• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH

PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI JAWA BARAT

IBRAHIM HAMZAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ibrahim Hamzah

(4)
(5)

ABSTRAK

IBRAHIM HAMZAH. E14070033. Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh BUDI PRIHANTO dan HANDIAN PURWAWANGSA.

Hutan saat ini lebih banyak dimanfaatkan dari segi produksi kayu. Adapun potensi manfaat yang dimiliki oleh hutan tidak hanya hasil hutan kayu, melainkan hasil hutan bukan kayu juga menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan dari hutan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sudah lama dilakukan. Pengusahaan getah pinus merupakan salah satu pemasukan terbesar dari pengelolaan HPGW.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengusahaan getah pinus di HPGW, ditinjau dari aspek sosial, teknis dan ekonomi serta mengevaluasi kontribusi pendapatan getah pinus terhadap pengelolaan HPGW. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi pustaka. Pada analisis data ekonomi, analisis dilakukan dalam 2 keadaan, yaitu dengan dan tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi.

Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan pendapatan rata - rata adalah sebesar Rp. 8.703/jam. Pendapatan rata - rata ini lebih besar 65,2% dari UMR Kabupaten Sukabumi tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 5.268/jam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pekerjaan sebagai penyadap getah di HPGW layak dalam lingkungan sosial masyarakat sekitar HPGW karena upah yang didapat penyadap lebih besar dari UMR Kabupaten Sukabumi.

Hasil analisis kelayakan teknis dari pengambilan data dilapangan ukuran dimensi panjang, lebar dan kedalaman penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode koakan terhadap 50 pohon yang masih aktif disadap oleh penyadap getah HPGW, didapatkan nilai rata - rata ukuran dimensi penyadapan yang hampir sama dengan standar ukuran penyadapan menggunakan metode koakan menurut SK Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyadapan getah pohon pinus yang dilakukan oleh penyadap getah HPGW layak dan sesuai dengan standar penyadapan getah pohon pinus yang ada.

Hasil analasis kelayakan ekonomi dari data tahun 2011 menunjukan bahwa, perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan penyusutan aset HPGW (bangunan 15 tahun) dan amortisasi tegakan pinus (daur 50 tahun) didapatkan hasil defisit/negatif sebesar Rp. 337.505.184, sedangkan jika dievaluasi tanpa memperhitungkan penyusutan aset HPGW dan amortisasi tegakan pinus, didapatkan hasil surplus/positif sebesar Rp. 546.121.438 dan persentase kontribusi yang lebih besar dari persentase beban biaya yaitu sebesar 39,23% terhadap total penerimaan HPGW keseluruhan pada tahun 2011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan getah pinus dapat membiayai operasional pengusahaan getah tetapi belum mampu menutupi biaya penyusutan aset HPGW dan amortisasi tegakan pinus.

(6)

ABSTRACT

IBRAHIM HAMZAH. E14070033. Feasible Analysis of Pine Gum Cultivation in Educational Forest Walat Mountain, Sukabumi West Java. Supervised by BUDI PRIHANTO and HANDIAN PURWAWANGSA.

The forest was currently more utilized in terms of timber production. The beneficial potency owned by forest was not only from timber, but also from non timber that could became the potency utilized from forest. Utilization of non timber from Educational Forest Walat Mountain has been conducted for a long time. Pine gums cultivation was one of the biggest income from Educational Forest Walat Mountain.

This research aimed to analyze the feasibility of pine gums cultivation in Educational Forest Walat Mountain, reviewed from social aspect, technical aspect and economic aspect and also evaluated contribution of pine gums income through Educational Forest Walat Mountain management. Collecting the data conducted by observation, interview, and literature study. On the economic data analysis, analysis conducted from 2 conditions, which were with and without depreciation cost and amortization.

The analysis result of social feasibility from the interviewed tapper received the data that average income was Rp. 8.703/hour. This average income was higher 65,2% from Regional Standard Rate of Sukabumi Regency in 2012 which was Rp. 5.268/hour. Therefore, it can be said that occupation as a rubber tapper in Educational Forest Walat Mountain was feasible in social environment around Educational Forest Walat Mountain because the salary received as the rubber tapper was higher than Regional Standard Rate of Sukabumi Regency.

