• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

41 1 0 1 1 1 1 1 1 1

42 1 1 1 1 0 1 1 1 1

43 1 0 1 1 1 1 1 -1 1

44 1 0 1 1 1 1 1 1 1

45 1 1 1 1 1 1 -1 1 1

46 1 0 1 1 1 1 1 1 1

47 1 1 1 1 1 1 -1 -1 1

48 1 1 1 1 1 1 1 1 1

49 1 0 1 1 1 1 -1 1 1

50 1 0 1 1 0 1 -1 1 1

51 1 1 1 1 1 1 -1 -1 1

52 1 1 1 1 1 1 -1 1 1

53 1 0 1 1 1 1 1 1 1

54 1 0 1 1 1 1 1 -1 1

55 1 0 1 1 1 1 1 -1 1

56 1 1 1 1 0 1 1 1 1

57 1 1 1 1 0 -1 -1 1 1

58 1 1 1 1 0 1 -1 1 1

59 1 1 1 1 1 1 -1 1 1

Jumlah 59 33 59 59 41 51 3 41 55

(3)

DI KAMPUNG KUBUR KECAMATAN MEDAN PETISAH

Petunjuk Pengisian

a. Bacalah pertanyaan satu persatu dengan baik.

b. Isilah pertanyaan sesuai dengan jawaban yang sebenarnya.

c. Pilihlah jawaban dengan cara memberi tanda centang (√) atau tanda silang (X) pada setiap jawaban yang dianggap sesuai.

d. Apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti atau masih ragu, tanyakan langsung kepada penyebar kuesioner (peneliti).

I. Kharakteristik Umum Responden

1. Nama : 2. Umur :

3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Wanita 4. Agama :

a. Islam b. Protestan c. Khatolik d. Hindu e. Budha

5. Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Sarjana

(4)

b. Batak c. Jawa d. Minang e. India f. ……..

7. Jumlah anak (bagi yang berkeluarga) : a. 1 orang

b. 2 orang c. 3 orang d. 4 orang e. ……… 8. Pekerjaan :

a. PNS b. Buruh

c. Tukang Parkir d. Pedagang e. Pegawai swasta

II. Kharakteristik Jawaban Responden

Respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu dilihat melalui:

A.

Persepsi

1. Apakah Anda mengetahui keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur?

a. Tahu

b. Kurang tahu c. Tidak Tahu

(5)

c. Tidak tahu

3. Apakah Anda mengetahui terdapat 6 Posko Terpadu yang didirikan di Kampung Kubur?

a. Tahu

b. Tidak tahu

4. Apakah Anda mengetahui dimana tepatnya masing- masing Posko Terpadu tersebut didirikan?

a. Tahu

b. Tidak tahu

5. Apakah Anda tahu instansi apa saja yang tergabung dalam Tim Posko Terpadu?

a. Tahu seluruhnya b. Tahu sebahagian c. Tidak Tahu

6. Apakah Anda mengetahui tujuan di dirikannya Posko Terpadu? a. Tahu

b. Tidak Tahu

7. Apakah Anda mengetahui sistem lapor kasus dapat dilakukan dengan

sms?

a. Tahu b. Tidak Tahu

8. Apakah Anda mengetahui program pemberdayaan yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu?

a. Tahu b. Tidak tahu

9. Apakah informasi penyuluhan yang diperoleh dapat Anda pahami? a. Paham

(6)

B.

Sikap

10. Bagaimana penilaian Anda mengenai keberadaan Posko Terpadu? a. Baik

b. Tidak baik

11. Bagaimana tanggapan Anda mengenai kelanjutan keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur?

a. Setuju b. Tidak Setuju

12. Bagaimana pendapat Anda mengenai kegiatan penyuluhan oleh Tim Posko Terpadu?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak Baik

13. Bagaimana pendapat Anda tentang informasi penyuluhan yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu?

a. Bagus b. Tidak bagus

14. Bagaimana penilaian Anda mengenai wajib lapor dengan sms ? a. Baik

b. Tidak baik

15. Bagaimana penilaian Anda mengenai kegiatan razia oleh Tim Posko Terpadu?

a. Baik b. Tidak baik

16. Bagaimana pendapat Anda mengenai kinerja instansi yang tergabung dalam Tim Posko Terpadu secara keseluruhan?

a. Bagus b. Tidak Bagus

C.

Partisipasi

17. Apakah Anda pernah mengikuti acara penyuluhan ? a. Sering

(7)

Terpadu, berapa kali Anda mengikutinya? a. Lebih 2 kali

b. 1 kali c. Tidak pernah

19. Apakah Anda mendapatkan stiker anti narkoba?

a. Iya

b. Tidak

20. Apakah Anda memasang stiker anti narkoba yang diberikan?

a. Iya

b. Tidak

21. Apakah Anda menegur penyalahguna narkoba disekitar Anda?

a. Iya

b. Tidak

22. Apakah Anda melaporkan kepada pihak berwajib penyalahguna narkoba disekitar lingkungan Anda?

a. Iya

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Andri. 2013. Respon Masyarakat Terhadap Kegiatan Posyandu Mutiara

Hati Di Kelurahan Bukit Datuk Kecamatan Sumai Barat Kota Dumai.

Skripsi pada Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) USU Medan.

Gultom, Maidin. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan.

Bandung : Alfabeta.

Kementerian Sosial RI.2015. Buku Saku. Jakarta.

Nasution, Zulkarnain.2004. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Medan : Cita Pustaka Media.

Sarwono, Wirawan Sarlito. 1991. Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta : CV Rajawali.

Siagian,Matias.2011.Metode Penelitian Sosial.Medan:PT.Grasindo Monorotama. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum.Bandung: CV. Pustaka Setia.

Soekanto, Soerjono. 1990.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta.

Walgito,Bimo.2000. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : Yasbit.

Sumber lain :

(9)

Marbun,Frans.

Natalova,Torie. Februari pukul 12.10).

narkoba/a/18252054 diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.20 ).

pandangan-dari-sisi-taat-subekti diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.30).

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang di teliti (Siagian, 2011:52). Melalui penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Lingkungan I Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan.

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Zainul Arifin Kampung Kubur Lingkungan I Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena Kampung Kubur merupakan daerah binaan Posko Terpadu yakni terdiri dari Kepolisian Kota Medan, Pemerintah Kota Medan, Tentara Nasional Indonesia Kodim 0201/BS, BNNP SUMUT dan LSM dalam memberantas peredaran narkoba dan menjadikan Kampung Kubur sebagai kampung percontohan untuk Medan.

3.3 Populasi

(11)

pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang memiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2008:80).

Secara ideal, suatu penelitian harus menyelidiki seluruh elemen populasi jika peneliti bermaksud menggambarkan keseluruhan subjek yang diteliti. Meneliti populasi berarti memperoleh data dari semua elemen populasi (Silalahi 2009:253). Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kampung Kubur Lingkungan I Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan yang berjumlah 1093 jiwa dan kriteria populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tergolong dewasa dengan rentang usia 15- 55 tahun berjumlah 585 jiwa. Alasan peneliti menetapkan umur 15-55 tahun karena dianggap telah mengerti dengan permasalahan narkoba yang terdapat di Kampung Kubur.

