• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Jumlah Induk terhadap Keberhasilan Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Jumlah Induk terhadap Keberhasilan Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Gambar 4.Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Keterangan :

U1= Induk Jantan 2 : Betina 1 U2= Induk Jantan 3 : Betina 1 U3 = Induk Jantan 4 : Betina 1

U1 U3 U2

U2 U1 U1

(2)

Lampiran 2. Data Dasar Penelitian Bobot Gonad (bobot awal-bobot akhir)

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 3.35 5.9 3.1 12.35 4.116666667

P2 3.41 3.9 3.35 10.66 3.553333333

P3 6.4 3.2 1.8 11.4 3.8

Bobot Telur Per Butir

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 0.00135 0.0025 0.002 0.00585 0.00195

P2 0.0015 0.0025 0.00135 0.00535 0.001783333 P3 0.0021 0.00121 0.00135 0.00466 0.001553333 Jumlah Sampel Telur Terbuahi

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 24 20 20 64 21.33333333

P2 24 20 27 71 23.66666667

P3 32 30 45 107 35.66666667

Jumlah Total Sampel Telur

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH

RATA-RATA

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 19 15 14 48 16

P2 20 16 20 56 18.66666667

P3 28 27 32 87 29

Jumlah Seluruh Larva

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 370 629 447 1446 482

P2 523 726 514 1763 587.6666667

P3 588 826 1137 2551 850.3333333

(3)

Jumlah Larva Yang Hidup

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 250 487 340 1077 359

P2 421 495 441 1357 452.3333333

P3 475 723 859 2057 685.6666667

Fekunditas (Bobot Gonad/Bobot Telur Per Butir)

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 2481.48 2360 1550 6391.481481 2130.493827 P2 2273.33 1560 2481.48 6314.814815 2104.938272 P3 3047.62 2644.63 1333.33 7025.58048 2341.86016 Derajat Pembuahan FR (Jumlah Sampel Telur Terbuahi/Jumlah Total Sampel telur x 100%)

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 80 68.965517 80 228.9655172 76.32183908

P2 82.75862 80 84.375 247.1336207 82.37787356 P3 91.42857 93.75 90 275.1785714 91.72619048 Derajat Penetasan HR (Jumlah Telur Menetas/Jumlah Telur Terbuahi x 100%)

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH RATA-RATA

1 2 3

P1 79.1666667 75 70 224.16667 74.72222222

P2 83.3333333 80 74.07407407 237.40741 79.13580247 P3 87.5 90 71.11111111 248.61111 82.87037037 Kelangsungan Hidup Larva SR (Jumlah Larva Yang Hidup/Jumlah Seluruh Larva x 100%)

PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH

RATA-RATA

1 2 3

(4)

Lampiran 3. Analisi Ragam Derajat Pembuahan Telur Ikan Mas koki Ulangan

Perlakuan

1 2 3 Jumlah Rerata

P1 80 68.965517 80 228.9655172 76.32183908

P2 82.75862069 80 84.375 247.1336207 82.37787356 P3 91.42857143 93.75 90 275.1785714 91.72619048 Jumlah 254.1871921 242.715517 254.375 751.2777093 83.47530104

228.96551722 + 247.13362072 + 275.17857142

JKP = - 62713.13294

3

= 361.3606282

JKG = JKT – JKP = 459.4856923 - 361.3606282 = 98.12506409

(5)

Lampiran 3. Lanjutan

Sumber Keragaman Derajat Bebas

** Berpengaruh Sangat Nyata

Dari hasil analisi ragam yang dilakukan memperlihatkan F Hitung > F Tabel 0.05 dan 0.01 yang berarti perlakuan perbandingan induk memberikan pengaruh sangat nyata terhadap derajat pembuahan ikan mas koki (%)

KK =√KTG

ŷ x 100% =

√16.3542

83.4753 x 100% = 4.84%

Berdasarkan Nilai Koefisien Keragaman yang diperoleh ( KK < 5%) maka uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ).

Diperoleh KTG = 16.3542, v = 6, p = 3, Q0.05 (3, 6) = 4.84, r = 3

�ŷ�

���

=

16.3542

3

= 2.334

BNJα = Qα (p, v) . Sŷ

BNJ0.05 = 4.84 x 2.334 = 11.29

Tabel hasil uji BNJ Pengaruh Perbandingan Jumlah Induk terhadap Derajat Pembuahan Ikan Mas Koki menurut RAL

Perlakuan Perbandingan Jumlah

(6)

Lampiran 3. Lanjutan

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

P1 3 228.9655172 76.32183908 40.58660325 P2 3 247.1336207 82.37787356 4.893882531 P3 3 275.1785714 91.72619048 3.582057823

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between

Groups 361.3606247 2 180.6803123 11.04795832 0.009739219 5.143253 Within Groups 98.12508721 6 16.3541812

(7)

Lampiran 4. Analisis Variansi (Anova) Derajat Penetasan Telur Ikan Maskoki.

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

P1 3 224.1666667 74.72222222 21.06481481 P2 3 237.4074074 79.13580247 21.99359854 P3 3 248.6111111 82.87037037 105.2726337

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between

Groups 99.81900625 2 49.90950312 1.009421239 0.418908048 5.14325285 Within

Groups 296.6620942 6 49.44368237

Total 396.4811004 8

Kesimpulan :

(8)

Lampiran 5. Analisis Variansi (Anova) Kelulushidupan Larva Ikan Maskoki.

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

P1 3 221.0546907 73.6848969 28.52994303 P2 3 234.4766155 78.15887183 81.68011327 P3 3 243.8622714 81.28742381 36.07489213

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 87.60270469 2 43.80135235 0.898274624 0.455770773 5.143253 Within Groups 292.5698968 6 48.76164947

Total 380.1726015 8

Kesimpulan :

(9)

Lampiran 6. Foto Alat dan Bahan

Induk Ikan Maskoki Eceng Gondok

Akuarium Metylene Blue

Garam Timbangan Digital

(10)

Lampiran 7. Foto Pada Saat Penelitian

Persiapan Akuarium Pemilihan Induk

Persiapan Pemijahan Proses Pemjahan

(11)

Lampiran 7. Lanjutan

Pengukuran Kualitas Air Penimbangan Telur

Telur Menempel Pada Substrat Telur yang Tidak Terbuahi

Larva Berumur 3 hari

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adipu Y., H. Sinjal, dan J. Watung. 2011. Ratio Pengenceran Sperma Terhadap Motilitas Spermatozoa, Fertilisasi dan Daya Tetas Telur Ikan Lele (Clarias sp). Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. 7. 48-55.

Affandi dan Tang. 1999. Fisiologi Hewan Air. Pekan baru. Universitas Riau Press.

Andriadi, R. I. 2011. Optimalisasi Produksi Benih Ikan Hias Air TawarPada Taufan’s Fish Farm, Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi] Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arief.M., I. Triasih dan W.P. Lokapirnasari. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Bleeker). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Airlangga 1(1).

