• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Spirogyra Sp. Dalam Memanfaatkan Nutrien Pada Media Yang Diperkaya Kalsium (Ca) Dengan Lama Penyinaran Yang Berbeda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Spirogyra Sp. Dalam Memanfaatkan Nutrien Pada Media Yang Diperkaya Kalsium (Ca) Dengan Lama Penyinaran Yang Berbeda."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN Spirogyra sp. DALAM MEMANFAATKAN

NUTRIEN PADA MEDIA YANG DIPERKAYA KALSIUM (Ca)

DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA

ANES FEBRIAWATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kemampuan Spirogyra sp. dalam Memanfaatkan Nutrien pada Media yang Diperkaya Kalsium (Ca) dengan Lama Penyinaran yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

ANES FEBRIAWATI. Kemampuan Spirogyra sp. dalam Memanfaatkan Nutrien pada Media yang Diperkaya Kalsium (Ca) dengan Lama Penyinaran yang Berbeda. Dibimbing oleh NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI dan INNA PUSPA AYU.

Pertumbuhan Spirogyra sp. dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien dan cahaya. N dan P merupakan nutrien esensial yang dibutuhkan oleh Spirogyra sp. untuk pertumbuhan, sedangkan kalsium dimanfaatkan untuk pembentukan dinding sel. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan Spirogyra sp. dalam memanfaatkan nutrien N dan P pada media yang diperkaya kalsium pada periode penyinaran yang berbeda. Kemampuan Spirogyra sp. dalam memanfaatkan nutrien ditentukan melalui perubahan konsentrasi nutrien pada media dan biomassa Spirogyra sp. Nutrien yang dianalisis berupa nitrat, nitrit, amonia (amonium), ortofosfat, dan kalsium. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan lama penyinaran (12 dan 24 jam) selama tujuh hari pengamatan. Pada penyinaran 12 jam tingkat penyerapan nutrien oleh Spirogyra sp. lebih tinggi dibandingkan pada penyinaran 24 jam, namun peningkatan biomassa tertinggi terjadi pada penyinaran 24 jam sebesar 73%. Berdasarkan uji regresi berganda diketahui bahwa pertumbuhan Spirogyra sp. lebih dipengaruhi oleh keberadaan N, baik untuk penyinaran 12 maupun 24 jam.

Kata kunci: cahaya, kalsium, nutrien, Spirogyra sp.

ABSTRACT

ANES FEBRIAWATI. The Nutrients Utilization of Spirogyra sp in Calcium Enriched Culture Media under Different Photoperiods. Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI and INNA PUSPA AYU

The growth Spirogyra sp. was influenced by the availability of nutrients and light. N and P are essential nutrients required for the growth of Spirogyra sp., while calcium is used for the formation of cell walls. The purpose of this study was to analyze the ability of Spirogyra sp. in utilizing nutrients N and P in calcium enriched culture media under different photoperiods. The ability of Spirogyra sp. to utilize the nutrients can be determined by the changes of nutrient concentrations in the media and the biomass Spirogyra sp. The nutrients were nitrate, nitrite, ammonia (ammonium), orthophosphate, and calcium. The treatments were different photoperiods of culture (12 and 24 hours) seven days of observation. The 12-hour than the 24-hour irradiation has higher rate of nutrients absorption, but the increase in biomass was highest on 24 hours exposure by 73%. Based on the multiple regression analysis, the growth of Spirogyra sp. was more influenced by the presence of N, both for 12 and 24 hours of irradiation.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

KEMAMPUAN Spirogyra sp. DALAM MEMANFAATKAN

NUTRIEN PADA MEDIA YANG DIPERKAYA KALSIUM (Ca)

DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA

ANES FEBRIAWATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kemampuan Spirogyra sp. dalam Memanfaatkan Nutrien pada Media yang Diperkaya Kalsium (Ca) dengan Lama Penyinaran yang Berbeda

Nama : Anes Febriawati NIM : C24110002

Disetujui oleh

Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi Pembimbing I

Inna Puspa Ayu, SPi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kemampuan Spirogyra sp. dalam Memanfaatkan Nutrien pada Media yang Diperkaya Kalsium (Ca) dengan Lama Peyinaran yang Berbeda. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

2. Beasiswa POM dan PPA BBM IPB yang telah memberikan bantuan biaya perkuliahan.

3. Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Nomor 128/ IT3.11/ LT/ 2014 dengan judul Eksplorasi Potensi Filamentus Mikroalgae sebagai Alternatif Sumberdaya Terbarukan yang telah memberikan bantuan dana penelitian.

4. Prof Dr Ir Ridwan Affandi selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan masukan selama penulis melaksanakan studi.

5. Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi selaku dosen pembimbing I dan Inna Puspa Ayu, SPi, MSi selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, maupun kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Dr Ir Hefni Effendi, M.Phil selaku penguji tamu Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

7. Ayah Satori, ibu Suparmiasih, adik Dio Bagus Setiawan dan Alisha Khanza Az-zahra, mbah Misnah, beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa.

8. Seluruh staf Laboratorium Riset Plankton (Kak Apri dan Tias), Biologi Mikro (Bu Siti, Mbak Aay, Mbak Dede, Kak Zulmi), Produktivitas Lingkungan (Proling), dan Oseanografi Umum, FPIK IPB.

