PENGARUH SILICA-FREE ASH CONTENT DALAM PROSES PEMBAIURAN SERASAH SENGON (Parase:iarztlzes fnlcntnrin), AKASIA
(Acacia mnngilmz) DAN AL4NG-ALANG (Imperafa cylindricn)
Arie Munandar
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN PAKULTAS KEHUTANAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya (Jawa Barat) tanggal 4 Nopember 1979.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tj. Muchsin dan
Ibu Dra. Yuyum Dj. I.
Penulis mengikuti pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Inpres
Nyantong Tahun 1986, dan lulus pada tahun 1992. Pendidikan dilanjutkan pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahm 1995 dan selanjutnya di
Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Tasikmalaya yang diselesaikan pada tahun 1998.
Pada tahun 1999 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian
Masuk Perguruan Tinggi Negeri IPB (UMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan..
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis
melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul " Pengaruh Silica-Free
As6 Content dalam Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriantltes falcataria),
RINGKASAN
ARIE MUNANDAR (E01499125). Pengaruh Silica-Free As11 Coiztent dalam Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriairtltes falcataria), Akasia (Acacia
nzalzgium) d a n Alang-alang (Imperata cylindrica). Di bimbing oleh Dr. Ir.
Bambang Hero Saharjo, M.Agr.
Kebakaran hutan merupakan suatu proses kebakaran yang penjalaran apinya bebas dan tidak tertekan serta mengkonsumsi bahan bakar alami yang berasal dari hutan. Kebakaran yang terjadi pada setiap musim kemarau hanya memiliki skala dan intensitas kebakaran hutan dan lahan yang masih sangat terbatas dan hanya mempengaruhi lingkungan, ekonomi dan kehidupan secara lokal. Pada dua dekade terakhir situasi tersebut berubah secara drastis akibat penggunaan api secara ekstensif untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta praktek-praktek penebangan hutan yang "ilegal". Khususnya selama November 1982
-
April 1983, Agustus 1990, Juni-Oktober 1994, September-November 1997 dan Februari-Mei 1998, kebakaran hutan terjadi secara luas yang menimbulkan masalah kesehatan bahkan kematian, kerugian ekonomi baik dalarn skala nasional maupun regional serta dampak yang tidak dapat dinilai seperti punahnya keanekaragaman hayati dan pemanasan global.Kebakaran tersebut kebanyakan disebabkan oleh kegiatan manusia berupa penggunan api secara akstensif untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta praktek-praktek penebangan hutan yang sangat merusak, oleh karena itu saat ini telah banyak pengusaha kehutanan yang mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI). Kayu yang dihasilkan diantaranya sengon dan akasia yang lebih pendek umur tebangnya. Pemilihan jenis pohon seperti ini dilakukan karena kebutuhan industri-industri pulp dan kertas terhadap kayu ini sangat tinggi. Kerugian dan dampak yang cukup besar akibat kebakaran hutan ini nlenyebabkan perlunya suatu usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan sejak dini. Untuk itu diperlukan suatu informasi tentang potensi ketahanan suatu jenis pohon dalam pembakaran dari setiap bagiannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar silika bahan bakar jenis sengon dan akasia serta alang-alang sebagai petnbandingnya, mengetahui perbedaan lama pembakaran pada setiap bagian pohon dan mengetahui seberapa besar peran silica-free ash content yang terkandung dalam bahan bakar dalam proses petnbakaran.
Hasil pengujian kadar air dan kadar silika terhadap akasia terlihat bagian yang paling tinggi kadar airnya adalah daun, dengan persentase rata-rata kadar air sebesar 72,4% dan terendah adalah kulit batang dengan rata-rata kadar air 44,1%, sedangkan kadar silika rata-rata tertinggi adalah daun dengan persentase rata-rata 6,73% dan terendah adalah ranting dengan rata-rata 1,46%. Pengujian kadar air dan kadar silika yang dilakukan pada sengon, terlihat bagian yang paling tinggi kadar airnya adalah daun dengan persentase rata-rata 62,7% dan terendah adalah ranting dengan rata-rata kadar air 51,8%, sedangkan kadar silika rata-rata tertinggi adalah daun dengan persentase rata-rata 8,05% dan terendah adalah ranting dengan rata-rata 1,05%. Untuk pengujian kadar air dan kadar silika terhadap alang-alang dilakukan dengan mengambil 9 contoh utuh alang-alang dari akar sampai ujung daun dengan rata-rata kadar air 67,8% dan rata-rata kadar silika 6,12%.
Hasil perlakuan pembakaran pada akasia terlihat bahwa bagian pohon yang lebih cepat terbakar adalah ranting dengan waktu pembakaran rata-rata 9,7 detik, sedangkan bagian pohon yang lebih lama terbakar adalah kulit batang dengan rata- rata waktu terbakar 1 menit 59 detik. Pembakaran yang dilakukan pada sengon menghasilkan bagian pohon yang lebih cepat terbakar adalah daun dengan rata-rata waktu terbakar 1,3 detik sedangkan bagian pohon yang lebih lama terbakar adalah kulit batang dengan rata-rata waktu terbakar 53,; detik. Perlakuan pembakaran yang dilakukan pada alang-alang menghasilkan waktu rata-rata 3,7 detik. Kelembaban yang diukur pada saat pembakaran adalah 60%.
Hasil perlakuan pembakaran pada daun cenderung lebih cepat daripada kedua bagian pohon yang lain karena ukurannya yang lebih halus daripada kulit batang dan ranting. Ukuran bahan bakar kulit batang termasuk kedalam bahan bakar yang kasar karena memiliki kerapatan partikel bahan bakar yang lebih tinggi daripada daun dan batzng. Terlihat dari kadar air daun yang lebih tinggi daripada kadar air kulit batang yang artinya bahwa kadar air daun yang hilang lebih banyak daripada kadar air ltulit batang pada saat pengovenan, sehingga pada saat akan dibakar kondisi bahan bakar daun lebih kering daripada kulit batang.
I-Iasil uji analisis regresi tentang hubungan kadar silika dengan lamanya pembakaran adalah tidak nyata, artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kadar silika dengan proses pembakaran. Namun ada faktor-faktor lain yang lehih dominan dalam mempengaruhi proses pembakaran yaitu ukuran bahan bakar, kerapatan bahan bakar dan kadar air bahan bakar.
PENGARUH SILICA-FREE ASH CONTENT DALAM PROSES PEMBAKARAN SERASAH SENGON (Paraseriantltes falcataria), AKASIA
(Acacia nmngitrm) DAN ALANG-ALANG (Zmperata cylindrica)
Arie Munandar
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Kehutanan
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Pengaruh Silica-Free Aslz Corzlenl dalarn Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriarztlzes fnlcataria), Akasia (Acacia martgiunz) dan Alang-alang (Inzperata cj1lir2drica)
Narna : Arie Munandar
Nomor Pokok : E01499125
Departenien : Manajemen Hutan
Menyetujui
Penibimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas herkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyusun
skripsi dengan judul "Pengaruh Silica-Free Ash Content dalam Proses
Pembakaran Serasah Sengon (Paraserinrztlzes falcataria), Akasia (Acacia
mangium) d a n Alang-alang (Zrnperata cylindrica)" di bawah bimbingan Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr. hingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah dari hasil penelitian di Laboratorium
Kebakaran Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dari tanggal 27 Juni
sampai 27 Agilstus 2004 yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis akan menyampaikan rasa terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah ikut membantu tersusunnya skripsi ini, di antaranya :
1. Bapak Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi
atas segala bimbingan, bantuan dan dorongannya.
2. Ayahanda dan Ibunda tercinta dan seluruh keluargaku atas segala perhatian,
motivasi, kasih sayang, dan do'anya untuk keberkasilan penulis.
3. Seluruh jajaran dan staf Laboratorium Kebakaran Hutan
4. Rekan-rekan di Asrama Sylvalestari atas segala perhatian dan kebersamaannya
yang tak akan terlupakan sampai kapanpun.
