• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI TARI SERAMPANG DUA BELAS PADA SUKU MELAYU DI KAMPUNG JUANI KELURAHAN SIMPANG TIGA PEKAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI TARI SERAMPANG DUA BELAS PADA SUKU MELAYU DI KAMPUNG JUANI KELURAHAN SIMPANG TIGA PEKAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI TARI SERAMPANG DUA BELAS PADA SUKU

MELAYU DI KAMPUNG JUANI KELURAHAN SIMPANG

TIGA PEKAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: PURNAMA SARI

NIM. 3133122038

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Purnama Sari, Nim. 3133122038. Tahun 2017. Judul Skripsi: Eksistensi Tari Serampang Dua Belas Pada Suku Melayu Di Kampung Juani Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Serdang Bedagai. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi tari Serampang Dua Belas, pewarisan tari Serampang Dua Belas serta perubahan yang terjadi setelah masuknya tari modern di Kelurahan Simpang Tiga Pekan, Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan melakukan pengamatan yang tidak berpartisipasi observasi non partisipasi

(Observation non participant),wawancara dan dokumentasi. Untuk memperdalam

informasi mengenai tari Serampang Dua Belas selain penelitian lapangan, peneliti juga mencari informasi yang relevan dengan melakukan studi pustaka yang bersumber dari jurnal, internet, dan buku-buku pendukung. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dijelaskan bahwa: Tari Serampang Dua Belas merupakan jenis tari tradisional yang dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan. Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan yang gesit dengan tempo yang cepat. Tarian dengan gerakan tercepat yang terdiri dari 12 (dua belas) gerakan. Pewarisan nilai budaya melalui pertunjukan tari Serampang Dua Belas dapat semakin berkembang, maju dan eksistensinya tetap terjaga dari masa kemasa. Eksistensi tari Serampang Dua Belas dapat kita lihat dari aspek sosial budaya, pewarisan (enkulturasi) dan fungsi. Jika dilihat dari aspek sosial budaya tari ini terus berkembang dan menjadi bagian yang penting dalam masyarakat karena dalam tari ini mengandung banyak nilai-nilai serta norma bagi kehidupan suku Melayu. Bentuk perubahan yang terjadi pada tari Serampang Dua Belas setelah masuknya tari modern hanyalah terletak pada penginspirasian dalam penggunaan alat musik modern, walaupun dengan masuknya tari modern membuat para generasi penerus tari Serampang Dua Belas tertarik mempelajarinya. Namun, mereka tetap menjaga dan melestarian tari Tradisional tersebut.Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Serampang Dua belas tetap eksis dan dijaga kelestariannya serta diwariskan (enkulturasi) melalui keluarga, sanggar dan festival. Walaupun banyak tari modern yang masuk dan menarik minat para generasi muda tidak membuat para mereka melupakan dan mengabaikan tari Serampang Dua Belas. Namun perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah terhadap tari Serampang Dua Belas yang terlihat dari kurangnya fasilitas seperti sanggar, kostum tari dan pelatih profesional.

(6)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil’alamin. Penulis mengucapkan segala

puji syukur kepada Allah SWT Tuhan yang Maha Esa. Atas izin, rahmat,

petunjuk, serta sang maha pemberi kemudahan-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul : EKSISTENSI TARI SERAMPANG

DUA BELAS PADA SUKU MELAYU DI KAMPUNG JUANI KELURAHAN SIMPANG TIGA, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. Shalawat beserta salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga dan para sahabat, semoga mendapatkan syafaat di yaumil

akhir kelak. Amiin ya robbal alamin.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Selama penyusunan skripsi ini penulis

banyak mendapatkan ilmu yang bermanfaat, mendapatkan semangat, motivasi,

bimbingan, dan peran serta dari berbagai pihak dalam penulisan ini. Oleh

karenanya, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

Antropologi sekaligus dosen pembimbing skripsi, yang sangat membantu

(7)

ii

memberikan arahan serta bimbingan dalam penyempurnaan penulisan

skripsi ini.