9. Chronicle, GG, Cita, Irma, Mbak Oky, Bayu, Goran, Desi, Fitri, Ema, Daus, Mbak Novita, dan teman-teman MSP 48, 47, 46, 45, serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

Persentase perubahan nilai parameter kualitas air 5 Waktu penggandaan (doubling time) Spirogyra sp. 5

Rasio N dan P 6

Rancangan Acak Lengkap (RAL) in time 6

Uji wilayah berganda (Duncan) 8

Regresi berganda 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Suhu media kultur Spirogyra sp. 8

Cahaya 9

Pertumbuhan Spirogyra sp. 14

Hubungan antara nutrien dengan biomassa Spirogyra sp. 14

Pembahasan 15

KESIMPULAN 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter fisika, kimia, dan biologi 4

2 Tabel ANOVA 7

3 Tingkat laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (DT) 14 4 Persamaan regresi berganda nutrien dengan biomassa Spirogyra sp. 15

DAFTAR GAMBAR

1 Skema perumusan masalah kemampuan Spirogyra sp. dalam memanfaatkan nutrien pada media yang diperkaya kalsium (Ca) dengan

lama penyinaran yang berbeda 2

2 Rancangan penelitian 4

3 Suhu pada media kultur Spirogyra sp. selama penelitian 9

4 Nilai cahaya selama penelitian 9

5 Nilai pH pada media kultur Spirogyra sp. selama penelitian 10 6 Perubahan konsentrasi kalsium (Ca) awal dan akhir pada Spirogyra sp. 10 7 Perubahan konsentrasi kalsium (Ca) total pada Spirogyra sp. 11

8 Perubahan konsentrasi nitrat pada media 11

9 Perubahan konsentrasi nitrit pada media 12

10 Perubahan konsentrasi amonium pada media 13

11 Perubahan konsentrasi ortofosfat pada media 13

12 Perubahan bobot biomassa Spirogyra sp. 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rak penelitian 20

2 Perbandingan performa sel Spirogyra sp. 21

3 Perubahan warna media 21

4 Kandungan pupuk gandasil 22

5 Rumus perhitungan amonium 23

6 Rumus rasio molar N:P 23

7 RAL in time 24

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelas Chlorophyceae merupakan salah satu kelompok alga dari filum Chlorophyta yang sangat mudah ditemukan di perairan. Ciri umum dari kelas ini adalah berwarna hijau, uniseluler, berkoloni, atau membentuk filamen. Spirogyra sp. adalah salah satu jenis alga berfilamen dari kelas Chlorophyceae yang dapat ditemukan secara bebas di perairan tawar seperti, kolam, danau, parit atau selokan, serta aliran sungai kecil (Eshaq et al. 2010). Secara kasat mata, Spirogyra sp. berbentuk seperti helaian rambut halus berwarna hijau yang mengapung di perairan. Jika diamati secara detail menggunakan mikroskop, Spirogyra sp. memiliki kloroplas spiral. Ada perbedaan performa antara Spirogyra sp. yang muda dan tua. Spirogyra sp. muda warna tampak hijau terang, inti sel masih rapat, dan teratur, sedangkan Spirogyra sp. tua warna tampak hijau kehitaman, inti sel sudah merenggang, dan putus-putus.

Pertumbuhan Spirogyra sp. dipengaruhi oleh nutrien dan cahaya. McKernan dan Juliano (2001) menyatakan adanya korelasi antara penambahan nutrien dengan tingkat pertumbuhan mikroalga. Nutrien (khususnya nitrogen dan fosfor) mempengaruhi pertumbuhan alga. Nutrien menjadi faktor pembatas atas pertumbuhan mikroalga, khususnya nitrogen dan fosfat, jika hanya terdapat satu nutrien (nitrogen atau fosfor) yang tersedia, maka hal ini akan menghambat pertumbuhan mikroalga (Fried et al. 2003). Hasil penelitian Gallego et al. (2013) menyatakan bahwa Spirogyra africana dapat tumbuh dengan baik pada media dengan rasio N:P 8,5:1. Seperti halnya nutrien, cahaya juga diperlukan untuk proses fotosintesis. Ryther (1956) menyatakan bahwa interval intensitas cahaya yang dapat dimanfaatkan secara optimum oleh Chlorophyta adalah 500-750 foot-candles.

(12)

2

Perumusan Masalah

Cahaya dan nutrien merupakan faktor penting bagi pertumbuhan mikroalga, termasuk Spirogyra sp. Nutrien yang dibutuhkan oleh Spirogyra sp. salah satunya adalah kalsium. Kalsium memiliki dua peran penting dalam sel, yakni pada dinding sel dan membran sel. Pada dinding sel, kalsium berfungsi sebagai peran kunci dalam silang residu asam pektin, sedangkan pada sistem membran sel, kalsium yang rendah dapat meningkatkan permeabilitas membran plasma (Hepler 2005). Sama halnya dengan kalsium, nitrat, amonium, dan ortofosfat merupakan nutrien yang dapat dimanfaatkan langsung oleh mikroalga untuk proses pertumbuhan. Tingkat penyerapan alga terhadap nutrien, dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya ataupun lama penyinaran. Jika terjadi penurunan konsentrasi nutrien (N, P, Ca) pada media, maka diasumsikan nutrien tersebut diserap oleh Spirogyra sp. sehingga konsentrasi nutrien yang ada di dalam Spirogyra sp. meningkat. Pemberian nutrien dan intensitas cahaya yang sesuai dapat membantu pertumbuhan mikroalga secara optimum, sehingga hal ini diharapkan menjadi pemicu perubahan konsentrasi nutrien pada media, pertambahan bobot Spirogyra sp. dan peningkatan kandungan kalsium pada Spirogyra sp. Berikut merupakan skema perumusan masalah kemampuan Spirogyra sp. dalam memanfaatkan nutrien pada media yang diperkaya kalsium (Ca) dengan lama penyinaran yang berbeda (Gambar 1).

(13)

3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan Spirogyra sp. dalam memanfaatkan nutrien N dan P pada media yang diperkaya kalsium (Ca) pada periode penyinaran yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian kemampuan Spirogyra sp. dalam memanfaatkan nutrien pada media yang diperkaya kalsium dengan lama penyinaran yang berbeda dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2015 di Laboratorium Riset Plankton, Produktivitas Lingkungan (Proling) dan Biologi Mikro Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, serta Laboratorium Nutrisi Ikan 1, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pelaksanaan Penelitian

Komponen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spirogyra sp. Inokulan Spirogyra sp. didapatkan dari perairan umum sekitar Gunung Bunder. Pada tahap persiapan penelitian, inokulan tersebut dibersihkan dan kemudian dilakukan penumbuhan biomassa Spirogyra sp. dalam skala laboratorium. Penumbuhan biomassa dilakukan dengan memasukkan 3-5 g inokulan Spirogyra sp. pada beberapa unit toples yang masing-masing berisi 2 L air ditambah 0,2 mL pupuk gandasil D®. Penumbuhan biomassa Spirogyra sp. dilakukan selama tujuh hari dengan asumsi jumlah biomassa yang dibutuhkan untuk penelitian telah tercapai.

