• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI KIMIA BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA MATERI POKOK HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA SMA KELAS X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI KIMIA BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA MATERI POKOK HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA SMA KELAS X"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI KIMIA BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA MATERI POKOK HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA SMA

KELAS X

Oleh :

YUNI WULANDARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

iv

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI

KIMIA BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA MATERI POKOK HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA KELAS X

Nama Mahasiswa : Yuni Wulandari Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023052 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Sunyono, M.Si. Drs. I Wayan Wirya, M.Kes. NIP. 196512301991111001 NIP. 19460617891031001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(3)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Sunyono, M.Si. ………

Sekretaris : Drs. I Wayan Wirya, M.Kes. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Tasviri Efkar, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP 195305281981031002

(4)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 14 Juni 1988, putri ke dua dari tiga bersaudara. Pasangan dari keluarga Bapak Daryanto, S.Pd dan Ibu Sadiem.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Dharma Wanita PTPN X Kedaton pada tahun 1992. Tahun 1994 diterima di SD Negeri 2 Sukarame yang

diselesaikan pada tahun 2000. Tahun 2000 diterima di SLTP Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003. Tahun 2003 masuk SMU Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2006, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB.

(5)

viii

MOTTO

Ketika perjuangan adalah jalan yang panjang, jangan pernah lelah

untuk mencari ujungnya.

Jika kita merasakan beban yang berat, jangan pernah meminta

keringanan, tapi mintalah punggung yang kuat untuk "memikulnya" dan

hati yang lapang untuk "menampungnya".

Be my self...

(6)

ix

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirraahiem

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini dengan judul “Pengembangan LKS dan Animasi Kimia Berbasis Keterampilan Generik Sains pada Materi Pokok

Hukum-Hukum Dasar Kimia SMA Kelas X”.

Pada kesempatan ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan setulus hati kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs.Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA.

3. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Bapak Drs. Hidir Yakub selaku Pembimbing Akademik

5. Bapak Drs. Sunyono, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan membantu dalam menyusun skripsi ini. 6. Bapak Drs. I Wayan Wirya, M.Kes., selaku Pembimbing II atas segala

keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu dalam menyusun skripsi ini. 7. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S selaku Pembahas atas segala masukan dan

bimbingan, saran, nasehat, dan doa yang diberikan.

(7)

x

9. Bapak Drs. Apriyanto selaku kepala sekolah, Ibu Feni Fera S,Pd dan ibu Siti Maysaroh selaku guru mitra, serta siswa-siswi SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung, atas bantuan dan kerjasamanya.

10.Keluargaku tercinta (Bapak, Ma2, Afik, Mb’Lia, Yuk’ Yah, Ma2s dan Nazla) yang tak pernah lelah mendoakan dan memberikan Q kasih sayangnya. 11.Seseorang yang akan menjadi calon pendampingku kelak, terimakasih atas

bantuan, dukungan, semangat maupun doanya.

12.Sahabat- sahabatku tercinta Liza, M’benk, Duduy, Wak cucil, Dedev, Pupunk, dan Ary atas, kasih saying, dukungan, nasehat dan senyuman kalian.

13.Sahabat-sahabatku di Pendidikan KIMIA 2006 (Ade, Ami, Amin, Nita,Dian, Diah, Desti A, Desti Y, Ela, Eva, Fitri, Pipit, Ila, Jaim, Romli, Mia, Mu2n, Nur, Nina, Nuri, Ratu, Rini, Ricky, Rina, mas Ariss, Santi, Uli, Sitta, Sri, Sulis, Vina, Wi2t dan Yani), serta kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkat. 14.Keluarga di UKM Penelitian (masBro Agung, Jassy, Rian, Dody, Chandra,

Haris, Me2i, Lia, Fi3, Eka, Bibi, Nur, n Maryati) yang tak pernah lelah memberikan segala perhatian, senyuman dan dukungan moral.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas dukungan, bantuan serta semangat yang kalian berikan..

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan atau uluran tangan mereka, skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Mei 2010

(8)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengembangan ... 9

B.Media Pembelajaran ... 10

C.Media Animasi Komputer Dalam Pembelajaran ... 12

D. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 14

E. Macromedia Flash MX ... 16

F. Keterampilan Generik Sains ... 17

G. Sains ... 20

H. Keterkaitan Keterampilan Generik Sains dan Konsep-Konsep Sains ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Setting Penelitian ... 25

B. Pelaksanaan Penelitian ... 25

(9)

xii

D. Instrumen Penelitian ... 27

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Data hasil uji ahli ... 37

2. Data tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan lembar kerja siswa (LKS) 40 3. Data tingkat kemenarikan dan keterlaksanaan animasi kimia ... 65

4. Data uji N-Gain ... 83

B. Pembahasan ... 91

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Simpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(10)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hubungan jenis konsep dan keterampilan generik sains ... 24

2. Tafsiran harga persentase tiap jawaban pertanyaan ... 34

3. Penskoran pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan ... 34

4. Tafsiran persentase angket ... 35

5. Persentase kesesuaian ukuran tulisan ... 41

6. Persentase kesesuaian variasi dan jenis huruf ... 43

7. Persentase tata letak dan ukuran gambar ... 44

8. Persentase penghilangan gambar ilustrasi pendukung materi ... 46

9. Persentase kesesuaian warna ilustrasi pendukung materi ... 47

10. Persentase kemampuan memahami bahasa yang digunakan ... 49

11. Persentase penggunaan hanya warna hitam pada tulisan ... 50

12. Persentase asal konsep-konsep yang dipelajari siswa dalam pembelajaran ... 52

13. Persentase kemudahan memahami materi dengan cara diskusi antar kelompok menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains ... 53