The analysis result of technical feasibility from collecting data in field

were to measure dimension of length, width, and depth of pine gums with “koakan”

method though 50 active trees tapped by rubber tapper in Educational Forest Walat Mountain, obtained that tapped average dimension was almost equal with

standardize measurement using “koakan method” based on the decree from Perum Perhutani Number 792/KPTS/DIR/2005 about Tapping Guideliness of pine tree gums in 2005. Therefore, it can be said that tapping of pine tree gums conducted by rubber tapper in Educational Forest Walat Mountain was feasible and appropriate with tapping standard of pine tree gums that existed.

The analysis result of technical feasibility from the data in 2011 showed that the beneficial and cost calculation with counted the asset depreciation cost of Educational Forest Walat Mountain (15 years building) and amortization of pine life (50 years life cycle) obtained that deficit/negative result about Rp.337.505.184, while if evaluated without counted asset depreciation cost of Educational Forest Walat Mountain and amortization of pine life obtained that surplus/positive result about Rp. 546.121.438 and bigger contribution percentage than cost percentage which was about 39,23% through total income in Educational Forest Walat Mountain 2011. Therefore, it can be concluded that income from pine gums could fund the operational of gums cultivation but still cannot covered asset depreciation cost in Educational Forest Walat Mountain and amortization of pine life.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH

PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI JAWA BARAT

IBRAHIM HAMZAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat

Nama : Ibrahim Hamzah NIM : E14070033

Disetujui oleh

Ir. Budi Prihanto, MS Pembimbing I

Handian Purwawangsa, S.Hut,M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Budi Prihanto, MS dan Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menggambarkan kelayakan pengusahaan getah pinus dari aspek teknis, sosial dan ekonomi di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Kelayakan teknis dengan cara menganalisis dimensi sadapan pohon pinus, mulai dari ukuran panjang, lebar dan kedalaman sadapan. Kelayakan sosial menganalisis kontribusi dari pengusahaan penyadapaan getah pinus tersebut terhadap pendapatan penyadap. Kelayakan ekonomi menganalisis manfaat dan biaya yang di berikan dari pengusahaan getah pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga ini memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Bahan 2

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 2

Metode Analisis Data 2

Metode Analisis Data Kelalayakan Sosial 2 Metode Analisis Data Kelalayakan Teknis 3 Metode Analisis Data Kelalayakan Ekonomi 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Analisis Kelayakan Sosial 4

Analisis Kelayakan Teknis 5

Analisis Kelayakan Ekonomi 6

Kontribusi dan Beban Biaya 8

Kontribusi Penerimaan Getah Pinus 8 Beban Biaya Getah Pinus 8

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

(12)

DAFTAR TABEL

1 Rata - rata dimensi koakan penyadap getah pohon pinus HPGW 5 2 Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan

penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Wawancara Penyadap 12

2 Hasil Pengukuran Dimensi Sadapan 13

3 Biaya Penyusutan Bangunan (15 tahun) dan Penyusutan Inventaris

HPGW 14

4 Biaya Penyusutan Inventaris Penyadapan Getah Pinus 16 5 Rekapitulasi Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Pinus

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam dengan banyak manfaat yang terkandung didalamnya. Hutan saat ini lebih banyak dimanfaatkan dari segi produksi kayu. Adapun potensi manfaat yang dimiliki oleh hutan tidak hanya hasil hutan kayu, melainkan hasil hutan bukan kayu.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sudah lama dilakukan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu tersebut menjadi salah satu sumber pendapatan manajemen HPGW agar dapat mandiri serta berkelanjutan. Salah satu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang dilakukan oleh HPGW adalah penyadapan getah pinus. Kegiatan penyadapan getah pinus yang dikembangkan oleh HPGW juga memberikan manfaat bagi penyadap getah untuk mendapatkan penghasilan.

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memiliki luasan total ± 359 ha, sekitar ± 104,003 ha merupakan hutan tanaman pinus. Pada tahun 2010 pendapatan dari getah pinus HPGW mencapai 26,29% dari total pendapatan HPGW keseluruhan. Agar dapat mengetahui seberapa besar peran pengusahaan getah pinus terhadap pengelolaan HPGW, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kelayakan pengusahaan getah pinus tersebut serta mengevaluasi sejauh mana kontribusi pendapatan pengusahaan getah pinus terhadap pengelolaan HPGW.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kelayakan pengusahaan getah pinus di HPGW, ditinjau dari aspek teknis, sosial dan ekonomi.