(14)

4

Gambar 2 Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) in time. RAL in time digunakan untuk mengetahui pengaruh antara perlakuan yang diberikan terhadap unit uji. Rancangan ini melibatkan waktu pengamatan terhadap satu objek dengan harapan mampu melihat perkembangan respon selama penelitian. Pada penelitian ini, rancangan tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh lama penyinaran yang diberikan terhadap biomassa Spirogyra sp. dan konsentrasi nitrat, nitrit, amonia, serta ortofosfat selama tujuh hari pengamatan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika terdiri dari suhu dan cahaya. Parameter kimia terdiri dari pH dan analisis nutrien. Parameter biologi terdiri dari perhitungan bobot dari Spirogyra sp. Pengukuran parameter dalam penelitian ini mengacu pada Eaton et al. (2005), disajikan pada Tabel 1.

Parameter yang diamati setiap hari selama 7 hari yakni suhu, pH, intensitas cahaya, dan penimbangan bobot Spirogyra sp. pada masing-masing penyinaran yang berbeda. Pengukuran suhu dan pH dilakukan pada saat lampu dinyalakan

Tabel 1 Parameter fisika, kimia, dan biologi

Parameter Satuan Metode/alat ukur

A. FISIKA

Suhu oC Termometer

Cahaya ft-cd Lux meter

B. KIMIA

pH - pH meter

Amonia (NH3-N) mg/L Phenate/Spektofotometer

Nitrit (NO2-N) mg/L Colorimetric/Spektofotometer

Nitrat (NO3-N) mg/L Brucine/Spektofotometer

Orthofosfat (PO43-) mg/L Ascorbic

acid/Spektrofotometer

Kalsium (Ca) mg/g Atomic absorbtion

spectroscopy/ AOAC

C. BIOLOGI

(15)

5 (20.30 WIB) dan dimatikan (08.30 WIB). Penimbangan bobot biomassa dilakukan setiap hari. Sebelum dilakukan penimbangan, Spirogyra sp. disaring menggunakan kain, kemudian dikeringkan dengan tissue selama ± 3 menit.

Parameter lainnya, yakni kalsium (Ca) dan nutrien (nitrat, nitrit, amonia, dan ortofosfat) dianalisis pada waktu tertentu. Analisis kandungan kalsium (Ca) pada Spirogyra sp. dilakukan pada awal (H0) dan akhir pengamatan (H7). Analisis kalsium dilakukan pada Spirogyra sp. untuk memastikan bahwa kalsium dimanfaatkan oleh Spirogyra sp. Analisis nutrien pada media dilakukan pada H0, H3, dan H7 pengamatan untuk masing-masing penyinaran yang berbeda. Yoon et al. (2009) menyatakan bahwa hampir semua tumbuhan mulai mengalami konjugasi pada hari kedua setelah dibawa ke laboratorium. Analisis nutrien dilakukan pada H3 dengan asumsi Spirogyra sp. telah mengalami konjugasi lebih banyak daripada hari sebelumnya pada media. Analisis nutrien dilakukan terhadap media air, karena proses analisis yang lebih mudah dilakukan di air dibandingkan pada Spirogyra sp. Analisis nutrien tersebut bertujuan menentukan kemampuan Spirogyra sp. dalam memanfaatkan nutrien N dan P pada media yang diperkaya kalsium (Ca) dengan periode penyinaran yang berbeda.

Analisis Data

Persentase perubahan nilai parameter kualitas air

Persentase perubahan nilai parameter kualitas air dihitung untuk mengetahui besarnya perubahan yang terjadi dari beberapa parameter kualitas air pada saat awal hingga akhir pegamatan. Persentase perubahan nilai parameter kualitas air dapat dihitung dengan rumus yang mengacu pada Arifin (2000) sebagai berikut.

%Penurunan = × 100% dan %Peningkatan = × 100% Keterangan:

a : nilai awal parameter b : nilai akhir parameter

Waktu penggandaan (doubling time) Spirogyra sp.

(16)

6

Keterangan :

Relative Growth Rate (RGR) : pertumbuhan spesifik harian (g/hari)

W0 : bobot basah awal (g)

Wt : bobot basah akhir (g)

tx-t0 : waktu (hari)

Doubling Time (DT) : waktu penggandaan biomassa (hari)

Rasio N dan P

Alga memanfaatkan nutrien N dan P dalam rasio tertentu. Rasio N dan P merupakan perbandingan kondisi nutrien N dan P yang ada dalam media yang dapat menjadi indikator kecukupan nutrien bagi pertumbuhan alga. Rasio optimum adalah kondisi dimana dalam suatu media atau perairan terdapat kedua nutrien sehingga tidak membatasi pertumbuhan alga (Rhee dan Gotham 1980). Dalam penelitian ini rasio N dan P dinyatakan dalam bentuk molar.

Rancangan Acak Lengkap (RAL) in time

Uji ANOVA Rancangan Acak Lengkap (RAL) in time digunakan untuk mengetahui pengaruh antara perlakuan yang diberikan terhadap unit uji dengan melibatkan waktu pengamatan terhadap satu objek. Pada penelitian ini dilakukan dua uji ANOVA RAL in time, yakni uji ANOVA terhadap nilai nutrien yang dimanfaatkan oleh Spirogyra sp. dan peningkatan biomassa. RAL in time disajikan dalam bentuk model dan tabel ANOVA (Tabel 2) seperti berikut.