Bachtiar, Y. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. Agromedia Pustaka. Jakarta. Dhoe, S.B, Supriya, dan E. Juliaty. 2001. Biologi Tiram Mutiara : Juknis

Pemeliharaan Tiram Mutiara (Pinctada maxima). BBL Lampung, Lampung. Hal : 2-12.

Effendi, M.I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hijriyati, K.H. 2012. Kualitas Telur dan Perkembangan Awal Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di Desa Air Saga, Tanjung Pandang, Belitung. [Tesis]. Universitas Indonesia. Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Depok.

Lesmana, S.D. dan Dermawan, I. 2001.Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P. dan H. Susanto,. 1990. Ikan Hias Air Tawar, Penebar Swadaya. Jakarta.

Liviawaty, E. dan E. Aprianto. 1990.Maskoki, Budidaya dan Pemasarannya. Penerbit Kanisius. Jakarta.

(13)

Martiadi, R. 2012. Investarisasi Parasit Pada Ikan Manvis, Ikan Mas Koki, Ikan Black Ghost Dan Ikan Neon Tetra Di Daerah Jakarta Selatan, DKI Jakarta. (Skripsi). 1-57

Martini, A. 2005. Pengaruh Dosis Larutan Ringer Terhadap Tingkat Pembuahan dan Daya Tetas Telur Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). [Skripsi] Fakultas Perikanan. Universitas Lampung.

Masser MP, Rakocy dan Losordo. 1999. Recirculating Aquaculture Tank Production Systems: Management of Recirculating Systems. SRAC Publication No. 452.

Masrizal dan Efrizal. 1997. Pengaruh Ratio Pengenceran Mani Terhadap Fertilisasi Sperma dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Fisheries Journal Garing 6. Universitas Bung Hatta. Padang.

Mokoginta, I. D. Jusadi dan T.L. Pelawi. 2003. Pengaruh Pemberian Daphnia Sp. Yang Diperkaya Dengan Sumber Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Nila . Jurnal Akuakultur 2 : 7-11 Mukti, A.T., Rustidja, Sutiman, B.S. dan Djati, M.S. 2001. Poliploidisasi Ikan

Mas (Cyprinus carpio L.). Biosain Jurnal Ilmuilmu Hayati I. Hal 111 -123

Nuzliani, F., 2003. Pengaruh Tingkat Pengenceran Sperma Ikan Tawes (Putius javanicus Blkr) untuk Memproduksi Gynogenesis Ikan Mas (Cyprinus carpio L). [Skripsi] Fakultas Perikanan Universitas Lampung.

Palaguna, H. 2011. Tip sukses pembenihan ikan mas koki tip-sukses-pembenihan-ikan-mas-koki-oranda.Diakses tanggal 26 Februari 2015.

Sayuti. 2003. Budidaya Koki Pengalaman dari Tulungagung. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sholichin.I., K. Haetami dan H. Suherman. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Rebon Pada Pakan Buatan Terhadap Nilai Chroma Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) (Jurnal Perikanan dan Kelautan UNPAD 3 (4) : 185-190.

Sinjal, H. 2011. Pengaruh substrat ijuk dan Hydrilla sp.Terhadap Derajat Pembuahan dan Penetasan telur Ikan Mas. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropi. Vol 7 (1). Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado

(14)

Wisantara, G.B.M., K. Sumantadimata dan F.R. Zakaria. 2006. Analisa Kelayakan Bisnis Usaha Pembudidayaan Ikan Koki pada Lahan Terbatas di Jakarta. Jurnal MPI 1 (2).

Zairin, J.R. 2005. Pemijahan Ikan Tawes dengan Sistem Imbas Menggunakan Ikan Mas Sebagai Pemicu. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 4 (2). Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian bogor.

(15)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 Sampai Bulan Agustus 2015. Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Balai Benih Ikan Dinas Pertanian dan Kelautan Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan.

Bahan dan Alat

Dalam melaksanakan penelitian ini akan menggunakan bahan dan alat. Bahan yang digunakan adalah indukan mas koki, dan eceng gondok sebagai substrat penempel telur.

Peralatan yang digunakan untuk melihat kualitas air adalah : akuarium dengan ukuran 60 x 30 x 30 cm, aerator untuk menambah kandungan oksigen dalam air, termometer untuk mengukur suhu (0C), pH meter untuk mengukur keasaman air, heater untuk menjaga fluktuasi suhu air, pipet untuk mengambil larva maupun telur yang tidak menetas dana peralatan lainnya seperti, tangguk untuk menangkap induk dan larva, timbangan untuk menimbang induk sebelum dan sesudah memijah, serta alat-alat tulis.

Metode Pengambilan Data

(16)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Perlakuan A = Induk Jantan 2 : Betina 1 Perlakuan B =Induk Jantan 3 : Betina 1 Perlakuan C =Induk Jantan 4 : Betina 1

Penempatan perlakuan di setiap media dilakukan secara acak pada akuarium yang telah dipersiapkan. Susunan perbandingan jumlah induk dari masing-masing perlakuan dan ulangan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Prosedur Penelitian

Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini mengikuti tahap - tahap pembenihan mulai dari pembersihan media, seleksi induk sampai pada pendederan. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam pembenihan ikan mas koki adalah :

1. Persiapan Media

Akuarium yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci bersih menggunakan deterjen, kemudian dikeringkan selama 24 jam. Setelah kering media dimasukkan air dengan ketinggian 20 cm. air yang digunakan berasal dari dalam sumur yang jernih dengan asumsi bahwa air sumur yang diambil tidak mengandung zat-zat berbahaya.

(17)

selama 24 jam dengan kalium permanganat (PK). Tujuannya adalah untuk membasmi hama dan penyakit yang menempel pada substrat.

Akuarium yang sudah bersih dan di isi air diberi aerator dengan satu titik disetiap akuarium. Aerator akan mengaduk air dalam akuarium selama 48 jam. Setelah diaduk selama 48 jam masukkan eceng gondok kedalam akuarium.

2. Seleksi Induk

Induk yang akan digunakan adalah induk yang matang gonad yang dibeli di kolam penangkaran di desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara.

Ciri-ciri induk yang matang gonad adalah : untuk induk betina; perutnya buncit kebawah dan lunak, urogenital berwarna merah bata dan agak menjulur keluar, pergerakannya lamban dan tidak cacat. Sedangkan induk jantan yang matang gonad adalah; perut besar lunak, jika ditekan bagian perut akan mengeluarkan sperma berwarna putih dan tidak cacat.

Ukuran induk yang akan dipijahkan diusahakan berukuran sama, maksudnya adalah supaya jumlah telur dan jumlah telur seimbang dan diharapkan dengan ukuran yang sama tidak terjadi perkelahian sebelum memijah. Perbandingan induk yang dipijahkan adalah 2:1, 3:1, 4:1. Induk betina 1 dan induk jantan 2, 3, 4. Hal ini bertujuan agar dapat melihat pebandingan induk yang lebih maksimal dalam pemijahan.

