• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Giri Dan Ninjou Dalam Komik Happy Cafe Karya Kou Matsuzuki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Giri Dan Ninjou Dalam Komik Happy Cafe Karya Kou Matsuzuki"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.

Atar Semi, M. 1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya.

Benedict, Ruth. 1982. Pedang Samurai dan Bunga Seruni, diterjemahka n oleh Pramudji. Jakarta: Sinar Harapan

Firdaus, Zulfahnur Z.1986. Analisis dan Rangkuman Bacaan Sastra. Jakarta: Universitas Terbuka, Debdikbud.

Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Matsuzuki, Kou. 2009. Happy Café. Jakarta: PT Gramedia. 2011. Happy Café. Jakarta: PT Gramedia. Nazir, M.1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Perkenalan Awal

Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.

Situmorang, Hamzon. 1995. Perubahan Kesetiaan Bushi dari Tuan kepada

Keshogunan dalam Zaman Edo (1603-1868) di Jepang. Medan: USU Press.

Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat

Moral. Yogyakarta: Kanisius.

(2)

http://gumerlap.blogspot.com

(3)

BAB III

NILAI GIRI DAN NINJOU DALAM KOMIK HAPPY CAFÉ KARYA KOU MATSUZUKI

3.1 Sinopsis Cerita Komik Happy Café Karya Kou Matsuzuki

Komik Happy Café karya Kou Matsuzuki bercerita tentang Takamura Uru, seorang siswi SMA yang memiliki tenaga yang kuat, ceria, dan baik hati. Dia

mencari pekerjaan sambilan di sebuah café yang menarik bernama Bonheur,

alasan Uru untuk bekerja adalah dia ingin hidup mandiri jauh dari orangtuanya

yang baru saja menikah, karena dia tidak sengaja mendengar percakapan kolega

ayah tirinya yang berkata bahwa memiliki anak tiri tersebut sangat membebani.

Uru yang salah paham mengira ayah tirinya terbeban karena dirinya akhirnya

meminta tinggal sendiri di sebuah apartemen terpisah agar dia tidak merepotkan

orangtuanya, dan ketika dia berjalan-jalan Uru yang sedih melihat Café Bonheur

dan senyuman orang-orang yang keluar dari café tersebut, karena dia merasa

terhibur dengan kebahagiaan orang lain akhirnya dia memutuskan untuk bekerja

di café tersebut untuk membuat bahagia orang-orang yang ditemuinya.

Kemudian Uru datang ke café tersebut untuk mengikuti wawancara pada

pukul 8 pagi, namun dia melihat pintu café tersebut tertutup, ketika dia mencoba

untuk membukanya, dia tidak sengaja merusakkan pintu tersebut, dan bertemu

Shindou Satsuki, pattisiere (ahli pembuat kue dan roti) yang dingin dan ketus dan Nishikawa Ichirou yang tertidur di lantai yang disangka Uru adalah orang mati,

(4)

kecildisangka anak SD dan dimarahi karena telah merusakkan pintu, ketika dia

menjelaskan maksudnya untuk wawancara, ternyata di café tersebut tidak ada

lowongan pekerjaan, namun Uru bersikeras untuk bekerja disitu, walaupun tidak

digaji, dan akhirnya Uru diberi pekerjaan sementara. Awalnya Uru merasa aneh

dengan kedua rekan kerjanya tersebut karena Shindou adalah orang yang

menyeramkan dan tidak mau tersenyum, sedangkan Ichirou adalah orang aneh

yang langsung jatuh tertidur ketika lapar serta memiliki ekspresi yang sangat

datar, namun mereka dengan tulus bekerja dan melayani pelanggan yang datang.

Uru yang ceria akhirnya melayani tamu yang datang ke café tersebut dengan tulus

dan ramah. Hal ini membuat akhirnya dia diterima sebagai pegawai di café

tersebut.

Sepulang bekerja, ternyata Uru kembali ke café yang sudah tutup dan

melihat ada pencuri yang berusaha mencuri kotak uang, Uru yang tidak rela hasil

kerja keras teman-temannya diambil pencuri dengan berani merebut kotak uang

tersebut, kemudian Shindou datang membantu Uru, setelah mereka berhasil

mengusir pencuri, Shindou yang tahu masalah Uru dengan ayahnya akhirnya

menasehati Uru untuk berbaikan dengan ayah tirinya, mendengar hal itu Uru

tersadar. Di perjalanan pulang kemudian dia menelepon orang tuanya dan

menjelaskan kesalahpahaman tersebut.Setelah Uru pulang ke rumah, dia ingin

berkenalan dengan tetangga barunya, dan ternyata tetangganya adalah Shindou

Satsuki.

Pada suatu hari sewaktu Cafe Bonheur sedang mengadakan event

Strawberry Fair datang seorang anak perempuan yang bernama Sakura sangat

(5)

ternyata kue tersebut beserta strawberry telah habis terjual, dan yang tertinggal

hanya coklat rasa strawberry.Melihat Sakura yang kecewa akhirnya Shindou

membuat kue cheesecake dengan sirup strawberry dan coklat strawberry dan

memberikannya pada Sakura, dan Sakura sangat senang menerima kue

tersebut.Karena Sakura sering menceritakan orang-orang di Café Bonheur kepada

kedua orang kakak lelakinya Kashiwa dan Sou Abekawa membuat mereka

cemburu kepada orang-orang di café tersebut.Sampai akhirnya mereka menantang

Shindou untuk bertanding penjualan kue dengan toko kue tradisional mereka

sewaktu festival.Sebelum pertandingan ternyata tangan Sindou terkilir sewaktu

menyelamatkan Uru yang terjatuh, namun Shindou menyembunyikannya dari

Abekawa bersaudaraagar tidak ketahuan, sebagai gantinya Uru dan Ichirou yang

menggantikannya dalam menjual kue.

Ada seorang kakek yang ingin membeli kue, namun karena dia tidak bisa

makan kue yang manis akhirnya dia tidak membeli kue tersebut. Shindou

kemudian menarik Abekawa Kashiwa untuk membantunya membuat kue dengan

perpaduan kue modern dengan rasa yang tradisional yaitu cake matcha (teh hijau).

Kue tersebut diberikannya kepada kakek yang tidak menyukai kue manis tersebut,

dan kakek tersebut sangat senang. Melihat ketulusan hati Shindou dalam melayani

pelanggan, membuat Abekawa Bersaudara sadar, dan berteman dengan semua

pegawai toko Bonheur.Banyak peristiwa yang dialami Uru, Shindou dan Ichirou yang membuat mereka mengenal banyak orang, berkonflik bahkan bersahabat

dengan mereka.Hal ini kemudian mendewasakan mereka.

Nishikawa Ichirou anak kelas tiga SMA yang bekerja sambilan di café

(6)

dia kehabisan makanan di mulutnya. Dulu dia adalah anak yang normal, sewaktu

dia TK kedua orangtuanya sangat sibuk bekerja dan jarang untuk makan bersama

dengan dirinya.Ichirou kemudian memutuskan untuk begadang menunggu orang

tuanya selesai pulang kerja untuk makan bersama, orang tuanya yang iseng pun

sengaja menyuapkan makanan untuk membangunkan Ichirou dan hal ini menjadi

sebuah kebiasaan yang aneh Ichirou.Ichirou menyukai Uru dan suka menggoda

dan memeluk uru, tapi karena Uru agak telmi, dia tidak menyadari perasaan

Ichirou padanya.Namun ketika Ichirou tahu kalau Uru menyukai Shindou, Ichirou

membantu Uru untuk memberanikan diri menyatakan rasa sukanya pada Shindou.

Shindou Satsuki seorang pattisiere yang ahli, dijuluki pria dingin bertopeng besi, karena dia tidak mau bersosialisasi dan membukakan dirinya pada

orang lain. Sewaktu berumur lima tahun Shindou ditinggalkan ibu kandungnya

dan akhirnya diangkat anak oleh manajer pemilik café, Matsumoto Nankichi,

walaupun ayah angkatnya sangat menyayangi dia namun Shidou masih saja susah

bersosialisasi. Bagi Shindou kata “ibu” adalah sesuatu yang tabu dan sangat

menakutkan, sampai akhirnya Uru memberikan dia kekuatan untuk berani

bertemu ibu kandungnya, dia mendengarkan alasan kenapa ibunya meninggalkan

dia dan akhirnya berbaikan dengan ibunya. Shindou yang menyadari bahwa

dirinya jatuh cinta kepada Uru, kemudian mulai mendekati Uru yang telmi

mengenai perasaan, tapi ketika Uru menyadari bahwa dia jatuh cinta kepada

Shindou, dia diberitahu bahwa Shindou akan pergi ke Perancis untuk belajar

membuat kue selama tiga tahun di sana. Kemudian Uru mengejar Shindou yang

(7)

dengan Shindou.Akhirnya Uru menyatakan perasaanya dan berjanji menunggu

Shindou.Setelah tiga tahun akhirnya mereka bertemu kembali.