Yijk = μ + αi + ij + ωk + γjk+ αωik + ik

Keterangan

Yijk : nilai parameter berupa biomassa atau nutrien μ : nilai rata-rata biomassa atau nutrien

αi : pengaruh perlakuan penyinaran ke-i δij : komponen acak perlakuan penyinaran

ωk : pengaruh waktu pengamatan ke-k, k= 0,1,2,3,…,7 γjk : komponen acak waktu pengamatan

(17)

7 Tabel 2 Tabel ANOVA

Sumber : modifikasi Mattjik dan Sumertajaya (2002). Hipotesis 1 (ANOVA untuk kandungan nutrien) :

H0 : µ1 = µ2 = µ3; penambahan kalsium (Ca) dengan konsentrasi yang sama pada media terhadap Spirogyra sp. pada lama penyinaran yang berbeda tidak memberikan perbedaan nilai nutrien yang dimanfaatkan oleh Spirogyra sp.

H1 : setidaknya ada satu yang berbeda dari hasil nilai nutrien

yang dimanfaatkan oleh Spirogyra sp. pada lama penyinaran yang berbeda.

Kesimpulan

Berdasarkan hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa, jika Fhitung<Ftabel maka lama penyinaran yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap nilai nutrien yang dimanfaatkan oleh Spirogyra sp. Jika Fhitung>Ftabel maka dapat disimpulkan lama penyinaran yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai nutrien yang dimanfaatkan oleh Spirogyra sp. Hipotesis 2 (ANOVA untuk peningkatan biomassa)

H0 : µ1 = µ2 = µ3; penambahan kalsium (Ca) dengan konsentrasi yang sama pada media terhadap Spirogyra sp. pada lama penyinaran yang berbeda tidak memberikan peningkatan biomassa yang berbeda

H1 :

Kesimpulan

Berdasarkan hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa, jika Fhitung<Ftabel maka lama penyinaran yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap peningkatan biomassa Spirogyra sp. Jika Fhitung>Ftabel maka dapat disimpulkan lama penyinaran yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap peningkatan biomassa Spirogyra sp. Kemudian jika keduanya atau salah satu hipotesis di atas mendapatkan hasil Fhitung>Ftabel, maka harus dilakukan uji lanjut melalui uji duncan.

Perlakuan*Waktu (a-1)(b-1) JKAB KTI

Galat Perlakuan (a) a(r-1) JKG (a) KGI (a) KTAI/KTG (a) Galat Waktu (b) (ab-b)(r-1) JKG (b) KTG (b)

Total abr-1 JKT

(18)

8

Uji wilayah berganda (Duncan)

Uji Duncan dapat dilakukan dengan selang kepercayaan 95%. Jika minimal ada satu perlakuan dan/atau waktu pengamatan, yang berpengaruh nyata, maka dapat dilakukan uji lanjut untuk menentukan perlakuan dan/atau waktu pengamatan mana yang berpengaruh terhadap unit uji (Mattjik dan Sumertajaya 2002). Kolom yang sama menunjukkan pengelompokan kesamaan karakteristik yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berpengaruh. Dengan demikian dapat diketahui lama penyinaran mana yang memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi nutrien dan bobot biomassa Spirogyra sp.

Regresi berganda

Uji regresi berganda dilakukan untuk menduga perubahan biomassa Spirogyra sp. yang dipengaruhi oleh kandungan nutrien (nitrat, nitrit, amonia, dan ortofosfat). Regresi berganda merupakan pendugaan atau peramalan nilai peubah tak bebas Y berdasarkan hasil pengukuran pada beberapa peubah bebas x1, x2, …, xn. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

ln Y = b0 + ln b1x1 + ln b2x2 Keterangan :

ln Y : perubahan biomassa alga filamen Spirogyra sp. b1 : koefisien regresi nitrogen

b2 : koefisien regresi fosfat

(19)

9 hasil pengukuran suhu media pada penelitian ini masih termasuk kedalam kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan Spirogyra sp. yakni 20,0-25,0°C (Berry dan Lembi 2000).

Gambar 3 Suhu pada media kultur Spirogyra sp. selama penelitian

Cahaya

Pertumbuhan mikroalga dipengaruhi oleh tiga faktor penting yakni suhu, cahaya, dan tingkat nutrien seperti nitrogen dan fosfor, namun dari ketiga faktor tersebut keberadaan cahaya jauh lebih penting karena secara langsung mempengaruhi proses fotosintesis (Falkowski et al. 1985). Cahaya memiliki dua fungsi utama di perairan yakni memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas), dan kedua merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis alga dan tumbuhan air (Wells et al. 1999). Cahaya pada penelitian ini berkisar 559,36-669,02 ft-cd untuk perlakuan penyinaran 12 jam, dan 656,33-717,92 ft-cd untuk penyinaran 24 jam (Gambar 4). Hasil ini masih sesuai dengan interval intensitas cahaya yang dapat dimanfaatkan secara optimum oleh Chlorophyta 500-750 ft-cd (Ryther 1956).

(20)

10

pH media kultur Spirogyra sp.

Variasi pH disebabkan adanya aktifitas biologis pada lingkungan perairan, dimana pH berpengaruh terhadap kinerja enzim dalam metabolisme sel (Isnadina dan Hermana 2013). Pada perlakuan penyinaran 24 jam, nilai pH berkisar 7,13-8,03. Pada perlakuan penyinaran 12 jam pH berkisar 7,00-8,17, sedangkan pada saat 12 jam tanpa penyinaran pH menjadi 7,07-7,67 (Gambar 5). Nilai pH tersebut masih termasuk kedalam pH optimum untuk pertumbuhan Spirogyra sp. pada perairan alami yakni 7,2-8,2 (Schult et al. 2007) dan pertumbuhan mikroalga 7,0-10,0 (Oktavia et al.

2014).