3. Pemberian ransangan

(18)

tempat penempelan telur, serta lawan jenis yang seimbang dan pengaturan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan saat pemijahan, seperti suhu, kandungan oksigen, ketenangan dan cahaya.

Selama pemijahan tidak ada pemberian hormon kepada induk betina maupuninduk jantan baik melalui pakan maupun suntikan yang dapat merangsang ikan melakukan ovulasi.

4. Pemijahan

Induk yang telah dimasukkan dalam media secara berpasangan diharapkan akan memijah pada malam hari. Jika terjadi pemijahan maka pada pagi hari induk akan diambil dan dipindahkan pada akuarium pemeliharaan induk, sedangkan telur akan dibiarkan didalam akuarium sesuai dengan perlakuan dan ulangan, hingga menetas tanpa adanya pergantian air

5. Pengamatan Telur

Telur yang sudah menempel maupun yang berada didasar aquarium akan diamati perkembangannya. Jika telur ada yang terserang oleh jamur maka telur akan diambil dan dibuang. Pengamatan telur dilakukan setiap hari, tujuannya agar telur yang ada tidak terserang oleh jamur lain

Penghitungan jumlah telur yang keluar secara keseluruhan, maupun jumlah telur yang telah terbuahi, dan jumlah telur yang menetas dapat dilihat pada sub bab pengumpulan data.

6. Penetasan

(19)

gondok. Akar eceng gondok akan diangkat dari media jika larva sudah tidak lengket di akar atau menyebar di dasar akuarium.

Untuk mengurangi infeksi oleh pathogen telur yang tidak menetas akan dibuang. Cara yang dilakukan adalah telur yang tidak menetas tersebut di ambil dengan menggunakan pipet tetes.

7. Pemeliharaan Larva

Tiga hari setelah telur menetas sampai habis kuning telur di dalam tubuh ikan maka masa ini dinamai masa larva. Pada saat ini yang harus dikontrol adalah kualitas air, baik oksigen maupun perbedaan suhu antara siang dan malam dan derajat keasaman air.

Langkah yang dilakukan adalah menjaga suhu media di setiap akuarium, sedangkan memberi heater dapat menjaga suhu media di akuarium, sedangkan menjaga derajat keasaman melakukan pergantian air sebanyak sepertiga dari jumlah air yang ada setiap dua hari sekali.

8. Pakan

Sejak telur menetas sampai tiga hari larva tidak diberi pakan.Larva baru diberi pakan setelah berumur tiga hari, pakan yang diberikan adalah kutu air (Daphnia sp).Frekuensi pemberian pakan kutu air adalah dua kali sehari yaitu

pagi jam 08.00 WIB dan sore jam 16.30 WIB.

(20)

larva dengn cara menyipon setiap pagi dan sore, dan pergantian air sepertiga setiap hari.

Setelah berumur 12 hari, bibit ini diberi pakan dengan cacing sutera, pemberiannya seperti pemberian kutu air (edlibithum).Pemberian cacing sampai berumur 20 hari, setelah berumur 20 hari keatas bibit diberi pellet ukuran kecil < 1 mili.

9. Pendederan

Ikan yang sudah dapat memakan makanan dari luar tubuh disebut dengan post larva. Pada masa ini dikenal dengan masa pendederan. Pendederan yang akan dilakukan adalah pendederan pertama yaitu sejak bibit dikuning telur sampai memakan kutu air, pendederan ke dua adalah masa pemberian cacing sutera dan pendederan ke tiga adalah sejak benih di beri pakan pellet sampai bibit dijual.

Pengumpulan Data

1. Penghitungan Derajat Pembuahan (Fertilization Rate/FR)

Telur ikan mas kokiyang menempel pada substrat dan dasar akuarium akan di ambil beberapa butir telur untuk dijadikan sampel pada perhitungan FR kemudian di pindahkan ke baskom yang berisi air yang dicampur dengan Methylen Blue.Diamati telur yang dibuahi (Bening) dan tidak dibuahi (Putih) dan

hari kedua diamati telur yang menetas untuk menghitung nilai FR, dengan rumus:

FR(Fertilize Rate) = Jumlahsampeltelurterbuahi

(21)

2. Perhitungan Derajat Penetasan (Hatching Rate/HR)

Pada hari kedua diamati telur yang menetas, untuk menghitung nilai HR dengan rumus seperti yang telah ditulis oleh Mukti dkk. (2001) sebagai berikut :

HR = ∑ TM

∑ TT X 100%

Keterangan :

HR = keberhasilan penetasan

Σ TM = jumlah telur menetas

Σ TT = jumlah telur terbuahi

3. Perhitungan Kelangsungan Hidup (SR)

Kelangsungan hidup adalah persentase organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah seluruh organisme awal yang dipelihara dalam suatu wadah. Menurut Zonneveld dkk., 1991 kelangsungan hidup dapat dihitung menggunakan rumus :

Jenis data yang diamati 1. Jumlah daya tetas telur

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata - rata

1 2 3

2:1

3:1

(22)

2. Kelangsungan hidup larva

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata - rata

1 2 3

2:1

3:1

4:1

3. Kualitas Air Selama Penelitian

Tgl/Hr

Hasil pengamatan dari masing-masing perlakuan ditabulasi kedalam bentuk tabel secara menyeluruh, sehingga dapat mengetahui perbandingan induk yang baik dalam pemijahan ikan mas koki.

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Derajat Pembuahan (Fertilization rate), Derajat Penetasan (Hatching rate), Kelulushidupan (Survival rate)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap daya tetas dan kelulushidupan ikan mas koki (Carrasius auratus) dengan perbandingan jumlah induk 1 : 2, 1 : 3, 1 : 4 maka diketahui bahwa derajat pembuahan, derajat penetasan dan kelulushidupan larva yang dipelihara selama 20 hari tidak sama di setiap perlakuan. untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Data Dasar Penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2

Tabel 6. Persentase Pembuahan, Penetasan dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)

(24)

lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 6. Di atas menunjukkan bahwa perlakuan 3 memiliki tingkat penetasan tertinggi yaitu 82.87%, kemudian di urutan kedua perlakuan 2 sebesar 79.13% dan terakhir perlakuan 1 dengan tingkat penetasanan 74.72%.

Kualitas Air

Kualitas air sangat menentukan usaha perikanan, kualitas air yang diamati selama penelitian adalah derajat keasaman (pH), dan suhu. Kualitas air diambil pada saat sebelum pemijahan, saat pemijahan, penetasan sampai berukuran larva. Pengamatan kualitas air dilakukan pada pagi dan sore hari. Data kualitas air dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4. Grafik Kualitas Air Penelitian (pH)

(25)

Gambar 5. Grafik Kualitas Air Penelitian (Suhu)

Pembahasan

Derajat Pembuahan (Hatching rate)

Jika dilihat dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbandingan jumlah induk jantan betina dalam pemijahan ikan mas koki sangat berpengaruh terhadap tingkat pembuahannya, ini memberikan penjelasan bahwa dengan jumlah induk jantan yang lebih banyak memberikan peluang terbuahinya telur secara opmtimal, hasil ini didukung oleh pendapat Martini (2005), yang menyatakan pembuahan adalah proses terjadinya pertemuan antara spermatozoa dengan sel telur. Proses pembuahan pada sel telur sangat dipengaruhi oleh kualitas telur, sperma dan kecepatan sperma untuk bergerak spontan sehingga masuk kedalam lubang mikropil pada sel telur.