4. Ibu Noviy Hasanah, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik yang

memberikan berbagai motivasi kepada penulis serta memberikan berbagai

kemudahan dalam menyelesaikan berbagai segala urusan perkuliahan yang

berdampak positif bagi penulis.

5. Drs.Payerli Pasaribu, M.Si, Dr. Ratih Baiduri M,Si dan Drs Waston Malau,

MSP selaku Dosen penguji telah bersedia memberi masukan atau arahan

yang bermanfaat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen-dosen Pendidikan Antropologi, terima kasih atas ilmu,

bimbingan, nasehat serta motivasi yang kalian berikan selama penulis duduk

di bangku perkuliahan hingga selesai, Semoga ilmu yang kalian ajarkan bisa

bermanfaat dan diamalkanbagi penulis.

7. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Husinsyah dan Ibunda Kartinah.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada ayah dan Ibu yang

selama ini selalu mendo’akan dan memberi dukungan kepada penulis, baik

berupa moril dan materil sehingga dapat menghantarkan penulis mencapai

gelar sarjana.

8. Kepada kedua saudara kandung penulis, Leni andini dan Nursavera

terimakasih penulis haturkan atas segala doa dan dukungannya. Terima

kasih atas semua bantuan yang kalian berikan baik materi, dukungan,

(8)

iii

9. Kepada Bapak Akhiruddin Sauti dan Nasri Effas selaku informan kunci

penulis dan para Informan lainnya Bapak Hasanuddin, Ibu Rosita, Nella

Rafika, Ferdi, Nindi Rafika, Bapak Saleh dan Bapak M. Nurdin S.H

sebagai Lurah di Simpang Tiga Pekan yang banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan penelitian hingga selesai.

10. Kepada seluruh kerabat Mahasiswa Pendidikan Antropologi Unimed

terkhusus kepada temen sekelas yaitu kelas B reguler dan teman

seperjuangan ketika PPL yaitu Camelia Aritonang, Muhammad Fadli, Bohal

Dominicus Situmorang, Sofian dan Gusti Marpaung.

11. Kepada Arif Musyarifin Piliang, seorang yang selalu bersedia

mengantarkan, menemani serta membantu penulis ketika penelitian. Selalu

memberikan dukungan, doa dan motivasi serta selalu mengingatkan untuk

segera menyelesaikan skripsi sehingga penulis semangat dalam penulisan

ini.

12. Kepada kakanda Ayu Febriyani,M.Si yang selalu ringan tangan membantu

penulis dalam melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan untuk

memperoleh gelar sarjana hingga selesai.

13. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, Staf dan Pegawai

SMA Swasta Budi Agung Medan terkhusus kepada kedua guru pamong

kami yaitu Khania Puspita Lestari S.Pd dan Lailan Nazlah S.Pd,

Siswa/Siswi kelas SMA Budi Agung Medan Semoga Allah SWT membalas

segala kebaikan yang telah diberikan dan semoga segala kerja keras dalam

(9)

iv

menyadari bahwa masih terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk penyempurnaan

penulisan. Semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Amin..Amin Ya Robbal’alamin

Medan, 11 Januari 2017

Penulis

(10)

i

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 6

1.3.Pembatasan Masalah ... 7

1.4.Rumusan Masalah ... 7

1.5.Tujuan Penelitian ... 7

1.6.Manfaat Penelitian ... 8

1.6.1. ManfaatTeoritis ... 8

1.6.2. ManfaatPraktis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ... 9

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1.Teori Perubahan Sosial Budaya ... 12