Gambar 5 Nilai pH pada media kultur Spirogyra sp. selama penelitian

Kalsium (Ca2+)

Kalsium merupakan unsur penting, namun perannya sangat sulit untuk dipahami. Lingkungan hidup sangat mempengaruhi konsentrasi kalsium yang terserap oleh mikroalga. Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui bahwa konsentrasi kalsium pada Spirogyra sp. mengalami peningkatan. Persentase peningkatan konsentrasi kalsium pada Spirogyra sp. sebesar 23% untuk penyinaran 12 jam, dan 22% untuk penyinaran 24 jam. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hasil penyerapan kalsium oleh Spirogyra sp. antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

(21)

11

Gambar 7 Perubahan konsentrasi kalsium (Ca) total pada Spirogyra sp. Penyerapan konsentrasi kalsium pada Spirogyra sp. per satuan g secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga diperlukan nilai konsentrasi kalsium total pada Spiroyra sp. (Gambar 7). Nilai tersebut didapatkan dari konversi perhitungan antara konsentrasi kalsium dengan jumlah biomassa total Spirogyra sp. Nilai konsentrasi kalsium total pada Spirogyra sp. mengalami peningkatan sebesar 142% untuk penyinaran 12 jam, dan 456% untuk penyinaran 24 jam. Setelah itu dilakukan uji analisis statistik dan diketahui bahwa pengaruh lama penyinaran berbeda nyata terhadap peningkatan konsentrasi kalsium total pada Spirogyra sp. (P<0,05).

Nitrat (NO3-)

Nitrat merupakan salah satu jenis dari nitrogen dalam bentuk anorganik yang dapat dimanfaatkan langsung oleh alga untuk pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat dalam media tumbuh mengalami penurunan baik pada perlakuan penyinaran 24 jam (75%) maupun penyinaran 12 jam (84%). Penurunan konsentrasi nitrat disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan hasil diatas, dilakukan analisis statistik yang menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi nitrat pada media antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

(22)

12

Nitrit (NO2-)

Nitrit merupakan salah satu bentuk nitrogen anorganik yang besifat tidak stabil. Nitrit terbentuk karena adanya proses laju nitrifikasi oleh bakteri nitrifikasi yang mengubah amonia menjadi nitrit (Campbell dan Reece 2008). Konsentrasi nitrit dalam media pada penelitian mengalami penurunan, baik penyinaran 12 jam (13%) maupun 24 jam (17%). Penurunan konsentrasi nitrit disajikan pada Gambar 9. Hasil analisis statistik menyatakan bahwa perubahan konsentrasi nitrit pada media antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai nitrit biasanya lebih kecil daripada nilai nitrat, dan akan bersifat toksik jika melebihi nilai ambang batas, yakni 0,06 mg/L (PP RI 2001). Berdasarkan ambang batas tersebut, maka nilai konsentrasi nitrit pada penelitian ini masih tergolong aman karena tidak melebihi nilai ambang batas.

Gambar 9 Perubahan konsentrasi nitrit pada media

Amonium (NH4+)

(23)

13

Gambar 10 Perubahan konsentrasi amonium pada media

Konsentrasi amonium dari H0 hingga H3 mengalami peningkatan sebesar 70% untuk penyinaran 12 jam, dan 68% untuk penyinaran 24 jam. Kemudian pada H3 hingga H7 konsentrasi amonium mengalami penurunan sebesar 66% untuk penyinaran 12 jam, dan 67% untuk penyinaran 24 jam. Hasil uji statistik menujukkan bahwa pengaruh perlakuan perbedaan penyinaran tidak berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi amonium pada media (P>0,05).

Ortofosfat

Ortofosfat merupakan salah satu bentuk fosfor anorganik di perairan yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh alga (Dugan 1972). Pada penelitian ini konsentrasi ortofosfat pada media terus meningkat dari H0 hingga H7 (Gambar 11). Pada penyinaran 12 jam, ortofosfat mengalami peningkatan sebesar 86%, sedangkan pada penyinaran 24 jam sebesar 92%. Setelah dilakukan uji statistik, pengaruh perlakuan perbedaan penyinaran tidak berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi ortofosfat pada media (P>0,05).

(24)

14

Pertumbuhan Spirogyra sp.

Perbedaan bobot akhir Spirogyra sp. sangat signifikan antar perlakuan (Gambar 12). Pada penyinaran 24 jam rata-rata bobot akhir Spirogyra sp. adalah 5,5353 g, sedangakan pada penyinaran 12 jam rata-rata bobot akhir Spirogyra sp. adalah 2,7994 g. Persentase peningkatan biomassa Spirogyra sp. sebesar 73% untuk penyinaran 24 jam dan 46% untuk penyinaran 12 jam. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui tingkat laju pertumbuhan relatif Spirogyra sp. (RGR) dan juga waktu penggandaan biomassa (DT) yang disajikan pada Tabel 3. Tingkat laju pertumbuhan relatif Spirogyra sp. pada penyinaran 24 jam lebih tinggi (0,19 g/hari) dibandingkan dengan tingkat laju pertumbuhan relatif pada penyinaran 12 jam (0,09 g/hari), sehingga dapat diketahui bahwa waktu penggandaan biomassa pada penyinaran 24 jam pun lebih cepat dibandingkan pada penyinaran 12 jam. Berdasarkan hasil tersebut, dilakukan analisis statistik yang menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan perbedaan lama penyinaran terhadap pertumbuhan Spirogyra sp. berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 12 Perubahan bobot biomassa Spirogyra sp.

Hubungan antara nutrien dengan biomassa Spirogyra sp.

Nutrien merupakan faktor penting yang dapat menunjang pertumbuhan alga. Pada penelitian ini, peningkatan biomassa Spirogyra sp. diikuti oleh penurunan konsentrasi N (NO3- +NO2- +NH3-N). Penurunan ini dapat diasumsikan karena adanya pemanfaatan nutrien oleh Spirogyra sp. Berbeda dengan konsentrasi N, konsentrasi ortofosfat meningkat dengan semakin bertambahnya biomassa Spirogyra sp.