Tingkat pembuahan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sperma yang dipengaruhi oleh nutrisi, musim, temperatur, frekuensi pemakaian jantan

(26)

dan hereditas. Banyaknya jumlah sperma yang dikeluarkan dari seekor ikan jantan bergantung pula kepada umur, ukuran dan frekuensi ejakulasi. Hal ini didukung oleh pendapat Adipu dkk (2011) Pada kondisi pergerakan sperma aktif dan lincah, sperma mempunyai kemampuan dan energi untuk menembus lubang mikrofil telur dan sebalikanya. Hal ini didukung oleh Masrizal dan Efrizal (1997) menyatakan tingginya tingkat pembuahan dikarenakan pergerakan spermatozoa yang semakin aktif. Tang dan Affandi (1999) menambahkan konsentrasi spermatozoa yang tinggi dapat menghambat aktifitas spermatozoa karena berkurangnya daya gerak sehingga spermatozoa sukar menemukan atau menembus mikrofil sel telur yang mengakibatkan rendahnya fertilisasi spermatozoa.

Hasil pengamatan dari derajat pembuahan terlihat bahwa persentase pembuahan tertinggi terdapat pada perlakuan ke-3 kemudian perlakuan ke-2 dan terakhir perlakuan 1. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah induk jantan maka semakin banyak pula sperma yang dikeluarkan dan semakin banyak pula telur yang terbuahi. Hasil analisis anova dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah terlur yang terbuahi dipengaruhi oleh perbandingan induk jantan betina. Hal ini sesuai dengan analisi varian (Anova) terhadap tingkat pembuahan telur ikan mas koki menunjukkan hasil F hitung > F tabel (11.04 > 5.14) dengan demikian H0 ditolak, artinya perbandingan induk jantan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tingkat pembuahan telur ikan mas koki.

(27)

perlakuan P1. Kemudian perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P1. Dengan demikian tingkat penetasan terbaik adalah perlakuan P3 ( 91.72%) dengan perbandingan induk jantan betina 4 : 1. Hasil ini memberikan gambaran bahwa perbandingan jumlah induk jantan dalam pemijahan ikan mas koki sangat berpengaruh terhadap tingkat pembuahannya.

Derajat Penetasan (Hatching rate)

Hasil pengamatan dari derajat penetasan terlihat bahwa persentase penetasan tertinggi tedapat pada perlakuan ke-3 kemudian perlakuan ke-2 dan terakhir perlakuan 1. Hal ini disebabkan karena jumlah induk jantan pada perlakuan ke-3 lebih banyak sehingga sperma yang dikeluarkan untuk membuahi telur lebih banyak sehingga persentase penetasan pada perlakuan ke-3 juga lebih besar, Tinggi rendahnya derajat penetasan sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya persentase pembuahan, faktor lingkungan dan hama penyakit. Faktor pembuahan sangat ditentukan oleh seberapa banyak telur yang dapat dibuahi oleh sperma, semakin banyak telur yang dibuahi oleh sperma semakin tinggi daya tetasnya dan sebaliknya. Selain itu faktor lingkungan dan hama penyakit juga mempengaruhi daya tetas. Air yang kurang oksigen dan asam juga akan mempengaruhi daya tetas telur. Air yang jelek menghambat pertumbuhan embrio dan akan memudahkan pathogen menyerang telur, hal ini didukung oleh Masrizal dan Efrizal (1997) bahwa daya tetas telur ikan selalu ditentukan oleh pembuahan sperma, kecuali jika ada factor lingkungan yang mempengaruhinya.

(28)

rangsangan yang tepat, kondisi induk ikan mas koki yang belum cukup matang gonad meskipun didukung oleh factor eksternal yang cukup. Faktor internal yang utama adalah tingkat kematangan gonad ikan itu sendiri. Faktor eksternal berupa lingkungan seperti factor fisika (cahaya, suhu, arus), factor kimia (pH, kelarutan oksigen, hormon) dan factor bilogis (lawan jenis).

Sedangkan menurut (affandi dan Tang) diacu oleh Zairin (2005), penetasan telur dipengaruhi oleh factor internal berupa kerja hormon atau volume kuning telur serta factor eksternal berupa suhu, oksigen terlarut dan intensitas cahaya.

Derajat penetasan telur ikan mas koki yang terbaik terdapat pada perlakuan 3 memiliki tingkat penetasan tertinggi yaitu 82.87%, kemudian diurutan kedua perlakuan 2 sebesar 79.13% dan terakhir perlakuan 1 dengan tingkat pembuahan 74.72%. Derajat penetasan pada ketiga perlakuan dikategorikan tinggi sesuai pendapat Priyono diacu oleh Hijriyati (2012) melaporkan bahwa dengan nilai derajat penetasan dengan nilai 30%-50% adalah dianggap rendah, dan >60% dianggap tinggi. Hasil analisis anova dapat dilihat pada Lampiran 4.

Menurut Sinjal (2011) daya tetas telur ikan dipengaruhi oleh kualitas pemijahan yaitu pertemuan sperma dan telur, penanganan atau manajemen induk saat memijah (tingkat pembuahan), faktor stress dan kondisi lingkungan seperti suhu dan lama pencahayaan.

(29)

pemindahan telur dapat menyebabkan viabilitas telur menjadi menurun sehingga bias menurunkan derajat penetasan dan abnormalitas larva yang baru menetas (Effendi, 2004).

Hasil analisi variansi (anova) menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel (1.009 < 5.14) Ho diterima, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan tidak memberikan efek yang signifikansi terhadap daya tetas telur ikan mas koki (Carrasius auratus). Analisis ini menyimpulkan bahwa dari ketiga perlakuan

perbedaan induk menunjukkan bahwa daya tetas telur ikan mas koki di perlakuan 3 lebih baik dari perlakuan 2 dan 1, namun interaksi antar tiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata, karena telur yang terbuahi memiliki peluang menetas yang cukup besar.

Kelangsungan Hidup (Survival rate)

Larva adalah berupa anak ikan yang baru menetas bentuk dan kondisinya masih belum sempurna sama seperti induknya. Larva maskoki yang telah berumur dua hari akan tampak seperti jarum. Selama lima hari setelah penetasan fase pertama dalam hidupnya larva tersebut tidak diberi makan tambahan, sebab masih memiliki kantung kuning telur sebagai cadangan makanan. Pemberian makanan dilakukan setelah berusia enam hari karena cadangan makanan mulai habis dan larva mulai beradaptasi serta akan mencari makanan disekelilingnya.