2. Mengevaluasi kontribusi pendapatan getah pinus terhadap pengelolaan HPGW.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan :

1. Bagi Pengelola, menjadikan penelitian ini sebagai masukan untuk perbaikan pengusahaan getah pinus HPGW

2. Bagi Penulis, penelitian ini dapat dijadikan sarana belajar memahami kelayakan pengusahaan getah hutan baik dari segi teknis, sosial dan ekonomi.

(14)

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di HPGW, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. HPGW adalah hutan pendidikan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi alat tulis, komputer, pita ukur dan kamera. Bahan yang diperlukan data primer dan sekunder. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan pendapatan dan pengeluaran tahunan HPGW tahun 2011.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data - data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dari hasil wawancara dengan petani getah HPGW serta data dari pihak pengelola HPGW. Selain itu data sekunder berupa penelitian terdahulu juga digunakan dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan diperoleh dengan cara :

1. Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dilapangan terhadap objek penelitian seperti : pengukuran dimensi sadapan pohon pinus HPGW.

2. Teknik Wawancara, yaitu menanyakan langsung kepada penyadap getah pinus di HPGW tentang beberapa hal seperti : jam kerja efektif/hari, jumlah hari kerja dalam seminggu dan rata - rata jumlah sadapan yang dapat disadap/hari.

3. Teknik Studi Pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data berdasarkan buku atau bahan rujukan (literatur) seperti : laporan keuangan tahun 2011 HPGW, data aset HPGW baik berupa bangunan maupun inventaris dan lain lain.

Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan 3 metode yaitu metode analisis data kelayakan teknis, sosial dan ekonomi.

Metode Analisis Data Kelayakan Sosial

(15)

dan Upah Buruh Tani (UBT) untuk mendapatkan gambaran kelayakan sosial dari penyadapan getah HPGW tersebut.

Metode Analisis Data Kelayakan Teknis

Kelayakan teknis pengusahaan getah pinus HPGW dinilai berdasarkan tingkat penguasaan dan kepatuhan pelaksanaan penyadap dalam menjalankan penyadapan getah pohon pinus yang sesuai dengan standar dimensi sadapan pohon pinus yang ada. Pada metode ini yang dianalisis adalah nilai rataan dan simpangan baku dimensi koakan penyadapan pinus di HPGW. Data yang dikumpulkan adalah data dimensi koakan yang meliputi panjang, lebar, kedalaman koakan serta diameter dan jumlah koakan dalam suatu pohon. Hasil dari analisis data dari koakan ini dibandingkan dengan standar dimensi dan jumlah koakan yang diperkenankan secara teori.

Metode Analisis Data Kelayakan Ekonomi

Analisis data kelayakan ekonomi adalah analisis yang berdasarkan teori manfaat dan biaya. Agar dapat menilai dan melihat suatu usaha menghasilkan pendapatan yang menguntungkan bagi petani ataupun bagi pihak pengelola HPGW dibutuhkan pendekatan manfaat dan biaya. Semua data manfaat dan biaya yang ada diolah sehingga didapatkan profit margin tertentu dengan mengurangkan total manfaat dengan total biaya.

Biaya Penyusutan/Tahun

Biaya penyusutan/tahun didapatkan dari menghitung semua asset HPGW mulai dari bangunan dan inventaris HPGW dengan mengasumsikan umur pakai bangunan selama 20 tahun dan berbagai umur pakai dari inventaris.

BP = BIAYA PENGADAAN INVENTARIS

UMUR PAKAI (Tahun)

Amortisasi Tegakan/ Tahun

Menurut Andayani W (2006) Amortisasi tegakan/tahun didefiniskan sebagai penurunan nilai tak tampak suatu tegakan tiap tahun atau dengan kata lain penurunan nilai dari total biaya yang mencakup investasi tetap, investasi langung dan biaya operasional suatu tegakan dalam satu daur pertahun. Luasan hutan tanaman pinus HPGW adalah 104,003 ha (Selviana 2012), maka perhitungan untuk amortisasi tegakan adalah sebagai berikut.