Tabel 3 Tingkat laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (DT) Perlakuan W0 (g) Wt (g) RGR (g/hari) DT (hari)

12 Jam 1,50 2,80 0,09 8

(25)

15 Tabel 4 Persamaan regresi berganda nutrien dengan biomassa Spirogyra sp.

Perlakuan Persamaan Regresi Berganda R R2

12 Jama ln y = 2,54-1,52 ln x1 + 0,92 ln x2 0,82 0,67

24 Jama ln y = 3,87-3,81 ln x1 + 5,34 ln x2 0,84 0,71

a

N lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan biomassa Spirogyra sp. ln y = Biomassa; ln x1 = N (NO3- +NO2- +NH3-N); ln x2 = Ortofosfat

Berdasarkan persamaan regresi berganda (Tabel 4), dapat diketahui bahwa pertumbuhan Spirogyra sp., baik perlakuan penyinaran 12 jam maupun 24 jam lebih dipengaruhi oleh parameter N (NO3- +NO2- +NH3-N) dengan r=0,82 untuk penyinaran 12 jam, dan r=0,84 untuk penyinaran 24 jam (P<0,05).

Pembahasan

Lama penyinaran yang berbeda mempengaruhi suhu pada media. Semakin lama penyinaran cahaya dilakukan, suhu media juga akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan cahaya di perairan berfungsi untuk memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis air (Wells et al. 1999). Cahaya adalah faktor utama yang menentukan laju fotosintesis dan juga merupakan sumberdaya penting yang sering membatasi laju pertumbuhan alga (Bouterfas et al. 2006). Pernyataan tersebut dibuktikan dengan tingkat laju pertumbuhan (RGR) alga pada penyinaran 24 jam lebih tinggi dibandingkan dengan penyinaran 12 jam, dan sebaliknya untuk nilai doubling time (Tabel 3). Semakin tinggi nilai laju pertumbuhan maka waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan sel biomassa tersebut semakin singkat atau rendah (Santosa 2010). Hasil ini juga diikuti dengan perbedaan persentase kenaikan biomassa pada penyinaran 24 jam (73%) dan 12 jam (46%). Menurut Bouterfas et al. (2006), semakin lama durasi pencahayaan, pembelahan sel akan terjadi semakin cepat sehingga memaksimalkan peningkatan biomassa.

Selain cahaya, pertumbuhan Spirogyra sp. juga dipengaruhi oleh keberadaan nutrien. Kalsium (Ca2+) merupakan salah satu makro nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh Spirogyra sp. Berbeda dengan alga lainnya, Spirogyra sp. membutuhkan kalsium untuk pembentukan dinding sel (Dvarokova dan Hladka 1956). Peningkatan konsentrasi kalsium pada Spirogyra sp. di akhir pengamatan terjadi karena adanya pemanfaatan nutrien pada media oleh Spirogyra sp. untuk pembentukan dinding sel.

(26)

16

Performa sel yang berbeda dapat mempengaruhi penyerapan nutrien yang berbeda. Pada penyinaran 12 jam, sel Spirogyra sp. tampak lebih pendek dengan jarak antar kloroplas lebih rapat jika dibandingkan penyinaran 24 jam (Lampiran 2). Hasil ini dapat didukung oleh pernyataan Bouterfas et al. (2006) bahwa kondisi sel yang lebih kecil mampu menyerap nutrien lebih cepat dibandingkan dengan sel yang lebih besar.

Pada H3 pengamatan, konsentrasi amonium kedua perlakuan mengalami kenaikan yang cukup drastis. Hal ini diduga karena pada H3 pengamatan Spirogyra sp. mulai memasuki proses reproduksi (konjugasi). Pada saat konjugasi akan terjadi proses penyatuan gamet jantan dan betina antar sel maupun dalam sel itu sendiri. Sehingga dimungkinkan adanya dinding sel yang pecah ataupun sobek selama proses konjugasi yang menyebabkan isi sel tersebut berbaur dengan media tumbuh. Hal ini dapat dibuktikan dengan berubahnya warna media tumbuh menjadi hijau muda (Lampiran 3). Isi sel yang membaur dengan media dapat meyumbang masukan bahan organik ke media, sehingga memicu kenaikan konsentrasi amonia ataupun amonium. Selain itu, adanya sel Spirogyra yang mati juga dapat menjadi masukan bahan organik. Hal tersebut dapat didukung oleh peryataan Roman et al. (2003) bahwa kematian alga, cahaya yang cukup, dan tingginya nutrien dapat mempengaruhi cepat terjadinya proses dekomposisi sehingga terjadi peningkatan nutrien lebih cepat di perairan. Penurunan konsentrasi amonium selama penelitian, diduga karena tingkat pemanfaatan Spirogyra sp. terhadap amonium.

Berbeda dengan amonium, kenaikan konsentrasi ortofosfat pada media terjadi secara terus menerus dari H0 hingga H7 untuk kedua perlakuan. Diduga pada H0 pengamatan, P2O5 belum larut dan tercampur sepenuhnya dengan media untuk membentuk ion-ion fosfat yang esensial, namun pada H3 hingga H7, P2O5 telah bereaksi dan membentuk ion-ion fosfat yang esensial. Kondisi tersebut menyebabkan jumlah konsentrasi ortofosfat mengalami peningkatan dari awal hingga akhir penelitian. P2O5 yang terdapat pada pupuk biasanya menggambarkan fosfat total, yang membutuhkan beberapa waktu untuk kelarutannya dengan air (Sianturi 2008).

Selain itu, pecahnya sel Spiogyra sp. saat konjugasi bisa menjadi indikasi adanya penambahan bahan organik pada media, sehingga dapat memicu kenaikan konsentrasi ortofosfat pada media tersebut. Kondisi ini dapat didukung oleh pernyataan Jensen dan Goad (1976) bahwa peningkatan jumlah sel yang pecah mengakibatkan adanya penambahan fosfat pada media, bahkan fosfat tersebut dapat dimanfaatkan langsung oleh sel yang sehat untuk pertumbuhan, meskipun dengan tingkat yang rendah. Fosfat yang dapat dimanfaatkan langsung oleh alga adalah ortofosfat (Dugan 1972). Berdasarkan kedua pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa sel mikroalga yang pecah dapat menambah konsentrasi fosfat berupa ortofosfat ke media.