(30)

tersebut, karena makanan yang diberikan harus berukuran kecil sesuai dengan besarnya dan bukaan mulut ikan tersebut.

Kelangsungan hidup larva ikan maskoki hingga berukuran benih atau berumur 20 hari adalah 81.28% pada perlakuan 3, 78.15% pada perlakuan ke 2 dan terendah pada perlakuan 1 yaitu 73.68%. Hasil analisis anova dapat dilihat pada Lampiran 5.

Salah satu faktor penyebab kelulushidupan larva di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti salinitas, suhu, dan oksigen terlarut. Pada pengamatan yang dilakukan larva yang mati adalah larva yang memiliki nafsu makan yang rendah dan menyebabkan tubuh larva menjadi kurus, bergerak lambat sehingga berakibat kematian (Mortalitas), pendapat ini didukung oleh Dhoe dkk (2001) bahwa kematian ikan dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya kualitas air dan kondisi ikan. Ikan yang lemah akibat turunnya kualitas air akan memudahkan parasit menyerang ikan tersebut. Umumnya pada masa larva, kematian ikan disebabkan oleh makanan yang kurang tepat, kualitas air rendah sehingga menurunkan stamina ikan, akibatnya ikan mudah diserang.

Hasil analisi variansi (anova) menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel (0.898 < 5.14) Ho diterima, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan tidak memberikan efek yang signifikansi terhadap kelulushidupan ikan mas koki (Carrasius auratus). Analisis ini menyimpulkan bahwa dari ketiga perlakuan

(31)

Adanya perbedaan kelangsungan hidup di tiap perlakuan disebabkan oleh padat tebar dan kualitas air. Kelangsungan hidup akan tinggi jika padat tebar rendah dan sebaliknya kelangsungan hidup akan rendah jika padat tebar tinggi. Kelangsungan hidup ikan selain dipengaruhi oleh patogen, makanan dan juga dipengaruhi oleh padat tebar. Tingginya kelangsungan hidup pada perlakuan ke-3 disebabkan oleh rendahnya padat tebar di wadah, walaupun padat tebar diantara ketiga perlakuan terbesar di perlakuan ke-3 namun hal tersebut masih termasuk normal karena wadah yang digunakan masih mampu menampung jumlah padat tebar perlakuan ke-3.jadi dalam wadah pemeliiharaan tidak terjadi kompetisi baik pakan maupun oksigen.

Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian berkisar antara 260C-290C. Hasil ini masih dikatakan baik dan optimal untuk kelngsungan hidup ikan mas koki, seperti pernyataan Wisantara, dkk (2006) secara umum kriteria air yang baik untuk beternak ikan maskoki adalah yang bersuhu 22-300 C (tropis) atau idealnya 27-300 C. Toleransi suhu siang dan malam yang baik adalah 30C.

(32)

naik, dan selera makan akan berkurang. Usaha budidaya ikan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5-9,0 sedangkan selera makan tertinggi pada pH 7,5-8,5 (Masser dkk., 1999).

Hasil pengukuran suhu selama pemeliharaan pada kisaran 260C-290C. Pada parameter suhu mengalami fluktuasi yang berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca. Namun tidak ada perubahan suhu secara drastis selama pemeliharaan. Hal tersebut disebabkan pemeliharaan dilakukan dalam ruangan tertutup atau pada lingkungan yang terkontrol. Hasil pengukuran suhu juga menunjukkan nilai suhu setiap perlakuan adalah sama. Suhu juga merupakan satu diantara parameter yang menentukan keberhasilan budidaya ikan mas koki, hal ini disebabkan karena ikan merupakan hewan berdarah dingin. Yang dimaksud dengan hewan berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan meningkatnya proses metabolisme ikan mas koki yang meningkatkan intensitas pembuangan kotoran sehingga kandungan oksigen menurun.

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Daya tetas telur ikan maskoki yang terbaik dihasilkan pada perlakuan ke-3 mencapai 82.87%, kemudian diikuti perlakuan ke-2 sebanyak 79.13% dan yang terakhir pada perlakuan 1 yaitu 74.72%, sebab lebih besar peluang sperma untuk membuahi telur.

2. Kelangsungan hidup ikan maskoki terbaik dihasilkan pada perlakuan ke-3 yaitu 81.28%, dengan perbandingan induk jantan betina 4 : 1

Saran

(34)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Mas Koki

Ikan maskoki (Carassius auratus) merupakan salah satu ikan hias populer dan banyak penggemar. Kelebihan dari ikan ini adalah karena strainnya tidak mirip dengan aslinya. Menurut ilmuwan Cina, Shisan Chen, paling tidak ada 126 strain baru ikan maskoki yang tersebar di seluruh dunia (Lingga dan Susanto 1999). Ikan maskoki diternakkan pertama kali oleh masyarakat Cina tahun 960-1279, dan menjadi populer pada masa pemerintahan Dinasti Ming tahun 1368-1644, karena bentuk tubuhnya yang unik dan banyak dijual ke negara-negara lain (Liviawaty dan Aprianto, 1990).

Ikan mas koki diklasifikasikan menurut Axelroad dan Schulzt (1983) dalam Martiadi, 2012 sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

(35)

menonjol ke luar dan warna sisik yang menarik. Ikan maskoki tergolong mudah dipelihara karena sifatnya cukup adaptif terhadap lingkungan yang baru. Tak mengherankan jika ikan maskoki dengan berbagai varietasnya tersebar di seluruh dunia (Bachtiar, 2002).

Morfologi

Menurut ciri-ciri morfologinya ikan mas koki, ikan ini diduga kuat merupakan hasil evolusi dari jenis carp. Adapun ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan ikan mas koki dengan carp adalah tidak adanya sungut pada bagian mulut dan jumlah sisik linea lateralis atau garis lebih sedikit dibandingkan dengan crucian carp. Secara alami ikan mas koki mempunyai habitat kolam berlumpur, bendungan dan sungai. Ikan ini termasuk omnivora, keadaan mulut yang disembulkan dan struktur insang yang mirip gigi sisir memberi kemampuan untuk mengeluarkan objek yang tidak disukai.Ikan mas koki ini dapat hidup pada suhu 280C - 340C (Martiadi, 2012).

Ikan Maskoki mempunyai bentuk tubuh yang beragam dan juga memiliki warna kulit yang bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam sampai keperak-perakkan. Warna tubuh maskoki menentukan keindahan ikan hias tersebut sehingga sering dijadikan sebagai salah satu komponen penting dalam proses seleksi kualitas makoki. Warna tubuh maskoki ada yang terdiri atas satu macam warna saja dan ada pula yang merupakan gabungan dari beberapa warna (Liviawaty dan Aprianto, 1990).

Menurut Tarwiyah, (2001) Perbedaan ikan betina dan ikan jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.

(36)

1. Pada bagian perut agak membesar dan jari sirip lebih halus (Gambar 2a). 2. Bentuk dubur besar dan bulat (Gambar 2b)

Gambar 2. Induk Ikan Koki Betina. a) Bagian Jari Sirip Lebih Halus. b) Bentuk Dubur Besar dan Bulat

Ikan jantan memliki ciri-ciri sebagai berikut : (Tarwiyah, 2001).