14. Persentase kemampuan LKS membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran ... 55

15. Persentase kemudahan sistematika pengisian lembar pengamatan dan diskusi ... 56

(11)

xiv

17. Persentase hubungan materi yang ada dengan kehidupan sehari-hari... 59

18. Persentase kemudahan dalam memahami fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi ... 61

19. Persentase penggunaan LKS tidak berbasis keterampilan generik sains dalam membantu proses pembelajaran ... 63

20. Persentase angket keterbacaan LKS ... 64

21. Persentase angket keterlaksanaan LKS ... 64

22. Persentase kesesuaian ukuran tulisan ... 65

23. Persentase kesesuaian ilustrasi gambar pada animasi kimia ... 67

24. Persentase penggunaan gambar tidak bergerak pada animasi kimia ... 68

25. Persentase kesesuaian tata letak dan ukuran gambar ... 69

26. Persentase kesesuaian variasi dan jenis huruf yang digunakan ... 71

27. Persentase kemenarikan gambar pendukung materi animasi ... 72

28. Persentase penggunaan hanya warna hitam dan putih pada animasi .. 73

29. Persentase kemampuan animasi membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran ... 75

30. Persentase kemudahan siswa memahami materi kimia melalui penggunaan animasi kimia ... 76

31. Persentase hubungan materi yang ada dengan kehidupan sehari-hari . . 78

32. Persentase kemudahan dalam memahami fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi ... 79

33. Persentase penggunaan animasi kimia dalam membantu proses pembelajaran ... 80

34. Tingkat kemenarikan animasi kimia ... 82

35. Tingkat keterlaksanaan animasi kimia ... 82

(12)

xv

37. Hubungan antara animasi kimia dan indikator keterampilan generik

sains ... 83 38. Hubungan indikator keterampilan generik sains dan nomor soal ... 88 39. Rata-rata skor pre-tes, pos-tes dan N-gain keterampilan generik

sains ... 89 40. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan

LKS 1) ... 150 41. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan

LKS 1) lanjutan ... 42. Persentase jawaban angket pada LKS 1 ... 43. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan

LKS 2) ... 44. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan

LKS2) lanjutan ... 45. Persentase jawaban angket pada LKS 2

46. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan LKS 3) ... 47. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan

LKS 3) lanjutan ...

48. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan LKS 4) ... 49. Tabulasi data temuan angket siswa (Keterbacaan dan Keterlaksanaan

LKS 4) ... 50. Persentase jawaban angket pada LKS 4 ... 51. Tabulasi data temuan angket siswa ( Keterlaksanaan dan Kemenarikan

Animasi 1) ... 52. Persentase jawaban angket pada animasi 1 ... 53. Tabulasi data temuan angket siswa ( Keterlaksanaan dan Kemenarikan

(13)

xvi

55. Tingkat keterbacaan LKS 1 ... 190

56. Tingkat keterbacaan LKS 2 ... 190

57. Tingkat keterbacaan LKS 3 ... 191

58. Tingkat keterbacaan LKS 4 ... 191 59. Tingkat keterlaksanaan LKS 1 ... 60. Tingkat keterlaksanaan LKS 2 ... 61. Tingkat keterlaksanaan LKS 3 ... 62. Tingkat keterlaksanaan LKS 4

(14)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tampilan kerja Macromedia Flash MX ... 16 2. Alur penelitian ... 26 3. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ukuran tulisan . 42 4. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ukuran 42 5. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian variasi dan jenis

huruf yang digunakan ... 43 6. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian variasi

dan jenis huruf yang digunakan ... 44 7. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian tata letak dan

ukuran gambar ... 45 8. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian tata

letak dan ukuran gambar ... 45 9. Persentase jawaban siswa pada substansi penghilangan gambar

pendukung materi ... 46 10. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi penghilangan

gambar pendukung materi ... 47 11. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ilustrasi warna

pendukung materi ... 48 12. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ilustrasi

warna pendukung materi ... 48 13. Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami

(15)

xviii

14. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan

memahami bahasa yang digunakan ... 50 15. Persentase jawaban siswa pada substansi penggunaan hanya warna

hitam pada tulisan ... 51

16. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi penggunaan hanya warna hitam pada tulisan ... 51 17. Persentase jawaban siswa pada substansi asal konsep yang dipelajari

siswa dalam pembelajaran ... 52

18. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi asal konsep yang

dipelajari siswa dalam pembelajaran ... 53 19. Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami

materi dengan cara diskusi antar kelompok ... 54 20. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan

memahami materi dengan cara diskusi antar kelompok ... 54 21. Persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan LKS

membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran ... 55 22. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan LKS

membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran ... 56 23. Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan sistematika

pengisian lembar pengamatan dan diskusi ... 57 24. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan

sistematika pengisian lembar pengamatan dan diskusi ... 57 25. Persentase kesesuaian petunjuk pengerjaan dalam LKS pembelajaran 58 26. Rata- rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian petunjuk pengerjaan dalam LKS kimia. ... 59 27. Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan siswa

memahami materi kimia melalui penggunaan LKS ... 60 28. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan siswa

memahami materi kimia melalui penggunaan LKS ... 60 29. Persentase jawaban siswa pada substansi hubungan antara materi

(16)

xix

30. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi hubungan antara materi yang ada pada LKS dengan kehidupan sehari-hari ... 62 31. Persentase jawaban siswa pada substansi tidak menggunakan LKS

berbasis keterampilan generik sains ... 63 32. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi tidak

menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains ... 63 33. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ukuran tulisan .. 66 34. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ukuran

tulisan animasi ... 66 35. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ilustrasi gambar pada animasi kimia ... . 67 36. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ilustrasi

gambar pada animasi kimia ... . 67 37. Persentase jawaban siswa pada substansi penggunaan gambar tidak

bergerak pada animasi ... 68 38. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi penghilangan

gambar bergerak pendukung materi ... 69 39. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian tata letak dan ukuran

gambar yang digunnakan dalam animasi ... 70 40. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian tata letak

dan ukuran gambar yang digunnakan dalam animasi ... 70 41. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian variasi dan jenis

huruf yang digunakan ... 71 42. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian variasi

dan jenis huruf yang digunakan ... 71 43. Persentase jawaban siswa pada substansi kemenarikan gambar

pendukung materi animasi ... 72 44. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemenarikan gambar

pendukung materi animasi ... 73 45. Persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan animasi kimia