2.2.2. Teori Enkulturasi ... 15

2.3 Kerangka Berfikir ... 17

(11)

ii

2.4.1. Pengertian Eksistensi ... 19

2.4.2. Tari Serampang Dua Belas ... 20

2.4.3. Suku Melayu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2. Lokasi Penelitian ... 25

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 26

3.3.1. Subjek Penelitian ... 26

3.3.2. Objek Penelitian ... 26

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.4.1. Observasi ... 28

3.4.2.Wawancara ... 28

3.4.3. Dokumentasi ... 29

3.5.Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

4.1.1 Keadaan Demografi Lokasi Penelitian ... 32

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 35

4.1.2.1. Sarana dan Prasarana... 35

4.1.2.2 Suku Bangsa ... 36

4.1.2.3 Bahasa ... 37

4.1.2.4 Pendidikan ... 37

(12)

iii

4.1.3.6 Mata Pencaharian ... 38

4.1.3.7. Sosial Budaya ... 39

4.2 Sejarah Serampang Dua Belas ... 40

4.3 Eksistensi Serampang Dua Belas... 44

4.3.1 Eksistensi Serampang Dua Belas dilihat dari aspek Sosial Budaya ... 44

4.3.2 Eksistensi Serampang Dua Belas dilihat dari aspek Sistem Pewarisan ... 48

4.3.3 Eksistensi Serampang Dua Belas dilihat dari aspek Fungsi .. 66

4.4 Bentuk Perubahan Setelah Masuk Tari Modern ... 68

4.4.1 Tari Serampang Dua Belas Sebelum masuknya tari Moden .... 68

4.4.2 Tari Serampang Dua Belas Setelah masuknya tari Modern ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 80

(13)

i

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

Perbaungan Tahun 2008 ... 34

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Simpang Tiga Pekan

Kecamatan Perbaungan ... 36

(14)

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Berpiki ... 17

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Serdang Bedagai ... 32

Gambar 4.2 Penghargaan yang pernah diterima Sauti ... 42

Gambar 4.3 Penarri Festival Serampang Dua Belas ... 46

Gambar 4.4 Siswa Menarikan Serampang Dua Belas ... 47

Gambar 4.5 Penerimaan penghargaan oleh Bupati ... 54

Gambar 4.6 Gerakan Pertemuan Pertama ... 56

Gambar 4.7 Gerakan Cinta Meresap ... 57

Gambar 4.8 Gerakan Memendam Cinta... 58

Gambar 4.9 Gerakan Menggila Mabuk Kepayang ... 59

Gambar 4.10 Gerakan Isyarat Tanda Cinta ... 60

Gambar 4.11 Gerakan Balasan Isyarat ... 60

Gambar 4.12 Gerakan Menduga ... 61

Gambar 4.13 Gerakan Masih Belum Percaya ... 62

Gambar 4.14 Gerakan Jawaban... 62

Gambar 4.15 Gerakan Pinang Meminang ... 63

Gambar 4.16 Gerakan Mengantar pengantin ... 64

Gambar 4.17 Gerakan Pertemuan Kasih ... 64

Gambar 4.18 Gerakan pernikahan... 65

Gambar 4.19 Gambar Gendang Warisan Sauti ... 70

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya.

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di

seluruh daerah di Indonesia. Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis

dengan Batak, Nias, Jawa, Minang, Aceh dan Melayu sebagai penduduk di daerah

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

Sumatera Utara. Bentuk ciri khas kebudayaan setiap daerah di wujudkan dengan

tari khas kebudayaan masing-masing setiap daerah. Dengan musik dan gerak

menciptakan sebuah tarian yang menceritakan kekayaan dan keanekaragaman

bangsa Indonesia,seperti tari Serampang Dua Belas milik suku Melayu salah

satunya.

Suku Melayu mendiami Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Kota

Medan, yang berada di propinsi Sumatera Utara. Suku Melayu Deli tinggal di

daerah pesisir dan juga pinggiran sungai Deli dan Labuhan. Mereka tersebar di

berbagai tempat di pinggiran kota. Suku Melayu Deli terkenal dengan seninya

baik seni berpantun, teater dan seni tari. Salah satu tarian yang sangat terkenal

bagi suku Melayu adalah tari Serampang Dua Belas.