1. Terdapat benjolan kecil warna putih pada tutup insang atau terkadang pada jari-jari pertama sirip dada (Gambar 3a)

2. Bentuk dubur oval dan kecil (Gambar 3b).

Gambar 3. Induk Ikan Koki Jantan a) Bagian Jari Pertama Sirip Dada Terdapat Benjolan. b) Bentuk Dubur Oval dan Bulat

Pakan

Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan usaha perikanan dan ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi maksimal.Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh,

a b

(37)

mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah, tidak mengandung racun. Jenis pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, dimana semakin kecil bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang diberikan, dan juga disesuaikan dengan umur ikan (Arief., dkk, 2009).

Menurut Liviawaty dan Aprianto (1990), guna mempertahankan kelangsungan hidupnya, ikan membutuhkan semua komponen makanan dalam jumlah tertentu, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Ikan sangat efisien dalam mengkonsumsi protein dibandingkan dengan lemak atau karbohidrat, baik protein hewani maupun nabati. Meskipun umumnya lebih mahal, kualitas protein hewani relatif lebih baik dibandingkan dengan protein nabati, karena kandungan asam aminonya lebih lengkap.

Pakan merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya. Dengan beralihnya kegiatan usaha budidaya yang berawal memenuhi kebutuhan sendiri menjadi usaha komersial dan tradisional menjadi intensif, maka faktor penyediaan pakan menjadi faktor penentu dalam usaha budidaya.Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi terlambat, akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan (Mardiah, 2009).

(38)

dianggap lebih menguntungkan, karena dapat menghasilkan pertumbuhanlebih baik dibandingkan dengan penggunaan makanan buatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan gizi dari makanan alami yang lebih baik dan tidak menimbulkan masalah penurunan kualitas air berupa proses pembusukan yang sering dialami jika menggunakan makanan buatan. Adanya proses pembusukan dari sisa makanan buatan di dasar kolam, sering mengakibatkan timbulnya gas-gas beracun, penurunan kandungan oksigen yang larut di dalam air dan meningkatnya serangan penyakit (Mokoginta dkk., 2003).

Cacing rambut (Tubifex sp.) atau sering disebut cacing sutera ini merupakan pakan yang banyak digunakan pembudidaya ikan hias.Hampir semua jenis ikan dapat diberi pakan ini, terutama untuk proses pembesarannya. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada yang berhasil membudidayakan cacing sutera. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan akan pakan ini, masih harus mengambilnya dari sungai. Sebelum diberikan pada ikan, pakan ini harus dicuci bersih dengan air (Lesmana dan Dermawan, 2001).

Ikan mas koki termasuk pemakan segalanya (Omnivore), baik sumber pakan yang berasal dari nabati maupun hewani. Sumber pakan nabati berupa dedaunan dari tumbuhan air, sedangkan sumber pakan dari hewani berupa cacing sutera (tubifex), daphnia, moina maupun jentik nyamuk. Berbagai bentuk pakan buatan seperti flakes (serpihan kecil) bubuk maupun pelet (butiran) juga cocok untuk pemeliharaan ikan mas koki.

Proses Pemijahan

(39)

sperma induk jantan. Pembuahan seperti yang dilakukan oleh mas koki ini dikenal dengan istilah pembuahan eksternal, karena pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar tubuh induk betina (Liviawaty dan Afrianto, 1990).

Dalam pemijahan hal yang pertama dilakukan adalah pemilihan induk.Induk yang dipilih harus cukup umur dan ukuran.Biasanya ukuran induk berkorelasi dengan umur. Kalau dipih induk yang terlalu muda, selain telurnya belum cukup banyak, kematian larva dan benihnya akan sering dijumpai. Sebaliknya pemilihan induk yang terlalu tua, walaupun telurnya banyak, daya tetasnya biasanya kecil (Lesmana dan Dermawan, 2001).

Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur ± 8 bulan, dengan ukuran minimum sebesar telur itik. Pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapi. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan tegak. Untuk mendapat keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan yang berwarna putih dan betina berwarna hitam atau hijau lumut dan sebaliknya (Tarwiyah, 2001).

Wadah pemijahan dapat berupa bak-bak kacil atau akuarium yang berukuran agak besar. Ukuran bak yang digunakan cukup sekitar 2x1 X 0.6 meter atau menggunakan akuarium yang mempunyai ukuran 0.8x0.4x0.4 meter agar lebih mudah dalam pengontrolan.

(40)

Masukkan induk ikan mas koki yang akan dipijahkan, biasanya di waktu sore hari, kira–kira pukul 17.00 WIB. Pemantauan pemijahan perlu dilakukan untuk menghindari telur yang sudah dihasilkan dimakan kembali oleh induk yang dalam kondisi lapar habis melakuka perkawinan. Segerakan induk untuk diangkat jika proses perkawinan selesai, kembalikan induk kedalam kolam induk (Palaguna, 2011).

Menurut Tarwiyah, 2001 ada beberapa cara memijahkan ikan mas koki yaitu : 1. Bak/akuarium yang telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan ±24

jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya.

2. Pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan kedalam bak pada sore hari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokan harinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok.

3. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke kolam penampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan berikutnya. Jika perawatannya baik, maka 3 - 4 minggu kemudian induk sudah dapat dipijahkan kembali.

Substrat

Mas koki mempunyai sifat menempelkan telur pada beda-benda yang ada disekitarnya. Batu-atuan, rumput-rumputan maupun tanaman air lainnya dapat digunakan sbagai media tempat menempelkan telur. Jenis tanaman yang digunakan dalam pemijahan ikan mas koki adalah eceng gondok (Eichornia crassipes) yang telah dibersihkan akarnya dari lumpur maupun kotoran lainnya.

(41)

dapat menciptakan suasana romantik bagi mas koki sehingga dapat mempercepat pemijahan.

Sebelum digunakan sebagai tempat penempel telur, tanaman eceng gondok di rendam dulu dengan menggunakan kalium permanganate selama beberapa menit untuk memunuh bibit penyakit yang ada. Media lain yang bisa digunakan sebagai tempat penempel telur ikan mas koki adalah kakaban. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bambu. Kadang-kadang peranan ijuk diganti dengan tali rafia yang sengaja diikat agar seratnya menjadi kecil dan halus.

(42)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya ikan hias selama ini dianggap sebagai usaha sambilan, akan tetapi jika dilihat dari kebutuhan saat ini maka usaha budidaya ikan hias sangat bagus untuk dikembangkan sebagai penghasilan utama karena usaha ikan hias dapat memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan sempit.

Pembenihan ikan hias mempunyai prospek pasar ekspor dan lokal. Salah satu ikan yang memiliki harga jual tinggi dan permintaan pasar cukup banyak baik lokal maupun ekspor adalah ikan mas koki (Carrasius auratus). Ikan mas koki merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil ekor lebar.