(17)

xx

46. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan

animasi kimia membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran 74 47. Persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan animasi kimia

membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran ... 75 48. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan

animasi kimia membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran 76 49. Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan siswa

memahami materi kimia melalui penggunaan animasi kimia ... 77 50. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan siswa

memahami materi kimia melalui penggunaan animasi kimia ... 77 51. Persentase jawaban siswa pada substansi hubungan antara materi

yang ada pada LKS dengan kehidupan sehari-hari ... 78 52. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi hubungan antara

materi yang ada pada animasi kimia dengan kehidupan sehari-hari ... 78 53. Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami

fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi ... 79 54. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan

memahami fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

materi ... 80

55. Persentase jawaban siswa pada substansi tidak menggunakan animasi kimia dalam membantu proses pembelajaran ... 81 56. Rata-rata persentase jawaban siswa pada substansi tidak

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan saintis, dan proses atau kerja ilmiah. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran kimia harus memperhatikan karateristik ilmu kimia sebagai produk dan proses. Pembelajaran kimia secara umum ditekankan pada penyampaian pengamatan langsung atau pengembangan kompetensi diri peserta didik agar dapat melihat dan mengamati sendiri keaadaan alam sekitar. Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti mengobservasi, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, menyusun data dan menarik kesimpulan. Proses pembelajaran yang demikian diarahkan untuk “mencari tahu dan melakukan sesuatu”, sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pemahaman dan

(19)

2

ilmu kimia, yaitu mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi.

Pemerintah juga telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

merupakan kurikulum berbasis kompetensi dimana pembelajaran berpusat pada siswa dengan guru bertindak sebagai fasilitator. Dalam proses pembelajaranya terdapat interaksi aktif antara siswa dengan guru yang mengandung unsur kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru yang berlangsung bersamaan dalam kurun waktu yang sama.

Model KTSP juga merupakan salah satu contoh hasil akhir pengembangan yang mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berdasarkan KTSP kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan karakteristik Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, potensi peserta didik, daerah dan lingkungan. Untuk mencapai Kompetensi Dasar tersebut maka guru dituntut untuk pandai memilih metode dan media pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran yang tertuang dalam indikator tercapai dengan baik. (Arifin, et al. 2003).

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, siswa seringkali dihadapkan dengan bermacam-macam masalah. Salah satu masalah yang

dihadapi siswa adalah sulitnya memahami materi kimia khususnya ”Hukum

-Hukum Dasar Kimia” yang mencakup konsep -Hukum Lavoisier, -Hukum

(20)

3

Bandar Lampung, mata pelajaran kimia masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Kenyataan ini diperkuat dengan rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X pada beberapa SMA di Bandar Lampung pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia tahun pelajaran 2008-2009 masih belum mencapai kompetensi yang diharapkan, bila dibandingkan dengan nilai ketuntasan belajar pada masing-masing sekolah yang harus dicapai, dengan demikian kelas tersebut belum mencapai belajar tuntas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dikembangkan suatu cara pengolahan media

pembelajaran yang baru bagi siswa sehingga kemampuan berfikir siswa pada materi tersebut dapat ditingkatkan.

Satu hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu meningkatkan

kemampuan berfikir siswa adalah dengan melakukan penyempurnaan dalam mengembangkan media ajar. Salah satunya yaitu melalui pengembangan LKS (Lembar Kerja Siswa) dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains menggunakan program makromedia flash sebagai media ajar. Media semacam ini sangat dibutuhkan untuk membangun keterampilan generik sains siswa melalui praktikum dan terutama untuk menjelaskan konsep hukum-hukum dasar kimia yang bersifat abstrak atau materi lain yang sulit untuk

dipraktikumkan karena prosesnya yang terjadi secara mikroskopis.

Pembelajaran menggunakan media komputasi sudah dilakukan di beberapa SMA Bandar Lampung. Namun program yang digunakan masih sebatas power point dan belum membimbing siswa untuk meningkatkan keterampilan

(21)

4

digunakan siswa kurang efektif hal ini disebabkan LKS tidak disertai langkah-langkah yang sistematis yang mengiring siswa untuk meningkatkan

keterampilan generik sainsnya. LKS yang digunakan hanya berisi materi dan soal-soal.

Bagi siswa yang kemampuan akademisnya tinggi, hal ini tidak menjadi

masalah, tetapi untuk siswa yang kemampuan akademisnya kurang atau rendah mereka akan merasa kesulitan. Pengembangan LKS praktikum dan

penggunaan aplikasi multimedia dalam pembelajaran akan meningkatkan efisiensi, motivasi, serta memfasilitasi belajar aktif, belajar eksperimental, konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa, dan memandu pelajar untuk belajar lebih baik. Dengan demikian sebagai hasil belajar sains diharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, atau lebih dikenal sebagai keterampilan generik sains.

(22)

5

materi pokok laju reaksi. Oleh sebab itu ingin dikembangkan materi kimia lainnya yaitu hukum-hukum dasar kimia.

Sebagai harapan baru yang dapat membantu penyelenggaraan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung adalah dengan tersedianya suatu media belajar berupa animasi kimia dan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains. Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Pengembangan LKS dan Animasi Kimia Berbasis Keterampilan Generik Sains pada Materi Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia SMA Kelas X”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia?

2. Bagaimana tingkat kemenarikan dan keterlaksanaan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia?

3. Bagaimanakah tingkat keterampilan generik sains siswa setelah

penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia?

