• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit dan Limbah Pertanian Terhadap Performans dan Bobot Potong Domba Sei Putih (The Effect of Oil Palm Industry by Product and Agriculture by Product on Performance and Slaughter Weight of Sei Putih S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit dan Limbah Pertanian Terhadap Performans dan Bobot Potong Domba Sei Putih (The Effect of Oil Palm Industry by Product and Agriculture by Product on Performance and Slaughter Weight of Sei Putih S"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan

Industri Kelapa Sawit dan Limbah Pertanian

Terhadap Performans

dan Bobot Potong Domba Sei Putih

(T he Ef f ect of Oil Palm Indust ry by Product and Agricult ure by Product on Perf ormance and Slaught er Weight of Sei Put ih Sheep)

Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni

(St af Pengaj ar Depar t emen Pet er nakan Fakul t as Per t ani an USU)

Abst ract : The obj ect i ves of t hi s r esear ch wer e t o t est t he compar i son of t hr ee concent r at es on Per f or mance and sl aught er ed wei ght of Sei Put i h sheep f or f at gr owt h. The exper i ment was usi ng compl et el y r andomi zed exper i ment al desi gn (RAL) by t hr ee t r eat ment s and si x r epl i cat i ons, wher e t he t r eat ment was (T1= gr ass + A concent r at e; T2= gr ass + B concent r at e, and T3= gr ass + C concent r at e, r espect i vel y). And each r epl i cat i on consi st ed of one sheep. Thi s r esear ch used ei ght een sheep wi t h aver age age 3-5 mont hs and body wei ght r ange f r om 12 t o 19 kg per ani mal wi t h aver age15 kg.

Thi s r esear ch showed t hat usage of t hr ee concent r at es f r om oi l pal m i ndust r y by pr oduct , agr i cul t ur e by pr oduct and convent i onal concent r at e at Sei Put i h sheep not si gni f i cant ef f ect on consumpt i on of f eeds, aver age dai l y gai n, f eed conver si on r at i on and sl aught er ed wei ght . The r esul t of t hi s r esear ch coul d be concl uded t hat t he t hr ee concent r at es f r om oi l pal m i ndust r y by pr oduct , agr i cul t ur e by pr oduct had si mi l ar ef f ect wi t h convent i onal concent r at e on Per f or mance and sl aught er ed wei ght of Sei Put i h sheep.

Key words: Oi l pal m i ndust r y by pr oduct , agr i cul t ur e by pr oduct , Sei Put i h sheep.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan tiga macam konsentrat yang terdiri

atas hasil sampingan industri kelapa sawit, limbah pertanian, dan konsentrat konvensional terhadap Performans dan bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, di mana perlakuan T1

yaitu rumput + konsentrat A; T2 yaitu rumput+ konsentrat B; T3 yaitu rumput + konsentrat C, dan

setiap ulangan terdiri dari 1 ekor ternak sehingga ternak yang digunakan sebanyak 18 ekor dengan umur rata-rata 5-6 bulan dan bobot hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan ketiga macam konsentrat pada domba Sei Putih secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsentrat dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian sama efeknya dibandingkan dengan konsentrat konvensional terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong domba Sei Putih.

Kata Kunci: Hasil samping industri kelapa sawit, limbah pertanian, domba Sei Putih.

Pendahuluan

Latar Belakang

Untuk mendorong usaha peternakan yang berorientasi pasar, pemeliharaan ternak domba merupakan cara yang efektif dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat, yaitu mampu meningkatkan pendapatan peternak berpenghasilan rendah. Ternak domba juga mudah dipelihara, biaya pemeliharaannya tidak begitu besar, dapat

dijual sewaktu-waktu serta mudah beradaptasi dengan lingkungan (Diwyanto et al., 1996).

(2)

samping itu hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya Propinsi Sumatera Utara masih banyak belum termanfaatkan.