Dalam komik ini banyak ditemukan nilai moral, diantaranya nilai moral

keberanian, kemandirian, giri dan ninjou.

1. Nilai moral kemandirian ditunjukkan di kisah 1 buku I, yaitu ketika

Uru memutuskan untuk hidup berpisah dengan orangtuanya dan

tinggal di apartemen. Diceritakan dia belajar hidup mandiri selama dia

hidup terpisah, yaitu belajar memasak, belanja,bahkan juga bekerja

sambilan di café.

2. Nilai moral keberanian, yaitu ketika Uru yang merupakan seorang

wanita berani melawan pencuri yang ingin mencuri uang hasil kerja

keras mereka karena Uru menyadari betapa tulusnya pekerjaan

Shindou dan Ichirou, dan dia tidak rela hasil tersebut direbut pencuri

sehingga dia melindunginya mati-matian.

Masih banyak lagi cerita yang menunjukkan nilai moral komik ini,

namun penulis hanya memilih beberapa cerita untuk menunjukan nilai moral yng

ada dalam komik tersebut karena penulis memfokuskan pada nilai giri dan ninjou.

3.2 Nilai Giri dan Ninjou dalam Komik Happy Café Karya Kou Matsuzuki

Untuk mengetahui nilai-nilai giri dan ninjou yang terkandung dalam

(8)

3.2.1 Giri

Sebagaimana telah dikemukakan Ruth Benedict sebelumnya, bahwa giri

adalah hutang budi seseorang kepada orang lain yang harus dibayar. Hutang budi

itu bukan hanya anak terhadap orang tuanya, namun meliputi seluruh perbuatan

yang telah diterima dari orang lain, sehingga perbuatan tersebut harus dibayar

dalam jangka waktu tertentu. Nilai moral giri tersebut dapat dilihat dari :

Cuplikan I

(Buku 3 kisah 16, hal 168-169)

Uru: “Ya? Jangan-jangan kamu tersesat,”

Katou: “Ah…i…iya…

Uru: “ Sudah kuduga” (berbicara dalam hati)

“Kau mau kemana?Kalau aku tahu tempatnya, mungkin aku bisa memberitahumu jalan ke sana.”

Katou: “A…Anu… ke Nishimachi.”

Uru: “ Dari sini kamu bisa sampai ke Nishimachi dengan sekitar 15 menit naik Bus. Kalau kamu jalan sedikit lagi, nanti ada halte bis dari sana, kamu bisa…”

“…?”

Ichirou: “Hei, bocah. Masuk dan minumlah air buatanku.”

(9)

Ichirou: “Iya… Nah, Ayo”

(Hal 173)

Uru: “Kok nangis siih!! Kenapa?” (berbicara dalam hati)

“Ma… ma…maaaaaaf!!Apa aku sudah mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanmu?”

Katou: “Bu… bukan…Aku bukan lagi disuruh ibu.Aku ingin ke Nishimachi.Tapi aku tersesat waktu naik bis. Uang yang kutabung untuk pergi ke nishimachi hilang semua…”

(Hal 183-184)

Katou: “ Aku ingin pergi ke Nishimachi. Tolong beritahu aku jalan ke sana!”

Ichirou: “Nih. Ini peta sampai ke halte bus.Maaf, ya nulisnya di belakang bon pesanan.”

Shindou: “Ichirou.untuk sampai ke Nishimachi 1000 yen sudah cukup atau masih kurang?”

Ichirou: “Sudah cukup, kok.”

Shindou: “Hei, bocah! Keluargamu ada 4 orang, ya?

Katou: “Eh… iya…”

Shindou: “Takamura!

(10)

Shindou: “Siapkan 4 potong menu spesial kita hari ini untuk dibawa pulang. Tolong, ya”

Uru: “Iya!”

Katou: “Aku pasti mengembalikan uangnya, sekalian membayar harga cake-nya!!”

Ichirou: “Sudahlah. Nggak apa-apa.

( Buku 11 kisah 57, hal 70-73)

Katou: “Selamat Siang..! a.. anu…”

Uru: “Anu… Lihat… Ichirou-kun… itu..kan… Anak berkacamata yang waktu itu tersesat.Wah, lama enggak ketemu ya.”

Manajer: “Eh, semuanya kenal ya?”

Uru: “Waktu manajer sedang enggak ada, anak ini tersesat sampai kesini.”

Manajer: “Waktu aku enggak ada, kalianenggak Cuma mendapat pelanggan tapi juga merebut hati anak yang tersesat? Aku bahagia sekali!!”

Shindou: “Waktu itu kamu berhasil pergi ke rumah ibumu tanpa tersesat?”

Katou: “Ah! Iya! Aku baik-baik saja!” Shindou: “ Oh, begitu…syukurlah.”

(11)

ada uang 2000 yen.Anu, sisanya yang masih kurang akan kubayar nanti.”

Shindou: “Uang ini..”

(Katou menyerahkan amplop uang kepada Shindou)

Katou: “Tidak apa-apa kok.

Uang ini aku kumpulkan dari uang jajanku.Karena perlu waktu lama untuk mengumpulkannya aku baru bisa datang sekarang.”

Shindou: “..Iya, uangnya aku terima.” Anu... terima kasih banyak!”

Giriterlihat pada cerita ini yaitu di dalam buku 3, ketika Uru, Ichirou, dan

Sindou membantu Katou yang kehilangan uangnya dan tersesat di depan Café

Bonheur. Mereka memberikan kebaikan dengan memberikan uang, kue, dan

petunjuk arah.Hal ini membuat Katou sangat berterimakasih dan berhutang budi

kepada mereka, dalam hal ini, Katou menanggung giri terhadap mereka. Sehingga

dalam buku 11, dia kembali dan berusaha untuk membalas giri yang telah

diterimanya dengan berusaha kembali membayar uang yang telah diberikan

kepadanya, hal ini dapat dilihat dari kalimat: “ Anu…aku mau mengembalikan

uang yang kupinjam waktu itu. Uang pembayaran kuenya juga… Di dalamnya

ada uang 2000 yen. Anu, sisanya yang masih kurang akan kubayar nanti.”.Untuk

membayar giri tersebut dia membutuhkan waktu yang agak lama dikarenakan dia

berusaha untuk membayarnya dengan uang yang dikumpulkan sendiri. Hal ini

dapat dilihat dari cuplikan: Uang ini aku kumpulkan dari uang jajanku. Karena

(12)

sekarang.Perilaku dan perkataan Katou dalam kisah ini menunjukkan bahwa dia

menanggung giri terhadap dunia, sesuai dengan konsep giri yang dikemukakan

Ruth Benendict (1982:125) bahwa giri terhadap dunia adalah suatu kewajiban

untuk membayar kembali kebaikan-kebaikan, maka Katou berusaha untuk

membayar kembalikebaikan yang diterimanya kepada penolongnya, walaupun

penolongnya tidak mengharapkannya kembali.

Cuplikan II

(Buku 10 kisah 51, hal 117)

Direktur Sakuraba: “Riset untuk mencari kue buat honey tercinta, ya?

Uru: “Ho..Honey?!”

Direktur Sakuraba: “Wah, salah, ya?”

Uru: “Iya…Aku sedang mencari kue baru di tempat kerjaku.”

Direktur Sakuraba: “Kue baru? Kamu sepertinya masih muda.Apa kamu ini patissier?”

Uru: “Ah, bukan! Aku masih SMU.Aku cuma kerja sambilan di kafe.”

(13)

Direktur Sakuraba: “Ini, untukmu.”

Uru: “Eh? …ini…”

Direktur Sakuraba: “Sweet potato dalam adonan tarte. Lalu diatasnya marron cream.Ganache dari chestnutrasanya pahit jadi akan menyeimbangkan rasa manisnya.”

“ Kalau mau, untukmu saja. Mau tidak memakai idenya?”

Uru: “Ti…tidak usah! Jangan-jangan ini ide yang mau dipakai untuk pekerjaan anda, ya!”

Direktur Sakuraba: “Tidak. Aku cuma ingin makan kue seperti ini.Jadi kugambar.”

(Buku 12 kisah 64, hal 150-153)

Direktur Sakuraba: “Aku mau cake dari menu barunya.”

Uru: “Baik. Air, air…”

Manajer: “Tahu ‘Blossom’ nggak?” (berbisik)

Shindou: “Toko kue ala barat itu ‘kan?”

Manajer: “… dia itu direkturnya.”

Uru: “Di… direktur…!?

(14)

Uru: “Be…begitu ya…?”

Manajer: “Direktur perusahaan itu ada urusan apa dengan kafe kita?

Uru: “Si… silahkan airnya. Maaf lama menunggu,” (uru meberikan air dan cake)

Direktur Sakuraba: “Aku makan ya, ... ternyata begini.” (direktur Sakuraba memakan cakenya.)

“Tamunya banyak, rasanya enak… juga popular. Kalau orang tahu bahwa toko ini mencuri ide orang lain untuk membuat kuenya, bagaimana jadinya, ya? Hei, Uru-chan?”