Tari Serampang Dua Belas adalah salah satu karya seni budaya

kebanggaan suku Melayu. Tari Serampang Dua Belas adalah tarian yang berkisah

tentang cinta suci dua anak manusia yang muncul sejak pandangan pertama

dan diakhiri dengan pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua sang dara.

(16)

2

2

Oleh karena menceritakan proses bertemunya dua hati tersebut, maka

tarian ini biasanya dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan.

Tari Serampang Dua Belas pada awalnya berkembang di bawah

Kesultanan Serdang di Kabupaten Serdang Bedagai (dahulu Kabupaten Deli

Serdang), yang digubah dan diperkenalkan oleh Sauti bin Tatih. Tari ini pertama

kali diperkenalkan kepada khalayak pada tanggal 9 April 1938, dalam rangka

penggelaran Muziek en Toneel Vereeniging Andalas, bertempat di Grand Hotel.

Pemimpin rombongan tari Serampang Dua Belas ini adalah Madong Lubis,

dengan penarinya adalah Sauti bin Tatih, O.K Adram dan dua wanita pasangan

mereka. (Takari dan Dja‟far, 2014: 95).

Tari Serampang Dua Belas dijadikan sebagai salah satu Warisan Budaya

Nasional Tidak Benda (WBTB) pada November tahun 2014 oleh direktorat

jenderal kebudayaan. Hal ini sesungguhnya harus dibarengi dengan respon untuk

melestarikan seni budaya tersebut. Tujuannya agar eksistensi dari kebudayaan ini

dapat terus lestari di kehidupan masyarakat yang menjunjungnya. Kita menyadari

betul manusia sebagai makhluk sosial pasti akan melakukan perubahan. Tari

Serampang Dua Belas juga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan

zaman pada masyarakat tersebut, seperti masuknya pengaruh tarian-tarian

modern.

Masyarakat merupakan makhluk sosial yang saling berhubungan baik

dalam komunitasnya maupun diluar komunitasnya. Hal tersebut menyebabkan

tidak mustahilnya terjadi perubahan. Perubahan ini terjadi di semua masyarakat

(17)

3

dikatakan sebagai masyarakat modern. Walaupun perubahan-perubahan yang

dialami oleh tiap masyarakat itu tidak sama, akan tetapi perubahan tersebut pasti

mempengaruhi eksistensi dari suatu produk kebudayaan yang dihasilkan oleh

masyarakat tersebut. Apakah produk kebudayaan tersebut mengalami kemajuan

atau malah mengalami kemunduran. Termasuk dalam hal ini adalah produk seni

budaya asal Serdang Bedagai, Tari Serampang Dua Belas.

Saat ini Tari Serampang Dua Belas sudah dikenal secara luas oleh

masyarakat Indonesia maupun dunia. Bahkan saat ini Serampang Dua Belas telah

ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya nasional. Dengan dijadikannya Tari

Serampang Dua Belas sebagai kebudayaan nasional, maka Serampang Dua Belas

dipandang memiliki fungsi-fungsi tidak lagi hanya menjadi kebanggaan suku

Melayu, melainkan telah menjadi suatu kebanggaan bagi seluruh masyarakat

Indonesia. Bahkan label budaya nasional yang disandang Serampang Dua Belas

tersebut juga mengartikan bahwa makna-makna yang terdapat dalam Tari

Serampang Dua Belas tidak hanya tentang nilai-nilai kehidupan suku Melayu,

melainkan juga bermakna tentang nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.

Nilai-nilai tersebut adalah tentang pergaulan sosial, khususnya tentang kisah cinta

sepasang manusia yang dimulai dari perkenalan hingga diikat oleh tali

pernikahan.