(23)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains serta mengetahui:

1. Tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

2. Tingkat kemenarikan dan keterlaksanaan animasi kimia berbasis

keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

3. Tingkat keterampilan generik sains siswa setelah penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

4. Tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

D. Manfaat Penelitian

Dari LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru

(24)

7

2. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

3. Siswa

Penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains dalam pembelajaran diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar secara langsung dan mempermudah dalam mengkonstruksi konsep-konsep yang bersifat abstrak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Menurut Brotosiswoyo (2001) indikator keterampilan generik sains ada

sembilan. Dalam penelitian ini digunakan 4 indikator keterampilan generik sains yaitu: (1) pengamatan tak langsung, (2) bahasa simbolik, (3)

pemodelan matematik, dan (4) membangun konsep.

(25)

8

3. Animasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan program macromediaflash yang digunakan sebagai alat bantu untuk menjelaskan

materi hukum perbandingan berganda (Dalton) dan hukum perbandingan volume (Gay Lussac) disertai hipotesis Avogadro.

(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Pengembangan adalah kegiatan tindak lanjut penelitian untuk memanfaatkan hasil-hasil penelitian serta mendapatkan informasi tentang cara-cara

menggunakan teori dan proses untuk tujuan-tujuan praktis dan kegunaan (Senjaya, 2008).

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat,dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru (Senjaya, 2008).

Menurut Arifin (1995 : 23) pengembangan program pengajaran dengan pendekatan sistem dalam bentuk satuan pelajaran diharapkan dapat mendukung perbaikan antara lain dalam usaha untuk:

1. Mengubah cara mengajar secara tradisional yang umumnya menekankan

pada “bercerita” dan “mendengarkan” (komunikasi satu arah) menjadi

cara mengajar yang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses belajar (belajar aktif).

(27)

10

Sastrawijaya (1991 : 14) menyatakan bahwa: pengembangan sistem

pembelajaran merupakan proses yang mempelajari masalah pengajaran secara sistem agar memperoleh pemecahan yang teruji kesahihannya serta dapat dilaksanakan secara praktis. Pengembangan berusaha mengubah kondisi dan lingkungan belajar sehingga diperoleh perubahan yang diharapkan.

Menurut Sastrawijaya (1991 : 14-15) pengembangan sistem dan perancang pengajaran mempunyai kegiatan pokok antara lain adalah:

Menentukan hasil belajar yang bisa diamati dan diukur. 1. Mengenal ciri siswa yang akan belajar.

2. Memilih dan menyelenggarakan kegiatan. 3. Memilih dan menentukan media.

4. Memantau perilaku siswa.

5. Menentukan pernyataan keberhasilan siswa.

6. Menentukan metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa. 7. Mengadakan perbaikan pengajaran.

B. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medus yang secara harfiah berarti

„tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Heinich dkk (1982) dalam Arsyad

(28)

11

Secara umum media mempunyai kegunaan: a. Memperjelas pesan agar tidak verbalitas.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestatiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Selain itu, konstribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton (1985) dalam Arsyad (2005) adalah:

a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih standar b. Pembelajar akan lebih menarik

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

e. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

f. Proses pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun diperlukan

g. Peran guru berubah kearah yang positif

Dua sisi penting dari fungsi media dalam proses pembelajaran dikelas yaitu: 1) Membantu guru dalam mempermudah, menyederhanakan, dan

(29)

12

C. Media Animasi Komputer dalam Pembelajaran

Animasi komputer merupakan rangkaian gambar visual yang memberikan ilusi gerak pada layar komputer (Burke, Greenbowe, dan Windschitl, 1998). Beberapa fungsi animasi diantaranya dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa pada aspek penting dari materi yang dipelajarinya, dapat digunakan untuk mengajarkan pengetahuan prosedural, penunjang belajar siswa dalam melakukan proses kognitif.

Menurut Rieber (1990) animasi memiliki tiga fungsi dalam pembelajaran: (1) mengambil perhatian, (2) presentasi, dan (3) latihan. Animasi membantu mengurangi waktu yang diperlukan untuk memanggil kembali informasi dari memori jangka panjang dan kemudian merekonstruksi kembali informasi dalam memori jangka pendek. Animasi untuk menarik perhatian dimaksudkan agar siswa dapat memilih persepsi ciri-ciri tampilan tertentu dari pembelahan sel saat informasi tersebut disimpan dan diproses dalam memori jangka pendek (R.M. Gagne, 1985).

Hasil penelitian Rieber (1990) menunjukkan bahwa dengan menggunakan animasi untuk mengkomunikasikan gagasan dan proses yang berubah di akhir, akan mengurangi abstraksi yang berhubungan dengan transisi temporal dari proses tersebut. Manfaat dari grafik ternyata berkaitan dengan teori dual-coding (Paivio, 1991), yang menyarankan bahwa retensi memori jangka

(30)

13

mirip dengan komputer, sementara pembelajaran manusia ibarat pemrosesan informasi komputer. Konstruktivisme berkaitan dengan hasil kerja Jean Piaget dan para pengikutnya berkaitan dengan bagaimana manusia mengkonstruk dunia sekeliling mereka melalui makna personal dibandingkan hanya melalui akumulasi pengetahuan dan fakta saja.

Menurut Srinivasan dan Crooks (2005), ada 6 prinsip yang sebaiknya dipertimbangkan dalam menyiapkan rancangan multimedia tersebut yaitu: 1.Principle Contiguity

Kata-kata dan gambar dalam multimedia sebaiknya ditampilkan secara simultan agar siswa dapat mengintegrasikan dan mengkonstruk koneksi mental diantara materi yang disajikan.

2.Coherence Principle

Dalam membuat multimedia pembelajaran, sebaiknya tidak terlalu banyak tambahan kata-kata dan gambar. Selain itu, tampilan multimedia diberi bumbu latar belakang musik atau beberapa animasi sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan memotivasi siswa.

3.Principle Redundancy

Siswa belajar lebih mendalam dari tampilan multimedia yang mengandung animasi serta narasi dibandingkan dengan tampilan multimedia yang terlalu banyak memuat teks dalam layar.

4.Split-attention Principle

(31)

14

5.Personalization Effect

Siswa belajar lebih mendalam apabila kata-kata ditampilkan dengan gaya percakapan daripada gaya penjelasan yang terperinci.