Amortisasi = Investasi Tetap + Investasi Langsung + Biaya Operasional x Luas Tegakan Pinus HPGW (104,003 ha) Umur Tegakan

(16)
(17)
(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Sosial

Analisis kelayakan sosial adalah analisis berdasarkan manfaat ekonomi terhadap pelaku dalam suatu kegiatan usaha. Dalam hal ini, pelaku dalam kegiatan pengusahaan getah pinus HPGW adalah penyadap getah pinus di HPGW. Adapun data yang didapatkan dari hasil wawancara di lapangan kepada 20 orang penyadap getah pinus HPGW yaitu jam kerja efektif penyadap dalam sehari (Jam), hasil sadapan/hari (Kg) dan hari kerja/minggu (Hari). Data hasil wawancara tersebut diolah, sehingga didapatkan rata - rata dari jam kerja efektif dalam sehari (Jam), jumlah hari kerja dalam seminggu/sebulan (Hari), dan besarnya pendapatan penyadap dalam sebulan (Rupiah/Bulan). Data terlampir pada lampiran 1.

Berdasarkan lampiran 1 diketahui bahwa, rata - rata jam kerja efektif dari 20 orang responden penyadap getah HPGW bekerja selama 4,895 jam/hari dengan rata – rata bekerja 5,65 hari dalam seminggu (hari jumat libur) atau 22,6 hari dalam sebulan (110,6 jam/bulan). Produktivitas penyadapan getah pinus rata - rata sebanyak 4,83 Kg/jam (23,65 Kg/hari). Selain itu, dengan upah sadap Rp.1800/Kg diketahui pendapatan rata - rata penyadap getah pinus HPGW adalah sebesar Rp.8.703/jam (Rp. 962.082/bulan). Adapun keberagaman pendapatan setiap penyadap disebabkan oleh luas lokasi penyadapan dan keikutsertaan anggota keluarga yang membantu penyadap dalam menyadap getah pinus seperti istri, anak, sodara atau pun teman yang ikut menyadap dengan sistem bagi hasil.

Keputusan Menakertrans NOMOR KEP. 102/MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR yang dimaksud upah lembur adalah upah yang berhak diterima oleh pekerja atau buruh diluar waktu kerja yang telah ditentukan, yakni melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau upah yang diterima pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah. Berdasarkan keputusan tersebut dapat kita ketahui bahwa, jika bekerja 6 hari dalam seminggu maka jam kerja efektif adalah selama 7 jam sedangkan jika bekerja 5 hari dalam seminggu maka jam kerja efektif adalah selama 8 jam dalam sehari. Berdasarkan UMR Kabupaten Sukabumi tahun 2012 yaitu sebesar Rp.885.000, jika seorang pekerja bekerja selama 6 hari dalam seminggu atau 24 hari dalam sebulan dan dengan rata – rata jam kerja efektif adalah 7 jam sehari (168 jam/bulan) maka didapatkan rata – rata pendapatan adalah sebesar Rp.36.875/hari (Rp. 5.268/jam).

(19)

HPGW per jam daripada pendapatan pekerja per jam yang sesuai dengan UMR Kabupaten Sukabumi. Sehingga dapat disimpulkan pekerjaan sebagai penyadap getah HPGW layak dalam lingkungan sosial masyarakat sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) karena Upah yang didapat penyadap lebih besar dari UMR Kabupaten Sukabumi.

Analisis Kelayakan Teknis

Analisis kelayakan teknis adalah analisis yang berkaitan dengan proses dan teknologi yang nantinya akan diterapkan pada pengelolaan yang akan dikembangkan. Dalam hal ini yang dianalisis adalah proses penyadapan getah pinus oleh penyadap getah HPGW. Penyadapan getah pohon pinus yang dilakukan oleh penyadap getah HPGW menggunakan kadukul dengan ukuran lebar, panjang dan ketebalan berurutan adalah 5 cm x 8 cm x 2 mm. Adapun standar dimensi koakan awal yang diterapkan oleh HPGW (SOP penyadapan getah pohon pinus HPGW) berurutan panjang, lebar dan kedalaman adalah 10 cm x 10 cm x 3 cm dan setelah 3 hari panen koakan baru akan diperpanjang 5 mm keatas, seiring dengan itu ketebalan sadapan juga akan bertambah saat penyadap memperpanjang sadapannya, sehingga dalam 1 bulan koakan baru tersebut bisa mencapai panjang sadapan sampai 5 cm.