Penulis menyadari bdlwa skripsi illi masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan ke depannya. Besar harapan penulis, semoga
skripsi dapat memberikan nianfaat yang banyak terutama bagi penulis sendiri dan
para pembaca yang menggunakannya,
Bogor, Oktober 2004
DAFTAR IS1
KATA PENGANTAR ... 1
. .
...
DAFTAR IS1 11...
...
DAFTAR TABEL 111...
DAFTAR LAMPIRAN iv I.
PENDAHULUAN A ....
...Latar Belakang ... . . . . . . . . . 1. .
B.
Tujuan Penellt~an...
2I1
.
TINJAUAN PUSTAKA A . Kebakaran Hutan.
...
.
.
.
.
.
.
3.
.
1.
Definisl...
32
.
Proses Pembakaran...
.
.
...
3B . Perilaku Api
...
51 . Karakteristik Bahan Bakar
...
52
.
Flammabilitas Bahan Bakar ... 8C . Tinjauan Morfologi ...
1
.
Tinjauan Morfologi Sengon (Paruserianlhes. Jirlcnrarin)...
2
.
Tinjauan Morfologi Akasia (Acacia nurngium) ......
3
.
Tinjauan Morfologi Alang-alang (Impernfa cylindrica). .
...4
.
Tiniauan Umum Kandungan Silika111
.
METODE PENELITIANA . Waktu dan Tempat Penelitian ...
B
.
Alat dan Bahan ......
.
1 Pengumpulan Data 13
. .
IV
.
HASIL DAN PEMBAHASAN. .
A . Hasil Penelltlan ...
1
.
Kadar Air Bahan Baltar ...2
.
Kadar Silika Bebas Abu...
3 . Kelembaban pada Saat Pengambilan Serasah
...
...
.
4 Pembakaran
B
.
Pembahasan...
V
.
KESIMPULAN DAN SARANA
.
Kesimpulan...
B
.
Saran...
DAFTAR PUSTAKA
...
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
.
.1. Anahs~s Ragam
...
...
... 142. Tabulasi Data Kadar Air, Silika dan Pembakaran Jenis Acacia mangium
.
153. Tabulasi Data Kadar Air, Silika dan Pembakaran
eni is
Paraserianthesfalcataria
...
15...
4. Data Kelembaban Udara di Lokasi Pengambilan Serasah 19
DAFTAR GAMBAR
No . Teks Halaman
.
.
1
.
Segltlga Api...
3...
.
2 Kadar Air Rata-rata pada Ketiga Jenis Contoh Uji 17
...
.
3 Kadar Silika Rata-rata pada tiap Jenis Contoh Uji 18
...
.
DAFTAR LAMPIRAN
No
.
Teks Halaman1
.
Data Silika Jenis Acacia mangium...
26...
2
.
Data Silika Jenis Paraserianthes falcataria 26.
...
3 Data Silika Jenis Imperata cylindrica 26
...
.
4 Anova Kadar Silika Ketiga Jenis Contoh 26
...
.
5 Anova kadar Silika Ketiga Jenis Contoh 26
6
.
Analisis Regresi Hubungan antara Kadar Silika Ketiga Jenis Contoh denganI. PENDAHULUAN
Kebakaran hutan merupakan suatu proses kebakaran yang penjalaran apinya
bebas dan tidak tertekan serta mengkonsumsi bahan bakar alami yang berasal dari
hutan. Pembakaran hutan merupakan suatu proses kebakaran yang penjalaran apinya
iidak bebas dan sesuai dengan tujuan manajemen kebakaran hutan yang mencakup
tujuan perlindungan hutan dari kebakaran, pencegahan kebakaran, prosedur-prosedur
yang harus ditempuh bila terjadi suatu api, dan kegiatan-kegiatan pemadaman.
Kebakaran yang terjadi pada setiap musim kemarau sebenarnya hanya memiliki skala
dan intensitas kebakaran hutan dan lahan yang masih sangat terbatas dan hanya
mempengaruhi lingkungan, ekonomi dan kehidupan secara lokal. Pada dua dekade
terakhir situasi tersebut berubah secara drastis akibat penggunaan api secara ekstensif
untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta praktek-praktek penebangan
hutan yang "ilegal". Khususnya selama November 1982
-
April 1983, Agustus 1990, Juni-Oktober 1994, September-November 1997 dan Februari-Mei 1998, kebakaranhutan terjadi secara luas yang menimbulkan masalah kesehatan bahkan kematian,
kerugian ekonomi baik dalam skala nasional maupun regional serta dampak yang
tidak dapat dinilai seperti punahnya keanekaragaman hayati dan pemanasan global.
Beberapa negara di kawasan Asia Tenggara turut pula merasakan dampak yang
dihasilkan lewat penyebaran asap yang melintasi negara tersebut (Transboundary
Haze Pollulion).
Daliipak lain yang dirasakan adalah kerusakan ekosistem liutan, komposisi
vegetasi (keragaman spesies) dan struktur hutan yang berubah seiring dengan
dampaknya pada kolnponen lingkungan. Sedangkan kebakaran dan pembakaran
hutan dan lahan yang terbesar di Indonesia terjadi pada tahun 199711998 yang
dipcrburuk dengan adanya penyinipangan iklim El Nino yang menyehabkan musim
kelnarau yalig berkepanjangan dan telah merusak areal hutan dan lahan seluas 10 juta
ha dengan kerugian diperkirakan sebesar 10 milyar dollar Amerika (setara dengan
karbondioksida (CO2) terbesar di dunia karena 22 persen produksinya berasal dari
kebakaran dan pembakaran hutan di Indonesia.
Jurnal Nature (awal November 2002) melaporkan bahwa kebakaran hutan dan
lahan Indonesia yang terjadi pada tahun 1997/1998 tersebut ternyata telah
melepaskan 2,6 miliar karbon ke dalam atmosfer yang setara dengan 13 - 40 persen
produksi karbon global
(h
Saharjo, 2003).Kebakaran tersebut kebanyakan disebabkan oleh kegiatan manusia berupa
penggunan api secara akstensif untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta
praktek-praktek penebangan hutan yang sangat merusak, oleh karena itu saat ini telah
banyak pengusaha kehutanan yang mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI). Kayu
y m g dihasilkan diantaranya sengon dan akasia yang lebih pendek umur tebangnya.
Pemilihan jenis pohon seperti ini dilakukan karena kebutuhan industri-industri pulp
dan kertas terhadap kayu ini sangat tinggi. Akan tetapi jenis hutan homogen seperti
ini masih memungkinkan untuk dapat terjadinya kebakaran.
Kerugian dan dampak yang cukup besar akibat kebakaran hutan ini
menyebabkan perlunya suatu usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan sejak dini. Untuk itu diperlukan suatu informasi tentang potensi ketahanan
suatu jenis pohon dalam pembakaran dari setiap bagiannya. Salah satu unsur dalam
tanaman yang dapat menghambat proses pembakaran adalah silika (Mutch, 1970
dalam Saharjo dan Watanabe, 1999). Silika sintetis yang mirip dengan detergen ini
juga merupakan bahan campuran yang dapat digunakan dalam memadamkan
kebakaran hutan (Saharjo. 29C1). Informasi tersebut diupayakan dapat
meminimalisasi kerusakan yang terjadi akibat adanya kebakaran hutan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar silika
bahan bakar daun, ranting dan kulit batang pada jenis sengon dan akasia serta alang-
alang sebagai pembandingnya, mengetahui perbedaan lama pembakaran pada setiap
bagian pohon serta rnengetahui seberapa besar peran silica-free ash content yang
11. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebakaran Hutan
1. Detinisi
Menurut Brown Davis (1973) kebakaran hutan di definisikan sebagai suatu
proses reaksi cepat dari oksigea dengan unsur-unsur lain dan ditandai dengan adanya
panas, cahaya, serta biasqnya menyala. Proses pembakaran ini menyebar secara bebas
dan mengkonsumsi bahan bakar alam hutan, seperti. serasah, humus, ranting-ranting
kayu mati, gulma, semak, dedaunan serta pohon segar.