Tari Serampang Dua Belas juga merupakan jenis tarian pergaulan pada

tradisi Melayu yang menyisipkan pesan-pesan moral tentang perjalanan cinta

sepasang muda-mudi dalam mencari jodoh untuk membangun mahligai rumah

(18)

4

Inilah salah satu cara masyarakat Melayu pada zaman dahulu mengajarkan

tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga Tari Serampang Dua

Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk mempelajari proses yang

akan dilalui nantinya jika ingin membangun mahligai rumah tangga. Tarian ini

biasa dijadikan sebuah nasehat bagi muda-mudi. Gerakan-gerakan dalam

Serampang Dua Belas menggambarkan keseluruhan ciri dari pergaulan antara

muda mudi yang saling mencintai dari mulai perjumpaan hingga menikah yang

nampak seperti kenyataannya.

Gerakan tari diambil sebagai pokok-pokok yang dapat menggambarkan

tentang prosesi mulai dari pertemuan hingga diakhiri pernikahan. Dari tampilan

gerakan tarian ini dapat terbaca sebuah stereo type gerakan antara pria dan wanita.

Yaitu gerakan dan pakem yang berbeda walaupun secara keseluruhan maknanya

sama. Gerakan wanita lebih hati-hati dan malu-malu sedangkan gerakan pria lebih

berani dan agresif. Sebagai karya seni, penari yang membawakan tarian ini secara

tepat dan benar akan mempengaruhi emosional penonton. Selain itu sebagai

simbol-simbol yang dapat dibaca bahwa itu merupakan „laki-laki‟ dan itu

merupakan „perempuan‟. Terutama pada kebudayaan Melayu pada saat itu yang

adat dan pergaulannya demikian. Namun pada saat sekarang ini tari serampang

Dua Belas tetap lestari dan diwariskan namun hanya sekedar seremonial saja

sebagai hiburan.

Takari dan Dja‟far (2014: 97) menjelaskan bahwa Serampang Dua Belas

oleh Sauti bin Tatih memang diciptakan untuk diterima oleh segenap bangsa

(19)

5

unsur-unsur seni tari dan musik kawasan nusantara dan juga kebudayaan dunia.

Tari dan musik ini diharapkan akan mampu menjadi pemersatu bangsa, sebagai

sarana hiburan dan pergaulan sosial, diterima oleh sebagian besar kolektif bangsa

Indonesia.

Tari Serampang Dua Belas dalam perkembangannya masih terus

dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi juga

sering ditampilkan disetiap pertunjukannya, baik dalam segi pengiring, maupun

kostum yang digunakan. Hal ini tentu dilakukan agar terlihat menarik, namun

tidak meninggalkan ciri khas dan keasliannya. Sebagai salah satu icon kesenian

tradisional di Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Tari Serampang Dua belas masih

sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu, perayaan hari

besar dan upacara adat lainnya yang diselenggarakan. Selain itu tarian ini juga

sering ditampilkan di berbagai acara budaya, seperti pertunjukan seni, festival

budaya, dan promosi pariwisata, baik di tingkat daerah, dalam negeri, maupun

mancanegara. Selain itu pelestarian dilakukan melalui kelurga secara turun

temurun sebagai upaya untuk menjaga eksistensi tari Serampang Dua Belas, hal

itu terlihat dari suku Melayu yang berada di Kampung Juani ini masih terus

mempelajari dan melestarikan seni tari tersebut. Selain itu terlihat dengan

berdirinya sanggar tari khusus mempelajari tari Serampang Dua Belas. Fenomena

tari Serampang Dua Belas merupakan identitas suku Melayu yang menjadi

kebanggaan bagi suku Melayu di kampung Juani khususnya dan seluruh suku

Melayu dimanapun. Hal ini terlihat dalam menarikan dan mengikuti

(20)

6

tarian-tarian modern yang diakibatkan oleh kemajuan tekhnologi dikhawatirkan

dapat menyebabkan turunnya minat suku Melayu untuk mempelajari tarian

tradisional yang dianggap kuno dan tidak modern.