Limbah pertanian dan hasil sampingan industri kelapa sawit tersebut sangat bermanfaat bagi peternakan, sebab berperan cukup penting dan berpotensi dalam penyediaan pakan tambahan dan sebagai pengganti rumput bagi ternak ruminansia, terutama pada waktu musim kemarau. Pada musim kemarau rumput-rumputan terganggu pertumbuhannya sehingga pakan hijauan yang tersedia akan kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Bahkan di daerah-daerah tertentu rumput pakan ternak akan kering dan mati. Akibat yang timbul adalah kekurangan pakan hijauan. Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan hijauan, peternak akan menggunakan limbah pertanian dan hasil sampingan industri kelapa sawit yang tersedia di sekitarnya. Sebagai contoh, lumpur sawit dan bungkil inti sawit dari hasil sampingan industri kelapa sawit sangat potensial sebagai pakan alternatif di daerah sekitar perkebunan kelapa sawit. Sedangkan limbah pertanian sangat jarang digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh kulit buah markisa dan limbah nenas juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Laju pertumbuhan ternak setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybr i d vi gour) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan, dan iklim. Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik di mana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa.

Nilai pertambahan bobot hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peternak, di mana menurut Hutagalung (1995), pada penelitian yang dilakukan pada domba Sei Putih yang mendapat rumput paspal um di l at at um

dengan suplementasi mol asses, urea, dan mineral di mana pertambahan bobot badannya hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian domba semakin tinggi pada konsumsi ampas tahu yaitu sebesar 126 g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5% dari bobot badan (Junjungan, 1995).

Bobot potong merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap komposisi tubuh

sehingga perlu mendapatkan perhatian. Bobot potong mempunyai pengaruh yang besar terhadap komposisi karkas, tetapi tentunya tidak terlepas pula dengan ketergantungan pada bangsa ternak, jenis kelamin, dan makanan (Kempster, 1982) disitir (Ridawan 1991).

Bertitik tolak dari pemikiran di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemanfaatan limbah pertanian dan hasil sampingan industri kelapa sawit dalam ketiga macam konsentrat terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan bobot potong domba Sei Putih.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menguji konsentrat A, konsentrat B dan konsentrat C terhadap Performans dan bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan tiga bulan.

Hipotesis Penelitian

Pemberian ketiga macam konsentrat pada domba Sei Putih menghasilkan Performans dan bobot potong yang sama kualitasnya.

Bahan dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulau Gambar Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai dan berlangsung selama lebih kurang tiga bulan di mulai pada bulan Januari 2005 hingga April 2005.

Bahan penelitian terdiri atas domba jantan Sei Putih lepas sapih sebanyak 18 ekor dengan umur rata-rata 3-5 bulan dan bobot hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg; rumput gajah; konsentrat yang diberikan terdiri atas: Konsentrat A terdiri dari: lumpur sawit, bungkil inti sawit, anakan tebu, kerak tahu, tepung tulang, mol ases, urea, ultramineral, garam; Konsentrat B terdiri dari: tepung jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung tulang, mol ases, urea, ultramineral, garam; dan Konsentrat C terdiri dari: kulit buah markisa, limbah nenas, tepung jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, urea, ultramineral, garam; air minum; obat-obatan seperti obat cacing (kal bazen) dan antibiotik (sul f ast r ong).

Metode penelitian yang digunakan ialah metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, di mana ketiga perlakuan tersebut adalah: T1 = rumput gajah + konsentrat A, T2= rumput gajah + konsentrat B dan T3= rumput gajah + konsentrat C.

(3)

Susunan bahan pakan dalam konsentrat disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.

Tabel 1. Susunan bahan pakan pada konsentrat A

Tabel 2. Susunan bahan pakan pada konsentrat B

No. Bahan Penggunaan Bahan (%)

Tabel 3. Susunan bahan pakan pada konsentrat C

Konsentrat A adalah konsentrat yang dibuat dan dirancang susunannya yang terdiri dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan bahan lainnya.

Konsentrat B adalah konsentrat yang biasanya digunakan para peternak dan bahan-bahan dasarnya tersedia di pasar, tidak perlu pengolahan tetapi hanya dengan dicampurkan saja.

Konsentrat C adalah konsentrat yang terdiri dari limbah pertanian (nenas dan markisa) yang diperjualbelikan oleh Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.

Hasil dan Pembahasan

Konsumsi Rumput, Konsentrat, dan Rumput + Konsentrat

Konsumsi rumput selama penelitian dihitung berdasarkan bahan kering, di mana rumput yang dipakai adalah rumput gajah dengan bahan kering sebesar 86,34% yang diberikan secara ad l i bi t um dengan pemberian 10% dari bobot badan ternak. Konsentrat diberikan sebanyak 3% dari bobot badan ternak domba. Konsumsi total pakan dihitung dengan menambahkan semua pakan yang dikonsumsi oleh ternak domba yaitu konsumsi rumput dan konsentrat dalam bahan kering.