2. Proses Pembakaran
proses pembakaran &erupakan reaksi kebalikan d&i proses fotosintesis
(Brown dan Davis, 1973) :
Proses fotosintesis :
C 0 2
+
H 2 0+
energi matahari ___+ (C6Hi00~)n + 0 2Proses pembakaran :
(C6H1005)n
+
0 2+
Kindling Temperature A CO2+
Hz0+
Energi panas
Proses kebakaran hanya dapat terjadi apabila terdapat tiga unsur yang saling
mendukung yaitu bahan bakar, oksigen, dan panas yang disebut segitiga api (Clar dan
Chatten, 1954) :
Bahan bakar
[image:15.616.233.357.543.640.2]Oksigen Panas
Beberapa tahapan proses pembakaran dalam kebakaran hutan menurut
Debano et al, (1 998) :
a. Pre-ignition
Pada tahap ini bahan bakar mulai terpanaskan, terdehidrasi dan mulai terjadi
proses pirolisasi, yaitu terjadi pelepasan uap air, CO2 dan gas-gas yang mudah
terbakar termasuk methane, methanol dan hydrogen. Dalam proses pirolisis
ini reaksi berubah. dari exothermic (melepas panas) menjadi endothermic
(memerlukan panas), dimana bahan bakar menyerap menyerap panas sampai
titik bakar.
b. Flaming Combustion
Reaksi exothermic pada fase ini dapat menaikkan temperatur dari 3.00" C -
500" C (Ryan dan McMahon, 1970). Pirolisis melaju dan mempercepat
oksidasi dari gas-gas yang dapat terbakar dan uap air mengakibatkan pirolisis
meningkat di sekitar bahan bakar termasuk O2 dan pembakaran terjadi selama
tahap ini. Api mulai rnenyala dan dapat merambat dengan cepat akibat
hembusan angin dan gas-gas pada tahap yarning mudah terbakar menandai
penyalaan bahan bakar. Peningkatan temperatur ini disertai penguapan air dan
hancumya molekul pada jaringan pohon dan melepaskan gas-gas yang mudah
menguap. Oksidasi yang tinggi dari bahan organik yang dapat terbakar dan
gas-gas lain dapat menghasilkan massa yang paling besar dari produk
pembakaran scperti air, COz, SO2 dan NO(,,
c. Smoldering
Smoldering adalah fase combustion permulaan dalam tipe bahan bakar ini.
Dua zona yang menjadi karakteristik fase smoldering dari pembakaran adalah
zona pirolisis dengan berkembangnya hasil-hasil pembakaran dan zona arang
dengan pelepasan hasil-hasil pembakaran tidak tampak. Laju penjalaran api
mulai menurun karena bahan bakar tidak dapat mensuplai gas-gas yang dapat
terbakar dalam konsentrasinya da11 pada laju yang dibutuhkan untuk
pembakaran yang dahsyat. Kemudian panas yang dilepaskan menurun dan
dalanl asap. Smoldering biasanya terjadi pada 'tfuel beds" dengan bahan bakar
yang tesusun dengan baik dan oksigen terbatas seperti d u g kayu yang
membusuk dan tanah organik (gambut).
d. Glowing
Fase glowing adalah bagian akhir dari proses smoldering. Pada fase ini
temperatur puncak dari pembakaran berkisar antara 300-600°C dan sedikit
atau tidak sama sekali menghasilkan asap. Bila suatu kebakaran mencapai fase
glowing, sebagian besar dari gas-gas yang mudah menguap akan hilang dan
oksigen mengadakan kontak langsung dengan permukaan bahan bakar yang
mengarang. Hasil dari fase glowing terutarna adalah CO, COz dan abu sisa
pembakaran.
e. Extinction
Kebakaran terhenti (Debano et al, 1998) bila bahan bakar yang tersedia
dikonsumsi, atau bila panas yang dihasilkan melalui oksidasi baik melalui fase
smoldering maupun glowing tidak cukup untuk menguapkan air yang
dibutuhkan berasal dari bahan bakar yang basah (kadar air tinggi).
B. Perilaku api (fire behavionr)
Perilaku api @re behaviour) merupakan reaksi api terhadap keadaan
lingkungan, yaitu bahan bakar yang berpotensi untuk terbakar, iklim, kondisi cuaca
lokal dan topografi. Perilaku api dapat berubah dalam ruang dan waktu atau keduanya
dalam hubungan perubahan komponen lingkungan (Brown dan Davis, 1973).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku api pada kebakaran hutan (Clar
dan Chatten, 1954) adalah :
1. Karakteristik Bahan bakar
Brown dan Davis (1973) dan Chandler et al. (1983) menyatakan bahwa bahan
bakar diklasifikasikan dalam tiga kelompok, berdasarkan penyebaran vertikal, yaitu:
a. Bahan bakar bawali
yang jatuh. Memiliki sifat kekompakkan yang tinggi dan sehagian didekomposisi sehingga mengakibatkan api rner~jalar lanibat dengan nyala yang sedikit.
b. Bahan bakar permukaan
Balian bakar ini berupa bahan bakar yang terdapat di lantai hutan, normalnya
terdiri dari daun yang jatuh atau serasah, ranting, kulit kayu dan cabang kecil yang
semuanya belum terurai dan kehilangan untuk mengidentifikasinya. Selain itu
rumput, tumbuhan bawah, anakanlsemai juga termasuk bahan bakar permukaan.
Bahan bakar ini sebelumnya merupakan tumbuh-tumbuhanyang hidup di daerah
tersebut sehingga kepadatan bahan-bahan tersebut lebih merupakan hasil proses
biologi dibanding proses mekanik.
c. Bahan bakar tajuk
Bahan bakar ini merupakan bahan bakar material hidup atau mati yang ada di
atas dan menutupi kanopi hutan dan menyebar dari tanah dengan tinggi lebih dari 4
feet. Umumnya bahan bakar tersebut merupakan bahan bakar hidup dan mempunyai
kelembaban yang tinggi sehingga bahan bakar tersebut tidak akan terbakar kecuali
dibakar dalam periode waktu yang lama.
Karakteristik bahan bakar yang berpengaruh terhadap perilaku api (Clar dan
Chatten, 1954) adalah :
a. Ukuran bahan bakar
b. Susunan bahan bakar
Susunan bahan bakar vertikal merupakan bahan bakar yang bertingkat ke arah
atas sehingga api akan mencapai tajuk dengan cepat. Bahan bakar yang menyebar
dan berkesinambungan di lantai hutan akan mempercepat penyebaran kebakaran.
c. Volume bahan bakar
Volume bahan bakar yang besar akan menimbulkan api yang lebih besar,
temperatur sekitar yang lebih tinggi dan terjadi kebakaran yang sulit dipadamkan.
Untuk volume bahan bakar yang kecil menimbulkan api yang kecil dan mudah
pemadamannya.
d. Jenis bahan bakar
Tumbuhan berdaun jarum lebih mudah terbakar daripada tumbuhan berdaun
lebar, karena tumbuhan berdaun jarum banyak mengandung zat ekstraktif mudah
terbakar, misalnya resin dan daumya lebih sukar terdekomposisi.
e. Kerapatan bahan bakar
Kerapatan berhubungan dengan jarak antar partikel dari bahan bakar,
berpengaruh kepada persediaan udara dan pemindahan panas. Bahan bakar yang
mempunyai kerapatan tingzi akan sulit untuk terbakar dibandingkan dengan bahan
bakar yang kerapatannya rendah. Hal ini berhubungan dengan suplai oksigen saat
terjadinya proses kebakaran.
f Kadar air bahan bakar
Kzdar air adalah jumlah kandungan air yang ada dalam bahan bakar yang
dinyatakan dalam persentase berat air terhadap berat kotor bahan bakar yang dikeringkan pada suhu 100°C. Lebih sedikit kandungan air balian bakar maka lebih
mudah bahan bakar terbakar (Clar dan Chatten, 1954). Tumbuhan hidup mengandung
70-80% air. Setelah mati, kandungan airnya akan dipengaruhi temperatur,
kelembaban dan angin. Yang sangat besar mempengaruhi kandungan air bahan bakar
adalah hujan. Kadar air bahan bakar dibedakan sebagai berikut: sangat kering
(<20%), kering (10-20%), agak kering (20-30%), basah (30-50%) dan sangat basah
ignasi atau penyalaan bahan bakar hutan (Balai Teknolugi Reboisasi Banjar Baru,
1992).