6.Interactivity

Multimedia sebaiknya bersifat interaktif, ada umpan balik bagi siswa guna mengurangi beban kognitif. Pada setiap akhir segmen (penjelasan), diberi review atau latihan. Gunanya adalah memberi kesempatan pada siswa untuk membangun gambaran visual serta mengkoordinasikannya dengan

penjelasan verbal.

D. Lembar Kerja Siswa (LKS)

(32)

15

Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2000), fungsi LKS adalah:

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa. f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang

dicapai siswa akan tahan lama sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Manfaat dan tujuan LKS, menurut Prianto dan Harnoko (1997):

a) Mengefektifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangan proses belajar mengajar.

d) Sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

e) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

f) Membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

(33)

16

E. Macromedia Flash MX

Macromedia Flash adalah sebuah tool yang dapat digunakan untuk membuat berbagai macam animasi, presentasi, game bahkan perangkat ajar. Selain itu Flash MX ini dapat digunakan sebagai tool untuk mendesain web, dan berbagai aplikasi multimedia lainnya. Sedangkan animasi dapat diartikan sebagai subyek yang dapat bergerak, animasi berguna untuk mensimulasikan konsep tentang hal-hal yang melibatkan gerakan. Misalnya pergerakan ion atau molekul dalam larutan dan banyak materi lain yang prosesnya bersifat mikroskopis.

Berikut merupakan beberapa penjelasan mengenai mengenai Macromedia Flash MX diantaranya:

(34)

17

Pada bagian kiri terdapat Tools, di bagian atas tengah Timeline, yang digunakan untuk mengatur timeline animasinya, dan pada bagian tengah-tengah terdapat Stage yaitu bagian yang visible secara visual saat di-publish atau di preview di browser. Tools digunakan untuk menggambar dan

memanipulasi gambar /objek.

Tools terbagi menjadi 4 bagian besar yaitu :

Tools pada bagian ini digunakan untuk mengedit dan memanipulasi objek. Viewpada bagian ini digunakan untuk memperbesar maupun memperkecil

layar monitor.

Colors pada bagian ini terdapat pallet untuk mengganti warna outline dan

fill.

Option bagian ini merupakan modifiers dari setiap tool yang dipilih.

Setiap tool mempunyai modifiers yang berbeda-beda (Andi, 2004).

F. Keterampilan Generik Sains

Menurut Brotosiswoyo (2001) kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besar; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat asas; (6) inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematik; (9) membangun konsep. Makna dari setiap keterampilan generik sains tersebut adalah :

1.Pengamatan langsung

(35)

18

2.Pengamatan tak langsung

Dalam melakukan pengamatan tak langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Beberapa gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika kontak langsung dengan tubuh manusia seperti arus listrik, zat-zat kimia beracun, untuk mengenalnya diperlukan alat bantu seperti Ampermeter, indikator dan lain-lain. Cara ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung.

3.Kesadaran akan skala besar

Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai objek yang dipelajarinya. Dengan demikian ia dapat membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu tentang dari ukuran yang sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan partikel subatomik. Ukuran jumlah juga sangat mencengangkan, misalnya penduduk dunia lebih dari satu milyar, jumlah molekul dalam 1 mol zat mencapai 6,02 x 1023 buah.

4.Bahasa simbolik

(36)

19

5.Kerangka logika taat asas

Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hukum-hukum itu agar taat asas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat asas. Misalnya spectrum sinar β yang continue terjadi karena bersamaan sinar β juga dipancarkan neutrino (v) yang membawa sebagian energi.

6.Inferensi logika

Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensi logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains. Misalnya titik nol derajat Kelvin sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaannya, tetapi orang yakin bahwa itu benar.

7.Hukum sebab akibat

Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. Misalnya pengaruh penambahan asam cuka ke dalam tabung reaksi yang berisi soda kue, terhadap terjadinya reaksi kima.

8.Pemodelan matematik

(37)

20

9.Membangun konsep

Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus yang disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut sehingga memerlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterterapannya.

G. Sains

Sains berasal dari natural science atau science saja, biasanya disebut Ilmu Pengetahuan Alam merupakan sekumpulan ilmu-ilmu serumpun yang terdiri atas Biologi, Fisika, Kimia, Geologi dan Astronomi yang berupaya

menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Mengingat bidang kajiannya berbeda, tentu saja terminologi yang digunakan dalam setiap disiplin ilmu tersebut juga berbeda.

Kerangka berpikir sains adalah bahwa: (1) di alam ada pola yang konsisten dan berlaku universal; (2) sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena; (3) sains selalu berubah dan bukan kebenaran

akhir; (4) sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak

bersifat “bebas nilai” dan (5) sains bersifat terbatas, sehingga tidak dapat

menentukan baik atau buruk. Sains sesungguhnya tidak terpecah-pecah meskipun ada disiplin-disiplin tersebut, karena ada sejumlah pemikiran yang

“menembus” antar disiplin Sains yang disebut tema umum, yaitu sistem,

(38)

21

Uraian dari tema-tema tersebut adalah:

a) Sistem terbentuk apabila ada sekumpulan benda yang berhubungan satu dengan yang lain dan dalam hubungannya setiap komponen dengan fungsinya masing-masing berupaya membentuk satu kesatuan. Sistem dapat dibentuk dari beberapa subsistem.

b) Model merupakan tiruan yang lebih sederhana dari fenomena yang sesungguhnya dipelajari, yang diharapkan dapat menolong kita memahaminya secara lebih baik. Model ini dapat berupa model fisis, model matematis dan model konseptual.

c) Kekekalan merupakan bagian yang tidak berubah yang ditemukan dalam semua perubahan. Misalnya pada akhir dari banyak sistem fisis yang melibatkan energi, selalu akan menuju kondisi kesetimbangan. Pada reaksi kimia ada bagian yang tidak berubah yaitu massa zat.

d) Pola perubahan tertentu ditemukan pada setiap perubahan. Dalam alam ada tiga jenis perubahan yaitu: (1) perubahan yang cenderung berpola tetap; (2) perubahan yang berlangsung dalam siklus; dan (3) perubahan yang tak teratur. Perubahan yang berpola tetap misalnya peluruhan radioaktif. Terjadinya hujan menggambarkan perubahan yang berpola siklus. Mengembangnya alam semesta menggambarkan perubahan yang tak teratur.