3.4 Sampel

(12)

Penarikan sampel adalah proses dimana sejumlah atau sebagian dari populasi dipilih sebagai sumber data sehingga memungkinkan kita membuat suatu generalisasi yang berkaitan atau berlaku begi populasi (Siagian, 2011:159). Sedangkan teknik penarikan sampel adalah cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam rangka pemilihan sebagian atau sejumlah dari populasi dimana ciri-ciri populasi terwakili dalam sampel sehingga dimungkinkan untuk merumuskan generalisasi yang berkaitan dan berlaku bagi populasi secara keseluruhan. Dengan demikian tujuan utama penarikan sampel adalah menjamin sampel memiliki ciri-ciri umum dari populasi (Siagian,2011: 160). Menjamin keterwakilan populasi dan sampel, maka penulis menerapkan teknik penarikan sampel bertujuan (purposive sampling technique) yaitu dengan mempertimbangkan usia sebagai kriteria, oleh sebab itu peneliti memilih masyarakat berusia 15-55 tahun sebagai sampel karena dianggap lebih berkompeten untuk menjawab pertanyaan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakan

Studi kepustakaan adalah proses memperoleh data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal dan karya tulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

(13)

penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta- fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun instrumen yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap obyek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian.

b. Wawancara, yaitu percakapan yang dilakukan oleh pewawancara kepada responden guna mencari data atau menggali informasi mengenai apa yang diperlukan didalam penelitian.

c. Penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkandata dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga memperoleh data informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011:206-207).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap atau tingkah laku manusia (Siagian, 2011:113).Pemberian skor data dilakukan mulai respon negatif menuju respon positif, yakni:

(14)

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap, dan partisipasi maka ditentukan interval kelas sebagai berikut :

Interval kelas (I) =Nilai Tertinggi (H)- Nilai Terendah (L) Banyak kelas

= 1- (-1)

3

= 2

3

= 0,66

Menentukan kategori respon positif, netral maupun respon negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut :

(15)

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kampung Kubur merupakan salah satu lingkungan dari enam belas

lingkungan di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan. Luas wilayah Kecamatan Medan Petisah 13,764 km2. Luas wilayah Kelurahan Petisah Tengah 1,27 km2.Adapun batas- batas wilayah dari Kampung Kubur ini adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatas dengan Lingkungan II Jalan Diponegoro

2. Sebelah Timur berbatas dengan dengan Jalan Kejaksaan

3. Sebelah Selatan berbatas dengan Jalan S. Parman

4. Sebelah Barat berbatas dengan Sungai Babura ( Kepala Lingkungan 1, 2016).

4.2 Sejarah Kampung Kubur

(16)

Tahun 1874 ada 22 perkebunan yang memakai pekerja bangsa China sebanyak 4.476, Tamil 459 orang dan Jawa 316 orang. Kebanyakan orang Tamil dari India Selatan menetap di Kampung Madras, karena penghuninya berwarna kulit hitam maka disebut juga Kampung Keling. Dahulunya Kampung Kubur ini adalah bagian dari Kampung Madras yang dihuni oleh warga India Muslim yang berasal dari Tamil sejak 1887. Para warga India ini menetap di Kampung Madras untuk bekerja di Industri Perkebunan Deli.

Ada juga versi masyarakat yang mengatakan jika Kampung Kubur adalah wakaf pemberian Pemerintah Belanda bagi orang-orang berdarah India yang beragama Islam. Dari situlah kemudian pemukiman ini terbentuk. Awal dinamakan Kampung Kubur karena ada area pekuburan milik India muslim di pemukiman padat penduduk tersebut. Lokasi perkebunan ini letaknya berada tepat dibelakang Masjid Ghaudiyah. Masjid ini terletak di Jalan Zainul Arifin yang dibangun oleh warga India Selatan yang beragama Islam pada 1887. Sehingga dari sinilah asal muasal diberi nama Kampung Kubur ( Kompas, 2016).

4.3 Kependudukan

(17)

Jumlah Penduduk Berdasarakan Agama

Sumber: Data Kantor Lurah Petisah Tengah, 2014

(18)

untuk melaksanakan shalat jumat berjamaah di masjid Ghaudiyah dan masjid Al- amin.

Penduduk yang menganut agama Kristen terdiri dari 125 jiwa dan penduduk yang menganut agama Hindu terdiri dari 289 jiwa sedangkan penduduk yang menganut agama Budha terdiri dari 87 jiwa. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, tidak ada tempat ibadah untuk agama Kristen, Khatolik, Hindu maupun Budha yang terdapat di Kampung Kubur, akan tetapi terdapat kuil suci Shri Mariamman sebagai tempat ibadah masyarakat beragama Hindu yang bertempat tinggal di wilayah Petisah Tengah, kuil ini terletak di jalan Teuku Umar bersebelahan dengan Kampung Kubur. Selanjutnya jumlah penduduk Kampung Kubur berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat ada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Pekerjaan Jumlah

Sumber: Data Kantor Lurah Petisah Tengah, 2014

(19)

ibu- ibu yang berjualan aneka kue basah, mereka meletakan dagangan pada satu meja dan dijaga beramai- ramai. Masyarakat Kampung Kubur yang membuka toko di pinggiran kampung kebanyakan keturunan Tionghoa, mereka biasanya membuka toko roti, furnituredan toko perhiasan.

4.4 Fasilitas Sarana dan Prasarana di Kampung Kubur

Tabel 4.3

No. Fasilitas Jumlah unit

1

2

3

4

Masjid

Posyandu

Tempat pemakaman umum

Lapangan Badminton

2

1

1

1

Sumber: Data Kantor Lurah Petisah Tengah, 2014

(20)

menjadikan nama Kampung Madras kini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Kubur. Kampung Kubur juga memiliki lapangan badminton yang terletak di sebelah gang peristiwa, sore hari biasanya lapangan ini digunakan anak- anak Kampung Kubur untuk bermain.

4.5 Organisasi Sosial dan Budaya di Kampung Kubur

Selanjutnya organisasi sosial dan budaya yang ada di Kampung Kubur terdiri dari Organisasi PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Remaja Masjid dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Masyarakat Kampung Kubur memiliki beberapa organisasi sosial dan budaya yang mereka bentuk sebagai wadah bersosialisasi, baik itu organisasi pemuda, perkumpulan ibu- ibu dan bapak- bapak yang berhubungan dengan keagamaan. Dengan adanya oraganisasi ini diharapkan mempererat persaudaraan dan tolong menolong masyarakat Kampung Kubur.

(21)

Struktur pemerintahan peneliti anggap penting dipaparkan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk susunan pemerintahan yang terdapat di Kampung Kubur. Bapak M. Agha Novrian, S.STP. M.Si merupakan kepala Kelurahan Petisah Tengah dan Ibu Emmy Taruman merupakan kepala Lingkungan 1 Kampung Kubur. Ibu Emmy tidak memiliki sekretaris dalam melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Lingkungan serta tidak ada dibentuk tugas pengamanan lingkungan atau hansip lingkungan di kampung ini. Adapun struktur pemerintahan Kampung Kubur dapat dilihat pada bagan berikut:

(Data Kelurahan Petisah Tengah, 2016) Kepala Lurah Petisah

Tengah

Kepala Lingkungan I Kampung Kubur

(22)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Analisis data adalah proses menjadikan data yang memberikan pesan pada pembaca. Melalui analisis data, maka data yang diperoleh tidak lagi diam, melainkan berbicara. Analisis data menjadikan data itu mengeluarkan maknanya, sehingga para pembaca tidak hanya mengetahui data itu, melainkan juga mengetahui apa yang dibalik data itu (Siagian, 2011: 227).