2. Flammabititas Bahan Bakar
Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi
pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam
ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak
terbakm yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan
dan silika (Haygreen dan Bowyer, 1982).
-.
Menurut Chandler, et a1 (1983), berkenaan dengan kimia bahan bakar, ada
dua variabel penting, yaitu jumlab relatif dari zat ekstraktif eter dan silika bebas abu.
Kedua variabel tersebut akan berubah nyata disebabkan oleh jenis tanaman, lokasi
geografi, musim (tempat perturnbuhan fisiologi) dan derajat kerusakan. Variasi
terbesar yang dapat ditemukan antar spesies adalah abu bebas silika. Karena adanya
mineral yang mengisi bagian dari tanaman, maka tanaman selektif terhadap proses
penguraian, kandungan abu meningkat karena bahan bakar panas.
Mekanisme pirolisis dan pemanasan dalam bahan bakar tumbuhan
dipengaruhi oleh faktor kimia dan fisik dari komponen bahan bakar inorganik secara
kolektif, disebut kandungan abu bahan bakar dan khususnya dalam kandungan abu
bebas silika (Mutch and Philphot, 1970).
Pirolisis adalah penurunan suhu dari molekul selama pembakaran. Pirolisis
pada tanaman menghasilkan volatil (gas yang menguap) yang mendukung
pembakaran. Berdasarkan hasil penelitian, menyatakan bahwa selama pirolisis,
selulosa berhubungan dengan komponen inorganik yang mempunyai perkiraan bahwa
flammabilitas dari tumbuhan/tanaman dapat dipengaruhi oleh komponen itu sendiri
(biasa disebut mineral atau kandungan abu). Sejak silika ditemukan untuk menjadi
penghambat dalam pirolisis, maka jumlah silika dapat ditentukan dengan metode
standar, yaitu dapat diambil dari total a b ~ ~ dalam proses pengabuan. Kenaikan
kandungan abu dapat menghasilkan penurunan rata-rata maksimum gas yang
nlenguap, kenaikan resdidu setelah pembakaran dan pirolisis aktif pada suhu yang
D. Tinjauan Morfologi
1. Tinjauan Morfologi Sengon (Paraseriantlzes falcuturin) a. Keterangan umum
Sengon termasuk ltedalam famili Mimosaceae (petai-petaian) dan merupakan salah satu jenis pohon yang pertumbuhannya sangat cepat. Sengon mempunyai nama daerah yang bemacam-macam, diantaranya jeunjing di Jawa Barat, mbesiah di Jawa Tengah, tedehu pute di Sulawesi, rawe di Maluku, di Malaysia dan Brunei dikenal dengan nama puak, batai atau kayu macis. Orang melayu banyak menyebut sengon ini dengan nama salawaku putih, nama salawaku putih ini tampaknya berkaitan dengan serat kayunya yang membujur dan berwarna putih dan kulit luar batangnya yang licin dan berwarna kelabu keputih-putihan.
b. Penyebaran, Tempat Tu~nbuh dan Pertumbuhannya
Sengon tumbuh di areal dengan ketinggian tempat antara 0-1500 m dpl, pertumbuhan terbaiknya pada ketinggian tempat 10-800 m dpl. Sengon tumbuh dengan baik di daerah yang terletak antara 1O0LS
-
3"LU yang memiliki 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering. Curah hujan rata-rata tahunan yang diinginkan tanaman ini adalah 2000-2700 mm. Sengon tumbuh optimal pada kelembaban udara antara 50-75%.
Pertumbuhan sengon selama 25 tahun dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter batang mencapai 100 cm. Sengon memiliki kelas kuat I1 dan kelas awet IV. c. Kegunaan
Pohon sengon menipunyai berbagai macam kegunaan, daun sengon sebagaimana daun-daun dari famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein yang tinggi, selain itu daun sengon yang gugur dapat bertindak sebagai pupuk hijau yang baik bagi tanah dan tanaman di sekitarnya.
2. Tinjauan iviorfologi Akasia (Acncin i?znngiitnt)
a. Keterangan Umunl
Acacia mangium termasuk kedalam Sub Divisi Angiospermae, Famili
Leguminosae, Sub famili Mimosoidae
b. Penyebaran, Tempat Tumbuh dan Pertumbuhannya
Penyebaran alarni Acacia mangium yaitu di Indonesia (P. Sula, P. Seram, P.
Aru ke Irian Jaya), propinsi bagian barat PNG, Queensland Utara di Australia, dengan
wilayah latitudinal lo-18'57' S dan wilayah longitudinal 125"22'-146"17' E
(Pinyopusarerk, 1993).
NAS (1983) melaporkan bahwa Acacia mangium merupakan tanaman asli
Australia Timur (Queerisland), Papua Nugini dan Indonesia bagian Timur yakni di
Irian Jaya bagian selatan yaitu di Agevada (Babo) dan Tomage (Rokas), Kepulauan
Aru dan Maluku Selatan serta di Seram Barat.
Pada umumnya Mangium dapat tumbuh di dataran rendah pada lahan yang
kurus. Davidson (1982) mengemukakan bahwa jenis Mangium yang terdapat di
Maluku ditemukan di padang alang-alang dan di tepi hutan primer dataran rendah.
Acacia mangium dijumpai tumbuh mulai dari daerah dengan ketinggian 30-130 m
dpl.
Jenis Mangium tergolong cepat tumbuh, pada umur 9 tahun dapat mencapai
tinggi 23 m dengan batang bebas cabang setinggi 6-8 m serta bisa menghasilkan -+
41 5 m3/ha atau rata-rata per tahunnya 46 m3/ha (Pinyopusarerk, 1993).
c. Kegunaan
Kayu Acacin mangizrm sangat baik untuk bahan baku pembuatan papan
partikel dan dapat dibuat pulp dengan kualitas yang memuaskan. Selain itu juga
mempunyai masa depan yang baik dala pembuatan meubel, kusen, molding dan
3. Tinjauan Morfotogi Alang-afang (I~~zpertrtn cylinrlricn) a. Keterangan Umum
Alang-alang termasuk tanaman gulmayang lebih sering dikatakan sebagai tumbuhan pengganggu ataupun istilah herba. Secara populer di kalangan petani atau umum, gulma juga disebut rumput atau rerumputan.
Alang-alang termasuk kedalam kelas Gymnospermae dan phylum Pterophyta yang merupakan salah satu dari 4 phyla (Psilophyta, Lycophyta, Sphaenophyta dan Pterophyta) yang termasuk kedalam Tracheophyta yang merupakan tumbuhan yang mempunyai sistem pembuluh (vascular plants).
b. Penyebaran, Tempat Tumbuh dan Pertumbuhan
Penyebaran alami alang-alang disebabkan karena bijinya yang dapat terbawa oleh angin, air, hewan, manusia dan dalam beberapa ha1 juga karena ledakan ke setiap areal yang mempunyai lahan kritis, sehingga dikatakan pula bahwa alang-alang merupakan tumbuhan pionir (perintis) yang intoleran (tidak membutuhkan cahaya).
Alang-alang termasuk kedalam gulma tahunan (perennial) yaitu gulma yang dapat tumbuh terus selama lebih dari 2 tahun atau musim dari sistem perakaran yang sama.