Berdasarkan SK Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005, dimana standar ukuran atau dimensi panjang, lebar dan kedalaman penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode koakan berurutan adalah 6 x 10 x 1,5 cm dengan pembaharuan koakan setiap 3 hari sekali, dengan perpanjangan 5 mm. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan contoh secara random sampling terhadap 50 pohon yang masih aktif disadap oleh penyadap getah HPGW dengan mengukur dimensi sadapan pohon pinus mulai dari panjang, lebar dan kedalaman sadapan serta diameter pohon dan jumlah koakan dalam satu pohon. Pengambilan contoh terhadap 50 pohon yang dilakukan secara random sampling di sajikan pada Tabel hasil pengukuran dimensi sadapan (Lampiran 2)

Tabel 1 Rata - rata dimensi koakan penyadap getah pohon pinus HPGW No Dimensi

(20)

penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode koakan berurutan adalah 6 x 10 x 1,5 cm maka penyadapan di HPGW dapat dikatakan telah layak dan sesuai dengan standar penyadapan getah pinus yang ada, karena hal tersebut dapat terlihat juga dari nilai rataan dalam tabel diatas yang tidak terlalu besar variasi nilai setiap data yang ada. Adapun angka terendah dan angka tertinggi yang di tunjukan oleh tabel 1 dimana angka terendah panjang, lebar dan kedalaman berurutan adalah 12,4 x 4,6 x 1,7 cm, keadaan dilapangan pohon dengan ukuran sadap seperti panjang sadapan sebesar 12,4 cm atau lebar sadapan sebesar 4,6 cm atau kedalaman sadapan sebesar 1,7 cm adalah pohon yang baru mulai di sadap oleh penyadap sedangkan angka tertinggi panjang, lebar dan kedalaman berurutan adalah 191,9 x 13,2 x 10,5 cm, keadaan pohon dilapangan pohon dengan ukuran sadap seperti panjang sadap sebesar 119,9 cm dan kedalaman 10,5 cm adalah termasuk dalam salah satu pohon yang sudah lama disadap oleh penyadap HPGW dan ukuran dimensi panjang dan kedalaman yang termasuk kedalam angka ukuran tertinggi berada dalam 1 pohon. Oleh karena itu, adapun panjang sadapan yang mencapai angka tertinggi pada ukuran panjang sadapan yaitu sebesar 191,9 cm dan menunjukan nilai standar deviasi dan keragaman yang tinggi, ini disebabkan oleh, perpanjangan sadapan yang dilakukan oleh penyadap yang masih terus melakukan perpanjangan sadapan dalam satu pohon.

Dengan demikian, berdasarkan data dimensi koakan penyadap jika dibandingkan dengan SOP penyadapan getah pinus HPGW dengan penyadapan getah pohon pinus menurut SK Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005 didapatkan hasil yang hampir sama baik dari segi panjang, lebar dan kedalaman. Maka, dapat disimpulkan penyadapan getah pinus di HPGW layak dari aspek teknis dan mengikuti standar penyadapan getah pohon pinus.

Analisis Kelayakan Ekonomi

Pengembangan pengelolaan hutan dapat dianggap sebagai suatu investasi, sehingga jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber - sumber daya yang dikeluarkan, maka pengelolaan hutan yang dikembangkan dapat dikatakan tidak bernilai atau tidak layak. Oleh karena itu, perlu terlebih dahulu dihitung kelayakan ekonominya. Analisis kelayakan ekonomi adalah analisis yang berdasarkan teori manfaat dan biaya. Adapun data dari manfaat dan biaya tersebut berdasarkan data sekunder yaitu data laporan kinerja tahunan HPGW tahun 2011, data gaji karyawan PH (Pengelolaan Hutan) dan PSDH (Pengelolaan Sumber Daya Hutan) serta biaya konsumsi karyawan dengan memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus. Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus disajikan pada Tabel 2.