Bab ini membahas analisis data dengan menggunakan analisis tabel tunggal, data diporeleh dari hasil penelitian melaluikuesioner, wawancara dan observasi. Kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang sudah dibuat yang kemudian disebarkan kepada masyarakat Kampung Kubur dan data hasil penelitian ini diperoleh langsung dari masyarakat Kampung Kubur di Lingkungan I Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah. Wawancara dilakukan setelah di dapat hasil dari kuesioner yang dibagikan pada responden, wawancara meliputi identitas, persepsi,sikap dan partisipasi masyarakat atas keberadaan Posko Terpadu. Observasi dilakukan untuk melihat kebenaran yang terjadi di lapangan, dengan melakukan observasi peneliti dapat mengkaitkan antara respon masyarakat dengan apa yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian.

(23)

deskriptif kuantitatif memungkinkan peneliti untuk mendapatkan respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah dilihat dari segi persepsi, sikap dan partisipasi. Agar pembahasan tersusun secara sistematis dan jelas, maka pembahasan data penelitian ini dilakukan dengan membagi dua sub bab yaitu:

1. Analisis identitas responden

2. Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah.

5.2 Analisis Identitas Responden

Analisis identitas responden dalam penelitian ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, suku, jumlah anak dan jenis pekerjaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan dilapangan oleh peneliti mengenai jenis kelamin responden yaitu masyarakat Kampung Kubur yang berusia 15- 55 tahun berjumlah 59 orang, komposisi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut:

Tabel 5.1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1

2

Laki- Laki Perempuan

25 34

42,37 57,62

Jumlah 59 100

(24)

Penelitian ini menggunakan responden laki- laki dan perempuan untuk dijadikan sampel apabila memenuhi kriteria umur 15-59 tahun seperti yang telah peneliti tetapkan pada pemilihan sampel. Tabel 5.1 menunjukan responden laki-laki berjumlah 25 orang atau sama dengan 42,37 persen. Responden Perempuan berjumlah 34 orang atau sama dengan 57,62 persen. Hasil ini menjadi relevan dengan data penduduk Kampung Kubur yang peneliti dapatkan dari Kantor Lurah Petisah Tengah, bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya dibandingkan penduduk berjenis kelamin laki-laki seperti data yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya. Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan usia perlu dipaparkan dalam penelitian ini karena usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan- kegiatan kemasyarakatan saperti tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarakan Usia

No. Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)

(25)

karena usia responden digunakan untuk menentukan subjek penelitian. Selain itu usia menjadi faktor penting untuk melihat kesiapan responden menanggapi masalah-masalah penyalahgunaan narkoba di Kampung Kubur.Responden dengan rentang usia 21-26 tahun merupakan kelompok usia dominan. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan, responden dengan usia 21-26 tahun dominan adalah mahasiswa dan pekerja paruh waktu. Dengan komposisi usia respondendiatas diharapkan dapat atau mampu memberikan informasi lebih akurat seperti yang direncanakan dan diharapkan peneliti.Selanjutnya analisis data responden berdasarkan jenis agama yang dianut dapat dilihat pada tabel 5.3 seperti berikut:

Tabel 5.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Persentase (%)

Sumber: Data Premier 2016

(26)

keagamaan bagi umat Islam di Kampung Kubur rutin dilaksanakan seperti shalat berjamaah di masjid. Aktivitas shalat berjamaah seperti ini tidak hanya di ikuti oleh warga Kampung Kubur saja akan tetapi juga diikuti warga luar Kampung Kubur.

(27)

Karakteristik Reponden Berdasarkan Suku

Sumber: Data Primer 2016

(28)

Tabel 5.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

(29)

Karakterisitik Responden Berdasarkan Jumlah Anak

(30)

Tabel 5.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Jenis pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

(31)

Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah

Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dapat diketahui respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah. Analisa ini terbagi atas tiga variabel, yaitu persepsi yang terdiri dari pengetahuan dan pemahaman tentang apa, bagaimana, dan tujuan keberadaan Posko Terpadu. Sikap terdiri dari penilaian dan tanggapan masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu, dan partisipasi masyarakat berisi keterlibatan masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang diadakan Tim Posko Terpadu.

5.3.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di

Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah

Pengetahuan Responden Tentang Keberadaan Posko Terpadu

(32)

diadakannya posko pengawasan dan berbagai kegiatan untuk memberantas penyalahgunaan narkoba di Kampung Kubur.

Tabel 5.8

Sumber Informasi Keberadaan Posko Terpadu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2

Penyuluhan Lainnya

33 26

55,94 44,06

Jumlah 59 100

Sumber : Data Primer 2016

(33)

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa 59 orang responden (100%) sudah mengetahui jumlah Posko Terpadu yang terdapat di Kampung Kubur. Pengetahuan ini didapat masyarakat dari acara penyuluhan yang dilakukan oleh Tim Posko Terpadu sebelum dan sesudah diadakannya 6 titik posko di Kampung Kubur. Pengetahuan repsonden tentang berapa banyak Posko Terpadu di Kampung Kubur perlu dipaparkan dalam penelitian ini untuk melihat tingkat pengetahuan dan kesadaran responden akan keadaan lingkungan mereka.

Pengetahuan Responden Tentang Lokasi Posko Terpadu

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden mengetahui dimana tepatnya Posko Terpadu didirikan. Menurut wawancara peneliti dengan Pak Tias (42 tahun), beliau berkata “Posko Terpadu di kampung

ini ada 6 titik, Posko I terdapat di jalan Erlangga, Posko II terdapat di gang

peristiwa, Posko III terdapat di gang Taruma, Posko IV terdapat di Jalan Zainul

Arifin disebelah jembatan, 2 gang lagi terdapat sekitar perumahan warga

didalam Kampung Kubur”.Posko Terpadu ini didirikan di tempat strategis dimana

(34)

Tabel 5.9

Pengetahuan Responden Tentang Tim Posko Terpadu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa sebahagian besar responden yaitu 41 orang (69,49) mengetahui seluruhnya instansi- instansi yang tergabung dalam Tim Posko Terpadu. 18 orang responden (30,50%) mengatakan tahu sebahagian tentang instansi apa saja yang tergabung dalam Tim Posko Terpadu. Menurut hasil wawancara peneliti dengan Pak Hamdi (37 tahun) , beliau berkata

“ Saya tahu tentang Tim Posko terpadu saat diadakannya penyuluhan, semua Tim

Posko Terpadu hadir dalam acara tersebut. Tim Posko Terpadu itu terdiri dari

pihak Kepolisian Kota Medan, TNI Kodam B02/01, BNNP Sumut, Pemerintah

Kota Medan dan Lembaga Swadaya Masyarakat”.Tim posko terpadu bertugas

(35)

Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Diadakannya Posko Terpadu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2

Tahu Tidak Tahu

55 4

93,22 6,78

Jumlah 59 100

Sumber : Data Primer 2016

Adapun respon masyarakat tentang tujuan didirikannya Posko Terpadu di Kampung Kubur perlu untuk dipaparkan dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan masyarakat tentang Posko Terpadu. Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa sebahagian besar masyarakat telah mengetahui tujuan didirikannya Posko Terpadu. 55 orang responden (99,32%) mengetahui tujuan didirikannya Posko Terpadu di Kampung Kubur. Menurut wawancara saya dengan Widi (23 tahun), dia berkata “Tujuan dari didirikannya Posko Terpadu

ialah untuk membersihkan wilayah Kampung Kubur dari peredaran gelap

narkoba dan memberikan berbagai program pemberdayaan kepada masyarakat

kampung kami”. Hal tersebut diketahuinya dari acara penyuluhan yang diberikan

oleh Tim Posko terpadu sebelum didirikannya Posko Terpadu di Kampung Kubur.