Sifat khusus alang-alang dalam ha1 pertumbuhan sehingga dapat digolongkan kedalam gulma ini adalah bahwa tumbuhan itu memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi, berkembang biak awal sekali dan efisien, mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dan tetap hidup pada keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, unit penyebaran gulma ini mempunyai sifat dormansi atau dapat dipaksa untuk dorman sampai keadaan lingkungan menjadi baik, sehingga kemampuan berhasil untuk hidup sangat besnr serta inempunyai daya kompetisi yang sangat tinggi dengan disertai kemampuan adaptasi yang tinggi pula.
c. Kegunaan
Meskipun dikenal sebagai tanaman pengganggu, alang-alang mempunyai
4. T i ~ i j a u a ~ l Umum Icandongan Sililta
Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi
pembakaran pada suhu tinggi dengan kondisi oksigen yang melimpah, residu
semacam ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang
tidak terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium,
managan dan silika (Haygreen dan Bowyer, 1996
&
Diah, 2001). MenurutBroido and Nelson (1964) dalam Kauffman et nl. (1988), pirolisis dari material
tanaman juga menghasilkan volatil (gas yang menguap) yang mendultur.;
pembakaran. Naiknya kandungan abu bebas silika (Silica-pee crsh) meminimalkan
atau mengurangi net reaksi pirolisis dalam pembakaran (Flnn7ing conihi~siion).
Kandungan relatif silika adalah salah satu dari dua komponen utama bahan
bakar dari segi kimiawinya. Bahan silika yang terdapat pada bagian-bagian tumbuhan
tahan terhadap proses pelapukan (Chandler et nl., 1983). Beberapa studi
memperlihatkan bahwa proporsi silika berkorelasi negatif dengan kemudahan
terbakar. Kandungan silika sebagai salah satu bahan anorganik dalam komponen
bahan bakar dapat menghambat proses pembakaran (Mutch, 1970
dalam
Saharjo dan Watanabe, 1999). Sebuali penelitian pendahuluan dilakukan untuk mempelajarikemudahan terbakar dari 14 spesies semak belukar dan S spesies pohon berdasarkan
kandungan silika dalam bentuk abu bebas silika. Hasilnya menunj~~kltan bahwa
kandungan pada daun baik pada jenis semak belultar maupun pada jenis pohon lebih
besar daripada kandungan pada ranting atau batang. Kandungan pada daun be~variasi
antara 1,7 % sampai 11,4 %, sedangkan kandungan pada ranting atau batang
bervariasi antara 0,4 % sampai 7,8 % (Saharjo dan Watanabe, 1999). Hasil penelitian
oleh Philpot (1970 dalam Sahajo dan Watanabe, 1999) juga menunjukkan bahwa
kandungan silika pada bahan daun lebih tinggi dibanding kandungan pada bahan
111. METODE PENELITIAN
A. Waktu d a n Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu 27 Juni sarnpai 27 Agustus
2004 di Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan dan analisis kimia jaringan
tanaman dilakukan di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.
B. AIat d a z Bahan Penelitian
Alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas
koran bekas untuk membungkus bahan, karung plastik sebagai kontainer dalam
pengangkutan bahan setelah diambil dari pohon, gunting pemotong rumput, golok,
oven, hygro thermometer, thermometer digital, alat pembakar benipa bunzen,
penggaris, timbangan analitis dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah bagian daun, ranting, dan kulit batang dari
Acacia mangium dan Paraserianthes falcataria. Alang-alang digunakan sebagai
pembanding dan 5 m16 M HCI sebagai larutan untuk uji silika.
C. Metode Penelitian
1.
Pengumpulan Dataa. Pengumpulan Bahan.
Semua bahan diambil dari setiap jenis pohon yang ditanarn di sekitar kampus
IPB. Tinggi dan diameter pohon rata-rata berkisar 15-25 cm.
b. P-ngangkutan Bahan.
Bahan diangkut dengan menggunakan karung plastik dengan tujuan agar tidak
terjadi perubahan kadar air serasah yang drastis selama pengangkutan.
c. Perlakuan dan Pengambilan Data
1) Pengambilan bahan dilakukan dengan cara melakukan pemotongan dari bagian ujung tangkai daun dengan memilih dedaunan yang masih segar dan hijau, pemotongan ranting pertama dan pengulitan batang pohon.
2) Berat Basah dan Berat Kering Serasah
serasah diukur dengan melakukan penimbangan sebelum dioven. Untuk mendapatkan Berat Kering daun dilakukan pengovenan dengan oven bersuhu 105'C selama 24 jam.
3) Pengukuran Kadar Air
Setelah dilakukan pengovenan dilakukan pengukuran kadar air (KA) awal bahan
dengan memakai rumus: K A = B B - B K x 100%
BK 4) Pengamatan pada saat Proses Pembakaran
Pada saat pembakaran dilakukan pengukuran suhu, kelembaban dan lamanya
pembakaran.
5) Penentuan Kandungan Silika Bebas Abu
Kandungan total silika ditentukan terhadap Berat Kering simpel dengan cara
mendidihkan sampel abu total yang diambil dari tiap jenis yang sudah dibakar
(dalam suhu 5 7 3 ' ~ selama 3 jam) dalam 5 ml 6 M HCI dan pengabuan kembali dalam saringan sebanyak tiga kali ulangan.
6) Pengukuran Kelembaban
Kelembaban diukur dengan menggunakan Hygro Thermometer pada saat
pengambilan serasah di lokasi dan pada saat dilakukan pembakaran di
laboratorium.
4. Analisis Data
Analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
satu faktor, dengan tiga kali ulangan.
Tabel 1. Analisis Ragam
F hitung KTPJKTG Kuadrat Tengah (KT) KTP KTG Jumlah Kuadrat (JK) JKP JKG JKT Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Derajat Bebas (DB)
t- l
T(r-I)
[image:26.595.93.495.550.682.2]Bentuk hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
HO : rl =
.... =
z3 = 0 (kandungan silika tidak berpengaruh terhadap prosespembakaran)
HI : Paling sedikit ada satu i, dimana ri # 0
Statistik uji F hiiung mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang
sebesar t-1 dan derajat bebas penyebut sebesar t (r-1). Jika nilai F hitung lebih besar
daripada F tabel, maka hipotesis HO ditolak dan jika F hitung lebih kecil daripada F
[image:27.605.112.522.256.410.2]tabel, maka tolak HI
Tabel 2. ~ a b u l a s i Data Kadar Air, Silika dan Pelnbakaran Jenis Acacia nzangium
Ulangan
1
2
3
Tabel 3. Tabulasi Data Jenis Kadar Air, Silika dan Pembakaran Paraserianthes Total Perlakuan (Yi.) falcataria Total Keseluruhan Perlakuan Yl. Daun
YI I
y 1 2
y13 y2. Total Keseluruhan Ulangan 1 2 3 Total Perlakuan (Yi.) Ranting
y2 1
y 2 2
y 2 3
Kulit Batang
y3 1
y 3 2
y 3 3
y3.
Perlakuan
Yl.
y..
Kulit Batang
y3 1
y 3 2
y 3 3
Daun
YI 1
y12
y13
y2. Ranting
y2 I
y 2 2
y 2 3
[image:27.605.107.520.473.626.2]Bentuk umuln dari model linier aditif rancangan percobaan di atas: Y.. = p
+
Ti+
E..!I II
Dimana: i = 1, 2 ,...., t dan j = I , 2 ,...., r
Yii = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-J
p = Rataan ulnum
zi = Pengaruh perlakuan ke-i
E;, = Pengaruh acak pada ke-i dan ulangan ke-J
Untuk melihat hubungan antara kadar silika semua contoh uji dengan lamanya
pembakaran digunakan analisis regresi litlier sederhana:
Dimana: y = peubah bebas
a dan b = koefisien regresi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kadar Air Bahan Baliar
Pengujian kadar air bahan bakar dilakukan pada daun, ranting dan kulit batang
akasia. Bagian yang paling tinggi kadar airnya adalah bagian daun, deligan persentase
rata-rata kadar air sebesar 72,4% dan bagian yang paling rendah adalah bagian kulit
batang dengan rata-rata kadar air 44,1%, sedangkan bagian ranting mempunyai rata-
rata kadar air 47,1%.
Pengujian kadar air pada jenis sengon pada semua contoh terlihat bagian yang
paling tinggi kadar zirnya adalah bagian daun juga dengan persentase rata-rata kadar
air 62,7% dan bagian yang paling rendah adalah bagian ranting dengan rata-rata kadar
air 5 I$%, sedangkan bagian kulit batang mempunyai rata-rata kadar air 60,7%.