(27)

17 terhadap ortofosfat. Hal ini menyebabkan kenaikan konsentrasi ortofosfat masih terlihat cukup tinggi meskipun sebagian telah dimanfaatkan oleh Spirogyra sp. untuk peningkatan biomassa, terutama pada penyinaran 24 jam.

Keberadaan nitrat dan fosfat bisa menjadi faktor pembatas untuk pertumbuhan alga. Jika suatu perairan terdapat nitrogen dengan konsentrasi sangat tinggi dan fosfat rendah, maka alga akan tumbuh hingga pasokan fosfat tersebut habis dan tetap memanfaatkan nitrogen. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan alga adalah fosfat (Fried et al. 2003). Townsend et al. (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan optimum Spirogyra fluviatilis Hilse dilapangan (setelah pemupukan) memiliki rasio molar N:P = 10:1, sedangkan pada hasil penelitian Gallego et al. (2013) rasio molar N:P yang dapat menunjang pertumbuhan Spirogyra africana dengan baik adalah 8,5:1. Pada penelitian ini, rasio molar N:P sebesar 67:1 (H0); 15:1 (H3); 5:1 dan 3:1 (H7). Menurut Mason (1993), jika rasio N:P lebih besar dari 16:1, maka fosfor menjadi faktor pembatas, sebaliknya jika rasio N:P lebih kecil 16:1, maka nitrogen yang menjadi faktor pembatas. Setelah dilakukan uji regresi berganda antara N (nitrat, nitrit, dan amonia) dan P (ortofosfat) pada media kultur dengan biomassa Spirogyra sp. dapat diketahui bahwa peningkatan biomassa Spirogyra sp. lebih dipengaruhi oleh keberadaan N baik untuk penyinaran 12 maupun 24 jam.

Sesuai hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi kalsium dan biomassa pada masing-masing penyinaran, Spirogyra sp. dapat diaplikasikan sebagai pakan alami (Ali et al. 2005), terutama untuk pakan dengan kandungan kalsium yang tinggi. Pemberian pakan berupa Spirogyra sp. yang kaya akan kandungan kalsium terhadap biota perikanan, seperti krustase, dapat membantu pembentukan cangkang dan kulit. Semakin cepat terjadi pergantian cangkang, semakin cepat juga tingkat petumbuhan krustase tersebut (Sari 2010).

KESIMPULAN

Spirogyra sp yang ditumbuhkan dengan periode penyinaran berbeda, dalam media yang diperkaya kalsium, tidak menunjukkan perbedaan nyata dalam penyerapan nutrien N dan P. Peningkatan biomassa dan penyerapan kalsium pada penyinaran 24 jam lebih besar daripada penyinaran 12 jam.

DAFTAR PUSTAKA

(28)

18

Arifin M. 2000. Pengelolaan limbah hotel berbintang (studi kasus di Jakarta Selatan) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Berry HA, Lembi CA. 2000. Effects of temperature and irradiance on the seasonal variation of Spirogyra (Chlorophyta) population in a Midwestern lake (USA). J Phycol. 36:841-851.

Bouterfas R, Belkoura M, Dauta A. 2006. The effects of irradiance and photoperiod on the growth rate of three freshwater green algae isolated from a eutrophic lake. Limnetica. 25 (3):647-656.

Campbell NA, Reece JB. 2008. Biologi edisi 8, jilid 2. Wulandari TD, penerjemah; Hardani W, Adhika P, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Biology. Ed ke-8.

Dugan PR. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution. New York (US): Plenumm Pr.

Dvorakova J, Hladka. 1976. The effect of calcium on the growth of chlorella and scenedesmus. Biol Plantarum. 18(3):214-220.

Eaton DA, Clebceri SL, Greenberg EA. 2005. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 21st Edition. American Public Health Association. Washington (US).

Eshaq FS, Ali MN, Mohd MK. 2010. Spirogyra biomass a renewable source for biofuel (bioetanol) production. Int J Environ Sci Technol. 2(12):7045-7054. Falkowski PG, Dubinsky Z, Wyman K. 1985. Growth-irradiance relationships in

phytoplankton. Limnol Oceanogr. 30(2):311-321.

Fitriana Y. 2014. Potensi tanaman air mencuat Cyperius haspan L. dalam memperbaiki kualitas air limbah rumah potong hewan dengan sistem Artificial Wetland [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fried S, Mackie B, Nothwehr E. 2003. Nitrat and phosphate levels positively affect the growth of algae species found in Perry Pound. Tillers. 4:21-24. Gallego I, Casas JJ, Rodriguez FF, Juan M, Castilo PS, Martinez CP. 2013.

Culture of Spirogyra africana from farm ponds for longterm experiments and stock maintenance. Biotechnol Agron Soc Environ. 17(3):423-430.

Goldman CR, Horne AJ. 1983. Limnology. McGraw-Hill Book Company. New York, USA.xvi, 464 p.

Hepler PK. 2005. Calcium: A central regulator of plant growth and development. The Plant Cell. 17:2142-2155.

Isnadina DRM, Hermana J. 2013. Pengaruh konsentrasi bahan organik, salinitas, dan pH terhadap laju pertumbuhan alga. Seminar Nasional Pacasarjana XIII. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh November.

Jensen TE, Goad LS. 1976. Aspects of Phosphate Utilization by Blue-Green Algae. Corvallis Environmental Research Laboratory (US).

Lloyd R. 1992. Pollution and Freshwater Fish. Fishing News Book. USA. xvi + 176 p.

Mason CF. 1993. Biology of Freshwater Pollution. Second edition. Longman Scientific and Technical. New York. 351 p.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.

(29)

19 McKernan P, Juliano S. 2001. Effect of nutrient enrichment on the growth of the

green alga Spirogyra in Conesus Lake, N.Y. J Sci and Math. 2(1):19-25. Mitchell DS. 1974. Aquatic Vegetation and Its Use and Control. Paris (FR):

UNESCO.