(36)

yang menjadi mata rantai penggunaan dan transaksi narkoba di Kampung Kubur. Selain itu dengan adanya Posko Terpadu yang ditempatkan di titik strategis, aparat Kepolisian dan Tentara dapat memantau keluar masuknya peredaran narkoba yang dibawa oleh pengunjung maupun warga Kampung Kubur. Selanjutnya pengetahuan responden tentang sistem lapor kasus lewat sms perlu dipaparkan dalam penelitian ini, untuk melihat respon masyarakat akan program ini serta melihat respon masyarakat akan masalah penyalahgunaan narkoba di Kampung Kubur.

Tabel 5.11

Pengetahuan Responden Tentang Sistem Lapor Kasus Via SMS

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

(37)

melaporkan penyalahguna narkoba yang kemungkinan adalah masyarakat Kampung Kubur juga.

Tabel 5.12

Pengetahuan Responden Tentang Program Pemberdayaan oleh Tim Posko

Terpadu

Program pemberdayaan merupakan kegiatan yang diadakan oleh BNNP Sumut dalam rangka memberdayakan masyarakat Kampung Kubur khususnya ibu-ibu. Program pemberdayaan dilakukan dengan memberikan pelatihan membuat aneka makanan dan kerajinan yang memiliki nilai jual sehingga mereka dapat berkontribusi dalam memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa sudah banyak responden yang mengetahui program pemberdayaan oleh Tim Posko Terpadu. 50 orang responden (84,74%) mengetahui adanya program pemberdayaan oleh Tim Posko Terpadu, dimana untuk program pemberdayaan di pegang oleh BNNP Sumut. Menurut Bu Ayu (32 tahun) “Dari sosialisasi saya dengar akan diadakan kegiatan

pemberdayaan untuk ibu- ibu di Kampung Kubur berupa pembuatan tempe dan

tahu, pembuatan sabun, pembuatan aneka makanan dan berbagai kerajinan

(38)

warga”.Sembilan orang responden (15,25%) menyatakan tidak tahu diadakannya

program pemberdayan oleh BNNP Sumut karena mereka tidak menghadiri acara sosialisasi yang diadakan oleh Tim Posko Terpadu.

Tabel 5.13

Pemahaman Responden Tentang Informasi Sosialisasi

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

Selanjutnya pemahaman responden tentang informasi yang mereka dapatkan selama acara penyuluhan peneliti anggap perlu untuk dipaparkan. Pemahaman yang baik menjadikan masyarakat dapat menerima keberadaan Posko Terpadu dengan berbagai program pemberantasan penyalahguna narkoba, sehingga pada akhirnya masyarakat dengan terbuka turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat bahwa 57 orang responden (96,61%) paham tentang informasi yang diberikan pada sosalisasi oleh Tim Posko Terpadu. Gita (27 tahun) menyatakan “Setiap diadakannya penyuluhan oleh Tim

Posko Terpadu informasi yang diberikan berupa bahaya penyalahgunaan

narkoba, peredaran narkoba di Kampung Kubur dan kegiatan pemberdayaan

oleh BNNP Sumut. Serta Tim Posko Terpadu menghimbau warga untuk turut

berpartisipasi dalam setiap kegiatan pemberdayaan”. Berdasarkan observasi dan

(39)

Terpadu melalui acara penyuluhan yang mereka hadiri.

Setiap diadakannya acara penyuluhan bagi warga, Tim Posko Terpadu selalu memberikan informasi perkembangan keamanan Kampung Kubur. Selain itu Tim Posko Terpadu selalu memberikan pengertian yang baik tentang bahaya narkoba dan bagaimana cara untuk terhindar dari jerat barang haram tersebut. Kegiatan penyuluhan yang rutin dilakukan oleh Tim Posko Terpadu menjadikan informasi yang didapat masyarakat up date dengan perkembangan keadaan kampun g mereka. Penyuluhan yang rutin menjadikan masyarakat paham dengan informasi yang mereka terima.

5.3.2 Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung

Kubur Kecamatan Medan Petisah

(40)

merupakan pengungkapan sikap yang baik, yakni karena adanya penilaian warga terhadap suka atau ketidaksukaan serta setuju atau ketidaksetujuan warga terhadap program yang dilakukan. Warga pada umumnya akan merasa senang dan terbuka apabila mendapatkan manfaat dari program ini. Kampung Kubur Lingkungan 1 Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah merupakan daerah rawan narkoba dan peredaran narkoba sudah sangat terbuka dan transparan sehingga instansi yang tergabung dalam Tim Posko Terpadu seperti aparat Kepolisian, Tentara Kodim B02/01, Pemerintah Kota Medan, BNNP Sumut dan LSM memilih kampung ini untuk dilakukan penggeladahan dan pengawasan yang intensif.

Tabel 5.14

Penilaian Responden Tentang Keberadaan Posko Terpadu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa 58 orang responden (98,30%) memberikan penilaian baik atas keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur. Menurut wawancara peneliti dengan Pak Alim (37 tahun), dia berkata “Semenjak

Posko Terpadu didirikan di Kampung Kubur, kondisi kampung semakin membaik

tidak rusuh dengan ramai pegunjung. Selalu ada pemeriksaan bagi pengunjung

dan warga yang keluar masuk kampung ini”.Keberadaan Posko Terpadu di

(41)

terlibat dalam masalah penyalahguna narkoba, keberadaan Posko merupakan pertolongan untuk memberantas masalah narkoba di kampung mereka.

Sebahagian masyarakat menganggap keberadaan Posko Terpadu tidak berguna karena jika masih ada ‘tebang pilih’ saat razia maka bandar dan pengedar yang tidak ditangkap suatu saat masih berpotensi menjual barang haram tersebut. Pandangan lain peneliti dapatkan dari seorang warga yang benama Kiki (28 tahun), dia berkata “Saya setuju dengan adanya kegiatan pemberantasan narkoba

dan penangkapan bandar, pengedar serta pemakai narkoba di kampung ini, akan

tetapi dengan adanya program seperti ini yang menarik perhatian masyarakat

luar sehingga semua masyarakat Kampung Kubur terkena imbas dari image

buruknya kampung ini. Saya pernah ditolak bekerja karena diketahui saya adalah

warga Kampung Kubur, menurut saya ini tidak adil dan mempermalukan

masyarakat yang tidak ada hubungannya dengan penyalahguna narkoba”.

Tabel 5.15

Tanggapan Responden Tentang Kelanjutan Keberadaan Posko Terpadu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2

Setuju Tidak setuju

38 21

64,40 35,60

Jumlah 59 100

Sumber: Data Primer 2016

(42)

orang responden (35,59%) tidak setuju dengan keberlanjutan Posko Terpadu di Kampung Kubur. Menurut wawancara peneliti dengan Fadli (23 tahun), dia berkata “Saya tidak setuju dengan keberlanjutan Posko Terpadu di kampung ini,

karena jika ada Poskomau masuk rumah saja susah, saya harus menjalani

pemeriksaan terlebih dahulu, saya juga tidak leluasa mengajak teman- teman

bermain ke rumah seperti biasa”. Banyak dari masyarakat setuju dengan

keberadaan Posko Terpadu akan tetapi ada juga sebahagian masyarakat yang tidak setuju dengan keberlanjutan Posko Terpadu.