Pengujian kadar air pada alang-alang dilakukan dengan mengambil 9 contoh
utuh alang-alang dari akar sampai ujung daun dengan rata-rata kadar air 67,8%.
Alang-alang ini digunakan sebagai pembanding bagi kedua jenis pohon yang diuji.
Daun Cabang Kulit Batang
Bagian Pohon yang Diuji
[image:29.605.116.497.405.612.2]o Ulangan ke-1 #a Ulangan ke-2 o Ulangan ke-3
2. Kadar Siiika Bebas Abu
Pengujian kadar silika yang dilakukan pada jenis akasia pada semua contoh,
terlihat bahwa bagian yang paling tinggi mengandung silika adalah bagian daun
dengan persentase rata-rata kadar silika 6,73% dan bagian yang paling rendah adalah
bagian ranting dengan rata-rata kadar silika 1,46%, seda~lgkan bagian kulit batang
mempunyai rata-rata kadar sililca 3,85%.
Pengujian kadar silika yang dilakukan pada jenis sengon pada semua contoh
terlihat bagian yang paling tinggi kadar silikanya adalah bagian daun dengan
persentase rata-rata kadar silika 8,05% Jan bagian yang paling rendah adalah basian
ranting dengan rata-rata kadar silika 1,05%. sedangkan bagian kulit batang
mempunyai rata-rata kadar silika 7,43%.
Kadar silika pada alang-alang mempunyai rata-rata kadar silika 6,12%.
Akasia Sengon Alang-alang
.Jenis Contoh Uji
Kadar Silikapadadaun m Kadar Silikapadacabang Kadar Silikapada kulit batang
G a m b a r 3. Kadar silika rata-rata pada tiap jenis contoh uji
Hasil uji F pada selang kepercayaan 95% menyatakan bahwa perbedaan kadar
silika pada setiap jenis berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Saharjo
dan Watanabe (1999) yang menyatakan bahwa kadar silika pada daun bervariasi
[image:30.608.136.452.322.510.2]3. Kelembaban pada Saat Pengambilan Serasah
Hasil pengulturan kelembaban pada saat pengambilan serasah menunjukan
bahwa rata-rata persentase kelembaban tiap jenis sangat tinggi (Alang-alang: 87,5%,
Akasia: 90,25% dan Sengon: 92.63%). Bila kelembaban bahan bakar tinggi rnaka
akan dibutuhkan energi yang lebih besar untuk terjadinya pembakaran (Chandler, er
a[., 1983).
4. Data Kelembaban Udara di Lokasi Pengambilan Serasah
Waktu Kelembaban
1
Jenis
4. Pembakaran
Hasil perlakuan pembaltaran pada akasia terlihat bahwa bagian pohon yang lebih cepat terbakar adalah bagian ranting dengan waktu pembakaran rata-rata 9,7 detik dengan suhu awal rata-rata 4 2 ' ~ dan suhu akhir rata-rata 5 0 0 ' ~ . Bagian pohon yang lebih lama terbakar adalah bagian kulit batang dengan rata-rata waktu terbakar i
rnenit 59 detik dengan suhu awal rata-rata 4 2 , 7 ' ~ dan suhu akhir rata-rata 462,7'~, sedangkan bagian daun mempunyai waktu pembakaran rata-rata 13,3 detik denga suhu awal rata-rata 34,3'C dan suhu akhir rata-rata 6 3 2 ' ~ .
bagian ranting melnpunyai waktu rata-rata 7.7 detik dengan suhu awal rata-rata 4 1 , 3 ' ~ dan suhu akhir rata-rata 500,3'~.
Perlakuan pembakaran yang dilakukan pada alang-alang menghasilkan waktu
rata-rata 3,7 detik dengan rata-rata suhu awal 3 3 , 6 ' ~ dan rata-rata suhu akhir
699,6'~. Kelembaban yang diukur pada saat pembakaran adalah 60%.
Kadar air bahan bakar daun lebih tinggi daripada bagian pohon lain dikarenakan
daun memiliki ukuran yang halus yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya
yaitu temperatur, kelembaban dan angin sehingga mudah mengering tapi j ~ ~ g a mudah
menyerap air. Bahkan setelah tu~nbuhan itu mati, n~aka faktor lingkungan tersebut lebih
berperan dalam mempengaruhi perubahan kadar air (Balai Teknologi Reboisasi Banjar
Baru, 1992). Bahan bakar yang ukurannya kecil, kering akan menyerap air lebih cepat
daripada bahan bakar yang berukuran luaslbesar (Fuller, 1991). Untuk bahan bakar
berupa kulit batang dan ranting yang memiliki kadar air lebih rendah daripada daun
karena mempunyai susunan yang kasar, sehingga kadar airnya stabil dan tidak cepat
mengering.
Pengujian kadar air yang dilakukan dengan cara pengovenan ditujukan untuk
mengetahui seberapa besar kandungan air yang hilang, sehingga dapat dibandingkan pada
saat pembakaran. Perlakuan pembakaran yang diberikan akan menghasilkan perbedaan
kecepatan pembakaran setiap sampel dari kedua jenis pohon, sedangkan untuk alang-
alang digunakan sebagai pembanding bagi kedua jenis pohon tersebut.
Hubungan kadar air dengan kecepatan pembakaran terlihat dari larnanya waktu
penyalaan bahan bakar yang tercatat dalam tabel 10. Hasil perlakuan pembakaran pada
daun cenderung lebih cepat daripada kedua bagian pohon yang lain karena ukurannya
yang lebih halus daripada kulit batang dan ranting, sedangkan untuk alang-alang
cenderung lebih cepat pembakarannya daripada ketiga bagian pohon tersebut.
Pengujian kadar silika bebas abu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya dalam
proses pembakaran. Kandungan silika sebagai salah satu bahan anorganik dalam
komponen bahan bakar dapat menghambat proses pembakaran (Mutch, 1970 dalam
Saharjo dan Watanabe, 1999).
Hasil uji analisis regresi tentang hubungan kadar silika dengan lamanya
pembakaran adalah tidak nyata, artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kadar silika
dengan proses pembakaran. Namun ada faktor-faktor lain yang lebih dominan dalam
mempengaruhi proses pembakaran yaitu ukuran bahan bakar, kerapatan bahan bakar dan
Ukuran bahan bakar kulit batang terniasuk kedalam bahan bakar yang kasar
karena memiliki kerapatan partikel bahan bakar yang lebih rapat daripada daun dan
batang. Terlihat dari kadar air daun yang lebih tinggi daripada kadar air krllit batang yang
artinya bahwa kadar air daun yang hilang lebih banyak daripada kadar air kulit daun pada
saat pengovenan, sehingga pada saat altan dibakar kondisi bahan bakar daun lebih kering
daripada kulit batang.
Hasil pengukuran kelembaban (60%) menunjukar. bahwa lingkungan sekitar pada
saat pembakaran mendukung mudahnya bahan bakar dalam proses pembakaran.
Lingkungan sekitar plot pengalnbilan serasah menunjukan bahwa kelembabannya lebih
linggi daripada pada saat pembakaran, sehingga lingkungan sekitar bahan bakar di sekitar
plot tidak dapat dengan mudah untuk terbakar. Chandler, et al. (1983) menyatakan bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan, salah satunya adalah
kelembaban bahan bakar. Bila kelembaban bahan bakar rendah maka tidak diperlukan
energi yang besar untuk terjadinya pembakaran.
Kadar silikapadadaun
csssa
Kadar silika pada cabargKadar silikapada kulit batarg
Lama pwrbakaran padai daun
-+Lama pwnbakaran pada! cabang
-x+ Lama pembakaran pada kulit batarg
Akasia Sengon Alang-alang
[image:34.599.85.510.365.611.2]Jenis Contoh Uji
Gambar 4. Hubungan kadar silika dengan lamanya pembakaran
Hasil pengujian yang ditunjukan oleh gambar 3 bahwa dalam 1 gram abu yang
dihasilkan kedua jenis pohon dari ketiga bagian pohon yailg dibakar yang memiliki kadar
Saharjo dan Watanabe (1999) juga n~enunjukkan bahwa kandungan silika pada bahan
daun lebih tinggi dibanding kandungan pada bahan ranting atau batang. Namun apabila
dihubungkan dengan lamanya waktu pembakaran, kadar silika yang tinggi hanya
memberikan pengaruh yang sangat kecil. Dilihat dari segi karakteristik bahan bakar yang
mempengaruhi perilaku api (Clar dan Chatten, 1954) diantaranya kerapatan bahan bakar
dan kadar air bahan bakar yang dapat dijadikan faktor untuk mempercepat dan
memperlambat prose pembakaran.