Shindou: “…Dengarkan kata-kata saya. Dia dan juga kami semua mengakui kebaikan anda”

Direktur Sakuraba: “Memang kita tidak membuat perjanjian apapun. Tapi aku berubah pikiran… walaupun tidak benar, menurutmu siapa yang akan lebih dipercayai orang? Chain Store yang sudah lama berdiri, atau sebuah kafe di kota?

(15)

Uru:

“Membereskan masalah… ge…gede amat kantor pusat Blossom ini!! Hii!! Aku nggak mau kalah!!” “Aku pergi dulu!! Dipikir seperti apapun juga, akulah yang bersalah. Makanya… makanya akulah yang harus membereskan masalah ini.”

“Pe… permisi…” Apa direktur Sakuraba Mitsuaki di tempat?”

Resepsionis: “Mohon maaf, apa anda punya janji untuk bertemu beliau hari ini”

(Hal 27)

Uru: “Sebenarnya dia orang baik atau jahat, ya… aku nggak ngerti, deh…”

“…Begini… masalah cake itu…”

“Nggak peduli dia orang baik atau jahat. Hanya kulakukan apa yang kubisa!!

Direktur Sakuraba: “… Ooh… Kamu disuruh pemilik toko?”

Uru: “Bukan begitu!!”

(16)

(hal 58)

Uru: “Aku pulang sekarang.”

Direktur Sakuraba: “..?... … (masih bingung karena baru terbangun)

Uru: “Dia masih belum sadar benar dari tidurnya…? (gumam Uru dalam hati)

“ Ini kembalian yang waktu itu!”

Direktur Sakuraba: “ Kalau enggak salah, soal cake itu… aku enggak ingat kalau aku nggak lagi mempermasalahkan soal itu.”

Uru: “… ‘biarpun aku menutup mata soal itu, itu hanya untuk menghabiskan waktu luangku saja… Soal itu nggak ada pengaruhnya buatku’… anda sendiri yang barusan bilang begitu.”

Direktur Sakuraba: “…Aku berubah pikiran. Misalnya aku bilang begitu? (Suasana tiba-tiba hening)

Uru:

“ Kalau dipikir baik-baik, pak Sakuraba bilang kue di toko kami enak. Makanya sepertinya anda bukan orang jahat.”

(17)

Sewaktu Uru pergi ke perpustakaan untuk mencari ide untuk menu baru

cake, dia bertemu direktur Sakuraba yang memberikan ide menu cake kepada Uru

dan menerimanya dengan senang hati.Namun ternyata setelah cake tersebut

masuk ke dalam menu tetap kafe Bonheur, direktur Sakuraba datang ke café dan

menuduh bahwa menu tersebut merupakan hasil curian.Uru yang tidak terima

namanya serta kafe Bonheur tempat dia bekerja tercemar. Akhirnya mendatangi

Direktur Sakuraba, ini tercermin dari cuplikan:“Aku pergi dulu!! Dipikir seperti

apapun juga, akulah yang bersalah. Makanya… makanya akulah yang harus

membereskan masalah ini.”dan juga cuplikan: “Nggak peduli dia orang baik atau

jahat. Hanya kulakukan apa yang kubisa!!

Sesuai dengan konsep Ruth Benedict,Uru yang menanggung giri terhadap

nama yaitu terhadap kafe Bonheur, kemudian dia melakukan pengembalian giri

dengan cara bertanggung jawab membersihkan nama kafe Bonheur, dia bersikeras

kepada Direktur Sakuraba agar tidak memperpanjang masalah penuduhan

tersebut, hal ini dapat dilihat dari cuplikan:

Dari cuplikan-cuplikan di atas dapat

dilihat Uru merasa bertanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan, sehingga

dia merasa giri terhadap kafe Bonheur, dalam hal ini Uru menanggung Giri

terhadap nama.

“Aku akan kembali berapa kalipun,

sampai anda mau membiarkan masalah itu! Aku akan terus datang tanpa

bosan.

Cuplikan III

Cuplikan tersebut menunjukkan tekad Uru untuk membersihkan reputasi

café Bonheur.

(18)

Manajer: “U… uru berlatih untuk menjadi istreri?!”

Uru: “ Ah, tidak. Bukan begitu. Suatu saat nanti aku akan menyukai seseorang. Jadi sekarang aku mau berlatih membuat kue buatan sendiri.”

“ …Aku tahu… aku orangnya tidak terampil. Kalau kalian bertiga, kapanpun bisa jadi isteri yang baik

Manajer: “Bagaimana kalau Satsuki-kun (Shindou) yang mengajari Uru-chan rahasia membuat kue?!

Uru: wah? Rahasia membuatkue?!Tolong ajari aku!”

Shindou: “…Apa kamu siap?”

Uru: “IYA! SIAP! Tidak perlu sampai bisa membuat kue sehebat kalian berdua… tapi setidaknya aku bisa membuat kue seperti kebanyakan orang.”

Manajer: “Setelah kafe tutup, aku akan mengajarimu”

Ichirou: “Aku juga akan mengajarimu.”

(Hal 60)

Manajer: “Waah cantik sekali Uru-chan! Setelah kami tidur, Uru memanggangnya sendirian, ya? Maaf ya, aku ketiduran

(19)

“Karena itu, aku sebisa mungkin membuat kue untuk teman-teman, maukah kalian menerimanya? Sebagai rasa terima kasihku.Ini untuk kalian bertiga.A… aku ingin kalian menerimanya.”

Uru yang ingin menjadi istri yang baik, sedang belajar untuk memasak

kue, dia menceritakan hal ini kepada manajer, Shindou dan Ichirou.Kemudian

ketiga orang ini menawarkan bantuan untuk mengajari Uru. Atas kebaikan mereka

telah mengajari dirinya, Uru memberikan kue sebagai rasa terima kasih, padahal

teman-temannya yang mengajarinya tanpa meminta balasan, namun Uru secara

pribadi merasa menanggung giri terhadap mereka, yaitu giri terhadap dunia

(Benedict, 1982:141), sehingga dia berusaha mengembalikan giri tersebut kepada

teman-temannya, ini dapat dilihat dalam: “Karena itu, aku sebisa mungkin

membuat kue untuk teman-teman, maukah kalian menerimanya? Sebagai rasa

terima kasihku.Ini untuk kalian bertiga.A… aku ingin kalian menerimanya.”Hal

ini menunjukkan kewajiban Uru untuk membayar hutang budi kepada orang yang

membantunya, Uru membayarnya dengan memberikan kue buatannya sendiri

kepada teman-teman yang telah menolong mengajarinya memasak.

3.2.2 Ninjou

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, menurut Ruth

Benedict bahwa ninjou itu adalah perasaan kasih sayang yang tercurahkan kepada

(20)

sekalipun. Perasaan ini murni dan tulus berasal dari hati dan tidak dituntut

balasannya. Nilai moral ninjou dapat dilihat dari cuplikan:

Cuplikan I

(Buku 3 kisah 16, hal 168-169)

Uru: “Ya? Jangan-jangan kamu tersesat,”

Katou: “Ah…i…iya…

Uru: “ Sudah kuduga” (berbicara dalam hati)

Katou: “A…Anu… ke Nishimachi.”

“Kau mau kemana?Kalau aku tahu tempatnya, mungkin aku bisa memberitahumu jalan ke sana.”

Uru: “ Dari sini kamu bisa sampai ke Nishimachi dengan sekitar 15 menit naik Bus. Kalau kamu jalan sedikit lagi, nanti ada halte bis dari sana, kamu bisa…”

“…?”

Ichirou: “Hei, bocah. Masuk dan minumlah air buatanku.”

Uru: “Eh… kok main perintah…!? Terus masa’ Cuma air sih?”

Ichirou: “Iya… Nah, Ayo”

(Hal 173)

(21)

“Ma… ma… maaaaaaf!!Apa aku sudah mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanmu?”

Katou: “Bu… bukan… Aku bukan lagi disuruh ibu.Aku ingin ke Nishimachi.Tapi aku tersesat waktu naik bis. Uang yang kutabung untuk pergi ke nishimachi hilang semua…”

(Hal 183-184)

Katou: “ Aku ingin pergi ke Nishimachi. Tolong beritahu aku jalan ke sana!”

Ichirou: “

Shindou:

Nih. Ini peta sampai ke halte bus.Maaf, ya nulisnya di belakang bon pesanan.”

Ichirou: “Sudah cukup, kok.”

“Ichirou.untuk sampai ke Nishimachi 1000 yen sudah cukup atau masih kurang?”

Shindou: “Hei, bocah! Keluargamu ada 4 orang, ya?

Katou: “Eh… iya…”

Shindou: “Takamura!

Uru: “ Eh, iya!?

Shindou:

Uru: “Iya!”

(22)

Katou: “Aku pasti mengembalikan uangnya, sekalian membayar harga cake-nya!!”

Ichirou: “Sudahlah. Nggak apa-apa.