Kehadiran Posko Terpadu memang memiliki dampak baik untuk keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat dari peredaran dan penyalahguna narkoba, akan tetapi dengan adanya Posko Terpadu hadir dampak lain yang dianggap buruk oleh masyarakat. Dampak tersebut diantaranya adalah hilangnya mata pencaharian masyarakat. Warga kampung yang biasanya berjulan beraneka ragam makana seperti jajanan kue basah maupun warung makan, sekarang mulai menutup warung karena tidak ada lagi pengunjung yang datang ke Kampung Kubur.

Tabel 5.16

Pendapat Responden Tentang Kegiatan Penyuluhan oleh Tim

(43)

memberikan respon baik terhadap penyampaian penyuluhan oleh Tim Posko Terpadu.Penyuluhan merupakan kegiatan yang diadakan oleh Tim Posko Terpadu secara berkesinambungan bagi masyarakat Kampung Kubur, agar mereka dapat mengerti dan megetahui info perkembangan kegiataan yang telah dilakukan oleh aparat dan pemerintah di tempat tinggal mereka. Menurut wawancara peneliti dengan Bu Marni (46 tahun), dia berkata “Penyampaian sosialisasi oleh Tim

Posko Terpadu menurut saya baik karena aparat Kepolisian dan pemerintah

mengundang seluruh lapisan masyarakat Kampung Kubur, selain itu pemerintah

juga bersedia menerima aspirasi masyarakat”.

Tabel 5.17

Pendapat Responden Tentang Informasi Penyuluhan oleh Tim Posko

Terpadu

Berdasarkan tabel 5.17 dapat dilihat bahwa 56 orang responden (94,91%) memberikan sikap baik atas informasi yang diberikan saat penyuluhan oleh Tim Posko Terpadu. Menurut wawancara saya dengan Bu Lili (28 tahun) “Informasi

yang diberikan Tim Posko Terpadu sangat bermanfaat terutama bagi saya

seorang ibu yang tidak mengerti masalah narkoba, dengan adanya informasi

(44)

memberitahu anak- anak saya agar mereka terhindar dari bahaya narkoba”.

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, informasi yang selalu ditekankan oleh Tim Posko Terpadu adalah bahaya narkoba dan cara mencegah anak- anak dari penyalahgunaan narkoba. Informasi ini penting karena untuk mengurangi bertambanya penyalahguna narkoba, bisa dimulai dengan memberikan pemahaman yang baik bagi orang tua agar mereka bisa memperhatikan anak- anak mereka yang akan menjadi generasi penerus bangsa yang terbebas dari narkotika.

Tabel 5.18

Penilaian Responden Tentang Sosialisasi Wajib Lapor Via SMS

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

Selanjutnya pendapat responden tentang informasi penyuluhan yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu perlu dipaparkan dalam penelitian ini karena informasi yang baik atau buruk akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur. Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat bahwa 35 orang responden (59,32%) memberikan respon baik terhadap sosialisasi waib lapor via sms. 24 orang responden (40,67%) memberikan respon tidak baik terhadap sosialisasi wajib lapor via sms. Menurut wawancara peneliti dengan Bu Triani (26 tahun), dia berkata “Lapor kasus penyalahgunaan narkoba

menggunakan sms ini menurut saya tidak baik karena pada awalnya diberi tahu

(45)

melaporkan kasus tersebut. Jika ketahuan dengan warga lain hal ini bisa

menimbulkan konflik antar warga”.Kemudahan akses bagi warga untuk

melaporkan warga Kampung Kubur ataupun orang asing yang menggunakan narkoba disekitar masyarakat dengan menggunakan teks pesan singkat tidak meningkatkan keinginan masyarakat untuk melaporkan penyalahguna narkoba yang ada disekitar mereka. Setelah adanya kesalahan aparat kepolisian yaitu mengumumkan nomor warga yang bersedia melaporkan penyalahguna narkoba menambah keengganan masyarakat untuk mengggunakan lapor kasus dengan pesan singkat ini.

Tabel 5. 19

Tanggapan Responden Tentang Kegiatan Razia di Kampung Kubur

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.19 dapat dilihat bahwa 55 orang responden (93,22%) memberikan respon baik terhadap kegiatan razia di Kampung Kubur yang dilaksanakan oleh pihak Kepolisian dan TNI B02/01. Menurut wawancara peneliti dengan Bu Ica (36 tahun), dia berkata “Dengan adanya kegiatan razia secara

rutin mudah- mudahan pihak kepolisian dapat menangkap bandar dan pengedar

narkoba di kampung kami ini”. 4 orang responden (6,77%) memberikan respon

(46)

tahun), dia berkata “Menurut saya percuma saja dilakukan razia di Kampung

Kubur ini, dari dulu hingga sekarang tidak selesai juga masalah penyalahgunaan

narkoba di kampung ini”.Masih terdapat pro dan kontra terhadap kegiatan razia

yang diadakan di Kampung Kubur, sebahagian kecil masyarakat tidak suka dengan adanya razia oleh aparat kepolisian. Masyarakat yang kontra dengan kegiatan razia merupakan tetua kampung yang sudah pasrah dengan keadaan Kampung Kubur.

Tabel 5.20

Pendapat Responden Mengenai Kinerja Tim Posko Terpadu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat bahwa 53 orang responden (89,83%) memberikan respon bagus terhadap kinerja Tim Posko Terpadu. Tim Posko Terpadu merupakan gabungan dari berbagai instansi pemerintah dan non pemerintah yang memiliki tujuan sama yaitu memutus mata rantai peredaran narkoba di Kampung Kubur dengan melakukan kegiatan razia dan penyuluhan kepada masyarakat setempat agar terhindar dari barang haram tersebut. Menurut wawancara peneliti dengan Pak Gusman (52 tahun), dia berkata “ Kinerja Tim

Posko Terpadu sangat memuaskan, dari kegiatan razia oleh pihak kepolisian,

penjagaan di setiap posko dan program pemberdayaan yang dilakukan oleh

(47)

tentram”. Selain itu 6 orang responden (10,16%) memberikan respon tidak bagus

terhadap kinerja Tim Posko Terpadu. Menurut Bu Aini (37 tahun) “Kinerja Tim

Posko Terpadu menurut saya kurang bagus, contohnya saja saat diadakannya

razia, pihak kepolisian tidak bisa mengatur tim sehingga banyak sekali warga

yang mengeluh kehilangan barang berharga saat diadakannya razia di

perumahan warga”.

5.3.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di

Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah

Partisipasi masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur dapat dilihat dari keterlibatan responden kegiatan penyuluhan, intensitas menghadiri penyuluhan, dan keterlibatan dalam pelaksanaan program. Hasil penelitian dari partisipasi responden terhadap keberadaan Posko Terpadu diuraikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.21

Keikutsertaan Responden Mengikuti Program Penyuluhan

(48)

mengikuti kegiatan sosialisasi merupakan Ibu rumah tangga yang memiliki anak balita dan sebahagian lainnya pedagang yang tidak bisa meninggalkan aktivitas berdagang mereka. Hasil wawancara peneliti dengan Bu Berti (39 tahun) dia berkata “Saya tidak ada waktu untuk mengikuti kegiatan penyuluhan karena saya

harus berdagang setiap harinya, lagi pula jika saya mengikuti penyuluhan tidak

akan menambah pemasukan saya”. Masyarakat yang tidak bisa menghadiri acara

penyuluhan oleh Tim Posko Terpadu biasanya akan menanyakan hasil penyuluhan kepada warga lain yang mengikuti penyuluhan, banyak dari responden yang tidak dapat mengikuti penyuluhan beralasan bahwa hasil penyuluhan dapat ditanya kepada tetangga mereka yang pergi penyuluhan sedangkan untuk mencari nafkah dan mengurus anakmereka tidak bisa membagi waktu.