Rataan konsumsi rumput, konsentrat dan rumput + konsentrat (dalam bahan kering) dari ternak domba selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Rataan konsumsi rumput, konsentrat dan rumput + konsentrat (dalam bahan kering) selama penelitian (g/ekor/minggu)

Perlakuan Konsumsi

T1 7.986.87 3.086.89 11.111.19

T2 7.947.53 3.133.50 11.196.03

T3 7.903.58 3.070.13 10.973.72 Total 23.838.98 9.290.52 33.280.94

Rataan 7.945.99 3.096.84 11.093.65

Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi rumput pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 7986.87 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 7947.53 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 7903.58 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi rumput keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 7945.99 g/ekor/minggu.

Untuk melihat bagaimana hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi rumput (dalam bahan kering), maka dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Uji keragaman konsumsi rumput domba Sei Putih selama penelitian

(4)

Ket: tn = tidak berbeda nyata

Dari hasil uji keragaman pada Tabel 5 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi rumput (dalam bahan kering) memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5). Hal ini dapat diasumsikan bahwa konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C memberikan respon yang sama kualitasnya terhadap konsumsi rumput (dalam bahan kering). Keseragaman konsumsi rumput ini dapat terjadi karena pemberian konsentrat telah mencukupi sebagian kebutuhan ternak domba, baik kebutuhan protein maupun energinya serta rumput yang diberikan pada setiap perlakuan dengan jenis yang sama. Menurut Devendra dan Burns (1970), adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering rumput disebabkan oleh beda kualitas, daya cerna, dan spesies tanaman. Persamaan yang terjadi pada konsumsi rumput (dalam bahan kering) dapat juga disebabkan oleh kandungan zat gizi pada konsentrat yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) yang menyatakan bahwa yang utama dalam penentuan tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan juga makna palatabilitasnya.

Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi konsentrat pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 3086.89 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 3133.50 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 3070.13 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi konsentrat keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 3096.84 g/ekor/minggu.

Untuk mengetahui hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi konsentrat dalam bahan kering, maka dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji keragaman konsumsi konsentrat

domba Sei Putih selama penelitian

Ket: tn = tidak berbeda nyata

Dari analisa sidik ragam di atas menunjukkan bahwa bahwa F hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian tiga macam

konsentrat terhadap konsumsi konsentrat (dalam bahan kering) memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5). Hasil yang tidak nyata pengaruhnya dapat dikatakan bahwa ketiga macam konsentrat yang dipakai tidak berbeda pada konsumsi konsentrat (dalam bahan kering) disebabkan karena susunan konsentrat ketiga perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995) bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan, dan palatabilitas). Dan makanan yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Tomazweska et al . (1993) yang menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan.

Pada Tabel 4 tampak bahwa konsumsi total pakan pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 11111.19 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 11196.03 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 10973.72 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi total pakan keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 11093.65 g/ekor/minggu.

Untuk melihat hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi total pakan dalam bahan kering, maka dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji keragaman konsumsi total pakan domba Sei Putih selama penelitian

SK Db Jk Kt F.Hit F.Tabel

5% 1%

Per-

lakuan 2 151033.40 75516.70 0.00871 tn 3.68 6.36 Galat 15 130006372.30 8667091.49

Total 17 130157405.70 KK =

26.53%

Ket: tn = tidak berbeda nyata

Dari hasil uji keragaman pada Tabel 7 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C terhadap konsumsi total pakan (dalam bahan kering) memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5). Pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi total pakan (dalam bahan kering) memiliki dasar yang sama seperti pada konsumsi rumput

SK Db Jk Kt F.Hit F.Tabel

5% 1%

Perla-

kuan 2 12934.84 6467.42 0.046 tn 3.68 6.36

Galat 15 2088341.00 139222.70

Total 17 2101276.00 KK =

(5)

(dalam bahan kering) dan konsumsi konsentrat (dalam bahan kering), yaitu disebabkan oleh keseimbangan protein dan energi seperti yang dinyatakan oleh Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan makna palatabilitas. Di mana total konsumsi adalah penjumlahan antara konsumsi konsentrat dengan konsumsi rumput. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Church (1986), yakni faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain adalah palatabilitas dan kandungan nutrisi pakan.

Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan, dan Bobot Potong

Rataan pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan bobot potong domba Sei Putih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan bobot potong domba Sei

Putih selama penelitian

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 958.33 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 951.39 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 979.17 g/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 962.96 g/ekor/minggu.

Untuk mengetahui hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan, maka dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Uji keragaman pertambahan bobot badan domba Sei Putih selama penelitian

SK Db Jk Kt F.Hit F.Tabel

5% 1%

Per-

lakuan 2 2508.12 1254.06 0.072 tn

3.68 6.36

Galat 15 260997.42 17399.83

Total 17 263505.54

KK = 13.69%

Ket: tn = tidak berbeda nyata

Hasil uji keragaman pada Tabel 9 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan yang diperoleh tidak berpengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ketiga macam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan mempunyai peningkatan yang sama. Hal ini terjadi karena faktor umur dan faktor genetik antara ketiga perlakuan adalah homogen. Menurut Tomaszewska et al.(1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik, di mana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata dapat juga

dis a

me ak

berbeda nyata, di mana

bahwa laju pertumbuhan ternak setelah disapih ditentukan o a faktor, an in potensi pertumbuhan da as g individu tern d a

didukung juga oleh So n dan a ies ( 987)

yang a gan gizi,

dan konsum mpunyai pengaruh yang ebabkan karena ternak domb

ngkonsumsi pakan yang jumlahnya tid menurut Cole (1982)

leh beberap tara la ri m ing-masin ak an p kan yang tersedia. Hal ini

epar o D v 1 menyatakan bahwa jenis, k

si pakan me

(6)

besar terhadap pertu uhan. Dari hasil data pada penelitian ini, rat ahan bobot badan dom 9 6 g/ekor/minggu, maka

obot badan ari. Hasil penelitian ini mb

aan pertamb ba 62.9

dapat dihasilkan pertambahan b /ekor/h

sebesar 137,56 g

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Hutagalung (1995) pada domba Sei Putih yang mendapatkan rumput paspal um di l at at um dengan suplementasi mol ases, urea, dan mineral di mana pertambahan bobot badannya hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari dan pada penelitian Junjungan (1995) pertambahan bobot badan harian domba yaitu sebesar 126 g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5% dari bobot badan.

Pada Tabel 8 tampak bahwa rataan konversi pakan selama penelitian sebesar 11.61 yang berarti bahwa untuk menaikkan 1 kg bobot badan domba Sei Putih membutuhkan pakan sebanyak 11,61 kg dalam bahan kering, di mana konversi pakan pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 11.60, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 11.85, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 11.38.

Untuk melihat bagaimana hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konversi pakan, maka dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Uji keragaman konversi pakan domba Sei Putih selama penelitian

SK Db Jk Kt F.Hit F.Tabel

konversi pakan yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata. Pertambahan bobot hidup d a Sei Pu ida be ed ny a karena ternak tersebut mengk

nyata, hal ini enghasilkan konsekuensi bahwa konversi

54 g/ekor. Rataan bobot potong adalah sebesar

ntuk mengetahui hasil pemberian tiga macam terhadap bobot potong, maka

: tn = ak b eda ta

P da Tabe 10 dapa dilihat bahw

omb tih t k rb a at

onsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda

m

pakan juga tidak berbeda nyata. Konversi yang tidak berpengaruh nyata disebabkan juga adanya pertambahan bobot badan yang baik dan konsumsi pakan yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Martawidjaja et al

(1999) bahwa konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan, dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya.

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa bobot potong pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 25.25 kg/ekor, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 25.42 kg/ekor, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 25. k

25.40 kg/ekor. U

konsentrat

dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Uji keragaman bobot potong domba Sei Putih selama penelitian

SK Db Jk Kt F.Hit F.Tabel

kera man pada Tabel 11 hwa bobot potong yang

onsent C

berbeda

sama,

dengan Ridwan

otong yai pengaruh yang besar

bangsa

rhada ot badan,

meman sawit

ga

diperoleh tidak berpengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian

rat A, konsentrat B, dan konsentrat k

terhadap bobot potong mempunyai bobot yang sama. Adanya hasil bobot potong yang tidak

dikarenakan bangsa ternak yang an pada penelitian ini adalah

digunak

begitu juga dengan jenis kelamin dan kandungan zat gizi yang seragam. Hal ini sesuai

pendapat Kempster (1982) disitir (1991) yang menyatakan bahwa bobot

mempun p

terhadap komposisi karkas, tapi tentunya tidak terlepas pula dengan ketergantungan pada

ternak, jenis kelamin, dan makanan.

ulan dan Saran K

Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka didapatkan lan bahwa penggunaan konsentrat dari ampingan industri kelapa sawit dan

pertanian dibandingkan dengan rat konvensional sama efeknya p konsumsi, pertambahan bob

te

konversi pakan serta bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan tiga bulan.