Pengaruh kemajuan tekhnologi dengan masuknya tari modern

menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi budaya daerah, seperti

penurunan rasa cinta terhadap budaya sendiri, erosi nilai-nilai budaya, serta

terjadinya akulturasi budaya yang kemudian bertransformasi menjadi budaya

massa yang menyebabkan budaya lokal terkikis dan dilupakan keasliannya karena

berbagai persepsi, sehingga warisan budaya yang merupakan wujud dari identitas

budaya menjadi tergerus dan disangsikan punah. Berdasarkan uraian diatas,

penulis tertarik untuk mengangkat tentang “ Eksistensi Tari Serampang Dua Belas

pada Suku Melayu di Kampung Juani Kelurahan Simpang Tiga Pekan,

Kabupaten Serdang Bedagai.”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Eksistensi tari serampang Dua Belas di Kampung Juani .

2. Perubahan yang terjadi setelah masuknya tarian modern dalam

mempertahankan tari serampang Dua Belas di Kampung Juani.

3. Minat mempelajari Tari Serampang Dua Belas menurun dengan masuknya

(21)

7

4. Upaya yang dilakukan suku Melayu untuk melestarikan serampang Dua

Belas.

5. Maraknya tarian Modern akibat masuknya pengaruh Tekhnologi.

1.3Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dilapangan, peneliti perlu memberi

batasan terhadap masalah yang akan dibahas agar penelitian yang dilakukan bisa

terarah, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada “Eksistensi Tari

Serampang Dua Belas dan Perubahan yang terjadi setelah masuknya tarian

modern dalam mempertahankan tari serampang Dua Belas di Kampung Juani.

1.4Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana eksistensi tari Serampang Dua Belas pada suku Melayu di

Kampung Juani?

2. Bagaimana perubahan yang terjadi setelah masuknya tarian modern dalam

mempertahankan tari Serampang Dua Belas di Kampung Juani?

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan eksistensi tari serampang Dua

Belas Di Kampung Juani Kelurahan Simpang Tiga pekan Kabupaten

Serdang Bedagai.

2. Untuk Mengetahui dan mendeskripsikan perubahan yang terjadi setelah

masuknya tarian modern dalam mempertahankan tari Serampang Dua

(22)

8

1.5.2 Manfaat Penelitian

 Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah bermanfaat untuk para pembaca

dan peneliti serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara umum

dan khususnya Ilmu Antropologi Seni.

 Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan

pengetahuan yang mendalam kepada peneliti dan memberikan pengertian

kepada masyarakat bahwa suatu kebudayaan itu sangat penting untuk

(23)

78

78 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “ Eksistensi Tari

Serampang Dua Belas pada suku Melayu di Kampung Juani Kelurahan Simpang

Tiga Pekan, Kabupaten Serdang Bedagai”, dapat dikemukakan kesimpualan dan

saran sebagai berikut:

1.1Kesimpulan

1) Salah satu hasil kebudayaan suku Melayu yang terkenal di Kabupaten

Serdang Bedagai adalah tari Serampang Dua Belas di Kampung Juani

Kelurahan Simpang Tiga Pekan. Tari Serampang Dua Belas merupakan

jenis tari tradisional yang dimainkan sebagai tari pergaulan yang

mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda dalam mencari

jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan.

Kesenian ini merupakan salah satu cara masyarkat Suku Melayu dalam

mengajarkan tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga

Tari Serampang Dua Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk

mempelajari proses yang akan dilalui nantinya jika ingin membangun

mahligai rumah tangga.

2) Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan yang gesit dengan tempo

yang cepat. Tarian dengan gerakan tercepat yang terdiri dari 12 (dua belas)

gerakan yaitu dari pertemuan pertama, meresapnya cinta, cinta terpendam,

(24)

79

percaya, jawaban, acara pinang-meminang, pengantaran pengantin, dan

pertemuan kasih (pernikahan).