Tabel 5. 22

Jumlah Keikutsertaan Responden dalam Acara Penyuluhan

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tabel 5.22 menunjukan 33 orang responden (55,94%) menyatakan sering mengikuti acara penyuluhan yang dilakukan oleh Tim Posko Terpadu. Menurut wawancara peneliti dengan Bu Anis (34 tahun), dia berkata “ Setahu saya sudah

(49)

waktunya untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kebanyakan dari kalangan ibu-ibu dan bapak- bapak. Melalui kuesioner dan wawancara, peneliti mengetahui hanya 2 responden remaja yang mengikuti kegiatan penyuluhan. Putri (18 tahun), berkata “Saya tertarik dengan permasalahan narkoba yang ada di kampung ini,

banyak sekali teman- teman disekolah yang bertanya apa sebenarnya yang terjadi

di Kampung Kubur,saya selaku warga kampung ini harus bisa menjawab

pertanyaan mereka dengan benar karena saya tidak ingin teman- teman disekolah

menganggap buruk semua warga disini. Penyalahguna narkoba dari kampung ini

sebenarnya tidak banyak, yang banyak adalah pengunjung dari luar yang

menyalahgunakan narkoba disini ”.

Tabel 5. 23

Penerimaan Stiker Anti Narkoba Oleh Responden

No. Kategori Frekuensi Persentase (%) pembagian stiker anti narkoba yang dibagikan oleh Tim Posko Terpadu. 21 orang responden (35,59%) tidak menerima stiker anti narkoba. Menurut wawancara peneliti dengan Pak Salman (53 tahun ), dia berkata “Pembagian stiker anti

narkoba tidak merata dibagikan oleh Tim Posko Terpadu buktinya saya yang

(50)

tersebut”.Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden yang memiliki

jawaban sama dengan Pak Salman, peneliti mengetahui bahwa Tim Posko Terpadu tidak merata dalam melakukan penyuluhan dan himbauan kepada seluruh lapisan masyarakat Kampung Kubur. Beberapa responden yang tidak mendapatkan stiker anti narkoba terdapat di ujung gang Erlangga dan ujung gang peristiwa. Menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa di dua gang tersebut merupakan lokasi padat penduduk. Seharusnya Tim Posko Terpadu merata dalam melakukan penyuluhan dan himbauan kepada masyarakat, baik itu himbauan secara verbal maupun dengan membagikan stiker anti narkoba. Sosialisasi yang merata pada seluruh lapisan masyarakat akan menarik perhatian mereka dan meningkatkan partisipasi terhadapa semua kegiatan yang dilakukan oleh Tim Posko Terpadu di Kampung Kubur.

Tabel 5.24

Pemasangan Stiker Anti Narkoba di Rumah Responden

No. Kategori Frekuensi Persentase (% )

1 Iya 38 64,40

2 Tidak 21 35,59

Jumlah 59 100

Sumber: Data Primer 2016

(51)

bertanya tentang stiker anti narkoba mereka responden dengan antusias menunjukan stiker tersebut. “Saya menempel stiker anti narkoba di kaca jendela

rumah agar siapa saja yang datang kerumah saya tahu bahwa yang tinggal

dirumah ini adalah warga Kampung Kubur yang bebas narkoba”, tutur Bu Umi

(42 tahun).

Tabel 5. 25

Peneguran Bagi Penyalahguna Narkoba oleh Responden

No. Kategori Frekuensi Persentase (%) tidak melakukan peneguran apabila melihat penyalahguna narkoba di sekitar mereka. Menurut wawancara peneliti dengan Pak Alim (42 tahun), dia berkata

“Saya enggan menegur anak- anak di kampung ini, mereka tidak ada sopan

santunnya. Jika saya tegur saya yang di maki- maki oleh mereka”. Pengakuan

(52)

tersebut, padahal bimbingan dari masyarakat sekitar sangat diperlukan untuk membuat penyalahguna narkoba tidak sewenang- wenang di kampung tersebut.

Tabel 5. 26

Melaporkan Penyalahguna Narkoba Kepada Pihak Berwajib oleh

Responden

Tabel 5.26 dapat dilihat bahwa 10 orang responden (16,94%) yang bersedia melaporkan adanya penyalahguna narkoba kepada pihak berwajib. 49 orang responden (83,05%) menyatakan tidak bersedia melaporkan adanya penyalahguna narkoba kepada pihak berwajib. Menurut wawancara saya dengan Bu Khadijah (47 tahun), dia berkata “ saya tidak mau berurusan dengan pihak

berwajib apalagi untuk melaporkan penyalahguna narkoba di kampung ini,

lagian sudah ada razia yang dilakukan aparat kepolisian untuk apalagi saya

melapor”. Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan,

(53)

menutupi kesalahan warga sekitar dalam penyalahgunaan narkoba hal ini yang menurut peneliti menjadikan Kampung Kubur sulit untuk benar- benar bersih dari peredaran narkoba.

5.4 Analisis Data Kuantitatif Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan

Posko Terpadu di Kampung Kubur

Setelah hasil respon masyarakat tehadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur telah dianalisis dari kuesioner yang telah dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:

1. Skor Tidak Tahu (negatif) adalah -1 2. Skor Kurang Tahu (netral) adalah 0 3. Skor Tahu (positif) adalah 1

Hasil respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur, dilakukan melalui pemberian skor berdasarkan tiga variabel yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Dari jawaban responden yang telah dianalisis kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi, sikap, dan partisipasinya negatif, netral atau positif dengan menentukan interval kelas seperti yang dijelaskan dibawah ini:

Interval Kelas (I) = Nilai Tertinggi (H) − Nilai Terendah(L) Banyak Kelas (K)

(54)

Menentukan katagori respon positif, netral maupun respon negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut :

a. -1,00 sampai dengan 0,33 = respon negatif b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral c. 0,33 sampai dengan 1,00 = respon positif

5.4.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di

Kampung Kubur

Pemberian skor variabel persepsi terhadap keberadaan Posko Terpadu ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel persepsi (V1) merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel persepsi : (hasil jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel persepsi ada 9 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V1 = Σ sko r variab el : ( 9 x 5 9 ). Untuk mengetahui apakah persepsi masyarakat tersebut termasuk respon positif, nertral atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah persepsi positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:

= 401: (9 x 59 ) = 401 : 531 = 0,75 Keterangan :

Σ skor variabel persepsi = 401

(55)

Hasil skor variabel persepsi (V1) = 0,75

(Persepsi positif yaitu 0,75 karena berada diantara 0,33 sampai 1,00)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut, dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi positif tehadap kehadiran Posko Terpadu di Kampung Kubur. Hal ini terjadi karena responden sudah megikuti acara penyuluhan yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu.