Ninjoupada cerita ini terlihat di dalam buku 3, ketika Uru, Ichirou, dan

Shindou membantu Katou yang kehilangan uangnya dan tersesat di depan Café

Bonheur. Ninjoutersebut dapat dilihat dari cuplikan: “Kau mau kemana? Kalau

aku tahu tempatnya, mungkin aku bisa memberitahumu jalan ke sana.”

Ninjou yang dimiliki oleh Ichirou, dapat dilihat dari cuplikan: “

Ini

menunjukkan kebaikanyang dilakukan Uru kepada seorang anak yang tersesat

karena adanya ninjou dalam hati Uru terhadap anak tersebut.

Nih. Ini

peta sampai ke halte bus.Maaf, ya nulisnya di belakang bon pesanan.”Ninjou yang

dimiliki oleh Ichirou mendorong Ichirou untuk melakukan kebaikan, yaitu dengan

menuliskan peta untuk Katou yang tersesat. Serta yang terakhir adalah Ninjou

yang dimiliki oleh Shindou, dapat dilihat dari cuplikan: “Ichirou.untuk sampai ke

Nishimachi 1000 yen sudah cukup atau masih kurang?Karena adanya ninjou yang dimiliki oleh Shindou dengan tulus dia memberikan uang kepada Katou

yang kehilangan uangnya.Ketiga orang tersebut memiliki ninjou di dalam dirinya,

hal ini sesuai dengan konsep ninjou, bahwa ninjou adalah perasaan manusia yang

muncul tanpa adanya maksud apapun dan memperlihatkan ketulusan manusia itu

(23)

Cuplikan 2 ( Buku 8 kisah 37, hal 9-11)

Chiyo menangis, karena dia salah tingkah sewaktu tidak sengaja menubruk Kenshi. Karena panik, dia meminta maaf dengan berteriak.

Aizawa: “Bikin salah lagi sama Tokieda (Kenshi) ya?” Waktu nabrak, harusnya senyum bilang ‘maaf’.”

Chiyo: “ Kalau tadi begitu, aku enggak akan cemas.”

Aizawa: “ Padahal Chiyo kalau diam cantik lho, meski dada rata. Kasihan kamu, makanya jangan benci sama cowok.”

Chiyo: “Cerewet. Dari dulu aku diganggu cowok karena penampilanku seperti ini. Aku harus membalas rasa sakit hatiku!! Aku benci cowok…!!

Aizawa: “ Oh.. iya iya. Tapi ssekarang enggak ada lagi cowok yang mengganggu Chiyo, kan?

Chiyo: “Cowok semuanya sama!! 6 bulan lalu, di hari pertama aku pindah ke sini, Takami dan Harada mengejekku (dendam).

~alur mundur~

Takami:

Harada: “ Sudah begitu…. Katanya namanya ‘Chiyo’. Hehehehe..” (keduanya tertawa mengejek)

(24)

Kenshi: “Jangan sebut dia ‘orang asing’. Kita kan sama-sama manusia.

Arimoto: “ Di depan Kenshi kalian berani menertawakan nama orang. Hebat juga.Kalau aku enggak berani lho.”

Lagian nama ‘Chiyo’ itu tulisannya chiyo dalam ‘chiyogami’ kan? Menurutku itu nama yang bagus.”

Kenshi: “Kalian ngajak aku berantem ya? Nama adalah pemberian orangtua. Hal kedua paling berharga setelah tubuh!

Chiyo: “Kenshi... Kenshi Tokieda. Dia berbeda” (Chiyo tersentuh dengan perkataan Kenshi)

~kembali ke alur awal~

Chiyo yang merupakan peranakan orang Amerika dan Jepang memiliki

mata biru dan rambut pirang yang membuat dia menjadi bahan ejekan oleh

teman-temannya pria sehingga dia membenci lelaki.Suatu saat tidak sengaja dia

mendengar percakapan temannya yang mengejeknya.Temannya tersebut tidak

memiliki ninjou.hal ini dapat dilihat dari cuplikan: “Hebat! Anak yang baru pindah itu rambutnya pirang! Katanya ibunya orang Amerika, berarti orang asing

dong.” Mereka tidak mengakui Chiyo sebagai orang Jepang, dan dengan

caramengejek Chiyo, menunjukkan bahwa kedua temannya tersebut tidak

memiliki ninjousehingga mereka tidak memiliki kebaikan dalam hati mereka

untuk Chiyo, karena tidak adanya ninjou membuat Chiyo semakin membenci

lelaki.Namun salah satu temannya yang bernama Tokieda Kenshi menunjukkan

(25)

yang ditunjukkanTokieda adalahnilai moral ninjou, sesuai dengan kosep ninjou

oleh Ruth Benedictyaitu memiliki perasaan empati atau kasih sayang terhadap

sesama.Walaupun Chiyo peranakan, tapi Tokieda Kenshi tetap membelanya

karena Chiyo juga manusia. Hal ini membuat Chiyo merasa bahwa Tokieda

berbeda dengan orang lain dan menghormati Kenshi, dan sehingga dia merasa

sedih dan bersalah kalau melakukan kesalahan pada Kenshi.

Cuplikan 3 (buku 15 kisah 78, hal 42)

Hagiwara: “Aku memutuskan untuk memilih jalan yang paling mudah.” (Hagiwara berbicara dalam hati, dia berdiri di pinggir sungai)

Koushi: “Selamat siang! Hari ini cuacanya bagus ya!

“ Eh? Apa kabaar! Hei! Cowok yang di sana! Wah! Kamu jarang kelihatan di daerah sekitar sini. Salam kenal! Aku…”

( Hagiwara beranjak pergi)

(26)

Hagiwara: “ .., biarpun begitu, dunia masih tetap berputar, kan? Walaupun aku menghilang, tetap saja enggak aka nada yang berubah.”

“Itu adalah perbuatan yang sangat bodoh. Perkataan yang akan dilontarkannya sebentar lagi pastilah kata-kata klise yang…” ( pikir Hagiwara)

Koushi:

“Kamu kenapa Uru?

“Minimal untuk saat ini aku enggak mau kamu menghilang.”

Uru: “ Ayah aku mau turun. Aku nemu semut! (Uru turun dari pangkuan Koushi)

Koushi: “Uru, jangan ditangkap, kalau kamu tangkap semutnya bisa remuk.”

“ Anak itu lucu kan? Dia putriku lho. Impianku adalah menyampaikan pada lebih banyak lagi orang… tentang kelucuan putriku itu… makanya…

Hagiwara: “Kalimat bodoh yang tak berarti. Tapi…kalimat itu menyentuh jauh ke dalam hati yang kosong…” (kata Hagiwara dalam hati)

(27)

Hagiwara merupakan anak haram yang tidak diperhatikan dan

disembunyikan oleh ayahnya karena ayahnya tidak mau keberadaan

Hagiwaramempermalukan dirinya.Hal ini membuat Hagiwara merasa tertolak,

sedih dan tidak ada yang memperhatikannya, akhirnya dia memutuskan untuk

bunuh diri di sebuah sungai.Namun dia bertemu dengan Koushi sehingga dia

mengurungkan niatnya untuk bunuh diri karena Koushi menunjukkan ninjou

padanya yang membuat dia tersentuh. Nilai moral ninjou yang ditunjukkan

Koushi dapat dilihat dari cuplikan:“ Aaah! Tunggu dulu! …kalau kamu

bermaksud loncat ke sungai itu, kusarankan urungkan saja niatmu.”Serta

cuplikan“ Minimal untuk saat ini aku enggak mau kamu menghilang.” Koushi

tidak ingin Hagiwara melompat ke sungai, untuk bunuh diri, karena dia memiliki

ninjou, sehingga dia langsung mengajak Hagiwara berbicara dengan ramah,

dan

Dari cuplikan di atas kita dapat melihat bahwa Koushi berusaha untuk

menggagalkan usaha bunuh diri Hagiwara dengan berbicara dan memperlihatkan

kelucuan anaknya, dia berharap Hagiwara masih ada bersama dia, hal ini

membuat Hagiwara tersentuh karena ninjou, yaitu rasa empati dan kasih sayang terhadap sesamayang diberikan Koushi membuat Hagiwara merasa ternyata

keberadaannya diterima oleh orang lain dan dia merasa dibutuhkan. Koushi

sendiri berusaha menggagalkan usaha bunuh diri dengan mengajak bicara

Hagiwara, padahal dia tidak mengenal Hagiwara, namun karena rasa kasih

terhadap sesama dia memiliki tanggung jawab untuk menolong Hagiwara yang

sedang sedih.

“Aku juga ingin menyampaikan hal itu padamu yang sekarang ada di

(28)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Melihat dari uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari

komik Happy Café yaitu:

1. Pesan moral merupakan amanat yang disampaikan penulis kepada

pembaca melalui karakter dan kehidupan sosial para tokoh. Dalam

menyampaikan amanat atau pesan, pengarang novel atau cerita

rekaan menggunakan cara penyampaian langsung dan tidak

langsung. Penyampaian langsung yaitu secara langsung

mendeskripsikan perwatakan tokoh-tokoh dalam cerita dengan

“memberitahukan”. Sedangkan penyampaian tak langsung yaitu

penyampaian pesan secara tersirat, terpadu dalam unsur cerita

lainnya. Pembaca dituntut untuk menentukan sendiri petunjuk,

petuah dan keteladanan melalui teks yang dibaca.