Bagian-bagian pohon dari kedua jenis yang diuji, terlihat bahwa kulit batang lebih
lama proses pembaltarannya daripada daun dan rantingnya dikarenakan kulit batang lebih
rapat jarak antar partikelnya. Dalam ha1 kadar air bahan bakar, kulit batang pada jenis
akasia memiliki kadar air yang cukup rendah (44,1%), artinya kandungan air yang hilang
pada saat pengovenan sebesar 43,1% dari keseluruhan kadar air yang dikandung,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kandungan silika pada setiap bagian pohon akasia dan sengon.
2. Adanya perbedaan lan~anya pembakaran pada ketiga jenis contoh.
3. Adanya hubungan kadar silika dengan lamanya pembakaran, akan tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih domillan yang mempengaruhi lamanya proses
pe~nbakaran antara lain ltelembaban, susunan bahan bakar, kerapatan partikel
bahan bakar dan kadar air bahan bakar.
B. Saran
1. Perlunya penelitian la~~jutan dengan contoh pang mempunyai kadar silika yang
relatif sama dengan jenis yang lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Tek!iologi Reboisasi Banjar Baru Badan Pe~ielitiaii dan Pengembangan Kehutanan. 1992. Mengendalikan Api Lalian. Penerbitan Nomor 3, Januari 1992. Kalimantali Selatan.
Brown, AA. and K. P. Davis. 1973. Forest Fire Conlrol and Use. Mc. Graw-Hill Books Con~pany. New York. 658p.
Chandler, C. D. Cheney, P. Thomas, L . Trabaund. And D. Williams. 1983. Fire in Forestry. Vol I. Forest Fire Behavior and &fict. John Wiley and Son. New York. P ; 171-180.
Clar, C.D. And L.R Chatten. 1954. Principles qf Fores~ F i x Management.
Department of Natural Resources Division o f Foresrry. California. 200p.
Fuller, M. 1991. Forest Fire. John Wiley and Sons. Inc, Canada. P : 69-77
Madkar, 0. R., Tony Kuntohartono dan Soepady Mangoensoekardjo. 1986. Masalah Gulma dan Cara Pengendaliannya. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Jakarta.
Mattjik, A. A. dan M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua: Juli 2002. Percetakan Jurusan Statistika FMIPA IPB. Bogor. Hal : 103-104
Mutch, R.W. and Philpot, C.W.1970. Relation ofSilica Content to Flammability in
Grasses. Volume 16, Number 1. Forest Science. 64p.
Saharjo, B. H. and H. Watanabe. 1999. The Flamtnability ofshrubs and Trees in an
Acacia mangium Plantation. Plantation Based on Silica-Free Ash Content.
J. For. Res. 4: 57-59.
Suprianto, N. 1994. Studi Pengaruh Inokulasi Trichovide, Glomus etinucatum, Pupuk
NPK terhadap Pertumbuhan Stek Sungkai (Peronema canescens Jack) pada
Media Alang-alang (Imperata cylindrica Beauv) dan Tanah Podsolik Merah Kuning. Skripsi S-I. Fahutan. IPB. Bogor. 49 Halaman. Tidak Dipublikasikan.
Lampiran 1 . Data Silika Jenis Acacia mangium
Lampiran 2. Data Silika Jenis Paraserianihes,fulcararia
Ulangan Perlakuan
Daun
1
Ranting/
Kulit BatangLampiran 3. Data Silika Jellis Itnperaia cylindrica
Ulangan Perlakuan
Daun
I
RantingI
Kulit BatangLampiran 4. Anova kadar silika ketiga jenis contoh
Ulangan
Two-way ANOVA: c versus a; b
Perlakuan
Daun
Analvsis of Variance for c
Source DF SS MS F P
a 2 2 1 , 1 9 9 1 0 , 5 9 9 2 4 , l l 0 , 0 0 0
b 2 7 8 , 0 9 2 3 9 , 0 4 6 8 8 , 8 2 0 , 0 0 0
Interaction 4 5 3 , 8 1 7 . 1 3 , 4 5 4 3 0 , 6 1 0 , 0 0 0
Error 1 8 7 , 9 1 3 0 , 4 4 0
Total 2 6 1 6 1 , 0 2 0
Lampiran 5. Anova lama pembakaran ketiga jenis contoh
Two-way ANOVA: c versus b; a
Analysis of Variance for c
Source DF SS MS F P
b 2 1 6 6 8 2 , 3 0 8 3 4 1 , 1 5 3 C 6 4 , 7 8 0 , 0 0 0
a 2 9 0 4 5 , 6 3 4 5 2 2 , 8 1 1 8 7 8 , 7 1 0 . 0 0 0
Interaction 4 1 2 2 9 4 , 8 1 3 0 7 3 , 7 0 1 2 7 6 , 7 7 0 , 0 0 0
Error 1 8 4 3 , 3 3 2 , 4 1
Lampiran 6 . Analisis regresi hubungan antara kadar silika ketiga jellis contoh dengall lamanya pembakaran
Regression Analysis: c versus b
The regression equation is c = 3 2 , 2 - 1,53 b
Predictor Coe t SE Coef T P
Constant 3 2 , l S 17,62 1,83 0 . 0 8 0
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 378 37E 0 , 2 5 0 , 6 2 1
Residual Error 2 5 37688 1508
Total 2 6 3 8 0 6 6
Unusual Observations
PENGARUH SILICA-FREE ASH CONTENT DALAM PROSES PEMBAIURAN SERASAH SENGON (Parase:iarztlzes fnlcntnrin), AKASIA
(Acacia mnngilmz) DAN AL4NG-ALANG (Imperafa cylindricn)
Arie Munandar
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN PAKULTAS KEHUTANAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya (Jawa Barat) tanggal 4 Nopember 1979.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tj. Muchsin dan
Ibu Dra. Yuyum Dj. I.
Penulis mengikuti pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Inpres
Nyantong Tahun 1986, dan lulus pada tahun 1992. Pendidikan dilanjutkan pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahm 1995 dan selanjutnya di
Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Tasikmalaya yang diselesaikan pada tahun 1998.
Pada tahun 1999 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian
Masuk Perguruan Tinggi Negeri IPB (UMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan..
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis
melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul " Pengaruh Silica-Free
As6 Content dalam Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriantltes falcataria),
RINGKASAN
ARIE MUNANDAR (E01499125). Pengaruh Silica-Free As11 Coiztent dalam Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriairtltes falcataria), Akasia (Acacia
nzalzgium) d a n Alang-alang (Imperata cylindrica). Di bimbing oleh Dr. Ir.
Bambang Hero Saharjo, M.Agr.