5.4.2.Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung

Kubur

Pemberian skor variabel sikap terhadap program ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sikap (V2) merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel sikap : (hasil sub variabel sikap dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel sikap ada 7 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V2 = Σ sko r variabel : ( 7 x 5 9 ). Untuk mengetahui apakah sikap responden

tersebut termasuk respon positif, netral atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:

(56)

Keterangan:

Σ skor variabel sikap = 289

Jumlah sub variabel sikap = 7

Jumlah responden = 59

Hasil skor variabel sikap (V2) = 0,70

( Sikap positif yaitu 0,70 karena berada diantara 0,33 sampai 1,00)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa responden memiliki sikap positif terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur karena responden setuju dengan keberadaan Posko Terpadu dan mengharapkan program tersebut tetap berjalan dan bermanfaat bagi masyarakat Kampung Kubur.

5.4.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di

Kampung Kubur

(57)

adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut: = 28: (6 x 59 )

= 28: 354 = 0,08 Keterangan:

Σ skor variabel sikap = 28

Jumlah sub variabel sikap = 6

Jumlah responden = 59

Hasil skor variabel sikap (V3) = 0,08

( Persepsi netral yaitu 0,08 karena berada diantara -0,33 sampai 0,33)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi netral karena responden menerima dengan baik keberadaan Posko Terpadu. Akan tetapi mereka sulit meluangkan waktu untuk mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan karena mereka harus melakukan aktivitas sehari- hari seperti berdagang dan pekerjaan lainnya. Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan skala likert, maka dapat dilihat rata-rata respon secara keseluruhan dari penelitian respon masyarakat terhadap keberadan Posko Terpadu di Kampung Kubur. Jadi, hasil persepsi + hasil sikap + hasil partisipasi dibagi dengan banyak kelas yaitu:

�������������+����������+���������������� �

= 0,75+0,70+0,08

3

(58)

Maka hasil keseluruhan antara persepsi, sikap, partisipasi yaitu 0,51 Karena berada diantara 0,33 sampai 1,00, maka respon masyarakat terhadap keberasaan Posko Terpadu adalah positif.

(Jadi, Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di

Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah adalah positif karena berada

(59)

PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah. Responden dalam penelitian ini adalah 59 orang yang dipilih karena memenuhi kriteria untuk penelitian ini, yaitu masyarakat dengan umur 15-55 tahun yang telah dianggap mengerti akan permasalahan narkoba di lokasi penelitian.

6. 1 Kesimpulan

Hasil analisis data dari penelitian dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu:

1. Persepsi

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan positif terhadap Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah dengan nilai 0,75. Pengukuran persepsi dilihat dari pengetahuan dan pemahaman responden terhadap keberadaan Posko Terpadu dan program pemberdayaan yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu.

2. Sikap

(60)

keberlanjutan keberadaan Posko Terpadu dan program pemberdayaan yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu di Kampung Kubur Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Pertisah.

3. Partisipasi

Hasil analisis data menunjukan responden memiliki partisipasi netral terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah dengan nilai 0,08. Penilain partisipasi dapat dilihat dari keterlibatan dan keaktifan responden dalam setiap kegiatan yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu. Keterlibatan dan keaktifan responden yang netral disebabkan oleh responden yang menginginkan Kampung Kubur terbebas dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba akan tetapi hanya sebagian responden antusias mengikuti setiap kegiatan dan penyuluhan yang dilaksanakan oleh Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah.

(61)

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya, antara lain:

1. Kepada aparat kepolisian dan penegak hukum di Kota Medan untuk selalu melakukan pengawasan terhadap kawasan rawan narkoba dan kejahatan seperti Kampung Kubur ini. Banyak generasi penerus yang akan terlahir di Kampung ini, pengawasan dari pihak berwajib sangat dibutuhkan masyarakat. 2. Kepada Pemerintah Kota Medan untuk memperhatikan kesejahteraan

masyarakat dengan menerima aspirasi mereka. Pengadaan beasiswa pendidikan saya rasa sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kampung Kubur. 3. Kepada pihak Kelurahan Petisah Tengah dan Kepala Lingkungan I Kampung

Kubur untuk melakukan himbauan kepada masyarakat tentang bahaya narkoba, menciptakan kegiatan- kegiatan positif untuk remaja dan orang tua sehingga masyarakat bisa bersosialisasi dengan baik.

(62)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Sikap, persepsi, dan partisipasi adalah yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada susatu fenomena tertentu (Sobur, 2003 :359).

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat- sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan- tindakan, dan ciri- ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

(63)

ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat. Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap dan tindakan. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu :

1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.

3. Tindakan atau partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut (http://id.shovoong.com diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 10.15).

2.2 Persepsi

(64)

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap suatu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.

Proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu :

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.

(65)

Sikap adalah suatu organisasi yang megandung pendapat, perasaan dan keyakinan tentang suatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk berperilaku (Walgito, 2000:57). Sikap dalam diri seseorang memberikan kesiapan dalam dirinya untuk merespon hal- hal yang dianggap benar atau salah terhadap obyek atau situasi tertentu. Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu.

Sikap dapat dilihat melalui penilaian, penerimaan/penolakan, mengharapkan/ menghindari suatu objek tertentu.

a. Penilaian adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang bagaimana menilai objek tersebut.

b. Penerimaan atau penolakan adalah berhuhubungan dengan rasa senang/ tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai yang dimiliki.

c. Mengharapkan/ menghindari adalah kesiapan seseorang bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya (Walgito, 2000:97).

(66)

kecurigaaan dan prasangka, pemahaman yang mendetail, ide- ide, rasa takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui :

a. Penerimaan atau penolakan b. Penilaian

c. Suka atau tidak suka

d. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek.

Selanjutnya disebutkan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan lain sebagainya) dan megandung penilaian (suka- tidak suka; setuju- tidak setuju) (Sobur, 2003:355). Pendapat lain mengenai garis besar tentang sikap, yaitu:

a. Sikap merupakan pengalaman subjektif

b. Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan c. Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai

d. Sikap bisa diungkapkan melalui bahasa e. Ungkapan sikap pada dasarnya bisa dipahami

f. Sikap setiap orang bisa sama dan bisa juga tidak sama

g. Sikap berubungan dengan perilaku sosial (Ahmadi dalam Bangun 2013).

2.4 Partisipasi

(67)

artinya mengikutsertakan atau ikut mengambil bagian. Secara umum partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta atau keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah (Walgito, 2000: 68).

Partisipasi dapat timbul dengan melihat persepsi, sikap, dan respon. Adanya partisipasi merupakan keuntungan yang dapat diperoleh antara lain :

a. Mampu merangsanng timbulnya swadaya masyarakat yang merupakan dukungan penting bagi masyarakat.

b. Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat dalam membangun.

c. Pelaksanaan pembangunan semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

d. Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas meskipun dengan dana yang terbatas.

(68)

2.5 Masyarakat

Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila anggota- anggota sesuatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yang utama. Kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat.

Sebagai suatu perumpaan, kebutuhan seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama- sama rekan lainnya yang sesuku. Kriteria yang utama suatu masyarakat setempat adalah adanya social

relationships antara anggota suatu kelompok. Mengambil pokok- pokok uraian

diatas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam arti geografis. Batas- batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Secaras singkat dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar- dasar daripada masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat setempat tersebut.

Empat kriteria dari klasifikasi masyarakat setempat, yaitu :

a. Jumlah penduduk

(69)

d. Organisasi masyarakat setemapat yang bersangkutan ( Soekanto : 1990).

Definisi masyarakat yang lain dikemukakan oleh :

1. Linton ( ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas- batas tertentu.

2. Melville J. Herskovits menulis, bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasi untuk mengikuti suatu cara hidup tertentu.