3) Pewarisan nilai budaya melalui pertunjukan tari serampang Dua Belas

dapat semakin berkembang, maju dan eksistensinya tetap terjaga dari masa

kemasa. Tari Serampang Dua Belas adalah tarian yang berkisah tentang

cinta suci dua anak manusia yang muncul sejak pandangan pertama

dan diakhiri dengan pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua sang

dara dan teruna. Nilai dan norma yang dapat dipetik dari tarian ini adalah

tentang kesopanan dalam pergaulan. Kesopanan yang dimaksud di sini

adalah, kesopanan bagi orang-orang Melayu khususnya gadis-gadis

Melayu yang tercermin dari gerakan pada Tari Serampang Dua Belas yang

tidak boleh dilakukan dengan lenggokkan yang salah, senyum yang salah,

mata dengan lirikan yang tepat dan kepala yang tidak boleh mendongak ke

atas. Nilai dan norma tersebut secara tidak langsung berisi aturan dalam

masyarakat Melayu tentang cara-cara atau tahap-tahap bergaul.

4) Eksistensi tari Serampang Dua Belas dapat kita lihat dari aspek sosial

budaya, pewarisan(enkulturasi), dan fungsi. Jika dilihat dari aspek sosial

budaya tari ini terus berkembang dan menjadi bagian yang penting dalam

masyarakat karena dalam tari ini mengandung banyak nilai-nilai serta

norma bagi kehidupan suku Melayu. kemudian dilihat dari

pewarisan(enkulturasi) tari ini terus eksis dengan mewariskannya melalui

(25)

80

ini berfungsi untuk pengembangan fungsi edukatif maupun hiburan bagi

masyarakat.

5) Bentuk perubahan yang terjadi pada tari Serampang Dua Belas setelah

masuknya tari modern hanyalah terletak pada penginspirasian dalam

penggunaan alat musik modern, walaupun dengan masuknya tari modern

membuat para generasi penerus tari Serampang Dua Belas tertarik

mempelajarinya namun, tidak lantas membuat mereka tidak menjaga dan

melestarian tari Tradisional mereka.

1.2Saran

Menginagat betapa pentingnya melestarikan dan menjaga esksistensin dari

tari Serampang Dua Belas sebagai pewarisan nilai budaya pada suku melayu,

maka beberapa saran yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Memasukkan Tari Serampang Dua Belas sebagai salah satu pelajaran

Muatan Lokal. Sehingga anak-anak sejak dini sudah mengetahui tentang

sejarah dan nilai-nilai yang terkandung dalam tarian Serampang Dua

Belas.

2. Perlunya perhatian pemerintah terhadap tari Serampang Dua Belas yang

terlihat dari kurangnya fasilitas pemerintah seperti Sanggar Tari, Pelatih

professional, hal itu dikarenakan tidak adanya bantuan anggaran dana dari

pemerintah.

3. Memfasilitasi para pemerhati dan pecinta tari Serampang Dua Belas dari

berbagai daerah serta dukungan untuk membuat sanggar tari yang dibiayai

(26)

81

81

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 2007. Analisis Eksistensi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Abror, Abdurrahman. 2009. Pantun Melayu, Titik Temu Islam dan Budaya

Lokal Nusantara. Yogyakarta: LKiS.

Hadiwardoyo Purwa, 1990, Moral dan Masalahnya, Kanisius. Yogyakarta:Hajat,

Abdul. 1987. Ensiklopedi Musik dan Tari Propinsi Daerah istimewa Aceh.

Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan.

Hariyanto.1992. Lagu Pulau Sari dalam Konteks Tari Serampang Dua Belas.

Medan.

Haviland,William.A.1985. Antropologi edisi keempat . Jakarta : Erlangga.

Hendopuspito, 1983, Sosiologi Agama, Jakarta: Kanisius.

Hendra,Purwanto, 2003, Teori-teori kebudayan. Yogyakarta : Paradigma

Heryanto, Ariel. Identitas dan Kenikmatan (Politik Budaya Layar Indonesia).

Jakarta: KPG Kepustakaan Populer Gramedia.

Ihromi, T.O 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Obor

Isjoni. 2007. Orang Melayu di Zaman yang Berubah. Yogyakarta: Pustaka .