Oktavia I, Junaidi, Samudro G. 2014. Pengaruh pH dan nutrisi kalium terhadap penyisihan parameter total N dan total P pada remediasi air rawa pening menggunakan mikroalga. J Teknik Lingk. 3(2).

[PP RI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID): PP RI.

Rhee GY, Gotham IJ. 1980. Optimum N:P ratios and coexistence of planktonic algae. J Phycol. 16:486-489.

Roman M, Nguyen S, Manon V. 2011. Nitrogen and phosphorus effects on algal growth in various locations. Scientific Poster. Texas (US): Baylor University. Ryther JH. 1956. Photosynhesis in the ocean as a function of light intensity.

Woods Hole Oceanographic Institution. 1(1):61.

Santosa A. 2010. Produksi Spirulina sp. yang dikultur dengan perlakuan manipulasi fotoperiod [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sari DM. 2010. Pengaruh penambahan CaO pada media budidaya bersalinitas 4 ppt terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schult J, Townsend S, Douglas M, Webster I, Skinner S, Casanova M. 2007. Recommendations for nutrient resource condition targets for the Daly River. Darwin (AU): Charles Darwin University.

Sianturi D. 2008. Uji kandungan fosfat sebagai P2O5 dalam berbagai merek pupuk fosfat komersial secara spektrofotometri [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Townsend SA, Schult JH, Douglas MM, Skinner S. 2008. Does the redfield ratio infer nutrient limitation in the macroalga Spirogyra fluviatilis?. Freshwater Biol. 53:509-520.

Wells RDS, Hall JA, Clayton JS, Champion PD, Payne GW, Hofstra DE. 1999. The rise and fall of water net (Hydrodictyon reticulatum) in New Zealand. J Aquat Plant manage. 37:49-55.

(30)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rak penelitian Rak untuk 24 jam penyinaran

(31)

21 Lampiran 2 Perbandingan performa sel Spirogyra sp.

Performa sel Spirogyra sp. pada penyinaran 24 jam

Performa sel Spirogyra sp. pada penyinaran 12 jam

(32)

22

H3 (05 Maret 2015)

H7 (09 Maret 2015)

Lampiran 4 Kandungan pupuk gandasil

(33)

23 Lampiran 5 Rumus perhitungan amonium

% (NH4+) =

NH3 = % (NH4+) × NH3-N

(NH4+) = (NH3-N) – NH3

Suhu (°C) 20 21 22 23 24 26 27

pka 9,39 9,36 9.33 9,30 9,27 9,21 9,18

Lampiran 6 Rumus rasio molar N:P

Contoh data ortofosfat = 0,0242 mg/L kemudian satuan diubah dalam bentuk molar (mol/L)

= 2,47295E-07 mol/L = 2,47295E-07 molar

NH3 NO3 NO2 PO4 N O P H

Mr (mol/gr) 17,0067 63,0067 47,0067 97,9738 14,0067 16,00 30,9738 1,00

Perhitungan nitrat, nitrtit, dan amonia sama dengan perhitungan ortofosfat diatas, hanya berbeda pada nilai Mr dari masing-masing senyawa.

N (nitrat+nitrit+amonia) dalam molar... (a) Ortofosfat dalam molar... (b)

N = ... (c) P = ... (d)

(34)

24

Corrected Total 102,600 47

a. R Squared = ,897 (Adjusted R Squared = ,849)

Estimated Marginal Means

Grand Mean

Dependent Variable: Biomassa3

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

(35)

25

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

(36)

26

Lampiran 8 Regresi berganda

Uji regresi berganda untuk 12 jam penyinaran

Regression Statistics

Regression 2 1,099157 0,549579 6,071108 0,036173

Residual 6 0,543142 0,090524

Intercept 2,543885 0,450683 5,64451 0,001326 1,441103 3,646667 1,441103 3,646667 X Variable 1 -1,51897 0,622658 -2,4395 0,050506 -3,04256 0,004616 -3,04256 0,004616 X Variable 2 0,91939 1,545984 0,594695 0,573774 -2,8635 4,702277 -2,8635 4,702277

Uji regresi berganda untuk 24 jam penyinaran

Regression Statistics

Regression 2 22,56599 11,283 7,286885 0,024803

Residual 6 9,290387 1,548398

(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 23 Februari 1993 dari ayah Satori dan ibu Suparmiasih. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Mojosari dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dan diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Tabel 1 Parameter fisika, kimia, dan biologi
Gambar 5 Nilai pH pada media kultur Spirogyra sp. selama penelitian
Gambar 7 Perubahan konsentrasi kalsium (Ca) total pada Spirogyra sp.
Gambar 10 Perubahan konsentrasi amonium pada media

Referensi

Dokumen terkait

1) memberikan masukan kepada Ketua Bidang Pelaksana Konferensi Tingkat Tinggi untuk merencanakan, menyiapkan, mengoordinasikan, dan melaksanakan kegiatan dalam rangka

Berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, dimana hasilnya 0,545 yang berada pada skala 0,40 - 0,70 hal ini menunjukkan adanya hubungan

Berdasarkan pengujian sistem telah dilakukan pada beberapa smartphone berbasis android dapat dikatakan bahwa game Mathematic Maze dapat berjalan dengan baik pada perangkat

masih menggunakan sistem manual, hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan laporan dan pengolahan nilai siswa. Dengan adanya sistem informasi baru yang ditawarkan diharapkan

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu upah minimum kabupaten, rasio pengangguran, rasio angkatan kerja, persentase penduduk miskin, rasio dokter, produk

Faktor Lain Yang Mempengaruhi Rendahnya Hasil Belajar Matematika Yaitu Penyampaian Dari Guru Yang Monoton Artinya Belum Menggunakan Metode Yang Kurang Tepat Atau Tidak Sesuai

Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Mikrhidro (PLTMH) pada Daerah Aliran Sungai Ongkak Mongondow di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow.. 2011, Evaluasi

reward dan punishment yang dikembangkan oleh Perseroan bagi satuan kerja maupun individu karyawan. Analisis sistem yang berjalan pada PT Pegadaian Cabang Mall Kapuk Jambi