2. Komik Happy Café ini menceritakan tentang tentang perangai dan kehidupan sehari-hari seorang gadis bernama Takamura Uru

sebagai tokoh utama. Dalam komik ini diceritakan bagaimana

manusia serta kehidupannya saling berhubungan satu sama lain

dengan berpedoman pada nilai giri dan ninjou.

3. Nilai giri dan ninjou yang telah tertanam pada masyarakat Jepang

membuat kesadaran kepada masing-masing orang Jepang untuk

(29)

4. Nilai giri yang ditunjukkan dalam komik Happy Café ini yaitu giri terhadap dunia ketika Katou ditolong Shindou sewaktu tersesat,

Katou merasa berhutang budi dan berusaha mengembalikan giri

tersebut. Giri terhadap nama dapat dilihat ketika Uru menanggung

giri karena café Bonheur dituduh mencuri resep cake oleh Direktur

Sakuraba, sehingga dia berusaha membayar giri dengan cara

menyelesaikan permasalahan tersebut.

5. Nilai ninjou yang paling menonjol ditunjukkan adalah ninjou

terhadap oranglainyaitu saat Shindou dan teman-temannya

menolong Katou yang tersesat tanpa pamrih.

6. Nilai giri dan ninjou tersebut membuat masyarakat Jepang sangat

berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata kepada orang lain

6.2 Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, saran yang perlu disampaikan

adalah sebagai berikut:

1. Isi komik Happy café ini sarat dengan nilai moral serta

perilaku-perilaku yang baik dalam kehidupan manusia, sehingga komik ini

layak dibaca dan dipelajari.

2. Adanya nilai giri dan ninjou yang terdapat pada kebudayaan

masyarakat Jepang yang berbeda dengan masyarakat Indonesia,

membuat kita mengerti sedikit banyaknya bagaimana interaksi sosial

antar masyarakat Jepang. Hal ini membuat kita dapat memahami

(30)

3. Ada baiknya jika mahasiswa Sastra Jepang menambah pengetahuan

mereka tentang Jepang dengan membaca lebih banyak buku-buku

Jepang dan hasil karya Sastra Jepang, karena pada umumnya dalam

hasil karya sastra Jepang, isinya selalu disangkut pautkan dengan unsur

kebudayaan Jepang.

4. Penulis berharap melalui komik ini, banyak orang yang mengerti akan

pentingnya nilai-nilai kepribadian moral, sehingga ketika kita telah

memahaminya akan menjadikan kita sebagai manusia yang dapat

bertindak lebih baik dan bijaksana dalam menjalani hidupnya dan

menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kehidupan

(31)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK HAPPY CAFÉ KARYA KOU MATSUZUKI, STUDI MORAL DAN SEMIOTIK

2.1 Defenisi Komik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar

(di majalah surat kabar,atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan

lucu. Menurut Scott McCloud dalam buku Understanding Comics bahwa komik

merupakangambar-gambar dan lambang-lambang lain yang tersusun dalam urutan

tertentu untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari

pembaca (McCloud, 2002:9).Hampir seluruh teks komik tersusun dari hubungan

antara gambar atau lambang visual dan kata-kata atau lambang verbal. Gambar

dalam komik merupakan gambar-gambar statis yang berurutan yang saling

berkaitan satu dengan yang lain yang membentuk sebuah cerita dan merupakan

sarana komunikasi yang unggul. Sedangkan, fungsi kata-kata dalam komik adalah

untuk menjelaskan, melengkapi, dan memperdalam penyampaian gambar dan teks

secara keseluruhan.Kata-kata biasanya ditampilkan dalam gelembung-gelembung

atau balon-balon yang dikreasikan sedemikian rupa sehingga serasi dengan

gambar-gambar.Balon-balon teks itu dapat berupa ujaran atau pikiran dan

perasaan tokoh (teks gelembung bicara dan gelembung pikiran), namun dapat juga

berisi deskripsi singkat tentang sesuatu.Gelembung-gelembung kata dan

kata-katanya biasanya juga dikreasikan dengan berbagai model sehingga tampak lebih

(32)

dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi, sarana untuk menyampaikan cerita,

pesan, dan bahkan sampai pada hal-hal yang berbau ilmiah sekalipun.

Di Jepang, komik disebut dengan “manga”, perkembangan manga di Jepang sangatlah pesat, popularitas komik Jepang ini bahkan telah mendunia. Di

Jepang komik digolongkan menurut usia dan jenis kelamin pembacanya.Misalnya

ada Shonen Magazine dan Shonen Jump, kedua-duanya mempunyai eksemplar

jutaan dan komik yang paling besar di Jepang. Shonen artinya artinya anak

laki-laki, berarti shonen manga artinya komik untuk anak laki-laki usia SD dan SMP.

Ada juga Nakayoshi (artinya sahabat) dan Shojo Comic, majalah ini diterbitkan

untuk anak perempuan usia SD dan SMP. Untuk para remaja diterbitkan juga

majalah Young Comic dan Young Jump. Masih ada penggolongan lainnya yaitu

Ladies Comic yaitu komik untuk perempuan yang usianya kira-kira 20-30 tahun

dan ada juga komik dewasa umum, yaitu komik yang diterbitkan khusus dewasa,

dan remaja yang usianya di bawah 18 tahun tidak diperbolehkan untuk

membelinya.

Kebanyakan komik yang memiliki popularitas tinggi dijadikan anime (film

animasi) yang mengangkat cerita dan tokoh dari komik tersebut, sehingga

meningkatkan penjualan dan promosi kepada masyarakat, antara lain seperti

Doraemon, Crayon Shinchan, Black Butler, Naruto, dan lain-lain.

(33)

Latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta

suasana yang terjadi dalam cerita novel.Latar berfungsi sebagai pendukung dan

memberi nuansa makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana

tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Gambaran

situasi yang jelas akan membantu memperjelas peristiwa yang sedang

dikemukakan pengarang (Aminuddin, 2000 : 68)

Latar membantu kejelasan jalan cerita, Menurut Abrams dalam Zainuddin

(2001 : 99) secara garis besar latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yaitu:

1. Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama

yang jelas.

Komik Happy Café ini mengangkat kehidupan seorang remaja SMA yang bekerja part-time di sebuah kafe, sehingga komik ini memiliki latar tempatdi kafe

Bonheur, sekolah dan apartemen tempat tinggal.

2. Latar Waktu

Latar waktu mengarah pada saat terjadinya peristiwa, yang meliputi hari,

tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita

tersebut.Dalam cerita non fiksi, latar waktu merupakan hal yang perlu

(34)

Komik ini memiliki latar belakang cerita tentang keadaan kehidupan anak

SMA yang bekerja part-time di jepang pada zaman modern, yaitu ketika tokoh utama Takamura Urubekerja di kafe Bonheur mulai dari musim dingin sewaktu

dia kelas 2 SMA.

3. Latar Sosial

Latar sosial mengarah kepada hal-hal yang berhubungan denganperilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalamkarya fiksi

maupun nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapatberupa kebiasaan

hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,cara berpikir dan

bersikap, dan lain sebagainya. Latar sosial jugaberhubungan dengan status sosial

tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,menengah atau tinggi.Dalam komik ini

pengarang banyak menampilkankehidupan sosial masyarakat muda di Jepang

khususnya siswa SMA yang bekerja part-time di kafe dan restoran. Awalnya

dalam bekerja part-timemereka merasa canggung antara satu sama lain, hal ini di akibatkan karena kurangnya interaksi sosial di antara mereka. Namun seiring

berjalannya waktu mereka menjadi kompak karena adanya kerja sama dan

penyesuaian diri sewaktu bekerja.

2.3 Studi Moral dan SemiotikSastra 2.3.1 Studi Moral

(35)

pengukur apa yang baik dan buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan

etika adalah keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan masyarakat

bersangkutan untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan

kehidupannya. Pesan moral dapat disampaikan melalui beberapa cara antara lain :

melalui perbuatan, kata-kata yang secara langsung diungkapkan, khayalan, dan

lain-lain.

Ada perkataan lain yang mengungkapkan kesusilaan, yaitu etika.

Perkataan etika berasal dari bahasa yunani: ethos dan ethikos yang berarti kesusilaan, perasaan batin, kecenderungan untuk melakukan suatu perbuatan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dari Salam dalam Reminisere (2011:18),

terdapat keterangan bahwa moral adalah ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan

kelakuan, sedangkan etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.

Dari beberapa keterangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa moral

mempunyai pengertian yang sama dengan kesusilaan, yaitu memuat ajaran

tentang baik-buruknya perbuatan. Jadi, perbuatan itu dinilai sebagai perbuatan

yang baik atau perbuatan yang buruk. Penilaian itu menyangkut perbuatan yang

dilakukan dengan sengaja. Memberikan penilaian atas perbuatan dapat disebut

memberikan penilaian etis atau moral.

