saringan malam
Saringan malam berfungsi untuk menyaring malam atau lilin panas. Sehingga kotoran pada malam atau lilin bisa tersaring.
6. Canting
Canting adalah alat yang digunakan untuk melukiskan motif-motif batik melalui lilin batik atau malam di atas selembar kain mori. Canting terbuat dari bahan tembaga yang mempunyai sifat ringan, mudah dilenturkan, dan kuat meskipun tipis.(Atmojo, Heriyanto. 2008 :95)
Gambar 2.5Canting
Sumber : Atmojo, Heriyanto.2008, Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo
Solo : Tiga Serangkai
7. Kain Mori
17
Gambar 2.6Kain mori
(Sumber Gambar: www.kainmori.com)
8. Lilin atau malam
Lilin atau malam yang digunakan dalam proses membatik adalah hasil komposisi dari parafin. Parafindipakai saat musim kemarau dan musim penghujan, perbedaannya terletak dari kecepatan mengerasnya parafin ketika terkena udara. Lilin lebahsebagai komposisi utamanya. Lilin dan malam ini dicairkan kemudian ditempelkan dengan baik pada kain mori hingga proses membatik selesai. (Ramadhan, Iwet. 2013 : 16)
18
9. Dingklik
Dingklik merupakan tempat duduk untuk membatik, tingginya
tergantung ukuran orang yang sedang membatik .
Gambar 2.8Dingklik
(Sumber gambar: www.tjokrosuharto.com/)
10. Pewarna batik
Pewarna batik adalah zat warna tekstil untuk memberikan warna pada batik tulis. Kayu teger adalah bahan proses pewarnaan batik tulis tradisional yang merupakan hasil alam dengan pengolahan yang sederhana. (Atmojo, Heriyanto. 2008 : 106)
Gambar 2.9Kayu Teger
Sumber : Atmojo, Heriyanto.2008, Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo
19
2.2.5Tinjauan Batik Tulis Jawa Barat
Batik Jawa Barat atau yang juga dikenal sebagai Batik Priangan adalah istilah yang digunakan untuk memberikan identitas pada berbagai batikan yang dihasilkan dan berlangsung di Priangan, daerah di wilayah Jawa Barat yang penduduknya berbahasa dan berbudaya Sunda (Pradito,dkk. 2010:5).
20
• Batik Tulis Indramayu
Gambar 2.10 Motif Ganggengan ( non – geometris),
Sumber: Anas,B. 1997, Indonesia Indah Batik Buku Ke – 8, Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP 3 TMII
• Batik Tulis Cirebon
Gambar 2.11 Corak Paksi Naga Liman dan Corak ayam Alas Gunung Jati
21
• Batik Tulis Ciamis
Gambar 2.12 Rereng Useup dan Rereng Suliga
Sumber: Pradito, dkk. 2010, The Dancing Peacock, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
• Batik Tulis Tasikmalaya
Gambar 2.13 Motif Rereng Cucuk Gelung dan Motif Sente Taleus
Sumber: Pradito, dkk. 2010, The Dancing Peacock, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
• Batik Tulis Garut
Gambar 2.14 Motif Buluh Hayam dan Isuk Sore Buluh Hayam
22
• Batik Tulis Majalengka
Gambar 2.15 Motif Simbar Kencana
Sumber: www.balareabatikjabar.org
• Batik Tulis Sumedang
Gambar 2.16 Motif Lingga
Sumber: www.balareabatikjabar.org
• Batik Tulis Bandung
Gambar 2.17 Motif Patrakomala Cangkurileung dan Motif Binari Kawung
23
• Batik Tulis Bekasi
Gambar 2.18 Motif Ondel – ondel dan Motif Si Pitung
Sumber: www.balareabatikjabar.org
• Batik Tulis Bogor
Gambar 2.19 Motif Kujang Kijang dan Lereng Pakis
Sumber: www.balareabatikjabar.org
• Batik Tulis Cianjur
Gambar 2.20 Motif Beasan dan Motif Cianjuran
24
• Batik Tulis Kuningan
Gambar 2.21 Motif Ikan Dewa
Sumber: www.balareabatikjabar.org
• Batik Tulis Kab. Bandung
Gambar 2.22 Motif Jalak Harupat dan Motif Ragen Panganten,
Sumber: www.balareabatikjabar.org
• Batik Tulis Banjar
Gambar 2.23 Motif Bunga Tarum
25
• Batik Tulis Cimahi
Gambar 2.24 Rereng kujang dan Motif Ciawitali
Sumber: www.balareabatikjabar.org
• Batik Tulis Subang
Gambar 2.25 Motif Batik Ganasan
Sumber: www.balareabatikjabar.org
2.3 Tinjauan Studi Antropometri
2.3.1 Studi Media Penyimpanan Benda koleksi
26
• Pertimbangan ergonomis
Media penyimpanan dengan ukuran yang digunakan dapat dinikmati oleh semua kalangan usia. Adapun beberapa jenis media penyimpanan dalam suatu museum. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan (1995:46), berikut istilah media penyimpanan dalam suatu museum