(39)

22

sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, seperti kecepatan cahaya, jarak bintang terdekat, jumlah bintang di galaksi, umur matahari, yang ukurannya jauh lebih besar daripada yang dapat dijelaskan secara intuisi. Sebaliknya kecilnya ukuran atom, jumlahnya yang sangat banyak dalam materi, cepatnya interaksi antar atom juga jauh dari jangkauan sehari-hari siswa. Melalui ukuran-ukuran yang tidak biasa ini sains ingin menitipkan kemampuan untuk memperkirakan ukuran (sense of scale) bagi siswa yang mempelajarinya, sehingga dapat membayangkan

perkiraan ukuran benda, jarak, kecepatan, yang dipelajarinya itu secara tepat.

f) Evolusi merupakan perubahan yang sangat lambat. Segala sesuatu di bumi selalu berubah setiap saat secara perlahan-lahan. Segala sesuatu yang sekarang ada dianggap berasal dari yang ada pada masa lalu dan telah mengalami perubahan secara perlahan-lahan. Suatu evolusi tak dapat berlangsung dalam keadaan terisolasi, karena segala sesuatu akan mempengaruhi keadaan sekelilingnya untuk berubah pula, seleksi alam akan menyebabkan makhluk hidup berevolusi.

Melalui keenam tema ini sains dipersatukan dalam pola pemikiran, sehingga meskipun berbeda bidang kajiannya, sains selalu menjadi wahana

(40)

23

H. Keterkaitan Keterampilan Generik Sains dan Konsep-Konsep Sains

Berdasarkan paradigma baru dalam mempelajari sains yang harus berdampak pada kompetensi, bahkan efek iringan dari suatu pembelajaran dirasakan lebih penting pada abad ke-21 ini, daripada efek pembelajaran langsung. Sebagai akibatnya guru perlu menentukan terlebih dahulu keterampilan generik sains yang perlu dimiliki siswa sebagai dampak suatu pembelajaran sains.

Dengan berkembang pesatnya pengetahuan sains, maka pertambahan konsep-konsep sains yang perlu dipelajari siswa juga sangat besar. Sebagai akibatnya perlu ada pemilihan konsep-konsep essensial yang dipelajari siswa. Konsep-konsep essensial ini dipilih berdasarkan pada pentingnya Konsep-konsep tersebut untuk kehidupan siswa dan pentingnya memberi pengalaman belajar tertentu kepada siswa, agar memperoleh bekal keterampilan generik sains yang memadai. Untuk menentukan pengetahuan sains yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih dahulu melakukan analisis konsep-konsep sains yang ingin dipelajari (Liliasari, 2007).

(41)

24

Tabel 1. Hubungan jenis konsep dan keterampilan generik sains

NO Keterampilan generik sains Jenis konsep

1 Pengamatan langsung Konsep konkrit

2 Pengamatan langsung/ tak langsung, inferensi logika

Konsep abstrak dengan contoh konkrit

3 Pengamatan tak langsung, inferensi logika Konsep abstrak 4 Kerangka logika taat azas, hukum sebab akibat,

inferensi logika

Konsep

berdasarkan prinsip 5 Bahasa simbolik, pemodelan matematik Konsep yang

menyatakan simbol 6 Pengamatan langsung/ tak langsung, hukum

sebab akibat, kerangka logika taat azas, inferensi logika

Konsep yang menyatakan proses

7 Pengamatan langsung/ tak langsung, hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas, inferensi logika

Konsep yang menyatakan sifat

Tabel 1. diatas menunjukkan bahwa dalam mempelajari konsep-konsep sains dibekalkan kemampuan berpikir yang kompleks. Pada umumnya setiap konsep sains dapat mengembangkan lebih dari satu macam keterampilan generik sains, kecuali konsep konkrit. Jenis konsep ini sangat terbatas

(42)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi hukum-hukum dasar kimia untuk SMA. Sasaran pengembangan program adalah materi hukum-hukum dasar kimia. Subjek uji ahli terdiri atas ahli bidang isi atau materi, ahli media/desain grafis, dan uji coba terbatas. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi untuk mengevaluasi isi materi pada LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, dan uji ahli media/desain dilakukan oleh seorang master dalam bidang desain grafis untuk mengevaluasi kemenarikan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. Kemudian uji coba terbatas untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. Uji coba terbatas dilakukan pada kelas X-1 SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung yang berjumlah 27 orang.

B. Pelaksanaan Penelitian

(43)

26 sains, kemudian menyusun LKS dan animasi kimia serta instrumen-instrumen pendukung penelitian, uji ahli materi pada LKS dan animasi kimia yang dibuat, pre-test, uji coba terbatas LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, post-test, dan pengisian angket.

C. Alur Penelitian

Alur penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian pengembangan Borg and Gall (2003).

Gambar 2. Alur penelitian

Menurut Borg and Gall (2003) seharusnya setelah dilakukan revisi LKS dan animasi tahap II maka tahap selanjutnya adalah implementasi (uji coba utama)

Analisis Kebutuhan (Identifikasi masalah)

Penyusunan LKS dan Animasi Kimia Berbasis Keterampilan Generik Sains

Uji Ahli

Temuan dan Analisis Data Keterbacaan dan Keterlaksanaan LKS, animasi, N-gain

Revisi LKS dan Animasi Kimia Tahap I

Uji Coba Terbatas

(Pretes, Uji coba LKS, uji coba animasi kimia, angket siswa, dan pos-tes)

Produk

(44)

27 menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen lalu dilanjutkan dengan tahap diseminasi. Namun, untuk penelitian pengembangan skala kecil baru dilakukan hanya sampai tahap revisi LKS dan animasi kimia tahap II karena penelitian tersebut akan menggunakan waktu yang relatif lama jika dilanjutkan pada tahap implementasi dan diseminasi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2002 : 77). Berdasarkan pada tujuan penelitian dan bagan alur penelitian, dirancang dan disusun 5 jenis instrumen sebagai berikut:

a. Pedoman wawancara terhadap guru dan siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

b. Instrumen uji kesesuaian LKS Kimia dan animasi kimia berbasis

keterampilan generik sains, berupa angket uji kesesuaian yang mencakup uji kemenarikan LKS, uji kemenarikan animasi kimia, uji kesesuaian materi LKS, dan uji kesesuaian materi animasi kimia.