Saran

(7)

dengan mahal.

Church,

ole, V. G. 1982. Beef Cat t l e Pr oduct i on

Devend

cks, England. pp.1,21.

Devend di ngst uf f s

f r om The Oi l Pal m. Feedingstuffs for

Diwyan

angan Ternak Berwawasan Agribisnis di Pedesaan

Hutagal

m yang Ter di r i At as Paspal um di l at at um, Mol ases, dan Ur ea

Junjung Ampas Tahu

Unt uk Domba dan Ransum Basal Rumput Al am. JPPS 1 (6a). Edisi Khusus. Sub-Balai Penelitian Ternak Sei Putih.

Martawidjaja, M., B. Setiadi., dan S. S. Sitorus. 1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi Ransum Terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian Ternak. Jur nal Il mu Ter nak dan Vet er i ner 4(3): 161-171.

Parakkasi, A. 1995. Il mu Makanan dan Ter nak Rumi nan. Jakarta: UI Press.

Ridawan. 1991. Per t umbuhan Kar kas, Komponen Kar kas, dan Nonkar kas Kambi ng Kacang Pada Ber bagai Ti ngkat

Pember i an Konsent r at . Tesis Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Setiadi, B. dan I. Inounu. 1991. Bet er nak Kambi ng-Domba Sebagai Ter nak Pot ong. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Soeparno and H. L. Davies. 1987. Studies On The Growth and Carcass Composition In The Daldale Wether Lamb. I. The Effect of Dietary Energy Conentration and Pasture Spesies. Australia.J. Agric. Res.38 : 403 – 415.

Tomaszewska, M. W., J. M. Mastika, A. Djaja Negara, S. Gardiner, dan T. R. Wiradarya. 1993. Pr oduksi Kambi ng dan Domba di Indonesi a. Surabaya: Sebelas Maret University Press.

pakan konvensional yang harganya

Daftar Pustaka

D. C. 1986. Li vest ock Feeds and Feedi ng . New Jersey: Prentice Hall.

C

Gui de. NSWUP Ed. Parramata, New South Wales: Mac Arthur Press.

ra, C. and M. Burns. 1970. Goat Pr oduct i on In The Tr opi cs. C.A.B.Farham Royal Bu

ra, C. 1997. Ut i l i zat i on of Fee

Livestock In South East Asia, Serdang Selanggor, Malaysia.

to, K., A. Priyanti, dan D. Zainuddin. 1996. Pengemb

Dengan Memanfaatkan Limbah Pertanian dan Pemilihan Bibit Yang Tepat. Jur nal Li t bang Per t ani an, XV (I). Balai Penelitian Ternak.

Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Per cobaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

ung, R. 1995. Penampi l an Domba Jant an di Sumat er a Ut ar a Dengan Menggunakan Ransu

Dengan Ti ga Macam Sumber Mi ner al. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Gambar

Tabel 1. Susunan bahan pakan pada konsentrat A
Tabel 8 berikut:
Tabel 11. Uji keragaman bobot potong domba Sei Putih selama penelitian

Referensi

Dokumen terkait

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Pada model ini, evaluasi pelatihan memiliki keterbatasan yaitu pertama, tidak dapat membandingkan kebutuhan pelatihan sesuai dengan dunia kerja dengan hasil pelatihan yang telah

Implementasi SPIP dapat diawali dengan pembangunan falsafah manajemen risiko (lingkungan pengendalian dalam arti sempit), penetapan tujuan organisasi dan tujuan kegiatan,

Hasil kajian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara faktor lingkungan kerja dan kompensasi serta antara faktor motivasi dan kompensasi.. Keywords:

Rata-rata skor total dari Experiential Marketing menghasilkan angka sebesar 80% yang berarti skor tersebut dalam kategori “baik” yang artinya secara keseluruhan penerapan

Dari hasil tersebut diketahui bahwa  2 hitung >  2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian susu

Dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel tayangan fashion dari internet dengan hasil belajar desain busana karena r hitung