Sasaran dari moral adalah keselarasan dari perbuatan manusia dengan

(36)

2.3.1.1Prinsip-Prinsip Dasar Moral 1. Prinsip Sikap Baik

Sikap yang dituntut dari kita sebagai dasar dalam hubungan dengan siapa

saja adalah sikap positif dan baik yaitu bahwa kita harus mengusahakan

akibat-akibat baik sebanyak mungkin dan mengusahakan untuk mencegah akibat-akibat-akibat-akibat

buruk dari tindakan kita dan tentunya kita harus bersikap baik terhadap orang lain.

Prinsip moral dasar pertama disebut prinsip sikap baik. Prinsip ini

mendahului dan mendasari semua prinsip moral lain. Prinsip ini mempunyai arti

yang amat besar bagi kehidupan manusia.Sebagai prinsip dasar etika, prinsip

sikap baik menyangkut sikap dasar manusia yang harus memahami segala sifat

konkret, tindakan dan kelakuannya. Prinsip ini mengatakan bahwa pada dasarnya,

kecuali ada khusus, kita harus mendekati siapa saja dan apa saja yang positif,

dengan menghendaki yang baik baginya. Artinya, bukan semata-mata perbuatan

baik dalam arti sempit, melainkan sikap hati positif terhadap orang lain, kemauan

baik terhadapnya.Bersikap baik berarti, memandang seseorang dan sesuatu tidak

hanya sejauh berguna bagi dirinya, melainkan menghendaki, menyetujui,

membenarkan, mendukung, membela, membiarkan, dan menunjang

perkembangannya (Suseno, 1989:131).

Bagaimana sifat baik itu harus dinyatakan secara konkret, tergantung pada

apa yang baik dalam situasi konkret itu. Maka prinsip ini menuntut suatu

pengetahuan tepat tentang realitas, supaya dapat diketahui apa yang

(37)

2. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan hanya menegaskan agar kita bersikap baik terhadap siapa

saja.Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas, tidak

hanya berlaku bagi benda-benda materiil, melainkan juga dalam hal perhatian dan cinta kasih.Kemampuan hati kita juga terbatas.Maka secara logis dibutuhkan

prinsip tambahan yang menentukan bagaimana kebaikan itu harus dibagi.

Adil, pada hakikinya berarti bahwa kita memberikan kepada siapa saja dan

apa yang menjadi haknya. Karena pada hakekatnya semua orang sama nilainya

sebagai manusia, maka tuntunan paling dasariah keadilan adalah perlakuan yang

sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama (Suseno, 1989:132).

Jadi prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan

yang sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi yang sama dan

untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan.

Secara singkat, keadilan menuntut agar kita jangan mau mencapai tujuan,

termasuk hal yang baik, dengan tidak melanggar hak seseorang.

3. Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri

Prinsip ini menyatakan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan

diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri.Prinsip ini berdasarkan

paham bahwa manusia adalah person, pusat pengertian dan berkehendak, yang memiliki kebebasan dan suara hati, mahluk yang berakal budi (Suseno, 1989:133).

Prinsip ini mempunyai dua arah.Pertama, dituntut agar kita tidak

membiarkan diri diperas, diperalat, atau diperbudak. Perlakuan tersebut tidak

(38)

membiarkannya berlangsung begitu saja apabila ia melawan, sebab kita

mempunyai harga diri. Kedua, kita jangan sampai membiarkan diri terlantar.

Manusia juga mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri, berarti bahwa

kewajibannya terhadap orang lain di imbangi oleh perhatian yang wajar terhadap

dirinya sendiri.

Sebagai kesimpulan, kebaikan dan keadilan yang kita tunjukkan kepada

orang lain, perlu di imbangi dengan sikap yang menghormati diri sebagai mahluk

yang bernilai. Kita berbaik hati dan bersikap baik terhadap orang lain, dengan

tetap memperhatikan diri sendiri.

2.3.1.2Sikap-Sikap Kepribadian Moral 1. Kejujuran

Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah

kejujuran.Tanpa kejujuran, kita sebagai manusia tidak dapat maju karena kita

belum berani menjadi diri kita sendiri.Tidak jujur berarti tidak se-iya sekata dan

itu berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap lurus. Orang yang

tidak lurus, tidak memgambil dirinya sendiri sebagai titik tolak, melainkan apa

yang diperkirakan akan diharapkan oleh orang lain. Tanpa kejujuran, keutamaan

moral lainnya akan kehilangan nilai. Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi

tanpa kejujuran, adalah kemunafikan.

Menurut Suseno (2010:142-143), bersikap jujur terhadap orang lain berarti

dua: sikap terbuka dan juga sikap fair (wajar). Dengan terbuka, tidak dimaksud

bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau

(39)

melainkan yang dimaksud ialah bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri,

sesuai dengan keyakinan kita.

Selanjutnya, orang yang jujur harus memperlakukan orang lain menurut

standart-standart yang diharapkannya akan dipergunakan orang lain terhadap

dirinya. Ia menghormati hak orang lain, ia selalu akan memenuhi janji yang

diberikan atau dikatakan, juga terhadap orang yang tidak dalam posisi untuk

menuntutnya. Ia tidak pernah akan bertindak bertentangan dengan suara hati atau

keyakinannya.

2. Nilai-Nilai Otentik

Otentik berarti, kita menjadi diri kita sendiri.“Otentik” berarti asli.Manusia

otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan

keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya.

3. Kesediaan Untuk Bertanggung Jawab

Kejujuran sebagai kualitas dasar kepribadian moral menjadi dasar dalam

kesediaan untuk bertanggung jawab.Bertanggung jawab berarti suatu sikap

terhadap tugas yang membebani kita, kita merasa terikat untuk menyelesaikannya.

Kita akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin, meskipun dituntut

pengorbanan atau kurang menguntungkan bagi kita. Tugas itu bukan sekedar

masalah dimana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan

kesan yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang dimulai

(40)

Merasa bertanggung jawab berarti, bahwa meskipun orang lain tidak

melihat, kita tidak merasa puas sampai pekerjaan itu selesai. Wawasan orang yang

bersedia untuk bertanggung jawab secara tidak terbatas.Ia tidak membatasi

perhatiannya pada apa yang menjadi urusan dan kewajibannya, melainkan merasa

bertanggung jawab dimana saja ia berada. Ia bersedia untuk mengarahkan tenaga

dan kemampuan ketika ia ditentang untuk menyelamatkan sesuatu. Ia bersikap

positif, kreatif, kritis dan objektif (Suseno, 2010:146). Dan lagi, kesediaan untuk

bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta dan untuk memberikan,

pertanggung jawaban atas tindakan, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.

Kalau ia ternyata lalai atau melakukan kesalahan, ia bersedia untuk dipersalahkan.

Ia tidak pernah akan melempar tanggung jawab atas suatu kesalahan yang

dilakukannya terhadap orang lain. Kesediaan untuk bertanggung jawab adalah

tanda kekuatan batin yang sudah matang.

4. Kemandirian Moral

Kemandirian moral berarti bahwa kita tidak tentu harus ikut dengan

berbagai pandangan moral yang dimiliki oleh lingkungan kita, melainkan selalu

membentuk penilaian atau pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengan moral

yang kita yakini.

Menurut Suseno (2010:147), kemandirian moral adalah kekuatan batin

untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya.

Mandiri secara moral berarti, bahwa kita tidak dapat dibeli oleh mayoritas, bahwa

(41)

melanggar keadilan. Sikap mandiri pada hakikatnya merupakan kemampuan

untuk selalu membentuk penilaian sendiri terhadap suatu masalah moral.

5. Keberanian Moral

Keberanian moral menunjukkan diri dalam tekad tetap mempertahankan

sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban, sekalipun tidak disetujui atau secara

aktif dilawan oleh lingkungan. Orang yang memiliki keutamaan itu tidak mundur

dari tugas dan tanggung jawab, juga kalau ia mengisolasi diri, merasa malu, dicela,

ditentang atau di ancam oleh banyak orang.

Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan

diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik (Suseno, 2010:147)

Keberanian moral berarti, berpihak pada yang lemah dan melawan yang kuat,

yang memperlakukan silemah dengan tidak adil. Orang yang berani secara moral

akan membuat pengalaman yang menarik. Setiap kali ia berani mempertahankan

sikap yang diyakini, ia merasa lebih kuat dan lebih berani, dalam arti ia semakin

dapat mengatasi perasaan takut dan malu.

6. Kerendahan Hati

Keutamaan terakhir yang hakiki bagi kepribadian yang matang adalah

kerendahan hati.Kerendahan hati tidak berarti bahwa kita merendahkan diri,

melainkan bahwa kita melihat diri kita seadanya.Kerendahan hati adalah kekuatan

batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya (Suseno, 2010:148).Orang

yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya, melainkan juga melihat

(42)

Dalam bidang moral, kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa kita sadar

akan keterbatasan “kebaikan” kita, melainkan juga kita sadar bahwa kemampuan

kita untuk memberikan penilaian moral itu terbatas. Dengan rendah hati, kita

benar-benar bersedia untuk memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat

lawan, bahkan untuk seperlunya, kita harus mengubah pendapat kita sendiri.