1. Panel merupakan bidang peragaan untuk meletakan benda benda dua dimensi atau benda berbentuk pipih.
2. Vitrin merupakan lemari pajang untuk memamerkan koleksi biasanya terbuat dari kaca.
3. Pedestal lemari tempat memajang benda tetapi tidak dengan penutup kaca
4. Diorama merupakan suatu peristiwa yang disajikan dengan menggunakan perspektif secara tiga dimensi dengan ukuran yang sebenarnya.
• Display
Berfungsi sebagai tempat perletakan obyek dalam daerah pandang pengamat, pelindung benda pamer, tempat perletakan cahaya buatan dan pembatas ruang.
27
adalah dengan menambah tinggi matanya melalui pengadaan platform yang dinaikkan. Jika seorang pengamat berada dalam posisi duduk, permasalahan menjadi lebih mudah. Variabel tinggi mata orang yang bertubuh tinggi dan pendek duduk, sedikit saja perbedaannya terukur dari permukaan kursi. Perbedaan tinggi mata pada posisi berdiri kira-kira sebesar 12 inci atau 30,5 cm, sedangkan perbedaan tinggi mata pada posisi duduk besarnya kurang dari 6 inci atau 15,2 cm.(Panero&Zelnik,2003:294).
Display dapat berupa:
Panel, yang bermanfaat sebagai pendukung
dengan fleksibilitas tinggi
Penyangga
Lemari
Dinding
28
• Pandangan
Gambar 2.27 Jarak Pengamat Terhadap Objek
Sumber: Panero, Julius & Zelnik, Martin. 2003, Dimensi Manusia & Ruang Interior,jakarta:
Erlangga
Gambar 2.28 Posisi Pengamat Terhadap Display
Sumber: Panero, Julius & Zelnik, Martin. 2003, Dimensi Manusia & Ruang Interior, Jakarta: Erlangga
30
Sebagai aturan umum dari penglihatan optimal, garis pandang dari bagian bawah display harus membentuk sudut 300.(Panero & Zelnik, 2003:290,293).
• Pencahayaan
Sudut pandang normal adalah 540 atau 270 terdapat pada sisi bagian dinding lukisan yang diberikan cahaya yang cukup dari 10m = 4,9m. Di atas mata kira-kira 70 cm lukisan yang kecil tergantung di titik beban. (Neufert. Data Arsitek. Jilid 2. 250).
Gambar 2.29potongan melintang untuk arah pencahayaan
(Neufert. Data Arsitek. Jilid 2. 250).
Macam-macam penerangan dalam ruang bagian dalam menurut Ernst Neufert: Penerangan Simetris, langsung :
Diutamakan untuk penerangan umum ruang kerja, rapat, lalu lintas publik dan zona sirkulasi. Jenis lampu pada penerangan simetris langsung :
Lampu sorot terarah cahaya mengarah ke bawah:
30
Lampu sorot dengan rel aliran:
Penerangan dinding yang merata dengan bagian ruang. Tergantung jarak yang dipilih antar lampu, Kuat penerangan mencapai 500 lux. Pemasangan lampu pijar halogen dimungkinkan.
Lampu sorot untuk instalasi langit – langit:
Pada bagian ruang yang kurang untuk penerangan dinding yang
eksklusif. Penggunaan lampu pijar halogen dan lampu bahan bercahaya
Lampu sorot – lampu raster:
Dipasang pada dinding untuk penerangan yang merata.