Ikan mas koki merupakan ikan hias yang berasal dari Cina. Ikan ini disenangi oleh penggemar ikan hias baik dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itulah ikan hias mas koki menjadi peluang usaha yang sangat bagus dan potensial untuk dibudidayakan di Indonesia, sebab peminat dalan negeri cukup besar dan tidak kalah dengan peminat luar negeri, selain itu kondisi lingkungan sangat mendukug untuk usaha budidaya maupun pembenihan.

(43)

Melihat dari tingginya permintaan ikan mas koki dan penanganan kualitas air yang kurang maksimal serta masih terbatasnya pembudidayanya khususnya pembenihan yang menghasilkan bibit berkualitas. Keterbatasan ini disebabkan oleh rendahnya ilmu pengetahuan dalam pemijahan ikan mas koki sehingga pemijahan yang dilakukan tidak maksimal.

Usaha pembenihan sangat ditentukan oleh jenis induk yang dikawinkan, untuk mendapatkan anak yang berkualitas diperlukan induk yang bagus serta cara penanganan baik induk maupun bibit dan tidak kalah penting adalah manajemen pakan dan kualitas air.

Keberhasilan pemijahan ikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penanganan induk, teknologi pemijahan khususnya dalam merangsang induk, pengeraman telur maupun penanganan larva. Cara yang dapat dilakukan untuk merangsang induk ikan adalah dengan pengadaan substrat meletakkan telur.

Ikan mas koki untuk memijah membutuhkan substrat berbentuk benang halus tempat menempelkan telur, dalam persiapan pemijahan dilakukan pencucian eceng gondok sebagai substrat yang akan digunakan sebagai tempat penempelan telur ikan mas koki dan pencucian akuarium untuk membersihkan kuman penyakit dan sisa kotoran pada akuarim dan eceng gondok (Andriadi, 2011).

(44)

dapat menjadi acuan untuk mendapatkan tingkat penetasn dan kelulushidupan yang optimal.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah penghasil kebutuhan bibit yang berkualitas baik dari ikan maskoki yang pada gilirannya akan menambah harga dari ikan tersebut sehingga meningkatkan kesejahteraan petaninya dan meningkatkan kepuasan bagi para konsumen. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Ikan Mas koki

Permintaan pasar tinggi

Pemijahan alami

Media Penempel telur (Eceng Gondok)

Perbandingan Induk yang Baik Untuk Pemijahan

Upaya peningkatan produksi ikan (Perbandingan Jumlah Induk)

Pemijahan buatan

(45)

Rumusan Masalah

Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai maka perlu dirumuskan masalah penelitian. Secara umum permasalahan penelitian ini melihat :

1. Adanya pengaruh perbandingan jumlah induk terhadap keberhasilan daya tetas telur.

2. Adanya pengaruh perbandingan jumlah induk terhadap kelulushidupan larva.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan perbandingan jumlah induk mas koki yang baik untuk pemijahan yang maksimal.

2. Mendapatkan derajat penetasan dan kelangsungan hidup larva pada waktu pendederan.

Manfaat Penelitian

Jika penelitian ini tercapai maka akan memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan, masyarakat dan mahasiswa sendiri. Manfaat yang akan dicapai adalah :

1. Bagi ilmu pengetahuan memberikan sumbangan pikiran tentang cara pembenihan ikan khususnya ikan mas kokidan pertimbangan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pembenihan ikan mas koki.

(46)

ABSTRAK

FRETTY J M SIMBOLON. Perbandingan Jumlah Induk Terhadap Keberhasilan Penetasan dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus). Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan INDRA LESMANA.

Pembenihan ikan hias mempunyai prospek pasar ekspor dan lokal. Salah satu ikan yang memiliki harga jual tinggi dan permintaan pasar cukup banyak baik lokal maupun ekspor adalah ikan mas koki (Carrasius auratus). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan jumlah induk yang baik untuk pemijahan yang maksimal dan mengetahui perbandingan induk jantan dan betina ikan mas koki yang berbeda terhadap tingkat penetasan dan kelulushidupan larva. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 kali perlakuan dan 3 kali ulangan, dengan perlakuan 1 perbandingan induk jantan dan induk betina 2 : 1, perlakuan 2 dengan perbandingan induk jantan dan betina 3 : 1, dan perlakuan 3 dengan perbandingan induk jantan betina 4 : 1. Penelitian ini dilaksana pada Bulan Juli s/d Agustus 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah induk berpengaruh nyata terhadap derajat pembuahan dan menunjukkan tingkat Penetasan tertinggi diperoleh dari perlakuan 3 (82.87%) dengan pebandingan induk jantan betina 4 : 1 dimana peluang sperma untuk membuahi telur lebih besar sehingga jumlah telur yang menetas juga akan lebih besar. dan tingkat kelulushidupan larva tertinggi juga diperoleh dari perlakuan 3 (81.82%).

(47)

ABSTRACK

FRETTY J M SIMBOLON. Comparison of Total Parent Against Hatching Success and Survival of Hatched Larvae Goldfish (Carrasius auratus). Under Academic Supervision by BUDI UTOMO and INDRA LESMANA.

Hatchery fish have the prospect of local and export markets. One fish that has a high sales price and demand a fair amount of both local and export is a goldfish (Carrasius auratus). This study aims to get a good comparison of the amount of the parent for maximum spawning and determine the ratio of male and female parent goldfish different on hatching rate and survival of larvae. Research methods using completely randomized design with 3 treatments and 3 replications, with treatments 1 ratio of male parent and a female parent 2: 1, treatment 2 with a ratio of male and female parent 3: 1, and the treatment of 3 with a ratio of male parent female 4 1. This study be realized in July to August 2015. The results of this study indicate that the ratio of the number of aircraft significantly affect the degree of fertilization and hatching indicates the highest level obtained from the treatment 3 (82.87%) with a male female parent Comparing the 4: 1 which chances of sperm to fertilize an egg is greater so that the number of eggs that hatch will also be greater. The highest survival rate of larvae and also obtained from the treatment 3 (81.82%).

(48)

PERBANDINGAN JUMLAH INDUK TERHADAP KEBERHASILAN

DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA

IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus)

Fretty J M Simbolon 110302033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(49)

PERBANDINGAN JUMLAH INDUK TERHADAP KEBERHASILAN

DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA

IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus)

SKRIPSI

FRETTY J M SIMBOLON 110302033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(50)

PERBANDINGAN JUMLAH INDUK TERHADAP KEBERHASILAN

DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA

IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus)

SKRIPSI

FRETTY J M SIMBOLON 110302033

Skripsi sebagai satu diantara Beberapa Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(51)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Perbandingan Jumlah Induk terhadap Keberhasilan Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)

Nama : Fretty J M Simbolon

NIM : 110302033

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Budi Utomo S.P, M.P Indra Lesmana S.Pi, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

(52)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fretty J M Simbolon

NIM : 110302033

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perbandingan Jumlah Induk terhadap Keberhasilan Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, September 2015

(53)

ABSTRAK

FRETTY J M SIMBOLON. Perbandingan Jumlah Induk Terhadap Keberhasilan Penetasan dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus). Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan INDRA LESMANA.