(45)

28 d. Soal pre-test dan post-test untuk menjaring keterampilan generik sains

siswa sebelum dan sesudah penerapan LKS kimia dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains.

e. Pedoman wawancara terhadap guru dan siswa untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran menggunakan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Secara umum model pengembangan ini terdiri atas tiga tahap, sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Kegiatan dalam tahap persiapan meliputi:

(46)

29 b. Membuat LKS kimia dan animasi kimia berbasis keterampilan generik

sains.

c. Membuat instrumen penelitian berupa angket uji kesesuaian materi dan angket uji kemenarikan, angket uji keterbacaan dan keterlaksanaan LKS (angket siswa), angket uji kemenarikan dan keterlaksanaan animasi kimia (angket siswa), soal pre-test dan post-test serta pedoman wawancara untuk menjaring data tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains dalam pembelajaran.

d. Melakukan uji ahli yang bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan. Juga untuk mengevaluasi kualitas produk, kemenarikan, dan efektivitas visual siswa atau pembaca. Uji ahli ini dilakukan oleh 1 orang dosen Pendidikan Kimia Universitas Lampung diluar pembimbing dan 1 orang guru kimia SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung.

Langkah-langkah yang dilakukan setelah pelaksanaan uji ahli adalah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator penilaian untuk validitas LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains.

2) Membuat instrumen uji ahli yang berupa angket uji kemenarikan dan uji kesesuaian materi LKS dan animasi kimia.

(47)

30 4) Melaksanakan uji ahli.

5) Melakukan perbaikan berdasarkan analisis hasil uji ahli. 6) Mengkonsultasikan hasil perbaikan.

2. Tahap pelaksanaan (Uji coba terbatas)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil dan guru kimia di SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009-2010. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X-1 SMA Surya Dharma Bandar Lampung, yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan, serta satu orang guru kimia SMA Surya Dharma Bandar

Lampung.

Desain yang digunakan dalam uji coba terbatas ini adalah one group pre-tes and post-test design (Arikunto, 2002). Di dalamnya terdapat langkah-langkah

yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Pre-tes Perlakuan Pos-tes

O adalah pre tes dan pos tes yang berfungsi untuk mengukur tingkat keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah uji coba LKS dan animasi kimia. X adalah perlakuan berupa uji coba LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-tes dan sesudah eksperimen disebut pos-tes. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:

(48)

31 a. Pelaksanaan pre-test untuk menjaring keterampilan generik sains siswa

sebelum diterapkannya LKS kimia dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. Soal pre-test terdiri dari 20 soal pilihan berganda.

b. Uji coba LKS kimia dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan. LKS diujicobakan pada siswa kelas X-1 SMA Surya Dharma Bandar Lampung dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

1) Melakukan uji keterbacaan dan keterlaksanaan LKS serta uji

kemenarikan dan keterlaksanaan animasi kimia menggunakan angket siswa yang telah disusun.

2) Menganalisis hasil uji keterbacaan dan keterlaksanaan LKS kimia serta hasil uji kemenarikan dan keterlaksanaan animasi kimia untuk

memperoleh desain LKS dan animasi pembelajaran yang lebih baik. 3) Melakukan perbaikan berdasarkan hasil uji keterbacaan dan

keterlaksanaan LKS serta hasil uji kemenarikan dan keterlaksanaan animasi.

4) Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki.

Hasil evaluasi menggunakan angket siswa ini digunakan untuk merevisi LKS yang ada yang merupakan produk akhir pengembangan.

(49)

32 d. Wawancara untuk menjaring data tanggapan guru dan siswa terhadap

penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains dalam pembelajaran dilaksanakan kepada guru dan siswa setelah

penerapan pembelajaran kimia menggunakan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains.

3. Tahap analisis data

Kegiatan dalam tahap analisis data meliputi:

a. Mengolah angket uji keterbacaan dan keterlaksanaan (angket siswa) pada LKS dan angket uji kemenarikan dan keterlaksanaan (angket siswa) pada animasi dengan cara :

1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

2) Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya sampel. 3) Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan

(50)

33 4) Menghitung persentase jawaban siswa, bertujuan untuk melihat

besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban siswa per-item adalah sebagai berikut:

%

% = Persentase pilihan jawaban-i dari angket terhadap LKS ke-n

Ji = Jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban-i

N = Jumlah seluruh siswa

5) Menghitung rata-rata persentase jawaban siswa per item pada tiap LKS dengan rumus berikut:

n

%Jin = Jumlah persentase jawaban-i dari angket terhadap tiap LKS

n = Jumlah LKS

(51)

34 7) Menafsirkan data, harga persentase setiap jawaban pertanyaan dalam

angket dapat di tafsirkan dengan menggunakan tafsiran harga persentase jawaban menurut Arikunto (1997 : 155) berikut: Tabel 2: Tafsiran harga persentase tiap jawaban pertanyaan

Persentase Kriteria

8) Menghitung skor jawaban siswa.