(21)

Tabel 2 Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus

Manfaat (Penerimaan Getah Pinus) Tahun 2011

Biaya ( Biaya Keseluruhan dari Operasional Getah Pinus) Tahun 2011

Gaji Karyawan Bagian PH dan PSDH (13 Bulan)

Rp. 89.700.000

Biaya Konsumsi Karyawan Bagian PH dan PSDH

Rp. 19.239.386

Biaya Penyusutan Inventaris

Rp. 5.550.000

Amortisasi Tegakan Pinus (Daur 50 Tahun)

Rp. 32.029.221

Total biaya keseluruhan tanpa penyusutan aset dan amortisasi tegakan

Rp. 412.991.842

Total biaya keseluruhan dengan penyusutan aset dan amortisasi tegakan

Rp. 450.571.062

Manfaat (Penerimaan Getah Pinus) Tahun 2011 - Biaya ( Biaya Keseluruhan dari Operasional Getah Pinus) Tahun 2011

Rp. 546.121.438

(22)

untuk dilakukan karena memberikan manfaat atau penerimaan yang besar terhadap HPGW, yaitu sebesar 39,23% dari total penerimaan HPGW tahun 2011.

Kontribusi dan Beban Biaya

Kontribusi Penerimaan Getah Pinus

Kontribusi penerimaan getah pinus terhadap total penerimaan HPGW keseluruhan pada tahun 2011 adalah sebesar 39,23%. Persentase tersebut didapatkan dari membandingkan total penerimaan getah pinus pada tahun 2011 dengan total penerimaan HPGW keseluruhan. Hasil persentase sebesar 39,23% tersebut juga menunjukan bahwa lebih dari 1/3 dari total penerimaan HPGW berasal dari pengusahaan getah pinus.

Beban Biaya Getah Pinus

Ada dua kriteria persentase beban biaya, yaitu persentase beban biaya saat memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan dan saat tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan. Ketika memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan persentase yang didapatkan adalah sebesar 21,53%, sedangkan tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan persentase yang didapatkan adalah sebesar 19,73%. Adapun persentase tersebut didapatkan dari membandingkan total biaya operasional keseluruhan getah pinus HPGW saat atau tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan dengan total biaya pengeluaran HPGW keseluruhan.

Berdasarkan hasil perhitungan persentase kontribusi dan beban biaya diatas, maka dapat dikatakan bahwa pengusahaan getah pinus HPGW layak untuk dilakukan, karena memberikan kontribusi penerimaan lebih besar dibandingkan dengan beban biaya pengeluaran saat atau tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pekerjaan sebagai penyadap getah HPGW layak dalam lingkungan sosial masyarakat sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), karena berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang penyadap dari total 26 penyadap keseluruhan HPGW dan analisis data, didapatkan selisih pendapatan rata - rata penyadap getah HPGW per jam dengan rata - rata pendapatan pekerja per jam adalah sebesar Rp. 3.435/jam atau 65.2% lebih besar pendapatan penyadap getah HPGW per jam daripada pendapatan pekerja per jam yang sesuai dengan UMR Kabupaten Sukabumi.

(23)

Hasil pengambilan data dilapangan ukuran dimensi panjang, lebar dan kedalaman penyadapan getah pohon pinus dengan menggunakan metode koakan, didapatkan nilai rata - rata ukuran dimensi penyadapan yang hampir sama dengan standar ukuran penyadapan dengan menggunakan metode koakan menurut SK Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005 dan SOP penyadapan getah pinus HPGW. Maka, dapat disimpulkan bahwa penyadapan di HPGW dapat dikatakan telah layak dari aspek teknis dalam penyadapan getah pohon pinus dan sesuai dengan standar penyadapan getah pohon pinus yang ada.

Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus menggunakan daur 50 tahun, dapat dikatakan bahwa pengusahaan getah pinus HPGW pada tahun 2011 layak untuk dilakukan karena, memberikan manfaat atau penerimaan yang besar terhadap HPGW, yaitu sebesar Rp. 546.121.438 dari total penerimaan keseluruhan HPGW tahun 2011 sebesar Rp. 2.540.487.833 atau sebesar 39,23% dari total penerimaan HPGW tahun 2011. Sehingga, jika dievaluasi dari kontribusi pendapatan getah pinus terhadap pengelolaan HPGW, didapatkan hasil Surplus/positif serta persentase kontribusi pendapatan yang lebih besar daripada persentase beban biaya dari perhitungan manfaat dan biaya saat atau tanpa memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus. Oleh karena itu, dapat disimpulkan pengusahaan getah pinus HPGW pada tahun 2011 memberikan kontribusi besar terhadap pengelolaan HPGW dan mampu membiayai operasional kegiatan pengusahaan getah tetapi belum mampu menutupi biaya penyusutan aset HPGW dan amortisasi tegakan pinus.