Pembenihan ikan hias mempunyai prospek pasar ekspor dan lokal. Salah satu ikan yang memiliki harga jual tinggi dan permintaan pasar cukup banyak baik lokal maupun ekspor adalah ikan mas koki (Carrasius auratus). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan jumlah induk yang baik untuk pemijahan yang maksimal dan mengetahui perbandingan induk jantan dan betina ikan mas koki yang berbeda terhadap tingkat penetasan dan kelulushidupan larva. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 kali perlakuan dan 3 kali ulangan, dengan perlakuan 1 perbandingan induk jantan dan induk betina 2 : 1, perlakuan 2 dengan perbandingan induk jantan dan betina 3 : 1, dan perlakuan 3 dengan perbandingan induk jantan betina 4 : 1. Penelitian ini dilaksana pada Bulan Juli s/d Agustus 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah induk berpengaruh nyata terhadap derajat pembuahan dan menunjukkan tingkat Penetasan tertinggi diperoleh dari perlakuan 3 (82.87%) dengan pebandingan induk jantan betina 4 : 1 dimana peluang sperma untuk membuahi telur lebih besar sehingga jumlah telur yang menetas juga akan lebih besar. dan tingkat kelulushidupan larva tertinggi juga diperoleh dari perlakuan 3 (81.82%).

(54)

ABSTRACK

FRETTY J M SIMBOLON. Comparison of Total Parent Against Hatching Success and Survival of Hatched Larvae Goldfish (Carrasius auratus). Under Academic Supervision by BUDI UTOMO and INDRA LESMANA.

Hatchery fish have the prospect of local and export markets. One fish that has a high sales price and demand a fair amount of both local and export is a goldfish (Carrasius auratus). This study aims to get a good comparison of the amount of the parent for maximum spawning and determine the ratio of male and female parent goldfish different on hatching rate and survival of larvae. Research methods using completely randomized design with 3 treatments and 3 replications, with treatments 1 ratio of male parent and a female parent 2: 1, treatment 2 with a ratio of male and female parent 3: 1, and the treatment of 3 with a ratio of male parent female 4 1. This study be realized in July to August 2015. The results of this study indicate that the ratio of the number of aircraft significantly affect the degree of fertilization and hatching indicates the highest level obtained from the treatment 3 (82.87%) with a male female parent Comparing the 4: 1 which chances of sperm to fertilize an egg is greater so that the number of eggs that hatch will also be greater. The highest survival rate of larvae and also obtained from the treatment 3 (81.82%).

(55)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Upahoda, Pangururan pada tanggal 18 Agustus 1993 dari ayah Charles Simbolon dan ibu (alm) Hotmasi Nainggolan S.Pd . Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 173750 Pintusona pada tahun 1999 – 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Budi Mulia Pangururan pada tahun 2005 – 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangururan pada tahun 2008 – 2011. Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2011 melalui jalur ujian tertulis Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).

Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) periode 2012 – 2013, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen, Ikatan Mahasiswa Khatolik (IMK), dan anggota Persatuan Pemuda Pemudi Asal Samosir (PAMASA), Universitas Sumatera Utara. Penulis juga pernah menjadi asisten laboratorium mata kuliah Biologi Perikanan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, Pencemaran Perairan dan Pengelolaan limbah semester ganjil Tahun 2014-2015 dan Ekotoksikologi Perairan semsester genap pada Tahun 2014-2015

(56)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perbandingan Jumlah Induk terhadap Keberhasilan Penetasan dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Ayahanda Charles Simbolon, Ibunda (alm) Hotmasi Nainggolan S.Pd dan

Abangnda Parlin Simbolon S.Pd, Roy Simbolon, Benny Simbolon S.Pd, Parade Simbolon S.Pd beserta Kakanda Roida Yanti Simbolon S.Pd, MM, Juana Simbolon Am.Keb dan Adikku Silvester Simbolon beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan materi, kasih sayang dan doa kepada penulis.

2. Dr. Budi Utomo S.P, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Indra Lesmana S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi bimbingan dalam menyelesaikan skripsi.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Seluruh Staf dan Pegawai di Balai Budidaya Benih Ikan Dinas Pertanian dan Kelautan Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan yang turut membantu dalam penelitian.

(57)

6. Mahasiswa Perairan dan rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, September 2015

(58)

DAFTAR ISI

Rancangan Penelitian ... 15

(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 33 Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

(60)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 3

2. Ikan Mas Koki Betina ... 8

3. Ikan Mas Koki Jantan... 8

4. Grafik Kualitas Air Penelitian (pH) ... 23

(61)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Fekunditas induk mas koki ... 21

2. Jumlah Telur Terbuahi ... 21

3. Jumlah Daya Tetas Telur ... 21

4. Kelangsungan Hidup Larva ... 21

5. Kualitas Air Selama Penelitian ... 22

6. Persentase Pembuahan Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) ... 23

7. Persentase Penetasan Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) ... 23

(62)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... 36

2. Data Mentah Penelitian ... 37

3. Analisis Variansi (Anova) Derajat Pembuahan Telur Ikan Mas koki ... 39

4. Analisis Variansi (Anova) Derajat Penetasan Telur Ikan Maskoki. ... 40

5. Analisis Variansi (Anova) Kelulushidupan Larva Ikan Maskoki ... 41

6. Foto Alat dan Bahan ... 42

Gambar

Gambar 4.Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Tabel hasil uji BNJ Pengaruh Perbandingan Jumlah Induk terhadap Derajat Pembuahan Ikan Mas Koki menurut RAL
Tabel 6. Persentase Pembuahan, Penetasan dan Kelulushidupan Larva  Ikan Mas     Koki (Carrasius auratus)
Gambar 4. Grafik Kualitas Air Penelitian (pH)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Karena Kereta Api Baraya Geulis termasuk kereta api bisnis perkotaan, dengan toleransi maksimum 25% dari waktu tempuh, dapat dikatakan bahwa ketepatan waktu untuk rute

Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai sebutan dapat di- artikan bahwa yang menjadi tujuan akhir

Dari hasil penelitian angket di atas, menunjukkan bahwa komitmen dan perhatian kepala dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak Program Raksa Desa dalam

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh TMA gambut dengan jumlah hotspot dan curah hujan pada bulan April 2018 – April 2019 sebagai indikator kebakaran hutan dan

Penggunaan gaya art deco di Indonesia merupakan pengaruh yang meluas pada masa perang dunia 2 dimana saat itu gaya ini sangat popular digunakan bersaing dengan

Proses dan hasil pengembangan desain pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada Siswa Kelas X .a SMK Bina Generasi Polewali berkualitas baik yaitu

Hal-hal yang timbul atas asas kebebasan berkontrak tersebut khususnya dalam dunia persepakbolaan adalah wanprestasi yang dilakukan oleh pihak pertama