Pelajar.

Jacky. M. 2015. Sosiologi (Konsep, Teori, Metode). Jakarta : Mitra Wacana

Media.

Jenks, Chris. 2013. Culture Studi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Koenjaraningrat. 2010. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

(27)

82

. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press.

. 1986. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.

. 1974. Kebudayaan, Mentaliteit dan Pembangunan. Jakarta :

Gramedia.

Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya

Narwoko, Suyanto. 2010. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:

Kencana.

Nazir. 2005. ‘Islam dan Budaya Melayu: Sinergi yang Mengukuhkan

Keindonesiaan’ dalam Komarudin Hidayat Ahmad Gaus Af. (ed),

Menjadi Indonesia: 13 Abad Eksistensi Islam di Bumi Nusantara.

Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal dan Mizan.

Purwanto, M. Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Saifuddin. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Satori. Korimah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Alfabeta.

Satria, Arif. 2015. Pengantar Sosiologi : Masyarakat Pesisir. Jakarta : Yayasan

Pustaka Obor Indnesiaubahan Sosial.

Sztompka,Piotr. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : PRENADA

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suwardi MS, 2008. Dari Melayu ke Indonesia: Peranan Kebudayaan Melayu

dalam Memperkokoh Identitas dan Jati Diri Bangsa. Yogyakarta:

(28)

83

Takari, Djafar. 2014. Ronggeng dan Serampang Dua Belas (Dalam Kajian Ilmu

Ilmu Seni). Medan : Usu Press.

Skripsi

Alviandi. 2016. KOMUNIKASI NONVERBAL TARIAN SERAMPANG DUA

BELAS (Studi Semiotika Mengenai Komunikasi Nonverbal Dalam

Tarian Serampang Dua Belas). Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Medan.

Sembing. 2010. Eksistensi pengobatan Tradidional Patah Tulang. Universitas

Negeri Medan. Skripsi Medan.

Yetno.2012. Eksistensi Seni Pertunjukkan Tradisional Kuda Lumping di desa

Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa.Universitas Negeri Medan.

(29)

84

Jurnal

WSI.“Tari Serampang XII perlu direvitalisasi”, Kompas, Selasa, 1 Juli 2008. Suradi. 2016. Bentuk komunikasi dalam menjalankan proses enkulturasi

budaya (Studi Pada Masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Pampang,

Kecamatan Samarinda Utara. Jurnal jurnal Ilmu Komunikasi FISIP UNMUL.

Sellyana, Lestari 2012. Eksistensi tari opak abang sebagai tari daerah kabupten

kendal. UNNES JOURNAL.

Internet

(Sumber online :

https://juliardibachtiar.wordpress.com/2011/03/30/enkulturasi-dan-sosialisasi/ diakses pada 8 Desember 2016).

Gambar

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu pemain dalam industri elektronik, PT. Max Top juga menghadapi beberapa pesaing potensial yang bermaksud akan mengikuti inovasi yang dilakukan

Untuk mengetahui lebih jauh, penulis akan melakukan penelitian lebih dalam mengenai bagaimanakah prosesi Tawasulan yang ada di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul?, dan sejauh

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data ada perbedaan pendapatan bersih antara usaha budidaya ikan bandeng non intensif dan intensif di Kecamatan Manyak Payed,

150 menit Kajian kepustakaan Presentasi, Diskusi Kelas, Pembelajara n Kerjasama Communication Skill, Collaborative, Creative thinking, Critical thinking, Problem solving2.

Mengacu pada latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) bagaimanakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SMA Kristen

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa edible coating dengan konsentrasi penambahan ekstrak teh hijau tertinggi (150 ml) dibanding aquades (0 ml) lebih efektif dalam

[r]

44 Ibu Siti Noor Hidayatin, S.Ag selaku guru kelas III mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran membaca Al qur’an dengan menggunakan kitab Sifaul Janan di MI NU