Saran

Untuk menjaga kelestarian pengusahaan getah di HPGW perlu dilakukan peremajaan terhadap pohon - pohon yang sudah tidak produktif dan penanaman pengayaan pada tegakan pada lahan - lahan yang kosong atau berkerapatan rendah.

Untuk meningkatkan kelayakan ekonomi secara keseluruhan HPGW perlu meningkatkan kinerja pendapatan dari bidang usaha lain seperti wisata dan jasa lingkungan.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani W. 2006. The Pine (Pinus merkusii Jung et de Vriese ) Forest Plantation Rentability Analysis In KPH West Pekalongan. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 3 : 26-39

[Anonim]. 2009. Rencana Pengembangan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Badan Eksekutif HPGW. 2011. Laporan Kinerja Tahunan HPGW Tahun 2011. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Kehutanan IPB. 2008. Hutan Pendidikan Gunung Walat. www.ipb.ac.id. [14 November 2009]

Indriyati. 1995. Hasil Hutan Bukan Kayu. Departemen Kehutanan. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/Web%20HHBK/Home.html [11 Mei 2011]

Nurmalina R, Tintin S, Arif K. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Departemen Agribisnis IPB

[PERHUTANI] Perusahaan Hutan Negara Indonesia. 2005. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman Peyadapan Getah Pinus Tahun 2005. Jakarta : Perhutani.

Selviana V. 2012. Pendugaan Potensi Volume, Biomassa, Dan Cadangan Karbon Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi jawa barat

[skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(25)
(26)
(27)

Lampiran 1 Hasil Wawancara Penyadap

No. Parameter Satuan Rata -rata Standar Deviasi

(28)
(29)

Lampiran 2 Hasil Pengukuran Dimensi Sadapan

No Parameter Rata - rata Standar Deviasi

(30)
(31)
(32)

7 15 7

(33)
(34)

Lampiran 5 Rekapitulasi Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Pinus (Amortisasi) 1

(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rumah Sakit Ibnu Sina, Kabupaten 50 Kota, Payakumbuh pada tanggal 13 Juni 1988. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Firdaus dan Ibu Afnidel. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD PIUS lulus pada tahun 2001, pendidikan menengah pertama di SMP FIDELIS lulus tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Akabiluru Piladang lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Ketua Umum Panitia Temu Manager (masa pengenalan kampus mahasiswa Departemen Manajemen Hutan) pada tahun 2009. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota dan pengurus IPMM (Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang), anggota dan pengurus IKMP (Ikatan Keluarga Mahasiswa Payakumbuh) periode 2009 - 2010, anggota FMSC (Forest Management Student Club) periode 2009 - 2010. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan CDA kategori Bussines Plan dan termasuk sebagai kandidat penerima hibah sebesar 15 juta untuk pengembangan usaha mikro di Institut Pertanian Bogor.

Selama pendidikan penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang dan Kamojang, Jawa Barat pada tahun 2009 Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi dan KPH Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2010 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. REKI (Restorasi Ekosistem Hutan) , Jambi pada tahun 2011.

Gambar

Tabel 2 Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan        penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada model regresi diketahui bahwa variabel struktur modal berpengaruh negatif dan secara statistik signifikan terhadap nilai

Mengenai pembagian kekuasaan yang telah diterapkan oleh pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi acuan dalam memahami hubungan antar lembaga di Indonesia yang

Pelaksanaan prosedur simpan-pinjam di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Murakabi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen bisa dikatakan terlaksana dengan baik,

selama 15 hari Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan Artemia sp dengan dosis pengayaan Vitamin A yang berbeda tidak memberikan pengaruh

Individu yang diberi makan Diet A (Diet Referensi), yang hanya mengandung 50 % casein, mencapai rata-rata waktu kehidupan 129 hari, 87 % dari mereka molting pertama kali dan 70

diatas telah dianulir oleh Surat Mahkamah Agung Nomor : 32/TUADA-AG/III-UM/IX/1993 yang antara lain berisi bahwa ketentuan Pasal 84 ayat (4) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Model Analisis Data Mengalir oleh Miles dan Huberman (1984) dengan langkah - langkah: reduksi

dilestarikan karena berada pada undang-undang adat yang mengatur tentang seni dalam masyarakat Minangkabau dan tidak bertentangan dengan falsafah adat Minangkabau