Gambar 2.30 Jenis – jenis Penerangan Langsung
Sumber: Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 1, Jakarta: Erlangga
Penerangan tidak langsung
Beberapa jenis lampu yang umumnya digunakan dalam sistem penerangan tidak langsung:
Lampu sorot langit – langit, lampu sorot lantai:
31
Lampu dinding:
Untuk penerangan dinding dekorasi, dapat juga untuk penerangan langit – langit atau lantai.
Lampu sorot dinding – rel aliran:
Merupakan lampu yang umumnya dipasang di ruang pameran dan museum. Tingkat penerangan vertikal sebesar 50 lux, 150 lux dan 300 lux, contoh lampu yang umumnya digunakan adalah lampu pijar.
Gambar 2.31 Jenis – jenis Penerangan Tidak Langsung
Sumber: Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 1, Jakarta: Erlangga
Sirkulasi
32
Koridor selebar 137, 2 cm akan memungkinkan seseorang tanpacacat tubuh untuk berjalan berdampingan atau melewati orang yang berkursi roda. (Panero & Zelnik, 2003:270-272).
Gambar 2.32 Zona Sirkulasi
Sumber: Panero, Julius & Zelnik, Martin. 2003, Dimensi Manusia & Ruang Interior, Jakarta:
33
2.4 Tinjauan Studi
2.4.1 Studi Banding Museum Tekstil Jakarta
A. Studi Ruang
Ruang Informasi
Ruang yang berfungsi memberikan pelayanan kepada pengunjung museum.
Gambar 2.33 Ruang Informasi Museum Tekstil Jakarta
Sumber : Dokumen penulis
Gedung Utama (Area pamer)
Gedung Utama terletak di bagian depan, digunakan untuk memamerkan beragam tekstil Indonesia baik tekstil koleksi museum, kolektor, desainer maupun masyarakat pecinta tekstil.
Ruang Display
34
Taman Pewarna Alam
Taman yang terletak di belakang gedung utama berfungsi untuk melestarikan dan mengenalkan tentang pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam.
Gambar 2.34 Taman Pewarna Alam Museum Tekstil Jakarta
Sumber : Dokumen penulis
Toko museum
Sarana bagi pengunjung untuk memperoleh cinderamata berupa kain, busana, aksesoris, peralatan batik dan buku-buku tentang wastra.
Perpustakaan
Ruang perpustakaan untuk pengunjung sebagai proses pembelajaran tekstil indonesia.
Ruang Pengenalan Wastra
35
Ruang workshop/pendopo batik
Ruang untuk kursus, pelatihan membatik, kursus pewarna alam, ikat celup, sulam serta mencipta motif kain diatas gerabah.
Gambar 2.35 Ruang Workshop/Pendopo Batik Museum Tekstil Jakarta
Sumber : Dokumen penulis
Gambar 2.36 Ruang Workshop/Pendopo Batik Museum Tekstil Jakarta
Sumber : Dokumen penulis
Galeri Batik
36 Gambar 2.37 Ruang Galeri Batik Museum Tekstil Jakarta
Sumber : Dokumen penulis
Gambar 2.38 Ruang Galeri Batik Museum Tekstil Jakarta
Sumber : Dokumen penulis
Gambar 2.39 Ruang Galeri Batik Museum Tekstil Jakarta
37
Ruang Kepala museum
Ruang yang digunakan sebagai ruang kerja kepala museum.
Ruang Kurator
Ruang kurator adalah ruang yang digunakan untuk menangani alur cerita koleksi benda yang akan di pamerkan baik dalam pameran tetap ataupun temporer.
Ruang Laboratorium dan Konservasi
Ruang ini berfungsi untuk merawat barang koleksi dari berbagai macam pengaruh atau kerusakan secara kimiawi maupun alami.
Ruang Penyimpanan (Storage)
Ruang ini dikhususkan bagi tempat penyimpanan barang – barang koleksi.
Ruang Multimedia (Auditorium)
Difungsikan sebagai tempat pemutaran film dokumenter mengenai seluk beluk pertekstilan Indonesia dan ruang seminar.