3. J.L Gilin J.P Gilin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokan- pengelompokan yang kecil.

4. Mac. Iver menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem daripada cara kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok- kelompok dan pembagian- pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan- jaringan dari relasi itulah yang dinamakan masyarakat.Ditambahkan bahwa unsur masyarakat adalah :

a. Harus ada kelompok atau pengumpulan manusia.

(70)

c. Adanya aturan (undang- undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita- cita yang sama (Hartomo dan Azis dalam Bangun 2013).

2.6 Narkoba

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No. SE/ 03/IV/ 2002, merupakan akronim dari narkotika, psykotropika dan bahan- bahan adiktif lainnya. Narkoba yakni zat- zat kimiawi yang jika dimasukan kedalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah pikiran, suasana hati, ataupun perasaan dan perilaku seseorang.

1. Narkotika

Menurut Undang- Undang No. 35 Tahun 2009. Narkotika adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan. Jenis- jenis narkotika yang sering disalahgunakan yaitu ganja, heroin, morfin, kodein dan lain- lain.

2. Psikotropika

(71)

psikotropika yang sering disalahgunakan adalah ekstasy, shabu- shabu dan lain- lain.Dalam penjelasan umum Undang- Undang No. 5 Tahun 1997 disebutkan bahwa psikotropika terbagi menjadi 4 golongan. Dengan berlakunya Undang- undang No. 35 Tahun 2009 maka Undang- Undang No. 5 Tahun 1997 beserta lampirannya masih berlaku, kecuali lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I.

3. Zat adiktif

Adalah bahan- bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus. Apabila dihentikan akan timbul efek putus zat diantaranya rasa sakit atau lelah yang luar biasa. Jenis zat adiktif yang sering disalahgunakan adalah amfetamine, amobarbital, minuman beralkohol, tembakau dan bahan pelarut (Zulkarnain,2004:13-24).

Dampak yang disebabkan karena pemakaian narkoba, yaitu :

1. Terhadap pribadi atau individu

a. Narkotika dapat merubah kepribadian si korban secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap apa atau siapapun.

(72)

c. Semangat belajar menjadi menurun dan suatu ketika bisa saja si korban bersikap seperti orang gila karena reaksi dari penggunaan obat tersebut. d. Tidak ragu untuk mengadakan hubungan seks secara bebas karena

pandangannya terhadap norma- norma masyarakat, hukum dan agama sudah mulai longgar.

e. Menjadi pemalas bahkan hidup santai.

f. Tidak segan- segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat ketergantungan terhadap obat bius.

2. Terhadap Keluarga

a. Tidak segan mencuri uang atau bahkan menjual barang- barnag dirumah yang bisa diuangkan.

b. Tidak menjaga sopan santun dirumah bahkan melawan kepada orangtua.

c. Kurang meghargai harta milik yang ada di rumah, seperti mengendarai kendaraan dengan ugal- ugalan.

d. Mencemarkan nama keluarga dan keharmonisan keluarga sirna.

e. Kerugian material (membeli dan mengobati).

3. Terhadap masyarakat

a. Berbuat tidak senonoh (mesum) dengan orang lain, yang berakibat tidak saja bagi diri yang berbuat melainkan mendapat hukuman masyarakat yang berkepentingan.

(73)

kecepatan tinggi.

d. Melakukan tindak kekerasan baik fisik, psikis maupun seksual.

e. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum antara lain tidak menyesal apabila berbuat kesalahan.

4. Terhadap bangsa dan negara

a. Hilangnya generasi muda (lost generation).

b. Kualitas generasi menurun.

c. Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa pada gilirannya mudah untuk dipengaruhi oleh kepentingan- kepentingan yang menjadi ancaman terhadap ketahanan nasional dan stabilitas nasional.

d. Negara terjajah kembali (Zulkarnain, 2014: 20-21).

2.7 Penyalahgunaan Narkoba

(74)

bahwa secara umum untuk menanggulangi permasalahan anak dan remaja dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

1. Cara moralistik, dengan menyebarluaskan ajaran- ajaran agama dan norma, perundang- undangan yang baik dan sarana- sarana lain yang dapat mengekang nafsu untuk kembali ke narkoba. Sistem ini hendaknya mendapat perhatian khusus, baik oleh orang tua sendiri, apalagi bagi para ahli yang bersangkutan dan begitu juga dengan pemerintah.

2. Cara abilisionistik, yaitu dengan memberantas sebab- sebab terjadinya penyalahgunaan narkoba, misalnya telah diselidiki bahwa faktor ekonomi (kemiskinan dan kesejahteraan) merupakan penyebabnya maka usaha mencapai kesejahteraan dan kemakmuran adalah mengurangi tindakan penyalahgunaan narkoba.

3. Preventif, yaitu untuk menghindari penyalahgunaan narkoba jauh sebelum rencana menyalahgunakan narkoba itu tejadi dan terlaksana. Tindakan preventif ini adalah berupa memberikan kesibukan yang berarti pada anak- anak, karena memasukan kedalam kursus- kursus keteramoila, pendidikan keagamaan dan lain- lain.

Selain tiga upaya yang telah dijelaskan di atas, terdapat jalur- jalur upaya yang lebih efektif, yaitu :

1. Upaya preventif, artinya terhadap penyalahgunaan narkoba dilakukan dengan cara integral dan dinamis antara unsur- unsur aparat dan potensi masyarakat.

(75)

kepentingan pengobatan sampai saat ini belum diperlukan. Oleh karenanya penggunaan yang dilakukan untuk pengobatan diperlukan upaya pengendalian dan pengawasan (Gultom, 2014 : 132-133).

Menurut Ny. Jeanne mandagi dan M. Wresniwiro sistem penanggulangan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dengan cara :

1. Upaya pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dengan cara integral dan dinamis antara unsur- unsur aparat dan potensi masyarakat, upaya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk mengubah sikap dan perilaku serta cara berpikir dari kelompok masyarakat yang mudah mempunyai kecenderungan manyalahgunakan narkotika dn psikotropika.

Menurut Soedjono dirdjosisworo bahwa usaha- usaha penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dalam bentuk upaya- upaya prefentif, represif dan kuratif. Usaha- usaha tersebut antara lain : Inpres serta kerjasama antara instansi- instansi yang bersangkutan (preventif dan represif); kerjasama dengan luar negeri (preventif dan kuratif); penyempurnaan fasilitas dan perlengkapan (preventif, represif dan kuratif), peningkatan kemampuan aparatur penegak hukum dan meningkatkan pembinaan edukatif.

Gambar

Tabel 4.1 menunjukan bahwa  agama Islam merupakan agama dominan
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 5.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Petunjuk: 1) Ruas jalan yang dievaluasi kelaikannya dapat dibagi menjadi beberapa segmen yang ditentukan oleh kese- ragaman fisiknya. Contoh: Satu segmen 2 lajur 2 arah,

[r]

Tandai sesuai dengan penilaian sbb. LT untuk kondisi Laik Fungsi dengan persyaratan teknis yang diturunkan. LS untuk kondisi Laik Fungsi Bersyarat dengan rekomendasi yang

[r]

(7) Pelaksanaan pengambil-alihan penyelenggaraan jalan khusus menjadi jalan umum oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan ayat

Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia 180.. Analisis Konstanta

Artikel hasil pemikiran dengan Judul : peningkatan Kualitas pendidikan Melalui penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi.. Artikel hasil pemikiran dengan Judul : Metode wawancara

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 162