Kerendahan hati tidak bertentangan dengan keberanian moral.Tanpa

kerendahan hati, keberanian moral mudah menjadi kesombongan, kita tidak rela

memperhatikan orang lain, atau bahkan sebenarnya kita takut dan tidak berani

membuka diri.

Orang yang rendah hati sering menunjukkan daya tahan yang paling besar,

apabila benar-benar diberikan perlawanan.Orang yang rendah hati tidak merasa

bahwa dirinya terlalu penting.

2.3.2 Semiotik Sastra

Semiotik berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda.Semiotik (Semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa

fenomena masyarakat sosial dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Dalam

pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis

mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya dan apa

manfaatnya terhadap kehidupan manusia.

Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda

manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya.Sebagai ilmu, semiotika

(43)

teori juga dapat mengarahkan hubungan teks sastra dengan pembaca.Tanda yang

dapat pada karya sastra menghubungkan antara penulis, karya sastra dan

pembaca.Dalam hubungan ini teks sastra adalah sarana komunikasi sastra antara

pengarang dengan pembacanya. Jika pengarang dalam merefleksikan karya

menggunakan kode atau tanda tertentu yang mudah dipahami oleh pembaca, maka

karya tersebut akan mudah dipahami, tetapi sebaliknya jika tanda yang digunakan

pengarang masih asing bagi pembaca, maka karya sastra tersebut akan sulit

dipahami. Pada saat menggunakan kode tertentu kadang-kadang justru timbul

makna baru.

Menurut Preminger dalam Pradopo (2001:73) bahwa penerangan itu

memandang bahwa studi sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem

tanda-tanda. Oleh karena itu penelitian harus menentukan konvensi-konvensi apa

yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.Dalam menganalisis karya

sastra, peneliti harus menganalisis tanda itu dan menentukan konvensi apa yang

memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda yang menunjukkan sastra itu

mempunyai makna.

2.4 Konsep Giri dan Ninjou serta Aplikasinya dalam Kehidupan Masyarakat Jepang

2.4.1 Giri

Kata girimempunyai bermacam-macam arti. Dilihat dari huruf kanjinya

(義 理) giriterdiri dari dua karakter kanji yaitu gi (義) yang memiliki arti

“keadilan”, “kewajiban”, atau “perasaan terhormat”, dan ri (理) yang memiliki

(44)

jawab atau kehormatan, atau hutang budi.Girilebih menekankan kepada hutang

budi seseorang terhadap orang lain. Hutang budi yang dimaksud adalah jika

seseorang telah menerima sesuatu kebaikan dari orang lain, maka ia harus

membalas kebaikan itu dengan memberikan kebaikan kepadanya. Kebaikan yang

akan dibalas bisa dalam bentuk jasa, materi, atau bahkan harga diri dan

sebagainya.

Girimenurut Ruth Benedict (1982:125) adalah utang-utang yang wajib

dibayar dalam jumlah yang tepat sama dengan kebaikan yang diterima dan ada

batas waktunya. Dengan adanya ketentuan-ketentuan pembayaran ini, maka

girimenjadi begitu mengikat orang Jepang sehingga pemberian dengan resiko

giriini biasanya sedapat mungkin dihindari oleh orang Jepang.Dalam hal ini,

apabila pembayaran ditangguhkan melewati jatuh temponya, maka utang

bertambah besar seakan-akan terkena bunga.

Giripada dasarnya, dirasakan sebagai beban yang berat bagi orang Jepang,

maksudnya girimerupakan suatu tindakan yang terpaksa harus dikerjakannya atau

dilakukannya karena ia telah menerima bantuan orang lain. Ruth Benedict

(1982:125) menjelaskan bahwa giriberdasarkan tujuan kepada siapa akan

diberikan balasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Giriterhadap dunia

Yaitu kewajiban seseorang untuk membayar hutang budi kepada orang

lain, meliputi kewajiban terhadap tuan pelindung, kewajiban terhadap sanak

(45)

yang diterima oleh mereka misalnya hadiah atau uang, kewajiban terhadap

keluarga tidak begitu dekat, seperti paman, bibi dan kemanakan.

Giriterhadap dunia adalah suatu kewajiban untuk membayar kembali

kebaikan-kebaikan.Secara umum, girikepada dunia dapat digambarkan dalam

hubungan-hubungan yang bersifat kontrak. Pernikahan di Jepang merupakan

kontrak antara dua keluarga dan melaksanakan kewajiban-kewajiban kontrak

tersebut terhadap keluarga mertua selama hidup seseorang adalah ‘bekerja untuk

giri’ sehingga bagi seorang istri yang tinggal dengan mertuanya maka hal tersebut

dirasakan paling berat. Di Jepang sendiri ada istilah bagi keluarga mertua, yaitu

“bapak giri” untuk sebutan bagi bapak mertua, dan “ibu giri” bagi ibu mertua

(Benedict, 1982:141).Dalam hal ini semakin kaya keluarga suami, maka semakin

besar pula pelayanan yang harus diberikan istri kepada keluarga suami dalam

membalas budi.

2. Giriterhadap nama

Yaitu kewajiban seseorang untuk membersihkan reputasinya dari

penghinaan, atau tuduhan atas kegagalannya, kewajiban seseorang untuk tidak

menunjukkan atau mengakui kegagalan atau ketidaktahuannya dalam

melaksanakan jabatannya.Kewajiban untuk mengindahkan sopan santun Jepang,

misalnya mengekang emosi.

Giriterhadap nama seseorang adalah kewajiban untuk menjaga agar

reputasinya tidak ternoda. Giriterhadap nama juga menuntut tindakan-tindakan

yang menghilangkan noda yang telah mengotori nama seseorang dan itu harus

(46)

Giriterhadap nama juga mewajibkan seseorang untuk hidup sesuai

kedudukan atau tempatnya di dalam bermasyarakat. Jika ada orang gagal dalam

giri tersebut maka ia tidak berhak untuk menghormati dirinya sendiri. Dapat

dikatakan bahwa konsep harga diri orang Jepang, merupakan salah satu

manifestasi dari giriterhadap nama. Giriini banyak mencakup tingkah laku yang

tenang dan terkendali. Orang Jepang berusaha untuk tidak memperlihatkan

perasaan, pengendalian diri yang diharuskan dari seorang Jepang yang

mempunyai hal ini merupakan bagian dari giriterhadap nama. Sebagai contoh,

ketika terjadi gempa maka orang Jepang yang mempunyai harga diri ia tidak akan

sibuk atau panik, tetapi ia akan berusaha membereskan barang-barang miliknya

dengan sikap yang tenang.

Benedict (1982:141-147) mengemukakan bahwa membayar giri

seharusnya keluar dari hati dan tidak dinodai dengan ketidaksenangan. Tapi pada

kenyataannya, seringkali pemenuhan kewajiban giridipenuhi rasa ketidaksenangan

dan keterpaksaan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain. Namun orang Jepang

akan tetap melakukan girisekalipun itu bertentangan dengan keinginannya, karena

jika tidak melakukannya, maka ia akan dicap sebagai orang yang tidak tahu

giridan merasa malu dengan masyarakat.

Orang Jepang menganggap gagal orang yang tidak membayar kembali

giriyang diterimanya, sehingga dengan kata lain orang Jepang harus membayar

kembali setiap perbuatan baik, pemberian, atau janji-janjinya kepada orang lain.

Pada umumnya nilai pengembalian girisama dengan apa yang telah diterima

(47)

waktu pengembalian giri dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan selain itu

juga memberikan penghormatan kepada pemberi sebelumnya

2.4.2 Ninjou

Ninjouterdiri dari dua karakter kanji yaitu nin(人) yang memiliki arti

“orang” atau “manusia”. Dan jou(情) yang memiliki arti “emosi”, “perasaan”,

“cinta kasih”.Sehingga ninjou( 人 情 ) berarti kebaikan hati

manusia.Ninjouinitimbul dari hati yang paling dalam karena adanya perasaan

kemanusiaan itu sendiri sehingga menyebabkan munculnya suatu kebaikan.

Ninjousecara umum merupakan perasaan manusia yang merupakan

perasaan kasih sayang, perasaan cinta, perasaan belas kasih, rasa simpati, rasa iba

hati yang dirasakan terhadap orang lain seperti hubungan orang tua dengan

anaknya atau antara kekasihnya. Ninjouini berlaku bagi setiap orang dalam semua

hubungan di berbagai lingkup kehidupan, baik antara ayah dan anaknya,

hubungan sepasang kekasih, maupun hubungan antarsesama.