Penskoran setiap jawaban siswa dalam kesesuaian adalah: Tabel 3: Penskoran pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan

NO Pilihan Jawaban Skor

1 A 1

2 B 2

3 C 3

4 D 4

9) Menghitung persentase jawaban angket pada tiap percobaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%

% = Persentase jawaban angket-i dari angket terhadap LKS ke-n

S

= Jumlah skor jawaban

maks

(52)

35 10) Menghitung rata-rata persentase angket siswa untuk mengetahui

tingkat keterbacaan dan tingkat keterlaksanaan siswa terhadap LKS maupun animasi kimia berbasis keterampilan generik sains dengan rumus sebagai berikut:

%Xin = Jumlah persentase angket-i dari angket terhadap tiap LKS

n = Jumlah LKS

11)Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui kemampuan siswa secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997 : 155) :

Tabel 4: Tafsiran persentase angket Persentase Kriteria

(53)

36 Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang ditetapkan maka

pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut: 1. Menentukan kunci jawaban dari soal – soal yang diberikan. 2. Menentukan skor pada jawaban dengan skor maksimum 20.

- Skor pilihan berganda nomor 1-20 = 1

3. Memeriksa jawaban siswa, kemudian mengolah skor yang diperoleh siswa dengan cara uji N-Gain. Pengujian N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan generik sains siswa antara pre-test dan post-pre-test pembelajaran, dihitung dengan rumus :

Menurut Hake (1998), tingkat perolehan skor dikategorikan atas tiga kategori, yaitu :

1) Tinggi : g ≥ 0,7

2) Sedang : 0,3 ≤ g < 0,7

(54)

108

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS kimia berkriteria tinggi, dengan persentase keterbacaan sebesar 76,62% dan keterlaksanaan sebesar 73,56% artinya sebagian besar siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam LKS yang telah diterapkan dan mampu melaksanakan pembelajaran

menggunakan LKS dengan baik.

2. Tingkat kemenarikan dan keterlaksanaan animasi berkriteria tinggi, dengan persentase kemenarikan sebesar 70,11% dan keterlaksanaan sebesar 74,44% artinya sebagian besar siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam animasi yang telah ditampilkan dengan baik.

3. Setelah pembelajaran menggunakan LKS dan animasi kimia, tingkat

(55)

109 4. Tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan LKS berbasis keterampilan

generik sains ini adalah siswa sangat tertarik dan antusias dengan media pembelajaran yang diterapkan dan siswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, penggunaan LKS dan animasi ini juga membantu guru dalam praktikum (karena menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan) dan memudahkan proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

B. Saran

1. Media pembelajaran yang dikembangkan melibatkan empat indikator

keterampilan generik sains. Oleh sebab itu, bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk melakukan penelitian seperti ini disarankan untuk melakukan upaya pengembangan terhadap indikator keterampilan generik sains yang lain pada konsep materi kimia yang lain.

2. Pada saat pembelajaran diusahakan mengatur waktu seefektif mungkin agar tidak terjadi kekurangan waktu.

(56)

110

DAFTAR PUSTAKA

Andi, P. 2004. Panduan Aplikasi Menguasai Macromedia Flash MX.ANDI. Yogyakarta

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Airlangga Universiti Press. Surabaya.

Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2002. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta. Borg and D. Gall. 2003. Educational Research. Allyn and Bacon. United States

of America.

Brotosiswoyo, B.S. 2001. Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimiaa di Perguruan Tinggi. Proyek pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Jakarta.

.

Djamarah, S.B. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Gagne, R.M. .1985. The conditions of learning. Holt, Rinehart, & Winston. New York.

Hake, R.R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methodsz. A six-thousand- student survey of mechanic test data for introductory physics courses. American Journal of Physics. 66, 64-74

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Liliasari. 2007. Model-Model Pembelajaran Berbasis TI Untuk Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pembelajar.

(Penelitian HPTP). Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung.

(57)

111

Gusnida, N. 2009. Pengembangan LKS Kimia Berbasis Keterampilan Generik Sains Pada Materi Pokok Laju Reaksi Siswa Kelas XI IPA1 SMA Adiguna Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008-2009 (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nurhadi, B.Y. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

Paivio, A. 1991. Dual coding theory: retrospect and current status. Canadian Journal Psychology 45, 255-287. Tersedia: http://www.library.uq.edu.au

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Rieber, L.P. 1990. Using Animation in Science Instruction with Young Children.

Journal Of Educational Pshychology. Vol 82, hal. 135-140. Tersedia: http://www.library.uq.edu.au

Rutherford and Ahlgren. 1990. Science for All Americans. New York. Oxford University Press.

Sadiman, Arief S. Rahardjo,R. Anung Haryono. dan Rahardjito.2008. Media Pendidikan pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Sastrawijaya, A.T. 1991. Pengembangan Program Pengajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Srinivasan, S. dan S. Crooks. 2005. Multimedia in a Science Learning

Environment. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia, 14, 2. Dalam Academic Research Library. Tersedia:

http://www.library.uq.edu.au

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suleiman, A.H. 1998. Media Audio Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan

Penyuluhan . PT. Gramedia. Jakarta.

Gambar

Gambar. 1. Tampilan kerja Macromedia Flash MX.
Tabel 1. Hubungan jenis konsep dan keterampilan generik sains
Gambar 2.  Alur penelitian
Tabel 2: Tafsiran harga persentase tiap jawaban pertanyaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimipinan yang paling cenderung adalah gaya kepemimpinan direktif yaitu sebesar 39%.Melihat gaya kepemimpinan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN SEMESTER GENAP

Bakso syar’i khas Malang merupakan usaha keluarga yang didirikan pada 1 Februari 2016, warung bakso ini merupakan warung bakso pertama yang berlabel syar’i beralamat di

Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan apa yang anda lakukan dalam pembelajaran dengan memberikan tanda silang () pada jawaban yang

Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan dampak dari kegiatan pemberdayaan masyarakat

Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1998 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, serta dengan

Hasil pada bagian pertama yaitu deskripsi keyakinan epistemologis akan matematika dan keyakinan akan belajar- mengajar matematika dari calon guru sekolah dasar,

bahwa untuk menggunakan dan melakukan pergeseran anggaran pada Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) sesuai