Kebakaran hutan merupakan suatu proses kebakaran yang penjalaran apinya bebas dan tidak tertekan serta mengkonsumsi bahan bakar alami yang berasal dari hutan. Kebakaran yang terjadi pada setiap musim kemarau hanya memiliki skala dan intensitas kebakaran hutan dan lahan yang masih sangat terbatas dan hanya mempengaruhi lingkungan, ekonomi dan kehidupan secara lokal. Pada dua dekade terakhir situasi tersebut berubah secara drastis akibat penggunaan api secara ekstensif untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta praktek-praktek penebangan hutan yang "ilegal". Khususnya selama November 1982
-
April 1983, Agustus 1990, Juni-Oktober 1994, September-November 1997 dan Februari-Mei 1998, kebakaran hutan terjadi secara luas yang menimbulkan masalah kesehatan bahkan kematian, kerugian ekonomi baik dalarn skala nasional maupun regional serta dampak yang tidak dapat dinilai seperti punahnya keanekaragaman hayati dan pemanasan global.Kebakaran tersebut kebanyakan disebabkan oleh kegiatan manusia berupa penggunan api secara akstensif untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta praktek-praktek penebangan hutan yang sangat merusak, oleh karena itu saat ini telah banyak pengusaha kehutanan yang mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI). Kayu yang dihasilkan diantaranya sengon dan akasia yang lebih pendek umur tebangnya. Pemilihan jenis pohon seperti ini dilakukan karena kebutuhan industri-industri pulp dan kertas terhadap kayu ini sangat tinggi. Kerugian dan dampak yang cukup besar akibat kebakaran hutan ini nlenyebabkan perlunya suatu usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan sejak dini. Untuk itu diperlukan suatu informasi tentang potensi ketahanan suatu jenis pohon dalam pembakaran dari setiap bagiannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar silika bahan bakar jenis sengon dan akasia serta alang-alang sebagai petnbandingnya, mengetahui perbedaan lama pembakaran pada setiap bagian pohon dan mengetahui seberapa besar peran silica-free ash content yang terkandung dalam bahan bakar dalam proses petnbakaran.
Hasil pengujian kadar air dan kadar silika terhadap akasia terlihat bagian yang paling tinggi kadar airnya adalah daun, dengan persentase rata-rata kadar air sebesar 72,4% dan terendah adalah kulit batang dengan rata-rata kadar air 44,1%, sedangkan kadar silika rata-rata tertinggi adalah daun dengan persentase rata-rata 6,73% dan terendah adalah ranting dengan rata-rata 1,46%. Pengujian kadar air dan kadar silika yang dilakukan pada sengon, terlihat bagian yang paling tinggi kadar airnya adalah daun dengan persentase rata-rata 62,7% dan terendah adalah ranting dengan rata-rata kadar air 51,8%, sedangkan kadar silika rata-rata tertinggi adalah daun dengan persentase rata-rata 8,05% dan terendah adalah ranting dengan rata-rata 1,05%. Untuk pengujian kadar air dan kadar silika terhadap alang-alang dilakukan dengan mengambil 9 contoh utuh alang-alang dari akar sampai ujung daun dengan rata-rata kadar air 67,8% dan rata-rata kadar silika 6,12%.
Hasil perlakuan pembakaran pada akasia terlihat bahwa bagian pohon yang lebih cepat terbakar adalah ranting dengan waktu pembakaran rata-rata 9,7 detik, sedangkan bagian pohon yang lebih lama terbakar adalah kulit batang dengan rata- rata waktu terbakar 1 menit 59 detik. Pembakaran yang dilakukan pada sengon menghasilkan bagian pohon yang lebih cepat terbakar adalah daun dengan rata-rata waktu terbakar 1,3 detik sedangkan bagian pohon yang lebih lama terbakar adalah kulit batang dengan rata-rata waktu terbakar 53,; detik. Perlakuan pembakaran yang dilakukan pada alang-alang menghasilkan waktu rata-rata 3,7 detik. Kelembaban yang diukur pada saat pembakaran adalah 60%.
Hasil perlakuan pembakaran pada daun cenderung lebih cepat daripada kedua bagian pohon yang lain karena ukurannya yang lebih halus daripada kulit batang dan ranting. Ukuran bahan bakar kulit batang termasuk kedalam bahan bakar yang kasar karena memiliki kerapatan partikel bahan bakar yang lebih tinggi daripada daun dan batzng. Terlihat dari kadar air daun yang lebih tinggi daripada kadar air kulit batang yang artinya bahwa kadar air daun yang hilang lebih banyak daripada kadar air ltulit batang pada saat pengovenan, sehingga pada saat akan dibakar kondisi bahan bakar daun lebih kering daripada kulit batang.
I-Iasil uji analisis regresi tentang hubungan kadar silika dengan lamanya pembakaran adalah tidak nyata, artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kadar silika dengan proses pembakaran. Namun ada faktor-faktor lain yang lehih dominan dalam mempengaruhi proses pembakaran yaitu ukuran bahan bakar, kerapatan bahan bakar dan kadar air bahan bakar.
PENGARUH SILICA-FREE ASH CONTENT DALAM PROSES PEMBAKARAN SERASAH SENGON (Paraseriantltes falcataria), AKASIA
(Acacia nmngitrm) DAN ALANG-ALANG (Zmperata cylindrica)
Arie Munandar
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Kehutanan
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Pengaruh Silica-Free Aslz Corzlenl dalarn Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriarztlzes fnlcataria), Akasia (Acacia martgiunz) dan Alang-alang (Inzperata cj1lir2drica)
Narna : Arie Munandar
Nomor Pokok : E01499125
Departenien : Manajemen Hutan
Menyetujui
Penibimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas herkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyusun
skripsi dengan judul "Pengaruh Silica-Free Ash Content dalam Proses
Pembakaran Serasah Sengon (Paraserinrztlzes falcataria), Akasia (Acacia
mangium) d a n Alang-alang (Zrnperata cylindrica)" di bawah bimbingan Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr. hingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah dari hasil penelitian di Laboratorium
Kebakaran Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dari tanggal 27 Juni
sampai 27 Agilstus 2004 yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis akan menyampaikan rasa terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah ikut membantu tersusunnya skripsi ini, di antaranya :
1. Bapak Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi
atas segala bimbingan, bantuan dan dorongannya.
2. Ayahanda dan Ibunda tercinta dan seluruh keluargaku atas segala perhatian,
motivasi, kasih sayang, dan do'anya untuk keberkasilan penulis.
3. Seluruh jajaran dan staf Laboratorium Kebakaran Hutan
4. Rekan-rekan di Asrama Sylvalestari atas segala perhatian dan kebersamaannya
yang tak akan terlupakan sampai kapanpun.
Penulis menyadari bdlwa skripsi illi masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan ke depannya. Besar harapan penulis, semoga
skripsi dapat memberikan nianfaat yang banyak terutama bagi penulis sendiri dan
para pembaca yang menggunakannya,
Bogor, Oktober 2004
DAFTAR IS1
KATA PENGANTAR ... 1
. .
...
DAFTAR IS1 11...
...
DAFTAR TABEL 111...
DAFTAR LAMPIRAN iv I.
PENDAHULUAN A ....
...Latar Belakang ... . . . . . . . . . 1. .
B.
Tujuan Penellt~an...
2I1
.
TINJAUAN PUSTAKA A . Kebakaran Hutan.
...
.
.
.
.
.
.
3.
.
1.
Definisl...
32
.
Proses Pembakaran...
.
.
...
3B . Perilaku Api
...
51 . Karakteristik Bahan Bakar
...
52
.
Flammabilitas Bahan Bakar ... 8C . Tinjauan Morfologi ...
1
.
Tinjauan Morfologi Sengon (Paruserianlhes. Jirlcnrarin)...
2
.
Tinjauan Morfologi Akasia (Acacia nurngium) ......
3
.
Tinjauan Morfologi Alang-alang (Impernfa cylindrica). .
...4
.
Tiniauan Umum Kandungan Silika111
.
METODE PENELITIANA . Waktu dan Tempat Penelitian ...
B
.
Alat dan Bahan ......
.
1 Pengumpulan Data 13
. .
IV
.
HASIL DAN PEMBAHASAN. .
A . Hasil Penelltlan ...
1
.
Kadar Air Bahan Baltar ...2
.
Kadar Silika Bebas Abu...
3 . Kelembaban pada Saat Pengambilan Serasah
...
...
.
4 Pembakaran
B
.
Pembahasan...
V
.
KESIMPULAN DAN SARANA
.
Kesimpulan...
B
.
Saran...
DAFTAR PUSTAKA
...
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
.
.1. Anahs~s Ragam
...
...
... 142. Tabulasi Data Kadar Air, Silika dan Pembakaran Jenis Acacia mangium
.
153. Tabulasi Data Kadar Air, Silika dan Pembakaran
eni is
Paraserianthesfalcataria
...
15...
4. Data Kelembaban Udara di Lokasi Pengambilan Serasah 19