Ninjoumerupakan perasaan yang muncul tanpa adanya maksud tertentu

dan memperlihatkan adanya ketulusan dari hati manusia itu sendiri.Semua orang

di belahan bumi mana pun mempunyai perasaan tersebut, hanya istilahnya saja

(48)

2.5 Biografi Pengarang

Kou Matsuzuki lahir pada tanggal 3 Oktober, dan tinggal di perfektur

Aichi di Jepang.Beliau berprofesi sebagai mangaka (kartunis).Beliau mulai aktif membuat komik semenjak tahun 2003 dan masih berlangsung hingga

sekarang.Komik beliau yang pertama kali dijadikan buku adalah Happy Café, komik ini pertama kali dirilis tanggal 20 Desember 2004, dan berakhir pada tahun

2009. Komik ini menjadi salah satu komik terlaris di Jepang dan telah diadaptasi

ke dalam anime. Kou Matsuzuki tidak banyak menceritakan tentang kehidupan

pribadinya. Selain menulis komik Happy Café, Kou Matsuzuki juga membuat beberapa seri komik lainnya di majalah Hana To Yume seperti Hana to Ageha,

Summer, Ouji to Majou to Himegimi to, Ahiru Kakumei, Gokujou Sweet, Happy

(49)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai

mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan,

tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori serta sistem berpikir

manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang

indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

sastra harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan

dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia (Atar Semi, 1993:8).

Secara umum karya sastra terdiri atas dua macam, yaitu karya sastra yang

bersifat non fiksi dan karya sastra yang bersifat fiksi. Karya sastra yang bersifat

nonfiksi adalah karya sastra yang dilandasi fakta, pengalaman objektif (kisah

nyata), penelitian pemikiran, atau analisis dari suatu masalah, contohnya: paper,

tesis, laporan, artikel ilmiah, karya tulis jurnalisme, dan artikel

atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar

serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi

pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin 2000: 66).Salah satu

(50)

berarti “komik” dalam bahasa Jepang, merupakan karya sastra yang

menggabungkan gambar dan teks sehingga menjadi satu cerita.Huruf “manga” (

漫画) dapat diterjemahkan sebagai "gambar aneh" atau "sketsa spontan".Awalnya

istilah ini muncul di abad ke-18 pada literatur Cina. Kata ini pertama kali

digunakan dalam istilah umum di Jepang dengan diterbitkan karya-karya Santō

Kyōden seperti buku bergambar Shiji no yukikai (1798), dan pada awal abad

ke-19 dengan karya-karya Aikawa Minwa seperti Manga Hyakujo (1814) dan buku-buku terkenal Hokusai Manga (1814–1834) yang mengandung berbagai macam gambar dari sketsa seniman terkenal Ukiyo-e Hokusai.Rakuten Kitazawa (1876–

1955) pertama kali menggunakan kata manga dalam pengertian modern. Tetapi bagi dunia secara keseluruhan, “manga” telah disamakan dengan gaya artistik tertentu bagi pembuatan sebuah komik yang berasal dari Jepang, yang telah

mencapai popularitas yang mengagumkan di seluruh dunia

Komik sebagai salah satu karya sastra di Jepang merupakan karya fiksi

yang mengungkapkan berbagai karakter dan menceritakan kisah yang kompleks

dengan menampilkan berbagai tokoh dalam situasi berbeda dan didalamnya

tertanam nilai-nilai kehidupan yang dikemas menjadi sebuah cerita melalui

gambar menarik yang memberikan pembelajaran bagi para pembaca. Nilai-nilai

kehidupan yang disampaikan oleh pengarang antara lain seperti nilai moral.

Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca lewat cerita yang menyarankan pengertian tentang baik buruknya

(51)

karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang

bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran (Nurgiyantoro,

1995:321,322). Moral dalam cerita menurut Kenny dalam (Nurgiyantoro,

1995:322), biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan

ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan

lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Salah satu komik yang memiliki

nilai moral adalah komik HAPPY CAFÉ karya Kou Matsuzuki.

Komik Happy Café merupakan komik yang menceritakan kisah hidup

seorang gadis SMA bernama Takamura Uru sebagai tokoh utama.Uru merupakan

anak perempuan yang ceria, murah hati, dan suka menolong.Setelah ibunya

menikah lagi, Uru memutuskan untuk belajar hidup mandiri terpisah dari orang

tua karena merasa tidak ingin merepotkan ibunya dan ayah barunya.Sewaktu

berjalan-jalan, Uru menemukan sebuah kafe yang bernama “Bonheur”, yang

berarti kebahagiaan dalam bahasa Perancis, dan memutuskan untuk bekerja di

kafe tersebut.Dalam kafe tersebut dia bertemu dengan banyak orang serta berbagai

masalah kehidupan, dan dia belajar untuk berani menyelesaikan setiap persoalan

yang dihadapinya tersebut. Setelah membaca manga ini, penulis menemukan

bahwa dalam komik ini terdapat nilai-nilai moral yang disampaikan pengarang

kepada pembaca, yaitu nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat Jepang

seperti giri dan ninjou.

Nilai moral giri dan ninjou ini dapat kita lihat salah satunya pada episode

16, di buku 3, ketika Uru bertemu dengan seorang anak yang tersesat bernama

(52)

ketika mencari jalan untuk bertemu adiknya yang terpisah dengannya setelah

orang tuanya bercerai.Uru, Shindou dan Ichirou pun menolong anak tersebut

dengan memberikan uang, kue, petunjuk arah karena merasa kasihan dan peduli

terhadap anak itu.Shindou juga memberikan nasehat kepada Katou untuk menjadi

seorang kakak yang tegar.Sikap yang mereka lakukan untuk membantu Katou

dalam masyarakat Jepang disebutninjou.Ninjou adalah perasaan kasih sayang yang dicurahkan kepada sesamanya, perasaan ini adalah perasaan yang murni dari

hati yang paling dalam dan dipunyai oleh setiap manusia di dunia ini (Benedict,

1982:142). Kemudian dalam kisah 57 di buku 11, Katou yang merasa sangat

berterimakasih atas pertolongan mereka akhirnya datang kembali ke Bonheur, membawa serta adiknya untuk mengucapkan terimakasih dan mengembalikan

uang yang telah dia pergunakan dulu. Katou merasa giri terhadap mereka, terlebih

kepada Shindou yang telah memberi nasehat padanya, sehingga dia bertekad

untuk menjadi seseorang seperti Shindou.Giri adalah suatu kewajiban untuk

mengembalikan atau membalas semua pemberian yang diterima dengan nilai yang

sama harganya dari apa yang telah diterima sebelumnya. Hubungan antara kedua

belah pihak tersebut pun tidak hanya berlaku di antara mereka yang memiliki

hubungan khusus, tetapi juga antara teman, kolega ataupun relasi (Benedict,

1982:141).

Giri dan ninjou adalah nilai moral yang menjadi kepribadian dan karakter

masyarakat Jepang yang dibentuk sedari mereka kecil, yang mengatur hubungan

kemanusiaan di Jepang, sehingga masyarakat Jepang sangat memperhatikan dan

menjaga perasaan orang lain

(53)

ninjouyang sedikit banyaknya dapat dijadikan pembelajaran dan pemahaman

mengenai kehidupan masyarakat Jepang.Oleh karena itu penulis tertarik untuk

menganalisis nilai moral tersebut sebagai objek penelitian. Sehingga penulis

memilih judul dalam skripsi ini “Nilai Giri Dan Ninjou dalam Komik HAPPY CAFÉ Karya Kou Matsuzuki”

1.2 Rumusan Masalah

Komik Happy Café adalah komik yang dibuat oleh Kou Matsuzuki, pertama kali diterbitkan di Jepang pada tahun 2004 dan di Indonesia pada tahun

2009, komik ini berjumlah 15 buku dan berisi 82 kisah. Bercerita tentang

Takamura Uru, remaja SMA yang bekerja paruh waktu di sebuah café bernama

Bonheur bersama dengan dua rekannya, Shindou Satsuki seorang patissier yang

jarang tersenyum namun sangat baik, serta Nishikawa Ichirou, seorang siswa

SMA pekerja part-timeyang langsung jatuh tertidur ketika lapar. Berlatarbelakang kehidupan seorang siswi SMA yang memutuskan hidup mandiri terpisah dari

orang tuanya, pengarang komik ini menyampaikan nilai-nilai moral yang menjadi

pedoman hidup masyarakat Jepang dan merekamnya menjadi sebuah karya sastra

berupa komik.Nilai-nilai moral yang tercermin dari kehidupan yang dialami para

tokoh sangat bermanfaat untuk mengajarkan sesuatu bagi para pembaca, seperti

nilai giri,danninjou, yang merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam etika moral masyarakat Jepang. Berdasarkan defenisi masalah di atas maka penulis

Referensi

Dokumen terkait

Risiko akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan Pengadaan Jasa Agen Penjual Dalam Rangka Penjualan Obligasi Negara kepada

Without making this cell reference absolute using the dollar signs, when we apply the conditional formatting rule to other cells in the worksheet, this cell reference will be

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah status perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas dan tipe industri.. Data yang digunakan dalam

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan